aspek kinesiologi pada pelari sprint-libre

Upload: rafi-faisal-hakim

Post on 24-Feb-2018

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Aspek Kinesiologi Pada Pelari Sprint-libre

    1/17

    ASPEK KINESIOLOGI PADA PELARI SPRINT

    Akhmad Alfajri AminDari Magister Fisiologi Olahraga Konsentrasi Fisioterapi, Program Pasca Sarjana,

    Universtitas Udayana, Denpasar, Indonesia, 2014.

    PENDAHULUAN

    Kinesiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang gerak, secara khusus mempelajari

    gerakan saat individu melakukan aktifitas fisik (Newell, 1990). Kinesiologi meliputi tiga aspek

    keilmuan yakni fisiologi, biomekanik dan anatomi. Secara fisiologis tubuh akan merespon ketika

    individu beraktifitas fisik. Respon tersebut terjadi pada sistem musculoskeletal, kardiorespirasi,

    thermolegulasi, serta sistem metabolisme. Ketiga sistem tersebut akan berusaha

    menyeimbangkan tubuh saat melakukan aktifitas fisik. Aktifitas fisik atau olahraga akan

    meningkatkan frekuensi gerak pada musculoskeletal salah satu contohnya adalah pelari sprint.

    Sprint merupakan olahraga yang sifatnya membutuhkan kekuatan, kelincahan, dan kecepatan.

    Lari sprint juga merupakan salah satu cabang olahraga atletik yang terdiri dari jarak lari 60 meter

    sampai 400 meter (Sidik, 2013). Kekuatan, kelincahan dan kecepatan pada pelari sprint di

    dominasi oleh anggota gerak tubuh bagian bawah (AGB). Gerakan yang terjadi pada AGB saat

    sprint sangatlah kompleks, meliputi dua komponen yakni, besar panjang langkah serta frekuensi

    langkah yang dilakukan oleh pelari tersebut. Kedua komponen tersebut akan menjadi faktor

    penentu dari kecepatan yang dihasilkan pada saat berlari. Untuk meningkatkan hasil yang

    maksimal dari kecepatan pada pelari sprint maka perlu adanya pembahasan tentang analisa lebih

    mendalam mengenai aspek fisiologi, anatomi, kinesiologi, serta biomekanik.

    PEMBAHASAN

    1. Fisiologi Otot, Jenis Serabut Otot, mekanisme kontraksi otot dan Tipe Kontraksi pada

    Otot Rangka.

    Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh manusia yang berfungsi sebagai alat

    penggerak suatu organisme maupun pergerakan dari organ dalam organisme tersebut. Pada

    otot rangka (musculoskeletal), otot berfungsi sebagai penggerak tulang yang membentuk

    komponen persendian. Struktur otot rangka berbeda dengan otot-otot yang ada pada jaringan

  • 7/25/2019 Aspek Kinesiologi Pada Pelari Sprint-libre

    2/17

    lain di dalam tubuh. Hampir seluruh Otot rangka ber-origo dan ber-insertio di tendon, serta

    serabut otot tersusun sejajar diantara ujung tendon sehingga daya kontraksi di setiap unit

    akan saling menguatkan. Setiap serabut otot merupakan sel tunggal yang berinti banyak,

    memanjang, silindrik dan diliputi oleh membran sel yang dimanakan sarkolema. Diantara

    sel-selnya tidak memiliki jembatan sinistium berbeda dengan otot jantung dan otot polos

    yang memiliki jembatan sinistium diantara sel-selnya. Serabut otot tersusun atas miofibril

    yang terbagi menjadi filamen. Filamen-filamen ini tersusun dari protein-protein kontraktil.

    Otot rangka sendiri merupakan Voluntary Muscle memiliki desain yang efektif

    untuk pergerakan yang spontan dan membutuhkan tenaga besar. Otot ini mudah lelah, yang

    disebabkan oleh penumpukan asam laktat pada sel-selnya. Pergerakan otot rangka berasal

    dari sinyal motorik yang berasal dari otak dan bersifat sadar (bukan refleks). Otot ini terdapat

    pada hampir keseluruhan tubuh bagian manusia. Pada manusia sebagian besar otot

    mengandung campuran dari ketiga jenis serabut (Gambar.1.), persentase masing-masing tipe

    ditentukan oleh jenis aktifitas yang dilakukan oleh otot yang bersangkutan. Karena itu di otot

    - otot yang khusus untuk melakukan kontraksi intensitas rendah jangka panjang tanpa

    mengalami kelelahan. Misalnya otot di punggung dan tungkai yang menopang berat tubuh

    terhadap gravitasi, ditemukan banyak serabut otot yang beroksidatif lambat. Sedangkan serat

    glikolitik cepat banyak ditemukan di otot-otot lengan, yang beradaptasi untuk melakukan

    gerak cepat dan kuat, misalnya mengangkat benda berat.

    Gambar.1. Jenis Serabut pada Otot Rangka (Sherwood, 2009)

  • 7/25/2019 Aspek Kinesiologi Pada Pelari Sprint-libre

    3/17

    Individu atlet yang memiliki serabut otot tipe glikolitik cepat dari genetik sangat tepat

    diarahkan untuk mengikuti cabang olahraga atletik yang diharuskan kecepatan, dan power

    yang kuat seperti sprint, lompat jauh, dan lainnya. Sebaliknya individu atlet yang secara

    genetik memiliki serabut otot oksidatif lambat, akan lebih berhasil jika diarahkan dalam

    aktifitas yang memerlukan daya tahan (endurance) misalnya marathon. Walaupun secara

    genetik memiliki perbedaan dalam serabut otot namun dengan perubahan aktifitas latihan

    mempengaruhi perubahan serabut otot. Pada tahun 1972 Gollnick et al, meneliti tentang

    aktifitas dan komposisi serat dalam otot rangka laki-laki yang terlatih dan yang tak terlatih

    dengan cara mengambil sample inti sel dari otot vastus lateralis dan deltoid menggunakan

    metode pengambilan inti sel tersebut dengan needle biopsy technique. Dan ditemukan bahwa

    komposisi serabut otot pada laki-laki yang tidak terlatih lebih banyak mengandung serabut

    otot berserat putih / fast twitch (FT) dibandingkan otot berserat merah / slow twitch (ST),

    sedangkan pada laki-laki yang terlatih / atlet memiliki kandungan serabut otot merah / slow

    twitch (ST) lebih banyak dibandingkan kandungan serabut otot putihnya / fast twitch (FT)

    lihat pada gambar.2 di bawah ini.

    Gambar.2. Sample jenis serabut otot dari otot vastus lateralis. Bagian atas

    menerangkan gambar mikroskopis dari PAS (Periodic Acid-Schiff) stain untuk

    glycogen dan bagian bawah merupakan gambar mikroskopis dari Myosin ATPase.

    (A)&(B) merupakan sample dari subject laki2 yang tidak terlatih usia setengah

    baya.(C)&(D) Merupakan sample dari atlet pelari jarak sedang. (E)&(F)

    merupakan sample dari subject laki2 yang tidak terlatih usia muda. Terakhir

    (G)&(H) sample dari pelari marathon (Gollnick, 1972).

  • 7/25/2019 Aspek Kinesiologi Pada Pelari Sprint-libre

    4/17

    Menurut Morgan et al (1971) Serabut otot tipe glikolitik cepat dapat diubah menjadi

    serabut tipe oksidatif cepat bergantung dari jenis latihan dan intensitas selama aktifitas

    latihan, Hal tersebut akan berubah secara bertahap. Namun kecepatan kontraksi serabut

    lambat dan cepat tidak dapat berubah meskipun latihan dapat memicu perubahan metabolik

    (merubah daya tahan) karena kecepatan kontraksi itu dihasilkan dari neuron motorik yg

    menginervasi serabut otot tersebut (Sherwood, 2009). Pada serabut otot tipe kontraksi lambat

    neuron mototrik yang menginervasi serabut ototnya memperlihatkan pola aktifitas listrik

    frekuensi yang rendah. Sebaliknya pada tipe kontraksi cepat neuron motoriknya berkerja

    secara cepat dengan memperlihatkan letupan-letupan listrik yang cepat intermiten.

    Berkontraksinya serabut otot pada otot rangka merupakan suatu akibat dari adanya

    potensial aksi / daya rangsangan motorik dari saraf yang menginervasi serabut otot tersebut.

    Ganong (2003) menjelaskan mekanisme terjadinya suatu kontraksi pada otot rangka secara

    ringkas dan mudah, penjelasannya dibagi 6 proses yakni ;

    a. Aksi pontensial pada neuron sehingga terjadi pelepasan Ach.

    b. Terbentuknya Potensial end Plate

    c. Tercetusnya potensial aksi pada serabut otot

    d. Pelepasan Ca 2+ dari sisterna terminal reticulum sarkoplasmik serta difusi Ca 2+

    ke filament tebal dan filament tipis

    e. Peningkatan Ca 2+ oleh topomin C, membuka tempat pengikatan myosin actin

    f. Pembentukan cross link antara actin dan myosin dan pergeseran filament tipis

    pada filament tebal (pemendekan otot).

    Ganong (2003) juga membagi menjadi 3 proses mekanisme relaksasi otot rangka, 3

    proses tersebut yakni ;

    a. Ca2+ dipompa kembali ke dalam retikulum sarkoplasma.

    b. Pelepasan Ca2+ dari troponin.

    c. Penghetian interaksi antara aktin dan miosin.

    Dari mekanisme kontraksi dan relaksasi pada otot rangka, secara singkat dapat

    disimpulkan bahwa aksi tersebut terjadi pada actin dan myosin. Terjadinya aksi tersebut tidak

    luput dari peran energi yang digunakan myosin untuk menarik actin dan melepas actin,

    Adenosin Trifosfat (ATP) merupakan sejenis gula yang telah diproses secara kimia didalam

  • 7/25/2019 Aspek Kinesiologi Pada Pelari Sprint-libre

    5/17

    tubuh yang menjadi sumber energi utama pada proses mekanisme kontraksi otot. Namun dari

    penjelasan mekanisme kontraksi otot tersebut belum dapat diketahui seperti apa tipe kerja

    otot yang ada pada otot rangka. Tipe kerja / kontraksi otot rangka terbagi dalam beberapa tipe

    yakni ;

    a. Concentric adalah kontraksi dimana otot memendek dan tonus otot

    meningkat.

    b. Eccentric adalah kontraksi dimana otot memanjang dan tonus otot meningkat.

    c. Isotonic adalah dimana otot memendek namun tonus dalam otot masih sama.

    Misalnya gerakan fleksi-ekstensi elbow joint.

    d. Isometric adalah dimana panjang otot tidak megalami perubahan namun

    ketegangan dalam otot meningkat. Misalnya seperti gerakan mendorong

    tembok.

    e. Isodynamic merupakan bagian dari concentric, adalah otot menjadi memendek

    (sebagian) dan tegangan / beban kerja dalam tonus otot masih sama. Misalnya

    memegang dumbbell 2kg dengan posisi fleksi shoulder dan menggerakan

    dumbbell sejajar dengan garis horizontal.

    f. Allodynamic merupakan bagian dari concentric, adalah otot berkontraksi

    memendek dan tonus otot mengalami perbedaan sejak awalan sampai dengan

    akhir gerakan. Misalnya mengangkat dumbbell 2kg dengan tangan degan cara

    melawan gravitasi.

  • 7/25/2019 Aspek Kinesiologi Pada Pelari Sprint-libre

    6/17

    2. Anatomi Dasar Anggota Gerak Bawah (AGB).

    Anatomi pada anggota gerak tubuh bagian bawah meliputi otot dan tulang. Otot-otot

    yang berkerja pada olahraga sprint yakni; pada area hip bagian anterior terdapat otot iliacus,

    otot psoas major dan otot sartorius. Pada bagian posterior hip terdapat otot gluteal terdiridari dua otot yakni gluteus maximus, dan gluteus minimus. Sedangkan pada area knee bagian

    anteriornya terdapat otot quardiceps yang terdiri dari rectus femoris, vastus lateralis,

    medialis, dan intermedius. Dan bagian posteriornya ada otot hamstring yang terdiri dari

    biceps femoris, semimembranosus, dan semitendinosus. Serta yang terakhir pada area ankle,

    terdapat dua bagian otot pada area ankle yakni area posterior yang terdiri dari otot

    gastrocnemius dan soleus. Dan pada bagian anteriornya terdapat otot tibialis anterior. Lebih

    jelasnya terlihat pada gambar dibawah ini.

    A

    BC

    Gambar.3. (A) Otot-otot pada area hip bagian anterior dan posterior. (B) Otot-otot area

    knee pada bagian anterior dan posterior. (C) otot-otot area ankle pada bagian anterior

    dan posterior (Putz dan Pabst, 2007).

  • 7/25/2019 Aspek Kinesiologi Pada Pelari Sprint-libre

    7/17

    Sedangkan pada sistem skeletal, AGB terbentuk dari tulang Coxae, Femur, Tibia,

    Fibula, Patella, serta talus, calcaneus, tarsal, dan metatarsal. Tulang tersebut membentuk satu

    kesatuan yang melibatkan semuanya pada saat berlari. Agar lebih jelas lihat pada gambar

    berikut ini.

    3. Gerakan pada saat berlari pada perlari sprint.

    Lari sprint merupakan jenis lari yang dilakukan dengan kecepatan tinggi dan

    menempuh jarak pendek (Sidik, 2013). Untuk mencapai kecepatan tinggi saat berlari dalam

    jarak yang pendek haruslah mengikuti teknik atau tatacara lari cepat yang baik. Teknik

    berlari cepat pada sprint terdapat dua komponen yang mendukung kecepatan rata-ratanya

    (average velocity) yakni panjang langkah (stride length) dan frekuensi langkah (stride

    frequency).

    a. Panjang Langkah (Stride length)

    Stride length atau panjang langkah merupakan kemampuan kecepatan

    individu yang dapat diukur dari seberapa besar jarak yang dihasilkan dalam satu

    Gambar.4. komponen skeletal pada Anggota Gerak Bawah AGB (Putz dan Pabst, 2007).

  • 7/25/2019 Aspek Kinesiologi Pada Pelari Sprint-libre

    8/17

    kali melangkah. Fletcher (2009) membagi tiga fase pada stride length (gambar.3.)

    saat berlari pada pelari sprint yang menjadi pendukung hasil average velocity, tiga

    fase tersebut yakni : driving phase, support phase, dan flight phase.

    Driving phase (gambar.5.3) adalah fase dimana jarak horizontal Center of

    Gravity (CoG) tubuh berada didepan kaki saat kaki akan take off. Flight phase

    (gambar.5.2) adalah fase dimana jarak horizontal CoG tubuh berada dalam posisi

    di udara. Dan yang terakhir support phase (gambar.5.1) adalah fase dimana ujung

    kaki yang menapak/menjadi support berada didepan dari jarak horizontal CoG

    tubuh (Blazevich, 2007). Kecepatan waktu dalam berlari pada pelari sprint

    bergantung dari gerakan proyektil yang dihasilkan saat flight phase atau fase

    melayang di udara saat kaki tidak menyentuh tanah, karena hal tersebut

    mempengaruhi sebarapa besar jarak yang dihasilkan sehingga efisiensi waktu

    lebih sedikit dan menghasilkan jarak yang maksimum. Namun untuk

    menghasilkan jarak flight phase yang maksimum maka bergantung dari tiga faktor

    penting, yang pertama yakni pengaturan sudut saat take off waktu drive phase,

    kedua tahanan udara (air resistance), dan ketiga adalah ketinggian yang

    Gambar.5.Komponen Stride length (1) Support Phase (2) Flight phase

    dan (3) Drive Phase (Fletcher, 2009).

    1 2 3

  • 7/25/2019 Aspek Kinesiologi Pada Pelari Sprint-libre

    9/17

    dilepaskan saat take off (height release), sehingga akan menghasilkan momentum

    langkah yang panjang. Ketiga faktor tersebut melibatkan komponen flexibility

    serta kekuaatan dari otot dan persendian. Pada drive phase di tungkai kanan

    (gambar.5.3), area hip terjadi gerakan extension bahkan hyperextension pada

    beberapa atlet. Otot yang bekerja pada gerakan hip extension adalah otot Gluteal

    (Gluteus Maximus, dan Gluteus Minimus). Dan pada area knee juga dalam posisi

    extension otot yang berkerja untuk gerakan extension pada knee adalah Otot

    Quardiceps (Rectus Femoris, Vastus Lateralis, Medialis, dan Intermedius).

    Sedangkan pada ankle terjadi gerakan plantar flexi yang digerakan oleh otot

    Gastrocnemius sehingga menghasilkan CoG tubuh berpindah kedepan menjauhi

    ujung kaki saat take off.

    Kontraksi otot gastrocnemius pada gerakan plantar flexi mendorong tubuh

    ke atas sehingga tungkai tidak menyentuh permukaan tanah (flight phase) lihat

    gambar.5.2. dan terjadi fase landing / kaki menyentuh permukaan tanah (support

    phase) pada tungkai kirinya (gambar.5.1). Lalu tungkai kanan khususnya pada hip

    joint akan terjadi gerakan rotasi kearah depan sampai terjadinya gerakan hip

    flexion yang digerakan oleh otot iliacus, otot psoas major dan otot sartorius, dan

    pada knee joint akan terjadi gerakan flexi yang digerakan oleh otot hamstring

    (biceps femoris, semimembranosus, dan semitendinosus), serta ankle terjadi

    gerakan dorsi flexi yang digerakan oleh otot tibialis anterior. Perubahan gerakan

    pada tungkai kanan tersebut dinamai recovery phase. Gerakan melangkah yang

    berulang-ulang secara bergantian antara tungkai kanan dan kiri saat menumpu

    (stance) dan melayang (swing) terjadi dalam hitungan millisecond (ms) saja dan

    disebut siklus melangkah (gait cycle), dan hal tersebut merupakan pemeriksaan

    mendasar dalam menganalisa pada gerakan melangkah pada tungkai / gait

    analysis.

    Pada saat sprint, posisi tinggi derajat pada persedian, serta variasi waktu

    saat tungkai dalam kondisi menyentuh permukaan tanah (stance) dan melayang di

    udara (swing) sangatlah berbeda dengan aktifitas berjalan dan lari biasa.

    Novacheck (1998) melakukan review paper untuk meganalisa gerakan melangkah

  • 7/25/2019 Aspek Kinesiologi Pada Pelari Sprint-libre

    10/17

    pada manusia dalam keadaan berjalan, berlari dan sprint. Hasil review paper dari

    Novacheck dapat dilihat pada gambar berikut :

    Terlihat pada gambar.6.a. IC merupakan gerakan dimana tumit kaki kanan

    dan ujung jari kaki kiri menyentuh permukaan tanah. LR merupakan gerakan

    dimana telapak kaki kanan menyentuh semua dasar permukaan tanah dan ujung

    jari kaki kiri bersiap untuk menjauh dari permukaan tanah. MST merupakan

    gerakan dimana telapak kaki kanan masih menyentuh semua dasar permukaan

    tanah dan sejajar dengan garis tengah tubuh (CoG) namun ujung jari kaki kiri

    Gambar.6. Siklus Melangkah (gait cycle). (a) gerakan dasar saat berjalan (b) siklus

    melangkah saat berjalan : *IC, Initial Contac; LR, Loading Response; *TO, Toe off; MS,

    Mid Stance; TS, Terminal Stance; PS, Pre Swing; IS, Initial Swing; MS, Mid Swing; TS,

    Terminal Swing. (c) Gerakan dasar saat berlari : 1) Stance Phase Absorption, 2) Stance

    Phase Generation, 3) Swing Phase Generation, 4) Swing Phase Reversal, dan 5) Swing

    Phase Absorption (d) siklus melangkah saat berlari : *untuk berlari dan sprint ; IC, Initial

    Contac; TO, Toe off; StR, Stance phase Reversal; SwR, Swing Phase Reversal;

    Absorption, from SwR Trough IC to StR; Generation, from StR Trough TO to SwR.

    (Novacheck, 1998).

  • 7/25/2019 Aspek Kinesiologi Pada Pelari Sprint-libre

    11/17

    tidak menyentuh permukaan tanah. TST merupakan gerakan akhir dari kaki kanan

    yang menjadi tumpuan (stance) tubuh, dan bersiap kaki kiri yang menjadi

    tumpuan tubuh, yang sebelumnya pada kaki kiri tidak menyentuh permukaan

    tanah (swing). PS merupakan gerakan dimana kaki kanan (ujung jari kaki kanan)

    bersiap untuk menjauh dari permukaan tanah dan kaki kiri (tumit) menyentuh

    permukaan tanah (stance). ISW merupakan gerakan dimana kaki kanan (ujung

    jari kaki kanan) sudah tidak menyentuh permukaan tanah dan kaki kiri berada

    dalm posisi menumpu sejajar dengan CoG. MSW merupakan gerakan dimana

    kaki kanan berada ditengah-tengah antara akan menumpu dan tidak menumpu.

    Dan TSW merupakan gerakan terakhir dari kaki kanan dalam keadaan swing lalu

    terjadi gerakan IC lagi, dan seterusnya akan begitu sehingga menjadi sebuah

    siklus melangkah / gait cycle.

    Sedangkan pada berlari dan sprint gerakannya lebih efisien, karena hanya

    terdapat 5 gerakan saja (gambar.6.b) sehingga mampu lebih cepat dalam

    menempuh jarak yang sama. Hal tersebut dapat dihitung dengan cara berapa lama

    waktu yang dibutuhkan saat kaki menumpu permukaan tanah (stance) dan berapa

    lama waktu yang dibutuhkan saat kaki tidak menumpu dengan permukaan tanah

    (swing) lihat pada gambar.7 dibawah ini.

    Gambar.7. Tolak ukur kecepatan dari gerakan antara berjalan, berlari

    dan sprint dalam Gait Cycle (Novacheck, 1998).

  • 7/25/2019 Aspek Kinesiologi Pada Pelari Sprint-libre

    12/17

    Gambar.7. menjelaskan bahwa dalam waktu 2.0 detik berjalan hanya

    mampu menghasilkan 1.2 meter, berlari menghasilkan 3.2 meter dalam 1.3 detik,

    sprint menghasilkan jarak tempuh sekitar 3.9 meter dalam waktu 1.2 detik bahkan

    pelari sprint yang sudah terlatih mampu menghasilkan jarak tempuh sekitar 9.0

    meter dalam waktu 1.1 detik saja. Hal tersebut dikarenakan proses gait cycle pada

    berjalan membutuhkan proses yang lebih lama pada saat menumpu (stance) yaitu

    sekitar 62% untuk kaki kanan dan kirinya. Dan saat swing nya relative lebih cepat

    yakni sekitar 38% dari gait cycle. berbeda pada berlari dan sprint yang hanya

    membutuhkan proses stance pada gait cycle nya sekitar 39%, 36% dan 20% dan

    proses swing pada gait cycle nya lebih lama yakni sekitar 61%, 64% dan 80%.

    Sehingga demikian untuk meningkatkan jarak tempuh yang lebih jauh proses

    stance pada gait cycle dapat dipercepat.

    Selain perbedaan jarak tempuh dan waktu antara berjalan, berlari dan

    sprint terdapat perbedaan posisi tinggi derajat pada persedian hip, knee, dan ankle

    joint. Perbedaan posisi tinggi terjadi pada gerakan flexion dan extension pada hip,

    knee, dan ankle. Pada saat berjalan tinggi derajat hip flexion sekitar 35 dan hip

    extension sekitar 5-7. Pada berlari derajat hip flexion sekitar 55 dan hip

    extension sekitar 7-10. Sedangkan pada sprint derajat pada hip flexion sekitar

    65 dan hip extension sekitar 10 bahkan cendrung hyperextension (gambar.8)

    dan pada area knee joint, pada saat berjalan tingkat derajat yang di hasilkan pada

    knee flexion sekitar 60 dan saat extension sekitar 15. Pada saat berlari

    meningkat menjadi 90 pada knee flexion dan knee extension sekitar 25.

    Sedangkan pada saat sprint terjadi peningkatan lagi sekitar 110 pada knee flexion

    dan extension lebih rendah dibandingkan saat berlari yakni sekitar 20 (gambar.8).

    Lain hal pada area ankle joint yang terjadi gerakan dorsi flexion dan plantar

    flexion, terdapat nilai 10 pada saat dorsi flexion dan plantar flexion sekitar -10

    pada saat berjalan. dan terjadi perubahan saat dalam kondisi berlari pada dorsi

    flexion terdapat nilai 30 dan plantar flexion -20. Dan yang terakhir pada saat

    kondisi sprint dorsi flexion mengalami efisiensi gerakan yakni sekitar 20 saja.

  • 7/25/2019 Aspek Kinesiologi Pada Pelari Sprint-libre

    13/17

    Dan saat plantar flexion juga terjadi efisiensi gerakan dengan hasil 15

    (gambar.8).

    b. Frekuensi langkah (stride frequency).

    Selain panjang langkah (stride length) pada pelari sprint, frekuensi

    langkah (stride frequency) dari pelari sprint juga mempengaruhi faktor kecepatan

    rata-rata (velocity average). Frekuensi langkah adalah jumlah langkah yang dibuat

    pelari dalam waktu tertentu, yang ditentukan oleh seberapa lama waktu tempuh

    untuk menyelesaikan satu langkah, semakin lama waktu perputaran kaki untuk

    menghasilkan langkah maka semakin sedikit langkah yang dibuat dalam waktu

    tertentu, dan sebaliknya. Kecepatan berlari yang efisien, memerlukan gerakan

    yang lebih efisien juga. Perputaran langkah tungkai (gait cycle) sangat berkaitan

    dengan frekuensi langkah (stride frequency) saat berlari pada pelari sprint, karena

    keduanya berpatokan dengan waktu. Semakin pelari tersebut melangkah dengan

    cepat maka proses stance dan proses swing juga akan menjadi lebih cepat (lihat

    Gambar.8. Perbedaan tinggi derajat saat berjalan, berlari, dan sprint

    pada hip joint, knee joint, dan ankle joint movement. (Novacheck, 1998).

  • 7/25/2019 Aspek Kinesiologi Pada Pelari Sprint-libre

    14/17

    gambar.7). Mudahnya akan saya jelaskan dalam contoh terkait stride length dan

    stride frequency sebagai berikut :

    Jika panjang langkah (stride length) pada pelari sprint A dapat

    menghasilkan 2,5 meter dalam sekali langkah dan dia mampu melakukan 2 kali

    melangkah (stride frequency) dalam 1 detiknya maka akan menghasilkan 5 meter.

    Dan pelari sprint B dapat menghasilkan 2 meter dalam sekali langkah dan dia

    hanya mampu 2 kali melangkah persatu detiknya, maka jika ditotal pelari sprint B

    hanya bisa menghasilkan 4 meter dalam 1 detiknya. Dari perumpamaan tersebut

    pelari sprint B mendapat selisih 1 meter dari pelari sprint A maka untuk

    menyamakan atau untuk mengalahkan pelari sprint A, pelari sprint B harus

    meningkatkan frekuensi langkahnya sekitar 3 kali atau 4 kali melangkah dalam 1

    detiknya agar mampu meningkatkan jarak tempuh dalam waktu yang sama.

    Sehingga pelari sprint B menghasilkan kecepatan 6m/d bahkan 8m/d dan jauh

    lebih cepat dibandingkan pelari sprint A.

    4. Analisis Jenis Kontraksi otot pada gerakan pelari sprint.

    Setelah beberapa penjelasan dari paragraph sebelumnya mengenai fisiologi otot,

    beberapa fase dalam sprint, perbandingan pelari sprint dengan aktifitas berlari biasa dan

    berjalan, serta membahas bagaimana cara meningkatkan kecepatan rata-rata dengan cara

    meningkatkan frekuensi langkah dalam sprint, maka perlu kita ketahui jenis kontraksi otot

    yang seperti apa yang dipakai pada tiap fase atau gerakan pada pelari sprint saat berlari.

    Karena sudah tentu dari perbedaan gerakan yang dihasilkan akan menghasilkan jenis

    kontraksi otot yang berbeda pula. Nanti disini akan dijelaskan jenis kontraksi otot tiap

    gerakan yang dianalisa dari beberapa bagian komponen tubuh yakni Anggota Gerak Atas

    (AGA) dan Anggota Gerak Bawah (AGB).

    Rumus :V= SL x SF

    V = Velocity / kecepatan.

    SL = Stride Length.

    SF = Stride Fre uenc .

    Gambar.9. Rumus Kecepatan Rata-Rata / Velocity Average.

  • 7/25/2019 Aspek Kinesiologi Pada Pelari Sprint-libre

    15/17

    Pada gambar.5 yakni support phase, flight phase dan drive phase merupakan gerakan

    pada pelari sprint maka bisa terlihat jelas otot-otot yang berkerja mulai dari leher yang

    mempertahankan posisi kepala, otot perut, dan punggung yang mempertahankan badan dan

    otot-otot lengan dan tungkai yang terus bergerak secara bergantian antara kanan dan kiri.

    Tipe kontraksi otot dapat dikelompokan dan dapat dilihat pada tabel berikut :

    Bagian Tubuh

    Jenis Kontraksi

    Iso

    tonik

    Iso

    Metric

    Konse

    ntrik

    eksen

    trik

    Isoki

    netik

    Isodi

    namik

    Alodi

    namik

    Kepala X

    Badan X

    AGA

    Lengan

    AtasX X X X

    Lengan

    BawahX X X X

    Tangan X X

    Jari

    Tangan

    X X

    AGB

    Tungkai

    AtasX X X X

    Tungkai

    BawahX X X X

    Kaki X X X X

    Jari Kaki X X X X

    Terlihat pada tabel.1 diatas terlihat banyak terjadi kontraksi otot pada jenis kontraksi

    isotonic, konsentrik, dan eksentrik pada tungkai atas, bawah, kaki dan jari kaki merupakan

    yang terbanyak dari jenis kontraksi otot tersebut. Kemudian jenis kontraksi alodinamik pada

    otot-otot yang berada di tungkai atas, bawah sampai dengan jari kaki menjadi dominan di

    AGB, hal tersebut dikarenakan effort pada AGB untuk menghasilkan gerakan dan gaya lebih

    Tabel.1. Analisa Jenis Kontraksi Otot pada Gerakan Pelari Sprinter.

  • 7/25/2019 Aspek Kinesiologi Pada Pelari Sprint-libre

    16/17

    besar dibandingkan AGA yang hanya dominan terjadi jenis kontraksi isodinamik pada otot-

    otot lengan atas, bawah, tangan serta jari-jari.

    RINGKASAN

    Pada pelari sprinter terlihat bahwa terdapat semua jenis kontraksi otot pada tiap

    gerakannya, baik kontraksi otot secara group maupun individu otot. Analisa ini diharapkan

    mampu menjadi sumber bahasan tentang dasar fisiologis otot yang terdiri dari jenis serabut otot,

    mekanisme kontraksi otot, tipe kontraksi pada otot rangka dan mengetahui dasar dari struktur

    anatomi serta perbandingan kecepatan yang dihasilkan dari berjalan, berlari dan sprint. Dan juga

    menjadi gambaran umum untuk memberikan teknik latihan yang baik bagi pelari sprint untuk

    meningkatkan performa kecepatannya. Teknik latihan yang baik untuk pelari sprint dapat dilihat

    di video ini. Dengan demikian para pelatih ataupun fisioterapis mampu menganalisis dan

    memberikan dosis latihan yang baik pada atlet, calon atlet pelari sprint.

    DAFTAR PUSTAKA

    Blazevich, Anthony. 2007. Sports Biomechanics The Basics Optimising HumanPerformance. A&C Black Publishers Ltd. London.

    Fletcher, Iain. 2009. Biomechanical aspects of sprint running. UKSCA, Issue 16

    Ganong, William F. 2003. Review Medial Physiology edition twenty-first. Mc Graw Hill.

    United State of America.

    Gollnick, P. D., et al. "Enzyme activity and fiber composition in skeletal muscle of

    untrained and trained men." Enzyme (1972).

    Morgan, T.E., et al. Effect long-term exercise on human muscle mitochondria. In

    muscle Metabolism During Exercise. New York : Plenum, 1971, p. 87-95.

    Newell, KM. 1990. Kinesiology: The Label for the Sudy of Physical Activity in Higher

    Education. Quest, 1990, 42, 269-278

    Novacheck, Tom F. 1998. Review Paper The Biomechanics of Running. Gait and

    Posture 7 (1998) 77-95

    Putz, Reindhard dan Pabst, Reinhard. 2006. Atlas Anatomi Manusia Sobota. Edisi 22.

    Penerbit Buku Kedokteran, ECG,Jakarta.

    http://youtu.be/JCAY6CjF-o0http://youtu.be/JCAY6CjF-o0http://youtu.be/JCAY6CjF-o0
  • 7/25/2019 Aspek Kinesiologi Pada Pelari Sprint-libre

    17/17

    Sherwood, Lauralee. 2009. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem edisi 6. EGC. Jakarta.

    Sidik, Dikdik Zafar. 2013. Mengajar dan Melatih Atletik. Rosda. Bandung