139954921 case-dr-yudi
TRANSCRIPT
Homework Help https://www.homeworkping.com/
Research Paper helphttps://www.homeworkping.com/
Online Tutoringhttps://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sitesSTATUS
I. Identitas pasien
Nama : Ny. Sutidjah
Umur : 54 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kelurahan Menteng Dalam Tebet
Agama : Islam
Dirawat : Ruang Merak
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis
II. Keluhan Utama
III. Riwayat Penyakit Sekarang
IV. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi (+) ± sejak 2 bulan yang lalu, Diabetes (+) ± sejak 1 tahun
yang lalu, Riwayat post stroke ± 6 bulan yang lalu.
V. Riwayat Penyakit Keluarga
1
Pada keluarga riwayat keganasan (-)
penyakit Diabetes melitus (-)
riwayat hipertensi (-)
penyakit menular (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Sopor
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 36,00 C
Pernapasan : 20x/ menit
STATUS GENERALIS
Kepala
Bentuk : Normocephali
Rambut : (+), distribusi merata
Mata : CA -/-, SI -/-, RCL +/+, RCTL +/+, pupil isokor
Hidung : Simetris, sekret (-), deviasi septum (-)
Telinga : Serumen (-), tidak ada kelainan bentuk pada telinga
Mulut : Simetris, sianosis (-), tidak kering, lidah tidak kotor,
tonsil T1/T1 tenang, tidak hiperemis
Leher :Tidak ada pembesaran KGB, tiroid dalam batas normal
Thoraks
Paru : Suara napas Vesikuler, rh -/-, wh -/-
Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Supel, datar, BU (+) Normal, NT(-)
Ekstremitas : Akral hangat pada kedua ekstremitas, tidak ada oedem
STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : Sopor
Pupil
2
o isokor/anisokor : Isokor
o posisi : Sentral
STATUS LOKALIS
Inspeksi : Normocephali
Palpasi : Ubun-ubun keras karena sudah menutup
Perkusi : -
Transluminasi : -
TANDA RANGSANGAN MENINGEAL
Kaku kuduk : tidak dilakukan
Brudzinski I : tidak dilakukan
Brudzinski II : tidak dilakukan
Laseque : tidak dilakukan
Kernig : tidak dilakukan
NERVI CRANIAL
N I
Daya penghidu : tidak dilakukan
N II
Ketajaman penglihatan (hitung jari) : tidak dilakukan
Pengenalan warna : tidak dilakukan
Lapang pandang (konfrontasi) : tidak dilakukan
Funduskopi : tidak dilakukan
N III, N IV, N VI
Ptosis : negatif
Strabismus : tidak dilakukan
Nistagmus : tidak dilakukan
3
Exoptalmus : negatif
Enoptalmus : negatif
Gerakan bola mata
o Lateral : dapat dilakukan
o Medial : dapat dilakukan
o Atas lateral : dapat dilakukan
o Atas medial : dapat dilakukan
o Bawah medial : dapat dilakukan
o Bawah lateral : dapat dilakukan
o Atas : dapat dilakukan
o Bawah : dapat dilakukan
N. V
Mengigit (M.messeter,M temporalis) : dapat dilakukan
Membuka mulut : dapat dilakukan
Sensibilitas
o Atas : tidak dilakukan
o Tengah : tidak dilakukan
o Bawah : tidak dilakukan
Refleks masseter : tidak dilakukan
N. VII
Pasif
Kerutan kulit dahi : tidak dilakukan
Kedipan mata : dapat dilakukan
Aktif
Mengerutkan dahi : tidak dilakukan
Mengerutkan alis : tidak dilakukan
Menutup mata dengan kuat : tidak dilakukan
Meringis/menyeringai : dapat dilakukan
Menggembungkan pipi : tidak dilakukan
Gerakan bersiul : tidak dilakukan
Daya pengecapan lidah 2/3 : tidak dilakukan
4
lidah depan
N. VIII
Mendengarkan detik arloji : tidak dilakukan
Tes schwabach : tidak dilakukan
Tes rinne : tidak dilakukan
Tes weber : tidak dilakukan
N. IX
Arcus pharynx : tidak dilakukan
Posisi uvula : tidak dilakukan
Daya pengecapan lidah 1/3 belakang : tidak dilakukan
Refleks muntah : tidak dilakukan
N. X
Arcus pharynx : tidak dilakukan
Bersuara : dapat dilakukan
Menelan : dapat dilakukan
N. XI
Memalingkan kepala : dapat dilakukan
Sikap bahu : tidak dilakukan
Mengangkat bahu : tidak dilakukan
N. XII
Menjulurkan lidah : dapat dilakukan
Atrofi lidah artikulari : tidak dilakukan
Tremor lidah : tidak dilakukan
Fasikulasi : tidak dilakukan
MOTORIK
Gerakan : Normal
Kekuatan otot : Normal
Tonus otot : Normal
5
Trofi : Eutrofi
REFLEKS FISOLOGIS
Refleks tendon
o Refleks biceps : tidak dilakukan
o Refleks triseps : tidak dilakukan
o Refleks patella : tidak dilakukan
o Refleks achilles : tidak dilakukan
REFLEKS PATOLOGIS
Hoffman trommer : tidak dilakukan
Babinski : tidak dilakukan
Chaddock : tidak dilakukan
Openheim : tidak dilakukan
Gordon : tidak dilakukan
Schaefer : tidak dilakukan
SENSIBILITAS
Eksteroseptif
o Nyeri : dapat dilakukan
o Suhu : dapat dilakukan
o Taktil : dapat dilakukan
Propioseptif
o Vibrasi : tidak dilakukan
o Posisi : tidak dilakukan
o Tekan dalam : tidak dilakukan
KOORDINASI DAN KESEIMBANGAN
Tes telunjuk hidung : tidak dilakukan
Test telunjuk telunjuk : tidak dilakukan
Tes tumit lutut : tidak dilakukan
6
Tes romberg : tidak dilakukan
Tes fukuda : tidak dilakukan
Disdiadokinesis : tidak dilakukan
FUNGSI OTONOM
Miksi : tidak dilakukan
Defekasi : tidak dilakukan
FUNGSI LUHUR
Fungsi bahasa : tidak dilakukan
Fungsi orientasi : tidak dilakukan
Fungsi memori : tidak dilakukan
Fungsi emosi : tidak dilakukan
Fungsi kognisi : tidak dilakukan
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Pemeriksaan laboratorium : 13 - 3 - 2013
Hb : 11,4 g/dl ( N: 11,7-15,5 g/dl )
Trombosit : 445.000 /mm3 ( N: 150-440 ribu/mm3)
Ht : 38 % ( N: 35-47 % )
Leukosit : 7400/mm3 ( N: 3.600-11.000/mm3 )
Bleeding time : 3 menit ( N: 1-3 menit)
Clotting time : 5.30 menit ( N: 4-7 menit)
Ureum : 43 mg/dl ( N: 10-50 mg/dl )
Creatinin :1,12 mg/dl ( N: 0,6-1,1 mg/dl )
GDS :75 mg/dl ( N: 80-100 mg/dl )
RESUME
DIAGNOSA KERJA :
PENATALAKSANAAN:
Konsul dr. Yudi Yuwono, Sp. BS : Terapi lanjutkan sesuai RSUD Budi Asih
Konsul toleransi operasi ke bagian jantung, penyakit dalam, dan paru
UGD: IVFD Asering 1 kolf/12 jam
7
Citicolin 1x1 gram
Amlodipin 1x5 mg
Diamox 3x1 Tab
Pro OP VP Shunt
Instruksi Persiapan operasi VP Shunt (10 Januari 2012) :
Surat ijin operasi
Cukur gundul
Sedia PRC 200cc
Hubungi / dijadwalkan ke OK
Hubungi ICU
Konsul anestesi
1 jam sebelum ke OK antibiotik injeksi ceftizoxime 2 g IV
3 jam pre Op cek AGD
Puasa 5-6 jam sebelum OP
Pemberian dulcolac pukul 22.00
Pre op 15 maret 2013
S: -
O: TD 130/90 mmHg N: 80 suhu: 36
Penemuan Pembedahan (15 maret 2013) :
Laporan Bedah tindakan Ventriculo Peritoneal shunt (VP Shunt)
Pasien terletang diatas meja operasi dalam keadaan narkose dan kepala miring
ke kiri
Asepsis dan antisepsis lapangan operasi dan sekitarnya
Insisi regio parieto occipital kanan lapis demi lapis undermining ver kulit
ke caudal, insisi perikranium lalu dipisahkan dari tulang, kemudian dibuat satu
burhole lalu insisi duramater. Dilakukan punksi ventrikel lalu keluar LCS
jernih (bertekanan tinggi memancar)
Diambil sample LCS untuk analisa lengkap dan kultur mikroorganisme +
resistensi
Jarum pungsi dikeluarkan kemudian di insersikan drain ventrikel fuji 7cm.
8
dirangkai dengan pompa dan difiksasi dengan benang seide 3.0 dan dirangkai
dengan drain peritoneum yang diinsersikan 25cm yang dimasukan via insisi
kulitregio abdomen kanan,
Luka operasi ditutup lapis demi lapis
Operasi selesai
Instruksi post op :
Awasi KU, TTV, kesadaran
Puasa sampai bising usus (+) normal
Infus sesuai anestesi
Elevasi kepala 30º
Cek DPL, elektrolit, AGD Ada hasil lapor dokter
Pemeriksaan laboratorium hematologi :
o Hb : 10,3 g/dl
o Lekosit : 7.400 /mm3
o Trombosit :356.000 /mm3
o Hematokrit :32 %
Hasil pemeriksaan laboratorium elektrolit :
o K+ : mmol/L
o Na+ : mmol/L
o Cl++ : mmol/L
Balance cairan/6 jam, upayakan balance cairan untuk cegah dehidrasi
Terapi :
o Inj. Ceftizoxime 3 x 1 g IV
o Inj. Ketorolac 3 x 30 mg IV
o Inj. Ranitidin 2 x 1 ampul IV
o Inj. Ondansentron 3 x 8 mg IV
o Ikaphen 3x 100 mg (drip NaCl 100cc)
o Inj. Vit K 3x1 IV
o Inj. Vit C 1x 400mg IV
o Inj. Transamin 3 x 500mg
9
Analisa LCS
• Glukosa 57 mg/dl ( N: 59-80 mg/dl )
• Protein 171,0 mg/l ( N: 150-450 mg/dl )
• None (-)
• Pandy (-)
• Jumlah sel 10 /µl ( N: 0-10/µl )
• Mono 40 %
• Poli 60 %
• LDH (Liquor) 9 U/l
• Kultur steril
Laporan CT Scan 17 Januari 2012
Tampak ujung catheter ETV pada ventrikel lateralis kanan
Ventrikel masih tampak melebar
Masih tampak massa pada fossa posterior
Tak tampak midline shift
Deferensiasi gray dan white matters tidak terganggu
Kesan : dibanding dengan CT-Scan terakhir stqa.
LAMPIRAN FOTO
Hasil Ct-Scan :
Sebelum dilakukan ETV
10
Setelah dilakukan ETV
11
Setelah dilakukan VP shunt
12
Setelah dilakukan VP Shunt (17 Januari 2012)
13
Proses pembedahan VP Shunt 11 Januari 2012:
14
Tindakan A dan Antiseptik incisi regio parieto occipital
Incisi lapisan kulit Pemasangan drain ventrikel Fuji
Luka operasi
15
Pemasangan drain peritoneum Drain peritoneum terpasang
Luka operasi
FOLLOW UP
16
16-03-2013
S : Demam (-), kejang (-)
O : Status generalis : N: , S: , RR:
Keadaan umum:
Kesadaran:
Status Neurologis: Tidak ada perburukan
Status Lokalis : Luka operasi : Tidak ada pembesaran
A : Post Op. hari ke I
P : Terapi teruskan
Diet bertaahap
Belum bisa dipindah ke ruangan
17-03-2013
S : Demam (-), kejang (-)
O : Status generalis : N: , S: , RR:
Keadaan umum:
Kesadaran:
Status Neurologis: Tidak ada perburukan
Status Lokalis : Tidak ada pembesaran
A : Post Op. hari ke 2
P : Terapi teruskan
18-03-2013
S : Demam (-)
O : Status generalis : N: 84, S: 36 RR: 20 TD: 110/80
Keadaan umum: baik
Kesadaran: Compos mentis
Status Neurologis: Tidak ada perubahan
Status Lokalis : Tidak ada rembesan
A : Post Op. hari ke 3
P : IVFD D5 : Tutofusin 2:2 / 24 jam
Diet cair melalui NGT 6x150cc
Balance cairan / 8 jam
17
Terapi lanjutkan: Ceftrixoxime 3x1 gr
Ketorolac 3x30 mg
Ondancentron 3x8 mg
Vit K 3x1
Transamin 3x500 mg
Ikaphen 3x100 mg (drip NaCl 100 cc)
Vit C 1x400mg
Ranitidin 2x1
Ikanevron 1x1 drip
Farmadol inf K/P
PCT 3x500
Simvastatin 1x20mg (malam)
O2 dengan simple mask selama 4 jam 7 L/menit, setelah 4 jam ganti dengan
sungkup NRM 7 L/mnt
Elevasi kepala 30o
Cek DPL, AGD, Elektrolit ada hasil lapor
19-03-2013
S : Demam (-)
O : Status generalis : TD: 110/90 N: 57, S: 37, RR: 20
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran: Compos mentis
Status Neurologis: Tidak ada perubahan
Status Lokalis : Luka bekas operasi kering
Luka bekas burhole kempis
A : Post Op. hari ke 5
P : - Terapi Teruskan
IVFD tutofusin : D5 2:1
Diet cair 6x150cc TKTP
Inhalasi 3x sehari
CT scan kepala ulang tanpa kontras
GV
20-03-2013
18
S : Demam (-), Kejang(-)
O : Status generalis : N: 100 S: 36,5 RR: 20
Keadaan umum: baik
Kesadaran: Compos mentis
Status Neurologis: Tidak ada perburukan
Status Lokalis : Luka bekas ETV sudah kemps = TIK menurun
Track Shunt : Tidak ada tanda – tanda peradangan
CT scan kepala
A : Post Op. hari ke 6
P : - ACC pulang
- Kontrol tanggal 24 januari 2012
- Obat : Cefixime syr, chloramphenikol syr, Parasetamol syr
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Hidrosefalus adalah peningkatan abnormal volume LCS dan biasanya terjadi
peningkatan tekanan sebagai akibat tidak seimbangnya produksi dan atau absorbsi
LCS. Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti
kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif
yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang
berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid. Keadaan ini
disebabkan oleh karena terdapat ketidak seimbangan antara produksi dan absorpsi dari
CSS. Bila akumulasi CSS yang berlebihan terjadi diatas hemisfer serebral, keadaan
19
ini disebut higroma subdural atau koleksi cairan subdural. Pada kasus akumulasi
cairan yang berlebihan terjadi pada sistem ventrikuler, keadaan ini disebut sebagai
hidrosefalus internal. Selain itu beberapa lesi intrakranial menyebabkan peninggian
TIK, namun tidak sampai menyebabkan hidrosefalus. Peninggian volume CSS tidak
ekivalen dengan hidrosefalus; ini juga terjadi pada atrofi serebral. Hidrosefalus
sebagai kesatuan klinik dibedakan oleh tiga factor yaitu peninggian tekanan
intraventrikuler, penambahan volume CSS, dilatasi rongga CSS.
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Struktur anatomi yang berkaitan dengan hidrosefalus, yaitu bangunan-bangunan
dimana CSS berada. Sistem ventrikel otak dan kanalis sentralis.
1. Ventrikel lateralis
Ada dua, terletak didalam hemispherii telencephalon. Kedua ventrikel lateralis
berhubungan denga ventrikel III (ventrikel tertius) melalui foramen interventrikularis
(Monro).
2. Ventrikel III (Ventrikel Tertius)
Terletak pada diencephalon. Dinding lateralnya dibentuk oleh thalamus dengan
adhesio interthalamica dan hypothalamus. Recessus opticus dan infundibularis
menonjol ke anterior, dan recessus suprapinealis dan recessus pinealis ke arah kaudal.
Ventrikel III berhubungan dengan ventrikel IV melalui suatu lubang kecil, yaitu
aquaductus Sylvii (aquaductus cerebri).
20
3. Ventrikel IV (Ventrikel Quartus)
Membentuk ruang berbentuk kubah diatas fossa rhomboidea antara cerebellum
dan medulla serta membentang sepanjang recessus lateralis pada kedua sisi. Masing-
masing recessus berakhir pada foramen Luschka, muara lateral ventrikel IV. Pada
perlekatan vellum medullare anterior terdapat apertura mediana Magendie.
4. Kanalis sentralis medula oblongata dan medula spinalis
Saluran sentral korda spinalis: saluran kecil yang memanjang sepanjang korda
spinalis, dilapisi sel-sel ependimal. Diatas, melanjut ke dalam medula oblongata,
dimana ia membuka ke dalam ventrikel IV.
5. Ruang subarakhnoidal
Merupakan ruang yang terletak diantara lapisan arakhnoid dan piamater.
CSS dihasilkan oleh plexus choroideus dan mengalir dari ventrikel lateral ke
dalam ventrikel III, dan dari sini melalui aquaductus masuk ke ventrikel IV. Di sana
cairan ini memasuki spatium liquor serebrospinalis externum melalui foramen
lateralis dan medialis dari ventrikel IV. Pengaliran CSS ke dalam sirkulasi vena
sebagian terjadi melalui villi arachnoidea, yang menonjol ke dalam sinus venosus atau
ke dalam lacuna laterales; dan sebagian lagi pada tempat keluarnya nervi spinalis,
tempat terjadinya peralihan ke dalam plexus venosus yang padat dan ke dalam
selubung-selubung saraf (suatu jalan ke circulus lymphaticus).
Kecepatan pembentukan CSS 0,3-0,4 cc/menit atau antara 0,2- 0,5% volume
total per menit dan ada yang menyebut antara 14-38 cc/jam. Sekresi total CSS dalam
24 jam adalah sekitar 500-600cc, sedangkan jumblah total CSS adalah 150 cc, berarti
dalam 1 hari terjadi pertukaran atau pembaharuan dari CSS sebanyak 4-5 kali/hari.
Pada neonatus jumblah total CSS berkisar 20-50 cc dan akan meningkat sesuai usia
sampai mencapai 150 cc pada orang dewasa.
KLASIFIKASI
Hidrosefalus dapat dibagi 3 jenis :
21
1. Gangguan produksi : jarang, terjadi pada karsinoma plexus choroideus atau
papilloma plexus choroideus.
2. Gangguan sirkulasi : akibat obstruksi dari jalur sirkulasi LCS. Dapat juga terjadi di
ventrikel atau vili arachnoid. Dapat disebabkan oleh tumor, perdarahan
intrakranial, kongenital, atau infeksi.
3. Gangguan absorbsi : dapat terjadi pada sindrom vena cava superior dan trombosis
sinus. Terdapat beberapa jenis hidrosefalus yang tidak dapat diklasifikasikan,
yaitu hidrosefalus tekanan normal dan pseudotumor serebri.
ETIOLOGI
Hidrosefalus terjadi karena gangguan sirkulasi likuor di dalam system ventrikel
atau oleh produksi likuor yang berlebihan. Hidrosefalus terjadi bila terdapat
penyumbatan aliran likuor pada salah satu tempat, antara tempat pembentukan likuor
dalam system ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang subarachnoid. Akibat
penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS di bagian proksimal sumbatan. Tempat
yang sering tersumbat dan terdapat dalam klinis adalah foramen Monro, foramen
Luschka dan Magendi, sisterna magna dan sisterna basalis.
Secara teoritis, pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan
absorpsi yang normal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik
sangat jarang terjadi, misalnya terlihat pelebaran ventrikel tanpa penyumbatan pada
adenomata pleksus koroidalis. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering
terdapat pada bayi dan anak yaitu kelainan bawaan, infeksi, neoplasma dan
perdarahan.
1.Kelainan Bawaaan
a. Stenosis Akuaduktus Sylvius, merupakan penyebab terbanyak pada
hidrosefalus bayi dan anak ( 60-90% ). Akuaduktus dapat merupakan saluran buntu
atau abnormal lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak
22
lahir atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
b. Spina bifida dan cranium bifida, hidrosefalus pada kelainan ini biasanya
berhubungan dengan sindroma Arnord-Chiari akibat tertariknya medulla spinalis,
dengan medulla oblongata dan serebelum letaknya lebih rendah dan menutupi
foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total.
c. Sindrom Dandy-Walker,merupakan atresiakongenital foramen Luschka
dan Magendi dengan akibat hidrosefalus obstruktif dengan pelebaran system
ventrikel, terutama ventrikel IV yang dapat sedemikian besarnya hingga merupakan
suatu kista yang besar di daerah fossa posterior.
d. Kista arakhnoid,dapat terjadi congenital maupun didapat akibat trauma
sekunder suatu hematoma.
e. Anomaly pembuluh darah, dalam kepustakaan dilaporkan terjadi
hidrosefalus akibat aneurisma arterio-vena yang mengenai arteria serebralis posterior
dengan vena Galeni atau sinus tranversus dengan akibat obstruksi akuaduktus.
2.Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga terjadi obliterasi
ruang subarachnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjad
bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat purulen di akuaduktus
Sylvius atau sisterna basalis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu
sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitisnya. Secara patologis terlihat
penebalan jaringan piamater dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain.
Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah
basal sekitar sisterna kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis
purulenta lokasinya lebih tersebar.
3.Neoplasma
23
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap tempat aliran
CSS. Pengobatan dalam hal ini ditujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor
tidak bisa dioperasi, maka dapat dilakukan tindakan paliatif dengan mengalirkan CSS
melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak, kasus terbanyak yang menyebabkan
penyumbatan ventrikel IV dan akuaduktus Sylvius bagian terakhir biasanya suatu
glioma yang berasal dari serebelum, sedangkan penyumbatan bagian depan ventrikel
III biasanya disebabkan suatu kraniofaringioma.
4. Perdarahan
Telah banyak dibuktikan bahwa perdarahn sebelum dan sesudah lahir dalam otak
dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain
penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri
PATOFISIOLOGI
Secara teoritis hidrosefalus terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu;
produksi liquor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran liquor, peningkatan
tekanan sinus venosa. Sebagai konsekuensi dari tiga mekanisme diatas adalah
peningkatan tekanan intracranial sebagai upaya mempertahankan keseimbangan
sekresi dan absorbs. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel masib belum dipahami
dengan jelas, namun hal ini bukanlah hal yang sederhana sebagaimana akumulasi
akibat dari ketidakseimbangan antara produksi dan absorbs. Mekanisme terjadinya
dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda beda tiap saat tiap saat selama
perkembangan hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari :
1. Kompensasi sistem serebrovascular
2. Redistribusi dari liquor serebrospinal atau cairan ekstraseluler atau kedunya
dalam susunan sistem saraf pusat.
3. Perubahan mekanis dari otak (peningkatan elastisitas otak, gangguan
viskoelastisitas otak, kelainan turgor otak)
4. Efek tekanan denyut liquor serebrospinal (masih diperdebatkan)
5. Hilangnya jaringan otak
6. Pembesaran volume tengkorak (pada penderita muda) akibat adanya regangan
abnormal pada sutura cranial.
24
Produksi liquor yang berlebihan hampir semua disebabkan oleh tumor pleksus
khoroid (papiloma dan karsinoma). Adanya produksi yang berlebihan akan
menyebabkan tekanan intracranial meningkat dalam mempertahankan keseimbangan
antara sekresi dan absorbs liquor, sehingga akhirnya ventrikel akan membesar.
Adapula beberapa laporan mengenai produksi liquor yang berlebihan tanpa adanya
tumor pada pleksus khoroid, di samping juga akibat hipervitaminosis A. Gangguan
aliran liquor merupakan awal dari kebanyakan dari kasus hidrosefalus. Peningkatan
resistensi yang disebabkan oleh gangguan aliran akan meningkatkan tekanan liquor
secara proporsional dalam upaya mempertahankan resorbsi yang seimbang. Derajat
peningkatan resistensi aliran cairan liquor adan kecepatan perkembangan gangguan
hidrodinamik berpengaruh pada penampilan klinis.
GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis pada permulaan adalah pembesaran tengkorak
yang disusul oleh gangguan neurologik akibat tekanan likuor yang meningkat yang
menyebabkan hipotrofi otak. Hidrosefalus pada bayi (sutura masih terbuka pada umur
kurang dari 1 tahun, didapatkan gambaran :
Vena-vena kepala prominen
“Cracked-pot sign”, yaitu bunyi seperti pot kembang yang retak atau buah
semangka pada perkusi kepala
Perkembangan motorik terlambat
Perkembangan mental terlambat
Tonus otot meningkat, hiperrefleksi (refleks lutut/akiles)
“Cerebral cry”, yaitu tangisan pendek, bernada tinggi dan bergetar
Kepala membesar
Ubun-ubun melebar dan tegang
Sutura melebar
Fontanella kepala prominen
Mata kearah bawah (sunset phenomena), yaitu bola mata terdorong ke bawah
oleh tekanan dan penipisan tulang tulang supraorbita, sklera tampak di atas
iris, sehingga iris seakan-akan seperti matahari yang akan terbenam
25
Nistagmus horizontal
Gejala pada anak-anak dan dewasa :
Pada anak Bila sutura kranialis sudah menutup, terjadi tanda-tanda kenaikan
tekanan intrakranial :
Sakit kepala
Kesadaran menurun
Kejang
Gelisah
Mual, muntah proyektil
Hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak
Gangguan perkembangan fisik dan mental
Papil edema; ketajaman penglihatan akan menurun dan
lebih lanjut dapat mengakibatkan kebutaan bila terjadi atrofi papila N.II.
Tekanan intrakranial meninggi oleh karena ubun-ubun dan sutura sudah menutup,
nyeri kepala terutama di daerah bifrontal dan bioksipital. Aktivitas fisik dan mental
secara bertahap akan menurun dengan gangguan mental yang sering dijumpai seperti
respon terhadap lingkungan lambat, kurang perhatian tidak mampu merencanakan
aktivitasnya.
DIAGNOSIS
Pengukuran lingkar kepala fronto-oksipital yang teratur pada bayi merupakan
tindakan terpenting untuk menentukan diagnosis dini. Pertumbuhan kepala normal
paling cepat terjadi pada tiga bulan pertama5. Lingkar kepala akan bertambah kira-
kira 2 cm tiap bulannya. Standar normal berbeda untuk bayi prematur dan bayi cukup
bulan. Pertumbuhan kepala normal pada bayi baru lahir adalah 2 cm / bulan untuk 3
bulan pertama, 1 cm / bulan untuk 3 bulan kedua dan 0,5 cm / bulan selama 6 bulan
berikutnya.
Ukuran Rata-Rata Lingkar Kepala :
26
Lahir 35 cm
Umur 3 bulan 41 cm
Umur 6 bulan 44 cm
Umur 9 bulan 46 cm
Umur 12 bulan 47 cm
Umur 18 bulan 48,5 cm
Studi laboratorium Tidak terdapat pemeriksaan darah yang spesifik untuk
menunjukkan hidrosefalus. Test genetic dan konseling di rekomendasikan jika
terdapat kemungkinan hidrosefalus secara genetic. Evaluasi cerebrospinal fluid (CSF)
pada kondisi posthemorrhagic dan postmeningitic hidrosefalus untuk melihat
konsentrasi protein dan untuk meniadakan residual infeksi.
Studi Imaging Pada foto Rontgen kepala polos lateral, tampak kepala yang
membesar dengan disproporsi kraniofasial, tulang yang menipis dan sutura melebar5,
yang menjadi alat diagnostic terpilih pada kasus ini adalah CT scan kepala dimana
sistem ventrikel dan seluruh isi intrakranial dapat tampak lebih terperinci, serta dalam
memperkirakan prognosa kasus. MRI sebenarnya juga merupakan pemeriksaan
diagnostic terpilih untuk kasus kasus yang efektif. Namun, mengingat waktu
pemeriksaan yang cukup lama sehingga pada bayi perlu dilakukan pembiusan.
Pemeriksaan cairan serebrospinal dengan punksi ventrikel melaui fontanel
mayor, dapat menunjukkan tanda peradangan, dan perdarahan baru atau lama. Punksi
juga dilakukan untuk menentukan tekanan ventrikel.
Ultrasonografi (USG) adalah pemeriksaan penunjang yang mempunyai peran
penting dalam mendeteksi adanya hidrosefalus pada periode perinatal dan pascanatal
selama fontanelnya tidak menutup sehingga dapat ditentukan adanya pelebaran
ventrikel atau perdarahan dalam ventrikel.
CT-scan/MRI kriteria untuk akut hidrosefalus berupa:
27
o Ukuran kedua temporal horns lebih besar dari 2 mm, jelas terlihat. Dengan
tidak adanya hydrocephalus, temporal horns nyaris tak terlihat.
o Rasio terlebar dari frontal horns untuk diameter biparietal maksimal (yaitu,
Evans ratio) lebih besar dari 30% pada hidrosefalus.
o Eksudat Transependymal yang diterjemahkan pada gambar sebagai
hypoattenuation periventricular (CT) atau hyperintensity (MRI T2-weighted and
fluid- attenuated inversion recovery [FLAIR] sequences).
o Tanda pada frontal horn dari ventrikel lateral dan ventrikel ketiga (misalnya,
"Mickey mouse"ventrikel) dapat mengindikasikan obstruksi aqueductal.
CT-scan/MRI criteria untuk kronok hidrosefalus berupa :
o Temporal horns tidak begitu menonjol dari pada kasus akut
o Ventrikel ketiga dapat mengalami herniasi ke dalam sella tursica.
o Macrocrania (misalnya, occipitofrontal circumference >98th percentile) dapat di
jumpai.
o Corpus callosum dapat mengalami atrofi (tampilan terbaik pada potongan
sagittal MRI).
PENATALAKSANAAN
Pada sebagian penderita, pembesaran kepala berhenti sendiri (arrested
hydrocephalus) mungkin oleh rekanalisasi ruang subarachnoid atau kompensasi
pembentukan CSS yang berkurang. Tindakan bedah belum ada yang memuaskan
100%, kecuali bila penyebabnya ialah tumor yang masih bisa diangkat. Ada tiga
prinsip pengobatan hidrosefalus, yaitu : mengurangi produksi CSS dengan merusak
sebagian pleksus koroidalis, dengan tindakan reseksi atau koagulasi, akan tetapi
hasilnya tidak memuaskan, Memperbaiki hubungan antara tempat produksi CSS
dengan tempat absorpsi yakni menghubungkan ventrikel dengan ruang subarachnoid.
Misalnya, ventrikulo-sisternostomi Torkildsen pada stenosis akuaduktus. Pada anak
hasilnya kurang memuaskan, karena sudah ada insufisiensi fungsi absorpsi,
Pengeluaran CSS ke dalam organ ekstrakranial.
28
Penanganan sementara
Terapi konservatif medikamentasa ditujukan untuk mebatasi evolusi
hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dan pleksus choroid
(asetazolamit 100 mg/kgBB/hari; furosemid 1,2 mg/kgBB/hari) atau upaya
meningkatkan resorpsinya (isorbid). Terapi diatas hanya bersifat sementara sebelum
dilakukan terapi defenitif diterapkan atau bila ada harapan kemungkinan pulihnya
gangguan hemodinamik tersebut; sebaliknya terapi ini tidak efektif untuk pengobatan
jangka panjang mengingat adanya resiko terjadinya gangguan metabolic.
Drainase liqouor eksternal dilakukan dengan memasang kateter ventrikuler
yang kemudian dihubungkan dengan suatu kantong drain eksternal. Keadaan ini
dilakukan untuk penderita yang berpotensi menjadi hidrosefalus (hidrosefalus transisi)
atau yang sedang mengalami infeksi. Keterbatasan tindakan ini adalah adanya
ancaman kontaminasi liquor dan penderita harus selalu dipantau secara ketat8. Cara
lain yang mirip dengan metode ini adalah puksi ventrikel yang dilakukan berulang
kali untuk mengatasi pembesaran ventrikel yang terjadi.
Cara cara untuk mengatasi pembesaran ventrikel diatas dapat diterapkan pada
beberapa situasi tertentu seperti pada kasus stadium akut hidrosefalus paska
perdarahan
Penetrasi membrane. Penetrasi dasar ventrikel III merupakan suatu tindakan
membuat jalan alternative melalui rongga subarachnoid bagi kasus kasus stenosis
akuaduktus atau (lebih umum) gangguan aliran pada fossa posterior (termasuk tumor
fossa posterior). Selain memulihkan fungsi sirkulasi liquor secara pseudo fisiologi,
ventrukulostomi III dapat menciptakan tekanan hidrostatik yang uniform pada seluruh
sistem saraf pusat sehingga mencegah terjadinya perbedaan tekanan pada struktur
struktuk garis tengah yang rentan2. Saat ini metode yang terbaik untuk melakukan
tindakan tersebut adalah dengan teknik bedah endoskopik, dimana suatu
neuroendoskop (rigid atau fleksibel) dimasukkan melalui burrhole coronal (2-3 cm
dari garis tengah) kedalam ventrikel lateral, kemudian melalui foramen monro
(diidentifikasi berdasarkan pleksus khoroid dan vena septalis serta dan vena thalamus
triata) masuk kedalam ventrikel III. Lubang di buat didepan percabangan arteri
29
basilaris sehingga terbentuk saluran antara ventrikel III dengan sisterna
interpedinkularis. Lubang ini dapat dibuat dengan memakai laser, monopolar
kuagulator, radiofrekuensi, dan kateter balon.
Operasi pemasangan ‘pintas’ (shunting). Sebagian besar pasien hidrosefalus
memerlukan shunting, bertujuan membuat aliran loquor baru (ventrikel atau lumbar)
dengan kavitas drainase (seperti; peritoneum, atrium kanan, pleura). Pada anak anak
lokasi kavitas yang terpilih adalah rongga peritoneum, mengingat mampu
menampung kateter yang cukup panjang sehingga dapat menyesuaikan pertumbuhan
anak serta resiko terjadi infeksi relatifd lebih kecil disbanding rongga jantung.
Biasanya cairan LCS didrainasi dari ventrikel, namun terkadang pada hidrosefalus
kommunikan ada yang didrain ke rongga subarachnoid lumbar.
Pada dasarnya alat shunt terdiri dari tiga komponen yaitu; kateter proksimal,
katub (dengan/tanpa reservior), dan kateter distal. Komponen bahan dasarnya adalah
elastomer silicon. Pemilihan pemakaian didasarkan atas pertimbangan mengenai
penyembuhan kulit yangd alam hal ini sesuai dengan usia penderita, berat badan,
ketebalan kulit dan ukuran kepala. Sistem hidrodinamik shunt tetap berfungsi pada
tekanan yang tinggi, sedang dan rendah, dan pilihan ditetapkan sesuai dengan ukuran
ventrikel, status pasien (vegetative, normal) pathogenesis hidrosefalus, dan proses
evolusi penyakit.
Penempatan reservoir shunt umunya dipasang di frontal atau temporo-oksipital
yang kemudian disalurkan di bawah kulit . tehnik operasi penempatan shunt
didasarkan pada pertimbangan anatomis dan potensi kontaminasi yang mungkin
terjadi. Terdapat dua hal yang perlu diorbservasi pasca operasi, yaitu: pemeliharaan
luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan kelancaran dan fungsi alat
shunt yang dipasang.
Komplikasi shunt dikategorikan menjadi tiga komplikasi yaitu; infeksi,
kegagalan mekanis, dan kegagalan fungsional, yang disebabkan jumlah aliran yang
tidak adekuat. Infeksi meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi
ventrikel dan bahkan kematian. Kegagalan mekanis mencakup komplikasi komplikasi
seperti; oklusi aliran di dalam shunt (proksimal katub atau distal), diskoneksi atau
30
putusnya shunt, migrasi dari tempat semula, tempat pemasangan yang tidak tepat.
Kegagalan fungsional dapat berupa drainase yang berlebihan atau malah kurang
lancarnya drainase. Drainase yang terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi
lanjutan seperti terjadinya efusi subdural, kraniosinostosis, lokulasi ventrikel,
hipotensi ortostatik.
KOMPLIKASI
Berhubungan dengan progresifitas hidrosefalus :
Perubahan Visual.
Oklusi dari arteri cerebral posterior akibat proses skunder dari transtentorial
herniasi.
Kronik papil udema akibat kerusakan nervus optikus.
Dilatasi dari ventrikel ke tiga dengan kompresi area kiasma optikum.
Disfungsi cognitive dan inkontunensia
Berhubungan dengan pengobatan :
Electrolit imbalance
Metabolic acidosis
Berhubungan dengan terapi bedah :
Tanda dan gejala dari peningkatan tekanan intracranial dapat disebabkan oleh
gangguan pada shunt.
Subdural hematoma atau subdural hygroma akibat skunder dari overshunting.
Nyeri kepala dan tanda neurologis fokal dapat dijumpai.
Tatalaksana kejangn dengan dengan obat antiepilepsi.
Okkasional Infeksi pada shunt dapat asimtomatik. pada neonates, dapat
bermanifestasi sebagai perubahan pola makan, irritabilitas, vomiting, febris,
letargi, somnolen, dan ubun-ubun menonjol. Anak-anak yang lebih tua
dan orang dewasa biasa dengan gejala dengan sakit kepala, febris, vomitus,
dan meningismus. Dengan ventriculoperitoneal (VP) shunts, sakit perut dapat
terjadi.
Shunts dapat bertindak sebagai saluran untuk metastasis extraneural tumor
31
tertentu (misalnya, medulloblastoma).
Komplikasi dari VP shunt termasuk; peritonitis, hernia inguinal, perforasi organ
abdomen, obtruksi usus, volvulus, dan CSF asites.
Komplikasi dari ventriculoatrial (VA) shunt termasuk; septicemia, shunt
embolus, endocarditis, dan hipertensi pulmunal.
Kompliaksi dari Lumboperitoneal shunt termasuk; radiculopathy dan
arachnoiditis.
HIDROSEFALUS OBSTRUKTIF ec SOL CEREBELLUM SUSPECT
MEDULLOBLASTOMA
32
Disusun oleh:
Yudistira Pratama (030.06.287)
Pembimbing: dr. Yudi Yuwono Wiwoho, Sp.BS
UNIVERSITAS TRISAKTI
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
RSPAU dr. ESNAWAN ANTARIKSA
JAKARTA
2012
33