bab 2 refrigeran

Upload: muhammad-afifuddin

Post on 16-Feb-2018

254 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    1/38

    16

    BAB 2 REFRIGERAN

    Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi)

    atau mesm pengkondisian udara (AC). Zat ini berfungsi untuk menyerap panas

    dari benda atau udara yang didinginkan dan membawanya kemudian

    membuangnya ke udara sekeliling di luar benda/ruangan yang didinginkan.

    2.1. PENGELOMPOKAN REFRIGERAN

    Refrigeran yang pertama kali digunakan adalah eter oleh Perkins pada

    mesin kompresi uap [1]. Selanjutnya pada tahun 1874 digunakan sulfur dioksida

    (S02), dan pada tahun 1875 mulai digunakan ethyl chloride (C2HsCl) dan

    ammonia. Selanjutnya metil khlorida (CH3Cl) mulai digunakan tahun 1878 dan

    karbon dioksida (C02) tahun 1881. Nitrogen oksida (N203) dan hidrokarbon (CRt,

    C2H6, C2H4, dan C3H8) banyak digunakan sekitar tahun 1910 sampai 1930.

    Dichloromethane (CH2Cl), dichloroethylene (C2H2Ch) dan monobromomethane

    (CH3Br) juga digunakan sebagai refrigeran pada mesin sentrifugal.

    Penggunaan refrigeran-refrigeran yang disebutkan diatas jauh berkurang

    setelah ditemukannya Freon (merek dagang) oleh E.!. du Point de Nemours and

    Co pad a sekitar tahun 1930an, dan menjadi sangat populer sampai dengan tahun

    1985. Refrigeran ini disebut sebagai refrigeran halokarbon (halogenated

    hydrocarbon) karena adanya unsur-unsur halogen yang digunakan (Cl, Br) atau

    kadangkala disebut sebagai refrigeran fluorokarbon (fluorinated hydrocarbon)

    karena danya unsure fluor (F) dalam senyawanya. Berdasarkan jenis senyawanya,

    refrigeran dapat dikelompokan menjadi:

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    2/38

    17

    1. Kelompok refrigeran senyawa halokarbon.

    2. Kelompok refrigeran senyawa organikcyclic.

    3. Kelompok refrigeran campuran Zeotropik.

    4. Kelompok refrigeran campuran Azeotropik.

    5. Kelompok refrigeran senyawa organik biasa.

    6. Kelompok refrigeran senyawa anorganik.

    7. Kelompok refrigeran senyawa organik tak jenuh.

    2.1.1. Kelompok Refrigeran Senyawa Halokarbon

    Kelompok refrigeran senyawa halokarbon diturunkan dari hidrokarbon

    (HC) yaitu metana (CH4), etana (C2H6), atau dari propana (C3H8) dengan

    mengganti atom-atom hidrogen dengan unsur-unsur halogen seperti khlor (CI),

    fluor (F), atau brom (Br). Jika seluruh atom hidrogen tergantikan oleh atom CI

    dan F maka refrigeran yang dihasilkan akan terdiri dari atom khlor, fluor dan

    karbon. Refrigeran ini disebut refrigeran chlorofluorocarbon (CFC). Jika hanya

    sebagian saja atom hidrogen yang digantikan oleh Cl dan atau F maka refrigeran

    yang terbentuk disebuthydrochlorofluorocarbon (HCFC). Refrigeran halokarbon

    yang tidak mengandung atom khlor disebut hydro fluorocarbon (HFC).

    Berdasarkan pembahasan di atas refrigeran halokarbon dapat dituliskan sebagai:

    CmHnFpClq

    untuk senyawa halokarbon jenuh berlaku (n + p +q) = 2m + 2, sedangkan

    untuk senyawa tak jenuh (n + p + q)=2 m. Dalarn hal ini m menyatakan jumlah

    atom C, n adalah jumlah atom H, p adalahjumlah atom F, dan q

    menyatakanjurnlah atom Cl.

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    3/38

    18

    Cara penomoran refrigeran halokarbon adalah

    R-(m-l) (n+l) (p)

    Jika (m-l) sama dengan nol maka angka nol dihilangkan. Sebagai contoh

    CCl3F (trichlorofluoromethane) dituliskan sebagai R-11 atau CFC-11. CCl2F2

    (Dichlorodifluoromethane) dituliskan sebagai R-12 atau CFC-12. CHClF2

    (Chlorodifluoromeihane) dituliskan sebagai R-22 atau HCFC-22. C2Cl3F3

    dituliskan sebagai R113 atau CFC-113. Metana (CH4) dituliskan sebagai R-50,

    etana (C2H6) adalah R-170, propane (C3H8) R-290 dan seterusnya.

    Jumlah atom khlor dalarn senyawa dapat dihitung dengan cara mengurangi

    jumlah atom fluor dan hidrogen dari jumlah atom total yang terikat pada atom-

    atom C. Untuk halokarbon dari gugus metana jumlah atom total terse but adalah

    empat sedangkan dari gugus etana jumlah atom yang dimaksud adalah enam.

    Untuk refrigeran halokarbon jenuh jumlah atom total yang terikat pada atom C

    adalah 2 m + 2, dimana m adalah jumlah atom karbon.

    Untuk refrigeran yang mengandung ,bromida dituliskan dengan

    menambahkan huruf B dan diikuti dengan angka yang menyatakan jumlah atom

    khlor yang digantikannya. Sebagai contoh R-13Bl adalah refrigeran R-13 yang

    satu atom khlornya digantikan oleh satu atom Br.

    Untuk turunan bersiklus, ditambahkan huruf C di depan nomor refrigeran.

    Untuk isomer pada gugus etana, setiap isomer diberi nomor refrigeran yang sarna

    dengan isomer yang paling simetri dinyatakan dengan nomor refrigeran saja.

    Sedangkan isomer yang lain diberi imbuhan hurufkecil (a, b, c, dst) sesuai dengan

    urutan ketidaksimetrian. Kesimetrian ditentukan dengan menghitung jumlah atom

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    4/38

    19

    halogen dan hidrogen yang terikat pada setiap atom C. Kemudian jumlah berat

    atom yang terikat pada satu atom C dikurangi dengan jumlah berat atom yang

    terikat dengan atom C lainnya. Semakin kecil harga absolut perbedaannya

    semakin simetri senyawa refrigeran terse but. Contoh cara penulisan nomor untuk

    isomer pada Tabe12.1.

    Tabel 2.1 Contoh penomoran isomer refrigeran halokarbon gugus etana

    Isomer Rumus

    Kimia

    Atom yang terikat pada atom C

    W1 W2 W1-W2R-123R-123a

    CHCl2CF3CHCIFCC1F2CCl2FCHF2

    71,973,4

    89,9

    57,055,5

    39,0

    14,917,9

    50,9R-123b

    Keterangan:

    Wi=jumlah berat atom halogen dan hidrogen yang terikat pata atom karbon i

    Untuk isomer pada gugus propana, setiap isomer mempunyai nomor yang

    sarna dan pembedaan antar isomer dilakukan dengan memberi akhiran dua huruf

    kecil. Huruf kecil yang pertarna menunjukkan jenis atom C tengah (C2), dengan

    aturan sebagai berikut:

    Jenis atom C tengan (C2) Huruf akhiran pertama

    -CCl2-CCIF-

    -CF2-

    -CC1H-

    -CFH-

    -CH2-

    A

    b

    c

    d

    e

    f

    Sedangkan huruf kecil yang kedua (a,b,e, dst) diberikan sesuai dengan

    urutan ketidaksimetrian sama seperti cara penulisan isomer gugus etana. Contoh

    penomoran isomer refrigerant halokarbon gugus propane diberikan pada Tabel

    2.2.

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    5/38

    20

    Tabel 2.2 Contoh penomoran isomer refrigeran halokarbon gugus propane

    Isomer Rumus Kimia Group C2Atom yang terikat pada atom C

    W1 W2 W1-W2R-225aa CF3CCl2CHF2 CCl2 57,0 39,0 18,0

    R-225ba CHClFCClFCF3 CClF 55,5 57,0 1,5

    R-225bb CCIF2CClFCHF2 CClF 73,4 39,0 34,4

    R-225ca CHC l2CF2CF3 CF2 71,9 57,0 14,9

    R-225cb CHClFCF2CClF2CClF2CHClCF3

    CF2CHCI

    89,9

    73,4

    39,0

    57,0

    50,9

    16,4R-225da

    R-225ea CClF2CHFCClF2 CHF 73,4 73,4 0,0

    R-225eb CC l2FCHCF3 CHF 89,9 57,0 32,9

    Keterangan:

    C2=atom karbon tengah (kedua)

    Wi=jumlah berat atom halogen dan hidrogen yang terikat pada atom karbon i

    Bagi gugus cylopropane yang terhalogenisasi, atom karbon tengah akan

    memliki jumlah berat atom (dari atom-atom yang terikat padanya) terbesar. Untuk

    senyawa ini akhiran huruf pertama dihilangkan. Akhiran huruf yang kedua

    menunjukkan kesimetrian unsur-unsur yang terikat pada atom-atom C ujung (C1

    dan C3). Kesimetrian ditentukan dengan cara menju1ahkan berat atom dari unsur-

    unsur halogen dan hidrogen yang terikat pada masing-masing atom C ujung (C 1

    dan C3). Kemudian dicari selisih jumlah berat atom yang terikat pada atom C1 dan

    C3. Semakin kecil nilai selisih absolut semakin simetri isomer tersebut. Isomer

    yang paling simetri diberi akhiran huruf yang kedua 'a' (tidak seperti pada gugus

    etana yang tidak diberi huruf). Selanjutnya akhiran huruf b,c, dst diberikan kepada

    isomer yang lebih tidak simetri. Akhiran huruf tidak dituliskan apabila senyawa

    tersebut tidak mungkin mempunyai isomerisomer lain, dan nomor refrigeran

    menunjukkan struktur molekul yang unik. Sebagai contoh CF3CF2CF3 diberi

    nomor refrigeran R-218 dan bukan R-218ca.

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    6/38

    21

    Untuk senyawa tak jenuh ditarnbahkan angka jumlah ikatan tak jenuh

    didepan (m-1) contoh adalahethylene (C2H4) dituliskan sebagai R-1150 karena

    mempunyai satu ikatan rangkap (CH2=CH2).

    Gambar 2.1 menunjukkan 15 refrigeran halokarbon gugus metana,

    sedangkan Gambar 2.2 menunjukkan 28 refrigeran dari 55 refrigeran gugus etana

    yang mungkin (termasuk isomernya). Sedangkan dari propana dapat diturunkan

    332 refrigeran halokarbon.

    Gambar 2.1 Refrigeran halokarbon gugus metana

    CCl4

    R-10

    CFCL3

    R-11

    CHCl3

    R20

    CHFCl2

    R-21

    CH2Cl2

    R-30

    CF2Cl2

    R-12

    CH2FCl

    R-31

    CH3Cl

    R-40

    CHF2Cl

    R-22

    CF3Cl

    R-13

    CH3F

    R-41

    CH4

    R-5

    CH2F2

    R-32

    CHF3

    R-23

    CF4

    R-14

    CL

    H F

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    7/38

    22

    Gambar 2.2 Refrigeran halokarbon gugus etana

    Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 masing-masing memperlihatkan refrigeran

    halokarbon gugus metana dan gugus etana beserta masing-masingNormal Boiling

    Poing (NBP).

    C2Cl6

    R-110

    C2FCL3

    R-111

    C2HCl5

    R-120

    C2HFCl4

    R-121

    C2H2Cl4

    R-130

    C2F2Cl4

    R-112

    C2H2FCl3

    R-131

    C2H3Cl4

    R-140

    C2HF2Cl3

    R-122

    C2F3Cl3

    R-113

    C2H3FCl2

    R-141

    C2H4Cl2

    R-150

    C2H2F2Cl2

    R-124

    C2HF3Cl2

    R-123

    C2F4Cl2

    R-114

    C2H4FCl

    R-151

    C2H5Cl

    R-160

    C2H2F2Cl

    R-142b

    C2H2F3Cl

    R-133

    C2HF4Cl

    R-124

    C2F5Cl

    R-115

    C2H5F

    R-161

    C2H6

    R-170

    C2H2F2

    R-152a

    C2H3F3

    R-143a

    C2H2F4

    R-134a

    C2HF5

    R-125

    C2F6

    R-116

    CL

    H F

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    8/38

    23

    Tabel 2.3 Refrigeran halokarbon gugus metana dan NBP nya (C) [1]

    Jumlah Atom FJumlah atom H

    4-H 3-H 2 -H 1-H O-H0 - F CR4 CH3Cl CH2Ch CHC3 CC14

    R-50

    -164,0

    R-40

    -23,74

    R-30

    40

    R-20

    61,2

    R-10

    76,7

    1 - F CH3F CH2ClF CHCl2F CCl3F

    R-41 R-31 R-21 R-11

    -78,0 -9,0 8,9 23,7

    2 - F CH2F2 CHCIF2 CCl2F2R-32 R-22 R-12

    -51,6 -40,8 -29,8

    3 - F CHF3 CCIF3R-23 R-13

    -82,2 -81,5

    4 - F CF4R-14

    -127,8

    Refrigeran yang mempunyai banyak atom Cl cenderung beracun. Atom F

    ditarnbahkan agar senyawa menjadi stabil. Dari tabel-tabel tersebut di atas dapat

    dilihat bahwa senyawa yang mempunyai banyak atom Cl akan mempunyai NBP

    yang lebih tinggi. Sedangkan meningkatnya jumlah atom F cenderung

    menurunkan NBP senyawa yang terbentuk.

    2.1.2. Kelompok Refrigeran Senyawa Organik Cyclic

    Kelompok refrigeran ini diturunkan dari butana. Aturan penulisan nomor

    refrigeran adalah sarna dengan cara penulisan refrigeran halokarbon tetapi

    ditarnbahkan huruf C sebelum nomor. Contoh dari kelompok refrigeran ini

    adalah:

    R -C316 C4Cl2F 6 1,2-dichlorohexafluorocyclobutane

    R-C317 C4ClF7 chloroheptafluorocyclobutane

    R-318 C4F8 octafluorocyclobutane

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    9/38

    24

    2.1.3. Kelompok Refrigeran Campuran Zeotropik

    Kelompok refrigeran ini merupakan refrigeran carnpuran yang bisa terdiri

    dari carnpuran refrigeran CFC, HCFC, HFC, dan HC. Refrigeran yang terbentuk

    merupakan carnpuran tak bereaksi yang masih dapat dipisahkan dengan cara

    destilasi.

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    10/38

    21

    Tabel 2.4 Refrigeran halokarbon gugus etana clan NBP nya (C) [1]

    Jumlah atom FJumlah Atom H

    6-H 5-H 4-H 3-H 2-H 1-H 0-H

    0-F C2H6 C2HsCI CH2Cl-CH2Cl2 CH2CI-CHCl2 CHCl3-CHCl2 CHC l2-CC l3 C2Cl6R-170 R-160 R-150 R-140 R-130 R-120 R-110

    -88,6 12,0 84,0 113,0 145,0 162,0 185,0CH3-CH l2 CHrCCh CH2CI-CCh

    R-150a (?) R-140a (?) R-130a (?)

    57,0 75,0 128,0

    1-F C2H5F CH3-CHClF CH2CI-CHClF CHC l2-CHClF CHC l2-CC l2F CC l3-CC l2F

    R-161 R-151 R-141 R-131 R-121 R-111

    4,0 65,0 102,0 115,7

    CH2Cl- CH2F CH3-CC l2F CC l3-CH2F CC l3-CHClF

    R-151a (?) R-141a (?) R-131a(?) R-121a(?)-37,7 42,0 90,0 117,0

    CHCh-CH2F CH2CI-CChF

    R-141b R-131b(?)

    32,1 86,0

    2-F CH2F-CH2F CH3Cl-CHF3 CHClF-CHClF CHClF-CC l2F CC l2F-CC l2F

    R-152 R-142 R-132 R-122 R-112

    -24,7 35,0 66,0 85,0 92,0CH3CHF2 CH2F-CHClF CH2F-CCl2F CC l3-CHF2 CC l3-CClF2R-152a R-142a (?) R-132a (?) R-122a (?) R-112a

    -24,15 27,0 62 77,0 91,5CH3-CCIF2 CHC l2-CHF3 CHC l2-CClF2R-142b R-132b (?) R-122b (?)-9,25 60 72,0

    CH2Cl-CClF2R-132c (?)49,0

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    11/38

    22

    Jumlah Atom FJumlah Atom H

    6-H 5 -H 4-H 3 - H 2-H 1 - H 0-H

    3-F CH2F-CHF2 CHClF-CHF2 CHF3 - CClF CClF3-CCl2F

    R-143 R-133 R-123 R-113

    -35,0 17,0 38,0 47,68

    CH3-CF3 CH2Cl-CF3 CHClF-CClF2 CC l2-CF3R-143a R-133a (?) R-123a R-113a-47,35 8,0 32,0 45,9

    CH2F-CClF2 CHC l2-CF3R-133b (?) R-123b

    8,0 28,0

    4-F CHF2-CHF2 CHClF-CF3 CC l2F-CF3R-134 R-124 R-114

    -20,0 -12,0 -12,0CH2F-CF3 CHF2CClF2 CClF2-CClF2R-134a R-124a (?) R-114a-26,15 -16,0 3,6

    5-F CHF2CF3 CCIF2-CF3R-125 R-115-48,55 -38,0

    6-F C2F6R-116-78,3

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    12/38

    23

    Refrigeran ini diberi nomor dimulai dengan 4 sedangkan digit selanjutnya

    dibuat sesuai perjanjian. Yang termasuk refrigeran ini adalah

    a. R-401A campuran R-22(53%) + R-152a(13%) + R-124(34%)

    b. R-402B campuran R-125(38%) + R-290(2%) + R-22(60%)

    c. R-403B campuran R-22(56%) + R-218(39%) + R-290(5%)

    Refrigeran campuran zeotropik akan menguap dan mengembun pada

    temperatur yang berbeda hal ini akan menyebabkan terjadinya temperature glide

    baik di evaporator maupun di kondensor, yaitu refrigeran mengalami perubahan

    fasa pada tekanan konstan tetapi temperaturnya terus berubah (lihat Gambar 2.3).

    Gambar 2.3 Sketsa Pernyataan proses Siklus Kompresi Uap Standar pada diagram

    p-h refrigeran campuran zeotropik

    Salah satu kelemahan refrigeran campuran zeotropik adalah adanya sifat

    fraksionasi(fractionation) yaitu berbedanya komposisi di fasa uap dan fasa cairan

    (Gambar 2.4). Adanya fraksionasi menyebabkan timbulnya temperatur glide pada

    saat refrigeran mengalami perubahan fasa di kondensor maupun evaporator.

    Makin besar fraksionasi, makin besar pula temperatur glide (Gambar 2.5).

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    13/38

    24

    Refrigeran zeotropik yang mempunyai temperatur glide yang kecil (dan

    fraksionasi yang kecil) disebut refrigeran hampir azotropik (Near Azoeotropic

    Refrigerant).

    Gambar 2.4 Frasionasi pada campuran zeotropik

    Gambar 2.5 Fraksionansi yang besar rnenyebabkan ternperatur glide yang besar

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    14/38

    25

    Dengan adanya frasionasi ini maka komposisi refrigeran yang tepat berada

    pada fasa eair. Oleh sebab itu refrigeran harns dikeluarkan dalam bentuk fasa eair

    pada saat pengisian. Hal ini dapat dilakukan dengan membalik tabung refrigeran

    bagi yang tabung yang tidak katup berpipa. Beberpa produsen melengkapi tabung

    refrigeran dengan katup berpipa yang memungkinkan pengisian eairan tanpa harns

    membalik tabung (lihat Gambar 2.6). Pengisian melalui sisi uap menyebabkan

    sistem akan terisi refrigeran dengan komposisi yang salah dan meninggalkan

    refrigeran dengan komposisi yang salah dalam botol.

    Gambar 2.6 Pengisian refrigeran zeotropik dari sisi cairan

    Adanya fraksionasi menyebabkan sistem menjadi rawan terhadap

    keboeoran. Pada saat me sin tidak beroperasi (off), fraksionasi terjadi di dalam

    sistem. Apabila terjadi kebocoran uap refrigeran, maka komposisi refrigeran

    dalam sistem akan berubah. Meskipun demikian pada prakteknya perfomansi

    sistem tidak akan berubah hingga kebocoran meneapai 50 % dari jumalah muatan

    refrigeran. Namun demikian, tidak dianjurkan untuk menambah refrigeran pada

    sistem yang sudah mengalami keboeoran. Refrigeran harns dikeluarkan

    seluruhnya dari sistem, di vakum, barn kemudian diisi dengan refrigeran baru.

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    15/38

    26

    Pada saat sistem beroperasi tidak terjadi fraksionasi (Gambar 2.7),

    sehingga refrigeran tereampur merata karena adanya efek turbulensi pada saat

    refrigeran bergerak. Namun demikian di evaporator refrigeran ini akan men gal

    ami perubahan konsentrasi baik di fasa uap maupun di fasa eairan selama

    menguap (Gambar 2.8). Cairan masuk pada komposisi yang benar (misalkan

    50%-50%), pada saat menguap komposisi di fasa cair dan uap akan berbeda,

    namun pada akhir penguapan di posisi keluar evaporator komposisi uap akan 50

    % - 50%.

    Gambar 2.7 Fraksionasi refrigeran zeotropik pada mesin tidak beroperasi

    Gambar 2.8 Perubahan konsentrasi dan temperatur di evaporator

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    16/38

    27

    Pengaruh fraksionasi pada komponen mesin refrigerasi seperti flooded

    evaporator dan akumulator diperlihatkan pada Gambar 2.8. Pada flooded

    evaporator frasionasi pasti terjadi, hal iniakan menyebabkan uap yang

    komposisinya 80/20 (misalnya) akan terisap ke kompresor dan akan menyebabkan

    tekanan keluaran kmpresor menjadi tinggi dan menurunkan performansi mesin.

    Oleh sebab itu refrigeran zeotropik tidak cocok untuk sistem dengan flooded

    evaporator. Mesin refrigerasi yang memiliki akumulatr juga akan mengalami

    masalah dengan refrigeran zeotropik. Hal ini teIjadi apabila akumulatir berisi

    cairan refrigeran, uap yang dihasikan dari cairan ini mempunai komposisi

    komponen bertekanan tinggi yang lebih besar (80/20 misalnya). Uapa bertekanan

    tinggi ini secara periodik akan terisap oleh kompresor yang menyebabkan

    timbulnya kenaikan tekanan di kompresor. Untuk mencegah hal ini maka

    diusakan untuk tidak menggunakan akumulator atau mengisi muatan refrigeran

    yang sesuai agar akumulator tidak berisi cairan.

    Gambar 2.9 Pengaruh fraksionasi refrigeran zeotropik pada flooded evaporator

    dan akumulator

    Adanya perbedaan konsentrasi refrigeran akan menyebabkan perbedaan

    temperatur sepanjang evaporator, sehingga ada bagian yang dingin pada bagian

    awal evaporator dan bagian yang panas pada ujung keluar evaporator. Meskipun

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    17/38

    28

    temperatur rata-rata evaporator sesuai dengan temperatur yang diiginkan adanya

    daerah yang digin di awal evaporator akan menyebabkan teIjadinya bunga es ang

    berlebihan pada daerah tersebut. Sebaliknya daerah panas pada ujung evaporator

    akan menyebabkan terjadinya hot spot di daerah tersebut dan akan mempengaruhi

    produk yang akan didinginkan pada daerah tersebut. Selain itu, sensor katup

    ekaspansi termostatik akan mendeteksi temperatur yang lebih tinggi dan akan

    mempengaruhi derajat superpanas yang dihasilkan pada stasion keluar eveporator.

    Gambar 2.10 Perbedaan temperatur sepanjang evaporator

    Adanya temperatur glide di dalam evaporator tidak akan menyebabkan

    penurunan performansi secara langsung tetapi akan mempengaruhi setting kendali

    temperatur dan tekanan, yang dapat pula mempengaruhi performansi. Pengaruh

    temperatur glide terhadap derajat superpanas refrigeran pada posisi keluar

    evaporator diperlihatkan pada Gambar 2.11. Jika sebelumnya system berisi

    refrigeran berkomponen tunggal dan seting derajat superpanas adalah 10C, maka

    setelah diretrofit dengan refrigeran zeotropik yang mempunyai temperatur glide,

    maka derajat superheat akan mengecil dan kurang dari 10C (misalnya 4C),

    maka apabila teIjadi penurunan beban yang menyebabkan temperatur refrigerant

    turun melebihi 4C, maka refrigeran akan berada dalam kondisi campuran dan

    cairan akan memasuki kompresor.

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    18/38

    29

    Gambar 2.11 Pengaruh temperatur glide terhadap derajat superpanas

    Pengaruh temperatur glide pada seting tekanan diperlihatkan pada Garnbar

    2.11. Pada Garnbar 2.11 a diperlihatkan kondisi evaporator yang berisi refrigeran

    CFC (R -12 misalnya). Temperatur evaporator misalnya adalah -12C dan

    temperatur produk yang didinginkan adalah -7C, tekanan refrigeran dalarn

    evaporator adalah 1 bar, dan setting tekanan shut off tercapai dan saklar tekanan

    akan menghentikan operasi mesin.

    Gambar 2.12 Pengaruh temperatur glide pada kendali tekanan

    Setelah mesin berhenti beroperasi temperatur evaporator akan meningkat

    misalnya mencapa 3,SoC. Pada temperatur ini tekanan refrigeran R-12 akan

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    19/38

    30

    mencapai 2,4 bar dan akan mengaktifkan saklar tekanan untuk mengoperasikan

    me sin (Garnbar 2.11 b). Apabila kemudian me sin diretrofit dengan refrigeran

    zeotropik dan seting tekanan tidak diubah, maka mesin akan tetap berhenti

    beroperasi pada tekanan 1 bar dan kembali aktif bila tekanan evaporator mencapai

    2,4 bar, padahal pada tekanan ini tempeartur refrigeran masih krang dari 3,5C.

    Hal ini akan menyebabkan siklus on/off yang pendek dan mempengaruhi

    performansi sistem.

    Refrigeran zeotropik dengan komposisi tertentu biasanya hanya dapat

    digunakan untuk suatu pemakain di mesin tertentu. Gambar 2.13 memperlihatkan

    perubahan komposisi carnpuran zeotropik pengganti CFC. Perubahan komposisi

    akan menggeser kurva sesuai dengan besamya komposisi komponen refigeran

    yang bertekanan lebih tinggi. Komposisi C 1 mempunyai temperatur yang sarna

    dengan CFC pada temperatur rendah (evaporator), dengan demikian tekanan

    kondensor akan leboh tinggi. Komposisi carnpuran zeotropik seperti ini biasanya

    digunakan untuk mesm refrigerasi.

    Komposisi C2 mempunyai temperatur yang sarna dengan CFC pada

    temperatur karnar (kondisi dalarn botol refrigeran), dengan demikia tekanan

    kondensor akan lebih tinggi dan tekanan evaporator menjadi lebih rendah.

    Komposisi C3 mempunyai temperatur yang sarna dengan CFC pada

    temperatur kondensor, dengan demikian tekanan evaporator menjadi lebih rendah.

    Carnpuran seperti ini cocok untuk diaplikasikan pada Mobile AC, dimana semua

    seting disesuaikan dengan temperatur kondensor.

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    20/38

    31

    Gambar 2.13 Perubahan komposisi carnpuran zeotropik dan aplikasinya

    2.1.4. Kelompok Refrigeran Campuran Azeotropik

    Kelompok refrigeran Azeotropik adalah refrigeran carnpuran tak bereaksi

    yang tidak dapat dipisahkan dengan cara destilasi. Refrigeran ini pada konsentrasi,

    tekanan dan temperatur tertentu bersifat azeotropik, yaitu mengembun dan

    menguap pada temperatur yang sarna, sehingga mirip dengan refrigeran tunggal.

    Narnun demikian pada kondisi (konsentrasi, temperatur atau tekanan) yang lain

    refrigeran ini bisa saja menjadi bersifat zeotropik

    Gambar 2.14 Diagram T - X campuran yang memiliki kondisi azeotropik

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    21/38

    32

    Kelompok refrigeran ini diberi nomor dimulai dengan angka lima,

    sedangkan digit berikutnya dibuat sesuai petjanjian, sebagai contoh:

    a. R-500: R-12 (73.8%) + R-152a (26.2%), Temperatur azeotropik: OC

    b. R-502: R-22 (48.8%) + R-115 (51.2%), Temperatur azeotropik: 19C

    2.1.5. Kelompok refrigeran organik lainnya

    Kelompok refrigeran ini sebenamya terdiri dari unsur C, H dan lainnya.

    Namun demikian cara penulisan nomomya tidak dapat mengikuti cara penomoran

    refrigeran halokarbon karena jumlah atom H nya jika ditambah dengan 1 lebih

    dari 10 sehingga angka kedua pada nomor refrigeran menjadi dua digit. Sebagai

    contoh butana (C4H1O), jika dipaksakan dituliskan sesuai dengan cara penomoran

    refrigeran halokarbon, maka refrigeran ini akan bemomor R-311 0, sehingga akan

    menimbulkan kerancuan.

    Nomor kelompok refrigeran ini dimulai dengan angka 6 dan digit lainnya

    dipilih sebarang berdasarkan kesepakatan. Contoh refrigeran kelompok ini adalah:

    a. R-600 : Butana, CH3CH2CH2CH3

    b. R-600a : Isobutana, CH(CH3)3

    c. R-610 : ethyl ether, C2H5OC2HS

    d. R-611 : methyl format, HCOOCH3

    e. R-630 : methyl amine, CH3NH2

    f. R-631 : ethyl amine, C2H2NH2

    2.1.6. Kelompok refrigeran senyawa anorganik

    Kelompok refrigeran ini diberi nomor yang dimulai dengan angka 7 dan

    digit selanjutnya menyatakan berat molekul dari senyawanya. Contoh dari

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    22/38

    33

    refrigeran ini adalah:

    a. R-702 : hidrogen

    b. R-704 : helium

    c. R-717 : amoma

    d. R-718 : air

    e. R-744 : 02

    f. R-764 : SO2

    2.1.7. Kelompok refrigeran senyawa organik tak jenuh

    Kelompok refrigeran ini mempunyai nomor empat digit, dengan

    menambahkan angka kempat yang menunjukkan jumlah ikatan rangkap didepan

    ketiga angka yang sudah dibahas dalam sistem penomoran refrigeran halokarbon .

    Contoh dari jenis refrigeran ini adalah:

    R-1l30 1,2-dichloroethylene CHCl=CHCl

    R-1150 Ethylene CH2=CH2

    R-1270 Propylene C3H6

    Data nama dan nomor lengkap refrigeran dapat dilihat pada literature [2].

    2.2. SIFAT DAN KARAKTERISTIK REFRIGERAN

    Sifat-sifat refrigeran yang akan dibahas meliputi:

    1. Sifat termodinamika,

    2. Tingkat mampu nyala,

    3. Tingkat racun,

    4. Kelarutan dalam air,

    5. Kelarutan dalam minyak pelumas,

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    23/38

    34

    6. Reaksi terhadap material komponen mesin,

    7. Sifat-sifat fisik,

    8. Kecenderungan bocor,

    9. Pengaruhnya terhadap lingkungan hidup, dan

    10. Harga.

    2.2.1. Sifat termodinamika

    Pemilihan refrigeran yang mempunyai sifat termodinamika yang tepat

    biasanya dilakukan berdasakan kapasitas refrigerasi yang diperlukan (sangat kecil,

    keci1, sedang atau besar) dan temperatur refrigerasi/pendinginan yang diperlukan.

    2.2.1.1. Tekanan dan temperatur jenuh

    Tekanan dan temperatur jenuh akan menentukan kondisi operasi di

    evaporator dan kondensor. Kondisi yang diinginkan adalah pada temperatur

    pendinginan yang diinginkan (misalnya untuk pengkondisian udara 5C, lemari es

    -10 s/d 2C, cold storage -25C, lemari pembeku daging atau ikan -40C)

    refrigeran masih mempunyai tekanan di atas tekanan atmosfer sehingga tidak ada

    tekanan vakum dalam sistem yang dapat menyebabkan masuknya udara dan uap

    air ke dalam sistem. Pada temperatur kondensor yang sedikit di atas temperatur

    kamar, diharapkan refrigeran mempunyai tekanan yang tidak terlalu tinggi

    sehingga tidak diperlukan kompresor dengan perbandingan kompresi yang tinggi

    dan berdaya rendah. Disamping itu diinginkan refrigeran yang mempunyai

    tekanan kondensor dan evaporator yang tidak terlalu tinggi juga. Hal ini

    dimaksudkan agar tidak diperlukan struktur komponen yang kuat dan berat.

    Dengan mengetahui tekanan dan temperatur jenuh refrigeran, maka dapat

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    24/38

    35

    diketahui apakah suatu refrigeran beroperasi pada kisaran tekanan dan temperatur

    yang sarna dan dapat saling menggantikan. Garnbar 2.15 menunjukkan kurva

    jenuh beberapa refrigeran. Dari kurva tersebut dapat dilihat bahwa kurva R-12

    berimpit dengan R134a dan R-152a. Dengan demikian refrigeran R-134a dan R-

    152a dapat menggantikan refrigeran R-12. dari kurva ini pula dapat diprediksi

    bahwa campuran R-32 yang bertekanan tinggi dengan R134a yang bertekanan

    Iebih rendah dapat dihasilkan refrigeran untuk menggantikan R-22. Berbagai

    kombinasi campuran refrigeran bertekanan tinggi dan rendah dapat dilakukan

    untuk menggantikan refrigeran yang tekanannya berada di antara kedua tekanan

    refrigeran-refrigeran yang dicampur.

    Gambar 2.15 Kurva jenuh beberapa refrigeran murni

    Kurva jenuh ini dapat dibuat linier, jika diplot In Psat terhadap l/Tsat. Hal

    ini ditunjukan pada Gambar 2.16. berdasarkan persamaan Clausius - Clayperon

    kemiringan garis akan menunjukan panas laten pengupan refrigeran tersebut.

    Semakin curam kemiringan garis, semakin besar panas laten penguapannya.

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    25/38

    36

    Gambar 2.16 Plot PT Jenuh beberapa refrigerant murni

    Tabel 2.5 menunjukkan beberapa sifat termodinamika refrigeran yang

    umum digunakan. Dari Normal Boiling Point (NBP) biasanya digunakan untuk

    mengetahui kondisi remgeran pada tekanan atmosfer. Dari NBP juga dapat

    diketahui apakah refrigeran tersebut dapat beroperasi pada temperatur rendah atau

    lebih tinggi. Sebagai contoh R-12 mempunyai NBP - 29,8C, dengan demikian

    refrigeran ini banyak digunakan pada mesin refrigerasi yang beroperasi pada

    kisaran temperatur 0 s/d 25C. Dapat terlihat bahwa refrigeran ini masih

    bertekanan di atas tekanan atmosfer pada- 25C.

    R-11 yang mempunyai NBP 23,7C (Tabel 2.5) merupakan refrigeran

    dengan titik didih tinggi oleh sebab itu pada temperatur rendah tekanan evaporator

    berada pada kondisi vakum, bahkan untuk pemakaian pada pengkondisian udara

    sekalipun yang bertemperatur 5C. Kondisi vakum akan menyebabkan besarnya

    volume spesifik uap refrigeran yang keluar dari evaporator. Oleh sebab itu

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    26/38

    37

    diperlukan kompresor sentrifugal untuk menghasilkan laju aliran massa yang

    besar. R-10 mempunyai NBP yang lebih besar lagi (76,7C, Tabel 2.3) oleh sebab

    itu refrigeran ini tidak dapat digunakan meskipun dengan kompresor sentrifugal.

    R-22 mempunyai NBP yang lebih rendah - 40,8C. Dengan demikian refrigeran

    ini dapat digunakan untuk temperatur pendinginan yang lebih rendah dari

    temperatur R12 tanpa mengalami vakum. R-134a mempunyai NBP yang dekat

    dengan R-12 oleh sebab itu refrigeran ini digunakan untuk menggantikan R-12

    yang penggunaanya mulai di hapus karena merusak lapisan ozon. R-290

    mempunyai NBP yang dekat dengan R-22. refrigeran hidrokarbon ini berpotensi

    untuk menggantikan R-22. R-113 mempunyai dua isomer, yang satu mempunyai

    NBP 45,9C sedangkan yang lain mempunyai NBP 47,6C. Dengan demikian

    refrigeran ini biasa digunakan dengan kompresor sentrifugal mirip dengan R-ll.

    Namun demkian seperti yang terlihat pada Tabel 2.3 baik tekanan evaporator

    maupun kondensor keduanya adalah vakum.

    2.2.1.2. Temperatur dan tekanan kritik

    Tekanan dan temperatur kritik merupakan batas atas dari pemakaian

    refrigeran pada mesin refrigerasi koinpresi uap. Tidak ada refrigeran yang

    dioperasikan di atas tekanan atau temperatur kritik dalam siklus kompresi uap.

    Untuk mendapatkan COP yang besar refrigeran harus dioperasikan jauh di bawah

    titik kritiknya agar diperoleh efek refrigerasi yang besar.

    Dari refrigeran yang terdapat dalam Tabel 2.5 hanya CO2 (31C) yang

    mempunyai temperatur kritik di bawah temperatur kondensor yang normal. Oleh

    sebab itu refrigeran ini digunakan pada sistem yang berbeda, R-14 bahkan belum

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    27/38

    38

    pemah digunakan sebagai refrigeran.

    2.2.1.3. Titik beku

    Titik beku refrigeran merupakan batas bawah temperatur operasi dari

    refrigeran tersebut. Siklus refrigeran harus beroperasi di atas titik bekunya. Dari

    Tabel 2.5 dapat dilihat bahwa hanya air yang mempunyai titik beku 0C,

    sedangkan refrigeran lainnya jauh di bawahnya. Oleh sebab itu penggunaan air

    sebagai refrigeran hanya dilakukan untuk ternperatur di atas 0C, rneskipun

    ternperatur yang lebih rendah dapat dicapai dengan penurunan tekanan di bawah

    tekanan atrnosfer.

    2.2.1.4. Laju aliran uap sisi isap (V*)

    Tabel 2.5 rnernperlihatkan laju aliran volurnetrik per TR beberapa

    refrigeran (rn3/h/TR) yang dihitung berdasarkan tekanan operasi kondensor 40C

    dan tekanan evaporasi 5C (kecuali CO2, ternperatur kondensor 25C, dan air,

    H20, temperatur evaporator 5C).

    Dapat terlihat bahwa V* yang dibutuhkan meningkat dengan

    meningkatnya NBP. Amonia yang mempunyai panas laten yang terbesar temyata

    mempunyai kebutuhan V* yang hampir sarna dengan R-22. Keduanya

    mempunyai NBP yang hampir sarna. Dengan demikian maka NBP sangat

    menentukan V* atau sebaliknya sangat rnenentukan kapasitas refrigerasi

    volumetrik(1/V*).

    Berdasarkan hal tersebut di atas rnaka dapat disimpulkan bahwa refrigeran

    dengan NBP yang tinggi seperti R-11, dan R-113 akan beroperasi pada tekanan

    evaporator yang rendah dan memerlukan laju aliran volumetrik sisi isap yang

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    28/38

    39

    besar. Oleh sebab itu kompresor yang lebih tepat digunakan pada sistem

    refrigerasi ini adalah kompresor sentrifugal dan digunakan untuk kapasitas yang

    besar (diatas 400 TR). Sebaliknya refrigeran dengan NBP yang rendah seperti

    amonia, R-22, propana, C02 dsb. Beroperasi pada tekanan evaporator diatas

    tekanan atrnosfer. Kompresor yang digunakan adalah dari jenis perpindahan

    positif (reciprocating, dan screw). Refrigeran ini biasanya digunakan untuk

    kapasitas refrigerasi sedang dan kecil. Namun dernikian R-22 juga digunakan

    dengan kornpresor sentrifugal pada mesin pengkondisian udara kapasitas besar

    dimana laju aliran volumetrik sisi isap cukup besar untuk penggunaan kompresor

    sentrifugal. Refrigeran dengan NBP menengah seperti R-600a, R-152a, R134a,

    dan R-12 pada umumnya digunakan pada me sin refrigerasi kapasitas kecil

    dengan kornpresor torak, seperti refrigerasi domestik, dan AC mobil. R-114 yang

    memiliki NBP 3,6C merupakan refrigeran dengan NBP menengah. Refrigeran ini

    biasanya digunakan pada mesin refrigerasi dengan kompresor rotari. Namun

    demikian karena refrigeran ini adalah refrigeran CFC yang sudah dihapuskan

    produksinya, maka penggunaan refrigeran ini tidak banyak lagi.

    2.2.1.5. Panas laten penguapan (hfg)

    Tabel 2.5 menunjukkan besarnya panas laten penguapan (hfg) beberapa

    refrigeran pada Tkond= 40C dan Teva= -15C. Dari data tersebut nampak bahwa

    beberapa refrigeran mempunyai panas laten yang lebih besar dari yang lainnya.

    Namun demikian COP dari mesin refrigerasi hampir sama untuk semua

    refrigeran. Dengan demikian panas laten tidak mempengaruhi COP.

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    29/38

    40

    2.2.2. Sifat kimia

    Sifat kimia refrigeran yang harus diperhatikan antara lain adalah sifat

    mampu nyala, tingkat racun, reaksinya terhadap air, minyak, pelumas, dan

    material konstruksi/komponen serta terhadap produk yang dibekukan jika terjadi

    kebocoran refrigeran dari sistem .

    2.2.2.1. Sifat mampu nyala dan tingkat racun

    Sifat mampu nyala ditentukan oleh komposisi campuran udara -refrigeran

    dan titik nyala dari refrigerall tersebut. Berdasarkan kemudahan terbakamya

    refrigeran dibagi menjadi tiga kelas yaitu kelas 1, kelas 2 dan kelas 3[2] .

    Refrigeran yang mempunyai titik nyala di atas 750C dianggap tidak

    mudah terbakar karena temperatur nyalanya sudah melebihi temepartur leleh

    material komponen refrigerasi. refrigeran kelompok ini termasuk

    Refrigeran dengan titik nyala di bawah 750 dan batas bawah penyalaan

    (LFL = Lower Flammability Limit, atau LEL = Lower Explotion Limit) adalah

    lebih besar dari 3,5% volume (campuran dalam udara), maka refrigeran ini

    termasuk refrigeran kelas 2. Sedangkan jika batas bawah penyalaan kurang dari

    3,5% maka refrigeran tersebut masuk kelas 3.

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    30/38

    39

    Tabel 2.5 Sifat termodinamika beberapa refrigeran

    Refrigeran NBP,oC

    Temperatur

    Kritik,

    C

    Tekanan

    Kritik,

    Bar

    Titik Beku,

    C

    Tekanan Operasi Refrigeran,

    bar

    V*,

    m3/hr/TR

    hfg,kJ/kg

    Peva pada 5CPkond pada

    40C

    Pada T kond= 40C dan

    Teva= -15C

    R-11 23,7 197,78 43,7 -111,0 0,4967 1,748 0,772 148,5

    R-12 -29,8 112,04 41,15 -136,0 3,62 9,60 10,867 108,4

    R-22 -40,8 96,02 96,02 -160,0 5,836 15,331 6,668 108,4

    R-113 45,9 214,1 34,15 -36,6 0,1903 0,7809 186,9 111,8R-114 3,6 145,8 32,7 -94,0 1,069 3,454 37,6 88,6

    R-134a -26,15 101,06 40,56 -96,6 3,5 10,167 10,867 139,8

    R-152a -24,15 113,3 45,2 -117,0 3,149 9,092 11,572 226,5

    R-290 -42,1 96,8 42,56 -187,1 5,478 13,664 7,737 252,4

    R-600a -11,73 135,0 36,45 -159,6 1,88 5,361 21,24 226,5

    R-718 100 374,5 221,3 0,0 0,00874 0,0738 825,6 2342,5*

    R-717 -33,35 31,1 73,72 -77,7 5,16 15,54 6,124 1053,4

    R-744 -78,4 31,1 73,72 -56,6 - - 1,33 156,7**

    * pada T eva= 5C, * * pada T kond=25C

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    31/38

    40

    Tingkat racun dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok A yaitu

    refrigeran tak beracun dan kelompok B refrigeran beracun[2]. Refrigeran

    dikatakan tidak beracun jika mempunyai LC 50 (Lethal Concentration 50%) lebih

    besar dari 10.000 ppm, sedangkan refrigeran dianggap beracunjika LCso lebih

    kecil dari 10.000 ppm.

    Berdasarkan tingkat mampu nyala dan racun maka refrigerant dapat di

    klasifikasikan sebagai

    a. refrigeran kelas A1: tidak beracun tidak mudah terbakar. Semua refrigeran

    halokarbon masuk kedalam kelas refrigeran ini.

    b. Refrigeran kelas A2: tidak beracun, tetapi tingkat nayala masuk kelas 2.

    Refrigeran campuran zeotropik antara kelas Al dan A3 bisa masuk kelas

    refrigeran ini. R-32, R-141b, dan R-152aj uga masuk dalam kelas refrigeran

    ini.

    c. Refrigeran kelas A3: tidak beracun, tetapi mudah terbakar. Refrigeran

    hidrokarbon, masuk ke dalam kelas ini.

    d. Refrigeran kelas B1: beracun tetapi tidak mudah terbakar. Tidak ada

    refrigeran masuk kelas ini.

    e. Refrigeran kelas B2: beracun dan bisa terbakar. Amoniak termasuk kelas

    refrigeran ini.

    f. Refrigeran kelas B3: beracun dan mudah terbakar. Kelas refrigeran ini tidak

    pemah digunakan.

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    32/38

    41

    2.2.2.2. Kelarutan dalam air

    Adanya air atau uap air dalam sistem tidak diinginkan, karena dapat

    menyebabkan penyumbatan pada alat ekspansi (moisture choking), korosi,

    rusaknya isolasi dak kumparan motor listrik dalam kompresor hermetik, dan

    terbentuk kerak dalam pipa tembaga .

    Uap air dapat berada dalam sistem apabila proses evakuasi (vakum) tidak

    dilakukan dengan baik, atau terjadi kebocoran pada sisi tekanan rendah (untuk

    sistem yang bekerja pada tekanan vakum), kebocoran pada penukar kalor

    berpendingin air, pelumas yang basah karena bersifat higroskopik, atau kebocoran

    melalui sekat poros untuk kompresor tak hermetik .

    Pembentuk air dan es dapat teIjadi apabila air atau uap air tidak larut atau

    terlepas dari larutan refigeran -pelumas. Dengan demikian semakin tinggi

    kelarutan air dalam refrigeran atau pelumas semakin baik. Namun tingkat

    kelarutan air dalam refrigeran biasanya menurun dengan menurunnya temperatur,

    sehingga keberadaan air dalam refrigeran selalu dicegah dengan memasang

    pengeringsilica gel ataumolecular sieve.

    Tabel 2.6 memuat nilai kelarutan air pada beberapa refrigeran. Dari tabel

    ini dapat dilihat bahwa air mempunyai kelarutan yang lebih rendah dalarn R-12

    dan R-ll dibandingkan dalam R-22 atau R-134a. Dengan demikian persoalan

    moisture choking lebih banyak ditemui pada sistem dengan refrigeran seperti R-

    12 dan R-l1. Namun demikian semakin rendah temperatur semakin kecil

    kelarutannya. Hal ini dapat menyebabkan terpisahnya air dari refrigeran dan akan

    menimbulkan persoalan, Oleh sebab itu keberadaan air dalam sistem tetap harus

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    33/38

    42

    dicegah.

    Tabel 2.6 Kelarutan air dalam beberapa refrigeran cair [3]

    Temperatur,D CKelarutan, mg/kg

    R-11 R-12 R-22 R-134a

    60,0 340 440 3150 3200

    32,2 140 128 1580 1500

    10,0 55 44 830 730

    -1,1 34 23,3 573 490

    -40 4 1,7 120 89

    -73,3 0,3 0,1 19 12

    2.2.2.3. Kelarutan dalam minyak pelumas

    Refrigeran dan pelumas dapat bercampur atau tidak bercampur dengan

    pelumas bergantung pada jenis dan ukuran kompresor. Pada kompresor

    sentrifugal pelumas mempunyai sistem tersendiri yang terpisah dari saluran

    refrigeran, sehingga pada sistem ini, tidak perlu dikhawatirkan pengaruh kelarutan

    refrigeran dalam minyak pelumas atau sebaliknya. Narnun demikian pada jenis

    kompresor torak dan ulir refrigeran bercampur dengan minyak pelumasnya. Untuk

    jenis kompresor ini maka diperlukan pasangan refrigeran - minyak pelumas yang

    saling tidak larut, dengan demikian minyak pelumas dan refrigeran dapat

    dipisahkan dengan memasang pemisah oli pada sisi keluaran kompresor.

    Pada kompresor torak kapasitas kecil dimana tidak memungkinkan untuk

    dipasang pemisah oli, maka diperlukan pasangan refrigeran oli-refrigeran yang

    lamt dengan baik satu sarna lain agar pelumas tidak tertinggal di kondensor, katup

    ekspansi atau evaporator. Pada sistem kompresor yang memungkinkan teIjadinya

    pencampuran refrigeran-oli, maka perlu diperhatikan adanya penuruan kerapatan

    dan viskositas minyak pelumas tersebut agar tidak terjadi kegagalan pelumasan.

    Pelumas refrigeran secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    34/38

    43

    yaitu oli mineral yang berasal dari minyak bumi dan oli sintetik. Terdapat dua

    jenis oli mineral yaitu oli mineralNapthenic danParaffinic, keduanya merupakan

    senyawa hidrokarbon jenuh, tetapi oli mineral napthenic mempunyai ikatancyclic

    yang menyebabkan oli jenis ini viskositas dan temperatur curahnya lebih rendah

    dibandingkan oli mineral Paraffinic yang banyak mengandung lilin parafin.

    Dalam praktek keduanya terdapat dalam mineral oli dengan komposisi yang

    berbedabeda[3]. Refrigeran sintetik yang banyak digunakan adalah Alkyl-

    benzene, Polyo ester (POE), dan polyalkyl glycol (P AG).

    Hampir semua refrigeran halokarbon larut dengan baik dalam oli mineral,

    kecuali R-22, R-114, R-502 yang hanya larut sebagian. Oleh sebab itu penggunaan

    refrigeran yang hanya terlarut sebagian ini pada sistem refrigerasi yang kecil dan

    refrigeran tercampur dengan minyak pelumas memerlukan perhatian pada sistem

    pemipaan yang memungkin minyak pelumas kembali ke kompresor secara

    gravitasi. Sebagai contoh R-22 dengan 10% mineral oil merupakan larutan yang

    baik pada kondensor temperatur, tetapi akan terpisah pada temperatur evaporator -

    5C. Jika kandungan oli mencapai 18% pemisahan akan terjadi pada temperatur

    0.5C[1]. Amonia dan C02 tidak larut dalam oli mineral oleh sebab itu pemakaian

    refrigeran ini pada mesin refrigerasi besar tidak menjadi masalah karena

    pencampuran dapat diatasi dengan memasang pemisah oli. R-134a tidak

    bercampur dengan oli mineral, sehingga pasangan refrigeran-minyak pelumas ini

    tidak digunakan pada mesin refrigerasi kapasitas kecil yang tidak memungkinkan

    dipasangnya pemisah oli. Tabel 2.7 memperlihatkan kelarutan beberapa refrigeran

    dalam oli mineral.

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    35/38

    44

    Pada umurnnya viskositas dan massa jenis oli pelumas akan menurun jika

    bercampur dengan refrigeran. Besarnya penurunan viskositas dan massa jenis ini

    meningkat dengan meningkatnya jumlah refrigeran yang terlarut, temperatur dan

    tekanan[3]. Oleh sebab itu perlu diperhatikan agar penurunan viskositas dan

    massa jenis ini tidak sampai menyebabkan kegagalan pelumasan. Tabel 2.8

    menunjukkan kisaran viskositas minyak pelumas yang direkomendasikan pada

    beberapa aplikasi refrigerasi kapasitas kecil.

    Tabe12.7 Kelarutan beberapa refrigeran dalam oli mineral

    Seluruhnya

    larut

    Sebagian larutTidak larut

    Tinggi Sedang Rendah

    R-11 R-13B1 R-22 R-13 NH3R-600a

    R-12 R-501 R-114 R-14 CO2R-290

    R-21 R-115 R-134a

    R-113

    R-152a

    R-500 R-502

    Tabe12.8 Kisaran viskositas minyak pelumas pada beberapa aplikasi refrigerasi

    kapasitas kecil[3]

    Refrigeran Jenis kompresorViskositas Pelumas pada 38C

    SSUa

    mm /s

    Ammonia Screw 280 - 300 60 - 65

    Ammonia Reciprocating 150 - 300 32 - 65

    Carbon dioksida Reciprocating 280 - 300 60 -65

    R-11 Sentrifugal 280 - 300 60 - 65

    R-123 Sentrifugal 280-300 60 - 65R-12 Sentrifugal 280 -300 60 - 65

    R-12 Reciprocating 150 - 300 32 - 65c

    R-12 Rotary 280 - 300 60 - 65

    R-134a Sentrifugal 280 - 400 60-86

    R-134a Screw 280 - 300 60-65

    R-22 Sentrifugal 280 -400 60 - 86

    R-22 Reciprocating 150 - 300 32 - 65

    R-22 Scroll 280 - 300 60 - 65

    R-22 Screw 280 - 800 60 - 173aSSU= Saybolt Seconds Universal= SUS

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    36/38

    45

    beberapa aplikasi menggunakan minyak pelumas yang lebih encer 14-17

    mm2

    /s (75-85 SSU), dan ada pula yang menggunakan minyak pelumas lebih

    kentall 08-] 29 mm2/s (500 - 600 SSU).

    Pemakaian R-12 pada AC mobil memerlukan minyak pelumas dengan

    viskositas yang lebih kental 97-107 mm2/s (450 - 500 SSU)

    2.2.2.4. Reaksi terhadap material komponen mesin

    Material komponen mesin terdiri dari logam, elastomer dan material

    pengering seperti silika gel dan molecular sieves. Refrigeran halokarbon, dan

    hidrokarbon mempunyai kestabilan kimia dan kompatibel terhadap hampir semua

    logam. Namun demikian material yang paling baik digunakan adalah tembaga.

    Alumunium akan sedikit bereaksi dengan refrigeran yang mempunyai kandungan

    fluor yang tinggi[l]. R-12 dan R-ll menunjukkan reaksi terhadap alumunium.

    Namun karena harganya murah maka alumunium dengan lapisan oksida banyak

    digunakan sebagai komponen mesin refrigerasi. Tabel 2.9 menunjukkan

    kompatibilitas material terhadap refrigeran R-12, R-134a dan hidrokarbon

    Tabel 2.9 Kompatibilitas beberapa refrigeran terhadap material komponen mesin

    refrigerasi

    Material Penggunaan R-12 R-134a HC

    Baja Konstruksi, pipa Sangat baik Sangat baik Sangat baik

    Kuningan Konstruksi, pipa Sangat baik Sangat baik Sangat baik Tembaga Konstruksi, pipa Sangat baik Sangat baik Sangat baik

    Aluminum Konstruksi, pipa baik baik baik

    Molecular

    Sievepengering Sangat baik Sangat baik Sangat baik

    Silicagel pengenng Sangat baik Sangat baik Sangat baik

    CR elastomer Buruk Buruk baik

    FPM elastomer Buruk baik baik

    PTFE elastomer baik baik baik

    Polyamide elastomer baik baik baik

    NBR elastomer Sangat baik baik Sangat baik

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    37/38

    46

    2.2.3. Sifat fisika

    2.2.3.1. Kekuatan Dielektrik

    Kekuatan dielektrik menentukan apakah refrigeran tersebut

    menghantarkan listrik atau tidak. Refrigeran yang baik adalah refrigeran yang

    mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi atau tidak menghantarkan listrik.

    Refrigeran yang mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi aman digunakan

    pada kompresor hermetik.

    Refrigeran halokarbon dan hidrokarbon mempunyai kekuatan dielektrik

    yang baik dan bersifat isolator. Sebagai perbandingan terhadap nitrogen R-ll, R-

    l13, R-12 dan R-22 mempunyai kekuatan die1ektrik masing-masing sebesar 3,

    2,6, 2,4 dan 1,31. sedangkan ammonia dan C02 mempunyai ni1ai kekuatan

    dielektrik masing-masing 0,88 dan 0,82.

    Tabel 2.10 Kekuatan dielektrik beberapa refrigeran

    REFRIGERAN KEKUATAN DIELEKTRIK

    R-11 3

    R-12 2,6

    R-l13 2,4

    R-22 1,31

    R-717, NH3 0,88

    R-744, CO2 0,82

    2.2.3.2. Sifat Transpor

    Sifat transpor seperti massa jenis, panas jenis, konduktivitas terma1,

    viskositas dan tegangan permukaan beberapa refrigeran pada OC dapat di1ihat

    pada Tabe 2.11.

  • 7/23/2019 Bab 2 Refrigeran

    38/38

    Tabel 2.11 Sifat transport beberapa refrigerant pada 0C

    Refrigeran P,MPa

    Massa

    Jenis

    cairan

    kg/m3

    Cpcanan,

    kJ/kgK

    k=Cp/C

    v

    Viskosit Konduk

    TeganganPermukaan,

    N/m

    ascairan,

    tivitasterma1

    Pa-s x

    106

    cairan,

    W/mK

    R-600a 0.1564 581 2.306 1.086 199.3 0.1068 0.01303

    R-12 0.3081 1396 0.934 1.126 248.7 0.07585 0.01177

    R-134a 0.2928 1295 1.341 1.102 271.1 0.09201 0.01156

    R-290/R-

    600a,

    50%-50%

    0.3360 551 2.399 1.495 153.9 0.01474 0.01474

    R-22 0.4976 1285 1.170 1.166 236.0 0.100 0.01170

    R-290 0.4712 523 2.500 1.126 137.0 0.104 0.01030

    Koefisien perpindahan panas pada penukar ka10r akan menjadi 1ebih

    besar jika refrigerant memiliki ni1ai panas jenis, dan konduktivitas terma1 yang

    besar, serta tegangan permukaan yang kecil.