bahan ajar ham bagi guru (final)

Upload: hafis-muaddab

Post on 25-Feb-2018

274 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    1/180

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    2/180

    BAHAN AJAR HAM BAGI GURU

    Pengarah

    Prof. Harkristuti Harkrisnowo, SH, MA, Ph.D

    Penaggung Jawab

    Drs. Agus Rawan, SH, MM, M.Si

    Narasumber

    Dr. Solahuddin

    Ketua

    Drs. Agoes Zadjuli

    SekretarisLia Mariani, S.Sos

    Anggota

    Sofia Alatas, SH, CN

    Markus Simarmata, S.Sos

    Windra Aris Pratama, SE,

    Kamal, SH

    Rani Purwanti Kumalasari, S.Sos

    Penerbit

    Direktorat Jenderal HAM

    Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia

    Jalan.HR. Rasuna Said Kav C 4-5

    Kuningan Jakarta Selatan,

    Tlp (021) 2525941

    Fax (021) 2525941

    Ihak Cipta Dilindungi Undang-Undang

    Copyrigth @ Direktorat Jenderal HAM 2013

    Pengutipam hanya seijin penerbit, kecuali untuk kepentingan resensi dan keilmuan.

    Memperbanyak buku ini dengan cara fatokopi atau bentuk reproduksi lain alasan

    apapun tidak dibenarkan.

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    3/180

    Kata Pengantar

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 95

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    4/180

    Bahan Ajar HAM bagi Guru94

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    5/180

    KATA PENGANTAR

    paya penegakan HAM berarti setiap warga negara harus menghargai,

    Umenghormati dan menganggap penting semua proses dan upaya pemahamanHAM. Pengenalan nilai-nilai HAM dapat diinternalisasikan dan disosialisasikan

    melalui pelatihan HAM. Pelatihan HAM bagi guru sangat penting untuk

    diintegrasikan, dimana hal tersebut akan lebih berhasil dengan dukungan

    ketersediaan Bahan Ajar Pelatihan HAM bagi guru.

    Setelah Modul bagi guru telah selesai disusun dan dicetak pada tahun 2012, untuk

    lebih melengkapi modul tersebut, pada tahun 2013 ini Direktorat Jenderal HAM

    melalui Direktorat Penguatan HAM memandang perlu melanjutkannya dengan

    Bahan Ajar Pelatihan HAM Bagi Guru.

    Guru memiliki peranan yang sangat penting dan strategis dalam upaya

    meningkatkan penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan HAM. Dalam tugas-

    tugasnya, guru juga sangat berpotensi melakukan pelanggaran HAM terhadap para

    siswa/siswinya. Oleh karena itu, pelatihan HAM bagi para guru penting untuk

    dilakukan. Untuk mendukung hal tersebut, perlu disusun dengan cermat suatu bahan

    ajar pelatihan HAM bagi Guru.

    Bahan ajar ini tentu saja masih jauh dari sempurna. Namun kami berharap segala

    materi dalam bahan ajar ini dapat memberi inspirasi dan pemahaman lebih

    khususnya bagi para guru agar pengimplementasian nilai-nilai HAM dapat lebih

    mudah dan efektif , dan dapat dimanfaatkan sebaik mungkin.

    Pada akhirnya harapan kami bahwa bahan ajar ini menjadi sarana yang juga berguna

    bagi fasilitator maupun pelatih HAM, dan mampu memberikan penguatan HAM bagi

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 95

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    6/180

    para guru baik di tingkat nasional, provinsi ataupun kabupaten/kota guna

    mengimplementasikan HAM ke dalam proses belajar mengajar di satuan pendidikan

    masing-masing.

    Tim Penyusun

    Bahan Ajar HAM bagi Guru94

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    7/180

    Daftar Isi

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 95

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    8/180

    Bahan Ajar HAM bagi Guru94

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    9/180

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ___ iii

    DAFTAR ISI ___ v

    BAB I MEMAHAMI NILAI-NILAI HAM

    A. Pengertian HAM ___ 1

    B. Filosofi HAM ___ 5

    C. Prinsip-Prinsip HAM ___ 9

    D. Karakteristik HAM ___ 11

    BAB II HAK ATAS PENDIDIKAN SEBAGAI HAM

    A. Dasar Filosofi Hak Atas Pendidikan ___ 55

    B. Instrumen Internasional Hak Atas Pendidikan ___ 63

    C. Instrumen Nasional Hak Atas Pendidikan ___ 75

    BAB III TANGGUNGJAWAB PEMERINTAH ATAS PEMENUHAN

    HAK PENDIDIKAN

    A. Problematika Pemenuhan Hak Atas Pendidikan ___ 83

    B. Kewajiban Pemerintah dalam Pemenuhan

    Hak Atas Pendidikan ___ 86

    C. Hak Pendidikan bagi Semua ___ 90

    BAB IV PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN BERBASIS HAM

    A. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Guru ___ 95

    B. Pembelajaran Berbasis Pemenuhan Hak Anak ___ 97

    C. Hak Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus ___ 113

    D. Contoh Kasus Pelanggaran HAM dalam Dunia Pendidikan ___ 116

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 95

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    10/180

    Bahan Ajar HAM bagi Guru94

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    11/180

    Bab 1

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    12/180

    Bahan Ajar HAM bagi Guru2

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    13/180

    Bab 1MEMAHAMI NILAI-NILAI HAM

    A. PENGERTIAN HAM

    Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM), berdasarkan Universal Declaration of

    Human Rights, adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal

    dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa

    pun. Sedangkan berdasarkan UU no. 39 tahun 1999 diartikan sebagai hak yang

    melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang

    Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung

    tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi

    kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

    HAM adalah hak-hak yang (seharusnya) diakui secara universal sebagai hak-hak

    yang melekat pada manusia karena hakekat dan kodrat kelahirannya sebagai

    manusia. Dikatakan 'universal' karena hak-hak ini dinyatakan sebagai bagian

    dari kemanusiaan setiap individu, tak peduli apapun warna kulitnya, jenis

    Lihat Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) tahun 1948

    Lihat Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

    1

    1

    2

    2

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 1

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    14/180

    kelaminnya, usianya, latar belakang kultural dan agama atau kepercayaan

    spiritualnya. Sementara itu dikatakan 'melekat' atau 'inheren' karena hak-hak

    itu sudah ada dengan sendirinya berkat kodrat kelahirannya sebagai manusia

    dan bukan karena pemberian oleh suatu organisasi atau kekuasaan mana pun.Juga, dikatakan 'melekat' karena pada dasarnya hak-hak ini tidak sesaat pun

    boleh dirampas atau dicabut oleh pihak lain.

    Pengakuan atas adanya hak-hak manusia yang asasi memberi jaminan secara

    moral maupun demi hukumkepada setiap manusia untuk menikmati

    kebebasan dari segala bentuk penghambaan, penindasan, perampasan,

    penganiayaan atau perlakuan apapun lainnya yang menyebabkan manusia itutak dapat hidup secara layak sebagai manusia yang dimuliakan oleh Tuhan Yang

    Maha Esa.

    Namun demikian, tidaklah mudah memahami konsep HAM bila kita tidak bisa

    memahami apa sesungguhnya yang dimaksud dengan konsep hak. Karena

    kekaburan pengetahuan mengenai konsep ini dapat mengakibatkan

    pemahaman yang salah tentang HAM.

    Mengenai makna hak, kita bisa berangkat dari pertanyaan tentang perbedaan

    situasional pada seseorang ketika ia memiliki hak dan pada saat ia tidak

    memiliki hak. Perbedaan itu terletak pada timbulnya kewajiban pada orang lain,

    yaitu si pemilik hak (subjek hak) menuntut haknya (objek hak) agar dapat

    dipenuhi oleh orang lain. Hak untuk hidup seseorang misalnya, menimbulkan

    adanya kewajiban orang lain untuk memenuhinya. Hak berhubungan dengan

    kewajiban. Kepemilikan hak pada seseorang akan menyebabkan adanya

    kewajiban yang diberikan oleh orang lain kepada pemilik atau subjek hak

    tersebut. Konsep hak bersifat selalu menghubungkan antar-individu

    participation in rights is participation in relations with others. Begitu pula

    Lihat bahan ajar, Konsep Dasar HAM, Direktorat Jendral HAM Kementrian Hukum dan HAM Republik3

    3

    Bahan Ajar HAM bagi Guru4

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    15/180

    dengan hak individu, ia menghubungkan setiap individu sebagai pemilik hak

    dengan pihak lain sebagai pemilik kewajiban terhadapnya sekaligus

    menghubungkan setiap individu yang memiliki kewajiban dengan semua

    individu lainnya yang memiliki hak. Itulah sekilas ulasan mengenai konsep hakyang sekaligus berhubungan dengan kewajiban, agar bisa lebih tepat

    memahami pengertian HAM.

    Dalam tradisi Barat, Hak Asasi Manusia dikenal dengan istilah "right of man"

    yang juga melingkupi "rights of women". Istilah "right of man" menggantikan

    istilah "natural right". Eleanor Roosevelt, kemudian mengubahnya dengan

    istilah "human rights", karena istilah ini dipandang lebih netral dan universal.Meskipun tidak ada konsensus yang tunggal tentang makna yang tepat dari

    istilah "hak asasi manusia", namun semua kalangan sepakat dan setuju bahwa

    hak asasi manusia memberikan kemampuan kepada setiap orang untuk

    memiliki dan menikmati kualitas hidup dalam standar minimal yang berkaitan

    dengan kebebasan, keadilan, persamaan di hadapan hukum, dan kesempatan

    untuk memenuhi kebutuhan dasar atas budaya, ekonomi, dan sosial.

    B. FILOSOFI HAM

    HAM pada dasarnya adalah nilai universal yang ada dalam setiap kelompok

    masyarakat di dunia. Akan tetapi catatan tentang sejarah pemikiran HAM

    dalam berbagai literature umumnya dimulai dengan sejarah yunani kuno,

    pidato pemakaman Pericles yang sangat terkenal pada tahun 431 SM

    membeberkan visi Athena tentang kebebasan, demokrasi dan persamaan.

    Namun ide ini terkubur selama seratus tahun dan terlupakan pada 338 SM

    karena Athena bertekuk lutut pada bangsa Macedonia. Ide ini dilanjutkan

    dengan ide kebebasan dan persamaan yang disebar luaskan oleh Socrates yang

    Eleanor Roosevelt, Stuggle for Human Rights, ditelusur melalui http://www.udhr.org/history /biographies

    /bioer.htm pada 19 April 2013

    Ditelusur melalui http://www.udhr.org/history/biographies/bioer.htm

    Lihat bahan ajar, Konsep Dasar HAM, Direktorat Jendral HAM Kementrian Hukum dan HAM RepublikIndonesia, 2011

    4

    5

    6

    6

    5

    4

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 5

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    16/180

    justru berimbas buruk pada dirinya. Hukuman meminum racun dipilihnya demi

    mempertahankan ide kebebasannya.

    Sementara itu para filsuf Stoic secara eksplisit berhasil merumuskan doktrin

    libertarian mengenai hak-hak individu yang bisa dijumpai di dalam Bible dan

    kertas kerja Marcus Cicero, negarawan Romawi dan Plutarch, esais Yunani.

    Namun berbagai gagasan tersebut tidak bertahan lama dalam struktur politik

    emperium Romawi hingga menguap pada abad pertengahan. Seorang filsuf

    Romawi, Horace sangat terkenal dengan seruan2nya:"Sapere Aude!", "Dare to

    Know!", dan "Have the courage your understanding!" (Teguhlah pada pemikiran

    sendiri, jangan hanya membeo dan pakailah otakmu). Pandangan ini dianggapmerupakan pemikiran pencerahan yang secara konsisten menekankan pada

    nalar dan kebebasan yang berdampingan atau beraliansi satu dengan yang lain

    guna melawan berbagai kepalsuan tradisi, alam dan politik.

    Pandangan ini menginspirasi filsuf Immanuel Kant (1724-1804) untuk

    menterjemahkan makna pencerahan (the enlightenmen/abad pencerahan

    yang lahir pada periode-nya) sebagai suatu proses dimana semua manusiaberpartisipasi sekaligus sebagai suatu tindak keberanian melakukan

    penyempurnaan diri secara personal. Proses ini meliputi pendekonstruksian

    berbagai kebiasaan, takhayul, keterbelakangan, yang mengemansipasi manusa

    dari berbagai limitasi (penguasa/gereja) yang merupakan norma yang berlaku

    pada masa itu. Menurut Kant "ketika kebebasan menjadikan masyarakat

    berfikir sendiri dengan nalarnya, terhadap segala sesuatu yang menjadi

    urusannya. Tuntutan Kant menjadi prasyarat adanya kebebasan berbicara dan

    berpikir.

    Lihat bahan ajar, Konsep Dasar HAM, Direktorat Jendral HAM Kementrian Hukum dan HAM Republik

    Indonesia, 2011

    Immanuel Kant, Zum ewigen FriedenAnhang II (1795) in: Smtliche Werkevol. 5, (Grand Duke Wilhelm

    Ernst ed. 1927) hlm. 703

    Hugo Adam Bedau,"Anarchical Fallacies": Bentham's Attack on Human Rights, Human Rights Quarterly-

    Volume 22, Number 1, February 2000, pp. 261-279

    7

    7

    8

    8

    9

    9

    Bahan Ajar HAM bagi Guru6

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    17/180

    Kant bukan satu-satunya filsuf yang mengembangkan pemikiran tentang hak

    asasi manusia. Pemikiran dari Hugo Grotius (1583-1645), seorang yang dikenal

    sebagai bapak hukum internasional modern, atau Samuel von Pufendorf (1632-

    1694) dan John Locke (1632-1704) merupakan gambaran tentangperkembangan pemikiran yang mengemuka saat itu. Locke misalnya, konsep

    tentang natural rights yang menguraikan tentang rangkaian hak asasi yang

    merupakan hak-hak dasar seperti hak hidup, kebebasan dan kepemilikan. Jean-

    Jacques Rousseau (1712-1778) mengelaborasi konsep hak asasi manusia

    berdasarkan pandangan tentang bagaimana penguasa menterjemahkannya

    dalam kebijakan yang dibuat bagi masyarakat atas dasar kontrak sosial.

    Gambaran tentang perkembangan pemikiran HAM pada dasarnya juga dapat

    ditelusuri dari para tokoh yang berasal dari belahan dunia timur. Mahatma

    Gandhi merupakan salah satu tokoh yang memperjuangkan nilai HAM,

    Mahatma Gandhi (1869-1948) yang hadir sebagai salah satu pejuang

    kemerdekaan India. Ia mengajarkan pemahaman konsep self determination

    atau penentuan nasib sendiri serta non-violence sebagai perlawanan tanpa

    kekerasan. Sebagai seorang ahli hukum, Gandhi banyak mempercayai perjuang

    melalui jalur diplomasi dan hukum yang bila merujuk kepada ajaran Krishna

    Chaitanya (1478-1533) berkaitan erat dengan prinsip persamaan dimuka

    hukum.

    Di Indonesia sendiri pandangan beberapa tokoh seperti Kartini merupakan

    bagian dari sejarah perkembangan pemikiran HAM di Indonesia. Pemikiran

    Kartini yang di dalam bukunya Habis Gelap Terbitlah Terang dimana ia menulis

    tentang pentingnya niali persamaan sebagai berikut:

    Jiwa yang sama tak memandang warna, tak memandang pangkat

    dan tingkat, tetapi tangan berjabat dalam hal apapun jua

    Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang, (Yogyakarta: Narasi,2011) hlm.46710

    10

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 7

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    18/180

    Reaksi kemarahannya tentang sikap merendahkan dari para penjajah

    kepada orang-orang bumi putera sebagai berikut:

    Aku yakin orang-orang tidak akan memberikan seperempat

    perhatian mereka pada kami (seandainya kami tidak) memakai

    kebaya dan sarung, melainkan gaun, (seandainya) selain nama jawa

    kami, kami punya nama Belanda.

    Dalam tulisannya yang lain Kartini pun menulis tentang hak atas

    kebebasan berpikir dan berekspresi sebagai berikut:

    Aku ingin (menulis disurat khabar) tetapi tidak dengan namakusendiri, aku ingin tetap tidak dikenal. Di Hindia ini, jika seseorang

    mendengar tentang artikel-artikel yang ditulis perempuan jawa,

    mereka akan segera tahu siapa yang menulis tulisan ini.

    Perkembangan pemikiran tentang HAM juga mencatat tentang pembelaan

    (pleidoi) Bung Karno didepan pengadilan colonial (volkstraat) yang kemudian

    menghukumnya. Didalamnya ia menyatakan gugatan ayas hak ataspersamaan dan kebebasan serta lepas dari penganiayaan adalah milik semua

    orang dan setiap bangsa didunia. Dituturkannya:

    Diberi hak-hak atau tidak diberi hak-hak, diberi pegangan atau tidak

    diberi pegangan, diberi penguat atau tidak diberi penguat, tiap-tiap

    makhluk, tiap umat, tiap-tiap bangsa, tidak boleh tidak pada

    akhirnya berbangkit, pada akhirnya bangun, pada akhirnya

    menggerakkan tenaganya, kalau ia sudah terlalu sekali merasakan

    teraniaya oleh suatu daya angkara murka.

    Dari paparan di atas tentang landasan filosofis HAM maka dapat disimpulkan

    bahwa sesungguhnya memahami hak Asasi manusia bukanlah sesuatu yang

    sulit karena HAM adalah nilai yang berlaku secara universal.

    Bahan Ajar HAM bagi Guru8

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    19/180

    C. PRINSIP-PRINSIP HAM

    Untuk mempermudah mengenali dan memahami HAM, baik dalam praktik

    kehidupan sehari-hari maupun dalam konteks yang lebih luas, maka dapat

    dirumuskan prinsip-prinsip HAM yang merupakan acuan untuk memperlakukan

    setiap umat manusia dimana pun mereka berada. Prinsip-Prinsip tersebut

    adalah :

    1. Bersifat Universal (universality)

    Beberapa moral dan nilai-nilai etik tersebar di seluruh dunia. Negara dan

    masyarakat di seluruh dunia seharusnya memahmi dan menjungjungtinggi hal itu. Universalitas hak berarti bahwa hak tidak dapat berubah atau

    hak tidak dialami dengan cara yang sama oleh semua orang. HAM tidak

    lahir dari ruang kosong, namun lahir dari situasi dan kondisi tertentu.

    Dipengaruhi oleh budaya dan aspek-aspek sosial dalam masyarakat

    tertentu. Dalam konteks ini HAM bersifat universal pada aspek material

    (substansi persoalan) yaitu hak-hak yang diatur dalam Pasal 1 sampai 27

    DUHAM. Namun bagaimanapun HAM diimplementasikan di tiap wilayah

    atau negara, bisa partikular sesuai dengan budaya, kontruksi sosial dan

    peraturan formal yang berlaku. Hanya saja, jika formal bertentangan

    dengan yang substansi, maka yang formal tersebut harus diubah. Karena

    tidak semua intrumen HAM nasional telah sesuai dengan instrumen HAM

    Internasional.

    2. Martabat Manusia (human dignity)

    Hak asasi merupakan hak yang melekat, dan dimiliki setiap manusia di

    dunia. Prinsip-prinsip HAM ditemukan pada pikiran setiap individu, tanpa

    memperhatikan umur, budaya, keyakinan, etnis, ras, jender, orientasi

    Lihat, Modul Pelatihan HAM untuk Para Guru di Sekolah, Direktorat Penguatan HAM Kementrian Hukum

    dan HAM RI, 2012.

    11

    11

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 9

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    20/180

    seksual, bahasa, kemampuan atau kelas sosial. Setiap manusia, oleh

    karenanya harus dihormati dan dihargai hak asasinya. Konsekuensinya

    semua orang memiliki status hak yang sama dan sederajat dan tidak bisa

    digolong-golongkan berdasarkan tingkatan hirarki.

    3. Kesetaraan (equality)

    Konsep kesetaraan mengekspresikan gagasan menghormati martabat

    yang melekat pada setiap manusia. Secara spesifik pasal 1 DUHAM

    menyatakan bahwa Setiap umat manusia dilahirkan merdeka dan

    sederajat dalam harkat dan martabatnya.

    4. Non Diskriminasi (non-discrimination)

    Non diskriminasi terintegrasi dalam prinsip kesetaraan. Prinsip ini

    memastikan bahwa tidak seorangpun dapat meniadakan hak asasi orang

    lain karena faktor-faktor luar seperti misalnya ras, warna kulit, jenis

    kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan lainnya, kebangsaan,

    kepemilikan, status kelahiran atau lainnya.

    5. Tidak dapat dicabut (inalienability)

    Hak-hak individu tidak dapat direnggut, dilepaskan dan dipindahkan.

    6. Tidak Bisa dibagi (indivisibility)

    HAM -baik hak sipil, politik, budaya dan ekonomi- semuanya bersifat

    inheren yaitu menyatu dalam harkat martabat manusia. Pengabaian pada

    satu hak akan menyebabkan pengabaian terhadap hak-hak lainnya. Hak

    setiap orang untuk bisa memperoleh penghidupan yang layak adalah hak

    yang tidak bisa ditawar-tawar lagi., hak tersebut merupakan modal dasar

    bagi setiap orang agar mereka bisa menikmati hak-hak lainnya seperti hak

    atas kesehatan atau hak atas pendidikan.

    Bahan Ajar HAM bagi Guru10

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    21/180

    7. Saling berkaitan dan bergantung (interrelated and interdependence)

    Pemenuhan dari satu hak seringkali bergantung kepada pemenuhan hak

    lainnya, baik secara keseluruhan maupun sebagian. Contohnya dalam

    situasi tertentu hak atas pendidikan atau hak atas informasi adalah hak

    yang saling bergantungan satu sama lain. Oleh karena itu, pelanggaran

    HAM saling bertalian; hilangnya satu hak akan mengurangi hak lainnya.

    8. Tanggungjawab Negara (state rensponsibility)

    Negara dan para pemangku kewajiban lainnya bertanggungjawab untuk

    menaati hak asasi. Dalam hal ini, mereka harus tunduk pada norma-normahukum dan standar yang tercantum di dalam intrumen-intrumen HAM.

    Seandainya mereka gagal dalam melaksanakan tanggungjawabnya, pihak

    pihak yang dirugikan berhak untuk mengajukan tuntutan secara layak,

    sebelum tuntutan itu diserahkan pada sebuah pengadilan yang kompeten

    atau adjudikator (penuntut) lain yang sesuai dengan aturan dan prosedur

    hukum yang berlaku.

    D. KARAKTERISTIK HAM

    Hak asasi manusia memiliki ciri dan kharakteristik tertentu yang menjadi

    pembeda dengan hak-hak umum lainnya, diantara kharakteristik HAM adalah:

    1. Bersifat Universal dan tidak dapat dicabut

    Pada dasarnya hak asasi manusia itu inherent bagi semua manusia dalam

    pengertian bahwa hak ini dimiliki oleh setiap manusia dan melekat

    padanya (bukan merupakan hak yang diberikan atau hadiah). Disamping

    itu hak ini sering dinyatakan inalienable atau tidak dapat dikesampingkan

    (walaupun dengan aturan hukum tertentu).

    Lihat, Modul Pelatihan HAM untuk Para Guru di Sekolah, Direktorat Penguatan HAM Kementrian Hukum

    dan HAM RI, 2012.

    12

    12

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 11

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    22/180

    2. Saling bergantung dan berkaitan satu sama lain (interdependence and

    interrelatedness)

    Pemenuhan suatu hak tertentu kadangkala bergantung pada adanya

    pemenuhan hak lainnya. hak atas kebebasan berpendapat dengan hak atas

    upah yang layak, hak atas pendidikan dengan hak untuk memperoleh

    informasi, dan lain sebagainya. Oleh karenanya, tidaklah dapat dinyatakan

    bahwa pemenuhan satu hak menjadi lebih penting daripada pemenuhan

    hak lainnya karena satu dan yang lairsaling berkaitan.

    3. Persamaan dan tanpa diskriminasi (equality dan nondiskrimination)

    Dalam kehidupan sebagai anggota masyarakat dunia, setiap individu pada

    dasarnya sederajat. Oleh karenanya keberlakuan yang sama bagi setiap

    orang atas hak asasi manusia. Setiap individu berhak sepenuhnya atas hak-

    haknya tanpa adanya perbedaan dengan alasan apapun, seperti warna

    kulit, jenis kelamin, etnis, usia, bahasa, agama, pandangan politik,

    kewarganegaraan, latar belakang sosial, kecacatan, atau alasan perbedaan

    lainnya.

    4. Tidak dapat dibagi (indivisibility)

    Hak asasi manusia secara teoretis memang terbagi dalam berbagai jenis

    hak seperti hak sipil, hak politik, hak sosial, hak budaya, atau hak ekonomi.

    Akan tetapi dalam implementasinya semua hak itu inheren dan menyatu

    dalam harkat-martabat manusia. Konsekuensi logis dari pemikiran ini

    adalah semua orang memiliki status hak yang sama dan sederajat, tidak

    bisa digolong-golongkan berdasarkan tingkatan hirarkis. Pelanggaran

    atau tidak terpenuhinya pada satu hak akan berdampak pula pada

    pelanggaran atau tidak terpenuhinya hak lainnya.

    Bahan Ajar HAM bagi Guru12

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    23/180

    5. Turut berpartisipasi dan berperan aktif

    Setiap individu adalah bagian dari seluruh anggota masyarakat berhak

    untuk turut berpartisipasi dan berperan aktif serta berkontribusi dalam

    perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia baik bagi diri sendiri

    maupun perlindungan dan pemenuhan ham bagi orang lain. Setiap

    anggota masyarakat juga dapat berkontribusi dalam pembangunan dan

    berbagai upaya pemenuhan baik hak sipil, hak politik,ekonomi, sosial,

    budaya, dan demi perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar.

    6. Akuntabilitas dan penegakan hukum ( accountability dan rule of law)

    Negara dan lembaga lainnya sebagai pemangku kewajiban bertanggung

    jawab untuk mentaati hak asasi manusia. Hal itu merupakan kewajiban

    negara dengan alat-alat kekuasaannya untuk memenuhi dan

    melindunginya dan bukan kewajiban individu. Mereka harus tunduk pada

    norma-norma hukum dan standar yang tercantum di dalam instrumen hak

    asasi manusia. Seandainya terdapat kegagalan dalam upaya pelaksanaan

    tanggung jawabnya, pihak-pihak yang dirugikan berhak untuk

    mengajukan tuntutan secara layak dan penyelesaian yang adil sesuai

    prosedur hukum yang berlaku. Dampak penting akibat dari karakter ini

    adalah bahwa hak asasi manusia dengan sendirinya harus dilindungi oleh

    hukum (rule of law). Selanjutnya, bila terjadi sengketa berkaitan dengan

    hak asasi tersebut maka harus diselesaikan melalui proses ajudikasi oleh

    lembaga peradilan yang kompeten, tidak berpihak dan mandiri, melalui

    hukum acara yang jelas, sehingga dapat dipastikan akan adanya suatu

    penyelesaian yang adil, jujur, sehingga masalah yang disengketakan

    menjadi jelas dan dapat diselesaikan.

    Tidaklah dipungkiri bahwa HAM lahir dari konflik antara individu dengan

    penguasa atau negara. Oleh karenanya, ide dasar dari HAM adalah melindungi

    warga masyarakat dari kesewenang-wenangan penguasa. Berdasarkan

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 13

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    24/180

    pemikiran itu. Maka negara berkewajiban memberikan jaminan bahwa

    tindakan sewenang-wenang yang demikian tidak akan terjadi. HAM dalam

    katagori ini digolongkan sebagai perlindungan atas "kebebasan yang

    fundamental". Hak ini dianggap sebagai prasyarat bagi perlindungan hak-haklainnya, dimana fondasi dasar dan arah perlindungannya dirumuskan dalam

    suatu aturan perundang-undangan.

    Posisinya yang merupakan prasyarat bagi pembangunan, berimplikasi akan

    adanya suatu rumusan yang jelas yang mengatur hubungan antara negara

    dengan warganya dan juga hubungan antara sesama warga negara. Hubungan

    warga negara dengan negara disebut sebagai "vertical effect" dari HAM,sementara hubungan antar warga negara disebut sebagai "horizontal effect" .

    "Vertical effect" memiliki makna bahwa adanya kewajiban negara untuk

    memastikan perlindungan dan pemenuham HAM bagi setiap warga negaranya.

    Sementara dilain pihak negara harus memastikan adanya perlindungan individu

    dari pelanggaran HAM oleh individu lainnya.

    E. HAM DALAM PERSPEKTIF AGAMA

    Agama dan Hak Asasi Manusia selintas terlihat seperti entitas yang berbeda

    yang memiliki ranah masing-masing. Yang pertama dianggap sudah given dari

    Tuhan sedangkan yang kedua dikategorikan sebagai produk manusia yang bisa

    dirubah-rubah, dan karenanya keduanya dianggap bertentangan. Pandangan

    seperti ini sangat tidak tepat dan lebih banyak bersumber dari ketidakpahaman

    terhadap HAM dan agama.

    Benar adanya bahwa lahir dan berkembangnya konsep HAM itu berasal dari

    filsafat pemikiran Barat. Momentum deklarasi HAM setelah Perang Dunia

    Kedua dilatari oleh keprihatinan mendalam terhadap tidak dihargainya hak-hak

    dasar manusia sehingga mengakibatkan penderitaan berkepanjangan. Namun

    Helen Fenwich, Rights To Protest, Human Rights Act and The Margin Of Appriciation, The Modern LawReview, Vol.62 No.4, July 1999, hlm.491-495

    13

    13

    Bahan Ajar HAM bagi Guru14

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    25/180

    penting untuk ditekankan bahwa nilai-nilai yang disuarakan HAM bersifat

    universal dan ada di berbagai agama, dan karenanya agama dan HAM bukanlah

    sesuatu yang perlu dihadap-hadapkan. Sebaliknya, agama dan HAM adalah 2

    hal yang saling menyatu dalam konteks sama-sama berusaha menjalankansegala perintah Sang Pencipta dan menjauhi seluruh larangan-Nya dengan

    menjaga kemaslahatan ummat manusia sejagad raya termasuk menjaga hak-

    hak hidup dan kelangsungan hidup manusia seluruhnya.

    Dalam sudut pandang ini, dapat dipastikan bahwa sebenarnya agama lah yang

    pertama kali memperkenalkan nilai-nilai bahkan merumuskan hak asasi

    manusia menjadi ketentuan-ketentuan yang wajib dipenuhi dan dipatuhi.Yahudi, Nasrani, Islam, sebagai agama samawi, maupun agama-agama lainnya

    seperti Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu sangat mengagungkan hak asasi

    manusia. Yaitu hak yang dimiliki oleh seluruh keturunan Adam untuk hidup,

    mempertahankan kehidupannya, berkeluarga, menuntut ilmu, hak

    mendapatkan keadilan hukum, hak kebebasan berkeyakinan, keamanan,

    perlindungan, dan lain sebagainya.

    1. HAM Dalam Perspektif Agama Islam

    Mendiskusikan relasi Islam dan HAM tentunya tidaklah mudah karena

    banyak sekali pandangan dan pendapat yang mengitarinya. Namun secara

    simple, diskursus Islam dan HAM bisa dilihat dari ajaran sentral Islam itu

    sendiri, yaitu tauhid (mengesakan Allah) dengan kredo L Ilha Ill Allh

    (Tidak ada Tuhan selain Allah). Di antara makna tauhid yang terkenal adalah

    tidak ada ketundukan, kecuali kepada Allah. Dalam perspektif tauhid,

    karenanya, seluruh manusia harus tunduk kepada Allah, bukan kepada

    manusia. Manusia bukanlah sumber kebenaran, melainkan tidak lebih dari

    Ada beberapa pengertian mengenai Hak Asasi Manusia. Berdasarkan Universal Declaration of Human

    Rights, HAM diartikan sebagai hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang

    berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sedangkan berdasarkan UU no. 39 tahun

    1999 menyebutkan bahwa HAM adalah hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai

    makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggidan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan

    harkat dan martabat manusia

    14

    14

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 15

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    26/180

    hamba-Nya semata. Ini artinya semua manusia sama, dan kalaupun harus

    dibedakan, maka pembedaan itu karena meritokrasi semata, yaitu

    pemberian reward kepada manusia berdasarkan prestasinya terutama

    tingkat ketakwaannya.

    Dalam hal ini, tauhid melarang pemberhalaan terhadap manusia yang

    membelenggu. Tauhid juga bukan saja menawarkan emansipatorisme

    (pembebasan manusia), tetapi juga kepercayaan dan kekuatan egaliter

    yang tidak membedakan manusia berdasarkan darah atau kekayaan.

    Dalam tauhid, semua manusia sama dengan hak-hak asasi (dasar)-nya.

    Pada saat Islam pertama kali datang, tentu saja hal ini merupakan ajaran

    revolusioner. Wajar, jika elite-elite Mekah saat itu memandang Islam

    sebagai ancaman terhadap sistem kekuasaan dan ekonomi yang

    dominatif, tidak memandang sama kepada manusia. Mereka pun

    kemudian tidak bisa membedakan antara kenabian dan kekuasaan.

    Sebagaimana tergambar dalam surat-surat Makiyyah seperti al-Ma'un (QS

    107) dan al-Humazah (QS. 104), bagi mereka Islamisasi lebih merupakangerakan menuntut hak-hak kemanusiaan yang sama dan gerakan

    menentang ketidaktundukan pada kekuasaan yang tidak menghormati

    harkat dan martabat mansuia. Karenanya, mereka tidak tertarik dengan

    Islam, karena visi kemanusiaannya yang mengancam mereka.

    Sebagaimana dikatakan Bani Sadr, tauhid juga berarti persamaan hak-hak

    dasar ekonomi manusia, mengingat dalam Islam semuanya adalah milik

    Allah. Dengan konsep tauhid yang didukung konsep zakat, tauhid

    menghendaki pemerataan hak-hak dasar (asasi) semisal hak-hak dasar

    ekonomi dan menentang hubungan dominatif yang didasarkan pada

    hubungan kuasa dan memandang rendah manusia lain yang tidak

    berkuasa dan berharta banyak.

    Lihat Modul Pelatihan Hak Asasi Manusia Untuk Para Guru di Sekolah, Direktorat Penguatan HAM ,

    Kementrian Hukum dan HAM RI, h. 138

    15

    15

    Bahan Ajar HAM bagi Guru16

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    27/180

    Perspektif tauhid seperti itu bisa dipahami, karena risalah Islam bukan saja

    untuk menjadi rahmat bagi manusia, tetapi juga alam semesta. Dalam hal

    ini, Islam bukan saja menghormati kemanusiaan, tetapi juga bahkan untuk

    kesemestaan (QS 21: 107). Dalam konteks kemanusiaan, Islam jugabertujuan membebaskan manusia dari kezaliman (kegelapan) menuju

    pada keadilan kemanusiaan (cahaya) (QS 14:1). Jadi, bisa dipastikan bahwa

    Islam datang bukan untuk Tuhan, karena Tuhan Mahakaya, tetapi untuk

    kepentingan (kemaslahatan) manusia. Dalam bahasa asy-Syathibi (730-

    790 H) dari mazhab Maliki, kepentingan (kemaslahatan) manusia itu, dalam

    pengertian dharr (mendesak/tidak boleh tidak) adalah untuk memelihara

    agama (moralitas manusia yang bermartabat), jiwa, akal, keturunan, dan

    harta benda manusia. Bahkan, baginya, kemasalahatan (kepentingan)

    manusia itu merupakan inti Islam, dalil universal, dan perenialnya. Sebab

    itulah, dalam ushul fikih pun dikenal kaidah: mengelola atau memutuskan

    persoalan masyarakat (manusia) tergantung pada kemaslahatannya.

    Kemaslahatan manusia, dalam Islam merupakan rasio bagi ajarannya.

    Karena itu, HAM yang diperkenalkan Barat ke dunia Islam pada masa

    modern, secara umum diterima sebagai bagian dari ajaran Islam itu sendiri,

    meskipun sebagiannya menerima tidak penuh dan negara seperti Arab

    Saudi Arabia dan Iran pasca Revolusi 1979 menolaknya, karena dipandang

    bias Barat yang Kristen dan lagi pula bertentangan dengan sebagian isi

    syari'ah tradisional yang sakral, sebagaimana nanti akan dijelaskan. Selain

    karena alasan di atas, para ahli yang memandang bahwa Islam dan HAM

    berkesesuaian juga karena HAM adalah hak-hak dasar (fundamental)

    tertentu yang diberikan Tuhan sejak lahir dan harus dinikmati semua

    manusia tanpa diskriminasi atas dasar ras, warna kulit, jenis kelamin,

    bahasa, agama, status sosial dan lainnya, yang karenanya tidak ada satu

    pun kekuasaan yang dapat mencabutnya. Pasalnya, karena tanpa hak itu

    manusia tidak bisa hidup sebagai manusia yang sesunggguhnya. Ini

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 17

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    28/180

    sebagaimana hadis riwayat Ahmad, bahwa dalam Islam, seluruh manusia

    sama. Orang Arab tidak lebih baik daripada non Arab dan orang kulit putih

    tidak lebih baik daripada kulit hitam. Kalaupun harus dibedakan, yang

    membedakannya adalah ketaqwaan mereka sebagai hasil usahanya.

    Di antara para ahli yang berpandangan demikian adalah Marcel A. Boisard,

    Abu al-A'la al-Maududi, Syeikh Syaukat Hussain, Ali Abdel Wahid Wafi, dan

    di Indonesia seperti Hasbi ash-Shiddiqy, Harun Nasution bersama Bahtiar

    Effendi, dan Baharuddin Lopa. Dalam tulisan-tulisannya, para ahli ini

    berhasil menekankan betapa Islam sejalan dengan HAM. Bahkan sebagian

    dari mereka, memandang bahwa Barat modern mengenal HAM pertamakali lewat Islam di Spanyol Islam yang menjadi rumah bagi tiga agama dan

    perdabannya, yaitu Islam, Kristiani, dan Yahudi.

    Meskipun dalam Islam, hak-hak asasi manusia tidak secara khusus memiliki

    piagam, akan tetapi Al-Qur'an dan As-Sunnah memusatkan perhatian pada

    hak-hak yang diabaikan pada bangsa lain. Nash-nash ini sangat banyak,

    antara lain:

    a. Dalam al-Qur'an terdapat sekitar empat puluh ayat yang berbicara

    mengenai paksaan dan kebencian. Lebih dari sepuluh ayat bicara

    larangan memaksa, untuk menjamin kebebasan berfikir,

    berkeyakinan dan mengutarakan aspirasi. Misalnya:

    "Kebenaran itu datangnya dari Rabb-mu, barangsiapa yang ingin

    beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir,

    biarlah ia kafir."

    (QS. 18: 29)

    b. Al-Qur'an telah mengetengahkan sikap menentang kedzaliman dan

    orang-orang yang berbuat dzalim dalam sekitar tiga ratus dua puluh

    ayat, dan memerintahkan berbuat adil dalam lima puluh empat ayat

    Bahan Ajar HAM bagi Guru18

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    29/180

    yang diungkapkan dengan kata-kata: 'adl, qisth dan qishas.

    c. Al-Qur'an mengajukan sekitar delapan puluh ayat tentang hidup,

    pemeliharaan hidup dan penyediaan sarana hidup. Misalnya:

    "Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang

    itu membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di

    muka bumi, maka seakan-akan ia telah membunuh manusia

    seluruhnya." (QS. 5: 32). Juga Qur'an bicara kehormatan dalam sekitar

    dua puluh ayat.

    d. Al-Qur'an menjelaskan sekitar seratus lima puluh ayat tentang ciptaan

    dan makhluk-makhluk, serta tentang persamaan dalam penciptaan.

    Misalnya: "... Orang yang paling mulia diantara kamu adalah yang

    paling bertawa diantara kamu." (QS. 49: 13)

    e. Pada haji wada' Rasulullah menegaskan secara gamblang tentang

    hak-hak asasi manusia, pada lingkup muslim dan non-muslim,

    pemimpin dan rakyat, laki-laki dan wanita. Pada khutbah itu nabi saw

    juga menolak teori Yahudi mengenai nilai dasar keturunan.

    Dalam Islam, apa yang disebut dengan hak asasi manusia dalam aturan

    buatan manusia adalah keharusan (dharurat) yang mana masyarakat tidak

    dapat hidup tanpa dengannya. Para ulama muslim mendefinisikan

    masalah-masalah dalam kitab Fiqh yang disebut sebagai Ad-Dharurat Al-

    Khams, dimana ditetapkan bahwa tujuan akhir syari'ah Islam adalah

    menjaga akal, agama, jiwa, kehormatan dan harta benda manusia.

    Nabi saw telah menegaskan hak-hak ini dalam suatu pertemuan besar

    internasional, yaitu pada haji wada'. Dari Abu Umamah bin Tsa'labah, nabi

    saw bersabda: "Barangsiapa merampas hak seorang muslim, maka dia

    telah berhak masuk neraka dan haram masuk surga." Seorang lelaki

    bertanya: "Walaupun itu sesuatu yang kecil, wahay rasulullah ?" Beliau

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 19

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    30/180

    menjawab: "Walaupun hanya sebatang kayu arak." (HR. Muslim).

    Islam berbeda dengan sistem lain dalam hal bahwa hak-hak manusia

    sebagai hamba Allah tidak boleh diserahkan dan bergantung kepada

    penguasa dan undang-undangnya. Tetapi semua harus mengacu pada

    hukum Allah. Sampai kepada soal shadaqah tetap dipandang sebagaimana

    hal-hal besar lain. Misalnya Allah melarang bershadaqah (berbuat baik)

    dengan hal-hal yang buruk. "Dan janganlah kamu memilih yang buruk-

    buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya..." (QS. 2: 267).

    Hak-hak Alamiah

    Hak-hak alamiah manusia telah diberikan kepada seluruh ummat manusia

    sebagai makhluk yang diciptakan dari unsur yang sama dan dari sumber

    yang sama pula (lihat QS. 4: 1, QS. 3: 195).

    a. Hak Hidup

    Allah menjamin kehidupan, diantaranya dengan melarang

    pembunuhan dan meng-qishas pembunuh (lihat QS. 5: 32, QS. 2: 179).

    Bahkan hak mayit pun dijaga oleh Allah. Misalnya hadist nabi: "Apabila

    seseorang mengkafani mayat saudaranya, hendaklah ia mengkafani

    dengan baik." Atau "Janganlah kamu mencaci-maki orang yang sudah

    mati. Sebab mereka telah melewati apa yang mereka kerjakan."

    (Keduanya HR. Bukhari).

    b. Hak Kebebasan Beragama dan Kebebasan Pribadi

    Kebebasan pribadi adalah hak paling asasi bagi manusia, dan

    kebebasan paling suci adalah kebebasan beragama dan menjalankan

    agamanya, selama tidak mengganggu hak-hak orang lain. Firman

    Allah: "Dan seandainya Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman

    orang di muka bumi seluruhnya. Apakah kamu memaksa manusia

    Bahan Ajar HAM bagi Guru20

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    31/180

    supaya mereka menjadi orang beriman semuanya?" (QS. 10: 99).

    Untuk menjamin kebebasan kelompok, masyarakat dan antara

    negara, Allah memerintahkan memerangi kelompok yang berbuat

    aniaya terhadap kelompok lain (QS. 49: 9). Begitu pula hak beribadah

    kalangan non-muslim. Khalifah Abu Bakar menasehati Yazid ketika

    akan memimpin pasukan: "Kamu akan menemukan kaum yang

    mempunyai keyakinan bahwa mereka tenggelam dalam kesendirian

    beribadah kepada Allah di biara-biara, maka biarkanlah mereka."

    Khalid bin Walid melakukan kesepakatan dengan penduduk Hirah

    untuk tidak mengganggu tempat peribadahan (gereja dan sinagog)mereka serta tidak melarang upacara-upacaranya.

    Kerukunan hidup beragama bagi golongan minoritas diatur oleh

    prinsip umum ayat "Tidak ada paksaan dalam beragama." (QS. 2: 256).

    Sedangkan dalam masalah sipil dan kehidupan pribadi (ahwal

    syakhsiyah) bagi mereka diatur syari'at Islam dengan syarat mereka

    bersedia menerimanya sebagai undang-undang. Firman Allah:"Apabila mereka (orang Yahudi) datang kepadamu minta keputusan,

    berilah putusan antara mereka atau biarkanlah mereka. Jika engkau

    biarkan mereka, maka tidak akan mendatangkan mudharat bagimu.

    Jika engkau menjatuhkan putusan hukum, hendaklah engkau

    putuskan dengan adil. Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang

    yang adil." (QS. 5: 42). Jika mereka tidak mengikuti aturan hukum yang

    berlaku di negara Islam, maka mereka boleh mengikuti aturan

    agamanya - selama mereka berpegang pada ajaran yang asli. Firman

    Allah: "Dan bagaimana mereka mengangkat kamu sebagai hakim,

    sedangkan ada pada mereka Taurat yang di dalamnya ada hukum

    Allah? Kemudian mereka tidak mengindahkan keputusanmu.

    Sesungguhnya mereka bukan orang-orang yang beriman ." (QS.5: 7).

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 21

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    32/180

    c. Hak Bekerja

    Islam tidak hanya menempatkan bekerja sebagai hak tetapi juga

    kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan yang perlu dijamin. Nabi

    saw bersabda: "Tidak ada makanan yang lebih baik yang dimakan

    seseorang daripada makanan yang dihasilkan dari usaha tangannya

    sendiri." (HR. Bukhari). Dan Islam juga menjamin hak pekerja, seperti

    terlihat dalam hadist: "Berilah pekerja itu upahnya sebelum kering

    keringatnya." (HR. Ibnu Majah).

    Hak Hidup

    Islam melindungi segala hak yang diperoleh manusia yang disyari'atkan

    oleh Allah. Diantara hak-hak ini adalah :

    a. Hak Pemilikan

    Islam menjamin hak pemilikan yang sah dan mengharamkan

    penggunaan cara apapun untuk mendapatkan harta orang lain yang

    bukan haknya, sebagaimana firman Allah: "Dan janganlah sebagian

    kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan

    bathil dan janganlah kamu bawa urusan harta itu kepada hakim agar

    kamu dapat memakan sebagian harta benda orang lain itu dengan

    jalan berbuat dosa padahal kamu mengetahuinya." (QS. 2: 188). Oleh

    karena itulah Islam melarang riba dan setiap upaya yang merugikan

    hajat manusia. Islam juga melarang penipuan dalam perniagaan.

    Sabda nabi saw: "Jual beli itu dengan pilihan selama antara penjual dan

    pembeli belum berpisah. Jika keduanya jujur dalam jual-beli, maka

    mereka diberkahi. Tetapi jika berdusta dan menipu berkah jual-bei

    mereka dihapus." (HR. Al-Khamsah)

    Islam juga melarang pencabutan hak milik yang didapatkan dari usaha

    yang halal, kecuali untuk kemashlahatan umum dan mewajibkan

    Bahan Ajar HAM bagi Guru22

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    33/180

    pembayaran ganti yang setimpal bagi pemiliknya. Sabda nabi saw:

    "Barangsiapa mengambil hak tanah orang lain secara tidak sah, maka

    dia dibenamkan ke dalam bumi lapis tujuh pada hari kiamat."

    Pelanggaran terhadap hak umum lebih besar dan sanksinya akan lebihberat, karena itu berarti pelanggaran tehadap masyarakat secara

    keseluruhan.

    b. Hak Berkeluarga

    Allah menjadikan perkawinan sebagai sarana mendapatkan

    ketentraman. Bahkan Allah memerintahkan para wali mengawinkan

    orang-orang yang bujangan di bawah perwaliannya (QS. 24: 32).

    Aallah menentukan hak dan kewajiban sesuai dengan fithrah yang

    telah diberikan pada diri manusia dan sesuai dengan beban yang

    dipikul individu.

    Pada tingkat negara dan keluarga menjadi kepemimpinan pada

    kepala keluarga yaitu kaum laki-laki. Inilah yang dimaksudkan sebagai

    kelebihan laki-laki atas wanita (QS. 4: 34). Tetapi dalam hak dan

    kewajiban masing-masing memiliki beban yang sama. "Dan para

    wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya

    menurut cara yang ma'ruf, akan tetapi para suami mempunyai satu

    tingkatan kelebihan dari istrinya." (QS. 2: 228).

    c. Hak Keamanan

    Dalam Islam, keamanan tercermin dalam jaminan keamanan mata

    pencaharian dan jaminan keamanan jiwa serta harta benda. Firman

    Allah: "Allah yang telah memberi makanan kepada mereka untuk

    menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan."

    (QS. Quraisy: 3-4).

    Diantara jenis keamanan adalah dilarangnya memasuki rumah tanpa

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 23

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    34/180

    izin (QS. 24: 27). Jika warga negara tidak memiliki tempat tinggal,

    negara berkewajiban menyediakan baginya. Termasuk keamanan

    dalam Islam adalah memberi tunjangan kepada fakir miskin, anak

    yatim dan yang membutuhkannya. Oleh karena itulah, Umar binKhattab menerapkan tunjangan sosial kepada setiap bayi yang lahir

    dalam Islam baik miskin ataupun kaya. Dia berkata: "Demi Allah yang

    tidak ada sembahan selain Dia, setiap orang mempunyai hak dalam

    harta negara ini, aku beri atau tidak aku beri." (Abu Yusuf dalam Al-

    Kharaj). Umar jugalah yang membawa seorang Yahudi tua miskin ke

    petugas Baitul-Maal untuk diberikan shadaqah dan dibebaskan dari

    jizyah.

    Bagi para terpidana atau tertuduh mempunyai jaminan keamanan

    untuk tidak disiksa atau diperlakukan semena-mena. Peringatan

    rasulullah saw: "Sesungguhnya Allah menyiksa orang-orang yang

    menyiksa manusia di dunia." (HR. Al-Khamsah). Islam memandang

    gugur terhadap keputusan yang diambil dari pengakuan kejahatan

    yang tidak dilakukan. Sabda nabi saw: "Sesungguhnya Allah

    menghapus dari ummatku kesalahan dan lupa serta perbuatan yang

    dilakukan paksaan" (HR. Ibnu Majah).

    Diantara jaminan keamanan adalah hak mendpat suaka politik. Ketika

    ada warga tertindas yang mencari suaka ke negeri yang masuk wilayah

    Darul Islam. Dan masyarakat muslim wajib memberi suaka dan

    jaminan keamanan kepada mereka bila mereka meminta. Firman

    Allah: "Dan jika seorang dari kaum musyrikin minta perlindungan

    kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman

    Allah, kemudian antarkanlah ke tempat yang aman baginya." (QS. 9:

    6).

    Bahan Ajar HAM bagi Guru24

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    35/180

    d. Hak Keadilan

    Diantara hak setiap orang adalah hak mengikuti aturan syari'ah dan

    diberi putusan hukum sesuai dengan syari'ah (QS. 4: 79). Dalam hal ini

    juga hak setiap orang untuk membela diri dari tindakan tidak adil yang

    dia terima. Firman Allah swt: "Allah tidak menyukai ucapan yang

    diucapkan terus-terang kecuali oleh orang yang dianiaya." (QS. 4:

    148).

    Merupakan hak setiap orang untuk meminta perlindungan kepada

    penguasa yang sah yang dapat memberikan perlindungan dan

    membelanya dari bahaya atau kesewenang-wenangan. Bagi

    penguasa muslim wajib menegakkan keadilan dan memberikan

    jaminan keamanan yang cukup. Sabda nabi saw: "Pemimpin itu

    sebuah tameng, berperang dibaliknya dan berlindung dengannya."

    (HR. Bukhari dan Muslim).

    Termasuk hak setiap orang untuk mendapatkan pembelaan dan juga

    mempunyai kewajiban membela hak orang lain dengan

    kesadarannya. Rasulullah saw bersabda: "Maukah kamu aku beri tahu

    saksi yang palng baik? Dialah yang memberi kesaksian sebelum

    diminta kesaksiannya." (HR. Muslim, Abu Daud, Nasa'i dan Tirmidzi).

    Tidak dibenarkan mengambil hak orang lain untuk membela dirinya

    atas nama apapun. Sebab rasulullah menegaskan: "Sesungguhnya

    pihak yang benar memiliki pembelaan." (HR. Al-Khamsah). Seorang

    muslim juga berhak menolak aturan yang bertentangan dengan

    syari'ah, dan secara kolektif diperintahkan untuk mengambil sikap

    sebagai solidaritas terhadap sesama muslim yang mempertahankan

    hak.

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 25

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    36/180

    e. Hak Saling Membela dan Mendukung

    K e s e mpu rn a a n ima n d ia n t a ra n y a d it u n ju k k a n d e n ga n

    menyampaikan hak kepada pemiliknya sebaik mungkin, dan saling

    tolong-menolong dalam membela hak dan mencegah kedzaliman.

    Bahkan rasul melarang sikap mendiamkan sesama muslim, memutus

    hubungan relasi dan saling berpaling muka. Sabda nabi saw: "Hak

    muslim terhadap muslim ada lima: menjawab salam, menjenguk yang

    sakit, mengantar ke kubur, memenuhi undangan dan mendoakan bila

    bersin." (HR. Bukhari).

    f. Hak Keadilan dan Persamaan

    Allah mengutus rasulullah untuk melakukan perubahan sosial dengan

    mendeklarasikan persamaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia

    (lihat QS. Al-Hadid: 25, Al-A'raf: 157 dan An-Nisa: 5). Manusia

    seluruhnya sama di mata hukum. Sabda nabi saw: "Seandainya

    Fathimah anak Muhammad mencuri, pasti aku potong tangannya."

    (HR. Bukhari dan Muslim).

    Pada masa rasulullah banyak kisah tentang kesamaan dan keadilan

    hukum ini. Misalnya kasus putri bangsawan dari suku Makhzum yang

    mencuri lalu dimintai keringanan hukum oleh Usamah bin Zaid,

    sampai kemudian rasul menegur dengan: "... Apabila orang yang

    berkedudukan di antara kalian melakukan pencurian, dia dibiarkan.

    Akan tetapi bila orang lemah yang melakukan pencurian, mereka

    memberlakukan hukum kriminal..." Juga kisah raja Jabalah Al-

    Ghassani masuk Islam dan melakukan penganiayaan saat haji, Umar

    tetap memberlakukan hukum meskipun ia seorang raja. Atau kisah Ali

    yang mengadukan seorang Yahudi mengenai tameng perangnya,

    dimana Yahudi akhirnya memenangkan perkara.

    Bahan Ajar HAM bagi Guru26

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    37/180

    Umar pernah berpesan kepada Abu Musa Al-Asy'ari ketika

    mengangkatnya sebagai Qadli: "Perbaikilah manusia di hadapanmu,

    dalam majlismu, dan dalam pengadilanmu. Sehingga seseorang yang

    berkedudukan tidak mengharap kedzalimanmu dan seorang yanglemah tidak putus asa atas keadilanmu."

    Secara umum, hak-hak asasi manusia yang diakui Islam dalam tradisi Islam

    di atas bisa dibagi menjadi dua bagian besar: hak-hak dasar (dharr), yaitu

    hak-hak yang jika dilanggar, eksistensi atau harkat kemanusiaan manusia

    menjadi hilang. Misalnya hak hidup. Satu lagi adalah hak-hak sekunder

    (hj), yaitu hak-hak yang jika tidak terpenuhi, akan berakibat padahilangnnya hak-hak dasar (elementer).

    Pembagian ini sebanding dengan pembagian dalam literatur HAM

    modern, yaitu hak-hak non-derogable (hak-hak absolut yang harus dijamin

    kelangsungannya dalam kondisi apapun). Misalnya hak hidup; hak bebas

    dari penyiksaan; hak bebas dari perbudakan; hak bebas dari penahanan

    karena gagal memenuhi perjanjian (utang); hak bebas dari pemidanaanyang berlaku surut; dan hak sebagai subyek hukum; dan hak atas

    kebebasan berpikir, berkeyakinan, dan beragama.

    2. HAM dalam Perspektif Agama Kristen

    Menurut George M. Daniel, untuk melihat perspektif Kristen tentang Hak

    Asasi Manusia maka dapat dilihat melalui dua sisi yaitu mengkaji dari sudut

    iman serta teologi kristiani dan meletakkan upaya tersebut di dalam rangka

    upaya bersama seluruh umat manusia untuk mengusahakan yang terbaik

    bagi setiap orang dan semua orang sesuai dengan hak-hak asasinya

    sebagai manusia.

    Masih menurutnya, HAM tidak pernah bisa dilepaskan dari Hak dan

    George M. Daniel, Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Teologi Kristen, 201316

    16

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 27

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    38/180

    kewajiban. Hak mengimplikasikan kewajiban, sebab hak hanya menjadi

    hak setelah kewajiban terpenuhi. Sebaliknya, kewajiban juga

    mengimplikasikan hak, sebab kewajiban hanya dapat dilaksanakan sebaik-

    baiknya apabila hak dihormati. Hak tanpa kewajiban adalah kesewenang-wenangan, sedangkan kewajiban tanpa hak adalah perbudakan. Dalam

    etika Kristen (menurut Dietrich Bonhoeffer dalam bukunya ETHICS)

    menjelaskan bahwa kebebasan (hak) dan ketaatan (kewajiban) adalah

    dua sisi dari satu mata uang, yaitu tanggung jawab. Tidak ada tanggung

    jawab tanpa ketaatan, tetapi juga tidak ada tanggung jawab tanpa

    kebebasan.

    Douglas Elwood dalam bukunya HUMAN RIGHTS: A Christian Perspective

    menjelaskan bahwa: Ketika hak dipahami hanya sebagai klaim atas orang

    lain, dan tidak juga sebagai tanggung jawab moral di pihak kita, maka

    perjuangan Hak Asasi Manusia telah disalahtafsirkan sebagai tidak lebih

    dari sebuah pergulatan kekuasaan, dan dengan demikian istilah hak asasi

    manusia lalu menjadi sebuah slogan yang indah untuk suatu perang

    ideology atau suatu eufemisme untuk perjuangan bersenjata. Ia menjadi

    agitasi yang menyulut permusuhan letimbang sebuah advokasi yang

    positif dan konstruktif Hak Asasi Manusia adalah nilai-nilai moral

    universal yang melampaui klaim-klaim particular atau parochial; ia adalah

    hak-hak moral yang dimiliki oleh setiap orang semata-mata oleh karena ia

    dalah manusia, dan ia hanya terwujud di dalam saling keterkaitan dengan

    tanggung jawab moral. Hak Asasi Manusia sebagai nilai-nilai moral

    universal tidak pernah berdiri sendiri, melainkan selalu terkait dengan hak-

    hak yang sah dari orang lain dan kewajiban kita untuk menghormati hak-

    hak orang lain itu.

    George M. Daniel, Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Teologi Kristen, 2013

    George M. Daniel, Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Teologi Kristen, 2013

    17

    18

    18

    17

    Bahan Ajar HAM bagi Guru28

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    39/180

    Selain itu, HAM bersumber pada klaim Allah terhadap manusia.

    Oleh karena itu, walaupun ia tidak terlepas dari pengalaman historis

    manusia, ia tidak bersumber pada pengalaman manusia, melainkan pada

    tindakan Allah dalam sejarah manusia. Artinya: Hak Asasi Manusiabukanlah rumusan ideal manusia tentang dirinya sendiri, melainkan

    pemahaman tentang apa yang dikehendaki Allah mengenai manusia

    siapa manusia itu, apa makna eksistensinya, dan apa tujuan hidupnya, dari

    perspektif Allah.

    Di dalam kajian teologi Kristen, terdapat dua tema besar yang Menjadi

    Sumber HAM, yaitu:

    Pertama, Kedaulatan Allah yang Universal. Apakah sebenarnya Hak Asasi

    Manusia itu? Secara sederhana dapat dikatakan Hak Asasi Manusia adalah

    hak-hak yang paling asasi yang dilekatkan dan diletakkan oleh Sang Maha

    Pencipta pada setiap manusia dan semua manusia, semata-mata oleh

    karena ia adalah manusia. Hak-hak asasi ini terkait amat erat dengan

    hakikatnya sebagai manusia sebagai-mana yang dikehendaki oleh Allah,pada waktu Ia menciptakan manusia. Artinya: tanpa hak-hak asasi ini ia

    bukanlah manusia seperti yang dikehendaki oleh Sang Penciptanya.

    Apabila pemahaman kita tentang Hak Asasi Manusia bersumber pada

    kedaulatan Allah yang universal atas manusia, maka implikasinya, adalah

    bahwa tak ada satu orang pun atau satu lembaga pun, termasuk negara,

    yang berwenang untuk membatalkan atau mengurangi hak-hak tersebut,

    tanpa berhadapan dengan Allah sendiri. Tidak ada orang atau badan apa

    pun yang berhak untuk menetapkan apakah Hak Asasi Manusia itu lain

    daripada yang ditetapkan oleh Allah.

    Pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia, oleh karenanya, adalah

    George M. Daniel, Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Teologi Kristen, 201319

    19

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 29

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    40/180

    pelanggaran terhadap hak-hak asasi Allah sendiri!. Jangan ada padamu

    Allah lain di hadapanKu (Keluaran 20:3). Tidak boleh ada yang bersikap

    seperti Allah terhadap sesamanya, dalam arti mempunyai kekuasaan

    yang tak terbatas dan berhak menuntut ketaatan mutlak dari sesamanya,dan tidak boleh pula ada yang diperlakukan sebagai allah-allah kecil di

    samping Allah.

    Jurgen Moltmann mengatakan bahwa, Klaim Allah itu meliputi baik

    dimensi individualnya (martabat sebagai manusia), dimensi sosialnya

    (hidup kebersamaannya dengan yang lain), dimenasi ekologinya (kuasanya

    atas alam ciptaan), maupun dimensi futurologisnya (kesempatannya untukmemiliki masa depan).

    Oleh karena itu, Hak Asasi Manusia merupakan sebuah pengertian yang

    holistik: hak manusia untuk bebas; haknya untuk berkomunitas; haknya

    untuk mengelola; membangun dan memanfaatkan alam ciptaan; haknya

    untuk mempunyai masa depan yang lebih baik dan lebih sejahtera.

    Hak-hak tersebut mengimplikasikan Kewajiban Artinya:

    1. Hak saya untuk bebas dan bermartabat mengimplikasikan kewajiban

    saya untuk menghormati kebebasan dan martabat orang lain.

    2. Hak saya untuk berkomunikasi (hak untuk memberi dan menerima

    informasi serta mengekspresikan diri seotentik-otentiknya serta

    berkomunitas dengan orang-orang lain. Hal ini mengimplikasikan

    kewajiban saya untuk memberi informasi yang seakurat-akuratnya

    kepada orang lain, kewajiban saya untuk menghormati kebebasan dan

    perbedaan yang ada pada manusia dalam mengekspresikan dirinya,

    serta menghormati eksistensi serta identitas komunitas-komunitas

    yang lain.

    3. Hak saya atas alam ciptaan mengimplikasikan kewajiban saya untuk

    Bahan Ajar HAM bagi Guru30

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    41/180

    memelihara kelestariannya, dan

    4. Hak saya atas masa depan mengimplikasikan kewajiban dan

    tanggung jawab saya atas kesejahteraan generasi-generasi yang akan

    datang.

    Kedua, Citra Allah Pada Setiap Manusia. Setiap orang mempunyai hak asasi

    untuk hidup bermartabat, hak untuk hidup berkomunitas, hak untuk

    mengelola alam ciptaan dan hak untuk membangun masa depan yang

    lebih baik (dengan segala kewajiban asasi yang terkait). Ini berlaku pada

    setiap orang dan semua orang, oleh karena setiap orang dan semua orang

    adalah penyandang citra Allah.

    Sebagai citra Allah, manusia tidak cuma makhluk ciptaan seperti

    makhluk-makhluk ciptaan yang lain, melainkan setiap orang adalah suatu

    pribadi yang utuh, pribadi di hadapan Allah dan bertanggung jawab kepada

    Allah. Oleh karena setiap orang adalah citra Allah, maka setiap orang

    mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban asasi yang sama, tidak ada

    yang lebih dan tidak ada yang kurang. Perbedaan-perbedaan antar

    manusia yang bersifat kondisional dan eksternal tidak sedikit pun

    mengurangi atau menambah kesamaannya. Setiap orang dan semua

    orang diciptakan sama berharganya di hadapan Allah apa pun latar

    belakang rasial, warna kulit, tingkat budaya dan status sosial-ekonominya.

    Ini mengimplikasikan kewajiban setiap orang dan semua orang untuk

    mewujudkan kemanusiaannya yang penuh sesuai dengan harkat dan

    martabatnya sebagai citra Allah. Tanggung jawabnya yang penuh sebagai

    diri sendiri, tanggung jawabnya yang penuh untuk menghargai dan

    menjalin hubungan kebersamaan yang timbal balik dengan sesama citra

    Allah, tanggung jawabnya yang penuh untuk memelihara dan mengelola

    alam ciptaan bagi kesejahteraan bersama seluruh alam ciptaan, tanggung

    jawabnya yang penuh untuk membangun masa depan yang terbaik bagi

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 31

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    42/180

    generasi-generasi yang akan datang. Dan oleh karena itu juga kewajiban

    untuk melawan segala bentuk dehumanisasi, yaitu segala bentuk

    perlakuan yang tidak memperlihatkan manusia baik sebagai individu

    maupun sebagai kelompok sebagai citra Allah, yang menghalangimanusia untuk menghadirkan diri secara penuh dan otentik sesuai dengan

    harkat dan martabatnya sebagai citra Allah.

    Analog dengan apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus Kristus, bahwa hukum

    itu diciptakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hukum, maka

    negara dan kekuasaan itu ada untuk manusia, berkewajiban untuk

    menghargai dan melindungi harkat dan martabat manusia sebagai citraAllah.

    Di sini hendak ditolak pandangan tradisional bahwa raja atau penguasa itu

    secara inheren memiliki hak ilahi (divine right), yang berhak menuntut

    ketaatan mutlak dari rakyatnya. Sebaliknyalah! Legitimasi terhadap

    kekuasaan terletak pada apakah kekuasaan itu dipakai untuk melayani

    kepentingan rakyat dan melindungi hak-hak rakyat sebab rakyat inilah,baik sebagai individu maupun secara kolektif, yang mengemban citra Allah

    itu.

    Ini tidak berarti bahwa teologi Kristen bersifat anti kekuasaan. Namun

    demikian, pemanfaatan kekuasaan haruslah mengacu kepada Sang

    Pemilik dan Sumber segala kekuasaan. Artinya: 1). bagaimana Sang

    Mahakuasa itu memanfaatkan kekuasaanNya yang tidak terbatas itu,

    harus menjadi pola bagi setiap pemegang kekuasaan di dalam

    mempergunakan kekuasaannya, dan 2). bagaimana Allah memanfaatkan

    kekuasaan yang ada padaNya, secara amat khas dan jelas kita lihat

    khususnya di dalamYesus Kristus.

    Menurut George M. Daniel, mengutip pendapat Douglas Elwood,

    menjelaskan sebagai berikut, Kekuasaan yang dipakai Allah untuk

    Bahan Ajar HAM bagi Guru32

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    43/180

    menegakkan Hak Asasi Manusia di dalam sejarah mesti dipahami secara

    hakiki sebagai timbal-balik dan persuasif. Kedaulatan Allah di dalam

    sejarah adalah kuasa kasih yang penuh kesabaran, penuh kemurahan hati

    dan persuasif, (kuasa) yang memampukannya. Allah menjalankankedaulatanNya atas kita secara persuasif lebih dari koersif, secara timbal-

    balik daripada secara sepihak, secara rekonsiliatif daripada melalui

    konfrontasi yang menimbulkan pertentangan, dengan kuasa cinta bukan

    cinta kuasa.

    Jadi, pemanfaatan kuasa yang ada pada manusia harus mencerminkan

    pemanfaatan kuasa oleh Allah sendiri, dan di sinilah kekuasaan yang adapada manusia itu memperoleh legitimasinya. Salah satu hak yang paling

    asasi yang dikaruniakan oleh Tuhan kepada manusia, sesuai dengan

    hakikatnya sebagai Citra Allah, adalah KEBEBASAN. Tanpa kebebasan,

    manusia menjadi tidak lebih dari batu, hewan atau tanaman. Bukan

    manusia lagi.

    Kita mengetahui, bahwa kita menghadapi persoalan besar di sini. Sebab ituberarti, bahwa di dalam kebebasannya manusia juga bebas untuk

    menyalahgunakan kebebasan-nya itu. Sebab itu telah menjadi konsensus

    umum, bahwa untuk menghindarkan kemungkinan yang destruktif ini,

    maka kebebasan itu harus dibatasi, atau paling sedikit di atur. Secara

    teologis, bahwa kebebasan memang harus dibarengi dan diimbangi oleh

    ketaatan untuk membentuk tanggung jawab. Kebebasan di dalam

    ketaatan, dan ketaatan dalam kebebasan.

    Kebebasan yang kuat itulah yang harus secara amat khusus diatur dan

    dibatasi untuk melindungi kebebasan mereka yang lemah. Bukan

    sebaliknya. Walaupun pembatasan itu tentu saja juga harus diatur dan

    tidak boleh semena-mena, tetapi ini bukanlah pelanggaran Hak Asasi

    George M. Daniel, Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Teologi Kristen, 201320

    20

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 33

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    44/180

    Manusia melainkan justru untuk menegakkan Hak Asasi Manusia. Sebab,

    siapakah sebenarnya yang paling berkepentingan mengenai Hak Asasi

    Manusia ini, bila bukan mereka yang kecil, yang lemah, yang tak berdaya?!

    Kepada merekalah, kata TUHAN, kita harus berpihak. Sebab sebagaimanayang pernah dikatakan, Meskipun Dewi Keadilan itu digambarkan buta,

    kepada yang lemahlah ia berpihak.

    3. HAM dalam Perspektif Agama Hindu

    Hak Asasi Manusia sudah ada sejak zaman dahulu, hanya saja kebanyakan

    bersifat normative dan hanya tersirat yang tertuang didalam kitab suci.

    Hindu memiliki Konsep HAM yang tinggi yang tertuang didalam weda, baik

    weda Sruti maupun weda Smerti.

    Tentang persamaan didalam bhagavad gita tidak hanya dengan manusia

    tetapi juga terhadap semau mahkluk hidup seperti kutipan sloka berikut:

    vidya-vinaya-sampanne

    brahmane gavi hastinisuni caiva sva-pake ca

    panditah sama-darsinah

    (Bhagavad Gita 5.18)

    Artinya :

    Para resi yang rendah hati, berdasarkan pengetahuan yang sejati, melihat

    seorang brahmana yang bijaksana dan lemah lembut, seekor sapi, seekor

    gajah, seekor anjing dan orang yang makan anjing dengan penglihatan

    yang sama.

    lihat makalah Mencari Akar Krisis Etika & Moralitas Bangsa, direktur urusan agama hindu, ditjen bimas

    hindu dan buddha, Dep.Agama RI dalam lokakarya Masa Depan Kebangsaan Indonesia, MemperkukuhPilar-Pilar Kebangsaan Dalam Rangka Mewujudkan Cita-Cita Nnasional Bangsa Indonesia'

    diselenggarakan oleh Ikal Peduli.

    21

    21

    Bahan Ajar HAM bagi Guru34

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    45/180

    Orang yang pikirannya telah mantap dalam persamaan dan kemerataan

    sikap, telah mengalahkan keadaan kelahiran dan kematian. Bagaikan

    Brahman mereka bebas dari kelemahan, dan karena itu mereka sudah

    mantap dalam Brahman.( Bhagavad-gita 5.19)

    Kitab Isa Upanisad sloka 6 menyatakan:

    Yas tu sarvani bhutani atmanyevanupasyati

    sarva bhutesu catmanam tato na vijugupsate.

    Artinya :

    Dia yang melihat semua mahluk pada dirinya (Atman) dan dirinya

    (Atman) sendiri pada semua mahluk, Dia tidak lagi melihat adanya sesuatu

    perbedaaan dengan yang lain.[1]

    1. Kebebasan Mengeluarkan Pendapat

    Kemerdekaan untuk mengeluarkan pendapat merupakan sebagian dari

    hak asasi manusia. Oleh sebab itu, kemerdekaan mengeluarkanpendapat dijamin oleh Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia PBB

    maupun UUD 1945.

    Didalam Rg Veda, X.191.2-4 Menyebutkan Hendaklah bersatu

    padulah, bermusyawarah dan mufakat guna mencapai tujuan dan

    maksud yang sama, seperti para Dewa pada zaman dahulu telah bersatu

    padu. Begitu juga, bersembahyanglah menurut caramu masing-

    masing, namun tujuan dan hatimu tetap sama, serta pikiranmu satu,

    agar dikau dapat hidup bersama dengan bahagia.

    Berdasarkan Mantra veda tersebut sangat jelaskan mengajarkan

    kebebasan berpendapat dengan musyawarah mufakat.

    2. Kebebasan Memeluk Agama

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 35

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    46/180

    Kemajemukan atau keberagaman bukan hanya sebagai sebuah realitas

    sosial. Undang-undang dasar 1945 sebagai hukum negara menyatakan

    dengan jelas bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

    penduduk untuk memeluk agama nya masing-masing dan untukberibadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Karena itu

    ditegaskan semua agama memiliki hak yang sama untuk tumbuh dan

    berkembang, termasuk pemeluk agama untuk menjalankan agamanya

    secara bebas. Yang lain tidak perlu dipaksa pindah agama sebagaimana

    realita yang kita lihat selama ini. Setiap orang memiliki hak dasar

    memeluk agama, yang berarti kebebasan dan kewenangan seseorang

    untuk menganut suatu agama yang tercantum dalam veda kususnya

    bhagavad gita.

    Umat Hindu menghormati kebenaran dari mana pun datangnya dan

    menganggap bahwa semua agama bertujuan sama, yaitu menuju

    Tuhan, namun dengan berbagai sudut pandang dan cara pelaksanaan

    yang berbeda. Hal itu diuraikan dalam kitab suci Bhagavad Gita[4]

    sebagai berikut:

    samo 'hasarva-bhteu na me dveyo 'sti na priyah

    ye bhajanti tu mbhakty mayi te teu cpy aham

    (Bhagawadgita, IX:29)

    Artinya:

    Aku tidak pernah iri dan selalu bersikap adil terhadap semua makhluk.

    Bagi-Ku tidak ada yang paling Ku-benci dan tidak ada yang paling Aku

    kasihi. Tetapi yang berbakti kepada-Ku, dia berada pada-Ku dan Aku

    bersamanya pula.

    Ye yath mm prapadyante tms tathaiva bhajmy aham, mama

    vartmnuvartante manusyh prtha sarvaah (Bhagawadgita, 4:11)

    Bahan Ajar HAM bagi Guru36

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    47/180

    Artinya:

    Jalan mana pun yang ditempuh seseorang kepada-Ku,

    Aku memberinya anugerah setimpal. Semua orang mencari-Ku denganberbagai jalan, wahai putera Partha (Arjuna).

    Yo yo ym ym tanum bhaktah raddhayrcitum icchati,

    tasya tasycalm raddhm tm eva vidadhmy aham

    (Bhagawadgita, 7:21)

    Artinya:

    Kepercayaan apapun yang ingin dipeluk seseorang, Aku perlakukan

    mereka sama dan Ku-berikan berkah yang setimpal supaya ia lebih

    mantap

    3. Hak Pendidikan Yang Sama

    Secara sepesifik, tentang pendidikan (pengajaran) dalam konsep HAMPBB tersebut tertuang dalam pasal 26 ayat 1,2 dan 3, berbunyi:

    1. Setiap orang memiliki hak atas pengajaran. Pengajaran harus

    bebas, artinya pada tingkat-tingkat elementer dan fundamental.

    Pengajaran elementer harus wajib. Pengajaran teknik dan profesi

    pada umumnya harus terbuka, dan pengajaran tinggi harsu

    terbuka bagi semua berdasarkan kecakapannya.

    2. Pengajaran harus diarahkan pada perkembangan penuh

    kepribadian insan dan pengokohan rasa hormat terhadap hak asasi

    manusia dan prinsip-prinsip kebebasan. Dia harus memajukan

    pengertian, toleransi dan persahabatan diantara kelompok-

    kelompok ras dan keagamaan, disamping harus mengembangkan

    aktivitas-aktivitas Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam menjaga

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 37

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    48/180

    perdamaian.

    3. Orang tua mempunyai hak utama untuk memilih macam

    pendidikan yang akan diberikan kepada anak-anaknya. Demikian

    pula pasal 27 ayat 1 dan 2 berbunyi:

    1. Setiap orang berhak untuk bebas berpartisipasi di dalam

    kehidupan kebudayaan masyarakat, untuk menikmati

    kesenian dan berperan serta dalam memajukan ilmu

    pengetahuan dan menikmati manfaatnya.

    2. Setiap orang berhak untuk mendapatkan perlindungankepentingan moral dan material yang ia peroleh dari setiap

    usahanya dibidang keilmuan, kesusasteraan, kesenian di

    mana ia menjadi penciptanya.

    Kaitannya dengan pasal tersebut didalam weda disebutkan bahwa

    semua golongan masyarakat berhak mendapatkan pendidikan yang

    sama;

    Yathemam vacam kalyanim avadani janebyah, Brahma rajanyabhyam

    sudraya caryaya, Ca svaya caranaya ca Yayurveda 26.2.

    hendaknya disampaikan sabda suci ini kepada seluruh umat manusia,

    cendikiawan, rohaniawan, raja, pemerintah, masyarakat, para

    pedagang, petani, buruh, kepada orang orangKu dan kepada orang

    asing sekalipun

    Berdasarkan sloka Yajurveda tersebut sangat jelas bahwa pendidikan

    adalah hak semua insan.

    4. Hak Untuk Hidup Dan Mendapatkan perlakuan Yang Sama

    Dalam ajaran Hindu tentang ahimsa mengajarkan setiap mahkluk hidup

    Bahan Ajar HAM bagi Guru38

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    49/180

    mendapatkan hidup yang layak dan sama bagi semua yang bernyawa

    sedangkan tattwam asi merupakan ajaran yang menganggap manusia

    sama dan sederajat .

    Kata ahimsa terdapat dalam buku-buku suci agama Hindu klasik

    Upanishad, Yoga Sutra dan Bhagavad Gita. Secara harfiah kata Sanskrit

    itu berarti ketiadaan gangguan, ketiadaan serangan atau ketiadaan

    kejahatan. Ahimsa adalah gaya hidup yang menjauhkan diri dari segala

    perbuatan yang menyakiti siapa pun atau merusak apa pun. Ahimsa

    adalah nazar asketis bagi orang yang mencari kebenaran dan

    kekudusan. Setelah sekian abad kata ahimsa dipakai secara terbatas dikalangan agama Hindu, mendadak pada 1920-an kata itu mencuat

    menjadi populer ke seluruh dunia.

    TATWAM ASI merupakan mahavakya atau ajaran yang bersumber dari

    Weda, memiliki dimensi metafisika, fisika, etika sosial dan landasan

    humanisme Hindu. tatwam asi berdasarkan konsep advaita vedanta

    (monisme) memandang manusia secara esensial sama.

    Tatwam asi adalah ajaran normatif yang tidak semata-mata berlaku

    sesama manusia, tetapi juga terhadap makhluk hidup dan bahkan

    benda mati sekalipun. Sebab, dalam semua benda itu terdapat energi

    yang tidak lain adalah panas atau prana. Itu daya hidup. Karena itu

    segala perbuatan yang dapat mengakibatkan penderitaan,

    ketidakseimbangan, disharmoni, bahkan penghancuran dan kematian

    orang lain dan alam semesta bertentangan dengan ajaran tatwam asi,

    Dalam perspektif Hindu, ahimsa bukan sebuah kondisi fisik, tetapi sikap

    mental mencintai. Nonkekerasan sebagai suatu kondisi mental,

    berbeda dengan sikap tak melawan. Nonkekerasan tak memiliki

    dendam dan kebencian. Namun kedua mahavakya itu, kata Yudha

    Triguna, bukanlah sesutu yang mudah dilaksanakan. Dia memerlukan

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 39

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    50/180

    proses latihan, dengan kesadaran dan komitmen diri untuk

    meningkatkan kehidupan spiritual.

    Tatwam asi tak bisa dilaksanakan jika dalam diri masih ada rasa dengki,

    iri hati, dendam, marah, fitnah dan seterusnya. Karena sifat itu

    menghambat dan menghalangi kesadaran diri yang cenderung

    melahirkan sifat keakuan (ego). Karena itu ajaran ini baru menjadi suatu

    pola tindakan, manakala telah dilaksanakan sebagai bentuk disiplin,

    sebab agama adalah praktik dan disiplin diri.

    Dandah sasti prajah sarva danda evabhiraksati, danda suptesu jagarti

    danda dharmam vidurbudhah (Manu Smerti)

    Sangsi hukum itu memerintah semua mahluk, hukum itu yang

    melindungi mereka, hukum yang berjaga selagi orang tidur, orang

    orang bijaksana menyamakannya dengan dharma.

    4. HAM Dalam Perspektif Agama Budha

    Hak asasi manusia berarti hak-hak yang melekat pada manusia

    berdasarkan kondratnya, jadi hak-hak yang dimiliki sebagai manusia. Maka

    kita tidak boleh mengecualikan kelompok-kelompok manusia tertentu.

    Sudah melekat pada pengertian hak-hak sasai manusia itu sendiri, bahwa

    hak-hak asasi manusia harus dipahami dan di mengerti secara universal.

    Memerangi atau menentang universalitas hak-hak asasi manusia berarti

    memerangi dan menentang hak-hak asasi manusia. Hak-Hak Asasi

    Manusia merupakan kewenangan yang melekat pada manusia sebagai

    manusia, yang harus diakui dan dihormati oleh sesama manusia maupun

    pemerintah dimana ia tinggal.

    Menurut Tia Kusnanto, sikap pengejawantahan dari penghormatan atas

    nilai-nilai HAM adalah saling hidup bertoleransi. Nasehat Sang Buddha

    adalah mari kita hidup dengan bahagia, tidak membenci mereka yang

    Bahan Ajar HAM bagi Guru40

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    51/180

    membenci kita. Di antara mereka yang membenci kita, mari kita hidup

    bebas dari membeci. Mari kita hidup dengan bahagia dan bebas dari

    penyakit. Mari kita hidup dengan bahagia dan bebas dari ketamakan, di

    antara mereka yang tamak.

    Masih menurutnya, Buddhisme memandang Hak-hak asasi manusia tidak

    hanya menyangkut interaksi-aksi antar umat manusia, tetapi

    berhubungan dengan alam sekitar. Apabila alam sekitarnya rusak maka

    umat manusia akan menghadapi malapetaka. Tidakkah alam juga

    memasuki hak asasi sendiri ? Agama Buddha sangat menaruh perhatian

    terhadap hak asasi setiap bentuk kehidupan hingga mahluk sekecil apapun. Agar persoalan Hak asasi manusia dapat didudukkan pada tempatnya

    secara benar. Manusia harus memiliki internal yang bersifat spiritual, bebas

    dari keserakahan, kebencian dan kebodohan atau pandangan yang keliru.

    Tentunya mereka selalu berjuang untuk menegakkannya dan tidak boleh

    dipengaruhi oleh perasaan benci dan permusuhan.

    Setiap pernyataan hak-hak asasi manusia sesungguhnya martabat yangterkandung didalamnya yang dikemukakan sebagai bentuk prinsip dasar

    hukum. Martabat manusia ini diperoleh manusia dari kebebasan maupun

    kemandiriaanya. Karena manusia dapat memiliki hidupnya, maka pemiliki

    itu pun harus dipercayakan kepadanya. Landasan hak-hak asasi manusia

    merupakan tolak ukur setiap penindasan horizontal diantara manusia, tapi

    juga melarang campur tangan pemerintah yang terlalu banyak dalam

    kehidupan pribadi.

    Prinsip hak-hak asasi manusia mengukuhkan pada tiap hak manusia. Hak

    setiap manusia sama sucinya dengan hak jutaan manusia. Prinsip hak

    tersebut memberikan kepada hukum dasar kemanusiaan murni, landasan

    Lihat Artikel Tina Kusnanto, HAM Menurut Pandangan Agama Budha, 2012

    Lihat Artikel Tina Kusnanto, HAM Menurut Pandangan Agama Budha, 2012

    22

    22

    23

    23

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 41

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    52/180

    etika manusiawi yang umum. Berdasarkan hal ini sebenarnya setiap

    landasan hukum yang teokratis ditolak. Apa yang dinyatakan sebagai

    hukum, tidak boleh diambil dari wahyu, kepercayaan atau teologi. Hukum

    harus menciptakan suatu masyarakat antara sesama manusia, apa punjuga keyakinannya, dia merupakan razim tenggang rasa sepenuhnya.

    Hanya yang tak dapat dibiarkan ialah penindasan, sikap tak tenggang rasa,

    sikap tak menghargai manusia.

    Hak asasi manusia bukan hanya memiliki pengertian yang anivokal

    (bermakna satu) yang harus diartikan analoga dimana ada kesamaan dan

    titik perbedaan serta memiliki kategori dimana hak-hak yang dimilikisetiap warga negara dari negara yang bersangkutan (hak-hak warga

    negara) dan hak-hak yang pada dasarnya dimiliki semua yang berdomisili

    di negara yang bersangkutan.

    Kenyataanya, semua bagsa menerima prinsip-prinsip yang sama, harus

    ada sesuatu sebab yang umum. Sebab umum itu adalah sensus communis,

    akal sehat. Secara rasional pula prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia dalamhukum ialah setiap orang memiliki kecenderungan untuk hidup bersama

    orang lain dengan damai. Kecenderungan ini lepas dari karsanya, sebagai

    landasan obyek seluruh hukum. Secara deduktif dapat disimpulkan empat

    prinsip dasar dari prinsip pokok yang menjadi pilar seluruh sistem hukum

    alam, yaitu :

    a. Prinsip milikku dan milikmu. Milik orang lain harus dihormati dan

    dihargai.

    b. Prinsip kesetiaan pada janji.

    c. Prinsip ganti rugi, kalau kerugian itu karena kesalahan orang lain.

    Scheltens,Pengantar Filsafat Hukum, (Jakarta: Erlangga, 1984), h. 69

    Krisnanda Wijaya-Mukti, Wacana Buddha-Dhamma, (Jakarta: Yayasan Sharma Pembangunan, 2003), h.466

    24

    25

    25

    Bahan Ajar HAM bagi Guru42

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    53/180

    d. Prinsip perlunya hukum karena pelanggaran atas hukum alam dan

    hukum-hukum lainya

    Teori etika umat Buddha terungkap secara praktis dalam berbagai prinsip

    atau disiplin yang merupakan panduan umum untuk menuju arah kemana

    untuk melangkah menuju keselamatan ahkir. Walaupun banyak dari prinsip

    ini dinyatakan dalam bentuk yang negatif, kita tidak boleh berpikir bahwa

    moralitas umat Buddha terdiri dari penahanan diri dari kejahatan saja

    tanpa diimbangi dengan perbuatan yang baik. Moralitas yang ditemukan

    dalam prinsip itu dapat dirangkum dalam tiga prinsip yang sangat

    sederhana, Hindarilah kejahatan, berbuatlah kebajikan, sucikan pikiran

    inilah nasehat yang telah diberikan oleh semua Buddha.

    Buddhisme mengakui bahwa hukum dan rumusan hak masyarkat

    sebelumnya telah menciptakan ketertiban dalam masyarakat yang

    mungkin sebelumnya kacau balau. Di dalam peraturan-peraturan tersebut

    membantu meningkatkan kesejahteraan baik individu mupun kolektif.

    Namun betapapun bermanfatnya ini, bahwa Buddhisme mempunyai

    pandangan tentang peraturan, hukum, pegangan hukum dan rumusan hak

    yang dibuat manusia hanylah berupa kebenaran (realitas) sekunder.

    Kecuali kalau mereka berlandaskan prinsip-prinsip Dhamma (hukum,

    realitas yang sesungguhnya, sebab akibat yang benar), serta telah diselami

    oleh orang-orang yang memiliki pemahaman mendalam atas prinsip-

    prinsip demikian. Bila tidak, pengembangan kualitas manusia yang

    bermakna serta ihwal hidup berdampingan secara damai di antara sesama

    manusia baik secara local maupun lingkungan dimana demokrasi telah

    menciptakan ketegangan diantara beragam unsure yang bersifat multi

    dimensi dan oleh karena itu sangat memerlukan persatuan masyarakat.

    Lihat Dh. XIV, hal. 183

    Scheltens,Pengantar Filsafat Hukum, (Jakarta: Erlangga, 1984), h. 71

    26

    26

    27

    27

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 43

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    54/180

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    55/180

    dalam lagi melalui meditasi, realisasi serta usaha belajar yang giat.

    Permasalahan Hak Asasi Manusia bukan saja berhubungan dengan

    manusia akan tetapi dekat sekali dengan alam sekitar. Sesungguhnya

    dengan memperhatikan lebih dekat terhadap alamsekitar bertujuan untuk

    membuat kehidupan manusia menjadi lebih bahagia. Umat manusia lebih

    peduli terhadap lingkungan menjadi lebih bahagia. Umat manusia peduli

    terhadap lingkungan hidup dan alam karena mereka peduli terhadap diri

    mereka. Melindungi lingkungan hidup adalah juga melindungi diri mereka,

    memungkinkan manusia bertahan hidup dan hidup bahagia. Apabila alam

    sekitar dirusak, maka umat manusia akan menghadapi malapetaka.Walaupun manusia pada dasarnya menduduki dan menjadikan tanah

    sebagai sumber kekayaan atas mil ik hak mereka. Namun

    permasalahannnya adalah bagaimana manusia memperlakukan hak milik

    mereka dan apakah hal tersebut menimbulkan kerusakan pada tanah

    airnya atau dunia.

    Sebagai contoh dalam membesarkan anak, orang tua tidak hanyabertindak berdasarkan hak asasi anak. Tetapi bahkan memberi lebih

    banyak daripada standar minimum yang menjadi hak anak tersebut. Orang

    tua menjaga anak mereka penuh cinta kasih dan kasih sayang bukan hanya

    secara khusus memikirkan sekedar hak asasi anak. Dengan alam pikiran

    seperti orang tua yang memperlakukan anaknya maka umat manusia

    akan mampu untuk hidup secara harmonis.

    Bentuk permasalahan yang muncul dalam hak asasi manusia khususnya

    hubungan anak dan orang tua, sebagai contoh di Amerika Serikat bahwa

    apabila orang tua salah dalam memperlakukan anak mereka, maka anak-

    anak dapat memanggil polisi atau memberitahu seorang guru untuk

    memanggilkan polisi dan menahan orang tua mereka. Konsep hak asasi

    Lihat Dh. XIV, hal. 18328

    28

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 45

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    56/180

    manusia merupakan satu sisi dari sebuah mata uang atau hanya mengukur

    tingkat kemajuan tertentu dari umat manusia dan pada kenyataanya

    terjadi sekenario ekstrim dimana sejumlah masyarakat tidak saling

    menghormati kehidupan, keselamatan dan kebebasan, pelanggaranterhadap kehidupan, hak milik dan kebebasan serta kemerdekaan pribadi

    senantiasa terjadi. Sebaliknya dibagian masyarakat lainnya, hak-hak selalu

    dituntut, hidup semata-mata menuntut hak asasi.

    Dalam bentuk pendekatan Buddhisme, ketentuan yang terdapat dalam

    Deklarasi Universal Hak Asasi hakikatnya memiliki prinsip yang sama

    dengan nilai-nilai Buddhis. Namun dalam masyarakat hal ini belum cukup,yang merupakan standar sosial minimum setidak-tidaknya dapat

    melindungi dunia agar tidak terbakar dengan kobaran api. Memungkinkan

    manusia untuk tinggal bersama. Mengembangkan kehidupan manusia

    menuju taraf yang tinggi melalui sila, samadhi dan panna. Oleh karena itu,

    perlu mengembangkannya dengan etika yang positif, yang konstruktif.

    Jadi Hak Asasi Manusia dalam Deklarasi Universal Hak Asai Manusia

    merupakan dasar, landasan yang memungkinkan umat manusia menjalani

    kehidupan yang bajik serta hidup dalam kedamaian dan keharmonisan.

    Upaya Pemajuan, Penghormatan dan Penegakan HAM

    Dalam rangka pemajuan, penghormatan dan penegakan HAM, seluruh

    stakeholder yang terdiri dari masyarakat, pemerintah dan lembaga

    swadaya masyarakat (LSM) telah berupaya bersinergi untuk

    memenuhinya.

    1. Peran Serta Masyarakat dalam Penegakan HAM di Indonesia.

    Kewajiban dasar manusia Indonesia terhadap HAM sesuai dengan UU

    No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pada bab VI adalah

    sebagai berikut:

    Bahan Ajar HAM bagi Guru46

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    57/180

    a. Setiap orang yang berada di wilayah negera Republik Indonesia

    wajib patuh terhadap peraturan perundang-undangan, hukum

    tak tertulis, dan hukum internasional mengenai HAM yang telah

    diterima oleh negara Republik Indonesia (pasal 67).

    b. Setiap orang wajib menghormati HAM orang lain, moral, etika,

    dan tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

    bernegara (pasal 69 ayat 1).

    c. Setiap HAM seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan

    tanggung jawab untuk menghormati hak-hak orang lain secara

    timbal balik (pasal 69 ayat 2).

    d. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib

    tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan oleh undang-

    undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta

    penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk

    memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan

    moral, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat

    demokratis (pasal 70).

    2. Peran Serta Pemerintah dalam Penegakan HAM di Indonesia

    Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah terhadap HAM sesuai

    dengan UU No. 39 1999 tentang HAM adalah sebagai berikut:

    a. Pemerintah wajib bertanggung jawab menghormati,

    melindungi, menegakkan, dan memajukan hak asasi manusia,

    sesuai peraturan perundang-undangan, dan hokum internasional

    tentang HAM yang diterima oleh negara Republik Indonesia

    (pasal 71).

    b. Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah meliputi langkah

    Bahan Ajar HAM bagi Guru 47

  • 7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)

    58/180

    implementasi yang efektif dalam hukum, politik, ekonomi, sosial,

    budaya, pertahanan keamanan negara, dan bidang lain (pasal 72).

    Sebagai pihak yang paling bertanggungjawab dalam upaya

    pemajuan, penghormatan dan penagakan HAM, maka berikut ini

    beberapa hasil kerja pemerintah yang telah dihasilkannya:

    a. Pada tanggal 7 Juni 1993, telah diupayakan berdirinya Komisi

    Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).

    b. Disahkannya Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak

    Asasi Manusia pada tanggal 13 November 1998.

    c. Dalam amandemen UUD 1945, persoalan HAM mendapat

    perhatian khusus, yaitu de