artikel ilmiah eva ok.pdf

Upload: erlis4marliani

Post on 19-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Artikel Ilmiah eva ok.pdf

    1/13

    1

    PENGARUH MODEL RECIPROCAL TEACHINGTERHADAP

    KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS XI

    SMA NEGERI 3 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

    Eva Fransiska Sijabat1, Anna Fauziah2, Rani Refianti3

    STKIP-PGRI Lubuklinggau

    Email : [email protected]

    ABSTRAK

    Skripsi ini berjudul Pengaruh Model Reciprocal Teachingterhadap KemampuanKomunikasi Matematika Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Lubuklinggau Tahun

    Pelajaran 2015/2016. Masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh

    model Reciprocal Teachingterhadap kemampuan komunikasi matematika siswa

    kelas XI SMA Negeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016. Tujuan

    penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model Reciprocal Teaching

    terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa kelas XI SMA Negeri 3

    Lubuklinggau. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan desain yang

    digunakan berbentuk Pretest-Posttest Control Group. Populasi dalam penelitian

    ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran

    2015/2016, yang terdiri dari 128 siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian inidilakukan secara acak dengan cara pengundian. Setelah dilakukan pengundian,

    terpilih dua kelas sebagai sampel yaitu kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4. Kelas XI IPA 3

    terpilih sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang diberikan pengajaran dengan

    menggunakan model Reciprocal Teachingdan kelas XI IPA 4 sebagai kelas kontrol

    yaitu kelas yang diberikan pengajaran konvensional. Teknik pengumpulan data

    yang digunakan adalah teknik tes yang berbentuk uraian. Data yang terkumpul

    dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t pada taraf signifikan

    = 0,05, diperoleh diperoleh thitung= 4,22 dan ttabel= 1,671. Hal ini menunjukkan

    thitung> ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model Reciprocal

    Teaching terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa kelas XI SMANegeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016. Rata-rata skor kemampuan

    komunikasi matematika kelas eksperimen sebesar 18,60 dan kelas kontrol

    sebesar 14,63.

    Kata Kunci : Reciprocal Teaching, Komunikasi Matematika

    1

    Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

  • 7/23/2019 Artikel Ilmiah eva ok.pdf

    2/13

    2

    PENDAHULUAN

    Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki perananpenting dalam menunjang ilmu pengetahuan dan teknologi. Belajar matematika

    bertujuan untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, sistematis,

    kritis, kreatif, berkomunikasi, dan kemampuan bekerjasama serta memiliki

    kemampuan dalam memecahkan masalah baik dalam bidang matematika,

    bidang ilmu lainnya, maupun kehidupan sehari-hari. Kemampuan tersebut

    diperlukan agar siswa dapat memperoleh, mengelola dan memanfaatkan

    informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah.

    Menurut Mahmudi (2009:1) salah satu isu penting dalam pembelajaran

    matematika saat ini adalah pentingnya pengembangan kemampuan komunikasi

    matematika siswa. Pengembangan komunikasi juga menjadi salah satu tujuanpembelajaran matematika dan menjadi salah satu standar kompetensi kelulusan

    dalam bidang matematika. Karena belajar matematika merupakan proses sosial

    dimana mereka harus berinteraksi, bekerjasama, dan berkomunikasi antara

    siswa yang satu dengan siswa lainnya serta dengan gurunya.

    Los Angeles County Office of Education (dalam Mahmudi, 2009:3)

    menyatakan komunikasi matematika mencakup komunikasi tertulis maupun

    lisan atau verbal. Oleh karena itu, kemampuan komunikasi matematika

    merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan dalam pembelajaran matematika.

    Misalnya, untuk mengukur kemampuan siswa memberikan alasan rasional

    terhadap suatu pernyataan dari masalah matematika yang diperoleh. Diharapkansiswa mampu untuk memberikan kesimpulan pada setiap akhir jawaban dan

    menuliskan penjelasan atau alasan dari penyelesaian masalah matematika

    tersebut.

    Kemampuan komunikasi matematika merupakan hal yang sangat penting

    dimiliki siswa. Apabila siswa memiliki kemampuan komunikasi matematika

    tentunya akan membuat pemahaman mendalam tentang konsep matematika

    yang dipelajari. Walle (2002:5) menyatakan bahwa cara terbaik untuk

    berhubungan dengan suatu ide adalah mencoba menyampaikan ide tersebut

    kepada orang lain. Dengan berkomunikasi siswa dapat meningkatkan kosa kata,

    mengembangkan kemampuan berbicara, menulis ide-ide secara sistematis, danmemiliki kemampuan belajar yang lebih baik. Selanjutnya National Council of

    Teacher of Mathematics (NCTM) (dalam Fahradina, 2014:55) dijelaskan bahwa

    komunikasi adalah suatu bagian esensial dari matematika dan pendidikan

    matematika.

    Tetapi, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan

    komunikasi matematika siswa masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara

    dengan guru mata pelajaran matematika di SMA Negeri 3 Lubuklinggau, peneliti

    mendapatkan keterangan bahwa masih banyak siswa yang kurang mampu

    mengkomunikasikan gagasan atau ide-ide matematika ke dalam bentuk simbol,

    tabel, grafik, atau diagram dan sebaliknya, untuk memperjelas keadaan ataumasalah serta pemecahannya. Kemampuan komunikasi perlu diperhatikan dalam

  • 7/23/2019 Artikel Ilmiah eva ok.pdf

    3/13

    3

    pembelajaran matematika sebab kemampuan komunikasi sangat diperlukan

    dalam menghadapi berbagai masalah, khususnya masalah yang berhubungan

    dengan kehidupan sehari-hari. Dalam proses pembelajaran matematika masihbanyak didominasi oleh guru. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran masih

    cenderung pasif dan siswa kurang kreatif. Siswa yang tidak dilibatkan untuk aktif

    dalam pembelajaran, dapat menyebabkan siswa sulit untuk berkreatifitas

    terhadap ide-ide yang mereka miliki khususnya ide-ide matematikanya.

    Hal ini terbukti saat peneliti melakukan studi pendahuluan dengan

    memberikan siswa soal-soal yang telah dipelajari yang berkaitan dengan

    kemampuan komunikasi matematika, ternyata dari 28 siswa hampir semuanya

    belum memahami bagaimana menyelesaikan masalah dan menggunakan bahasa

    matematika yang benar. Hanya sedikit siswa yang mampu mengungkapkan dan

    mengkomunikasikan ide dan gagasan matematika ke dalam bentuk simbol dangambar. Selain itu sistematika penulisan jawaban juga belum tepat. Dari 28 siswa

    hanya 4 siswa mampu menjawab dengan penyelesaian yang benar.

    Peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa dapat dilakukan

    dengan mengadakan perubahan-perubahan dalam pembelajaran. Dalam hal ini,

    perlu dirancang suatu pembelajaran yang membiasakan siswa untuk

    menyampaikan pemikirannya baik dengan guru, teman maupun yang orang lain.

    Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan

    komunikasi matematika siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran

    yang tepat.

    Model pembelajaran yang sebaiknya diterapkan adalah modelpembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

    mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga siswa lebih mudah untuk

    memahami konsep-konsep yang diajarkan dan mengkomunikasikan ide-idenya

    dalam bentuk lisan maupun tulisan. Salah satu alternatif untuk mendukung hal

    tersebut adalah dengan menerapkan model Reciprocal Teaching. Menurut

    Trianto (2007:96)Reciprocal Teachingterutama dikembangkan untuk membantu

    guru menggunakan dialog-dialog belajar yang bersifat kerjasama untuk

    mengajarkan pemahaman bacaan secara mandiri di kelas. Melalui pengajaran

    terbalik siswa diajarkan empat strategi pemahaman pengaturan diri spesifik yaitu

    perangkuman, pengajuan pertanyaan, pengklarifikasian dan prediksi.Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk

    mengadakan suatu penelitian yang berjudul Pengaruh Model Reciprocal

    Teaching terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas XI SMA

    Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016.

    Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

    model Reciprocal Teaching terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa

    kelas XI SMA Negeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016.

    Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat : (1) Meningkatkan

    aktivitas kegiatan belajar siswa dan keaktifan siswa dalam pembelajaran serta

    meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa; (2) dapat dijadikansebagai informasi dan masukan dalam pembelajaran matematika dengan

  • 7/23/2019 Artikel Ilmiah eva ok.pdf

    4/13

    4

    penggunaan model Reciprocal Teaching atau pengajaran terbalik; (3) Bagi

    sekolah, dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam usaha perbaikan

    pembelajaran khususnya pada pembelajaran matematika; (4) Bagi peneliti, dapatmenambah wawasan, pengetahuan serta memperoleh pengalaman secara

    langsung dalam menerapkan model Reciprocal Teaching untuk meningkatkan

    kemampuan komunikasi matematika siswa.

    DASAR TEORI

    Berikut ini adalah beberapa deskripsi teori yang digunakan dalam

    penelitian ini. Beberapa teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

    a. Pengaruh, dalam hal ini artinya kemampuan komunikasi matematika

    siswa setelah diterapkannya model Reciprocal Teaching lebih baik darikemampuan komunikasi metematika siswa yang tidak menggunakan

    model Reciprocal Teaching.

    b. Model Reciprocal Teachingadalah model pembelajaran yang memiliki

    manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai melalui kegiatan belajar

    mandiri, yang menerapkan empat strategi pemahaman mandiri yaitu

    perangkuman, menyusun pertanyaan serta menyelesaikannnya,

    pengklarifikasian dan prediksi. Masing-masing strategi tersebut dapat

    membantu siswa membangun pemahaman terhadap apa yang sedang

    dipelajari.

    c.

    Kemampuan Komunikasi Matematika adalah kemampuan ataukecakapan siswa dalam menyampaikan informasi, mengkomunikasikan

    gagasan dan mengekspresikan ide-ide matematika, situasi antara lain

    melalui lisan maupun secara tertulis.

    Tabel 1

    Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematika

    Skor Menulis(Written Text) Menggambar (Drawing) Ekspresi Matematika

    (Mathematical

    Exspression)

    0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak memahami

    konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa

    1 Hanya sedikit dari

    penjelasan yang benar

    Hanya sedikit dari

    gambar, diagram, atau

    tabel yang benar

    Hanya sedikit dari

    model matematika

    yang benar

    2 Penjelasan secara

    matematis masuk akal

    namun hanya sebagian

    lengkap dan benar

    Melukiskan gambar,

    diagram, atau tabel

    namun kurang lengkap

    dan benar

    Membuat model

    matematika dengan

    benar, namun salah

    dalam mendapatkan

    solusi

  • 7/23/2019 Artikel Ilmiah eva ok.pdf

    5/13

    5

    3 Penjelasan secara masuk

    akal dan benar, meskipun

    tidak tersusun secara

    logis ataupun terdapat

    sedikit kesalahan bahasa

    Melukiskan gambar,

    diagram, atau tabel

    secara lengkap dan

    benar

    Membuat model

    matematika dengan

    benar, kemudian

    melakukan

    perhitungan atau

    mendapatkan solusi

    secara benar dan

    lengkap

    4 Penjelasan secara masuk

    akal dan jelas serta

    tersusun secara logis

    Skor Maksimal = 4 Skor Maksimal = 3 Skor Maksimal = 3

    (Sumber: Cai, Lane dan Jacobsin (dalam Putri, 2014:31))

    METODE PENELITIAN

    Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian ini adalah

    eksperimen. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah control group

    pretest-posttest design, menurut Arikunto (2010:126) digambarkan sebagai

    berikut :

    E O1 X O2

    K O3 O4Keterangan:

    E : Kelas eksperimen

    K : Kelas kontrol

    X : Perlakuan dengan menggunakan model Reciprocal Teaching

    01 dan 03 : Pre-test

    02dan 04 : Post-test

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA

    Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Sebagai sampel pada

    penelitian ini adalah kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen dan sebagai kelas

    kontrol adalah XI IPA 4.Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini

    adalah teknik tes. Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data

    kemampuan komunikasi matematika siswa dari kelas eksperimen dan kelas

    kontrol dengan memberikan skor kemampuan komunikasi matematika dari tiap

    butir soal tes. Tes dilakukan sebanyak dua kali pada masing-masing kelas, yaitu

    tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Tes awal digunakan untuk mengetahui

    kemampuan awal komunikasi matematika siswa pada kelas eksperimen dan

    kelas kontrol, sedangkan tes akhir diberikan untuk memperoleh data

    kemampuan komunikasi matematika siswa baik di kelas eksperimen maupun di

    kelas kontrol. Tes yang digunakan berbentuk uraian yang terdiri dari enam soaldengan materi Statistika.

  • 7/23/2019 Artikel Ilmiah eva ok.pdf

    6/13

    6

    TEKNIK ANALISIS DATALangkah-langkah teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah menentukan skor rata-rata dan simpangan baku, uji normalitas data, ujihomogenitas, dan pengujian hipotesis.

    HASIL DAN PEMBAHASANDalam proses penelitian yang dilaksanakan di kelas XI SMA Negeri 3

    Lubuklinggau ini peneliti menggunakan model Reciprocal Teaching dandilaksanakan pada statistika. Jumlah pertemuan yang dilakukan peneliti dalamkelas eksperimen di penelitian ini adalah sebanyak lima kali pertemuan, denganrincian satu pertemuan sebagai pre-test di awal penelitian, tiga pertemuanproses pembelajaran menggunakan model Reciprocal Teaching, dan satupertemuan sebagai pelaksanaanpost-testdi akhir pertemuan pembelajaran.

    Deskripsi Statistik Hasil PenelitianPre-test

    Pada pertemuan pertama dilakukan tes kemampuan awal (pre-test), pre-test ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal komunikasimatematika siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakanmodel Reciprocal Teaching dan konvensional pada kelas eksperimen dan kelaskontrol. Berdasarkan hasil perhitungan dapat dijabarkan bahwa dari 30 siswa kelaseksperimen yang mengikuti pre-test dengan perolehan skor terendah dan skortertinggi masing-masing adalah 4 dan 15. Sedangkan pada kelas kontrol dengan

    jumlah siswa yang mengikuti pre-test juga sebanyak 30 siswa. Perolehan skorterendah dan skor tertinggi adalah 3 dan 14.

    Post-testPost-testini diberikan pada pertemuan terakhir pada siswa dengan tujuan

    untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematika siswa setelah diberikanperlakuan pada kelas eksperimen dengan model Reciprocal Teaching untukkemudian dibandingkan dengan siswa kelas kontrol yang tidak mendapatperlakuan menggunakan model Reciprocal Teaching cdengan materi statistika.Berdasarkan perhitungan dapat dijabarkan bahwa pada kelas eksperimen yangmengikuti post-test sebanyak 30 siswa dengan perolehan skor terendah dan skortertinggi masing-masing adalah 10 dan 25. Sedangkan pada kelas kontrol dari 30siswa yang mengikutipost-test dengan memperoleh skor terendah dan skor tertinggiadalah 7 dan 23. Perbandingan kemampuan komunikasi matematika awal dan

    kemampuan komunikasi matematika akhir pada kelas eksperimen dan kelaskontrol dapat dilihat pada grafik 1:

    Grafik 1: Skor rata-rata hasil Pre-testdan Post-test

    9.27

    18.6

    7.8

    14.63

    0

    5

    10

    15

    20

    Pre-test Post-test

    Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

  • 7/23/2019 Artikel Ilmiah eva ok.pdf

    7/13

    7

    Analisis Inferensial Data Pre-test

    a. Uji Normalitas

    Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang didapatberdistribusi normal atau tidak. Dari hasil analisis menggunakan uji Chi-Kuadrat

    (2) didapatkan hasil data pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

    berdistribusi normal.

    b. Uji Homogenitas

    Setelah uji normalitas data, maka pengujian selanjutnya adalah uji

    homogenitas varians, uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah

    datapre-testkelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang homogen

    atau tidak. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa varians data Pre-testkelas

    eksperimen dan kelas kontrol tersebut adalah homogen.

    c. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

    Setelah uji normalitas dan uji homogenitas dilakukan, dan diperoleh

    kesimpulan bahwa data pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

    berdistribusi normal dan homogen, sehingga dengan demikian uji kesamaan dua

    rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk data pre-test dapat

    menggunakan uji-t. Dari hasil analisis dapat diambil kesimpulan bahwa hasil

    perhitungan uji kesamaan dua rata-rata hasil tes pre-testdiperoleh thitung= 1,96

    dengan ttabel= 2,000 karena thitung< ttabelmaka Hoditerima sehingga diperolehkesimpulan rata-rata skor kemampuan komunikasi matematika siswa kelas

    eksperimen sama dengan kelas kontrol.

    Analisis Inferensial Data Post-test

    a. Uji Normalitas

    Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang didapat

    berdistribusi normal atau tidak. Dari hasil analisis menggunakan uji Chi-Kuadrat

    (2) didapatkan hasil data post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

    berdistribusi normal.

    b.Uji Homogenitas

    Setelah uji normalitas data, maka pengujian selanjutnya adalah ujihomogenitas varians, uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah

    data post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang

    homogen atau tidak. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa varians data

    post-testkelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut adalah homogen.

    c. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

    Setelah uji normalitas dan uji homogenitas dilakukan, dan diperoleh

    kesimpulan bahwa data post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

    berdistribusi normal dan homogen, sehingga dengan demikian uji kesamaan dua

    rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk data post-test dapat

    menggunakan uji-t. Dari hasil analisis dapat diambil kesimpulan bahwa hasil

  • 7/23/2019 Artikel Ilmiah eva ok.pdf

    8/13

    8

    perhitungan uji kesamaan dua rata-rata hasil tes post-test diperoleh

    thitung= 4,22 dengan ttabel= 1,671 karena thitung>ttabelmaka Hoditolak dan Ha

    diterima. Dengan kata lain rata-rata skor kemampuan komunikasi matematika

    siswa kelas eksperimen lebih dari kelas kontrol. Sehingga hipotesis yang diajukan

    dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa

    ada pengaruh model Reciprocal Teaching terhadap kemampuan komunikasi

    matematika siswa kelas XI SMA Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

    2015/2016.

    PEMBAHASAN

    Pembelajaran dengan menggunakan model Reciprocal Teaching pada

    kelas eksperimen dilaksanakan setelah mengadakan uji coba instrumen, pre-test,

    setelah itu baru menginformasikan tentang pembelajaran dengan menggunakan

    model Reciprocal Teaching, dan peneliti juga menginformasikan materi yang

    akan diajarkan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model

    Reciprocal Teachingyaitu statistika.

    Berdasarkan analisis data pre-test siswa diperoleh bahwa kemampuan

    awal siswa relatif sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sedangkan

    hasil post-test siswa terdapat perbedaan kemampuan akhir antara kelas

    eksperimen dan kelas kontrol. Hasil perhitungan uji normalitas padapre-testdan

    post-test menunjukkan bahwa nilai 2 <

    2 hal ini menunjukkan

    bahwa data kedua kelas berdistribusi normal. Begitu juga dengan hasilperhitungan uji homogenitas, karena pada pre-test Fhitung< Ftabel, demikian juga

    pada post-test Fhitung < Ftabel, dengan demikian kedua varians pre-testdan post-

    test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen.

    Dengan menggunakan uji-t dengan taraf kepercayaan =0,05 dan dk =

    60. Pada perhitungan pre-test, thitung < ttabel maka Ho diterima, hal ini berartirata-rata skor kemampuan komunikasi matematika kelas eksperimen dan kelas

    kontrol adalah sama. Sedangkan hasil post-testdidapat thitung>ttabelsehinggaHo ditolak, hal ini berarti rata-rata skor kemampuan komunikasi matematika

    pada kelas eksperimen lebih dari kelas kontrol. Dengan kata lain ada pengaruh

    model Reciprocal Teaching terhadap kemampuan komunikasi matematika siswakelas XI SMA Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016.

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, siswa dengan pembelajaran

    menggunakan model Reciprocal Teaching lebih baik dalam kemampuan

    komunikasi matematika dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model

    konvensional. Sebab pembelajaran dengan model Reciprocal Teaching

    mempunyai prinsip yaitu sebuah pembelajaran yang menerapkan empat strategi

    yang mengarahkan siswa untuk mandiri, aktif dalam memahami suatu materi.

    Jadi dalam setiap pembelajaran yang berperan aktif adalah siswa.

    Pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen menggunakan model

    Reciprocal Teaching menemukan beberapa hambatan. Adanya perubahan cara

  • 7/23/2019 Artikel Ilmiah eva ok.pdf

    9/13

    9

    mengajar guru dirasakan siswa sebagai hal yang baru dan memerlukan

    penyesuaian terhadap empat macam strategi yang terdapat pada model

    Reciprocal Teachingdalam pokok bahasan Statistika yaitu merangkum, membuatpertanyaan, klarifikasi, dan prediksi.

    Pada pertemuan pertama, siswa merangkum mengenai intisari dan ide

    utama dari bahan bacaan yang telah diberikan. Kegiatan merangkum

    memperkuat pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari.

    Kemudian membuat pertanyaan dan menyelesaikannya, siswa diminta untuk

    membuat pertanyaan dan sekaligus mencari jawaban dari pertanyaan tersebut

    sehingga siswa mampu memperdalam pengetahuannya secara mandiri. Tetapi

    pada tahap ini ada beberapa anggota kelompok mengalami kesulitan dalam

    menggunakan bahasa yang akan dterapkan dalam membuat pertanyaan dan juga

    kesulitan dalam menyelesaikan pertanyaan. Kerjasama setiap anggota kelompok

    juga masih kurang.

    Setelah itu mengklarifikasi, dimana siswa menjelaskan atau mengambil

    langkah-langkah untuk mengklarifikasi mengenai bagian-bagian dari bacaan yang

    membingungkan. Kemampuan siswa dalam mengklarifikasi atau menjelaskan

    kembali materi ajar masih kurang hal ini terlihat dari cara siswa yang belum bisa

    menjelaskan dengan menggunakan bahasanya sendiri. Siswa yang ditunjuk untuk

    menjadi guru-siswa masih terlihat tidak berani dan kurang percaya diri untuk

    menyampaikan hasil pekerjaan kelompoknya. Hal ini disebabkan karena siswa

    belum terbiasa berbicara dihadapan teman dan guru demikian pula untuk

    kelompok yang menanggapi masih terlihat tidak berani untuk bertanya dan

    kurang percaya diri untuk mengeluarkan pendapatnya. Lalu prediksi, siswa diajak

    untuk melibatkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dahulu untuk

    digabungkan dengan informasi yang diperoleh dari bacaan yang dibaca untuk

    kemudian digunakan dalam mengimajinasikan kemungkinan yang akan

    diungkapkan dan diduga berdasarkan atas informasi yang dimilikinya.

    Pada pertemuan selanjutnya hambatan-hambatan yang terjadi saat

    proses pembelajaran perlahan-lahan mulai mengalami perubahan yang lebih

    baik. Siswa sudah dapat bekerjasama dengan baik antar anggota kelompok

    dalam melaksanakan empat strategi dan lebih aktif bertanya jika mengalami

    kesulitan dalam menyelesaikan masalah ataupun kurang dalam memahami

    materi. Siswa juga mulai berani dan percaya diri untuk berperan sebagai guru-

    siswa di depan kelas dan siswa yang lainnya mengemukakan pendapatnya.

    Pembelajaran yang diterapkan di kelas kontrol adalah pembelajaran

    konvensional. Pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana guru lebih

    mendominasi aktivitas pembelajaran sehingga siswa pasif dan hanya

    mendengarkan penjelasan materi dari guru.

    Setelah dilakukan pembelajaran pada kelas eksperimen dengan

    menggunakan model Reciprocal Teaching dan kelas kontrol dengan

    menggunakan pembelajaran konvensional, dilakukan tes akhir (post-test) yang

    berguna untuk mengukur kemampuan siswa.

  • 7/23/2019 Artikel Ilmiah eva ok.pdf

    10/13

    10

    Berikut ini adalah jawaban siswa yang menunjukkan kemampuan

    komunikasi matematika pada saat post-testsetelah diterapkan model Reciprocal

    Teachingdapat dilihat pada gambar 4.1.

  • 7/23/2019 Artikel Ilmiah eva ok.pdf

    11/13

    11

    Gambar 4.1 Jawabanpost-testkelas eksperimen

    Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa skor yang diperoleh siswa

    yaitu 25, yang berarti siswa menunjukkan kemampuan komunikasi matematika

    yang baik. Dimana siswa sudah mampu dalam menuliskan penjelasan dari

    jawaban permasalahannya secara jelas, serta tersusun secara logis, walaupun

    siswa masih kurang dalam menjabarkan pendapatnya terlihat pada soal nomor

    1b, 5a dan soal nomor 4 yang tidak selesai dalam pengerjaannya, siswa juga

    dapat melukiskan diagram, tabel secara lengkap dan benar pada soal nomor 1b,

    2, dan 5b, serta siswa mampu untuk memodelkan permasalahan secara benarkemudian melakukan perhitungan atau mendapatkan solusi secara benar

    terlihat pada soal nomor 3 tetapi soal pada nomor 6 siswa tidak selesai dalam

    pengerjaannya. Namun secara keseluruhan siswa telah mampu menyerap materi

    dengan baik.

    Perolehan skor rata-rata siswa sebelum dan sesudah pembelajaran

    dengan model Reciprocal Teaching, diketahui terdapat peningkatan kemampuan

    komunikasi matematika siswa sebesar pada kelas eksperimen 9,33. Data ini

    menunjukkan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas eksperimen lebih

    tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang hanya meningkat sebesar 6,83.

    Hal tersebut disebabkan karena pada penggunaan model Reciprocal Teaching,siswa dituntut untuk mandiri, lebih aktif dan kreatif dalam menerapkan empat

  • 7/23/2019 Artikel Ilmiah eva ok.pdf

    12/13

    12

    strategi yakni merangkum, membuat pertanyaan dan menyelesaikannya,

    mengklarifikasi dan prediksi. Siswa dituntut untuk berfikir dan bertukar pikiran

    dengan teman sekelompoknya sehingga terbentuk suatu pola kerjasama yangaktif.

    Hal ini sesuai dengan Ann Brown (dalam Trianto, 2007:96) yang

    mengatakan bahwa Reciprocal Teaching dimana guru mengajarkan siswa

    keterampilan-keterampilan kognitif penting dengan menciptakan pengalaman

    belajar, melalui pemodelan perilaku tertentu dan kemudian membantu siswa

    mengembangkan keterampilan tersebut atas usaha mereka sendiri dengan

    pemberian semangat, dan dukungan.

    Temuan ini sesuai dengan pernyataan Cai, Lane dan Jacobsin (dalam

    Fachrurazi, 2011:81) yang menyatakan bahwa ada tiga indikator kemampuan

    komunikasi dalam matematika, yaitu yang meliputi : (1) menulis matematika; (2)menggambar secara matematika; (3) ekspresi matematika. Adanya pelaksanaan

    pembelajaran dengan model Reciprocal Teaching ini mampu meningkatkan

    kemampuan komunikasi matematika siswa. Hal ini dikarenakan empat strategi

    pembelajaran pada model Reciprocal Teachingmengarahkan siswa untuk belajar

    mandiri dan aktif dalam memahami materi serta memberikan kesempatan pada

    siswa untuk menggunakan pengetahuan yang sudah dimilikinya, sehingga

    penggunaan model Reciprocal Teaching dapat berpengaruh terhadap

    kemampuan komunikasi matematika siswa.

    SIMPULAN DAN SARAN

    Simpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

    ada pengaruh penggunaan model Reciprocal Teaaching terhadap kemampuan

    komunikasi matematika siswa kelas XI SMA Negeri 3 Lubuklinggau. Hal ini terlihat

    dari hasil post-test diperoleh thitung = 4,22 dengan ttabel = 1,671, karena nilai

    thitung > ttabel maka Ho ditolak. Rata-rata skor kemampuan komunikasi

    matematika siswa kelas eksperimen sebesar 18,60 dan kelas kontrol sebesar

    14,63.

    Saran

    Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, maka peneliti

    menyampaikan saran-saran kepada pihak terkait, yaitu sebagai berikut :

    1. Penggunaan model Reciprocal Teachingdapat dijadikan salah satu alternatif

    bagi guru untuk membuat siswa lebih aktif dalam proses kegiatan belajar

    dan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.

    2. Melalui model ini dapat dijadikan masukan untuk guru dalam mengetahui

    model-model pembelajaran yang bervariasi dan menarik sehingga dapat

    dipahami dengan baik oleh siswa..

    3. Model Reciprocal Teaching memerlukan waktu yang relatif lama dalam

    proses pembelajarannya karena memiliki strategi yang sudah ditentukan,

  • 7/23/2019 Artikel Ilmiah eva ok.pdf

    13/13

    13

    sehingga disarankan untuk melakukan persiapan yang matang dan

    mempertimbangkan pengalokasian waktu.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta.

    Fachrurazi, 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk

    Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis

    Siswa Sekolah Dasar. [online].http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf.

    [27 Maret 2015]

    Fahradina, N. 2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan

    Kemandirian Belajar Siswa SMP dengan Menggunakan Model Investigasi

    Kelompok.Jurnal Didaktik Matematika. Vol. 1 No. 1 (hal. 54-64).

    Mahmudi, A. 2009. Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal

    MIPMIPA UNHALU. Vol. 8 No.1 (hal. 1-9).

    Putri, Erfiza N. 2014. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif (Active

    Learning) Tipe Point Counterpoint dengan Pendekatan Keterampilan

    Proses terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP Negeri

    3 Pekanbaru. [online]. http://repository.uin-suska.ac.id/2094/. [28 Maret

    2015]

    Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

    Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

    Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta.

    Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

    Suherman, E. 1993. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta:

    Depdikbud.

    Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivisme.Jakarta: Prestasi Pustaka.

    Walle, J. A. 2002. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah.Jakarta: Erlangga.