arg desember 2015 imam ropii

Upload: jurnalhukumargumentum

Post on 23-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Arg Desember 2015 Imam Ropii

    1/16

    1ARGUMENTUM,VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    PEMBENTUKAN PARALEGAL UNTUK MEMPERKUAT

    PERLINDUNGAN HAK-HAK WARGA MASYARAKAT

    Imam Ropii

    - Fakultas Hukum Universitas Wisnuwardhana Malang -Jl. Danau Sentani No. 99 Malang

    Email: [email protected]

    ABSTRAK

    Ketidakseimbangan jumlah advokat dengan warga negara

    menjadikan pembelaan terhadap hak-hak warga negara

    menjadi sangat mahal dan langka, sedangkan kebutuhan

    akan pelayanan hukum dasar bagi masyarakat miskin tidak

    dapat ditunda apalagi diabaikan. Kehadiran tenaga paralegal

    dalam masyarakat dimaksudkan untuk memberikan bantuan

    dan pelayanan hukum dasar terkait dengan hak-hak,

    kewajiban serta tanggungjawabnya sebagai warga negara.

    Selain itu penguatan kesadaran atas hak-hak masyarakat

    untuk berswadaya melalui pencerahan dan pelatihan serta

    pendampingan oleh paralegal juga mendesak untuk

    dilakukan. Pembentukan dan penguatan keberadaan tenaga

    paralegal merupakan salah satu upaya memperkuat

    perlindungan hak-hak masyarakat yang terbatas untuk

    mendapatkan akses pembelaan selain karena keterbatasan

    jumlah juga karena mahalnya jasa yang harus dibayar.

    Karena itu pembentukan wadah dan jaringan bagi tenagaparalegal merupakan alternatif yang rasional dan mendesak.

    Kata kunci: hak-masyarakat, paralegal

    ABSTRACT

    The imbalance the number of lawyers with citizens to make

    the defense of the rights of citizens to be very expensive and

    scarce, while the need for basic legal services for the poor

    must not be delayed much less ignored. The presence of

    paralegals in the community is intended to provide assistance

    and basic legal services relating to the rights, obligations and

    responsibilities as citizens. Besides strengthening the

    awareness of the rights of peoples to self-sufficient through

  • 7/24/2019 Arg Desember 2015 Imam Ropii

    2/16

    2 ARGUMENTUM,VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    enlightenment and training and mentoring by paralegals are

    also urged to do. Establishment and strengthening of the

    presence of paralegals is one effort to strengthen the

    protection of the rights of poor people to gain access to

    defense in addition to the limitations as well as the high

    number of services that must be paid. Because the formation

    of the container and the network is an alternative for those

    who are rational and urgent .

    Keywords : public rights, paralegals

    Pendahuluan

    Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

    1945 (Pasal 1 ayat (3) menegaskan Indonesia adalah negara

    hukum. Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang

    telah ada jauh sebelum perubahan terhadap UUD 1945 juga

    menegaskan bahwa Negara Republik Indonesia adalah negarahukum (Konsideran huruf a. UU No.8 Tahun 1981 tentang KUHP).

    Sebagai bentuk konsistensi kepatuhan terhadap prinsip-prinsip

    negara hukum, maka seluruh komponen penyelenggara negara

    dan seluruh tatanan kehidupan warganegara senantiasa

    mendasarkan pada hukum, menjunjung tinggi dan menghargai

    nilai-nilai hak asasi manusia serta menjamin segala warganegara

    untuk memiliki kedudukan yang sama dalam hukum dan

    pemerintahan dengan tidak ada kecualinya.

    Penguatan terhadap hak-hak warga negara dalam

    kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang berbasis padakesadaran masyarakat merupakan salah satu perwujudan dari

    upaya perlindungan terhadap hak asasi manusia dan sebagai pilar

    dari negara hukum yang demokratis. Menurut Mukthie Fadjar,

    elemen yang penting dari sebuah negara hukum yang merupakan

    ciri yang khas dan tidak boleh tidak (sebagai syarat mutlak) harus

    ada adalah sebagai berikut :

    1. Asas pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia;

    2. Asas legalitas;

    3. Asas pembagian kekuasaan;

    4. Asas peradilan yang bebas dan tidak memihak;

    5.

    Asas kedaulatan rakyat;6. Asas demokrasi, dan

  • 7/24/2019 Arg Desember 2015 Imam Ropii

    3/16

    3ARGUMENTUM,VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    7.

    Asas konstitusional.1

    Konsepsi yang dikemukanan oleh Mukthie Fadjar sangat

    tepat jika menempatkan persoalan pengakuan dan perlindungan

    hak asasi manusia pada posisi utama elemen sebuah negara

    hukum. Hal ini menyadarkan pada semua pihak bahwa persoalan

    perlindungan terhadap hak asasi manusia merupakan persoalan

    yang penting dan mendasar. Pentingnya persoalan ini ditandai

    dengan kuatnya perjuangan untuk memperjuangkan hak asasi

    manusia yang sangat rentan terjadinya pelanggaran baik oleh rejim

    penguasa maupun oleh sesama manusia.

    Penguatan perlindungan terhadap hak asasi manusia di

    dunia melalui konsep negara hukum juga sangat luar biasa.

    Sebagaimana diketahui dalam perkembangannya terdapat dua

    paham besar tentang konsep negara hukum dengan tumpuan dan

    filosofi yang berbeda, yakni paham rechtsstaat yang bertumpu

    pada system hukum Eropa Continental (Modern Roman) danpaham Rule of Law yang bertumpu pada sistem hukum Anglo

    Saxon.2. Kedua sistem yang memiliki tumpuan dan filosofi yang

    berbeda, namun memiliki kemiripan terkait dengan pentingnya

    perlindungan hukum terhadap hak asasi manusia.

    Untuk membangun dan memperkuat kesadaran warga

    negara terhadap hak-haknya dibutuhkan suatu gerakan yang

    terencana dan tersrtuktur yang dibangun oleh dan melalui

    masyarakat itu sendiri dengan berbagai pendekatan dan

    penguatan dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai kearifan

    masyarakat dan aturan hukum.Penumbuhan kesadaran akan hak-hak asasi rakyat dan

    penguatan kapasistas untuk membela hak-haknya selama ini nyaris

    hanya dilakukan oleh kelompok professional dengan kualifikasi

    tertentu yang disebut advokat. Sebagaimana dipahami selama ini,

    besaran wilayah Indonesia yang demikian luas membutuhkan

    advokat yang tidak sedikit. Sebagaimana dinyatakan Muhammad

    Fahmi Gupito,3 berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2005,

    1Mukthie Fadjar. A, Tipe Negara Hukum, Bayu Media, Malang, 2005,2

    Suko Wiyono, Otonomi Daerah dalam Negara Hukum Indonesia(Pembentukan Peraturan Daerah Partisipatif).Faza Media, Jakarta, 2006.3Muhammad Fahmi Gupito, Bantuan Hukum Di Indonesia Terkendala

    Minimnya Jumlah Advokat. http://www.lbhaceh.org/Berita-Terkini/bantuan

    http://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_1/Bantuan%20Hukum%20Di%20Indonesia%20Terkendala%20Minimnya%20Jumlah%20Advokat.%20%20%20http://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_1/Bantuan%20Hukum%20Di%20Indonesia%20Terkendala%20Minimnya%20Jumlah%20Advokat.%20%20%20http://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_1/Bantuan%20Hukum%20Di%20Indonesia%20Terkendala%20Minimnya%20Jumlah%20Advokat.%20%20%20http://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_1/Bantuan%20Hukum%20Di%20Indonesia%20Terkendala%20Minimnya%20Jumlah%20Advokat.%20%20%20http://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_1/Bantuan%20Hukum%20Di%20Indonesia%20Terkendala%20Minimnya%20Jumlah%20Advokat.%20%20%20http://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_1/Bantuan%20Hukum%20Di%20Indonesia%20Terkendala%20Minimnya%20Jumlah%20Advokat.%20%20%20
  • 7/24/2019 Arg Desember 2015 Imam Ropii

    4/16

    4 ARGUMENTUM,VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    jumlah penduduk Indonesia sebanyak 218.868.791 jiwa, sedangkan

    Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI) beranggotakan 20.400

    advokat di seluruh Indonesia. Dari data tersebut berarti di

    Indonesia, seorang pengacara atau advokat harus memberikan

    bantuan hukum untuk 10.728 orang (1:10.728).

    Dari perbandingan tersebut, nampak bahwa betapa

    besarnya perbandingan (njomplang = jawa) antara jumlah rakyat

    Indonesia yang harus didampingi dan dibela jika harus berhadapan

    dengan suatu proses hukum diperadilan (litigasi) dibandingkan

    dengan jumlah advokat yang tersedia. Kondisi demikian tentu akan

    berimplikasi besar pada langkanya keberadaan advokat. Kondisi

    demikian akan memicu mahal ongkos jasa dalam proses konsultasi

    dan bantuan hukum yang hendak dilakukan oleh warga negara

    khususnya orang-orang miskin. Namun demikian tentu juga tidak

    tepat untuk dijadikan sebagai alasan bahwa bantuan hukum

    kepada warga negara menjadi langka dan mahal sebagai akibattidak seimbangnya jumlah tersebut. Sebab jika ada warga negara

    yang benar-benar tidak mampu menunjuk atau memilih advokat

    sebagai pembelanya, maka hakim akan menunjuk advokat dari

    asosiasi lembaga bantuan hukum untuk bertindak sebagai

    pendampingnya dengan beracara secara cuma-cuma. Keterbatasan

    jumlah advokat untuk mendukung penguatan pembelaan terhadap

    hak-hak masyarakat miskin diperlukan suatu gerakan untuk

    menyiapkan tenaga yang dapat membantu mereka dalam

    memahami dan membela mereka jauh sebelum proses hukum

    formal (proses beracara) yaitu menggunakan jasa tenaga paralegal.Bedasarkan latar belakang permasalahan yang terurai di

    atas, maka kehadiran tenaga paralegal dalam kehidupan sosial

    masyarakat dimaksudkan untuk memberikan pencerahan,

    penguatan dan penyadaran warga masyarakat akan hak-haknya

    baik dibidang hukum, sosial, ekonomi dan pemerintahan guna

    untuk menunjang pembangunan kesadaran dan budaya hukum

    yang baik. Penguatan dan pencerahan serta penyadaran tersebut

    salah satunya dilakukan melalui penyiapan tenaga paralegal yang

    memiliki pengetahuan dan dasar tentang hukum, teknik negosiasi,

    organisasi serta hubungan yang baik di lingkungan komunitasnya.

    hukum-di-indonesia terkendala minimnya jumlah advokat.html, diakses 9 Juni

    2010)

  • 7/24/2019 Arg Desember 2015 Imam Ropii

    5/16

    5ARGUMENTUM,VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    Tulisan berikut mengupas tentang eksistensi paralegal, sejarah,

    kedudukan, hubungan serta peran dalam masyarakat dewasa ini.

    Pembahasan

    Sekilas Keberadaan Tenaga Paralegal

    Upaya untuk menemukan dokumen yang pasti untuk

    menjelaskan sejak kapan mengawali keberadaan tenaga paralegal

    di Indonesia relatif sangat sulit. Namun begitu keberadaan

    paralegal di masyarakat miskin terutama sangat dirasakan

    fungsionalnya untuk mengaktualisasikan berbagai potensi dan

    pemahaman akan hak-hak mereka. Sebagaimana digambarkan

    oleh Abdul Hakim Garuda Nusantara, paralegal muncul sebagai

    reaksi atas ketidakberdayaan sistem pembelaan hukum yang

    memahami dan menangkap serta memihak berbagai kondisi yang

    diperlukan untuk mewujudkan hak-hak masyarakat miskin yang

    secara legal diakui.4Paralegal itu keberadaannya dibutuhkan ketikahak-hak masyarakat tidak mampu diapresiasi oleh profesional

    hukum karena keterbatasan akses dan kemampuan.

    Dari pernyataan tersebut nampak bahwa berbagai

    persoalan yang menjadi garapan paralegal berawal dari

    ketidakberdayaan sistem pembelaan hukum terhadap orang-orang

    miskin yang dapat ditangani secara profesional oleh para advokat,

    pengacara, konsultan hukum dan juga notaris. Nyaris mereka

    menyekat diri untuk mengutamakan layanan jasanya pada mereka

    yang secara ekonomik dapat berefek besar. Selain itu, hak-hak

    warga masyarakat miskin yang dalam sistem hukum diakui danjumlah pemiliknya sangat banyak dibandingkan dengan yang

    mampu digarap oleh para profesional hukum terus digelorakan.

    Oleh karena itu, dengan munculnya kesadaran warga negara akan

    aktualisasi atas hak-haknya maka harus diikuti dengan memberikan

    bantuan pada mereka untuk secara kontinyu menguatkan diri

    melalui berbagai fasilitasi yang dilakukan oleh pemerintah dan

    penguatan tenaga paralegal untuk ikut serta membantu

    memberikan pencerahan dan penguatan akan hak-haknya.

    Lebih lanjut, Abdul Hakim Garuda Nusantaramenyatakan

    fenomena pertumbuhan paralegal di Indonesia dapat dicatat mulai

    4 Abdul Hakim, Paralegal dan akses Masyarakat Terhadap Keadilan,

    dalam Mulyana W. Kusumah dkk, 1991.

  • 7/24/2019 Arg Desember 2015 Imam Ropii

    6/16

    6 ARGUMENTUM,VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    menonjol pada pertengahan tahun 1970 an, dimana pada waktu

    itu berbagai program penyadaran akan potensi masyarakat dan

    hak-hak masyarakat miskin atau yang tertinggal mulai dijalankan

    oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat dengan persoalan

    yang relatif menonjol adalah persoalan-persoalan non- hukum.5

    Sebagai reaksi dan tindak lanjut atas perkembangan

    kesadaran hak-hak masyarakat dibidang hukum dan sosial lainnya

    yang ditandai oleh meningkatnya berbagai kasus pelanggaran

    terhadap hak-hak rakyat telah menuntut peranan dan

    campurtangan yang lebih banyak lagi dari para pekerja LSM dan

    para pemuka masyarakat informal. Merekalah yang ditampilkan ke

    depan untuk membantu masyarakat miskin dalam menuntut

    berbagai hak-haknya ketika profesi pembelaan dan pencerahan

    hukum kepada masyarakat masih belum semasif saat ini.

    Paralegal bukan pengacara, juga bukan konsultan hukum,

    dan juga bukan pokrol (bush lawyers).Keberadaan mereka jauhdari sistem hukum yang legal dalam peradilan. Mereka berada di

    masyarakat yang bergerak pada situasi dimana masyarakat

    mengalami permasalahan terkait hak-hak mereka sesuai dengan

    karakter daerah dan sifat hubungannya. Pada daerah-daerah

    pertanian sangat mungkin permasalahan berkutat pada sistem bagi

    hasil atas tanah pertanian, sistem penggarapan serta gadai tanah

    dan lain-lain. Di sini keadilan sangat jarang terjamah untuk dibela

    dan diperkuat eksistensinya oleh para pekerja hukum profesional.

    Kehadiran paralegal dalam kehidupan masyarakat

    setidaknya diawali ketika hukum tidak mampu dijamah oleh orang-orang yang tidak mampu dalam memanfaatkan jasa profesional

    hukum dalam membantu orang-orang tersebut mengakses hak-hak

    mereka. Dalam situasi yang demikian maka mereka yang tergabung

    dalam lembaga swadaya masyarakat selain juga para tokoh

    masyarakat yang dianggap sedikit tahu dan paham tentang hukum

    untuk membantu memberikan pencerahan dan layanan akan hak-

    hak mereka. Upaya mereka dalam membantu orang-rang tersebut

    sangat diterima dan mendapat dukungan masyarakat sampai

    mereka mampu mengakses dan memanfaatkan para profesional

    hukum untuk membantu mereka ketika hak-hak mereka harus

    ditegakkan melalui proses peradilan (litigasi).

    5Ibid.

  • 7/24/2019 Arg Desember 2015 Imam Ropii

    7/16

    7ARGUMENTUM,VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    Terlepas dari keterbatasan kemampuan, akses terhadap

    sistem hukum serta efektifitas atas keberadan tenaga paralegal,

    dalam diversifikasi struktur sosial masyarakat Indonesia yang

    tersebar diberbagai pelosok pedesaan kehadiran tenaga paralegal

    harus diapresiasi serta didukung. Dukungan itu dapat diwujudkan

    melalui pendidikan dan latihan oleh lembaga formal maupun

    lembaga non formal, pemberian wadah yang jelas serta

    memberikan tempat yang benar sesuai dengan kapasitas mereka

    dalam sistem hukum dan peradilan serta sistem sosial masyarakat

    Indonesia. Pemberian wadah merupakan salah satu wujud

    pengakuan akan keberadaan tenaga para legal di Indonesia.6

    Siapakah paralegal itu?

    Istilah paralegal di Indonesia merupakan istilah yang sedikit

    asing untuk didengar dibanding dengan istilah lainnya, misalnya

    pengacara, advokat, atau juga penasehat hukum. DJ. Ravindran7memberikan gambaran siapakah pekerja paralegal itu. Menurutnya

    paralegal adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dasar

    tentang hukum, baik hukum acara (formil) maupun hukum materiil

    dan motivasi, sikap serta ketrampilan untuk :

    1. Melaksanakan program-program pendidikan sehingga kelompok

    masyarakat yang dirugikan (disadvantaged people) menyadari

    hak-haknya;

    2. Memfasilitasi terbantuknya organisasi rakyat sehingga mereka

    bisa menuntut dan memperjuangkan hak-hak mereka;

    3.

    Membantu melakukan mediasi dan rekonsiliasi bila terjadiperselisihan;

    4. Melakukan penyelidikan awal terhadap kasus-kasus yang terjadi

    sebelum ditangani pengacara;

    5. Membantu pengacara dalam membuat pernyataan-pernyataan

    (gugatan/pembelaan), mengumpulkan bukti-bukti yang

    dibutuhkan dan informasi lain yang relevan dengan kasus yang

    dihadapi.

    6Hermin Hediati Koeswadji,Peranan Pendidikan Formal Hukum dalam

    Menunjang Aktivitas Para Legal, dalam Mulyana W. Kusumah dkk, 1991.7 Ravindran DJ, (editor), A Handbook on Training Paralegals (Buku

    Petunjuk untuk Latihan Paralegal).Alih bahasa oleh Benny K Harman dan JB.

    Gregorius. Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta, 1989.

  • 7/24/2019 Arg Desember 2015 Imam Ropii

    8/16

    8 ARGUMENTUM,VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    Dari uraian tersebut nampak bahwa sosok paralegal

    bukanlah sebagai pengacara praktek atau ketika jaman dulu

    disebut sebagai pokrol (bush lawyer). Pokrol adalah orang-orang

    yang dilatih dan kemudian diuji oleh pengadilan negeri (Landraad)

    untuk membantu orang-orang yang berperkara di Landraad.

    Mereka menjual jasanya kepada masyarakat luas dan bisa

    memasuki arena peradilan. Munculnya pokrol waktu itu sangat

    terkait dengan masih langkanya sarjana hukum untuk jadi

    pengacara atau advokat, yang berbeda dengan saat ini yang sudah

    tersebar sentero Indonesia.

    Paralegal merupakan pekerjaan lembaga swadaya

    masyarakat atau pemuka masyarakat, atau tokoh pemuda yang

    mempunyai fungsi utama sebagai fasilitator pengembangan

    masyarakat miskin dan konsultan hukum (pelayanan hukum dasar)

    masyarakat tersebut.8

    Terkait dengan siapa paralegal itu, Fauzi Abdullahmengemukakan, konsep paralegal yang dikenal ditafsirkan

    memiliki fungsi sebagai pendamping masyarakat yang memiliki

    nilai lebih karena pengetahuan, ketrampilan, dan peran mereka

    dibidang hukum, dan pada sisi lain paralegal ditafsirkan sebagai

    pembantu pengacara untuk menyelesaikan pelbagai kasus hukum

    yang berkenaan dengan kelompok masyarakat miskin.9

    Menurut Tim Lembaga Bantuan Hukum Bali, sosok

    paralegal adalah :

    1.

    Orang yang bukan sarjana hukum, seseorang yang tidak

    menempuh dan menyelesaikan pendidikan strata satu hukum;2. Mempunyai pengetahuan hukum, seseorang yang dapat

    mengerti dan menjawab permasalahan hukum secara umum;

    3. Memiliki kemauan untuk membantu masyarakat sekitarnya

    terutama masyarakat miskin yang sedang mengalami

    permasalahan hukum, kesadaran atau panggilan jiwa yang

    harus dimiliki paralegal.

    Pembentukan paralegal pada awalnya diarahkan sebagai

    tenaga pembantu pengacara yang berpraktek dan melayani klien

    8

    Abdul Hakim, Fenomena Paralegal di Indonesia..Op.Cit, dalamMulyana W. Kusumah dkk, 1991.9 Fauzi Abdullah, Ruang Li ngkup Aktivitas Paralegal di I ndoensia,

    dalam Mulyana W. Kusumah dkk, 1991).

  • 7/24/2019 Arg Desember 2015 Imam Ropii

    9/16

    9ARGUMENTUM,VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    dalam masalah hukum. Di beberapa negara seperti Amerika Serikat

    para ahli hukum mengakui paralegal adalah profesi yang berada

    langsung di bawah supervisi pengacara. Namun di Inggris Raya

    didefinisikan profesi bukan pengacara tetapi mengerjakan

    pekerjaan legal terlepas siapa yang mengerjakannya. Meski

    demikian tidak ada definisi yang konsisten mengenai paralegal.

    Berikut beberapa Pengertian tentang paralegal :

    1. National Association of Licensed Paralegals Inggris Raya

    mendefinisikan paralegal: Seseorang yang dididik dan dilatih

    untuk melakukan tugas-tugas hukum, tetapi yang tidak

    memenuhi syarat sebagai pengacara.

    2. ABA (American Bar Association) mendefrinisikan paralegal

    sebagai orang yang memenuhi syarat dengan pendidikan dan

    pelatihan atau pengalaman kerja di kantor pengacara, kantor

    hukum, korporasi, badan pemerintah, atau badan lainnya yang

    melakukan pekerjaan legal substansif yang didelegasikankepadanya namun dibawah tanggung jawab langsung

    pengacara.

    3. National Federation of Paralegal Associations (NFPA) Amerika

    Serikatmendefinisikan paralegal adalah kualifikasi orang telah

    menempuh pendidikan, latihan (training) dan pengalaman

    kerja untuk melakukan pekerjaan legal substanstif yang

    memerlukan pengetahuan mengenai konsep hukum dan yang

    lazimnya, namun tidak secara ekslusif dilakukan oleh

    pengacara.

    4.

    National Association of Legal Assistants (NALA) AmerikaSerikat, Paralegal yang juga dikenal sebagai asisten legal adalah

    orang yang membantu pengacara dalam menyampaikan jasa

    hukum. Mereka didik dan dilatih melalui pendidikan formal,

    training dan pengalaman. Tenaga paralegal mempunyai

    pengetahuan dan keahlian mengenai sistem hukum substantif

    dan hukum prosedural serta memenuhi syarat untuk

    melakukan pekerjaan yang bersifat hukum di bawah

    pengawasan seorang pengacara.

    Jika dicermati dari beberapa definisi paralegal, paralegal

    lebih dikonstruksikan sebagai asisten/pembantu pengacara

    sehingga setiap apa yang dikerjakan selalu berada dan dibawahpengawasan dan kendali pengacara. Definisi yang didalamnya

  • 7/24/2019 Arg Desember 2015 Imam Ropii

    10/16

    10 ARGUMENTUM,VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    menggambarkan posisi paralegal tersebut tentunya berbeda

    dengan realitas yang ada di masyarakat sesuai dengan gagasan

    awalnya, yakni sebagai pelayan hukum masyarakat miskin. Oleh

    karena itu tepat sekali pemilahan penafsiran eksisten paralegal

    sebagaimana dikemukakan oleh Fauzi Abdullah di atas sebagai

    dasar telaah tentang siapa paralegal itu.

    Eksistensi Paralegal dalam Masyarakat.

    Di dalam struktur kehidupan masyarakat, keberadaan

    profesi hukum (advokat ataupun pengacara praktek) dirasakan

    telah lama keberadaanya. Profesi advokat telah ada dan dikenal

    jauh sebelum proklamasi kemerdekaan nasional dikumandangkan

    di Indonesia. Sebagaimana dikemukakan oleh Abdul Hakim Garuda

    Nusantara dalam tulisannya berjudul Paralegal sebagai bagian dari

    profesi pelayanan hukum di Indonesia, dimana pada tahun 1947

    telah diperkenalkannya peraturan yang mengatur tentang profesiadvokat yang dikenal dengan Reglement op de Rechterlijke

    organisatie en het Beleid der Justitie in Indonesia (S. 1847 no. 23

    yo. 1848 no. 57).10

    Pengaturan secara formal tersebut merupakan indikasi kuat

    bahwa gerakan penasehatan dan pembelaan terhadap hak-hak

    masyarakat secara sosiologis telah berlangsung sejak lama sejalan

    dengan keberadaan masyarakat manusia itu sendiri tentunya

    dengan bentuk dan ciri yang sesuai dengan kondisi masyarakat

    saat itu. Untuk mengendalikan dan mengatur serta memberikan

    keabsahan gerakan para pembela hak-hak masyarakatdikuatkanlah melalui suatu aturan tentang advokat sebagaimana

    tersebut di atas. (Untuk saat ini pengaturana Advokat telah diatur

    dengan UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat)

    Perkembangan profesi hukum (advokat) yang terakhir

    dilahirkannya undang-undang yang mengatur tentang profesi itu,

    yakni UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat. Melalui aturan

    hukum inilah profesi advokat memiliki wadah dan berbagai hal

    diatur sehingga advokat memasuki era baru sebagai salah satu

    pilar penting dalam proses penegakan hukum, dan bukannya

    bagian dari penegak hukum yang sering salah kaprah di masyarakat

    dan akademis yang sering disebutkan. Sebab penegak hukum

    10DJ. Ravindran, Op. Cit, .

  • 7/24/2019 Arg Desember 2015 Imam Ropii

    11/16

    11ARGUMENTUM,VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    sebagai aparat negara/publik memiliki karakter yang khas, yakni

    memiliki kewenangan untuk melakukan pemeriksaan,

    penghentian, memanggil, memaksa dan bila diperlukan dan cukup

    bukti untuk menahan yang tentu kewenangan itu tidak dimiliki

    oleh advokat.

    Selanjutnya bagaimana keberadaan paralegal dalam sistem

    hukum dan peradilan kita? Aturan hukum kita belum mengatur

    tentang keberadaan dan aktivitas dari paralegal meskipun secara

    sosilogis keberadaan dan kegiatan mereka banyak mengisi ruang

    pelayanan hukum di masyarakat. Sedangkan dalam sistem

    peradilan kita yang memiliki akses untuk dapat tampil dan diakui

    dalam pembelaan hak-hak tersangka, terdakwa hanya mereka

    yang disebut sebagai advokat yang telah memenuhi syarat-syarat

    yang ditentukan. Selain advokat mereka tidak diakui keberadan

    dan aktivitas pembelaan dalam proses peradilan (litigasi).

    Kegiatan paralegal sebagai salah satu pengisi ruang subprofesi di luar pengadilan dalam penasehatan, pembelaan hukum

    masyarakat yang terutama masyarakat miskin keberadaannya akan

    sangat dirasakan ketika mereka memiliki keterbataan untuk

    melakukan konsultasi dan terlebih lagi meminta untuk dibela hak-

    haknya oleh para pekerja profesional hukum walaupun secara

    cuma-cuma saat menghadapi permasalahan hukum di masyarakat.

    Dalam kondisi yang demikian masyarakat akan mencaritemukan

    sosok tokoh (tokoh masyarakat) atau organisasi (LSM) yang mau

    dengan sukarela atau dengan kerelaan yang ada untuk

    memberikan pencerahan dan pelayanan atas berbagaipermasalahannya (layanan) hukum kepada mereka. Terobosan

    untuk membela hak-hak mayarakat miskin secara kultural dan

    sosial ini tentunya harus mendapatkan apresiasi terutama

    kalangan profesional hukum yang tergabung dalam Lembaga

    Bantuan Hukum (LBH) dan juga kalangan kampus yang meiliki

    fakultas hukum melalui kegiatan pelatihan kilat tentang hukum

    materiil dan formil untuk memperkuat mereka.

    Di tengah ketatnya upaya untuk memberikan pelayanan

    bantuan hukum oleh para profesional hukum, kehadiran tenaga

    paralegal di masyarakat tentu sangat dibutuhkan. Kepada

    merekalah masyarakat miskin berharap mendapatkan pencerahandan pelayanan hukum untuk mencari solusi pemecahan terkait

  • 7/24/2019 Arg Desember 2015 Imam Ropii

    12/16

    12 ARGUMENTUM,VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    dengan hak-hak yang mereka hadapi.

    Paralegal memiliki peran penting bagi masyarakat miskin

    dan marjinal. Paralegal muncul di satu sisi sebagai reaksi atas

    ketidakberdayaan negara dalam mewujudkan hak-hak masyarakat

    yang dijamin undang-undang, dan di sisi lain karena profesi hukum

    seperti advokat juga belum mampu mendorong terwujudnya hak-

    hak masyarakat tersebut. Jumlah advokat tak sebanding dengan

    jumlah penduduk, termasuk mereka yang secara nyata

    membutuhkan pendampingan sangat membutuhkan kehadiran

    keberadan tenaga paralegal.11

    Sebagai salah satu komponen penting dalam memperkuat

    hak-hak warga masyarakat, tenaga paralegal sekurang-kurangnya

    memiliki tiga lingkup tugas sebagai berikut :

    1. Pemberian Bantuan Hukum. Memahami kualifikasi dan

    konstruksi posisi yang dimiliki oleh paralegal, maka bentuk

    bantuan hukum yang dapat dilakukan oleh tenaga paralegalsebatas meliputi : 1) Melakukan investigasi kasus; 2)

    Melakukan konsultasi hokum; 3) Melakukan pendampingan di

    luar pengadilan baik itu berupa mediasi maupun negoisasi

    2. Pemberdayaan Hukum. Bentuk pemberdayaan dalam

    memberikan bantuan hukum kepada warga masyarakat

    dilakukan dalam bentuk antara lain sebagai berikut : 1)

    Melakukan pendidikan hukum (pemahaman dan pencerahan

    aturan hukum) pada masyarakat di lingkungan

    sekitar/komunitas dimana mereka bertempat tinggal. 2)

    Melakukan pengorganisasian terhadap warga masyarakat yangmemerlukan bantuan dan penguatan hukukum atas hak-

    haknya di lingkungan sekitar/komunitas tinggal mereka.

    3. Pendokumentasian Hukum aktivitas paralegal. Bentuk

    kegiatan dari tugas paralegal antara lain berupa kegiatan

    pengumpulan data (baik berupa dokumen maupun foto) yang

    berkaitan dengan kerja-kerja paralegal dalam menjalankan

    tugas pemberian bantuan hukum maupun tugas

    pemberdayaan masyarakat.

    11 Irsyad Thamrin M dan M. Farid, Panduan Bantuan Hukum Bagi

    Paralegal, LBH Yogyakarta dan Tifa Foundation, Cetakan I: Yoyakarta, Juni

    2010

  • 7/24/2019 Arg Desember 2015 Imam Ropii

    13/16

    13ARGUMENTUM,VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    Penguatan Eksistensi Paralegal di masyarakat.

    Menyadari betapa sangat pentingnya untuk menjangkau

    aktivitas guna memberikan bantuan hukum dasar dari warga

    negara miskin yang jauh dari jamahan para pengemban profesi

    hukum, maka harus diupayakan dengan berbagai ihtiar untuk

    memberdayakan tenaga paralegal. Melalui hal itu dimaksudkan

    selain untuk memperkuat dan mendorong keberadaan dan

    perkembangan tenaga paralegal dalam mengemban tugas

    memberikan bantuan hukum dasar bagi warga negara miskin

    sekaligus memperluas wilayah dan jumlah warga negara yang tidak

    terjamah oleh para profesional hukum yang dapat dibantu untuk

    memberdayakan diri melalui paralegal tersebut.

    Penguatan terhadap para tenaga paralegal secara

    konseptual dapat ditempuh melalui dua pendekatan, yakni

    pendekatan formal dan pendekatan informal. Penguatan paralegal

    melalui jalur formal dimaksudkan adalah pemberian berbagaipengetahuan melalui diklat tentang hukum, kelembagaan hukum

    dan sistem peradilan oleh lembaga-lembaga resmi. Lembaga resmi

    yang dimaksud antara lain melalui fakultas hukum, pendidikan dan

    latihan secara terpadu oleh personil Lembaga Penegak Hukum

    (Kepolisian, Kejaksanaan, dan Kehakiman) baik lingkungan

    Mahkamah Agung ataupun Mahkamah Konstitusi dengan

    mendesain kurikulum diklat yang tepat.

    Melalui kegiatan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga

    formal tersebut diharapkan para tenaga paralegal dapat lebih

    meningkat pemahamannya terhadap hukum dan sistem peradilansehingga mereka mampu memberikan pemahaman secara benar

    kepada warga negara yang kelak menjadi bagian yang harus

    difasilitasi atau dibantu. Paralegal dapat mengarahkan dan

    memahamkan terhadap berbagai kemungkinan yang terbaik jika

    warga masyarakat benar-benar menghadapi permasalahan hukum

    terkait dengan hak-hak mereka.

    Kedua melalui pendekatan non formal. Pendekatan ini

    dilakukan oleh lembaga di luar struktur peradilan, yakni oleh YLBHI

    serta organisasi masyarakat yang peduli terhadap upaya

    penguatan paralegal. Melalui pendekatan tersebut diharapkan

    pemahaman tenaga paralegal terhadap hukum dan sistemperadilan dapat meningkat dan semakin solid berperan dalam

  • 7/24/2019 Arg Desember 2015 Imam Ropii

    14/16

    14 ARGUMENTUM,VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    memberikan bantuan pelayanan hukum dasar bagi warga negara.

    Mereka sebagai pengisi celah pelayanan hukum bagi masyarakat

    maupun memfasilitasi berbagai kepentingan pemecahan masalah

    sosial lainnya. Untuk itu sudah waktunya keberadaan mereka

    untuk diakui melalui pemberian wadah yang jelas bagi mereka.

    Bahkan di era sekarang tenaga paralegal dapat dijadikan sebagai

    agen pembaharuan dan informasi bagi pemerintah daerah untuk

    membantu menyosialisasikan berbagai program dan kebijakan

    pembangunan bagi masyarakat. Pada sisi lain mereka juga bisa

    berperan sebagai penyambung lidah masyarakat untuk

    disampaikan kepada pemerintah jika ada kebijakan/tindakan

    pemerintah yang berdampak kurang baik bagi masyarakat.

    Keberadaan paralegal yang non formal mungkin jauh lebih dekat

    dan komunikatif dibandingkan dengan lembaga formal yang ada

    ketika masyarakat menghadapi persoalan di lingkungannya.

    Sebuah gagasan dan aksi yang menarik terkait denganpenguatan paralegal adalah dibentuknya organisasi paralegal di

    daerah, seperti yang dilakukan beberapa daerah melalui Program

    Bantuan Hukum Berbasis Masyarakat (BHM) yang dilaksanakan

    tiga lembaga di 3 propinsi, yaitu Kantor Bantuan Hukum (KBH) di

    Lampung, RACA di Jawa Barat, Gravitasi Mataram di NTB dengan

    dukungan Justice for The Poor. Dalam catatan mereka, selama

    lima tahun berjalannya program BHM, posko bantuan hukum di

    tingkat komunitas dan paralegal sebagai ujung tombaknya telah

    mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pusat pendidikan

    hukum maupun menyediakan nasihat/ pertolongan tingkatpertama kepada masyarakat yang berhadapan dengan kasus

    hukum. (http://www.paralegalindonesia.org/berita/ opini/meng-

    gagas-asosiasi-paralegal-di-daerah/, diakses 20-1-11). Rintisan

    penguatan paralegal tersebut harus diapresiasi dan didukung

    untuk dikembangkan di daerah lain dalam upaya pembentukan

    wadah dan jaringan melalui tangan-tangan dingin para profesional

    hukum dan kita yang peduli akan hak-hak orang miskin.

    Peran Paralegal dalam Penguatan Kesadaran Hukum

    Masyarakat.

    Analisis sosial yang dilakukan seorang paralegal tentu tetapmerujuk pada aturan yang ada. Karena itu, meskipun bukan

    http://www.paralegalindonesia.org/berita/%20opini/meng-gagas-asosiasi-paralegal-di-daerah/http://www.paralegalindonesia.org/berita/%20opini/meng-gagas-asosiasi-paralegal-di-daerah/http://www.paralegalindonesia.org/berita/%20opini/meng-gagas-asosiasi-paralegal-di-daerah/http://www.paralegalindonesia.org/berita/%20opini/meng-gagas-asosiasi-paralegal-di-daerah/http://www.paralegalindonesia.org/berita/%20opini/meng-gagas-asosiasi-paralegal-di-daerah/http://www.paralegalindonesia.org/berita/%20opini/meng-gagas-asosiasi-paralegal-di-daerah/
  • 7/24/2019 Arg Desember 2015 Imam Ropii

    15/16

    15ARGUMENTUM,VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    seorang sarjana hukum, seorang paralegal perlu memahami

    konsep dasar hukum di Indonesia. Mulai dari konstitusi hingga

    peraturan yang lebih spesifik. Terutama yang paling dibutuhkan

    adalah pengetahuan dan pemahaman tentang problem yang sering

    mendera masyarakat. Katakanlah masalah lingkungan, hak atas

    kesehatan, ketenagakerjaan, perlindungan anak, konsumen, dan

    hak-hak individu ketika berhadapan dengan polisi dan jaksa.

    Tenaga paralegal dengan segala pengetahuan dan

    kemampuan yang dimiliki diharapkan juga mampu berperan dalam

    memfasilitasi bagi tumbuhnya keswadayaan hukum masyarakat.

    Dengan fasilitasi, dukungan dan pencerahan yang diberikan

    paralegal masyarakai digiring untuk memiliki kemampuan secara

    sendiri dan mandiri untuk mempertahankan hak-haknya.

    Seorang atau kelompok paralegal juga dituntut untuk dapat

    membantu pengembangan potensi dan pemahaman hak dan

    kewajiban serta tanggungjawab sebagai warga masyarakat.Masyarakat yang sadar akan hak-hak dan kewajiban serta

    tanggungjawab merupakan harapan semua pihak terutama negara,

    dan inilah tujuan yang sebenarnya dari apapun yang dilakukan oleh

    negara. Selain itu para tenaga paralegal diharapkan juga mampu

    untuk menjadi konsultan hukum rakyat miskin dalam mendukung

    kesadaran hukum yg kritis namun tetap prosedural.

    Penutup

    Keterbatasan jumlah advokat dibandingkan dengan jumlah

    penduduk belum mampu mengadvokasi diri (menggunakan jasaadvokat) merupakan problem yang perlu mendapat perhatian.

    Kelangkaan pembelaan terhadap hak-hak masyarakat miskin (hak

    hukum, hak sosial, hak politik dan lain-lain) dapat dijadikan

    sebagai pembenar dan media untuk membangkitkan kembali

    pentingnya keberadan tenaga paralegal. Dijaman yang modern ini

    sangat mendesak warga masyarakat miskin untuk mendapatkan

    perlindungan atas hak-haknya dalam suasana jauhnya dari

    jamahan para profesional hukum.

    Kehadiran tenaga paralegal dengan segala makna dan

    fungsinya, yakni sebagai asisten pengacara atau sebagai

    pendamping masyarakat miskin dalam mepertahankan hak-haknyaharus dikuatkan. Bentuk penguatan yang dapat dilakukan antara

  • 7/24/2019 Arg Desember 2015 Imam Ropii

    16/16

    16 ARGUMENTUM,VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    lain melalui diklat keparalegalan serta pembentukan wadah dan

    jaringan bagi mereka untuk mempermudah aktivitas pembelaan.

    Keberadaan tenaga paralegal juga dapat dimanfaatkan sebagai

    agen publikasi dan sosialisasi berbagai kebijakan pemerintah/

    pemerintah daerah kepada masyarakat yang terbatas akses

    informasinya.

    -----

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdul Hakim Garuda Nusantara, Paralegal dan akses Masyarakat

    Terhadap Keadilan, (Makalah) Yayasan Lembaga Bantuan

    Hukum Indonesia, Jakarta, 1991.

    Irsyad Thamrin M dan M. Farid, Panduan Bantuan Hukum Bagi

    Paralegal, LBH Yogyakarta dan Tifa Foundation, Cetakan I:

    Yoyakarta, Juni 2010.Mukthie Fadjar. A, Tipe Negara Hukum, Bayu Media, Malang,

    2005,

    Muhammad Fahmi Gupito, Bantuan Hukum di Indonesia

    Terkendala Minimnya Jumlah Advokat

    http://www.lbhaceh.org/Berita-Terkini/bantuan hukum-di-

    indonesia terkendala inimnya jumlah advokat.html diakses

    9 Juni 2010..

    Mulyana W. Kusumah (dkk), Paralegal dan Akses Masyarakat

    Terhadap Keadilan. Yayasan Lembaga Bantuan Hukum

    Indonesia, Jakarta, 1991Ravindran DJ, (editor), A Handbook on Training Paralegals (Buku

    Petunjuk untuk Latihan Paralegal). Alih bahasa oleh Benny

    K Harman dan JB. Gregorius. Yayasan Lembaga Bantuan

    Hukum Indonesia, Jakarta, 1989.

    Suko Wiyono, Otonomi Daerah dalam Negara Hukum Indonesia

    (Pembentukan Peraturan Daerah Partisipatif). Faza Media,

    Jakarta, 2006,

    http://www.paralegalindonesia.org/berita/opini/menggagas-

    asosiasi-paralegal-di-daerah/,diakses 20-1-2011.

    http://www.lbhaceh.org/Berita-Terkini/bantuan-hukum-di-indonesia-terkendala-minimnya-jumlah-advokat.htmlhttp://www.lbhaceh.org/Berita-Terkini/bantuan-hukum-di-indonesia-terkendala-minimnya-jumlah-advokat.htmlhttp://www.lbhaceh.org/Berita-Terkini/bantuan-hukum-di-indonesia-terkendala-minimnya-jumlah-advokat.htmlhttp://www.lbhaceh.org/Berita-Terkini/bantuan%20hukum-di-indonesia%20terkendala%20inimnya%20jumlah%20advokat.htmlhttp://www.lbhaceh.org/Berita-Terkini/bantuan%20hukum-di-indonesia%20terkendala%20inimnya%20jumlah%20advokat.htmlhttp://www.lbhaceh.org/Berita-Terkini/bantuan%20hukum-di-indonesia%20terkendala%20inimnya%20jumlah%20advokat.htmlhttp://www.paralegalindonesia.org/berita/opini/menggagas-asosiasi-paralegal-di-daerah/http://www.paralegalindonesia.org/berita/opini/menggagas-asosiasi-paralegal-di-daerah/http://www.paralegalindonesia.org/berita/opini/menggagas-asosiasi-paralegal-di-daerah/http://www.paralegalindonesia.org/berita/opini/menggagas-asosiasi-paralegal-di-daerah/http://www.paralegalindonesia.org/berita/opini/menggagas-asosiasi-paralegal-di-daerah/http://www.lbhaceh.org/Berita-Terkini/bantuan%20hukum-di-indonesia%20terkendala%20inimnya%20jumlah%20advokat.htmlhttp://www.lbhaceh.org/Berita-Terkini/bantuan%20hukum-di-indonesia%20terkendala%20inimnya%20jumlah%20advokat.htmlhttp://www.lbhaceh.org/Berita-Terkini/bantuan-hukum-di-indonesia-terkendala-minimnya-jumlah-advokat.htmlhttp://www.lbhaceh.org/Berita-Terkini/bantuan-hukum-di-indonesia-terkendala-minimnya-jumlah-advokat.htmlhttp://www.lbhaceh.org/Berita-Terkini/bantuan-hukum-di-indonesia-terkendala-minimnya-jumlah-advokat.html