4. wardani.pdf

22
53 Wardani, Kontroversi Penafsiran tentang Penciptaan ...: 53-74 KONTROVERSI PENAFSIRAN TENTANG PENCIPTAAN PEREMPUAN DALAM AL-QUR‘AN: Analisis terhadap Penafsiran M. Quraish Shihab Wardani Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penafsiran M. Quraish Shihab terhadap kontroversi yang berkembang di kalangan ulama klasik dan kontemporer tentang isu sensitif dalam diskursus feminisme, yaitu proses kejadian perempuan. Di kalangan ulama klasik, telah terbentuk mainstream  pena fsir an bahw a perempuan dici ptak an dari tula ng rusu k, suat u pena fsir an literal dan menekankan proses kejadian fisik yang kemudian berimplikasi posisi subordinat mereka dibandingkan pria. Sedangkan di kalangan ulama kontemporer, penafsiran bersifat metafor dan menekankan psikologi perempuan ketimbang kejadian fisik sesungguhnya. Telaah ini di samping menjelaskan argumen-argumen penafsiran, juga bertujuan memposisikan penafsirannya dalam perdebatan penafsiran klasik dan kontemporer tersebut. Kata kunci:  penafs iran, tafsir klasik , tafsir konte mporer , nafs wahida h Pendahuluan Salah satu persoalan krusial yang dihadapi para mufassir  dalam menaf- sirkan ayat-ayat al-Qur‘an tentang relasi gender dalam banyak karya-karya tafsir klasik maupun modern adalah “bias- gender”. Sebagaimana dibuktikan dengan beberapa penelitian, seperti dalam  Argum en Kes eta raan Gen der oleh Nasaruddin Umar tentang beberapa kekeliruan penafsiran selama ini, baik dalam tingkat “produk tafsir” (hasil  penafsiran) maupun “mekanisme tafsir” (perangkat-perangkat kebahasaan), T afsir Kebencian oleh Zaitunah Subhan, dan Perempuan dalam Pasungan oleh  Nur jann ah Ism ail . Sej ara h pen afs ira n ayat-ayat al-Qur’an sejak periode awal hingga sekarang di dunia Islam umumnya diwarnai oleh dua karakter kepekaan gender, yaitu: pertama, tafsir-tafsir yang  bi as -g en de r ya ng di ta nd ai de ng an dominasi peran laki-laki. Kedua, tafsir- tafsir yang berupaya memposisikan “pembacaan” ayat-ayat dalam relasi gender secara seimbang dan setara.

Upload: andi-saputra

Post on 27-Feb-2018

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/25/2019 4. Wardani.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/4-wardanipdf 1/22

53Wardani,Kontroversi Penafsiran tentang Penciptaan ...: 53-74 

KONTROVERSI PENAFSIRAN TENTANG

PENCIPTAAN PEREMPUAN DALAM AL-QUR‘AN:

Analisis terhadap Penafsiran M. Quraish Shihab

Wardani

Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penafsiran M. Quraish Shihabterhadap kontroversi yang berkembang di kalangan ulama klasik dan

kontemporer tentang isu sensitif dalam diskursus feminisme, yaitu proseskejadian perempuan. Di kalangan ulama klasik, telah terbentuk mainstream penafsiran bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk, suatu penafsiranliteral dan menekankan proses kejadian fisik yang kemudian berimplikasi posisisubordinat mereka dibandingkan pria. Sedangkan di kalangan ulamakontemporer, penafsiran bersifat metafor dan menekankan psikologi perempuanketimbang kejadian fisik sesungguhnya. Telaah ini di samping menjelaskanargumen-argumen penafsiran, juga bertujuan memposisikan penafsirannyadalam perdebatan penafsiran klasik dan kontemporer tersebut.

Kata kunci:  penafsiran, tafsir klasik, tafsir kontemporer, nafs wahidah

Pendahuluan

Salah satu persoalan krusial yangdihadapi para mufassir   dalam menaf-sirkan ayat-ayat al-Qur‘an tentang relasigender dalam banyak karya-karya tafsir klasik maupun modern adalah “bias-gender”. Sebagaimana dibuktikandengan beberapa penelitian, sepertidalam  Argumen Kesetaraan Gender oleh Nasaruddin Umar tentang beberapa

kekeliruan penafsiran selama ini, baik dalam tingkat “produk tafsir” (hasil penafsiran) maupun “mekanisme tafsir”

(perangkat-perangkat kebahasaan),Tafsir Kebencian oleh Zaitunah Subhan,dan Perempuan dalam Pasungan oleh Nurjannah Ismail. Sejarah penafsiranayat-ayat al-Qur’an sejak periode awalhingga sekarang di dunia Islam umumnyadiwarnai oleh dua karakter kepekaangender, yaitu: pertama, tafsir-tafsir yang bi as -g en de r yang di tandai deng andominasi peran laki-laki. Kedua, tafsir-

tafsir yang berupaya memposisikan“pembacaan” ayat-ayat dalam relasigender secara seimbang dan setara.

7/25/2019 4. Wardani.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/4-wardanipdf 2/22

7/25/2019 4. Wardani.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/4-wardanipdf 3/22

55Wardani,Kontroversi Penafsiran tentang Penciptaan ...: 53-74 

kontemporer mengenai proses kejadian perempuan dalam al-Qur’an. (2) Menje-laskan tentang penafsiran M. QuraishShihab tentang isu ini. (3) Untuk menge-tahui posisi penafsiran M. Quraish Shihabdalam perdebatan penafsiran yang berkembang selama ini. Sedangkanmanfaat penelitian ini adalah (1) Mem- perkaya wawasan tentang penafsiranulama klasik dan kontemporer mengenai proses kejadian perempuan dalam al-Qur’an. (2) Memberi sumbangan akade-mis tentang penafsiran M. Quraish Shihabtentang proses kejadian perempuan dalam

al-Qur’an dan mengetahui posisi penaf-siran M. Quraish Shihab dalam perdeba-tan penafsiran yang berkembang selamaini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menerapkan metodekomparatif, yaitu metode yang berupayamengungkapan persamaan dan perbe-daan antara penafsiran M. QuraishShihab dan penafsiran-penafsiran yang

 berkembang selama ini.

M. Quraish Shihab: Riwayat Hidup,

Karir, dan Karya Intelektual

1. Riwayat Hidupnya

M. Quraish Shihab dilahirkan pada16 Februari 1944 di Rappang, sebuah kotadi Sulawesi Selatan. Ia merupakan salahsatu putra Abdurrahman Syihab (1905-1986), seorang wiraswastawan dan

ulama yang cukup populer di kawasanini. Dari namanya, jelas bahwa ayahnyaadalah seorang hadhramî   (penduduk 

daerah Arab bagian selatan) yang memi-liki hubungan genealogi keturunan dengan Nabi. Di samping, berwiraswasta sejak muda, ayahnya juga dikenal sebagai pendakwah dan pengajar. Ia adalahlulusan Jami’atul Khair Jakarta, sebuahlembaga pendidikan tertua di Indonesiayang mengusung pemikiran-pemikiranmodern (Subhan, 1993: 10). Di sampingdikenal sebagai guru besar dalam bidangtafsir, ia juga pernah menjabat sebagairektor IAIN Alauddin Makassar, Sula-wesi Selatan (Shihab, 1995: 6; Kusmana,2002: 255; Nisa, 2004: 1-25; Mustafa P.,

2001: 64-72; Anwar, 2002: 169-175).Label sebagai wiraswasta dan

 pengajar pada ayahnya menjadi ciri umumkalangan hadhramî  yang bermigrasi keIndonesia. Menurut Peter G. Riddell,hubungan antara Hadhramaut dengandunia Indonesia-Melayu yang mengaki- batkan migrasi besar-besaran sudahterjalin di sekitar tahun 1850 hingga 1950.Migrasi besar-besaran dari kalanganhadhramî  yang membentuk kantong-

kantong pemukiman di sekitar pelabuhan- pelabuhan di Jawa dan Singapore bahkanterjadi lebih awal, yaitu pada sekitar 1820(Riddell, 1997: 221).

Agaknya, dari proses migrasi inilah bisa dipahami kehadiran kelompok Arabketurunan ini di Sulawesi Selatan. Ayah-nya, di samping dikenal sebagai guru besar dan rektor IAIN Alauddin padamasanya, ia juga disebut sebagai pendiriUniversitas Muslim Indonesia (UMI) di

Makassar (Alwi Shihab,1999: vi). Ayah-nya dikenal berhasil mendidik anak-anaknya sebagai tokoh agama. Alwi

7/25/2019 4. Wardani.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/4-wardanipdf 4/22

Ishraqi, Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 200956

Shihab, adik Quraish Shihab, adalahdoktor alumnus ‘Ayn Syams di Mesir danTemple University di Amerika yang men- jadi tokoh dialog antaragama di Indonesia.

Pendidikan dasar diselesaikan olehQuraish Shihab di Makassar. Setelah itu,ia melanjutkan pendidikan menengah diMalang sambil menjadi santri di Pondok Pesantren Darul-Hadits al-Faqihiyyah.Pada tahun 1958 di usia 14 tahun, ia me-lanjutkan studi di Kairo, Mesir. Dengan bekal ilmu yang diperolehnya di Malang,ia diterima di kelas II pada tingkatTsanawiyyah al-Azhar. Pada tahun 1967

di usia 23 tahun, ia berhasil meraih gelar Lc (licence) di Jurusan Tafsir HaditsFakultas Ushuluddin di Universitas al-Azhar. Kemudian ia melanjutkan pen-didikan di fakultas yang sama dan meraihgelar MA pada tahun 1969 dengan tesis“al-I’jâz al-Tasyrî’î li al-Qur`ân al-Karîm” (Kemukjizatan al-Qur’an al-Karim dari Segi Legislasi).

Pada tahun 1980, ia melanjutkan pendidikan tingkat doktor di Universitas

al-Azhar. Dalam waktu dua tahun, ia bisamenyelesaikan pendidikan doktor di usia38 tahun dengan predikat mumtâz ma’amartabat al-syaraf al-‘ulâ  (summacumlaude) pada tahun 1982 dengandisertasi Kitâb Nazhm al-Durar fî Tanâsub al-Âyât wa al-Suwar li Ibrâhîm bin ‘Umar al-Biqâ’î (809-885H): Tahqîq wa Dirâsah (al-An’âm-al-A’râf-al-Anfâl) setebal 1.336 halamandalam tiga volume, sebuah kajian yang

 pada langkah pertama berupa editing dananotasi (tahqîq) dan pada langkah kedua berupa kajian dengan deskripsi panda-

ngan al-Biqâ’î dalam menafsirkan ayat,kemudian menganalisisnya dari studi pe rb an di ng an umum (muqâranah‘âmmah) dengan pandangan penafsir- penafsir lain, seperti Abû Ja’far bin al-Zubayr, Fakr al-Dîn al-Râzî, al- Naysâbûrî, Abû Hayyân, al-Suyûthî, Abûal-Sa’ûd, al-Khathîb al-Syarbînî, al-Alûsî,dan Muhammad Rasyîd Ridhâ. Penulisandisertasi tersebut di bawah bimbingan Dr.‘Abd al-Bâsith Ibrâhîm Bulbûl.

2. Karier Intelektualnya

Setelah menyelesaikan pendidikan

S2, ia kembali ke Makassar dan terlibatselama sebelas tahun (1969-1980) dalamkegiatan akademik di IAIN Alauddin danlembaga-lembaga pemerintah. Di sam- ping sebagai staf pengajar, antara lain,dalam matakuliah tafsir dan ilmu kalâm,ia menjadi Wakil Rektor bidang Akademisdan Kemahasiswaan di IAIN Alauddin.Di samping itu, ia juga dipercaya mendu-duki jabatan-jabatan, baik di dalamkampus, seperti Koordinator Perguruan

Tinggi Swasta Wilayah VII IndonesiaTimur, maupun di luar kampus, sepertiPembantu Pimpinan Kepolisian IndonesiaTimur dalam bidang pembinaan mental.

Jabatan-jabatan yang pernah didu-dukinya sekembalinya dari pendidikan S3dial-Azhar, antara lain, adalah sebagaidosen Fakultas Ushuluddin dan Pasca-sarjana IAIN (sekarang: UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Bahkan, ia pernahmenjabat sebagai rektor selama dua

 periode (1992-1996 dan 1996-2000). Namun, pada tahun 1998 ia diangkatmenjadi menteri agama pada Kabinet

7/25/2019 4. Wardani.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/4-wardanipdf 5/22

57Wardani,Kontroversi Penafsiran tentang Penciptaan ...: 53-74 

Pembangunan Ke-6. Karena kondisi politik Orde Baru yang mulai pudar, jabatannya sebagai menteri agama hanyadipangkunya sebentar seiring denganturunnya rezim Soeharto. Pada tahun1999, ia diangkat menjadi duta besar RIuntuk Republik Arab Mesir yang berke-dudukan di Kairo hingga akhir periode,yaitu pada tahun 2002. Jabatan-jabatanlain adalah Ketua Majelis Ulama Indo-nesia (MUI) Pusat, anggota LajnahPentashhih al-Qur’an, anggota BadanPertimbangan Pendidikan Nasional,anggota MPR RI (1982-1987 dan 1987-

2002), anggota Badan Akreditasi Nasional (1994-1998), Direktur Pengka-deran Ulama MUI (1994-1997), anggotaDewan Riset Nasional (1994-1998), dananggota Dewan Syariah Bank Mu’ama-lat Indonesia (1992-1999). Ia juga aktif di beberapa organisasi profesional, seper-ti pengurus Perhimpunan Ilmu-ilmuSyariah, pengurus Konsorsium Ilmu-ilmuAgama Departemen Pendidikan danKebudayaan (sekarang: Departemen

Pendidikan Nasional), asisten ketuaumum Ikatan Cendekiawan Muslim Indo-nesia (ICMI) (Anshori, 2006: 64). Dimedia massa, ia pernah aktif menulisartikel di rubrik “Pelita Hati” di suratkabar Pelita dan rubrik “Tafsir al-Amanah” di majalah dua-mingguan Al- Amanah. Ia juga pernah menjadi anggotadewan redaksi majalah Ulumul Qur’andan  Mimbar Ulama.

Quraish Shihab pernah menjadi

 penasihat spiritual keluarga Soeharto,terutama dalam moment-moment acarakeagamaan, seperti acara peringatan

meninggalnya (pembacaan tahlîl) IbuTien Soeharto. Karena kedekatan ini,sebagaimana disebutkan, Quraish Shihab bahkan sempat menjabat sebagai menteriagama dalam Kabinet Pembangunan Ke-6 meski posisinya tidak berlangsung lama,seiring dengan jatuhnya pemerintahanSoeharto pada Mei 1998. Ketika itu banyak orang mengira bahwa reputasi-nya sebagai ilmuwan menjadi jatuhdengan kejatuhan pemerintahan Soehar-to. Setelah “tenggelam” dari media publik  beberapa waktu, ia kemudian munculketika diangkat menjadi duta besar RI di

Kairo.Sekembalinya ke Indonesia dari

Kairo pada tahun 2002, ia mendirikanPusat Studi al-Qur’an (PSQ) di Ciputatyang penggunaanya diresmikan pada 18September 2004 M/3 Sya’ban 1425 H. Nilai-nilai dasar yang dikembangkanadalah tauhid, persaudaraan (ukhuw-wah), dan kemanusiaan (insâniyyah).Dengan visi “mewujudkan nilai-nilai al-Qur’an di tengah masyarakat pluralistik”,

lembaga yang berada di bawah naunganYayasan Lentera Hati ini diarahkan untuk (1) “membumikan” al-Qur’an di tengahmasyarakat pluralistik, (2) menjadikannilai-nilai dasar al-Qur’an sebagai faktor  pemecahan masalah bangsa, (3) me-ngembangkan metodologi studi al-Qur’anyang relevan dan sinkron dengan disiplinilmu-ilmu lain, (4) melahirkan kader-kader mufassir yang profesional, (5) melakukankajian kritis terhadap kitab-kitab tafsir 

klasik dan kontemporer, dan (6) mem- bangun kerjasama dengan lembaga-lembaga studi al-Qur’an di dalam dan luar 

7/25/2019 4. Wardani.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/4-wardanipdf 6/22

Ishraqi, Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 200958

negeri. Lembaga ini dila-tarbelakangioleh pemikiran Quraish Shihab ketikamenjadi duta besar di Mesir tentangcepatnya arus perkembangan pemikirandalam penafsiran al-Qur’an di sana yangsebagian ide-idenya yang baru belum banyak diketahui oleh masyarakat. Di sisilain, ia melihat potensi anak-anak negeridan minat mereka dalam kajian yangmisalnya, terlihat dari kegiatan menghapalal-Qur’an ( Bullet in PSQ,   Edisi 01,September 2004). Untuk men-capaitujuan tersebut, PSQ melaksana-kan beberapa program kegiatan, antara lain:

 pengajian (halaqah) tafsir yang dikenaldengan Pengajian Dwi-Rabuan  (dilak-sanakan setiap dua minggu sekali padahari Rabu) dengan mengangkat persoalanulûm al-Qur`ân, tafsir tahlîlî , dan tafsir mawdhû’î . Paket Kajian al-Qur’an se- perti Paket Kajian Tafsir al-Mishbah, bedah buku, bimbingan penulisan di-sertasi, dan seminar-seminar. Di sampingitu, lembaga ini juga mengadakan program penerbitan, baik buku-buku,

seperti yang ditulis oleh Quraish Shihabsendiri melalui Penerbit Lentera Hatimaupun beberapa karya orang lain,menerbitkan  Jurnal Studi al-Qur ’an(JSQ), Bulletin PSQ, dan Alif  (singkatandari  Alhamdulillâh It’s Friday), sebuahmajalah gratis yang terbit setiap hariJum’at. Lembaga ini melaksanakan Pen-didikan Kader Mufassir (PKM) dalam bentuk program bimbingan penulisandisertasi dengan metode toturial dan

diskusi selama enam bulan bimbinganintensif di dalam negeri dan tiga bulan pendidikan pemantapan bimbingan di

Universitas al-Azhar di bawah bimbingan para pakar tafsirnya, seperti ‘Abd al-Hayy al-Farmâwî. Lembaga ini jugamenyediakan perpustakaan yang berisiliteratur-literatur keislaman yang terbukauntuk umum, baik dalam bentuk buku- buku, majalah, dan artikel maupun dalam bentuk perpustakaan digital. Ciri yangmenonjol dari lembaga ini adalah misinyayang mengusung pluralisme, yaitu bagaimana al-Qur’an menjadi solusi bagikemajemukan bangsa, baik agama, kultur,etnis, maupun bahasa yang dalam kontekshubungan antaragama di Indonesia sering

menjadi faktor pemicu konflik. Intensitas pergumulannya dengan problem kemaje-mukan yang sudah disadari sejak diMakassar dan menguat dengan iklimintelektual dalam kajian-kajian di UINJakarta, seperti tercermin dari peneli-tiannya tentang kerukunan beragama diderah ini, dan keterlibatannya dalamKelompok Kajian Agama (KKA) Para-madina yang diasuh oleh Cak Nur menjadifaktor pendorong untuk bagaimana

menciptakan lembaga yang mengusungdan mengkaji nilai-nilai al-Qur’an secarakritis untuk dijadikan sebagai solusi dalammasyarakat Indonesia yang majemuk ini.

3. Karya-karya Intelektualnya

M. Quraish Shihab memilikisejumlah karya, antara lain (selain artikel-artikel):• Peranan Kerukunan Hidup Ber-

agama di Indonesia Timur   (1975)

yang merupakan hasil penelitian diIndonesia timur yang pluralis. Hasil penelitian ini di samping mendes-

7/25/2019 4. Wardani.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/4-wardanipdf 7/22

59Wardani,Kontroversi Penafsiran tentang Penciptaan ...: 53-74 

kripsikan pluralitas agama, juga berisi solusi bagaimana menciptakankeharmonisan dalam konteks plu-ralitas itu.

•  Masalah Wakaf di Sulawesi Se-latan (1978), hasil penelitian tentangkondisi objektif perwakafan didaerah ini dan solusinya.

• Tafsir al-Manâr, Keistimewaandan Kelemahannya (1984), sebuahkajian kritis tentang Tafsîr al-Manâr dari segi keistimewaan dan kele-mahannya. Kajian ini telah diterbit-kan dalam bentuk buku Studi Kritis

Tafsir al-Manar Karya Muham-mad ‘Abduh dan M. Rasyid Ridha(Pustaka Hidayah, 1994). Belakangan,karya ini diterbitkan ulang dengan judul Rasionalitas al-Qur’an.

• Filsafat Hukum Islam (1987) yangditerbitkan oleh Departemen AgamaRI.

•  Mahkota Tuntunan Ilahi (Tafsir Surat al-Fatihah) (Untagama,1988), sebuah penjelasan tentang isi

surat al-Fatihah dengan penjelasan- penjelasan yang baru dibandingkan penjelasan-penjelasan dalam kitab-kitab tafsir sebelumnya.

• Tafsir al-Amanah, kumpulan artikeldari rubrik tafsir yang diasuhnya dimajalah  Amanah  dan diterbitkanoleh Pustaka Kartini pada 1992.

• “Membumikan” al-Qur’an: Fung-si dan Peran Wahyu dalam Ke-hidupan Masyarakat yang meru-

 pakan kumpulan beberapa tulisansejak 1972-1992 (pertama kali terbitMei 1992).

•  Lentera Hati: Kisah dan HikmahKeihidupan (Mizan, 1994) yangmerupakan kumpulan artikel di rubrik “Pelita Hati” di Surat Kabar Pelita.

• Untaian Permata Buat Anakku:Pesan al-Qur’an untuk Mempelai(al-Bayan, 1995) yang berisi nasihat pernikahan.

• Wawasan al-Qur’an: Tafsir Mau-dhu’i atas Pelbagai PersoalanUmat (Mizan, 1996) yang meru- pakan uraian beberapa tema pentingdalam al-Qur’an dengan meng-gunakan metode maudhu’î (te-

matik).• Sahur Bersama Muhammad Qu-

raish Shihab di RCTI (Mizan,1997) berisi kumpulan catatan dialogsahur yang bertema puasa di RCTI.

• Tafsir al-Qur’an al-Karim (Pus-taka Hidayah, 1997) yang berisi tafsir 24 surat pendek dalam disusun berdasarkan urutan turunnya denganmenggunakan metode tahlîlî.

•  Mukjizat al-Qur’an (Mizan, 1997)

yang menjelaskan otentisitas al-Qur’an melalui kemukjizatannya, baik dari aspek ketelitian redaksi bahasa, dimensi hukum, maupun“isyarat” ilmu pengetahuan didalamnya.

•  Haji Bersama Muhammad Qu-raish Shihab (Mizan, 1998) yang berisi tuntunan beribadah haji.

•  Menyingkap Tabir Ilahi: -Asmâ’al-Husnâ dalam Perspektif al-

Qur’an (Lentera Hati, 1998) yang berisi uraian tentang 99 nama Allahyang agung.

7/25/2019 4. Wardani.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/4-wardanipdf 8/22

Ishraqi, Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 200960

• Yang Tersembunyi: Jin, Iblis,Setan, dan Malaikat (Lentera Hati,1999) yang berisi uraian tentang persoalan klasik dalam Islam yangmasih menggelayuti kebimbanganorang-orang modern. Buku ini ditulisatas permintaan orang-orang Indo-nesia di luar negeri ketika Quraishmenyampaikan ceramah keaga-maan di hadapan mereka.

• Fatwa-fatwa M. Quraish ShihabSeputar Ibadah Mahdah (Mizan,Maret 1999) yang berisi kumpulantanya-jawab di rubrik “Dialog

Jum’at” sejak 1992 tentang temashalat, puasa, zakat, dan haji.

• Fatwa-Fatwa M. Quraish ShihabSeputar Qur’an & Hadis (Mizan,April 1999) yang berisi fatwa tentangsoal pemahaman al-Qur’an danhadits.

• Fatwa-Fatwa M. Quraish ShihabSeputar Ibadah dan Mu’amalah(Mizan, Juni 1999) yang berisi fatwatentang ibadah dan hubungan

transaksi sesama hamba.• Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab

Seputar Wawasan Agama (Mizan,Desember 1999) yang berisi fatwatentang persoalan umum keaga-maan.

• Secercah Cahaya Ilahi: Hidup Bersama al-Qur’an (Mizan, 1999)yang berisi kumpulan rangkumanceramah-ceramah di pengajian yangdiselenggarakan di Departemen

Agama, Masjid Istiqlal, ForumKonsultasi dan Komunikasi BadanPembinaan Rohani Islam (Fokus

Bapinrohis) tingkat pusat utuk paraekskutif.

•Tafsir al-Mishbah (Lentera Hati,2000) yang merupakan tafsir secaralengkap dari awal hingga akhir suratal-Qur’an. Tafsir ini terdiri 15volume yang baru bisa diselesaikan pada tahun 2004.

• Panduan Puasa Bersama QuraishShihab (Republika, 2000) yang berisi kumpulan tanya-jawab tentang persoalan puasa yang terbit di harian Republika.

• Perjalanan Menuju Keabadian:

Kematian, Surga, dan Ayat-ayat Tahlil (Lentera Hati, 2001) yang berisi uraian tentang kematian.

•  Menjemput Maut: Bekal Perjala-nan Menuju Allah Swt. (LenteraHati, 2002) yang juga berisi uraiantentang kematian.

• Panduan Shalat Bersama Qu-raish Shihab (Republika, 2003)yang berisi kumpulan tanya-jawabtentang persoalan shalat yang terbit

di harian  Republika.• Kumpulan Tanya-Jawab Quraish

Shihab: Mistik, Seks, dan Ibadah(Republika, 2004) yang berisi kum- pulan jawaban terhadap pertanyaandi Republika tentang tiga tema ini.

•  Jilbab: Pakaian Wanita Muslimah(Lentera Hati, 2004) berisi pan-dangan kritis terhadap berbagai pendapat tentang jilbab.

•  Dia Di Mana-mana (Lentera Hati,

2004) yang berisi uraian tentangkesadaran batin muslim akan kema-hahadiran tuhan di mana-mana.

7/25/2019 4. Wardani.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/4-wardanipdf 9/22

61Wardani,Kontroversi Penafsiran tentang Penciptaan ...: 53-74 

• Perempuan: dari Cinta SampaiSeks, dari Nikah Mut’ah Sampai Nikah Sunnah, dari Bias LamaSampai Bias Baru (Lentera Hati,2005) yang uraian tentang persoala- persoalan penting tentang wanita,seperti nikah mut’ah, nikah sirri,kepemimpinan perempuan, poligami,dan kritik terhadap bias dalam pandangan ulama terdahulu dancendekiawan modern tentang status perempuan dalam Islam.

• 40 Hadits Qudsi Pilihan (LenteraHati, 2005) yang merupakan

terjemah al-Arba’ûn al-Qudsiyyah(Forty Hadith Qudsi) karyaEzzeddin Ibrahim.

•  Lo gika Agam a (Lentera Hati,2005), versi terjemah dari karyanyayang semula berbahasa Arab, al-Khawâthir , yang ditulisnya ketika belajar di Fakultas UshuluddinUniversitas al-Azhar.

• Kehidupan Setelah Kematian:Surga yang Dijanjikan al-Qur’an

yang berisi petunjuk Islam tentang persoalan-persoalan yang berkaitandengan kematian dan bagaimanamempersiapkan diri menghadapinya.

• Wawasan al-Qur’an tentang Zikir dan Doa (Lentera Hati, Agustus2006) yang berisi doa dan zikir .

•  Menabur Pesan Ilahi: al-Qur’andan Dinamika Kehidupan Ma-syarakat (Lentera Hati, 2006) yang berisi uraian ajaran al-Qur’an ten-

tang beberapa persoalan berkaitandengan pembinaan masyarakat.

• Yang Sarat dan Yang Bijak (Agustus 2007) yang berisi kisah-kisah singkat yang memuat kearifandari tokoh-tokoh Islam, sepertiLuqman al-Hakîm dan ‘Alî bin AbîThâlib.

• Yang Ringan, Yang Jenaka (Len-tera Hati, September 2007) yang berisi kisah-kisah pendek yang lucu.

• Sunnah-Syiah BergandenganTangan, Mungkinkah?: KajianKritis atas Konsep Ajaran Pemi-kiran (Lentera Hati, 2007) yang berisi kajian tentang ajaran Syî’ah

yang sering kontroversial dandisalahpahami oleh sebagian ulamaSunni.

•  Ayat-ayat Fitna: Sekelumit Ke-adaban Islam di Tengah Purba-sangka (Lentera Hati, 2008) yang be ri si pena fs ir an ay at -aya t al-Qur’an yang selama ini seringdipahami berkenaan dengan perang.Walaupun tidak dimaksudkansebagai kritik langsung terhadap film

Fitna yang diluncurkan oleh GeertWilders, ketua Fraksi PartaiKebebasan (PVV) di Belanda, tapikarya kecil ini memuat uraian-uraiantentang ayat-ayat yang seringdistigmatisasi sebagai pembenarankekerasan atas nama Islam, yaitu:Qs. al-Nisâ‘: 56 dan 89, al-Anfâl: 39dan 60, dan Muhammad: 4.

• al-Lubab: Makna, Tujuan, danPelajaran dari al-Fatihah dan Juz

‘Amma (Lentera Hati, 2008) yang berisi uraian singkat tafsir surat al-Fatihah dan Juz ‘Amma.

7/25/2019 4. Wardani.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/4-wardanipdf 10/22

Ishraqi, Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 200962

•  Berbisnis dengan Allah: Tips Jitu Ja di Pebi sn is Sukses Du nia- Akhirat (Lentera Hati, Agustus2008) yang berisi etika berbisnismenurut tuntunan Islam.

•  M. Qu ra is h Sh ihab Menj awab1001 Soal Keislaman yang Patut  Anda Ketahui (Lentera Hati, 2008).

Hampir semua tema penting Islamdibahas oleh Quraish Shihab dengankarya-karyanya tersebut, baik al-Qur’an,hadits, tauhid, fiqh, tashawuf, maupuntema-tema populer Islam, seperti kisah-

kisah yang berisi kearifan. Sebagaimanatercermin kuat dari karya awalnya yangmonumental,  “Membumikan” al-Qur’an, dan ide pluralisme yang menjadinilai utama yang dijunjung, karya-karyanya ditujukan kepada semua lapisanmasyarakat yang menjadi sasaran bagai-mana nilai-nilai adan ajaran-ajaran al-Qur’an dipahami, dihatai, dan dipraktik-kan secara kongkret, layaknya seperti“jamuan tuhan” yang dihadiri dan di-

santap. Bahwa segmen terbesar darimasyarakat yang menjadi target terlihatdari penggunaan bahasanya yang populer,akrab, dan “mengalir” sehingga enak danmudah dipahami. Namun, seperti komen-tar Howard M. Pederspiel, ketika meneliti“Membumikan” al-Qur’an  dan Wa-wasan al-Qur’an  untuk karyanya,Popular Indonesian Literature of theQur’an, meski bahasanya mudah dime-ngerti, tapi argumennya tersusun siste-

matis membuktikan bahwa karya-karyaditujukan pula kepada kalangan terpelajar (Lihat Pederspiel, 1996).

Di samping berupa buku, QuraishShihab juga menulis sejumlah artikel yangdipublikasikan di jurnal-jurnal ilmiah danmakalah-makalah yang dipresentasikandi forum-forum ilmiah, baik seminar,workshop, maupun forum pengajian(Amin dan Kusmana, 2004: 81-84).

Penafsiran QS. al-Nisâ‘/4: 1

“Wahai sekalian manusia, ber-

takwalah kepada Tuhanmu yang telahmenciptakan kamu dari diri yang satu,dan menciptakan darinya pasangannya; Allah memperkembangbiakkan darikeduanya laki-laki yang banyak dan perempuan. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamusaling meminta satu sama lain, dan(pelihara pula) hubungan silaturrahim.Sesungguhnya Allah Maha Mengawasikamu.” ( QS. al-Nisâ`/4: 1 ).

Ungkapan “min nafs wâhidah”(dari diri yang satu) dan “wa khalaqa

$  p κ  š ‰ r  '  ≈ t  ƒâ ¨$ ̈Ζ9 $#(# θ à)  ® ? $#ãΝ ä 3  −/u   ‘“Ï% © ! $#

 / ä 3 s  ) 

 n  = s  { ⎯ ÏiΒ < § ø  Ρ̄ ;ο

y   ‰ Ïn≡

u   ρ

t   , 

 n  = y    z

u   ρ

$  p κ ÷ ] ÏΒ$ y   γ y    _÷ ρy    —£ ] t  / u   ρ$ u  Κ  åκ ÷ ] ÏΒZω% y   ̀ Í ‘#Z   ÏW x    [™ !$ |    ¡  Î Σu   ρ 4 (# θ à) ̈ ? $#u   ρ ©! $#“Ï% © ! $#

t  βθ ä9u  ™ !$ |    ¡ s   ?ϵ  Î/t  Π% t  nö ‘F{ $# u   ρ 4 β̈ Î) ©! $#

t  β% x   öΝ ä 3 ø‹  n  = t  æ$  Y6 Š Ï%u   ‘∩⊇∪

7/25/2019 4. Wardani.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/4-wardanipdf 11/22

63Wardani,Kontroversi Penafsiran tentang Penciptaan ...: 53-74 

minhâ zawjahâ” (dan menciptakandarinya pasangannya) menjelaskan asalkejadian perempuan. Menurut QuraishShihab, ada dua kubu besar para mufasir  berkaitan dengan apa yang dimaksuddengan kata nafs dalam ayat ini.

Pertama, mayoritas mufasir  mema-haminya dalam arti “Adam as.”. Penda- pa t in i da lam Wawasan al-Qur’andijelaskannya mewakili antara lain pendapat Jalâl al-Dîn al-Suyûthî, IbnKatsîr, al-Qurthubî, al-Biqâ’î, dan Abû al-Su’ûd (Shihab, 1997: 299). Pendapat yangmemahami kata nafs wâhidah dengan

Âdam as. kemudian berpengaruh dengan pemahaman kata selanjutnya,  zaujahâ,yang secara harfiah bermakna “pasa-ngan”, yaitu istri Âdam yang bernamaHawa (Shihab, vol: II, 2006: 331). Argu-men-argumen yang dikemukakan olehkubu ini, jelas Quraish Shihab, adalahsebagai berikut. (1) Kata nafs menunjuk kepada pengertian “orang”, bukan “jenis”Âdam (manusia). Sebagai contoh, dalamIbn Katsîr, terdapat penjelasan seperti ini:

 Allah berfirman untuk meme-rintahkan ciptaan-Nya agar bertakwakepada-Nya, yaitu dengan menyem-bah hanya kepada-Nya yang tidak memiliki sekutu, sambil mengingatkanmereka atas kekuasan-Nya yang mam- pu menciptakan mereka dari diri yangsatu, yaitu Âdam as (dan menciptakandarinya pasangannya), yaitu Hawâ‘as. yang diciptakan dari tulang rusuk kiri Âdam tanpa sepengetahuannya,ketika ia tidur. Kemudian ia terbangundan melihat Hawâ‘, Âdam terkagum,keduanya pun saling mencintai

(Katsîr, jilid I, t.th: 430).

 (2) Hadis Nabi yang menyatakan bahwa perempuan diciptakan dari tulangrusuk yang bengkok. Hadis tersebutmenyatakan, “Saling wasiat mewasiatlahuntuk berbuat baik kepada mereka.Karena mereka diciptakan dari tulangrusuk yang bengkok, kalau engkaumembiarkannya ia tetap bengkok, dan bilaengkau berupaya meluruskannya ia akan patah” (HR. al-Tirmidzî melalui AbûHurairah) (Shihab, vol. 2: 331).

Kedua, pandangan Syekh Muham-mad ‘Abduh, Jamâl al-Dîn al-Qâsimî, dan beberapa ulama kontemporer lainnyayang memahami kejadian perempuan berasal dari sperma laki-laki dan perem- puan. Argumen-argumen yang dikemu-kakan adalah sebagai berikut. (1) Tafsir ayat dengan ayat lain, yaitu kejadian perempuan dalam QS. al-Hujurât/49: 13“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya

Kami telah menciptakan kamu dariseorang laki-laki dan seorang perempuandan menjadikan kamu berbangsa-bangsa

7/25/2019 4. Wardani.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/4-wardanipdf 12/22

Ishraqi, Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 200964

dan bersuku-suku supaya kamu salingkenal mengenal. Sesungguhnya orangyang paling mulia di antara kamu di sisiAllah ialah orang yang paling bertakwadi antara kamu. Sesungguhnya AllahMaha Mengetahui lagi Maha Mengenal”(Shihab, vol. 2, 330). (2) Jika kita merujuk ke penjelasan ‘Abduh—yang disebutQuraish Shihab mewakili kecenderunganulama kontemporer—argumen yangdikemukakannya adalah munâsabahantarbagian dalam ayat (munâsbah fî al-âyah), yaitu ungkapan “wa batstsaminhumâ rijâlan katsîran wa nisâ’”

yang menjelaskan penyebaran manusiadari hasil keturunan memiliki korelasidengan kelogisan jika kata nafs wâhidah bukan Âdam, karena penyebaran yangluas tentu berasal dari keturunan manusiayang terdiri dari laki-laki dan perempuan(‘Abduh dan Ridhâ, vol.4, 1947: 324). (3)Menurut al-Thabâthabâ’î, sebagaimanadikutip Quraish Shihab, ayat di atas samasekali tidak memuat petunjuk sedikit puntentang penciptaan perempuan dari tulang

rusuk Âdam (Shihab, vol. 2: 331). (4)Hadis tentang penciptaan perempuan daritulang rusuk bengkok dipahami secarametapor bahwa para pria diingatkan agar menghadapi perempuan dengan bijak-sana, karena sifat bawaan mereka yang berbeda dengan pria, sehingga bila tidak disadari akan menyebabkan pria bersikaptidak wajar. Padahal, kodrat tersebuttidak bisa diubah. Jika ada yang berusahamengubahnya, maka akan berakibat

fatal, seperti upaya meluruskan tulangrusuk yang bengkok. Bahkan, sebagianulama menolak otentisitas hadis tersebut

(Ibid). (5) Argumen Muhammad RasyîdRidhâ soal keterpengaruhan tafsir-tafsir klasik yang menyatakan bahwa perem- puan diciptakan dari tulang rusuk Âdamdengan isi Perjanjian Lama (Kitab Keja-dian II: 21-22) yang menyatakan bahwaketika Âdam tertidur lelap, Allahmengambil sebilah tulang rusuknya, laluditutupkan tempat itu dengan daging. Daritulang rusuk yang dikeluarkan itu, Tuhanmenciptakan perempuan (Shihab, vol. 2:332). Argumen ini, dengan begitu,menyatakan bahwa tafsir-tafsir tersebutdipengaruhi oleh isrâ’îliyyât .

Sekarang, di mana posisi pandanganQuraish Shihab sendiri dalam kontroversitersebut? Pertama, ia tidak tertarik— sebagaimana kecenderungan tafsir-tafsir klasik, terutama yang berorientasi linguis-tik—dengan analisis kata nafs wâhidahdalam konteks ini. Agaknya, argumenkebahasaan di matanya “diam” tidak bisamenutur apa-apa dalam konteks peneri-maan atau penolakan penciptaan perem- puan dari Âdam. Teks ayat tersebut

menjadi bisa bertutur ketika dirujuk-silang(cross-reference) dengan argumen-argumen lain.

Pertama, persoalan tafsir ayat denganayat. Mungkinkah penciptaan perempuandalam ayat QS. al-Nisa/4: 1 ini dipahamidari konteks QS. al-Hujurât/49: 13,sebagaimana dikemukakan oleh kubu pertama? Quraish Shihab menolaknya:

Surah al-Hujurât memang berbicara

tentang asal kejadian manusia yangsama dari seorang ayah dan ibu,yakni sperma ayah dan ovum/

7/25/2019 4. Wardani.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/4-wardanipdf 13/22

65Wardani,Kontroversi Penafsiran tentang Penciptaan ...: 53-74 

indung telur ibu, tetapi tekanannya pada persamaan hakikat kemanu-siaan orang per orang karena setiaporang walau berbeda-beda ayah danibunya, tetapi unsur dan proseskejadian mereka sama, karena itutidak wajar seorang menghina ataumerendah-kan orang lain. Adapunayat an-Nisâ‘ ini, walaupun menje-laskan kesatuan dan kesamaan orang per orang dari segi hakikat kema-nusiaan, tetapi konteksnya untuk menjelaskan banyak dan berkem- bang biaknya mereka dari seorang

ayah, yakni Âdam dan seorang ibu,yakni Hawa. Ini dipahami dari pernyataan Al lah memp erkem- bangbiakkan laki-laki yang banyak dan perempuan dan ini tentunya barusesuai jika kata (  و حد

 

س نف  ) nafsinwâhidah dipahami dalam arti ayahmanusia seluruhnya (Âdam as.) dan pasangannya (Hawa) lahir laki-lakidan perempuan yang banyak.

Daripada analisis kebahasaanterhadap nafs wâhidah, Quraish Shihabmenyelesaikannya dengan analisiskorelasi antar bagian dalam ayat (munâ-sabah fî al-âyah), yaitu korelasi penciptaan yang terfokus pada kata nafswâhidah dengan wa batstsa minhumârijâlan katsîran wa nisâ‘( Al la hmemperkembangbiakkan dari kedua-nya laki-laki yang banyak dan perem- puan). Dengan menganalisis konteks

tujuan pembicaraan dalam QS. al-Nisâ‘:1 seperti itu, maka ayat ini tidak bisaditafsir dengan QS. al-Hujurât/49: 13 yang

konteks tujuan pembicaraannya berbeda.Di sini, Quraish Shihab mendemonstra-sikan metode tafsirnya dengan mencer-mati konteks tujuan atau tema pokok.Karena perbedaan konteks itu, QS. al- Nisâ‘/4: 1 tidak bisa dipahami, sebagai-mana halnya QS. al-Hujurât/49: 13,sebagai ayat yang menyatakan kesetara-an perempuan dan laki-laki atas dasar keduanya diciptakan dari hal yang sama,sperma ayah dan ibu. Meski melakukananalisis munâsbah fî al-âyah  sebagai-mana dilakukan oleh ‘Abduh yang meng-hubungkan kedua potong ayat ini,

Quraish Shihab tiba pada kesimpulanyang bertolak-belakang dengan kesimpu-lan ‘Abduh. Quraish Shihab berkesim- pu lan bahwa po to ngan wa batstsaminhumâ rijâlan katsîran wa nisâ‘menguatkan kesimpulan bahwa nafswâhidah adalah Âdam as. Sebaliknya,‘Abduh yang bertolak dari ungkapan yangsama dengan metode yang sama tiba padakesimpulan berbeda. Argumen ‘Abduhselengkapnya adalah sebagai berikut:

7/25/2019 4. Wardani.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/4-wardanipdf 14/22

Ishraqi, Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 200966

Muhammad ‘Abduh mengatakan:konteks ayat tersebut menunjukkan bahwa yang dimaksud di sini dengandiri yang satu bukanlah Âdam.Firman Allah “ Al la h memper-

kembangbiakkan dari keduanyalaki-laki yang banyak dan perem- puan” diungkapkan dengan infinitif (nakirah). Dengan bentuk ung-kapan seperti ini, akan sesuai jikadifirmankan-Nya: “ Allah memper-kembangbiakkan dari keduanyasemua laki-laki dan perempuan”.Karena bagaimana mungkin al-Qur’an menyebut diri (nafs) yangtertentu, padahal konteks pembi-

caran tersebut bersifat umumditujukan kepada semua bangsa.Penentuan ini tidak dikenal oleh

mereka semua, karena di antaramanusia ada yang tidak mengenalnama Âdam maupun Hawa`, bahkanmereka tidak pernah mendengar nama keduanya sama sekali. Garisketurunan yang dikenal di kalangananak-cucu Nûh ini, misalnya,terambil dari kalangan orang-orangIbrani karena merekalah yangmenjadikan manusia keterkaitansejarah dengan Âdam dan mereka batasan waktu singkat dalam sejarahmanusia. Penduduk China malahmengaku memiliki hubungan ketu-

runan dengan nenek moyang yanglain dan dengan sejarahnya mereka bahkan melampaui batas waktu yangseperti yang diyakini oleh kalanganorang-orang Ibrani. Ilmu dan pene-litian tentang sejarah peninggalan- peninggalan manusia bisa menje-laskan sisi kekeliruan dalam sejarahkalangan orang-orang Ibrani. Kitasebagai orang Islam tidak perlumemaksakan diri untuk membenar-

kan sejarah Yahudi, meskipun me-reka mengklaim sejarah merekamemiliki keterkaitan dengan Musaa.s., karena kita tidak bisa memper-cayai bahwa sejarah mereka berasaldari Taurat dan tetap utuh sebagai-mana yang dibawa oleh Musa(‘Abduh dan Ridhâ, vol.4, 1947:324).

Selain berbeda dengan pandangan

‘Abduh yang menolak kata nafs wâhi-dah ditafsirkan dengan Âdam as., pandangan Quraish Shihab juga berbeda

7/25/2019 4. Wardani.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/4-wardanipdf 15/22

67Wardani,Kontroversi Penafsiran tentang Penciptaan ...: 53-74 

dengan mayoritas ulama lain, karenasesungguhnya yang ia katakan adalah: (1)nafs wâhidah adalah Âdam as.; (2) ayatdi atas menyatakan, sebagaimana redak-sinya, bahwa manusia diciptakan dariÂdam as. Nah, pendapatnya bahwa nafswâhidah adalah Âdam as. dan bahwamanusia diciptakan dari Âdam as. tidak sama dengan menyatakan bahwa istriÂdam (Hawa) diciptakan dari Âdamsendiri. Kritik Quraish Shihab terhadap pandangan lama adalah sebagai berikut:

Memahami nafsin wâhidah sebagai

Âdam as. menjadikan kata ( ه وز

 

) zaujahâ —yang secara harfiah ber-makna pasangannya—adalah istriÂdam as yang populer bernamaHawa. Agaknya karena ayat itumenyatakan bahwa pasangan itudiciptakan dari nafsin wâhidahyang berarti Âdam, maka paramufasir terdahulu memahami bahwaistri Âdam diciptakan dari Âdamsendiri. Pandangan ini kemudian

melahirkan pandangan negatif ter-hadap perempuan dengan menya-takan bahwa perempuan adalah bagian dari lelaki (Shihab, vol. 2,331).

Atas dasar ini, kita bisa berkesim- pulan bahwa Qura ish Sh ihab te tapmengakui bahwa nafsin wâhidah adalahÂdam as. yang merupakan ayah (nenek-moyang) seluruh manusia. Namun, ini

tidak secara otomatis bisa dijadikan seba-gai dasar kesimpulan bahwa Hawa(istrinya) diciptakan dari Âdam sendiri.

Ayat di atas, menurut Quraish Shihab,menjelaskan perkembangbiakkan manu-sia dari pasangan Âdam dan Hawa.Akan tetapi, Hawa sendiri tidak dicip-takan dari Âdam, melainkan dari “jenis”yang sama dengan Âdam. Dalam “Mem-bumikan” al-Qur’an, ketika menaf-sirkan ayat ini, intisari pendapatnyaterangkum dalam penjelasannya: “Demi-kian al-Qur’an menolak pandangan- pandangan yang membedakan (lelaki dan perempuan) dengan menegaskan bahwakeduanya berasal dari satu jenis yangsama dan bahwa dari keduanya secara

 bersama-sama Tuhan mengembangbiak-kan keturunannya baik yang lelakimaupun yang perempuan” (Shihab, 1995:270). QS. al-Nisâ`/4: 1 oleh QuraishShihab diterjemahkan dengan “ Haisekalian manusia, bertakwalah kepa-da Tuhanmu yang telah menciptakankamu dari jenis yang sama dandarinya Allah menciptakan pasa-ngannya dan dari keduanya Allahmemperkembangbiakkan lelaki dan

 perempuan yang banyak ” (Shihab,1995: 270).

‘Abduh dalam tafsir al-Manâr memang menerima salah satu ta`wîl katanafs wâhidah yang dikemukakan olehFakhr al-Dîn al-Râzî, yaitu bahwa Tuhanmenciptakan setiap manusia dari nafs dandari jenis nafs yang sama Tuhan jugamenciptakan pasangan hidup yang samadalam sifat kemanusiaannya (wa al-murâd khalq kull wâhid minkum min

nafs wa ja’ala min jinsihâ insânan yusâwîhi fî al-insâniyyah). Akan tetapi,sebagaimana tampak dalam kutipan

7/25/2019 4. Wardani.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/4-wardanipdf 16/22

Ishraqi, Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 200968

sebelumnya, ‘Abduh menolak penafsirannafs wâhidah dengan Âdam as. Dalamkonteks kisah-kisah al-Qur’an tentangkeberadaan “keturunan Âdam” (banû Âdam) di bagian awal surat al-Baqarah,‘Abduh menafsirkannya sebagai suatukelompok yang sama spesisnya denganÂdam (‘Abduh dan Ridhâ, juz 4, 325).Dengan demikian, pandangan Quraish berbeda dengan pandangan ‘Abduh danmayoritas ulama, meski juga memiliki persamaan.

Dengan pandangan seperti itu, penafsiran Quraish Shihab dalam konteks

ini tidak tampak dipengaruhi oleh al-Biqâ’î(Al-Biqâ’î,  juz 5, t.th: 173-174), kecualidalam hal metodenya, melainkan tampak  jelas dipengaruhi oleh al-Thabâthabâ’î,sebagaimana dikutipnya, yang menya-takan bahwa ayat di atas menegaskan bahwa perempuan (i st ri Âdam as .)diciptakan dari jenis yang sama denganÂdam, dan ayat tersebut sedikit pun tidak mendukung paham yang beranggapan bahwa perempuan diciptakan dari tulang

rusuk Âdam (Shihab, vol. 2: 331). SyekhMutawallî Sya’râwî juga mengakuikemungkinan memahami nafs dalam pengertian jenis, seperti kata “anfusi-kum” dalam “Telah datang kepada kalianseorang rasul dari diri kalian sendiri” (QS.al-Tawbah/9: 128) dalam pengertian dari jenis manusia seperti halnya kalian (juz4: 1987).

Mengenai ungkapan “khalaqaminhâ zawjahâ” yang sering dijadikan

oleh para mufassir sebagai dasar pencip-taan perempuan dari Âdam, QuraishShihab memaknainya sebagainya pesan

al-Qur’an agar pasangan suami istrimenyatu sehingga menjadi diri yang satu,yakni menyatunya perasaan dan pikiran,dalam cita dan harapan, dalam gerak danlangkah, bahkan dalam hembusan napas.Baik suami maupun istri disebut sebagai“ zawj” (pasangan) dan pernikahan di-sebut “ zawâj” (keberpasangan) (Shihab,vol. 2: 332).

Kedua,  persoalan hadis tentang penciptaan perempuan dari tulang rusuk.Quraish Shihab menolak hadis inidijadikan argumen keterciptaan perem- puan dari tulang rusuk lelaki. Hadis ini

harus dipahami secara metapor agar laki-laki lebih bijaksana menghadapi perem- puan karena adanya perbedaan karakter  bawaan antara keduanya. Kata “beng-kok” (a’waj) digunakan dalam hadistersebut sebagai ilustrasi terhadap persep-si keliru sebagian laki-laki menyangkutsifat perempuan sehingga para lelakimemaksakan untuk meluruskannya.Dengan pemahaman seperti ini, perem- puan dipahami memiliki kodrat sejak lahir 

yang berbeda dengan laki-laki (Shihab,2007: 40-41).

Pemahaman metafor QuraishShihab terhadap hadis ini tidaklah terlaluasing, misalnya terlihat dalam kutipanFat h al-Bâri‘ berikut. Bedanya, sambilmelakukan penafsiran metapor, paraulama umumnya tetap bisa menerima pandangan keterciptaan perempuan daritulang rusuk bengkok. Ada hubunganlogis antara proses kejadian dengan

kecenderungan psikologis. Sedangkan, pemahaman metapor Quraish Shihab berkaitan juga dengan penolakan keter-

7/25/2019 4. Wardani.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/4-wardanipdf 17/22

69Wardani,Kontroversi Penafsiran tentang Penciptaan ...: 53-74 

ciptaan perempuan dari tulang rusuk. IbnHajar al-‘Asqalânî mengatakan:

Hadis tersebut merupakan isyaratagar upaya untuk meluruskan harusdisertai dengan sikap lembut se-hingga tidak berlebihan, karena jika be rl eb ih an ak an meny ebabkan patah. Akan tetapi, hendaknya ja-

ngan pula dibiarkan sehingga meng-akibatkan akan terus menjadi

 bengkok. Pengertian seperti inilahyang ingin dikemukakan oleh penulisuntuk diikuti dengan menerjemahkansesudah hadis ini “bab peliharalahdiri dan keluargamu dari neraka”.Dari hadis ini, bisa ditarik pema-haman agar tidak membiarkan pe-rempuan dalam kebengkokannya jikakelemahan tersebut akan berakibatdilanggarnya kemaksiatan atauditinggalkannya kewajiban. Yangdimaksud hanya kebolehan mem- biarkan kebengkokannya dalam hal-hal yang masih diperbolehkan. Hadis

tersebut mengandung anjuran agar  bersikap fleksibel berkenaan dengankecenderungan jiwa dan kehalusan perasaan hati. Hadis itu juga memuatkiat menghadapi para perempuandengan memaafkan mereka dan bersabar atas kebengkokan mereka,dan bahwa siapa yang inginmeluruskan mereka, maka denganmenerima keberadaan mereka,karena tidak ada manusia yang

mampu bertahan tanpa keberadaan perempuan yang dicintainya danyang bisa meringankan bebanhidupnya. Seakan-akan hadis ter-sebut ingin mengatakan: “Menikmatikeberadaan perempuan tidak akansempurna kecuali jika disertaidengan kesabaran”( Ibn Hajar al-‘Asqalânî, t.th).

Ketiga, kritik Quraish Shihab ter-

hadap nalar keliru para ulama berkaitandengan keterciptaan perempuan dari

7/25/2019 4. Wardani.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/4-wardanipdf 18/22

Ishraqi, Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 200970

tulang rusuk lelaki sebagai dasar ketidak-setaraan antara keduanya. Para ulamaumumnya menarik kesimpulan tentangketidaksetaraan perempuan dan laki-lakikarena persoalan penciptaan tersebut. Nalar keliru ini dikritik oleh QuraishShihab:

Perlu dicatat sekali lagi bahwa pasangan Âdam itu diciptakan daritulang rusuk Âdam, maka itu bukan berarti bahwa kedudukan wanita-wanita selain Hawa demikian juga,atau lebih rendah dibanding denganlelaki. Ini karena semua pria danwanita anak cucu Âdam lahir darigabungan antara pria dan wanitasebagaimana bunyi surat al-Hujurâtdi atas, dan sebagaimana pene-gasan-Nya, “Sebagian kamu darisebagian yang lain” (QS. Âl ‘Imrân[3]: 195). Lelaki lahir dari pasangan pria dan wanita, begitu juga wanita.Karena itu tidak ada perbedaan darisegi kemanusiaan antara keduanya.

Kekuatan lelaki dibutuhkan olehwanita dan kelemahlembutan wanitadidambakan oleh pria. Jarum haruslebih kuat dari kain, dan kain haruslebih lembut dari jarum. Kalau tidak, jarum tidak akan berfungsi, dan kaintidak akan terjahit. Dengan berpa-sangan, akan tercipta pakaian yangindah, serasi dan nyaman (Shihab,vol. 2: 332).

Quraish Shihab membuat pengan-daian bahwa jika pun diterima—padahal

tidak bisa diterima dengan argumen tafsir QS. al-Nisâ‘ sebagaimana dijelaskan diatas—bahwa Hawa diciptakan daritulang rusuk Âdam, hal itu tetap tidak bisadijadikan argumen ketidaksetaraan perempuan dan laki-laki . Alasannyaadalah sebagai berikut. Pertama, semualaki-laki dan perempuan sekarang tidak tercipta dari tulang rusuk, melainkan darisperma gabungan laki-laki dan perem- puan. Kedua, sementara persoalan keter-ciptaan dan persoalan ketidaksetaraanadalah dua hal yang berbeda, juga bahwaide kesetaraan laki-laki dan perempuan

dalam hal kemanusiaan adalah ide yangditekankan dalam beberapa ayat laindalam al-Qur’an, termasuk “ba’dhukummin ba’dhin” (sebagian kamu darisebagian yang lain, QS. Âl ‘Imrân [3]:195). Tidak mungkin terjadi kontradiksikandungan ayat yang menekankankesetaraan kemanusiaan ini dengan idedalam QS. al-Nisâ‘: 1, jika persoalanketerciptaan ini dijadikan alasan ketidak-setaraan. Ketiga, jika persoalan keter-

ciptaan atau persoalan fisik-psikis dijadi-kan alasan ketidaksetaraan, hal ini tidak tepat dan absurd, karena al-Qur’an tidak menekankan kesetaraan antara keduanyadalam segala hal (fisik-psikis) yang kodratdan fungsinya memang berbeda, sepertihalnya jarum dan kain, melainkan mene-kankan kesetaraan dari sisi kemanusiaan.Jadi, kritik Quraish Shihab terhadapkekeliruan nalar komunal ini terfokus pada:menganalogikan kemuliaan status atau

kesetaraan atas dasar kejadian fisik, pem- bacaan yang parsial terhadap isi keselu-

7/25/2019 4. Wardani.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/4-wardanipdf 19/22

71Wardani,Kontroversi Penafsiran tentang Penciptaan ...: 53-74 

ruhan al-Qur’an yang seharusnya utuh,dan kesalahan dalam memahami arti“kesetaraan”.

Jika kita menempatkan kritik Quraish Shihab di atas dalam perdebatanyang selama ini terjadi tentang kesetaraan perempuan, kritik pertama secara tidak langsung merupakan kritik “teori nature”yang sebenarnya meski istilah ini belumada ketika itu, tetapi substansinya ada— dianut oleh mayoritas ulama klasik yangkemudian menempatkan perempuan tidak setara dengan laki-laki atas dasar proseskejadian. “Teori nature” beranggapan

 bahwa perbedaan laki-laki dan perem- puan adalah karena persoalan kodrati atau persoalan biologis, bukan karena kons-truksi sosial, seperti pada “teori nurture”(Umar, 2000:xxi). Kritik kedua sebenar-nya juga kritik terhadap hal ini, meskimengambil bentuk kesalahan nalar.Sedangkan, kritik ketiga pada substan-sinya adalah kritik atas feminisme radikalyang menuntut persamaan di semua hal,termasuk dalam hal peran-peran sosial;

kesetaraan sebagai kesamaan menye-luruh (Umar, 2000:66-68).

Posisi Penafsiran

Dari pemerian di atas, kita dapatmemposisikan pemikiran Quraish Shihabtentang kejadian perempuan dalam pe-nafsirannya terhadap kata “nafswâhidah” dan kata “minhâ”. Ungkapan pertama tidak mempunyai kemungkinanlain, kecuali dalam pengertian Âdam as.

atas dasar analisis munâsbah   antaraungkapan kata itu dalam kalimat denganungkapan “wa batstsa minhumâ rijâlankatsîran wa nisâ`” yang jika dilihat daritema pokok ayat ini tentang perkembang- biakan manusia tidak mungkin dipahamidi luar konteks perkembangan manusia berasal dari pasangan Âdam dan Hawa. Namun, meski nafs wâhidah mengacukepada Âdam, tidak berarti bahwa Hawadiciptakan dari Âdam sendiri, melainkandari “jenis” Âdam (

سه  ن ن م  ), karenasebagaimana dikutipnya dari pendapat al-Thabâthabâ’î tidak ada petunjuk sama

sekali dalam nash ayat tersebut bahwaHawa diciptakan dari Âdam. Sedangkan,hadis yang berkaitan dengan hal ini,menurut Quraish Shihab, lebih cenderungmenjelaskan keterciptaan perempuan daritulang rusuk bengkok hanya secara meta- por. Atas dasar ini, penafsiran QuraishShihab tentang nafs wâhidah memiliki persamaan dengan penafsiran mayoritasulama, seperti al-Biqâ’î, al-Suyuthî, danIbn Katsîr. Akan tetapi, dari penafsiran

terhadap kata minhâ, penafsiran berbedadengan penafsiran kelompok ulama ini,dan memiliki persamaan dengan al-Thabâthabâ’`î, ‘Abduh, Abû Muslim al-Ishfahânî, dan salah satu ta’wil yangdikemukakan oleh al-Qaffâl (al-Maraghi,vol. 4, 1946: 175-176). Pendapat yang berkembang dapat dikategorikan kepada3 kelompok dan dapat diposisikanQuraish Shihab dalam kontroversitersebut dalam tabel di bawah ini.

7/25/2019 4. Wardani.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/4-wardanipdf 20/22

7/25/2019 4. Wardani.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/4-wardanipdf 21/22

73Wardani,Kontroversi Penafsiran tentang Penciptaan ...: 53-74 

Amin, Muhammadiyah dan Kusmana. 2004. “Purposive Exegesis: A Study of QuraishShihab’s Themetic Interpretation of the Qur’an, dalam Abdullah Saeed (ed.), Approaches to the Qur’an in Contemporary Indonesia   (Oxford: TheInstitute of Isma’ili Studies.

Anshori. 2006. “Penafsiran Ayat-ayat Jender dalam Tafsir al-Mishbah”. DisertasiPascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Anwar, Hamdani. 2002. “Telaah Kritis terhadap Tafsir al-Misbah Karya M. QuraishShihab”, dalam Mimbar Agama dan Budaya, Vol. XIX, No. 2.

Arifin, Tajul. 1996. Kajian al-Qur’an di Indonesia: dari Mahmud Yunus HinggaQuraish Shihab. Bandung: Mizan.

 Bulletin PSQ, Edisi 01, September 2004.

H. Johns, Anthony. 1984. “Islam in the Malay World: An Exploratory Survei withSome Reference to Quranic Exegesis”, dalam  Islam in Asia, Volume II:Southeast and East Asia, edited by Raphael Israeli and Anthony H. Johns.Jerusalem: The Magnes Press, The Hebrew University.

 _______. 1988. “Quranic Exegesis in the Malay World: In Serach of Profile”, dalamAndrew Rippin (ed.), Approaches to the History of the Interpretation of the Qur`ân. Oxford: Clarendon Press.

 _______. 2006. “Quranic Exegesis in the Malay-Indonesian World: An IntroductionSurvei”, dalam Abdullah Saeed (ed.),  Approaches to the Qur’an inContemporary Indonesia  New York: Oxford University Press.

Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Adlîm I.

Kusmana. 2002. “Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab, MA. Membangun Citra Institusi”,dalam Badri Yatim dan Hamid Nasuhi (ed.),  Membangun Pusat Keunggulan Studi Islam: Sejarah dan Profil Pimpinan IAIN Syarif  Hidayatullah Jakarta 1957-2002. Jakarta: IAIN Jakarta Press.

Mustafa P. 2001. “Corak Pemikiran Kalam M. Quraish Shihab (1984-1999)”,thesis Program Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

 Nisa, Eva Fahrun. 2004. “Non-muslims in the Qur’an: A Critical Study on the

Concept of Non-muslims in Tafsir al-Mishbah of Muhammad QuraishShihab”. thesis Leiden University, the Netherlands.

7/25/2019 4. Wardani.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/4-wardanipdf 22/22

Ishraqi, Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 200974

Riddell, Peter G.. 1997. “Religious Links Between Hadhramaut and the Malay-Indonesian World, c. 1850 to c. 1950”, dalam Hadrami Traders, Scholars,and Statesmen in the Indian Ocean 1750s-1960s. Leiden: Brill.

Shihab, Alwi. 1999.  Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama.Bandung: Mizan.

Shihab, M. Quraish. 1995. “Membumikan” al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyudalam Kehidupan Masyarakat.  Bandung: Mizan.

 _______. 1995.  Membumikan” al-Qur’an. Bandung: Mizan.

 _______. 1997. Wawasan al-Qur’an. Bandung: Mizan.

 _______. 2000. Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an.Jakarta: Lentera Hati.

 _______. 2007. Perempuan: Dari Cinta Sampai Seks, Dari Nikah Mut’ah Sampai Nikah Sunnah, Dari Bias Lama Sampai Bias Baru.  Jakarta: LenteraHati.

Subhan, Arief. 1993. “Menyatukan Kembali al-Qur’an dan Ummat: Menguak Pemikiran M. Quraish Shihab”, dalam Jurnal Ulumul Qur’an, No. 5, vol.IV.