bab 1 refrat 235 editan (1)

Upload: dewida-dewet-maulidatu

Post on 08-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 BAB 1 Refrat 235 Editan (1)

    1/19

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Penyakitadalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi dan morfologi

    suatu organ atau jaringan tubuh. (Achmadi, 2005)

    Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitarnya (benda hidup, mati,

    nyata, abstrak) serta suasana yang terbentuk karena terjadi interaksi antara elemen-

    elemen di alam tersebut. (Sumirat, 1996)

    Referat ini yang berjudul Penyakit Berbasis Lingkungan akan menjelskan

    tentang proses terjadinya penyakit di masyarakat serta apa saja penyakit yang dapat

    timbul di lingkungan, dan pencegahan apa saja yang dapat dilakukan untuk

    menanggulangi penyakit yang timbul di lingkungan.

    I.2 Tujuan

    a) Menjelaskan pengertian dari penyakit berbasis lingkunganb) Menjelaskan perjalanan penyakit (patogenesis penyakit) melalui media

    skema dan deskripsinya.c) Memberikan wawasan mengenai proses terjadinya penyakit di

    lingkungan masyarakat.

    d) Memberikan wawasan mengenai apa saja elemen yang dapatmenmbulkan suatu penyakit di masyarakat.

    e) Memberikan wawasan tentang enyakit apa saja yang dapat timbul darilingkungan.

    f) Memberikan wawasan mengenai pencegahan dari penyakit berbasislingkungan.

    g) Memberikan informasi tentang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)di lingkungan.

    I.3 Manfaat

    a) Untuk penulis, menambah wawasan tentang Penyakit BerbasisLingkungan.

  • 7/22/2019 BAB 1 Refrat 235 Editan (1)

    2/19

    2

    b) Membantu pembaca agar lebih memahami lagi tentang penyakit berbasislingkungan serta PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

    c) Sebagai referensi bagi pembaca tentang Penyakit Berbasis Lingkungan.

  • 7/22/2019 BAB 1 Refrat 235 Editan (1)

    3/19

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Pengertian Penyakit Berbasis Lingkungan

    Penyakit berbasis lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan

    fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia

    dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.

    Usaha peningkatan kesehatan lingkungan yang umumnya dikenal dengan

    sebutan sanitasi. Sanitasimerupakan salah satu tindakan yang dimaksudkan untuk

    pemeliharaan kesehatan maupun pencegahan penyakit pada lingkungan fisik, sosial,

    ekonomi, budaya dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

    Paradigma Kesehatan Lingkungan

    Dalam upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, maka perlu

    diketahui perjalanan penyakitnya, sehingga kita dapat melakukan intervensi secara

    cepat dan tepat.

    Patogenesis penyakit dapat digambarkan seperti dibawah ini:

    Gambar II.1 Patogenesis penyakit (Sumber : Ahmadi, 2005)

    Dengan melihat skema diatas, maka patogenesis penyakit dapat diuraikan

    menjadi 4 (empat) simpul, yakni :

    Simpul 1: Sumber Penyakit

    Sumber penyakit adalah sesuatu yang secara berkelanjutan mengeluarkan

    agen penyakit. Agen penyakit merupakan komponen lingkungan yang dapat

    menimbulkan gangguan penyakit baik melalui kontak secara langsung maupun

    melalui perantara.

    http://putraprabu.files.wordpress.com/2008/10/teori-simpul.jpg
  • 7/22/2019 BAB 1 Refrat 235 Editan (1)

    4/19

    4

    Beberapa contoh agen penyakit:

    a)Agen Biologis: Bakteri, Virus, Jamur, Protozoa, Amoeba, dllb)Agen Kimia : Logam berat (Pb, Hg), air pollutants (Irritant: O3, N2O, SO2,

    Asphyxiant: CH4, CO), Debu dan seratt (Asbestos, silicon), Pestisida, dll

    c)Agen Fisika : Radiasi, Suhu, Kebisingan, Pencahayaan, dllSimpul 2: Komponen Lingkungan Sebagai Media Perkembangbiakan

    Komponen lingkungan berperan dalam patogenesis penyakit, karena dapat

    memindahkan agen penyakit. Komponen lingkungan yang lazim dikenal sebagai

    media perkembangbiakan atau transmisi adalah:

    a. Udarab. Air

    c. Makanand. Binatang

    e. Manusia / secaralangsung

    Simpul 3: Penduduk

    Komponen penduduk yang berperan dalam patogenesis penyakit antara lain:

    a. Perilakub. Status gizi

    c. Pengetahuand. dll

    II.2 Proses Terjadinya Penyakit di Lingkungan Masyarakat

    Konsep penyebab dan proses terjadinya penyakit dalam epidemiologi

    berkembang dari rantai sebab akibat ke suatu proses kejadian penyakit yakni proses

    interaksi antara manusia (pejamu) dengan berbagai sifatnya (biologis, fisiologis,

    psikologis, sosiologis dan antropologis) dengan penyebab (agent) serta dengan

    lingkungan (environment).

    Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara agen atau

    faktor penyebab penyakit, manusia sebagai pejamu atau host, dan faktor

    lingkungan yang mendukung. Ketiga faktor tersebut dikenal sebagai Trias

    Penyebab Penyakit

    Menurut John Bordon, model segitiga epidemiologi menggambarkan

    interaksi tiga komponen penyakit yaitu manusia (Host), penyebab (Agent) dan

    lingkungan (Environment). Untuk memprediksi penyakit, model ini menekankan

    perlunya analis dan pemahaman masing-masing komponen. Penyakit dapat terjadi

  • 7/22/2019 BAB 1 Refrat 235 Editan (1)

    5/19

    5

    karena adanya ketidak seimbangan antar ketiga komponen tersebut. Model ini lebih

    di kenal dengan model triangle epidemiologi atau triad epidemiologi dan cocok

    untuk menerangkan penyebab penyakit infeksi sebab peran agen (yakni mikroba)

    mudah di isolasikan dengan jelas dari lingkungan.

    1. Manusia (host)Hal-hal yang berkaitan dengan terjadinya penyakit pada manusia, antara lain :

    Umur, jenis kelamin, ras, kelompok etmik (suku) hubungan keluarga Bentuk anatomis tubuh Fungsi fisiologis atau faal tubuh

    Status kesehatan, termasuk status gizi Keadaan kuantitas dan respon monitors Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial Pekerjaan, dll. (Heru Subari, dkk. 2004)

    Gambar II.2 Diagram pengaruh penyakit pada lingkungan (Heru

    Subari, dkk. 2004)

    Agent

    (A)

    A

  • 7/22/2019 BAB 1 Refrat 235 Editan (1)

    6/19

    6

    2. Penyebab penyakit (agent)

    Penyebab penyakit ini terjadi karena adanya interaksi antara manusia (host),

    penyebab penyakit (agent) dan lingkungan (environment). Penyebab penyakit inidikelompokkan menjadi penyebab primer dan penyebab sekunder. Penyebab primer

    terdiri dari unsur biologis, nutrisi, kimia, fisik dan unsur psikis. Penyebab sekunder

    yaitu merupakan unsur pembantu atau penambah di dalam proses sebab akibat

    terjadinya penyakit, yaitu dari tempat atau lingkungan tempat tinggal seperti penyakit

    non infeksi (penyakit jantung).

    Agen menurut model segitiga epidemilogi terdiri dari biotis dan abiotis.Biotis

    khususnya pada penyakit menular yaitu terjadi dari 5 golongan, yakni:

    a. Protozoa : Plasmodium, Amoebab.Metazoa : Arthopoda , Helmynthesc. Bakteri: Salmonella, Meningitis

    d. Virus: Dengue, polio, measies, loronae. Jamur: candida, algae, hystoplesosis

    Sedangkan abiotis, terdiridari:

    a.Nutrient Agent : kekurangan /kelebihan gizi (karbohididrat, lemak, mineral,protein dan vitamin)

    b. Chemical Agent: pestisida, logam berat, obat-obatanc.Physical Agent: suhu, kelembaban, panas, kardiasi, kebisingan.d.Mechanical Agent: pukulan tangan kecelakaan, benturan, gesekan, dan getarane.Psychis Agent: gangguan psikologis, stress, dan depresif.Physilogigis Agent: gangguan genetikg. Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial sehari-hari termasuk kehidupan sehat.

    (Heru Subari, dkk. 2004)

    3. Unsur Lingkungan (environment)

    Faktor lingkungan mencakup semua aspek di luar agent dan host, karena

    faktor lingkungan ini sangat beraneka ragam dan umumnya digolongkan dalam tiga

    unsur utama, yaitu:

    a. Lingkungan biologis: flora dan fauna yang ada di sekitar manusia. Meliputi

    beberapa mikroorganisme patogen dan tidak patogen.

  • 7/22/2019 BAB 1 Refrat 235 Editan (1)

    7/19

    7

    b. Lingkungan sosial: semua bentuk kehidupan sosial politik dan sistem organisasi

    bagi setiap individu yang berada di masyarakat, misalnya bentuk organisasi,

    sistem pelayanan kesehatan, dan kebiasaan. Lingkungan sosial ini meliputi:

    Sistem hukum,Administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem ekonomi yang

    berlaku;

    Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempatSistem pelayanan kesehatan serta kebiasaan hidup sehat masyarakat

    setempat, dan

    Kebiasaan hidup masyarakat. (Nur Nasry Noor. 2002)c. Lingkungan fisik

    Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik

    secara langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial

    manusia. Lingkungan fisik (termasuk unsur kimiawi serta radiasi) meliputi :

    udara, keadaan cuaca, geografis, dan golongan air, baik sebagai sumber kehidupan

    maupun sebagai bentuk pemencaran pada air, dan unsur kimiawi lainnya seperti

    pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan lain sebagainya.

    Lingkungan fisik ini ada yang termasuk secara alamiah tetapi banyak pula

    yang timbul akibat manusia sendiri (Nurnasri Noor. 2000. Dasar Epidemiologi.

    Rini Kacipta. Jakarta. Hal.28)

    Pan American Health Organization (PAHO) (dalam WHO, 2002)

    menggambarkan efek yang dapat timbul dari upaya kesehatan lingkungan yang

    tidak sehat untuk 5 (lima) sanitasi dasar yaitu sebagai berikut:

    Water Supply and Waste Water DisposalKerusakan struktur bangunan, kerusakan pipa saluran, kerusakan sumber

    air, kehilangan sumber energi, pencemaran secara biologi dan kimia, kerusakan

    alat transport, kekurangan tenaga, bertambahnya beban pada sistem, kekurangan

    persediaan dan pengganti peralatan

    Solid Waste Handling

  • 7/22/2019 BAB 1 Refrat 235 Editan (1)

    8/19

    8

    Kerusakan struktur bangunan, kerusakan alat transport, kerusakan peralatan,

    kekurangan tenaga, pencemaran air, tanah dan udara.

    Food Handling

    Kerusakan pada makanan, kerusakan peralatan makanan, gangguan alat

    transportasi, kehilangan sumber energi, membanjirnya fasilitas.

    Vector ControlMeningkatnya perkembangbiakan vektor, meningkatnya kontak vektor

    dengan manusia, berkembangnya vektor penyakit dan kerusakan program.

    Home SanitationKerusakan pondasi bangunan, pencemaran pada air dan makanan, kehilangan

    tenaga akibat pemanasan yang tinggi, limbah cair maupun limbah padat dan

    kekumuhan.

    Menyikapi pencegahan penyakit berpotensi wabah atau penyakit berbasis

    lingkungan tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, Pasal 22 yang

    berkaitan dengan kesehatan lingkungan, disebutkan bahwa:

    1. Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas

    lingkungan yang sehat.

    2. Kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat umum, lingkungan

    pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum dan lingkungan lainnya.

    3. Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan

    limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian

    vektor penyakit dan penyehatan atau pengamanan lainnya.

    4. Setiap tempat atau sarana pelayanan umum wajib memelihara dan

    meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar persyaratan.

    Secara spesifik tujuan penyelenggaraan sanitasi menurut Depkes (1999) adalah:

  • 7/22/2019 BAB 1 Refrat 235 Editan (1)

    9/19

    9

    1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat (pasien, klien dan

    masyarakat sekitarnya) akan pentingnya lingkungan dan perilaku hidup bersih dan

    sehat.

    2. Agar masyarakat mampu memecahkan masalah kesehatan yang berhubungan

    dengan kesehatan lingkungan.

    3. Agar tercipta keterpaduan antar program kesehatan dan antar sektor terkait

    yang dilaksanakan dengan pendekatan penanganan secara holistik terhadap

    penyakit yang berbasis lingkungan. Meningkatkan kewaspadaan dini terhadap

    penyakit yang berbasis lingkungan melalui pemantauan wilayah setempat (PWS)

    secara terpadu.

    II.3 Penyakit yang Timbul dari Lingkungan

    1. Sakit pada Saluran Pencernaan dan Diare

    Sakit pada saluran pencernaan dan diare disebabkan karena menggunakan air

    yang telah tercemar kotoran, baik yang berasal dari sampah, tinja, atau kotoran

    hewan.

    2. Sakit kulitSakit kulit disebabkan karena menggunakan air yang telah tercemar kotoran,

    baik yang berasal dari sampah, tinja, atau kotoran hewan untuk mandi atau mencuci

    baju, sehingga kotoran menempel di badan.

    3. Sakit mata

    Sakit mata disebabkan oleh masuknya kuman penyakit ke mata, salah satunya

    melalui air yang kotor, yang digunakan untuk mandi atau mencuci muka.

    4. Cacingan

    Cacingan dapat terjadi karena menggunakan air yang telah tercemar dari

    kotoran manusia atau binatang karena didalam kotoran tersebut terdapat telur cacing.

    5. Malaria

    Nyamuk malaria berkembang biak di air yang tergenang, oleh karena itu bila

    ada air yang menggenang harus dialirkan agar tidak ada nyamuk yang bertelur di

    tempat tersebut. Tempat bertelur nyamuk malaria antara lain di sawah, kolam, danau,

    terutama di daerah pantai.

  • 7/22/2019 BAB 1 Refrat 235 Editan (1)

    10/19

    10

    6. Demam Berdarah Dengue (DBD)

    Tempat berkembang biak nyamuk demam berdarah yaitu di air yang

    tergenang dan jernih. Untuk mencegahnya, air yang menggenang harus dialirkan

    agar tidak ada nyamuk yang bertelur di tempat tersebut. Menutup tempat

    penampungan air dan mengurasnya minimal seminggu sekali agar telur yang berada

    di tempat air tersebut tidak sempat menetas menjadi nyamuk dan menimbun barang

    bekas. Upaya pencegahan tersebut di atas dikenal dengan istilah 3M yaitu menutup,

    menguras, dan menimbun.

    7. Kaki Gajah (Flariasis)

    Penyakit kaki gajah (Elephantiasis) disebabkan oleh cacing filaria yang

    menyumbat pembuluh limfe sehingga mengakibatkan pembengkakan. Cacing filaria

    terdapat didalam tubuh nyamuk culex yang biasa berkembang biak di air kotor yang

    tergenang seperti got, comberan, dan rawa. Untuk mencegahnya adalah dengan

    mengalirkan air agar tidak ada nyamuk yang bertelur di tempat tersebut.

    Penyakit yang berkaitan dengan tempat tinggal dan perilaku

    Tempat tinggal dan juga perilaku tidak sehat dapat menyebabkan juga

    menularkan penyakit bagi penghuninya, seperti sakit batuk, flu, sakit mata, demam,

    sakit pada kulit, maupun kecelakaan.

    Kebiasaan tidur bersama dalam satu kamar tidur atau terlalu banyak penghuni

    adalah kebiasaan tidak baik dalam rumah, karena penyakit akan menular dengan

    cepat. Biasanya bila salah seorang menderita batuk dan flu, maka semua yang tidur

    bersama dengan orang tersebut akan tertular sakit batuk dan flu. Penyakit-penyakit

    lain yang dapat menular akibat tidur bersama-sama yaitu seperti sakit mata (misal;

    Conjuntivitis), kulit (misal; Herpes, cacar), atau batuk darah (misal; tubreculosis).Merokok juga adalah kebiasaan yang sangat tidak sehat bagi perokok, apalagi

    jika dilakukan di dalam rumah. Akibatnya dapat mengenai penghuni lainnya. Asap

    rokok mengandung zat bersifat racun bagi tubuh dan dapat mennyebabkan sakit

    kanker, jantung dan gannguan janin pada ibu hamil.

    Dapur merupakan tempat kegiatan untuk mengolah, menyiapkan dan

    menyimpan makanan. Kegiatan memasak sering dilakukan oleh ibu sambil

    menggendong anaknya yang masih kecil. Tanpa disadari bahwa menggendong anak

  • 7/22/2019 BAB 1 Refrat 235 Editan (1)

    11/19

    11

    sambil memasak merupakan perilaku tidak sehat terutama untuk anak karena anak

    dapat terkena asap dapur yang berasal dari pembakaran bahan bakar (minyak, kayu,

    arang, daun, batu bara). Dari kegiatan memasak sambil menggendong anak, dapat

    menimbulkan sakit pada saluran pernafasan seperti batuk. Menjamah makanan tanpa

    cuci tangan pakai sabun terlebih dahulu juga sangat berbahaya karena pada tangan

    terdapat banyak kotoran setelah tangan melakukan banyak kegiatan.

    Kegiatan manusia sebagian besar menggunakan tangan sehingga, tangan

    dapat menjadi sumber penularan penyakit. Penyakit yang dapat ditularkan melalui

    tangan antara lain seperti diare, cacingan, keracunan, sakit kulit dan lain-lain. Secara

    ringkas keadaan rumah yang tidak sehat dapat menjadi sumber penularan penyakit

    seperti terlihat pada alur penularan penyakit dibawah ini.

    Gambar bagan tempat tinggal

    temapat tinggal

    ventilasi

    saluran

    pernapasan

    TBC

    sinar matahari penyakit kulit,TBC

    suara bisingsakit

    pendengaran

    lantai diare, cacingan

    dinding TBC, saluranpernapasan

    serangga, tikus,

    hewan

    peliharaan

    rabies, cacingan,

    DBD, alergi,

    leptospirosis

  • 7/22/2019 BAB 1 Refrat 235 Editan (1)

    12/19

    12

    Gambar. bagan perilaku penghuni rumah

    II.4 Pencegahan Penyakit Berbasis Lingkungan dan Perilaku Hidup Bersih dan

    Sehat (PHBS)

    Sanitasi lingkungan pada hakekatnya adalah kondisi atau keadaan lingkungan

    yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap status kesehatan yang optimum

    pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup:

    perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih,

    pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak(kandang) dan sebagainya (Anwar, 2003).

    Sanitasi lingkungan mengutamakan pencegahan terhadap faktor lingkungan

    sedemikian rupa sehingga munculnya penyakit akan dapat dihindari. Usaha sanitasi

    dapat berarti pula suatu usaha untuk menurunkan jumlah bibit penyakit yang terdapat

    di lingkungan sehingga derajat kesehatan manusia terpelihara dengan sempurna

    (Azwar, 1992).

    perilakupenghuni rumah

    merokoksaluran

    pernapasan

    alkohol metabolisme

    BAB diare

    membuangsampahsembarangan

    diare

    tidur bersama-sama

    sakit mata, sakitkulit

  • 7/22/2019 BAB 1 Refrat 235 Editan (1)

    13/19

    13

    Sanitasi lingkungan juga merupakan salah satu usaha untuk mencapai

    lingkungan sehat melalui pengendalian faktor lingkungan fisik khususnya hal-hal

    yang mempunyai dampak merusak perkembangan fisik kesehatan dan kelangsungan

    hidup manusia. Usaha sanitasi lingkungan menurut Kusnoputranto (1993) adalah

    usaha kesehatan yang menitik beratkan pada usaha pengendalian faktor lingkungan

    fisik yang mungkin menimbulkan dan menyebabkan kerugian dalam perkembangan

    fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia.

    Menurut WHO, sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah upaya

    pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan

    atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan

    dan daya tahan hidup manusia (Umar, 2003). Sanitasi lingkungan dapat pula

    diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan

    standar kondisi lingkungan yang mendasar yang mempengaruhi kesejahteraan

    manusia. Kondisi tersebut mencakup pasokan air yang bersih dan aman; pembuangan

    limbah dari manusia, hewan dan industri yang efisien, perlindungan makanan dari

    kontaminasi biologis dan kimia, udara yang bersih dan aman; rumah yang bersih dan

    aman. Dari defenisi tersebut, tampak bahwa sanitasi lingkungan ditujukan untuk

    memenuhi persyaratan lingkungan yang sehat dan nyaman. Lingkungan yang

    sanitasinya buruk dapat menjadi sumber berbagai penyakit yang dapat mengganggu

    kesehatan manusia. Pada akhirnya jika kesehatan terganggu, maka kesejahteraan juga

    akan berkurang. Karena itu upaya sanitasi lingkungan menjadi penting dalam

    meningkatkan kesejahteraan (Setiawan, 2008).

    Slamet (2001) mengungkapkan bahwa sanitasi lingkungan lebih menekankan

    pada pengawasan dan pengendalian / kontrol pada faktor lingkungan manusiaseperti:

    a. Penyediaan air menjamin air yang digunakan oleh manusia bersih dan sehat.

    b. Pembuangan kotoran manusia, air, dan sampah.

    c. Individu dan masyarakat terbiasa hidup sehat dan bersih.

    d. Makanan yang bergizi menjamin makanan tersebut aman, bersih dan sehat.

  • 7/22/2019 BAB 1 Refrat 235 Editan (1)

    14/19

    14

    e. Bebas dari anthropoda, binatang pengerat, dan lain-lain.

    f. Kondisi udara bebas dari polusi.

    g. Pabrik-pabrik, kantor-kantor dan sebagainya tidak menimbulkan risiko bagi

    masyarakat sekitar.

    Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)1. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

    Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan

    pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,

    kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi, memberikan

    informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan

    perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan

    pemberdayaan masyarakat (empowerman) sebagai suatu upaya untuk membantu

    masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan masing-

    masing, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga,

    memelihara dan meningkatkan kesehatan.

    2. Tatanan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

    Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain,

    berinteraksi dan lain-lain.Terdapat 5 tatanan PHBS yaitu rumah tangga, sekolah,

    tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat-tempat umum.

    a)PHBS di Rumah TanggaPHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah

    tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat

    serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

    Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS

    rumah tangga yaitu:

    http://kesmas-unsoed.blogspot.com/http://kesmas-unsoed.blogspot.com/http://kesmas-unsoed.blogspot.com/
  • 7/22/2019 BAB 1 Refrat 235 Editan (1)

    15/19

    15

    1) Persalinan ditolong oleh tenaga

    kesehatan.

    2) Memberikan ASI ekslusif pada bayi.

    3) Menimbang balita setiap bulan.

    4) Menggunakan air bersih.

    5) Mencuci tangan dengan air bersih

    dan sabun.

    6) Menggunakan jamban sehat.

    7) Memberantas jentik di rumah sekali

    seminggu.

    8) Makan buah dan sayur segar setiap

    hari.

    9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari.

    10) Tidak merokok di dalam rumah.

    b)PHBS di SekolahPHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta

    didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil

    pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan

    kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.

    Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS

    sekolah yaitu:

    1) Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun.

    2) Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah.

    3) Menggunakan jamban yang bersih dan sehat.

    4) Olahraga yang teratur dan terukur.

    5) Memberantas jentik nyamuk.

    6) Tidak merokok di sekolah.

    7) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan.

    8) Membuang sampah pada tempatnya.

    c). PHBS di Tempat Kerja

  • 7/22/2019 BAB 1 Refrat 235 Editan (1)

    16/19

    16

    PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja agar

    tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan

    aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat.

    Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS

    tempat kerja yaitu:

    1) Tidak merokok di tempat kerja.

    2) Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja.

    3) Melakukan olahraga secara teratur/aktifitas fisik.

    4) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah buang

    air besar dan buang air kecil.

    5) Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja.

    6) Menggunakan air bersih.

    7) Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar.

    8) Membuang sampah pada tempatnya.

    9) Mempergunakan alat pelindung diri (APD) sesuai jenis pekerjaan.

    10) Menggunakan alat kerja yang ergonomis.

    d. PHBS di Institusi Kesehatan

    PHBS di institusi kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien,

    masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk

    mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta berperan aktif dalam

    mewujudkan institusi kesehatan sehat dan mencegah penularan penyakit di institusi

    kesehatan

    Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS

    institusi kesehatan yaitu:

  • 7/22/2019 BAB 1 Refrat 235 Editan (1)

    17/19

    17

    1) Menggunakan air bersih.

    2) Menggunakan Jamban.

    3) Membuang sampah pada tempatnya.

    4) Tidak merokok di institusi kesehatan.

    5) Tidak meludah sembarangan.

    6) Memberantas jentik nyamuk.

    7) Membuang limbah sesuai tempatnya

    e. PHBS di Tempat-tempat Umum

    PHBS ditempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat

    pengunjung dan pengelola tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk

    mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat umum sehat.

    Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS

    tempat umum yaitu:

    1) Menggunakan air bersih.

    2) Menggunakan jamban.

    3) Membuang sampah pada tempatnya.

    4) Tidak merokok di tempat umum.

    5) Tidak meludah sembarangan.

    6) Memberantas jentik nyamuk.

    7) Makan makanan higienis

    8) Terhindar dari suara bising

    9) Terhindar dari pantulan sinar

    10) Ventilasi yang baik

  • 7/22/2019 BAB 1 Refrat 235 Editan (1)

    18/19

    18

    BAB III

    PENUTUP

    III.1 Kesimpulan

    Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa

    kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi

    manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.

    Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara agen atau

    factor penyebab penyakit, manusia sebagai pejamu atau host, dan faktor

    lingkungan yang mendukung. Ketiga faktor tersebut dikenal sebagai Trias Penyebab

    Penyakit.

    Penyakit yang disebabkan oleh lingkungan banyak macamnya, ada diare,

    sakit mata, kaki gajah, penyakit kulit, DBD, malaria, cacingan dan lain sebagainya.

    Hal ini terjadi karena perilaku manusia iyu sendiri terhadap lingkungannya.

    Pencegahan dapat dilakukan dengan cara merubah perilaku. Perilaku Hidup

    Bersih dan Sehat (PHBS) akan mengurangi kita untuk terjangkit penyakit. 10

    program PHBS yang di canangkan pemerintah diantaranya persalinan ditolong oleh

    tenaga kesehatan. memberi ASI ekslusif, menimbang balita setiap bulan,

    menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan

    jamban sehat, memberantas jentik dd rumah sekali seminggu, makan buah dan sayur

    setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah.

    III.2 Saran

    Dengan pembuatan referat ini penulis berharap kepada masyarakat atau

    pembaca dapat merubah perilaku hidupnya menjadi lebih baik sesuai dengan PHBS

    yang di tetapkan agar hidup masyarkat bisa tetap sehat dan hidup bahagia.

  • 7/22/2019 BAB 1 Refrat 235 Editan (1)

    19/19

    19

    DAFTAR PUSTAKA

    Achmadi, dkk. 2005. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Buku Kompas.

    Jakarta.

    Anwar, Musadad. 2003. Sanitasi Rumah Sakit Sebagai Investasi,

    http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10SanitasiRS083.pdf/0SanitasiRS083.h

    tml.diakses tanggal 20 Januari 2011..

    Azwar, 1990, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan.PT. Mutiara Sumber Widya.

    Jakarta.

    Depkes RI 1999. Pedoman Pelaksanaan Klinik Sanitasi. Ditjen PPM dan PL. Jakarta.

    Heru, Subari, dkk. 2004.Manajemen Epidemiologi. Media

    presindo.Yogyakarta. Hal.15-17.

    Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.

    Rineka Cipta, Jakarta.

    Nur Nasry Noor. 2002. Epidemiologi. Universitas Hasanuddin. Makassar. Hal.29.

    Soemirat. S. 2004. Kesehatan Lingkungan UGM.Yogyakarta.

    Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan

    WHO. 2002.Linking Program Evaluation to User Needs.The Politics of Program

    Evaluation.Sage, USA.