bab iii. sumber etika.pdf

Upload: khoirul-effendy-trc

Post on 19-Feb-2018

460 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Bab III. Sumber Etika.pdf

    1/12

    01/10/20

    BAB III

    SUMBER SUMBER ETIKA

    (MENURUT AGAMA, FILSAFAH, YURIDIS)

    Menurut K. Bertens, arti etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia:

    1. Nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau

    suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

    Misalnya, jika orang berbicara tentang etika orang Jawa, etika agama

    Budha, etika Protestan dan sebagainya, maka yang dimaksudkan

    etika di sini sebagai sistem nilai. Sistem nilai ini berfungsi dalam

    hidup manusia perorangan maupun sosial.

    2. Kumpulan asas atau nilai moral (kode etik).

    Contoh : Kode Etik Jurnalistik

    3. Ilmu tentang yang baik atau buruk.

    DEFINISI ETIKA

  • 7/23/2019 Bab III. Sumber Etika.pdf

    2/12

    01/10/20

    Etika baru menjadiilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis

    (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan

    buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat dan

    sering kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu

    penelitian sistematis dan metodis. Etika di sini sama artinya

    dengan filsafat moral.

    Etika adalah bidang kajian filsafat yang terkait dengan persoalan

    nilai moral perilaku manusia. Nilai moral adalah kualitas

    perilaku baik dari manusia. Sebagai bagian dari kajian filsafat,

    etika merupakan pemikiran filosofis tentang nilai moral, bukan

    nilai moral itu sendiri. Ajaran tentang bagaimana berperilaku

    dengan kualitas baik adalah moralitas atau akhlak.

  • 7/23/2019 Bab III. Sumber Etika.pdf

    3/12

    01/10/20

    Maka etika adalah ilmu atau lebih tepatnya pengetahuan

    filosofis, dan bukan merupakan ajaran (normatif) sebagaimanamoralitas atau akhlak.

    Setiap moralitas atau akhlak menghendaki supaya manusia

    berperilaku baik sesuai dengan yang diajarkan.

    Etika menghendaki supaya manusia melakukan tindakan baik itu

    dengan kesadaran dan kepahamannya. Sadar dan paham atas apa

    yang dilakukannya, atas sumber dari mana petunjuk perbuatan

    itu, atas alasan kenapa perbuatan itu dilakukannya, dan atas apa

    konsekuensi perbuatan itu jika benar-benar dilakukannya.

    Sehingga ada dua macam kajian etika:

    etika deskriptif yaitu etika yang terlibat analisis kritis tentang

    sikap dan perilaku manusia dan (nilai) apa yang ingin dicapai dalam

    hidup ini. Dengan tanpa terlibat upaya memberikan penilaian,

    etika ini membicarakan tentang perilaku apa adanya, yaitu perilaku

    yang terjadi pada situasi dan realitas konkrit yang membudaya.

    etika normatif yaitu etika yang menetapkan berbagai sikap dan

    perilaku ideal yang seharusnya dimiliki dan dijalankan manusia,

    serta tindakan apa yang seharusnya diambil untuk menggapai

    sesuatu yang bernilai dalam hidup ini.

  • 7/23/2019 Bab III. Sumber Etika.pdf

    4/12

    01/10/20

    Dalam etika, ukuran baik-tidaknya akhlak seseorang atau nilai

    perilaku manusia dapat dibedakan dari dua sudut pandang:

    Pertama, darisudut tujuannya (teleologis). Teleologis adalah

    paham etika yang menekankan moral pada nilai intrinsik sebagai

    konsekuensi suatu perbuatan.

    Kedua, darisudut prosesnya (deontologis). Deontologi adalah

    suatu paham etika yang menekankan perbuatan moral bukan pada

    nilai intrinsik dari konsekuensi perbuatan baik dan bijak karena

    perbuatan itu sendiri.

    Kekacauan dalam melihat dua hal (tujuan dan proses) ini,

    mengakibatkan apa yang dimaksud dengan akhlak itu menjadi kabur.

    Misalnya:

    Seseorang yang ingin menyantuni anak yatim, membantu fakir-

    miskin, atau memberi nafkah keluarga, memberi sumbangan pada

    masjid atau madrasah; semua ini jelas merupakan tujuan yang baik.

    Tetapi jika tujuan baik ini diwujudkan dengan cara-cara yang salah,

    seperti: memasang lotre, mencuri, korupsi, menipu, dan lain

    sebagainya, tentu semua ini tidak bisa disebut perbuatan yang baik

    atau berakhlak.

  • 7/23/2019 Bab III. Sumber Etika.pdf

    5/12

    01/10/20

    A. ETIKA MENURUT AGAMA

    Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang

    dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah

    tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar,

    buruk atau baik. Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan

    self control, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari

    dan untuk kepentingan kelompok itu sendiri.

    Etika disebut jugafilsafat moral, merupakan cabang filsafat yang

    berbicara tentang tindakan manusia. Etika tidak mempersoalkan

    keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia

    harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan oleh bermacam-

    macam norma, diantaranya norma hukum, norma moral, norma

    agama dan norma sopan santun. Normahukum berasal darihukum

    dan perundang-undangan; normaagama berasal dariagama; norma

    moral berasal darisuara hati; dan normasopan santun berasal dari

    kehidupan sehari-hari.

  • 7/23/2019 Bab III. Sumber Etika.pdf

    6/12

    01/10/20

    Etika tidak dapat menggantikan agama. Agama merupakan hal

    yang tepat untuk memberikan orientasi moral. Pemeluk agamamenemukan orientasi dasar kehidupan dalam agamanya. Akan

    tetapi agama itu memerlukan ketrampilan etika agar dapat

    memberikan orientasi, bukan sekadar indoktrinasi.

    Hal ini disebabkan empat alasan sebagai berikut:

    1. Orang agama mengharapkan agar ajaran agamanya rasional. Ia

    tidak puas mendengar bahwa Tuhan memerintahkan sesuatu,

    tetapi ia juga ingin mengerti mengapa Tuhan memerintahkannya.

    Etika dapat membantu menggali rasionalitas agama.

    2. Seringkali ajaran moral yang termuat dalam wahyu mengizinkan

    interpretasi yang saling berbeda dan bahkan bertentangan.

    3. Karena perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan

    masyarakat maka agama menghadapi masalah moral yang secara

    langsung tidak disinggung-singgung dalam wahyu. Misalnya bayi

    tabung, reproduksi manusia dengan gen yang sama.

    4. Adanya perbedaan antara etika dan ajaran moral. Etika

    mendasarkan diri pada argumentasi rasional semata-mata

    sedangkan agama pada wahyunya sendiri.

  • 7/23/2019 Bab III. Sumber Etika.pdf

    7/12

    01/10/20

    B. ETIKA MENURUT FILSAFAT

    Pada umumnya, kataetika mempunyai makna yang tetap berada

    pada seputar perbuatan-perbuatan kategori akhlaki seperti:

    kebiasaan, tingkah laku, kesusilaan dan semisalnya.

    Pengertian katamoral, yang secara etimologis berasal dari bahasa

    Latinmos (jamaknya:mores) berarti kebiasaan dan adat.

    Namun dalam bahasa Indonesia, kata Suwito, pada umumnya kata

    moral diidentikkan dengan kata etika.

    Adapun secara istilah, pengertian etika tampak berbeda dengan

    moral, dan juga denganakhlak. Moral lebih dekat dengan akhlak.

    Karakteristika akhlak adalah bersifat agamis, dan ini tidak ada pada

    moral.Etika lebih menunjuk pada ilmu akhlak, sedangkanmoral

    lebih merupakan perbuatan konkrit realisasi dari kekuatan jiwa.

    Etika bersumber dari pemikiran manusia terutama filsafat Yunani.

    Ilmuakhlak, meski juga merupakan hasil pemikiran, tetapi ia

    bersumber dari wahyu yakni al-Quran dan al-Hadis (dalam Agama

    Islam).

  • 7/23/2019 Bab III. Sumber Etika.pdf

    8/12

    01/10/20

    Akhlak danmoral, sama-sama menunjuk pada perbuatan. Namun

    bila dilihat dari objeknya, dua istilah itu tidak identik.

    Sifatakhlak adalah teorsentris, karena segala perbuatan yang

    ditunjuk oleh istilah akhlak dilihat dalam konteksnya dengan

    Tuhan, baik perbuatan dalam hubungannya dengan Tuhan maupun

    dengan sesama manusia.

    Sifatmoral adalah antroposentris, karena hanya menunjuk pada

    perbuatan dengan sesama manusia, tidak menunjuk pada yang

    dengan Tuhan, dan tujuannya hanya sebatas untuk kepentinganmanusia.

    C.ETIKA MENURUT YURIDIS

    Hukum dalam pengertian peraturan perundang-undangan, tidak

    memberikan ruang secara eksplisit terhadap etika. Ruang eksplisit

    yang dimaksud adalah bunyi teks atau pasal-pasal yang terdapat

    dalam peraturan perundang-undangan. Etika dapat menjadi asas yang

    mendasari pengaturan dalam bahasa teks peraturan. Artinya etika

    sudah membaur atau dibaurkan dalam bunyi teks peraturan.

    Pembauran menempatkan etika menjadi nyawa dari pasal per pasal

    yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.

  • 7/23/2019 Bab III. Sumber Etika.pdf

    9/12

    01/10/20

    Dari perspektif demikian etika adalahmeta yuridis. Etika bukan

    peraturan perundang-undangan, tetapi menjadi dasar dari bahasa

    teks peraturan perundang-undang. Peraturan perundang-undangan

    menjadi aktualisasi yuridis dari etika yang menjadi pedoman

    berperilaku. Aktualisasi yuridis atau positivisasi etika menjadi

    kaidah berperilaku yang berwatak yuridis. Tanpa positivisasi etika

    yang semula hanya norma perilaku, etika tidak akan dapat

    ditegakkan dengan menggunakan sanksi hukum.

    Etika yang bertransformasi menjadi kaidah hukum baru merupakan

    hukum dalam peraturan perundang-undangan. Transformasi melalui

    positivisasi meletakkan etika menjadi hukum. Etika menjadi hukum

    (peraturan perundang-undangan) ketika ditempatkan dalam bunyi

    pasal atau menginspirasi pembentukan pasal tersebut.

    Etika tidak selalu sama dengan hukum. Etika bisa tetap sebagai etika

    ketika etika tidak mengalami positivisasi untuk menjadi teks

    peraturan perundang-undangan. Etika mengalami transformasi

    menjadi peraturan perundang-undangan, apabila pembentuk undang-

    undang (DPR dan hakim) menempatkan etika menjadi bunyi teks

    atau dimuat dalam putusan hakim.

  • 7/23/2019 Bab III. Sumber Etika.pdf

    10/12

    01/10/20

    D. IMPLEMENTASI KEHIDUPAN AGAMA,

    FILSAFAT, YURIDIS.

    Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan

    mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak.

    Etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan

    filsafat yang mereflesikan ajaran moral. Etika tidak dapat

    menggantikan agama. Agama merupakan hal yang tepat untuk

    memberikan orientasi moral. Pemeluk agama menemukan orientasi

    dasar kehidupan dalam agamanya.

    a. Hubungan Etika dengan Hati Nurani

    Hati nurani merupakan suara hati manusia yang paling dalam.

    Setiap manusia memiliki hati nurani. Dengan adanya hal tersebut

    maka dapat melandasi setiap tindakan konkrit pada manusia. Hati

    nurani juga mempengaruhi kesadaran manusia.

    b. Hubungan Etika dengan Kebebasan Bertanggung Jawab

    Kebebasan itu sangat diperlukan karena dapat membuat orang

    merasa lebih hidup, senang, dapat berbuat sesuai dengan apa yang

    mereka inginkan, bebas berekspresi, dan lepas. Namun kebebasan

    tersebut harus diikuti dengan tanggung jawab dalam prakteknya.

    Sehingga bangsa dan negara menjadi aman dan tertib.

  • 7/23/2019 Bab III. Sumber Etika.pdf

    11/12

    01/10/20

    3. Hubungan Etika dengan Nilai dan Norma

    Nilai adalah suatu yang memiliki arti atau harga. SedangkanNorma

    adalah peraturan dasar yang mengatur kehidupan masyarakat. Nilai

    dan Norma sangat penting untuk membentuk suatu etika. Dengan

    adanya nilai dan norma yang merupakan kelanjutan dari suatu

    budaya, dapat membuat lingkungan yang menganut nilai dan norma

    tersebut bertindak sesuai dengan apa yang telah diatur. Dengan kata

    lain dapat bertindak sesuai etika yang berlaku dalam lingkungan

    masyarakat

    4.Hubungan Etika dengan Hak dan Kewajiban

    Hak adalah segala sesuatu yang harus kita dapat dan miliki.

    Sedangkankewajiban adalah segala sesuatu yang harus dijalankan.

    Dalam kehidupan, haruslah terdapat keseimbangan antara hak dan

    kewajiban. Sehingga akan tercipta suatu timbal balik yang baik dan

    tidak berat sebelah antara pihak yang menuntut haknya dengan

    pihak yang menuntut kewajibannya

  • 7/23/2019 Bab III. Sumber Etika.pdf

    12/12

    01/10/20

    Pentingnya Etika dalam Kehidupan Sehari-hari dan

    Kehidupan Ilmiah

    Pertama, pandangan-pandangan moral yang beraneka ragam yang

    berasal dari berbagai suku, kelompok, daerah, dan agama yang

    berbeda dan yang hidup berdampingan dalam suatu masyarakat dan

    Negara.

    Kedua, modernisasi dan kemajuan teknologi membawa perubahan

    besar dalam struktur masyarakat yang akibatnya dapat bertentangan

    dengan pandangan-pandangan moral tradisional.

    Ketiga, munculnya berbagai ideology yang menawarkan diri sebagai

    penuntun kehidupan manusia dengan masing-masing ajarannya

    tentang kehidupan manusia.

    Selamat Belajar...

    Semoga Sukses selalu.........Sumber: http://agung-theraider.blogspot.com/2012/11/artikel-tentang-sumber-

    sumber-etika_7774.html