86156784 lap rx asam amino protein

Upload: wilta-fajrina-izzati

Post on 19-Oct-2015

82 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    REAKSI ASAM AMINO DAN PROTEIN

    NAMA : ARKIEMAH HAMDA

    NIM : H311 08 001

    KELOMPOK : III (TIGA)

    HARI/TGL PERC. : JUMAT, 08 OKTOBER 2010

    ASISTEN : MUHAMMAD YUSUF

    LABORATORIUM BIOKIMIA

    JURUSAN KIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2010

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Protein adalah komponen penting atau komponen utama sel hewan atau

    manusia. Protein memainkan berbagai peranan dalam sistim biologis. Beberapa

    protein merupakan komponen utama dari jaringan struktur (otot, kulit, kuku,

    rambut). Protein lain mengangkut molekul dari satu bagian ke bagian lain dalam

    makhluk hidup, juga ada yang bertindak sebagai katalis dalam banyak reaksi

    biologis yang diperlukan untuk mempertahankan hidup. Tidak heran, kata protein

    berasal dari protos atau proteos yang berarti pertama atau utama.

    Asam amino yang merupakan suatu asam karboksilat dengan gugus amino

    merupakan unit dasar penyusun protein. Semua protein, baik yang berasal dari

    bakteri yang paling tua atau yang berasal dari kehidupan tertinggi, dibangun dari

    rangkaian dasar yang sama dari 20 asam amino melalui ikatan kovalen dalam

    urutan yang khas.

    Seperti semua senyawa organik, reaksi kimia asam amino mencirikan

    gugus fungsional yang terkandung. Dalam percobaan ini, dilakukan beberapa

    reaksi uji terhadap asam amino dan protein untuk mempelajari reaksi spesifik

    pada asama amino dan protein tersebut, sehingga kita akan lebih mudah

    mengetahui dan memahami reaksi-reaksi spesifik pada asam-asam amino dan

    protein. Hal tersebut di atas yang melatarbelakangi sehingga percobaan ini

    dilakukan.

  • 1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

    1.2.1 Maksud Percobaan

    Maksud dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui dan

    mempelajari uji kualitatif dan reaksi spesifik dari asam amino dan protein.

    1.2.2 Tujuan Percobaan

    Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah:

    1. Mengidentifikasi adanya asam amino dan protein yang mengandung gugus -

    amino bebas melalui tes ninhidrin.

    2. Mengidentifikasi adanya gugus sulfihidril spesifik pada asam amino sistein

    dengan nitroprusida dalam amoniak.

    3. Mengidentifikasi adanya ikatan peptida dalam protein melalui tes biuret.

    4. Mengidentifikasi adanya gugus indol spesifik pada asam amino triptofan

    melalui tes Hopkins-Cole.

    5. Mengidentifikasi adanya gugus hidroksifenil spesifik pada asam amino tirosin

    melalui tes Millon.

    1.3 Prinsip Percobaan

    Identifikasi kualitatif asam amino dan protein dengan mneggunakan

    beberapa tes yang dilakukan yaitu dengan menggunakan tes ninhidrin, gugus

    rantai samping, tes Hopkins-Cole, tes biuret dan tes Millon yang ditandai dengan

    adanya perubahan warna dan terdapat endapan yang menunjukkan bahwa adanya

    reaksi uji positif terhadap asam amino dan protein.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Kata protein berasal dari protos atau proteos yang berarti pertama atau

    utama. Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan

    atau manusia (Poedjiadi dan Supriyanti, 2005).

    Protein adalah biopolimer yang terdiri atas banyak asam amino yang

    berhubungan satu dengan lainnya melalui ikatan amida (peptida). Protein

    memainkan berbagai peranan dalam sistim biologis. Beberapa protein merupakan

    komponen utama dari jaringan struktur (otot, kulit, kuku, rambut). Protein lain

    mengangkut molekul dari satu bagian ke bagian lain dalam makhluk hidup, juga

    ada yang bertindak sebagai katalis dalam banyak reaksi biologis yang diperlukan

    untuk mempertahankan hidup (Hart, dkk., 2003).

    Kunci struktur ribuan protein yang berbeda-beda adalah gugus pada

    molekul unit pembangun protein yang relatif sederhana. Semua protein, baik yang

    berasal dari bakteri yang paling tua atau yang berasal dari kehidupan tertinggi,

    dibangun dari rangkaian dasar yang sama dari 20 asam amino yang berikatan

    kovalen dalam urutan yang khas. Karena masing-masing asam amino mempunyai

    rantai samping yang khusus, yang memberikan sifat kimia masing-masing

    individu, kelompok 20 molekul unit pembangun ini dapat dianggap sebagai abjad

    struktur protein (Lehninger, 1995).

    Molekul protein terdiri dari satu atau beberapa panjang polipeptida dari

    asam-asam amino yang terikat dengan urutan yang khas. Urutan ini dinamakan

    struktur primer dari protein. Polipeptida ini dapat melipat atau menggulung.

  • Sifat dan banyaknya pelipatan menyebabkan timbulnya struktur sekunder. Bentuk

    tiga dimensi dari polipeptida yang menggulung atau melipat ini dinamakan

    struktur tersier. Struktur kuartener muncul dari hubungan struktural beberapa

    polipeptida yang terlibat (Daintith, 1999).

    Keistimewaan lain dari protein ini adalah strukturnya yang mengandung N

    (15,30-18%), C (52,40%), H (6,90-7,30%), O (21-23,50%), S (0,8-2%),

    disamping C, H, O (seperti juga karbohidrat dan lemak), dan S kadang-kadang P,

    Fe dan Cu (sebagai senyawa kompleks dengan protein). Dengan demikian maka

    salah satu cara terpenting yang cukup spesifik untuk menentukan jumlah protein

    secara kuantitatif adalah dengan penentuan kandungan N yang ada dalam bahan

    makanan atau bahan lain (Sudarmaji, 1989).

    Asam amino memiliki peranan yang penting bagi makhluk hidup.

    Misalnya penggunaan asam amino dalam elemen penyaring buah pada tumbuhan

    Arabidopsis thaliana (L). Penggunaan asam amino dalam elemen penyaring air

    buah dibentuk menjadi faktor pembatas terbesar untuk pertumbuhan dan

    reproduksi kutu daun. Elemen penyaring air buah dikumpulkan dari operasi kutu

    daun dan diperoleh dari asam amino yang disebabkan oleh proses pembungaan

    (Hunt, dkk., 2009).

    Asam amino adalah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino.

    Asam amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus NH2

    pada atom karbon dari posisi COOH (Poedjiadi dan Supriyanti, 2005).

    R

    CH C

    H2N O

    OH

    suatu asam amino

  • Asam amino bertautan dalam peptida dan protein melalui ikatan amida di

    antara gugus karboksil dari suatu asam amino dan gugus amino dari asam amino

    lainnya. Emil Fischer, yang pertama kali mengajukan struktut ini, menyebut

    ikatan amida ini sebagai ikatan peptida (pepide bond) (Hart, dkk., 2003).

    Di samping ikatan peptida, asam-asam amino dapat berikatan satu sama

    lain dengan ikatan amida dan ikatan disulfida. Ikatan amida terbentuk antara

    gugus R yang mengandung karboksil (seperti pada asam glutamat dan asam

    aspartat) dengan gugus R yang mengandung amino (pada lisin dan arginin). Ikatan

    disulfida terbentuk antara dua residu sistein, sehingga membentuk asam amino

    sistin (Schumm, 1993).

  • Kedua bentuk ikatan ini dapat menggabungkan dua polipeptida yang

    terpisah atau membentuk suatu lengkungan dalam suatu rantai polipeptida tunggal

    (Schumm, 1993).

    Mengingat sifat-sifat asam amino yang dapat larut dalam air, dapat

    membentuk kristal, harga konstanta dielektrikumnya yang tinggi, memiliki panas

    netralisasi seperti pada H+ dan OH

    - dan dalam medan listrik (misalnya dengan

    elektrophoresa) tak bergerak (dalam keadaan tertentu), maka asam amino

    dipercayai memiliki sifat amfoter atau dalam keadaan zwitter ion yang memiliki

    muatan (+) dan (-) yang seimbang. Sifat-sifat lain dari asam amino adalah tidak

    berwarna, larut dalam air, tak larut dalam alkohol atau eter, dapat membentuk

    garam kompleks dengan logam berat dan dapat membentuk senyawa berwarna

    biru dengan ninhidrin (Sudarmadji, 1989).

    Seperti semua senyawa organik, reaksi kimia asam amino mencirikan

    gugus fungsional yang terkandung. Karena semua asam amino mengandung

    gugus amino dan karboksil, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang

    mencirikan gugus-gugus ini (Lehninger, 1995).

  • Suatu peptida yang mempunyai dua buah ikatan peptida atau lebih dapat

    bereaksi dengan ion Cu2+

    dalam suasana basa dan membentukk suatu senyawa

    kompleks yang berwarna ungu. Reaksi ini dikenal dengan nama reaksi biuret

    (Lehninger, 1995).

    Reaksi ninhidrin adalah reaksi yang digunakan untuk mendeteksi dan

    menduga asam amino secara kuantitatif dalam jumlah kecil. Pemanasan dengan

    ninhidrin berlebih menghasilkan produk berwarna ungu pada semua asam amino

    yang mempunyai gugus -amino bebas, sedangkan produk yang dihasilkan oleh

    prolin berwarna kuning, karena pada molekul ini terjadi substitusi gugus -amino

    (Lehninger, 1995).

  • DAFTAR PUSTAKA

    Daintith, J., 1999, Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta.

    Hart, H., Craine, L.E., dan Hart, J.D., 2003, Kimia Organik, Suatu Kuliah Singkat

    Edisi Kesebelas, diterjemahkan oleh Suminar Setiati Achmadi, Erlangga,

    Jakarta.

    Hunt, E., dkk., 2009, A Mutation In Amino Acid Permease AAP6 Reduces The

    Amino Acid Content Of The Arabidopsis Sieve Elements But Leaves

    Aphid Herbivores Unaffected, Journal of Experimental Botany, 61(55),

    hal 55-64.

    Lehninger, A.L., 1995, Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1, diterjemahkan oleh Maggy

    Thenawidjaja, Erlangga, Jakarta.

    Poedjiadi, A. dan Supriyanti, T., 1995, Dasar-Dasar Biokimia Edisi Revisi, UI-

    Press, Jakarta.

    Schumm, D.E., 1993, Intisari Biokimia, diterjemahkan oleh Moch. Sadikin,

    Binarupa Aksara, Jakarta.

    Sudarmaji, S., 1989, Analisa Bahan Makanan dan Pertanian, Penerbit Liberty,

    Yogyakarta.

  • BAB III

    METODE PERCOBAAN

    3.1 Bahan

    Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan albumin,

    larutan asam amino alanin, glisin, asam aspartat, kristal sistein hidroklorida,

    larutan ninhidrin 0,1 %, larutan natrium nitroprussida 1%, larutan NH4OH,

    akuades, larutan NaOH 2,5 M, larutan CuSO4 0,01 M, larutan H2SO4 pekat,

    larutan glioksilik (pereaksi Hopkins-Cole), pereaksi Millon, tissue roll, kertas

    label dan spritus.

    3.2 Alat

    Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak

    tabung, penangas air, pipet tetes, pipet skala 2 mL, labu semprot, sendok tanduk,

    gegep, sikat tabung dan pembekar spritus.

    3.3 Prosedur Percobaan

    3.3.1 Tes Ninhidrin

    Disiapkan sebanyak 4 buah tabung reaksi yang bersih dan kering, masing-

    masing tabung reaksi diisi dengan 3 mL larutan albumin, glisin, alanin, dan asam

    aspartat. Pada masing-masing tabung reaksi ditambahkan dengan 0,5 mL

    ninhidrin 0,1%, kemudian dipanaskan hingga mendidih. Diamati perubahan yang

    warna terjadi, dimana warna ungu menunjukkan uji positif terhadap tes ninhidrin.

  • 3.3.2 Reaksi Gugus Rantai Samping

    Sejumlah kristal cysteina hidroklorida dimasukkan ke dalam tabung

    reaksi, kemudian dilarutkan dengan 5 mL akuades. Ke dalam tabung ditambahkan

    0,5 mL natrium nitroprussida 1%, selanjutnya 0,5 mL NH4OH dan diamati

    perubahan yang terjadi, dimana terbentuknya warna merah salmaon menunjukkan

    uji positif.

    3.3.3 Reaksi Biuret

    Tabung reaksi yang bersih dan kering disiapkan sebanyak 3 buah, masing-

    masing diisi dengan 3 mL larutan albumin, alanin, dan asam aspartat. Pada

    masing-masing tabung reaksi ditambahkan 1 mL NaOH 2,5 M, dikocok lalu

    ditambahkan beberapa setetes CuSO4 0,01 M kemudian dikocok, lalu diamati

    perubahan yang terjadi. Setelah itu, ditambahkan CuSO4 0,01 M berlebih sampai

    timbul warna. Diamati perubahan yang terjadi, dimana perubahan warna menjadi

    ungu menunjukkan uji positif terhadap reaksi Biuret.

    3.3.4 Reaksi Hopkins-Cole

    Tabung reaksi yang bersih dan kering disiapkan sebanyak 3 buah, masing-

    masing diisi dengan 2 mL albumin, alanin dan asam aspartat. Selanjutnya

    ditambahkan dengan 2 mL larutan glioksilik (reagen Hopkins), lalu dikocok.

    Kemudian larutan tadi dimasukkan dalam tabung reaksi yang berisi 4 mL larutan

    H2SO4 pekat dan diamati perubahan yang terjadi. Terbentuknya cincin ungu

    menunjukkan uji positif terhadap tes ini.

  • 3.3.5 Reaksi Millon

    Sebanyak 5 mL albumin, alanin dan asam aspartat dimasukkan ke dalam

    tabung reaksi, lalu ditambahkan 4 tetes pereaksi Millon lalu dipanaskan sampai

    endapan putih berubah menjadi merah. Ditambahkan pereaksi Millon berlebih dan

    dipanaskan lagi sampai warna merah yang terbentuk hilang.

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Tes Ninhidrin

    4.1.1 Tabel Pengamatan Tes Ninhidrin

    No.

    Larutan protein dan

    asam amino

    Warna

    Dengan Ninhydrin Setelah pemanasan

    1.

    2.

    3.

    4.

    Albumin

    Glisin

    Alanin

    Asam Aspartat

    Endapan Putih Keruh

    Bening

    Bening

    Bening

    Kekuningan

    Ungu

    Ungu

    Ungu

    4.1.2 Reaksi

    Adapun reaksi dari larutan ninhidrin dengan sampel asam amino dan

    albumin yaitu sebagai berikut :

    Albumin

  • Asam aspartat

    Alanin

  • Glisin

    4.1.3 Pembahasan

    Pada reaksi ninhidrin, larutan protein dan asam amino ditambahkan larutan

    ninhidrin 0,1% dan kemudian dipanaskan. Bila ninhidrin dipanaskan bersama

    dengan asam amino akan menghasilkan kompleks yang berwarna ungu, dimana

    kompleks yang terbentuk dan berwarna ini adalah dua molekul ninhidrin yang

    bereaksi dengan amonia setelah asam amino teroksidasi. Reaski ninhidrin akan

    memberikan hasil positif pada semua asam amino dan protein yang mengandung

    gugus -amino. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dengan menggunakan

    albumin, asam aspartat, alanin dan glisin tidak semua memberi uji positif dengan

    tes ninhidrin. Semua asam amino, yaitu asam aspartat, alanin dan glisin memberi

    hasil positif dengan terbentuknya larutan yang berwarna ungu. Albumin pada tes

    ninhidrin yang dilakukan menghasilkan endapan putih dan larutan yang berwarna

  • kekuningan, hal tersebut terjadi karena pada albumin terdapat ikatan peptide yang

    tidak mudah putus.

    4.2 Reaksi Gugus Rantai Samping

    4.2.1 Tabel Pengamatan

    No Larutan contoh

    Warna

    Dengan natrium

    nitroprussida

    Dengan amonium

    hidroksida

    1 Cystein hydroklorida salmon merah

    4.2.2 Reaksi

    Reaksi yang terjadi dalam reaksi gugus rantai samping ini adalah:

    O

    H S CH2 CH C OH + Fe(CN)5 NO - Na + NH4OH

    NH2

    O

    NH3 - Fe(CN)5 - NO - S CH2 CH C - OH + NaOH

    NH2

    4.2.3 Pembahasan

    Reaksi kedua adalah reaksi gugus rantai samping (gugus R). Reaksi ini

    dilakukan untuk mengidentifikasi adanya sulfihidril spesifik pada asam amino

    sistein. Dalam reaksi ini, asam amino sistein dalam bentuk kristal cysteina

    hydroklorida ditambahakan dengan larutan natrium nitroprussida dan larutan

    NH4OH. Larutan natrium nitroprussida ini berfungsi sebagai pembentuk

  • kompleks, yang akan membentuk kompleks dengan gugus SH pada asam amino

    sistein. Sedangkan fungsi penambahan larutan NH4OH adalah sebagai buffer

    dalam reaksi ini.

    Sesuai dengan teori, percobaan yang telah dilakukan terhadap kristal

    sistein memberi uji positif dalam reaksi gugus rantai samping ini, yang ditandai

    dengan terbentunya larutan yang berwarna merah, tetapi terdapat kelainan dalam

    percobaan ini, yaitu setelah penambahan 0,5 mL larutan NH4OH secara terus

    menerus, larutan tersebut berubah warna menjadi hijau lumut. Hal ini terjadi

    karena penambahan larutan NH4OH terlalu banyak, seharusnya penambahan

    larutan ini hanya setetes atau dua tetes saja.

    4.3 Reaksi Biuret

    4.3.1 Tabel Pengamatan

    No. Larutan contoh

    Warna

    NaOH 2,5 M CuSO4 0,01 M CuSO4 0,01 M

    berlebih

    1.

    2.

    3.

    Albumin

    Glisin

    Asam Aspartat

    Kekuningan

    Bening

    Bening

    Ungu Muda

    Bening

    Bening

    Ungu

    Bening

    Bening

    4.3.2 Reaksi

    Reaksi-reaksi dalam tes biuret:

    Glisin

  • Asam aspartat

    Albumin

    4.3.3 Pembahasan

    Reaksi biuret mengidentifikasi adanya ikatan peptida dalam protein. Uji

    positif dalam tes biuret akan memberikan warna ungu, yang merupakan kompleks

    yang terbentuk dari Cu2+

    dengan gugus CO dan gugus NH dari rantai peptida

    dalam suasana basa. Dalam percobaan yang dilakukan, larutan contoh albumin,

    glisin, dan asam aspartat masing-masing ditambahkan larutan NaOH kemudian

    larutan CuSO4. Fungsi penambahan NaOH dalam reaksi ini adalah untuk memberi

  • suasana basa pada larutan contoh protein dan asam amino yang digunakan.

    Sedangkan penambahan larutan CuSO4 bertujuan untuk membentuk kompleks

    ungu dengan gugus CO dan NH dari rantai peptida.

    Dari percobaan yang dilakukan, hanya albumin yang memberikan uji

    positif terhadap tes biuret dengan terbentuknya larutan berwarna ungu, sementara

    untuk asam amino glisin dan asam aspartat tidak memberi uji positif pada tes

    biuret. Sesuai dengan teori, reaksi biuret bertujuan untuk mengidentifikasi adanya

    ikatan peptida. Albumin adalah suatu protein, yang berarti terbentuk atas asam-

    asam amino melalui ikatan peptida. Sehingga, dalam percobaan ini hanya albumin

    yang bisa memberi uji positif pada reaksi biuret.

    4.4 Reaksi Hopkins-Cole

    4.4.1 Tabel Pengamatan

    No. Larutan protein dan

    asam amino

    Warna

    Dengan Ninhydrin Setelah pemanasan

    1.

    2.

    3.

    Albumin

    Glisin

    Asam Aspartat

    Putih keruh

    Bening

    Bening

    Bening

    Bening

    Bening

    4.4.2 Reaksi

    Reaksi-reaksi yang terjadi dalam uji ini adalah :

    Asam aspartat

  • H C C OH

    O O

    + S

    O

    O

    OHHO C OHHC

    OO

    O SO3H

    C OHHC

    OO

    O SO3H

    +

    N

    +

    CHCOOH

    NH2

    H2SO4

    N

    CH2CHOOH

    NH

    CH

    - H2O

    N

    CHH3C

    N

    COOH

    CH COOH

    H

    H

    OH

    C

    OH

    O H

    Glisin

    H CH

    NH2

    COOH + Pereaksi Hopkins

    Albumin

    4.4.3 Pembahasan

    Pada uji tes ini, akan ditentukan adanya gugus indol spesifik. Dimana

    larutan sampel dicampurkan dengan larutan glioksilik yang merupakan reagen

    Hopkins yang akan membantu memberikan tanda spesifik. Kemudian larutan

  • tersebut dipipet dan dimasukkan dalam tabung berisi asam sulfat pekat. Asam

    sulfat digunakan disini berfungsi untuk memberikan suasana asam pada reaksi

    sehingga reaksi berlangsung dengan baik dan memberikan uji positif dimana

    dalam larutan terbentuk cincin warna ungu yang berada di antara 2 fasa.

    Dari tabel terlihat bahwa protein dalam hal ini albumin tidak mengandung

    asam amino triptofan yang mempunyai gugus indol spesifik, karena tidak dapat

    direaksikan dengan pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat.

    Pereaksi ini dibuat dari asam oksalat dengan serbuk magnesium dalam air.

    Setelah dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfat ditambahkan namun

    baik untuk albumin, glisin dan asam aspartat tidak menunjukkan paerubahan

    warna, tetap bening.

    Pada uji tes ini, seharusnya warna yang terbentuk adalah warna ungu,

    tetapi karena banyaknya kesalahan yang terjadi sehingga warna yang dihasilkan

    tetap/ tidak ada perubahan. Kesalahan tersebut diantaranya kesalahan dalam

    melakukan prosedur percobaan, kurang hati-hati, kebersihan alat dan bahan-bahan

    yang sudah kurang baik.

    4.5 Reaksi Millon

    4.5.1 Tabel Pengamatan

    No. Larutan contoh

    Warna

    Dengan

    Millon

    Setelah

    pemanasan

    Millon berlebih

    dipanaskan

  • 1. Albumin

    Putih keruh

    (endapan

    putih)

    Putih keruh

    (endapan

    merah)

    Putih keruh

    (endapan

    putih)

    4.5.2 Reaksi

    Reaksi yang terjadi dalam uji Millon, yaitu larutan albumin :

    4.5.3 Pembahasan

    Pada reaksi ini, larutan contoh berupa albumin yang direaksikan dengan

    reagen Millon dan dipanaskan. Kemudian ditambahkan lagi pereaksi Millon

    berlebih dan dipanaskan lagi sehingga nantinya akan timbul perubahan warna

    endapan menjadi merah. Penambahan Millon disini berfungsi untuk membantu

    menentukan adanya gugus hidroksifenil spesifik yang ditandai dengan hilangnya

    endapan merah pada larutan.

    Berdasarkan tabel di atas, terlihat jelas bahwa setelah penambahan reagen

    Millon terbentuk endapan putih yang segera berubah warnanya menjadi merah

  • saat dipanaskan. Bila ditambahkan reagen Millon berlebih dan dipanaskan lagi

    maka endapan merahnya akan tertarik ke permukaan (terjadi proses koagulasi)

    dan cairan di bawahnya menjadi bening. Adanya endapan merah yang dihasilkan

    pada saat penambahan albumin dengan Millon menunjukkan reaksinya positif

    sebab pereaksi Millon dapat bereaksi dengan gugus fenol dari asam amino yang

    terdapat pada albumin.

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

    1. Pada tes ninhidrin, hanya asam amino alanin, glisin, dan asam aspartat yang

    memberi uji positif yang ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi

    ungu, protein juga memberi uji positif dalam reaksi ninhidrin.

    2. Pada reaksi gugus rantai samping, asam amino sistein yang memiliki gugus

    sulfihidril dalam bentuk kristal cysteina hydroklorida memberi uji positif

    menghasilkan larutan berwarna merah.

    3. Pada reaksi biuret, albumin memberi uji positif yang ditandai dengan

    perubahan warna larutan menjadi ungu. Hal ini menunjukan bahwa albumin

    yang merupakan suatu protein yang memiliki ikatan peptida.

    4. Reaksi Hopkins-Cole tidak memberikan warna ungu yang membuktikan

    adanya gugus indol spesifik asam amino triptofan pada albumin, asam

    aspartat dan glisin, tetapi memberikan uji negatif yaitu warna bening.

  • 5. Pada reaksi Millon, albumin memberikan uji positif yang ditandai

    terbentuknya endapan coklat kemerahan, menunjukan salah satu asam amino

    penyusun albumin adalah tirosin.

    5.2 Saran

    Sebaiknya disediakan asam amino yang spesifik untuk masing-masing

    reaksi sehingga untuk tiap-tiap reaksi ada larutan yang digunakan sebagai

    pembanding.

    LEMBAR PENGESAHAN

  • Makassar, 14 Oktober 2010

    Asisten Praktikan

    ( Muhammad Yusuf ) ( Arkiemah Hamda )

    Lampiran 1. Bagan Kerja

    1. Tes Ninhidrin

    Dipipet masing-masing 3 mL

    Dimasukkan ke dalam tabung reaksi berbeda

    Ditambahkan 0,5 mL ninhidrin 0,1 %

    Dipanaskan hingga mendidih

    Diamati perubahan yang terjadi

    Warna ungu menunjukkan uji positif

    2. Tes Gugus Rantai Samping

    Albumin Glisin Alanin As. Aspartat

    Hasil

    Kristal cysteina hydroklorida

  • Dimasukkan beberapa ke dalam tabung reaksi

    Dilarutkan dengan 5 mL aquades

    Ditambahkan 0,5 mL natrium nitroprusida 1 %

    Ditambahkan 0,5 mL NH4OH

    Diamati perubahan yang terjadi

    Warna merah salmon menunjukkan uji positif

    3. Tes Biuret

    Dipipet masing-masing 3 mL

    Dimasukkan ke dalam tabung reaksi berbeda

    Ditambahkan 1 mL NaOH 2,5 M

    Dikocok dengan baik

    Ditambahkan setetes CuSO4 0,01 M

    Ditambahkan CuSO4 berlebih jika timbul warna

    Diamati perubahan yang terjadi

    Warna ungu menunjukkan uji positif

    4. Tes Hopkins-Cole

    Hasil

    Albumin Alanin Asam Aspartat

    Hasil

    pereaksi Hopkins

  • - dipipet sebanyak 2 mL ke dalam 2 tabung reaksi

    - ditambahkan 2 mL larutan albumin pada tabung 1 dan alanin pada

    tabung 2 lalu dikocok.

    - ditambahkan H2SO4 pekat

    - diamati perubahan yang terjadi

    - Terbentuknya cincin ungu menunjukkan uji positif

    5. Tes Millon

    Dipipet masing- masing 5 mL

    Dimasukkan ke dalam tabung reaksi berbeda

    Ditambahkan 4 tetes pereaksi Millon

    Dipanaskan

    Diamati perubahan warnanya

    Ditambahkan pereaksi Millon berlebih

    Diamati perubahan yang terjadi

    Terbentuknya endapan coklat kehitaman

    menunjukkan uji positif

    Hasil

    Albumin Alanin

    Hasil