arsitektur tradisional jawa - paper 1

Upload: nusantara-knowledge

Post on 20-Feb-2018

309 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    1/29

    iv

    DAFTAR ISI

    JUDUL ................................................................ ........................................... i

    ABSTRAK ..................................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

    DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................ .............. 1

    1.1 .Latar Belakang.................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 1

    1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................ 1

    1.4 Manfaat Penulisan .............................................................................. 2

    BAB II PEMBAHASAN ................................................................ ............... 3

    2.1 Pengetahuan Arsitektur Jawa............................................................. 3

    2.2 Filosofi Arsitektur Tradisional Jawa.................................................. 4

    2.3 Tipologi Rumah Adat Jawa ............................................................... 4

    2.4 Penggolongan Rumah Adat Jawa ...................................................... 5

    2.5 Komposisi dan Lingkungan Rumah Tempat Tinggal........................ 19

    BAB IV PENUTUP ................................................................ ....................... 21

    3.1 Kesimpulan ................................................................ ....................... 21

    3.2 Saran ................................................................................................ 21

    DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 22

    LAMPIRAN SESI DISKUSI ........................................................................ 23

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    2/29

    Arsitektur

    NusantaraARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Seiring dengan perkembangan jaman, arsitektur pun ikut semakin berkembang pesat. Hal ini,

    tidak lain disebabkan oleh perkembangan kehidupan manusia. Semakin peradaban manusiaberkembang, maka semakin menuntut perkembangan dunia arsitektur agar dapat memenuhi

    kebutuhan hidup manusia.

    Oleh karena itu, demi memenuhi kebutuhan hidup manusia, arsitektur harus berkembang

    sesuai dengan jaman dan lokasi keberadaannya. Karena, pada lokasi yang berbeda, meilikitingkat peradaban dan kebudayaan yang berbeda pula. Hal ini sangatlah mempengaruhi

    perkembangan arsitektur.

    Setiap wilayah di dunia, memiliki cirri khas masing masing, termasuk pula wilayah Jawa.

    Kebudayaan Jawa merupakan salah satu kebudayaan tertua di Indonesia. Secara umum, dapat

    kita katakan sebagai Arsitektur Jawa.

    1.2 RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu :

    1. Bagaimanakah filosofi yang mendasari arsitektur tradisional jawa?

    2. Bagaimanakah tipologi dan penggolongan rumah tradisional Jawa ?

    3. Bagaimanakah komposisi dan lingkungan rumah tempat tinggal Jawa ?

    4. Apa saja contoh-contoh rumah tradisional Jawa?

    1.3 TUJUAN PENULISAN

    Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah :

    1. Mengetahui filosofi yang mendasari arsitektur tradisional jawa.2. Mengetahui tipologi dan penggolongan rumah tradisional Jawa.

    3. Mengetahui komposisi dan lingkungan rumah tempat tinggal Jawa.

    4. Mengetahui contoh-contoh rumah tradisional Jawa.

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    3/29

    Arsitektur

    NusantaraARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    2

    1.4 MANFAAT PENULISAN

    Adapun manfaat penulisan laporan ini adalah :

    1. Dapat lebih mengetahui dan memahami mengenai bagaimana situasi Arsitektur Jawa.2. Dapat lebih memahami mengenai tipologi dan penggolongan rumah tradisional Jawa.3. Dapat lebih memahami komposisi dan lingkungan rumah tempat tinggal Jawa.

    4. Dapat mengetahui dan memahami mengenai perkembangan pembangunan Arsitektur

    Jawa melalui contohcontoh bangunan yang ada.

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    4/29

    Arsitektur

    NusantaraARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 PENGETAHUAN ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    Penelitian yang diselenggarakan dengan menggunakan Kawruh Griya dan KawruhKalang sebagai medan penyelidikannya menjuruskan pekerjaan dan langkah kegiatan ke ranah

    perancangan arsitektur serta konstruksi bangunan. Sebagai konskuensinya, konstruksi

    pengetahuan yang diselidiki adalah pengetahuan yang berseluk-beluk dengan merancang dan

    memproduksi bangunan. Pengetahuan yang dikonstruksi aalah pengetahuan tentang arsitektur.

    Arsitektur Jawa menjadi representasi bagi cita (ideals) penghuni/pemiliknya yang berkenaandengan kehidupan duniawi orang jawa. Adapun filosofi-filosofi yang mendasari arsitektur

    tradisional jawa adalah sebagai berikut :

    1. Arsitektur Jawa memperlihatkan diri sebagai rupa atau bentuk arsitektur (architectural form),

    disebut dhapur griya, mengingat masing-masong konfigurasi dari kerangka bangunan

    mendatangkan sosok rupa yang dinamakan tajug, joglo, limasan dan kampung.

    2. Arsitektur Jawa menjadi bentukan yang berdaya guna sebagai penerapan dari fungsi

    arsitektur. Disini, Arsitektur Jawa menjadikan dirinya sebagai penaung bagi kegiatan dan

    pemanfaatan arsitektur.

    3. Cita arsitektur, fungsi arsitektur dan rupa arsitektur, masing-masing adalah sebuahkemandirian komponen dasar pengada Arsitektur Jawa yang tidak terkait satu dengan yang

    lainsebagai kaitan sebab akibat.

    4. Arsitektur Jawa dimengerti sebagai rakitan (assemblage) yang merupakan kerja bersama

    (collaboration) dari cita-fungsi-rupa, tiga komponen utama pengada Arsitektur Jawa, di manacita menjadi penyataan idealisasi kehidupan duniawi, fungsi menjadi penyedia daya manfaat

    serta penaung, dan rupa sebagai penyedia daya/kekuatan structural bangunan serta sebagai

    penciri rupa.

    5. Konsep manjing dalam perakitan antar komponen utama pengada Arsitektur Jawa, maupunantar gelagar pembentuk kerangka bangunan, menunjukkan bahwa pengetahuan arsitektur ini

    berterima dalam lingkungan Arsitektur Jawa.

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    5/29

    Arsitektur

    NusantaraARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    4

    2.2 FILOSOFI ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    Adapun filosofi-filosofi yang mendasari arsitektur tradisional jawa adalah :

    a. Masing-masing rumah dibedakan kepemilikannya berdasarkan status sosial ataupunkedudukan pemiliknya dalam masyarakat. Dalam suasana kehidupan feodal, sebagai raja,

    misalnya tidak dibenarkan membangun rumah tempat tinggal (dhatulaya, istana) dengan

    menggunakan bangun sinom mangkurat untuk Sasana Prabasuyasa, bangun limasan atau

    joglo atau kampung tetapi sebaliknya menggunakan bangun sinom mangkurat untukSasana Prabasuyasa. Bangun limasan atau joglo hanyalah untuk bangunan pelengkap

    saja, misalnya untuk kantor, pertemuan, perlengkapan, paseban dan sejenisnya. Bagi

    golongan ningrat (bangsawan sentana dalem) dan abdi dalem derajat tertentu berhakmembuat rumah tempat tingga; dengan bentuk limasan, sinom, ataupun joglo. Sedangkan

    untuk bangunan pelengkap boleh membuat bangun rumah yang lain yang tingkatannya

    lebih rendah, misalnya daragepak, sethong, kalabang nyander, dan sebagainya.

    b. Di dalam bangunan rumah adat Jawa tersebut ditentukan ukuran, kondisi perawatanrumah, kerangka, dan ruang-ruang di dalam rumah serta situasi di sekeliling rumah, yang

    dikaitkan dengan status pemiliknya. Di samping itu, latar belakang sosial, dan

    kepercayaannya ikut berperan.

    c. Agar memperoleh ketentraman, kesejahteraan, kemakmuran, maka sebelum membuat

    rumah dipetang (diperhitungkan) dahulu tentang waktu, letak, arah, cetak pintu utamarumah, letak pintu pekarangan, kerangka rumah, ukuran dan bangunan rumah yang akan

    dibuat, dan sebagainya.

    d. Di dalam suasana kehidupan kepercayaan masyarakat Jawa, setiap akan membuat rumah

    baru, tidak dilupakan adanya sesajen, yaitu benda-benda tertentu yang disajikan untukbadan halus, danghyang desa, kemulan desa dan sebagainya, agar dalam usaha

    pembangunan rumah baru tersebut memperoleh keselamatan.

    e. Dalam perkembangan selanjutnya, bangunan rumah adat Jawa berkembang sesuai dengan

    kemajuan. Berdasarkan tinjauan perubahan atapnya, maka bangunan rumah adat Jawa

    digolongkan menjadi lima macam yaitu, bentuk panggang pe, limasan, joglo, tajug, dan

    kampung.

    2.3 TIPOLOGI RUMAH ADAT JAWA

    Tipologi rumah atau tempat tinggal yang digunakan sebagai tempat bernaung bagimasyarakat di pulau jawa disebut omah. Dimana kehidupan orang jawa mencakup 3 syarat

    sebagai ungkapan pengertian hidup yaitu mencakup : Sandang (pakaian yang wajar), Pangan (

    minum dan makan ) dan Papan ( tempat tinggal ).

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    6/29

    Arsitektur

    NusantaraARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    5

    Untuk syarat yang ketiga yaitu kebutuhan akan rumah tinggal haruslah terpenuhi untukmencapai kehidupan yang sejahtera. Bentukan rumah yang sederhana adalah ungkapan

    kesederhanaan hidup masyarakat jawa. Hal itu dapat terlihat dari penggambaran bentuk denah

    yang cukup sederhana. Biasanya bentuk denah yang diterapkan adalah berbentuk persegi yaitubujur sangkar dan persegi panjang. Hal tersebut sesuai dengan estetika hidup orang jawa yang

    mempunyai ketegasan prinsip dalam menjalankan tanggung jawab terhadap hidupnya.

    Sedangkan tipologi bentuk denah oval atau bulat tidak terdapat pada bentuk denah rumah tinggalorang jawa. Bentuk persegi empat ini dalam perkembangannya mengalami perubahan dengan

    adanya penambahan-penambahan ruang pada sisi bagian bangunannya dan tetap merupakan

    kesatuan bentuk dari denah persegi empat.

    Gambar 1. Omah

    2.4 PENGGOLONGAN RUMAH ADAT JAWA

    Berdasarkan pada sejarah pembelajaran perkembangan bentuk rumah tinggal orang jawadapat dikategorikaan menjadi 4 macam bentukan yang mendasarinya sebagai bentuk rumah

    tinggal yaitu:

    A. Rumah Panggangpe

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    7/29

    Arsitektur

    NusantaraARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    6

    Rumah panggangpe merupakan bentuk bangunan yang paling sederhana dan bahkan

    merupakan bentuk bangunan dasar. Bangunan panggangpe ini merupakan bangunan pertamayang dipakai orang untuk berlindung dari gangguan angin, dingin, panas matahari dan hujan.

    Ciri-ciri dari rumah tradisional jawa bentuk panggang pe adalah sebagai berikut :

    Bangunannya berbentuk sederhana

    Mempunyai bentukpokok berupa tiang atau saka sebanyak 4 atau 6 buah.

    Pada bagian sisi sekelilingnya diberi dinding yang hanya sekedar untuk menahan hawalingkungan sekitar atau dapat dikatakan sebagai bentuk perlindungan yang lebih bersifat

    privat dari gangguan alam.

    Pada perkembangannya bentuk rumah panggangpe ini mengalami perubahan menj adi

    variasi bentukan yang lain. Berikut merupakan jenis-jenis dari Rumah Panggangpe :

    1. Panggang Pe Pokok

    2. Panggang Pe Trajumas

    3. Panggang Pe Empyak Setangkep4. Panggang Pe Gedhang Selirang

    5. Panggang Pe Gedhang Setangkep

    6. Panggang Pe Cere Gancet7. Panggang Pe bentuk kios

    8. Panggang Pe Kodokan (jengki)

    9. Panggang Pe Barengan

    10. Panggang Pe Cere Gancet

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    8/29

    Arsitektur

    NusantaraARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    7

    Gambar 2. Rumah Panggangpe

    B.Rumah Kampung

    Rumah bentuk Kampung adalah rumah dengan denah empat persegi panjang, bertiang

    empat dengan dua buah atap persegi panjang pada sisi samping atas ditutup dengan tutup

    keyong. Rumah ini kebanyakan dimiliki oleh orang kampung atau orang jawa menyebutnyadesa. Kampung berarti desa. Pada masa lalu rumah bentuk kampung merupakan tempat

    tinggal yang paling banyak ditemukan. Sehingga ada sebagian masyarakat yang berpendapat

    bahwa rumah kampung sebagian besar dimiliki oleh orang-orang desa yang kemampuan

    finansial/ ekonominya berada di bawah.

    Rumah bentuk kampung dapat dibedakan menjadi:

    1. Rumah Kampung Pokok

    Merupakan rumah dengan dua buah atap persegi panjang yang ditangkupkan.

    2. Rumah Kampung Pacul Gowang

    Adalah Rumah Kampung yang beratap emper pada salah satu sisi panjang, sedangkan sisilain tanpa atap emper.

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    9/29

    Arsitektur

    NusantaraARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    8

    3. Rumah Kampung Dara GepakRumah Kampung yang beratap emper pada keempat sisinya.

    4. Rumah Kampung Gotong MayitRumah Kampung bergandengan tiga buah pada sebuah blandar sesamanya.

    5. Rumah Kampung Klabang NyanderRumah Kampung bertiang lebih dari delapan buah atan berpengerat lebih dari empat buah.

    6. Rumah Kampung ApitanRumah Kampung dengan ander satu buah di tengahtengah molo.

    7. Rumah Kampung Lambang Teplok Semar TinanduDisebut Lambang Teplok karena penghubung atap brunjung dan atap penanggap masih

    merupakan satu tiang. Disebut Semar Tinandu karena tiang penyangga di atas bertumpu padabalok blandar yang ditopang oleh tiang-tiang di pinggir atau tiang-tiangnya tidak langsung

    sampai ke dasar rumah.

    8. Rumah Kampung Gajah NgombeRumah Kampung dengan sebuah atap emper pada salah satu sisi samping.

    9. Rumah Kampung Gajah Njerum

    Merupakan Rumah Kampung dengan tiga buah emper terdiri dari dua atap emper di muka

    dan belakang dan sebuah lagi pada sisi samping. Sedangkan sisi samping yang lain tidakdiberi atap emper.

    10. Rumah Kampung Lambang Teplok

    Rumah Kampung yang mempunyai renggangan antara atap brunjung dan atap penanggap,tetapi kedua jenis atap dihubungkan dengan tiang utama.

    11. Rumah Kampung Cere GencetRumah Kampung bergandengan terdiri dari dua buah. Misalnya pada atap emper atau

    sebuah blandar sesamanya

    12. Rumah Kampung TrajumasRumah Kampung bertiang enam buah atau mempunyai tiga buah pengerat sehingga rumah

    ini terbagi dua, masing-masing bagian disebut rongrongan.

    13. Rumah Kampung Semar PinondongRumah Kampung dengan tiang-tiang berjajar di tengah menurut panjangnya rumah. Atap

    ditopang balok yang dipasang horisontal pada tiang tersebut.

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    10/29

    Arsitektur

    NusantaraARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    9

    Gambar 3. Rumah Kampung

    C. Rumah Limasan

    Rumah Limasan merupakan salah satu bentuk rumah tradisional jawa yang

    dipergunakan sebagai tempat tinggal, khususnya di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur dan beberapa

    daerah di Jawa barat serta pesisir pantai utara dan selatan.

    Ciri-ciri rumah Limasan :

    Dinamakan Limasan, karena jenis rumah tradisional ini mempunyai denah empat persegi

    panjang atau berbentuk limas.

    Pada masa lalu rumah jenis ini kebanyakan dimiliki oleh masyarakat dengan status

    ekonomi menengah.

    Terdiri dari empat buah atap, dua buah atap bernama kejen/ cocor serta dua buah atap

    bernama bronjong yang berbentuk jajaran genjang sama kaki. Kejen berbentuk segi tiga

    sama kaki seperti enam atap keyong, namun memiliki fungsi yang berbeda. Pada

    perkembangan selanjutnya rumah limasan diberi penambahan pada sisi-sisinya yang

    disebut empyak emper atau atap emper.

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    11/29

    Arsitektur

    NusantaraARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    10

    Sistim dari kostruksi bangunannya dapat dibongkar pasang (knock down) tanpa merusak

    keadaan rumah tersebut.

    Menggunakan material kayu jati secara keseluruhan pada sistem konstruksinya.

    Selain dari Kontruksi utamanya yang terbuat dari kayu, konstruksi dinding pengisi juga

    terbuat dari lembaran kayu solid dengan bukaan-bukaan jendela yang juga terbuat dari

    kayu.

    Rumah Limasan dapat dibedakan menjadi:

    1. Rumah Limasan CeblokanRumah Limasan yang sebagian tiangnya (ujung bawah) terdapat bagian terpendam. Bentuk

    ini semata-mata dapat dilihat dari cara bertumpunya tiang.

    2. Rumah Limasan Klabang NyanderRumah Limasan yang mempunyai pengeret lebih dari empat buah sehingga kelihatan

    panjang. Bentuk rumah ini semata-mata dilihat banyaknya pengeret dan tiang (tengah) sertasusunan tiang.

    3. Rumah Limasan Apitan

    Adalah Rumah Limasan bertiang empat dengan sebuah ander yang menopang molo di tengah-

    tengahnya.

    4. Rumah Limasan LawakanAdalah semacam Rumah Limasan Klabang nyander, susunan tiangnya seperti LimasanTrajumas yang diberi atap emper pada keempat sisinya.

    5. Rumah Limasan Pacul GowangAdalah Rumah Limasan memakai sebuah atap emper terletak pada salah satu sisi

    panjangnya, sedangkan pada lainnya diberi atap cukit (atap tritisan) dan sisi sampingdengan atap trebil.

    6. Rumah Limasan Gajah MungkurRumah Limasan yang memakai tutup keong pada salah satu sisi pendek, sedangkan sisi

    lainnya memakai atap kejen. Bentuk ini sering diberi atap emper tetapi pada sisi yang

    memakai tutup keong tidak diberi atap emper. Sehingga bentuknya setengah limasan dan

    setengah kampung.

    7. Rumah Limasan Gajah NgombeAdalah Rumah Limasan memakai sebuah empyak (atap) emper terletak pada salah satu sisi

    samping (sisi pendek), sedangkan sisi lainnya memakai trebil dan kedua sisi panjang diberi

    cukit atau atap tritisan.

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    12/29

    Arsitektur

    NusantaraARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    11

    8. Rumah Limasan Gajah NjerumMerupakan Rumah Limasan yang memakai dua buah atap emper pada kedua sisi panjang

    dan sebuah atap emper pada salah satu sisi samping (sisi pendek). Sedangkan sisi lainnya

    memakai atap trebil.

    9. Rumah Limasan Semar Tinandu

    Rumah Limasan dengan dua buah tiang berjajar pada memanjangnya rumah dan terletak ditengah-tengah. Jika ada empernya maka diberi tiang emper. Bentuk ini biasanya untuk

    regol / pintu gerbang atau los pasar.

    10. Rumah Limasan Bapangan

    Rumah limasan yang panjang blandarnya lebih panjang dari pada jumlah panjang pengeret

    biasanya memakai empat buah tiang.

    11. Rumah Limasan Cere GancetRumah Limasan ini dapat bergandengan pada salah satu emper masing-masing atau

    bergandengan/ memakai salah satu blandar sesamanya. Jika bergandengan pada salah satu

    blandar sesamanya disebut Rumah Limasan Kepala Dua.

    12. Rumah Limasan Gotong Mayit

    Rumah Limasan bergandengan tiga, baik bergandengan pada blandar sesamanya atau padaatap emper sesamanya.

    13. Rumah Limasan LambangsariRumah Limasan yang memakai lambangsari / balok pengandeng atap brunjung dan atap

    penanggap.

    14. Rumah Limasan Semar TinanduRumah Limasan Tinandu terdapat pada Masjid Besar Yogyakarta, bila dilihat dari depan

    (pintu gerbang). Tiang utama tidak kelihatan

    15. Rumah Limasan Semar Pinondong

    Pindong artinya digendong. Pada dasarnya rumah ini sama dengan Rumah Limasan SemarTinandu, tetapi pada bentuk ini diberi penyangga yang disebut bahu danyang.

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    13/29

    Arsitektur

    NusantaraARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    12

    Gambar 4. Rumah Limasan

    Gambar 5. Rumah Limasan

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    14/29

    Arsitektur

    NusantaraARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    13

    D. Rumah Joglo

    Bentuk Rumah Joglo mempunyai ukuran lebih besar dibandingkan dengan bentuk bangunan

    lainnya seperti panggangpe, kampung dan limasan yang merupakan tradisi bentukbangunan rumah di tanah Jawa. Disebut joglo karena atapnya yang berbentuk joglo. Joglo

    merupakan bangunan yang paling populer, bahkan masyarakat awam sering menganggap jenis

    rumah tradisional ini sebagai satu-satunya bentuk rumah tradisional masyarakat Jawa. Jenisrumah tipe ini kebanyakan dimiliki oleh anggota masyarakat dengan strata sosial menengah ke

    atas, baik itu golongan bangsawan ataupun priyayi. Hal ini dapat dipahami, karena bentuk rumah

    Joglo membutuhkan bahan bangunan yang lebih banyak dan lahan yang lebih luas daripada jenisrumah yang lain. Mungkin karena faktor itu pula, muncul mitos dalam masyarakat bahwa joglo

    tidak pantas untuk dimiliki oleh rakyat jelata, melainkan hanya dapat dimiliki orang terpandang

    atau terhormat.

    Ciri-ciri dari rumah joglo ini adalah :

    Bentuk denah persegi panjang

    Memakai pondasi bebatur, yaitu tanah yang diratakan dan lebih tinggi dari tanahdisekelilingnya. Diatas bebatur ini dipasang umpak yang sudah diberi purus wedokan.

    Terdapat 4 saka guru sebagai penahan atap brunjung yang membentuk ruang pamidanganyang merupakan ruang pusat dan 12 saka pananggap yang menyangga atap pananggap

    (tiang pengikut), masing-masing saka ditopang oleh umpak menggunakan sistem purus

    Memakai blandar, pengeret, sunduk, serta kilil. masing- masing blandar dan pengeretdilengkapi dengan sunduk dan kili sebagai stabilisator.

    Menggunakan tumpang dengan 5 tingkat. Balok pertama disebut pananggap, balok ke

    dua disebut tumpang, balok ke tiga dan empat disebut tumpangsari, dan balok terakhirmerupakan tutup kepuh yang berfungsi sebagai balok tumpuan ujung- ujung usuk atap.

    Uleng/ruang yang terbentuk oleh balok tumpang di bawah atap ada 2 (uleng ganda)

    Terdapat godhegan sebagai stabilisator yang biasanya berbentuk ragam hias ular-ularan.

    Menggunakan atap sistem empyak. 4 sistem empyak yang digunakan : brunjung dancocor pada bagian atas, serta pananggap dan penangkur di bagian bawah

    Terdapat balok molo pada bagian paling atas yang diikat oleh kecer dan dudur.

    Menggunakan usuk peniyung yaitu usuk yang dipasang miring atau memusat ke molo.Joglo ini juga tidak memiliki emper

    Pada umumnya bangunan ini menggunakan bahan-bahan kayu yang lebih banyak.Sehingga sangat memungkinkan untuk membuat tambahan ruangan.

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    15/29

    Arsitektur

    NusantaraARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    14

    Gambar 6. Rumah Joglo

    Jenis-jenis rumah joglo terdiri dari :

    1. Rumah Joglo Kepuhan Limasan.

    2. Rumah Joglo Kepuhan Lawakan3. Rumah Joglo Jempongan

    4. Rumah Joglo Pengrawit

    5. Rumah Joglo Ceblokan

    6. Rumah Joglo Apitan

    7. Rumah Joglo Lambangsari

    8. Rumah Joglo Apitan/ Rumah Joglo Trajumas

    9. Rumah Joglo Semar Tinandu

    10. Rumah Joglo Hageng (besar)

    11. Rumah Joglo Mangkurat.

    12. Rumah Joglo Wantah Apitan

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    16/29

    Arsitektur

    NusantaraARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    15

    Contoh gambar beberapa jenis rumah joglo :

    Gambar 7. Denah Joglo Lambangsari Gambar 8. Potongan Joglo Lambangsari

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    17/29

    Arsitektur

    NusantaraARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    16

    Gambar 9. Denah Joglo Semar Tinandu Gambar 10. Potongan Joglo Semar Tinandu

    Bagian-bagian dari rumah joglo:

    1.Pendopo

    Pendopo merupakan bangunan terdepan dari rumah joglo yang berfungsi sebagai tempatmenerima tamu atau tempat mengadakan upacara-upacara adat. Pada umumnya pendopo

    selalu terbuka atau tidak diberi dinding penutup. Kalaupun memakai penutup, maka yang

    digunakan adalah dinding dari kayu yang mudah dibuka atau gebyok. Secara filosofis, hal inimenggambarkan adanya prinsip keterbukaan yang dianut oleh tuan rumah.

    2.SentongBagian ini pada prinsipnya digunakan sebagai tempat tidur. Tetapi sebelum orang tua

    menikahkan anaknya, maka pintu sentong akan selalu tertutup atau terkunci. Sentong baru

    dibuka atau dipakai untuk tidur setelah anaknya dinikahkan. Sentong ini terbagi menjadi tigayaitu:

    Sentong Tengen ( Kanan )Sentong Tengen dipergunakan sebagai tempat tidur bagi anak laki-laki yang telahdinikahkan.

    Sentong kiwo ( Kiri)

    Sentong ini merupakan tempat tidur bagi anak perempuan yang telah dinikahkan.

    Sentong TengahSentong Tengah disebut juga Petanen, Pasren, Pedaringan atau Krobongan. Sentong

    ini dianggap sakral dan digunakan untuk pemujaan. Masyarakat Jawa yang mayoritas

    menggantungkan hidupnya pada bidang pertanian, percaya bahwa Sentong Tengahadalah tempat bersemayamnya roh nenek moyang yakni Dewi Sri sebagai Dewi

    Kesuburan. Karena dianggap sakral, maka tidak sembarangan orang boleh

    memasukinya kecuali ada keperluan. Orang yang masuk sentong inipun harus hati-

    hati dan bersifat menghormati tuan rumah dalam hal ini Dewi Sri. Di sentong tengahini diletakkan tempat tidur atau kantil lengkap dengan bantal guling, cermin dan

    sisir. Selain itu ada lampu minyak yang selalu menyala, baik di siang hari maupun

    malam hari.

    3.Gandok

    Gandok merupakan bangunan yang terletak di samping (pavilium). Biasanya menempel

    dengan bangunan bagian belakang. Arah membujur gandok melintang pada rumah belakang.Gandok berfungsi sebagai tempat penyimpanan perabot dapur, ruang makan dan terkadang

    berfungsi sebagai dapur.

    4.Pringgitan

    Pringgitan merupakan bangunan yang biasanya terletak di antara pendopo dan dalem.Bangunan ini dipakai untuk pementasan wayang/ ringgit.

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    18/29

    Arsitektur

    NusantaraARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    17

    5.KuncungKuncung adalah bangunan yang terletak di samping atau depan pendopo yang berfungsi

    sebagai tempat bersantai misalnya minum teh atau membaca koran.

    6. Pawon

    Pawon merupakan bagaian dari suatu rumah joglo yang dipergunakan sebagai tempat untuk

    memasak.

    Gambar 11. Interior Rumah Joglo

    Gambar 12. Konstruksi Rumah Joglo

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    19/29

    Arsitektur

    NusantaraARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    18

    Gebyok Ragam Hias Tumpang Pondasi Umpak

    Gambar 13. Detail Rumah Joglo

    E. Rumah Tajug

    Rumah Tajuk tidak dipakai sebagai rumah tinggal, melainkan dipakai sebagai rumah

    ibadah. Ciri-ciri rumah Tajuk adalah pada langgar tanpa pananggap berkeliling serta payonnyagathuk (bertemu-beradu). Rumah ini mempunyai denah bujursangkar, dan bentuk inilah yang

    masih mempertahankan bentuk aslinya hingga sekarang.

    Berikut merupakan jenis-jenis dari rumah tajug :

    1.Tajug Tawon BoniTajug dengan denah bujur sangkar memakai kepala gada tanpa ander penyangga puncak.

    2.Masjid dan cungkupRumah ini pada umumnya bertiang empat buah dan kapnya seperti Rumah Limasan Empyak

    Setangkep.

    3.Tajug Semar Sinongsong

    Rumah ini bertiang satu seperti payung.

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    20/29

    Arsitektur

    NusantaraARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    19

    4.Masjid Payung Agung/ MeruBiasanya bertingkat lebih dari dari tiga. Pada tingkat kedua masih disangga oleh tiang utama.

    Sedangkan tiang berikutnya disangga tingkat sebelumnya.

    5.Tajug Lambang Sari

    Tajug ini memakai kepala gada, antara brunjung dan atap penanggap terdapat renggangan

    yang dihubungkan dengan balok yang disebut lambang sari.

    6.Tajug Tiang Satu Lambang TeplokRumah yang memakai penguat bahu danyang, brunjung diangkat ke atas sedang atap

    penanaggap merenggang dengan atap brunjung.

    7.Tajug Lambang GantungAdalah rumah yang memakai soko bentung sebagai penggantung atap penanggap pada atap

    brunjung.

    8.Masjid Lawakan

    Bentuknya hampir sama dengan Rumah Limasan Atap Setangkep tetapi ditambah atappenanggap.

    9.Tajug Semar TinanduAdalah rumah yang brunjungnya tidak ditopang langsung oleh satu tiang, tetapi tiang-tiang

    menyangga balok-balok yang mengangkat brunjung.

    10.Tajug Ceblokan

    Adalah Tajug yang tiangnya tertanam dalam tanah, atapnya teplok yaitu tidak memakai tiangbentung kecualai atap pengapit memakai lambangsari.

    11.Tajug MangkuratAdalah rumah yang memakai tumpangsari, uleng, tiang bentung dan lambangsari.

    12.Tajug Lawakan Lambang TeplokRumah yang brunjungnya secara langsung disangga tiang utama.

    13.Masjid Lambang TeplokAdalah rumah dengan tiang utama langsung ke atas menyangga brunjung atap paling atas

    dan memakai sebuah ander sampai dada peksi pada tingkat kedua.

    14.Tajug Semar Sinongsong Lambang Gantung/ Masjid Soko Tunggal

    Rumah ini bertiang satu dengan bahu danyang, memakai lambang gantung sebagai

    penggantung dan penanggap pada brunjung.

    15.Tajug Semar Sinom TinanduDisebut Semar Tinandu karena letak atap penanaggap lebih tegak dibandingkan dengan atap

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    21/29

    Arsitektur

    NusantaraARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    20

    penanggap tajug-tajug lain. Disebut Semar Tinandu karena atap penanggap dan brunjungtidak disangga langsung oleh tiang utama tetapi dipikul oleh tiang-tiang yang berderet di

    pinggir memakai lambangsari.

    2.5 KOMPOSISI DAN LINGKUNGAN RUMAH TINGGAL

    Yang dimaksudkan dengan komposisi rumah ialah susunan dan pengaturan cetak

    bangunan lain terhadap bangunan rumah tempat tinggal (induk). Sedangkan yang dimaksud

    dengan lingkungan di sini ialah rumah tempat tinggal dan rumah-rumah kelengkapan dengan tatasusunannya dalam suatu rumah tangga sebuah keluarga.

    Dalam masyarakat Jawa, susunan rumah dalam sebuah rumah tangga terdiri daribeberapa bangunan rumah. Selain rumah tempat tinggal (induk), yaitu tempat untuk tidur,

    istirahat anggota keluarga, terdapat pula bangunan rumah lain yang digunakan untuk keperluan

    lain dari keluarga tersebut. Bangunan rumah tersebut terdiri dari: pendhapa, terletak di depanrumah tempat tinggal, digunakan untuk menerima tamu. Rumah belakang (omah mburi)

    digunakan untuk rumah tempat tinggal, di antara rumah belakang dengan pendapa terdapat

    pringgitan. Pringgitan ialah tempat yang digunakan untuk pementasan pertunjukan wayang kulit,bila yang bersangkutan mempunyai kerja (pernikahan, khitanan, dan sebagainya). Dalam

    pertunjukan tersebut tamu laki-laki ditempatkan di pendapa, sedang tamu wanita ditempatkan di

    rumah belakang. Susunan rumah demikian mirip dengan susunan rumah istana Hindu Jawa,

    misalnya Istana Ratu Boko di dekat Prambanan.

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    22/29

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    23/29

    Arsitektur

    NusantaraARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    22

    rumah kecil ditempatkan di samping dapur atau belakang samping kiri atau kanan rumahbelakang. Demikian pula tempat buang air besar/kecil dan kamar mandi dibuatkan bangunan

    rumah sendiri. Biasanya untuk WC ditempatkan agak berjauhan dengan dapur, rumah belakang,

    sumur dan pendhapa. Pintu masuk pekarangan sering dibuat Regol.

    Demikian sedikit variasi bangun rumah adat Jawa yang lengkap untuk sebuah keluarga.Hal tersebut sangat bergantung pada kemampuan keluarga. Secara lengkap kompleks rumahtempat tinggal orang Jawa adala rumah belakang, pringgitan, pendapa, gadhok (tempat para

    pelayan), lumbung, kandhang, gedhogan, dapur, pringgitan, topengan, serambi, bangsal, dan

    sebagainya. Jaman dahulu besar kecilnya maupun jenis bangunannya dibuat menurut selera sertastatus sosial pemiliknya didalam masyarakat.

    Gambar 15.Rumah

    adat jawa

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    24/29

    Arsitektur

    NusantaraARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    23

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 KESIMPULAN

    Rumah tradisional jawa merupakan salah satu kekayaan arsitektur nusantara yang patutdilestarikan. Rumah ini digolongkan menjadi 5 bagian yaitu, panggangpe, limasan, joglo, tajug,

    dan kampung. Masing-masing rumah memiliki ciri khas dan fungsi yang berbeda-beda sesuai

    dengan status sosial kepemilikan dan kedudukan pemiliknya dalam lingkungan masyarakat.Tiap-tiap rumah diatas juga memiliki jenis-jenis rumah yang beraneka ragam pula. Bentuk fisik

    dari rumah adat jawa ini sangatlah sederhana dengan bentuk serupa yaitu bujursangkar, dan

    dengan atap berbentuk limasan. Selain itu, rumah ini juga terdiri dari saka-saka yang

    menopangnya. Bentuk ini tidak jauh berbeda dengan rumah tradisional bali.

    3.2 SARAN

    Rumah-rumah tradisional di negara indonesia ini sudah semakin mengalamiperkembangan yang semakin mengikuti jaman. Unsur-unsur budayanya pun sedikit demi sedikit

    mulai pudar. Rumah tradisional jawa ini merupakan salah satu kekayaan arsitektur nusantara,

    maka dari itu kita sebagai warga negara indonesia sudah sepatutnya harus melestarikankebudayaan indonesia dalam bidang arsitektur pada khususnya. Contoh yang riil ada ada pada

    pembangunan replika-replika rumah adat tiap-tiap provinsi di kawasan Taman Mini Indonesia

    Indah. Hal ini dapat kita tiru agar generasi berikutnya masih menikmati warisan-warisanleluhurnya.

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    25/29

    Arsitektur

    NusantaraARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    24

    DAFTAR PUSTAKA

    Sumber Pustaka : Arsitektur Tradisional Daerah I stimewa Yogyakarta,Departemen

    Pendidikan Dan Kebudayaan RI, Jakarta, 1998.

    www.riyantoyosapat.com

    www.wikipedia.com

    www.google.com

    Prijotomo, Joseph.Arsitektur Jawa. Wastu Lanas Grafika. Surabaya : 2006

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    26/29

    Arsitektur

    NusantaraARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    25

    LAMPIRAN SESI DISKUSI

    Ayu Suma Lestari (07-09)

    Pertanyaan : Faktor-faktor apa saja yang menentukan pada petang?

    Jawaban : Agar memperoleh ketentraman, kesejahteraan, kemakmuran, maka sebelum

    membuat rumah dipetang (diperhitungkan) dahulu tentang waktu, letak, arah, cetakpintu utama rumah, letak pintu pekarangan, kerangka rumah, ukuran dan bangunan

    rumah yang akan dibuat, dan sebagainya.

    Hari Wangsa D (07-32)

    Pertanyaan : Apa karakteristik dari masing-masing rumah limasan dan rumah limasan

    mana yang dominan di Jawa?

    Jawaban :

    Rumah Limasan Ceblokan : Rumah Limasan yang sebagian tiangnya (ujung bawah)terdapat bagian terpendam. Bentuk ini semata-mata dapat dilihat dari cara bertumpunyatiang. Rumah Limasan Klabang Nyander : Rumah Limasan yang mempunyai pengeret

    lebih dari empat buah sehingga kelihatan panjang. Bentuk rumah ini semata-mata dilihat

    banyaknya pengeret dan tiang (tengah) serta susunan tiang. Rumah Limasan Apitan :

    Adalah Rumah Limasan bertiang empat dengan sebuah ander yang menopang molo ditengah-tengahnya. Rumah Limasan Lawakan : Adalah semacam Rumah Limasan

    Klabang nyander, susunan tiangnya seperti Limasan Trajumas yang diberi atap emperpada keempat sisinya. Rumah Limasan Pacul Gowang : Adalah Rumah Limasan

    memakai sebuah atap emper terletak pada salah satu sisi panjangnya, sedangkan pada

    lainnya diberi atap cukit (atap tritisan) dan sisi samping dengan atap trebil. Rumah

    Limasan Gajah Mungkur : Rumah Limasan yang memakai tutup keong pada salah satu

    sisi pendek, sedangkan sisi lainnya memakai atap kejen. Bentuk ini sering diberi atap

    emper tetapi pada sisi yang memakai tutup keong tidak diberi atap emper. Sehingga

    bentuknya setengah limasan dan setengah kampung. Rumah Limasan Gajah Ngombe :Adalah Rumah Limasan memakai sebuah empyak (atap) emper terletak pada salah satu

    sisi samping (sisi pendek), sedangkan sisi lainnya memakai trebil dan kedua sisi panjangdiberi cukit atau atap tritisan. Rumah Limasan Gajah Njerum : Merupakan RumahLimasan yang memakai dua buah atap emper pada kedua sisi panjang dan sebuah atap

    emper pada salah satu sisi samping (sisi pendek). Sedangkan sisi lainnya memakai atap

    trebil. Rumah Limasan Semar Tinandu : Rumah Limasan dengan dua buah tiangberjajar pada memanjangnya rumah dan terletak di tengah-tengah. Jika ada empernya

    maka diberi tiang emper. Bentuk ini biasanya untuk regol / pintu gerbang atau los pasar.

    Rumah Limasan Bapangan : Rumah limasan yang panjang blandarnya lebih panjang

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    27/29

    Arsitektur

    NusantaraARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

    26

    dari pada jumlah panjang pengeret biasanya memakai empat buah tiang. Rumah

    Limasan Cere Gancet : Rumah Limasan ini dapat bergandengan pada salah satu emper

    masing-masing atau bergandengan/ memakai salah satu blandar sesamanya. Jika

    bergandengan pada salah satu blandar sesamanya disebut Rumah Limasan Kepala Dua.Rumah Limasan Gotong Mayit : Rumah Limasan bergandengan tiga, baik

    bergandengan pada blandar sesamanya atau pada atap emper sesamanya. RumahLimasan Lambangsari : Rumah Limasan yang memakai lambangsari / balokpengandeng atap brunjung dan atap penanggap. Rumah Limasan Semar Tinandu :Rumah Limasan Tinandu terdapat pada Masjid Besar Yogyakarta, bila dilihat dari depan

    (pintu gerbang). Tiang utama tidak kelihatan. Rumah Limasan Semar Pinondong :

    Pindong artinya digendong. Pada dasarnya rumah ini sama dengan Rumah LimasanSemar Tinandu, tetapi pada bentuk ini diberi penyangga yang disebut bahu danyang.

    Rumah limasan yang dominan Rumah Limasan Semar Tinandu.

    Krisnawati (07-51)

    Pertanyaan : Apa dasar pertimbangan rumah Jawa?

    Jawaban : Yang menjadi dasar pertimbangan adalah status sosial, dimana biasanya

    masyarakat yang termasuk dalam ekonomi kelas menengah kebawah lebih banyak yang

    membuat atau membangun rumah Kampung. Masyarakat yang termasuk ekonomi kelasmenengah biasanya membangun rumah Limasan sedangkan yang tingkat ekonominya

    masuk kategori menengah ke atas biasanya membangun rumah Joglo.

    Adi Partama (07-40)

    Pertanyaan : Diantara semua jenis rumah yang ada pada asitektur tardisional jawa, yang

    paling populer yang mana? Mengapa rumah tradisional Joglo tidak sepopuler rumah

    tradisional Bali?

    Jawaban : Yang lebih populer adalah rumah Joglo karena rumah Joglo menggunakanmaterial-material yang memiliki kualitas lebih baik daripada rumah jenis lainnya

    sehingga kualitas bangunannya pun lebih baik dari rumah lainnya. Rumah Joglo tidak

    sepopuler rumah tradisional Bali karena rumah Joglo tidak terlalu terekspose seperti

    rumah tradisional Bali.

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    28/29

    ii

    ABSTRAK

    Dewasa ini, seiring berkembangnya jaman, arsitektur di seluruh dunia pun menjadi

    semakin berkembang, baik itu dari segi desain, ataupun dari segi fungsi bangunan. Berkaitan

    dengan itu pula, banyak bermunculan arsitek arsitek baru dengan ciri khasnya masing

    masing. Hal ini, dipengaruhi oleh adanya keinginan untuk mencari bentukbentuk baru yang

    lebih sempurna dan tentu saja juga akan sangat dipengaruhi oleh kebiasaan kebiasaan dan

    budaya yang berlaku di suatu daerah.

    Dapat kita ketahui, bahwa arsitektur di seluruh dunia sangatlah saling berbeda dan

    memiliki ciri khas masingmasing.

    Perbedaan arsitektur di seluruh dunia itu, didasarkan pada perbedaan iklim, keadaan

    lingkungan dan kebudayaan di masingmasing negara tersebut, sehingga secara tidak langsung

    melahirkan arsitektur yang berbedabeda, sesuai dengan kebutuhan di masingmasing daerah

    tersebut.

    Kali ini, kita akan membahas mengenai sejarah arsitektur Jawa, dimana kita semua

    ketahui Jawa merupakan salah satu pulau yang berada di negara Indonesia.

    Diharapkan nantinya, pembahasan mengenai sejarah arsitektur Jawa ini dapat membantu

    mengembalikan dan memperkaya ingatan kita mengenai sejarah arsitektur Jawa.

  • 7/24/2019 Arsitektur Tradisional Jawa - Paper 1

    29/29

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat

    dan petunjuk-Nyalah Paper dengan materi Arsitektur Jawa ini dapat diselesaikan. Dengan

    karunia kesehatan dan kesempatan dari-Nya pula, laporan ini pun dapat rampung tepat pada

    waktunya.

    Ucapan terima kasih kami berikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu kami

    dalam penyusunan laporan ini. Khususnya kepada para dosen yang mengajar dan membimbing

    kami dalam mata kuliah Arsitektur Nusantara dan juga berbagai pihak yang tidak dapat kami

    sebutkan satu persatu.

    Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Arsitektur Nusantara.

    Disamping itu juga untuk memberikan informasi mengenai sejarah perkembangan Arsitektur di

    Jawa, baik bagi mahasiswa atau mahasiswi maupun bagi masyarakat umum.

    Kami menyadari sepenuhnya laporan ini masih jauh dari sempurna, sehingga kami sebagai

    penyusun mengharapkan berbagai saran dan kritik yang bersifat membangun, agar nantinya

    dapat dijadikan pedoman bagi kami dalam penyusunan laporan berikutnya.

    Denpasar, Oktober 2008

    Penyusun