bab ii kajian pustaka

Upload: kuroganesai

Post on 13-Oct-2015

110 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB II

KAJIAN PUSTAKA2.1 Perencanaan Tambang

Perencanaan adalah penentuan persyaratan teknik pencapaian sasaran kegiatan serta urutan teknis pelaksanaan dalam berbagai macam anak kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan (Irwandi & Adisoma, 2002 : I.1 I.2).

Ada berbagai macam perencanaan antara lain :

a. Perencanaan jangka panjang, yaitu suatu perencanaan kegiatan yang jangka

waktunya lebih dari lima tahun secara berkesinambungan.

b. Perencanaan jangka menengah, yaitu suatu perencanaan kerja untuk jangka

waktu antara 1 5 tahun.

c. Perencanaan jangka pendek, yaitu suatu perencanaan kerja untuk jangka waktu kurang dari setahun demi kelancaran perencanaan jangka menengah

dan panjang.

d. Perencanaan penyangga atau alternatif ; bagaimanapun baiknya suatu perencanaan telah disusun, kadangkadang karena kemudian terjadi halhal

tak terduga atau ada perubahan data dan informasi atau timbul hambatan

(kendala) yang sulit untuk diatasi, sehingga dapat menyebabkan kegagalan,

maka harus diadakan perubahan dalam perencanaannya.

Fungsi perencanaan secara umum antara lain (Irwandi & Adisoma, 2002 : I.7):

Pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujuan.

Perkiraan terhadap masalah pelaksanaan, kemampuan, harapan, hambatan, dan kegagalan yang mungkin terjadi.

Usaha untuk mengurangi ketidakpastian.

Kesempatan untuk memilih kemungkinan terbaik.

Penyusunan urutan kepentingan tujuan.

Alat pengukur atau dasar ukuran dalam pengawasan dan penilaian.

Cara penggunaan dan penempatan sumber daya secara berdaya guna dan berhasil guna.

Tujuan dari pekerjaan perencanaan tambang adalah membuat suatu rencana produksi tambang untuk satu cebakan bijih yang akan :

Menghasilkan tonase bijih pada tingkat produksi yang telah ditentukan dengan biaya-biaya semurah mungkin.

Menghasilkan aliran kas (cash flow) yang akan memaksimalkan beberapa kriteria ekonomi, seperti rate of Return atau Net Present value.Terdapat 3 faktor utama dalam proses perencanaan (Atkinson, 1983 dalam Hartman, 1987 : 154).

a. Faktor geologi dan alam : kondisi geologi, bentuk endapan, kondisi hidrologi, topografi, dan karateristik metalurgi.

b. Faktor ekonomi : kadar, tonnase, nisbah pengupasan, kadar batas, biaya operasi, biaya investasi, keuntungan yang diharapkan, tingkat produksi, dan kondisi pasar.

c. Faktor teknologi : peralatan, kemiringan lereng penambangan, tinggi jenjang, kemiringan jalan, batas kuasa pertambangan, dan batas penambangan.

2.2 Alat Gali Muat

Jenis alat ini dikenal juga dengan excavator. Beberapa alat mekanis digunakan untuk menggai tanah dan batuan. Yang termasuk dalam kategori ini adalah power shovel, backhoe, dragline dan clamshell (Basuki, 2004 : 2)

Alat gali ini mempunyai bagian-bagan utama, antara lain:

a. Bagian atas yang dapat berputar (revolving unit)

b. Bagian bawah untuk berpindah tempat (travelling unit)

c. Bagian-bagian tambahan (attachment) yang dapat diganti sesuai pekerjaan yang akan dilaksanakan.(Wigroho, 1992 : 49)2.3 Alat Angkut

Alat angkut adalah alat yang digunakan untuk memindahkan material hasil penambangan ke tempat penimbunan atau pengolahan.

Pengangkutan batuan, endapan bijih, waste, dan lain-lain merupakan suatu hal yang sangat mempengaruhi operasi penambangan. Untung rugi suatu perusahaan tambang terletak juga pada lancar tidaknya pengangkutan yang tersedia.

Untuk pengukuran jarak dekat (kurang dari 5 km) dapat dipakai truck dan power scraper. Untuk pengangkutan jarak sedang (5 20 km) dapat dipakai truk berukuran besar, dan belt conveyor. Sedangkan untuk jarak jauh (> 20 km) dipergunakan kereta api atau pipa. (Partanto,1989 : 29 ).

2.4 Produktivitas Alat Gali Muat dan Alat Angkut

2.4.1Alat Gali Muat

Untuk menghitung produktivitas back hoe, pertama-tama kita harus membatasi terhadap kondisi yang ada pada setiap keadaan pekerjaan.

Back hoe sama seperti power shovel dimana jenis material mempengaruhi didalam perhitungan produktivitas. Penentuan waktu siklus backhoe didasarkan pada pemilihan kapasitas bucket (Basuki, 2004 : 35 )

Untuk perhitungan produksi per siklus alat gali muat dapat menggunakan persamaan dibawah ini: (Anonim, 2002 : 15A-9)

Keterangan :

q=Produksi per siklus (m3)

q1=Kapasitas Munjung Bucket (m3)

K=Bucket Fill Factor

Kemudian untuk perhitungan produktivitas alat gali muat dapat menggunakan persamaan dibawah ini : (Anonim, 2002: 15A-9)

x q x EKeterangan :

Q=Produktivitas alat gali muat (m3/jam)

q=Produksi per siklus (m3)

E=Efisiensi KerjaCT=Cycle time (detik)

2.4.2Alat Angkut

Produktivitas dari truk dipengaruhi oleh waktu siklusnya. Waktu siklus dump truck terdiri dari waktu pemuatan, waktu pengangkutan, waktu pembongkaran muatan, waktu perjalanan kembali dan waktu antri (Basuki, 2004 : 83)

Untuk perhitungan produksi per siklus alat gali muat dapat menggunakan persamaan dibawah ini: (Anonim, 2002: 15A-13)

Keterangan :

q=Produksi per siklus alat angkut (m3)

q1=Kapasitas Munjung Bucket (m3)

K=Bucket Fill Factor

n=Jumlah pengisian bak oleh bucket /Passing

Kemudian untuk perhitungan produktivitas alat angkut dapat menggunakan persamaan dibawah ini : (Anonim, 2002 : 15A-19)

x q x EKeterangan :

Q=Produktivitas alat Angkut (m3/jam)

q=Produksi per siklus (m3)

Eff=Efisiensi KerjaCT=Cycle time (detik)

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Alat Mekanis2.5.1 Waktu edar (Cycle Time)

a) Waktu Edar Alat Gali Muat

Terdiri dari waktu untuk menggali, waktu ayunan bermuatan, waktu untuk menumpahkan muatan, waktu ayunan kosong. (Anonim, 2002: 15A-10)

Keterangan :

ET=Excavating time (detik)DT=Dumping Time (detik)STL=Swing time Loaded (detik) STE=Swing time empty (detik)

Sedangkan pada beberapa jenis alat telah ditentukan besar cycle time standar yang dilihat dari beberapa parameter. Cycle time standar alat gali muat untuk merk Komatsu dapat dilihat pada tabel 2.1Tabel 2.1.

Cycle Time Standar untuk Excavator Merk Komatsu Edisi 23ModelSwing Angle (s)ModelSwing Angle (s)

45o 90o90o 180o45o 90o90o 180o

PC8010 - 1313 - 16PC300, PC35015 - 1818 - 21

PC10011 - 1414 - 17PC38016 - 1919 - 22

PW100,PW130ES11 - 1414 - 17PC400,PC45016 - 1919 - 22

PC120, PC13011 - 1414 - 17PC75018 - 2121 - 24

PC15013 - 1616 - 19PC80018 - 2121 - 24

PW170ES13 - 1616 - 19PC125022 - 2525 - 28

PC18013 - 1616 - 19PC180024 - 2727 - 30

PC200,PC21013 - 1616 - 19PC140024 - 3030 - 37

PW21014 - 1717 - 20PC300024 - 3030 - 37

PC220,PC23014 - 1717 - 20PC400024 - 3030 - 37

PC24015 - 1818 - 21PC550025 - 3131 - 38

PC25015 - 1818 - 21PC800025 - 3131 - 38

(Sumber : Anonim, 2002 : 15A-10)Tabel 2.2

ModelSwing Angle (s)ModelSwing Angle (s)

45o 90o90o 180o45o 90o90o 180o

PC 7810 ~ 1313 ~ 16PC270,PC29015 ~ 1818 ~ 21

PW14011 ~ 1414 ~ 17PC300,PC35015 ~ 1818 ~ 21

PC120, PC13011 ~ 1414 ~ 17PC400,PC45016 ~ 1919 ~ 22

PC16013 ~ 1616 ~ 19PC60017 ~ 2020 ~ 23

PW160,PW18013 ~ 1616 ~ 19PC750,PC800,PC85018 ~ 2121 ~ 24

PC18013 ~ 1616 ~ 19PC125022 ~ 2525 ~ 28

PC200,PC21013 ~ 1616 ~ 19PC200024 ~ 2727 ~ 30

PW200,22014 ~ 1717 ~ 20

PC220,PC230,PC24014 ~ 1717 ~ 20

Cycle Time Standar untuk Excavator Merk Komatsu Edisi 28

(Sumber : Anonim, 2007 : 15A-10)

b) Waktu Edar Alat Angkut

Waktu edar alat angkut pada umumnya terdiri dari waktu menunggu alat untuk dimuat, waktu diisi muatan, waktu mengangkut muatan, waktu dumping, waktu kembali kosong. Persamaan waktu edar alat angkut adalah sebagai berikut : (Anonim, 2007 : 15A-13 )

Keterangan :

LT=Loading Time (detik)

HLT=Hauling Time (detik)

DT=Dumping Time plus time expended (detik)

RT=Return Time (detik)

SLT=Spoting Time (detik)

2.5.2 Pola Pemuatan

Secara umum klasifikasi pola pemuatan dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu :

a. Berdasarkan dari jumlah penempatan posisi truk untuk dimuati terhadap posisi backhoe

b. Berdasarkan dari posisi truk untuk dimuati hasil galian backhoe

c. Berdasarkan cara manuvernyaDilihat dari jumlah penempatan posisi truck untuk dimuati terhadap posisi back hoe (biasa disebut pola gali muat), maka ada 2 pola yaitu:

a. Single Back up, truck memposisikan untuk dimuati pada satu tempat b. Double Back Up, truck memposisikan diri untuk dimuati pada dua tempat c. Triple Back Up, truck memposisikan diri untuk dimuati pada tiga tempat. Berdasarkan dari posisi truck untuk dimuati hasil galian backhoe (pola galian muat), maka terdapat 2 pola, yaitu :

a. Bottom Loading, dimana posisi backhoe dan truk pada satu level (sama-sama diatas jenjang)

b. Top Loading, dimana posisi backhoe diatas jenjang dan truk berada dibawah jenjang.Berdasarkan cara manuvernya, pola muat dapat dibedakan menjadi :

a. Frontal Cut, dimana backhoe berhadapan dengan muka jenjang atau front penggalian. Pada pola ini alat mulai memuat pertama kali pada truk sebelah kiri sampai penuh, kemudian dilanjutkan pemuatan pada truk sebelah kanan. Sudut putar backhoe antara 10o 110o.b. Parallel Cut With Drive By, dimana backhoe bergerak melintang dan sejajar dengan front penggalian. Pola ini diterapkan apabila lokasi pemuatan memiliki 2 (dua) akses dan berdekatan dengan lokasi penimbunan (Indonesianto, 2008 : III.37-38)2.5.3 Bucket Fill FactorKarakteristik ukuran material memiliki peranan penting dalam menentukan proses pemuatan. Produksi dari alat muat sangat dipengaruhi oleh material yang dimuatnya. Disini dikenal istilah faktor pengisian bucket yaitu perbandingan antara volume material nyata yang dimuat bucket dengan kapasitas munjung bucket.

Faktor pengisian mangkuk alat muat (F) dapat dinyatakan sebagai perbandingan volume nyata (Vn) dengan volume munjung teoritis (Vt), seperti yang dinyatakan dalam persamaan (Anjar, 1997 : 3-2) :

Dimana :

F=Faktor pengisian mangkuk (%)

Vn=Volume nyata atau kapasitas nyata mangkuk (m3)

Vt=Volume munjung teoritis mangkuk (m3)

Sedangkan berdasarkan teoritis bucket fill factor dapat diperoleh dengan mengacu pada parameter kondisi penggalian, yang terlihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2.

Bucket Fill Factor Standar untuk Berbagai Tipe Material

ConditionExcavating ConditionsBucket Fill Factor

EasyExcavating natural ground of clayey soil, clay, or soft soil1.1 1.2

AverageExcavating natural ground of soil such as sandy soil and dry soil1.0 1.1

Rather DifficultExcavating natural ground of sandy soil with gravel0.8 0.9

DifficultLoading Blasted Rock0.7 0.8

Sumber : Anonim, 2007 : 15A-92.5.4 Lebar Jalan Angkut Salah satu sasaran yang penting dalam kelangsungan operasi penambangan terutama dalam pergerakan alat-alat mekanis berupa alat muat dan alat angkut adalah kondisi jalan tambang yang akan digunakan. Jalan tambang yang dimaksud disini adalah jalan angkut yang menghubungkan antara lokasi penggalian dan lokasi penimbunan.

Fungsi utama jalan angkut secara umum adalah untuk menunjang kelancaran operasi penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Medan berat yang mungkin terdapat disepanjang rute jalan tambang harus diatasi dengan mengubah rancangan jalan untuk meningkatkan aspek manfaat dan keselamatan kerja (Suwandhi, 2004 : 1)

Lebar Pada Jalan Lurus

Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan lajur ganda atau lebih, menurut Aasho Manual Rural High Way Design, harus ditambah dengan setengah lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan kanan jalan (lihat Gambar 2.1).Seandainya lebar kendaraan dan jumlah lajur yang direncanakan masing-masing adalah Wt dan n, maka lebar jalan angkut pada jalan lurus dapat dirumuskan sebagai berikut (Suwandhi, 2004 : 2):

Dimana :

L min=Lebar jalan angkut minimum, m

n=Jumlah lajur

Wt=Lebar alat angkut, m

Sumber: Suwandhi, 2004: 3Gambar 2.1

Lebar Jalan Angkut Dua Lajur Pada Jalan Lurus

Lebar Pada Jalan Tikungan

Lebar jalan angkut pada belokan atau tikungan selalu lebih besar daripada lebar jalan lurus. Untuk lajur ganda, maka lebar jalan minimum pada belokan didasarkan atas:

Lebar jejak ban

Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan belakang pada saat membelok;

Jarakantar alat angkut atau kendaraan pada saat bersimpangan;

Jarak dari kedua tepi jalan.

Dengan menggunakan ilustrasi pada Gambar 3.2 dapat dihitung lebar jalan minimum pada belokan, yaitu seperti terlihat di bawah ini (Suwandhi, 2004 : 3)

di mana :

Wmin=lebar jalan angkut minimum pada belokan, m

U= lebar jejak roda (center to center tires), m

Fa= lebar juntai (overhang) depan, m

Fb = lebar juntai belakang, m

Z = lebar bagian tepi jalan, m

C = jarak antar kendaraan (total lateral clearance), m

Sumber: Suwandhi, 2004: 4Gambar 2.2

Lebar Jalan Angkut Dua Lajur Pada Belokan2.5.5 Rolling ResistanceRolling resistance adalah tahanan (dalam lb RP /pound rimpull) yang berusaha menahan putaran roda. Faktor-faktor yang menimbulkan rolling resistance adalah (Indonesianto,2008 : IV-3):

internal friction, merupakan friction yang terjadi karena putaran-putaran mulai dari engine flywheel sampai ke velg roda Jadi ini dikarenakan oleh komponen mekanis mechanical component. tire flexing, yaitu tahanan gelinding yang terjadi pada roda ban dikarenakan slip ban (tire flexing). tire penetration, adalah amblasnya ban pada permukaan jalan lintas, dan ini bisa menambah besar angka rolling resistance. Secara praktis tahanan gulir dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Rochmanhadi dalam Maulana, 2010 : 3.9 ):

Biasanya angka rolling resistance untuk keperluankeperluan praktis sudah ditabelkan seperti pada table 2.3.Tabel 2.3.

Rolling Resistance StandardDescriptionLb/tonKg/ton

A hard, smooth, stabilized, surface roadway withot penetration, under load, watered, maintened4020

A film, smooth, rolling roadway with dirt or light surfacing, flexing slightly, underload or undulating, maintened fairly regularly, watered6535

Snow : Pached5025

Loose9045

A dirt roadway, rutted, flexing underload, little if any maintenance, no water, 1 (25 mm) or 2 (50 mm) tire penetration10050

Rutted dirt roadway, soft under travel, no maintenance, no stabilization, 4 (100 mm) to 6 (150 mm) tire penetration15075

Loose sand or Gravel200100

Soft, muddy, rutted roadway, no maintenance200 - 400100 - 200

Sumber : Indonesianto, 2008 : IV-52.5.6 Grade Resistance

Grade resistance adalah tahanan yang timbul dan harus diatasi oleh pull (gaya) dari mesin, sehubungan dengan kendaraan bergerak menaik (up hill) (Indonesianto, 2008 : IV-6) Kemiringan atau grade jalan angkut merupakan satu faktor penting yang harus diamati secara detail dalam kegiatan kajian terhadap kondisi jalan tambang tersebut. Hal ini dikarenakan kemiringan jalan angkut berhubungan langsung dengan kemampuan alat angkut, baik dari pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan.

Sumber: Indonesianto, 2008 : IV6Gambar 2.3

Grade ResistanceKemiringan (grade) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

h = beda tinggi antara dua titik yang diukur

x = jarak datar antara dua titik yang diukur. Secara umum kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut besarnya berkisar antara 10%15%. Akan tetapi untuk jalan naik maupun turun pada bukit, lebih aman kemiringan jalan maksimum sebesar 8% atau 4.5o (Suwandi ,2008 : 11)2.5.7 Cross SlopeCross slope adalah sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan jalan terhadap bidang horizontal. Pada umumnya jalan angkut mempunyai bentuk penampang melintang cembung. Dibuat demikian dengan tujuan untuk memperlancar penyaliran. Apabila turun hujan atau sebab lain, maka air yang ada pada permukaan jalan akan segera mengalir ke tepi jalan angkut, tidak berhenti dan mengumpul pada permukaan jalan. Hal ini penting karena air yang menggenang pada permukaan jalan angkut akan membahayakan kendaraan yang levat dan mempercepat kerusakan jalan.Sumber: Suwandhi, 2004: 13Gambar 2.4

Penampang Melintang Jalan AngkutAngka cross slope dinyatakan dalam perbandungan jarak vertical (b) dan horizontal (a) dengan satuan mm/m. Jalan angkut yang baik memiliki cross slope antara 1/50 sampai 1/25 atau 20 mm/m sampai 40 mm/m. (Suwandhi, 2004 : 12-13).

2.5.8 Swell Factor

Swell adalah pengembangan volume suatu material setelah digali dari tempatnya. Di alam, material didapati dalam keadaan padat dan terkonsolidasi dengan baik, sehingga hanya sedikit bagian-bagian kosong (void) yang terisi udara di antara butir-butirnya, lebih-lebih kalau butir-butir itu halus sekali.

Apabila material digali dari tempat aslinya, maka akan terjadi pengembangan volume (swell). Untuk menyatakan berapa besarnya pengembangan volume itu dikenal dua istilah yaitu : Faktor pengembangan (Swell factor) dan Persen pengembangan (Percent swell)

Angka-angka faktor pengembangan (swell factor) setiap klasifikasi tanah atau material berbeda sesuai dengan jenis tanahnya seperti terlihat pada tabel swell factor berikut ini :Tabel 2.4.Representative Swell For Different Classes of Earth

Class of EarthPercent Swell (%)

Clean Sand or Gravel5 15

Top Soil10 - 25

Loamy Soil10 - 35

Common Earth20 - 45

Clay30 - 60

Solid Rock50 - 80

Sumber : Indonesianto, 2008: II-8Sedangkan Percent Swell adalah perbandingan antara densitas dari material sesudah digali (loose) dan material sebelum digali (insitu) yang dinyatakan dalam persen . SF = x 100 % persamaan 2.122.5.9 Efisiensi Kerja (Job Efficiency)Dalam pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan alat berat terdapat faktor yang mempengaruhi produktivitas alat yaitu efisiensi kerja. Efektivitas alat tersebut bekerja tergantung dari beberapa hai yaitu:

kemampuan operator pemakai alat,

pemilihan dan pemelihara an alat,

perencanaan dan pengaturan letak alat,

topografi dan volume pekerjaan,

kondisi cuaca,

metode pelaksanaan alat.

Dalam kenyataannya, penentuan besarnya efisiensi kerja sulit diukur, tetapi dengan dasar pengalaman dapat ditentukan efisiensi kerja yang mendekati kenyataan.

Untuk penentuan efisiensi teoritis dapat ditentukan berdasarkan tabel efisiensi kerja seperti pada tabel 2.5.Tabel 2.5.

Tabel Efisiensi Kerja Untuk Berbagai Kondisi

Kondisi Operasi AlatPemeliharaan Mesin

Baik SekaliBaikSedangBurukBuruk Sekali

Baik Sekali0,830,810,760,700,63

Baik0,780,750,710,650,60

Sedang0,720,690,650,600,54

Buruk0,630,610,570,520,45

Buruk Sekali0,520,500,470,420,32

Sumber : Nurhakim, 2004 : 5Cara yang sangat umum dipakai untuk menentukan efisiensi alat adalah dengan menghitung berapa menit alat tersebut bekerja secara efektif dalam satu jam, diformulasikan sebagai (Nurhakim, 2004 : 5):

Dimana :

E=Efisiensi Kerja (%)

CT=Cycle Time (sekon) WT=Waktu Tunda (sekon)2.6 Ketersediaan (Avaibility)

Dengan mengetahui tingkat kesediaan dan pemakaian efektif alat maka dapat diketahui sejauh mana efesiensi alat yang telah operasi. Penunjuk keadaan alat mekanis dan efektivitas penggunaan dapat dilihat: (Indonesianto, 2008 : III-107)

a) Mechanical Avaibility

Persamaan untuk mechanical availability adalah :

Mechanical Availability (%) =

Hours worked atau operation hours di mulai dari operator/crew berada di satu alat dan alat tersebut berada dalam kondisi operable (mesin dan bagian- bagian lain siap dipakai operasi). Hours worked ini termasuk delay time. Delay time tersebut meliputi :

a. Kehilangan waktu saat dari dan menuju tempat kerja

b. Moving time

c. Waktu untuk lubrikasi, pengisian bahan bakar, pemeliharaan alat

d. Waktu untuk safety meetingRepair hours adalah waktu yang dipergunakan untuk: Actual repair, Waiting for repair, Waiting for part, Waktu yang hilang untuk maintenance/perawatan

b) Physical of availabilityPersamaan untuk Physical availability adalah :

Physical availability (%) =

Stand by hours adalah waktu di mana alat siap pakai (tidak rusak), tetapi karena satu dan lain hal tidak dipergunakan ketika operasi penambangan sedang berlangsung. Perlu diingat bahwa off shift tidak diperhitungkan sebagai stand by time. Scheduled hours adalah waktu di mana tambang dikerjakan (the pit is worked). Dan hal ini meliputi hours worked + repair hours + stand by hours.

Selain kedua cara di atas (mechanical availability dan physical availability), masih ada dua faktor lagi untuk mengoreksi jam kerja alat yang sesungguhnya, yaitu: (Indonesianto, 2008 : III-110)

1. Used of availability (UA)

Istilah untuk hours worked, repair hours dan stand by hours sama dengan yang sudah diterangkan sebelumnya.

2. Effective utilization (EU)

Effective utilization sangat mirip dengan used of availability dan berbeda hanya dalam hubungan hours worked dengan total hours dibandingkan dengan available hours (Indonesianto, 2008 : III-110)2.7 Faktor Keserasian Alat Gali Muat dan Alat AngkutFaktor keserasian biasanya digunakan untuk mengetahui jumlah alat angkut yang sesuai (serasi) untuk melayani satu unit alat gali muat. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menghitung keserasian antara alat gali muat dan angkut adalah (Basuki, 2004):

Jumlah alat gali muat dan alat angkut yang dipakai

Waktu edar (cycle time) dari alat gali muat

Jumlah pemuatan alat gali muat ke dalam alat angkut

Waktu edar (cycle time) dari alat angkutKeserasian alat gali muat dan alat angkut dapat dirumuskan sebagai :

Faktor Keserasian = .... persamaan 2.18Dimana :

Na=Jumlah alat angkut

Nm=Jumlah alat gali muat

Cta=Waktu edar alat angkut

Ctm=Waktu edar alat gali muat x pasingBila dari hasil perhitungan kita dapatkan hasil sebagai berikut :

Faktor keserasian < 1, maka alat gali muat akan sering menganggur

Faktor keserasian = 1, maka kedua alat tersebut sudah serasi artinya kedua alat tersebut akan sama-sama sibuk sehingga tidak perlu menunggu

Faktor keserasian > 1, maka alat angkut akan sering menganggurUntuk mengetahui jumlah alat angkut yang diperlukan untuk melayani satu unit alat gali muat dapat menggunakan rumus faktor keserasian diatas, dengan beberapa asumsi yang harus digunakan, yaitu :

Jumlah alat gali muat = 1

Nilai faktor keserasian (MF) = 1Sehingga rumus diatas dapat disederhanakan menjadi :

1 =

atau Na = .... persamaan 2.192.8 Jumlah Alat Mekanis Yang DigunakanUntuk dapat memenuhi target poduki yang diinginkan maka perlu dilakukan perhitungan jumlah alat, maka harus diketahui terlebih dahulu target produksi dan produksi alat sehingga dapat dirumuskan : N = x 100 % persamaan 2.20Dimana :

N= jumlah alat

Tvp = target volume pekerjaan, BCM/jam

Kp = kapasitas produksi alat, BCM/jam

Atau dengan rumus lain :

Jumlah truck yang diperlukan adalah = Waktu Edar dumptruck / Waktu edar alat muat untuk mengisi penuh 1 unit muatan dumptruckPerhitungan jumlah dan cadangan peralatan mekanis alat gali-muat dapat dihitung dengan menggunakan tahapan di bawah ini, yaitu (Indonesianto, 2008:5-6) :a. Jumlah peralatan mekanis yang bekerja di lapangan

= .Persamaan 2.21b. Jumlah peralatan mekanis yang harus disediakan

= .Persamaan 2.22c. Jumlah cadangan peralatan mekanis

Na Cadangan = Na disediakan Na di lapangan .Persamaan 2.232.9 Metode Statistik Untuk Menentukan Jumlah Data Yang Dibutuhkan

Dalam menentukan jumlah data yang harus diambil agar hasil yang diperoleh lebih teliti, maka digunakan metode statistik distribusi student dengan tingkat konfidensi 90%. Penentuan jumlah data pengamatan tersebut dapat ditentukan berdasarkan rumus-rumus sebagai berikut (Maulana, 2010 : III.15-16):

a. Jumlah data minimal yang harus diambil :

N =

b. Interval ketelitian dari jumlah data pengamatan :

IM =

c. Standar deviasi :

( =

Keterangan :

N: jumlah data minimal yang harus diambil.

t: suatu harga untuk distribusi student pada C = 90 % (tabel).

R: selisih antara nilai terbesar dan terkecil dari data yang diambil.

I: interval konfidensi untuk tingkat kebenaran 90 %.

d: suatu faktor yang nilainya tergantung dari jumlah data pengamatan yang diambil (tabel).

IM: interval konfidensi dari jumlah data yang diambil.

(: standart deviasi.

M: jumlah data pengamatan yang diambil .

Dengan menggunakan rumus-rumus di atas, maka dapat ditentukan cukup atau tidaknya jumlah data pengamatan dengan ketentuan : N < M, sehingga jumlah data pengamatan yang diambil telah mencukupi. (Peurifoy dalam Maulana, 2010 : III.16)Tabel 2.6Harga t Untuk Distribusi Student Dengan C = 0,90MtMt

52,13191,74

62,20201,73

71,94211,73

81,90221,72

91,86231,72

101,83241,71

111,81251,71

121,80261,71

131,78271,71

141,77281,70

151,76291,70

161,76301,70

171,75> 301,65

181,75311,65

Sumber : Peurifoy dalam Maulana, 2010 : III.16

Tabel 2.7Nilai Faktor d

MdMd

52,326181,640

62,534193,640

71,704203,689

81,847213,735

91,970223,778

101,074233,818

111,173243,856

121,258253,891

131,336263,925

141,407273,956

151,472283,985

161,532294,012

171,588304,053

Sumber : Peurifoy dalam Maulana, 2010 : III.16

.Persamaan 2.1

q = q1 x K

.Persamaan 2.2

.Persamaan 2.3

q = n x q1 x K

.Persamaan 2.4

.Persamaan 2.5

Cycle time = ET + STL + DT + STE

.Persamaan 2.6

Cycle time = LT + HLT + DT + RT + SLT

.Persamaan 2.7

.Persamaan 2.8

.Persamaan 2.9

.Persamaan 2. 10

RR = CRR x Berat Kendaraan Beroda

CRR = 2% + (0,6% x setiap cm terbenamnya roda)

(h

(

(x

.Persamaan 2.11

.Persamaan 2.13

...persamaan 2.14

.. persamaan 2.15

.... persamaan 2.16

.... persamaan 2.17

Na x Ctm

Nm x Cta

Na x Ctm

1 x Cta

Cta

Ctm

.Persamaan 2.24

.Persamaan 2.25

.Persamaan 2.26

2-1

_1412958749.unknown

_1412958751.unknown

_1431929960.unknown

_1412958750.unknown

_1412958748.unknown