bahasa dan kekuasaan _ hasrulharahap's blog
TRANSCRIPT
-
7/21/2019 Bahasa Dan Kekuasaan _ Hasrulharahap's Blog
1/3
Hasrulharahap's Blog
Just another WordPress.com weblo
BAHASA DAN KEKUASAAN
November 14, 2013
*Hasrul Harahap, SS, M.Hum
Alat komunikasi yang utama adalah bahasa. Hubungan antara satu bangsa dengan bangsa yanglain dijalin dengan bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki peranan penting dalamkehidupan manusia, dengan berbahasa manusia sebagai makhluk sosial dapat berinteraksidengan orang lain dalam kehidupan seharihari. Bahkan disebutkan bahwa bahasa merupakankekuatan (language is power). Seperti George Orwell sudah menulis, Bahasa politik dirancanguntuk membuat kebohongan kelihatan jujur dan pembunuhan sopan (Orwell, 2004). Tetapi
bahasa dalam politik tidak selalu jadi jahat karena bahasa sebagai alat yang sama digunakan baikoleh politikus. Bahasa dan kekuasaan mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lainnyakarena ketika orang duduk dalam sebuah tahta kekuasaan pasti menggunakan bahasa sebagaiinstrumennya. Terminologi kekuasaan selalu dikaitkan erat dengan politik, maka bahasamemainkan peranan yang vital dalam bahasa politik. Kemudian bahasa politik secara umumdapat didefinisikan sebagai sebagai bahasa yang digunakan oleh perangkat penyelenggara negarseperti eksektutif , legislatif, yudikatif dan warga negara dalam konteks politik. Dalam kontekspolitik peranan bahasa sangatlah besar. Proses politik yang terjadi selalu menggunakankomunikasi sebagai alat untuk mencapai tujuan politik. Kemudian bahasa dimanfaatkan untukmenjangkau seluruh aspek kehidupan masyarakat. Tidak hanya itu, dalam konteks sosial,
budaya, politik, ekonomi dan keamanan bahasa juga dimanfaat untuk mengontrol dan
mengendalikan masyarakat. Itulah sebabnya hubungan antara bahasa dan kekuasaan seperti duamata uang yang tak bisa dipisahkan. Meminjam apa yang dikemukan Weber (1922) bahwakekuasaan sebagai konsep fundamental dalam hubungan ketidaksamaan. Dengan kata lain
bahwa kekuasaan menunjukkan kemampuan seorang individu atau segelintir orang untukmemaksakan kehendak kapanpun dan dimanapun terhadap kelompok lainnya.
Bahasa (sebagai alat) Politik
https://hasrulharahap.wordpress.com/https://hasrulharahap.wordpress.com/ -
7/21/2019 Bahasa Dan Kekuasaan _ Hasrulharahap's Blog
2/3
Penggunaan bahasa dalam konteks konteks politik menunjukkan apakah seorang aktor politik itmemiliki budaya politik yang santun apa tidak? Ini tergantung dari bahasa politik yangdiujarkannya. Susunan bahasa yang disampaikan akan tercermin dan tergambarkan apakah
bahasa politik yang disampaikan berbanding lurus dengan perilaku kesaharian dari seorang aktopolitik. Dari bahasa politik yang ditampilkan ini akan menunjukkan apakah bahasa dan politikselalu mempengaruhi satu dengan yang lain. Oleh karena itu bahasa politik yang idealseharusnya tidak hanya dilakukan dengan wacana belaka tetapi lebih dari itu bahwa bahasa dan
tindakannya tidak direkayasa. Dalam era sekarang ini, sosok Jokowi yang gaya bahasanya ndesomenjadi soroton publik karena gaya bahasanya yang apa adanya. Menurut Fairclough ada tigadimensi yang secara simultan mempresentasikan wacana; pertama, bahasa teks (yang diucapkandituliskan, atau ditandai), kedua, praktik wacana (meliputi produksi teks dan produksi tafsiran),ketiga, praktik sosiokultural (meliputi hubungan sosial dan politik yang lebih luas). Dari ketigapernyataan yang disampaikan oleh Fairclough, Jokowi berhasil melakukan praktik sosiokulturalkepada masyarakat dengan cara berkomunikasi langsung dan mencarikan solusi dari problemayang terjadi ditengah warga ibu kota. Kemudian, menurut Antonio Gramsci bahwa dominasikekuasaan diperjuangkan disamping dengan kekuatan senjata juga dengan penerimaan publik.Penerimaan publik inilah yang dimaksud oleh Gramsci diterimanya ide kelas berkuasa oleh
masyarakat luas seperti media massa, koran, televisi dan sebagainya. Meroketnya popularitasJokowi dari kompetitor lainnnya kalau kita lihat dibeberapa survei disebabkan karena perananmedia yang begitu menggurita memberitakan orang nomor wahid di ibu kota Jakarta tersebutdan penerimaan publik yang puas dengan ala kepemimpinan Jokowi. Hadirnya media dalampemberitaan sosok Jokowi tak dapat dipisahkan dari kepentingan di balik media tersebut. Kuatcengkraman media dalam pemberitaan benarbenar menentukan apakah informasi yangdisiarkan ke publik mengandung kebenaran (truth) atau kepalsuan, (pseudotruth). Media, disatpihak akan menjelma menjadi perpanjangan tangan dari kelompok capital tertentu dengan caramenguasi ruang publik. Hal ini terjadi apabila ranah publik oleh politik informasi yang kemudia
menjadikan informasi sebagai alat kekuasaan politik. Sebagai contoh, bisa saja kalangan mediaelektronik dan media massa menganggap apa yang dilakukan oleh seorang sosok Jokowi di DKIJakarta secara pemberitaan mengandung efek negatif di mata publik. Media boleh jadi mencobauntuk memberitakan sesuatu secara objektif dan transparan akan tetapi berbagai bentuk tekanandan kepentingan akan menyebabkan terperangkap dalam politisasi media.
Kekuasaan dan Wacana
Menurut Fireclough memberikan pengertian kekuasaan menjadi dua, pertama, kekuasaan sebagkapasitas tranformatif, kapasitas agenagen untuk mempengaruhi jalannya berbagai peristiwa,
kedua, kekuasaan adalah konsepsi rasional, artinya kekuasaan atas pihak lain yang berkaitandengan dominasi. Sementara menurut Weber kekuasaan merupakan peluang untuk memaksaseseorang. Rumusan tersebut masih menunjukan bahwa kekuasaan selalu mengandung unsurtertentu yang membuat orang lain patuh. Keterkaitan bahasa dan wacana, bahasa bukanlahmedium yang netral, bahasa sebagai representasi dirinya sendiri dari hubunganhubungan politidan berperan pula dalam membentuk jenisjenis subjek, tematema wacana, maupun strategistrategi di dalamnya. Oleh karena itu, bahasa khususnya wacana dipandang sebagai praktiksosial. Lebih jauh dijelaskan bahwa bahasa mnggambarkan bagaimana realitas dunia dilihat,memberi kemungkinan sesorang untuk mengontrol dan mengatur pengalaman pada realitassosial. Bahkan menurut pendapat Fowler melihat bagaimana pengalaman dan politik yang
-
7/21/2019 Bahasa Dan Kekuasaan _ Hasrulharahap's Blog
3/3
berbeda itu dapat dilihat dari bahasa yang dipakai yang menggambarkan bagaimana pertarungasosial terjadi. Katakata yang berbeda itu tidaklah dipandang semata teknis, tetapi sebagai suatupraktik ideologi tertentu. Karena bahasa yang berbeda itu akan menghasilkan realitas yang
berbeda pula. Dalam perspektif ilmu politik, kekuasaan diartikan sebagai setiap kemampuan,kapasitas dan hak yang dimiliki seseorang, lembaga atau institusi untuk mengotrol perilaku dankehidupan orang lain. Menurut Foucault, kekuasaan tidak hanya milik para pemimpin atau rajaraja, lembaga, negara dan gereja melainkan kekuasaan sama dengan banyaknya relasi kuasa yan
bekerja di salah satu tempat atau waktu. Oleh sebab itu, kekuasaan bukanlah dimiliki seseorangsecara individu melainkan bagaimana memfungsikan kekuasaan secara kolektif. Dengandemikian kekuasaan tidak selalu diidentikkan dengan tindakan represif, penindasan tetapi selalu
beriringan dengan regulasi, sistem dan kontrol yang bersifat konstruktif.
Penutup
Bahasa dalam politik sekarang ini sangat lazim digunakan oleh aktor politik. Bahasa politikbahkan mampu mendongkrak popluritas seorang aktor politik. Bahasa sebagai alat komunikasisosial bisa disalah pahami sebagai keculasan dari bahasa verbal karena karena menjadi produk
kebudayaan yang berpotensi menggeser kesadaran publik. Inilah yang menurut Gadamer bahwasebuah konsep/katakata yang melahirkan pemahaman manusia dengan menyusun katakatayang tidak benar. Untuk itulah, penutur bahasa harus mencerminkan keterbukaan manusiaterhadap realitas disekitarnya. Segala aktivitas yang berhubungan dengan bahasa idealnya dalamkerangka panggilan realitas yang terjadi. Kemudian bahasa haruslah dipahami dalam kontekspertarungan wacana yang sehat oleh penutur bahasa dalam hal ini aktor politik. Pertarunganwacana ini mutlak diperlukan oleh pengguna bahasa (aktor politik) dalam merebut simpatisanpublik untuk mempertahankan wacana yang dilontarkan. Sehingga wacana tidak hanyadipahami sebagai studi tentang bahasa saja tetapi lebih dari bentuk dan praktik keseharian.Wacana sebagai praktik sosial yang akan melahirkan sesuatu yang dialektis diantara peristiwa
peristiwa tertentu, seperti mengkaji bagaimana kelompok sosial (penguasa dan oposisi) yangsaling bertarung mempertahankan wacananya.
*Penulis adalah Peneliti di Lembaga Candidate Center
Posted by hasrulharahapFiled in Uncategorized
Leave a Comment
The Ambiru Theme. Create a free website or blog at WordPress.com.
Follow
Follow Hasrulharahap's Blog
Build a website with WordPress.com
https://wordpress.com/themes/ambiru/http://-/?-https://wordpress.com/?ref=footer_websitehttp://void%280%29/https://wordpress.com/?ref=lofhttps://hasrulharahap.wordpress.com/category/uncategorized/