avoir fiscal
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
1/31
1. Latar Belakang Masalah
Sebagai kewajiban kenegaraan, pajak adalah merupakan hal yang sering
dibicarakan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi masyarakat, pajak dianggap sebagai
beban mengingat setiap anggota masyarakat yang memenuhi ketentuan perpajakan
sebagai wajib pajak harus membayar pajak yang dikenakan kepadanya. Pajak
dianggap sebagai beban mengingat adanya keharusan membayar pajak yang pada
akhirnya mengurangi daya beli orang tersebut, terutama jika dibandingkan dengan ia
tidak memiliki kewajiban untuk membayar pajak. Di sisi lain bagi pemerintah dan
fiskus (ahli pajak, pajak harus dipungut karena terbukti pajak memberikan kontribusi
yang cukup besar terhadap penerimaan suatu !egara (Siahaan, "#$#
Pajak memiliki peranan penting dalam tatanan kenegaraan dan pembangunan.
%al ini tidak jauh dari fungsi pajak yang strategis dan memiliki peranan dalam
sumber keuangan masing-masing !egara. Dalam literature pajak sering disebutkan
pajak memiliki dua fungsi, yaitu fungsi budgeter dan fungsi regulerend.
&ungsi budgeter adalah fungsi yang terletak di sektor public, yaitu fungsi
untuk mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai dengan undang-undang
berlaku yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran !egara, yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan dan bila
ada sisa (surplus akan digunakan sebagai tabungan pemerintah untuk in'estasi
pemerintah. &ungsi regulerend adalah suatu fungsi bahwa pajak tersebut akan
digunakan sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya di
luar bidang keuangan (iryawan, "#$#.
%al ini akan memacu, tidak hanya di )ndonesia, tapi di !egara-negara di
dunia untuk menaikkan peran pajak dan penerimaan dari pajak. *elalui peraturan
perundang-undangan, penerapan penarikan pajak diberlakukan di wilayah !egara
masing-masing bagi para wajib pajak. *asing-masing !egara mulai membuat
peraturan perundang-undangan mengenai pajak pada setiap sektor objek pajak.
1
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
2/31
+ra globalisasi menimbulkan peningkatan dan keterbukaan dalam hubungan
antara saru !egara dengan !egara lainnya. Ditambah lagi peran teknolologi
informasi yang memudahkan manusia dalam berakti'itas. Demikian pula dengan
pergerakan barang dan jasa, modal serta sumber daya manusia. )klim in'estasi makin
berkembang diseluruh dunia. Banyak !egara-negara maju yang menanamkan
modalnya di !egara berkembang. Dalam konteks perpajakan, transaksi lintas batas
!egara tersebut menimbulkan permasalahan yaitu bentrokan yuridiksi peraturan
perpajakan antar !egara. %al ini termasuk dalam lingkup hokum perpajakan
internasional (%artiko, "#$".
*enurut ochmat Soemitro, dalam bukunya yang berjudul %ukum Pajak
)nternasional ($, hokum pajak internasional adalah hokum pajak nasional yang
terdiri dari kaidah, baik berupa kaidah-kaidah nasional maupun kaidah yang berasal
dari traktat antar !egara dan dari prinsip/kebiasaan yang telah diterima baik oleh
!egara-negara di dunia untuk mengatur soal-soal perpajakan dan dalam mana dapat
ditujukkan adanya unsur-unsur asing, baik mengenai subjek pajak maupun objek
pajak.
*embicarakan mengenai hokum perpajakan internasional maka tidak luput
dari permasalahan bentrokan yuridiksi peraturan perpajakan. Dalam hokum
internasional, praktek pelaksanaan yuridiksi oleh !egara terhadap harta, benda,
maupun tindakan dan peristiwa berbeda-beda di setiap !egara dan perbedaan-
perbedaan ini disebabkan factor histori dan geografis. Secara historis, !egara-negara
menaati prinsip yuridiksi territorial, yang setiap !egara dapat melaksanakan yuridiksi
terhadap harta dan benda serta tindakan yang terjadi di dalam wilayahnya. Berbeda
dengan prinsip yuridiksi territorial, yuridiksi nasionalitas melihat kepada kualitas
orang dalam peristiwa hokum, hal ini umumnya terjadi apabila indi'idu memasuki
wilayah !egara tersebut, baik secara sukarela maupun ekstradisi.
!egara dalam melakukan pemungutan pajak terikat pada yuridiksi dari
!egara yang bersangkutan. 0uridiksi adalah ruang lingkup penggunaan wewenang
2
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
3/31
untuk memungut pajak pada warganya maupun warga !egara asing yang bertempat
tinggal atau berkedudukan di !egara tersebut sehingga tidak menimbulkan
pembebanan berat bagi wajib pajak. Secara tegas maupun tersirat dalam hokum pajak
diatur mengenai pengelompokkan yuridiksi pemungutan pajak. 0uridiksi tersebut
antara lain 1 ($ berdasarkan asas sumber, (" berdasarkan asas kewarganegaraan, dan
(2 berdasarkan asas tempat tinggal. %al ini diterapkan dalam bersinggungan dengan
hokum perpajakan internasional, didalamnya terdapat pajak yang ditarik misalnya
dalam hal bagi warga !egara yang berada di !egara asing untuk berin'estasi dan
warga !egara asing yang berin'estasi di !egara tersebut (Starke, "#$#.
Pengenaan pajak dari !egara yang b erbeda ini atas subjek pajak, tentunya
memberatkan subjek pajak itu sendiri. !amun, tiap !egara mempunyai hak
pemajakan (right to ta3 sesuai dengan peraturan perundang-undangan pajak nasional.
4ondisi dimana ada dua !egara atau lebih yang perundang-undangan perpajakannya
membebankan pajak pada subjek pajak yang sama terhadap ibjek pajak yang sama
disebut Pajak Berganda )nternasional ()nternational Double 5a3ation (%artiko,
"#$"..
5anpa adanya upaya antara !egara tersebut dalam memecahkan
permasalahan pajak berganda internasional ini, maka subjek pajak akan terkena pajak
ganda dan wajib membayar di kedua !egara. %al ini tentunya merugikan subjek
pajak. 6kibat lain yang mungkin terjadi adalah semakin gencarnya usaha
penyelundupan pajak (ta3 e'asion. 4arena itu, upaya untuk meniadakan pengenaan
pajak berganda internasional ini dan mencegah penyelundupan pajak sebagai akibat
adanya benturan peraturan perundang-undangan perpajakan tara !egara tesebut perlu
dilakukan.
Penghindaraan pajak berganda bergantung dari !egara yang mempunyai
kedaulatan dalam peraturan perundang-undangan perpajakannya. Dalam hubungan
dengan internasional, penghindaran dapat dilakukan baik secara unilateral, yaitu
dengan mengutamakan kepentingan wajib pajak di negaranya, maupun bilateral,
3
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
4/31
dengan cara perjanjian internasional antara dua !egara mengenai masalah
perpajakan. Penghindaran pajak berganda internasional dengan cara unilateral
dilakukan dengan memasukkan ketentuan untuk menghindarkan pajak beraganda
dalam undang-undang suatu !egara dengan suatu prosedur yang jelas. Sementera itu,
penghindaran pajak berganda internasional dengan cara bilateral dilakukan dengan
cara melalui suatu perundingan dua !egara yang berkepentingan untuk menghindari
terjadinya pajak berganda.
Pada prinsipnya, penghindaran pajak berganda dengan cara bilateral
dimaksudkan untuk memberikan kejelasan dalam membagi hak pengenaan pajak
suatu !egara dengan !egara lainterhadap suatu objek pajak sehingga wajib pajak
tidak terbebani dengan membayar pajak dua kali. 7ara yang la8im dilakukan adalah
dengan melakukan perjanjian penghindaran pajak berganda (ta3 treaty (%artiko,
"#$".
+uropean 7ommunity (+7. +uropean 7ommunity merupakan institusi
internasional negara-negara +ropa yang terdiri dari +uropean 7oal and
Steel 7ommunity (+7S7, +uropean +conomic 7ommunity (++7, dan +uropean
6tomic +nergy 7ommunity (+6+7/+uratom. !egara-negara pionir yang
tergabung ke dalam komunitas ini dikenal dengan sebutan 5he )nner Si3
(Perancis, 9erman, Belanda, Belgia, :u3emburg, dan )talia. Dalam
perkembangannya, +uropean +conomic 7ommunity (++7 menjadi fokus
dinegara-negara +ropa dan di seluruh dunia. 5ujuan dari pembentukan
+uropean +conomic 7ommunity (++7 adalah terciptanya politik perdagangan
bersama dan mendirikan daerah perdagangan bebas antar negara-negara anggota
++7. ;ntuk mencapai tujuan tersebut, batas-batas antara negara harus
dipersempit.
Batas-batas antar negara anggota +uropean 7ommunity (+7 semakin
diperkecil sejak dikeluarkannya 5reaty of ome pada tahun $
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
5/31
FourFreedoms adalah kebebasan berpindah tempat kerja dan memilih tempat
tinggal, kebebasan perpindahan modal, kebebasan perpindahan barang dan
jasa, dan kebebasan perpindahanorang / penduduk (freedom of establishment,
freedom of movement of capital, freedom ofmovement of goods and
services, and freedom of movement of people). &our &reedoms
menghasilkan beberapa kebijakan eksternal yang berlaku, yaitu suatu tarif
mendukung pencapaian 7ustom ;nions, yang merupakan usaha untuk penghapusan
customs duties, import =uotas, dan berbagai hambatan perdagangan lainnya antar
sesama negara anggota dan untuk negara non-anggota perlu diberlakukan 7ommon
7ustoms 5arrif (775. Selain itu, ++7 juga mengatur 7ommunity>s common
commercial policy seperti dalam bidang pertanian, perikanan dan transportasi.Secara khusus, ++7 mewajibkan anggotanya untuk menerapkan jaminan
persaingan agar internal market sesama anggota ++7 tidak terganggu dan
perlu dibuatkan hukum persaingan usaha dalam pasar bebas sesama
anggota ++7 dengan melakukan harmonisasi kebijakan-kebijakan nasional
negara-negara anggota ++7. Selain itu, untuk mendukung &our &reedoms,
dibuatlah organ-organ eksekutif untuk mengatur pelaksanaan &our &reedoms tersebut.
Sesuai dengan tujuan dari P2B di negara eropa, maka perpajakan diharapkanjuga dapat meningkatkan arus perdagangan dan in'estasi tersebut. %al ini didasari
dengan argumentasi bahwa penurunan tarif pajak di dalam P2B akan meningkatkan
keinginan in'estor dalam menanamkan in'estasinya di negara tertentu karena dengan
penghasilan yang sama, wajib pajak dikenakan pajak yang lebih kecil daripada pajak
yang dikenakan dengan tarif normal. +fek selanjutnya dari penanaman in'estasi ini
adalah meningkatnya arus perdagangan antara negara asal/domisili wajib pajak
dengan negara sumber penghasilan dimana wajib pajak tersebut mendapatkan
penghasilan.
P2B bisa juga digunakan sebagai alat politik luar negeri untuk pengakuan
kedaulatan atau wilayah suatu negara. Singkatnya, kebijakan P2B suatu negara sangat
dipengaruhi oleh kondisi dan moti'asi negara tersebut dalam memasuki jaringan P2B.
5
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
6/31
*isalnya, negara-negara berkembang yang membutuhkan aliran in'estasi dari luar
negeri biasanya akan mengharapkan P2B sebagai daya tarik in'estasi untuk
mendapatkan aliran modal dari negara-negara maju. Sedangkan negara-negara maju
mungkin akan menggunakan P2B sebagai sarana untuk mempertahankan hak
pemajakan atas penghasilan penduduknya.
Di dalam kasus antara 4omisi *asyarakat +ropa terhadap epublik Perancis
pada $" Desember $?2, Dalam 4asus negara Prancis yang menerapkan pembedaan
antara perlakuan pemberian kerdit pajak antara subsidiary dan branch atau agent
harus die'aluasi lebih jauh. !egara perancis dalam kasus ini tidak menerapkan
7apital )mport !eutrality (!etralitas Pasar )nternasional dan !ational !eutrality.
Pengadilan menyatakan bahwa dengan tidak meluas ke cabang dan badan-badan yangdidirikan di Perancis oleh perusahaan-perusahaan yang terdaftar kantor di negara-
negara anggota lainnya, manfaat dari kredit pajak pemegang saham dinikmati oleh
perusahaan asuransi Perancis, epublik Perancis telah melanggar prinsip non-
diskriminasi yang ditetapkan dalam paragraf kedua Pasal
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
7/31
2. Pokok Masalah
5erkait sengketa perpajakan yang melibatkan pemerintah perancis, tentang
@a'oir fiscal case> yang memiliki pengaruh penting terhadap perkembangan
penerapan credit pajak atas corss-border de'iden.Dengan pertimbangan dan
keputusan +79 A +uropean 7ourt of 9ustice yang memberikan pengalaman
freedoms yang dijamin dalam +uropean community treaty yakni C freedom of
establishment, freedom of mo'ement of capital, freedom of mo'ement of people, dan
freedom of mo'ement of goods and ser'ice
Dalam case ini, 6dapun masalah pokok yang akan dibahas dalam paper ini
adalah sebagai berikut1
$. Bagaimanakah tata cara penghindaran pajak berganda yang dianut
dalam hukum pajak perancis berkenan dengan pajak penghasilan atas
de'iden yang diterima oleh in'estor asing yang bertempat di negara
eropa
". Bagaimanakah pengklasifikasian penghasilan dan pembagian hak
pemajakan dalam penghindaran pajak berganda yang dianut dalam
hukum pajak )ndonesia berkenaan dengan pajak penghasilan atas
penerimaan de'iden
7
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
8/31
3. Landasan Teori
;ntuk memajukan perdagangan antar negara, mendorong laju in'estasi di
masing-masing negara, pemerintah berusaha untuk meminimalkan pajak yang
menghambat perdagangan dan in'estasi tersebut. Salah satu upaya untuk
meminimalkan beban tersebut adalah dengan melakukan penghindaraan pajak
berganda internasional.
Dalam kebijakan perpajakan internasional 2 unsur netralitas yang harus
dipenuhi 1
$. 7apital +3port !eutrality (!etralitas Pasar Domestik1 4emanapun
kita berin'estasi, beban pajak yang dibayar haruslah sama. Sehingga
tidak ada bedanya bila kita berin'estasi di dalam atau luar negeri.
*aka jangan sampai bila berin'estasi di luar negeri, beban pajaknya
lebih besar karena menanggung pajak dari dua negara. %al ini akan
melandasi ;; PPh Psl " yang mengatur kredit pajak luar negeri.
". 7apital )mport !eutrality (!etralitas Pasar )nternasional1Darimanapun in'estasi berasal, dikenakan pajak yang sama. Sehingga
baik in'estor dari dalam negeri atau luar negeri akan dikenakan tarif
pajak yang sama bila berin'estasi di suatu negara. %al ini melandasi
hak pemajakan yang sama dengann ajib Pajak Dalam !egeri
(PD! terhadap permanent establishment (PE atauBadan Usaha
Tetap (BUT yang dapat berupa cabang perusahaan ataupun kegiatan
jasa yang melewati time-testdari peraturan yang berlaku.
2. !ational !eutrality1 Setiap negara, mempunyai bagian pajak atas
penghasilan yang sama. Sehingga bila ada pajak luar negeri yang tidak
bisa dikreditkan boleh dikurangkan sebagai biaya pengurang laba.
8
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
9/31
P2B adalah perjanjian pajak antara dua negara (bilateral yang mengatur
mengenai pembagiaan hak pemajakan atas penghasilan yang diperoleh atu diterima
oleh penduduk dari salah satu atau kedua negara pihak pada persetujuan. %al iniditujukan untuk meminimalkan terjadinya pajak berganda. 6pabila pengenaan pajak
dapat dihindarkan seminimal mungkin, maka diharapkan dapat mencegah efek
negatif yaitu gangguan (distorsi dalam transaksi internasional.
Disamping itu, P2B memiliki tujuan lainnya yaitu1
a. *encegah timbulnya pengelakan dan penyelundupan pajak,
b. *emberikan kepastian,
c. Pertukaran informasi,
d. Penyelesaian sengketa didalam penerapan P2B,
e.Bantuan dalam penagihan pajak, dan
f. Penghematan 7ash flow.
Perjanjian ini mengakomodasikan ketentuan yang memberikan perlindungan
bagi penduduk dari suatu negara pihak pada perjanjian yang melakukan usaha di
negara pihak lainnya pada perjanjian. Perlindungan ini berupa perlakuan non
diskriminasi dan penyelesaian sengketa yang tidak sesuai dengan penerapan
perjanjian. Serta mengakomodasikan kepentingan politik dan ekonomi yaitu dengan
adanya perjanjian diharapkan dapat meningkatkan hubungan baik antar kedua negara
serta dibidang ekonomi dapat menciptakan iklim ekonomi yang kondusif sehingga
meningkatkan in'estasi yang masuk ( 9ohn %utagaol, "### 1< .
Selain itu, P2B mempunyai tujuan antara lain sebagai berikut 1
a. 5idak terjadi pemajakan ganda yang memberatkan iklim dunia usaha
Dengan P2B, maka pengenaan pajak atas laba usaha tidak dapat dikenakan di
kedua tempat, yaitu !egara sumber atau !egara domisili. :aba usaha
dikenakan pajak di tempat dimana mereka berkedudukan. Dengan adanyaketentuan ini, diharapkan dunia usaha mendapatkan kepastian hokum, karena
membayar pajak hanya dikenakan satu kali yaitu di !egara domisili.
b. Peningkatan in'estasi modal dari luar negeri
Pemajakan atas in'estasi berupa bunga dari pinjaman, de'iden dari
penanaman saham, royalty dari pemilik hak cipta, jika dikenakan pemajakan
9
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
10/31
yang tinggi maka dipastikan penduduka asing akan berpikir ulang bahkan
menjadi ragu untuk menambahkan modal di )ndonesia, karena hasil in'estasi
tidak sesuai dengan yang diharapkan.
c. Peningkatan sumberdaya manusia
Dengan adanya pembebasan pajak atas mahasiswa dan pelatihan karyawan di!egara dimana mereka menempuh pendidikan dan pelatihan, maka dipastikan
dapat meningkatkan kemampuan sumber daya manusia yang lebih memadai.
6pabila penghasilan mahasiswa dan karyawan yang sedang melakukan
pendidikan dan pelatihan dikenakan pajak, maka akan membebani mereka
segingga mereka lebih baik tidak belajar di luar negeri atau menambah ilmu di
luar negeri dimana mereka belajar atau bekerja. %al ini jika diberlakukan
maka sumber daya manusia salah satu !egara tersebut akan mengalami
keterbelakangan di bidang ilmu pengetahuan.
d. Pertukaran informasi guna mencegah pengelakan pajak
Dengan adanya informasi yang saling berhubungan antara kedua !egara,maka penduduk yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan di kedua !egara
menjadi jelas terlihat dan dapat terdeteksi sedini mungkin. !egara yang terkait
dengan ta3 treaty dapat melaporkan penghasilan penduduk asing di !egara
sumber, misalnya dengan mengirimkan bukti penerimaan penghasilan dari
!egara sumber. )nformasi penghasilan tersebut, seharusnya dilaporkan oleh
penerima penghasilan di !egara domisili, dan diperhitungkan kembali di
akhir tahun pajak.e. 4edudukan yang setara dalam hal pemajakan antar kedua !egara
P2B mengatur adanya pemajakan yang sama dan setara antar kedua !egara,
dengan priinsip saling menguntungkan dan tidak memberatkan pendudukasing antar kedua !egara dalam menjalankan usaha. !egara yang
mengadakan ta3 treaty tidak boleh sewenang-wenang dalam hal
pemajakannya.
Berlakunya P2B, tidak terlepas dari a8as pengenaan pajak sumber, domisili,
atau kewarganegaraam, dimana agar tidak terjadinya double ta3ation, maka
diperlukan aturan yang mengatur P2B ini. 68as utama yang dijadikan landasan untuk
mengenakan pajak adalah1
a. 68as domisili atau a8as kependudukan (residence principle
68as domisili atau kependudukan, !egara akan mengenakan pajak atas suatu
penghasilan yang diterima atau diperileh orang pribadi atau badan, apabila
orang peribadi tersebut merupakan penduduk atau residen atau berdomisili di
!egara itu atau apabila badan yang bersangkutan berkedudukan di !egara itu.
10
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
11/31
68as ini menerapkan perhitungan penghasilan seluruh dunia untuk dihitung
dimana orang pribadi atau badan berdomisili.
b. 68as sumber (source principle
68as sumber akan mengenakan pajak dimana orang pribadi atau badan
memperoleh penghasilan, dan tidak melihat dimana seseorang atau badan ituberdomisili. 0ang terpenting dalam pengenaan a8as sumber adalah jenis
penghasilan bukan subjek pajaknya. Pajak tersebut hanya dikenakan pada
subjek pajak di !egara tesebut diperoleh penghasilan.c. 68as nasionalitas atau kewarganegaraan
68as kewarganegaraan akan mengenakan pajak apabila penduduk tersebut
merupakan warga negaranya. Setiap penghasilan di seluruh dunia akan
dikenakan pajak bilamana penduduk tersebut menajdi warga !egara tersebut.
Berdasarkan hal di atas, )ndonesia menganut ke-2 a8as tersebut dan dapat
dibuktikan dengan adanya ketentuan pasal " ;; PPh yang menyatakan bahwa
penduduk asing dari sebuah !egara akan dikenakan pajak di !egara )ndonesia jika
melebihi $?2 hari dan diharuskan memiliki !PP. 4etentuan ini juga menjadikan
seluruh penghasilan dunia harus dihitung di !egara )ndonesia jika penduduk tersebut
telah memiliki !PP di )ndonesia.
;ntuk menghindari pemajakan ganda atas penghasilan dari berbagai !egara,
perlu diatur mengenai hak pemajakan di !egara-negara tersebut berdasarkan a8as
pengenaan pajak. Bila tidak diatur maka akan membebani dunia usaha, karena harus
menanggung beban pajak yang besar dan tidak seimbang dengan laba atau
penghasilan yang ia peroleh., bahkan tidak tertutup kemungkinan mereka menjadi
rugi karena persentase pajak lebih besar persentasi keuntungan akibat terjadi double
ta3ation. 6da beberapa metode hak pemajakan di berbagai !egara, untuk
menghindari pemajakan ganda, antara lain1
a. *etode Pemajakan ;nilateral
*etode ini mengatur bahwa negara epublik )ndonesia mempunyai kekuatan hukumdidalamnya yang mengatur masyarakat atau badan internasional dan ditetapkan
sepihak oleh negara )ndonesia sendiri, dengan kata lain tidak ada yang bisa mengaturnegara kita lain karena hail itu merupakan kewibawaan dan kedaulatan negara kita.
b. *etode Pemajakan Bilateral
*etode ini dalam penghitungan pengenaan pajaknya harus mempertimbangkanperjanjian kedua negara (Tax Treaty. )ndonesia tidak dapat sesuka hati menerapkan
11
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
12/31
jumlah pajak terutang penduduk asing atau badan internasional dua negara yang telahmengadakan perjanjian. 9ustru peraturan perpajakan )ndonesia tidak berlaku
bilamana terdapat Tax Treaty.
c. *etode Pemajakan *ultilateral
*etode ini didasarkan pada kon'ensi internasional yang ketentuan atau ketetapan
atau keputusan yang dihasilkan untuk kepentingan banyak negara yangditandatangani oleh berbagai negara, misalnya 4on'ensi ina.
*etode Penghilangan Pajak Berganda
Deduction *ethod 1 pajak yang dikenakan di luar negeri mengurangi
penghasilan yang diperoleh dari luar negeri sebelum digabung dengan
penghasilan dari dalam negeri. +3emption *ethod 1 penghasilan dari luar negeri tidak diperhitungkan
saat menghitung pajak terutang di dalam negeri. 7redit *ethod 1 pajak yang dikenakan di luar negeri diperhitungkan
dengan pajak atas seluruh penghasilan.
*odel Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda1
a. *odel E+7D (Organiation for Economic !ooperation and
"evelopmentC
b. *odel ;! (United #ationC
c. *odel )ndonesia (Fabungan antara model E+7D dan ;!.
4. Pembahasan
6. 4asus
12
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
13/31
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
14/31
konsesi yang tersedia hanya Huntuk orang-orang yang. bertempat tinggal sehari atau
kantor terdaftar di Perancis H(Pasal $
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
15/31
Pemerintah Perancis menyimpulkan bahwa untuk mendapatkan keuntungan
dari kredit pajak, usaha asuransi yang tergabung dalam berbagai Sutes 6nggota
hanya harus establishment anak perusahaan di Perancis. Dalam hal apapun, jelas
bahwa masalah yang berhubungan dengan kewajiban pajak dari cabang dan lembaga
tidak dapat diselesaikan atas dasar Pasal
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
16/31
Pada tanggal $ Ektober $?2, memutuskan untuk membawa masalah ini ke
Pengadilan 4ehakiman sesuai dengan paragraf kedua Pasal $G. Penerapannya
tanggal 2# !o'ember telah didaftarkan di Pengadilan pada tanggal $" Desember
tahun $?2. 6plikasi ini terdiri dari dua keluhan1 pengaturan tersebut di atas untuk
pemberian Ha'oir fiskalH melanggar Pasal
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
17/31
Pemerintah Perancis berpendapat pertama bahwa skema kredit pajak akan
terus menjadi halal sampai hukum !egara 6nggota mengenai perpajakan badan
hukum telah benar-benar harmonis. 6rgumen seperti itu, seperti yang ditunjukkan
oleh kasus-hukum *ahkamah mengenai hubungan antara Pasal 2# dan Pasal $## dari
5raktat. HPrinsip dasar dari pasar terpadu dan konsekuensinya, pergerakan bebas
barang, mungkin tidak dalam situasi dibuat dengan syarat bahwa pertama harus
melakukan pendekatan hukum nasional untuk jika kondisi yang harus dipenuhi
prinsip akan dikurangi menjadi belaka. Selain itu, jelas bahwa tujuan 6rtikel 2# dan
$## berbeda. 5ujuan dari Pasal 2# adalah untuk menghapuskan dalam waktu dekat
semua pembatasan =uanti-tati'e pada impor barang dan semua langkah yangberpengaruh setara, sedangkan tujuan umum dari Pasal $## adalah mengaktifkan
kendala dari jenis apa pun yang timbul dari perbedaan antara (ketentuan nasional
menjadi berkurang.
Selain itu, Pemerintah Perancis berpendapat bahwa untuk menyelesaikan
masalah ini, itu sudah cukup untuk menambah ketentuan tambahan untuk perjanjian
double-pajak yang ada bilateral antara Perancis dan mitra 4omunitas-nya. Pada
protokol, namun, kredit pajak pemegang saham harus diperpanjang atas dasar timbal
balik. Dengan demikian, usaha asing akan dii8inkan untuk mendapatkan keuntungan
dari kredit pajak jika dan ketika konsesi yang sama yang diberikan kepada
perusahaan Perancis memiliki pendirian sekunder di !egara 6nggota tertular lainnya.
6rgumen bahwa Pemerintah Perancis tidak bisa memperpanjang manfaat dari
kredit pajak tanpa mengganggu keseimbangan yang diterbitkan dalam perjanjian
pajak ganda tersebut juga agak lemah. Salah satu argumen kontra adalah bahwa
berdasarkan Pasal "2 dan < dari ++7 5reaty, perjanjian internasional menyimpulkan
setelah berlakunya 5raktat mungkin tidak mengandung ketentuan yang tidak
kompatibel dengan itu. Prinsip keutamaan hukum *asyarakat harus juga tidak
dilupakan. Prinsip yang mengharuskan efekti'itas aturan Perjanjian tidak harus
tunduk kepada aturan internal dan, berdasarkan Pasal
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
18/31
6rgumen ketiga bergantung pada bahaya penghindaran pajak jika ukuran
pada masalah dihapuskan. Dikatakan bahwa perusahaan asing yang memiliki saham
Perancis mungkin akan diminta untuk memasukkan mereka dalam aset lembaga atau
cabang yang beroperasi di Perancis hanya untuk mendapatkan keuntungan dari kredit
pajak atas pembagian di'iden. 4omisi telah persuasif menunjukkan bahwa jauh dari
yang melibatkan pengurangan penerimaan pajak untuk !egara Perancis, hipotesis
dikemukakan oleh Pemerintah Perancis akan mengakibatkan peningkatan beban
pajak pada perusahaan asing. 9ika saham Perancis tetap di tempat utama perusahaan
bisnis1 di'iden pada mereka akan dikenakan pengurangan $
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
19/31
ketat daripada 4omisi klaim. )ni sebenarnya hanya perbaikan persentase minimal
obligasi yang perusahaan asuransi yang beroperasi di Prancis harus mempertahankan
sebagai representasi dari kewajiban diatur mereka sedangkan itu tidak berbaring
persentase resmi maksimum untuk kepemilikan saham atau aset lainnya sebagai
epre-sentation dari kewajiban tersebut. %al ini juga diperbolehkan untuk memegang
saham asing asalkan dikutip di bursa saham Perancis, dan statistik untuk $?$
menunjukkan bahwa
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
20/31
yang tidak ada dan perusahaan seperti manfaat langsung dari reputasi perusahaan
induk.
;ntuk semua alasan di atas, Pengadilan menjunjung tinggi aplikasi yang
dibawa oleh 4omisi *asyarakat +ropa terhadap epublik Perancis pada $"
Desember $?2. 6kibatnya, Pengadilan menyatakan bahwa dengan tidak meluas ke
cabang dan badan-badan yang didirikan di Perancis oleh perusahaan-perusahaan yang
terdaftar kantor di negara-negara anggota lainnya, manfaat dari kredit pajak
pemegang saham dinikmati oleh perusahaan asuransi Perancis, epublik Perancis
telah melanggar prinsip non-diskriminasi yang ditetapkan dalam paragraf kedua Pasal
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
21/31
Di bagian tersebut ditegaskan bahwa di'iden merupakan bagian laba yang diperoleh
pemegang saham atau pemegang polis asuransi atau pembagian sisa hasil usaha
koperasi yang diperoleh anggota koperasi. Ditegaskan pula bahwa termasuk dalam
pengertian di'iden juga adalah1
$ pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan nama
dan dalam bentuk apapunC
" pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang
disetorC
2 pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk saham
bonus yang berasal dari kapitalisasi agio sahamC
pembagian laba dalam bentuk saham
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
22/31
$" pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang
dibebankan sebagai biaya perusahaan.
Prinsip-prinsip pemajakan atas di'iden adalah sebagai berikut.
a. Di'iden yang timbul dari salah satu negara yang terikat perjanjian perpajakan
(negarasumber, yang dibayarkan (paid kepada penduduk negara mitranya
(negara domisili akan dikenakan pajak di negara domisili.
b. !egara sumber, yaitu tempat di mana perusahaan pembayar di'iden
berkedudukan,berdasarkan ketentuan perjanjian perpajakan, dapat juga
mengenakan pajak atas di'iden,tetapi tarifnya tidak boleh melebihi tarif yang
telah disetujui di dalam perjanjian perpajakan.
c. Dalam hal di'iden yang dibayarkan mempunyai hubungan efektif dengan bentuk
usaha tetap (permanent establishment, pengenaan pajak atas di'iden tidak tunduk
kepada ketentuan mengenai pengenaan pajak atas di'iden, tetapi tunduk kepada
ketentuan mengenai pemajakan atas laba usaha. Dengan demikian, di'iden
tersebut dianggap sebagai bagian penghasilan dari bentuk usaha tetap.
Besarnya tarif pajak atas di'iden dan tarif pajak atas penghasilan kena pajak bentukusaha tetap setelah pajak, yang berlaku di negara sumber, adalah sebagaimana dalam
tabel sebagai berikut1
5arif Pajak atas Di'idend dan Penghasilan B;5 (Perusahaan asing
22
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
23/31
P3B dengan !egara Tari" Pajak atas
Dividen
Tari" Pajak atas
Dividen
Tari" Pajak atas
Penghasilan
#ena Pajak B$T
setelah
Pajak
Porto"olio Pen%ertaan Modal
Langsung
Peran&is
ndia
'ingapore
1()
1()
1()
1*)
1*)
1*)
1()
1*)
1()
Dividen +ang Bukan ,bjek pajak di ndonesia
Pada umumnya semua penghasilan berupa di'iden yang memenuhi pengertian
di'iden di atas adalah objek Pajak Penghasilan. !amun demikian, ;; PPh
memberikan pengecualian di'iden tertentu bukan objek pajak. Penghasilan di'iden
dikatakan bukan objek pajak jika memenuhi syarat-syarat tertentu sebagaimana diatur
dalam Pasal ayat (2 huruf f, yaitu 1
$ diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai ajib Pajak dalam negeri,koperasi, Badan ;saha *ilik !egara, atau Badan ;saha *ilik Daerah, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan
di )ndonesia
" berasal dari cadangan laba yang ditahan
2 bagi perseroan terbatas, Badan ;saha *ilik !egara dan Badan ;saha *ilik
Daerah yang menerima di'iden, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan di'iden paling rendah "
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
24/31
Berdasarkan ketentuan ini, di'iden yang dananya berasal dari laba setelah dikurangi
pajak dan diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai ajib Pajak dalam
negeri, koperasi, dan Badan ;saha *ilik !egara atau Badan ;saha *ilik Daerah,
dari penyertaannya pada badan usaha lainnya yang didirikan dan bertempat
kedudukan di )ndonesia, dengan penyertaan sekurang-kurangnya "
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
25/31
Di samping itu, ada juga di'iden, walaupun memenuhi definisi di'iden yang objek
pajak, namun tidak dipotong PPh Pasal "2. Di'iden ini adalah sisa hasil usaha
koperasi yang dibayarkan lepada anggotanya. 4etentuan ini diatur dalam Pasal "2
ayat ( ;; PPh.
Dividen 'ebagai ,bjek Pemotongan PPh Pasal 2- di ndonesia
9ika penghasilan di'iden yang bersumber dari )ndonesia diterima atau diperoleh
ajib Pajak :uar !egeri, maka atas penghasilan di'iden tersebut wajib dipotong PPh
Pasal "G oleh fihak yang membayarkan. Besarnya tarif PPh Pasal "G ini adalah "#M
dari penghasilan bruto. !amun demikian, apabila penerima di'iden ini adalah
penduduk dari negara yang mempunyai perjanjian perpajakan dengan )ndonesia,
maka tarif yang dikenakan adalah tarif sesuai dengan ta3 treaty.
Seharusnya pemegang saham X bisa memperoleh kredit pajak sebesar 8,75M
(permasalahan kredit pajak %ang tidak bisa dikreditkan karena di peran&is
untuk cabang yang berdiri diperancis laba perusahaan dikenakan pajak sesuai dengan
asas sumber tarif branch profit dan dikenakan pajak dan atas de'iden juga dikenakan
pajak jika ada kaitannya dengan pemegang saham , kredit pajak untuk de'iden bisa
dikreditkan untuk cabang yg berdiri diperancis apabila kantor cabang terdaftar
diperancis
Perancis manganut a8as sumber, pajak dikenakan atas penghasilan yang diterima
didalam negeri . bukan berdasarkan asas domisili
$ntuk membandingkan perlakuan eropa dengan negara berkembang sangatlah
berbeda
Berikut Perlakuan Perpajakan /tas 0abang B$T Perusahaan asing dengan
perhitungan tari" deviden di ndonesia
6nalisis dasar pengenaan PPh Pasal "G ayat ( Bagi Bentuk ;saha 5etap (cabang
perusahaan asing yang melakukan usaha diindonesia Berdasarkan ketentuan yang
25
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
26/31
diatur dalam ;ndang-undang PPh, selain dikenai PPh atas penghasilan yang diterima
atau diperolehnya dalam tahun pajak, bentuk usaha tetap juga berkewajiban
memotong PPh Pasal "G ayat ( atas penghasilan kena pajak setelah dikurangi PPh
dari suatu bentuk usaha tetap tersebut dan harus menyetorkannya/membayarkannya
ke kas negara sebelum Surat Pemberitahuan 5ahunan Pajak Penghasilan disampaikan.
4etentuan PPh Bagi Bentuk ;saha 5etap (cabang perusahaan asing
6dapun bagi bentuk usaha tetap yang digunakan untuk menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan oleh Subjek Pajak luar negeri yang merupakan penduduk dari
negara yang terikat Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P2B dengan
)ndonesia, maka bagi bentuk usaha tetap tersebut berlaku ketentuan perpajakan yangdiatur dalam P2B.4etentuan perpajakan yang diatur dalam P2B lebih didahulukan
daripada ketentuan dalam ;ndang-undang PPh.
Bentuk ;saha 5etap Sebagai Subjek Pajak
Pasal " ayat (
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
27/31
bentuk usaha tetap mempunyai kewajiban untuk melakukan pemotongan PPh Pasal
"G ayat ( ;ndang-undang PPh (Branch Profit 5a3.
2. PPh Badan (7orporate )ncome 5a3
PPh badan terutang bagi bentuk usaha tetap dihitung dengan cara mengalikan tarif
pajak dengan penghasilan kena pajak sebagai dasar pengenaan pajaknya.
Secara umum, penghasilan kena pajak bagi bentuk usaha tetap adalah penghasilan
neto.Bila terdapat sisa kerugian dari tahun-tahun pajak sebelumnya yang masih dapat
dikompensasikan maka penghasilan kena pajaknya adalah penghasilan neto setelah
kompensasi kerugian. 6dapun tarif pajaknya adalah tarif umum sebagaimana diatur
dalam Pasal $ ayat ($ jo ayat ("a ;ndang-undang PPh.
PPh Pasal 2- /%at 4 Bran&h Pro"it Ta
Berdasarkan Pasal "G ayat ( ;ndang-undang PPh, selain dikenai PPh atas
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak, bentuk usaha tetap
berkewajiban melakukan pemotongan pajak atas penghasilan kena pajak sesudah
dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetap di )ndonesia, kecuali penghasilan
tersebut ditanamkan kembali di )ndonesia, yang ketentuannya diatur lebih lanjutdengan atau berdasarkan Peraturan *enteri 4euangan (P*4.P*4 yang mengatur
hal ini adalah P*4 !omor $/P*4.#2/"#$$ tanggal " 9anuari "#$$ tentang
Perlakuan Perpajakan atas Penghasilan 4ena PajakSesudah Dikurangi Pajak Dari
Suatu Bentuk ;saha 5etap (selanjutnya disebut P*4!o.$/P*4.#2/"#$$.
Berdasarkan Pasal $ ayat (2 P*4!o.$/P*4.#2/"#$$, pengecualian dari pengenaan
PPh Pasal "G ayat ( diberikan apabila seluruh penghasilan kena pajak sesudah
dikurangi PPh dari suatu bentuk usaha tetap ditanamkan kembali di )ndonesia dalambentuk1
a. penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan dan berkedudukan di
)ndonesia sebagaipendiri atau peserta pendiriC
27
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
28/31
b. penyertaan modal pada perusahaan yang sudah didirikan dan berkedudukan di
)ndonesia sebagai pemegang sahamC
c. pembelian akti'a tetap yang digunakan oleh bentuk usaha tetap untuk
menjalankan usaha bentuk usaha tetap atau melakukan kegiatan bentuk usaha
tetap di )ndonesiaC atau
d. in'estasi berupa akti'a tidak berwujud oleh bentuk usaha tetap untuk
menjalankan usaha bentuk usaha tetap atau melakukan kegiatan bentuk usaha
tetap di )ndonesia.
erlakuan !e"iden yang harus dibagikankepada pemilik saham smile.:td (B;5 di
indonesia adalah 1
Saham smile copr disingapura 2#M karena "
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
29/31
(. #esimpulan
Dari uraian yang di jelaskan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa1
$. Pajak berganda internasional menghambat mobilisasi bisnis yang sangat
pesat karena merugikan in'estor dan pengusaha dalam menjalankan
usahanya secara internasional". Pajak berganda meliputi setiap bentuk pembebanan pajak dan pungutan
lainnya lebih dari satu kali, dapat dua kali atau lebih terhadap suatu fakta
fiscal
29
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
30/31
2. Dari isu-isu tersebut pemerintah membuat kebijakan-kebijakan untuk
mengurangi masalah-masalah tersebut dengan beberapa cara dan metode.
. ;ntuk mengurangi masalah pajak berganda tersebut tidak hanya dilakukan
oleh satu !egara tapi juga beberapa !egara yang saling melakukanperjanjian perpajakan (ta35reaty dengan cara Perjanjian Penghindaran
Pajak Berganda1a. *odel E+7D (Ergani8ation for +conomic 7ooperation and
De'elopmentC
b. *odel ;! (;nited !ationc. Dan lainnya
D/T/ P$'T/#/
Hartiko, Ratyan N, Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda : t!di "a#!#
Per#et!j!an Penghindaran Pajak Berganda $ndone#ia Be%anda : &ak!%ta#
H!k!' (ni)er#ita# $ndone#ia, 2012
*++ tarke, Pengantar H!k!' $nterna#iona%, edi#i 10, *akarta : inar
ra-ka, 2010
.arihot Paha%a iahaan, H!k!' Pajak /%e'enter : "on#e a#ar
Perajakan $ndone#ia, raha $%'! : ogyakarta, 2011
(ndang!ndang No'or 6 ah!n 1983
(ndang!ndang No'or 7 1983
30
-
7/25/2019 AVOIR FISCAL
31/31