2008-2-00442-mtif bab 2

Upload: ujonono

Post on 27-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    1/29

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1 Persediaan (Stok)

    Persediaan adalah stok yang akan digunakan pada masa yang akan datang

    (Bronson et al., 1997, p259).

    Persediaan didefinisikan sebagai bahan baku, barang dalam proses dan perakitan,

    dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu (Elsayed,

    1994, p. 63).

    Berikut ini adalah beberapa definisi lain dari persediaan:

    1. Persediaan adalah sejumlah komoditas dari sebuah perusahaan yang disimpan

    untuk beberapa waktu untuk memenuhi kebutuhan yang akan datang (Daniel

    SipperdanRobert L. Bulfin, JR., p. 206).

    2.

    Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan

    dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau

    persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi,

    ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu

    proses produksi (Sofjan Asauri, 1993, p. 176).

    3. Persediaan adalah stok yang akan digunakan pada masa yang akan datang

    (Bronson et al., 1997, p259).

    4. Persediaan adalah barang atau secara umum dapat diartikan sebagai sumber daya

    yang sedang tidak dipakai, yang memiliki nilai ekonomis (Spencer B. Smith,

    1989, p. 108).

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    2/29

    8

    Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang

    memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus diisi.

    Sistem persediaan memegang peranan penting, dimana untuk mengetahui transaksi

    keluar masuknya barang, serta meneliti persediaan yang ada. Dengan adanya sistem

    persediaan, diharapkan tidak ada barang yang tersimpan terlalu lama di dalam gudang,

    atau pembelian material yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

    Persediaan sendiri besarnya meliputi 1/3 dari total investasi, dan dikategorikan

    sebagai modal kerja yang berbentuk barang. Dalam perusahaan, banyak divisi

    perusahaan yang terlibat, diantaranya adalah divisi finansial, produksi, purchasing, dan

    marketing, dan masing-masing divisi memiliki sudut pandang yang berbeda mengenai

    persediaan :

    - Divisi finansial menginginkan jumlah persediaan yang sedikit untuk menghemat

    holding cost.

    - Divisi produksi menginginkan biaya produksi serendah mungkin, dan produksi

    sebuah jenis barang secara besar-besaran untuk menghemat waktu.

    - Divisi purchasing menginginkan pembelian dalam jumlah besar untuk

    mendapatkan potongan harga.

    - Divisi marketing menginginkan stok barang jadi dalam jumlah banyak untuk

    menghindari stockout. Stockout biasanya muncul pada persediaan yang mahal

    dan holding costtinggi (misalnya : dealer mobil).

    Karena itulah dibutuhkan sistem persediaan untuk dapat menjembatani keinginan

    dan kebutuhan yang berbeda-beda tersebut.

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    3/29

    9

    Dalam masalah persediaan atau stok, ada terkait beberapa macam biaya sebagai

    berikut:

    -

    Purchasing cost: biaya yang timbul akibat pembelian barang. Biaya ini

    dipengaruhi oleh besarnya jumlah barang yang dipesan dan juga harga satuan

    dari barang yang dipesan.

    - Ordering cost: biaya yang dikeluarkan untuk membawa barang dari luar ke

    dalam perusahaan. Biaya ini meliputi beberapa biaya, yaitu biaya untuk

    menentukan pemasok (supplier), pengetikan pesanan, pengiriman pesanan, biaya

    pengangkutan, biaya penerimaan dan lain sebagainya. Biaya ini diasumsikan

    konstan untuk setiap kali pesan.

    - Holding cost: biaya yang dikeluarkan untuk melakukan penyimpanan barang.

    Ada beberapa macam biaya yang termasuk di dalam holding costini, yaitu biaya

    memiliki persediaan (modal), biaya gedung (biaya ini merupakan biaya sewa

    gedung jika perusahaan tidak memiliki ruang gudang sendiri atau merupakan

    nilai depresiasi jika perusahaan memiliki gudang sendiri), biaya asuransi, biaya

    kerusakan dan penyusutan (jika barang disimpan pasti akan mengalami

    kerusakan maupun penyusutan), bunga, upah buruh, biaya administrasi dan

    pemindahan.

    - Set-up cost : biaya untuk mempersiapkan mesin atau proses produksi untuk

    membuat suatu pesanan, atau biaya-biaya yang dibutuhkan untuk melakukan

    penyesuaian pada saat bahan/barang diproses. Secara prinsip, set-up costadalah

    order costpada saat bahan telah/sedang diproses. Pada banyak kasus, set-up cost

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    4/29

    10

    sangat berkorelasi dengan set-up time (set-up time dapat dieliminasi dengan

    inovasi mesin dan perbaikan standard bahan baku).

    -

    Biaya kekurangan persediaan: biaya ini muncul jika perusahaan tidak dapat

    memenuhi kebutuhannya untuk melakukan produksi maupun untuk memenuhi

    kebutuhan konsumen. Dalam hal ini peusahaan akan kehilangan kesempatan

    untuk dapat memproduksi barang maupun untuk mendapatkan keuntungan dari

    penjualan barang kepada konsumen. Ada beberapa faktor untuk biaya

    kekurangan persediaan ini, yaitu kuantitas yang tidak dapat terpenuhi, waktu

    pemenuhan, dan biaya pengadaan darurat.

    2.2 Alasan Memiliki Persediaan

    Alasan diadakannya persediaan berkaitan dengan pelayanan terhadap konsumen

    sekaligus meminimalkan biaya-biaya yang diakibatkan apabila tidak memiliki

    persediaan. Kegunaan dari sistem persediaan antara lain :

    - Memenuhi permintaan tepat pada waktunya.

    - Penyelarasan antara produksi dan distribusi.

    - Meningkatkan fleksibilitas produksi dan menjaga mesin agar tetap bekerja.

    - Produksi terus berjalan dengan adanya persediaan bahan mentah.

    - Mendapat kepastian tersedianya barang.

    -

    Antisipasi terhadap perubahan harga dan inflasi.

    - Meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan.

    - Mengurangi biaya transportasi.

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    5/29

    11

    - Mengantisipasi aksi pemogokan kerja buruh, bencana alam, dan keterlambatan

    pengiriman.

    -

    Pemanfaatan potongan harga bila melakukan pemesanan dalam jumlah banyak

    (quantity discount). Quantity discount seringkali diberikan oleh penjual kepada

    pembeli jika membeli dalam jumlah tertentu yang cukup besar. Pesanan

    pembelian optimal dapat dipengaruhi oleh adanya kebijakan quantity discount

    ini.

    2.3 Jenis-jenis Persediaan

    Persediaan dapat digolongkan ke dalam dua bentuk, yaitu berdasarkan fungsi dan

    berdasarkan proses produksi.

    2.3.1 Persediaan Berdasarkan Fungsi

    Jenis persediaan berdasarkan fungsi yang umumnya digunakan adalah sebagai

    berikut (Richard J. Tersine, p. 7-8):

    1. Working Stock(CycleatauLot Size Stock)

    Working Stock adalah persediaan yang akan digunakan dan telah disimpan

    sebelum digunakan, agar pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk sejumlah lot

    yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan untuk meminimalisasikan biaya

    pemesanan dan penyimpanan, dan mendapatkan potongan harga. Secara umum,

    jumlah rata-rata persediaan yang dihasilkan dari ukuran lot yang dimiliki suatu

    perusahaan membentuk persediaan aktif perusahaan tersebut.

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    6/29

    12

    2. Anticipation Stock(Seasonalatau Stabilization Stock)

    Anticipation Stock adalah persediaan yang digunakan untuk menangani

    permintaan musiman yang memuncak, keperluan sampingan (promosi,

    pemogokan buruh). Persediaan ini disimpan atau diproduksi sebelum digunakan,

    dan berkurang selama permintaan puncak, dengan harapan agar tingkat produksi

    rata-rata tetap tercapai, dan jumlah tenaga kerja tetap stabil.

    3. Safety Stock(Bufferatau Fluctuation Stock)

    Safety Stock adalah persediaan yang disimpan untuk mengantisipasi

    kemungkinan supplydan demandyang naik turun. Setelah persediaan berkurang,

    selama menunggu persediaan penuh kembali, Safety Stock berfungsi sebagai

    persediaan darurat.

    2.3.2 Persediaan Berdasarkan Proses Produksi

    Jenis persediaan berdasarkan proses produksi dilihat dari jenis serta posisi barang

    tersebut dalam proses pembuatan produk (Sofjan Asauri, p. 222-223), yaitu sebagai

    berikut :

    1. Persediaan bahan baku (raw materials)

    Persediaan bahan baku adalah persediaan barang-barang berwujud yang

    digunakan dalam proses produksi. Barang dapat diperoleh dari sumber-sumber

    alam, ataupun dibeli dari pemasok atau perusahaan yang memproduksi barang

    tersebut.

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    7/29

    13

    2. Persediaan komponen (component part)

    Persediaan komponen adalah persediaan yang terdiri dari komponen-komponen

    yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat langsung dirakit tanpa melalui

    proses produksi sebelumnya.

    3. Persediaan barang setengah jadi (work in process)

    Persediaan barang setengah jadi adalah persediaan barang-barang yang keluar

    dari bagian-bagian dalam sebuah pabrik, atau bahan-bahan yang telah diolah

    menjadi suatu bentuk, namun masih harus diproses untuk dapat dijual sebagai

    barang jadi.

    4. Persediaan bahan-bahan pembantu

    Persediaan bahan-bahan pembantu adalah persediaan barang atau bahan yang

    diperlukan untuk mendukung proses produksi atau digunakan dalam aktivitas

    perusahaan, namun bukan merupakan bagian dari barang jadi.

    5. Persediaan barang jadi (finished goods)

    Persediaan barang jadi adalah persediaan yang telah selesai diproses atau diolah

    dalam pabrik, dan siap untuk dijual.

    2.4 Properti Persediaan

    Secara umum, sistem persediaan selalu berkaitan dengan hal-hal berikut sebelum

    pada akhirnya sampai pada penentuan jumlah pesanan yang tepat dengan biaya total

    yang optimal (Richard J.Tersine, p. 12-13).

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    8/29

    14

    1. Permintaan (demand)

    a. Demand size adalah ukuran skala magnitude dari permintaan, yang

    dibedakan antara konstan dengan variabel, dan deterministic dengan

    probabilistic(diskrit dengan kontinu)

    b. Demand rateadalah ukuran permintaan per satuan waktu.

    c. Demand patternmengacu pada berapa banyak barang yang dikeluarkan

    dari persediaan.

    2. Waktu tunggu (lead time)

    Waktu tunggu adalah tenggang waktu yang diperlukan antara pemesanan bahan

    baku sampai dengan kedatangan bahan baku tersebut. Waktu tunggu ini dapat

    bernilai konstan maupun probabilistic (Elsayed A.Elsayed and Thomas

    O.Boucher, p. 64-65)).

    3. Pemesanan kembali (replenishment)

    a. Replenishment size mengacu pada kuantitas atau sejumlah barang yang

    akan diterima masuk ke dalam persediaan. Ukurannya dapat bernilai

    konstan atau variabel tergantung dari tipe sistem persediaan yang

    digunakan.

    b. Replenishment pattern mengacu pada bagaimana sejumlah unit tertentu

    ditambahkan ke dalam persediaan.

    c. Replenishment lead time adalah tenggang waktu antara pemesanan

    sejumlah item dan penambahan item tersebut ke dalam persediaan.

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    9/29

    15

    4. Persediaan cadangan (Safety Stock)

    Persediaan cadangan adalah persediaan yang diadakan untuk mencegah

    terjadinya kekosongan persediaan ketika kondisi atau situasi permintaan sedang

    tidak pasti, atau ketika terjadi keterlambatan penerimaan bahan-bahan baku.

    Terdapat beberapa faktor yang menentukan besarnya persediaan ini, antara lain

    penggunaan bahan baku rata-rata selama periode tertentu sebelum barang

    pesanan tiba, waktu tunggu yang bervariasi.

    2.5

    Komposisi Biaya Persediaan

    Metode-metode pengendalian persediaan selalu mengarah pada minimalisasi

    biaya sebagai suatu kriteria optimalisasi agar keuntungan yang diperoleh maksimal.

    Biaya-biaya yang umumnya berperan dalam persediaan yaitu:

    1. Biaya pembelian (purchase cost)

    Biaya pembelian merupakan biaya untuk membeli atau memproduksi satuan

    barang persediaan. Biaya ini konstan dan oleh sebab itu tidak dipertimbangkan

    dan dapat dihilangkan dari perhitungan total cost (Roger G.Schroeder, p. 58).

    2. Biaya pemesanan atau persiapan (orderatau set-up cost)

    Biaya pemesanan adalah biaya yang timbul setiap kali pemesanan dilakukan

    untuk mengisi kembali persediaan barang yang ada. Saat pemesanan dilakukan,

    muncul beberapa biaya yang berkaitan dengan pemrosesan, persiapan,

    pengiriman, penanganan, dan pembelian sejumlah item yang dipesan (Vollman,

    Berry, and Whybark, p. 694). Biaya pemesanan ini terdiri dari (Ronald H.Ballou,

    p. 413-414):

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    10/29

    16

    a. Biaya manufacturing atau harga dari produk untuk beragam ukuran

    pesanan.

    b. Biaya persiapan proses produksi

    c. Biaya pemrosesan pesanan oleh departemen keuangan dan pembelian.

    d. Biaya pengiriman pesanan.

    e. Biaya pendistribusian apabila biaya transportasi tidak dimasukkan ke

    dalam harga pembelian.

    f. Biaya penanganan pesanan selama perjalanan ke lokasi pemesan.

    3. Biaya penyimpanan (holding cost)

    Biaya penyimpanan adalah biaya-biaya yang diperlukan berkenaan dengan

    diadakannya persediaan, dan meliputi seluruh pengeluaran yang diakibatkan oleh

    persediaan tersebut (Sofjan Asauri, p. 224). Komposisi biaya ini antara lain

    (Ronald H.Ballou, p. 414-415):

    a. Biaya pergudangan (space cost) yang meliputi biaya sewa gudang, biaya

    pemeliharaan dan penanganan barang, dan biaya administrasi gudang.

    b. Bunga atas modal yang diinvestasikan dalam persediaan (capital cost),

    meliputi 80% dari total biaya penyimpanan. Hal ini disebabkan karena

    persediaan merupakan campuran antara aset jangka pendek dan jangka

    panjang, dan jangkauan biaya bunga mulai dari nilai bunga bank sampai

    opportunity cost of capital.

    c. Biaya pelayanan persediaan (inventory service cost), termasuk di

    dalamnya biaya pencegahan kerusakan bahan baku, pencurian, maupun

    penurunan nilai barang.

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    11/29

    17

    4. Biaya kekurangan persediaan (stockout cost)

    Biaya kekurangan persediaan disebut juga shortage cost, yaitu biaya yang

    dikenakan jika tidak terdapat persediaan yang cukup untuk memenuhi

    permintaan berlebih yang datang pada waktu tertentu (Richard J.Tersine, p. 14),

    yaitu:

    a. Biaya kehilangan penjualan (lost sales cost), timbul apabila pelanggan

    dihadapkan pada situasi kekosongan barang lalu memutuskan untuk

    membatalakan pesanan atas barang tersebut.

    b. Biaya pemesanan kembali (back order cost), timbul apabila pelanggan

    bersedia menunggu pesanannya terpenuhi, meskipun rencana

    penjualannya harus diundur. Biaya ini akan menambah ongkos

    pemrosesan order, transportasi, dan penanganan material.

    2.6 Lot Sizing

    Lot Sizing adalah proses menentukan ukuran pesanan. Pemesanan ini harus

    tersedia di awal periode produksi. Terdapat banyak alternatif untuk menghitung ukuran

    lot. Beberapa teknik diarahkan untuk menyembangkan set-up costdan holding cost. Ada

    juga yang bersifat sederhana dengan menguunakan konsep jumlah atau periode

    pemesanan yang tetap. Berdasarkan pengambilan keputusan persediaan berdasarkan

    kuantitas (quantity decision),Lot Sizingdibagi menjadi dua:

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    12/29

    18

    Gambar 2.1 Model Lot Sizing

    1. Static Lot Sizing Modelsatau SLS (Model Ukuran Pemesanan Statis)

    Static Lot Sizing Models merupakan model yang digunakan untuk permintaan

    yang tetap selama periode waktu yang direncanakan.

    2. Dynamic Lot Sizing Models atau DLS(Model Ukuran Pemesanan Dinamis)

    Dynamic Lot Sizing Modelsmerupakan model yang digunakan untuk permintaan

    yang berubah-ubah selama periode waktu yang direncanakan. Diasumsikan

    permintaan diketahui dengan pasti dan biasa disebut dengan lumpy demand.

    2.6.1 Static Lot Sizing Models

    Static Lot Sizing Modelsdapat dikategorikan menjadi empat model, yaitu :

    1. Fixed Order Quantity(FOQ)

    FOQ merupakan pendekatan menggunakan konsep jumlah pemesanan tetap

    karena keterbatasan akan fasilitas.

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    13/29

    19

    2. Economic Order Quantity(EOQ)

    EOQ merupakan pendekatan menggunakan konsep minimasi ongkos simpan dan

    ongkos pesan. Ukuran lottetap berdasarkan hitungan minimasi tersebut.

    3. Economic Production Quantity(EPQ)

    EPQ merupakan pengembangan dari EOQ. Perbedaannya dengan EOQ adalah

    EPQ berasumsi bahwa pemesanan diterima secara bertahap meningkat selama

    proses produksi.

    4. Resource Constraints

    Resource Constraints merepresentasikan kombinasi dari barang dan jasa yang

    dapat dibeli oleh konsumen.

    2.6.2 Dynamic Lot Sizing Models

    Dynamic Lot Sizing dapat dibagi menjadi 3 macam menurut cara penyelesaian

    masalah atau rules, yaitu:

    Gambar 2.2 ModelDynamic Lot Sizing

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    14/29

    20

    1. SimpleRules

    Simple Rules adalah aturan keputusan kuantitas pemesanan yang tidak

    didasarkan langsung pada optimalisasi fungsi biaya. Termasuk di dalam Simple

    Rules adalah:

    a. Fixed Periode Requirement (FPR) : Pendekatan menggunakan konsep

    ukuran lotdengan periode tetap, dimana pesanan dilakukan berdasarkan

    periode waktu tertentu saja.

    b. Period Order Quantity(POQ) : Pendekatan menggunakan konsep jumlah

    pemesanan ekonomis agar dapat dipakai pada periode bersifat permintaan

    diskrit, teknik ini dilandasi oleh metode EOQ.

    c. Lot for Lot(LFL) : Pendekatan menggunakan konsep atas dasar pesanan

    diskrit dengan pertimbangan minimasi dari ongkos simpan, jumlah yang

    dipesan sama dengan jumlah yang dibutuhkan.

    2. Heuristic Rules

    Heuristic Rules bertujuan mencapai solusi biaya rendah namun tidak harus

    optimal.

    a. Least Unit Cost (LUC) : Pendekatan menggunakan konsep pemesanan

    dengan ongkos unit terkecil, dimana jumlah pemesanan ataupun interval

    pemesanan dapat bervariasi.

    b. Part Period Balancing(PPB) : Pendekatan menggunakan konsep ukuran

    lot ditetapkan bila ongkos simpannya sama atau mendekati ongkos

    pesannya.

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    15/29

    21

    c. Silver Meal(SM) : Menitik beratkan pada ukuran lot yang harus dapat

    meminimumkan ongkos total per-perioda.

    d. Least Total Cost(LTC) : Pendekatan menggunakan konsep ongkos total

    akan diminimalisasikan apabila untuk setiap lot dalam suatu horison

    perencanaan hampir sama besarnya.

    3. Optimum Rules

    Optimum Rules bertujuan mencapai solusi biaya rendah yang juga optimum.

    Termasuk didalamnya adalah Metode Wagner Whitin (WW). WW merupakan

    pendekatan menggunakan konsep ukuran lot dengan prosedur optimasi program

    linear, bersifat matematis. Fokus utama dalam penyelesaian masalah ini adalah

    melakukan minimalisasi penggabungan ongkos total dari set-up costdan holding

    cost dan berusaha agar totalnya mendekati nilai yang sama untuk kuantitas

    pemesanan yang dilakukan.

    2.7 Peramalan (Forecasting)

    Peramalan adalah suatu metode untuk memprediksi keadaan masa depan. Dalam

    kasus ini, yang diprediksi adalah keadaan permintaan pada masa depan yang akan

    mempengaruhi keadaan stok barang yang dimiliki.

    Ada 3 metode peramalan, yaitu:

    1.

    Metode kualitatif, yang menggunakan opini dari sang ahli untuk meramalkan

    masa depan.

    2. Metode kausal, yang menghubungkan variabel yang akan diramalkan dengan

    variabel lainnya.

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    16/29

    22

    3. Metode rangkaian waktu, yang berusaha meramalkan masa depan dari kejadian

    pada masa lampau.

    Ada lima prinsip mengenai peramalan, yaitu:

    1. Hasil peramalan mengandung error

    2. Errorperamalan harus jelas

    3. Peramalan untuk jumlah yang besar lebih akurat dibandingkan dengan peramalan

    untuk jumlah kecil.

    4. Peramalan lebih akurat untuk jangka waktu yang lebih pendek dibanding dengan

    jangka waktu yang lebih panjang.

    5. Jika memungkinkan, perhitungan permintaan lebih baik daripada

    meramalkannya.

    Dalam skripsi ini, untuk melakukan peramalan data permintaan yang akan terjadi

    pada masa mendatang dilakukan dengan metode Trend Analysis. Metode ini dapat

    mengatasi adanya keadaan permintaan yang bersifat periodik.

    Rumus untuk melakukan peramalan dengan metode Trend Analysis ini adalah

    sebagai berikut:

    monthMRbxay ++= )(

    y = nilai hasil peramalan pada periode selanjutnya.

    (a + bx) = nilai dari least square dengan x sebagai periode yang mau diramalkan

    nilainya.

    MRmonth= nilai mean residual pada bulan yang bersesuaian dengan periode bulan

    yang akan diramalkan nilainya.

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    17/29

    23

    2.8 Metode Wagner - Whitin

    Metode Wagner-Whitin ditemukan pada tahun 1958 oleh Wagner dan Whitin.

    Metode ini merupakan pengembangan dariDynamic Programmingyang ditemukan oleh

    Richard Bellman pada tahun 1957. Metode Wagner-Whitin sering digunakan dalam

    pengenalanDynamic Programming.

    Kelebihan dari Metode Wagner-Whitinantara lain memiliki solusi optimal yang

    terjamin untuk problem statis. Wagner-Whitin dimulai dari model deterministik, dengan

    jumlah permintaan diketahui per periodenya, biaya pemesanan yang fluktuatif, dan stok

    barang dari satu periode ke periode berikutnya.

    Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot dengan prosedur optimasi program

    linear, bersifat matematis. Fokus utama dalam penyelesaian masalah ini adalah

    melakukan minimasi penggabungan ongkos total dari ongkos pesan dan ongkos simpan

    dan berusaha agar kedua ongkos tersebut tersebut mendekati nilai yang sama untuk

    kuantitas pemesanan yang dilakukan.

    Berikut ini adalah langkah-langkahWagner-Whitin,yang disertai dengan contoh

    soal.

    Tabel 2.1 Data Permintaan

    j 1 2 3 4 5

    Dt 20 50 10 50 50

    At 100 100 100 100 100

    Ht 1 1 1 1 1

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    18/29

    24

    j menunjukkan periode, yang dapat berupa hari, minggu, atau bulan. Pada soal

    ini, j merupakan periode dalam satuan bulan.

    Dt menunjukkan jumlah permintaan pada periode tersebut.

    At menunjukkan setup cost, pada soal di atas merupakan nilai dalam satuan

    dollar.

    Ht menunjukkan holding cost,pada soal di atas merupakan nilai dalam satuan

    dollar.

    Langkah 1:

    Karena ini merupakan data pertama, periode optimal adalah periode 1.

    Langkah 2:

    Periode 1 masih yang terkecil, jadi permintaan barang periode 2 akan dipesan

    pada periode 1.

    1

    100

    *

    1

    1

    *

    1

    =

    ==

    j

    AZ

    1

    150

    200100100

    150)50(1100min

    2inproduce,Z

    1inproduce,min

    *2

    2

    *

    1

    211*

    2

    =

    =

    =+

    =+=

    +

    +=

    j

    A

    DhAZ

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    19/29

    25

    Langkah 3:

    Periode 1 masih yang terkecil, jadi permintaan barang periode 2 dan 3 akan

    dipesan pada periode 1.

    Langkah 4:

    Periode 4 yang terkecil, jadi permintaan barang periode 4 akan dipesan pada

    periode ini.

    .

    1

    170

    250100150

    21010)1(100100

    17010)11()50(1100

    min

    3inproduce,Z

    2inproduce,Z

    1inproduce,)(

    min

    *

    3

    3*2

    322

    *

    1

    321211

    *

    3

    =

    =

    =+

    =++

    =+++

    =

    +

    ++

    +++

    =

    j

    A

    DhA

    DhhDhA

    Z

    4

    270

    270100170

    30050)1(100150

    31050)11(10)1(100100

    32050)111(10)11()50(1100

    min

    4inproduce,Z

    3inproduce,Z

    2inproduce,)(Z

    1inproduce,)()(

    min

    *

    4

    4*3

    433

    *

    2

    432322

    *

    1

    4321321211

    *

    4

    =

    =

    =+

    =++

    =++++

    =++++++

    =

    +

    ++

    ++++

    ++++++

    =

    j

    A

    DhA

    DhhDhA

    DhhhDhhDhA

    Z

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    20/29

    26

    2.9 Alat Bantu Perancangan

    2.9.1 State Transition Diagram(STD)

    State Transition Diagram merupakan salah satu cara untuk menggambarkan

    jalannya suatu proses. STD ini terdiri dari input/kondisi, stateproses, output/aksi yang

    terjadi dan perubahan statenya. Komponen dasar STDantara lain:

    Gambar 2.3 Komponen Dasar State Transition Diagram

    State menunjukkan satu atau lebih kegiatan atau keadaan atau atribut yang

    menjelaskan bagian tertentu dari proses.

    Anak panah berarah, menunjukkan perubahan stateyang disebabkan oleh input

    tertentu (stateX ke stateY).

    Input atau kondisi merupakan suatu kejadian pada lingkungan eksternal yang

    dapat dideteksi oleh sistem misal sinyal, interupsi atau data. Hal ini

    menyebabkan perubahan dari satu state ke state yang lainnya atau dari satu

    aktivitas ke aktivitas lainnya.

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    21/29

    27

    Output atau aksi merupakan hal yang dilakukan oleh sistem jika terjadi

    perubahan state atau merupakan reaksi terhadap kondisi. Aksi dapat

    menghasilkan output, tampilan pesan pada layar, kalkulasi atau kegiatan lannya.

    2.9.2 Pseudocode

    Pseudocodeberasal dari kata pseudo dan code. Pseudocodememiliki beberapa

    definisi, antara lain:

    1. Pseudocode adalah deskripsi yang informal dan padat dari sebuah algoritma

    pemrograman komputer yang menggunakan aturan struktural dari bahasa

    pemrograman, tetapi menghilangkan detail-detail seperti subrutin, deklarasi

    variabel atau syntaxbahasa pemrograman tertentu.

    2. Pseudocodeadalah kode atau tanda yang menyerupai atau merupakan penjelasan

    cara menyelesaikan suatu masalah.

    Bahasa pemrograman dalam hal ini digabungkan dengan penjelasan detail dalam

    bahasa natural agar terlihat lebih umum. Pseudocode bukanlah skeletonprogram atau

    dummy code yang masih dapat di-compile tanpa error. Salah satu bentuk pseudocode

    adalahflowchart.

    Dalam penulisannya,pseudocodepun memiliki beberapa aturan, yaitu:

    1. Statementprogram ditulis dengan bahasa yang sederhana

    2. Instruksi ditulis per baris.

    3. Tiap modul diberi spasi untuk memudahkan pembaca.

    4. Huruf untuk penulisanpseudocodedibedakan

    5. Batasi jumlah baris pada tiap modul

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    22/29

    28

    2.9.3 Teori Perancangan Program

    Perangkat lunak merupakan data elektronik yang disimpan sedemikian rupa oleh

    komputer itu sendiri. Data yang disimpan ini dapat berupa program atau instuksi yang

    akan dijalankan oleh perintah, maupun catatan-catatan yang diperlukan oleh komputer

    untuk menjalankan perintah yang didapatnya.

    Perangkat lunak memiliki banyak definisi, sebagian diantaranya adalah sebagai

    berikut:

    a. Instruksi-instruksi (program komputer) yang jika dijalankan akan

    memberikan fungsi dan unjuk kerja yang diinginkan.

    b. Kumpulan beberapa perintah yang dieksekusi oleh mesin komputer dalam

    menjalankan pekerjannya.

    c. Struktur data yang membuat program mampu memanipulasi suatu informasi.

    d. Dokumen-dokumen yang menjelaskan operasi dan pemakaian suatu program.

    Perangkat lunak memiliki perbedaan dengan perangkat keras. Perangkat lunak

    merupakan suatu elemen sistem yang bersifat logis bukan bersifat fisik dan tidak

    berbentuk secara nyata. Perangkat lunak memiliki beberapa karakteristik, sebagai

    berikut.

    a. Perangkat lunak dikembangkan dan direkayasa, bukan dirakit seperti perangkat

    keras. Ada persamaan antara pengembangan perangkat lunak dan produksi

    perangkat keras, namun kedua aktivitas itu pada dasarnya memiliki perbedaan

    satu sama lainnya.

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    23/29

    29

    b. Perangkat lunak tidak rusak, berbeda dengan perangkat keras. Perangkat keras

    dapat menjadi rusak karena terkena pengaruh lingkungan dan perangkat keras

    yang rusak tersebut dapat digantikan dengan yang baru atau diperbaiki.

    Sedangkan, pada perangkat lunak jika terjadi kegagalan fungsi maka dapat

    diperbaiki. Oleh karena itu, pemeliharaan perangkat lunak menjadi lebih rumit

    daripada pemeliharaan perangkat keras.

    c. Perangkat lunak dibuat mulai dari komponen terkecil kemudian digabungkan

    sehingga membentuk suatu fungsi tertentu. Berbeda dengan perangkat lunak

    yang dirakit dari komponen yang sudah ada.

    Perancangan perangkat lunak adalah penetapan dan penggunaan prinsip-prinsip

    perancangan untuk mendapatkan perangkat lunak yang ekonomis, handal dan bekerja

    secara efisien pada mesin yang sesungguhnya (Pressman, 2005, p53).

    Rekayasa Perangkat Lunak adalah suatu pendekatan aplikasi yang sistematis,

    disiplin dan mampu mengukur dalam pengembangan, pengoperasian dan pemeliharaan

    perangkat lunak. Menurut Pressman, Rekayasa Perangkat Lunak adalah teknologi yang

    berlayer.Layer-layertersebut terdiri dari empat elemen yang mampu untuk mengontrol

    proses pengembangan perangkat lunak sebagai berikut.

    a. Aquality focus

    Setiap pendekatan teknik harus berdasarkan pada kualitas yang menjadi

    komitmen suatu organisasi. Hal mendasar yang mendukung suatu teknik

    perangkat lunak adalah quality focus.

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    24/29

    30

    b. Proses (Process)

    Merupakan fondasi dari teknik perangkat lunak yang merupakan perekat yang

    memegang layer-layer teknologi bersama-sama dan mampu secara rasional dan

    dari waktu ke waktu mengembangkan perangkat lunak komputer. Proses

    didefinisikan sebagai urutan di dalam metode yang akan digunakan.

    c. Metode-metode (methods)

    Menyediakan cara-cara teknis membangun perangkat lunak. Pada metode ini hal-

    hal yang perlu diperhatikan:

    1)

    Komunikasi

    2) Analisis sistem yang diperlukan.

    3) Desain model.

    4) Konstruksi program.

    5) Pengujian.

    6) Pendukung untuk proses dan metode.

    2.9.4 Model Waterfall

    Nama model ini sebenarnya adalah Linear Sequential Model. Model ini sering

    disebut dengan classic life cycle atau model waterfall. Model ini adalah model yang

    muncul pertama kali yaitu sekitar tahun 1970 sehingga sering dianggap kuno, tetapi

    merupakan model yang paling banyak dipakai didalam Software Engineering (SE).

    Model ini melakukan pendekatan secara sistematis dan urut mulai dari level kebutuhan

    sistem lalu menuju ke tahap analisis, desain, coding, testing/verification , dan

    maintenance. Disebut dengan waterfall karena tahap demi tahap yang dilalui harus

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    25/29

    31

    menunggu selesainya tahap sebelumnya dan berjalan berurutan. Sebagai contoh, tahap

    desain harus menunggu selesainya tahap sebelumnya yaitu tahap requirement. Secara

    umum tahapan pada model waterfalldapat dilihat pada gambar berikut :

    Gambar 2.4 Model Waterfall

    Gambar di atas adalah tahapan umum dari model proses ini. Akan tetapi Roger S.

    Pressman memecah model ini menjadi 6 tahapan meskipun secara garis besar sama

    dengan tahapan-tahapan model waterfallpada umumnya. Berikut adalah penjelasan dari

    tahap-tahap yang dilakukan di dalam model ini menurut Pressman:

    1. Rekayasa dan pemodelan sistem

    Karena sistem merupakan bagian dari sebuah sistem yang lebih besar, pemodelan

    ini dimulai dengan membangun syarat dari semua elemen sistem dan

    mengalokasikan beberapa subset dari kebutuhan ke software tersebut. Pandangan

    sistem ini penting ketika software harus berhubungan dengan elemen-elemen

    yang lain seperti software, hardware, manusia, dan database. Rekayasa dan

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    26/29

    32

    pemodelan sistem menyangkut pengumpulan kebutuhan pada tingkat sistem

    dengan sejumlah kecil analisis serta desain tingkat puncak. Tahap ini sering

    disebut dengan Project Definition.

    2. Analisis kebutuhan software

    Proses pengumpulan kebutuhan diintensifkan dan difokuskan, khususnya pada

    software. Untuk memahami sifat dari program yang dibuat, maka software

    engineerharus memahami domain informasi softwaretersebut, misalnya fungsi

    yang dibutuhkan, tingkah laku, unjuk kerja, dan user interface. Kebutuhan baik

    untuk sistem maupun software didokumentasikan dan ditunjukkan kepada

    pelanggan.

    3. Desain

    Proses ini digunakan untuk mengubah kebutuhan-kebutuhan diatas menjadi

    representasi ke dalam bentuk blueprint software sebelum coding dimulai.

    Desain software sebenarnya adalah proses multi langkah yang berfokus pada

    empat atribut sebuah program yang berbeda, struktur data, arsitektur software,

    representasi interface, dan detail (algoritma) prosedural. Desain harus dapat

    mengimplementasikan kebutuhan yang telah disebutkan pada tahap sebelumnya.

    Proses desain menterjemahkan syarat/kebutuhan ke dalam sebuah representasi

    software yang dapat diperkirakan demi kualitas sebelum dimulai pemunculan

    kode. Sebagaimana 2 aktivitas sebelumnya, desain didokumentasikan dan

    menjadi bagian dari konfigurasi software.

    4. Generasi kode

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    27/29

    33

    Untuk dapat dimengerti oleh mesin, dalam hal ini adalah komputer, maka desain

    tadi harus diubah bentuknya menjadi bentuk yang dapat dimengerti oleh mesin,

    yaitu ke dalam bahasa pemrograman melalui proses coding.. Tahap ini

    merupakan implementasi dari tahap desain yang secara teknis nantinya

    dikerjakan olehprogrammer.

    5. Pengujian

    Setelah program dibuat, pengujian program dimulai. Proses pengujian berfokus

    pada logika internal software, memastikan bahwa semua pernyataan sudah diuji,

    dan pada eksternal fungsional, yaitu mengarahkan pengujian untuk menemukan

    kesalahan kesalahan dan memastikan bahwa input yang dibatasi akan

    memberikan hasil aktual yang sesuai dengan hasil yang diinginkan. Semua

    fungsi-fungsi software harus diujicobakan, agar software bebas dari error, dan

    hasilnya harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan yang sudah didefinisikan

    sebelumnya.

    6. Pemeliharaan

    Pemeliharaan suatu software diperlukan, termasuk di dalamnya adalah

    pengembangan, karena software yang dibuat tidak selamanya tetap seperti itu.

    Ketika dijalankan mungkin saja masih ada error kecil yang tidak ditemukan

    sebelumnya, atau ada penambahan fitur-fitur yang belum ada pada software

    tersebut. Software dapat mengalami perubahan setelah disampaikan kepada

    pelanggan (perkecualian yang mungkin adalah softwareyang dilekatkan), karena

    software harus disesuaikan untuk mengakomodasi perubahan perubahan di

    dalam lingkungan eksternalnya (contohnya perubahan yang dibutuhkan sebagai

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    28/29

    34

    akibat dari perangkat peripheral atau sistem operasi yang baru), atau karena

    pelanggan membutuhkan perkembangan fungsional atau unjuk kerja.

    Pengembangan diperlukan ketika adanya perubahan dari eksternal perusahaan

    seperti ketika ada pergantian sistem operasi, atau perangkat lainnya.

    Pemeliharaan software mengaplikasikan lagi setiap fase program sebelumnya

    dan tidak membuat yang baru lagi.

    Model ini sangat popular karena pengaplikasiannya mudah. Selain itu, ketika

    semua kebutuhan sistem dapat didefinisikan secara utuh, eksplisit, dan benar di awal

    project, maka System Engineerdapat berjalan dengan baik dan tanpa masalah. Meskipun

    seringkali kebutuhan sistem tidak dapat didefinisikan seeksplisit yang diinginkan, tetapi

    paling tidak, problem pada kebutuhan sistem di awal project lebih ekonomis dalam hal

    uang (lebih murah), usaha, dan waktu yang terbuang lebih sedikit jika dibandingkan

    problem yang muncul pada tahap-tahap selanjutnya.

    Meskipun demikian, karena model ini melakukan pendekatan secara urut /

    sequential, maka ketika suatu tahap terhambat, tahap selanjutnya tidak dapat dikerjakan

    dengan baik dan itu menjadi salah satu kekurangan dari model ini. Selain itu, ada

    beberapa kekurangan pengaplikasian model ini, antara lain adalah sebagai berikut:

    1. Ketika problem muncul, maka proses berhenti, karena tidak dapat menuju ke

    tahapan selanjutnya. Bahkan jika kemungkinan problem tersebut muncul akibat

    kesalahan dari tahapan sebelumnya, maka proses harus membenahi tahapan

    sebelumnya agar problem ini tidak muncul. Hal - hal seperti ini yang dapat

    membuang waktu pengerjaan System Engineer.

  • 7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2

    29/29

    35

    2. Karena pendekatannya secara sequential, maka setiap tahap harus menunggu

    hasil dari tahap sebelumnya. Hal itu tentu membuang waktu yang cukup lama,

    artinya bagian lain tidak dapat mengerjakan hal lain selain hanya menunggu hasil

    dari tahap sebelumnya. Oleh karena itu, seringkali model ini berlangsung lama

    pengerjaannya.

    3. Pada setiap tahap proses tentunya dipekerjakan sesuai spesialisasinya masing-

    masing. Oleh karena itu, ketika tahap tersebut sudah tidak dikerjakan, maka

    sumber dayanya juga tidak terpakai lagi. Oleh karena itu, seringkali pada model

    proses ini dibutuhkan seseorang yang multi - skilled, sehingga minimal dapat

    membantu pengerjaan untuk tahapan berikutnya.

    Pengembang sering melakukan penundan yang tidak perlu. Sifat alami dari siklus

    kehidupan klasik membawa kepada blocking state di mana banyak anggota tim proyek

    harus menunggu tim yang lain untuk melengkapi tugas yang saling memiliki

    ketergantungan. Blocking state cenderung menjadi lebih lazim pada awal dan akhir

    sebuah proses sekuensial linier.