analisis pengaruh kualitas knowledge management system, self-efficacy, dan iklim organisasi terhadap...

Upload: kamelia-s-samsuri

Post on 24-Feb-2018

366 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    1/144

    UNIVERSITAS INDONESIA

    ANALISIS PENGARUH KUALITAS KNOWLEDGE

    MANAGEMENTSYSTEM, SELF-EFFICACY, DAN IKLIM

    ORGANISASI TERHADAP INTENSI PEMBAGIAN

    PENGETAHUAN

    (STUDI KASUS: PT TELKOM JAKARTA)

    SKRIPSI

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    2/144

    SKRIPSI

    UNIVERSITAS INDONESIA

    ANALISIS PENGARUH KUALITAS KNOWLEDGE

    MANAGEMENTSYSTEM, SELF-EFFICACY, DAN IKLIM

    ORGANISASI TERHADAP INTENSI PEMBAGIAN

    PENGETAHUAN

    (STUDI KASUS: PT TELKOM JAKARTA)

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    3/144

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    4/144

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

    Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik

    yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

    Nama : Syiti Rommalla

    NPM : 1106021203

    Tanda Tangan :

    Tanggal : 23 Juni 2015

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    5/144

    HALAMAN PENGESAHAN

    Skripsi ini diajukan oleh :

    Nama : Syiti Rommalla

    NPM : 1106021203

    Program Studi : Manajemen

    Judul : Analisis Pengaruh Tacit Degree of Knowledge

    terhadap Knowledge Transfer yang Dimediasi OlehTeam Task dan Job Engagement Pada e-Commerce

    (Studi Kasus: Lazada Indonesia)

    Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

    sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

    Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Ekonomi pada Program StudiManajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

    DEWAN PENGUJI

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    6/144

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

    berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Puji syukur saya

    panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya,

    saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam

    rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi

    Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Saya

    menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa

    perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk

    menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih

    kepada:

    (1)Orang tua saya, Romawi Samsuri serta Parmiati yang telah

    memberikan dukungan penuh kepada saya berupa doa, semangat, kasih

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    7/144

    (6)Dosen-dosen FEUI yang telah membagikan ilmu dan waktunya kepada

    kami, mahasiswa FEUI 2011, sehingga kami memiliki bekal untuk

    dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir skripsi ini;

    (7)Amalina Nurdeanty dan Syiti Rommalla, selaku sahabat dan rekan

    seperjuangan yang dipertemukan di konsentrasi SDM, yang selalu

    menghibur saya dengan obrolan, canda, tawa, gosip, keluh serta kesah

    selama menempuh kuliah di FEUI;

    (8)Anindya Zulkarida, Yunika Fauziah, dan Galih Prima Dhamara,

    sahabat-sahabat wacana saya yang meskipun super sibuk, yang selalu

    memberikan dukungan dan semangat bagi saya dalam mengerjakan

    tugas akhir skripsi ini;

    (9)

    Teman-teman serta mentor kelompok OPK 2011 terkece, Portaits,

    yang sudah menemani dan membantu saya sejak dimasa-masa awal

    kuliah hingga saat ini;

    (10)

    Teman-teman seperjuangan di konsentrasi SDM yang telah banyak

    membantu saya selama kuliah serta membagikan informasi terkait

    t khi k i i i i hi

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    8/144

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    9/144

    ABSTRAK

    Nama : Kamelia Sandaniati Samsuri

    Program Studi : S1 Manajemen

    Judul : Analisis Pengaruh KualitasKnowledge Management System, Self-

    efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian

    Pengetahuan (Studi Kasus PT Telkom Jakarta)

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari kualitas

    knowledge management system (KMS), self-efficacy para pekerja mengenai

    penggunaan KMS, sikap akan pembagian pengetahuan dan iklim organisasi yang

    terdiri dari tiga variabel first-order (keadilan, inovasi, dan afiliasi) terhadap

    intensi pembagian pengetahuan di PT Telkom Jakarta. Data penelitian ini

    diperoleh dengan menggunakan kuesioner dari 150 sampel pekerja di PT Telkom

    Jakarta yang pernah menggunakan KMS. Pengolahan data dilakukan denganmenggunakan software PLS 2.0. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

    kualitas KMS, self-efficacy, sikap akan pembagian pengetahuan, dan iklim

    organisasi berpengaruh secara positif terhadap intensi pembagian pengetahuan.

    Kata kunci: kualitas knowledge management system, self-efficacy, sikap akan

    pembagian pengetahuan, iklim organisasi, intensi pembagian pengetahuan

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    10/144

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv

    KATA PENGANTAR .................................................................................... .........v

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR

    UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................. vii

    ABSTRAK ........................................................................................................... viii

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

    DAFTAR PERSAMAAN ...................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi

    BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang ..............................................................................................1

    1 2 R M l h 6

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    11/144

    2.3.1. Definisi Pembagian Pengetahuan .........................................................17

    2.3.2. Cara dan Komponen Pembagian Pengetahuan .....................................18

    2.4. Sistem Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management System) .........23

    2.5. Self-efficacy .................................................................................................24

    2.5.1. Definisi Self-efficacy .............................................................................24

    2.5.2. Dimensi Self-efficacy ............................................................................25

    2.5.3. Sumber Self-efficacy .............................................................................26

    2.6. Iklim Organisasi (Organizational Climate) ................................................28

    2.7. Sikap (Attitude)............................................................................................30

    BAB 3PROFIL PERUSAHAAN .......................................................................... 34

    3.1. Sejarah PT Telkom ......................................................................................34

    3.2. Struktur Organisasi PT Telkom Jakarta .....................................................35

    3.3. Visi dan Misi PT Telkom Jakarta ................................................................37

    3.4. Budaya Kerja Organisasi PT Telkom Jakarta .............................................38

    3.5. Tujuan Stategis PT Telkom Jakarta.............................................................39

    BAB 4DESAIN DAN METODE PENELITIAN ................................................. 41

    4 1 M d l P liti 41

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    12/144

    5.1.Pilot Test......................................................................................................58

    5.1.1. Uji Convergent Validity.......................................................... ..............58

    5.1.2. UjiDiscriminant Validity.....................................................................61

    5.1.3. Variabel Formatif ..................................................................................65

    5.2. Profil Responden .........................................................................................67

    5.3. Analisis Deskriptif .......................................................................................70

    5.3.1. Analisis Deskriptif Variabel Kualitas KMS .........................................71

    5.3.2. Analisis Deskriptif Variabel Self-efficacyKMS ...................................72

    5.3.3. Analisis Deskriptif Variabel Iklim Organisasi .....................................73

    5.3.4. Analisis Deskriptif Variabel Sikap akan Pembagian Pengetahuan ......75

    5.3.5. Analisis Deskriptif Variabel Intensi Pembagian Pengetahuan .............75

    5.4. Analisis Model Pengukuran ........................................................................76

    5.4.1. Analisis Model Pengukuran Variabel Reflektif ....................................76

    5.4.2. Analisis Model Pengukuran Variabel Formatif ....................................82

    5.5. Analisis Model Struktural ...........................................................................84

    5.5.1. Uji Goodness of Fit...............................................................................86

    5 5 2 Uji St G i Q2 86

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    13/144

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1. Perbedaan Pengetahuan Tasit dan Eksplisit.......................................11

    Tabel 3.1 Fungsi dan Wewenang Direktorat PT Telkom Jakarta.......................36

    Tabel 4.1 Indikator Pengukuran Variabel Kualitas KMS...................................46

    Tabel 4.2 Indikator Pengukuran Variabel Self-efficacy KMS.............................47

    Tabel 4.3 Indikator Pengukuran Variabel Iklim Organisasi...............................47

    Tabel 4.4 Indikator Pengukuran Variabel Sikap Akan Pembagian

    Pengetahuan........................................................................................................49

    Tabel 4.5 Indikator Pengukuran Variabel Intensi Pembagian Pengetahuan.......49

    Tabel 5.1Pilot Test Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values)........................59

    Tabel 5.2Pilot Test Constract Reliability...........................................................60

    Tabel 5.3Pilot Test Average Variance Extracted (AVE)....................................61

    Tabel 5.4Pilot Test Cross Loading.....................................................................62

    Tabel 5.5 Akar AVEPilot Test...........................................................................64

    Tabel 5.6Pilot Test Laten Variable Correlation................................................64

    T b l 5 7 Pil T O W i h (M STDEV T V l ) 65

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    14/144

    Tabel 5.23 Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values)......................................75

    Tabel 5.24 Construct reliability..........................................................................77

    Tabel 5.25Average Variance Extracted (AVE)..................................................77

    Tabel 5.26 Cross Loadings.................................................................................79

    Tabel 5.27 Akar AVE.........................................................................................80

    Tabel 5.28Latent Variable Correlation.............................................................80

    Tabel 5.29 Outer weights (Mean, STDEV, T-Values).........................................81

    Tabel 5.30Multicollinierity Statistics.................................................................83

    Tabel 5.31Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)....................................83

    Tabel 5.32R Square............................................................................................84

    Tabel 5.33 Goodness of Fit.................................................................................85

    Tabel 5.34Redundancy Index.............................................................................85

    Tabel 5.35Mediating Effect Test Result.............................................................86

    Tabel 5.36 Uji Hipotesis.....................................................................................87

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    15/144

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Model Konversi Pengetahuan..............................................................21

    Gambar 3.1 Susunan Organisasi PT Telkom Jakarta..............................................35

    Gambar 4.1 Model Penelitian..................................................................................41

    Gambar 5.1 Model Akhir Penelitian........................................................................94

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    16/144

    DAFTAR PERSAMAAN

    Persamaan 3.1 Composite Reliability......................................................................55

    Persamaan 3.2Average Variance Extracted...........................................................55

    Persamaan 3.2Average Variance Extracted...........................................................57

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    17/144

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1: Kuesioner Penelitian...................................................................... 107

    Lampiran 2: Hasil KeluaranAlgoritm Pilot Test SmartPLS 2.0........................ 112

    Lampiran 3: Hasil KeluaranBootstrapping Pilot TestSmartPLS 2.0................ 113

    Lampiran 4: Hasil KeluaranAlgoritmSmartPLS 2.0......................................... 119

    Lampiran 5: Hasil KeluaranBootstrappingSmartPLS 2.0................................. 123

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    18/144

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Saat ini pengetahuantelah menjadi sebuah kunci penting yang menentukan

    keunggulan kompetitif suatu perusahaan. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh

    Peter Drucker (2002) dalam Sangkala (2007) bahwa fenomena yang terjadi

    sekarang ini mengarah pada perubahan dunia bahwa sumber ekonomi yang

    penting tidak lagi dalam bentuk modal, sumber daya alam, maupun tenaga kerja

    tetapi lebih mengacu kepada knowledge capital. Oleh karena itu, pengetahuan

    kedepannya memegang peranan penting, dan karenanya harus dikelola. Selain itu,Widayana (2005) dalam Sangkala (2007) mengatakan bahwa pada abad 21,

    inovasi dan pengetahuan akan menjadi hal yang sangat penting dalam

    kelangsungan bisnis. Sangkala (2007) juga mengungkapkan bahwa bahwa kita

    telah bergerak menuju suatu dunia dimana pengetahuan adalah sebuah kekuatan di

    k i b d d l h i i D b i d dik k b h

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    19/144

    2

    berbeda mampu membangun basis pengetahuan bersama, yang dapat memperkuat

    rasa saling pengertian dan meningkatkan efisiensi kordinasi (Liu dan Phillips,

    2011). Pembagian pengetahuan dalam sebuah perusahaan telah menjadi praktik

    yang lazim karena hal tersebut terbukti meningkatkan keunggulan kompetitif

    perusahaan secara keseluruhan (Tagliaventi et al., 2010).

    Pembagian pengetahuan relevan terutama dengan proses pengerjaan suatu

    proyek (Tsai dan Ghoshal, 1998), karena proses ini melibatkan tugas yang

    kompleks dan saling terkait (Liu dan Phillips, 2011). Melalui pembagian

    pengetahuan, individu dalam tiap unit dapat mengakses sumber pengetahuan yang

    tepat dari individu lainnya, dan kemudian membuat pengetahuan baru dengan cara

    mengkombinasikan pengetahuan yang ada dengan wawasan mereka sendiri

    (Maruta, 2011). Wawasan disini merujuk pada kapabilitas seseorang untuk

    mendapatkan hasil yang diinginkan melalui pemilihan pengetahuan yang tepat

    dan mengintegrasikannya dengan pengetahuan yang terkait. Wawasan dan

    aktivitas pertukaran pengetahuan yang baik akan memfasilitasi peningkatan

    produktivitas (Maruta, 2011). Dalam kata lain, kerja sama tim yang sukses dalam

    j k b h k d i k i d b i

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    20/144

    3

    (knowledge management). Manajemen pengetahuan sendiri dapat dikatakan

    sebagai suatu pengelolaan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang di dalam

    organisasi. Pengetahuan, tentu saja, akan digunakan sebagai aset utama dalam

    manajemen pengetahuan. Menurut Bergerson (2003) dalam Sangkala (2007),

    manajemen pengetahuan merupakan suatu cara sistematik yang dapat memberikan

    competitive advantage bagi perusahaan untuk mengelola informasi dan aset

    intelektual yang mereka miliki.

    Knowledge Management System (KMS) merupakan salah satu alat

    manajemen pengetahuan yang sering dipakai oleh perusahaan (Alavi dan Leidner,

    2001). KMS memainkan peran yang penting dalam menstimulasi pembagian

    pengetahuan di dalam perusahaan. KMS juga dapat digunakan untuk

    memfasilitasi, menghasilkan, memelihara, dan membagi pengetahuan organisasi

    (Quaddus dan Xu, 2005). Kulkarni et al. (2007) memodifikasi model untuk

    mengevaluasi kesuksesan KMS. Studi tersebut menunjukkan bahwa kualitas KMS

    terlihat dari kemudahan penggunaanya untuk mencari, mengakses, dan menerima

    pengetahuan. Sehingga apabila pekerja merasa bahwa KMS yang dipakai

    h d h k di k k hi k b h k k

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    21/144

    4

    afiliasi. Jadi pada saat perusahaan membentuk iklim yang adil, inovatif, dan

    afiliatif yang mendorong adanya pembagian pengetahuan, maka para pekerjanya

    cenderung akan mengikuti nilai-nilai tersebut (Bock et al., 2005).

    Selain itu, sikap dilihat sebagai predictor yang kuat akan niat untuk

    berperilaku dalam banyak studi yang telah dilakukan (Armitage, 2001; Heinze,

    2009; Millar, 2003 dalam Chen et al., 2012). Sikap biasanya dihubungkan dengan

    niat untuk berperilaku karena individu membentuk niat untuk mengeksekusi

    perilaku terhadap sesuatu yang mana individu tersebut bersikap baik. Oleh karena

    itu, sikap enerjik terhadap perilaku spesifik akan memiliki efek yang positif, yang

    membuat seseorang akan semakin mungkin untuk melakukan perilaku tersebut

    (Heinze, 2009 dalam Chen et al., 2012). Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap

    akan pembagian pengetahuan merupakan tingkatan dimana seseorang memiliki

    perasaan yang positif mengenai pembagian pengetahuan (Bock et al., 2005).

    Sebagai tambahan, bukti empiris telah menunjukkan bahwa semakin besar sikap

    akan pembagian pengetahuan, maka akan semakin besar pula pembagian

    pengetahuan intention(Bock et al., 2005; Chow dan Chan, 2008; Zimmer et al.,

    2010 d l Ch l 2012)

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    22/144

    5

    mempertahankan pelanggannya. Untuk itu, pihak manajemen PT Telkom

    Indonesia mengimplementasikan manajemen pengetahuan di perusahaannya.

    Implementasi manajemen pengetahuan di PT Telkom Indonesia pada awalnya

    ditujukan sebagai alat untuk membentuk komunikasi dan kolaborasi antar pekerja.

    Hal ini dimaksudkan agar aktivitas pembagian pengetahuan dapat terjadi. Dengan

    mengimplementasikan manajemen pengetahuan dalam perusahaan, pengetahuan

    yang dimiliki oleh para pekerja di PT Telkom Indonesia akan menjadi sebuah aset

    penting yang mendorong terciptanya competitive advantage. Sehingga, dengan

    competitive advantage yang dimiliki, PT Telkom Indonesia akan mampu

    mempertahankan kelangsungan bisnisnya meski kondisi pasar terus berkembang

    dan pesaing semakin banyak.

    Implementasi manajemen pengetahuan di PT Telkom Indonesia terlihat

    dengan adanya KMSperusahaan bernama Kampiun yang dibentuk pada tahun

    2005. Kampiun adalah sebuah jaringan intranet yang berisi informasi yang

    menghubungkan semua unit pekerja di PT Telkom Indonesia. Sama seperti KMS

    lainnya, Kampiun berisi pengetahuanpara pekerja PT Telkom Indonesia. Dengan

    d i dih k f k i k i i b i h

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    23/144

    6

    namun juga didukung oleh hal lainnya. Salah satu contohnya adalah dengan setiap

    tahun memberikan Kampiun Award bagi karyawan yang dianggap paling

    berkontribusi dalam melakukan pembagian pengetahuan di Kampiun. Dengan

    banyaknya hal yang telah dilakukan oleh PT Telkom Indonesia untuk mendorong

    terjadinya aktivitas pembagian pengetahuan antar karyawannya, untuk itulah

    peneliti ingin melihat apakah terdapat pengaruh positif antara kualitas KMS yang

    dimiliki PT Telkom, self-efficacy KMS para pekerjanya, dan iklim organisasi

    terhadap intensi pembagian pengetahuan para pekerjanya dengan dimediasi oleh

    sikap akan pembagian pengetahuan.

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya,

    masalah utama yang dapat diidentifikasi pada penelitian ini adalah hubungan

    kualitas KMS, self-eficacy dalam menggunakan KMS, iklim organisasi yang

    terdiri atas keadilan, inovativeness, dan affiliation; dan sikap akan pembagian

    pengetahuan terhadap intensi pekerja di PT Telkom Jakarta untuk melakukan

    b i h

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    24/144

    7

    1.4. Manfaat Penelitian

    Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat, baik bagi

    diri peneliti maupun bagi pihak lain. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini

    adalah:

    1.4.1. Manfaat bagi peneliti

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti untuk

    mampu mengaplikasikan teori yang telah didapat selama kuliah ke dalam dunia

    kerja sesuai dengan kondisi yang ada saat ini serta memperluas pengetahuan

    peneliti mengenai KMS, self-efficacy, iklim organisasi, dan sikap para pekerja

    serta dampaknya terhadap intensi para pekerja tersebut untuk melakukan

    pembagian pengetahuan.

    1.4.2. Manfaat bagi perusahaan

    Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan masukan ke pada

    perusahaan berupa informasi terkait pengaruh kualitas KMS, self-efficacy, iklim

    organisasi, dan sikap para pekerja terhadap intensi mereka dalam melakukan

    b i h h i i f i i h l b

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    25/144

    8

    manusia terutama terkait dengan intensi pekerja dalam melakukan pembagian

    pengetahuan.

    1.5. Sistematika Penulisan

    Kerangka penelitian ini terdiri dari 5 bab, yaitu:

    BAB 1PENDAHULUAN

    Bab ini berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan

    penelitian, manfaat penelitian, dan uraian singkat sistematika penelitian.

    BAB 2LANDASAN TEORI

    Bab ini membahas mengenai hasil tinjauan kepustakaan atas data sekunder

    yang digunakan dalam penelitian ini berupa teori-teori yang sesuai untuk

    dijadikan landasan penelitian.

    BAB 3PROFIL PERUSAHAAN

    Bab ini membahas mengenai profil perusahaan yang menjadi objek

    penelitian yaitu PT Telkom Jakarta. Profil perusahaan yang akan dibahas

    termasuk di dalamnya adalah sejarah, struktur organisasi, visi, misi, budaya, dan

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    26/144

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    Bab ini akan menguraikan teori-teori yang digunakan untuk menjadi

    landasan dan referensi dalam penulisan penelitian ini. Bab ini mencakup

    pemahaman mengenai pengetahuan, manajemen pengetahuan, sistem manajemen

    pengetahuan (KMS), self-efficacy, iklim organisasi, sikap, dan pembagian

    pengetahuan.

    2.1. Pengetahuan (Knowledge)

    2.1.1. Definisi Pengetahuan

    Pengetahuan menurut Drucker (1988) dalam Ovani (2014) merupakan

    informasi yang mengubah seseorang. Hal tersebut akan terjadi ketika informasi

    yang ada menjadi dasar orang tersebut untuk bertindak atau ketika informasi

    tersebut membuat orang untuk mampu mengambil tindakan yang berbeda atau

    lebih efektif dari tindakannya yang sebelumnya. Ovani (2014) juga

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    27/144

    10

    Pada tingkat ini pengetahuan diperoleh melalui pelatihan,

    pembelajaran dan kualifikasi formal. Tingkat ini sangat penting bagi

    perusahaan, namun secara umum masih kurang mencukupi bagi

    keberhasilan komersial.

    ii. Know howatau aplikasi praktis

    Tingkat ini menerjemahkan pengetahuan pada tingkat 1 ke dalam

    pelaksanaan. Tingkat ini merupakan area di mana pengetahuan

    menambahkan nilai dalam suatu perusahaan melalui suatu kemampuan

    untuk menerjemahkan pengetahuan yang bersifat teoritis menjadi eksekusi

    atau aksi yang efektif.

    iii. Know whyatau sistem understanding

    Pada tingkat ini, pengetahuan dilihat sebagai unsur terdalam dari

    jaringan sebab akibat yang ada pada suatu displin ilmu. Tingkat ini

    memungkinkan profesional untuk berpindah dari pelaksanaan kerja

    menuju pemecahan masalah yang lebih besar dan kompleks dan

    menciptakan solusi baru bagi permasalahan yang baru.

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    28/144

    11

    Tabel 2.1. Perbedaan Pengetahuan Tasit dan Eksplisit

    Pengetahuan Tasit Pengetahuan Eksplisit

    Tidak mudah untuk diajarkan Mudah untuk diajarkan

    Tidak mudah untuk diartikulasikan Mudah untuk diartikulasikan

    Tidak mudah untuk diobservasi Mudah untuk di observasi

    Kaya Skematis

    Kompleks Sederhana

    Tidak dapat didokumentasikan Dapat didokumentasikan

    Sumber: Davenport (1998)

    2.1.3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

    Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut

    Notoadmojo (2003) dalam Ovani (2014), yaitu:

    i.

    Umur

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    29/144

    12

    iv. Sosial Budaya

    Sosial budaya akan mempengaruhi interaksi seseorang dengan orang

    lain. Karena interaksi inilah seseorang akan mengalami proses belajar dan

    berujung pada diperolehnya pengetahuan.

    v. Pendidikan

    Untuk mendapatkan atau meningkatkan pengetahuan, hal yang dapat

    dilakukan seseorang adalah melalui proses belajar. Proses belajar inilah

    yang disebut dengan pendidikan

    vi.

    Informasi

    Informasi dapat diperoleh melalui berbagai macam cara maupuan

    media. Semakin banyak informasi yang diperoleh seseorang maka akan

    semakin banyak pula pengetahuan yang orang tersebut peroleh.

    vii. Pengalaman

    Sama seperti informasi, pengalaman juga berhubungan positif

    dengan pengetahuan. Hal ini terjadi karena melalui pengalaman seseorang

    dapat belajar menyelesaikan atau memecahkan suatu masalah dikemudian

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    30/144

    13

    Pengalaman ini digunakan sebagai salah satu faktor dalam mendapatkan

    pengetahuan.

    c.

    Jalan pikiran

    Seiring dengan berkembang atau berubahnya hidup seseorang, jalan

    pikiran juga akan semakin berkembang. Jalan pikiran ini digunakan

    sebagai usaha untuk mendapatkan pengetahuan melalui pertanyaan,

    pernyataan, maupun kesimpulan.

    ii.Modernatau Ilmiah

    Cara mendapatkan pengetahuan dengan cara yang sistematis, logis, dan

    ilmiah.

    Selain itu, Kurniady (2000) dalam Ovani (2014) menambahkan beberapa

    metode untuk mendapatkan pengetahuan, terutama pengetahuan tasit, yaitu

    melalui cerita dan teknologi.

    2.2. Manjemen Pengetahuan (Knowledge Management)

    2.2.1. Definisi Manajemen Pengetahuan

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    31/144

    14

    Berdasarkan definisi di atas, Sveiby (1998) dalam Ovani (2014)

    menyimpulkan bahwa manajemen pengetahuan merupakan sebuah sistem, seni,

    proses penciptaan, dan penggunaan pengetahuan dari aset tak berwujud yang

    dimiliki perusahaan dengan menciptakan nilai, mendokumentasikan, serta

    menyebarkan pengetahuan sehingga dapat mudah digunakan kapan pun dan oleh

    siapa pun. Hal ini nantinya akan menciptakan keunggulan kompetitif

    berkelanjutan untuk mengoptimalkan pencapaian misi dan tujuan organisasi. Aset

    tak berwujud ini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu struktur eksternal, struktur

    internal, dan kompetensi individual. Aset struktur eksternal merupakan aset yang

    berasal dari luar perusahaan seperti berasal dari pemasok dan konsumen. Aset

    struktur internal merupakan aset yang berasal dari dalam perusahaan seperti

    merek, paten, sistem, budaya, dan strategi yang kuat. Sedangkan kompetensi

    individual merupakan aset yang berasal dari pengetahuan yang dimiliki oleh

    sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan baik pengetahuan tasit,

    pengetahuan eksplisit, pembagian pengetahuan, dan kemampuan belajar untuk

    meningkatkan pengetahuannya.

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    32/144

    15

    karena sesungguhnya manajemen pengetahuan bukanlah sekedar alat

    menangkap, menyimpan, dan mengolah pengetahuan untuk nantinya

    diakses, melainkan juga suatu cara untuk menghasilkan pengetahuan baru

    melalui suatu pembelajaran dan membagikannya ke seluruh anggota

    perusahaan.

    b.

    Person-to-person Approach

    Pendekatan ini berfokus pada cara meningkatkan keahlian seseorang

    dengan menghubungkan satu orang dengan orang yang lainnya (face-to-

    face) yang dilakukan melalui berbagai media interaktif. Tujuan utama

    pendekatan ini adalah terciptanya pembagian pengetahuan tasit antar

    anggota perusahaan. Profesionalisme atau keahlian, pemahaman,

    pengalaman, kreativitas, dan intuisi termasuk ke dalam pengetahuan tasit.

    Dengam metode ini, para manajer akan berkonsentrasi dalam

    mengembangkan jaringan personal yang menghubungkan beberapa orang

    secara bersama-sama untuk saling berdiskusi dan membagikan

    pengetahuan tasit yang dimilikinya. Dalam pendekatan ini, perusahaan

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    33/144

    16

    kerangka kerja manajemen pengetahuan. Kemudian perusahaan harus

    menganalisis strategi dan teknologi yang telah ditetapkan sehingga dapat

    mengidentifikasi kesenjangan yang ada dalam infrastuktur perusahaan.

    Selanjutnya pada langkah kedua, perusahaan harus menyelaraskan

    manajemen pengetahuan dan strategi bisnis yang ada. Hal ini dimaksudkan

    agar terdapat hubungan yang jelas antara manajemen pengetahuan dengan

    strategi bisnis yang ada.

    2. Tahap kedua: Analisis sistem manajemen pengetahuan, desain, dan

    pengembangan

    Tahap ini terdiri dari lima langkah, yaitu desain arsitekrut

    manajemen pengetahuan, audit dan analisis pengetahuan, merancang tim

    manajemen pengetahuan, menciptakan blueprint manajemen pengetahuan,

    dan mengembangkan sistem manajemen pengetahuan. Pada langkah

    ketiga, perusahaan harus sudah menentukan jenis teknologi dan alat apa

    yang dibutuhkan agar penerapan manajemen pengetahuan berjalan baik.

    Teknologi dan alat tersebut tentu harus relevan dengan kebutuhan sistem

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    34/144

    17

    Tahap ketiga terdiri dari dua langkah. Langkah kedelapan

    merupakan percobaan dan penyebaran pengetahuan menggunakan

    metodologi result-driven incrementalism (RDI). Sistem manajemen yang

    merupakan proyek berskala besar haruslah memperhitungkan kebutuhan

    sebenarnya dari pengguna. Selanjutnya langkah kesembilan yaitu

    mengelola perubahan, budaya, dan struktur penghargaan. Hal ini

    dilakukan agar dapat memotivasi anggota perusahaan untuk menerapkan

    manajemen pengetahuan yang ada dalam pekerjaannya secara

    berkelanjutan.

    4. Tahap keempat: Evaluasi

    Tahap terakhir ini terdiri dari satu langkah yaitu, melakukan evaluasi

    kinerja anggota perusahaan, mengukur ROI, dan melakukan perbaikan atas

    sistem manajemen pengetahuan yang ada. Langkah ini dapat membantu

    perusahaan untuk mendapatkan set pengukuran kinerja dan manajemen

    pengetahuan yang kuat.

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    35/144

    18

    sulit untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan seseorang tidak mudah untuk mem-

    visualisasikan pengetahuan tasit yang dimilikinya. Selain itu menurut Wang dan

    Noe (2010) seorang anggota perusahaan akan merasa enggan untuk untuk

    membagikan pengetahuan tasit yang dimilikinya karena kurangnya kepercayaan

    atas perusahaan tempatnya bekerja. Mereka beranggapan bahwa jika mereka

    membagikan semua pengetahuan tasit yang dimilikinya, maka mereka takut

    posisinya di perusahaan akan mudah digantikan oleh orang lain karena mereka

    tidak lagi memiliki sesuatu yang dapat menjadikannya berharga di mata

    perusahaan. Intensi pembagian pengetahuan juga dapat diartikan sebagai kerelaan

    atau niat seseorang untuk melakukan pergerakan pengetahuan di dalam

    perusahaan. Pergerakan pengetahuan ini bersifat orang-ke-orang dan dipengaruhi

    oleh karakteristik orang yang terlibat di dalamnya.

    2.3.2. Cara dan Komponen Pembagian Pengetahuan

    Terdapat beberapa cara efektif untuk melakukan pembagian pengetahuan,

    yaitu:

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    36/144

    19

    membutuhkan penyelesaian masalah dengan tenggat waktu tertentu, cara

    pembagian pengetahuan ini tidak efektif untuk dilakukan.

    3.

    Forum terbuka

    Perusahaan dapat membuat sebuah acara atau program khusus untuk

    mengumpulkan para anggotanya. Di acara atau program inilah para

    anggota perusahaan akan saling bertemu, berkomunikasi, dan diharapkan

    akan terjadi pertukaran informasi yang nantinya berujung pada pembagian

    pengetahuan yang mereka miliki.

    Menurut Davenport (1998) dalam Ovani (2014), terdapat beberapa

    komponen yang mempengaruhi pembagian pengetahuan para anggota dalam

    perusahaan.

    1. Status pemiliki perusahaan

    Dalam membagi pengetahuan, status pemilik pengetahuan akan

    menentukan berhasil tidaknya proses pembagian pengetahuan tersebut.

    Apabila sang pemilik pengetahuan mempunyai kedudukan yang tinggi

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    37/144

    20

    menggunakan test berupa pre dan post test sehingga perbedaan atau

    perubahan pengetahuan yang dimiliki oleh para penerima akan terlihat.

    4.

    Kecepatan dan kapasitas pengetahuan

    Kecepatan dan kemampuan para penerima menampung pengetahuan

    yang dibagikan juga menjadi salah satu komponen yang mempengaruhi

    keberhasilan proses pembagian pengetahuan. Media atau alat yang dipakai

    oleh pemberi pengetahuan juga sangat menentukan keberhasilan ini.

    semakin cepat dan besar kapasitas daya tangkap para penerima ditambah

    dengan penggunaan media yang tepat akan membuat proses pembagian

    pengetahuan lebih berhasil.

    Selanjutnya menurut Nonaka (1995), suatu perusahaan harus memiliki baik

    pengetahuan eksplisit maupun tasit di tengah-tengah strategi sumber daya

    manusianya yang kemudian pengetahuan tersebut akan dikonversi. Proses

    konversi atau penciptaan pengetahuan merupakan hal yang penting bagi

    perusahaan. Proses ini terjadi melalui proses interaksi berbagi pengetahuan

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    38/144

    21

    Gambar 2.1 Model Konversi Pengetahuan

    Sumber: Nonaka (1995)

    a) Socialization merupakan proses berbagi pengetahuan, visi dan model

    mental antar anggota perusahaan (connect people to people) untuk

    menciptakan pengetahuan yang baru, atau dapat dikatakan sebagai proses

    pengubahan pengetahuan tasit menjadi pengetahuan tasit yang baru.Pembagian dan penciptaan pengetahuan tasit dapat dilakukan melalui

    interaksi dan pengalaman langsung. Pengetahuan tasit disampaikan

    melalui proses sosialisasi dalam tim kerja (coaching), dimana seseorang

    dapat belajar melalui observasi, mendengar, mengimitasi, dan praktek

    berdasarkan apa yang dicontohkan atau diajarkan oleh pembimbingnya(pemberi pengetahuan). Proses sosialisasi ini akan menghasilkan

    sympathized knowledge yang merupakan simpati para penerima

    pengetahuan yang memiliki sisi subjektif dan objektif terhadap

    pengetahuan yang dibagikan sehingga para penerima akan menyesuaikan

    pengetahuan yang diterimanya dengan pengetahuan dasar yang

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    39/144

    22

    dilaksanakan dengan lebih santai dan dapat dilakukan kapan pun

    dan di mana pun.

    4)

    Briefing

    Briefing merupakan pengarahan yang dilakukan sebelum

    melakukan suatu pekerjaan atau tugas.

    5)

    In house training

    In house training merupakan program pelatihan yang

    diselenggarakan oleh perusahaan dimana semua materi disiapkan

    sendiri oleh perusahaan. Termasuk di dalamnya tempat, peralatan,

    penentuan peserta, pelatih, dan topik pelatihan.

    6) On the-job-training

    On the-job-training merupakan suatu proses pelatihan secara

    langsung di dalam lingkungan kerja yang dilakukan untuk

    meningkatkan keterampilan, pengetahuan, sikap, dan kebiasaan

    kerja karyawan yang terorganisasi. Pelatihan ini dilakukan pada

    saat tertentu biasanya ketika terdapat karyawan baru, karyawan

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    40/144

    23

    dapat dilakukan dengan melalui proses on the job training atau berbagi

    pengetahuan dan praktek lapangan.

    d)

    Internalizationmerupakan proses pembelajaran dan akuisisi pengetahuan

    yang dilakukan oleh semua anggota perusahaan terhadap pengetahuan

    eksplisit yang disebarkan ke seluruh perusahaan melalui pengalaman

    sendiri sehingga menjadi pengetahuan tasit anggota perusahaan. Pada

    akhirnya, pengetahuan yang bersifat eksplisit tersebut dapat dipelajari,

    dipahami dan dikembangkan sesuai dengan kemampuan masing-masing

    individu. Pengetahuan yang telah mengalami proses internalization, akan

    kembali menjadi pengetahuan tasit, yang kemudian perlu diubah kembali

    menjadi pengetahuan eksplisit, demikianlah seterusnya.

    2.4. Sistem Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management System)

    KMS merupakan sebuah sistem teknologi informasi, yang dikembangkan

    untuk mengelola dan mengintegrasikan pengetahuan perusahaan. Sistem seperti

    ini ditujukan untuk menyokong dan memperkuat proses akuisisi, penyimpanan,

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    41/144

    24

    usahanya dalam mengimplementasikan KMS untuk memfasilitasi pengumpulan,

    penyimpanan, dan pembagian pengetahuan (Wang dan Noe, 2010).

    Kualitas KMS merujuk pada aksesibilitas dan kemudahan penggunaannya.

    Aksesibilitas berarti seseorang dapat mengakses dan mencari pengetahuan yang

    dibutuhkan di mana pun dan kapan pun. Sedangkan kemudahan penggunaan

    berarti bahwa seseorang dapat secara mudah memasukkan dan menerima data dari

    KMS yang ada (Kulkarni et al., 2007). KMS memainkan peran yang membantu

    pengimplementasian knowledge management dalam perusahaan. Jika kualitas

    KMS memadai dan memenuhi kebutuhan pekerja, usaha ekstra yang dibutuhkan

    untuk mencari dan menggunakan pengetahuan akan berkurang. Selain itu, jika

    anggota perusahaan dapat mencari pengetahuan yang berharga dan berguna

    dengan menggunakan KMS, mereka lebih mungkin untuk memiliki sikap yang

    positif terhadap pembagian pengetahuan. Dalam situasi ini kualitas isi

    pengetahuan dan kegunaan pembagian pengetahuan yang dirasakan merupakan

    pertimbangan utama. Selanjutnya dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi tingkat

    kualitas KMS akan mendorong persepsi yang positif akan pembagian

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    42/144

    25

    Orang-orang akan memiliki kecenderungan untuk memilih kegiatan yang mereka

    percayai dapat mereka lakukan dan akan menghindari kegiatan yang tidak mereka

    percayai dapat mereka lakukan. Self-efficacy juga dapat membantu seseorang

    untuk memutuskan seberapa besar usaha yang akan mereka gunakan untuk

    mengerjakan suatu tugas. Selain itu dengan adanya self-efficacy akan akan

    membuat seseorang lebih tangguh dan tahan dalam menghadapi kesulitan dan

    situasi merugikan yang ada, khususnya dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

    Menurut Bandura (1986), semakin kuatself-efficacyyang dimiliki oleh seseorang,

    maka akan semakin besar pula tingkat ketekunan dan usaha yang mereka lakukan.

    Selain mempengaruhi perilaku, self-efficacy yang dimiliki oleh seseorang

    juga akan mempengaruhi perasaan dan pikirannya. Orang cenderung menganggap

    bahwa tugas yang diberikan kepadanya berat dari yang sebenarnya jika orang

    tersebut memiliki self-efficacy yang rendah, yang kemudian menimbulkan

    perasaan ketegangan, depresi, kecewa, gagal, dan ketidakberdayaan. Sedangkan

    orang-orang yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan memiliki anggapan

    yang sebaliknya, bahwa tugas yang diberikan mampu mereka kerjakan dengan

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    43/144

    26

    Strength atau kekuatan merujuk pada besar keyakinan seseorang

    akan keputusan yang diambilnya untuk menentukan apakah tugas yang

    ada mampu mereka kerjakan atau tidak dan seberapa baik tugas-tugas

    tersebut mampu dikerjakan. Semakin tinggi tingkat kekuatan self-efficacy

    seseorang, maka akan semakin tinggi pula kemungkinan orang tersebut

    akan menghasilkan kinerja yang sukses.

    3.

    Generality

    Generality merupakan seberapa besar tingkat magnitude dan

    strength seseorang atas keyakinannya dalam menyamaratakan pekerjaan

    dan situasi yang ada. Seseorang dapat menyamaratakan pekerjaan dan

    situasi yang mirip jika memiliki generality self-efficacy yang tinggi.

    Orang-orang ini akan memiliki kemampuan untuk mengubah cara mereka

    melakukan sesuatu sesuai dengan kondisi atau karakteristik tugas dan

    lingkungan yang ada.

    2.5.3. Sumber Self-efficacy

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    44/144

    27

    dijadikan acuan atau model memiliki karakteristik yang sesuai dengan

    dirinya.

    3.

    Persuasi verbal

    Sumber ketiga ini melibatkan proses meyakinkan seseorang bahwa

    mereka dapat menyelesaikan tugas yang ada karena mereka miliki

    kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukannya. Kekuatan persuasi ini

    bergantung pada tiga hal, yaitu kredibilitas pemimpin, pengaruh

    pemimpin, dan hubungan pemimpin dengan bawahannya. Cara terbaik

    untuk melakukan persuasi verbal adalah dengan menggunakan pygmalion

    effect.Pygmalion effectmerupakan suatu bentuk prediksi pemenuhan diri,

    dimana hal-hal yang kita percayai suatu hari akan terjadi atau menjadi

    kenyataan, akan benar-benar terjadi. Jika seorang manajer yakin bahwa

    para bawahannya akan berhasil melakukan tugas-tugasnya, maka self-

    efficacy para bawahannya tersebut akan meningkat dan mereka akan

    termotivasi untuk berusaha lebih keras dalam menyelesaikan tugas-

    tugasnya.

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    45/144

    28

    atas sikap dan niat seseorang divalidasi dalam penelitian yang dilakukan Hasan

    (2006).

    Selanjutnya, He dan Freeman (2010) menyatakan bahwaself-efficacyakan

    penggunaan komputer menjadi penentu utama dari sikap dan niat personal dalam

    pembagian pengetahuan. Fishbein dan Ajzen (1975) menyatakan bahwa niat

    seseorang untuk mengeksekusi sebuah perilaku merupakan faktor terpenting

    dalam menentukan pengimplementasian perilaku yang sebenarnya. Juga, niat

    seseorang paling sering disebabkan oleh norma sosial dan sikap, dimana sikap

    tersebut dibentuk oleh kepercayaan melakukan sebuah perilaku (Hasan, 2006).

    Untuk itu, Chen et al. (2012) juga percaya bahwa KMSself-efficacymemiliki efek

    yang positif dengan sikap akan pembagian pengetahuan dan pembagian

    pengetahuanintention.

    2.6. Iklim Organisasi (Organizational Climate)

    Menurut Tagiuri dan Litwin (1968) dalam Wirawan (2007),

    iklim organisasi

    merupakan kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif terus

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    46/144

    29

    dalam studi-studi terdahulu, terutama terkait kecenderungan pekerja terhadap

    pembagian pengetahuan untuk menciptakan iklim organisasi (Chen et al., 2012).

    Hinds dan Pfeffer (2003) menyatakan bahwa anggota organisasi akan cenderung

    untuk melakukan pembagian pengetahuan di bawah rasa saling percaya yang

    tinggi. Selain itu juga, sebuah iklim ekspresif yang terbuka dan bebas akan

    menjaga aliran informasi. Sebagai tambahan, sebuah iklim yang mentoleransi

    kegagalan dengan alasan yang bisa diterima dan iklim yang dimotivasi oleh

    normalpro-socialakan mendorong terjadinya pembagian pengetahuan(Hinds dan

    Pfeffer, 2003).

    Dalam penelitian ini, terdapat tiga dimensi iklim organisasi yang terkait

    dengan pembagian pengetahuan, yaitu (i) keadilan yang berarti bahwa sebuah

    iklim akan rasa saling percaya itu benar-benar ada dalam organisasi, (ii) inovasi

    yang mendeskripsikan sebuah iklim yang toleran akan kegagalan dan kebebasan

    untuk berdiskusi, dan (iii) afiliasi yang merujuk pada iklim norma pro-social

    (Bock et al., 2005).Pro-socialberarti hal-hal yang dilakukan dengan tujuan untuk

    menguntungkan orang lain (Baron dan Bryne, 2005 dalam Chen et al., 2012).

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    47/144

    30

    Iklim organisasi memainkan peran penting dalam memahami sikap-sikap

    anggota organisasi (Schulte et al., 2009). Pernyataan ini mengasumsikan bahwa

    anggota organisasi saling membagi persepsi dan pengalaman mereka yang mirip

    di dalam organisasi, yang mempengaruhi penilaian mereka dan membentuk

    kecenderungan respon terhadap situasi tersebut (Ostroff dan Bowen, 2000 dalam

    Chen et al., 2012). Selain itu, bukti empiris menyatakan bahwa evaluasi individu

    akan sebuah iklim dalam organisasi berhubungan secara positif dengan sikap

    mereka, yang berarti bahwa semakin positif persepsi akan iklim yang ada, maka

    semakin kuat sikap kolektif yang ditunjukkan (Schulte et al., 2009). Berdasarkan

    pernyataan ini, Chen et al. (2012) percaya bahwa jika iklim organisasi yang

    mendukung nilai-nilai pembagian pengetahuan dibuat, maka sikap akan

    pembagian pengetahuan yang positif akan terjadi.

    2.7. Sikap (Attitude)

    Sikap didefinisikan sebagai kecenderungan seseorang untuk merespon

    sebuah konsep atau objek dengan cara yang baik ataupun tidak baik

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    48/144

    31

    Azwar (2007) dalam Notoatmodjo (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi

    pembentukan sikap antara lain :

    a.

    Pengalaman pribadi

    Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan

    mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tidak adanya

    pengalaman sama sekali terhadap suatu objek psikologis cenderung akan

    membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.

    b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

    Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

    konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting.

    Keinginan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan

    keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting

    tersebut. Di antara orang yang biasanya dianggap penting oleh individu

    adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya,

    teman dekat, guru, teman kerja, istri, suami, dan sebagainya.

    c. Pengaruh kebudayaan

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    49/144

    32

    Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi

    yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan

    bentuk mekanisme pertahanan ego.

    Berbagai tingkatan Sikap Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2003)

    adalah sebagai berikut :

    a.

    Menerima (receiving)

    Menerima dapat diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

    mempertahankan stimulus yang diberikan (objek)

    b. Merespon (responding)

    Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

    menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

    Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan

    tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah

    berarti orang menerima ide tersebut.

    c. Menghargai (valuing)

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    50/144

    33

    diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain. Praktek ini mempunyai

    beberapa tingkatan , yaitu :

    a.

    Persepsi (perception), yaitu mengenal dan memilih berbagai objek

    sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek

    tingkat pertama.

    b.

    Respon terpimpin (guided response), yaitu indikator praktek tingkat dua

    adalah dapat melakukan sesuatu sesuai dengan contoh.

    c. Mekanisme (mechanism), yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan

    sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan

    kebiasaan, maka iasudah mencapai praktek tingkat tiga.

    d. Adopsi (adoption), adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah

    berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya

    tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    51/144

    BAB 3

    PROFIL PERUSAHAAN

    3.1. Sejarah PT Telkom

    PT Telkom Indonesia adalah perusahaan BUMN yang bergerak sebagai

    penyedia jasa telekomunikasi dan informasi kepada masyarakat luas sampai

    kepelosok daerah di seluruh Indonesia. Jika membahas mengenai sejarah PT

    Telkom Jakarta, maka sejarah PT Telkom Indonesia lah yang seharusnya dibahas.

    Hal ini dikarenakan PT Telkom Jakarta merupakan salah satu kantor pusat PT

    Telkom Indonesia yang melayani konsumen di wilayah regional I, yaitu Jakarta.

    Sehingga, sejarah PT Telkom Indonesia tentu saja juga merupakan sejarah PT

    Telkom Jakarta.

    Menurut laporan tahunan PT Telkom Indonesia tahun 2014, sejarah

    perusahaan ini berawal pada tanggal 23 Oktober 1856, dimana pemerintah

    kolonial Belanda melakukan pengoperasian telegrap elektromagnetik pertama di

    Indonesia yang menghubungkan Batavia (Jakarta) dan Buitenzorg (Bogor).

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    52/144

    35

    meningkatkan penetrasi broadbandmelalui pembangunan Indonesia Wi-Fi untuk

    merealisasikan Indonesia Digital Network (IDN). Perubahan portofolio bisnis

    dari TIME menjadi TIMES (Telecommunication, Information, Media,

    Edutainment & Services) untuk meningkatkanbusiness value creation.Pada tahun

    yang sama PT Telkom Indonesia juga mendirikan Telkom Corporate University

    untuk membangun SDM yang mampu bersaing dalam bisnis internasional (from

    competence to commerce). Hingga saat ini, PT Telkom Indonesia telah beroperasi

    di tujuh negara termasuk Hong Kong-Macau, Timor Leste, Australia, Myanmar,

    Malaysia, Taiwan, dan Amerika Serikat

    3.2. Struktur Organisasi PT Telkom Jakarta

    PT Telkom Jakarta memiliki struktur organisasi yang sama dengan PT

    Telkom Indonesia. Berikut merupakan bagan dari struktur organisasi serta

    penjelasan direktorat yang ada di PT Telkom Jakarta.

    Direktur

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    53/144

    36

    Tabel 3.1 Fungsi dan Wewenang Direktorat PT Telkom Jakarta

    Nama Direktorat Fungsi dan Wewenang

    Direktorat

    Keuangan

    Berfokus pada pengelolaan keuangan Perusahaan serta

    pengendalian operasi keuangan secara terpusat melalui

    unitFinance, Billing & Collection Center.

    DirektoratHuman

    Capital & General

    Affair

    Berfokus pada manajemen SDM Perusahaan serta

    penyelenggaraan operasional SDM secara terpusat melalui

    unit Human Resources Center, serta pengendalian operasi

    unit: Learning Center, HR Assessment Center,

    Management Consulting Center dan Community

    Development Center.

    DirektoratNetwork

    & Solution

    Berfokus pada pengelolaan Infrastructure Planning &

    Development, Network Operation Policy, dan

    pengendalian operasional infrastruktur melalui Divisi

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    54/144

    37

    Tabel 3.1 Fungsi dan Wewenang Direktorat PT Telkom Jakarta (Lanjutan)

    Nama Direktorat Fungsi dan Wewenang

    DirektoratIT,

    innovation &

    Strategic Portfolio

    (IT, SSP)

    Berfokus pada pengelolaan IT Strategy & Policy, Service

    Strategy & Tariff, dan pengelolaan fungsi Strategic

    Investment & Corporate Planning, serta pengendalian

    operasi unit-unit: Divisi Multimedia, Information System

    Center sertaR&D Center.

    Sumber: Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia tahun 2014

    3.3. Visi dan Misi PT Telkom Jakarta

    PT Telkom Jakarta memiliki visi untuk menjadi perusahaan yang unggul

    sebagau penyedia telekomunikasi, informasi, media, edutainment dan services

    (TIMES) di kawasan regional. Untuk mencapai visi tersebut, PT Telkom Jakarta

    memetakan serangkaian misi strategis, yaitu:

    1. Menyediakan layanan more for less TIMES.

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    55/144

    38

    sehingga diharapkan dapat menjadi perusahaan terbaik di Indonesia dan

    role model bagi perusahaan lain

    3.4. Budaya Kerja Organisasi PT Telkom Jakarta

    PT Telkom Jakarta memiliki tiga buah nilai budaya yang dijunjung tinggi.

    Ketiga nilai budaya tersebut, antara lain:

    Telkom Corporate Philosophy: Always The Best

    Corporate Philosophy Always the Best adalah sebuah spirit dasar

    untuk selalu memberikan yang terbaik dalam setiap pekerjaan yang

    dilakukan. Always the Best adalah sebuah sikap mental untuk selalu

    menjadi yang terbaik, yang memiliki mengandung tiga makna, yaitu

    memperbaiki, lebih baik, dan terbaik.

    TelkomLeadership Architecture: Lead by Heart, Managed by Head

    Leadership Architecture mengandung tiga unsur inti yang disebut

    sebagai 3P, yaitu philosophy, principle dan practice. Unsur inti pertama

    yaitu leadershipphilosophy to be the best. Unsur tersebut merupakan

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    56/144

    39

    Jakarta untuk menjadi insan terbaik. Selanjutnya adalah principles to be

    the star,yaitu nilai-nilai inti yang berisi prinsip dasar untuk menjadi insan

    bintang. Principle to be the Star mengandung tiga nilai inti yang disebut

    3S: Solid, Speed, Smart.

    o Solidadalah terwujudnya satu hati (hati yang bersih), satu pikiran,

    dan satu tindakan. Solidmerupakan terjemahan dari always the best

    yang pertama, yaitu integritas.

    o Speedadalah bertindak secara cepat dalam setiap pekerjaan. Speed

    merupakan penerjemahan dari unsur always the best yang kedua,

    yaitu antusiasme.

    o Smartadalah bersikap, berpikir, dan bertindak secara cerdas dalam

    pekerjaan melalui intuisi yang tajam, olah rasio melalui kreativitas

    dan inovasi yang menghasilkan terobosan, dan olahraga melalui

    aksi-aksi yang impresif. Smartmerupakan penerjemahan dari unsur

    always the bestyang ketiga, yaitu totalitas.

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    57/144

    40

    dari Strategic Situation Analysis (SSA), Strategy Formulation (SF), Strategy

    Implementation (SI), Strategy Evaluation & Control (SEC) dan diterjemahkan

    lebih tajam dan mendalam di level divisi hingga fungsional.

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    58/144

    H2-

    1

    H1

    H2-2

    KMS Self-

    efficacy

    KMS Quality Attitudetoward

    KS

    Intention

    to KSFairness

    H4

    BAB 4

    DESAIN DAN METODE PENELITIAN

    4.1. Model Penelitian

    Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelitian

    sebelumnya yang dilakukan oleh Shiuann-Shuoh Chen, Yu-Wei Chuang, dan Pei-

    Yi Chen pada tahun 2012 yang berjudul Behavioral Intention Formation in

    Pembagian pengetahuan: Examining The Roles of KMS Quality, KMS Self-

    efficacy, and Organizational Climate.

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    59/144

    42

    variabel dependen dalam model ini adalah intensi untuk melakukan pembagian

    pengetahuan. Ketiga faktor independen tersebut memiliki hubungan positif

    terhadap pembagian pengetahuan dengan dimediasi oleh sikap akan pembagian

    pengetahuan.

    4.2. Hipotesis Penelitian

    Menurut Cooper dan Schlinder (2008), hipotesis penelitian merupakan suatu

    proporsi yang dibuat untuk pengujian empiris suatu pernyataan deskriptif yang

    menjelaskan hubungan antar dua atau lebih variabel. Terdapat enam hipotesis

    yang akan dibuktikan dalam penelitian ini, yaitu:

    Hipotesis 1: Kualitas KMS berpengaruh secara positif terhadap sikap akan

    pembagian pengetahuan.

    Hipotesis 2-1: Self-efficacyKMS berpengaruh secara positif terhadap sikap akan

    pembagian pengetahuan.

    Hipotesis 2-2: Self-efficacy KMS berpengaruh secara positif terhadap intensi

    untuk melakukanpembagian pengetahuan.

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    60/144

    43

    dihasilkan juga akan semakin baik. Dengan mempertimbangkan hal ini, maka

    diputuskan bahwa responden yang digunakan adalah sebanyak 150 orang.

    Responden harus merupakan pekerja tetap di perusahaan, memiliki jabatan

    minimal sebagai pekerja lini pertama (officer), berpengalaman kerja minimal satu

    tahun, pernah terlibat dalam minimal dua buah proyek dan pernah menggunakan

    fasilitas KMS yang dimiliki perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar pekerja yang

    dipilih sudah memiliki pengalaman kerja yang mengharuskannya melakukan

    interaksi untuk membagi pengetahuannya kepada rekan kerjanya dan

    pengalamannya menggunakan KMS sehingga dapat menjawab pertanyaan-

    pertanyaan kuesioner yang diberikan. Penelitian tidak mempermasalahkan isu

    terkait jenis kelamin, sehingga baik pria maupun wanita dapat menjadi responden

    dalam penelitian ini.

    4.4. Desain Penelitian

    Desain Penelitian merupakan sebuah kerangka kerja yang digunakan dalam

    melakukan sebuah penelitian (Malhotra, 2009). Desain penelitian akan

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    61/144

    44

    Selain itu menurut waktu pengambilan datanya, penelitian ini menggunakan

    cross-sectional design, di mana penelitian hanya akan dilakukan satu kali pada

    satu periode tertentu. Desain eksploratif juga digunakan dalam penelitian ini agar

    topik ini dapat lebih didalami sehingga dapat dijadikan dasar untuk penelitian

    selanjutnya di masa yang akan datang. Desain ex post factojuga digunakan dalam

    penelitian ini, artinya peneliti tidak memiliki kemampuan atau kekuatan untuk

    memanipulasi model dan variabel yang ada. Selanjutnya pengumpulan data

    dilakukan dengan menggunakan teknik survei dengan menyebarkan kuesioner

    kepada para responden. Selanjutnya data yang terkumpul diolah dengan

    menggunakan program statistik SmartPLS 3.

    4.5. Metode Pengambilan Sampel

    Pengambilan sampel merupakan pemilihan beberapa elemen dalam populasi

    (Cooper dan Schindler, 2011). Metode pengambilan sampel yang akan digunakan

    adalah non-probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak

    menggunakan prosedur kesempatan untuk memilih. Teknik non-probability

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    62/144

    45

    terdapat dua jenis data yang akan dikumpulkan yaitu data primer dan data

    sekunder.

    4.6.1. Data Primer

    Data Primer merupakan data yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan

    penelitian yang sedang ditangani (Malhotra, 2009). Untuk penelitian ini, data

    didapatkan dengan metode penelitian lapangan (survey) terhadap responden

    dengan menyebarkan kuesioner. Kuesioner akan diisi sendiri oleh responden (self-

    administered questionnaire). Kuesioner menggunakan gabungan dari beberapa

    skala, yaitu 7 poin skalaLikertyang memiliki rentang dari (1) untuk sangat tidak

    setuju hingga (7) untuk sangat setuju, dan multiple-choice. 7 poin skala Likert

    digunakan karena mengacu pada artikel ilmiah utama yang digunakan dalam

    penelitian ini.

    4.6.2. Data Sekunder

    Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan bukan untuk tujuan

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    63/144

    46

    dalam mengukur opini atau sikap responden terhadap sebuah situasi yang

    dinyatakan dalam setiap pertanyaan yang ada.

    Tabel 4.1 hingga tabel 4.5 menunjukkan indikator atas setiap variabel yang

    digunakan dalam kuesioner penelitian ini. Untuk variabel independen, kualitas

    KMS terdiri atas tiga indikator menurut Rai (2002) dalam Chen et al. (2012),

    KMS self-efficacy terdiri atas tiga indikator menurut Lin (2008) dalam Chen et.al

    (2010), dan iklim organisasi memiliki tiga belas indikator yang terbagi ke dalam

    tiga dimensi menurut Bock et al. (2005), yaitu keadilan sebanyak tiga indikator,

    inovasi sebanyak tiga indikator, dan afiliasi sebanyak empat indikator.

    Selanjutnya untuk variabel dependen, yaitu intensi melakukan pembagian

    pengetahuan terdiri dari tiga indikator menurut Fishbein dan Ajzen (1975). Dan

    menurut Bock et al. (2005), variabel mediasi dalam penelitian ini, yaitu sikap

    akan pembagian pengetahuan terdiri dari tiga indikator.

    4.6.3.1. Kualitas KMS

    Variabel kualitas KMS dapat diukur dengan menggunakan alat pengukuran

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    64/144

    47

    4.6.3.2. Self-efficacyKMS

    Variabel self-efficacy KMS dapat diukur dengan menggunakan alat

    pengukuran yang dikembangkan oleh Lin (2008) dalam Chen et al. (2012). Alat

    pengukuran ini terdiri atas tiga indikator seperti yang tertera pada tabel 4.2 di

    bawah ini.

    Tabel 4.2 Indikator Pengukuran Variabel Self-efficacy KMS

    Variabel Indikator Pengukuran Skala

    Self-efficacy KMS

    (Lin, 2008)

    Tingkat kemampuan saya dalam menggunakan

    KMS untuk menyelesaikan pekerjaan secara

    sukses sangat tinggi.

    Likert 1-7

    Tingkat pemahaman saya mengenai

    bagaimana cara menggunakan KMS sangat

    tinggi.

    Likert 1-7

    Tingkat kepercayaan diri saya dalam

    menggunakana KMS sangat tinggi.

    Likert 1-7

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    65/144

    48

    Tabel 4.3 Indikator Pengukuran Variabel Iklim Organisasi (Lanjutan)

    Variabel Indikator Pengukuran Skala

    Tujuan dan atau tugas yang diberikan kepada

    saya masuk akal.

    Likert 1-7

    Manajer proyek tidak menunjukan sikap pilih

    kasih kepada siapapun.

    Likert 1-7

    Inovasi

    Tim kami mendorong penyampaian ide-ide

    untuk peluang baru.

    Likert 1-7

    Tim kami menekankan banyak nilai pada

    pengambilan resiko meskipun akan berujung

    pada kegagalan.

    Likert 1-7

    Tim kami mendorong penemuan metode atau

    cara baru untuk mengerjakankan sebuah tugas.

    Likert 1-7

    Afiliasi

    Anggota tim kami menjalin hubungan yang Likert 1-7

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    66/144

    49

    Tabel 4.4 Indikator Pengukuran Variabel Sikap Akan Pembagian

    Pengetahuan

    Variabel Indikator Pengukuran Skala

    Sikap akan

    Pembagian

    Pengetahuan

    (Fishbein dan

    Ajzen, 1975)

    Pembagian pengetahuan yang saya lakukan

    dengan anggota lain dalam tim merupakan

    pengalaman yang menyenangkan.

    Likert 1-7

    Pembagian pengetahuan yang saya lakukan

    dengan anggota lain dalam tim merupakan hal

    yang berharga bagi saya.

    Likert 1-7

    Pembagian pengetahuan yang saya lakukan

    dengan anggota lain dalam tim merupakan

    langkah yang bijak.

    Likert 1-7

    Sumber: Chen et al. (2012)

    4.6.3.5. Intensi Pembagian Pengetahuan

    Variabel intensi pembagian pengetahuan dapat diukur dengan menggunakan

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    67/144

    50

    Tabel 4.5 Indikator Pengukuran Variabel Intensi Pembagian Pengetahuan

    (Lanjutan)

    Variabel Indikator Pengukuran Skala

    Saya akan berusaha membagi keahlian yang

    saya dapat dari pendidikan atau pelatihan

    kepada anggota lain dalam tim dengan cara

    yang lebih efektif.

    Likert 1-7

    Sumber: Chen et al. (2012)

    4.7. Metode Analisis Data

    Metode analisis data yang akan digunakan untuk menguji hipotesis

    penelitian ini adalah dengan metode regresi Partial Least Square (PLS)

    menggunakan SmartPLS 2.0. PLS dipilih karena dalam model yang digunakan

    pada penelitian ini terdapat faktor laten yang tidak hanya bersifat reflektif, namun

    juga bersifat formatif. Faktor reflektif dalam penelitian ini adalah kualitas KMS,

    self-efficacy KMS, keadilan, inovasi, afiliasi, sikap akan pembagian pengetahuan,

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    68/144

    51

    prediksi, tetapi dapat juga digunakan untuk menjelakan ada atau tidaknya

    hubungan antara variabel laten.

    Terdapat beberapa uji yang harus dilakukan dengan menggunakan PLS

    untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini. Beberapa uji tersebut antara lain:

    4.7.1. Pilot test

    Pilot test dilakukan dengan menyebarkan kuesioner penelitian kepada 30

    orang responden. Kemudian, hasilnya akan diolah dengan menggunakan PLS 2.0

    untuk mengetahui ketepatan dan kehandalan setiap item dalam kuesioner tersebut.

    ketepatan dan kehandalan tiap item tersebut dapat diukur dengan melihat nilai

    convergent validitydan disriminant validitydari indikator yang bersifat reflektif

    dan melihat indikator reliabilitas serta indikator kolinieritas dari indikator yang

    bersifat formatif. Jika hasil pengolahan data pilot test tiap item masih belum tepat

    dan handal, maka item dari kuesioner yang memiliki nilai validitas dan reliabilitas

    yang rendah dapat dihapus. Selanjutnya, jika sudah tepat dan handal, maka

    kuesioner dapat disebar kepada responden secara keseluruhan.

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    69/144

    52

    dikarenakan composite reliabilitytidak mengasumsikan kesamaan bootdari setiap

    indikator. Sedangkan, cronbachs alpha cenderung menaksir construct reliability

    lebih rendah dibandingkan dengan composite reliability. Interpretasi composite

    reliability sama dengan cronbachs alpha, dimana nilai batas 0,7 ke atas berarti

    dapat diterima. Selain itu, jika nilainya lebih dari 0,8 maka dapat dikatakan sangat

    memuaskan (Nunnally dan Bernstein, 1994 dalam Yamin dan Kurniawan, 2011).

    Ukuran lain dalam menilai convergent validityadalah dengan melihat nilai

    AVE. Nilai ini menggambarkan besarnya varian atau keragaman indikator yang

    dapat dikandung oleh variabelnya. Dengan demikian semakin besar varian atau

    keragamannya, maka semakin besar pula representasi indikator terhadap

    variabelnya. Fornell dan Larcker (1981) dalam Yamin dan Kurniawan (2011)

    menyatakan untuk mendapatkan nilai convergent validity yang baik, maka nilai

    AVE minimal adalah di atas 0,5. Artinya, variabel yang ada mampu menjelaskan

    rata-rata lebih dari setengah varian yang dimiliki indikator-indikatornya.

    4.7.1.2. Discriminant validity

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    70/144

    53

    formatif. Namun, model formatif ini dapat diukur melalui dua cara, yaitu dengan

    melihat nilai dari indikator reliabilitas dan indikator kolinieritasnya. Indikator

    reliabilitas berhubungan dengan skala kepentingan indikator yang membentuk

    variabel. Terdapat dua cara yang dapat dilakukan untuk menilai indikator

    reliabilitas variabel formatif, yaitu (1) dengan melihat tanda indikatornya sesuai

    dengan hipotesis yang ada dan (2) nilai weight indicator-nya harus di atas 0,2

    (Chin, 1998 dalam Yamin dan Kurniawan, 2011).

    4.7.1.4. Indikator Kolinieritas

    Indikator kolinieritas menyatakan bahwa indikator yang ada tidak memiliki

    hubungan yang sangat tinggi antar satu dengan yang lainnya atau tidak terdapat

    masalah multikolinieritas antar indikator. Untuk mengevaluasi apakah terdapatpermasalahan multikolinieritas, maka dapat dilihat melalui nilai variance inflated

    factor (VIF). Nilai VIF di atas 10 menandakan bahwa terdapat masalah

    multikolinieritas antar indikator, maka sebaiknya nilai VIF untuk model penelitian

    ini haruslah di bawah 10.

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    71/144

    54

    4.7.3. Analisis Deskriptif

    Analisis deskriptif mengacu pada transformasi data-data mentah yang

    didapat dari responden ke dalam suatu bentuk yang mudah dimengerti dan

    diterjemahkan. Analisis ini bertujuan untuk mencari distribusi frekuensi atas

    jawaban yang diberikan oleh responden untuk setiap variabelnya. Analisis ini

    dapat dilakukan dengan meratakan jawaban responden kemudian membaginya

    dengan nilai rata-rata tiap variabel. Nilai rata-rata tiap variabel ini didapat dengan

    cara membagi selisih nilai maksimum dan nilai minimum dengan jumlah kategori

    pertanyaan yang ada. Hasil dari uji tersebut dapat menggambarkan seberapa tinggi

    respon yang diberikan oleh responden terhadap tiap variabel secara keseluruhan.

    4.7.4. Analisis Model Pengukuran

    Analisis model pengukuran merupakan gambaran dari hubungan antara

    variabel laten dengan indikator pengukurnya. Perumusan model pengukuran ini

    juga tergantung pada arah dari hubungan tersebut. Sama seperti yang telah

    dijelaskan pada pilot test, analisis terhadap model pengukuran dapat

    dikelompokkan menjadi dua, yaitu analisis terhadap model reflektif dan model

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    72/144

    55

    reliability di atas 0,7. Nilai composite reliability didapat dari rumus sebagai

    berikut.

    CR =

    Persamaan 3.1 Composite reliability

    Indikator pengukur convergent validityselanjutnya adalah nilai AVE. Nilai

    AVE di atas 0,5 menunjukkan nilai convergent validity yang baik. Nilai ini

    digunakan untuk menggambarkan besarnya variasi indikator yang dapat

    dikandung oleh variabelnya. Semakin besar variansi yang dapat dikandung oleh

    variabel, maka akan semakin besar pula representasi indikator terhadap variabel

    tersebut. Nilai AVE dapat dicari dengan rumus sebagai berikut.

    AVE =

    Persamaan 3.2Average Variance Extracted

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    73/144

    56

    peranan indikator lainnya.Berbeda dengan model reflektif, model formatif tidak

    dapat diukur dengan convergent validity ataupun discriminant validity. Model

    formatif hanya dapat diukur dengan melihat tanda dan nilai weight indicator, serta

    collinierity indicator. Tanda wight indicator haruslah sesuai dengan hipotesis

    yang ada. Selanjutnya, weight indicatorjuga harus memiliki nilai di atas 1,65 atau

    sesuai dengan tingkat signifikasinya. Dan terakhir, model ini juga harus dipastikan

    tidak memiliki masalah multikolinieritas. Masalah ini dapat dilihat melalui nilai

    variance inflated factor (VIF). Apabila model yang ada memiliki nilai VIF di

    bawah 10, maka dapat dipastikan bahwa model tersebut tidak memiliki masalah

    multikolinieritas.

    4.7.5 Analisis Model Struktural

    Analisis model struktural dilakukan untuk mengevaluasi inner model

    penelitian. Ada beberapa tahap dalam menganalisis model struktural dengan

    menggunakan PLS. Pertama adalah dengan melihat signifikansi hubungan antar

    variabel. Hal ini dapat dilihat dari koefisien jalur (path coefficient). Koefisien

    jalur merupakan sebuah pengukuran yang menggambarkan kekuatan hubungan

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    74/144

    57

    yang digunakan untuk memvalidasi performa gabungan antara model pengukuran

    dan model struktural. Nilai indeks GoF ini diperoleh dari rata-rata indeks

    communalities dikalikan dengan nilai rata-rata R2. Menurut Wetzels et al. (2009)

    dalam Yamin dan Kurniawan (2011), nilai GoF terbentang antara 0 hingga 1

    dengan interpretasi nilai 0,1 dianggap kecil dan 0,36 dianggap besar. Nilai GoF

    dapat dicari dengan rumus sebagai berikut.

    GoF = Persamaan 3.3 Goodness of Fit

    4.7.5.2. Stone-geissers Q2

    Pengujian lainnya dalam analisis struktural adalah Stone-geissers Q2

    predictive relevance. Uji ini berfungsi untuk memvalidasi kemampuan prediksi

    model. Namun, uji ini hanya cocok digunakan apabila model yang ada memiliki

    variabel dependen dengan indikator bersifat reflektif. Interpretasi dari hasil

    pengujian ini adalah jika nilai Q2predictive relevance memiliki nilai lebih besar

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    75/144

    BAB 5

    ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    5.1. Pilot Test

    Penelitian ini diawali dengan melakukan pilot test sebelum menyebarkan

    kuesioner untuk main test kepada responden. Pilot test dilakukan terhadap 30

    orang responden. Pilot test ini dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan

    reabilitas indikator pengukuran dari setiap variabel penelitian yang ada. Tingkat

    validitas dan reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah tiap Indikator yang

    ada sudah handal dan tepat dalam mengukur masing-masing variabelnya. Pilot

    testini dilakukan dalam jangka waktu tiga hari di awal minggu ketiga bulan April.

    Data yang diperoleh dari pilot test diolah dengan menggunakan aplikasipengolahan data SmartPLS 2.0. Berikut merupakan hasil dari uji validitas dan

    reliabilitaspilot testpenelitian ini.

    5.1.1. Uji Convergent Val idi ty

    59

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    76/144

    59

    Tabel 5.1 Pilot Test Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values)

    Standardized

    Loading

    Factor

    T Statistics

    (|O/STERR|)

    ATT1

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    77/144

    60

    Berdasarkan tabel 5.1 di atas, dapat dilihat bahwa seluruh nilai standardized

    loading factor dari indikator yang digunakan memiliki nilai diatas 0,7. Artinya,

    seluruh indikator tersebut memiliki korelasi yang baik dengan variabelnya. Selain

    itu, karena memiliki nilai statistik t di atas 1,96, maka dapat disimpulkan pula

    bahwa semua indikator tersebut valid. Artinya adalah indikator-indikator tersebut

    handal dalam mengukur variabelnya masing-masing.

    Pemeriksaan selanjutnya adalah evaluasi terhadap nilai construct reliabilityyang diukur oleh composite reliabilitydan cronbachs alpha. Variabel-variabel

    yang ada dapat dikatakan reliabel jika memiliki nilai composite reliability dan

    cronbachs alphadi atas 0,7.

    Tabel 5.2 Pilot Test Constract Reliability

    Construct

    Composite

    Reliability

    Cronbachs

    Alpha

    Affiliation 0,9507 0,9296

    Attitude Toward

    61

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    78/144

    61

    Pengukuran convergent validity yang terakhir adalah dengan melihat nilai

    AVE yang dimiliki oleh tiap variabel. Nilai AVE ini digunakan untuk melihat

    seberapa besar varian indikator yang mampu dikandung oleh tiap variabelnya.

    Variabel harus memiliki nilai AVE di atas 0,5 agar dapat dikatakan valid.

    Tabel 5.3 Pilot Test Average Variance Extracted (AVE)

    AVE

    Affiliation 0,8288

    Attitude Toward

    KS 0,8049

    Fairness 0,7078

    Innovativeness 0,7776KMS Quality 0,7966

    KMS Self-

    efficacy 0,8242

    KS Intention 0,8157

    62

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    79/144

    62

    terpenuhi. Uji ini hanya dapat dilakukan kepada variabel yang bersifat reflektif

    saja. Sedangkan untuk variabel yang bersifat formatif uji ini tidak berlaku.

    Berdasarkan tabel 5.4 di bawah ini, dapat dilihat bahwa seluruh indikator dalam

    variabel reflektif memiliki nilai cross loadings paling besar pada variabelnya

    masing-masing dibandingkan dengan nilai indikator tersebut pada variabel

    lainnya. Artinya bahwa setiap indikator dalam variabel reflektif berkorelasi paling

    tinggi dengan variabelnya dibandingkan dengan variabel lainnya.

    Tabel 5.4 Pilot Test Cross Loading

    Indikator

    Attitud

    e

    Toward KS

    KMS

    Quality

    KMS

    Self-

    efficacy

    KS

    Intention

    Affiliation

    Fairness

    Innovativeness

    ATT1 0,9333

    0,815

    8 0,3937 0,8597 0,8015 0,6592 0,8341

    0,726

    63

  • 7/25/2019 Analisis Pengaruh Kualitas Knowledge Management System, Self-efficacy, dan Iklim Organisasi Terhadap Intensi Pembagian Pengetahuan (PT Telkom)

    80/144

    63

    Tabel 5.4 Pilot Test Cross Loading (Lanjutan)

    Indikat

    or

    Attitu

    de

    Towar

    d KS

    KMS

    Qualit

    y

    KMS

    Self-

    efficac

    y

    KS

    Intentio

    n

    Affiliati

    on

    Fairne

    ss

    Innovativen

    ess

    KSI1 0,7528 0,7559 0,5569 0,9155 0,6656 0,5483 0,7791

    KSI2 0,8227 0,7219 0,5356 0,9258 0,8123 0,7507 0,8214

    KSI3 0,7694 0,6407 0,2758 0,8672 0,6956 0,5038 0,6253

    OCA1 0,7991 0,731 0,3045 0,7756 0,9618 0,7902 0,8813

    OCA2 0,814 0,715 0,4045 0,8135 0,9688 0,8241 0,8925

    OCA3 0,7156 0,6714 0,364 0,7422 0,9156 0,7792 0,7546

    OCA4 0,7065 0,6549 0,2627 0,5749 0,7953 0,4581 0,6145OCF1 0,4444 0,3028 0,4727 0,5035 0,6169 0,7562 0,5297

    OCF2 0,5586 0,5308 0,4056 0,6468 0,7474 0,9098 0,754

    OCF3 0,4043 0,4427 0,1342 0,5367 0,6