bab v rencana sistem jaringan

Upload: fianmtd

Post on 09-Oct-2015

45 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB VRencana Jaringan Prasarana5.1. Rencana Pengembangan Jaringan PergerakanRencana pengembangan jaringan pergerakan merupakan seluruh jaringan primer dan jaringan sekunder pada seluruh SBWP yang meliputi jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, jalan lingkungan, dan jaringan jalan lainnya yang belum termuat dalam RTRW kabupaten/kota, kondisi jaringan jalan yang ada di wilayah perencanaan dimana untuk pergerakan eksternal memiliki kondisi yang cukup baik dan untuk pergerakan internal masih ada jaringan jalan yang belum memadai sehingga perencanaan transportasi di Kecamatan Karangasem ini diarahkan untuk peningkatan aksesibilitas kawasan perencanaan untuk mendukung kelancaran proses pergerakan baik pergerakan eksternal maupun internal. Untuk pergerakan internal terutama kawasan permukiman yang ada di wilayah perencanaan diarahkan untuk peningkatan atau perbaikan jaringan jalan karena masih ada beberapa ruas jaringan jalan terutama jalan lingkungan yang kondisinya berupa jalan tanah dan sangat rusak.Untuk seluruh ruas jaringan jalan yang ada di wilayah perencanaan direncanakan untuk dilakukan pemeliharaan dan peningkatan kualitas jalan.Berdasarkan arahan dari RTRW Karangasem, maka rencana sistem jaringan jalan di wilayah perencanaan meliputi :

1. Jalan Arteri

Jalan arteri primermenghubungkan secara berdaya guna antar pusat kegiatannasionalatau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatanwilayah. Sistem jaringan jalan primerdisusun berdasarkan rencanatata ruangdan pelayanan distribusi barang danjasauntuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai berikut:

a. menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatanlokalsampai ke pusat kegiatan lingkungan; danb. menghubungkan antarpusat kegiatan nasional

Jalan arteri ini dikelompokan menjadi jalan arteri primer dan jalan arteri sekunder. Jalan arteri primer menghubungkan antar ibukota Provinsi dalam wilayah kesatuan Negara Republik Indonesia, jalur yang melewati wilayah perencanaan yaitu jalur Padangbai Amlapura dan jalur Amlapura Abang. Sedangkan jalan arteri sekunder menghubungkan antar dua pusat pertumbuhan utama di wilayah Karangasem, dimana untuk Karangasem adalah menghubungkan wilayah utara Karangasem dan wilayah selatan Karangasem. Jalur arteri sekunder ini yang melewati wilayah perencanaan yaitu :

a. Amlapura Seraya Bunutan Amed Culik (Jalan Lingkar Seraya);

b. Pertima Bungaya Ababi Pidpid Culik Tulamben (Jalan Lingkar Dalam/Inner Ring Road);

c. Bugbug Bungaya Ababi Pidpid Culik Tulamben (Jalan Lingkar Luar/Outer Ring Road);

2. Jalan Kolektor

Jalan Kolektor berdasarkan fungsinya ada jalan kolektor primer dan adapula jaringan jalan kolektor sekunder. Jalan kolektor primer merupakan ruas jalan yang menghubungkan antar kota kedua dengan kota jenjang kedua atau kota jenjang kesatu dengan kota jenjang ketiga. Sedangkan untuk jalan kolektor sekunder merupakan ruas jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder lainnya. Jalan kolektor di wilayah perencanaan dibedakan menjadi jalan kolektor primer dan kolektor sekunder. Jalan kolektor primer menghubungkan antar kota kabupaten dalam satu Provinsi atau antar kota kabupaten dengan kota kabupaten. Jalur kolektor primer yang melewati wilayah perencanaan yaitu Amlapura Selat Rendang Semarapura. Sedangkan jalan kolektor sekunder menghubungkan antar kecamatan dalam wilayah kabupaten Karangasem meliputi ruas jalan Amlapura Seraya Culik;

3. Jalan Lokal, yaitu jalur yang menghubungkan beberapa desa di wilayah perencanaan dan antar kegiatan fungsional, dimana jaringan jalan tersebut terhubung dengan jaringan kolektor. Jaringan jalan lokal yang ada diwilayah perencanaan ini antara lain adalah jaringan jalan yang menghubungkan antara :

a. Jalan yang menghubungkan masing-masing desa dan kelurahan di Kecamatan Karangasem.b. Jalan yang menghubungkan desa dan kelurahan di wilayah perencanaan dengan desa dan atau kecamatan di sekitarnya.4. Jalan Lingkungan, yaitu jaringan jalan yang menghubungkan atau berada dalam kawasan permukiman. Pola jaringan jalan di kawasan permukiman yang ada di wilayah perencanaan adalah berpola linier yaitu mengikuti jaringan jalan yang ada. Pola jaringan jalan yang ada terbentuk mengikuti keadaan topografi wilayah perencanaan yang berbukit-bukit dan banyak dilalui oleh sungai-sungai. Karena adanya rencana pengembangan permukiman di Desa Bukit sehingga diperlukan aksesibilitas berupa pembuatan jaringan jalan baru yang menghubungkan pusat permukiman tersebut terhadap pusat kota dan pusat-pusat permukiman lainnya.Gambar 5.1 Rencana Sistem Jaringan Jalan

5.2. Rencana Pengembangan Jaringan Energi dan KelistrikanKebutuhan listrik di wilayah perencanaan disediakan oleh PLN unit pelayanan Karangasem. Secara umum kondisi jaringan listrik telah menjangkau seluruh desa yang ada di wilayah perencanaan melalui pemasangan SUTT atau SUTM yang mengikuti jaringan jalan yang ada di wilayah perencanaan. Hanya ada beberapa rumah tangga yang belum memperoleh jaringan listrik dari PLN atau masih menggunakan minyak tanah sebagai sumber penerangan karena factor ekonomi penduduk tersebut. Rencana jaringan listrik di wilayah perencanaan adalah :

1. Perencanaan prasarana listrik memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

Setiap unit kediaman harus mendapat daya listrik dalam batas tertentu minimum untuk keperluan penerangan.

Penambahan jaringan listrik bisa dilakukan bersamaan dengan penambahan kavling perumahan sesuai dengan luas kavling yang dibangun.

Rencana penyaluran listrik sampai ke kavling-kavling akan mengikuti pola ruang dan jaringan jalan yang telah direncanakan, serta sesuai dengan rencana PLN yang telah ada.

2. Pola jaringan listrik mengikuti pola jaringan jalan dengan pemasangan tiang listrik pada telajakan jalan agar tidak mengganggu kelancaran lalu lintas serta tidak mengganggu penghuni pemilik lahan.

Gambar 5.2 Rencana Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan

5.3. Rencana Pengembangan Jaringan TelekomunikasiSarana telekomunikasi memiliki peran penting dalam berbagai bidang yaitu menghubungkan dan member kemudahan dalam komunikasi baik bidang pemerintahan, pariwisata, perdagangan, industry, jasa, perumahan, dan lain-lain. Saat ini pelayanan jaringan telekomunikasi yang banyak terdapat di wilayah perencanaan adalah berupa telepon non kabel atau telepon selular, sedangkan untuk telepon kabel sangat jarang digunakan di oleh penduduk diwilayah perencanaan sehingga masih belum merata dan optimal. Oleh karena itu, rencana pengembangan jaringan telepon di wilayah perencanaan adalah :1. Memanfaatkan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana telekomunikasi yang sudah ada.

2. Pemerataan dan penyediaan pelayanan telepon disesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan.

3. Pola jaringan kabel telepon mengikuti pola jaringan jalan dengan pemasangan tiang dan kabel tanam pada telajakan jalan agar tidak mengganggu kelancaran lalu lintas serta tidak mengganggu penghuni lahan yang bersangkutan.

4. Pengembangan sarana dan prasarana untuk lokasi yang agak sulit dijangkau dengan sistem tanpa kabel atau dengan sistem sendiri, seperti menggunakan sambungan telepon seluler dalam bentuk sambungan rumah.

Gambar 5.3 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Telekomunikasi

5.4. Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum1. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) PDAM Unit Amlapura

Sumber air baku air minum untuk daerah pelayanan SPAM PDAM Unit Amlapura berasal dari beberapa sumber mata air dan sumur bor. Kapasitas sumber air baku produksi saat ini sebesar 118 L/dt, sedangkan berdasarkan hasil analisa kebutuhan air baku sampai tahun proyeksi 2029 sebesar 247,02 L/dt. Kapasitas produksi air baku saat ini sangat terbatas untuk daerah pelayanan Kota Amlapura dan wilayah Kecamatan Karangasem Timur, seperti DesaTumbu dan Seraya Barat, Seraya dan Seraya Timur.

Sistem jaringan transmisi dan distribusi utama pada SPAM Unit Amlapura kondisi jaringan sudah tua dan rawan kebocoran. Pada sistem ini perlu dilakukan langkah-langkah penyempurnaan sistem jaringan SPAM dan peningkatan kapasitas produksi air baku.

Untuk bisa memenuhi kekurangan air baku air minum sampai tahun proyeksi 2029 dengan daerah pelayanan Kecamatan Karangasem sebesar 129 L/dt harus dilakukan pengembangan pemanfaatan Mata Air Tauka, Mata Air Yeh Ha dan peningkatan pelayanan pengembangan Mata air Embukan.

a. Pengembangan dan Pemanfaatan Mata Air Tauka

Penyediaan air baku yang mampu diproduksi saat ini pada SPAM PDAM unit Kota sebesar 118.0 Liter/dt yang bersumber dari system penyediaan air baku Mata air (MA) Tauka, MA. Ababi, MA. Ujung, MA. Tirta Gangga, SB.Perasi dan SB Temega. Untuk mengoptimalkan pengembangan SPAM PDAM Kota Amlapura perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : Pengambilan Mata air Tirta Gangga, MA. Ababi, MA. Ujung tetap dipertahankan dengan pengambilan keseluruhan saat ini sebesar 76 liter/dt.

Pemanfaatan sumur bor (SB) Perasi dan Temage sebesar 12 liter/dt tetap sebagai suplesi untuk daerah perkotaan.

Pengambilan Mata air Tauka saat ini sebesar 30 liter/dt dan perlu dilakukan penambahan kapasitas produksi sebesar 30 liter/dt dengan memperbesar tampungan di reservoar distribusi. Penambahan kapasitas produksi air baku untuk memenuhi kebutuhan air sesuai hasil proyeksi tahun 2029. Penambahan kapasitas air baku melalui pengembangan dan pemanfaatan MA. Tauka.

Pengembangan pemanfaatan Mata Air Tauka diperuntukkan sebagai suplesi pada sistem reservoar distribusi (RD) Juwuk manis,RD Sudi dan rencana RD Perasi Tumbu.Rencana daerah pelayanan pada masing-masing sistem reservoar distribusi (RD) adalah sebagai berikut .

Daerah pelayanan RD Juwuk Manis meliputi ; Kelurahan Karangasem.

Daerah Pelayanan RD Sudi meliputi : Subagan.

Daerah pelayanan RD Perasi Tumbu : Tumbu, sebagian Desa Bugbug dan Pertima.

Sistem jaringan distribusi utama (JDU) pengaliran memaksimalkan sistem gravitasi. Rencana daerah pelayanan pada sistem pengembangan dan pemanfaatan MA. Tauka dapat dilihat pada Gambar 5.1.

b. Pengembangan dan Pemanfaatan Mata Air Yeh Ha

Pelayanan air minum unit SPAM Kota Amlapura yang dilakukan oleh PDAM untuk wilayah pelayanan Desa Seraya dan Seraya Timur belum dilakukan optimal karena keterbatasan kapasitas produksi air baku. Untuk meningkatkan kapasitas produksi untuk pelayanan Desa Seraya, Seraya Timur dan sebagian Desa Bunutan dilakukan dengan pengambilan Mata Air Yeh Hee. Kapasitas sumber Mata Air Yeh Hee berdasarkan pengukuran sebesar 330 liter/detik sedangkan pemanfaatan air eksisting saat ini digunakan sebagai penyediaan air baku air irigasi untuk luasan D.I 50 Ha, air baku air minum sebesar 20 liter/dt dan untuk permandian.

Melihat potensi mata air Yeh Hee sebesar 330 liter/dt dan rencana pengembangan pemanfaatan air untuk pelayanan Desa Seraya, Seraya Timur dan sebagian Bunutan masih bisa dilakukan. Berdasarkan hasil proyeksi kebutuhan air baku air minum untuk pelayanan ke 3 (tiga) Desa dibutuhkan air baku sebesar 45 liter/dt.

Rencana pengembangan dan pemanfaatan Mata Air Yeh Hee Mas diperuntukkan untuk dapat memenuhi daerah pelayanan di beberapa Desa di kecamatan Karangasem, sebagian pelayanan di Desa Bunutan bagian bawah dan penyediaan air baku rencana pengembangan pariwisata Amed. Daerah pelayanan pengembangan dan pemanfaatan Mata Air Yeh Hee adalah sebagai berikut :

Daerah pelayanan di Desa Seraya

Daerah pelayanan di Desa Seraya Timur

Daerah pelayanan di Desa Bunutan bagian bawah.

Pengembangan pariwisata Amed

Konsep pengaliran dari sumber Mata Air Yeh Hee ke reservoar distribusi (RD) secara gravitasi dan memaksimalkan volume tampungan reservoar sehingga kontinuitas aliran ke daerah pelayanan dapat terjamin. Pengaliran dari reservoar distribusi ke daerah pelayanan memaksimalkan pengaliran secara gravitasi dan posisi daerah pelayanan dekat pantai mempunyai sisa tekanan yang cukup besar sehingga sangat dibutuhkan bak pelepas tekan. Jalur pipa menuju Desa Seraya Timur relatip bergelombang dan posisi pada lembah terdapat sisa tekanan yang besar dan dipergunakan untuk pengaliran pada posisi punggung. Kondisi ini diprlukan pipa yang mempunyai kualitas baik dan dapat menerima tekanan relatip sebesar 120 m atau PN 12,5.

c. Peningkatan Pelayanan pengembangan Mata Air Embukan.

Pembangunan fisik pada pengembangan dan pemanfaatan Mata Air Embukan telah dilaksanakan namun pelayanan ke daerah pelanggan belum optimal. Peningkatan pelayanan pada sistem ini perlu dilakukan evaluasi dimensi pada jaringan distribusi. Daerah pelayanan pada SPAM unit Kota ini meliputi ; Desa Seraya Barat dan Seraya.

Tabel 5.1 Daerah Pelayanan Pada SPAM PDAM Unit Kota Amlapura

Sumber Air bakuDistribusiDaerahRencana

Pelayanan

M.A TaukaGravitasiKel. Karangasem, Desa TumbuPeningkatan kapasitas

M.A Tirta Gangga

SBP. Tihingan, SBP TemegaGravitasiKel. Padangkerta, Desa Subagan, Pertima, Bugbug

M.A AbabiGravitasiBukit, Tumbu, Seraya

M.A Yeh HaGravitasiSeraya Barat dan SerayaPeningkatan kapasitas

Gambar 5.4 Daerah Pelayanan Pada Pengembangan Dan Pemanfaatan Mata Air Tauka2. Rencana Sistem Pelayanan Pengembangan Pemanfaatan Air Baku Air Minum Telagawaja

a. Sumber air baku

Air baku yang digunakan dalam sistem penyediaan air baku Telagawaja pada saat ini hanya pengambilan mata air Surya. Sesuai studi terdahulu untuk memenuhi pelayanan di 7 (tujuh) Kecamatan di Kabupaten Karangasem memanfaatkan ke 4 (empat) sumber yakni : Mata Air (MA) Isah (120.16 L/dt), MA Celuk (167.94 L/dt), MA Surya (235,5 L/dt), dan MA Bangol (182,6 L/dt). Pemanfaatan Mata air alur sungai telaga waja yang direncanakan diambil secara bertahap sampai 460 L/dt untuk kebutuhan air bersih sampai akhir tahun 2020 (perencanaan DED dilakukan oleh Proyek Air Baku Propinsi Bali).

b. Pipa Transmisi

Sistem Penyediaan Air Minum Telagawaja dibangun untuk menyediakan kekurangan suplai air bersih masyarakat di wilayah Kabupaten Karangasem, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Secara garis besar Sistem Pipa Transmisi Penyediaan Air Baku Telagawaja untuk daerah pelayanan Kecamatan Karangasem, yaitu di jalur pipa transmisi setelah RD Budakeling melewati kebun sepanjang 1500 m (El.817 El 798) untuk memaksimalkan fungsi RD. Abang. Pelaksanaan pemasangan pipa transmisi untuk tahun 2011 melewati jalur atas dari Budakeling menuju RD Abang dengan diameter 500 mm dan setelah RD Abang menuju jalan utama (Amlapura Singaraja) dengan diameter 355 mm dan diameter 315 mm. Perbedaan elevasi pada jalur ini cukup besar yakni sebesar 180 meter dan harus dilengkapi dengan pengatur debit (FCV) dan TCV (throttling control valve) pada stasioning yang telah ditentukan.c. Reservoir

Reservoir ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan air bersih terutama saat pemakaian jam puncak untuk wilayah pelayanan. Kapasitas reservoir ditentukan oleh tingkat kebutuhan air minum rumah tangga dan kebutuhan air hari maksimum sesuai hasil proyeksi kebutuhan air. Kemampuan reservoir yang akan direncanakan untuk menampung kapasitas produksi yang dikaitkan dengan besarnya proyeksi kebutuhan air. Kapasitas reservoir Transmisi yang harus dibangun sesuai kebutuhan proyeksi sampai tahun 2020 sebesar 10.000 m3.

3. Rencana Sistem Pelayanan PAM Desa

Sistem penyediaan air minum untuk sistem perdesaan lebih banyak dikelola oleh masyarakat dan bersifat swakelola dengan menggunakan sistem organisasi yang sederhana. Sumber air yang digunakan dalam sistem penyediaan air minum perdesaan ini lebih banyak menggunakan sumber mata air yang ada di wilayah desa setempat.Tabel 5.2 Pengelolaan PAM Desa di Masing-masing KecamatanKecamatanPengelolaDaerah PelayananJumlah KK Terlayani

Karangasem KP Desa Temega

KP. Desa Peladung

KP. Desa Dausa

KP. Desa Padangkerta

KP. Ling. Desa Subagan

KP. Desa Bugbug

KP. Desa Seraya Barat

KP. Desa Bukit

4. Rencana Pengembangan SPAM PDAM Unit Kota Amlapura

Untuk meningkatkan kapasitas produksi dan layanan SPAM Unit Kota Amlapura perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

Pengambilan Mata air Tirta Gangga, MA. Ababi, MA. Ujung tetap dipertahankan dengan pengambilan keseluruhan saat ini sebesar 76 liter/dt.

Pemanfaatan sumur bor (SB) Perasi dan Temage sebesar 12 liter/dt tetap sebagai suplesi untuk daerah perkotaan. Pengambilan Mata air Tauka saat ini sebesar 30 liter/dt dan perlu dilakukan penambahan kapasitas produksi sebesar 30 liter/dt dengan memperbesar tampungan di reservoar distribusi. Pengembangan dan Pemanfaatan Mata Yeh Ha.

Rencana pengembangan pemanfaatan air untuk pelayanan Desa Seraya, Seraya Timur dan sebagian Bunutan masih bisa dilakukan. Berdasarkan hasil proyeksi kebutuhan air baku air minum untuk pelayanan ke 3 (tiga) desa dibutuhkan air baku sebesar 45 liter/dt.Sistem penyediaan air minum untuk sistem perdesaan lebih banyak dikelola oleh masyarakat dan bersifat swakelola dengan menggunakan sistem organisasi yang sederhana. Di Kabupaten Karangasem terdapat beberapa kelompok yang mengelola SPAM perdesaan. Sumber air yang digunakan dalam sistem penyediaan air minum perdesaan ini lebih banyak menggunakan sumber mata air yang ada di wilayah desa setempat.

Tabel 5.3. Rencana Pemenuhan Air Baku Pada SPAM Wilayah Kecamatan Karangasem

NoUnit SPAMDaerah PelayananKapasitas Air Baku Eksisting (L/dt)Kebutuhan Air Baku TH 2029 (L/dt)Rencana Pemenuhan

1PDAM Kota118247,02 Peningkatan pemanfaatan Ma. Tauka 60 L/dt

Peningkatan pemanfaatan MA. Yeh Ha 45 L/dt

Pengembangan Pemanfaatan MA. Embukan 25 L/dt.

2PAMDESA Evaluasi Sistem secara menyeluruh.

KP Desa Temega Peningkatan kapasitas

KP. Desa Peladung

KP. Desa Dausa

KP. Desa Padangkerta

KP. Ling. Desa Subagan

KP. Desa Bugbug

KP. Desa Seraya Barat

KP. Desa Bukit

5. Rencana Pentahapan Pengembangan Tahap I (2013-2015)

Rencana program jangka pendek pembangunan SPAM Kabupaten Karangasem adalah penyediaan air baku air minum untuk pelayanan Kota Amlapura dan perluasan jaringan distribusi utama (JDU) dan layanan (JDL) pada pengembangan air baku Telagawaja. Rencana tahap I adalah pemenuhan kebutuhan air minum pada akhir tahun 2015. Adapun rencana penanganan pada program ini :

a. Rencana Penanganan Pada SPAM Unit PDAM Kota Amlapura

Pengembangan dan pemanfaatan Mata Air Tauka dengan kapasitas pengambilan 65 L/dt yang potensial dan ramah lingkungan.

Pemasangan pipa transmisi dari intake sumber mata air Tauka sampai Reservoar agar diperoleh kuantitas dan kualitas air yang tetap terjaga.

Pengembangan dan pemasangan pipa distribusi utama (JDU) pada SPAM Tauka dari reservoar sampai rencana blok pelayanan.

Pengembangan dan pemanfaatan Mata Air Yeh Ha

Pemasangan pipa transmisi dari intake sumber mata air Yeh Ha sampai Reservoar agar diperoleh kuantitas dan kualitas air yang tetap terjaga.

Pengembangan dan pemasangan pipa distribusi utama (JDU) pada SPAM Yeh Ha dari reservoar sampai rencana blok pelayanan.

Pengembangan dan pemanfaatan Mata Air Embukan

Pengembangan dan pemasangan pipa distribusi layanan dari masing-masing blok layanan.

Menjaga tingkat kebocoran sehingga setiap tahun menurun

Penyuluhan dan penyebaran informasi terhadap masyarakat tentang penghematan pemakaian air untuk daerah perkotaan / komersil.

Penyediaan air bersih yang mendesak dilakukan sesuai hasil analisis antara kapasitas air baku PDAM saat ini dengan proyeksi kebutuhan air adalah:

Penyempurnaan SPAM eksisting melalui pergantian pipa yang sudah tua untuk mengoptimalkan sistem penyediaan air minum pada PDAM untuk daerah pelayanan Kota Amlapura.

Menjaga kapasitas produksi sumber air baku dan penyempurnaan SPAM Unit Kota Amlapura eksisting.

b. Rencana Penanganan Pada PAM Desa

Penambahan kapasitas produksi sumber dan penyempurnaan pada PAM Desa yang ada di Kecamatan Karangasem dan Kecamatan Manggis.

Bantuan teknis pengelolaan sistem jaringan PAM Desa yang ada di Kecamatan Karangasem dan Manggis.6. Potensi Pencemar Sumber Air Baku

A. Sumber Mata Air

Pencemaran mata air dapat terjadi di dekat sumber mata air terutama pada DAS yang mengalami perubahan tata guna lahan dari tanaman lindung menjadi tanaman produktif. Perubahan tata guna lahan di DAS akan berdampak pada penurunan kualitas dan kuantitas sumber mata air. Untuk itu Pemda dan pihak terkait secepatnya melakukan pengamanan sumber air tersebut. Untuk meminimalkan pencemaran pada sumber-sumber mata air diperlukan kerjasama antara Pemerintah dengan masyarakat di sekitar DAS dekat dengan lokasi sumber mata air

B. Air tanah

Pencemaran di sumber air tanah biasanya terjadi di daerah perkotaan dengan kondisi permukiman yang padat dan di daerah dekat pantai. Pencemaran air tanah disebabkan oleh buruknya sistem sanitasi rumah tangga dan perlu dilakukan penelitian yang mendalam tentang kondisi ini. Pemerintah perlu membantu masyarakat untuk mengadakan off site sistem sanitation, artinya tertutup dan ada pengolahan sampai tingkat kualitas air buangan.

Pemanfaatan air tanah yang semakin meningkat di daerah perkotaan akan berpotensi terjadinya instrusi air laut sehingga terjadi penurunan kualitas air baku untuk air minum. Untuk mengantisipasi penurunan kualitas maupun kuantitas air tanah perlu dilakukan studi potensi sumber air tanah, hidrogeologi dan keseimbangan air (water balance).

Tabel 5.4 Tahapan Rencana Perlindungan Air Baku SPAM PDAM Unit Kota AmlapuraSumber Air BakuJenis SumberLokasiPemanfaatanRencana Perlindungan Air Baku

Mata Air Tauka

Mata Air Yeh Ha

Mata Air EmbukanMata AirAir baku air minum Pengaturan pemanfaatan lahan (tata guna lahan) di sekitar daerah aliran sungai (DAS), untuk menjaga kualitas dan kuantitas sumber air .

Upaya konservasi tanaman/vegetasi di DAS secara periodik untuk mempertahankan kuantitas dan kualitas sumber.

Mengelola limbah air domestik,

Penertiban penggunaan air tanah baik yang dilakukan perorangan maupun industri,

Pengelolaan limbah cair dan padat dari industri,

Pengelolaan sampah secara terpadubaik yang dilakukan secara swadaya maupun pemerintah.

Air tanah Pengaturan pemanfaatan lahan (tata guna lahan) di sekitar pemanfaatan air tanah, untuk memberikan resapan/ pengisian air tanah.

Mengelola limbah air domestik,

Penertiban penggunaan air tanah baik yang dilakukan perorangan maupun industri,

Pengelolaan limbah cair dan padat dari industri,

Pengelolaan sampah secara terpadubaik yang dilakukan secara swadaya maupun pemerintah.

5.5. Rencana Pengembangan Jaringan Irigasi

Pengairan untuk kegiatan pertanian yang ada di wilayah perencanaan menggunakan aliran sungai dan DAM yang ada di wilayahnya. Selain itu dalam hal pengelolaan pengairan untuk kegiatan pertanian ini dilakukan dengan sistem irigasi subak dimana sistem ini yang biasa digunakan oleh masyarakat bali. Subak merupakan organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem irigasi sawah.

Untuk menunjang kebutuhan masyarakat yang ada di wilayah perencanaan yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian petani sehingga perlu pembangunan saluran-saluran irigasi dan menjaga kesinambungan pelayanan irigasi dengan terus mengadakan rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana irigasi yang ada.

5.6. Rencana Pengembangan Jaringan DrainaseDrainase merupakan sistem saluran pembuangan air hujan yang menampung dan mengalirkan air hujan dan air buangan yang berasal dari daerah terbuka maupun dari daerah terbangun.Fungsi dari jaringan drainase ini adalah untuk menampung, mengalirkan, dan memindahkan air hujan dari daerah tangkapan ke saluran induk seperti sungai, laut, dan danau. Sistem drainase yang ada di wilayah perencanaan adalah :1. Saluran Drainase Primer

Saluran ini biasanya berupa sungai besar yang melintas di wilayah tersebut. Yaitu wilayah ini dilalui Tukad Telaga Waja dan beberapa sungai lainnya yang mengalir di wilayah perencanaan.2. Saluran Drainase Sekunder

saluran yang berada di kiri dan kanan sepanjang jalan utama dan menampung limpahan air dari drainase yang ada di area permukiman dan saluran ini memiliki penampungan semakin hilir semakin besar; Saluran Sekunder dibuat permanen dari pasangan batu, untuk mencegah terjadinya erosi tanah saluran karena tingginya kecepatan aliran air drainase.

3. Saluran Drainase Tersier

saluran yang dibuat di area permukiman di semua desa dimana air buangan tersebut mengalir ke saluran drainase sekunder. Saluran ini biasanya mengikuti pola jaringan jalan yang ada di kawasan permukiman.

Rencana pengembangan untuk saluran drainase di wilayah perencanaan adalah sebagai berikut :

1. Perbaikan saluran drainase kawasan permukiman yang mengalami kerusakan sehingga saluran yang ada dapat berfungsi secara maksimal.

2. Pembuatan jaringan drainase baru yang menghubungkan dengan aliran sungai kecil dan jaringan utama di wilayah perencanaan.

3. Pembuatan jaringan drainase baru di setiap jaringan jalan terutama untuk kawasan permukiman yang belum memiliki saluran drainase.

4. Saluran drainase ini diusahakan mengikuti topografi dan kemiringan wilayah sehingga air hujan dapat dialirkan dan akhirnya dibuang ke sungai-sungai terdekat.

5. Pola jaringan drainase yang dikembangkan mengikuti pola jaringan jalan yang dikembangkan.

6. Memanfaatkan system drainase baik primer, sekunder, maupun tersier yang telah ada secara maksimal.

7. Penertiban dan pengendalian saluran drainase agar tidak dijadikan tempat pembuangan sampah oleh penduduk, sehingga tidak terjadi pendangkalan dan penyempitan saluran.

8. Pemilihan sistem jaringan drainase yang akan dikembangkan didasarkan pada karakteristik fisik daerah perencanaan dan jaringan jalan, jaringan irigasi serta prasarana lainnya. Batasan-batasan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan sistem drainase adalah sebagai berikut :

Menghindari jalur-jalur yang menuntut pembebasan tanah atau bangunan yang berlebihan.

Arah pengaliran dalam saluran mengikuti garis ketinggian yang ada sehingga diharapkan pengaliran secara gravitasi dan menghindari pemompaan.

Pemanfaatan sungai/anak sungai sebagai badan air penerima dari outfall yang direncanakan.

9. Menghindari banyaknya perlintasan saluran pada jalan sehingga mengurangi penggunaan gorong-gorong.

Untuk lebih jelasnya mengenai rencana jaringan drainase pada wilayah perencanaan dapat dilihat pada Gambar 5.4.

5.7. Rencana Pengembangan Jaringan Air LimbahPengelolaan limbah di Wilayah perencanaan masih belum ada penangan secara khusus seperti limbah cair domestic atau rumah tangga langsung disalurkan melalui saluran drainase kecil sehingga menuju titik akhir sungai dan dibuang ditegalan atau pekarangan yang ada di sekitar rumahnya. Rencana pengembangan air limbah dilakukan untuk mengantisipasi pembuangan limbah yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan merusak lingkungan sehingga di wilayah perencanaan untuk mengatasi masalah air limbah adalah dengan :

1. Pengelolaan limbah cair dengan sistem setempat (On-site) yang diterapkan pada daerah kepadatan rendah dengan menggunakan tangki septic dan peresapan yang disediakan oleh masing-masing rumah tangga.

2. Untuk limbah-limbah industri rumah tangga atau skala menengah diperlukan pemisahan limbah yang melalui saluran drainase.

3. Untuk peternakan yang skala menengah diperlukan pengembangan instalasi pembuangan sendiri.

4. Pembuangan air limbah rumah tangga seperti MCK masih dapat dibuang ke saluran drainase yang ada karena limbah yang terkandung belum begitu besar dampaknya dan masih bisa diuraikan.

5.8. Rencana Pengelolaan PersampahanKondisi saat ini untuk pengelolaan sampah di wilayah perencanaan masih dilakukan secara individual yaitu dengan cara dibakar atau ditimbun di halaman belakang rumah, dan dibuang ke jurang. Namun dengan seiringnya pertambahan jumlah penduduk dari tahun ke tahun di wilayah perencanaan yang akan dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata dan pengembangan kegiatan ekonomi maka perlu peningkatan pengelolaan sampah. Selain sampah dari rumah tangga juga volume sampah dari penunjang wisata rafting dan akomodasi wisata pun tentunya akan mengalami peningkatan. Sistem pengolahan sampah dengan 3R sangat diperlukan untuk menekan volume sampah yang semakin hari kapasitas terus bertambah.

Untuk mengatasi persampahan di wilayah ini diperlukan sistem pengelolaan sampah yaitu :

Pengumpulan

perlu disediakan bak bak sampah pada setiap kegiatan fungsional seperti adanya bak sampah yang disediakan di tiap banjar.

Pengangkutan

Sampah yang telah terkumpul kemudian diangkut dengan angkutan khusus sampah menuju TPS terdekat.

Pengelolaan

Sampah yang telah diangkut perlu dikelola sehingga tidak tertumpuk penuh di TPS yaitu dengan salah satu program 3R (reuse, reduce, dan recycle) sehingga hasil dari pengelolaan ini juga dapat dimanfaatkan sebagai kompos atau sumber listrik (PLTSa). Mengelola sampah dengan sistem 3R (Reuse Reduce Recycle) sebenarnya dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja (setiap hari), di mana saja, dan tanpa biaya. Sehingga dibutuhkan sedikit waktu dan kepedulian penduduk wilayah tersebut.Gambar 5.5 Rencana Pengembangan Sistem Drainase

Daerah Pelayanan :

Desa Subagan

Daerah Pelayanan :

Kelurahan Karangasem

Daerah Pelayanan :

Desa Tumbu

Sebagian Pertima dan Bugbug

CV. Singajaya Konsultan IV-9