b31 penyakit jantung koroner dr. dra. nurhaedar jafar, apt,m.kes

Upload: alan-andi-sondakh

Post on 10-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    1/31

    PENYAKIT JANTUNG

    KORORNER

    OLEH :

    Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,M.Kes

    PROGRAM STUDI ILMU GIZIFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    2011

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    2/31

    DAFTAR ISI

    Hal

    HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i

    SURAT KETERANGAN ................................................................................................. ii

    DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

    A.Pengertian PJK ........................................................................................... 1

    B.Patofisiologi PJK ........................................................................................ 2

    C.Manifestasi Klinik ...................................................................................... 6

    D.Pengobatan PJK ........................................................................................... 8

    DAFTAR PUSTAKA

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    3/31

    PENYAKIT JANTUNG KORONER

    1. Pengertian

    Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang

    disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang

    mengalirkan darah ke otot jantung. Karena sumbatan ini, terjadi

    ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan oksigen otot jantung

    yang dapat mengakibatkan kerusakan pada daerah yang terkena sehingga

    fungsinya terganggu (Winata, 2005).

    Penyakit jantung koroner terjadi akibat penyempitan dan penyumbatan

    pembuluh arteri koroner pada organ jantung. Arteri koroner merupakan

    pembuluh darah yang menyediakan darah bagi jantung. Penyempitan dan

    penyumbatan arteri koroner menyebabkan terganggunya aliran darah ke

    jantung. Sehingga akan menimbulkan efek kehilangan oksigen dan makanan

    (Nutrien) ke jantung karena aliran darah ke jantung melalui arteri

    berkurang. (Wijayakusuma, 2005).

    Terjadinya penyempitan arteri koroner dimulai dengan terjadinya

    aterosklerosis (kekakuan arteri) maupun yang sudah terjadi penimbunan

    lemak (plague) pada dinding arteri koroner, baik disertai gejala klinis atau

    tanpa gejala sekalipun (Kabo, 2008).

    Menurut WHO (1985), aterosklerosis adalah perubahan variabel

    intima arteri yang merupakan akumulasi fokal lemak ( lipid), komplek

    karbohidrat, darah, dan jaringan fibrous. Aterosklerosis merupakan

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    4/31

    penyebab penyakit jantung koroner yang terbanyak yaitu 98 % sedangkan

    sisanya akibat spasme dan kelainan arteri (2%) (Utantio, 2007).

    2. Patofisiologi

    Lapisan endotel pembuluh darah koroner yang normal akan

    mengalami kerusakan, baik oleh factor risiko tradisional maupun non-

    tradisional. Kerusakan ini menyebabkan sel endotel menghasilkan cell

    adhesion molecule seperti sitokin (interleukin -1, (IL-1); tumor nekrosis

    factor alfa, (TNFalpha), kemokin (monocyte chemoattractant factor,

    (PDGF). Basic fibroblast growth factor, (bFGF). Sel inflamasi seperti

    monosit dan T-Limfosit masuk ke permukaan endotel dan migrasi dari

    endotelium ke sub endotel. Monosit kemudian berdiferensiasi menjadi

    makrofag dan mengambil LDL teroksidasi yang bersifat lebih atherogenik

    dibanding LDL. Makrofag ini kemudian membentuk sel busa. LDL

    teroksidasi menyebabkan kematian sel endotel dan menghasilkan respons

    inflamasi. Sebagai tambahan, terjadi respons dari angiotensin II, yang

    menyebabkan gangguan vasodilatasi, dan mencetuskan efek protrombik

    dengan melibatkan platelet dan faktor koagulasi. Akibat kerusakan endotel

    terjadi respons protektif dan terbentuk lesi fibrofatty dan fibrous, plak

    atherosklerosik, yang dipicu oleh inflamasi. Plak yang terjadi dapat menjadi

    tidak stabil (vulnerable) dan mengalami rupture sehingga terjadi Sindroma

    Koroner Akut (SKA) (Madjid, 2007).

    Perkembangan terkini menjelaskan aterosklerosis merupakan suatu

    proses inflamasi/infeksi yang awalnya ditandai dengan cedera pada dinding

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    5/31

    arteri oleh berbagai sebab (hipertensi, oksidasi, nikotin) merupakan sinyal

    bagi system imun untuk melepaskan sel darah putih (terutama netrofil dan

    makrofag) ke daerah permukaan. Selanjutnya makrofag akan memfagosit

    kolesterol LDL teroksidasi. Proses ini merubah kolesterol LDL menjadi

    bentuk foamy cell yang melekat pada sel otot polos arteri. Sejalan dengan

    waktu, kolesterol akan mengering dan membentuk plaque yang keras, yang

    akan menimbulkan cedera berkelanjutan pada dinding arteri. Pembentukan

    plaque ini akan terus berjalan dan dapat mempersempit lumen arteri atau

    bahkan memblokade aliran darah. Plaque ini juga dapat terlepas dan

    menyumbat arteri yang lebih kecil seperti arteri koronaria atau arteri serebri

    menimbulkan penyakit IMA dan infark serebri (Samsi, 2004).

    Proses yang mengawali aterosklerosis telah menjadi perdebatan pada

    beberapa tahun terakhir, dan beberapa hipotesis telah diajukan.

    1. HipotesisResponse to Injury

    Menyatakan bahwa perlukaan pada endotel menyebabkan respon

    inflamasi sebagai proses perlukaan pada dinding arteri. Sebagai contoh,

    luka meningkatkan adhesi endotel pada lekosit dan platelet,

    menghantarkan antikoagulan vaskular lokal pada prokoagulan. Lekosit dan

    platelet yang terekrut kemudian melepaskan sitokin, senyawa-senyawa

    vasokonstriksi, growth factor, yang merangsang respon inflamasi yang

    ditandai oleh migrasi sel otot halus ke dalam intima, dan proliferasinya

    membentuk suatu lesi intermediate. Komponen lain dari respon inflamasi

    ini adalah rekrutmen makrofag ke dalam dinding arteri. Makrofag-

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    6/31

    makrofag tersebut mengambil LDL yang terdeposit menjadi sel busa, yang

    merupakan awal lesi aterosklerosis. Hipotesis ini dikemukakan oleh Ross

    tahun 1977 (Stocker & Keanay, 2004).

    2. HipotesisResponse to Oxidation (Oxidative Modification Hypothesis)

    Dikemukakan oleh Steinberg dkk pada tahun 1989, bahwa oksidasi

    lipoprotein merupakan jalur yang penting dalam aterosklerosis.Disebutkan

    bahwa LDL dalam bentuk natif tidak bersifat aterogenik. LDL yang

    termodifikasi secara kimia mudah masuk ke makrofag melalui jalur

    scavenger receptor. Sel-sel vaskular mengandung logam yang terpapar di

    medium juga menghasilkan LDL termodifikasi, sehingga tersedia ligan

    untuk jalur scavenger receptor. Modifikasi LDL melalui oksidasi ini

    kemudian menghasilkan modifikasi Apo B-100, yaitu pada gugus lisin,

    yang menyebabkan muatan negatif partikel lipoprotein meningkat.

    Modifikasi Apo B-100 ini menyebabkan LDL lebih mudah di-up take

    makrofag melalui sejumlah jalurscavenger receptor, menghasilkan sel

    busa. Akumulasi sel busa merupakan awal perkembangan lesi

    aterosklerosis (Stocker & Keanay, 2004).

    3. HipotesisResponse to Retention

    Hipotesis yang dikemukakan oleh William dan Tabas (1995) ini

    menyebutkan bahwa retensi lipoprotein merupakan tahap awal dari

    terjadinya oksidasi, inflamasi, dan disfungsi endotel. Sebagai akibat dari

    retensi lipoprotein aterogenik ini tidak hanya kumulasi lipid, namun juga

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    7/31

    memperlama terhadap paparan oksidan lokal dan enzim non oksidatif

    lainnya di dinding pembuluh darah (Gustafsson & Boren, 2004) .

    Meskipun plague aterosklerosis dapat tetap stabil atau berubah

    secara bertahap, beberapa di antaranya dapat mengalami ruptur

    menyebabkan keluarnya lipid dan factor jaringan dalam berbagai kejadian

    dengan puncaknya terjadi thrombosis intravaskuler. Akhir proses ini

    ditentukan oleh apakah pembuluh darah mejadi tersumbat ataukah terjadi

    trombolisis, baik spontan maupun akibat pengobatan, dan apakah plague

    selanjutnya menjadi stabil.

    Pengamatan terkini menghidupkan kembali teori lama bahwa

    aterosklerosis berkembang sebagai akibat respon inflamasi dalam dinding

    pembuluh darah, mungkin diawali atau diperburuk oleh suatu agen infeksi.

    Tingginya kadar C-reactive protein dalam sirkulasi yaitu suatu penanda

    inflamasi non spesifik, dikaitkan dengan tingginya angka kejadian iskemik

    Proses inflamasi memegang peranan penting dalam menentukan kejadian

    aterosklerosis. Pro inflamatori sitokin seperti interleukin-1, dan tumor

    necrosis factor (TNF-) di samping molekul adesi interselular 1,

    selektin, interleukin-6, dan serum amyloid A, mempunyai implikasi

    terhadap aterogenesis. Sebagai tambahan, C-reactive protein (CRP),

    sebuah reaktan fase akut yang mendasari terjadinya proses inflamasi, kadar

    yang meningkatkan 100kali lipat atau lebih terhadap infeksi bakteri yang

    parah, trauma fisik, atau kondisi inflamasi lainnya yang mungkin

    memegang peranan penting (Wong dkk, 2004).

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    8/31

    3. Manifestasi klinik

    a. Angina pectoris

    Angina pectoris ialah suatu sindroma klinis di mana didapatkan

    sakit dada yang timbul pada waktu melakukan aktivitas karena adanya

    iskemik miokard. (Madjid, 2007)

    Klasifikasi klinis angina pada dasarnya dilakukan untuk

    mengevaluasi mekanisme terjadinya iskemik. Pada umumnya angina

    pectoris dibagi menjadi 3 tipe angina yakni :

    a. Angina Pektoris Stabil (APS) : sindrom klinik yang ditandai

    dengan rasa tidak enak di dada, rahang, bahu, pungggung ataupun

    lengan, yang biasanya dicetuskan oleh kerja fisik atau stres

    emosional dan keluhan ini dapat berkurang bila istirahat atau oleh

    obat nitrogliserin.

    b. Angina Prinzmetal : nyeri dada disebabkan oleh spasme arteri

    koronaria, sering timbul pada waktu istirahat, tidak berkaitan

    dengan kegiatan jasmani dan kadang-kadang siklik (pada waktu

    yang sama tiap harinya).

    c. Angina pektoris tidak stabil (APTS, unstable angina) : ditandai

    dengan nyeri dada yang mendadak dan lebih berat, yang

    serangannya lebih lama (lebih dari 20 menit) dan lebih sering.

    Angina yang baru timbul (kurang dari satu bulan), angina yang

    timbul dalam satu bulan setelah serangan infark juga digolongkan

    dalam angina tak stabil. (Madjid, 2007)

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    9/31

    b. Infark Miokard Akut (IMA)

    Serangan infark miokard biasanya akut, dengan rasa sakit seperti

    angina, tetapi tidak seperti angina yang biasa, maka disini terdapat rasa

    penekanan yang luar biasa pada dada. Bila pasien sebelumnya pernah

    mendapat serangan angina ,maka ia tahu bahwa sesuatu yang berbeda

    dari serangan angina sebelumnya sedang berlangsung. Juga, kebalikan

    dengan angina yang biasa, infark miokard akut terjadi sewaktu pasien

    dalam keadaan istirahat , sering pada jam-jam awal dipagi hari (Anwar,

    2004).

    Rasa sakitnya adalah diffus dan bersifat mencekam, mencekik,

    mencengkeram atau membor. Paling nyata didaerah subternal, dari

    mana ia menyebar kedua lengan, kerongkongan atau dagu, atau

    abdomen sebelah atas (sehingga ia mirip dengan kolik cholelithiasis,

    cholesistitis akut ulkus peptikum akut atau pancreatitis akut) (Anwar,

    2004).

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    10/31

    Gambar 1. Patofisiologi Terjadinya PJK

    4. Pengobatan PJK

    a. Pengobatan

    1. Obat Antianginal

    Angina adalah rasa tidak enak di dada karena suplai oksigen ysng

    tidak cukup ke otot jantung untuk memnuhi permintaan oksigen.

    Karena itu, perawatan angina bertujuan untuk mengurangi keperluan

    oksigen otot jantung maupun menambahkan aliran darah ke koroner.

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    11/31

    Tiga kelas utama obat anti angina yang tersedia adalah nitrat, beta

    blocker, dan calsium channel blocker.

    a. Nitrat

    Nitrat adalah obat vasilidator (pelebar pembuluh darah)

    yang merileksasikan dinding pembuluh darah. Pada waktu yang

    sama pelebaran arteri koroner memperbaiki aliran darah ke otot

    jantung. Nitrat yang paling sering dipakai adalah glyseryl

    trinitrate (GNT) yang juga disebut nitroglycerin (NTG),

    isosorbide dinitrate (ISDN), isosorbide mononitrate (ISMN).

    Contoh-contoh buatan komersial adalah Nitrobin, Nitrobat,

    Notroderm, Nitromark, Nitrodisc, Isordil, Sorbitrate, Isomark,

    Isoket, Ismo, Cedocard, Vascardin, Imdur, Fasorbid, Nitrostat,

    Deponit, Isosorbid, Isoket, Elantan, dan Pentacard.

    b. Beta Blocker

    Beta Blockermenghambat aksi adrenalin pada ujung-ujung

    syaraf yang mempengaruhi denyutan jantung dan kekuatan

    kontraksi. Oleh aksi ini dikurangi jumlah pekerjaan yang

    dilakukan oleh jantung, dan karena itu mengurangi keperluan

    oksigen otot jantung.Beta Blockeradalah obat yang efektif untuk

    perawatan dan pencegahan hipertensi dan untuk kontrol aritmia

    jantung tertentu.

    Contoh-contoh buatan komersial adalah Sektral, Tenormin,

    Betablok, Visken, Inderal, Lopressor, Farnormin, Alpresol,

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    12/31

    Prestoral, Farnagard, Propadex, Propranolol, Cardiosel,

    Farmadral, Mikelan, Nederal, Trasicor, Seloken, Blockard,

    Decreten, Internolol, Selozok, Corgard, Trasicor, Concor,

    Corbutol, Maintate dan Losartan.

    c. Calsium Channel Blocker

    Obat macam ini memiliki khasiat mengendurkan dinding arteri

    koroner sehingga mencegah kekejangan koroner. Lagipula

    mereka berlaku langsung pada sel-sel otot jantung yang

    menyebabkan sedikit berkurang dalam kemampuan kontrasi, dan

    karena itu mengurangi permintaan oksigen miokardial. Calsium

    channel blockers efektif pada perawatan dan pencegahan angina,

    dapat juga melebarkan arteri sekeliling sehingga mengurangi

    tekanan darah. Karena itu, obat ini juga dipakai dalam perawatan

    hipertensi.

    Contoh-contoh buatan komersial adalah Herbesser, Adalat,

    Isoptin, Carpedin, Norvasc, Farmalat, Farmabes, Coronipin,

    Corpamil, Nifecard, Nifedin, Nifedipine, Plendil, Vasdalat,

    Dilmen, Loxen, Pincard Xepalat, Dilitiazem, Verapamil,

    Cardyne, Fedipin, Lacipil, Safcard, Cardizem, Cordalat,

    Tensivask, Ficor dan Kemolat.

    2. Diuretik

    Diuretik menambah ekskresi garam dan air ke dalam urine, jadi

    mengurangi jumlah cairan dalam sirkulasi dan dengan demikian

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    13/31

    menurunkan tekanan darah. Diuretik efektif dalam perawatan

    kegagalan jantung.

    Contoh-contoh buatan komersial adalah Chlortride, Lasix, Burinex,

    Aldactron, Dyazde, Moduretic, Lasix, HCT, Amiloride, Diamox,

    Furosetic, Furosemid, Hygroton, Diurefo, Furosix, Farsix, Natrilix,

    Carpiaton, Farsyx, Hugroton, Aldactone, Aldazide Cetasix dan

    Ampugan.

    Sebagian besar diuretik menyebabkan pertambahan ekskresi

    kalsium ke dalam urine, sehingga bisa menyebabkan kehabisan

    kalsium tubuh. Kehilangan kalsium dapat dinetralkan dengan makan

    makanan yang kaya akan kalsium (buah-buahan seperti pisang, jeruk,

    tomat dan sayuran), atau dengan makan tambahan kalsium.

    3. Digitalis

    Obat-obat digitalis menambahkan kekuatan kontraksi otot jantung,

    sehingga dapat memperbaiki kemampuan jantung yang melemah.

    Obat-obat tersebut juga digunakan sebagai obat antiaritma karena

    memperlambat transmisi impuls elektris. Obat-obat digitalis dipakai

    dalam perawatan kegagalan jantung, sering dalam kombinasi dengan

    diuretik. Obat-obat itu juga efektif dalam pengendalian dan

    pencegahan aritmia jantung tertentu.

    Contoh obat jenis ini adalah Digoxin, Lanoxin, Fargoxin dan

    Lanitop.

    4. Obat Anti Aritmia

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    14/31

    Obat-obat anti aritma dipakai pada perawatan dan pencegahan aritma

    jantung. Beta blockers bekerja dengan menghambar aksi adrenalin

    terhadap reseptor beta (penerima, ujung syaraf atau indera penerima

    rangsang) pada jantung ini mengakibatkan perlambatan denyutan

    jantung. Dixogen memperlambat transmisi impuls elektris melalui

    node AV, jadi memperlambat kecepatan denyut ventrikal.

    Contoh-contoh obat tersebut adalah Inderal, Lanoxin, Norpace,

    Pronesty, Kinidin, Tambocor, Tonocard, Cardarone, Verapamil,

    Quinidine, Sotacor, Mexitec, Isoptin, Maintate.

    5. Anticoagulant

    Anticoagulant (pengencer darah) bekerja mencegah pembentukan

    gumpalan darah di dalam sistem sirkulasi, yaitu untuk pencegahan

    pembentukan gumpalan darah di dalam jantung dan pembuluh darah.

    Contoh buatan komersial ialah Warfarin, Sintrom, Heparin dan

    Praxiparin.

    Penting sekali untuk memakai anticoagulant benar-benar seperti

    diresepkan. Aspirin sama sekali tidak boleh dimakan bersama

    anticoagulant (kecuali disuruh dokter), karena bisa mengakibatkan

    meningkatnya kecenderungan akan pendarahan.

    6. Obat Antiplatelete

    Platelete adalah sel-sel darah yang kecil sekali, yang mempunyai

    fungsi penting dalam mekanisme penggumpalan darah. Bila

    pembuluh darah cedera, platelete yang melekat pada dinding

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    15/31

    pembuluh membentuk gumpalan di tempat yang rusak. Gumpalan itu

    menambal dinding yang rusak dan mencegah pendarahan lebih lanjut,

    akan tetapi, pada keadaan tertentu, pembentukan gumpalan darah bisa

    menyebabkan masalah serius. Sebagai contoh, pada pasien dengan

    penyakit arteri koroner, terdapat kecenderungan yang meningkat

    dalam pembentukan gumpalan darah di tempat plak, sehingga

    menimbulkan hambatan yang komplit dari arteri koroner dan

    mengakibatkan infarksi miokardial atau serangan jantung.

    Obat-obat antiplatelete mengurangi kelengketanplatelete dan oleh

    sebab itu mengurangi kecenderungan untuk pembentukan gumpalan

    darah. Obat-obat antiplatelete dibuat untuk mengurangi risiko

    serangan jantung pada pasien yang menderita angina, pasien yang

    sudah menderita serangan jantung, pasien yang telah menjalani

    operasi by-pass, mengurangi risiko penutupan okulasi (by-pass graft)

    dan setelah angioplasti koroner untuk mengurangi risiko

    penggumpulan darah pada tempat yang dilebarkan.

    Contoh-contoh buatan komersial ialah Aspirin, Solprim, Cardiprin,

    Persantin, Ticlid, Ascardia, Aptor, Aspilet dan Farmasal.

    7. Obat Untuk Memperbaiki Kadar Kolesterol Dalam Darah

    a. Statin

    Sejak diperkenalkannya pada tahun 1980, statin menjadi

    obat yang paling ampuh untuk menurunkan kolesterol yang kita

    punyai pada saat ini, jenis obat ini sering terdapat di pasaran

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    16/31

    seperti lovastatin (mevacol), sinvastatin (zokor), fluvastatin

    (lescor), Pravastatin (pravachol) dan atrovastatin (lipitor).

    Statin didesain untuk menahan enzim yang disebut HMG-

    CoA reductas, yang diperlukan untuk memproduksi kolesterol.

    Bila statin menahan enzim tersebut, lever tidak dapat

    membuatnya. Padahal sel-sel dalam lever memerlukan jumlah

    tertentu dari kolesterol untuk membentuk membran sel agar

    dapat berfungsi secara benar. Karena sel lever tidak dapat

    membuat kolesterol, mereka mengambil dari tempat lain, maka

    dia mendapatkan kolesterol yang terdapat dalam darah dengan

    memproduksi receptors yang mengumpulkan LDL. Dengan

    demikian berkuranglah jumlah LDL yang terdapat dalam aliran

    darah. Statin juga langsung meningkatkan jumlah sintesa NO

    pada dinding pembulub darah. Dengan meningkatkan produksi

    NO, statin mengurangi inflamasi dari pembuluh darah. Statin

    juga dapat menyetabilkan plak dan mencegahnya untuk pecah.

    b. Nicotinic Acid

    Merupakan obat yang sering digunakan untuk menaikkan

    kadar HDL, yang tadinya amat rendah. Karena memiliki berbagai

    akibat samping, penggunaanya harus berhati-hati sesuai dengan

    petunjuk dokter. Obat ini bekerja di dalam lever untuk

    mempengaruhi produksi lemak. NA digunakan untuk

    menurunkan trigliserida, LDL, dan menaikkan HDL.

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    17/31

    c. Fibrates

    Obat ini menurunkan lemak darah. Beberapa jenis atau

    golongan fibrates adalah Gemfibrozil, fenofibrate dan clofibrate.

    Penggunaannya terutama ditunjukan untuk menurunkan

    trigliserida, juga menaikkan HDL dan menurunkan LDL secara

    normal.

    d. Resins atau Acid Sequestrans

    Resins juga disebut bile acid sequestrans. Jenis obat ini

    bekerja di dalam usus, di mana dia mengikat asam empedu yang

    membawa kolesterol, sehingga menambah pembuangan

    kolesterol. Jadi obat ini mengurangi jumlah kolesterol yang

    menuju ke liver kemudian membuat lebih banyak LDL reseptor

    yang bertanggung jawab untuk menangkap LDL dari darah,

    sehingga kolesterol dapat menurun.

    b. Pengobatan di masyarakat

    1. Bawang Putih

    Pemberian bawang putih jangka panjang akan menurunkan secara

    progresif kadar kolesterol serum dan trigliserida baik pada orang normal

    maupun penderita hiperlipidemia. Di Thailand Institute of Scientific and

    Technological Research dibuat kapsul berisi ekstrak bawang putih yang

    setara dengan 7 gram bawang putih segar setiap kapsul. Dosis yang

    dipakai adalah 2 kali satu kapsul setiap hari selama 5 bulan. Pada bulan

    pertama pemberian bawang putih, kolesterol serum meningkat. Hal ini

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    18/31

    diduga karena adanya fase regresi lesi atheroskierotik atau (mobilisasi

    lemak dan depositnya). Kolesterol HDL meningkat stabil setelah bulan

    kedua pemberian bawang putih. Pada orang sehat/normolipid tidak terjadi

    kenaikan kolesterol pada bulan pertama pemberian bawang putih, yang

    diduga karena tidak adanya atherosklerosis pada orang tersebut. Kadar

    kolesterol menurun bermakna setelah 8 minggu, namun penurunan kadar

    trigliserida baru terjadi setelah 5 bulan pemberian bawang putih (Anand

    MP, 1978; Nitiyanant, et.al, 1987 dalam Sunarto & Susetyo, 1995)

    Telah dilaporkan bahan aktif yang berperan adalah campuran allyl

    propyl disulphide, diallyl disulphide dan bahan yang mengandung sulfur,

    tetapi yang paling penting diallyl disulphide. Senyawa diallyl disulphide

    adalah suatu disulphide-Oxyde tidak jenuh yang disebut juga allicin.

    Bahan ini yang diduga mempunyai efek hipokolesterolemik. Rantai allyl

    yang tidak jenuh dengan mudah akan tereduksi menjadi rantaipropylyang

    jenuh, sehingga akan menurunkan kadar NADH dan NADPH yang penting

    untuk sintesa trigliserida dan kolesterol (Pikir BS, 1981; Zacharias NT,

    1980 dalam Sunarto & Susetyo, 1995)Allicinjuga mempunyai sifat

    mengikat SH group yaitu suatu bagian fungsional dari Co-A yang perlu

    untuk biosintesis kolesterol (Pikir BS, 1981; Augisti KT, 1978; dalam

    Sunarto & Susetyo, 1995)

    Pemberian minyak esensial bawang putih setara dengan 1 gram

    bawang segar/kgBB/hari yang diberikan bersamaan dengan diet tinggi

    kolesterol, akan menurunkan kadar kolesterol, trigliserida serum, prebeta

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    19/31

    lipoprotein (VLDL) dan beta lipo-protein (LDL) serta meningkatkan alfa-

    lipoprotein (HDL), sehingga rasio beta/alfa juga menurun (Bordia A, et.al,

    1977; Hemphill LC, et.al, 1991; Schulman KA, 1991 dalam Sunarto &

    Susetyo, 1995).

    Kacang mengandung serangkaian zat gizi yang bermanfaat bagi

    sistem cardiovascular, termasuk serat, vitamin dan mineral, seperti kalium,

    kalsium, magnesium dan tocopherols; phytochemicals, seperti

    phytosterols dan phenolic compounds; dan bioactive compounds, seperti

    resveratrol dan arginine. Walnuts manjadi sumber asam lemak omega-3,

    alpha linolenic acid. kacang dan walnuts mangandung antioksidan yang

    tinggi. Kandungan asam lemak tak jenuh yang terdapat dalam kacang-

    kacangan, khususnya kacang tanah terbukti sangat tinggi dan profil asam

    lemak dalam kacang tersebut merupakan salah satu faktor yang

    menyebabkan terjadinya penurunan risiko penyakit jantung koroner.

    Mengkonsumsi satu ons kacang, lebih dari lima kali seminggu bisa

    menurunkan risiko penyakit jantung koroner 25 % sampai 39 %, (Kelley

    C, 2009). Fitosterol dalam jantung dapat menurunkan kadar kolesterol dan

    level Triglyserida dengan cara memblok absorbsi kolesterol dari makanan

    yang disirkulasikan dalam darah dan mengurangi reabsorbsi kolesterol

    dari hati, serta tetap menjaga HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol.

    Lebih dari 80 persen lemak dalam minyak kacang adalah jenis yang tidak

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    20/31

    jenuh dan sehat bagi jantung serta bebas kolesterol (Stevani Elizabeth,

    2004).

    Selain mengandung SIT, kacang-kacangan juga mengandung

    serat (fiber). Serat dalam makanan terdiri dari serat larut dan yang tidak

    larut, namun keduanya dapat menurunkan kolesterol. Penurunan

    kolesterol terjadi karena kolesterol terbawa ke dalam feses bersama serat

    dan proses biosintesis kolesterol dalam hati berkurang karena tingginya

    konsumsi serat. Idealnya, mengkonsumsi serat 25-30 gram per hari.

    Kacang tanah termasuk makanan yang mengandung serat. Satu sendok

    kecil kacang tanah mengandung 2 gram serat atau 8 persen dari serat

    yang dibutuhkan per hari. (Elizabeth, stevani. 2004).

    Dr Frank Hu dari Havard School of Public Health. Dalam pertemuan

    American Heart Association di Dallas tahun 2000, mengungkapkan hasil

    penelitiannya terhadap 86 ribu wanita yang sering mengkonsumsi kacang,

    disimpulkan bahwa mengkonsumsi kacang-kacangan termasuk kacang

    tanah, mampu menjaga pemompaan aktivitas jantung dengan teratur.

    (stevani Elizabeth, 2004)

    Penilaian data Iowa Womens Health Study dilaporkan

    konsistennya penurunan CVD dan kematian penyakit jantung koroner,

    dengan meningkatkan konsumsi kacang / mentega kacang (Blomhoff, R,

    et.al dalam Kelley C, 2009). Sebuah analisa studi menunjukkan bahwa

    subjek yang memiliki tingkat konsumsi kacang yang tinggi dapat

    mengurangi 35% risiko insidensi CHD ( Fraser, GE, et al. dalam Kelley C,

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    21/31

    2009). Suatu percobaan metabolic yang dilakukan pada tahun 1993, di

    mana 20% dari asupan energi berasal dari walnuts. Total kolesterol dan

    LDL-C mengalami penurunan, berturut-turut 12% dan 18%, pada

    normocholesterolemic subjects studied (Sabate, J. et.al dalam Kelley C,

    2009 ). Greil dan Kris-Etherton melaporkan lebih dari 25 studi klinis telah

    dilakukan evaluasi efek dari konsumsi kacang pada serum lipids dan

    lipoproteins. Jenis kacang yang diteliti adalah walnut dan almond (Griel,

    AE, et.al. dalam Kelley C, 2009). Penyelidikan tersebut telah dievaluasi

    lipids, lipoproteins dan apolipoproteins dan secara konsisten memberikan

    efek penurunan kadar kolesterol.

    Data terbaru melaporan bahwa konsumsi kacang dapat

    mengurangi risiko hypertensi (Djouss L,et.al dalam Kelley C, 2009).

    Studi prospective kohort Physicians Health Study 1 menggunakan 15.966

    subjek yang tidak memiiki riwayat hipertensi, di follow up. Sebanyak

    237.585 orang/tahun, hanya 8.423 kasus hipertensi yang terjadi.

    Dibandingkan dengan subjek yang tidak mengkonsumsi kacang-

    kacangan, rate hipertensi mengalami penurunan ketika konsumsi kacang-

    kacangan ditingkatkan. Sebagai contoh, rasio multi-variabel untuk

    hipertensi berkisar antara 0,97 untuk orang-orang yang mengkonsumsi

    kacang sekali atau dua kali dalam sebulan dan hanya 0,82 bagi mereka

    memakan kacang paling sedikit tujuh kali seminggu. Data ini menunjukkan

    bahwa konsumsi kacang-kacangan terkait dengan penurunkan resiko

    hipertensi. (Kelley C, 2009)

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    22/31

    5. Teh Hijau dan PJK

    Banyak penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa asupan teh

    memiliki efek perlindungan terhadap penyakit kardiovaskular (CVD),

    termasuk aterosklerosis, penyakit jantung koroner (CHD), kematian,

    stroke, dan kemungkinan kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi

    (Nagao, et al., 2007; Cabrera, et al., 2006; Nagao, et al., 2005; Maron, et

    al., 2003; Vita, 2003; McKay dan Blumberg, 2002; Yang dan Landau, 2000

    dalam Carol Brannon, 2009). Beberapa laporan yang diterbitkan oleh

    Hertog dan rekan-rekannya mencatat hubungan terbalik antara asupan

    flavonol dan CVD di Eropa. Teh hitam, apel, dan bawang adalah sumber

    utama makanan flavonol di Eropa (Hertog, et al., 1993, 1995 dan l997;

    Kli, et al.,1995; McKay dan Blumberg, 2002 dalam Carol Brannon, 2009).

    Di negara-negara Barat, teh hitam adalah sumber utama asupan makanan

    flavonol. (Geleijnse, et al. 2002 dalam Carol Brannon, 2009) juga

    mengamati hubungan terbalik antara konsumsi teh dan flavonoid dengan

    CVD, terutama dengan kejadian infark miokard (MI) atau serangan

    jantung. Beberapa penelitian epidemiologi telah melaporkan hubungan

    positif antara asupan teh dan total mortalitas dan morbiditas koroner

    (Cabrera, et al., 2006; Woodward dan Tunstall-Pedoe, l999; Hertog, et al.,

    l997 dalam Carol Brannon, 2009). Sebagai contoh, di Wales dan

    Skotlandia minum teh positif terkait dengan kelas sosial-ekonomi rendah

    dan dengan orang-orang yang memiliki gaya hidup kurang sehat seperti

    tingginya prevalensi merokok dan asupan lemak makanan yang lebih

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    23/31

    tinggi. Sebaliknya, peminum teh di Belanda cenderung lebih

    berpendidikan, mengkonsumsi lebih sedikit makanan lemak, alkohol dan

    kopi, merokok lebih sedikit, dan memiliki indeks massa tubuh lebih rendah

    (McKay dan Blumberg, 2002 dalam Carol Brannon, 2009).

    Boston Area Health Study, sebuah penelitian case-control,

    melaporkan bahwa laki-laki dan perempuan yang meminum satu atau

    lebih cangkir teh sehari memiliki risiko MI 44% lebih rendah daripada

    orang-orang yang tidak minum teh sama sekali (Sesso, et al.,1999 dalam

    Rosolva 2000 ). Sebuah studi kohort Jepang pada 8.552 orang dewasa

    menemukan bahwa konsumsi harian lebih dari 10 cangkir teh hijau secara

    signifikan mengurangi risiko kematian akibat kardiovaskuler pada laki-laki

    dan bermanfaat pada perempuan (Nakachi, et al., 2000 dalam Carol

    Brannon, 2009).

    Sebuah meta-analisis, berdasarkan 10 kohort penelitian dan 7 studi

    case-control, menemukan bahwa kebanyakan studi menunjukkan efek

    perlindungan dari konsumsi teh terhadap CVD. Tampaknya ada

    penurunan tingkat penyakit kardiovaskular (CVD) - kondisi yang terjadi

    sebagai kemajuan kardiovaskuler seperti cardiac arrest, myocardial

    infarction (heart attack), unstable angina, congestive heart failure (CHF),

    dan strokes dengan meningkatnya konsumsi teh. Tujuh studi

    menunjukkan bahwa minum tiga cangkir teh per hari mengurangi angka

    kejadian MI 11 %. Peters dan rekan-rekannya, yang melakukan meta-

    analisis ini, tidak dapat merangkum efek konsumsi teh pada penyakit

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    24/31

    jantung koroner dan stroke disebabkan oleh berbagai faktor yang terkait

    dengan kedua penyakit ini (Hodgson, et al., 2003; Vita, 2003; Peters, et

    al., 2001 dalam Carol Brannon, 2009).

    Ada beberapa mekanisme efek perlindungan teh terhadap CVD.

    (Nagao, et al., 2007; Cabrera, et al., 2006; McKay dan Blumberg, 2002;

    Duffy, et al., 2001; Duffy, et al., 2001 dalam Carol Brannon, 2009):

    1. Pencegahan oksidasi LDL (in vitro dan studi hewan).

    2. Memperbaiki fungsi arteri pada pasien penyakit jantung

    koroner.

    3. Meningkatkan jeda waktu setelah konsumsi teh sebelum

    terjadi oksidasi LDL pada manusia.

    4. Menurunkan Stenosis (penyempitan dan penyumbatan) arteri

    pada orang dewasa.

    5. Kemungkinan adanya hubungan terbalik antara konsumsi teh

    dan kadar plasma total homocysteine.

    In vitro studi telah menemukan bahwa oksidasi LDL dihambat oleh

    ekstrak teh hijau dan teh hitam, namun efek ini tidak diamati pada orang

    dewasa yang sehat atau pada perokok (McKay dan Blumberg, 2002;

    Lotto dan Fraga, 2000; Cherubini, et al., l999; Princen, et al., l998; van

    het Hof, et al., l997 dalam Carol Brannon, 2009). Dua penelitian yang

    melibatkan pria sehat melaporkan peningkatan dalam jeda waktu setelah

    mengkonsumsi hijau atau teh hitam terhadap oksidasi kolesterol LDL.

    Meskipun studi ini menemukan penundaan dalam oksidasi LDL,

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    25/31

    disarankan bahwa asupan sehari-hari dari 7 sampai 8 cangkir teh itu tidak

    cukup untuk meningkatkan konsentrasi catechin yang cukup tinggi untuk

    menghambat oksidasi LDL (McKay dan Blumberg, 2002; Hodgson, et al,

    2000; Miura, et al, 2000 dalam Carol Brannon, 2009). Disarankan, tapi

    tidak terbukti, bahwa konsentrasi plasma catechin yang lebih tinggi,

    serupa dengan konsentrasi yang dicapai pada studi in vitro, dapat dicapai

    dan dipertahankan oleh konsumsi teh secara berulang dari waktu ke

    waktu, misalnya, satu cangkir teh setiap dua jam. Efek dari minum teh

    dapat bervariasi karena perbedaan colonic microflora pada individu dan

    perbedaan genetik pada enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme

    polifenol (Hodgson, et al., 2003; McKay dan Blumberg, 2002 dalam Carol

    Brannon, 2009).

    Disfungsi endotel, khususnya endotelium yang menurunkan

    kegiatan oksida nitrat, yang berkontribusi bagi pengembangan dan

    perkembangan aterosklerosis. Fungsi endotel normal termasuk mengatur

    nada vasomotor, aktivitas platelet, Leukocyte adhesi, proliferasi otot polos

    vaskular melalui pelepasan oksida nitrat (NO) dan hormon lain (Duffy,

    2001 dalam Carol Brannon, 2009). Disfungsi endotel dikaitkan dengan

    peningkatan stres oksidatif dan gangguan aliran darah melalui arteri.

    Antioksidan dapat memperbaiki disfungsi endotel.A randomized, placebo-

    controlled, crossover studi dari 50 pasien penyakit jantung koroner

    ditemukan bahwa jangka pendek (dua jam setelah asupan teh 450 ml)

    dan jangka panjang (setelah asupan harian 900 ml selama empat minggu)

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    26/31

    terbalik disfungsi vasomotor endotel. Fungsi vasomotor brachial artery

    diperiksa dengan USG vaskular pada awal penelitian dan setelah setiap

    intervensi. Plasma flavonoid meningkat setelah konsumsi teh jangka

    pendek dan jangka panjang. Air digunakan sebagai plasebo dan itu tidak

    berpengaruh pada fungsi endotelium ( Duffy, et al, 2001 dalam Carol

    Brannon, 2009).

    Peningkatan plasma total homocysteine dianggap sebagai faktor

    risiko independen pada kejadian atherosclerosis dan CVD. Vitamin B6,

    B12, dan folat telah ditemukan dapat menurunkan kadarplasma total

    homocysteine (Hodgson, et al., 2003 dalam Carol Brannon, 2009). Dua

    pengamatan studi menemukan hubungan terbalik yang kuat antara

    asupan teh danplasma total homocysteine level (de Bree, et al., 2001;

    Nygard, et al., 1997 dalam Carol Brannon, 2009). Sebuah studi kohort

    pada 1.960 orang dewasa yang dilakukan oleh (Jacques, et al, 2001

    dalam Carol Brannon, 2009) juga melaporkan menemukan hubungan

    terbalik antara konsumsi teh dan kadarplasma total homocysteine setelah

    disesuaikan dengan asupan kopi. Studi ini tidak melaporkan hubungan

    positif antara kafein dan kadarplasma total homocysteine. Namun, orang

    lain telah melaporkan temuan yang bertentangan dengan studi yang

    disebutkan sebelumnya. Dalam salah satu studi klinis kecil (20 orang)

    asupan harian dari 4 gr teh hitam padat, setara dengan 1 L teh hitam yang

    kuat, meningkatkanplasma homocysteine levels. Efek kafein pada tingkat

    homocysteine tidak dievaluasi dalam studi ini (Olthoff, et al., 2001 dalam

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    27/31

    Carol Brannon, 2009). Studi klinis kecil lainnya (22 orang) tidak

    menemukan efek dari konsumsi teh hitam pada kadar homosistein plasma

    (Hodgson, et al., 2003 dalam Carol Brannon, 2009).

    Tekanan darah tinggi dapat mempercepat perkembangan

    aterosklerosis. Walaupun penelitian yang melibatkan hipertensi hewan

    dan satu penelitian peminum teh hitam di Norwegia telah melaporkan efek

    menguntungkan dari polyphenols teh hijau pada tekanan darah tinggi,

    efek ini belum pernah dilaporkan dalam studi baru-baru ini di Jepang,

    Australia, dan United Kingdom (McKay dan Blumberg, 2002; Hara, 2001;

    Hodgson, et al., l999; Wakabayashi, et al., l998; Bingham, et al., l997;

    Stensvold, et al., l992 dalam Carol Brannon, 2009). Teh, termasuk teh

    hitam, teh hijau, dan teh polifenol, telah ditemukan mampu menurunkan

    kadar kolesterol tinggi pada binatang (tikus dan hamster) yang diberi diet

    tinggi lemak dan kolesterol (Vinson dan Dabbagh, l998; Yang dan Koo,

    l997; Matsumoto, et al., 1998; Yang dan Landau, 2000 dalam Carol

    Brannon, 2009). Hanya empat dari 13 studi epidemiologi melaporkan

    hubungan terbalik antara konsumsi teh dan kadar kolesterol darah (McKay

    dan Blumberg, 2002; Tewari, et al., 2000; Langley-Evans, 2000; Serafini,

    et. al., 1996; Vinson, et al., l995 dalam Carol Brannon, 2009). Satu uji

    klinis yang melibatkan 240 orang dengan hiperkolesterolemia ringan

    menemukan bahwa konsumsi dari theaflavin yang diperkaya suplemen

    ekstrak teh hijau efektif dalam menurunkan total baseline kolesterol dan

    kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kolesterol HDL (Maron, et al.,

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    28/31

    2003 dalam Carol Brannon, 2009). Dengan demikian, bukti ilmiah tidak

    mendukung efek protektif teh terhadap CVD. Menarik untuk dicatat bahwa

    studi yang dilakukan di Eropa dan Asia cenderung lebih positif

    menunjukkan hubungan antara asupan teh dan kesehatan jantung dari

    studi di US (Saranow, 2004). Namun, lebih banyak riset, terutama uji

    klinis, dibutuhkan untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi mekanisme

    yang bertanggung jawab atas perlindungan ini. Sebuah skala besar uji

    klinis pada manusia belum dilakukan (Saranow, 2004 dalam Carol

    Brannon, 2009).

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    29/31

    Anggur Merah dan PJK

    Perkiraan atau hipotesis bahwa mengkonsumsi anggur

    merah (red wine) dapat mencegah penyakit jantung koroner

    bermula dari French Paradox. Angka kematian akibat penyakit

    jantung di Perancis lebih rendah daripada Amerika, padahal

    masyarakat Perancis mengkonsumsi mentega dan makanan

    berlemak lebih banyak dari Amerika. Rata-rata tekanan darah

    dan kadar kolesterol masyarakat Perancis juga lebih tinggi

    dari Amerika. Tampaknya ini berhubungan dengan kebiasaan

    masyarakat Perancis yang mengonsumsi red wine setiap hari.

    Adanya kandungan alkohol pada red wine memberi hipotesis

    bahwa alkohol inilah yang berperan. Banyak penelitian

    prospektif menunjukkan hubungan terbalik antara konsumsi

    alkohol secara ringan-menengah(60 ml/hari) dengan PJK,

    namun hal tersebut dapat bias karena juga dipengaruhi gaya

    hidup dan diet yang berbeda. Sebagian penelitian

    mengatakan, alkohol meningkatkan HDL, namun belum ada

    uji klinis yang memastikan bahwa alkohol dapat meningkatkan

    HDL. Penelitian menggunakan etanol murni menunjukkan

    bahwa etanol dapat menghambat agregasi/pengumpulan

    platelet yang berperan pada penyakit jantung koroner.

    Namun, kemampuan tersebut lebih besar pada red wine

    daripada etanol murni sehingga terdapat zat lain yang lebih

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    30/31

    berperan untuk menghambat agregasi platelet. Bir, minuman

    anggur putih (white wine), dan minuman beralkohol lainnya

    lebih sedikit, bahkan gagal untuk menghambat agregasi

    platelet. Perkiraan zat pada red wine yang bermanfaat adalah

    flavonoid. Flavonoid merupakan zat seperti vitamin yang

    terdapat alamiah pada tanaman, termasuk teh, buah, dan

    sayur. Pada anggur, flavonoid terutama terdapat pada

    kulitnya. Steine (Circulation, 1999, vol.100) dan banyak

    peneliti lain mengungkapkan bahwa flavonoid bersifat anti-

    oksidan sehingga dapat menghambat oksidasi LDL pada

    dinding pembuluh koroner. Manfaat lain flavonoid adalah

    menghambat platelet yang berperan pada aterosklerosis.

    Menurut Folt dari Universitas Wisconsin, tampaknya terdapat

    flavonoid tertentu pada red wine yang dapat menghambat

    aktivitas platelet, seperti quercetin, rutin, kaempferol, apigenin,

    dan amentoflavon. Buah lain, seperti jeruk, yang juga

    mengandung flavonoid tidak dapat menghambat agregasi

    platelet. Faktor-faktor lain yang berperan pada aterosklerosis

    juga dipengaruhi oleh flavonoid pada anggur, seperti

    menghambat pembelahan sel otot polos pembuluh darah,

    memperbaiki fungsi endotel, dan menghambat ekspresi

    Monocyte Chemotactic Protein-1 (MCP-1). Dengan demikian,

    flavonoid pada red wine tampaknya memberi efek negatif

  • 7/22/2019 b31 Penyakit Jantung Koroner Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,m.kes

    31/31

    pada aterosklerosis melalui berbagai mekanisme. Flavonoid

    juga ditemukan pada buah anggur ungu sehingga

    mengkonsumsi jus/sari anggur ungu juga dapat memberi efek

    perlindungan bagi jantung. Sepertiga kandungan flavonoid

    terdapat pada biji anggur. Meskipun demikian, belum ada

    pernyataan yang memastikan hubungan antara anggur dan

    pencegahan PJK. Penelitian uji klinis berskala besar secara

    acak masih perlu banyak dilakukan. Oleh karena itu, konsumsi

    anggur untuk tujuan ini, terutama red wine, belum

    direkomendasikan resmi, termasuk oleh AHA. Khusus untuk

    red wine, orang yang belum mengonsumsi wine tidak

    direkomendasikan meminumnya untuk tujuan pencegahan

    PJK. Bagi yang telah biasa minum, tidak boleh melebihi 60

    ml/hari (Andria, 2007)