bab iv draft revise1

Upload: amber-purnama-jaya

Post on 09-Feb-2018

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    1/39

    42

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hot Preheat Traindi unit CDU terdiri dari enam buah pemanas yang berfungsi

    sebagai pemanas awal untuk menaikan suhu umpan minyak mentah (crude oil)

    sebelum masuk ke furnace 11-F-101. Hot Preheat Train di unit CDU termasuk

    HE tipe shell and tube dengan jenis aliran counter current (berlawanan arah)

    dimana, umpan berupa minyak mentah di lewatkan pada sisi tube dan fluida panas

    dilewatkan pada sisi shell. Namun, pada HE-110 & 111 A/B fluida panas

    dilewatkan pada sisi tube, sedangkan minyak mentah dilewatkan pada sisi shell

    dan tidak sama dengan HE lain pada rangkaian penukar panas tersebut.

    Berdasarkan teori, kriteria pemilihan fluida yang dilewatkan pada HE seperti:

    tekanan, viskositas, laju alir, faktor korosi yang lebih tinggi harus dilewatkan pada

    sisi tube, hal ini dilakukan untuk memperkecil kerusakan pada peralatan sehingga

    dapat mempermudah pembersihan dan perawatan peralatan.

    Pada penelitian industri ini dilakukan evaluasi terhadap kinerja hot preheat

    train 11-E-106 sampai dengan 11-E-110 & 111 A/B.Hot Preheat Train inidirancang untuk menaikan suhu umpan sebesar 280oC (suhu inlet furnace). Jika

    suhu target tidak dapat terpenuhi maka beban kerja padafurnaceakan meningkat

    dan menyebabkan konsumsi bahan bakar akan meningkat sehingga kinerja dari

    hot preheat train di unit CDU harus selalu dijaga dan dimonitor berdasarkan

    waktu pengoperasiannya.

    4.1 Analisis Awal KinerjaHeat Exchanger

    Fluida panas hot preheat trainmerupakan fluida aliran keluaran danpump around

    dari kolom fraksionasi (11-C-101). Hal tersebut menyebabkan suhu fluida panas

    masuk hot preheat trainbergantung pada suhu aliran dari kolom fraksionasi. Oleh

    karena itu, dilakukan analisis awal berdasarkan laju alir, suhu, dan laju panas yang

    ditransfer (diterima minyak mentah) pada kondisi aktual dan desain untuk

    menentukan penukar panas yang sudah tidak mampu mentransfer panas sesuai

    desain dan diprediksi sudah mengalamifouling, sehingga dapat dilakukan evaluasi

    berdasarkan, tren Rd, Q, LMTD terkoreksi, dan U, pada penukar panas tersebut.

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    2/39

    43Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    Analisis awal juga dilakukan untuk mendapatkan estimasi cepat mengenai kondisi

    penukar panas yang membutuhkan evaluasi lebih lanjut. Suhu minyak mentah

    keluar penukar panas menjadi fokus utama dalam analisis awal karena diharapkan

    penukar panas pada hot preheat train dapat menaikkan suhu minyak mentah

    sesuai desain masing-masing penukar panas.

    Dari hasil analisis awal terhadap hot preheat train11-E-106 sampai dengan

    11-E-110 & 111 A/B pada Crude Distillation Unit(CDU) didapatkan data yang

    disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 4.1 sampai dengan Gambar 4.10

    berikut.

    Gambar 4.1 GrafikFlow Rate11-E-106

    Gambar 4.2 Grafik Temperatur 11-E-106

    300350

    400

    450

    500

    550

    600

    650

    700

    750

    800

    1 6 11 16 21 26 31

    Flow(kg/h)

    waktu operasi (hari)

    flow tube desain

    flow tube aktual

    flow shell desain

    flow shell aktual

    130

    150

    170

    190

    210

    230

    250

    1 6 11 16 21 26 31

    Temperature

    (C)

    waktu operasi (hari)

    shell in desain

    shell in aktual

    shell out desain

    shell out aktual

    tube in desain

    tube in aktual

    tube out desain

    tube out aktual

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    3/39

    44Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    Gambar 4.3 GrafikFlow Rate11-E-107 A/B

    Gambar 4.4 Grafik Temperatur11-E-107 A/B

    Gambar 4.5 GrafikFlow Rate11-E-108

    400

    450

    500

    550

    600

    650

    700

    750

    800

    1 6 11 16 21 26 31

    Flow(kg/h)

    waktu operasi (hari)

    flow shell desain

    flow shell aktual

    flow tube desain

    flow tube aktual

    155

    175

    195

    215

    235

    255

    275

    1 6 11 16 21 26 31

    Temperature(C)

    waktu operasi (hari)

    shell in desain

    shell in aktual

    shell out desain

    shell out aktual

    tube in desain

    tube in aktual

    tube out desain

    tube out aktual

    20

    120

    220

    320

    420

    520

    620

    720

    1 6 11 16 21 26 31

    Flow(kg/h)

    waktu operasi (hari)

    flow shell desain

    flow shell aktual

    flow tube desain

    flow tube aktual

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    4/39

    45Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    Gambar 4.6 Grafik Temperatur 11-E-108

    Gambar 4.7 GrafikFlow Rate11-E-109 A/B

    160

    180

    200

    220

    240

    260

    280

    300

    320

    1 6 11 16 21 26 31

    Temperature(C)

    waktu operasi (hari)

    shell in desain

    shell in aktual

    shell out desain

    shell out aktual

    tube in desain

    tube in aktual

    tube out desain

    tube out aktual

    0.00

    100,000.00

    200,000.00

    300,000.00

    400,000.00

    500,000.00

    600,000.00

    700,000.00

    800,000.00

    MassFlow,

    kg/hr

    Date, mm/dd/yyyy

    Shell (Actual)

    Shell (Design)

    Tube (Actual)

    Tube (Design)

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    5/39

    46Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    Gambar 4.8 Grafik Temperatur 11-E-109 A/B

    Gambar 4.9 GrafikFlow Rate11-E-110&111 A/B

    150.00

    170.00

    190.00

    210.00

    230.00

    250.00

    270.00

    290.00

    310.00

    7/25/2013 8/4/2013 8/14/2013 8/24/2013 9/3/2013

    Temp,

    C

    Date, mm/dd/yyyy

    Shell in (Actual)

    Shell in (Design)

    Shell out (Actual)

    Shell out (Design)

    Tube in (Actual)

    Tube in (Design)

    Tube out (Actual)

    Tube out (Design)

    400,000.00

    450,000.00

    500,000.00

    550,000.00

    600,000.00

    650,000.00

    700,000.00

    750,000.00

    800,000.00

    MassFlow,

    kg/hr

    Date, mm/dd/yyyy

    Shell (Design)

    Shell (Actual)

    Tube (Actual)

    Tube (Design)

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    6/39

    47Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    Gambar 4.10 Grafik Temperatur 11-E-110&111 A/B

    Dilihat dari tren laju alir dan suhu pada 11-E-106, penukar panas tersebut

    dapat menaikkan suhu minyak mentah sesuai desain dengan suhu masuk minyak

    mentah sedikit di bawah desain sehingga dapat disimpulkan bahwa penukar panas

    11-E-106 tidak mengalami masalah dan tidak membutuhkan evaluasi lebih lanjut.

    Suhu minyak mentah mulai tidak dapat mencapai desain setelah melewati 11-E-

    107 A/B. Meskipun suhu minyak mentah sudah tidak mencapai desain setelah

    melewati 11-E-107, belum dapat diindikasikan bahwa penukar panas 11-E-108

    sampai 11-E-110 & 111 juga mengalami masalah dalam perpindahan panas

    karena minyak mentah dipanaskan secara serial. Pada saat penukar panas pertama

    tidak dapat menaikkan suhu minyak mentah sesuai desain penukar panas tersebut

    maka dapat dipastikan penukar panas selanjutnya juga tidak dapat menaikkan

    suhu sesuai desain walaupun penukar panas selanjutnya masih dapat

    memindahkan panas dengan baik. Hal tersebut disebabkan karena penukar panas

    dirancang dengan suhu inlet dan outlet serta laju alir tertentu untuk mentransfer

    panas dengan jumlah tertentu.

    Pada penukar panas 11-E-107 A/B, suhu fluida panas masuk sedikit melewati

    desain tetapi suhu keluar fluida dingin (minyak mentah) dalam 11-E-107 A/B

    tidak dapat mencapai desain. Berdasarkan hasil pengukuran laju alir fluida

    170.00

    190.00

    210.00

    230.00

    250.00

    270.00

    290.00

    310.00

    330.00

    350.00

    370.00

    7/25/2013 8/4/2013 8/14/2013 8/24/2013 9/3/2013

    Temp,

    C

    Date, mm/dd/yyyy

    Shell in (Actual)

    Shell in (Design)

    Shell out (Actual)

    Shell out (Design)

    Tube in (Actual)

    Tube in (Design)

    Tube out (Actual)

    Tube out (Design)

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    7/39

    48Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    pemanas dilapangan, juga berada di bawah desain dan pada kondisi ini seharusnya

    fluida dingin yang masuk suhunya dapat lebih tinggi. Suhu fluida panas keluar

    berada di atas desain yang berarti panas dari fluida panas tidak dapat ditransfer

    seluruhnya. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan resistansi perpindahan

    panas. Oleh karena itu, diindikasikan penukar panas 11-E-107 A/B telah

    mengalami fouling, sehingga selanjutnya harus dilakukan pemeriksaan terhadap

    nilai panas yang ditransfer (Q). Tren heat duty (Q) 11-E-107 A/B dapat dilihat

    pada Gambar 4.11 berikut.

    Gambar 4.11 Grafik Q Desain vs Q Aktual 11-E-107 A/B

    Pada Gambar 4.11 di atas dapat dilihat bahwa jumlah panas yang ditransfer

    oleh 11-E-107 berada jauh dibawah desain sehingga perlu dilakukan evaluasi pada

    penukar panas tersebut.

    Tren suhu dan laju alir untuk 11-E-108 ditunjukkan oleh Gambar 4.5 dan 4.6

    Laju alir kedua fluida dan suhu fluida panas masuk 11-E-108 sudah mendekati

    desain, tetapi suhu fluida minyak masuk berada di bawah desain akibat suhu

    minyak mentah keluar penukar panas sebelumnya yang berada di bawah desain.

    Jika dilihat dari tren suhu fluida panas keluar, suhu minyak mentah masuk dan

    keluar, penukar panas 11-E-108 tidak diindikasikan mengalami masalah dalam

    transfer panas. Kondisi yang sama juga ditemukan pada penukar panas 11-E-109

    yang tidak diindikasikan mengalami masalah pada transfer panas.

    6000000

    7000000

    8000000

    9000000

    10000000

    11000000

    12000000

    13000000

    14000000

    1 6 11 16 21 26 31

    Q(kcal/hr)

    waktu operasi (hari)

    Q desain

    Q aktual

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    8/39

    49Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    Pada penukar panas 11-E-110 & 111 A/B, laju alir fluida panas berada

    dibawah desain dengan suhu masuk fluida panas yang berada sedikit dibawah

    desain. Minyak mentah masuk 11-E-110 & 111 A/B memiliki suhu yang berada

    sedikit dibawah desain. Dengan kondisi tersebut, suhu fluida panas keluar 11-E-

    110 & 111 A/B masih mencapai desain, dan seharusnya suhu fluida panas keluar

    sudah berada dibawah desain. Oleh, karena itu, dilakukan pemeriksaan terhadap

    tren Q yang diterima oleh minyak mentah. Tren Q tersebut ditunjukkan oleh

    Gambar 4.12 berikut.

    Gambar 4.12 Grafik Q Desain vs Q Aktual 11-E-110&111 A/B

    Pada Gambar 4.12 dapat dilihat bahwa laju jumlah panas yang diterima

    minyak mentah tidak dapat mencapai laju jumlah panas sesuai desain untukmenaikkan suhu minyak mentah sebesar 80 C. Penukar panas 11-E-110 & 111

    A/B hanya dapat menaikkan suhu minyak mentah dengan rata-rata sebesar 56.5

    C.

    Berdasarkan hasil analisis awal maka ditemukan bahwa penukar panas yang

    mengalami masalah dalam perpindahan panas yaitu pada 11-E-107 A/B dan 11-E-

    110 & 111 A/B. Selanjutnya dilakukan evaluasi pada penukar panas 11-E-107

    A/B dan 11-E-110 & 111 A/B.

    20,000,00022,000,000

    24,000,000

    26,000,000

    28,000,000

    30,000,000

    32,000,000

    34,000,000

    36,000,000

    38,000,000

    40,000,000

    Q,

    kcal/hr

    Date, mm/dd/yyyy

    Q Design

    Q Actual

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    9/39

    50Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    4.2 Pembahasan

    4.2.1 Evaluasi KinerjaHot Preheat Train11-E-107 A/B

    Minyak mentah (crude oil) atau disingkat dengan istilah CO, merupakan fluida

    dingin yang akan dipanaskan dengan fluida pemanas berupa Atmosferik Residu

    (AR). Fluida pemanas ini merupakan produk bawah dari kolom fraksionasi 11-C-

    101 yang pertama-tama masuk ke dalam HE 11-E-110&111 A/B. Pada HE 11-E-

    110&111 A/B AR dilewatkan di dalam tube sedangkan CO dilewatkan di dalam

    shell. AR yang telah keluar dari 11-E-110&111 A/B kemudian dimasukan ke

    dalam 11-E-107 A/B. Pada 11-E-107 A/B AR tersebut di tukar alirannya sehinggamengalir pada bagian shell sedangkan CO pada bagian tube. AR dimanfaatkan

    panasnya dengan tujuan sebagai salah satu langkah dalam melakukan konservasi

    energi karena temperatur pada saat keluar dari kolom fraksionasi sebesar 354C.

    Dengan temperatur tersebut, maka potensi untuk terbentuknya fouling seiring

    dengan waktu pengoperasian peralatan sangat tinggi. Apabila foulingyang telah

    terbentuk dari deposit (pengotor) yang terbawa dalam transportasi fluida tidak

    dibersihkan, hal ini dapat menyebabkan terhambatnya proses perpindahan panas

    dari AR ke CO sehingga temperatur keluar 11-E-107 A/B tidak dapat mencapai

    target (195C).

    Berdasarkan teori yang didapatkan atas dasar pertimbangan dalam perawatan

    dan ekonomi, bahwa fluida yang seharusnya mengalir atau dilewatkan di dalam

    tube maupun shell memiliki persyaratan tertentu. Pada HE-107 A/B fluida

    pemanas (AR) dilewatkan di dalam shellkarena kekentalannya lebih tinggi jika

    dibandingkan dengan CO. Apabila CO di alirkan di dalam shell maka potensi

    untuk terjadinya kerusakan pada peralatan karena fouling dan korosi akan lebih

    tinggi. Oleh karena itu, CO lebih dipilih untuk dialirkan di dalam tubepada 11-E-

    107 A/B sedangkan Atmosferik Residu (AR) bertindak sebagai fluida panas yang

    dialirkan di dalamshell.

    Data-data yang didapatkan dalam penelitian diambil selama tiga bulan, yaitu

    dari buan Juni 2013 Agsutus 2013. Data lapangan pada 11-E-107 A/B yang

    telah diolah kemudian dibandingkan antara kondisi aktual (lapangan) dengan

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    10/39

    51Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    desain awal peralatan pada data sheet. Perbandingan ini dimaksudkan agar

    performa dari 11-E-107 A/B yang dipakai dapat diketahui berdasarkan parameter:

    flow rate(W), heat duty(Q),Log Mean Temperature Difference(LMTD), overall

    heat transfer coefficient(U), temperatur (T), danfouling factor(Rd).

    Pada proses pengambilan dan pengolahan data yang dilakukan dalam

    penelitian, diperoleh temuan data yang abnormal atau data tersebut berbeda pada

    kondisi normal operasi yang di tetapkan di lapangan. Kesalahan pengukuran data

    aktual terjadi pada hari ke-24, sehingga data tersebut tidak dapat dijadikan sebagai

    bahan pertimbangan dalam melakukan evaluasi HE. Data pada hari ke-24

    tersebut mengakibatkan nilai pada perhitungan berdasarkan parameter yang telah

    disebutkan menjadi tidak tepat. Untuk mengurangi terjadinya kesalahan

    pengukuran dan perhitungan data dalam menentukan waktu pembersihan

    peralatan, maka dilakukan manipulasi pada data yang error dengan merata-rata

    nilai terukur pada hari ke-23 dengan hari ke-25 sehingga nilai normal operasi pada

    hari ke-24 dapat diprediksi.

    Adapun, dugaan dari kesalah pengukuran pada data hari ke-24 tersebut dapat

    terjadi karena adanya: kesalahan intrumen pengukuran di lapangan, kerusakan

    pada peralatan pompa yang mengalirkan CO dan AR, peralatan pompa ataupun

    HE yang dipakai sedang dalam perbaikan, sehingga kendala teknis seperti

    terjadinya kegagalan proses (trip) di lapangan telah menyebabkan penyimpangan

    dari kondisi normal operasi.

    4.2.1.1Evaluasi Berdasarkan Laju Alir (W)

    Untuk dapat melihat pengaruh laju alir masuk dan keluar fluida, baik pada sisi

    shell maupun tubedisajikan dalam Gambar 4.13 dan 4.14 berikut.

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    11/39

    52Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    Gambar 4.13 Grafik W Desain vs W Aktual Asumsi Trip

    Gambar 4.14 Grafik W Desain vs W Aktual Rata-Rata

    Dalam grafik tersebut terlihat laju alir pada hari ke-24 mengalami kondisi

    yang abnormal sehingga mempengaruhi proses perhitungan yang dilakukan.

    Kesalahan pengukuran pada hari ke-24 tersebut menyebabkan kurang akuratnya

    nilai: Q, U, T, LMTD, dan Rd sehingga berpengaruh dalam menentukan waktu

    pembersihan optimum peralatan 11-E-107 A/B. Data yang tidak valid ini

    kemudian di manipulasi dengan merata-rata nilai terukur pada pengukuran di hari

    ke-23 dan ke-25, sehingga nilai pada hari ke-24 dapat di prediksi.

    250,000.00

    350,000.00

    450,000.00

    550,000.00

    650,000.00

    750,000.00

    850,000.00

    0 20 40 60 80 100

    W(

    kg/hr)

    Day

    W Design Shell

    W Actual Shell

    W Design Tube

    W Actual Tube

    350,000.00

    400,000.00

    450,000.00

    500,000.00

    550,000.00

    600,000.00

    650,000.00

    700,000.00

    750,000.00

    800,000.00

    0 20 40 60 80 100

    W

    (kg/hr)

    Day

    W Design Shell

    W Design Tube

    W Actual Shell

    W Actual Tube

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    12/39

    53Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    Laju alir yang mengalir pada bagian tubedanshellmasing-masing di desain

    sebesar 759,220.00 kg/hr (tube) dan 542,640.00 kg/hr (shell). Sedangkan data

    pengukuran dilapangan menunjukkan nilai yang berfluktuatif dan rata-rata berada

    di bawah desain untuk sisishell. Adapun pada bagian tube,laju alir umpan masuk

    relatif mendekati desain meskipun pada beberapa waktu operasi menunjukkan

    perubahan sebelum terjadinya trip pada hari ke-24. Nilai yang terukur pada saat

    trip masing-masing adalah sebesar 501,053.76 kg/hr dari nilai sebelumnya sebesar

    277,642.96 kg/hr pada sisi tube, dan 751,387.30 kg/hr pada sisi shell dari nilai

    sebelumnya 622,119.32 kg/hr. Laju alir yang terus berfluktuasi ini dapat

    mempengaruhi waktu pembersihan HE berdasarkan parameter yang telah di

    tetapkan diatas.

    Dalam grafik laju alir diatas, terlihat fluktuasi aliran baik pada sisi bagian

    shell maupun tube. Fluktuasi ini dapat terjadi karena aliran di dalam peralatan

    tidak stabil akibat dari adanya deposit yang telah mengerak, sehingga

    mengakibatkan terhalangnya aliran fluida di dalam HE. Naik dan turunnya laju

    alir diperkirakan deposit yang mengalir dan telah menempel pada peralatan

    mengalami pengikisan akibat dari pola aliran yang dihasilkan oleh fluida,

    sehingga seiring dengan lamanya pengoperasian peralatan laju alirpun terus

    mengalami perubahan. Tetapi, penurunan laju alir yang terjadi pada minggu ke

    tiga di bulan Agustus 2013 sengaja dilakukan karena pabrik telah mendekati masa

    Turn Around (TA) tahunan.

    4.2.1.2EvaluasiBerdasarkanTemperatur(T)

    Berdasarkan tren terhadap perbedaan temperatur masuk dan keluar pada HE 11-E-107 A/B baik pada shell maupun pada tube menunjukkan nilai yang berbeda

    dengan desain awal. Temperatur CO yang akan di panaskan di dalam tube

    temperatur keluarannya tidak dapat mencapai target dan terjadi penurunan

    sehingga temperatur umpan tidak memenuhi kriteria suhu inlet pada HE

    selanjutnya. Hal ini kemungkinan terjadi karena dipengaruhi Rd yang semakin

    besar sehingga mempengaruhi proses perpindahan panas yang diterima oleh CO.

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    13/39

    54Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    Sedangkan pada temperatur masuk dan keluaran di bagian shellsangat tinggi dan

    telah melewati desain awal.

    Untuk memperoleh ketelitian data pengukuran suhu masuk dan keluar normal

    operasi pada hari ke-24 juga diambil data hasil rata-rata (manipulasi). Adapun,

    tren atas terhambatnya suhu yang dipertukarkan pada HE 11-E-107 A/B dapat

    dilihat dalam Gambar 4.15 dan 4.16 berikut.

    Gambar 4.15 Grafik T Desain vs T Aktual Asumsi Trip

    257

    221

    195

    167

    150

    170

    190

    210

    230

    250

    270

    0 20 40 60 80 100

    Temperature(oC)

    Day

    Thi Actual

    Thi Design

    Tho Actual

    Tho Design

    tco Actual

    tco Design

    tci Actual

    tci design

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    14/39

    55Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    Gambar 4.16 Grafik T Desain vs T Aktual Rata-Rata

    Dari grafik tersebut dapat diketahui sumber penyebab terjadinya

    penyimpangan suhu masuk dan keluar pada pada HE 11-E-107 A/B. Fluida panas

    (AR) berdasarkan karakteristik fisiknya sangat kental dan mengandung berbagai

    macam logam berat seperti vanadium (V), timbal (Pb) dan rantai karbon yang

    panjang (C), sehingga pengotor yang terbawa dan mengalir bersama AR telah

    menimbulkan foulingpada HE dengan sangat cepat. Kecepatan terjainya fouling

    dan kenaikan Rd juga dipengaruhi oleh bentuk aliran yang terjadi pada sisi tube

    maupun shell menjadi kecil dan telah menyebabkan Nre menjadi mengecil.

    Sedangkan kondisi temperatur di dalam HE yang tetap telah menyebabkan

    pembentukanfoulingmenjadi lebih cepat. Jika deposit yang menempel pada HE

    tidak dibersihkan, maka akan mengakibatkan performa HE menurun dan tidak

    dapat menukar panas dengan baik. Apabila hal ini terus dibiarkan, beban kerja

    penukar panas pada HE yang dilewati oleh fluida tidak dapat bekerja dengan

    maksimal dan menyebabkan beban kerja pemanasan pada furnace 11-F-101

    meningkat.

    257

    221

    167

    195

    150

    170

    190

    210

    230

    250

    270

    290

    0 20 40 60 80 100

    Temperature(oC)

    Day

    Th in Design

    Th out Design

    Tc in Design

    Tc out Design

    Th in Actual

    Th out Actual

    Tc out Actual

    Tc in Actual

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    15/39

    56Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    4.2.1.3EvaluasiBerdasarkanLog Mean Temperature Difference(LMTD)

    Hasil evaluasi performa HE berdasarkan LMTD terkoreksi kondisi desain

    dibandingkan dengan kondisi aktual ditunjukkan pada Gambar 4.17 dan 4.18

    berikut.

    Gambar 4.17 Grafik LMTD Desain vs LMTD Aktual Asumsi Trip

    Gambar 4.18 Grafik LMTD Desain vs LMTD Aktual Rata-Rata

    Hasil tren terhadap perbandingan LMTD desain dan aktual sangat

    berfluktuasi. Fluktuasi tersebut terjadi karena nilai LMTD dipengaruhi oleh

    temperatur masuk dan keluar fluida di dalam HE 11-E-107 A/B, sehingga

    45.0000

    50.0000

    55.0000

    60.0000

    65.0000

    70.0000

    75.0000

    80.0000

    85.0000

    0 20 40 60 80 100

    LMTD(oC)

    operating condition (day)

    LMTD design

    LMTD actual

    45.0000

    50.0000

    55.0000

    60.0000

    65.0000

    70.0000

    75.0000

    80.0000

    85.0000

    0 20 40 60 80 100

    LMTD(oC)

    operating condition (day)

    LMTD design

    LMTD actual

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    16/39

    57Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    berpengaruh terhadap perbedaan temperaturnya (T). Sedangkan temperatur

    masuk dan keluar HE juga dipengaruhi oleh laju alir umpan yang berpengaruh

    terhadap waktu tinggalnya. Dari tren tersebut terlihat nilai LMTD aktual berada

    diatas LMTD desain. LMTD digunakan untuk mengetahui heat transfer di dalam

    HE 11-E-107 A/B tersebut. Dengan LMTD yang tinggi diharapkan perpindahan

    panas di dalam HE dapat berlangsung dengan baik, akan tetapi pada kenyataannya

    LMTD yang berada di atas desain telah menyebabkan heat trasfer kurang

    maksimal.

    Untuk memperoleh data yang tepat, dilakukan langkah trendingpada LMTD

    dengan merata-rata nilai aktual yang terukur pada hari ke-24 dan diperoleh hasil

    rata-rata dari data tersebut sebesar 75.48338959oC dari nilai sebelumnya, yaitu

    sebesar 57.38873311oC. Tren data yang dilakukan tersebut dapat mengindikasikan

    telah terjadi penurunan performa pada HE karena nila dari LMTD tersebut berada

    di atas desain awal (56.5 oC) dan disain hasil perhitungan terbaru (54.8772 oC),

    meskipun pada bulan Agustus nilai yang terukur mulai menunjukkan penurunan.

    LMTD yang terukur dapat berpengaruh dalam menentukan nilai Q sehingga

    LMTD tersebut harus selalu di periksa. Setelah di lakukan pengecekan pada nilai

    Q, panas yang diterima oleh CO tetap kecil dan berada di bawah desain.

    Penurunan ini terjadi akibat adanya penurunan laju alir umpan dan dugaan telah

    terbentuknya deposit pada permukaan HE oleh fluida yang mengalir di dalamnya.

    4.2.1.4EvaluasiBerdasarkanHeat Duty(Q)

    Heat duty(Q) merupakan besarnya panas atau energi yang di transfer per waktu.

    Nilai Q ditujukan untuk dapat mengetahui besarnya beban yang ditanggungpemanas (AR) terhadap fluida yang akan dipanaskan (CO). Untuk dapat

    mengetahui besarnya nilai Q yang terukur berdasarkan hasil perhitungan di

    bandingkan dengan Q desain yang disajikan dalam Gambar 4.19 dan 4.20 berikut.

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    17/39

    58Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    Gambar 4.19 Grafik Q Desain vs Q Aktual Asumsi Trip

    Gambar 4.20 Grafik Q Desain vs Q Aktual Rata-Rata

    Berdasarkan data yang ditunjukkan pada grafik tersebut, antara Q desain

    (12,854,952.4039 Kkal/jam) dan aktual baik pada asumsi terjadinya tripmaupun

    hasil rata-rata menunjukkan nilai yang jauh berbeda. Kesalahan pengukuran yang

    terjadi pada hari ke-24 juga mempengaruhi nilai Q normal operasi, sehingga

    kesalahan pengukuran dalam mengevaluasi performa dari HE menjadi tinggi.

    Salah satu langkah yang di ambil untuk mengurangi kesalahan pengukuran dari

    data tersebut yaitu dengan merata-rata nilai pada hari ke-23 dan ke-25 sehingga

    diperoleh nilai rata-rata (manipulasi) sebesar 6,717,849.3242 Kkal/jam pada

    0.0000

    2,000,000.0000

    4,000,000.0000

    6,000,000.0000

    8,000,000.0000

    10,000,000.0000

    12,000,000.0000

    14,000,000.0000

    0 20 40 60 80 100

    Q(kcal/hr)

    operating condition (day)

    Q actual

    Q Design

    0.0000

    2,000,000.0000

    4,000,000.0000

    6,000,000.0000

    8,000,000.0000

    10,000,000.0000

    12,000,000.0000

    14,000,000.0000

    0 20 40 60 80 100

    Q

    (kcal/hr)

    operating condition (day)

    Q design

    Q actual

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    18/39

    59Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    bagian tube dan 7,422,636.7258 Kkal/jam pada bagian shell. Nilai Q yang telah

    terukur tersebut berada di bawah desain awal dan terus berfluktuasi. Hal ini terjadi

    karena laju alir di dalam shell pada 11-E-107 A/B lebih kecil dari laju alir yang

    seharusnya (desain) selain itu, dugaan terjadinya fouling dan ketidak telitian

    pengukuran nilai spesific heat (Cp) minyak mentah antara kondisi aktual dan

    desain tidak sama dengan rancangan awal pada 11-E-107 A/B, juga berpengaruh

    terhadap nilai Q menjadi kecil.

    Dengan melihat tren data tersebut, nilai Q yang terukur antara desain dan

    aktual yang berbeda, maka dapat mengindikasikan performa HE mengalami

    penurunan karena Q seharusnya (aktual) tidak sama atau mendekati data desain

    awal yang telah ditentukan. Sedangkan, nilai Q pada bulan Agustus hari ke-88

    kembali mengalami kondisi yang abnormal dengan nilai Q yang dicapai yaitu

    sebesar 3,780,154.1790 Kkal/jam dan setelah di rata-rata menjadi 5,125,681.7583

    Kkal/jam. Kondisi tersebut diperkirakan terjadi karena nilai Cp menjadi drop

    sehingga mempengaruhi harga Q masuk dan keluar HE 11-E-107 A/B.

    4.2.1.5Evaluasi Berdasarkan Overall Heat Transfer Coefficient(U)

    Adalah koefisien perpindahan panas menyeluruh sebagai gabungan proses

    konduksi dan konveksi pada HE. Nilai U menyatakan mudah atau tidaknya panas

    yang berpindah dari fluida panas ke fluida dingin. Harga U yang di tetapkan pada

    saat melakukan desain peralatan oleh vendor sudah diberikan toleransi jika pada

    saat pengoperasian terjadi hal-hal yang tidak di duga, sehingga pada saat

    perhitungan dihitung nilai Uclean (Uc) danU dirt (Ud). Uc merupakan nilai U

    yang terukur pada peralatan saat masih bersih dan tidak terdapat pengotor didalamnya. Sedangkan Ud merupakan toleransi yang diberikan dan di anggap

    peralatan telah mengalami pengotoran atau fouling sehingga nilai Ud dalam

    desain merupakan suatu acuan dalam menentukan waktu pembersihan pada HE. U

    desain pada HE 11-E-107 A/B yang ditetapkan yaitu sebesar 424.2910

    Kkal/hr.m2.oC.

    Evaluasi performa dengan melihat harga U desain terhadap U aktual pada 11-

    E-107 A/B menunjukkan nilai yang berfluktuatif. Nilai U yang terukur dalam

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    19/39

    60Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    perhitungan merupakan nilai Ud. Pengukuran nilai U aktual yang dilakukan pada

    hari ke-24 nilainya turun secara drastis dan sangat jauh dari desain. Kondisi

    abnormal ini dapat mempengaruhi ketidaktelitian dalam pengukuran sehingga

    untuk menebak nilainya dilakukan manipulasi pada data normal operasi dengan

    merata-rata nilai aktual yang terukur pada hari ke-23 dan ke-25. Harga U yang

    terukur pada hari ke-24 sebesar 89.6549 Kkal/hr.m2.oC dan U setelah di rata-rata

    sebesar 179.6194 Kkal/hr.m2.oC.

    Pada akhir bulan Agustus (hari ke-88), kembali terjadi penyimpangan nilai U

    aktual yang berada di bawah data desain awal. Nilai U yang terukur yaitu sebesar

    89.0864 Kkal/hr.m2.oC dan setelah di rata-rata antara hari ke-87 dan ke-89

    nilainya menjadi 124.9512 Kkal/hr.m2.oC. Penyimpangan tersebut dapat terjadi

    karena dipengaruhi oleh nilai Q yang mengalir di dalam HE berkurang atau kecil.

    Selain itu, nilai Q menjadi mengecil diperkirakan karena nilai Cp yang terukur

    mengalami dropatau tidak sesuai dengan normal operasi sehingga nilai U yang

    terukur juga berada di bawah desain. Secara keseluruhan, nilai U yang

    berfluktuasi berada di bawah desain awal peralatan. Adapun, tren untuk

    mengetahui nilai U disajikan dalam Gambar 4.21 dan 4.22 berikut.

    Gambar 4.21 Grafik U Desain vs U Aktual Asumsi Trip

    0.0000

    50.0000

    100.0000

    150.0000

    200.0000

    250.0000

    300.0000

    350.0000

    400.0000

    450.0000

    0 20 40 60 80 100

    Ud(hr.m2.o

    C/kcal)

    operating condition (day)

    U actual

    U design

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    20/39

    61Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    Gambar 4.22 Grafik U Desain vs U Aktual Rata-Rata

    4.2.1.6 Evaluasi Berdasarkan Fouling Factor (Rd) dan Penentuan Masa

    Servis Optimum Penukar Panas 11-E-107 A/B

    Fouling merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan pada HE karena

    dapat menghambat proses pertukaran panas yang terjadi di dalamnya. Evaluasi

    yang dilakukan dengan melihat parameter fouling factor (Rd) merupakan salah

    satu langkah untuk dapat mengetahui waktu pembersihan pada peralatan HE. Di

    RU VI Balongan, parameter ini dipakai untuk menjaga agar performa HE tetap

    dalam kondisi baik sehingga jadwal pembersihan peralatan yang optimum dapat

    ditentukan dengan melihat Rd-nya.

    Berdasarkan hasil perhitungan, nilai Rd desain yang ditetapkan lebih kurang

    sebesar 0.002636923 hr.m2.oC/Kkal dan Rd aktual yang terukur diambil dari data

    normal operasi di lapangan pada 01/06/2013 atau hari pertama, nilai yang terukur

    sebesar 0.007067451 hr.m2.oC/Kkal. Dari hasil pengukuran yang dilakukan, nilai

    tersebut sudah melewati nilai yang telah di tetapkan, sehingga HE seharusnya

    sudah dibersihkan sebelum tanggal 01/06/2013.

    Pada proses pengambilan dan pengolahan data yang dilakukan dalam

    penelitian diperoleh temuan data yang abnormal atau data tersebut berbeda pada

    kondisi normal operasi yang di tetapkan di lapangan. Data tersebut

    mengakibatkan nilai pada perhitungan menjadi tidak tepat, sehingga untuk dapat

    0.0000

    50.0000

    100.0000

    150.0000

    200.0000

    250.0000

    300.0000

    350.0000

    400.0000

    450.0000

    0 20 40 60 80 100

    Ud(hr.m2.o

    C/kcal)

    operational condition (day)

    U actual

    U design

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    21/39

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    22/39

    63Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    Jika penentuan waktu pembersihan peralatan HE mengacu pada Gambar 4.23

    maka penentuan waktu pembersihan optimum yang muncul menjadi kurang tepat.

    Faktor kesalahan dalam penentuan waktu tersebut lebih tinggi karena nilai linier

    yang diperoleh dari persamaan kurang tepat karena terdapat dua data yang kurang

    valid yaitu pada hari ke-24 dan ke-88. Untuk dapat menentukan waktu

    pembersihan yang optimum maka dilakukan manipulasi terhadap data yang di

    anggap salah (tidak valid) karena dugaan adanya trip tersebut. Manipulasi yang

    dilakukan yaitu dengan merata-rata nilai diantara dua data sebelum dan sesudah

    terjadinya dugaan trip. Dari hasil manipulasi yang telah dilakukan, maka dapat

    ditentukan waktu pembersihan optimum pada HE dengan menggunakan

    persamaan yang muncul pada hasil regresi linier pada data tren. Adapun

    persamaan hasil proyeksi yang digunakan dalam menentukan waktu pembersihan

    optimum yaitu persamaan yang muncul pada Gambar 4.24.

    Berdasarkan persamaan yang muncul, perkiraan waktu pembersihan optimum

    untuk masing-masing kondisi dapat dilihat dalam Tabel 4.1 berikut.

    Tabel 4.1 Prediksi Waktu Pembersihan Optimum Peralatan 11-E-107 A/B

    Grafik

    Waktu

    Proyeksi

    (Hari)

    Prediksi Waktu

    Pembersihan

    (Hari)

    Keterangan Waktu

    Pembersihan

    Kondisi

    Trip

    -365

    (September

    2012)

    -128.7

    (Januari/24/2013)

    Sebelum bulan Juni 2013

    (kurang tepat karena terdapat dua

    data yang tidak valid)

    Kondisi

    Rata-rata

    -365

    (September

    2012

    -125.4

    (Januari/27/2013)

    Sebelum bulan Juni 2013

    Hasil tren data dari grafik tersebut dapat menjelaskan bahwa performa HE

    telah mengalami penurunan karena nilai Rd antara desain dan aktual tidak sama .

    Perbedaan nilai Rd berdasarkan kondisi normal operasi menunjukkan jadwal

    pembersihan optimum pada HE lebih baik dilakukan setiap 125 hari sekali.

    Adapun jadwal pembersihan rutin yang ditetapkan oleh perusahaan, yaitu setiap

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    23/39

    64Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    satu tahun sekali semua peralatan proses dan pendukung harus mengalami

    perbaikan dan perawatan. Namun, dari hasil evaluasi yang dilakukan jadwal yang

    ditetapkan tersebut kurang tepat untuk peralatan penukar panas 11-E-107 A/B.

    Jika hal ini terus di biarkan, maka potensi terjadinya kerusakan pada peralatan

    akan lebih tinggi dan temperatur umpan masuk yang diharapkan dicapai pada

    penukar panas 11-E-108 tidak bisa tercapai dan menjadi drop(turun).

    Jika peralatan telah dibersihkan dan pada saat pengoperasian selanjutnya

    terjadi kesalahan hasil pengukuran, maka dapat diperkirakan bahwa proses

    pembersihan yang telah dilakukan pada peralatan tidak sempurna dan masih

    terdapat pengotor seperti deposit yang terbawa dan mengendap dalam peralatan

    tetap ada.

    4.2.2 Evaluasi Kinerja 11-E-110 & 111 A/B

    Penukar panas 11-E-110 dan 11-E-111 merupakan dua penukar panas pada Hot

    Preheat Trainyang disusun seri dengan fluida panas mengalir pada sisi tubedan

    fluida dingin mengalir pada sisi shell. Fluida panas yang mengalir pada sisi tube

    adalah atmospheric residue (AR) yang merupakan aliran produk bawah dari

    kolom fraksionasi (11-C-101), sedangkan fluida dingin yang mengalir pada sisi

    tube adalah minyak mentah (CO) yang masuk melalui 11-E-110 A/B terlebih

    dahulu lalu selanjutnya masuk ke 11-E-111 A/B. AR masuk ke 11-E-111 dan

    keluar melalui 11-E-110. Transmiter suhuhanya terpasang pada aliran CO masuk

    11-E-110, aliran CO keluar 11-E-111, aliran AR masuk 11-E-111, dan aliran AR

    keluar 11-E-110. Hal tersebut membuat kedua penukar panas hanya bisa diamati

    sebagai satu penukar panas dengan tipe 2shell passesdan 12 tube passes.

    Penempatan fluida panas, AR, pada sisi tubedan fluida dingin, CO, pada sisi

    shelldapat berdasarkan pada pertimbangan kemudahan perawatan penukar panas.

    AR yang merupakan produk bawah dari kolom fraksionasi mengandung berbagai

    macam hidrokarbon berat, metal, karbon, dan zat lain. AR juga memiliki suhu

    sangat tinggi yaitu 354 C. Hal tersebut membuat AR sangat berpotensi

    menyebabkan fouling. Fouling akibat lapisan deposit lunak pada tube dapat

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    24/39

    65Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    diatasi dengan chemical cleaning dengan membuka channel cover tanpa harus

    membukashellatau menarik keluar tube bundle.

    Hasil pengolahan data untuk penukar panas 11-E-110 & 111 A/B berdasarkan

    W, T, Rd, Q, LMTD, dan U disajikan dalam Gambar.4.25 sampai Gambar.4.30

    berikut.

    Gambar 4.25 Tren Laju Alir (W) 11-E-110 & 111 A/B

    Gambar 4.26 Tren Temperatur (T) 11-E-110 & 111 A/B

    200.00

    300.00

    400.00

    500.00

    600.00

    700.00

    800.00

    0 20 40 60 80 100

    W,

    ton/h

    Day

    W Shell (design)

    W Shell (actual)

    W Tube (design)

    W Tube (actual)

    170

    190

    210

    230

    250

    270

    290

    310

    330

    350

    370

    0 20 40 60 80 100

    T,

    C

    Day

    T in Shell (Design)

    T out Shell (Design)

    T in Tube (Design)

    T out Tube (Design)

    T in Shell (Actual)

    T out Shell (Actual)

    T in Tube (Actual)

    T out Tube (Actual)

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    25/39

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    26/39

    67Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    Gambar 4.30 TrenFouling Factor(Rd) 11-E-110 & 111 A/B

    Hari ke-1 merupakan tanggal 1 Juni 2013, sedangkan hari ke-92 adalah

    tanggal 31 Agustus 2013. Pada hari ke-24, nilai kondisi operasi yaitu, suhu dan

    laju alir, mengalami penurunan yang signifikan. Penurunan ini jauh diluar kondisi

    operasi normal. Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya gangguan pada pompa

    di lapangan pada hari ke-24 yang mengakibatkan penurunan signifikan laju alir

    kedua fluida. Pompa 11-P-109 A/B merupakan pompa yang menggerakkan AR,

    sedangkan 11-P-102 A/B merupakan pompa yang menggerakkan CO setelah

    keluar dari desalter. Penurunan laju alir tersebut menyebabkan laju panas yang

    ditransfer menurun sehingga juga mempengaruhi tren suhu.

    Penurunan nilai kondisi operasi pada hari ke-24 merupakan fenomena diluar

    operasi normal, sehingga tidak dapat dimasukkan dalam pertimbangan evaluasi

    kinerja penukar panas yang beroperasi normal. Oleh karena itu, nilai kondisi

    operasi, laju alir dan suhu, pada hari ke-24 menggunakan nilai rata-rata antara hari

    ke-23 dan ke-25. Hal yang sama juga dilakukan pada laju alir AR hari ke-52 yaitu

    tanggal 22 Juli 2013 karena data laju alir AR pada hari tersebut hilang akibat

    masalah teknis.

    0.00000

    0.00100

    0.00200

    0.00300

    0.00400

    0.005000.00600

    0.00700

    0 20 40 60 80 100

    Rd,

    hr.m2.o

    C/kcal

    Day

    Rd (design)

    Rd (actual)

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    27/39

    68Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    4.2.2.1EvaluasiBerdasarkanLaju Alir(W)

    Tren laju alir setelah rata-rata nilai kondisi operasi hari ke-24 disajikan dalam

    Gambar.4.31 berikut.

    Gambar 4.31 Tren W Setelah Rata-rata untuk 11-E-110 & 111 A/B

    Laju alir pada sisi shell dan tube cukup berfluktuasi. Fluktuasi laju alir AR

    pada tube cukup sulit untuk diminimalkan karena aliran AR merupakan aliran

    keluar kolom fraksionasi. Fluktuasi ini disebabkan oleh aliran AR yang masuk 11-

    E-110 & 111 A/B mengikuti laju aliran AR keluar kolom fraksionasi. Laju aliran

    AR keluar (laju produk bawah) kolom fraksionasi ini diatur berdasarkan proses

    yang beroperasi di kolom fraksionasi. Fluktuasi laju alir AR ini juga berada cukup

    jauh di bawah desain jika dibandingkan dengan laju alir CO aktual terhadap laju

    alir CO desain. Selisih rata-rata laju alir AR dengan desain adalah sebesar 72.44

    ton/hr. Laju alir CO aktual berfluktuasi sedikit dibawah desain dengan selisih rata-

    rata sebesar 21.01 ton/hr.

    4.2.2.2EvaluasiBerdasarkanSuhu(T)

    Tren suhu setelah rata-rata nilai kondisi operasi hari ke-24 disajikan dalam

    Gambar.4.32 berikut.

    200.00

    300.00

    400.00

    500.00

    600.00

    700.00

    800.00

    0 20 40 60 80 100

    W,

    ton/h

    Day

    W Shell (design)

    W Shell (actual)

    W Tube (design)

    W Tube (actual)

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    28/39

    69Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    Gambar 4.32 Tren T Setelah Rata-rata untuk 11-E-110 & 111 A/B

    Suhu, sama halnya dengan laju alir, perlu dijaga agar tidak menyimpang jauh

    dari kondisi desain. Kondisi operasi yang menyimpang jauh lebih rendah dari

    kondisi desain menyebabkan target suhu keluar penukar panas menjadi tidak

    tercapai. Suhu rata-rata AR masuk sebesar 342.74 C yang berada 11.26 C lebih

    rendah dari suhu desain AR masuk, sedangkan suhu rata-rata CO masuk sebesar

    201.88 C yang berada 4.12 C lebih rendah dari suhu desain CO masuk.

    Pada aliran keluar 11-E-110 & 111 A/B, suhu keluaran rata-rata AR sebesar

    260.06 C, sedangkan suhu keluaran rata-rata CO sebesar 255.21 C. Suhu rata-

    rata keluaran AR berada 3.06 C di atas desain, sedangkan suhu rata-rata keluaran

    CO berada 24.79 C di bawah desain. Kenaikan suhu CO seharusnya sebesar 74

    C dan 97 C untuk penurunan suhu AR jika mengacu pada desain. Pada kondisi

    aktual, rata-rata kenaikan suhu CO sebesar 53.33 C, sedangkan rata-ratapenurunan suhu AR sebesar 82.68 C.

    4.2.2.3EvaluasiBerdasarkanLog Mean Temperature Difference(LMTD)

    Suatu fluida dingin yang akan dipanaskan dengan fluida lain (fluida panas)

    dengan penukar panas (heat exchanger) membutuhkan laju panas, yang cukup

    untuk menaikan suhu fluida dingin ke target suhu yang diinginkan. Berdasarkan

    rumus umum laju aliran,

    170

    190

    210

    230

    250

    270

    290

    310

    330

    350

    370

    0 20 40 60 80 100

    T,

    C

    Day

    T in Shell (Design)

    T out Shell (Design)

    T in Tube (Design)

    T out Tube (Design)

    T in Shell (Actual)

    T out Shell (Actual)

    T in Tube (Actual)

    T out Tube (Actual)

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    29/39

    70Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    laju aliran panas, Q, dipengaruhi oleh potensial dan resistansi dalam sistem

    transfer panas. Perbedaan suhu antara fluida dingin dan fluida panas merupakan

    potensial yang menjadi driving force untuk aliran panas, sedangkan hambatan

    konduksi dan konveksi merupakan resistansi yang menghambat laju aliran panas

    pada penukar panas. Total resistansi tersebut akan mempengaruhi overall heat

    transfer coefficient, U. Setelah penukar panas digunakan dalam periode waktu

    tertentu, lapisan yang menyebabkan fouling akan terakumulasi pada permukaan

    tube sehingga menambah resistansi konduksi.

    Tren LMTD terkoreksi setelah rata-rata nilai kondisi operasi hari ke-24

    disajikan dalam Gambar.4.33 berikut.

    Gambar 4.33 Tren LMTDcorr.Setelah Rata-rata untuk 11-E-110 & 111 A/B

    LMTD terkoreksi berada di atas desain dengan rata-rata LMTD terkoreksi

    aktual sebesar 69.02 C, sedangkan LMTD terkoreksi desain sebesar 56.59 C.

    Secara umum, pergeseran LMTD penukar panas 11-E-110 & 111 A/B dapat

    dilihat pada Gambar 4.34 berikut.

    50.00

    55.00

    60.00

    65.00

    70.00

    75.00

    80.00

    0 20 40 60 80 100

    LMTDcorr.,

    C

    Day

    LMTD (design)

    LMTD (actual)

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    30/39

    71Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    Gambar 4.34 Perubahan LMTD pada 11-E-110 & 111 A/B

    Perubahan suhu masuk dan keluar pada kondisi aktual seperti yang telah

    dijelaskan sebelumnya pada evaluasi berdasarkan suhu, menyebabkan terjadinya

    pergeseran nilai LMTD seperti pada Gambar.xx. Nilai rata-rata T2 aktual

    meningkat sebesar 13.53 C, sedangkan nilai rata-rata T1 aktual meningkat

    sebesar 7.18 C. Peningkatan nilai T2 dan T1 mengakibatkan meningkatnya

    nilai LMTD dan LMTD terkoreksi.

    4.2.2.4EvaluasiBerdasarkanHeat Duty(Q)

    Sebelum melakukan perhitungan terhadap laju panas yang dilepas AR dan

    diterima CO pada kondisi aktual, perhitungan terhadap heat duty untuk kondisi

    desain dilakukan terlebih dahulu. Pada kondisi desain, laju panas yang dilepaskan

    AR dan diterima CO seharusnya sama karena heat dutydirancang dengan asumsi

    tidak ada heat loss. Namun, hal ini sulit dicapai dalam perhitungan ini karena

    ketelitian dari nilai specific heat (Cp) sangat berpengaruh besar terhadap nilai Q

    dengan dengan T dan laju alir yang sama dengan kondisi desain pada heat

    exchanger thermal data sheet. Untuk mendapatkan nilai Cp yang tepat,

    dibutuhkan persamaan Cp dengan fungsi suhu dengan hasil yang memiliki

    penyimpangan sangat kecil dari nilai aktualnya.

    Pada perhitungan desain dengan laju alir dan suhu sesuai desain pada heat

    exchanger thermal data sheet, laju panas yang dilepaskan AR sebesar

    35,610,090.01 kcal/hr, sedangkan laju panas yang diterima CO sebesar

    36,187,243.78 kcal/hr. Terdapat selisih sebesar 577,153.68 kcal/hr dengan laju

    panas diterima CO lebih besar dari laju panas yang dilepas AR. Secara teoritis, hal

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    31/39

    72Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    ini tidak mungkin terjadi karena AR, satu-satunya sumber panas di 11-E-110 &

    111 A/B, harus memberikan panas sama dengan atau lebih dari jumlah panas yang

    diterima CO. Perbedaan nilai laju panas dengan laju panas diterima CO lebih

    besar dari laju panas dilepas AR pada kondisi desain ini dapat dapat disebabkan

    oleh persamaan Cp kedua fluida yang digunakan dalam perhitungan memilliki

    nilai R2 sebesar 0.875 untuk Cp CO dan 0.774 untuk Cp AR. Namun, jika

    digunakan nilai laju panas diterima CO sebagai heat duty desain, penyimpangan

    laju panas dilepas AR hanya sebesar 1.595 % sehingga penyimpangan dapat

    diabaikan atau laju panas CO dan AR dianggap sama. Jadi, nilai laju panas

    diterima CO sebesar 36,187,243.78 kcal/hr dapat dijadikan sebagai heat duty

    desain.

    Tren Q setelah rata-rata nilai kondisi operasi hari ke-24 disajikan dalam

    Gambar.4.35 berikut.

    Gambar 4.35 Tren Q Setelah Rata-rata untuk 11-E-110 & 111 A/B

    Dapat dilihat pada Gambar.4.38 diatas, garis tren Q untuk CO dan AR berada

    cukup jauh dibawah Q desain dengan nilai selisih Q rata-rata untuk CO dan AR

    dengan desain sebesar 11,504,614.32 kcal/hr dan 10,039,104.20 kcal/hr masing-

    masing.

    10.00

    15.00

    20.00

    25.00

    30.00

    35.00

    40.00

    0 20 40 60 80 100

    Q,

    kcal/hr

    Millions

    Day

    Q CO (actual)

    Q (design)

    Q AR (actual)

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    32/39

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    33/39

    74Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    aktual yaitu nilai U pada saat penukar panas dinyatakan bersih dengan operasi

    pada kondisi aktual, dapat berfluktuasi karena adanya fluktuasi pada kondisi

    operasi.

    Pada perhitungan Ud evaluasi, nilai Ud desain merupakan nilai Ud pada

    kondisi operasi desain, yaitu dengan Q desain dan LMTDcorr.desain, dan A desain

    penukar panas. Nilai Ud aktual ditentukan berdasarkan nilai A desain penukar

    panas, Q aktual, dan LMTDcorr.aktual. Nilai Ud aktual yang sama dengan nilai Ud

    desain menunjukkan bahwa penukar panas telah mencapai batas resistansi fouling

    yang diperbolehkan, sedangkan nilai Ud aktual yang sama dengan nilai Uc aktual

    menunjukkan penukar panas yang beroperasi dengan kondisi bersih.

    Tren Ud dan Uc setelah rata-rata nilai kondisi operasi hari ke-24 disajikan

    dalam Gambar 4.36 dan Gambar 4.37 berikut.

    Gambar 4.36 Tren Ud Setelah Rata-rata untuk 11-E-110 & 111 A/B

    Gambar 4.37 Tren Uc Setelah Rata-rata untuk 11-E-110 & 111 A/B

    100.00

    150.00

    200.00

    250.00

    300.00

    350.00

    0 20 40 60 80 100

    Ud,

    kca

    l/hr.m2.o

    C

    Day

    U (design)

    Ud

    1500.00

    1550.00

    1600.00

    1650.00

    1700.00

    1750.00

    1800.00

    1850.00

    1900.00

    0 20 40 60 80 100

    Uc,kcal/hr.m2.o

    C

    Day

    Uc (actual)

    Uc (design)

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    34/39

    75Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    Pada Gambar 4.36, dapat dilihat bahwa nilai Ud aktual telah menurun hingga

    berada di bawah Ud desain atau U desain penukar panas. Hal ini, menunjukkan

    bahwa penukar panas telah melewati batas jumlah resistansi fouling yang

    diperbolehkan. Resistansi fouling aktual melebihi nilai resistansi fouling yang

    dapat ditoleransi penukar panas 11-E-110 & 111 A/B.

    4.2.2.6 Evaluasi Berdasarkan Fouling Factor (Rd) dan Penentuan Masa

    Servis Optimum Penukar Panas 11-E-110 & 111 A/B

    Overall heat transfer coefficient (U) dan Rd merupakan parameter kinerja yang

    berkaitan langsung. Rd aktual merupakan selisih antara resistansi total aktual

    setelah terjadi foulingdan resistansi konveksi aktual. Hubungan antara resistansi

    foulingataufouling factor(Rd) dengan U, ditunjukkan oleh persamaan berikut.

    Pada Gambar 4.37 dapat dilihat fluktuasi dari nilai Uc aktual. Nilai 1/Uc

    (resistansi konveksi) aktual pun akan mengalami fluktuasi yang sama dengan nilai

    Uc aktual, tetapi pengaruh fluktuasi 1/Uc aktual terhadap Rd aktual menjadi

    sangat kecil jika dibandingkan dengan nilai 1/Ud aktual seperti ditunjukkan pada

    Gambar 4.38 berikut.

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    35/39

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    36/39

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    37/39

    78Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Bandung

    Gambar 4.40 Pembagian Kondisi untuk 11-E-110 & 111 A/B

    Pembagian ini berdasarkan pada adanya drop. Regresi linear masing-masing

    kondisi ditunjukkan oleh Gambar 4.41 sampai 4.43.

    Gambar 4.41 Tren Kondisi 1 untuk 11-E-110 & 111 A/B

    y = 7E-05x + 0.0056

    R = 0.9511

    0.00100

    0.00200

    0.00300

    0.00400

    0.00500

    0.00600

    0.00700

    0 2 4 6 8 10

    Rd,

    hr.m2.o

    C/kcal

    Day

    Rd design

    Rd Actual (Zone 1)

    Linear (Rd Actual (Zone

    1))

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    38/39

  • 7/22/2019 BAB IV Draft Revise1

    39/39

    80Laporan Penelitian Industri

    PT PERTAMINA (Persero)Refinery UnitVI Balongan - Indramayu

    Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

    servis optimum berdasarkan masing-masing kondisi disajikan dalam Tabel 4.2

    berikut.

    Tabel 4.2 Masa Servis Optimum 11-E-110 & 111 A/B

    Kondisi Masa Servis Optimum (Hari)

    Kondisi 1 36

    Kondisi 2 362

    Kondisi 3 253

    Dari hasil proyeksi diperoleh 3 kemungkinan masa servis optimum 11-E-110

    & 111 A/B. Masa servis optimum berdasarkan kondisi 1, merupakan masa servis

    optimum yang paling tidak akurat karena hanya menggunakan 9 data Rd. Kondisi

    yang paling mendekati kondisi normal operasi adalah kondisi 2 dengan masa

    servis optimum 362 hari.