bab iv_2013_0092 (1)

Upload: kiky-keroshinta

Post on 08-Feb-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 BAB IV_2013_0092 (1)

    1/21

    BAB IV

    ANALISIS KASUS

    4.1. Latar Belakang Kasus

    Pada tahun 2009 PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (Bank Danamon)

    menuntaskan akuisisi terhadap PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (Adira

    Finance) menjadi 95% dengan penambahan 20% dengan nilai sekitar 1,4 triliun dan

    harga saham Rp8000 per lembar. (sumber:www.adira.co.id)

    Seperti yang sudah dijelaskan didalam bab sebelumnya, bahwa adanya

    akuisisi yang dilakukan oleh Bank Danamon terhadap Adira Finance memberikan

    dampak ekonomi dalam kinerja keuangan kedua perusahaan.

    Terdapat beberapa metode dalam mengukur kinerja keuangan, tetapi dalam

    thesis ini metode yang digunakan oleh penulis adalah dengan menghitung return on

    assets(ROA), return on equity(ROE), dan economic value added(EVA) dari Adira

    Finance sebagai perusahaan yang diakuisisi.

    4.1.1. Tren Industri

    Jika kita melihat prestasi kedua perusahaan dimana Adira Finance menjadi

    salah satu perusahaan pembiayaan terbesar di Indonesia dan memiliki posisi yang

    kuat di Industri. Penjualan motor dan mobil nasional mengalami perkembangan pesat

    di tahun 2010. Penjualan motor nasional sudah mencapai angka 7,3 juta unit

    sedangkan penjualan mobil mencapai 764 ribu unit selama tahun 2010. Jumlah

    33

    http://www.adira.co.id/http://www.adira.co.id/http://www.adira.co.id/http://www.adira.co.id/
  • 7/22/2019 BAB IV_2013_0092 (1)

    2/21

    34

    penjualan motor baru yang dibiayai Adira Finance mencapai 15,7% dari total

    penjualan motor nasional atau sebanyak 1,16 juta unit dan membiayai 5,2% dari total

    penjualan mobil nasional.

    Industri yang terus tumbuh dengan didukung pendanaan yang kuat dari

    pemegang saham memberi gambaran stabilitas kinerja keuangan Adira Finance di

    masa-masa mendatang sehingga terjadi peningkatan dari pemegang saham.

    Bank Danamon sebagai pemegang saham utama mendukung pendanaan Adira

    Finance dalam bentuk joint financing. Sumber pendanaan dari joint financing

    mencapai 78%, sedangkan sisanya menggunakan pinjaman bank 0,2%, dan obligasi

    8,3%. Hingga saat ini, Adira Finance telah menerbitkan 4 kali obligasi dengan rekam

    jejak yang baik dalam hal pembayaran bunga maupun pelunasan hutang pokok.

    Selain itu, rating kredit Adira Finance yang meningkat dari idAA menjadi idAA+ di

    Februari 2011 menjadi gambaran profil Adira Finance yang semakin membaik.

    Kemampuan Adira Finance dalam menjaga likuiditasnya tercermin dari profil

    usia aset dan kewajiban dimana jumlah piutang lebih besar dibandingkan kewajiban

    yang harus dipenuhi. Per Desember 2010, total piutang pembiayaan konsumen adalah

    sebesar Rp 6,544miliar dengan total pendanaan (obligasi dan pinjaman bank) sebesar

    Rp 2,585miliar. (sumber :www.adira.co.id)

    Atas pencapaian yang baik dimana telah disebutkan diatas, yaitu peningkatan

    performa dari Bank Danamon dan Adira Finance dapat menyebabkan timbulnya tren

    bagi Perusahaan lainnya untuk melakukan strategi yang sama. Hal ini tentunya sangat

    http://www.adira.co.id/http://www.adira.co.id/http://www.adira.co.id/http://www.adira.co.id/
  • 7/22/2019 BAB IV_2013_0092 (1)

    3/21

    35

    memungkinkan mengingat banyaknya perusahaan pembiayaan yang berada dalam

    industri ini.

    Sejauh ini memang tidak hanya Bank Danamon yang menerapkan strategi

    akuisisi terhadap perusahaan pembiayaan, ada juga Bank Internasional Indonesia

    (BII) yang juga menerapkan strategi serupa dengan melakukan akuisisi sebesar 43%

    saham dari PT Wahana Otto Multiartha (WOM) pada tahun 2005 dengan besaran

    sekitar 400 milyar rupiah. (sumber :www.tempointeraktif.co.id).

    Beberapa media juga memberitakan adanya rencana dari Bank Mandiri,

    CIMB Niaga, BPD, bahkan perusahaan non bank seperti Asuransi Jasindo dan

    Batavia Airlines yang memiliki rencana untuk melakukan akuisisi terhadap

    perusahaan-perusahaan pembiayaan. (sumber : http://finance.detik.com &

    http://bisnis.vivanews.com ). Saat ini Bank Mandiri sudah merealisasikan rencana

    tersebut dengan melakukan akuisisi 51% saham dari PT Tunas Financindo Sarana

    (Tunas Finance) sebesar 290 milyar rupiah diakhir periode 2008. (sumber :

    www.bankmandiri.co.id ).

    4.1.2. Permasalahan

    Tentunya bukanlah hal yang mudah dalam melakukan akuisisi, bagi Pihak

    Pertama (pihak yang melakukan akuisisi) tentunya bertujuan memperbanyak jalur

    investasi, sedangkan bagi pihak kedua (pihak yang diakusisisi) bertujuan untuk

    menambah pendanaan dalam menjalankan strategi perusahaan.

    http://www.tempointeraktif.co.id/http://www.tempointeraktif.co.id/http://www.tempointeraktif.co.id/http://finance.detik.com/http://finance.detik.com/http://bisnis.vivanews.com/http://bisnis.vivanews.com/http://www.bankmandiri.co.id/http://www.bankmandiri.co.id/http://www.bankmandiri.co.id/http://bisnis.vivanews.com/http://finance.detik.com/http://www.tempointeraktif.co.id/
  • 7/22/2019 BAB IV_2013_0092 (1)

    4/21

    36

    Investasi dengan cara akuisisi membutuhkan dana atau modal yang besar bagi

    pihak pertama sehingga penulis membuat studi kasus ini untuk membahas mengenai

    dampak dari akuisisi, khususnya bagi kinerja keuangan perusahaan yang diakuisisi

    apakah akan menjadi lebih baik setelah terjadinya akuisisi.

    Studi kasus dalam thesis ini membahas secara lebih mendalam mengenai

    pihak kedua yaitu Adira Finance sebagai pihak yang diakusisi oleh pihak pertama.

    Adapun metode yang digunakan penulis dalam melakukan analisas laporan keuangan

    perusahaan adalah dengan perhitungan return on assets (ROA), return on equity

    (ROE), dan economic value added(EVA).

    4.2. Analisis Kinerja Keuangan Adira Finance

    Sebagai dampak dari subprime mortgage, harga saham pasar di Indonesia

    mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di

    Bursa Efek Indonesia mengalami penurunan sebagai dampak dari subprime

    mortgage, sehingga return saham di tahun 2008 bernilai negatif.

    Oleh karena itu, agar analisis dan penelitian ini dapat valid, penulis

    menghilangkan tahun 2008 dari tahun analisis. Karena nilai returnpasar yang negatif

    dapat menyebabkan menurunnya biaya modal ekuitas Perusahaan sehingga penelitian

    menjadi tidak valid.

    Sebelum dilakukan analisis lebih mendalam tentang kinerja keuangan Adira

    Finance, akan dianalisis terlebih dahulu kondisi keuangan Adira berdasarkan pada

  • 7/22/2019 BAB IV_2013_0092 (1)

    5/21

    37

    data yang nampak dari laporan keuangan Perusahaan selama periode 2003 hingga

    2010 (data dapat dilihat pada bagian lampiran).

    Total aktiva Adira telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari

    tahun ke tahun, terutama pada tahun 2006 dan tahun 2010, dimana telah terjadi

    peningkatan aktiva hingga mencapai 80% dibandingkan tahun sebelumnya. Ekspansi

    yang dilakukan oleh Adira ini merupakan bentuk nyata dari meningkatnya modal

    usaha Adira sebagai akibat dari akuisisi oleh Danamon.

    Bersamaan dengan peningkatan total aktiva yang dimiliki oleh Adira, laba

    bersih Perusahaan juga mengalami peningkatan di tiap tahunnya, terutama di tahun

    2009, Adira berhasil meningkatkan labanya hingga 116% dibandingkan tahun 2007

    di mana laba bersih perusahaan mencapai angka di atas Rp 1 triliun, yaitu sebesar Rp

    1,2 triliun, laba bersih pada tahun 2009 ini merupakan laba bersih tertinggi yang

    pernah dicapai oleh perusahaan pembiayaan di Indonesia.

    4.2.1. Perhitungan Retur n On Assets (ROA)dan Return On Equity(ROE)

    Jika kita melihat dari tabel 4.1. secara umum nampak bahwa kinerja keuangan

    Adira Finance mengalami fluktuasi sejak tahun 2003 hingga tahun 2010. Hal ini

    dapat dilihat dari nilai Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) selama

    periode tersebut. Pada tahun 2003 hingga 2005, ROA dan ROE Perusahaan

    meningkat cukup signifikan yang disebabkan oleh kenaikan perolehan laba bersih

    perusahaan.

  • 7/22/2019 BAB IV_2013_0092 (1)

    6/21

    38

    L ap K euang an 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2009 2010

    Total Aktiva (a) 543,363 1,574,539 1,598,017 1,633,211 2,906,905 3,301,818 4,329,549 7,599,615

    1,058,951 1,586,278 1,615,614 2,270,058 3,104,362 3,815,684 5,964,582

    T ota l E k uita s ( c) 185,833 343 ,48 2 51 9,5 84 697,952 906 ,65 1 1,2 24,613 2,652 ,40 3 3 ,79 4,7 59

    264 ,65 8 43 1,5 33 608,768 802 ,30 2 1,0 65,632 1,938 ,50 8 3 ,22 3,5 81

    Laba B ers ih (e) 155,356 301,318 476,368 463,939 559,710 1,212,400 1,467,906

    R O A (f = e/b) 0.15 0.19 0.29 0.2 0.18 0.32 0.25

    R O E (g = e/d) 0.59 0.7 0.78 0.58 0.53 0.63 0.46

    sumber : laporan keuangan Adira Finance dan analisa penulis

    Ket : semua nominal dihitung dalam satuan juta (Rp.), kecuali untuk rasio dihitung dalam satuan desimal

    Rata-rata Aktiva (b= (a

    n a

    n-1)/2)

    Rata-rata Ekuitas(d = (c

    n c

    n-1)/2)

    Tabel 4.1. Kinerja Keuangan Adira Finance

    Namun pada periode selanjutnya, yaitu tahun 2006 hingga tahun 2007, terjadi

    penurunan nilai ROA dan ROE Perusahaan. Hal ini bukan berarti kinerja Perusahaan

    memburuk selama periode tersebut, karena laba perusahaan terus meningkat dari

    tahun ke tahun. Perusahaan melakukan ekspansi yang cukup signifikan selama tahun

    2006 dan 2007 dimana terjadi kenaikan aset sebesar masing-masing 78% dan 14%

    dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini yang menyebabkan kinerja keuangan

    Adira Finance mengalami penurunan pada periode tersebut.

    Pada tahun 2009, kinerja keuangan Perusahaan kembali meningkat. Laba

    bersih Perusahaan di tahun 2009 bahkan naik secara signifikan sebesar 116% dari

    tahun 2007. Hal ini membuktikan bahwa ekspansi yang dilakukan Perusahaan di

    tahun 2007 membuahkan hasil positif bagi kinerja Perusahaan.

  • 7/22/2019 BAB IV_2013_0092 (1)

    7/21

    39

    Di tahun analisis terakhir, yaitu pada tahun 2010, Adira Finance kembali

    melakukan ekspansi aset sebesar 76% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini

    menyebabkan kinerja keuangan Perusahaan terlihat menurun walaupun pada

    kenyataannya laba Perusahaan meningkat.

    Berikut ini penulis akan melakukan analisis secara lebih mendalam mengenai

    kinerja keuangan Adira berdasarkan analisis ROA dan ROE dengan membandingkan

    sebelum dan sesudah proses akuisisi.

    4.2.1.1 Periode Sebelum Akuisisi (2002-2004)

    Pada periode analisis sebelum terjadinya akuisisi, yaitu pada tahun 2002

    hingga tahun 2004, nampak bahwa Adira sebagai perusahaan pembiayaan memang

    memiliki kinerja yang cukup baik. Dari tahun ke tahunnya, Adira mengalami

    peningkatan baik dari sisi aktiva, ekuitas maupun laba bersih.

    Pada tahun 2003, Adira bahkan mengalami peningkatan aktiva yang sangat

    signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 190% atau hampir

    mencapai tiga kali lipat. Hal ini karena Adira baru saja mencatatkan perusahaannya di

    Bursa Efek sebagai perusahaan terbuka di tahun 2003 sehingga Perusahaan

    melakukan ekspansi usaha. Bersamaan dengan hal tersebut, ekuitas perusahaan juga

    meningkat sebesar 85% dibandingkan tahun sebelumnya.

    Kinerja Perusahaan meningkat dari tahun 2003 ke tahun 2004. Hal ini nampak

    dari ROA dan ROE yang meningkat tiap tahunnya sebagai akibat dari kenaikan laba

    bersih yang cukup signifikan. Di tahun 2004 laba bersih meningkat hingga 94%

  • 7/22/2019 BAB IV_2013_0092 (1)

    8/21

    40

    dibandingkan tahun sebelumnya sebagai akibat dari ekspansi usaha yang dilakukan

    pada tahun sebelumnya.

    4.2.1.2 Periode Setelah Akuisisi (2005-2010)

    Setelah terjadinya proses akuisisi Adira yang dilakukan oleh Danamon,

    Perusahaan mengalami perubahan terutama dalam jumlah aktiva yang dimilikinya.

    Adira melakukan ekspansi usaha yang menyebabkan meningkatnya total aktiva

    terutama di tahun 2006 dan tahun 2009, dimana total rata-rata aktiva Adira meningkat

    masing-masing hingga 41% dan 56% dibanding tahun sebelumnya. Hal yang sama

    juga terjadi pada rata-rata ekuitas Perusahaan. Terjadi kenaikan jumlah rata-rata

    ekuitas Adira di tahun 2009 sebesar 82% dibanding tahun 2007.

    Sementara itu laba bersih Adira mengalami kenaikan bersamaan dengan

    dilakukan ekspansi usaha oleh Adira. Namun ekspansi ini tidak memberikan dampak

    secara langsung. Dampaknya baru akan terlihat di tahun berikutnya, seperti di tahun

    2009, dimana laba bersih meningkat hingga 116% atau lebih dari dua kali lipat

    dibandingkan tahun 2007.

    Sebagai akibat dari ekspansi usaha yang dilakukan oleh Adira tersebut, kinerja

    keuangan Perusahaan yang diukur dengan ROA dan ROE terlihat kurang baik walau

    sebenarnya laba bersihnya meningkat cukup signifikan.

    Berdasarkan analisis kinerja keuangan Perusahaan di atas, terlihat bahwa

    proses akuisisi Adira Finance yang dilaksanakan oleh Bank Danamon pada tahun

    2005 dan 2006 memberikan dampak positif bagi kinerja keuangan Adira Finance.

  • 7/22/2019 BAB IV_2013_0092 (1)

    9/21

    41

    Dampak tersebut memang tidak dapat terlihat secara langsung pada tahun yang

    bersangkutan. Namun jika dianalisis lebih lanjut, pada tahun-tahun selanjutnya baru

    akan terlihat dampak dari proses tersebut. Seperti ekspansi yang dilakukan pada tahun

    2006 dimana terjadi peningkatan aktiva hingga 80% dibandingkan tahun sebelumnya,

    dampaknya pada kinerja keuangan baru akan terlihat di tahun 2009; dimana laba

    bersih Perusahaan meningkat hingga 116%. Demikian pula pada ekspansi yang

    dilakukan di tahun 2010, dampaknya baru akan terlihat di tahun-tahun berikutnya

    sehingga belum dapat disimpulkan secara langsung bahwa kinerja Perusahaan di

    tahun tersebut menurun. Peningkatan kinerja tersebut baru dapat dilihat di tahun 2011

    atau tahun berikutnya.

    4.2.2. Analisis Komponen-komponen Economic Value Added(EVA)

    Untuk analisis nilai Perusahaan dengan menggunakan metode EVA, akan

    dijabarkan secara bertahap sesuai tahap-tahap perhitungannya, seperti yang sudah

    dijelaskan dalam bab sebelumnya, untuk mendapatkan nilai EVA perlu diperoleh

    terlebih dahulu perhitungan untuk: Net Operating Profit After Tax, Invested Capital,

    danWeighted Average Cost of Capital.

    4.2.2.1Perhitungan Tingkat Pajak Adira Finance

    Tingkat pajak yang digunakan untuk perhitungan EVA Adira Finance adalah

    tingkat pajak rata-rata selama periode tahun 2003 hingga 2010, yaitu tingkat pajak

    selama periode analisis. Sehingga tingkat rata-rata pajak yang digunakan adalah 29%.

  • 7/22/2019 BAB IV_2013_0092 (1)

    10/21

    42

    T ING K AT P AJ AK 2003 2004 2005 2006 2007 2009 2010

    Laba S ebelum P ajak (a) 224,944 435,658 675,839 660,580 800,819 1,658,347 1,931,723P ajak P enghas ilan (b) 69,588 134,340 199,471 196,641 241,109 445,947 463,817

    Laba Setelah Pajak155,356 301,318 476,368 463,939 559,710 1,212,400 1,467,906

    (c = a - b)

    T ingkat P ajak (d = b/a) 0.31 0.31 0.3 0.3 0.3 0.27 0.24

    T ingkat Pajak R ata-rata0.29

    sumber : laporan keuangan Adira Finance dan analisa penulis

    (e = (d1+d

    2+ +d

    8)/8)

    Table 4.2. Tingkat Pajak Adira Finance

    4.2.2.2Perhitungan Net Operating Profit After Tax (NOPAT) Adira Finance

    NOPAT merupakan laba bersih yang diperoleh dari kegiatan operasional

    perusahaan setelah dikenai pajak. Berdasarkan tabel 4.3. nampak bahwa Adira

    Finance memiliki nilai NOPAT yang terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini menjadi

    parameter yang baik bagi kinerja perusahaan karena Perusahaan mampu

    meningkatkan laba operasinya dari tahun ke tahun. Pengecualian terjadi pada tahun

    2006 dimana NOPAT Perusahaan mengalami penurunan sebagai dampak dari proses

    akuisisi yang baru selesai dilaksanakan. Namun pada tahun-tahun selanjutnya,

    NOPAT mengalami peningkatan yang signifikan, terutama di tahun 2009 dimana

    terjadi kenaikan lebih dari dua kali lipat atau sebesr 129% dibandingkan tahun 2007.

    Peningkatan dari NOPAT ini berarti bahwa Perusahaan mampu menghasilkan laba

    dari kegiatan operasional yang dilaksanakannya.

  • 7/22/2019 BAB IV_2013_0092 (1)

    11/21

    43

    NO P AT 2003 2004 2005 2006 2007 2009 2010

    712,865 1,135,511 1,781,074 1,926,175 2,415,735 3,925,744 3,881,756

    445,972 631,994 1,067,720 1,267,984 1,632,350 2,239,774 1,921,006

    266,893 503,517 713,354 658,191 783,385 1,685,970 1,960,750

    69,588 134,340 199,471 196,641 241,109 445,947 463,817

    197,305 369,177 513,883 461,550 542,276 1,240,023 1,496,933

    s umber : laporan keuangan Adira Financ e dan analis a penulis

    K et : semua nominal dihitung dalam s atuan juta (R p.)

    P endapatan

    O perasional (f)Beban Operasional

    (g)

    L aba Operasi

    S ebelum Pajak

    (h = f+g)

    (i)

    L aba Operasi

    S etelah Pajak

    (NOP AT) (j = h-i)

    C O S T O F D E B T ( K b) 2003 2004 2005 2006 2007 2009 2010

    Jumlah Kewajiban - Rata-rata (k) 1,01 7,0 73 9 06 ,5 29 6 45,71 2 1 ,1 09,60 6 1 ,53 4,7 20 8 73 ,3 65 1 ,74 3,5 43

    B eban Bunga (l) 102,387 124,867 84,314 152,207 189,280 121,044 134,991Cost of Debt (m=k/l) 0.1 0.14 0.13 0.14 0.12 0.14 0.08

    s umber : laporan keuangan Adira F inance dan a nalis a penulis

    Ket : semua nominal dihitung dalam satuan juta (Rp.), kecuali untuk rasio dihitung dalam satuan desimal

    Table 4.3. NOPAT Adira Finance

    4.2.2.3Perhitungan Biaya Modal Adira Finance

    Biaya modal (Cost of Capital) berasal dari dua sumber modal yang digunakan

    oleh Perusahaan, yaitu kewajiban (hutang) dan ekuitas.

    Perhitungan untuk biaya modal yang berasal dari kewajiban (cost of debt)

    diperoleh dari hasil perbandingan antara total beban bunga hutang dengan jumlah

    hutang Perusahaan pada tahun yang bersangkutan. Dalam hal ini, beban bunga hutang

    Perusahaan diperoleh dari pinjaman Perusahaan yang menghasilkan bunga dan

    pinjaman obligasi.

    Tabel 4.4. Cost of Debt Adira Finance

  • 7/22/2019 BAB IV_2013_0092 (1)

    12/21

    44

    C O S T O F E Q U IT Y ( K ) 2003 2004 2005 2006 2007 2009 2010

    Tingkat S uku Bunga S B I (n) 0.1 0.07 0.09 0.12 0.09 0.07 0.06

    R eturn P as ar (o) 0.67 0.43 0.16 0.55 0.5 0.8 0.45

    Beta (p) 0.53 0.53 0.53 0.53 0.53 0.53 0.53

    C ost of Equity0.4 0.27 0.13 0.35 0.31 0.46 0.27

    (q=n+p(o-n)

    sumber : laporan keuangan Adira Finance dan analisa penulis

    K et : semua rasio dihitung dalam s atuan desimal

    Sementara biaya modal yang berasal dari ekuitas (cost of equity) dihitung

    dengan menggunakan rumus Capital Asset Pricing Model (CAPM) dimana

    penentuannya berdasarkan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI),

    ReturnPasar dan koefisien Beta, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.5.

    Tabel 4.5. Cost of Equi tyAdira Finance

    Data tingkat suku bunga SBI dapat diperoleh dari data statistik website Bank

    Indonesia. Tingkat suku bunga yang digunakan dalam perhitungan ini adalah tingkat

    suku bunga SBI berjangka satu bulan. Kemudian risiko pasar dihitung berdasarkan

    data tahunan harga saham IHSG yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia.

    Sementara untuk perhitungan koefisien beta menggunakan variabel data IHSG dan

    harga saham Adira Finance selama periode tersebut. Perhitungan untuk Beta

    dijabarkan pada bagian lampiran.

    Nilai koefisien Beta untuk Adira Finance diperoleh sebesar 0,53. Nilai beta

    yang lebih kecil dari satu berarti pergerakan return saham Adira lebih kecil dari

    pergerakan return saham pasar. Hal ini menunjukkan tingkat risiko jika berinvestasi

    di Adira relatif rendah sehingga tingkat pengembaliannya juga rendah. Angka 0,53

  • 7/22/2019 BAB IV_2013_0092 (1)

    13/21

    45

    WACC 2003 2004 2005 2006 2007 2009 2010

    Kewajiban rata-rata (r) 1,017,073 906,529 645,712 1,109,606 1,534,720 873,365 1,743,543

    Ekuitas rata-rata (s) 343,482 431,533 608,768 802,302 1,065,632 2,301,203 3,223,581

    Jumlah Kewajiban + Ekuitas (t = s+r) 1,360,555 1,338,062 1,254,480 1,911,907 2,600,352 3,174,568 4,967,124

    Proporsi Kewajiban atas Total Investasi (u = r/t) 0.75 0.68 0.51 0.58 0.59 0.28 0.35

    Proporsi Ekuitas atas Total Investasi (v = s/t) 0.25 0.32 0.49 0.42 0.41 0.72 0.65

    Cost of Debt (Kb) 0.1 0.14 0.13 0.14 0.12 0.14 0.08

    Tingkat Pajak 0.29 0.29 0.29 0.29 0.29 0.29 0.29

    Kd = Kb x (1-tax rate) 0.07 0.1 0.09 0.1 0.09 0.1 0.06

    Cost of Equity (Ke) 0.4 0.27 0.13 0.35 0.31 0.46 0.27

    WACC = (u x Kd) + (v x Ke) 0.15 0.15 0.11 0.21 0.18 0.36 0.2

    s umber : laporan keuangan Adira F inance dan analisa penulis

    K et : semua nominal dihitun dalam satuan uta R . kecuali untuk rasio dihitun dalam satuan desimal

    memiliki arti jika return pasar meningkat 1%, maka return saham Adira akan naik

    0,53%.

    4.2.2.4Perhitungan Weighted Average Cost of Capital(WACC)

    WACC menggambarkan tingkat biaya modal yang akan ditanggung

    Perusahaan pada periode bersangkutan sebagai akibat dari investasi yang

    dilakukannya dalam melakukan ekspansi usaha. Semakin besar WACC akan semakin

    mengurangi laba bersih perusahaan karena biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan

    sebagai akibat modal yang diperolehnya akan semakin besar.

    Tabel 4.6. WACC Adira Finance

  • 7/22/2019 BAB IV_2013_0092 (1)

    14/21

    46

    Untuk menghitung WACC, perlu diketahui terlebih dahulu struktur modal

    perusahaan pada tahun yang bersangkutan. Perusahaan yang baik perlu memiliki

    proporsi modal yang seimbang karena baik modal yang berasal dari kewajiban

    maupun ekuitas masing-masing memiliki keunggulannya. Kewajiban yang digunakan

    dalam perhitungan struktur modal adalah kewajiban yang menghasilkan biaya modal,

    yaitu hutang kepada bank dan obligasi. Seperti yang nampak pada Tabel 4.6 diatas,

    struktur modal Adira cukup seimbang. Walau seluruh kepemilikan Adira dimiliki

    oleh Danamon, namun Adira tetap melakukan peminjaman dari luar yang untuk

    menurunkan biaya modal perusahaan. Dari tabel tersebut juga terlihat bahwa biaya

    modal dari ekuitas rata-rata lebih besar dari pada biaya modal dari hutang, yaitu

    sebesar 31%. Sementara rata-rata biaya modal dari hutang hanya sebesar 12%

    sebelum dipotong pajak.

    Kemudian setelah diperoleh proporsi permodalan Perusahaan, biaya modal

    utang dan biaya modal ekuitas, maka biaya modal rata-rata tertimbang (WACC)

    dapat dihitung. Dalam perhitungan WACC, biaya modal hutang yang digunakan

    perlu dikurangi dengan tingkat pajak Perusahaan karena biaya bunga utang selalu

    dikenai pajak sementara biaya modal ekuitas tidak dikenai.

    WACC terbesar Adira terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 36%. Hal ini

    disebabkan karena struktur modal yang kurang seimbang karena besarnya modal

    yang berasal dari ekuitas dibandingkan modal hutang, dimana perbandingannya

    72%:28%.

  • 7/22/2019 BAB IV_2013_0092 (1)

    15/21

    47

    ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) 2003 2004 2005 2006 2007 2009 2010

    NOPAT (1) 197,305 369,177 513,883 461,550 542,276 1,240,023 1,496,933

    AVERAGE INVESTED CAPITAL (2) 2,377,628 2,222,098 1,839,102 3,740,030 4,104,999 4,427,622 8,123,534

    WACC (3) 0.15 0.15 0.11 0.21 0.18 0.36 0.2EVA = (1) - [(2)x(3)] -165,283 26,085 312,317 -305,156 -197,445 -350,379 -99,341

    sumber : laporan keuangan Adira Finance dan analisa penulis

    K et : sem ua nom inal dihitung dalam s atuan juta (R p.), kecuali untuk rasio dihitung dalam sa tuan des imal

    4.2.2.5Perhitungan Economic Value Added(EVA)

    EVA menggambarkan nilai yang dapat diciptakan oleh Perusahaan setelah

    membiayai seluruh biaya modal atas investasi yang dilakukannya. Berdasarkan tabel

    di bawah dapat dilihat nilai yang dapat diciptakan Perusahaan setiap tahunnya.

    Tabel 4.7. EVA Adira Finance

    Berikut ini penulis akan melakukan analisis secara lebih mendalam mengenai

    kinerja keuangan Adira berdasarkan analisis EVA dengan membandingkan sebelum

    dan sesudah proses akuisisi.

    4.2.2.5.1 Periode Sebelum Akuisisi (2003-2004)

    Pada tahun 2004, EVA Adira telah bernilai positif yang artinya Perusahaan

    mampu membiayai biaya modalnya sendiri berdasarkan laba operasional yang

    diperolehnya pada tahun bersangkutan. Hal ini merupakan hal yang baik jika

    dibandingkan tahun sebelumnya dimana EVA Adira masih bernilai negatif, yang

    artinya laba operasional Perusahaan belum bisa menutupi biaya modal yang

    dikeluarkannya di tahun tersebut.

  • 7/22/2019 BAB IV_2013_0092 (1)

    16/21

    48

    Hal tersebut terjadi karena pada tahun 2004, Adira mengalami kenaikan laba

    bersih sebesar 87% dibandingkan tahun sebelumnya, sementara nilai investasi yang

    dilakukan perusahaan serta persentase besarnya biaya modal relatif sama dibanding

    tahun sebelumnya.

    4.2.2.5.2 Periode Setelah Akuisisi (2005-2010)

    Pasca terjadinya proses akuisisi di tahun 2005, EVA Adira cenderung

    mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006, Adira Finance melakukan

    investasi dengan jumlah mencapai dua kali lipat investasi di tahun sebelumnya,

    sehingga pada tahun tersebut Perusahaan tidak mampu menghasilkan nilai tambah

    bagi usahanya. Namun tidak mampu menghasilkan nilai tambah (nilai EVA yang

    negatif) belum tentu buruk bagi kondisi Perusahaan.

    Pada tahun 2009, EVA bernilai negatif sebagai akibat besarnya biaya modal

    yang harus dibayarkan oleh Adira pada tahun tersebut. Struktur modal yang kurang

    seimbang, dimana proporsi ekuitas lebih besar dibandingkan proporsi hutang,

    mengakibatkan biaya modal pada tahun tersebut menjadi lebih besar karena biaya

    modal yang berasal dari ekuitas relatif lebih besar.

    Kemudian di tahun 2010, EVA masih bernilai negatif walaupun NOPAT

    mengalami kenaikan. Hal ini karena besarnya investasi yang dilakukan oleh Adira di

    tahun 2010, dimana Adira meningkatkan investasinya sebesar 83% dibandingkan

    sebelumnya.

  • 7/22/2019 BAB IV_2013_0092 (1)

    17/21

    49

    Dalam hal ini, EVA yang bernilai negatif bukan berarti bahwa Perusahaan

    memiliki kinerja yang buruk. Pasalnya, selama beberapa kali pasca akuisisi,

    Perusahaan melakukan ekspansi usaha dengan menambah jumlah modal investasinya

    sehingga biaya modal yang harus ditanggung Perusahaan semakin besar. Jadi,

    meskipun Perusahaan setiap tahunya mampu meningkatkan laba operasionalnya,

    belum tentu bahwa Perusahaan akan menghasilnya EVA yang bernilai positif.

    Ekspansi yang dilakukan Perusahaan diharapkan akan memberikan dampak

    positif untuk jangka panjang dan bukan hanya untuk tahun yang bersangkutan saja.

    Oleh karena itu, untuk analisis EVA ini tidak dapat disimpulkan secara keseluruhan

    bahwa Perusahaan berkinerja kurang baik karena EVA yang bernilai negatif. Namun

    harus dilihat penyebab EVA negatif tersebut di setiap tahunnya, karena laba

    operasional Perusahaan yang memang menurun atau karena sebab lain yang baru

    akan memberikan dampak jangka panjang.

  • 7/22/2019 BAB IV_2013_0092 (1)

    18/21

    50

    4.3. Analisis Hasil Perbandingan

    Gambar 4.1. Grafik Total Aktiva

    Gambar 4.2. Grafik Total Ekuitas

  • 7/22/2019 BAB IV_2013_0092 (1)

    19/21

    51

    Gambar 4.3. Grafik Laba Bersih

    Gambar 4.4. Grafik ROA

  • 7/22/2019 BAB IV_2013_0092 (1)

    20/21

    52

    Gambar 4.5. Grafik ROE

    Gambar 4.6. Grafik NOPAT

  • 7/22/2019 BAB IV_2013_0092 (1)

    21/21

    53

    Gambar 4.7. Grafik EVA