blu rs bukittinggi

Upload: kang-warno

Post on 07-Feb-2018

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 Blu Rs Bukittinggi

    1/25

    1

    ANALISIS IMPLEMENTASI POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN

    LAYANAN UMUM (PPK-BLU) PADA RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL

    BUKITTINGGI

    MEIDYAWATI

    BP 0821221038

    1. Latar Belakang

    Sejak dua dekade terakhir, pelaksanaan reformasi administrasi publik makinnyata di berbagai negara termasuk Indonesia. Dotrin New Public Management

    (NPM)/Reinventing Government yang di dasarkan atas pengalaman negara-negara

    Eropa, Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru secara berangsur-angsur diadopsi

    ke dalam manajemen pemerintahan di berbagai negara, termasuk Indonesia.

    Transformasi manajemen pemerintahan dalam New Public Management mulai dari

    penataan kelembagaan /Institutional Arrangement, reformasi kepegawaian /Civil

    Servant Reform, dan reformasi pengelolaan keuangan Negara /New Management

    Reform (Mahmudi, 2003).

    Di dalam dotrin NPM tersebut pemerintah dianjurkan untuk meninggalkan

    paradigma administrasi tradisional yang cenderung mengutamakan sistem dan prosedur,

    birokratis yang tidak efisien, pemberian layanan yang lambat serta tidak efektif, dan

    menggantikannya dengan orientasi pada kinerja dan hasil. Pemerintah dianjurkan untuk

    melepaskan diri dari birokrasi klasik, dengan mendorong organisasi dan pegawai agar

    lebih fleksibel, dan menetapkan tujuan, serta target organisasi secara lebih jelas

    sehingga memungkinkan pengukuran hasil (D.Moynihan, Sanjai K Pandey, 2003).

    Melalui reformasi ini pemerintah diharapkan menerapkan praktek managemen strategik

    melalui sistem anggaran berbasis kinerja dan akuntansi berbasis accrual secara double

    entry.

    Negara Indonesia telah mengadopsi pemikiran NPM dengan melakukan

    reformasi keuangan negara yang mulai bergulir sejak akhir tahun 2003, dengan

    dikeluarkannya tiga paket peraturan keuangan negara yang baru, yaitu

  • 7/21/2019 Blu Rs Bukittinggi

    2/25

    2

    UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang No.1 Tahun 2004

    tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No.15 Tahun 2005 tentang Pemeriksaan

    Keuangan Negara. Dengan ketiga paket peraturan keuangan negara tersebut telah

    merubah mindset atau pola pikir yang lebih efisien, profesionalitas, akuntabel, dan

    transparan, dengan melakukan perubahan dari penganggaran tradisional menjadi

    penganggaran berbasis kinerja, yang membuka koridor bagi penerapan basis kinerja di

    lingkungan pemerintah. Dengan basis kinerja ini, arah penggunaan dana pemerintah

    menjadi lebih jelas dari hanya membiayai input dan proses menjadi berorientasi pada

    output. Perubahan ini sangat berarti mengingat kebutuhan dana yang semakin tinggi,

    sedangkan sumber daya yang dimiliki pemerintah terbatas (Ahmad Hag, 2009).

    Berdasarkan Undang-Undang tersebut, instansi pemerintah yang tugas pokok

    dan fungsinya memberikan pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan pola

    pengelolaan keuangan yang fleksibel, berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-

    praktek bisnis yang sehat dalam rangka memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat

    dengan tetap menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektifitas melalui Badan

    Layanan Umum. BLU pada dasarnya adalah alat untuk meningkatkan kinerja pelayanan

    publik melalui penerapan manajemen keuangan yang berbasis pada hasil,profesionalitas, akuntabilitas dan transparansi. Untuk dapat menjadi BLU, suatu instansi

    harus memenuhi tiga persyaratan pokok, yaitu persyaratan substantif, yang terkait

    dengan penyelanggaraan layanan umum, persyaratan teknis yang terkait dengan kinerja

    pelayanan dan kinerja keuangan, serta persyaratan administratif terkait dengan

    terpenuhinya dokumen seperti pola tata kelola, rencana strategis bisnis, standar layanan

    minimal, laporan keuangan pokok, dan laporan audit/bersedia untuk diaudit.

    Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan publik memegang peranan

    penting bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Rumah sakit dituntut untuk

    dapat melayani masyarakat, dapat berkembang dan mandiri serta harus mampu bersaing

    dan memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat. Dengan

    semakin tingginya tuntutan bagi rumah sakit untuk meningkatkan pelayanannya, banyak

    permasalahan yang muncul terkait dengan terbatasnya anggaran yang tersedia bagi

    operasional rumah sakit, alur birokrasi yang terlalu panjang dalam proses pencairan

    dana, aturan pengelolaan keuangan yang menghambat kelancaran pelayanan dan

  • 7/21/2019 Blu Rs Bukittinggi

    3/25

    3

    sulitnya untuk mengukur kinerja, sementara rumah sakit memerlukan dukungan SDM,

    teknologi, dan modal yang sangat besar. Melalui konsep pola pengelolaan keuangan

    BLU ini rumah sakit diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme, mendorong

    enterpreneureship, transparansi, dan akuntabilitas dalam rangka pelayanan publik,

    sesuai dengan tiga pilar yang diharapkan dari pelaksanaan PPK-BLU ini, yaitu

    mempromosikan peningkatan kinerja pelayanan publik, fleksibilitas pengelolaan

    keuangan dan tata kelola yang baik (Sri Mulyani, 2007).

    Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi sebagai salah satu sub sistem

    penyelenggaraan peningkatan kesehatan memiliki peran dalam penyelenggaraan

    pelayanan kesehatan melalui tenaga dokter yang profesional, peralatan medis,

    pelayanan laboratorium, farmasi, pelayanan perawatan, penelitian dan pendidikan

    tenaga dokter dan paramedis. Karena sangat pentingnya peranan rumah sakit ini dalam

    sistem kesehatan masyarakat, khususnya dalam menangulangi penyakit stroke yang

    cenderung meningkat, maka diperlukan pendekatan terpadu untuk melakukan kegiatan

    secara ekonomis, efisien, efektif. Sebagai lembaga yang padat modal, padat karya, dan

    padat ilmu serta teknologi, rumah sakit ini memerlukan profesionalisme yang handal

    dalam pengelolaan bisnis modern. Melalui Pola Pengelolaan Keuangan Badan LayananUmum,(PPK-BLU), Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi diharapkan mampu

    meningkatkan kinerja pelayanannya kepada masyarakat dalam rangka memajukan

    kesejahteraan umum dan mencerdaskaan kehidupan bangsa, dengan memberikan

    fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan

    produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat.

    2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dibahas pada bagian

    sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

    1) Apakah implementasi Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-

    BLU) pada Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi telah berjalan sesuai dengan

    konsep dan aturan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-

    BLU)?

  • 7/21/2019 Blu Rs Bukittinggi

    4/25

    4

    2) Bagaimanakah kinerja Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi setelah

    mengimplementasikan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-

    BLU)?

    3) Kendala-kendala apa yang dihadapi oleh Rumah Sakit Stroke Nasional

    Bukittinggi di dalam implementasi Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

    Umum (PPK-BLU)?

    3 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

    1). Menggambarkan dan menjelaskan konsep Pola Pengelolaan Keuangan Badan

    Layanan Umum (PPK-BLU).

    2). Menggambarkan dan menganalisis implementasi Pola Pengelolaan Keuangan

    Badan Layanan Umum (PPK-BLU) pada Rumah Sakit Stroke Nasional

    Bukittinggi.

    3). Menggambarkan dan menganalisis kinerja Rumah Sakit Stroke Nasional

    Bukittinggi sebelum dan setelah mengimplementasikan Pola Pengelolaan

    Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU).

    4). Mengindentifikasi dan menjelaskan kendala yang dihadapi oleh Rumah Sakit

    Stroke Nasional Bukittinggi di dalam implementasi Pola Pengelolaan Keuangan

    Badan Layanan Umum (PPK-BLU).

    4. Kerangka Teoritis

    4.1 Pengertian PPK-BLU

    Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pada Pasal 1

    menyatakan bahwa Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan pemerintah

    yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan

    barang dan/ atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam

    melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Pengertian

  • 7/21/2019 Blu Rs Bukittinggi

    5/25

    5

    ini diadopsi kembali dalam peraturan pelaksanaannya yaitu dalam Pasal 1 Angka 1 PP

    No.23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Yang

    termasuk dalam jenis BLU antara lain rumah sakit, lembaga pendidikan, pelayanan

    lisensi, dan penyiaran.

    Sedangkan pola pengelolaan keuangan (PPK-BLU) diatur dalam Peraturan

    Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 1 tentang Pengelolaan Keuangan

    Badan Layanan Umum (PPK-BLU) dinyatakan bahwa PPK-BLU adalah pengelolaan

    keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-

    praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam

    rangka memajukan kesejahteraan dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai

    pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya.

    4.2 Tujuan dan Azaz Dibentuknya Badan Layanan Umum

    Dalam PP No.23 Tahun 2005 Pasal 68 ayat 1 disebutkan bahwa BLU bertujuan

    untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan

    kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan

    fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan

    produktifitas dan penerapan praktek bisnis yang sehat. Yang dimaksud dengan dengan

    praktek bisnis yang sehat adalah penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan kaidah-

    kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian layanan yang bermutu dan

    manajemen berkesinambungan. Sedangkan azaz Badan Layanan Umum adalah:

    1. Menyelenggarakan pelayanan umum yang pengelolaannya berdasarkankewenangan yang didelegasikan, tidak terpisah secara hukum dari instansi

    induknya.

    2. Pejabat BLU bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan layanan umumkepada pimpinan instansi induk.

    3. BLU tidak mencari laba.4. Rencana kerja, anggaran dan laporan BLU dengan instansi induk tidak terpisah.5. Pengelolaan sejalan dengan praktek bisnis yang sehat.

  • 7/21/2019 Blu Rs Bukittinggi

    6/25

    6

    4.3 Karakteristik Badan Layanan Umum

    BLU memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan instansi

    pemerintah lainnya, yaitu (Sie Infokum-Ditama Binbangkum BPK, 2008):

    1. Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah yang tidak dipisahkan dari kekayaannegara.

    2. Menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan masyarakat.3. Tidak bertujuan untuk mencari laba.4. Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktifitas ala korporasi.5. Rencana kerja, anggaran, dan pertanggungjawabannya dikonsolidasikan pada

    instansi induk.

    6. Penerimaan baik pendapatan maupun sumbangan dapat digunakan secaralangsung.

    7. Pegawai dapat terdiri dari pegawai negeri sipil dan bukan pegawai negeri sipil.8. BLU bukan subyek pajak.

    Bentuk keistimewaan/privilese dalam hal fleksibilitas pengelolaan keuangan

    yang dimiliki BLU antara lain (Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU,

    2010):

    1. Pendapatan operasional dapat digunakan langsung sesuai Rencana Bisnis danAnggaran tanpa terlebih dahulu disetorkan ke rekening kas negara, namun

    seluruh pendapatan tersebut merupakan PNBP yang wajib dilaporkan dalam

    Laporan Realisasi Anggaran.

    2. Anggaran belanja BLU merupakan anggaran fleksibel berdasarkan kesetaraanantara volume kegiatan pelayanan dengan jumlah pengeluaran, belanja dapat

    bertambah/berkurang dari yang dianggarkan sepanjang pendapatan terkait

    bertambah atau berkurang, setidaknya proporsional.

    3. Dalam rangka pengelolaan kas BLU dapat merencanakan penerimaan danpengeluaran kas, melakukan pemungutan/tagihan, menyimpan kas dan

    mengelola rekening bank, melakukan pembayaran, mendapatkan sumber dana

    untuk menutup defisit jangka pendek, dan memanfaatkan kas yang menganggur

    (idle cash) jangka pendek untuk memperoleh pendapatan tambahan.

  • 7/21/2019 Blu Rs Bukittinggi

    7/25

    7

    4. BLU dapat mengelola piutang dan utang sepanjang dikelola dan diselesaikansecara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggungjawab serta

    memberikan nilai tambah sesuai praktik bisnis yang sehat.

    5. BLU dapat melakukan investasi jangka pendek maupun jangka panjang.6. Pengadaan barang dan jasa BLU yang sumber dananya berasal dari pendapatan

    operasional, hibah tidak terikat, hasil kerjasama dengan pihak lainnya dapat

    dilaksanakan berdasarkan ketentuan pengadaan barang/jasa yang ditetapkan

    pimpinan BLU.

    7. BLU dapat mengembangkan kebijakan, sistem, dan prosedur pengelolaankeuangan.

    8. BLU dapat memperkerjakan tenaga profesional non PNS.9. Pejabat pengelola, dewan pengawas dan pegawai dapat diberikan remunerasi

    berdasarkan tingkat tanggungjawab dan tuntutan profesionalisme yang

    diperlukan.

    4.4 Persyaratan Badan Layanan Umum

    Tidak semua instansi pemerintah mendapatkan peluang untuk menjadi BLU,

    karena kesempatan tersebut secara khusus hanya disediakan bagi satuan kerja

    pemerintah yang melaksanakan tugas operasional pelayanan publik dibidang

    penyediaan barang dan jasa seperti rumah sakit, lembaga pendidikan, pelayanan lisensi,

    instansi yang mengelola wilayah atau suatu kawasan seperti kawasan ekonomi terpadu,

    dan instansi yang mengelola dana khusus seperti dana UKM dan dana bergulir.

    Kesempatan menjadi BLU dapat diberikan kepada instansi di lingkungan pemerintah

    yang telah memenuhi tiga persyaratan yang diwajibkan, yaitu (PP No. 23 Tahun 2005):

    1. Persyaratan Substantif, apabila menyelenggarakan layanan umum yangberhubungan dengan : penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum,

    pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian

    masyarakat atau layanan umum, dan pengelolaan dana khusus dalam rangka

    meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat.

    2. Persyaratan Teknis, yaitu kinerja pelayanan di bidang tugas pokok danfungsinya layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU

  • 7/21/2019 Blu Rs Bukittinggi

    8/25

    8

    sebagaimana direkomendasikan oleh Menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD

    sesuai dengan kewenangannya, dan kinerja keuangan satuan kerja instansi yang

    bersangkutan adalah sehat sebagaimana ditunjukkan dalam dokumen usulan

    penetapan BLU.

    3. Persyaratan AdministratifPersyaratan administratif ini terdiri dari (Dirjen Perbendaharaan Depkeu, 2008):

    1) Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan,dan manfaat bagi masyarakat.

    2) Pola tata kelola (yang baik) ; merupakan peraturan internal satker yangmenetapkan organisasi dan tata laksana, akuntabilitas, dan transparansi.

    3) Rencana Strategis Bisnis (RSB) ; merupakan suatu proses perencanaan yangberorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu)

    sampai 5 (lima) tahun, yang disusun secara sistematis dan berkesinambungan

    dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau yang

    mungkin timbul dan memuat visi, misi, tujuan, sasaran, indikator sasaran,

    strategi (kebijakan dan program) serta ukuran keberhasilan dan kegagalan

    dalam pelaksanaan.

    4) Laporan keuangan pokok ; terdiri atas laporan realisasi anggaran, neraca dancatatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan disusun berdasarkan SAP

    Untuk Satker yang sebelumnya telah memiliki DIPA sendiri, menyusun

    laporan keuangan berdasarkan SAP yang dihasilkan dari sistem akuntansi

    instansi (SAI). Sedangkan untuk satker yang baru dibentuk dan belum

    beroperasi sebelumnya, maka laporan keuangan pokok dapat berupa

    prognosa laporan keuangan tahun berjalan.

    5) Standar pelayanan minimum ; merupakan ukuran pelayanan yang harusdipenuhi oleh satker, yang ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga dalam

    rangka penyelenggaraan kegiatan pelayanan kepada masyarakat yang harus

    mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan, dan kesetaraan layanan,

    serta kemudahan memperoleh layanan.

    6) Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secaraindependen.

  • 7/21/2019 Blu Rs Bukittinggi

    9/25

    9

    Instansi pemerintah yang telah memenuhi ketiga persyaratan diatas ditetapkan

    sebagai BLU oleh Menteri Keuangan/Gubernur/Walikota/Bupati. Penetapan yang

    diberikan dapat berupa status BLU secara penuh apabila ketiga persyaratan diatas

    (substantif, teknis, dan administratif) telah dipenuhi dengan memuaskan, sedangkan

    status BLU bertahap diberikan apabila persyaratan subtantif dan teknis telah terpenuhi

    tetapi persyaratan administratif belum terpenuhi secara memuaskan.

    4.5 Akuntansi, Pelaporan, dan Pertanggungjawaban Keuangan

    Akuntansi dan laporan keuangan BLU diselenggarakan sesuai dengan Standar

    Akuntansi Keuangan (SAK), sesuai dengan jenis layanannya. Dalam hal tidak terdapat

    standar akuntansi keuangan, BLU dapat menerapkan standar akuntansi industri yang

    spesifik setelah mendapat persetujuan dari menteri keuangan. Dalam rangka

    pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan dan kegiatan pelayanannya BLU

    menyusun dan menyajikan laporan keuangan dan laporan kinerja. Laporan keuangan

    yang disusun meliputi laporan realisasi anggaran/laporan operasional (dapat dalam

    bentuk laporan aktivitas/laporan surplus defisit), neraca, laporan arus kas, dan catatan

    atas laporan keuangan, disertai laporan mengenai kinerja. Laporan keuangan BLU

    merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan pertanggungjawaban keuangan

    kementrian negara/lembaga/SKPD/pemerintah daerah. Penggabungan laporan keuangan

    BLU pada laporan keuangan kementrian negara/ lembaga/SKPD/pemerintah daerah

    dilakukan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.

    4.6 Perbandingan Satuan kerja Non BLU dengan Satuan kerja BLU

    Untuk melihat perbandingan satuan kerja Non BLU dengan satuan kerja BLU

    dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

  • 7/21/2019 Blu Rs Bukittinggi

    10/25

    10

    No Uraian Satker Non BLU Satker BLU

    1 Pengelola PNS PNS dan Non PNS

    2 Tarif Layanan Atas dasar adil dan patut Atas dasar biaya per unit

    layanan3 Dokumen Perencanaan Jangka Menengah RPJM RSB

    4 Dokumen Penganggaran Rencana Kerja Anggaran

    (RKA)

    Rencana Bisnis

    Anggaran (RBA)

    5 Pengeluaran Anggaran Setelah DIPA disyahkan Dapat dikeluarkan jikaDIPA belum disahkan

    6 Keuangan Tidak memiliki rekening

    bank

    Memiliki rekening bank

    7 Pendapatan Setor langsung ke kasnegara

    Digunakan langsung

    8 Surplus Kas Disetor ke kas negara Dapat digunakan

    langsung

    9 Piutang/Utang Tidak Diperbolehkan

    melakukan piutang/utang

    Diperbolehkan

    melakukan piutang/utang10 Laporan Keuangan SAP SAK

    11 Laporan Keuangan Diaudit oleh BPK selaku

    entitas

    Diaudit oleh Auditor

    Independen

    12 Investasi Jangka Panjang Tidak diperbolehkan Diperbolehkan

    13 Pengadaan Barang /Jasa Keppres Dapat menyusun

    pedoman sendiri

    4.7 Pengertian Kinerja

    Pengukuran kinerja merupakan salah satu elemen penting sistem pengendalian

    manajemen suatu organisasi, yang dapat digunakan untuk mengendalikan aktivitas-

    aktivitas. Setiap aktivitas harus terukur kinerjanya agar dapat diketahui tingkat efisiensi

    dan efektifitasnya. Suatu aktivitas yang tidak memiliki ukuran kinerja akan sulit bagi

    organisasi untuk menentukan apakah aktivitas tersebut sukses atau gagal (Mahmudi,

    2005). D Stout (2003) menyatakan bahwa pengukuran kinerja merupakan proses

    mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi

    (mission accomplish) melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa atau pun

    proses. Proses pengukuran kinerja dimaksudkan untuk menilai pencapaian setiap

    indikator kinerja guna memberikan gambaran tentang keberhasilan dan pencapaiantujuan dan sasaran. Proses pengukuran kinerja suatu organisasi sebaiknya

    mempergunakan indikator-indikator kinerja yang komprehensif yang mengandung baik

    indikator-indikator keuangan maupun non keuangan, sehingga diperlukan suatu sistem

    pengukuran kinerja yang dapat mengakomodasi indikator-indikator yang komprehensif

    tersebut.

  • 7/21/2019 Blu Rs Bukittinggi

    11/25

    11

    4.8 Aspek-Aspek Pengukuran Kinerja

    Bastian (2002) mengemukakan bahwa setiap organisasi terlepas dari besar,

    jenis, sektor atau spesialisasinya memerlukan pengukuran kinerja pada aspek-aspek:

    1. Finansial, yang meliputi anggaran rutin dan pembangunan.2. Kepuasan Pelanggan, dimana pelanggan mempunyai peran dan posisi yang

    sangat krusial dalam penentuan strategi organisasi.

    3. Operasi bisnis internal, dimana informasi operasi bisnis internal diperlukanuntuk memastikan bahwa seluruh kegiatan instansi pemerintah sudah seirama

    untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi.

    4. Kepuasan pegawai, dimana dalam setiap organisasi pegawai merupakan assetyang harus dikelola dengan baik.

    5. Kepuasan komunitas dan stakeholders, dimana instansi pemerintah di dalammenjalankan kegiatannya berinteraksi dengan berbagai pihak yang menaruh

    kepentingan terhadap keberadaannya.

    6. Waktu, dimana ukuran waktu merupakan variabel yang perlu diperhatikan agarinformasi dapat digunakan tepat waktu dan tidak kadaluarsa.

    4.9 Sistem Penilaian Kinerja Rumah Sakit

    Sistem penilaian kinerja melalui indikator merupakan salah satu alat yang dapat

    digunakan untuk menilai suatu proses kegiatan BLU Rumah Sakit secara terus menerus.

    Sebagai rumah sakit milik Negara, BLU rumah sakit harus mampu memberikan

    informasi yang menggambarkan kemajuan rumah sakit pada suatu periode tertentu.

    Indikator kinerja rumah sakit BLU mengacu pada Keputusan Menteri Negara

    Pendayagunaan BUMN No. KEP215/M.BUMN/1999 tanggal 27 September 1999 dan

    disempurnakan melalui Keputusan Menteri BUMN No. 100/MBU/2002 tanggal 4 Juni

    2002 tentang penilaian tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara, yang kemudian

    disesuaikan dengan jenis dan sifat kegiatan rumah sakit melalui Kepmenkes N0.

    550/Menkes/SK/VII/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran

    (RBA) Badan Layanan Umum Rumah Sakit. Jenis indikator yang dinilai untuk BLU

    rumah sakit sesuai Kepmenkes No. 550/Menkes/SK/VII/2009 meliputi tiga aspek,

    yaitu: Indikator Kinerja Keuangan, dengan bobot 20, Indikator Kinerja Operasional

  • 7/21/2019 Blu Rs Bukittinggi

    12/25

    12

    dengan bobot 40, Indikator kinerja mutu pelayanan dan manfaat bagi masyarakat

    dengan bobot 40.

    5. Hasil Penelitian

    5.1 Analisis Implementasi Pola Tata Kelola

    Berdasarkan hasil analisis, implementasi pola tata kelola Rumah Sakit Stroke

    Nasional Bukittinggi telah berjalan cukup baik. Namun masih terdapat kelemahan-

    kelemahan yang terkait dengan:

    1) Organisasi dan tata laksana yang dibangun belum sepenuhnya memperhatikan

    kebutuhan organisasi, perkembangan misi dan strategi, serta belum merubah

    paradigma budaya kerja unit-unit organisasi yang ada di lingkungan Rumah

    Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. Organisasi rumah sakit secara keseluruhan

    belum siap merubah paradigma dari PNS menjadi wirausahawan

    (enterpreneurship).

    2) Fungsi Dewan Pengawas dan Satuan Pemeriksaan Internal (SPI) belum berjalan

    optimal. Dewan Pengawas yang berperan sangat penting ini baru dibentuk pada

    bulan April 2011, sehingga belum menjalankan tugas dan fungsinya secara

    optimal. Satuan Pemeriksaan Intern (SPI) juga belum didukung dengan

    kompetensi SDM yang memadai untuk melaksanakan tugas dengan ruang

    lingkup yang sangat luas, sehingga keberadaannya belum memberikan hasil

    yang optimal dalam mengawasi perbaikan kinerja BLU Rumah Sakit Stroke

    Nasional Bukittinggi.

    3) Dalam pelaksanaan akuntabilitas tidak semua usulan dari unit kerja dapat

    dipenuhi sehingga pelaksanaan tupoksi dari unit kerja tersebut belum maksimal

    mencapai sasaran. Selanjutnya masih terdapat program-program titipan/susulan

    dari Kementrian Kesehatan yang harus dijalankan oleh rumah sakit yang

    memerlukan koordinasi dalam pelaksanaannya dan membutuhkan waktu untuk

    merealisasikannya. Kemudian atas program-program yang belum mencapai

    target yang direncanakan belum dilakukan evaluasi atas penyebab dan

    kendalanya.

    4) Dalam pelaksanaan transparansi, penyebaran informasi bagi kebutuhan intern

    rumah sakit masih memerlukan perbaikan dalam hal komunikasi, koordinasi dan

  • 7/21/2019 Blu Rs Bukittinggi

    13/25

    13

    rekonsiliasi data. Untuk penggunaan Media Informasi seperti website, pamflet

    dan leaflet sebagai sarana pengenalan/promosi Rumah Sakit Stroke Nasional

    Bukittinggi belum optima, padahal Sakit Stroke Nasional Bukittinggi sebagai

    satu-satunya rumah sakit yang khusus menangani stroke di Indonesia perlu

    memperkenalkan keberadaannya secara luas.

    5.2 Analisis Implementasi Rencana Strategis Bisnis (RSB)

    Hasil analisis atas dokumen Rencana Strategis Bisnis Rumah Sakit Stroke

    Nasional Bukittinggi menunjukkan belum semua unsur-unsurnya disusun sesuai dengan

    pedoman yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan dan Kementrian Kesehatan

    yang terlihat dari:

    1) Analisis lingkungan internal dan eksternal dengan menggunakan analisis SWOT

    belum didasarkan pada data-data kinerja riil yang dicapai selama 1 3 tahun

    terakhir, sehingga identifikasi atas faktor-faktor kunci yang menjadi kekuatan

    dan kelemahan rumah sakit belum dapat dilakukan secara akurat.

    2) Sasaran, kebijakan, program, dan kegiatan yang disusun belum semuanya

    mendukung pencapaian visi dan misi.

    3) Tujuan, sasaran, kebijakan dan program yang disusun belum semuanya

    mendukung pencapaian indikator standar pelayanan minimal dan indikator

    kinerja rumah sakit.

    4). Perumusan sasaran tidak sejalan dengan perumusan kebijakan, ini terlihat pada

    kebijakan sistem manajemen rumah sakit telah bertitik tolak pada empat

    perspektif balance score card (keuangan, pelanggan, bisni internal, dan

    pembelanjaran dan pertumbuhan), sedangkan pada sasaran belum.

    5). Matriks keterkaitan misi, tujuan, sasaran, kebijakan, dan program belum

    menggambarkan peta strategi yang akan dijalankan rumah sakit, terutama untuk

    strategi dibidang pendidikan dan penelitian.

    6). Rencana Strategis Bisnis (RSB) hanya dijadikan sebagai dokumen perencanaan

    yang disusun dalam rangka memenuhi persyaratan administratif rumah sakit

    untuk menjadi BLU, belum sepenuhnya dijadikan pedoman dalam penyusunan

    RBA setiap tahunnya. RSB ini juga belum dievaluasi dan direvisi sesuai dengan

    perkembangan dan perubahan yang terjadi tahun berikutnya.

  • 7/21/2019 Blu Rs Bukittinggi

    14/25

    14

    5.3 Analisis Implementasi Rencana Bisnis Anggaran (RBA)

    Hasil analisis atas RBA yang disusun oleh Rumah Sakit Stroke NasionalBukittinggi masih mengandung beberapa kelemahan sebagai berikut:

    1) Analisa SWOT yang dilakukan belum mencerminkan situasi lingkungan internal

    dan eksternal yang dihadapi rumah sakit, yang berpengaruh terhadap program

    dan strategi yang harus disusun.

    2) RBA yang disusun belum mengacu kepada Rencana Strategis Bisnis (RSB) lima

    tahunan rumah sakit dan Renstra Kementrian/Lembaga.

    3) Di Dalam pelaksanaannya rumah sakit terlebih dahulu menyusun RKA-KL,

    setelah disetujui baru diikuti dengan menyusun RBA defenitif. Seharusnya

    RBA rumah sakit disusun terlebih dahulu berdasarkan RBA unit-unit yang telah

    dibahas dalam rapat direksi dan struktural, baru diikuti dengan penyusunan

    RKA.

    4) Target kinerja di dalam RBA yang meliputi sasaran, strategi, kebijakan program

    kerja dan kegiatan disusun secara global, tidak per unit kerja yang terdiri atas

    unit pelayanan, unit keuangan, unit organisasi dan sumber daya manusia, dan

    unit sarana dan prasarana, serta belum dilengkapi dengan waktu

    pelaksanaannya.

    5) RBA yang disusun belum didasarkan kepada analisis dan perkiraan biaya per

    output dan agregat, serta belum dilengkapi dengan rencana pendapatan dan

    biaya operasional per unit kerja.

    6) Format penyusunan RBA sering mengalami revisi, yang menyulitkan rumah

    sakit didalam melakukan penyesuaian-penyesuaian.

    5.4 Analisis Implementasi Standar Pelayanan Minimal (SPM)Berdasarkan analisis yang penulis lakukan atas implementasi SPM yang disusun

    oleh Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi menunjukkan:

    1) SPM yang disusun lebih difokuskan pada SPM penanganan stroke, padahal

    rumah sakit ini juga melayani pasien non stroke (umum).

  • 7/21/2019 Blu Rs Bukittinggi

    15/25

    15

    2) Belum adanya monitoring dan evaluasi atas implementasi SPM dan

    pencapaiannya, baik oleh pihak internal rumah sakit maupun oleh pihak

    eksternal.

    5.5 Analisis Implementasi Laporan Keuangan Pokok

    Sistem Akuntansi dan laporan keuangan BLU diselenggarakan sesuai dengan

    Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi.

    Apabila tidak terdapat standar akuntansi maka BLU dapat menerapkan standar

    akuntansi industri yang spesifik setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan.

    Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan BLU diatur di dalam Peraturan Menteri

    Keuangan Nomor : 76/PMK.05/2008 dan Pedoman Akuntansi BLU Rumah Sakit yang

    dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan.

    Untuk pengintegrasian Laporan Keuangan BLU dengan Laporan Keuangan

    Kementrian Negara/Lembaga, BLU harus mengembangkan sub sistem akuntansi

    keuangan yang menghasilkan laporan keuangan sesuai SAP setiap semester dan tahun.

    Untuk penggabungan (konsolidasi) laporan keuangan BLU dengan laporan keuangan

    kementrian/lembaga dilakukan sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), dengan

    dilampiri laporan keuangan sesuai dengan SAK. Laporan keuangan tahunan BLUdiaudit oleh auditor eksternal. Laporan keuangan BLU meliputi laporan realisasi

    anggaran/laporan operasional (laporan aktivitas), neraca, laporan arus kas, dan catatan

    atas laporan keuangan serta laporan kinerja. Laporan keuangan Rumah Sakit Stroke

    Nasional Bukittinggi telah diaudit setiap tahunnya oleh auditor independen dan sejak

    menjadi BLU dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 memperoleh opini Wajar

    Tanpa Pengecualian.

    Analisis atas laporan keuangan yang disusun oleh Rumah Sakit Stroke Nasional

    Bukittinggi telah sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan dan Pedoman Akuntansi

    BLU Rumah Sakit. Namun masih terdapat beberapa hal yang menjadi

    keterbatasan/kendala dalam penyusunan laporan keuangan tersebut, yaitu:

    1) BLU diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan dengan SAK yang accrual

    basis dan SAP yang cash basis untuk kepentingan konsolidasi, dimana

    keduanya mempunyai sistem akuntansi dan perkiraan yang berbeda yang

    menyulitkan rumah sakit dalam melakukan penyesuaian-penyesuaian untuk

  • 7/21/2019 Blu Rs Bukittinggi

    16/25

    16

    konsolidasi dengan laporan keuangan dengan Kementrian/Lembaga, sehingga

    konsolidasi hanya baru bisa dilakukan atas perkiraan neraca, sedangkan untuk

    laporan aktivitas (pendapatan dan biaya) belum dilakukan konsolidasi.

    2) Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi belum mengembangkan Sistem

    Akuntansi Biaya untuk menghasilkan informasi tentang harga pokok produksi,

    biaya satuan (unit cost) per unit layanan, dan evaluasi varians, yang sangat

    penting bagi perencanaan dan pengendalian, pengambilan keputusan,

    perhitungan tarif layanan dan remunerasi.

    3) Reviu atas laporan keuangan yang dilakukan oleh Satuan Pemeriksaan Intern

    (SPI) masih belum optimal karena SPI belum sepenuhnya didukung oleh SDMyang memenuhi kualifikasi kompetensi untuk melakukan reviu atas laporan

    keuangan.

    5.6 Analisis Kinerja Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

    Secara keseluruhan skor nilai kinerja yang diperoleh Rumah Sakit Stroke

    Nasional Bukittinggi adalah sebagai berikut:

    No Indikator Kinerja Sebelum

    BLU

    Setelah BLU

    1 Keuangan 18,50 18,00 18,30 18,90

    2 Operasional 24,00 26,40 29,30 29,55

    3 Peningkatan Mutu Layanan dan

    Manfaat bagi Masyarakat

    31,75 31,50 31,50 30,75

    Jumlah 74,25 75,90 79,10 79,20

    Dari tabel diatas terlihat bahwa setelah menjadi BLU terjadi kenaikan nilai kinerja yang

    diperoleh pada tahun tahun pertama sebesar 1,65 poin, tahun kedua 3,20 poin dan tahun

    ketiga 0,10 poin. Walaupun belum terjadi kenaikan yang cukup signifikan, rumah sakit

    tetap berada pada tingkat kesehatan SEHAT dengan nilai A.

    Implementasi PPK-BLU pada Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi baru

    berjalan hampir 3 tahun, menjadi BLU Bertahap pada bulan Juli 2008 dan BLU Penuh

    bulan Juli 2009. Status BLU rumah sakit telah diperoleh tanpa didahului oleh kesiapan

    semua pihak rumah sakit dalam melakukan berbagai perubahan sesuai dengan tujuan

    pemerintah menjadikan rumah sakit sebagai BLU, sehingga perubahan-perubahan dan

    penyesuaian yang perlu dilakukan berjalan lambat dan bertahap. Perbaikan atas sistem

  • 7/21/2019 Blu Rs Bukittinggi

    17/25

    17

    pengumpulan data kinerja perlu dilakukan, terutama untuk menghasilkan nilai kinerja

    yang akurat dan dapat dihandalkan bagi pengambilan keputusan.

    Peningkatan nilai kinerja keuangan, pelayanan, mutu pelayanan dan manfaat

    kepada masyarakat tidak dapat berjalan dengan sendirinya, karena sangat terkait dengan

    aspek-aspek lainnya seperti adanya peningkatan transparansi dan akuntabilitas,

    pelaksanaan tata kelola yang berjalan baik, peningkatan kualitas sumber daya manusia,

    penempatan pegawai sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan, pengelolaan sumber

    daya yang baik dan tertib serta keandalan sumber data kinerja. Selanjutnya sangat

    diperlukan dukungan manajemen yang profesional, yang mempunyai komitmen untuk

    senantiasa fokus pada perbaikan kinerja.Walaupun belum terlihat perubahan yang berarti pada nilai-nilai indikator

    kinerja rumah sakit, PPK-BLU telah memberikan manfaat bagi kelancaran pemberian

    layanan kepada pasien, antara lain:

    1). PPK-BLU memberikan fleksibilitas penggunaan dana, dimana rumah sakit dapat

    menggunakan dana yang diperoleh dari operasionalnya tanpa harus disetor dulu

    ke kas negara dan melalui prosedur birokrasi pencairan yang panjang dan

    memakan waktu cukup lama, yang pada akhirnya menggangu operasional rumah

    sakit karena kehabisan dana.

    2). PPK-BLU mempermudah proses pengadaan barang dan jasa, terutama obat-

    obatan dan bahan habis pakai yang secara rutin harus tersedia dengan cepat

    karena rumah sakit dapat melakukan pembelian secara langsung ke distributor,

    sehingga bisa mendapatkan harga yang lebih murah serta adanya diskon secara

    resmi di faktur (discount on factur) menyebabkan harga jual obat yang

    dibebankan kepada pasien menjadi lebih murah.

    3). PPK-BLU memberikan fleksibilitas rumah sakit untuk melakukan kerjasama

    dalam bentuk KSO (kerja sama operasi) atau MOU dengan pihak ketiga.

    Dengan KSO/MOU proses mendapatkan alat menjadi lebih mudah, tidak

    membutuhkan birokrasi yang panjang dan apabila terjadi kerusakan/gangguan

    pada alat yang di-KSO kan pihak perusahaan akan segera

    memperbaiki/menggantinya sehingga tidak menganggu kelancaran pelayanan

    kepada pasien.

  • 7/21/2019 Blu Rs Bukittinggi

    18/25

    18

    5.7 Kendala dalam Implementasi PPK-BLU

    Ada beberapa hal yang menjadi kendala sehingga implementasi PPK-BLU pada

    Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi belum memberikan hasil yang optimal bagi

    perbaikan dan peningkatan kinerja rumah sakit, yaitu:

    1. Aspek Peraturan Perundang-Undangan

    Peraturan yang terkait dengan pengelolaan BLU Rumah Sakit belum semuanya

    didukung dengan peraturan pelaksanaannya, seperti untuk pelaksanaan

    pengadaan barang dan jasa, investasi dan remunerasi, sehingga pihak rumah

    sakit masih ragu untuk menjalankan fleksibilitas yang sudah dimilikinya.

    2. Aspek Sistem Pengendalian Internal1). Belum adanya komitmen dari jajaran manajemen dan pelaksana untuk

    melaksanakan PPK-BLU dengan menjunjung tinggi nilai integritas dan

    nilai etika serta menerapkan pola manajemen enterpreneur.

    2). Sistem pengumpulan data kinerja belum berjalan dengan baik.

    3). Sosialisasi mengenai PPK-BLU belum dilakukan menyeluruh

    4). Kebijakan pengelolaan sumber daya manusia belum berjalan efisien.

    3. Sistem Manajemen Pelayanan Kesehatan belum terpadu

    4. Evaluasi atas implementasi PPK-BLU oleh instansi pengelola teknis dan instansi

    pengelola keuangan belum berjalan optimal.

    5. Keterbatasan Sumber Daya dan Birokrasi Pemerintahan

    6. Belum berjalannya sistem informasi manajemen yang terintegrasi, dalam rangka

    menghasilkan berbagai informasi yang diperlukan bagi kegiatan pengendalian,

    pengawasan, dan pengambilan keputusan.

    6. Kesimpulan

    1. Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi telah menyusun dan

    mengimplementasikan semua persyaratan administratif PPK-BLU yang meliputi

    Pola Tata Kelola, Rencana Strategis Bisnis, Rencana Bisnis Anggaran, Standar

    Pelayanan Minimal, dan Laporan Keuangan. Implementasi pola tata kelola

    diwujudkan dalam bentuk organisasi dan tata laksana, akuntabilitas, serta

    transparansi.

  • 7/21/2019 Blu Rs Bukittinggi

    19/25

    19

    2. Untuk memenuhi persyaratan BLU, Rumah sakit Stroke Nasional Bukittinggi

    telah melakukan penilaian kinerja atas tiga aspek, yaitu keuangan, operasional,

    dan peningkatan mutu layanan dan manfaat bagi masyarakat, dengan

    memperoleh nilai kinerja A dengan skor 79,20, dengan tingkat kesehatan

    SEHAT.

    3. Implementasi PPK-BLU telah memberikan peningkatan nilai kinerja,

    peningkatan pertumbuhan pendapatan, dan peningkatan kemandirian rumah

    sakit, serta memberikan manfaat langsung dalam mempermudah proses

    pengadaan obat-obatan, bahan habis pakai, dan peralatan dalam rangka

    peningkatan layanan kesehatan kepada masyarakat.4. Rumah sakit Stroke Nasional Bukittinggi masih menghadapi kendala dalam

    implementasi PPK-BLU diantaranya aturan pelaksanaan untuk beberapa

    kegiatan yang belum ada, kelemahan sistem pengendalian internal, sistem

    manajemen pelayanan kesehatan yang belum terpadu, belum dilakukannya

    evaluasi secara berkala oleh instansi pengelola teknis dan keuangan, dan

    keterbatasan sumber daya yang dimiliki rumah sakit serta birokrasi

    pemerintahan.

    5. Konsep PPK-BLU yang baik untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas

    pelayanan publik memerlukan pengawasan dan pengendalian dalam

    implementasinya, dimulai dari proses perencanaan sampai pelaksanaannya, agar

    tidak terjadi penyimpangan dengan memanfaatkan berbagai fleksibilitas yang

    diberikan oleh pemerintah kepada rumah sakit sebagai BLU.

    7. Saran

    1. Menyempurnakan organisasi dan tata laksana yang mendukung pencapaian

    strategi dan pengembangan budaya enterpreneur.

    2. Mengintegrasikan sistem informasi manajemen dari semua unit-unit organisasi

    yang ada.

    3. Melakukan revisi dan evaluasi secara berkala atas RSB, RBA, dan SPM.

    4. Mengembangkan sistem akuntansi biaya dalam rangka perencanaan dan

    pengendalian, pengambilan keputusan, perhitungan tarif layanan dan remunerasi

    yang tepat.

  • 7/21/2019 Blu Rs Bukittinggi

    20/25

    20

    5. Departemen Kesehatan dan Departemen Keuangan agar secara berkala

    melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap implementasi PPK-BLU.

    6. Departemen Kesehatan agar menciptakan sistem manajemen pelayanan yang

    terpadu untuk mendukung implementasi PPK-BLU.

  • 7/21/2019 Blu Rs Bukittinggi

    21/25

    21

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdul, Ahmad Hag, 2009, Ensiklopedia Perbendaharaan Badan Layanan Umum,Diakses 21 Juli 2010 Jam 8.50 PM < http://www.ensiklopedia

    .multiply.com/journal/BLU.

    Aditama, Tjandra Yoga, 2007, Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Edisi Kedua,

    Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

    Ahmad, Hardiyansyah, 2009, Pelaksanaan Prinsip-Prinsip good Governance dan

    Reinventing Government, Diakses 19 Januari 2011 Jam 12.00, http://tommywiranto.blogspot.com.