bab ii sistem dan kode bilangan

Upload: erwin-syah

Post on 18-Oct-2015

85 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bj

TRANSCRIPT

  • BAB II

    SISTEM BILANGAN DAN KODE BILANGAN

    2.1 Pendahuluan

    Komputer dan sistem digital lainnya mempunyai fungsi utama mengolah

    informasi. Sehingga diperlukan metode-metode dan sistem-sistem untuk

    merepresentasikan informasi dalam bentuk yang dapat dimanipulasi dan disimpan

    oleh perangkat elektronik. Bab ini membahas tentang sistem bilangan dan kode

    bilangan yang sering digunakan di dalam komputer dan sistem digital lainnya.

    Topik sistem bilangan mencakup sistem bilangan desimal, biner, oktal, dan

    heksadesimal serta sistem pengkonversian dari satu sistem bilangan ke sistem

    bilangan yang lain. Sedangkan kode bilangan mencakup kode Binary Coded

    Decimal (BCD), Excess-3, Gray, dan American Standrad Code for Information

    Interchange (ASCII).

    2.2 Sistem Bilangan

    Sistem bilangan yang kita gunakan sehari-hari adalah sistem bilangan

    desimal. Ketika berbicara angka, pikiran kita langsung terhubung dengan suatu

    digit dari 0 s/d 9. Di dalam sistem digital selain bilangan desimal, ada lagi sistem

    bilangan yang umum dipakai yaitu sistem bilangan biner, oktal, dan heksadesimal.

    Peralatan elektronika digital menggunakan sistem bilangan biner. Beberapa sistem

    komputer ada yang menggunakan sistem bilangan oktal. Komputer digital dan

    sistem yang berdasarkan mikroprosesor menggunakan sistem bilangan

    heksadesimal.

    2.2.1 Bilangan Desimal

    Sistem bilangan desimal menggunakan simbol 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan

    9. Sistem bilangan desimal disebut juga sistem basis 10 atau radiks 10. Radiks

    dan basis merupakan istilah yang mempunyai arti yang sama, yaitu menyatakan

    jumlah digit yang terdapat pada satu sistem bilangan. Sistem bilangan desimal

    disebut sistem basis 10 karena mempunya 10 simbol untuk merepresentasikan

    bilangannya. Lambang basis dikutsertakan pada kanan bawah suatu bilangan.

  • 7

    Contoh : 28510 atau 285(10). Khusus untuk bilangan desimal, boleh tidak

    mencantumkan basis tersebut pada bilangannya. Dengan kata lain, setiap bilangan

    yang dalam penyajian tidak terdapat simbol radiks-nya, berarti bilangan tersebut

    adalah bilangan desimal.

    Sistem bilangan mempunyai karakteristik nilai-tempat (place-value), yang

    masing-masingnya mempunyai bobot sendiri-sendiri sesuai dengan tempat

    dimana angka/digit tersebut berada. Bobot untuk bilangan desimal adalah :

    Bobot satuan : 100 = 1

    Bobot puluhan : 101 = 10

    Bobot ratusan : 102 = 100

    Bobot ribuan : 103 = 1000 , dst

    Nilai suatu bilangan merupakan hasil penjumlahan dari perkalian setiap

    angka/digit dengan bobot tempat angka tersebut berada. Misalnya : bilangan

    desimal 347. Pada bilangan tersebut angka 3 menempati posisi satuan, angka 4

    pada posisi puluhan, dan angka 7 pada posisi ratusan. Sehingga penjumlahan

    300+40+7 menghasilkan angka desimal total sebesar 347.

    ratusan puluhan satuan

    34710 = (3 x 102) + (4 x 10

    1) + (7 x 10

    0)

    = 300 + 40 + 7

    2.2.2 Bilangan Biner

    Sistem digital biasanya dikonstruksi dengan dua keadaan, seperti saklar,

    transistor, dan komponen-komponen elektronika lainnya yang digunakan dalam

    sistem digital. Sistem bilangan yang cocok untuk merepresentasikan bilangan di

    dalam sistem digital adalah sistem bilangan biner. Itulah sebabnya mengapa kita

    perlu mempelajari sistem bilangan biner ketika kita ingin bekerja dalam sistem

    digital.

    Bilangan biner merupakan bilangan dengan radiks 2. Simbol yang

    digunakan hanya 0 dan 1. Setiap digit biner (binary digit) disebut bit.

    Bobot faktor biner berdasarkan tempat bit berada, seperti yang tertera berikut ini :

  • 8

    bit ke-5 bit ke-4 bit ke-3 bit ke-2 bit ke-1 bit ke-0

    Bobot 25 2

    4 2

    3 2

    2 2

    1 2

    0

    Desimal 32 16 8 4 2 1

    Bit ke-0 (bit paling kanan) dari bilangan biner merupakan bit yang tidak

    signifikan (LSB, Least Significant Bit), sedangkan bit paling kiri dari bilangan

    biner merupakan bit yang paling signifikan (MSB, Most Significant Bit). Contoh :

    B5 B4 B3 B2 B1 B0

    1 0 1 0 1 1

    MSB LSB

    Catt. Untuk pekerjaan dalam elektronika digital, Anda harus menghafal

    simbol biner yang digunakan untuk cacah paling sedikit sampai 9.

    2.2.3 Bilangan Oktal

    Sistem bilangan oktal menggunakan 8 macam simbol bilangan, yaitu 0, 1,

    2, 3, 4, 5, 6, dan 7, oleh karena itu bilangan oktal merupakan bilangan dengan

    radiks 8. Sistem bilangan ini merupakan metode dari kelompok bilangan biner

    (pengelompokan 3 bit), dan biasanya digunakan oleh perusahaan komputer yang

    menggunakan kode 3 bit untuk merepresentasikan instruksi/operasi. Pada sistem

    yang demikian, bilangan oktal digunakan sebagai perwakilan pengganti bilangan

    biner, sehingga pengguna dapat dengan mudah membuat ataupun membaca

    instruksi komputer.

    Untuk lebih memudahkan dalam memahami bilangan oktal, dapat dilihat

    pada tabel 2.1 berikut ini :

    Tabel 2.1 Bilangan Desimal yang direpresentasikan dengan Bilangan Biner dan Oktal

    Desimal Biner Oktal

    0

    1

    2

    000

    001

    010

    0

    1

    2

  • 9

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    011

    100

    101

    110

    111

    1000

    1001

    1010

    3

    4

    5

    6

    7

    10

    11

    12

    2.2.4 Bilangan Heksadesimal

    Sistem bilangan heksadesimal menggunakan 16 simbol, yaitu : 0, 1, 2, 3,

    4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, F. Huruf A untuk cacahan 10, B untuk 11, C untuk

    12, D untuk 13, E untuk 14, dan F untuk 15. Sistem bilangan ini merupakan

    metode dari pengelompokan 4 bit. Komputer digital dan sistem yang berdasarkan

    mikroprosesor menggunakan sistem bilangan heksadesimal. Untuk lebih

    memudahkan dalam memahami bilangan heksadesimal, dapat dilihat pada tabel

    2.2 berikut ini :

    Tabel 2.2 Bilangan Desimal yang direpresentasikan dengan Bilangan Biner dan

    Heksadesimal

    Desimal Biner Heksadesimal

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    0000 0000

    0000 0001

    0000 0010

    0000 0011

    0000 0100

    0000 0101

    0000 0110

    0000 0111

    0000 1000

    00

    01

    02

    03

    04

    05

    06

    07

    08

  • 10

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    16

    17

    18

    19

    20

    21

    0000 1001

    0000 1010

    0000 1011

    0000 1100

    0000 1101

    0000 1110

    0000 1111

    0001 0000

    0001 0001

    0001 0010

    0001 0011

    0001 0100

    0001 0101

    09

    0A

    0B

    0C

    0D

    0E

    0F

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    2.3 Konversi Bilangan Desimal

    2.3.1 Konversi Bilangan Desimal ke Bilangan Biner

    Dalam mengubah sistem bilangan desimal ke sistem bilangan lainnya

    dapat dilakukan dengan metode pembagian berurutan dengan radiksnya.

    Langkah-langkah metode pembagian untuk mengubah bilangan desimal menjadi

    bilangan biner (radiks 2) adalah sebagai berikut :

    1. Berturut-turut bagi bilangan desimal yang diketahui itu dengan 2.

    2. Letakkan hasil baginya tepat di bawah bilangan yang dibagi itu.

    3. Letakkan sisa pembagian itu di samping hasil bagi tersebut.

    4. Bilangan biner setaranya akan terbentuk oleh sisa pembagian itu dengan sisa

    terakhir menjadi angka pertama dan sisa pertama menjadi angka

    terakhir.

    Contoh 2.1 Ubahlah bilangan desimal 115 menjadi bilangan biner.

  • 11

    Jawab :

    2 115 sisa 1

    2 57 sisa 1

    2 28 sisa 0

    2 14 sisa 0

    2 7 sisa 1

    2 3 sisa 1

    1

    Jadi, 115(10) = 1110011(2)

    Untuk bilangan pecahan desimal, pengubahan bilangan tersebut menjadi

    bilangan biner dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut :

    1. Berturut-turut kalikanlah pecahan desimal itu dengan 2.

    2. Tulislah hasil perkalian itu dengan lengkap, tetapi pisahkan bagian bulat dari

    bagian pecahannya.

    3. Letakkan hasil kali tersebut tepat di bawah bilangan yang dikalikan itu.

    4. Lakukan perkalian itu hanya untuk bagian pecahannya saja dengan

    mengabaikan bagian bulatnya sampai semua angka di bagian pecahannya

    sama dengan nol atau sampai banyaknya angka yang diperlukan untuk derajat

    ketepatannya telah dicapai.

    5. Bagian bilangan bulat hasil perkalian tersebut yang pertama yang diperoleh

    dari perkalian yang pertama merupakan bagian pecahan bilangan biner yang

    pertama.

    Untuk bilangan desimal yang merupakan gabungan antara bilangan bulat

    dan bilangan pecahan, masing-masing bagian itu (bulat dan pecahannya)

    dikerjakan secara terpisah.

    Contoh 2.2 Ubahlah bilangan desimal 0,6875 menjadi bilangan biner.

  • 12

    Jawab :

    0,6875 0,375 0,750 0,500

    x 2 x 2 x 2 x 2

    1,375 0,75 1,500 1,000

    Jadi, 0,6875(10) = 0,1011(2)

    2.3.2 Konversi Bilangan Desimal ke Bilangan Oktal

    Konversi bilangan desimal ke bilangan oktal dapat dilakukan dengan cara

    membagi bilangan desimal tersebut dengan 8 secara terus menerus, dan hasilnya

    dibaca dari bawah ke atas.

    Contoh 2.3 Ubahlah bilangan desimal 574 menjadi bilangan oktal.

    Jawab :

    8 574 sisa 6

    8 71 sisa 7

    8 8 sisa 0

    1

    Jadi,

    574(10) = 1076(8)

    Konversi bilangan pecahan desimal ke bilangan oktal dapat dilakukan

    dengan cara mengalikan bilangan pecahan desimal tersebut dengan 8 secara terus

    menerus, sampai diperoleh bilangan nol di belakang koma. Jika setelah beberapa

    kali perkalian tidak menghasilkan bilangan nol di belakang koma, ambil beberapa

    digit sampai banyaknya angka yang diperlukan untuk derajat ketepatan. Berarti

    nilai tersebut adalah nilai aproksimasi (pendekatan).

    Contoh 2.4 Ubahlah bilangan pecahan desimal 0,1875 menjadi bilangan oktal.

  • 13

    Jawab :

    0,1875 0,500

    x 8 x 8

    1,500 4,000

    Jadi,

    0,1875(10) = 0,14(8)

    2.3.3 Konversi Bilangan Desimal ke Bilangan Heksadesimal

    Konversi bilangan desimal ke bilangan heksadesimal dapat dilakukan

    dengan cara membagi bilangan desimal tersebut dengan 16 secara terus menerus,

    dan hasilnya dibaca dari bawah ke atas.

    Konversi bilangan pecahan desimal ke bilangan heksadesimal dapat

    dilakukan dengan mengalikan bilangan pecahan desimal tersebut dengan 16

    secara terus menerus, sampai diperoleh bilangan nol di belakang koma.

    Contoh 2.5 Ubahlah bilangan desimal 586 menjadi bilangan heksadesimal.

    Jawab :

    16 586 sisa 10 = A

    16 36 sisa 4

    2

    Jadi,

    498(10) = 24A(H)

    Contoh 2.6 Ubahlah bilangan pecahan desimal 0,5 menjadi bilangan

    heksadesimal.

    Jawab :

    0,5

    x16

    8,000

    Jadi,

    0,5(10) = 0,8(H)

  • 14

    2.4 Konversi Bilangan Biner

    2.4.1 Konversi Bilangan Biner ke Bilangan Desimal

    Konversi bilangan biner ke bilangan desimal dapat dilakukan dengan 2

    (dua) cara, yaitu :

    Cara I : Kalikan setiap bit dengan bobot faktor biner yang bersesuaian lalu

    jumlahkan hasilnya.

    Cara II : Tulis bilangan binernya, lalu tulis bobot faktor biner di bawah masing-

    masing bit. Setelah itu coret bobot faktor biner di bawah bit 0, dan

    jumlahkan semua bobot faktor boner yang tidak dicoret.

    Contoh 2.7 Ubahlah bilangan biner 1110010 menjadi bilangan decimal.

    Jawab :

    Cara I :

    1010110(2) = (1x26) + (1x2

    5) + (1x2

    4) + (0x2

    3) + (0x2

    2) + (1x2

    1) + (0x2

    0)

    = 64 + 32 + 16 + 0 + 0 + 2 + 0

    = 114(10)

    Cara II :

    1 1 1 0 0 1 0 (tulis binernya)

    26 2

    5 2

    4 2

    3 2

    2 2

    1 2

    0

    64 + 32 + 16 + 8 + 4 + 2 + 1 = 114(10) (jumlahkan

    bilangan

    yang tidak

    dicoret)

    Contoh 2.8 Ubahlah bilangan biner 1001,1110 menjadi bilangan decimal.

    Jawab :

    1 0 0 1 , 1 1 1 0

    23 2

    2 2

    1 2

    0 2

    -1 2

    -2 2

    -3 2

    -4

    8 + 0 + 0 + 1 + 0,5 + 0,25 + 0,125 + 0 = 9,875(10)

    2.4.2 Konversi Bilangan Biner ke Bilangan Oktal

    Untuk mengubah bilangan biner ke bilangan oktal dapat dilakukan dengan

    mengelompokkan bilangan biner itu tiga bit tiga bit dimulai dari bit LSB,

    kemudian mengubah masing-masing kelompok tersebut menjadi setara oktalnya.

  • 15

    Contoh 2.9 Ubahlah bilangan biner 10010111(2) menjadi bilangan octal.

    Jawab :

    0 1 0 0 1 0 1 1 1(2) = 227(8)

    2 2 7

    Contoh 2.10 Ubahlah bilangan biner 1110,100101 menjadi bilangan oktal.

    Jawab :

    0 0 1 1 1 0 , 1 0 0 1 0 1(2) = 16,45(8)

    1 6 4 5

    2.4.3 Konversi Bilangan Biner ke Bilangan Heksadesimal

    Untuk mengubah bilangan biner ke bilangan heksadesimal dapat dilakukan

    dengan mengelompokkan bilangan biner itu empat bit empat bit dimulai dari

    bit LSB, kemudian mengubah masing-masing kelompok tersebut menjadi setara

    heksadesimalnya.

    Contoh 2.11 Ubahlah bilangan biner 101001001110 menjadi bilangan

    heksadesimal.

    Jawab :

    1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0(2) = A4E(16)

    A 4 E

    2.5 Konversi Bilangan Oktal

    2.5.1 Konversi Bilangan Oktal ke Bilangan Desimal

    Konversi bilangan oktal ke bilangan desimal dapat dilakukan dengan cara

    mengalikan setiap digit dengan bobot faktor oktal yang bersesuaian lalu

    jumlahkan hasilnya.

    Contoh 2.12 Ubahlah bilangan oktal 423 menjadi bilangan desimal.

  • 16

    Jawab :

    415(8) = (4x82) + (1x8

    1) + (5x8

    0)

    = 256 + 8 + 5

    = 269(10)

    2.5.2 Konversi Bilangan Oktal ke Bilangan Biner

    Konversi bilangan oktal ke biner dapat dilakukan dengan cara mengubah

    setiap digit oktal menjadi bilangan biner 3 bit.

    Contoh 2.13 Ubahlah bilangan oktal 745 menjadi bilangan biner.

    Jawab :

    7 4 5(8)

    111 100 101(2)

    Jadi,

    745(8) = 111100101(2)

    2.6 Konversi Bilangan Heksadesimal

    2.6.1 Konversi Bilangan Heksadesimal ke Bilangan Desimal

    Konversi bilangan heksadesimal ke bilangan desimal dapat dilakukan

    dengan cara mengalikan setiap digit dengan bobot faktor heksa yang bersesuaian

    lalu jumlahkan hasilnya.

    Contoh 2.14 Ubahlah bilangan oktal 1C7 menjadi bilangan desimal.

    Jawab :

    1C7(H) = (1x162) + (12x16

    1) + (7x16

    0)

    = 256 + 192 + 112

    = 560(10)

    2.6.2 Konversi Bilangan Heksadesimal ke Bilangan Biner

    Konversi bilangan heksadesimal ke bilangan biner dapat dilakukan dengan

    cara mengubah setiap digit heksadesimal menjadi bilangan biner 4 bit.

  • 17

    Contoh 2.13 Ubahlah bilangan heksadesimal D2A menjadi bilangan biner.

    Jawab :

    D 2 A(8)

    1101 0010 1010(2)

    Jadi,

    D2A(H) = 110100101010(2)

    2.7 Kode Bilangan

    Data yang diproses di dalam sistem digital umumnya direpresentasikan

    dengan menggunakan kode tertentu. Terdapat berbagai macam sistem kode seperti

    Binary Coded Decimal (BCD), gray, excess-3, dan ASCII. Dengan menggunakan

    kode bilangan, dapat disajikan berbagai macam jenis data seperti bilangan, simbol

    maupun huruf ke dalam besaran digital.

    Kode-kode tersebut disusun dengan suatu cara menggunakan bilangan

    biner yang membentuk kelompok tertentu. Beberapa istilah yang berhubungan

    dengan pengelompokkan bilangan biner, yaitu :

    Nibble adalah kode biner 4-bit

    Contoh : 1001, 1010, dan 1110

    Byte adalah kode biner 8-bit

    Contoh : 10011101 dan 10100110

    Catatan : 1 byte = 8 bit

    1 KB (baca : Kilobyte) = 1024 byte = 210

    byte

    Word adalah kode biner 16-bit

    Double Word adalah kode biner 32-bit

    2.7.1 Kode BCD (Binary Coded Decimal)

    Kode BCD digunakan untuk merepresentasikan digit desimal 0 s.d. 9.

    Dalam kode BCD, setiap digit desimal tersebut direpresentasikan dengan

    menggunakan bilangan biner 4 bit. Bilangan biner 4 bit akan menghasilkan 16

  • 18

    kombinasi yang berbeda, sehingga pada system kode BCD terdapat 6 buah kode

    yang tidak digunakan (invalid code), yaitu : 1010, 1011, 1100, 1101, 1110, dan

    1111. Kode BCD untuk digital 0 s.d 9 dapat dilihat pada Tabel 2.3.

    Tabel 2.3 Kode BCD

    Desimal Kode BCD

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    0000

    0001

    0010

    0011

    0100

    0101

    0110

    0111

    1000

    1001

    Contoh 2.14 Tulislah kode BCD untuk bilangan decimal 3973.

    Jawab :

    3 9 7 3

    0011 1001 0111 0011

    Jadi,

    3973 (10) = 0011 1001 0111 0011 (BCD)

    Dengan menggunakan cara yang sama dengan contoh 2.14 di atas, dapat

    dilakukan konversi baliknya (mengubah kode BCD menjadi bilangan decimal).

    Contoh 2.15 Ubahlah bilangan BCD 1001 0110 0111 0010 ke bilangan decimal.

  • 19

    Jawab :

    1001 0110 0111 0010

    9 6 7 2

    Jadi,

    1001 0110 0111 0010 (BCD) = 9672 (10)

    Sekilas kode BCD nampak seperti sistem biner, tetapi pada kenyataannya

    keduanya adalah berbeda. Untuk melihat perbedaan keduanya, perhatikan contoh

    2.16 berikut.

    Contoh 2.16 Ubahlah bilangan desimal 129 menjadi bilangan biner dan kode

    BCD.

    Jawab :

    Dengan menggunakan metode bagi 2, dapat ditemukan :

    129(10) = 10000001(2) Sistem Biner

    Konversi sistem desimal ke kode BCD :

    129(10) = 0001 0010 1001(BCD) Kode BCD

    Keunggulan kode BCD adalah mudahnya mengubah dari dan ke bilangan

    desimal. Kerugiannya adalah kode BCD tidak dapat digunakan untuk operasi

    aritmatika yang hasilnya melebihi 9.

    Kode BCD digunakan pada sistem digital bila informasi desimal

    diperlukan sebagai masukan atau diperagakan sebagai keluaran. Voltmeter digital,

    jam digital, dan termometer digital merupakan contoh alat yang menggunakan

    kode BCD karena alat itu memperagakan keluarannya dalam desimal. Kalkulator

    juga menggunakan kode BCD karena bilangan masukannya diberikan dalam

    bentuk desimal melalui tombol-tombolnya dan keluarannya diperagakan dalam

    bentuk desimal.

    Beberapa komputer jaman dulu mengolah bilangan BCD, tetapi jenis

    komputer ini lebih lambat dan lebih rumit dibandingkan komputer biner. Sebuah

    komputer tidak hanya sekedar memproses bilangan, tetapi juga harus dapat

  • 20

    bekerja dengan data-data non-numerik yang lain. Dengan kata lain, sebuah

    komputer modern harus dapat memproses data alfanumerik (huruf alfabet,

    bilangan, dan simbol-simbol lain. Karena itulah komputer modern menggunakan

    CPU yang memproses bilangan biner dan bukan bilangan BCD.

    Dalam bidang teknik digital terdapat rangkaian yang dapat

    membangkitkan kode BCD dari suatu bilangan desimal yang dimasukkan ke

    dalam inputnya, dan rangkaian tersebut dinamakan pengkode desimal ke BCD

    (decimal to BCD encoder). Terdapat pula rangkaian yang fungsinya merupakan

    kebalikan dari fungsi encoder, yaitu decoder BCD ke desimal. Untuk pembahasan

    yang lebih mendalam tentang encoder dan decoder, dapat dilihat pada Bab V.

    2.7.2 Kode Excess-3 (XS-3)

    Excess-3 artinya kelebihan tiga. Sesuai dengan namanya, penetapannya

    diperoleh dari penambahan 3 pada nilai binernya. Tabel 2.2 berikut ini

    menunjukkan kode XS-3.

    Tabel 2.2 Kode Excess-3

    Desimal Kode Excess-3

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    0011

    0100

    0101

    0110

    0111

    1000

    1001

    1010

    1011

    1100

    Seperti halnya dengan kode BCD, kode XS-3 ini hanya menggunakan

    sepuluh dari enambelas kombinasi yang ada. Enam kelompok bit yang tidak

    dipakai adalah 0000, 0001, 0010, 1101, 1110, dan 1111.

  • 21

    Contoh 2.17 Kodekan bilangan decimal 129 ke system XS-3.

    Jawab :

    1 2 9

    0001 0010 1001 Setara binernya

    0011 0011 0011 + Tambah tiga

    0100 0101 1100

    Jadi, 129(10) = 0100 0101 1100 (XS-3)

    Contoh 2.18 Kembalikan kode XS-3 0110 1001 1100 1000 menjadi bilangan

    desimal.

    Jawab :

    0110 1001 1100 1000

    6 9 12 8 Setara desimalnya

    3 3 3 3 - Dikurang tiga

    3 7 9 5

    Jadi, 0110 1001 1100 1000(XS-3) = 3795(10)

    Kode XS-3 ini dirancang untuk mengatasi kesulitan kode BCD dalam

    perhitungan aritmatika. Penjumlahan dengan menggunakan kode XS-3 dapat

    dilakukan dengan mengikuti aturan berikut :

    1. Penjumlahan mengikuti aturan penjumlahan biner biasa

    2. a. Jika hasil penjumlahan untuk suatu kelompok menghasilkan suatu

    simpanan desimal, tambahkan 0011 ke kelompok tersebut.

    b. Jika hasil penjumlahan untuk setiap kelompok tidak menghasilkan

    simpanan desimal, kurangkan 0011 dari kelompok tersebut.

    Contoh 2.19 Jumlahkan bilangan decimal 63 dengan 26 dengan menggunakan

    system penjumlahan kode XS-3.

  • 22

    Jawab :

    63 1001 0110

    26 + 0101 1001 +

    89 1110 1111 penjumlahan biner biasa

    - 0011 0011

    1011 1100

    Penjumlahan contoh 2.19 di atas tidak mempunyai simpanan decimal. Untuk

    proses penjumlahan yang mempunyai simpanan desimal dapat dilihat pada contoh

    2.20.

    Contoh 2.20 Jumlahkan bilangan decimal 38 dengan 29 dengan menggunakan

    system penjumlahan kode XS-3.

    Jawab :

    38 0110 1011

    29 + 0101 1100 +

    67 1100 0111 penjumlahan biner biasa

    - 0011 0011 +

    1001 1010

    2.7.3 Kode Gray

    Kode gray merupakan kode 4-bit tanpa bobot dan tidak sesuai untuk

    operasi aritmatika. Kode gray memiliki keunikan, yaitu hanya satu bit yang

    berubah dalam setiap dua kata berurutan. Atau dengan kata lain, hanya satu bit

    yang berubah bila dicacah dari atas ke bawah. Kode gray biasanya digunakan

    sebagai data yang menunjukkan posisi dari suatu poros mesin yang berputar.

    Tabel 2.4 menunjukkan kode gray yang merepresentasikan digit desimal 0 s.d. 9.

  • 23

    Tabel 2.4 Kode Gray

    Desimal Biner Kode Gray

    0 0000 0000

    1 0001 0001

    2 0010 0011

    3 0011 0010

    4 0100 0110

    5 0101 0111

    6 0110 0101

    7 0111 0100

    8 1000 1100

    9 1001 1101

    10 1010 1111

    11 1011 1110

    12 1100 1010

    13 1101 1011

    14 1110 1001

    15 1111 1000

    2.7.4 Kode ASCII (American Standard Code for Information Interchange)

    Untuk memperoleh informasi yang keluar dan masuk pada computer, kita

    perlu menggunakan semacam kode alfanumerik (bilangan, huruf, dan symbol-

    simbol lainnya) untuk unit I/O dari computer yang bersangkutan. Dulu pernah

    terjadi bahwa setiap pabrik menggunakan kode yang berbeda dan menimbulkan

    segala macam kerancuan. Akhirnya industri-industri computer sepakat untuk

    menciptakan system kode untuk unit I/O tersebut yang dikenal sebagai ASCII.

    Dengan system kode ini setiap pabrik dapat membakukan perangkat keras I/O

    seperti keyboard, printer, monitor, dan lain-lain.

    Kode ASCII adalah kode 7-bit dengan format susunan : a6 a5 a4 a3 a2 a1 a0

    Setiap a disusun dalam digit 0 dan 1. Kode 7-bit menghasilkan 128 karakter yang

    berbeda.

  • 24

    Tabel 2.5 Kode ASCII

    Pada prakteknya, masing-masing karakter direpresentasikan dengan

    menggunakan 2 digit heksadesimal. Beberapa contohnya dapat dilihat pada tabel

    2.6, sedangkan Tabel 2.7 menampilkan representasi karakter ke dalam

    heksadesimal secara lengkap.

    Tabel 2.6. Contoh Representasi Kode ASCII dalam Heksadesimal untuk kata Digital

    Karakter Kode ASCII Biner Kode ASCII Heksadesimal

    D

    i

    g

    i

    t

    a

    l

    1000100

    1101001

    1100111

    1101001

    1110100

    1100001

    1101100

    44

    69

    67

    69

    74

    61

    6C

  • 25

    Tabel 2.7. Kode ASCII dalam Heksadesimal

    Data informasi dibawa dengan menggunakan karakter control (control

    character). Contoh : STX (start of text) dan ETX (end of text) digunakan untuk

    menentukan batas/limit suatu data/text. Karakter-karakter kontrol dapat dilihat

    pada tabel 2.8 berikut :

    Tabel 2.8. Karakter ASCII untuk Kontrol Informasi

    Komputer modern menggunakan kode ASCII 8-bit (extended ASCII) yang

    merupakan perluasan dari ASCII 7-bit dengan tambahan 128 karakter lagi yang

    umumnya digunakan mewakili karakter grafik.

  • 26

    2.8 Soal-soal Latihan

    1. Konversikan bilangan biner berikut ke bilangan desimal :

    (a) 11001101 (b) 1010011,1 (c) 10,1101

    2. Konversikan bilangan oktal berikut ke bilangan desimal :

    (a) 735 (b) 1034 (c) 13,456

    3. Konversikan bilangan heksadesimal berikut ke bilangan desimal :

    (a) 26A (b) 1C3B (c) 12,A63

    4. Konversikan bilangan desimal berikut ke bilangan biner :

    (a) 87 (b) 176 (c) 12,376

    5. Konversikan bilangan desimal berikut ke bilangan oktal :

    (a) 376 (b) 1146 (c) 72,546

    6. Konversikan bilangan desimal berikut ke bilangan heksadesimal :

    (b) 986 (b) 2136 (c) 523,675

    7. Sebuah sistem PC menggunakan kode pengalamatan 20 bit untuk mengidentifikasi

    lokasi-lokasi memorinya.

    a. Berapa banyak karakter heksadesimal yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi

    alamat untuk setiap lokasi memori?

    b. Berapa heksadesimal 5 digit lokasi memori untuk alamat yang ke 100 ?

    c. Jika menggunakan 50 lokasi memori untuk menyimpan data dan dimulai pada

    lokasi 00096H, berapa lokasi data yang terakhir ?

    8. Tentukan basis x dari bilangan di bawah ini :

    (a) 361(10) = 551(x) (b) 859(10) = 5B7(x) (c) 982(10) = 1726(x)

    9. 210(10) = .. (2) = (8) = . (16)

    10. Ubahlah bilangan desimal 305 ke bilangan biner, oktal, heksadesimal, dan

    BCD

    11. Kodekan bilangan desimal berikut ke dalam kode BCD dan Excess-3 :

    (a) 39 (b) 195 (c) 1475

    12. Kembalikan kode BCD berikut menjadi bilangan desimalnya :

    (a) 1001 1000 0110 (b) 1000 0111 0100 1001 0001

    13. Berapa representasi BCD yang dikirim ke display 2 digit thermometer digital

    yang mengukur suhu sebesar 38 derajat celcius?

    14. Kembalikan kode Excess-3 berikut menjadi bilangan desimalnya :

    (a) 1001 1000 0110 (b) 1000 0111 0100 1001 0001

  • 27

    15. Kodekan masing-masing karakter berikut ke dalam kode ASCII.

    Representasikan dengan menggunakan bilangan heksadesimal.

    (b) 1980 (b) A = b + C (c) Teknik Digital.

  • 28

    Cara mengubah bilangan desimal menjadi kode gray dapat dilihat pada contoh

    2.21 berikut ini.

    Contoh 2.21 Ubahlah 12(10) dalam bentuk kode Gray. ....... lihat hal 43 buku afif