bab ii anestesi obgyn

Upload: titi-afrianto

Post on 25-Feb-2018

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    1/48

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Perubahan Fisiologi Selama Kehamilan

    Selama kehamilan, peningkatan konsentrasi hormon pada ibu hamil akan

    mempengaruruhi perkembangan uterus dan metabolik secara signifikan.3,4

    1) Sistem Resirasi

    Perubahan pada parameter respirasi dimulai pada minggu ke-4 kehamilan.

    Perubahan fisiologi dan anatomi selama kehamilan menimbulkan perubahan

    dalam fungsi paru, ventilasi dan pertukaran gas. Ventilasi semenit meningkat

    pada usia kehamilan aterm kira-kira 50 diatas nilai !aktu tidak hamil.

    Peningkatan volume semenit ini disebabkan karena peningkatan volume

    tidal "40# dan peningkatan frekuensi nafas "$5#. Ventilasi alveoli

    meningkat seperti volume tidal tetapi tanpa perubahan pada dead space

    anatomi.Pada kehamilan aterm Pa%&'menurun "3'-35mm(g#. Peningkatan

    konsentrasi progesteron selama kehamilan menurunkan ambang pusat nafas

    di medula oblongata terhadap %&'.4

    Pada kehamilan aterm functional residual capacit), e*pirator) reserve

    volume dan residual volume menurun. Perubahan-perubahan ini disebabkan

    karena diaphragma terdorong keatas oleh uterus )ang gravid. +%

    "+unctional esidual %apacit)# menurun $5-'0, menimbulkan peningkatan

    Shunt dan kurangn)a reserve oksigen. alam ken)ataann)a, air!a)

    closure bertambah pada 30 gravida aterm selama ventilasi tidal.

    /ebutuhan oksigen meningkat sebesar 30-40. Peningkatan ini disebabkan

    kebutuhan metabolisme untuk foetus, uterus, placenta serta adan)apeningkatan kera antung dan respirasi. Produksi %&' uga berubah sama

    seperti &'. +aktor-faktor ini akan menimbulkan penurunan )ang cepat dari

    Pa&' selama induksi anestesi, untuk menghindari keadian ini, sebelum

    induksi pasien mutlak harus diberikan oksigen $00 selama 3 menit "nafas

    biasa# atau cukup 4 kali nafas dengan inspirasi maksimal "dengan &'

    $00#. Vital capacit) dan resistensi paru-paru menurun.3

    3

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    2/48

    1eradi perubahan-perubahan anatomis, mukosa menadi vaskuler,

    edematus dan gampang rusak, maka harus dihindari intubasi nasal dan

    ukuran pipa endotrakheal harus )ang lebih kecil daripada untuk intubasi

    orotrakheal. Penurunan functional residual capacit), peningkatan ventiiasi

    semenit, uga penurunan 2% akan men)ebabkan parturien lebih mudah

    dipengaruhi obat anestesi inhalasi dari pada penderita )ang tidak hamil.

    %epatn)a induksi dengan obat anestesi inhalasi karena

    $. (iperventilasi akan men)ebabkan lebih ban)akn)a gas

    anestesi )ang masuk ke alveoli.'. Pengenceran gas inhalasi lebih sedikit karena menurunn)a +%.3. 2% menurun. Pada kala $ persalinan, dapat teradi

    hiperventilasi karena adan)a rasa sakit "his# )ang dapat

    menurukan Pa%&'sampai $ mm(g, dan menimbulkan asidosis

    foetal. Pemberian analgetik "misal epidural analgesia# akan

    menolong. Semua parameter respirasi ini akan kembali ke nilai

    ketika tidak hamil dalam 6-$' minggu post partum.$7

    2) Perubahan !olume "arah

    Volume darah 8bu meningkat selama kehamilan, termasuk peningkatan

    volume plasma, sel darah merah dan sel darah putih. Volume plasma

    meningkat 40-50, sedangkan sel darah merah meningkat $5-'0 )ang

    men)ebabkan teradin)a anemia fisiologis "normal (b $'gr, hematokrit

    35#. isebabkan hemodilusi ini, viskositas darah menurun kurang lebih

    '0. 2ekanisme )ang pasti dari peningkatan volume plasma ini belum

    diketahui, tetapi beberapa hormon seperti renin-angiotensin-aldostefon,

    atrial natriuretic peptide, estrogen, progesteron mungkin berperan dalam

    mekanisme, tersebut. Volume darah, faktor 8, V88, 9, 988 dan fibrinogen

    meningkat. Pada proses kehamilan, dengan bertambahn)a umur kehamilan,

    umlah thrombosit menurun. Perubahan-perubahan ini adalah untuk

    perlindungan terhadap perdarahan katastropik tapi uga akan merupakan

    predisposisi terhadap fenomena thromboemboli. /arena placenta ka)a

    dengan thromboplastin, maka bila pada Solutio placenta, ada risiko

    teradin)a 8%.4

    4

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    3/48

    Peningkatan volume darah mempun)ai beberapa fungsi penting,

    antara lain

    $# :ntuk memelihara kebutuhan peningkatan sirkulasi karena

    ada pembesaran uterus dan unit foeto-placenta.

    '# 2engisi peningkatan reservoir vena.

    3# 2elindungi 8bu dari pendarahan pada saat melahirkan.

    4# Selama kehamilan 8bu menadi hiperkoagulopati.

    elapan "# minggu setelah melahirkan volume darah kembali normal.

    ;umlah perdarahan normal partus pervaginam kurang lebih 400-600ml dan

    $000ml bila dilakukan sectio caesarea, tapi pada umumn)a tidak perlu

    dilakukan tranfusi darah.3

    #) Perubahan sistim Kar$io%as&uler

    %ardiac output meningkat sebesar 30-40 dan peningkatan maksimal

    dicapai pada kehamilan '4 minggu. Permulaann)a peningkatan den)ut

    antung ketinggalan dibelakang peningkatan cardiac output dan kemudian

    akhirn)a meningkat $0-$5 kali permenit pada kehamilan '-3' minggu.

    Peningkatan cardiac output mula-mula tergantung dari peningkatan stroke

    volume dan kemudian dengan peningkatan den)ut antung, tetapi lebih besar

    perubahan stroke volume daripada perubahan den)ut antung. engan

    ekhokardiographi terlihat adan)a peningkatan ukuran ruangan pada end

    diastolic dan ada penebalan dinding ventrikel kiri. Cardiac outputbervariasi

    tergantung dari besarn)a uterus dan posisi 8bu saat pengukuran dilakukan.3

    Pembesaran uterus )ang gravid dapat men)ebabkan kompresi aortocaval

    ketika !anita hamil tersebut berada pada posisi supine dan hal ini akan

    men)ebabkan penurunan venous return dan maternal hipotensi,

    menimbulkan keadaan )ang disebut supine h)potensive s)ndrome. $0 dari!anita hamil menadi hipotensi dan diaphoretik bila berada dalam posisi

    terlentang, )ang bila tidak dikoreksi dapat menimbulkan penurunan uterine

    blood flo! dan fetal asfiksia.

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    4/48

    nilai ketika !anita tersebut tidak hamil,hal ini disebabkan karena pada saat

    kontraksi uterus teradi placental autotranfusi seban)ak 300-500ml. %VP

    meningkat 4-6cm ('& karena ada peningkatan volume darah 8bu.

    Peningkatan stroke volume dan den)ut antung adalah unruk

    mempertahankan peningkatan cardiac output.3,4

    Peningkatan cardiac output ini tidak bisa ditoleransi dengan pada pasien

    dengan pen)akit antung valvula "misal aorta stenosis, mitral stenosis# atau

    pen)akit antung koroner. ecompensatio cordis )ang berat dapat teradi

    pada kehamilan '4 minggu, selama persalinan dan segera setelah persalinan.

    %ardiac output, den)ut antung, stroke volume menurun ke sampai nilai

    sebelum persalinan pada '4-=' am post partum dan kembali ke level saat

    tidak hamil pada 6- minggu setelah melahirkan. /ecuali peningkatan

    cardiac output, tekanan darah sistolik tidak berubah selama kehamilan, tetapi,

    tekanan diastolik turun l-$5mm(g. da penurunan 2P sebab ada

    penurunan resistensi vaskuler sistemik. (ormon-hormon kehamilan seperti

    estradiol-$=-> dan progesteron mungkinberperan dalam perubahan vaskuler

    ini. 1urunn)a pengaturan ? dan >reseptor uga memegang peranan penting.

    Selama kehamilan antung tergeser ke kiri dan atas karena diaphragma

    tertekan ke atas oleh uterus )ang gravid. @ambaran

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    5/48

    acid uri merupakan hal )ang normal pada 8bu hamil. Pelvis renalis dan ureter

    berdilatasi dan peristaltikn)a menurun.4

    Dilai C:D dan kreatinin normal pada parturien "C:D -7 mgEdl, kreatinin

    0,4 mgEdl# adalah 40 lebih rendah dari )ang tidak hamil. 2aka bila pada

    !anita hamil, nilain)a sama seperti )ang tidak hamil berarti ada kelainan

    ginal. Pasien preeklampsi mungkin ada diambang gagal ginal, !alaupun

    hasil pemeriksaan laboratorium normal. iuresis fisiologi pada periode post

    partum, teradi antara hari ke-' dan ke-5. @+ dan kadar C:D kembali ke

    keadaan sebelum hamil pada minggu ke-6 post partum.3

    *) Perubahan a$a (IT

    Perubahan anatomi dan hormonal pada kehamilan merupakan faktor

    predisposisi teradin)a oesophageal regurgitasi dan aspirasi paru. :terus )ang

    gravid men)ebabkan peningkatan tekanan intragastrik dan merubah posisi

    normal gastro oesophageal unction. lkali fosfatase meningkat Plasma

    cholinesterase menurun kira-kira ', kcmungkinan disebabkan karena

    sintesan)a )ang menurun dan karena hemodilusi. Falaupun dosis moderat

    succ)nil choline umumn)a dimetabolisme, pasien dengan penurunan

    aktivitas cholinesterase ada risiko pemanangan blokade neuro-muskuler.$7

    isebabkan karena peningkatan kadar progesteron plasma, pergerakan

    @81, absorpsi makanan dan tekanan sphincter oesophageal bagian distal

    menurun. Peningkatan sekresi hormon gastrin akan meningkatkan sekresi

    asam lambung. &bat-obat analgesik akan memperlambat pengosongan gaster.

    Pembesaran uterus akan men)ebabkan gaster terbagi menadi bagian fundus

    dan antrum, sehingga tekanan intragastrik akan meningkat.3,4

    ktivitas serum cholin esterase berkurang '4 sebelum persalinan danpaling rendah "33# pada hari ke-3 post partum. Falaupun aktivitas lebih

    rendah, dosis normal succin)l choline untuk intubasi "$-$,5 mgEkg# tidak

    dihubungkan dengan memanangn)a blokade neuromuskuler selama

    kehamilan. /arena perubahan-perubahan tersebut !anita hamil harus selalu

    diperhitungkan lambung penuh, dengan tidak mengindahkan !aktu makan

    terakhir misaln)a !alaupun puasa sudah G 6 am lambung bisa saa masih

    penuh. Penggunaan antasid )ang non-partikel secara rutin adalah penting

    7

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    6/48

    sebelum operasi %aesar dan sebelum induksi regional anestesi. Falaupun

    efek mekanis dari uterus )ang gravid pada lambung hilang dalam beberapa

    hari tetapi perubahan @81 )ang lain kembali ke keadaan sebelum hamil

    dalam 6 minggu post partum.3

    *) Perubahan SSP $an Sususunan Sara+ Peri+er

    Susunan Saraf Pusat dan Susunan Saraf perifer berubah selama kehamilan,

    2% rnenurun '5-40 selama kehamilan. (alotane menurun '5, isoflurane

    40, metho*)flurane 3'. Peningkatan konsentrasi progesteron dan

    endorphin adalah pen)ebab penurunan 2% tersebut 1etapi beberapa

    penelitian menunukkan bah!a konsentrasi endorphin tidak meningkat

    selama kehamilan sampai pasien mulai ada his, maka mungkin endorphin

    tidak berperan dalam teradin)a perbedaan 2% tetapi )ang lebih berperan

    adalah akibat progesteron.

    1erdapat pen)ebaran dermatom )ang lebih lebar pada parturien setelah

    epidural anestesi bila dibandingkan dengan )ang tidak hamil. (al ini karena

    ruangan epidural men)empit karena pembesaran ple*us venosus epidural

    disebabkan karena kompresi aortocaval oleh uterus )ang membesar. 1etapi

    penelitian-penelitian )ang baru menunukkan bah!a perbedaan ini sudah

    ada pada kehamilan muda "-$' minggu# dirnana uterus masih kecil

    sehingga efek obstruksi mekanik masih sedikit ada maka faktor-faktor lain

    pen)ebabn)a. +aktor-faktor lain itu adalah espirator) alkalosis compensate,

    Penurunan protein plasma atau protein likuor cerebro spinal dan (ormon-

    hormon selama kehamilan "progesteron#.3,4

    Falaupun mekanisme pasti dari peningkatan sensitivitas SSP dan SS

    perifer pada anestesi umum dan antesi regional belum diketahui tetapi dosisobat anestesi pada !anita hamil harus dikurangi. Peningkatan sensitivitas

    terhadap lokal anestesi untuk epidural atau spinal anestesi tetap ada sampai

    36 am post partum.3

    ,) Perubahan Sistem -us&ulos&eletal. "ermatologi. -ammae $an

    -ata

    (ormon rela*in men)ebabkan relaksasi ligamentum dan melunakkan

    aringan kolagen. 1eradi hiperpigmentasi kulit daerah muka, leher, garis

    8

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    7/48

    tengah abdomen akibat 2elanoc)t stimulating hormon. Cuah dada

    membesar. 1ekanan intra oculer menurun selama kehamilan karena

    peningkatan kadar progesteron, adan)a rela*in, penurunan produksi humor

    aHueus disebabkan peningkatan sekresi chorionic gonado trophin. kibat

    relaksasi ligamentum dan kalogen pada kolumna vertebralis dapat teradi

    lordosis. Pembesaran buah dada terutama pada 8bu dengan leher pendek

    dapat men)ebabkan kesulitan intubasi. Perubahan pada tekanan intra oculer

    bisa menimbulkan gangguan penglihatan.3

    /) Plasenta

    +ungsi pertukaran gas respirasi, nutrisi dan eksresi anin tergantung dari

    plasenta, plasenta dibentuk dari aringan 8bu dan anin serta mendapat

    pasokan darah dari kedua aringan tersebut.4

    $# natomi fisiologi Plasenta

    Plasenta terdiri dari tonolan aringan anin "villi# )ang

    terletak dalam rongga vaskuler 8bu "intervillous#. Sebagai akibat

    dari susunan ini kapiler-kapiler anin dalam villi dapat

    melakukan pertukaran substansi dengan darah 8bu, dimana

    darah 8bu dalam rongga intervillous berasal dari arteri spiralis

    cabang arteri uterina dan kemudian mengalir kembali melalui

    vena uterina. arah anin dalam villi berasai dari ' buah arteri

    umbilikal dan kembali ke anin melalui sebuah vena umbiiikal.

    '# Pertukaran pada plasenta

    Pertukaran plasenta dapat teradi terutama melalui salah

    satu dari empat mekanisme diba!ah ini.

    a. ifusi @as respirasi dan ion-ion )ang kecil ditransportasimelalui proses difusi, keban)akan obat-obat )ang

    digunakan dalam anestesi mempun)ai berat molekul

    diba!ah $000 dan dapat berdifusi mele!ati plasenta. Iat

    )ang larut dalam lemak seperti thiopentone paling cepat

    berdifusi, sedangkan obat-obat dengan ionisasi )ang tinggi

    seperti semua obat pelumpuh otot sulit berdifusi. &bat-obat

    dengan ikatan protein tinggi seperti bupivacaine uga sulit

    9

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    8/48

    berdifusi mele!ati plasenta.

    b. 1ranspor aktif sam ammo, vitamin dan beberapa ion

    seperti calcium dan Jat besi menggunakan mekanisme ini.

    c. P)nositosis 2olekul )ang besar seperti immunoglobuiin

    ditranspor melalui p)nositosis.

    d. +acilitated diffusion, seperti pada glukosa.

    0) Perubahan Farma&o&ineti& $an Farma&o$inami&

    kibat peningkatan endorphin dan progesteron pada !anita hamil, konsentrasi

    obat inhalasi )ang lebih rendah cukup untuk mencapai anestesiaK kebutuhan

    halotan menurun sampai '5, isofluran 40, metoksifluran 3'. Pada anestesi

    epidural atau intratekal "spinal#, konsentrasi anestetik lokal )ang diperlukan untuk

    mencapai anestesi uga lebih rendah. (al ini karena pelebaran vena-vena epidural

    pada kehamilan men)ebabkan ruang subarakhnoid dan ruang epidural menadi

    lebih sempit. +aktor )ang menentukan )aitu peningkatan sensitifitas serabut saraf

    akibat meningkatn)a kemampuan difusi Jat-Jat anestetik lokal pada lokasi

    membran reseptor.3,4

    1ransfer obat dari ibu ke anin melalui sirkulasi plasenta uga menadi

    pertimbangan, karena obat-obatan anestesia )ang umumn)a merupakan depresan,

    dapat uga men)ebabkan depresi pada anin. (arus dianggap bah!a semua obat

    dapat melintasi plasenta dan mencapai sirkulasi anin.3,4

    2.2. Anestesi erasi (ine&ologi $an Non (ine&ologi a$a Ibu amil

    alam rangka untuk memberikan anestesi )ang aman bagi ibu dan anin,

    adalah penting untuk mengingat perubahan fisiologis dan farmakologis )ang

    menadi ciri tiga trimester kehamilanK perubahan ini dapat menimbulkan baha)a

    bagi mereka berdua. okter anestesi memiliki tuuan sebagai berikut

    5

    mengoptimalkan dan menaga fungsi fisiologis normal pada ibuK

    mengoptimalkan dan menaga aliran darah utero-plasenta dan pemberian

    oksigenK

    menghindari efek obat )ang tidak diinginkan pada aninK

    menghindari merangsang miometrium "efek oxytocic#

    2.2.1. Penilaian Pre3oerati+

    10

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    9/48

    1indakan anestesi selama kehamilan perlu melibatkan hubungan dekat dengan

    dokter kandungan dan termasuk penilaian :S@ dari anin selain itu uga

    diperlukan konsultasi dengan Deonatologist. Selama pen)elidikan radiologi,

    paparan anin harus diminimalkan. (asil tes darah )ang relevan harus tersedia.5,6,=

    Pra-pengobatan harus selalu men)ertakan profilaksis aspirasi seperti ranitidin

    sitrat, natrium dan metoclopramide. Premedikasi an*iol)sis "2isaln)a,

    midaJolam $ mg# mungkin diperlukan untuk cemas nifas, seperti katekolamin

    tinggi dapat menurunkan rahim aliran darah. nalgesia harus diresepkan mana

    )ang tepat untuk menghindari efek merusak dari stres pada ibu dan anin. Don-

    steroid anti-inflamasi obat harus dihindari, karena risiko penutupan prematurduktus arteriosus. Damun, aspirin dosis rendah, bahkan ketika diminum secara

    teratur, tampakn)a aman dalam hal ini.6,7

    2.2.2. Pertimbangan bat

    ntara $5 sampai 56 hari kehamilan, embrio manusia dikatakan paling rentan

    terhadap efek teratogenik obat.= Seak tahun $7=, sebagian besar obat )ang

    digunakan dalam obat-obatan dan anestesi telah ditetapkan kode dalam /atalog

    S!edia Specialities +armasi 1erdaftar " +ass#. /ode-kode ini panduan untuk

    pilihan )ang sesuai dari agen sehubungan dengan efek pada anin, plasenta dan

    rahim-plasenta aliran darah, dan kemungkinan aborsi. Studi hasil dalam umlah

    besar perempuan )ang menalani operasi selama kehamilan menunukkan tidak

    ada peningkatan kelainan ba!aan, tetapi risiko )ang lebih besar dari pembatasan

    aborsi, pertumbuhan dan berat badan lahir rendah. Studi ini men)impulkan

    bah!a masalah dihasilkan dari pen)akit primer atau prosedur bedah itu sendiri

    daripada paparan anestesi.=,$0

    2eskipun data )ang tersedia tidak lengkap, penelitian menunukkan bah!a

    pemberian suatu analgesik, hipnotis opioid atau obat penenang tidak akan

    memiliki efek merusak pada embrio atau perkembangan anin. /onsensus saat ini

    adalah bah!a benJodiaJepin tidak teratogenik dan dosis tunggal tampakn)a aman.

    /arena kekha!atiran tentang peningkatan risiko sumbing, penggunaan biasa,

    terutama pada trimester pertama, mungkin harus dihindari.$$

    2.2.#. Anestesi $an gestasi

    11

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    10/48

    &perasi elektif sebaikn)a tidak dilakukan sama sekali selama kehamilan.

    &perasi darurat harus melanutkan tanpa memandang usia kehamilan dan tuuan

    utama adalah untuk melestarikan kehidupan ibu. imana la)ak, operasi sering

    ditunda sampai trimester kedua untuk mengurangi resiko teratogenitas dan

    keguguran, meskipun tidak ada bukti kuat untuk mendukung hal ini.=,$0

    1) Anestesi a$a erasi $i Kehamilan Trimester Pertama

    Setelah 6- minggu kehamilan, antung, hemodinamik, pernafasan, parameter

    metabolik dan farmakologis )ang auh berubah. engan peningkatan ventilasi

    menit dan konsumsi oksigen dan penurunan dalam cadangan oksigen "penurunan

    kapasitas residu fungsional dan volume residu#, !anita hamil menadi lebih cepat

    h)po*aemic. &ksigen harus selalu diberikan selama periode rentan untuk

    mempertahankan oksigenasi.5,6

    2anaemen alan napas oleh masker !aah, masker laring atau intubasi trakea

    bisa secara teknis sulit karena diameter anteroposterior dinding dada meningkat,

    pembesaran pa)udara, edema laring dan berat badan mempengaruhi aringan

    lunak leher. %anul nasal harus dihindari dalam kehamilan karena peningkatan

    vaskularisasi selaput lendir. Penurunan konsentrasi cholinesterase plasma

    seban)ak 30 secara teori men)ebabkan succin)lcholine, anestesi lokal ester

    memiliki efek )ang lebih lama.=,$$

    spirasi profilaksis dianurkan dari a!al trimester kedua. /ehamilan

    berhubungan dengan pers)aratan anestesi )ang lebih rendah, meskipun

    mekanisme ini tidak diketahui. /onsentrasi minimum alveolar "2%# untuk

    anestesi inhalasi berkurang sebesar 30 sedini -$' minggu kehamilan. &bat 8V

    )ang menginduksi anestesi umum uga harus diberikan dalam dosis )ang lebih

    rendah.

    =

    /eseahteraan anin harus dinilai oleh :S@ atau oppler sebelum dan setelah

    anestesi dan pembedahan. /arena peningkatan risiko hipoksemia, kesulitan

    dengan intubasi, aspirasi asam dan risiko bagi anin, anestesi regional lebih dipilih

    dari anestesi umum ika keadaan memungkinkan.5

    2) Anestesi a$a erasi $i Kehamilan trimester &e$ua

    /ompresi ortocaval adalah baha)a )ang paling ditakutkan pada operasi ibu

    hamil dengan usia gestasi lebih dari '0 minggu. /arena berat uterus dapat

    12

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    11/48

    mendesak vena inferior )ang mengakibatkan penurunan aliran vena dan cardiac

    output. Sehingga mengakibatkan penurunan aliran darah uterus-plasenta. (al ini

    dapat teradi pada bebepa !anita hamil dengan posisi telentang. Ciasan)a keadaan

    ini dapat dikompensasi dengan vasokontriksi dan takikardi pada ekstremitas atas.5

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    12/48

    dengan konsultan pediatric telah menn)arankan, ika perlu, pasien harus

    dipindahkan ke rumah sakit dengan pera!atan intensif neonatal unit. nalgesia

    )ang memadai harus diperoleh dengan sistemik atau opioid tulang belakang.

    nestesi regional lebih disukai karena opioid sistemik dapat mengurangi

    variabilitas ;;. Penggunaan rutin dan berkepanangan nonsteroid obat

    antiinflamasi sebaikn)a dihindari karena efek anin potensial "misaln)a, prematur

    penutupan ductus arteriosus dan pengembangan oligohidramnion#.

    cetaminophen aman untuk meresepkan dalam pengaturan ini. 2obilisasi a!al

    dan profilaksis trombosis vena harus harus di!aspadai pada pasien beresiko untuk

    tromboemboli.$$

    2.2.* bat Anestesi 5ang Aman Untu& Ibu amil

    /edua enis anestesi umum dan spinal telah dianggap berhasil digunakan untuk

    operasi non obstetric pada ibu hamil. 1idak ada penelitian )ang terbaru

    menunukkan keunggulan suatu teknik dibandingkan )ang lain dalam hal hasil

    bagi anin. nestesi spinal memang mencegah resiko )ang potensial akan

    kegagalan intubasi dan aspirasi serta mengurangi pemaparan teratogen )ang

    potensial bagi anin.alam anestesi dan operasi, calon anin paling baik dipastikan

    dengan pera!atan )ang cermat dari parameter hemodinamik dan oksigenasi ibu.

    Pemantauan tertutup akan respon anin terhadap tanda-tanda kega!atan sangat

    direkomendasikan.5

    Saat penilaian preoperasi, premedikasi untuk menenangkan kegelisahan bisa

    untuk dipertimbangkan. Profilaksis terhadap aspirasi pneumonitis dengan ('-

    reseptor antagonis dan nonpartikulat antasida harus diberikan seak $6 minggu

    gestasi. Seak saat tersebut, pasien harus dipertimbangkan berada pada resikokompresi aortocaval dan aspirasi pneumonitis.$$

    nestesiaa umum biasan)a dipertahankan dengan agen anestetik )ang mudah

    menguap, )aitu udara oksigen atau campuran D'&E&'. Studi terbaru tidak

    menemukan D'& teratogenik dalam penggunaan klinis.

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    13/48

    1ekanan positif ventilasi harus digunakan dengan pera!atan dan akhir tidal

    level %&' harus dipertahankan dalam batasan )ang terlihat normal dalam

    kehamilan.da hubungan linear antara Pa%&' maternal dengan Pa%&' anin.$$

    2aternal hiperkarbia membatasi gradient dari difusi %&' dari anin ke darah

    ibu dan dapat men)ebabkan asidosis anin, sehingga meningkatkan resiko

    kematian anin. engan alasan ini, analisa gas darah rutin sangat dianurkan

    dalam operasi laparaskopi, dimana %&' digunakan untuk menetapkan dan

    mempertahankan pneumoperitoneum. Studi terbaru menemukan korelasi )ang

    baik antara tidal akhir %&' dan Pa%&' dalam kehamilan dan men)impulkan

    bah!a gradient sebelumn)a dapat digunakan dengan aman sebagai petunuk

    ventilasi selama laparaskopi pada pasien hamil.$$

    plikasi terhadap positif dan tekanan ekspirasi harus dipertimbangkan pada

    perubahan hemodinamik )ang dapat membaha)akan perfusi plasenta. Pasien

    harus diekstubasi sehingga sadar penuh dalam posisi lateral setelah melakukan

    suction orogastric untuk bertahann)a aspirasi sampai reflek alan napas )ang

    aman telah kembali.$$

    1abel '.$ &bat-obat anestesi dalam kehamilan adalah5,=,$0

    15

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    14/48

    16

    bat Anestesi

    Nama bat

    AAP

    aro%e$

    67

    Kategori Risi&o

    Kehamilan77Risi&o-en5usui77

    Anestesi Lokal

    rticaine "Septocaine# D 3 D

    Cupivacaine "2arcaine# D 8 92

    Bidocaine "9)locaine# Aro%e$ 8 92

    2epivacaine "%arbocaine,

    Polocaine#D 8 9#

    Procaine (%B "Dovocaine# D 8 9#

    Anestesi Umum

    (alothane "+luothane# Aro%e$ 8 92

    8soflurane "+orane# D - D

    /etamine D - D

    2ethohe*ital "Crevital# Aro%e$ B 9#

    Ditrous o*ide D - 9#

    Sevoflurane ":ltane# D B 9#

    1hiopental "Pentothal# Aro%e$ 8 9#

    Obat lain yang sering digunakan selama anestesi

    Sedatives

    iaJepam "Valium# 8on:ern " 9#K 9' for chronic

    use

    2idaJolam "Versed# 8on:ern " 9#

    Propofol "iprivan# D B 92

    1riaJolam "(alcion# D ; 9#

    Darcotic nalgesics

    lfentanil "lfenta# D 8 92

    +entan)l "SublimaJe# Aro%e$ B 92

    ()dromorphone "ilaudid# D 8 9#

    2orphine Aro%e$ B 9#

    eversal 2edication+lumaJenil "omaJicon# D 8 D

    Dalo*one "Darcan# D 8 D

    Steroi$s

    ecadron "e*amethasone# D 8 D

    Stimulants

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    15/48

    2.#. Anestesi Pa$a Komli&asi Kehamilan

    2.#.1. Komli&asi Kehamilan

    $# Prolapsus 1ali Pusat

    Prolapsus tali pusat merupakan komplikasi persalinan )ang teradi sekitar 0,'-

    0,6. Penekanan tali pusat akibat prolapsus dengan cepat akan men)ebabkan

    asfiksia anin. +aktor predisposisi kelainan ini antara lain tali pusat )ang terlalu

    panang, malpresentasi, berat-badan rendah, multiparitas "G 5 kehamilan#, gestasi

    multipel, dan pecahn)a ketuban akibat tindakan. iagnosis ini diduga setelah

    ditemukan bradikardia anin )ang tiba-tiba atau dekselerasi )ang lama dan

    dikonfirmasi melalui pemeriksaan fisis. 1erapi )ang dilakukan antara lain segera

    berbaring dengan posisi 1rendelenburg atau knee-chest "lutut-dada# dan

    pendorongan bagian terendah anin ke atas panggul sampai anestesi umum untuk

    seksio sesaria emergensi dilakukan. ;ika anin tidak viabel "mati#, persalinan

    pervaginam dapat dilakukan.3,$3

    '# istosia Serta Posisi dan Presentasi bnormal ;anin

    istosia, atau persalinan sulit, dapat teradi akibat kontraksi uterus )ang tidak

    efektif, letak, posisi, presentasi, dan posisi abnormal, atau disproporsi sefalopelvik

    )ang teradi akibat anin )ang besar atau panggul ibu )ang sempit. Posisi dan

    presentasi abnormal meningkatkan tingkat mortalitas dan morbiditas maternal dan

    anin, serta meningkatkan kebutuhan akan pemberian anestesi.4,$3

    ;anin dapat terletak memanang "longitudinal#, transversal "lintang#, atau oblik

    dalam uterus. Presentasi anin menunukkan bagian anin )ang menutupi inlet

    "pintu masuk# panggul. Persalinan pervagianam )ang spontan han)a dapat teradi

    pada letak memanang, )aitu bila letak terandah adalah kepala "verte*#, atau

    bokongEkaki "sungsang#. Sikap badan normal anin adalah fleksi dengan putarankepala pada posisi oksiput anterior )ang mengoptimalkan le!atn)a tulang-tulang

    kepala anin dalam panggul.3,4,$3

    3# isfungsi Persalinan Primer

    /egagalan teradin)a persalinan normal )ang teradi akibat kontraksi uterus

    )ang tidak adekuatEefektif disebut disfungsi persalinan primer. 2eskipun pada

    hampir semua sentra, kontraktilitas uterus )ang abnormal merupakan pen)ebab

    17

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    16/48

    utama, anatomi )ang abnormal uga berperan dalam hal ini "lihat pada bab

    presentasi abnormal verteks#.3,4,$3

    isebut fase laten lama ika teradi lebih dari '0 am pada pasien nullipara, dan

    lebih dari $4 am pada multipara. Pembukaan serviks biasan)a tetap 4 cm atau

    kurang tapi telah teradi penipisan.

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    17/48

    beberapa sentra, anestesi epidural digunakanK kateter epidural kemudian dapat

    digunakan untuk analgesia setelah induksi persalinan. 2eskipun versi luar

    berhasil pada =5 pasien, tapi dapat men)ebabkan solusio plasenta dan

    penekanan tali pusat )ang membutuhkan seksio sesaria darurat.

    /arena bahu atau kepala kadang-kadang tidak keluar setelah badan lahir,

    beberapa ahli obstetrik memilih tindakan seksio sesaria untuk semua kasus

    presentasi bokong. ngka seksio sesaria untuk presentasi bokong sekitar 0-

    $00.

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    18/48

    berpredisposisi men)ebabkan prolapsus tali pusat saat ketuban pecah, sehingga

    persalinan harus dengan seksio sesaria. Presentasi gan$ateradi bila salah satu

    ekstremitas memasuki panggul bersama-sama dengan kepala atau bokong.

    Persalinan pervaginam biasan)a masih mungkin selama ekstremitas dapat tertarik

    kembali saat proses persalinan.

    1erhalangn)a bahu oleh simfisis pubis, atau $istosia bahu, merupakan

    komplikasi persalinan sekitar 0,'-' dan merupakan pen)ebab utama trauma

    lahir. +aktor risiko )ang paling penting adalah ma&rosomia anin. istosia bahu

    biasan)a sulit untuk diprediksi. Ceberapa manuver obstetrik dapat digunakan

    untuk membebaskann)a, tapi persalinan lama akibat hal tersebut dapat

    men)ebakan asfiksia anin. 8nduksi dengan anestesi umum dapat dilakukan, ika

    kateter epidural tidak tersedia pada sentra )ang bersangkutan.

    6# @estasi 2ultipel

    @estasi multipel teradi pada sekitar $ diantara 70 kelahiran dan sering

    berhubungan dengan ' komplikasi utama presentasi bokong dan prematuritas.

    nestesi diperlukan untuk versi, ekstraksi, dan seksio sesaria. Ca)i kedua "atau

    )ang berikutn)a# sering mengalami depresi dan asfiksia dibanding )ang pertama.

    nestesi regional dapat meringankanEmenghilangkan n)eri selama persalinan,

    meminimalkan kebutuhan akan depresan SSP, dan mempersingkat interval

    kelahiran ba)i pertama dan kedua. Ceberapa studi memaparkan bah!a status

    asam-basa dari ba)i kembar kedua lebih baik ika digunakan anestesia epidural.

    Pasien dengan gestasi multipel, lebih mudah mengalami hipotensi setelah

    kompressi aortokaval, khusun)a setelah anestesia regional. Pendorongan uterus ke

    kiri dan pemberian cairan iv diharuskan pada anestesi regional. Caik anestesi

    regional maupun umum dapat digunakan pada seksio sesaria tapi anestesi regionallebih mengurangi risiko depresi neonatus.

    =# Perdarahan nterpartum

    . Plasenta Previa

    8nsidensi komplikasi ini berkisar 0,5 pada kehamilan. Plasenta previa sering

    teradi pada pasien dengan ri!a)at seksio sesaria sebelumn)a atau miomektomi

    uterus. +aktor risiko lain antara lain multiparitas, ibu usia lanut, serta plasenta

    )ang besar. Plasenta dapat secara total menutupi &:8 "plasenta previa sentral atau

    20

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    19/48

    totalis#, atau dapat han)a sebagian "plasenta previa parsial#, atau didekat &:8

    tanpa mele!ati tepin)a "plasenta letak rendah atau plasenta marginalis#. /eluhan

    utama plasenta previa biasan)a perdarahan vagina disertai n)eri. 2eskipun

    perdarahan sering berhenti spontan, perdarahan hebat dapat teradi kapan saa.

    Saat usia kehamilan kurang dari 3= minggu dan perdarahan masih ringan sampai

    sedang, pasien biasan)a diterapi dengan tirah baring dan observasi. Setelah 3=

    minggu, persalinan biasan)a dilakukan melalui seksio sesaria. Pasien dengan

    plasenta letak rendah dapat dilakukan "meskipun arang# persalinan pervaginam

    ika perdarahann)a ringan.

    Semua parturien dengan perdarahan pervaginam harus diduga mengalami

    pasenta previa sampai dibuktikan tidak. Pemeriksaan ultrasound abdominal dapat

    menentukan letak plasenta dan menegakkan diagnosis. ;ika pasien stabil dan

    resusitasi cairan sudah diberikan, anestesia regional lebih dianurkan. ;ika ada

    perdarahan aktif atau pasien tidak stabil, maka seksio sesaria segera dilakukan

    diba!ah anestesi umum. 8nfus cairan ' alur harus diberikan pada pasien tersebut

    karena defisit cairan intravaskular harus diganti seagresif mungkin, dan darah

    sudah harus tersedia untuk transfusi. Perdarahan dapat berlanut setelah persalinan

    karena tempat implantasi plasenta pada bagian segmen ba!ah rahim "SC# tidak

    berkontraksi baik "seperti istirahat#.

    i!a)at plasenta previa atau seksio sesaria sebelumn)a meningkatkan risiko

    teradin)a plasenta akreta, plasenta inkreta, dan plasenta perkreta pada kehamilan

    berikutn)a. Pada keadaan ini, plasenta menadi lebih aderen "mudah melekat#

    pada permukaan uterus, berinvasi ke otot, atau berpenetrasi sampai ke seluruh

    miometrium sehingga plasenta menadi susah atau tidak mungkin terpisah dari

    uterus. /ondisi seperti ini secara bertahap akan men)ebabkan perdarahan )angmengancam i!a maternal. (isterektomi uterus setalah ba)i lahir biasan)a

    diperlukan untuk mengontrol perdarahan )ang hebat setelah terlepasn)a plasenta.

    /oagulopati sering tersadi dan membutuhkan koreksi dengan komponen-

    komponen darah.

    C. Solusio Plasenta

    Pelepasan prematur plasenta normal merupakan komplikasi kehamilan )ang

    teradi sekitar $-', dan diduga sering men)ebabkan kematian anin intrapartum.

    21

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    20/48

    Perdarahan sampai ke lapisan dasar desidua men)ebabkan pelepasan plasenta.

    Buasn)a hematoma akan mempercepat proses pemisahan plasenta. arah

    biasan)a meluas sampai ke miometrium "uterus %ouvelaire#. /eban)akan solusi

    sifatn)a ringan "deraat 8# tapi solusio )ang berat "deraat 888# mencapai '5.

    +aktor risiko antara lain hipertensi, trauma, tali pusat pendek, mutiparitas,

    pecandu alkohol, pengguna kokain, dan uterus abnormal. Pasien biasan)a

    mengeluh perdarahan vagina dan n)eri disertai kontraksi dan lunakn)a uterus.

    iagnosis ditegakkan dengan men)ingkirkan kemungkinan plasenta previa

    melalui ultrasound abdominal. Solusio ringan sampai sedang dapat diatasi dengan

    persalinan pervaginam ika anin telah berusia 3= minggu, tapi seksio sesaria

    emergensi diharuskan saat ada tanda-tanda ga!at anin. +aktor )ang diperhatikan

    dalam memilih antara anestesi regional atau umum adalah tingkat kedaruratan

    persalinan, kestabilan hemodinamik pasien, dan adan)a koagulopati. Perdarahan

    dapat tetap berada dalam uterus dan men)ebabkan taksiran perdarahan menadi

    lebih sedikit. Solusio plasenta berat dapat men)ebabkan koagulopati, khususn)a

    setelah kematian anin. /adar fibrinogen sedikit menurun "$50-'50 mgEdB#

    dengan solusio sedang tapi dengan cepat kurang dari $50 mgEdB akibat kematian

    anin. /oagulopati diduga teradi akibat aktvasi plasminogen sirkulasi

    "fibrinolisis# dan pelepasan tromboplastin aringan )ang mempresipitasi

    berkurangn)a faktor V dan V888, serta peningkatan penghancuran fibrin. Solusio

    berat merupakan kedaruratan )ang mengancam i!a )ang membutuhkan seksio

    sesaria darurat di ba!ah anestesi umum. alam hal ini, transfusi daraf masif,

    termasuk penggantian faktor koagulasi dan trombosit dibutuhkan.

    %. uptur :teri3,4

    uptur uteri relatif arang teradi "$$000-3000 persalinan# tapi dapat teradiselama persalinan sebagai akibat "$# dehisensi skar pada seksio sesaria "klasik#

    sebelumn)a "VC%#, miomektomi luas, atau rekonstruksi uterusK "'# manipulasi

    intrauterine atau penggunaan forseps "iatrogenik#K atau "3# ruptur spontan setelah

    persalinan )ang lama pada pasien dengan kontraksi hipertonik "khususn)a bila

    diinfus oksitosin#, disproporsi fetopelvik, atau pada uterus )ang sangat besar, tipis

    dan lemah. uptur uteri dapat siketahui dengan adan)a perdarahan )ang elas atau

    adan)a hipotensi akibat perdarahan abdomen tersembun)i. 2eskipun anestesi

    22

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    21/48

    epidural dilakukan untuk persalinan, ruptur uteri sering mempercepat onset n)eri

    abdominal dan hipotensi. :ntuk itu, anestetik lokal dengan konsentrasi encer

    untuk anestesi epidural pada a!al persalinan dapat digunakan. Penanganan

    membutuhkan resusitasi volume dan laparatomi segera di ba!ah anestesi umum.

    Bigasi arteri iliaka interna "hipogastrik# dengan atau tanpa histerektomi mungkin

    diperlukan untuk mengontrol perdarahan intraoperatif.

    # /etuban Pecah ini an /oriamniositis

    /etuban Pecah ini "/P# teradi ika ketuban pecah sebelum inpartu. p(

    cairan amnion men)ebabkan kertas nitraJin berubah !arna dari biru menadi

    kuning. /P merupakan komplikasi kehamilan sekitar $0 dan meningkat

    sampai 35 pada persalinan prematur. +aktor predisposisi antara lain serviks

    pendek, /P sebelumn)a atau persalinan preterm, infeksi, gestasi multipel,

    polihidramnion, dan perokok. Persalinan spontan dapat teradi dalam '4 am

    setelah pecahn)a ketuban pada 70 pasien. Penatalaksanaan /P harus

    seimbang pada keadaan dimana terdapat risiko infeksi dan prematuritas anin.

    Persalinan biasan)a diindikasikan setalah usia kehamilan 34 minggu. Pasien

    dengan usia kehamilan kurang dari 34 minggu dapat diberi terapi profilaksis

    dengan antibiotik dan tokolitik selama 5-= hari untuk membantu pematangan

    organ-organ anin. Pemanangan interval antara /P dan onset kelahiran

    meningkatkan insidensi korioamnionitis. /P uga merupakan predisposisi

    endometritis postpartum.

    /orioamnionitis menggambarkan suatu infeksi membran korionik dan

    amnionik, dan dapat melibatkan plasenta, uterus, tali pusat, dan anin. @angguan

    ini merupakan komplikasi $-' kehamilan dan biasan)a "tapi tidak selalu#

    berhubungan dengan kantong amnion )ang tidak sterilEnormal, dan menadi rentanterhadap infeksi bakteri assenderen dari vagina saat serviks berdilatasi atau saat

    ketuban pecah. 8nfeksi intra-amniotik arang teradi karena pen)ebaran

    hematogenus bakteri atau retrograde dari tuba fallopi. /omplikasi utama

    korioamnionitis pada maternal antara lain disfungsi kelahiran, )ang akhirn)a

    ditangani dengan seksio sesaria, infeksi intraabdominal, septikemia, dan

    perdarahan postpartum. /omplikasi anin antara lain lahir prematur, asidosis,

    hipoksia, dan septikemia.

    23

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    22/48

    iagnosis korioamnionits ditegakkan dengan inde* kecurigaan )ang besar.

    1anda-tanda klinik mencakup demam "G3o%#, takikardi maternal dan anin,

    kelmahan uterus, dan cairan ketuban )ang purulen dan berbau aneh. (itung

    leukosit darah han)a berguna ika benar-banar meningkat karena pada persalinan

    normal memang meningkat "normal berkisar $5.000E B#. /adar protein reaktif %

    biasan)a meningkat "G' mgEdB#. Pe!arnaan gram pada cairan amnion diperoleh

    melalui amniosentesis )ang berguna men)ingkirkan dugaan infeksi lain.

    Penggunaan anestesi regional pada pasien dengan korioamnionitis masih

    kontroversial karena adan)a teori mengenai peningkatan risiko meningitis

    danEatau abses epidural. isiko untuk hal tesebut sangat rendah dan belum

    terbukti. Selain itu, terapi antibiotik antepartum tampakn)a dapat mengurangi

    morbiditas maternal dan anin. 2eskipun demikian, gangguan stabilitas

    hemodinamik setelah simpatektomi telah terbukti, khususn)a ika ditemukan

    pasien )ang menggigil, demam tinggi, takipnea, perubahan status mental, atau

    sedikit hipotensi. /arena itu, ika ada tanda-tanda septikemia, trombositopenia,

    atau koagulopati, keban)akan klinisi menganurkan anestesi regional pada pasien

    dengan korioamnionitis disertai pemberian antibiotik. Saat anestesi umum

    menadi pilihan, risiko gagaln)a intubasi dan aspirasi harus dipertimbangkan

    dibanding memilih infeksi spinal setelah anestesi regional.

    7# Persalinan Preterm3,4

    Persalinan preterm didefinisikan sebagai persalinan )ang teradi saat usia

    kehamilan antara '0 N 3= minggu dan merupakan komplikasi tersering pada

    trimester ketiga. (ampir kelahiran infant di S dilahirkan sebelum aterm.

    +aktor penting dari ibu )ang berpengaruh antara lain usia lanut, D% )ang tidak

    adekuat, tingkah laku )ang aneh, meningkatn)a aktivitas fisik, infeksi, danpen)akit lain atau komplikasi selama kehamilan.

    kibat ukuran )ang kecil dan perkembangan )ang tidak sempurna, infant

    preterm khususn)a )ang diba!ah usia 30 minggu atau berat kurang dari $500

    gram, maka komplikasi infant auh lebih besar dibanding infant aterm. /P

    merupakan pen)ebab ketiga ternban)ak kelahiran prematur, gabungan /P dan

    kelahiran prematur meningkatkan kemungkinan penekanan tali pusat )ang

    berakibat hipoksemia dan asfiksia anin. 8nfant preterm, dan khususn)a dengan

    24

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    23/48

    presentasi bokong cenderung mengalami prolapsus tali pusat selama persalinan.

    Selain itu, produksi surfaktan )ang belum adekuat sering mengarah ke sindrom

    distress pernapasan idiopatik "8S# atau pen)akit membran hialin "(2#

    setelah kelahiran. /adar surfaktan umumn)a adekuat setelah usia kehamilan 35

    minggu. /alsifikasi kalsium )ang halusEsedikit merupakan predisposisi teradin)a

    perdarahan intrakranial pada neonatus tersebut saat persalinan pervaginam.

    ;ika persalinan preterm teradi sebelum 35 minggu usia kehamilan, tirah baring

    dan terapi tokolitik biasan)a mulai dilakukan. Penanganan biasan)a berhasil pada

    =5 pasien. Persalinan ditunda hingga paru sudah matur dan produksi surfaktan

    pulmoner sudah cukup )ang dibuktikan dengan amniosentesis. isiko sindrom

    distress respiratori "S# dikatakan berkurang ika rasio lesitinEsfingomielin

    cairan amnion lebih dari '. @lukokortikoid "betametason# dapat diberikan untuk

    menginduksi produksi surfaktan pulmoner, )ang diberikan minimal '4-4 am.

    ntibiotik profilaksis "penisilin# diberikan pada pasien sampai hasil kultur untuk

    grup streptokokkus C negatif. 1okolitik )ang paling sering digunakan adalah

    agonis >-'-adrenergik "ritodrine atau terbutaline# dan magnesium "6 gram iv

    selama 30 menit diikuti '-4 gramEam#K alkohol iv tidak lagi digunakan. itodrin

    "$00-350 gEmenit iv# dan terbutalin "',5-5 mg peroral setiap 4-6 am# uga

    memiliki beberapa aktivitas reseptor >$-adrenergik beserta efek sampingn)a.

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    24/48

    anin, presentasi bokong, retardasi pertumbuhan intrauterine, atau kegagalan

    proses persalinan. nestesi regional atau umum dapat dilakukan tapi karena infant

    preterm lebih sensitif terhadap seluruh depresan SSP, anestesi regional lebih

    dipilih. -adrenergik dapat men)ebabkan bertambahn)a

    komplikasi anestesi umum. (alotan, pankuronium, ketmin, dan efedrin harus

    digunakan secara kontin)u. (ipokalemia biasan)a teradi akibat ambilan

    potassium oleh sel dan arang membutuhkan penanganan tapi dapat meningkatkan

    sensitifitas terhadap relaksan otot, )ang mempredisposisi teradin)a hipotensi

    "sekunder akibat vasodilatasi#.

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    25/48

    prostasiklin "P@8'#. 19'merupakan vasokonstriktor kuat dan promotor agregasi

    trombosit, sementara P@8' merupakan vasodilator kuat dan inhibitor agregasi

    trombosit. isfungsi endotelial dapat mengurangi produksi nitrit oksida dan

    meningkatkan endothelin-$ )ang merupakan vasokonstriktor kuat dan aktivator

    trombosit. egulasi abnormal radikal bebas oksigen dan peroksidasi lemak uga

    berperan penting dalam alur ini. 1rauma vaskuler dan endotelial menurunkan

    perfusi plasenta dan dapat mengarah ke manifestasi sistemik )ang luas.

    2anifestasi utama P8( lainn)a antara lain "$# vasospasme generalisata, "'#

    penurunan volume intravaskuler, "3# penurunan filtrasi glomerulus, dan "4# edema

    generalisata "tabel 43-6#. P8( berat meningkatkan morbiditas dan mortalitas baik

    maternal maupun anin dan ditegakkan ika tekanan darah lebih dari $60E$$0

    mm(g, proteinuria lebih dari 5 grEdB, oligouria "L500 mBEhari#, edema paru,

    manifestasi SSP "sakit kepala, gangguan penglihatan, dan keang#, gangguan

    hepatik atau sindrom (

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    26/48

    Kar$io%as&uler

    Peningkatan volume

    intravaskuler

    Peningkatan resistensi arteriole

    (ipertensi

    @agal ;antung

    ematologi

    /oagulopati

    1rombositopenia

    isfungsi trombosit

    Pemanangan !aktu parsial tromboplastian

    "P11#

    (emolisis mikroangiopatik

    b# Penanganan :mum

    Penanganan )ang dilakukan antara lain tirah baring, sedasi, obat antihipertensi

    "biasan)a labetalol 5-$0 mg iv, hidralaJin 5 mg iv, atau metildopa '50-500 mg

    peroral#, dan 2gS&44-6 m

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    27/48

    perdarahan masih dipertan)akan. Pada anestesi epidural terlihat adan)a penurunan

    sekresi katekolamin dan perbaikan perfusi uteroplasenta pada pasien-pasien ini,

    sehingga teradin)a hipotensi harus dihindari. kan biaksana bila diberikan bolus

    cairan koloid "'50-500 mB# sebelum aktivasi epidural dan dapat lebih efektif

    dibanding kirstaloid untuk koreksi hipovolemia serta mencegah hipotensi dalam.

    Pemasangan alur infus pada vena sentral dapat berguna untuk mengetahui umlah

    penggantian cairan, karena bagaimanapun, kateter arteri pulmonal harus

    digunakan pada kasus-kasus berat "seperti hipertensi menetap, oligouria menetap,

    hipoksemia atau edema pulmonal )ang elas#. Penggunaan test dose )ang

    mengandung epinefrin untuk anestesi epidural masih kontroversi karena

    kemampuann)a masih dipertan)akan "lihat bagian sebelumn)a tentang

    pencegahan ineksi intravaskular )ang tak disengaa# dan adan)a risiko hipertensi

    eksaserbasi. (ipotensi dapat ditangani dengan vasopresor dosis rendah "efedrin 5

    mg# karena pasien cenderung sangat sensitif terhadap obat ini.

    Pemantauan tekanan darah intra-arterial diindikasikan pada pasien dengan

    hipertensi berat baik pada anestesi regional maupun anestesi umum.

    Ditroprusside, trimetafan, dan nitrogliserin iv biasan)a perlu untuk mengontrol

    tekanan darah selama anestesi umum. Penambahan 5-$0 mg Babetalol iv uga

    efektif untuk mengontrol respon hipertensi terhadap intubasi dan tidak

    menganggu aliran darah plasenta. /arena 2g berpotensiasi terhadap relaksan otot,

    dosis relaksan otot nondepolarisasi harus dikurangi pada pasien )ang menerima

    terapi 2g dan dipantau melalui stimulator saraf perifer.

    $$# Pen)akit ;antung$,3

    Perubahan kardiovaskuler sehubungan dengan kehamilan, persalinan, dan

    kelahiran dapat men)ebbakan pen)akit antung dekompensasi pada !anita hamil"' parturien# selama periode tersebut. 2eskipun keban)akan pasien mengalami

    pen)akit antung rematik, akibat kehamilan, lebih ban)ak parturien )ang

    menunukkan lesi antung kongenital. Penanganan anestetik dilakukan dengan

    teknik )ang secara langsung meminimalkan pertambahan tekanan darah pada saat

    persalinan dan kelahiran anin. Pentalaksanaan khusus pada lesi )ang bervariasi

    didiskusikan di bab lain. Pasien dapat dibagi menadi $ sampai ' kelompok.

    Pasien pada kelompok $ mencakup mereka dengan pen)akit katup mitral,

    29

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    28/48

    insufisiensi aorta atau lesi kongenital dengan shunt kiri ke kanan. nestesi

    regional pada pasien-pasien ini akan lebih bermanfaat utaman)a anestesi epidural

    kontin)u. 8nduksi simpatektomi menurunkan baik preload maupun afterload,

    mengurangi kongesti pulmonal, dan pada beberapa kasus meningkatkan curah

    antung.

    Pasien pada kelompok ' mencakup mereka dengan stenosis aorta, lesi

    kongenital dengan shunt kiri kanan ke kiri atau dua arah, atau hipertensi pulmonal

    primer. nestesi regional umumn)a mengganggu pada kelompok ini. Penurunan

    aliran balik "preload# atau afterload biasan)a ditoleransi buruk. Pasien-pasien ini

    lebih baik ditangani di ba!ah opioid intraspinal saa, medikasi sistemik, blok

    saraf pudendus, atau anestesi umum "ika perlu#.

    $'#

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    29/48

    sirkulasi )ang tiba-tiba. @eala klinis a!al memperlihatkan tromboembolisme

    paru akut, emboli udara vena, septikemia luas, atau ruptur hepatik atau perdarahan

    serebral pada pasien dengan to*emia.

    Penanganan antara lain resusitasi kardiopulmoner )ang agresif, stabilisasi, dan

    pera!atan suportif. Saat gagal antung teradi sebelum ba)i lahir, kompressi dada

    merupakan tindakan )ang paling baik. /ompressi aortokaval mengganggu

    resusitasi pada posisi supine, sementara kompressi dada kurang efektif pada posisi

    miring ke lateral. Selain itu, cara terbaik persalinan )ang menamin keamanan

    maternal dan anin adalah persalinan dengan seksio sesaria darurat. Sekali pasien

    teresusitasi, stabilisasi dengan ventilasi mekanik, cairan, dan inotropik sangat baik

    dilakukan disertai pemantauan invasif. toni uteri diterapi dengan oksitosin dan

    metilergometrin, sementara koagulopati signifikan diterapi dengan faktor

    koagulasi dan trombosit berdasarkan penemuan laboratorium.

    $3# Perdarahan Postpartum

    /ompilkasi ini biasan)a diduga teradi ika kehilangan darah postpartum lebih

    dari 500 mB. (ampir 4 parturien mengalami perdarahan postpartum, dimana

    biasan)a berhubungan dengan kala tiga lama, preeklampsia, gestasi multipel,

    persalinan dengan forsep, dan episiotemi mediolateral. Pen)ebab )ang sering

    antara lain atoni uteri, retensi plasenta, laserasi obstetrik "alan lahir#, inversio

    uteri, dan penggunaan Jat tokolitik sebelum kala pengeluaran. toni sering

    berhubungan dengan overdistensi uterus "gestasi multipel dan polihidramnion#.

    @angguan pembekuan uga dapat bertanggung a!ab "arang#.

    Seorang anestesiologis biasan)a dikonsul untuk pemberian resusitasi cairan

    "dan darah#, begitu uga untuk pemberian anestesi, sehingga pemeriksaan teliti

    pada vagina, serviks, dan uterus perlu dilakukan. Baserasi perineum biasan)adapat diperbaiki dengan infiltrasi anestesi lokal atau blok saraf pudendus.

    2eskipun direncanakan pemberian anestesi epidural dan spinal pada sentra )ang

    dilengkapi fasilitas untuk itu setelah pemeriksaan pasien, suplementasi dengan

    opioid, nitrit oksida, atau keduan)a mungkin diperlukan. Cila ditemukan

    hipovolemia, induksi anestesi spinal atau epidural dikontraindikasikan. nestesi

    umum biasan)a dibutuhkan untuk masase uterus bimanual, ekstraksi manual

    retensi plasenta, pengembalian inversio uterus, atau penahitan laserasi )ang besar.

    31

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    30/48

    toni uterus harus diterapi dengan oksitosin "'0-30 :EB iv drips#, metilergometrin

    "0,' mg 82#. Baparatomi emergensi dan histerektomi mungkin diperlukan pada

    sentra tertentu "arang#. Bigasi cepat arteri iliaka interna "hipogastrik# dapat

    membantu menghindari histerektomi untuk mengurangi kehilangan darah.

    2.#.2 Anestesi a$a Se&sio Sesarea

    Seksio sesarea merupakan lahirn)a anin melalui insisi dinding abdomen

    "laparotomi# dan dinding uterus "histerektomi#. efinisi ini tidak mencakup

    pengeluaran anin pada kasus ruptur uteri atau pada kasus kehamilan abdomen.$3

    2.#.2.1 In$i&asi Se&sio Sesarea

    $# 8ndikasi bsolut

    2enurut Dor!itJ indikasi absolut seksio sesarea dibagi atas

    a. Cerasal dari ibu

    i. 8nduksi persalinan )ang gagal

    ii. Proses persalinan tidak mau "distosia persalinan#

    iii. isproporsi sefalopelvik

    b. :teroplasenta

    i. Cedah uterus sebelumn)a "sesar klasik#

    ii. i!a)at ruptur uterus

    iii. &bstruksi alan lahir "fibroid#

    iv. Plasenta previa, abruptio plasenta berukuran besar

    c. ;anin

    i. @a!at aninE hasil pemeriksaan anin tidak me)akinkan

    ii. Prolaps tali pusat

    iii. 2alpresentasi anin'# 8ndikasi elatif

    8ndikasi relatif dalam seksio sesarea terbagi atas $'

    a. ri!a)at ibu

    i. bedah sesar elektif berulang

    ii. pen)akit ibu

    b. uteroplasenta

    i. ri!a)at bedah uterus sebelumn)a

    32

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    31/48

    ii. presentasi funik pada saat persalinan

    c. anin

    i. malpresentasi anin

    ii. makrosomia

    iii. kelainan anin

    2.#.2.2.Kontrain$i&asi Se&sio Sesarea

    /ontraindikasi tindakan seksio sesarea meliputi infeksi piogenik dinding

    abdomen, anin abnormal )ang tidak dapat hidup, anin mati "kecuali untuk

    men)elamatkan n)a!a ibu# dan kurangn)a fasilitas, perlengkapan atau tenaga

    )ang sesuai.3,4

    2.#.2.# Anestesi Pa$a Se&sio Sesarea1#'1#

    1) Anestesi Regional

    Pelaksanaan blok epidural E blok spinal bersifat spesialistik, sehingga

    sebaikn)a diserahkan kepada dokter ahli anastesia. Sebagai gambaran, berikut ini

    dikemukakan beberapa hal tentang anastesia epidural atau spinal.

    alam melakukan tindakan kecil pada obstetri dan ginekologi, seperti

    penahitan kembali luka episiotomi, dilatasi dan kuretase, atau biopsi dianurkan

    untuk melakukan anastesia secara intravena "lebih mudah dan aman#. inegara

    )ang sudah mau, keban)akan kasus persalinann)a memerlukan tindakan

    anastesia lumbal, sakral, atau kaudal.

    o Analgesi/blok epidural (lumbal) < sering digunakan untuk persalinan per

    vaginam.

    o Anestesi epidural atau spinal : sering digunakan untuk persalinan perabdominamEsectio cesarea.

    Keuntungan :

    2engurangi pemakaian narkotik sistemik sehingga keadian depresi anin

    dapat dicegahEdikurangi.

    8bu tetap dalam keadaan sadar dan dapat berpartisipasi aktif dalam

    persalinan.

    33

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    32/48

    isiko aspirasi pulmonal minimal "dibandingkan pada tindakan anestesi

    umum#

    ;ika dalam peralanann)a diperlukan sectio cesarea, alur obat anestesia

    regional sudah siap.

    Kerugian :

    $. (ipotensi akibat vasodilatasi "blok simpatis#

    '. Faktu mula kera "time of onset# lebih lama

    3. /emungkinan teradi sakit kepala pasca punksi. "Post Dural Punction

    HeadacheE PP(#

    4. :ntuk persalinan per vaginam, stimulus n)eri dan kontraksi dapat menurun,

    sehingga kemauan persalinan dapat menadi lebih lambat.

    Kontraindikasi :

    a Pasien menolak

    ! 8nsufisiensi utero-plasenta

    c S)ok hipovolemik

    d 8nfeksi E inflamasi E tumor pada lokasi ineksi

    e Sepsis

    f @angguan pembekuan

    g /elainan SSP tertentu

    "eknik :

    Pasang line infus dengan diameter besar, berikan 500-$000 cc cairan

    kristaloid "inger Baktat#.

    $5-30 menit sebelum anestesi, berikan antasida

    &bservasi tanda vital

    =i$ural posisi pasien lateral dekubitus atau duduk membungkuk,

    dilakukan punksi antara vertebra B'-B5 "umumn)a B3-B4# dengan

    arumEtrokard. uang epidural dicapai dengan perasaan Ohilangn)a tahanan

    pada saat arum menembus ligamentum flavum.

    Sinal > subara&noi$ posisi lateral dekubitus atau duduk, dilakukan punksi

    antara B3-B4 "di daerah cauda e#uina medulla spinalis#, dengan arum E

    trokard. Setelah menembus ligamentum flavum "hilang tahanan#, tusukan

    34

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    33/48

    diteruskan sampai menembus selaput duramater, mencapai ruangan

    subaraknoid. 8dentifikasi adalah dengan keluarn)a cairan cerebrospinal, ika

    st)let ditarik perlahan-lahan.

    /emudian obat anestetik diineksikan ke dalam ruang epidural E subaraknoid.

    /eberhasilan anestesi diui dengan tes sensorik pada daerah operasi,

    menggunakan arum halus atau kapas.

    ;ika dipakai kateter untuk anestesi, dilakukan fiksasi. aerah punksi ditutup

    dengan kasa dan plester.

    /emudian posisi pasien diatur pada posisi operasi E tindakan selanutn)a.

    @ambar '.$ %ara Pemberian nestesi egional

    $!at anestetik yang digunakan

    Bidocain $-5, bupivacain 0.'5-0.=5, atau chlorprocain '-3 .osis )ang

    dipakai untuk anestesi epidural lebih tinggi daripada untuk anestesi spinal.

    Komplikasi yang mungkin ter%adi

    ;ika teradi ineksi subarachnoid )ang tidak diketahui pada rencana anestesi

    epidural dapat teradi total spinal anesthesia, karena dosis )ang dipakai lebih

    tinggi. @eala berupa nausea, hipotensi dan kehilangan kesadaran, dapat sampai

    disertai henti napas dan henti antung. Pasien harus diatur dalam posisi telentang E

    35

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    34/48

    supine, dengan uterus digeser ke kiri, dilakukan ventilasi &' $00 dengan mask

    disertai penekanan tulang cricoid, kemudian dilakukan intubasi. (ipotensi

    ditangani dengan memberikan cairan intravena dan ephedrine.

    8neksi intravaskular ditandai dengan gangguan penglihatan, tinitus, dan

    kehilangan kesadaran. /adang teradi uga serangan keang. (arus dilakukan

    intubasi pada pasien, menggunakan $.0 N $.5 mgEkgCC suksinilkolin, dan

    dilakukan hiperventilasi untuk mengatasi asidosis metabolik.

    /omplikasi neurologik )ang sering adalah rasa sakit kepala setelah punksi

    dura. 1erapi dengan istirahat baring total, hidrasi "G3 BEhari#, analgesik, dan

    pengikat E korset perut "abdominal binder#.

    2) Anestesi Umum

    1indakan anestesi umum digunakan untuk persalinan per abdominam E sectio

    cesarea.

    &ndikasi :

    $. @a!at anin.

    '. da kontraindikasi atau keberatan terhadap anestesia regional.

    3. iperlukan keadaan relaksasi uterus.

    Keuntungan :

    $. 8nduksi cepat.

    '. Pengendalian alan napas dan pernapasan optimal.

    3. isiko hipotensi dan instabilitas kardiovaskular lebih rendah.

    Kerugian :

    $. isiko aspirasi pada ibu lebih besar.'. apat teradi depresi anin akibat pengaruh obat.

    3. (iperventilasi pada ibu dapat men)ebabkan teradin)a hipoksemia dan asidosis

    pada anin.

    4. /esulitan melakukan intubasi tetap merupakan pen)ebab utama mortalitas dan

    morbiditas maternal.

    "eknik :

    36

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    35/48

    $. Pasang line infus dengan diameter besar, antasida diberikan $5-30 menit

    sebelum operasi, observasi tanda vital, pasien diposisikan dengan uterus digeser E

    dimiringkan ke kiri.

    '. ilakukan preoksigenasi dengan &' $00 selama 3 menit, atau pasien diminta

    melakukan pernapasan dalam seban)ak 5 sampai $0 kali.

    3. Setelah regio abdomen dibersihkan dan dipersiapkan, dan operator siap,

    dilakukan rapid-se#uence induction dengan propofol ' N '.5 mgEkgCC atau

    ketamine $-'mgEkg dan $,5 mgEkgCC suksinilkolin.

    4. ilakukan penekanan krikoid, dilakukan intubasi, dan balon pipa endotrakeal

    dikembangkan. ialirkan ventilasi dengan tekanan positif.

    5. &'-D'& 50-50 diberikan melalui inhalasi, dan suksinilkolin diineksikan

    melalui infus. apat uga ditambahkan inhalasi $.0 sevofluran, 0.=5 isofluran,

    atau 0.5 halotan, sampai anin dilahirkan, untuk mencegah ibu bangun.

    6. &bat inhalasi dihentikan setelah tali pusat diepit, karena obat-obat tersebut

    dapat men)ebabkan atonia uteri.

    =. setelah melahirkan ba)i dan plasenta, '0 8: oksitosin didrip 8V dan 0,' mg

    methergin 82E dalam $00 ml normal salin di drip perlahan.

    . Setelah itu, untuk maintenance anestesi digunakan teknik balans

    "D'&EnarkotikErelaksan#, atau ika ada hipertensi, anestetik inhalasi )ang kuat

    uga dapat digunakan dengan konsentrasi rendah.

    7.

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    36/48

    2acam-macam anestesi intravena

    a# Pentotal "golongan barbiturate#Penggunaan pentotal dalam bidang obstetri dan ginekologi ban)ak dituukan

    untuk induksi anestesia umum dan sebagai anestesia singkat.

    Dosis pentotal

    osis pentotal )ang dianurkan adalah 5 mgEkg CC dalam larutan ',5

    dengan p( $0., tetapi sebaikn)a han)a diberikan 50-=5 mg.

    Keuntungan pentotal

    %epat menimbulkan rasa mengantuk "sedasi# dan tidur "hipnotik#.

    38

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    37/48

    1ermasuk obat anestesia ringan dan keran)a cepat.

    1idak terdapat delirium

    %epat pulih tanpa iritasi pada mukosa saluran napas.

    Komplikasi pentotal

    Bokal "akibat ekstravasasi#, dapat men)ebabkan nekrosis

    asa panas "bila pentotal langsung masuk ke pembuluh darah arteri#

    epresi pusat pernapasan

    eaksi vertigo, disorientasi, dan anfilaksis

    Kontraindikasi pentotal

    Pentotal merupakan kontraindikasi pada pasien-pasien )ang disertai keadaan

    berikut

    @angguan pernafasan

    @angguan fungsi hati dan ginal

    nemia

    lergi terhadap pentotal

    pabila dilakukan anestesi intravena menggunakan pentotal, sebaikn)a

    pasien dira!at inap karena efek pentotal masih diumpai dalam !aktu '4 am,

    dan hal ini membaha)akan bila pasien sedang dalam peralanan.

    b# /etamin

    /etamin termasuk golongan non barbiturat dengan aktivitas Orapid setting

    general anaesthesia, dan diperkenalkan oleh omine dan %arses pada tahun

    $765.

    Sifat ketamin

    o

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    38/48

    o 2en)ebabkan depresi pernapasan )ang ringan "vasodilatasi bronkus#

    Premedikasi pada anestesia umum ketamin

    Pada anestesia umum )ang menggunakan ketamin, perlu dilakukan

    premedikasi dengan obat-obat sebagai berikut

    Sulfas atropin, untuk mengurangi timbuln)a rasa mual E muntah

    Valium, untuk mengurangi disorientasi dan halusinasi

    Dosis ketamin

    osis ketamin )ang dianurkan adalah $-' mgEkg CC, dengan lama kera

    sekitar $0-$5 menit. osis ketamin )ang dipakai untuk tindakan Q /

    "dilatasi dan kuretase# atau untuk reparasi luka episiotomi cukup 0,5 N $

    mgE/g CC.

    &ndikasi anestesi ketamin

    Pada opersasi obstetri dan ginekologi )ang ringan dan singkat

    8nduksi anastesia umum

    Cila ahli anastesia tidak ada, sedangkan dokter memerlukan tindakan

    anastesia )ang ringan dan singkat.

    Kontra indikasi anastesia ketamin 'ketalar

    (ipertensi )ang melebihi $50 E $00 mm(g

    ekompensasi kordis

    /elainan i!a

    Komplikasi anastesia ketamin

    1eradi disorientasi

    2ual E muntah, diikuti aspirasi )ang dapat membaha)akan pasien dan

    dapat menimbulkan pneumonia. :ntuk menghindari teradin)a komplikasi karena tindakan anastesia

    sebaikn)a dilakukan dalam keadaan perut E lambung kosong.

    Setelah pasien dipindahkan ke ruangan inap, pasien diobservasi dan

    posisi tidurn)a dibuat miring "ke kiri E kanan#, sedangkan letak kepalan)a

    dibuat sedikit lebih rendah.

    c# nastesia analgesia dengan valium

    40

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    39/48

    Valium tergolong obat penenang "tranHuiliJer#, )ang bila diberikan dalam

    dosis rendah bersifat hipnotis. &bat ini arang digunakan secara sendiri

    "tunggal#, dan selalu diberikan secara 8V bersama dengan ketamin, dengan

    tuuan mengurangi efek halusinasi ketamin.

    Dosis (alium

    $0 g 8V atau 82. Cila digunakan untuk induksi anastesi, dosis n)asebesar 0,'

    N 0,6 mgEkg CC.

    d# iprivan

    /omposisi diprivan adalah sebagai berikut

    $0 min)ak kacang kedelai

    $,' fosfatida telur

    ','5 gliserol

    /eseluruhann)a merupakan larutan $ dalam air, dalam bentuk emulsi.

    iprivan sangat baik karena tidak memerlukan obat premedikasi. isamping

    itu kesadaran pasien pulih dengan cepat, tanpa teradi perubahan apapun.

    iprivan uga tidak menimbulkan depresi pusat pernafasan ataupun gangguan

    antung. &leh karena itu, ketika diprivan digunakan untuk pertama kalin)a

    pada tahun $7==, obat ini langsung menduduki tempat tertinggi untuk

    kepentingan operasi-operasi )ang ringan dan singkat.

    2.'. Anestesi Pa$a 9aaratomi (ine&ologi $an Non (ine&ologi2.'.1 9aaratomi

    Pengertian laparatomi adalah insisi pembedahan melalui dinding perut atau

    abdomen. Baparatomi merupakan operasi )ang dilakukan untuk membuka

    abdomen "bagian perut#$4

    a. 8ndikasi.

    1indakan laparatomi biasa dipertimbangkan atas indikasi appendicitis,

    hernia, kista ovarium, kanker serviks, kanker ovarium, kanker tuba falopi,

    41

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    40/48

    kanker uterus, kanker hati, kanker lambung, kanker kolon, kanker kandung

    kemih, kehamilan ektopik, mioma uteri, peritonitis dan pangkreas.

    b. ;enis-enis.

    Baparatomi terdiri dari beberapa enis diantaran)a adalah

    $# ndrenalektomi pengakatan salah satu atau kedua kelenar adrenal.

    '# ppendiktomi operasi pengangkatan apendiks.

    3# @astrektomi pengangkatan sepertiga distal lambung "duodenumE

    eunum, mengangkat sel-sel penghasil gastrin dalam bagian sel

    priental#.

    4# (isterektomi operasi pengangkatan bagian uterus.

    5# /olektomi seksisi bagian kolon atau seluruh kolon.

    6# Defrektomi operasi pengangkatan ginal.

    =# Pankreatektomi eksisi pangkreas.

    # Prostatektomi operasi pengangkatan prostate.7# Seksio sesaria pembedahan untuk melahirkan anin dengan membuka

    dinding ovarium.

    $0# Sistektomi operasi pengangkat kandung kemih.

    $$# Salpingo oofarektomi operasi pengangkat satu atau kedua tuba falopi

    dan ovarium.

    $'# Vagotomi pemotongan saraf vagus untuk menurunkan asam lambung

    dan mengurangi stimulasi kolgenerik pada sel parietal dan

    membuatn)a kurung responsive terhadap gastric.

    2anaemen anestesi pada pasien )ang menalani pembedahan laparoskopi

    harus mengakomodasi kebutuhan pembedahan dan sesuai dengan perubahan

    fisologis )ang teradi selama pembedahan. Peralatan pemantauan disediakan

    untuk deteksi dini komplikasi. Pemulihan anestesi harus cepat dengan efek

    residual )ang minimal, dan antisipasi kemungkinan prosedur laparoskopi berubah

    menadi laparotomi.$4,$5,$6

    2.'.2 =%aluasi Pasien Preoerasi "an Preme$i&asi

    /ontra indikasi medis pembedahan laparoskopi adalah relatif. Pembedahan

    laparoskopi telah berhasil dilakukan pada pasien )ang mendapat antikoagulan,

    !anita hamil, dan obesitas morbid.

    Pneumoperitoneum tidak dikehendaki pada pasien dengan peningkatan tekanan

    intracranial "tumor, h)drocephalus, trauma kepala#, hipovolumia,

    ventrikuloperitoneal shunt, dan peritoneougular shunt. Pneumoperitoneum dapat

    dilakukan secara aman pada pasien dengan shunt ini, dengan melakukan klem

    pada shunt sebelum insuflasi peritoneum.

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    41/48

    secara klinis tidak signifikan pada pasien glaucoma. Baparoskopi tanpa gas dapat

    menadi alternatif laparoskopi )ang aman untuk semua kasus ini.

    &leh karena efek samping peningkatan tekanan intraabdominal pada fungsi

    ginal, pasien dengan gagal ginal harus mendapat perhatian khusus untuk

    mengoptimalkan hemodinamik selama pneumoperitoneum, dan menghindari

    penggunaan obat N obat nefrotoksik. Pada pasien dengan pen)akit respirasi,

    laparoskopi lebih dipilih dibandingkan dengan laparotomi oleh karena disfungsi

    respirasi pasca operasi lebih ringan.

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    42/48

    dengan gagal antung kongestif )ang berat dan insufisiensi katup )ang terminal

    lebih cenderung mengalami komplikasi kardiak daripada pasien denganpen)akit

    antung iskemik selama laparoskopi. :ntuk pasien seperti ini keuntungan

    laparoskopi pasca operasi harus dipertimbangkan dengan resiko intraoperasi

    dalam menentukan pilihan apakah laparotomi atau laparoskopi.$,$7

    2.'.# Te&ni& Anestesi

    Pendekatan anestesi untuk operasi laparoskopi meliputi infiltrasi anestesi

    lokal dengan sedatif intravena, anestesi epidural dan spinal, dan anestesi umum.

    Pemilihan teknik anestesi tidak merupakan penentu dalam outcome pasien.

    1idak ada teknik anestesi )ang secara klinis lebih superior dari pada teknik

    lain, anestesi umum dengan ventilasi terkontrol tampakn)a merupakan teknik)ang paling aman untuk operasi laparoskopi.

    nestesi lokal dibatasi untuk prosedur laparoskopi ginekologi singkat

    "sterilisasi tuba perlaparoskopi, transfer intrafallopi# pada orang muda, sehat dan

    pun)a motivasi. Falaupun pemulihan pasca operasi cepat, namun perasaan tidak

    enakEn)aman pada pasien, dan visualisasi organ N organ intraabdomen )ang tidak

    optimal merupakan pengecualian penggunaan teknik anestesi lokal ini untuk

    laparoskopi kolesistektomi.

    lternatif anestesi regional untuk operasi laparoskopi adalah anestesi epidural

    dan spinal. nestesi regional ini tidak dianurkan sebagai teknik anestesi tunggal

    karena pada operasi laparoskopi membutuhkan level blok )ang tinggi, perubahan

    posisi )ang ekstrem, dan adan)a pneumoperitoneum )ang bisa men)ebabkan

    gangguan mekanik respirasi. Baparoskopi ini membutuhkan blok pada level )ang

    tinggi untuk mendapat relaksasi otot )ang lengkap dan untuk mencegah iritasi

    diafragma )ang disebabkan oleh insuflasi gas dan manipulasi pembedahan.

    Pada anestesi umum dengan intubasi endotrakea dan pemberian pelumpuh otot

    disertai pemberian ventilasi tekanan positif lebih disukai karenan beberapa

    alasan adan)a resiko regurgitasi )ang disebabkan peningkatan tekanan

    intraabdominal saat insuflasiK perlun)a ventilasi terkontrol untuk mencegah

    hiperkapnea, dibutuhkan tekanan inspirsi )ang tinggi secara relatif karena

    pneumoperitoneumK kebutuhan relaksasi otot selama pembedahan karena tekanan

    insuflasi )ang rendah, men)ediakan visualisasi )ang lebih baik, mencegah

    pergerakan pasien )ang tidak diinginkan.

    44

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    43/48

    Pada saat induksi anestesi penting untuk menghindari inflasi lambung selama

    ventilasi karena hal ini akan meningkatkan resiko trauma lambung saat insersi

    trokars. Pemasangan pipa nasogastrik dan dekompresi lambung untuk

    meminimalkan resiko perforasi organ visceral saat insersi trokar dan

    mengoptimalkan visualisasi. 8ntubasi memberikan keuntungan pada pasien

    obesitas untuk mengurangi hipoksemia, hiperkarbia, dan aspirasi. Penggunaan

    teknik ventilasi spontan tidak dianurkan dalam perspektif adan)a

    pneumoperitoneum intraoperasi dan posisi pasien.

    Selama pneumoperitoneum kontrol ventilasi disesuaikan untuk

    mempertahankan P

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    44/48

    prosedur )ang pendek untuk pasien one da) care "&%#. Pemantauan kontin)u

    terhadap p( esophagus dan kondisi klinis gagal mendeteksi refluk esophageal

    pada pasien )ang menalani laparoskopi ginekologi dengan menggunakan B2.

    :ntuk laparoskopi abdomen atas dan laparoskopi kolesistektomi dengan dengan

    tekanan intraabdomen )ang tinggi, refluk esophageal tidak bisa diperkirakan dan

    meningkatkan resiko regurgitasi pasif isi lambung. Penggunaan ballon pipa

    endotrakeal mengurangi resiko aspirasi asam lambung karena refluk isi lambung.

    '# Pelumpuh otot

    Pemilihan obat N obat pelumpuh otot tergantung pada laman)a operasi dan

    profil efek samping obat secara individual. everse terhadap obat pelumpuh otot

    dengan neostigmin meningkatkan teradin)a mual muntah pasca operasi "P&DV#

    setelah laparoskopi dibandingkan dengan pemulihan secara spontan, dan beberapa

    klinisi menghindari reverse ini. Damun penelitian )ang lain menemukan tidak ada

    efek pada insiden P&DV berkaitan dengan penggunaan neostigmin, khususn)a

    pasien )ang menalani laparoskopi ginekologi )ang direncanakan ra!at alan,

    penggunaan neostigmin dan glikopirolat tidak meningkatkan insiden atau beratn)a

    P&DV. Cahkan adan)a residu pelumpuh otot )ang sedikit men)ebabkan geala

    dan tanda distress )ang harus dihindari. Selanutn)a keuntungan tidak memakai

    neostigmin harus diseimbangkan dengan resiko ketidakadekuatan reverse

    pelumpuh otot

    3# Ditrous &*ide "D'

    Penggunaan D'& selama prosedur laparoskopi masih kontroversi karena

    kemampuan D'& untuk berdifusi kedalam lumen usus )ang men)ebabkan

    distensi, gangguan lapangan pembedahan, dan meningkatkan mual muntah pasca

    operasi, namun secara klinis tidak signifikan pada prosedur pendek dan sedang.

    D'& lebih mudah larut "309# dari pada Ditrogen "D '#, ruang udara tertutup akan

    mengakumulasi D'& lebih cepat dari eliminasi D'.

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    45/48

    laparoskopi ginekologi, mendapatkan penurunan mual muntah pasca operasi dari

    47 menadi $= bila tidak menggunakan D'&.

    4# &bat 8nduksi

    Propofol merupakan obat induksi pilihan karena non emetogenik dan

    pemulihann)a )ang baik. Propofol memberikan efek samping pasca operasi )ang

    lebih kecil.

    5# &bat nestesi 8nhalasi

    (alotan meningkatkan insiden aritmia pada prosedur laparoskopi, khususn)a

    bila teradi hiperkarbia penggunaan halotan sudah digantikan oleh obat N obat

    inhalasi )ang baru seperti isofluran, desfluran, dan sevofluran )ang mempun)aiefek depresi miokardium lebih rendah dan kurang aritmogenik.

    6# nalgesia

    &pioid masih merupakan komponen penting untuk teknik balans anestesi

    umum untuk prosedur laparoskopi. &pioid kera pendek seperti fentan)l,

    alfentan)l dan remifentan)l bisa digunakan intraoperatif untuk mencegah stimulus

    pembedahan )ang hebat. /esalahan interpretasi hasil kolangiografi intraoperasi

    selama laparoskopi kolesistektomi dapat teradi karena penggunaan opioid dapat

    men)ebabkan spasme spinkter oddi. Spasme spinkter oddi )ang disebabkan oleh

    opioid bisa dila!an dengan beberapa obat seperti glucagon dan nalokson.

    Falaupun laparoskopi kolesistektomi merupakan prosedur invasif )ang

    minimal, namun tetap berhubungan dengan n)eri intraabdomen, n)eri insisional,

    dan n)eri bahu setelah operasi. &bat N obat analgesia multimodal kombinasi

    dengan opioid, DS8 dan anestesi lokal infiltrasi sangat efektif mengurangi

    dosis opioid untuk meminimalkan efek samping. Pemberian obat anestesi lokal

    melalui alur intraperitoneum sangat sederhana dan tidak melibatkan blok

    neuroaksial, khususn)a untuk pasien anestesi ra!at alan. Pemberian obat anestesi

    lokal bupivakain 0,'5 50 N '00mg dalam volume $0 N $00 ml, signifikan

    mengurangi n)eri )ang teradi.

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    46/48

    2.'.' -ual $an -untah Pas:a erasi ?PN!)

    P&DV merupakan salah satu keluhan utama )ang umum teradi uga

    merupakan geala )ang sangat mencemaskan setelah prosedur laparoskopi "40 N

    =5 pasien# dan merupakan faktor )ang paling penting )ang men)ebabkan

    laman)a pera!atan rumah sakit setelah anestesi. Penggunaan opioid intraoperasi

    secara signifikan meningkatkan insiden P&DV masih kontroversial. rainase isi

    lambung uga mengurangi insiden P&DV. Pengurangan dosis opioid dengan obat

    N obatan analgesia multimodal bisa menurunkan insiden P&DV. Selektif reseptor

    antagonis 5 (1, ondansetron dengan dosis 4 mg efektif sebagai profilaksis

    terhadap emesis pasca operasi laparoskopi. Penelitian )ang lain mendapatkan

    tidak ada perbedaan antara ondansetron 4 mg dan sikliJin 50 mg sebagai

    antiemesis pada pasien )ang menalani laparoskopi ra!at alan. Faktu )ang tepat

    pemberian ondansetron ditemukan lebih signifikan sebagai antiemesis pada akhir

    pembedahan dibandingkan pemberian saat preinduksi. Pendekatan multimodal

    untuk mencegah P&DV bisa dilakukan dengan menggunakan obat kombinasi

    droperidol 0,6'5 N $ mg, antagonis 5 (13 "ondansetron 4 mg atau dolasetron '.5

    N 5 mg#, dan deksamethason 4 N mg, disertai dengan hidrasi )ang cukup,

    penggunaan dosis minimal opioid.

    2.'.* -onitoring

    Pemantauan intraoperasi standar dianurkan untuk semua pasien )ang

    menalani prosedur dengan akses )ang minimal. 2onitor standar )ang

    digunakan pulse rate, kontn)u

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    47/48

    Pemantauan

  • 7/25/2019 BAB II anestesi obgyn

    48/48

    isfungsi paru dan diafragma masih tetap teradi setelah paling tidak dalam '4

    am pasca operasi laparoskopi kolesistektomi sehingga Pa&'masih rendah setelah

    laparoskopi kolesistektomi. Peningkatan kebutuhan oksigen teradi setelah operasi

    laparoskopi, untuk itu harus diberikan oksigen pasca operasi bahkan pada pasien

    sehat. Pen)ebab disfungsi ini adalah peregangan diafragma selama

    pneumoperitoneum. isfungsi diafragma oleh karena aferen )ang berasal dari

    kandung empedu atau aferen somatic )ang berasal dari dinding abdomen

    mendesak aksi inhibisi dari nervus prenikus. Pada pengukuran spirometri paru,

    fungsi paru seperti +%, +