[bjt page 248] [\x 248/] - chanyan2.files.wordpress.com  · web viewappaṃ hi etaṃ na hi...

40
THIS FILE IS FOR PERSONAL USE ONLY (UNOFFICIAL) \ Chan Yan *** Bahasa diambil dari DhammaCitta – draft Samyutta Nikaya. (S.6.)6.Brahmasa m yutta m 梵梵梵梵 (15 suttas) ....................... 1 1.Pa t hamavaggo 梵梵 .......................................... 1 (S.6.1.)1.Brahm a y a canasutta m 梵梵 ( 梵梵梵梵 ) .................... 1 (S.6.2.)2.G a ravasutta m 梵梵 ( 梵梵梵梵梵梵梵梵 ) ...................... 6 (S.6.3.)3.Brahmadevasutta m ( 梵梵 ) 梵梵 ........................ 8 (S.6.4.)4.Bakabrahmasutta m 梵梵梵梵 ( 梵梵梵 : 梵梵梵 ) ................ 11 (S.6.5.A bb atara di tt hi) (5) A bb atarabrahmasutta m 梵梵梵 (: 梵梵梵 梵梵梵 梵梵 ) Error: Reference source not found (S.6.6.Pam a da m 梵梵 )6.Brahmalokasutta m 梵梵梵 ( 梵梵梵梵 ) Error: Reference source not found (S.6.7.)7.Kok a likasutta m 梵梵梵梵 ( 梵梵 ) Error: Reference source not found (S.6.8. Tissako)8. Katamodakatissasutta m ( 梵梵梵梵梵 梵梵梵 ) ( 梵梵 ) Error: Reference source not found (S.6.9.)9.Tur u brahmasutta m 梵梵梵梵 ( 梵梵梵梵梵梵梵 ) Error: Reference source not found (S.6.10.)10.Kok a likasutta m 梵梵梵梵 ( 梵梵梵梵 . 梵梵梵 ) Error: Reference source not found 2.Dutiyavaggo 梵梵梵梵梵梵梵 ...... Error: Reference source not found (S.6.11.)1.Sana v kum a rasutta m 梵梵梵 ( 梵梵梵 , 梵梵梵梵 ) Error: Reference source not found (S.6.12.) 2.Devadattasutta m 梵梵梵梵 ( 梵梵梵梵梵 ) Error: Reference source not found (S.6.13.)3.Andhakavindasutta m 梵梵梵梵 ( , 梵梵 : 梵梵梵梵梵 ) Error: Reference source not found (S.6.14.)4.Aru n avat i sutta m 梵梵梵梵 ( 梵梵 , 梵梵梵梵梵 ) Error: Reference source not found (S.6.15.)5.Parinibb a nasutta m ( 梵梵梵梵梵梵梵 ) 梵梵梵 Error: Reference source not found 6. Brahmasaṃyuttaṃ (S.6.)6.Brahmasamyuttam 梵梵梵梵(15 suttas) BAB VI : 6. Brahmasaüyutta : Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Brahmà 1. Kokālikavaggo 1.Pathamavaggo 梵 I. SUB BAB PERTAMA : (PERMOHONAN) 6. 1. 1. Āyācanasuttaṃ (S.6.1.)1.Brahmayacanasuttam 梵梵(梵梵梵梵) 1 (1) Permohonan Brahmà [BJT Page 248] 172. Evaṃ me sutaṃ: [136] <298> Demikianlah yang kudengar.362 === 362. Peristiwa ini juga tercatat pada Vin I 4-7 dan MN I 167-169, dan pada DN II 36-40 dengan Buddha Vipassã dan Mahàbrahmà sebagai pembicara. Spk menyebutkan bahwa peristiwa ini terjadi pada minggu ke delapan setelah Penerangan Sempurna. Kisah yang sama versi BHS pada Mvu III 314-19, sedikit lebih banyak hiasan, mencatat beberapa variasi tradisi pertemuan, kurang lebih sesuai dengan versi Pàli; baca Jones, 3:302-9. === ekaṃ samayaṃ bhagavā uruvelāyaṃ viharati najjā nerañjarāya tīre ajapālanigrodhamūle paṭhamābhisambuddho. Pada suatu ketika, Sang Bhagavà sedang berdiam di Uruvelà, di tepi Sungai Nera¤jarà, di bawah pohon Banyan Penggembala sesaat setelah mencapai Penerangan Sempurna. Atha kho bhagavato rahogatassa paṭisallīnassa evaṃ cetaso parivitakko udapādi. Kemudian, ketika Sang Bhagavà sedang sendirian dalam keheningan, suatu perenungan muncul dalam pikiranNya:

Upload: phungngoc

Post on 18-May-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

THIS FILE IS FOR PERSONAL USE ONLY (UNOFFICIAL) \ Chan Yan ***Bahasa diambil dari DhammaCitta – draft Samyutta Nikaya.

(S.6.)6.Brahmasa m yutta m 梵天相應 (15 suttas) ....................................................................... 1 1.Pa t hamavaggo 第一﹝梵天﹞品 ....................................................................................... 1

(S.6.1.)1.Brahm a y a canasutta m 勸請 ( 佛轉法輪 ) .......................................................... 1 (S.6.2.)2.G a ravasutta m 恭敬 ( 無恭敬生活是苦惱 ) ....................................................... 5 (S.6.3.)3.Brahmadevasutta m ( 具壽 ) 梵天 ....................................................................... 7 (S.6.4.)4.Bakabrahmasutta m 婆迦梵天 ( 生惡見 : 此是常 ) .............................................. 9 (S.6.5.A bb atara di tt hi) (5) A bb atarabrahmasutta m 某梵天 (: 無有來 梵天之 沙門 ) Error: Reference source not found (S.6.6.Pam a da m 放逸 )6.Brahmalokasutta m 梵世間 ( 化身二千 ) Error: Reference source not found (S.6.7.)7.Kok a likasutta m 瞿迦利迦 ( 比丘 ) ............... Error: Reference source not found (S.6.8. Tissako)8. Katamodakatissasutta m ( 迦達摩達迦 ‧ 低沙迦 ) ( 比丘 ) Error: Reference source not found (S.6.9.)9.Tur u brahmasutta m 都頭梵天 ( 勸瞿迦利迦比丘 ) Error: Reference source not found (S.6.10.)10.Kok a likasutta m 瞿迦利迦 ( 謗舍利弗 . 目犍連 ) Error: Reference source not found

2.Dutiyavaggo 第二﹝梵天﹞品 ..................................... Error: Reference source not found (S.6.11.)1.Sana v kum a rasutta m 常童子 ( 贊師已 , 請師嘉賞 ) Error: Reference source not found (S.6.12.) 2.Devadattasutta m 提婆達多 ( 惡人名譽殺 ) Error: Reference source not found (S.6.13.)3.Andhakavindasutta m 闇 陀迦頻陀 ( 村 , 梵天 : 千人入預流 ) Error: Reference source not found (S.6.14.)4.Aru n avat i sutta m 盧那越提 ( 王都 , 住尸棄世尊 ) Error: Reference source not found (S.6.15.)5.Parinibb a nasutta m ( 世尊於俱尸那羅 ) 般涅槃 Error: Reference source not found

6. Brahmasaṃyuttaṃ(S.6.)6.Brahmasamyuttam梵天相應(15 suttas)BAB VI : 6. Brahmasaüyutta : Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Brahmà

1. Kokālikavaggo1.Pathamavaggo 第一﹝梵天﹞品I. SUB BAB PERTAMA : (PERMOHONAN)

6. 1. 1. Āyācanasuttaṃ(S.6.1.)1.Brahmayacanasuttam勸請(佛轉法輪)1 (1) Permohonan Brahmà

[BJT Page 248]172. Evaṃ me sutaṃ: [136] <298> Demikianlah yang kudengar.362

===362. Peristiwa ini juga tercatat pada Vin I 4-7 dan MN I 167-169, dan pada DN II 36-40 dengan Buddha Vipassã dan Mahàbrahmà sebagai pembicara. Spk menyebutkan bahwa peristiwa ini terjadi pada minggu ke delapan setelah Penerangan Sempurna. Kisah yang sama versi BHS pada Mvu III 314-19, sedikit lebih banyak hiasan, mencatat beberapa variasi tradisi pertemuan, kurang lebih sesuai dengan versi Pàli; baca Jones, 3:302-9.===

ekaṃ samayaṃ bhagavā uruvelāyaṃ viharati najjā nerañjarāya tīre ajapālanigrodhamūle paṭhamābhisambuddho. Pada suatu ketika, Sang Bhagavà sedang berdiam di Uruvelà, di tepi Sungai Nera¤jarà, di bawah pohon Banyan Penggembala sesaat setelah mencapai Penerangan Sempurna.

Atha kho bhagavato rahogatassa paṭisallīnassa evaṃ cetaso parivitakko udapādi. Kemudian, ketika Sang Bhagavà sedang sendirian dalam keheningan, suatu perenungan muncul dalam pikiranNya:

Adhigato kho myāyaṃ dhammo gambhīro duddaso duranubodho santo paṇīto atakkāvacaro nipuṇo paṇḍitavedanīyo, “Dhamma ini yang Kutemukan adalah dalam, sulit dilihat, sulit dimengerti, damai dan mulia, di luar jangkauan logika, halus, untuk dialami oleh para bijaksana.

ālayarāmā kho panāyaṃ pajā ālayaratā ālayasammuditā1 ālayarāmāya kho pana pajāya ālayaratāya ālayasammuditāya duddasaṃ idaṃ ṭhānaṃ yadidaṃ idappaccayatā paṭiccasamuppādo. Tetapi generasi ini gembira dalam kemelekatan, bersenang-senang dalam kemelekatan, bersorak dalam kemelekatan.363 Untuk generasi demikian, kondisi ini adalah sulit dilihat, yaitu kondisi tertentu, Sebab-Akibat yang saling bergantungan.

===

363. Spk menjelaskan àlaya secara objektif sebagai lima utas kenikmatan indria, disebut “kemelekatan” karena adalah pada lima ini, makhluk-makhluk melekat; dan lagi, secara subjektif, karena 108 pemeriksaan batin digerakkan oleh keinginan (taõhàvicaritàni, baca AN II 212,8 – 213,2), karena inilah yang melekat pada objeknya.===

Idampi kho ṭhānaṃ yadidaṃ sabbasaṅkhārasamatho sabbūpadhipaṭinissaggo taṇhakkhayo2 virāgo nirodho nibbāṇaṃ. Dan kondisi ini juga sulit dilihat, yaitu penenangan semua bentukan, <299> pelepasan semua perolehan, penghancuran keinginan, kebosanan, pelenyapan, Nibbàna.364

===364. Spk: Semua sebutan ini sinonim dengan Nibbàna. Karena bergantung pada hal tersebut (taü àgamma), semua pergerakan bentukan-bentukan menjadi diam dan tenang; semua perolehan dilepaskan; semua keinginan dihancurkan; semua kekotoran nafsu meluruh; dan semua penderitaan padam. Spk-pñ: Bergantung pada hal tersebut: ketergantungan pada hal tersebut, karena merupakan kondisi objek bagi jalan mulia.===

Ahañceva kho pana dhammaṃ deseyyaṃ. Pare ca me na ājāneyyuṃ. So mamassa kilamatho sā mamassa vihesāti. Jika Aku harus mengajarkan Dhamma dan jika orang lain tidak dapat memahami Aku, itu akan sungguh melelahkan bagiKu, sungguh menyulitkan.”

Apissudaṃ3 bhagavantaṃ imā anacchariyā gāthāyo paṭibhaṃsu. Pubbe assutapubbā:Selanjutnya, syair-syair yang mengejutkan ini yang belum pernah terdengar sebelumnya, muncul dalam diri Sang Bhagavà:365

===365. Arti yang pasti dari anacchariyà tidak dapat dipastikan. Spk (dan Komentar lainnya) hanya memberikan solusi verbal, yang bukan merupakan solusi semantik: Anacchariyà ti anuacchariyà (pengulangan (atau menurut pada) acchariyà). Kebanyakan penerjemah yang menerjemahkannya “secara spontan” jelas mengambil kata dasar acchara = “saat”; namun para komentator sepertinya memahami bahwa kata dasarnya adalah acchariya = “mengagumkan”. Spk-pñ mengusulkan suatu etimologi tambahan yang memberikan makna yang sama: Vuddhippattà và accharià anacchaiyà; vuddhi-attho pi hi a-kàro hoti yathà asekkhà dhaà ti; “Atau ketidakindahan adalah keindahan yang telah meningkat, karena suku kata a (awalan negatif) juga menunjukkan apa yang telah meningkat, seperti dalam ‘kualitas seorang non-pelajar’ (yaitu seorang Arahanta, ‘seorang yang melampaui latihan’).” Walaupun turunan ini agak menimbulkan persoalan, karena kurangnya alternatif, saya menyesuaikan dengan kebiasaan sekarang dan menggunakan “mengejutkan” sebagai penekanan.Spk-pñ mengatakan: “Syair-syair ini memiliki kualitas ‘mengejutkan’ karena menunjukkan bahwa setelah memenuhi kesempurnaan (pàrami) selama empat asaõkhyeyya dan 100.000 kappa demi berbagi Dhamma dengan dunia dan para devanya, sekarang setelah Beliau mencapai tahta kerajaan Dhamma, Beliau ingin hidup nyaman. Adalah ‘ke-mengejut-kan’ ini yang ditekankan [oleh awalan negatif an-].” Von Hinuber berpendapat bahwa “anacchariyà mewakili Skt *an-aksar-ikà (baca “Anacchariyà pubbe assutapubbà,” dalam Selected Papers, pp. 17-24), tetapi argumentasinya bersandar pada asumsi bahwa pubbe assutapubbà akan berlebihan dan oleh karena itu, pubbe harus dianggap berlawanan dengan annachariyà yang disebutkan sebelumnya. Akan tetapi, asumsi ini, berlawanan dengan DN I 184,27-29 di mana kita menemukan pubbe … sutapubbà sebagai satu kesatuan. Yang menarik, tidak ada kata yang bersesuaian yang dapat ditemukan dalam versi Mvu dan Lalitavistara untuk peristiwa yang sama.===

Kicchena me adhigataṃ1 halandāni pakāsituṃ, 556. “Cukup sudah dengan mengajar Apa yang Kutemukan dengan susah-payah;

Rāgadosaparetehi nāyaṃ dhammo susambudho. Dhamma ini tidak mudah dipahami Oleh mereka yang dikuasai oleh nafsu dan kebencian.

Paṭisotagāmiṃ nipuṇaṃ gambhīraṃ duddasaṃ aṇuṃ, 557. “Mereka yang terbakar oleh nafsu, dikaburkan oleh kegelapan, Tidak akan pernah melihat Dhamma yang sangat mendalam ini,

Rāgarattā na dakkhinti4 tamokkhandhena āvutāti. 5Dalam, sulit dilihat, halus, Bergerak melawan arus.”

[PTS Page137] iti6 bhagavato paṭisañcikkhato appossukkatāya cittaṃ namati no dhammadesanāya. [137] Sewaktu Sang Bhagavà merenungkan demikian, pikiran-Nya condong pada hidup nyaman, bukan mengajar Dhamma.366 <300>

===366. Spk: Hidup dengan nyaman (appossukkatà, secara literal “bersemangat kecil”) berarti tidak berkeinginan untuk mengajar. Tetapi mengapakah batin-Nya begitu condong setelah Beliau bercita-cita untuk mencapai Kebuddhaan, memenuhi kesempurnaan, dan mencapai Kemahatahuan? Karena ketika Beliau merenungkan, ketebalan kekotoran makhluk-makhluk dan kedalaman Dhamma terlihat oleh-Nya. Juga, Ia mengetahui bahwa jika Ia cenderung untuk hidup dengan nyaman, Brahmà akan memohon kepada-Nya untuk mengajar, dan karena makhluk-makhluk menghormati Brahmà, hal ini akan menanamkan dalam diri mereka keinginan untuk mendengar Dhamma. Mengenai ussukka, baca n. 54.===

Atha kho brahmuno sahampatissa bhagavato cetasā ceto parivitakkamaññāya etadahosi: Kemudian Brahmà Sahampati, setelah mengetahui perenungan Sang Bhagavà melalui pikirannya sendiri, berpikir:

nassati vata bho loko. Vinassati vata bho loko yatra hi nāma tathāgatassa arahato sammāsambuddhassa appossukkatāya cittaṃ namati no dhammadesanāyāti. “Aduh, dunia ini sudah selesai! Aduh, dunia ini segera musnah, karena Sang Tathàgata, Sang Arahanta, Yang telah mencapai Penerangan Sempurna, condong pada hidup nyaman, bukan mengajar Dhamma.”367

===367. Brahmà Sahampati muncul dalam peran dramatis pada titik penting dalam pengajaran Buddha dan juga mengucapkan syair pertama saat Parinibbàna Beliau (v. 608 di bawah). Baca 48:57 mengenai dirinya tentang bagaimana ia menjadi deva yang berkuasa di alam brahmà. Kemunculannya yang lain dalam SN adalah pada 6:2, 3, 10, 12, 13, 11:17; 22:80;47:18, 43. Dalam versi Mvu, deva yang datang hanya disebutkan sebagai Mahàbrahmà, tanpa nama personal. Ia datang disertai oleh banyak deva lain termasuk Sakka. Dalam bab ini (dan tempat-tempat lainnya dalam terjemahan ini), saya menggunakan “Brahma” jika kata ini merupakan bagian dari nama dan “brahmà” jika ini merujuk secara umum pada suatu makhluk atau sekelompok makhluk. Kadang-kadang, tidak ada batasan yang jelas antara keduanya.===

Atha kho brahmā sahampati seyyathāpi nāma balavā puriso sammiñjitaṃ7 vā bāhaṃ pasāreyya. Pasāritaṃ vā bāhaṃ sammiñjeyya, evameva brahmaloke antarahito bhagavato purato pāturahosi. Kemudian, secepat seorang kuat merentangkan tangannya yang tertekuk atau menekuk tangannya yang terentang, Brahmà Sahampati lenyap dari Alam Brahmà dan muncul kembali di depan Sang Bhagavà.

1. Samuditā-syā. [Pts. 2,] Taṇhākkhayo-machasaṃ. 3, Apissu-machasaṃ. 4. Dakkhanti-machasaṃ. 5. Ācuṭāti-machasaṃ. 6. Itiha-machasaṃ. 7. Samiñjitaṃ-machasaṃ.

[BJT Page 250] Atha kho brahmā sahampati ekaṃsaṃ uttarāsaṅgaṃ karitvā dakkhiṇajāṇumaṇḍalaṃ paṭhaviyaṃ nihantvā yena bhagavā tenañjaliṃ paṇāmetvā bhagavantaṃ etadavoca: Ia merapikan jubahnya di atas salah satu bahunya, berlutut dengan kaki kanannya menyentuh tanah, merangkapkan tangan sebagai penghormatan kepada Sang Bhagavà, dan berkata kepada Beliau:

" desetu bhante bhagavā dhammaṃ desetu sugato dhammaṃ. Santi sattā apparajakkhajātikā. Assavaṇatā dhammassa parihāyanti. Bhavissanti dhammassa aññātāro"ti. “Yang Mulia, mohon Bhagavà sudi mengajarkan Dhamma; mohon Yang Sempurna mengajarkan Dhamma. Ada makhluk-makhluk dengan sedikit debu di mata mereka yang akan jatuh jika mereka tidak mendengarkan Dhamma. Akan ada orang-orang yang memahami Dhamma.”

Idamavoca brahmā sahampati. Idaṃ vatvā athāparaṃ etadavoca:Itu adalah apa yang dikatakan oleh Brahmà Sahampati. Setelah mengatakan hal ini, ia lebih jauh lagi mengatakan:

Pāturahosi magadhesu pubbe dhammo asuddho samalehi cintito, 558. “Di masa lalu, muncul di antara orang-orang Magadha Dhamma tidak murni yang ditemukan oleh mereka yang masih ternoda.

Avāpuretaṃ1 amatassa dvāraṃ suṇantu dhammaṃ vimalenānubuddhaṃ. Bukalah pintu ini yang menuju Keabadian! Biarkan mereka mendengarnya <301> Dhamma yang ditemukan oleh Yang Tanpa Noda.368

===368. Spk mengidentifikasikan pintu menuju Keabadian (amatassa dvàra) sebagai jalan mulia, “pintu menuju Nibbàna abadi”. Walaupun teks di sini menggunakan bentuk tunggal dvàra, persis di bawah menggunakan bentuk jamak dvàrà.===

Sele yathā pabbatamuddhaniṭṭhito yathāpi passe janataṃ samantato, 559. “Bagaikan seseorang yang berdiri di puncak gunung Pasti melihat orang-orang di segala arah di bawahnya,

Tathūpamaṃ dhammamayaṃ sumedha pāsādamāruyha samantacakkhu, Demikian pula, O, Yang Bijaksana, Mata Universal, Naiklah ke istana yang terbuat dari Dhamma,

Sokāvatiṇṇaṃ2 janatamapetasoko avekkhassu jātijarābhibhūtanti. Karena diriMu terbebas dari kesedihan, lihatlah orang- orang Tenggelam dalam kesedihan, tertekan oleh kelahiran dan kerusakan.

Uṭṭhehi vīra vijitasaṅgāma satthavāha anaṇa vicara loke, 560. “Bangkitlah, O, Pahlawan, Pemenang dalam pertempuran! O, Pemimpin rombongan, yang bebas dari hutang, mengembaralah di dunia ini.

Desassu2 bhagavā dhammaṃ aññātāro bhavissantīti. Ajarilah Dhamma, O, Bhagavà: Akan ada di antara mereka yang memahami.”369

===369. Saya menerjemahkan pàda c sesuai dengan yang dibaca oleh Be, Se, dan Ee2, desassu bhagavà dhammaü, ditemukan secara konsisten dalam Teks Sinhala. Ee1 desetu (juga ditemukan dalam DN dan Vin bagian yang sama) sepertinya merupakan bentuk

normalisasi yang dipengaruhi oleh prosa bagian sebelumnya. Syair ini diucapkan kembali oleh Brahmà Sahampati pada v. 919. Sang Buddha disebut “pemimpin rombongan yang tanpa bandingan” pada v. 736b; baca n. 517.===

[PTS Page 138] atha kho bhagavā brahmuno ca ajjhesanaṃ viditvā sattesu ca kāruññataṃ paṭicca buddhacakkhunā lokaṃ volokesi. [138] Kemudian Sang Bhagavà, setelah memahami permohonan Brahmà, dan demi belas kasih-Nya kepada makhluk-makhluk, mengamati dunia ini dengan mata seorang Buddha.370

===370. Spk: Mata Buddha (buddhacakkhu) adalah sebutan untuk pengetahuan tingkat kematangan indria makhluk-makhluk (indriyaparopariyatta¤àõa) dan pengetahuan watak dan kecenderungan tersembunyi makhluk-makhluk (àsayànusaya¤àõa). Pengetahuan Kemahatahuan disebut mata universal (samantacakkhu, pada v. 559d). Pengetahuan atas tiga pengetahuan yang lebih rendah disebut mata Dhamma (atau “penglihatan Dhamma”, dhammacakkhu). Bersama dengan mata dewa (dibbacakkhu: baca 6:5, 12:70) dan mata daging (maüsacakkhu), semua ini menjadi “lima mata” dari seorang Buddha.===

Addasā kho bhagavā buddhacakkhunā lokaṃ volokento satte apparajakkhe mahā rajakkhe tikkhindriye mudindriye svākāre dvākāre suviññāpaye duviññāpaye appekacce paralokavajjabhayadassāvino viharante ( appekacce na paralokavajjabhayadassāvino3 viharante). Sewaktu Ia melakukan hal itu, Sang Bhagavà melihat makhluk-makhluk dengan sedikit debu di mata mereka dan dengan banyak debu di mata mereka, dengan indria tajam dan dengan indria tumpul, dengan kualitas baik dan dengan kualitas buruk, mudah diajari dan sulit diajari, <302> dan sedikit yang berdiam dengan melihat kebakaran dan ketakutan dalam dunia lain.371

===371. Paralokavajjabhayadassàvino. Pada MLDB, p. 261, kata majemuk bermakna ganda ini diterjemahkan “melihat ketakutan dalam celaan dan alam lain”. Ini sesuai dengan komentar, yang memisahkannya: paraloka¤ c’ eva vajja¤ ca bhayato passanti. Akan tetapi, pada Dhp 317-18, bhaya dan vajja diperlakukan sebagai istilah yang paralel, yang mengusulkan bahwa kata majemuk itu harus dipecah: paraloke vaja¤ c’ eva bhaya¤ ca passanti.===

Seyyathāpi nāma uppaliniyaṃ vā paduminiyaṃ vā puṇḍarīkiniyaṃ vā Bagaikan di dalam sebuah kolam teratai berwarna biru, atau merah, atau putih,

appekaccāni uppalāni vā padumāni vā puṇḍarīkāni vā udake jātāni udake saṃvaddhāni udakānuggatāni4 anto nimuggaposīni. beberapa teratai mungkin bertunas di dalam air, tumbuh di dalam air, dan berkembang di dalam air, tanpa keluar dari air;

Appekaccāni uppalāni vā padumāni vā puṇḍarīkāni vā udake jātāni udake saṃvaddhāni samodakaṃ ṭhitāni. beberapa teratai mungkin bertunas di dalam air, tumbuh di dalam air, dan berkembang tepat di permukaan air;

Appekaccāni uppalāni vā padumāni vā puṇḍarīkāni vā udake jātāni udake saṃvaddhāni udakā accuggamma ṭhitāni5 anupalittāni udakena. beberapa teratai mungkin bertunas di dalam air, tumbuh di dalam air, kemudian tumbuh keluar dari air dan berdiri tanpa dikotori oleh air—

Evamevaṃ bhagavā buddhacakkhunā lokaṃ volokento addasa satte apparajakkhe mahārajakkhe tikkhindriye mudindriye svākāre dvākāre suviññāpaye duviññāpaye appekacce paralokavajjabhaya dassāvino viharante ( appekacce na paralokavajjabhayadassāvino viharante). demikian pula, setelah mengamati dunia ini dengan mata Buddha, Sang Bhagavà, dengan sedikit debu di mata mereka dan dengan banyak debu di mata mereka, dengan indria tajam dan dengan indria tumpul, dengan kualitas baik dan dengan kualitas buruk, mudah diajari dan sulit diajari dan sedikit yang berdiam dengan melihat kebakaran dan ketakutan dalam dunia lain.

Disvāna brahmānaṃ sahampatiṃ gāthāya paccabhāsi:Setelah melihat hal ini, Beliau menjawab Brahmà Sahampati dalam syair: <303>

1. Apāpuretaṃ-machasaṃ. Syā 2. Desetu-syā[pts 3.] Bhayadassāvine-machasaṃ 4. Udakānugatāni-syā. 5. Tiṭṭhanti-sīmu2, syā. [Pts.] (-) Antarita pāṭho sīhalapotthakesu na dissate.

[BJT Page 252] Apārutā tesaṃ1 amatassa dvārā ye sotavante pamuñcantu saddhaṃ, 561. “Terbukalah bagi mereka pintu menuju Keabadian: Biarlah mereka yang memiliki telinga memberikan keyakinan.

Vihiṃsasaññī paguṇaṃ na bhāsiṃ dhammaṃ paṇītaṃ manujesu brahmeti. Meramalkan kesulitan, O, Brahmà, aku tidak mengajarkan Dhamma mulia yang unggul dan mulia di antara manusia.”

Atha kho brahmā sahampati katāvakāso khomhi bhagavatā dhammadesanāyāti bhagavantaṃ abhivādetvā padakkhiṇaṃ katvā tatthevantaradhāyīti.

Kemudian Brahmà Sahampati, berpikir, “Sang Bhagavà telah memberikan persetujuan [atas permohonanku] sehubungan dengan pengajaran Dhamma,” memberi hormat kepada Sang Bhagavà dan lenyap dari sana.372

===372. Katàvakàso kho ‘mhi bhagavatà dhammadesanàya. Ee1 bhagavato di sini pasti adalah kesalahan. Pada MLDB, p. 262, sesuai dengan kebiasaan umum, frasa ini diterjemahkan, “Saya telah membuat kesempatan bagi Sang Buddha untuk mengajar Dhamma.” CPD (s.v. katàvakàsa) mengatakan bahwa kesimpulan ini “adalah secara tata bahasa tidak mungkin dan secara konteks adalah mustahil”. Terjemahan di sini, berdasarkan pada saran dari VâT, menggunakan bentuk aktif menggantikan konstruksi pasif yang janggal meniru Pàli.===

6. 1. 2. Gāravasuttaṃ. (S.6.2.)2.Garavasuttam 恭敬(無恭敬生活是苦惱)2 (2) Penghormatan

173. Evaṃ me sutaṃ: Demikianlah yang kudengar.373

===373. Spk mengatakan bahwa sutta ini terjadi pada minggu kelima setelah Penerangan Sempurna. Sutta ini juga terdapat pada AN II 20-21 dengan paragraf tambahan.===

ekaṃ samayaṃ bhagavā uruvelāyaṃ viharati najjā nerañjarāya tīre ajapālanigrodhamūle2 paṭhamābhisambuddho. Pada suatu ketika, Sang Bhagavà sedang berdiam di Uruvelà, di tepi Sungai Nera¤jarà, di bawah pohon Banyan Penggembala sesaat setelah Beliau mencapai Penerangan Sempurna.

[PTS Page139] atha kho bhagavato rahogatassa patisallīnassa evaṃ cetaso parivitakko udapādi: [139] Kemudian, ketika Sang Bhagavà sedang sendirian dalam keheningan, suatu perenungan muncul dalam pikiran-Nya sebagai berikut:

dukkhaṃ kho agāravo viharati appatisso. “Seseorang akan berdiam dalam penderitaan jika ia adalah seorang yang tidak memiliki penghormatan dan rasa hormat.

Kannu khvāhaṃ samaṇaṃ vā brāhmaṇaṃ vā sakkatvā garu katvā3 upanissāya vihareyyanti. Sekarang petapa atau brahmana manakah yang harus kusembah dan kuhormati dan berdiam dengan bergantung padanya?”

(S.6.2./I,139.) Atha (CS:pg.1.141) kho Bhagavato etadahosi--“Aparipunnassa kho silakkhandhassa pāripuriyā aññam samaṇaṃ vā brāhmaṇaṃ vā sakkatvā garuṃ katvā upanissāya vihareyyaṃ . Na kho panāham passāmi sadevake loke samārake sabrahmake sassamanabrāhmaṇiyā pajāya sadevamanussāya attanā silasampannataraṃ aññaṃ samaṇaṃ vā brāhmaṇaṃ vā, yamahaṃ sakkatvā garuṃ katvā upanissāya vihareyyaṃ. Kemudian Sang Bhagavà berpikir: “Adalah demi memenuhi kelompok moralitas yang belum terpenuhi, maka Aku harus menyembah, menghormat, dan berdiam dengan bergantung pada petapa atau brahmana lain. Akan tetapi, di dunia ini bersama dengan para deva, Màra, dan Brahmà, <304> dalam generasi ini bersama dengan para petapa dan brahmana, para deva dan manusia, Aku tidak melihat ada petapa atau brahmana lain yang lebih sempurna dalam hal moralitas daripada diriKu, yang dapat Kusembah dan hormati dan berdiam dengan bergantung padanya.”

Aparipuṇṇassa kho samādhikkhandhassa pāripuriyā aññaṃ samaṇaṃ vā brāhmaṇaṃ vā sakkatvā garu katvā upanissāya vihareyyaṃ, na kho panāhaṃ passāmi sadevake loke samārake sabrahmake, sassamaṇabrāhmaṇiyā pajāya sadevamanussāya attanā samādhi sampannataraṃ aññaṃ samaṇaṃ vā brāhmaṇaṃ vā yamahaṃ sakkatvā garu katvā3 upanissāya vihareyyanti. “Adalah demi memenuhi kelompok konsentrasi yang belum terpenuhi, maka Aku harus menyembah, menghormat, dan berdiam dengan bergantung pada petapa atau brahmana lain. Akan tetapi … Aku tidak melihat ada petapa atau brahmana lain yang lebih sempurna dalam hal konsentrasi daripada diriKu….”

Aparipuṇṇassa kho paññākkhandhassa pāripuriyā aññaṃ samaṇaṃ vā brāhmaṇaṃ vā sakkatvā garu katvā upanissāya vihareyyaṃ, na kho panāhaṃ passāmi sadevake loke samārake sabrahmake, sassamaṇabrāhmaṇiyā pajāya sadevamanussāya attanā paññā sampannataraṃ aññaṃ samaṇaṃ vā brāhmaṇaṃ vā yamahaṃ sakkatvā garu katvā3 upanissāya vihareyyanti. “Adalah demi memenuhi kelompok kebijaksanaan yang belum terpenuhi, maka Aku harus menyembah, menghormat, dan berdiam dengan bergantung pada petapa atau brahmana lain. Akan tetapi … Aku tidak melihat ada petapa atau brahmana lain yang lebih sempurna dalam hal kebijaksanaan daripada diriKu….”

Aparipuṇṇassa kho vimuttikkhandhassa pāripuriyā aññaṃ samaṇaṃ vā brāhmaṇaṃ vā sakkatvā garu katvā upanissāya vihareyyaṃ, na kho panāhaṃ passāmi sadevake loke samārake sabrahmake, sassamaṇabrāhmaṇiyā pajāya sadevamanussāya attanā vimutti sampannataraṃ aññaṃ samaṇaṃ vā brāhmaṇaṃ vā yamahaṃ sakkatvā garu katvā3 upanissāya vihareyyanti.

“Adalah demi memenuhi kelompok pembebasan yang belum terpenuhi, maka Aku harus menyembah, menghormat, dan berdiam dengan bergantung pada petapa atau brahmana lain. Akan tetapi … Aku tidak melihat ada petapa atau brahmana lain yang lebih sempurna dalam hal pembebasan daripada diriKu….”

Aparipuṇṇassa kho vimuttiñāṇadassanakkhandhassa pāripuriyā aññaṃ samaṇaṃ vā brāhmaṇaṃ vā sakkatvā garu katvā upanissāya vihareyyaṃ, na kho panāhaṃ passāmi sadevake loke samārake sabrahmake, sassamaṇabrāhmaṇiyā pajāya sadevamanussāya attanā vimutti ñāṇadassanasampannataraṃ aññaṃ samaṇaṃ vā brāhmaṇaṃ vā yamahaṃ sakkatvā garu katvā3 upanissāya vihareyyaṃ. “Adalah demi memenuhi kelompok pengetahuan dan penglihatan pembebasan yang belum terpenuhi, maka Aku harus menyembah, menghormat, dan berdiam dengan bergantung pada petapa atau brahmana lain. Akan tetapi … Aku tidak melihat ada petapa atau brahmana lain yang lebih sempurna dalam hal pengetahuan dan penglihatan pembebasan daripada diriKu, yang dapat Kusembah dan hormati dan berdiam dengan bergantung padanya.374 <305>

===374. Spk: Empat kualitas pertama—moralitas, dan seterusnya—adalah Lokiya dan Lokuttara. Pengetahuan dan pandangan kebebasan adalah hanya lokiya saja, karena ini adalah pengetahuan peninjauan (paccavekkhaõa¤àõa). Mengenai istilah terakhir ini, baca n. 376 di bawah.===

Yannūnāhaṃ yvāyaṃ dhammo mayā abhisambuddho tameva dhammaṃ sakkatvā garu katvā5 upanissāya vihareyyanti. “Biarlah Aku menyembah, menghormati, dan berdiam dengan bergantung pada Dhamma ini yang dengannya Aku menjadi sadar sepenuhnya.”

1. Te-syā. 2. Nigrodhe-sīmu. 1 Syā. [Pts.] Sī1, 2. 3. Guruṃ katvāmachasaṃ. 4. Paripūriyā-ā. 5. Garuṃkatvā, -sī1.

[BJT Page 254] Atha kho brahmā sahampati bhagavato cetasā ceto parivitakkamaññāya seyyathāpi nāma balavā puriso sammiñjitaṃ vā bāhaṃ pasāreyya, pasāritaṃ vā bāhaṃ sammiñjeyya, evamevaṃ brahmaloke antarahito bhagavato pūrato pāturahosi. Kemudian, setelah mengetahui perenungan Sang Bhagavà melalui pikirannya sendiri, secepat seorang kuat merentangkan tangannya yang tertekuk atau menekuk tangannya yang terentang, Brahmà Sahampati lenyap dari Alam Brahmà dan muncul kembali di depan Sang Bhagavà.

Atha khe brahmā sahampati ekaṃsaṃ uttarāsaṅgaṃ karitvā yena bhagavā tenañjaliṃ paṇāmetvā bhagavantaṃ etadavoca: Ia merapikan jubahnya di atas salah satu bahunya, berlutut dengan kaki kanannya menyentuh tanah, merangkapkan tangan sebagai penghormatan kepada Sang Bhagavà, dan berkata kepada Beliau:

[PTS Page 140] evametaṃ bhagavā, evametaṃ sugata. [140] Demikianlah, Bhagavà! Memang demikian, Yang Sempurna!

Yepi te bhante ahesuṃ atītamaddhānaṃ arahanto sammāsambuddhā tepi bhagavanto dhammaññeva sakkatvā garu katvā upanissāya vihariṃsu. Yang Mulia, mereka, para Arahanta, Yang Tercerahkan Sempurna di masa lampau—Para Bhagavà itu juga menyembah, menghormati, dan berdiam dengan bergantung pada Dhamma itu sendiri.

Yepi te bhante bhavissanti anāgatamaddhānaṃ arahanto sammāsambuddhā tepi bhagavanto dhammaññeva sakkatvā garu katvā upanissāya viharissanti. Mereka, para Arahanta, Yang Tercerahkan Sempurna di masa depan—Para Bhagavà itu juga menyembah, menghormati, dan berdiam dengan bergantung pada Dhamma itu sendiri.

Bhagavāpi bhante etarahi arahaṃ sammāsambuddho dhammaññeva sakkatvā garu katvā upanissāya viharatūti. Biarlah Sang Bhagavà juga, yang adalah Aharanta masa kini, Yang Tercerahkan Sempurna, menyembah, menghormati, dan berdiam dengan bergantung hanya pada Dhamma itu sendiri.”

Idamavoca brahmā sahampati. Idaṃ vatvā athāparaṃ etadavoca:Ini adalah apa yang dikatakan oleh Brahmà Sahampati. Setelah mengatakan ini, ia lebih jauh lagi mengucapkan syair berikut: <306>

Ye cabbhatītā1 sambuddhā ye ca buddhā anāgatā, 562. “Para Buddha di masa lampau, Para Buddha di masa depan,

Yo cetarahi sambuddho bahunnaṃ2 sokanāsano.

Dan Ia yang menjadi Buddha masa kini, Melenyapkan kesedihan banyak orang—

Sabbe saddhammagaruno vihaṃsu3 viharanti ca, 563. “Semuanya telah berdiam, akan berdiam, dan berdiam, Secara mendalam menghormati Dhamma sejati:

Athopi4 viharissanti esā buddhāna dhammatā. Bagi Para Buddha Ini adalah hukum alam.

Tasmā hi atthakāmena 5 mahattamabhikaṅkhatā, 564. “Oleh karena itu, seseorang yang menginginkan kebaikannya sendiri, Menginginkan kemajuan spiritual,

Saddhammo garu kātabbo saraṃ buddhānasāsanaṃ. Harus secara mendalam menghormati Dhamma sejati, Merenungkan Ajaran Sang Buddha.”375

===375. Dalam pàda a, Se dan Ee1 membaca atthakàmena, juga pada AN II 21,23, bukannya attakàmena oleh Be dan Ee2, juga pada AN IV 91,1. Spk mengemas abhikaïkhatà dalam pàda c sebagai patthayamànena. Saraü dalam pàda d kemungkinan adalah kata bantu yang terpotong yang dikemas oleh Spk sebagai sarantena; akan tetapi, Norman, menyarankan, ini mungkin saja bentuk absolutif õamul (baca n. 235 di atas dan EV II, n. atas 26).===

6. 1. 3. Brahmadevasuttaṃ. (S.6.3.)3.Brahmadevasuttam (具壽)梵天3 (3) Brahmadeva

174. Evaṃ me sutaṃ: ekaṃ samayaṃ bhagavā sāvatthiyaṃ viharati jetavane anāthapiṇḍikassa ārāme. Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika, Sang Bhagavà sedang berdiam di Sàvatthã, di Hutan Jeta, Taman Anàthapiõóika.

Tena kho pana samayena aññatarissā brāhmaṇiyā brahmadevo nāma putto bhagavato santike agārasmā anagāriyaṃ pabbajito hoti. Pada saat itu, seorang brahmana perempuan memiliki seorang putra bernama Brahmadeva <307> yang telah meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah di bawah Sang Bhagavà.

Atha kho āyasmā brahmadevo eko vūpakaṭṭho appamatto ātāpi pahitatto viharanto na cirasseva yassatthāya kulaputtā sammadeva agārasmā anagāriyaṃ pabbajanti tadanuttaraṃ brahmacariyapariyosānaṃ diṭṭheva dhamme sayaṃ abhiññā sacchikatvā upasampajja vihāsi. Kemudian, berdiam sendirian, tidak berkomunikasi dengan orang lain, tekun, rajin, dan teguh, Yang Mulia Brahmadeva, dengan menembus oleh dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung, dalam kehidupan ini juga dan berdiam dalam tujuan yang tanpa bandingnya dari kehidupan suci yang dicari oleh seorang baik yang meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah. Ia secara langsung mengetahui:

Khīṇā jāti vusitaṃ brahmacariyaṃ kataṃ karaṇīyaṃ nāparaṃ itthattāyāti abbhaññāsi. “Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi yang harus dilakukan oleh kondisi makhluk ini.”

Aññataro ca panāyasmā brahmadevo arahataṃ ahosi. Dan Yang Mulia Brahmadeva menjadi salah satu dari para Arahanta.376

===376. Ini adalah penjelasan kanonikal atas pencapaian Kearahatan. Kalimat ini dimulai dengan “Ia mengetahui secara langsung”, menurut Spk, menunjukkan “bidang peninjauan” (paccavekkhaõabhåmi). Komentar mengusulkan dua cara untuk menginterpretasikan nàparaü itthattàya, bergantung pada apakah kata terakhir dianggap sebagai datif atau ablatif. Spk: “Sekarang tidak ada pengembangan sang jalan lagi ‘untuk keadaan ini’ (itthabhàvàya = itthattàya sebagai datif), yaitu untuk kondisi enam belas tugas atau untuk penghancuran kekotoran-kekotoran. (‘Enam belas tugas’ adalah empat tugas sang jalan—pemahaman penuh, pelepasan, penembusan, dan pengembangan (seperti pada 56:11; V 422,3-30)—menganggap dalam penggabungan tiap-tiap dari empat jalan lokuttara.) atau dengan kata lain: itthattàya = ithabhàvato (ablatif, ‘melampaui ini’). Sekarang tidak ada lagi kelompok-kelompok unsur yang melampaui kelompok-kelompok unsur yang sekarang ini. Lima kelompok unsur kehidupan ini dipahami sepenuhnya bagaikan pohon yang dipotong akarnya.” Saya menganggap itthattàya sebagai makna datif “kondisi makhluk ini”, yaitu kehidupan dalam kondisi makhluk apa pun, sehingga frasa itu memberikan makna yang sama dengan alternatif “auman kebebasan,”, natthi dàni punabbhavo, “Sekarang tidak ada lagi kehidupan baru” (baca 22:27 (III 29,30), dan lain-lain). Di tempat lain (misalnya pada DN I 17,33; MN II 130,16 foll. AN I 63,30 – 64,18), itthatta menunjukkan kondisi manusia (atau mungkin keseluruhan alam indria) sebagai lawan dari makhluk dengan kondisi tinggi. Karena bentuk dasar itthatta adalah jelas netral, adalah sulit menerima penjelasan komentar mengenai itthattàya sebagai bentuk ablatif.===

1. Ye ca atītā - machasaṃ, syā, [pts. 2.] Bahūnaṃ-machasaṃ. 3. Vihariṃsu-syā [pts] sī1, 2, 4. Athāpi-syā. Tathāpi-machasaṃ 5. Attakāmena-syā. Machasaṃ.

[BJT Page 256] Atha kho āyasmā brahmadevo pubbaṇhasamayaṃ nivāsetvā pattacīvaramādāya sāvatthiṃ piṇḍāya pāvisi. Kemudian, pagi harinya, Yang Mulia Brahmadeva merapikan jubahnya, dan membawa mangkuk dan jubahnya memasuki Sàvatthã untuk menerima dana makanan.

Sāvatthiyaṃ sapadānaṃ piṇḍāya caramāno yena sakamātunivesanaṃ tenupasaṅkami. Berjalan tanpa putus menerima dana makanan di Sàvatthã, ia sampai di rumah ibu kandungnya.377

===377. Berjalan menerima dana makanan secara tanpa terputus (supadànaü piõóaya caramàno) adalah praktik petapaan dengan cara mendatangi setiap rumah dalam perjalanan itu untuk menerima makanan; tanpa membedakan mereka yang memberi secara rutin dan mereka yang tidak memberi; baca Vism 60,19-24 (Ppn 2:6), 67-68 (Ppn 2:31)).===

[PTS Page 141] tena kho pana samayena āyasmato brahmadevassa mātā brāhmaṇī brahmuno āhutiṃ niccaṃ paggaṇhāti. [141] Pada saat itu, brahmana perempuan, ibu kandung Yang Mulia Brahmadeva, telah secara rutin memberikan persembahan kepada Brahmà.378

===378. Ahutiü niccaü paggaõhàti. Dari penjelasan Spk, sepertinya ini adalah upacara lengkap yang mana nasi-susu yang manis dipersembahkan kepada Brahmà dengan disertai ritual pemanggilan.===

Atha kho brahmuno sahampatissa etadahosi: ayaṃ kho āyasmato brahmadevassa mātā brāhmaṇī brahmuno āhutiṃ niccaṃ paggaṇhāti, yannūnāhaṃ taṃ upasaṅkamitvā saṃvejeyyanti. Kemudian Brahmà Sahampati berpikir: “Brahmana perempuan ini, ibu kandung Yang Mulia Brahmadeva, telah secara rutin memberikan persembahan kepada Brahmà. Aku akan mendatanginya dan membangkitkan semangat religius dalam dirinya.”

Atha kho brahmā sahampati seyyathāpi nāma balavā puriso sammiñjitaṃ vā bāhaṃ pasāreyya pasāritaṃ vā bāhaṃ sammiñjeyya. Evamevaṃ brahmaloke antarahito āyasmato brahmadevassa mātunivesane pāturahosi. Kemudian, <308> secepat seorang kuat merentangkan tangannya yang tertekuk atau menekuk tangannya yang terentang, Brahmà Sahampati lenyap dari Alam Brahmà dan muncul kembali di rumah ibu kandung Yang Mulia Brahmadeva.

Atha kho brahmā sahampati vehāsaṃ ṭhito āyasmato brahmadevassa mātaraṃ brāhmaṇiṃ gāthāhi ajjhabhāsi:Kemudian sambil berdiri di udara, Brahmà Sahampati berkata kepada brahmana perempuan itu dalam syair:

Dūre ito brāhmaṇī brahmaloko yassāhutiṃ paggaṇhāsi niccaṃ. 565. “Alam Brahmà, Nyonya, adalah jauh dari sini. Yang kepadanya engkau memberikan persembahan secara rutin.

Netādiso brāhmaṇi brahmabhakkho kiṃ jappasi brahmapathaṃ ajānanti. 1Brahmà tidak memakan makanan seperti itu, Ibu: Mengapa berkomat-kamit, tidak mengetahui jalan menuju Brahmà?379

===379. Spk: Jalan menuju Brahmà (brahmàpatha) adalah sebutan untuk empat jhàna. Hasil dari jhàna ini disebut jalan kehidupan (jivitapatha). Tidak mengetahui jalan ini, mengapa engkau mengomel dan berkomat-kamit? Karena brahmà hidup dari jhàna yang nikmat; mereka tidak memakan susu beku yang dicampur dengan daun dan biji-bijian.” Biasanya empat brahmaviharà disebut jalan untuk bergabung dengan Brahmà, seperti pada DN I 250,32 – 251,21 dan MN II 207,14 – 208,8.===

Eso hi te brāhmaṇī brahmadevo nirupadiko2 atidevappatto, 566. “Brahmadeva ini, Nyonya, Tanpa perolehan, telah melampaui para deva.

Akiñcano bhikkhu anaññaposī3 yo te so piṇḍāya gharaṃ paviṭṭho. Tidak memiliki apa-apa, tidak memberi makan siapa pun, Bhikkhu itu telah memasuki rumahmu untuk menerima dana makanan.380

===380. Spk menjelaskan niråpadhika dalam pàda b sebagai seorang yang tanpa upadhi kekotoran, bentukan kehendak, dan kenikmatan indria. Spk-pñ: upadhi kelompok-kelompok unsur kehidupan tidak disebutkan karena kelompok-kelompok unsur kehidupan masih ada. Telah melampaui deva (atidevapatto). Spk: Ia telah mencapai keadaan deva yang melampaui para deva, keadaan brahmà yang melampaui para brahmà. (terdapat bukti permainan kata di sini atas nama bhikkhu). Mengenai aki¤cana, “tidak memiliki apa-apa”, baca n. 73. Tidak memberi makan siapa pun (ana¤¤aposi). Spk: Hal ini dikatakan karena ia tidak memelihara istri dan anak-anak, atau karena ia tidak memelihara jasmani lainnya setelah yang sekarang ini.===

Āhuneyyo4 vedagū bhāvitatto narānaṃ devānañca5 dakkhiṇeyyo, 567. “Layak menerima pemberian, guru-pengetahuan, terkembang batinnya, <309> Ia layak menerima persembahan dari umat manusia dan para deva,

Bāhitvā pāpāni anupalitto6 ghāsesanaṃ irīyati7 sītibhūto. Setelah mengusir semua kejahatan, tanpa noda, Dingin hatinya, ia datang mencari dana makanan.

Na tassa pacchā na puratthamatthi santo vidhūmo anigho nirāso, 568. “Baginya tidak ada apa pun di belakang atau di depan— Damai, tidak berasap, tanpa masalah, tanpa keinginan;

Nikkhittadaṇḍo tasathāvaresu so tyāhutiṃ bhuñjatu aggapiṇḍaṃIa telah menumbangkan tiang yang lemah dan yang kokoh: Biarkan ia memakan persembahanmu, makanan pilihan.381

===381. Spk: Apa yang di belakang (pacchà) adalah masa lalu, apa yang di depan (purattham) adalah masa depan. Ia tidak memiliki apa yang di belakang ataupun di depan karena ia tidak memiliki keinginan dan nafsu akan kelompok-kelompok unsur kehidupan masa lalu dan masa depan. Ia tanpa asap (vidhåmo) dengan lenyapnya asap kemarahan. Mengenai dikotomi “depan-belakang”, baca Dhp 348, 421; Sn 949; Th 537.===

Visenibhūto upasantacitto nāgova danto carati anejo, 569. “Jauh dari keramaian, dengan pikiran tenang, Bagaikan nàga, ia mengembara, jinak, tidak kacau.

Bhikkhu susilo suvimuttacitto so tyāhutiṃ bhuñjatu aggapiṇḍaṃ. Seorang bhikkhu dengan moralitas murni, terbebaskan dalam batin: Biarkan ia memakan persembahanmu, makanan pilihan.382

===382. Spk menjelaskan visenibhåto dalam pàda a sebagai “tanpa senjata, tanpa bala tentara kekotoran” (kilesasenàya viseno jàto). Akan tetapi, di sini, saya mengikuti saran Norman (pada GD, pp. 307-8, n. atas 793) bahwa viseni bersesuaian dengan visreõi pada BHS, yang artinya “tanpa teman”. Pada Uv. 11:12, kita menemukan viseõãkrtvà (diterjemahkan ke dalam Bahasa Tibet dalam suatu ungkapan yang berarti “bebas dari kerumunan”).===

Tasmiṃ pasannā avikampamānā [PTS Page 142] patiṭṭhapesi dakkhiṇaṃ dakkhiṇeyye, 570. “Dengan berkeyakinan padanya, bebas dari keraguan, [142] Serahkan persembahanmu kepada seorang yang layak menerimanya.

Karohi puññaṃ sukhamāyatikaṃ disvā muniṃ brāhmaṇi oghatiṇṇanati. Setelah melihat seorang bijaksana yang telah menyeberangi banjir, O, Nyonya, lakukanlah kebajikan yang dapat membawamu ke kebahagiaan di masa depan.”383 <310>

===383. Mengenai oghatiõõaü baca n. 2.===

Tasmiṃ pasannā avikampamānā patiṭṭhapesi dakkhiṇaṃ dakkhiṇeyye, 571. Dengan berkeyakinan padanya, bebas dari keraguan, Ia menyerahkan persembahannya kepada seorang yang layak menerimanya.

Akāsi puññaṃ sukhamāyatikaṃ disvā muniṃ brāhmaṇī oghatiṇṇanti. Setelah melihat seorang bijaksana yang telah menyeberangi banjir, Perempuan itu melakukan kebajikan yang dapat membawanya ke kebahagiaan di masa depan.384

===384. Spk: Syair ini ditambahkan oleh para redaktur. ===

1. Ajānaṃ-machasaṃ. Syā. 2. Nirūpadhiko-machasaṃ. Syā. 3. Anaññaposiyo[pts. 4.] Āhuniyo-syā. 5. Devāna ca -syā. 6. Anūpalitto-machasaṃ. Syā. 7. Iriyati-sīmu. 2.

[BJT Page 258] 6. 1. 4. Bakabrahmasuttaṃ. (S.6.4.)4.Bakabrahmasuttam 婆迦梵天(生惡見:此是常)4 (4) Brahmà Baka

175. Evaṃ me sutaṃ: ekaṃ samayaṃ bhagavā sāvatthiyaṃ viharati jetavane anāthapiṇḍikassa ārāme. Demikianlah yang kudengar.385 Pada suatu ketika, Sang Bhagavà sedang berdiam di Sàvatthã, di Hutan Jeta, Taman Anàthapiõóika.

===385. Prosa pembukaan sutta ini identik dengan yang terdapat dalam MN No. 49, kecuali bahwa yang terakhir terjadi di Ukaññha. Kisah dan syairnya membentuk Brahmà Baka Jataka (Ja No. 405). Nama brahmà ini berarti “bangau”, dalam tradisi India dianggap sebagai burung licik dan penuh muslihat.===

Tena kho pana samayena bakassa brahmuno evarūpaṃ pāpakaṃ diṭṭhigataṃ uppannaṃ hoti: Pada saat itu, pandangan salah spekulatif muncul dalam diri Brahmà Baka:

idaṃ niccaṃ, “Ini kekal,

idaṃ dhuvaṃ, ini stabil,

idaṃ sassataṃ, ini abadi,

idaṃ kevalaṃ, ini lengkap,

idaṃ acavanadhammaṃ. ini tidak dapat musnah.

Idaṃ hi na jāyati Sesungguhnya, ini adalah di mana seseorang tidak dilahirkan,

na jīyati tidak menjadi tua,

na mīyati tidak mati,

na cavati tidak meninggal dunia,

na uppajjati ito ca panaññaṃ uttariṃ nissaraṇaṃ 1 natthīti. dan tidak terlahir kembali; dan tidak ada pembebasan lain yang lebih unggul dari ini.”386

===386. Spk mengemas kevalaü sebagai akaõdaü sakalaü, “tidak rusak, utuh”, dan menjelaskan latar belakangnya sebagai berikut: Dalam kehidupan sebelumnya sebagai manusia, brahmà ini telah mengembangkan jhàna dan terlahir kembali di Alam Brahmà Vehapphala, alam jhàna keempat dengan umur kehidupan lima ratus kappa. Selanjutnya, ia terlahir kembali di Alam Brahmà Subhakiõha, alam jhàna ketiga dengan umur kehidupan enam puluh empat kappa. Berikutnya, ia terlahir kembali di Alam Brahmà Abhassara, alam jhàna kedua dengan umur kehidupan delapan kappa. Kemudian ia terlahir kembali di alam jhàna pertama dengan umur kehidupan satu kappa. Awalnya, ia mengingat kamma masa lampau dan alam kehidupannya sendiri, tetapi dengan berlalunya waktu, ia melupakan keduanya dan menganut pandangan eternalis.===

Atha kho bhagavā bakassa brahmuno cetasā cetoparivitakkamaññāya seyyathāpi nāma balavā puriso sammiñjitaṃ vā bāhaṃ pasāreyya pasāritaṃ vā bāhaṃ sammiñjeyya, evameva jetavane antarahito tasmiṃ brahmaloke pāturahosi. Kemudian, setelah dengan pikiran-Nya sendiri mengetahui perenungan dalam pikiran Brahmà Baka, secepat seorang kuat merentangkan tangannya yang tertekuk atau menekuk tangannya yang terentang, Sang Bhagavà lenyap dari Hutan Jeta dan muncul kembali di Alam Brahmà.

Addasā kho bako brahmā bhagavantaṃ dūratova āgacchantaṃ. Disvāna bhagavantaṃ etadavoca: <311> Dari jauh, Brahmà Baka melihat kedatangan Sang Bhagavà dan berkata kepada Beliau:

ehi kho mārisa. Svāgataṃ te mārisa. Cirassaṃ kho mārisa imaṃ pariyāya makāsi yadidaṃ idhāgamanāya. “Mari, Yang Mulia! Selamat datang, Yang Mulia! Sudah lama sekali, Yang Mulia, sejak Engkau mengambil kesempatan datang ke sini.

Idaṃ hi mārisa niccaṃ, idaṃ dhuvaṃ, idaṃ sassataṃ1, idaṃ kevalaṃ idaṃ acavanadhammaṃ. Sesungguhnya, Yang Mulia, ini kekal, ini stabil, ini abadi, ini lengkap, ini tidak dapat musnah.

Idaṃ hi na jāyati na jīyati na mīyati na cavati na uppajjati. Ito ca panaññaṃ uttariṃ nissaraṇaṃ natthīti. Sesungguhnya, ini adalah di mana seseorang tidak dilahirkan, tidak menjadi tua, tidak mati, tidak meninggal dunia, dan tidak terlahir kembali; dan tidak ada pembebasan lain yang lebih unggul dari ini.”

Evaṃ vutte bhagavā bakabrahmānaṃ idamavoca2: Ketika hal ini diucapkan, Sang Bhagavà berkata kepada Brahmà Baka:

avijjāgato vata bho bako brahmā, avijjāgato vata bho bako brahmā. “Aduh, Brahmà Baka tenggelam dalam kebodohan! Aduh, Brahmà Baka tenggelam dalam kebodohan,

Yatra hi nāma aniccaññeva3 samānaṃ niccanti vakkhati. selama ia akan mengatakan apa yang sesungguhnya tidak kekal sebagai kekal;

Addhuvaññeva4 samānaṃ dhuvanti vakkhati. dan akan mengatakan apa yang sesungguhnya tidak stabil sebagai stabil;

Asassataññeva samānaṃ sassatanti vakkhati. dan akan mengatakan apa yang sesungguhnya tidak abadi sebagai abadi;

[PTS Page 143] akevalaññeva samānaṃ kevalanti vakkhati. [143] dan akan mengatakan apa yang sesungguhnya tidak lengkap sebagai lengkap;

Cavanadhammaññeva samānaṃ acavanadhammanti vakkhati. dan akan mengatakan apa yang sesungguhnya dapat musnah sebagai tidak dapat musnah;

Yattha ca pana jāyati ca jīyati ca mīyati ca cavati ca uppajjati5 ca. dan sehubungan dengan [alam] di mana seseorang dilahirkan, menjadi tua, mati, meninggal dunia, dan terlahir kembali,

Tañca tathā vakkhati: idaṃ hi na jāyati na jīyati na mīyati na cavati na uppajjati. Santañca panaññaṃ uttariṃ nissaraṇaṃ, natthaññaṃ uttariṃ nissaraṇanti cakkhatīti, akan mengatakan bahwa: ‘Sesungguhnya, ini adalah di mana seseorang tidak dilahirkan, tidak menjadi tua, tidak mati, tidak meninggal dunia, dan tidak terlahir kembali; dan tidak ada pembebasan lain yang lebih unggul dari ini.’”

(Bako brahmā:)[Brahmà Baka:]Dvāsattati gotama puññakammā vasavattino jātijaraṃ atītā, 572. “Kami tujuh puluh dua, Gotama, adalah pelaku-kebajikan; <312> Sekarang kami memiliki kekuatan, melampaui kelahiran dan penuaan.Ayamantimā vedagu brahmupapatti asmābhijappanti janā anekāti.Ini, guru-pengetahuan, adalah pencapaian tertinggi Brahmà kami. Banyak orang yang merindukan kami.”387

===387. Pàda a membaca: Dvàsattati Gotama pu¤¤akammà. Saya menerjemahkan sesuai dengan tulisan Spk: “Guru Gotama, kami tujuh puluh dua orang yang memiliki jasa baik [Spk-pñ: yaitu pelaku perbuatan baik] telah terlahir kembali di sini karena kamma baik itu (bho Gotama mayaü dvasattati janà pu¤¤akammà [Spk-pñ: pu¤¤akàrino] tena pu¤¤akammena idha nibbattà.” Baik Spk maupun Spk-pñ tidak memberikan petunjuk lebih jauh sehubungan dengan apa yang dirujuk oleh tujuh puluh dua itu. Saya dan Ee2 membaca pàda c sebagai mengandung brahmapatti, bukannya brahmuppatti atau brahmupapatti dalam edisi lainnya. Spk mengemas abhijappanti dalam pàda d sebagai patthenti pihenti, “merindukan, menginginkan”. Ja III 359,25-29 menggunakan tiga kata kerja: “Banyak orang, dengan tangan dirangkapkan sebagai penghormatan, menyembah kami, merindukan kami, menginginkan kami (namassanti patthenti pihayanti), dengan berkata, ‘Ia adalah Yang Mulia Brahmà, Mahàbrahmà,’ dan seterusnya. Mereka mengharapkan, ‘Oh, kami juga ingin menjadi seperti itu.’”===

(Bhagavā:)[Sang Bhagavà:]

Appaṃ hi etaṃ na hi dīghamāyu yaṃ tvaṃ baka maññasi dīghamāyuṃ. 573. “Umur kehidupan di sini adalah singkat, tidak lama, Walaupun engkau, Baka, menganggapnya lama.

Sataṃ sahassānaṃ nirabbudānaṃ āyuṃ 6 pajānāmi tavāhaṃ brahameti. Aku tahu, O, Brahmà, umur kehidupanmu adalah Seratus ribu nirabbuda.”388

===388. Untuk nirabbuda, baca n. 409. Spk mengatakan bahwa ini adalah lamanya umur kehidupan yang tersisa.

===

1. Uttari nissaraṇaṃ-machasaṃ, 2 etadavoca-machasaṃ. Syā. 3. Yeva-machasaṃ syā. [Pts. 4.] Adhuvaññeva-machasaṃ syā. 5. Upapajjati-machasaṃ. Syā, 6. Āyu-[pts]

[BJT Page 260] (Bako brahmā:)[Brahmà Baka:]

Anantadassī bhagavāhamasmi jātijaraṃ sokamupātivatto, 574. “O, Bhagavà, [Engkau mengatakan]: ‘Aku adalah seorang dengan penglihatan tanpa batas Seorang yang telah mengatasi kelahiran, usia-tua, dan kesedihan.’

Kiṃ me purāṇaṃ vata sīlavattaṃ ācikkha me taṃ yamahaṃ vijaññāti. Apakah praktikku dalam hal tekad dan moralitas di masa lampau? Jelaskan padaku agar aku mengerti.”389

===389. Saya mengikuti Spk dalam menebak bahwa pernyataan “Aku adalah seorang yang memiliki penglihatan tanpa batas ….” adalah berasal dari Sang Buddha. Jika teks itu dibaca tanpa komentar, maka kata-kata itu berasal dari Baka. Akan tetapi, permohonan yang mengikuti, sepertinya menegaskan interpretasi Spk. Spk mengemas: Vatasãlavattan ti vuccati sãlam eva (“adalah hanya moralitas yang dirujuk sebagai ‘praktik sumpah dan moralitas’”). Spk-pñ: Adalah sumpah (vatabhåtaü) karena dijalankan secara resmi, dan praktik moralitas (sãlavattaü) karena dipraktikkan dengan perilaku bermoral, tetapi kedua istilah ini sebenarnya merujuk pada satu hal; dengan demikian, komentar mengatakan, ‘adalah hanya moralitas.’”===

(Bhagavā:)[Sang Bhagavà:]

Yaṃ tvaṃ apāyesi bahū manusse pipāsite ghammani samparete, 575. “Engkau memberikan minuman kepada banyak orang Yang haus, diserang oleh panas:

Taṃ te purāṇaṃ vata sīlavattaṃ suttappabuddhova anussarāmi. Itulah praktikmu dalam hal tekad dan moralitas di masa lampau, <313> Yang Kuingat bagaikan baru bangun tidur.390

===390. Spk menceritakan kisah lengkap di balik tiap-tiap peristiwa yang dirujuk dalam vv. 575-77. Baca juga DPPN, 2:259-60. Akan tetapi, kesalahan Malalasekera, dalam menyebutkan bahwa semua peristiwa terjadi pada kehidupannya sebagai Kesava. Sepertinya Spk menduga bahwa v. 578 berasal dari kehidupan Kesava.===

Yaṃ eṇikūlasmiṃ janaṃ gahītaṃ amocayī gayhakaṃ nīyamānaṃ, 576. “Ketika orang-orang terperangkap di tepi Sungai Rusa, Engkau membebaskan para tawanan yang disandera.

Taṃ te purāṇaṃ vata sīlavattaṃ suttappabuddhova anussarāmi. Itulah praktikmu dalam hal tekad dan moralitas di masa lampau, Yang Kuingat bagaikan baru bangun tidur.

Gaṅgāya sotasmiṃ gahītanāvaṃ luddena nāgena manussakamayyā, 577. “Ketika sebuah kapal terjebak di Sungai Gangga Oleh keganasan nàga yang menginginkan daging manusia,

Pamocayittha1 balasā pasayha taṃ te purāṇaṃ vata sīlavattaṃ suttappabuddhova anussarāmi. Engkau dengan gagah berani mengerahkan kekuatan membebaskan kapal itu: Itulah praktikmu dalam hal tekad dan moralitas di masa lampau, Yang Kuingat bagaikan baru bangun tidur.

[PTS Page 144] kappo ca te baddhacaro ahosiṃ sambuddhimantaṃ2 vatinaṃ amaññiṃ3[144] 578. “Aku adalah siswamu yang bernama Kappa; Engkau mengajarkan kecerdasan dan ketaatan:

Taṃ te purāṇaṃ vata sīlavattaṃ suttappabuddhova anussarāmītī. Itulah praktikmu dalam hal tekad dan moralitas di masa lampau, Yang Kuingat bagaikan baru bangun tidur.”391

===391. Syair ini merujuk pada Kesava Jàtaka (Ja No. 346; baca juga Dhp-a I 342-44). Dalam pàda a, baddhacara dikemas oleh Spk sebagai antevàsika; baca n. 268. Saya dan Be membaca kata kerja dalam pàda b sebagai ama¤¤I (atau ama¤¤a dalam Ee2), bukannya ama¤¤iü = “Aku pikir” dalam Se dan Ee1. Walaupun Spk menganggap bahwa baris itu berarti Kappa berpikir demikian mengenai gurunya, saya mengikuti Jàtaka, yang mana sang guru Kesava menghormati muridnya Kappa sebagai cerdas dan berbudi, sementara Kesava sendiri nyaris dungu.===

(Bako brahmā:)[Brahmà Baka:] <314>

Addhā pajānāsi mametamāyuṃ aññampi4 jānāsi tathā hi buddho, 579. “Tentu saja Engkau mengetahui umur kehidupanku; Yang lainnya juga Engkau mengetahuinya, karena Engkau adalah Buddha.

Tathā hi tyāyaṃ jalitānubhāvo obhāsayaṃ tiṭṭhati brahmalokanti. Demikianlah keagungan gemilang ini adalah milikMu Yang bahkan menerangi alam brahmà.”

6. 1. 5 Aparādiṭṭhisuttaṃ. (S. 6.5.Abbatara ditthi) (5) Abbatarabrahmasuttam5 (5) Brahmà Tertentu (Pandangan Lain)

176. Evaṃ me sutaṃ: ekaṃ samayaṃ bhagavā sāvatthiyaṃ viharati jetavane anāthapiṇḍikassa ārāme. Di Sàvatthã.

Tena kho pana samayena aññatarassa brahmuno evarūpaṃ pāpakaṃ diṭṭhigataṃ uppannaṃ hoti. Pada saat itu, pandangan salah spekulatif berikut ini muncul dalam diri brahmà tertentu:

Natthi so samaṇo vā brāhmaṇo vā yo idha āgaccheyyāti. “Tidak ada petapa atau brahmana yang dapat datang ke sini.”

Atha kho bhagavā tassa brahmuno cetasā cetoparivitakkamaññāya seyyathāpi nāma balavā puriso sammiñjitaṃ vā bāhaṃ pasāreyya pasāritaṃ vā bāhaṃ sammiñjeyya evameva jetavane antarahito tasmiṃ brahmaloke pāturahosi. Kemudian, setelah dengan pikiran-Nya sendiri mengetahui perenungan dalam pikiran Brahmà Baka, secepat seorang kuat merentangkan tangannya yang tertekuk atau menekuk tangannya yang terentang, Sang Bhagavà lenyap dari Hutan Jeta dan muncul kembali di Alam Brahmà.

Atha kho bhagavā tassa brahmuno upari vehāsaṃ pallaṅkena nisīdi tejodhātuṃ samāpajjitvā. Sang Bhagavà duduk bersila di udara di atas brahmà itu, setelah memasuki meditasi pada unsur api.392

===392. Spk: Ia melakukan persiapan untuk kasiõa-api, keluar dari jhàna dasar, dan bertekad: “Semoga api memancar dari tubuhku.” Dengan kekuatan tekadnya, api memancar dari seluruh tubuhnya.===

1. Paṭacaro-syā. 2. Sambuddhivantaṃ-sīmu. [Pts. 3.] Amaññi-machasaṃ. 4. Aññepi - machasaṃ. Syā.

[BJT Page 262] Atha kho āyasmato mahāmoggallānassa etadahosi: Kemudian Yang Mulia Mahàmoggallàna berpikir:

kahaṃ nu kho bhagavā etarahi viharatīti. “Di manakah Sang Bhagavà berada sekarang?”

Addasā kho āyasmā mahāmoggallāno bhagavantaṃ dibbena cakkhunā visuddhena atikkantamānusakena tassa brahmuno uparivehāsaṃ pallaṅkena nisinnaṃ tejodhātuṃ samāpannaṃ. Dengan kekuatan batin mata-dewa, yang murni dan melampaui manusia, Yang Mulia Mahàmoggallàna melihat Sang Bhagavà duduk bersila di udara di atas brahmà itu, setelah memasuki meditasi pada unsur api.

Disvāna seyyathāpi nāma balavā puriso sammiñjitaṃ vā bāhaṃ pasāreyya, pasāritaṃ vā bāhaṃ sammiñjeyya, evameva jetavane antarahito tasmiṃ brahmaloke pāturahosi. Setelah melihat ini, <315> secepat seorang kuat merentangkan tangannya yang tertekuk atau menekuk tangannya yang terentang, Yang Mulia Mahàmoggallàna lenyap dari Hutan Jeta dan muncul kembali di Alam Brahmà.

Atha kho āyasmā mahāmoggallāno puratthimaṃ disaṃ nissāya1 tassa brahmuno uparivehāsaṃ pallaṅkena nisīdi, tejodhātuṃ samāpajjitvā nīcataraṃ bhagavato. Kemudian Yang Mulia Mahàmoggallàna menempatkan dirinya di sisi timur dan duduk bersila di udara di atas brahmà itu—lebih rendah dari Sang Bhagavà—setelah memasuki meditasi pada unsur api.

Atha kho āyasmato mahākassapassa etadahosi: Kemudian Yang Mulia Mahàkassapa berpikir:

kahaṃ nu kho bhagavā etarahi viharatīti. “Di manakah Sang Bhagavà berada sekarang?”

Addasā kho āyasmā mahākassapo bhagavantaṃ dibbena cakkhunā visuddhena atikkantamānusakena tassa brahmuno uparivehāsaṃ pallaṅkena nisinnaṃ tejodhātuṃ samāpannaṃ. dengan kekuatan batin mata-dewa … Yang Mulia Mahàkassapa melihat Sang Bhagavà duduk bersila di udara di atas brahmà itu …

Disvāna seyyathāpi nāma balavā puriso sammiñjitaṃ vā bāhaṃ pasāreyya, pasāritaṃ vā bāhaṃ sammiñjeyya, evameva [PTS Page 145] jetavane antarahito tasmiṃ brahmaloke pāturahosi. Setelah melihat ini, … <145> Yang Mulia Mahàkassapa lenyap dari Hutan Jeta dan muncul kembali di Alam Brahmà.

Atha kho āyasmā mahākassapo dakkhiṇaṃ disaṃ nissāya tassa brahmuno uparivehāsaṃ pallaṅkena nisīdi, tejodhātuṃ samāpajjitvā nīcataraṃ bhagavato. Kemudian Yang Mulia Mahàkassapa menempatkan dirinya di sisi selatan dan duduk bersila di udara di atas brahmà itu—lebih rendah dari Sang Bhagavà—setelah memasuki meditasi pada unsur api.

Atha kho āyasmato mahākappinassa etadahosi: Kemudian Yang Mulia Mahàkappina berpikir:

kahaṃ nu kho bhagavā etarahi viharatīti. “Di manakah Sang Bhagavà berada sekarang?”

Addasā kho āyasmā mahākappino bhagavantaṃ dibbena cakkhunā visuddhena atikkantamānusakena tassa brahmuno uparivehāsaṃ pallaṅkena nisinnaṃ tejodhātuṃ samāpannaṃ. dengan kekuatan batin mata-dewa … Yang Mulia Mahàkappina melihat Sang Bhagavà duduk bersila di udara di atas brahmà itu …

Disvāna seyyathāpi nāma balavā puriso sammiñjitaṃ vā bāhaṃ pasāreyya, pasāritaṃ vā bāhaṃ sammiñjeyya, evameva jetavane antarahito tasmiṃ brahmaloke pāturahosi. Setelah melihat ini, … Yang Mulia Mahàkappina lenyap dari Hutan Jeta dan muncul kembali di Alam Brahmà.

Atha kho āyasmā mahākappino pacchimaṃ disaṃ nissāya tassa brahmuno uparivehāsaṃ pallaṅkena nisīdi, tejodhātuṃ samāpajjitvā nīcataraṃ bhagavato. Kemudian Yang Mulia Mahàkappina menempatkan dirinya di sisi barat <316> dan duduk bersila di udara di atas brahmà itu—lebih rendah dari Sang Bhagavà—setelah memasuki meditasi pada unsur api.

Atha kho āyasmato anuruddhassa etadahosi: Kemudian Yang Mulia Anuruddha berpikir:

kahaṃ nu kho bhagavā etarahi viharatīti. “Di manakah Sang Bhagavà berada sekarang?”

Addasā kho āyasmā anuruddho bhagavantaṃ dibbena cakkhunā visuddhena atikkantamānusakena tassa brahmuno uparivehāsaṃ pallaṅkena nisinnaṃ tejodhātuṃ samāpannaṃ. dengan kekuatan batin mata-dewa … Yang Mulia Anuruddha melihat Sang Bhagavà duduk bersila di udara di atas brahmà itu …

Disvāna seyyathāpi nāma balavā puriso sammiñjitaṃ vā bāhaṃ pasāreyya, pasāritaṃ vā bāhaṃ sammiñjeyya, evameva jetavane antarahito tasmiṃ brahmaloke pāturahosi. Setelah melihat ini, … Yang Mulia Anuruddha lenyap dari Hutan Jeta dan muncul kembali di Alam Brahmà.

Atha kho āyasmā anuruddho uttaraṃ disaṃ nissāya tassa brahmuno uparivehāsaṃ pallaṅkena nisīdi, tejodhātuṃ samāpajjitvā nīcataraṃ bhagavato. Kemudian Yang Mulia Anuruddha menempatkan dirinya di sisi utara dan duduk bersila di udara di atas brahmà itu—lebih rendah dari Sang Bhagavà—setelah memasuki meditasi pada unsur api.

Atha kho āyasmā mahāmoggallāno taṃ brahmānaṃ gāthāya ajjhabhāsi:Kemudian Yang Mulia Mahàmoggallàna berkata kepada brahmà itu dalam syair:

Ajjāpi te āvuso sā diṭṭhi yā te diṭṭhi pure ahu, 580. “Hari ini, Sahabat, apakah engkau masih menganut pandangan itu, Yang engkau anut sebelumnya?Passasi vītivattantaṃ brahmaloke pabhassaranti. 2. Apakah engkau lihat pancaran sinar Yang melampaui sinar di alam brahmà ini?”393 <317>

===393. Saya menerjemahkan pàda cd sesuai dengan Spk: “Apakah engkau melihat cahaya, aura dari Sang Buddha, Sang Bhagavà, melampaui aura-aura lain dari tubuh brahmà, istana, dan hiasan-hiasan di alam brahmà?”===

1. Upanissāya-sīmu. 2. Rāyananti-syā.

[BJT Page 264] (Brahmā:)Na me mārisa sā diṭṭhi yā me diṭṭhi pure ahu, 581. “Aku tidak lagi menganut pandangan itu, Yang Mulia, Pandangan yang aku anut sebelumnya.

Passāmi vītīvattantaṃ brahmaloke pabhassaraṃ, Sungguh aku melihat pancaran sinar Yang melampaui sinar di alam brahmà ini.

Svāhaṃ ajja kathaṃ vajjaṃ ahaṃ niccomhi sassatotiHari ini, bagaimana aku dapat mempertahankan, ‘aku kekal dan abadi’?”394

===394. Menurut Spk, brahmà ini menganut dua pandangan: pertama, pandangan bahwa tidak ada petapa yang mampu datang ke alam ini; dan kedua, pandangan eternalis. Yang pertama ditinggalkan ketika ia melihat Sang Buddha dan para siswa-Nya datang ke alam itu. Selanjutnya, Sang Buddha membabarkan khotbah kepadanya yang pada akhirnya ia mencapai Buah Memasuki-Arus, dan dengan demikian, melalui Jalan Memasuki-Arus, ia melepaskan pandangannya yang eternalis.===

Atha kho bhagavā taṃ brahmānaṃ saṃvejetvā seyyathāpi nāma balavā puriso sammiñjitaṃ vā bāhaṃ pasāreyya pasāritaṃ vā bāhaṃ sammiñjeyya evameva tasmiṃ brahmaloke antarahito jetavane pāturahosi. Kemudian, setelah membangkitkan semangat religius dalam diri brahmà itu, secepat seorang kuat merentangkan tangannya yang tertekuk atau menekuk tangannya yang terentang, Sang Bhagavà lenyap dari alam brahmà dan muncul kembali di Hutan Jeta.

Atha kho so brahmā aññataraṃ brahmapārisajjaṃ āmantesi: Kemudian brahmà itu berkata kepada salah satu anggota kelompoknya.

ehi tvaṃ mārisa yenāyasmā mahāmoggallāno tenupasaṅkama. Upasaṅkamitvā āyasmantaṃ mahāmoggallānaṃ evaṃ vadehi: “Marilah, Tuan, dekatilah Yang Mulia Mahàmoggallàna dan katakan padanya,

atthi nu kho mārisa moggallāna aññepi tassa bhagavato sāvakā evaṃ mahiddhikā [PTS Page 146] evaṃ mahānubhāvā, seyyathāpi nāma1 bhavaṃ moggallāno kassapo kappino anuruddhoti. ‘Tuan Moggallàna, adakah siswa Sang Bhagavà lainnya yang lebih sakti [146] dan kuat seperti Yang Mulia Moggàllàna, Kassapa, Kappina, dan Anuruddha?’”

Evaṃ mārisāti kho so brahmapārisajjo tassa brahmuno paṭissutvā2 yenāyasmā mahāmoggallāno tenupasaṅkami upasaṅkamitvā āyasmantaṃ mahāmoggallānaṃ etadavoca: “Baik, Tuan,” anggota kelompok Brahmà itu menjawab. Kemudian ia mendekati Yang Mulia Mahàmoggallàna dan bertanya:

atthi nu kho mārisa moggallāna aññepi tassa bhagavato sāvakā evaṃ mahiddhikā evaṃ mahānubhāvā, seyyathāpi nāma bhavaṃ moggallāno kassapo kappino anuruddhoti. “Tuan Moggàllàna, adakah siswa Sang Bhagavà lainnya yang lebih sakti dan kuat seperti Yang Mulia Moggàllàna, Kassapa, Kappina, dan Anuruddha?”

Atha kho āyasmā mahāmoggallāno taṃ brahmapārisajjaṃ gāthāya ajjhabhāsi:Kemudian Yang Mulia Mahàmoggàllàna berkata kepada anggota kelompok Brahmà itu dalam syair:

Tevijjā iddhippattā3 ca cetopariyāyakovidā, 582. “Banyak siswa Sang Buddha Yang telah mencapai kesucian Arahat dengan noda-noda dihancurkan,Khīṇāsavā arahanto bahū buddhassa sāvakāti.

Pembawa tiga pengetahuan dengan kekuatan batin, Terampil dalam membaca pikiran makhluk-makhluk lain.”395 <318>===395. Tiga pengetahuan yang dinyatakan melalui “pembawa tiga-pengetahuan” (tevijjà) adalah: pengetahuan mengingat alam kehidupan lampau, mata dewa (juga disebut pengetahuan kematian dan kelahiran makhluk-makhluk), dan pengetahuan hancurnya noda. Bersama dengan kekuatan batin (iddhi) dan kemampuan membaca pikiran makhluk lain, ini menjadikan lima dari enam abhi¤¤à atau pengetahuan langsung. Spk mengatakan bahwa yang keenam, telinga dewa, juga termasuk.===

Atha kho so brahmapārisajjo āyasmato mahāmoggallānassa bhāsitaṃ abhinanditvā anumoditvā yena so brahmā tenupasaṅkami. Upasaṅkamitvā taṃ brahmānaṃ etadavoca: āyasmā mārisa mahāmoggallāno evamāha:Kemudian anggota kelompok Brahmà itu, senang dan gembira mendengar pernyataan Yang Mulia Mahàmoggàllàna, mendekati brahmà itu dan memberitahunya: “Tuan, Yang Mulia Mahàmoggàllàna berkata seperti ini:

"Tevijjā iddhippattā ca cetopariyāyakovidā,583. “’Banyak siswa Sang Buddha …

Khīṇāsavā arahanto bahū buddhassa sāvakā"ti. Terampil dalam membaca pikiran makhluk-makhluk lain.’”

Idamavoca so brahmapārisajjo attamano ca so brahmā tassa brahmapārisajjassa bhāsitaṃ abhinandīti. Ini adalah apa yang dikatakan oleh anggota kelompok Brahmà itu. Gembira, brahmà itu senang mendengar pernyataan itu.

6. 1. 6 Pamādasuttaṃ(S.6.6.Pamadam)6.Brahmalokasuttam6 (6) Alam Brahmà (Kelengahan)

177. *Ekaṃ samayaṃ bhagavā sāvatthiyaṃ viharati jetavane anātha piṇḍikassa ārāme. Di Sàvatthã.

1. Nāma iti na dissate-machasaṃ-[pts 2.] Paṭissunitvā-syā 3. Iddhipattā-machasaṃ-syā*Sāvatthinidānaṃ-machasaṃ.

[BJT Page 266] Tena kho pana samayena bhagavā divāvihāragato hoti paṭisallīno. Pada saat itu, Sang Bhagavà sedang melewatkan siang dan sedang berada dalam keheningan.

Atha kho subrahmā ca paccekabrahmā suddhāvāso ca paccekabrahmā yena bhagavā tenupasaṅkamiṃsu. Upasaṅkamitvā paccekaṃ1 dvārabāhaṃ upanissāya aṭṭhaṃsu. Kemudian brahmà mandiri bernama Subrahmà dan Suddhavàsa mendekat Sang Bhagavà, dan masing-masing berdiri di satu tiang pintu.396

===396. Spk-pñ: paccekabrahmà adalah brahmà yang bepergian sendirian, tanpa pengikut. Spk: Mereka berdiri di luar pintu bagaikan pengawal.===

Atha kho subrahmā paccekabrahmā suddhāvāsaṃ paccekabrahmānaṃ etadavoca: Kemudian brahmà mandiri Subrahmà berkata kepada brahmà mandiri Suddhàvàsa: <319>

akālo kho tāva mārisa bhagavantaṃ payirupāsituṃ, divāvihāragato bhagavā paṭisallīno ca. “Ini bukanlah waktu yang tepat, Teman, untuk mengunjungi Sang Bhagavà. Sang Bhagavà sedang melewatkan siang dan sedang berada dalam keheningan.

Asuko ca brahmaloko iddho ceva phīto ca. Alam-alam brahmà tertentu adalah kaya dan makmur,

Brahmā ca tatra pamādavihāraṃ viharati. dan ada brahmà di sana yang berdiam dalam kelengahan.

Āyāma mārisa yena so brahmaloko tenupasaṅkamissāma, upasaṅkamitvā taṃ brahmānaṃ saṃvejeyyāmā2ti. Mari, Teman, marilah kita pergi ke alam brahmà itu dan membangkitkan semangat religius dalam diri brahmà itu.”

[PTS Page 147] evaṃ mārisāti kho suddhāvāso paccekabrahmā subrahmuno paccekabrahmuno paccassosi. [147] “Baiklah, Teman,” brahmà mandiri Suddhàvàsa menjawab.

Atha kho subrahmā ca paccekabrahmā suddhāvāso ca paccekabrahmā seyyathāpi nāma balavā puriso sammiñjitaṃ vā bāhaṃ pasāreyya pasāritaṃ vā bāhaṃ sammiñjeyya evameva bhagavato purato antarahitā tasmiṃ brahmaloke pāturahesuṃ3. Kemudian, secepat seorang kuat merentangkan tangannya yang tertekuk atau menekuk tangannya yang terentang, brahmà mandiri Subrahmà dan Suddhàvàsa lenyap dari hadapan Sang Bhagavà dan muncul kembali di alam brahmà itu.

Addasā kho so brahmā te brahmāno dūratova āgacchante. Disvāna te brahmāno etadavoca: Dari jauh, Brahmà itu melihat kedatangan kedua brahmà itu dan berkata kepada mereka:

handa kuto nu tumhe mārisā āgacchathāti. “Sekarang, dari manakah kalian datang, Tuan-tuan?” <320>

Atha kho mayaṃ mārisa āgacchāma4 tassa bhagavato santikā arahato sammāsambuddhassa. “Kami datang, Tuan, dari hadapan Sang Bhagavà, Sang Arahanta, Tercerahkan Sempurna.

Gaccheyyāsi pana tvaṃ mārisa tassa bhagavato upaṭṭhānaṃ arahato sammāsambuddhassāti. Tuan, engkau seharusnya pergi melayani Sang Bhagavà, Sang Arahanta, Tercerahkan Sempurna.”

Evaṃ vutto5 kho so brahmā taṃ vacanaṃ anadhivāsento sahassakkhattuṃ attānaṃ abhinimminitvā subrahmānaṃ paccekabrahmānaṃ etadavoca: Ketika hal ini dikatakan, brahmà itu menolak menerima nasihat mereka. Setelah menciptakan seribu perubahan wujudnya, ia berkata kepada brahmà mandiri Subrahmà:

passasi me no tvaṃ mārisa evarūpaṃ iddhānubhāvanti. <321> “Lihatkah engkau, Tuan, betapa besar kekuasaan dan kekuatanku?”

Passāmi kho tyāhaṃ mārisa evarūpaṃ iddhānubhāvanti. “Aku melihat, Tuan, bahwa engkau memiliki kekuasaan dan kekuatan yang besar.”

So khvāhaṃ mārisa evaṃ mabhiddhiko evaṃ mahānubhāvo kassa aññassa samaṇassa vā brāhmaṇassa vā upaṭṭhānaṃ gamissāmīti. “Tetapi, Tuan, jika aku begitu berkuasa dan kuat, petapa atau brahmana manakah yang harus kulayani?”

Atha kho subrahmā paccekabrahmā dvisahassakkhattuṃ attānaṃ abhinimminitvā taṃ brahmānaṃ etadavoca: Kemudian brahmà mandiri Subrahmà, setelah menciptakan dua ribu perubahan wujudnya, berkata kepada brahmà itu:

passasi me no tvaṃ mārisa evarūpaṃ taṃ6 iddhānubhāvanti. “Lihatkah engkau, Tuan, betapa besar kekuasaan dan kekuatanku?”

Passāmi kho tyāhaṃ mārisa evarūpaṃ iddhānubhāvanti. “Aku melihat, Tuan, bahwa engkau memiliki kekuasaan dan kekuatan yang besar.”

Tayā ca kho mārisa mayā ca sveva bhagavā mahiddhikataro ceva mahānubhāvataro ca. “Sang Bhagavà, Tuan, adalah lebih berkuasa dan kuat dari kalian berdua dan aku.

Gaccheyyāsi tvaṃ mārisa tassa bhagavato upaṭṭhānaṃ arahato sammāsambuddhassāti. Engkau harus pergi, Tuan, untuk melayani Sang Bhagavà itu, Sang Arahanta, Tercerahkan Sempurna.”

Atha kho so brahmā subrahmānaṃ paccekabrahmānaṃ gāthāya ajjhabhāsi:Kemudian brahmà itu berkata kepada brahmà mandiri Subrahmà dalam syair:

1. Paccekadvārabāhaṃ-[pts. 2.] Saṃvejessāmāti- sī1, 2 3. Pāturahaṃsusī1, 2. 4. Āgatā kho mayaṃ mārisa amha-machasaṃ. 5. Vutte-syā. 6. 'Taṃ' iti nadissate-machasaṃ, [pts.]

[BJT Page 268] [PTS Page 148] tayo supaṇṇā caturo va haṃsā byagghīniyā pañcasatā ca jhāyino,

[148] 584. “Tiga [ratus] supaõõa, empat [ratus] angsa, Dan lima ratus elang:

Tayidaṃ vimānaṃ jalate1 ca brahme obhāsayaṃ uttarassaṃ disāyanti. Istana ini, O, Brahmà, milik sang meditator bersinar Menerangi penjuru utara.”397

===397. Spk mengatakan bahwa satà dalam pàda b seharusnya dihubungkan dengan tayo dan caturo dalam pàda a; angka-angka dapat diinterpretasikan sebagai sosok individual (råpa) atau (panti). Supaõõa identik dengan garuóa, elang raksasa dalam mitologi India; baca 30:1. Spk menjelaskan byagghãnisà sebagai makhluk buas serupa dengan macan (byagghasadisà), tetapi kata ini muncul pada Ja VI 538,9 dalam daftar burung-burung; di sana dikemas sebagai sena, burung elang. Sepertinya sosok-sosok ini hanyalah ilusi ciptaan dari kekuatan meditatif brahmà. Spk: “Ia menunjukkan, ‘Inilah kemegahan istana milikku, meditator.’”===

[Brahmà mandiri Subrahmà:]Kiñcāpi te taṃ jalate vimānaṃ obhāsayaṃ uttarassaṃ disāyaṃ, 585. “Walaupun istanamu itu bersinar Menerangi penjuru utara, <322>

Rūpe raṇaṃ disvā sadā pavedhitaṃ tasmā na rūpe ramatī sumedhoti. Setelah melihat cacat dari bentuk, guncangannya yang kronis, Sang bijaksana tidak bergembira di dalam bentuk.”398

===398. Pàda c tertulis: rape raõaü disvà sadà pavedhitaü. Spk: Setelah melihat cacat dari bentuk—cacat (dosa) yang terdiri dari kelahiran, penuaan, dan kerusakan; setelah melihat guncangannya yang kronis—bentuk itu selalu berguncang, bergetar, diserang oleh penyakit, dan sebagainya. Sang Bijaksana adalah Sang Guru (Sang Buddha). Sementara deva itu membanggakan bentuk-bentuk—bentuk-bentuk yang menghias istananya—Subrahmà mencelanya dengan mengambil “bentuk” sebagai makna teknis, sebagai yang pertama dari lima kelompok unsur kehidupan, dan mengungkapkan bahayanya.===

Atha kho subrahmā ca paccekabrahmā suddhāvāso ca paccekabrahmā taṃ brahmānaṃ saṃvejetvā tatthevantaradhāyiṃsu. Kemudian brahmà mandiri Subrahmà dan Suddhàvàsa, setelah membangkitkan semangat religius dalam diri brahmà itu, lenyap dari sana.

Agamāsi ca kho so brahmā aparena samayena bhagavato upaṭṭhānaṃ arahato sammāsambudadhassāti. Dan kelak, brahmà itu datang dan melayani Sang Bhagavà, Sang Arahanta, Tercerahkan Sempurna.

6. 1. 7. Kokālikasuttaṃ. (S.6.7.)7.Kokalikasuttam7 (7) Kokàlika (1)

178. Sāvatthiyaṃ-Di Sàvatthã.

Tena kho pana samayena bhagavā divāvihāragato hoti paṭisallīno. Pada saat itu, Sang Bhagavà sedang melewatkan siang dan sedang berada dalam keheningan.

Atha kho subrahmā ca paccekabrahmā suddhāvāso ca paccekabrahmā yena bhagavā tenupasaṅkamiṃsu. Upasaṅkamitvā paccekaṃ dvārabāhaṃ nissāya aṭṭhaṃsu. Kemudian brahmà mandiri bernama Subrahmà dan Suddhavàsa mendekat Sang Bhagavà dan masing-masing berdiri di satu tiang pintu.

Atha kho subrahmā paccekabrahmā kokālikaṃ bhikkhuṃ ārabbha bhagavato santike imaṃ gāthaṃ abhāsi:Kemudian, merujuk pada Bhikkhu Kokàlika, brahmà mandiri Subrahmà melantunkan syair ini di hadapan Sang Bhagavà:399

===399. Kisah Kokàlika diceritakan di bawah 6:10. ===

Appameyyaṃ paminanto ko'dha vidvā vikappaye, 586. “Apa yang dicari orang bijaksana di sini untuk menegaskan Seorang yang tak terukur dengan mengukurnya? <323>

Appameyyaṃ pamāyinaṃ nivutaṃ2 taṃ3 maññe puthujjananti. Ia yang mengukur seorang yang tidak terukur Pastilah, aku pikir, seorang kaum duniawi yang terhalangi.”400

===400. Spk: Seorang yang tidak terukur (appameyyaü) adalah Arahanta; seseorang mengukurnya dengan menentukan, “ia memiliki moralitas sebanyak ini, konsentrasi sebanyak ini, kebijaksanaan sebanyak ini.” Spk-pñ: kondisi yang dijadikan ukuran (pamàõakara)

adalah nafsu, kebencian, dan kebodohan, dan dengan pelenyapannya adalah tidak mungkin “mengukur” Arahanta dari nafsu, dan seterusnya. Sehubungan dengan ini, baca 41:7 (IV 297,11-14 = MN I 298,8-11).===

6. 1. 8 Katamorakatissasuttaṃ. (S.6.8.Tissako)8. Katamodakatissasuttam8 (8) Tissaka

179. Sāvatthiyaṃ-Di Sàvatthã … (seperti di atas) …

Tena kho pana samayena bhagavā divāvihāragato hoti paṭisallīno. Atha kho subrahmā ca paccekabrahmā suddhāvāso ca paccekabrahmā yena bhagavā tenupasaṅkamiṃsu. Upasaṅkamitvā paccekaṃ dvārabāhaṃ nissāya aṭṭhaṃsu. Atha kho subrahmā paccekabrahmā katamorakatissaṃ bhikkhuṃ ārabbha bhagavato santike imaṃ gāthaṃ abhāsi:Kemudian, dengan merujuk pada Bhikkhu Katamorakatissaka, brahmà mandiri Suddhàvàsa melantunkan syair ini di hadapan Sang Bhagavà:401

===401. Dalam Be dan Ee1 & 2, nama bhikkhu ini ditulis “–modaka–”. Ia adalah seorang pembelit yang bergabung dengan Devadatta dalam melakukan aksi memecah-belah Saïgha. Spk menjelaskan akissava, dalam pàda d, sebagai nipa¤¤à, kissava sama dengan pa¤¤à. Spk-pñ menurunkan kissava, mungkin oleh “etimologi rakyat”, dari “yang dengannya seseorang mendengarkan sesuatu” (kinti suõàti etàya ti), yaitu mempelajari apa yang bermanfaat dan tidak bermanfaat, dan sebagainya.===

[PTS Page 149] appameyyaṃ paminanto ko'dha vidvā vikappaye, [149] 587. “Apa yang dicari orang bijaksana di sini untuk menegaskan Seorang yang tak terukur dengan mengukurnya?

Appameyyaṃ pamāyinaṃ nivutaṃ2 taṃ3 maññe akissavanti. Ia yang mengukur seorang yang tidak terukur Pastilah, aku pikir, seorang bodoh yang terhalangi.”

1. Jalati-syā sī 2 2. Niṅutaṃ-syā, nivutaṃ maññe-[pts 3.] Katamodakakissa-machasaṃ.

[BJT Page 270] 6. 1. 9. Tudubrahma1suttaṃ.(S.6.9.)9.Turubrahmasuttam 9 (9) Brahmà Tudu

180. Sāvatthiyaṃ-<324> Di Sàvatthã.

Tena kho pana samayena kokāliko bhikkhu ābādhiko hoti dukkhito bāḷhagilāno. Pada saat itu, Bhikkhu Kokàlika sedang sakit, menderita, sakit parah.

Atha kho tudupaccekabrahmā abhikkantāya rattiyā abhikkantavaṇṇo kevalakappaṃ jetavanaṃ obhāsetvā yena kokāliko bhikkhu tenupasaṅkami. Kemudian, pada larut malam, brahmà mandiri Tudu, dengan keindahan memesona, menerangi seluruh Hutan Jeta, mendekati Bhikkhu Kokàlika.402

===402. Dalam Be, nama deva ini adalah Turu. Spk menjelaskan bahwa dalam kelahiran lampaunya, ia adalah penahbis Kokàlika; ia meninggal dunia sebagai Yang-tidak-kembali dan terlahir kembali di alam brahmà. Ia mendengar tentang usaha Kokàlika memfitnah Sàriputta dan Moggallàna, dan datang untuk menasihatinya untuk meninggalkan perilakunya yang tidak baik.===

Upasaṅkamitvā vehāsaṃ ṭhito kokālikaṃ bhikkhuṃ etadavoca: Setelah mendekat, ia berdiri di udara dan berkata kepada Bhikkhu Kokàlika:

pasādehi kokālika sāriputtamoggallānesu cittaṃ. Pesalā sāriputtamoggallānāti. “Berkeyakinanlah pada Sàriputta dan Moggàllàna, Kokàlika. Sàriputta dan Moggàllàna berperilaku baik.”

Kosi tvaṃ āvusoti? “Siapakah engkau, Sahabat?”

Ahaṃ tudupaccekabrahmāti. “Aku adalah brahmà mandiri Tudu.”

Na nu2 tvaṃ āvuso bhagavatā anāgāmi byākato. Atha kiñcarahi3 idhāgato4. Passa yāvañca te idaṃ aparaddhanti. “Bukankah Sang Bhagavà menyatakan bahwa engkau adalah seorang Yang-Tidak-Kembali, Sahabat? Mengapa engkau kembali ke sini? Lihat berapa jauh engkau telah melanggar.”403

===403. Karena Sang Buddha telah menyatakan bahwa Tudu adalah seorang Yang-tidak-kembali, Kokàlika mencelanya karena muncul kembali di alam manusia. Brahmà Yang-tidak-kembali tentu saja tidak terlahir kembali di alam manusia, namun ia dapat memperlihatkan dirinya kepada manusia. Spk mengatakan: “Ia tidak melihat bisul di keningnya sendiri, namun ia berpikir bahwa ia sebaiknya mencelaku karena jerawat sebesar biji sawi.” Kemudian Tudu menyadari bahwa kerusakan tidak dapat diperbaiki dan mengucapkan syair berikut:===

[Brahmà Tudu:]

Purisassa hi jātassa kuṭhārī5 jāyate mukhe, 588. “Ketika seseorang telah terlahir Sebuah kapak muncul di dalam mulutnya

Yāya chindati attānaṃ bālo dubbhāsitaṃ bhaṇaṃ. Yang dengannya si dungu memotong dirinya sendiri Dengan mengucapkan fitnah. <325>

Yo nindiyaṃ pasaṃsati taṃ vā nindati yo pasaṃsiyo,589. “Ia yang memuji seseorang yang layak dicela, Atau mencela seseorang yang layak dipuji, Vicināti mukhena so kaliṃ kalinā tena sukhaṃ na vindati. Melakukan lemparan tidak beruntung dengan mulutnya Yang dengannya ia tidak menemukan kebahagiaan.404

===404. Dalam v. 589, saya menerjemahkan pàda c sedikit lebih bebas untuk membuatnya lebih jelas berhubungan dengan v. 590. Secara literal seharusnya diterjemahkan: “Si dungu mengumpulkan bencana dengan mulutnya.” Kali berarti kalah dalam melempar dadu atau suatu bencana.===

Appamatto6 ayaṃ kali yo akkhesu dhanaparājayo, 590. “Kata-kata tidak berguna adalah lemparan tidak beruntung Yang membawa kerugian pada dadu, [kehilangan] segalanya, termasuk dirinya;

Sabbassāpi sahāpi attanā ayameva mahantataro kali yo sugatesu manaṃ padosaye. Yang jauh lebih buruk lagi—lemparan tidak beruntung ini Memendam kebencian terhadap Yang Sempurna.405

===405. Spk menuliskan pàda a-c: “Kemalangan ini adalah permasalahan kecil, yaitu kehilangan harta pada permainan dadu bersama dengan kepemilikannya juga, termasuk dirinya.” Spk mengemas sugatesu, “yang beruntung”, dalam pàda e sebagai sammaggatesu puggalesu, “orang-orang yang telah mencapai dengan benar”; dengan demikian, istilah tersebut di sini merujuk lebih luas kepada semua Arahanta, bukan hanya Sang Buddha. Syair ini juga terdapat pada Uv 8:4, tidak termasuk pàda c (yang mana Norman menganggap sebagai penambahan belakangan), dan pada P-Dhp 301, yang termasuk pàda c tetapi dengan saddhammam pi menggantikan tempat sabbassà pi dari SN. Untuk teori sehubungan dengan sejarah evolusi dari syair ini, baca GD, p. 268, n. atas 659.===

Sataṃ sahassānaṃ nirabbudānaṃ chattiṃsati pañca ca abbudāni, 591. “Selama seratus ribu nirabuda Dan tiga puluh enam lebih, dan lima abbuda,

Yamariyagarahī7 nirayaṃ upeti vācaṃ manañca paṇidhāya pāpakanti. Yang mencela Para Mulia pergi ke neraka, Setelah mengucapkan kata-kata jahat dan memendam pikiran jahat terhadap mereka.”406

===406. Hubungan dari sosok-sosok di sini akan dijelaskan dalam n. 409. ===

6. 1. 10. Dukiyakokālikasuttaṃ.(S.6.10.)10.Kokalikasuttam 10 (10) Kokàlika (2)

181. Sāvatthiyaṃ-Di Sàvatthã.407

===

407. Sutta ini juga terdapat pada Sn III, 10 (pp. 123-31), dengan nama Kokàliya. Bagian prosa identik, tetapi Sn 661-78 memberikan penjelasan terperinci atas siksaan neraka tidak termasuk di sini. AN V 170-74 menggabungkan 6:9 dan 6:10. Latar belakang dendam Kokàlika terhadap kedua Siswa Utama diceritakan dalam prolog atas Ja No. 480; baca juga Dhp-a IV 90-93; BL 3:247-49.===

Atha kho kokāliko8 bhikkhu yena bhagavā tenupasaṅkami. [PTS Page 150] upasaṅkamitvā bhagavantaṃ abhivādetvā ekamantaṃ nisīdi. Ekamantaṃ nisinno kho kokāliko bhikkhu bhagavantaṃ etadavoca: Kemudian Bhikkhu Kokàlika mendekati Sang Bhagavà, [150] <326> memberi hormat kepada Beliau, duduk di satu sisi, dan berkata:

pāpicchā bhante sāriputtamoggallānā pāpikānaṃ icchānaṃ vasaṅgatāti. “Yang Mulia, Sàriputta dan Moggàllàna memiliki keinginan-keinginan buruk; mereka dikuasai oleh keinginan-keinginan buruk.”

Evaṃ vutte bhagavā kokālikaṃ bhikkhuṃ etadavoca: Ketika hal ini diucapkan, Sang Bhagavà berkata kepada Bhikkhu Kokàlika:

māhevaṃ kokālika avaca. Mā hevaṃ kokālika avaca. Pasādehi kokālika sāriputtamoggallānesu cittaṃ. Pesalā sāriputtamoggallānāti. “Jangan berkata demikian, Kokàlika! Jangan berkata demikian, Kokàlika! Berkeyakinanlah pada Sàriputta dan Moggàllàna, Kokàlika. Sàriputta dan Moggàllàna berperilaku baik.”

1. Turūbrahma-machasaṃ, 2. Kinnu-syā. 3. Kathaṃcarahi-syā. 4. Idhāgatoti-syā. 5. Kudhāri-syā. 6 Appamattako -machasaṃ. [Pts. 7.] Yamariye garahī-syā. 8. Kokāliso-sī1, 2.

[BJT Page 272] Dutiyampi kho kokāliko bhikkhu bhagavantaṃ etadavoca: Untuk ke dua kalinya, Bhikkhu Kokàlika berkata kepada Sang Bhagavà:

kiñcāpi me bhante bhagavā saddhāyiko paccayiko. Atha kho pāpicchā sāriputtamoggallānā pāpikānaṃ icchānaṃ vasaṃ gatāti. “Yang Mulia, walaupun aku berkeyakinan dan percaya pada Bhagavà, namun aku tetap mengatakan bahwa Sàriputta dan Moggàllàna memiliki keinginan-keinginan buruk; mereka dikuasai oleh keinginan buruk.”

Dutiyampi kho bhagavā kokālikaṃ bhikkhuṃ etadavoca: Dan untuk ke dua kalinya, Sang Bhagavà berkata kepada Bhikkhu Kokàlika:

mā hevaṃ kokālika avaca mā hevaṃ kokālika avaca. Pasādehi kokālika sāriputtamoggallānesu cittaṃ. Pesalā sāriputtamoggallānāti. “Jangan berkata demikian, Kokàlika! … Sàriputta dan Moggàllàna berperilaku baik.”

Tatiyampi kho bhagavā kokāliko bhikkhu bhagavantaṃ etadavoca: Untuk ke tiga kalinya, Bhikkhu Kokàlika berkata kepada Sang Bhagavà:

kiñcāpi me bhante bhagavā saddhāyiko paccayiko. Atha kho pāpicchā sāriputtamoggallānā pāpikānaṃ icchānaṃ vasaṃ gatāti. “Yang Mulia, walaupun aku berkeyakinan dan percaya pada Bhagavà, namun aku tetap mengatakan bahwa Sàriputta dan Moggàllàna memiliki keinginan-keinginan buruk; mereka dikuasai oleh keinginan buruk.”

Tatiyampi kho bhagavā kokālikaṃ bhikkhuṃ etadavoca: Dan untuk ke tiga kalinya, Sang Bhagavà berkata kepada Bhikkhu Kokàlika:

mā hevaṃ kokālika avaca mā hevaṃ kokālika avaca. Pasādehi kokālika sāriputtamoggallānesu cittaṃ. Pesalā sāriputtamoggallānāti. “Jangan berkata demikian, Kokàlika! … Sàriputta dan Moggàllàna berperilaku baik.”

Atha kho kokāliko bhikkhu uṭṭhāyāsanā bhagavantaṃ abhivādetvā padakkhiṇaṃ katvā pakkāmi. Kemudian Bhikkhu Kokàlika bangkit dari duduknya, memberi hormat kepada Sang Bhagavà, dan pergi, dengan Beliau di sisi kanannya.

Acirapakkantassa ca kokālikassa bhikkhuno sāsapamattīhi piḷakāhi1 sabbo kāyo puṭo2 ahosi. Tidak lama setelah Bhikkhu Kokàlika pergi, sekujur tubuhnya menjadi penuh dengan bisul sebesar biji sawi.

Sāsapamattiyo hutvā muggamattiyo ahesuṃ. <327> Kemudian tumbuh menjadi sebesar kacang hijau,

Muggamattiyo hutvā kalāyamattiyo3 ahesuṃ kalāyamattiyo4 hutvā kolaṭṭhimattiyo ahesuṃ. kemudian seukuran kacang kedelai;

Kolaṭṭhimattiyo hutvā kolamattiyo ahesuṃ. kemudian seukuran buah jujube,

Kolamattiyo hutvā āmalakamattiyo ahesuṃ. kemudian seukuran myrobalan;

Āmalakamattiyo hutvā beluva4 salāṭukamattiyo ahesu. kemudian seukuran buah beluva yang belum matang,

Beluvasalāṭukamattiyo hutvā billamattiyo ahesuṃ. kemudian seukuran buah beluva yang telah matang.

Billamattiyo hutvā pabhijjiṃsu. Ketika telah tumbuh hingga seukuran buah beluva matang,

Pubbañaca lohitañca pagghariṃsu. bisul itu pecah, meneteskan nanah dan darah.

Atha kho kokāliko bhikkhu teneva ābādhena kālamakāsi. Kemudian, karena penyakitnya itu, Bhikkhu Kokàlika meninggal dunia,

[PTS Page 151] kālakato ca kokāliko bhikkhu padumanirayaṃ5 upapajji, sāriputtamogallānesu cittaṃ āghātetvā. [151] dan karena ia memendam permusuhan terhadap Sàriputta dan Moggàllàna, setelah kematiannya, ia terlahir kembali di Neraka Paduma.408

===408. Spk: Neraka Paduma bukanlah alam neraka terpisah, tetapi berupa suatu tempat tertentu di dalam neraka besar Avãci di mana lamanya siksaan dihitung berdasarkan unit paduma. Hal yang sama berlaku untuk neraka Abbuda, dan sebagainya yang disebutkan di bawah.===

Atha kho brahmā sahampati abhikkantāya rattiyā abhikkantavaṇṇo kevalakappaṃ jetavanaṃ obhāsetvā yena bhagavā tenupasaṅkami. Upasaṅkamitvā bhagavantaṃ abhivādetvā ekamantaṃ aṭṭhāsi. Ekamantaṃ ṭhito kho brahmā sahampati bhagavantaṃ etadavoca: Kemudian, ketika malam telah larut, Brahmà Sahampati, dengan keindahan memesona, menerangi seluruh Hutan Jeta, mendekati Sang Bhagavà, memberi hormat kepada Beliau, berdiri di satu sisi <328> dan berkata kepadanya:

kokāliko bhante bhikkhu kālamakāsi6. Kālakato ca bhante kokāliko bhikkhu padumaṃ nirayaṃ upapanno sāriputtamoggallānesu cittaṃ āghātetvāti. “Yang Mulia, Bhikkhu Kokàlika telah meninggal dunia, dan karena ia memendam permusuhan terhadap Sàriputta dan Moggàllàna, setelah kematiannya, ia telah terlahir kembali di Neraka Paduma.”

Idamavoca brahmā sahampati idaṃ vatvā bhagavantaṃ abhivādetvā padakkhiṇaṃ katvā tatthevantaradhāyīti. Ini adalah apa yang dikatakan oleh Brahmà Sahampati. Setelah mengatakan hal ini, ia memberi hormat kepada Sang Bhagavà, dan dengan Beliau di sisi kanannya, ia lenyap dari sana.

Atha kho bhagavā tassā rattiyā accayena bhikkhū āmantesi: Kemudian, ketika malam telah berlalu, Sang Bhagavà berkata kepada para bhikkhu sebagai berikut:

imaṃ bhikkhave rattiṃ brahmā sahampati abhikkantāya rattiyā abhikkantavaṇṇo kevalakappaṃ jetavanaṃ obhāsetā yenāhaṃ tenupasaṅkami. Upasaṅkamitvā maṃ abhivādetvā ekamantaṃ aṭṭhāsi. Ekamantaṃ ṭhito kho bhikkhave brahmā sahampati maṃ etadavoca: “Para bhikkhu, tadi malam, ketika malam telah larut, Brahmà Sahampati mendatangiKu dan berkata kepada-Ku … (seperti di atas) …

kokāliko bhante bhikkhu kālamakāsi. Kālakato ca bhante kokāliko bhikkhu padumanirayaṃ upapanno sāriputtamoggallānesu cittaṃ āghātetvāti.

Idamavoca bhikkhave brahmā sahampati. Idaṃ vatvā maṃ abhivādetvā padakkhiṇaṃ katvā tatthevantaradhāyīti. Setelah mengatakan hal ini, ia memberi hormat kepada-Ku, dengan Aku di sisi kanannya, ia lenyap dari sana.”

1. Pilakāhī-machasaṃ. Syā 2. Phuṭṭho-syā 3. Kaḷāyamattiyo - sīmu. Syā. 4. Veluva-syā. 5. Padumaṃ nirayaṃ-machasaṃ. 6. Kālaṅkato-machasaṃ.

[BJT Page 274] Evaṃ vutte aññataro bhikkhu bhagavantaṃ etadavoca: Ketika hal ini dikatakan, seorang bhikkhu tertentu berkata kepada Sang Bhagavà:

kīvadīghaṃ nu kho bhante padumaniraye āyuppamāṇanti. “Yang Mulia, berapa lamakah umur kehidupan di Neraka Paduma?”

Dīghaṃ kho bhikkhu padumaniraye āyuppamāṇaṃ, taṃ na sukaraṃ saṅkhātuṃ- ettakāni vassāni iti vā, ettakāni vassasatāni iti vā, ettakāni vassasahassāni iti vā, ettakāni vassasatasahassāni iti vāti. “Umur kehidupan di Neraka Paduma adalah panjang, Bhikkhu, tidaklah mudah menghitungnya dan menyebutkannya dalam tahun, atau ratusan tahun, atau ribuan tahun, atau ratusan ribu tahun.” <329>

Sakkā pana bhante upamaṃ1 kātunti “Apakah mungkin dengan perumpamaan, Yang Mulia?”

[PTS Page 152] sakkāti bhikkhūti bhagavā avoca. [152] “Mungkin, Bhikkhu.

Seyyathāpi bhikkhu vīsatikhāriko kosalako tilavāho, Misalkan, Bhikkhu, terdapat satu kereta dari Kosala berukuran dua puluh yang penuh dengan biji wijen.

tato puriso vassasatassa vassasatassa2 accayena ekamekaṃ tilaṃ uddhareyya. Di akhir setiap seratus tahun, seseorang akan mengambil sebutir dari sana.

Khippataraṃ kho so bhikkhu vīsatikhāriko kosalako tilavāho iminā upakkamena parikkhayaṃ pariyādānaṃ gaccheyya, natveva eko abbudo nirayo. Kereta dari Kosala berukuran dua puluh yang penuh dengan biji wijen itu kosong lebih cepat daripada satu Neraka Abbuda dilalui.

Seyyathāpi bhikkhu vīsati abbudā nirayā, 3 evameko nirabbudo nirayo4. Dua puluh Neraka Abbuda adalah setara dengan satu Neraka Nirabbuda;

Seyyathāpi bhikkhu vīsati nirabbudā nirayā, evameko ababo nirayo. dua puluh Neraka Nirabbuda adalah setara dengan satu Neraka Ababa;

Seyyathāpi bhikkhu vīsati ababā nirayā, evameko aṭaṭo nirayo. dua puluh Neraka Ababa adalah setara dengan satu Neraka Añaña;

Seyyathāpi bhikkhu vīsati aṭaṭā nirayā, evameko ahaho nirayo, dua puluh Neraka Añaña adalah setara dengan satu Neraka Ahaha;

seyyathāpi bhikkhu vīsati ahahā nīrayā, evameko kumudo nirayo.dua puluh Neraka Ahaha adalah setara dengan satu Neraka Kumuda;

Seyyathāpi bhikkhu vīsati kumudā nirayā, evameko sogandhiko nirayo dua puluh Neraka Kumuda adalah setara dengan satu Neraka Soghandika;

seyyathāpi bhikkhu vīsati sogandhikā nirayā, evameko uppalo nirayo. dua puluh Neraka Soghandika adalah setara dengan satu Neraka Uppala;

Seyyathāpi bhikkhu vīsati uppalā5 nirayā, evameko puṇḍarīko nirayo. dua puluh Neraka Uppala adalah setara dengan satu Neraka Pundarika;

Seyyathāpi bhikkhu vīsati puṇḍarīkā nirayā, evameko padumo nirayo.

dan dua puluh Neraka Pundarika adalah setara dengan satu Neraka Paduma.

Padumaṃ kho pana bhikkhu nirayaṃ kokāliko bhikkhu upapanno sāriputtamoggallānesu cittaṃ āghātetvāti.Sekarang, Bhikkhu Kokàlika telah terlahir kembali di Neraka Paduma karena memendam permusuhan dengan Sàriputta dan Moggàllàna.”409 <330>

===409. Spk menjelaskan skala pengukuran waktu ini sebagai berikut: satu koñi = sepuluh juta tahun; satu koñi koñi = satu pakoñi; satu koñi pakoñi = satu koñipakoñi; satu koñi koñipakoñi = satu nahuta; satu koñi nahuta = satu ninnahuta; satu koñi ninnahuta = satu abbuda; dua puluh abbuda = satu nirabbuda.===

Idamavoca bhagavā. Idaṃ vatvā sugato athāparaṃ etadavoca satthā:Ini adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavà. Setelah mengatakan hal ini, Yang Sempurna, Sang Guru, lebih lanjut mengatakan hal berikut ini:

Purisassa hi jātassa kuṭhārī jāyate mukhe, 592-95. “Ketika seseorang telah terlahir kembali … (syair = 588-591) … [153] <331>

Yāya chindati attānaṃ bālo dubbhāsitaṃ bhaṇaṃ.

Yo nindiyaṃ pasaṃsati taṃ vā nindati yo pasaṃsiyo, Vicināti mukhena so kaliṃ kalinā tena sukhaṃ na vindati.

Appamatto6 ayaṃ kali yo akkhesu dhanaparājayo, Sabbassāpi sahāpi attanā ayameva mahantataro kaliYo sugatesu manaṃ padosaye.

Sataṃ sahassānaṃ nirabbudānaṃ chattiṃsati pañca ca abbudāni, [PTS Page 153] yamariyagarahī nirayaṃ upeti vācaṃ manañca paṇidhāya pāpakanti. Setelah mengucapkan kata-kata jahat dan memendam pikiran jahat terhadap mereka.”

Kokālikavaggo paṭhamo.

Tatruddānaṃ:

Āyācanaṃ gāravo brahmadevo bako ca brahmā aparā ca diṭṭhi, Pamāda kokālikatissako ca tudu ca brahmā aparo ca kokālikoti.

1. Upamā-sīmu. 2 2. Vassasahassassa-syā, sī1, 2. 3. Abbudo nirayo-syā. 4. Nirabbudanirayo-machasaṃ. 5. Uppalakā-sīmu 2 6. Appamattako-machasaṃ.

[BJT Page 276] 2. Parinibbāṇavaggo. 2.DutiyavaggoII. SUB BAB KE DUA (KELOMPOK LIMA BRAHMA)

6. 2. 1. Sanaṅkumārasuttaṃ. (S.6.11.)1.Sanavkumarasuttam11 (1) Sanaïkumàra

182. Evaṃ me sutaṃ: Demikianlah yang kudengar.

ekaṃ samayaṃ bhagavā rājagahe viharati sappinītīre. Pada suatu ketika, Sang Bhagavà sedang berdiam di Ràjagaha, di tepi Sungai Sappini.

Atha kho brahmā sanaṅkumāro abhikkantāya rattiyā abhikkantavaṇṇo kevalakappaṃ sappinītīraṃ obhāsetvā yena bhagavā tenupasaṅkami. Upasaṅkamitvā bhagavantaṃ abhivādetvā ekamantaṃ aṭṭhāsi.

Kemudian, pada larut malam, Brahmà Sanaïkumàra, dengan keindahan memesona, menerangi seluruh tepi Sungai Sappini, mendekati Sang Bhagavà, memberi hormat kepada Beliau, dan berdiri di satu sisi.410

===410. Spk: Ketika masih muda, Pa¤casikha mengembangkan jhàna dan terlahir kembali di alam brahmà. Karena ia mempertahankan penampilan seorang pemuda, mereka mengenalnya sebagai Kumara, tetapi karena usianya yang sudah tua ia disebut Sanaïkumàra, “selalu muda”. Ia melakukan penampilan dramatis dalam DN II 210-19. Pada MN I 358,28-29, ânanda mengucapkan syair setelah ia memberikan analisa terperinci atas dua istilah, pengetahuan (vijja) dan perilaku (caraõa).===

Ekamantaṃ ṭhito kho brahmā sanaṅkumāro bhagavato santike imaṃ gāthaṃ abhāsi:Sambil berdiri di satu sisi, ia melantunkan syair ini di hadapan Sang Bhagavà: <332>

Khattiyo seṭṭho janetasmiṃ ye gottapaṭisārino, 596. “Khattiya adalah yang terbaik di antara manusia Bagi mereka yang menggunakan ukuran kasta,

Vijjācaraṇasampanno so seṭṭho devamānuseti. Tetapi seseorang yang sempurna dalam pengetahuan dan perilaku Adalah yang terbaik di antara para deva dan manusia.”

Idamavoca brahmā sanaṅkumāro, samanuñño satthā ahosi. Ini adalah apa yang dikatakan oleh Brahmà Sanaïkumàra. Sang Guru menyetujuinya.

Atha kho brahmā sanaṅkumāro samanuñño me satthāti bhagavantaṃ abhivādetvā padakkhiṇaṃ katvā tatthevantaradhāyīti. Kemudian Brahmà Sanaïkumàra berpikir, “Sang Guru menyetujuiku,” memberi hormat kepada Sang Bhagavà, dan dengan Beliau di sisi kanannya, ia lenyap dari sana.

6. 2. 2. Devadattasuttaṃ. (S.6.12.) 2.Devadattasuttam12 (2) Devadatta

183. Evaṃ me sutaṃ: Demikianlah yang kudengar.

ekaṃ samayaṃ bhagavā rājagahe viharati gijjhakūṭe pabbate acirapakkante devadatte. Pada suatu ketika, Sang Bhagavà sedang berdiam di Ràjagaha, di Puncak Gunung Nasar tidak lama setelah Devadatta pergi.411

===411. Spk mengatakan bahwa ini terjadi tidak lama setelah Devadatta menciptakan perpecahan dan pergi dari Hutan Bambu menuju Kepala Gayà; baca Vin II 199. Akan tetapi, dalam versi Vin, Sang Buddha mengucapkan syair ini, bukan setelah Devadatta menciptakan perpecahan, tetapi ketika ia memenangkan kekuasaan si pembunuh ayah, Raja Ajàtasattu; baca Vin II 188.===

Atha kho brahmā sahampati abhikkantāya rattiyā abhikkantavaṇṇo kevalakappaṃ gijjhakūṭaṃ pabbataṃ obhāsetvā yena bhagavā tenupasaṅkami. Upasaṅkamitvā bhagavantaṃ abhivādetvā ekamantaṃ aṭṭhāsi. Kemudian, pada larut malam, Brahmà Sahampati, dengan keindahan memesona, menerangi seluruh Puncak Gunung Nasar, mendekati Sang Bhagavà, memberi hormat kepada Beliau, dan berdiri di satu sisi.

[PTS Page 154] ekamantaṃ ṭhito kho brahmā sahampati devadattaṃ ārabbha bhagavato santike imaṃ gāthaṃ abhāsi:[154] Sambil berdiri di satu sisi, dengan merujuk pada Devadatta, ia melantunkan syair ini di hadapan Sang Bhagavà:

Phalaṃ ve kadaliṃ hanti pheḷuṃ vephaṃ phalaṃ naḷaṃ1597. “Bagaikan buahnya yang membawa kehancuran Bagi pohon pisang, bambu, dan buluh,

Sakkāro kāpurisaṃ hanti gabbho assatariṃ yathāti. Bagaikan janin yang menghancurkan bagal, <333> Demikian pula kehormatan menghancurkan kejahatan.”412

===412. Perumpamaan ini dijelaskan pada 17:35, diikuti oleh syair yang sama. Cp. V. 383.===

6. 2. 3. Andhakavindasuttaṃ. (S.6.13.)3.Andhakavindasuttam13 (3) Andhakavinda

184. Ekaṃ samayaṃ bhagavā magadhesu2 viharati andhakavinde. Pada suatu ketika, Sang Bhagavà sedang berdiam di antara penduduk Magadha, di Andhakavinda.

Tena kho pana samayena bhagavā rattandhakāratimisāyaṃ ajjhokāse3 nisinno hoti. Devo ca ekamekaṃ phusāyati. Pada saat itu, Sang Bhagavà sedang duduk di ruang terbuka, di kegelapan malam, dan pada saat itu, turun hujan gerimis.

Atha kho brahmā sahampati abhikkantāya rattiyā abhikkantavaṇṇo kevalakappaṃ andhakavindaṃ obhāsetvā yena bhagavā tenupasaṅkami. Upasaṅkamitvā bhagavantaṃ abhivādetvā ekamantaṃ aṭṭhāsi. Kemudian, pada larut malam, Brahmà Sahampati … mendekati Sang Bhagavà, memberi hormat kepada-Nya, dan berdiri di satu sisi.

Ekamantaṃ ṭhito kho brahmā sahampati bhagavato santike imā gāthāyo abhāsi:Sambil berdiri di satu sisi, ia melantunkan syair-syair ini di hadapan Sang Bhagavà:

1. Nalaṃ-[pts 2.] Māgadhesu-machasaṃ 3. Abbhokāse-machasaṃ.

[BJT Page 278] Sevetha pantāni senāsanāni1 careyya saññojanavippamokkhā, 598. “Seseorang seharusnya menyukai tempat tinggal-tempat tinggal terpencil, Berlatih agar terbebas dari belenggu-belenggu.

Save ratiṃ nādhigaccheyya tattha saṅghe vase rakkhitatto satīmā2. Tetapi jika seseorang tidak gembira di sana, Terjaga dan penuh perhatian, berdiam dalam Saïgha.413 <334>

===413. Dalam pàda b, -vippamokhà dapat dipahami sebagai bentuk datif yang terpotong (Spk = -vippamokkhatthàya).===

Kulākulaṃ piṇḍikāya caranto indriyagutto nipako satīmā2, 599. “Berjalan kaki untuk menerima dana makanan dari rumah ke rumah, Indria terjaga, waspada, penuh perhatian,

Sevetha pantāni senāsanāni bhayā pamutto abhaye vimutto. Seseorang seharusnya menyukai tempat tinggal-tempat tinggal terpencil, Terbebas dari ketakutan, bebas dalam tanpa-ketakutan.414

===414. Spk: Walaupun seseorang bergabung dengan Saïgha. Ia seharusnya tidak berdiam di sana bergaul dengan umat-umat penyokongnya. Setelah membuat pikirannya terlatih, setelah meliputinya dengan kegembiraan dan kepuasan, ia seharusnya bertempat tinggal di tempat yang jauh. Pàda d dijelaskan: “Terbebas dari ketakutan saüsàra, seseorang harus berdiam dalam kebebasan (vimutto)—yaitu, teguh pada (adhimutto hutvà)—keadaan tanpa ketakutan, Nibbàna.”===

Yattha bheravā siriṃsapā3 vijju sañcarati thaneti4 devo, 600. ‘Di mana ular mengerikan merayap, Di mana kilat menyambar dan langit bergemuruh,

Andhakāratimisāya rattiyā nisīdi tattha bhikkhu vigatalomahaṃso. Dalam kepekatan gelap malam Duduk seorang bhikkhu yang hampa dari ketakutan.415

===415. Spk: Dengan ini, ia menjelaskan: “Bhagavà, seperti halnya Engkau saat ini duduk tanpa memerhatikan objek-objek menakutkan di sana, atau ular-ular, atau kilat dan halilintar, demikian pula para bhikkhu duduk ketika mereka berusaha.”===

Idaṃ hi jātu me diṭṭhaṃ nayidaṃ itihītihaṃ, 601. “Karena ini sungguh telah terlihat olehku, Ini bukanlah sekedar kabar angin:

Ekasmiṃ brahmacariyasmiṃ sahassaṃ maccuhāyinaṃ. Dalam satu kehidupan suci Seribu telah meninggalkan Kematian.416

===416. Spk menjelaskan itihitaü dalam pàda b seolah-olah itu dipertimbangkan atau secara logika atau disimpulkan dari naskah kitab (idaü itiha itihà tin a takkahetu và nayahetu và piñakasampadànena và ahaü vadàmi). Akan tetapi, penggunaan idiom di tempat lain, menunjukkan bahwa ini secara khusus berhubungan dengan tradisi oral, misalnya pada MN I 520,4: so anussavena itihãtihaparamparàya piñakasampadàya dhammaü deseti; “ia mengajarkan doktrin dengan tradisi oral, dengan transmisi kabar angin, dengan apa yang diturunkan dalam kitab-kitab.” Baca juga MN II 169,12.

Dalam pàda d, Seribu telah meninggalkan kematian (sahassaü maccuhàniyaü) adalah para Arahanta.===

Bhiyyo5 pañcasatā sekhā dasā ca dasadhā dasa, 602. “Terdapat lima ratus lebih pelajar, Dan sepuluh kali sepuluh kali sepuluh:

Sabbe sotasamāpannā atiracchānagāmino, Semuanya telah memasuki arus, Tidak pernah kembali ke alam binatang.

Athāyaṃ itarā pajā puññabhāgāti me mano, 603. “Sedangkan bagi orang-orang lainnya yang tersisa— <335> Yang menurutku, adalah pelaku kebajikan—

Saṅkhātuṃ nopi sakkomi musāvādassa ottapeti6. Aku bahkan tidak mampu menghitungnya Karena takut mengucapkan kebohongan.”417

===417. Saya menerjemahkan angka-angka dalam v. 602 dengan bantuan Spk, bahkan walaupun hal ini mengarah kepada kesimpulan yang kurang meyakinkan bahwa jumlah Pemasuk-Arus tidak jauh lebih banyak daripada jumlah Arahanta (cp. 55:5, V 406,11-30). Saya bersama Be, Se, dan Ee2 membaca pàda b sebagai dasà ca dasadhà dasa, bukannya dasà ca dasadhà sataü dalam Ee1. Walaupun yang kedua memberikan angka yang sepuluh kali lebih besar, tetapi tidak sesuai dengan komentar, yang mengemas dasadhà dasà ti sataü. Tidak jelas bagi saya apakah “lima ratus lebih pelajar” (bhiyo pa¤casatà sekkha) berarti bahwa terdapat seribu lima ratus pelajar antara tingkat Arahat dan tingkat Memasuki-arus ditambah seribu Pemasuk-arus tambahan, atau seribu lima ratus pelajar yang adalah para Pemasuk-arus. V. 603 juga terdapat dalam DN II 218,6-9, diucapkan oleh Brahmà Sanaïkumàra setelah ia mengatakan bahwa dua juta empat ratus ribu (bukan dua ribu empat ratus, seperti disebutkan oleh Walshe pada LDP, p. 299) para pengikut dari Magadha telah meninggal dunia sebagai Pemasuk-arus dan Yang-kembali-sekali. Menurut Spk-pñ, “Orang-orang lain yang juga melakukan kebajikan” (itarà pajà pu¤¤abhàgà) adalah mereka yang telah melakukan kebajikan yang ditujukan untuk mengakhiri lingkaran (tetapi yang diduga belum mencapai tingkat jalan atau buah apa pun).===

6. 2. 4 Aruṇavatīsuttaṃ. (S.6.14.)4.Arunavatisuttam14 (4) Aruõavatã

185. [PTS Page 155] evaṃ me sutaṃ: [155] Demikianlah yang kudengar.

ekaṃ samayaṃ bhagavā sāvatthiyaṃ viharati jetavane anāthapiṇḍikassa ārāme. Pada suatu ketika, Sang Bhagavà sedang berdiam di Sàvatthã.…

Tatra kho bhagavā bhikkhu āmantesi. Di sana Sang Bhagavà berkata kepada para bhikkhu: “Para bhikkhu!”

Bhadanteti te bhikkhū bhagavato paccassosuṃ. “Yang Mulia!” para bhikkhu itu menjawab.

Bhagavā etadavoca:Sang Bhagavà berkata sebagai berikut:

Bhūtapubbaṃ bhikkhave rājā ahosi aruṇavā nāma. Rañño kho pana bhikkhave aruṇavato aruṇavatī nāma rājadhānī ahosi. “Para bhikkhu, suatu ketika di masa lampau, terdapat seorang raja bernama Aruõava yang memiliki ibu kota kerajaan bernama Aruõavatã.

Aruṇavatiṃ7 kho pana bhikkhave rājadhāniṃ8 sikhī bhagavā arahaṃ sammāsambuddho upanissāya vihāsi. Sang Buddha Sikhã, Sang Arahanta, Tercerahkan Sempurna, berdiam dengan bergantung pada ibukota Aruõavatã.418

===418. Sikhã adalah Buddha kelima masa lampau dihitung mundur dari Buddha Gotama. Beliau muncul tiga puluh satu kappa lalu (Baca DN II 2,14-16).===

Sikhissa kho pana bhikkhave bhagavato arahato sammāsambuddhassa abhibhūsambhavaṃ nāma sāvakayugaṃ ahosi. Aggaṃ bhaddayugaṃ. Pasangan siswa utama Sang Buddha Sikhã bernama Abhibhå dan Sambhava, pasangan yang sempurna.

Atha kho bhikkhave sikhī bhagavā arahaṃ sammāsambuddho abhibhuṃ bhikkhuṃ āmantesi: Kemudian Sang Buddha Sikhã berkata kepada Bhikkhu Abhibhå,

āyāma brāhmaṇa yena aññataro brahmaloko tenupasaṅkamissāma, yāva bhattassa kālo bhavisasati. ‘Marilah, <336> Brahmana, mari kita pergi ke alam brahmà tertentu sampai waktu makan siang’—

Evaṃ bhanteti kho bhikkhave abhibhū bhikkhu sikhissa bhagavato arahato sammāsambuddhassa paccassosi. ‘Baik, Yang Mulia,’ Bhikkhu Abhibhå menjawab.

Atha kho bhikkhave sikhī bhagavā arahaṃ sammāsambuddho abhibhū ca bhikkhu seyyathāpi nāma balavā puriso sammiñjitaṃ vā bāhaṃ pasāreyya pasāritaṃ vā bāhaṃ sammiñjeyya evameva aruṇavatiyā rājadhāniyā antarahitā tasmiṃ brahmaloke pāturahesuṃ. “Kemudian, Para bhikkhu, secepat seorang kuat merentangkan tangannya yang tertekuk atau menekuk tangannya yang terentang, demikianlah Sang Buddha Sikhã, Sang Arahanta, Tercerahkan Sempurna, dan Bhikkhu Abhibhå lenyap dari ibukota Aruõavatã dan muncul kembali di alam brahmà itu.

1. Sayanāsanāni- syā. 2. Satimā-sīmu. 1, [Pts. 3.] Sarisapā-machasaṃ, 4. Thanayati- machasaṃ. 5. Bhīyo-katthaci. 6. Ottapanti-machasaṃ syā 7. Aruṇavatiyaṃ-[pts. 8.] Rājadhāniyaṃ-[pts.]

[BJT Page 280] Atha kho bhikkhave sikhī bhagavā arahaṃ sammāsambuddho abhibhuṃ bhikkhuṃ āmantesi: Kemudian Sang Buddha Sikhã berkata kepada Bhikkhu Abhibhå sebagai berikut:

paṭibhātu taṃ brāhmaṇa brahmuno ca brahmaparisāya ca brahmapārisajjānañca dhammī kathāti. ‘Berikan khotbah Dhamma, Brahmana, kepada Brahmà, pengikut Brahmà, dan kelompok Brahmà.’ –

Evaṃ bhanteti kho bhikkhave abhibhū bhikkhu sikhissa bhagavato arahato sammāsambuddhassa paṭissutvā brahmānañca brahmaparisañca brahmapārisajje ca dhammiyā kathāya sandassesi samādapesi samuttejesi sampahaṃsesi. ‘Baik, Yang Mulia,’ Bhikkhu Abhibhå menjawab. Kemudian dalam khotbah Dhamma, ia mengajarkan, mendesak, menginspirasikan, dan menyenangkan Brahmà, pengikut Brahmà, dan kelompok Brahmà.

Tatra sudaṃ bhikkhave brahmā ca brahmaparisā ca [PTS Page 156] brahmapārisajjā ca ujjhāyanti khīyanti1 vipācenti: Selanjutnya, Brahmà dan pengikut Brahmà dan [156] kelompok Brahmà menemukan cacat dalam khotbah ini, mengeluhkan:

acchariyaṃ vata bho abbhūtaṃ vata bho, kathaṃ hi nāma satthari sammukhībhute sāvako dhammaṃ desessatīti. ‘Sungguh indah, Tuan! Sungguh menakjubkan, Tuan! Bagaimana <337> mungkin seorang siswa mengajarkan Dhamma di hadapan Sang Guru?’

Atha kho bhikkhave sikhī bhagavā arahaṃ sammāsambuddho abhibhuṃ bhikkhuṃ āmantesi: “Kemudian, Para bhikkhu, Sang Buddha Sikhã berkata kepada Bhikkhu Abhibhå sebagai berikut:

ujjhāyanti kho te brāhmaṇa brahmā ca brahmaparisā ca brahmapārisajjā ca. ‘Brahmana, Brahmà dan pengikut Brahmà dan kelompok Brahmà mengeluhkan dengan mengatakan,

Acchariyaṃ vata bho abbhūtaṃ vata bho, kathaṃ hi nāma satthari sammukhībhute sāvako dhammaṃ desessatīti. “Sungguh indah, Tuan! Sungguh menakjubkan, Tuan! Bagaimana mungkin seorang siswa mengajarkan Dhamma di hadapan Sang Guru?”

Tena bhi tvaṃ brāhmaṇa bhiyyosomattāya brahmānañca brahmaparisañca brahmapārisajje ca saṃvejehīti. Baiklah, Brahmana, kobarkanlah lebih besar lagi semangat religius dalam diri Brahmà dalam diri pengikut Brahmà dan dalam diri kelompok Brahmà.’—

Evaṃ bhanteti kho bhikkhave abhibhū bhikkhu sikhissa bhagavato arahato sammāsambuddhassa paṭissutvā dissamānenapi kāyena dhammaṃ desesi. ‘Baiklah, Yang Mulia,’ Bhikkhu Abhibhå menjawab. Kemudian ia mengajarkan Dhamma dengan tubuhnya terlihat,

Adissamānenapi kāyena dhammaṃ dasesi. dan dengan tubuhnya tidak terlihat,

Dissamānenapi heṭṭhimena upaḍḍhakāyena adissamānenapi uparimena upaḍḍhakāyena dhammaṃ desesi.dan dengan bagian bawah tubuhnya terlihat dan bagian atas tidak terlihat,

Dissamānenapi uparimena upaḍḍhakāyena adissamānena pi2 heṭṭhimena upaḍḍhakāyena dhammaṃ desesi. dan dengan bagian atas tubuhnya terlihat dan bagian bawah tidak terlihat.419

===419. Untuk penjelasan terperinci atas kekuatan transformasi Abhibhå (vikubbanà-iddhi), baca Pañis II 210,14-30.===

Tatra sudaṃ bhikkhave brahmā ca brahmaparisā ca brahmapārisajjā ca acchariyabbhūtacittajātā ahesuṃ: Selanjutnya, Para bhikkhu, Brahmà dan pengikut Brahmà dan kelompok Brahmà terperangah dengan kagum dan terkesima, mengatakan,

acchariyaṃ vata bho abbhutaṃ vata bho, samaṇassa mahiddhikatā mahānubhāvatāti. ‘Sungguh indah, Tuan! Sungguh menakjubkan, Tuan! Bagaimana mungkin seorang petapa seperti dia memiliki kekuatan dan kekuasaan begitu besar!’

Atha kho bhikkhave abhibhū bhikkhu sikhiṃ bhagavantaṃ arahantaṃ sammāsambuddhaṃ etadavoca: “Kemudian, Para bhikkhu, Bhikkhu Abhibhå berkata kepada Sang Buddha Sikhã, Sang Arahanta, Tercerahkan Sempurna:

abhijānāmi khvāhaṃ bhante bhikkhusaṅghassa majjhe evarūpaṃ vācaṃ bhāsitā, pahomi khvāhaṃ āvuso brahmaloke ṭhito sahassīlokadhātuṃ3 sarena viññāpetunti. ‘Aku ingat, Yang Mulia, setelah membuat pernyataan ini di tengah-tengah bhikkhu Saïgha, <338> “Teman-teman, selagi berdiri di alam brahmà, aku dapat membuat suaraku terdengar di seluruh seribu alam semesta.”’—

Etassa brāhmaṇa kālo etassa brāhmaṇa kālo yaṃ tvaṃ brāhmaṇa brahmaloke ṭhito sahassīlokadhātuṃ sarena viññāpeyyāsi. ‘Sekaranglah waktunya untuk melakukan hal itu, Brahmana! Sekaranglah waktunya untuk melakukan hal itu, Brahmana! Selagi berdiri di alam brahmà, engkau dapat membuat suaramu terdengar di seluruh seribu alam semesta.’—

Evaṃ bhanteti kho bhikkhave abhibhu bhikkhu sikhissa bhagavato arahato sammāsambuddhassa paṭissutvā brahmaloke ṭhito imā gāthāyo abhāsi:‘Baik, Yang Mulia,’ Bhikkhu Abhibhå menjawab. Kemudian sambil berdiri di alam Brahmà, ia melantunkan syair-syair ini:420

===420. Peristiwa ini dirujuk di tempat lain oleh ânanda, dan sebagai jawaban, Sang Buddha menggambarkan struktur alam semesta (AN I 227-28). Di sana Sang Buddha mengakui bahwa Ia sendiri mampu membuat suara-Nya terdengar hingga tiga ribu kali seribu alam semesta. Spk: Sang Bhikkhu pertama-tama bertanya kepada dirinya sendiri, Dhamma apakah yang disukai dan menyenangkan bagi setiap orang, dan kemudian ia menyadari bahwa semua deva dan manusia memuji usaha. Demikianlah ia mengajarkan khotbah yang berhubungan dengan usaha (viriya-pañisaüyutta). Kedua syair berasal dari Abhibhåta Thera pada Th 256-57; mungkin kemiripan nama diakibatkan oleh kerusakan dalam pengiriman naskah. Baca terjemahan Horner atas Mil, Milinda’s Question, 2:51, n. 5, untuk asal-usul dari syair pertama dalam literatur Buddhis Pàli dan Skt.===

Ārabhatha4 nikkhamatha5 yuñjatha buddhasāsane, 604. “’Bangkitkan usahamu, berjuanglah! Kerahkan dirimu dalam Ajaran Sang Buddha.

Dhunātha maccuno senaṃ naḷāgāraṃva kuñjaro. Usirlah bala tentara Kematian Seperti seekor gajah melakukannya pada gubuk terbuat dari buluh.

1. Khiyyantī-machasaṃ. 2. Adissamānena-machasaṃ, 3. Sahassi-machasaṃ. 4. Ārabbhatha-machasaṃ, syā, [pts 5.] Nikkamatha-machasaṃ.

[BJT Page 282] [PTS Page 157] yo imasmiṃ dhammavinaye appamatto vihessati1[157] 605. “’Seseorang yang berdiam dengan tekun Dalam Dhamma dan Disiplin ini,

Pahāya jātisaṃsāraṃ dukkhassantaṃ karissatīti. Setelah meninggalkan Pengembaraan dalam kelahiran, Akan mengakhiri penderitaan.’

Atha kho bhikkhave sikhī ca bhagavā arahaṃ sammāsambuddho abhibhū ca bhikkhu brahmānañca brahmaparisañca brahmapārisajje ca saṃvejetvā seyyathāpi nāma balavā puriso sammiñjitaṃ vā bāhaṃ pasāreyya pasāritaṃ vā bāhaṃ sammiñjeyya evameva tasmiṃ brahmaloke antarahitā aruṇavatiyā rājadhāniyā pāturahesuṃ. “Kemudian, Para bhikkhu, setelah membangkitkan semangat religius dalam diri Brahmà, dalam diri pengikut Brahmà, dan dalam diri kelompok Brahmà, secepat seorang kuat merentangkan tangannya yang tertekuk atau menekuk tangannya yang terentang, demikianlah Sang Buddha Sikhã, Sang Arahanta, Tercerahkan Sempurna, dan Bhikkhu Abhibhå lenyap dari alam brahmà itu dan muncul kembali di ibu kota Aruõavatã. <339>

Atha kho bhikkhave sikhī bhagavā arahaṃ sammāsambuddho bhikkhū āmantesi: Kemudian Sang Buddha Sikhã berkata kepada para bhikkhu:

assuttha no tumhe bhikkhave abhibhussa bhikkhuno brahmaloke ṭhitassa gāthāyo bhāsamānassāti. ‘Para bhikkhu, apakah kalian mendengar syair-syair yang dilantunkan oleh Bhikkhu Abhibhå selagi ia berdiri di alam brahmà?’—

Assumha kho mayaṃ bhante abhibhussa bhikkhuno brahmaloke ṭhitassa gāthāyo bhāsamānassāti. ‘Kami mendengarnya, Yang Mulia.’—

Yathā kathaṃ pana tumhe bhikkhave assuttha abhibhussa bhikkhuno brahmalāke ṭhitassa gāthāyo bhāsamānassāti. ‘Syair-syair apakah yang kalian dengar, Para bhikkhu?’—

Evaṃ kho mayaṃ bhante assumha2 abhibhūssa bhikkhuno brahmaloke ṭhitassa gāthāyo bhāsamānassa. ‘Kami mendengar syair-syair Bhikkhu Abhibhå sebagai berikut:

"Ārabhatha nikkhamatha yuñjatha buddhasāsane, 606-7 “Bangkitkan usahamu, berjuanglah! …

Dhunātha maccuno senaṃ naḷāgāraṃva kuñjaro.

Yo imasmiṃ dhammavinaye appamatto vihessati, Pahāya jātisaṃsāraṃ dukkhassantaṃ karissatī"ti… Akan mengakhiri penderitaan.”

Evaṃ kho mayaṃ bhante assumha2 abhibhūssa bhikkhuno, brahmaloke ṭhitassa gāthāyo bhāsamānassāti. Demikianlah syair-syair yang kami dengar yang dilantunkan oleh Bhikkhu Abhibhå sewaktu ia berdiri di alam brahmà.’—

Sādhu sādhu bhikkhave. Sādhu kho tumhe bhikkhave assuttha abhibhussa bhikkhuno brahmaloke ṭhitassa gāthāyo bhāsamānassāti. ‘Bagus, bagus, Para bhikkhu! Bagus sekali kalian mendengar syair-syair yang dilantunkan oleh Bhikkhu Abhibhå sewaktu ia berdiri di alam brahmà.’” <340>

Idamavoca bhagavā attamanā te bhikkhū bhagavato bhāsitaṃ abhinandunti. Ini adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavà. Para bhikkhu itu senang dan gembira mendengar pernyataan Sang Bhagavà.

6. 2. 5. Parinibbāṇasuttaṃ. (S.6.15.)5.Parinibbanasuttam15 (5) Nibbàna Akhir

186. Evaṃ me sutaṃ: ekaṃ samayaṃ bhagavā kusinārāyaṃ viharati upavattane mallānaṃ sālavane antarena yamakasālānaṃ parinibbāṇasamaye. Pada suatu ketika, Sang Bhagavà sedang berdiam di Kusinàrà, di Upavattana, hutan pohon sal milik para Malla, di antara pohon sal kembar, menjelang Nibbàna akhir.421

===421. Sutta ini bersesuaian dengan sebagian dari Mahàparinibbàna Sutta yang menyajikan proses sesungguhnya ketika Sang Buddha meninggal dunia (DN II 156, 1 – 157,19). Terlihat beberapa perbedaan antara keduanya. Penghilangan bagian pencapaian lenyapnya persepsi dan perasaan, tercatat oleh C.Rh.D, sepertinya khusus untuk Ee1; kalimat ini terdapat pada Be, Se, dan Ee2 serta pada daftar kata dalam Spk. Akan tetapi, seluruh empat edisi, menghilangkan penegasan ânanda bahwa Sang Bhagavà (selagi diam dalam lenyapnya) telah mencapai Parinibbàna dan koreksi oleh Anuruddha. Versi SN juga menghilangkan bagian gempa bumi dan halilintar, yang disebutkan pada DN II 156, 35-37.

===

Atha kho bhagavā bhikkhū āmantesi: Kemudian Sang Bhagavà berkata kepada para bhikkhu sebagai berikut:

handa dāni [PTS Page 158] bhikkhave āmantayāmi vo “Sekarang [158] Aku berkata kepada kalian, Para bhikkhu:

vayadhammā saṅkhārā appamādena sampādethāti. Bentukan-bentukan pasti akan lenyap. Berjuanglah dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan.”

Ayaṃ tathāgatassa pacchimā vācā. Ini adalah kata-kata terakhir dari Sang Tathàgata.

Atha kho bhagavā paṭhamajjhānaṃ3 samāpajji. Kemudian Sang Bhagavà mencapai jhàna pertama.

Paṭhamajjhānā vuṭṭhahitvā dutiya4 jjhānaṃ samāpajji. Setelah keluar dari jhàna pertama, Beliau mencapai jhàna ke dua.

Dutiyajjhānā vuṭṭhahitvā tatiya5jjhānaṃ samāpajji. Setelah keluar dari jhàna ke dua, Beliau mencapai jhàna ke tiga.

Tatiyajjhānā vuṭṭhahitvā catuttha6jjhānaṃ samāpajji. Setelah keluar dari jhàna ke tiga, Beliau mencapai jhàna ke empat.

Catutthajjhānā vuṭṭhahitvā ākāsānañcāyatanaṃ samāpajji. Setelah keluar dari jhàna ke empat, Beliau mencapai landasan ruang tanpa batas.

Ākāsānañcāyatanā vuṭṭhahitvā viññāṇañcāyatanaṃ samāpajji. Setelah keluar dari landasan ruang tanpa batas, Beliau mencapai landasan kesadaran tanpa batas.

Viññāṇañcāyatanā vuṭṭhahitvā ākiñcaññāyatanaṃ samāpajji. Setelah keluar dari landasan kesadaran tanpa batas, Beliau mencapai landasan kekosongan.

Ākiñcaññāyatanā vuṭṭhahitvā nevasaññānāsaññāyatanaṃ samāpajji. Setelah keluar dari landasan kekosongan, Beliau mencapai landasan bukan-persepsi juga bukan bukan-persepsi.

Nevasaññānāsaññāyatanā vuṭṭhahitvā saññāvedayitanirodhaṃ samāpajji. Setelah keluar dari landasan bukan-persepsi juga bukan bukan-persepsi, Beliau mencapai lenyapnya persepsi dan perasaan. <341>

1. Vihassati-machasaṃ. 2. Assumahā syā. 3. Paṭhamaṃ jhānaṃ-machasaṃ. [Pts. 4.] Dutiyaṃ-machasaṃ. [Pts. 5.] Tatiyaṃ machasaṃ. [Pts 6.] Catutthaṃ-machasaṃ. [Pts.]

[BJT Page 284] Saññāvedayitanirodhā vuṭṭhahitvā nevasaññānāsaññāyatanaṃ samāpajji. Setelah keluar dari lenyapnya persepsi dan perasaan, Beliau mencapai landasan bukan-persepsi juga bukan bukan-persepsi.

Nevasaññānāsaññāyatanā vuṭṭhahitvā ākiñcaññāyatanaṃ samapajji. Setelah keluar dari landasan bukan-persepsi juga bukan bukan-persepsi, Beliau mencapai landasan kekosongan.

Ākiñcaññāyatanā vuṭṭhahitvā viññāṇañcāyatanaṃ samāpajji. Setelah keluar dari landasan kekosongan, Beliau mencapai landasan kesadaran tanpa batas.

Viññāṇañcāyatanā vuṭṭhahitvā ākāsānañcāyatanaṃ samāpajji. Setelah keluar dari landasan kesadaran tanpa batas, Beliau mencapai landasan ruang tanpa batas.

Ākāsānañcāyatanā vuṭṭhahitvā catutthajjhānaṃ samāpajji. Setelah keluar dari landasan ruang tanpa batas, Beliau mencapai jhana ke empat.

Catutthajjhānā vuṭṭhahitvā tatiyajjhānaṃ samāpajji. Setelah keluar dari jhàna ke empat, Beliau mencapai jhàna ke tiga.

Tatiyajjhānā vuṭṭhahitvā dutiyajjhānaṃ samāpajji. Setelah keluar dari jhàna ke tiga, Beliau mencapai jhàna ke dua.

Dutiyajjhānā vuṭṭhahitvā paṭhamajjhānaṃ samāpajji, Setelah keluar dari jhàna ke dua, Beliau mencapai jhàna pertama.

Paṭhamajjhānā vuṭṭhahitvā dutiyajjhānaṃ samāpajji. Setelah keluar dari jhàna pertama, Beliau mencapai jhàna ke dua.

Dutiyajjhānā vuṭṭhahitvā tatiyajjhānaṃ samāpajji. Setelah keluar dari jhàna ke dua, Beliau mencapai jhàna ke tiga.

Tatiyajjhānā vuṭṭhahitvā catutthajjhānaṃ samāpajji. Setelah keluar dari jhàna ke tiga, Beliau mencapai jhàna ke empat.

Catutthajjhānā vuṭṭhahitvā samanantarā bhagavā parinibbāyi. Setelah keluar dari jhàna keempat, segera setelah ini, Sang Bhagavà mencapai Nibbàna akhir.422

===422. Spk: Di sini ada dua jenis “segera setelah” (samanantara): segera setelah jhàna dan segera setelah peninjauan. Dalam kasus pertama, seseorang keluar dari jhàna keempat, turun ke bhavaïga, dan mencapai Parinibbàna. Dalam kasus kedua, seseorang keluar dari jhàna keempat, kembali meninjau faktor-faktor jhàna, kemudian turun ke bhavaïga, dan mencapai Parinibbàna. Dalam kasus Sang Bhagavà, parinibbàna terjadi dalam cara kedua. Tetapi makhluk-makhluk apa pun juga, dari Para Buddha hingga semut dan rayap, meninggal dunia dengan kesadaran bhavaïga yang tidak dapat ditentukan secara kamma.===

Parinibbute bhagavati saha parinibbāṇā brahmā sahampati imaṃ 1 gāthaṃ abhāsi:Ketika Sang Bhagavà mencapai Nibbàna akhir, bersamaan dengan Nibbàna akhir ini, Brahmà Sahampati melantunkan syair ini:

Sabbeva nikkhipissanti bhūtā loke samussayaṃ,608. “Semua makhluk di dunia Akhirnya akan membaringkan tubuhnya, Yathā2 etādiso satthā loke appaṭipuggalo, Karena bahkan seseorang seperti Sang Guru, Manusia tanpa bandingan di dunia ini,

Tathāgato balappatto sambuddho parinibbutoti. Sang Tathàgata yang memiliki kekuatan-kekuatan, Sang Buddha, telah mencapai Nibbàna akhir.”423 <342>

===423. Mengenai Brahmà Sahampati, baca n. 367. Kekuatan (bala) adalah sepuluh kekuatan Tathàgata, dijelaskan dalam MN I 69-71.===

Parinibbute bhagavati saha parinibbāṇā sakko devānamindo imaṃ gāthaṃ abhāsi: Ketika Sang Bhagavà mencapai Nibbàna akhir, bersamaan dengan Nibbàna akhir ini, Sakka, Raja para deva, melantunkan syair ini:

Aniccā vata saṅkhārā uppādavayadhammino, 609. “Bentukan-bentukan adalah tidak kekal; Bersifat muncul dan lenyap.

Uppajjitvā nirujjhanti tesaṃ vūpasamo sukhotiSetelah muncul, mereka lenyap: Ketenangannya sungguh membahagiakan.”424

===424. Dalam v. 21, kita membaca syair yang sama dengan tulisan sabbasaïkhàrà menggantikan vata saïkhàrà dalam pàda a. Baca n. 20.===

Parinibbute bhagavati saha parinibbāṇā āyasmā ānando imaṃ gāthaṃ abhāsi: Ketika Sang Bhagavà mencapai Nibbàna akhir, bersamaan dengan Nibbàna akhir ini, Yang Mulia ânanda melantunkan syair ini:425

===425. Dalam versi DN, syair-syair Anuruddha mendahului syair-syair ânanda.===

Tadāsi yaṃ bhiṃsanakaṃ tadāsi lomahaṃsanaṃ, 610. “Kemudian muncul ketakutan, Kemudian muncul keragu-raguan,

Sabbākāravarūpete sambuddhe parinibbuteti. Ketika seseorang yang sempurna dalam segala kualitas mulia, Sang Buddha, mencapai Nibbàna akhir.”

[PTS Page 159] parinibbute bhagavati saha parinibbāṇā āyasmā anuruddho imā gāthāyo abhāsi:[159] Ketika Sang Bhagavà mencapai Nibbàna akhir, bersamaan dengan Nibbàna akhir ini, Yang Mulia Anuruddha melantunkan syair ini:

Nāhu assāsapassāso ṭhitacittassa tādino, 611. “Tidak ada lagi napas masuk-dan-keluar Dalam diri Yang Seimbang yang berpikiran teguh

Anejo santimārabbha cakkhumā parinibbutoKetika tidak tergoyahkan, condong pada kedamaian, Yang memiliki Penglihatan mencapai Nibbàna akhir.426

===426. VâT mengomentari: tidak adanya nafas masuk dan keluar (dalam pàda a) merujuk pada kondisi jhàna keempat, di mana nafas lenyap, yang dari sana Sang Buddha meninggal dunia. Ini bukan pelenyapan nafas biasa seperti yang terjadi pada siapa pun saat meninggal dunia. Syair ini menyebutkan sesuatu yang menakjubkan: “Bahwa sebelum meninggal dunia, sudah tidak ada nafas.” Mengenai “Yang Seimbang” (tàdi), baca di bawah n. 435. Mengenai lenyapnya nafas dalam jhàna keempat, baca 36:11 (IV 217,8-9). Spk: Condong pada kedamaian (santiü àrabbha): Condong pada, bergantung pada, bersandar ke arah Nibbàna tanpa sisa. Yang Memiliki Penglihatan—Beliau yang memiliki lima mata—mencapai Nibbàna akhir melalui pemadaman sepenuhnya kelompok-kelompok unsur kehidupan (khandhaparinibbàna). Mengenai lima mata, baca n. 370; mengenai dua jenis parinibbàna, baca pendahuluan umum, p. 50. Pada DN II 157, 13, pàda ini tertulis: yaü kàlam akarã muni; “ketika Sang Bijaksana meninggal dunia”.===

Asallīnena cittena vedanaṃ ajjhavāsayi, 612. “Dengan batin tidak mengerut Beliau menahankan sakit:

Pajjotasseva nibbāṇaṃ vimokkho cetaso ahūti. Bagaikan padamnya pelita Demikianlah pembebasan batin.”427 <343>

===427. Pàda cd tertulis: Pajjotasseva nibbànaü/Vimokkho cetaso ahå. Kata nibbàna digunakan di sini dalam makna literal tetapi dengan penekanan doktrin yang sesuai dengan konteksnya. Spk: Pembebasan-Nya, tidak terhalangi oleh apa pun, Ia mendekati kondisi yang sama sekali tidak tergambarkan (sabbaso apa¤¤atti bhàvåpagamo), mirip dengan memadamkan pelita. Syair-syair Anuruddha mengenai Parinibbàna Sang Buddha dalam Th termasuk syair tambahan ini, Th 907.===

Parinibbāṇa vaggo dutiyo

Tatruddānaṃ:

Brahmāsanaṃ3 devadatto andhakavindo aruṇavatī, Parinibbāṇena ca desitaṃ idaṃ brahmapañcakanti, *

Brahmasaṃyuttaṃ samattaṃ.

1. Samanantaraṃ- machasaṃ. Syā. 2. Yattha-machasaṃ-syā 3. Brahmāyācanaṃ-sīmu 2 * brahmāyācanaṃ agāracañca brahmadevo bako ca brahmā, Aññataro ca brahmā kokālikañca tissakañca turū ca, Brahmā kokālikabhikkhu sanaṅkumārena devadattaṃ, Andhakavindaṃ aruṇavatī parinibbāṇena paṇṇarasāti. Atra imā gāthāyo dissante- machasaṃ.