buku diktat tropmed
DESCRIPTION
TropmedmTRANSCRIPT
PENDAHULUAN RESEPMenurut SK Menkes No.992/men/kes/per/X/1993, Resep adalah permintaan tertulis dari dokter kepada apoteker/farmasis pengelola apotek untuk memberikan obat jadi atau meracik obat dalam bentuk tertentu sesuai dengan keahliannya, takaran dan jumlah obat sesuai dengan yang diminta, kemudian menyerahkannya kepada yang berhak/pasien. Lembaran resep umumnya berbentuk empat persegi panjang, ukuran ideal lebar 10-12 cm dan panjang 15-20 cm. Dalam arti yang luas, resep merupakan perwujudan akhir (implementasi) dari kompetensi pengetahuan keahlian kedokteran dalam menerapkan pengetahuaanya di bidang farmakologi dan terapi.
Latar Belakang Penulisan Resep
Demi keamanan penggunaan, obat dibagi dalam beberapa golongan. Secara garis besar dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu obat bebas (OTC : Other the counter) dan Ethical (obat keras, psikotropika, dan narkotika), harus dilayani dengan resep dokter. Jadi sebagian obat tidak bisa diserahkan langsung kepada pasien atau masyarakat, tetapi harus melalui resep dokter (on medical presception only). Dalam system distribusi obat nasional peran dokter sebagai medical care dan alat kesehatan ikut mengawasi penggunaan obat oleh masyarakat, apotik sebagai organ distributor terdepan berhadapan langsung dengan masyarakat atau pasien dan apoteker berperan sebagai pharmaceutical care dan informan obat serta melakukan pekerjaan kefarmasiaan di apotek.Tujuan Penulisan Resep
1. Memudahkan dokter dalam pelayanan kesehatan di bidang farmasi/obat
2. Meminimalkan kesalahan dalam pemberian obat
3. Terjadi control silang (cross check) dalam pelayanan kesehatan di bidang farmasi/obat
4. Instalasi farmasi/apotek waktu bukanya lebih panjang dalam pelayanan dibandingkan praktek dokter
5. Dituntut peran dan tanggung jawab dokter dalam pengawasan distribusi obat kepada masyarakat
6. Pemberian obat lebih rasional dibandingkan dispensing
7. Pelayanan lebih berorientasi kepada pasien (patient oriented) dan menghindari material orientedPengertian Penulisan Resep
Penulisan resep artinya mengaplikasikan pengetahuan memberikan obat kepada pasien melalui kertas resep sesuai dengan kebutuhan, sekaligus permintaan secara tertulis kepada apoteker di apotek agar obat diberikan sesuai permintaan. Pihak apotek berkewajiban melayani secara tepat, memberi informasi terutama yang menyangkut dengan penggunaan dan mengkoreksinta supaya tidak terjadi kesalahan dalam pemakaian obat. Diharapkan pemberian sediaan lebih aman dan rasional. Yang berhak menulis resep adalah : 1) Dokter (dokter umum dan spesialis); 2) Dokter gigi, terbatas pada pengobatan gigi dan mulut; 3) Dokter hewan, terbatas pengobatan untuk hewan.
Kode Etik Penulisan ResepKarena menyangkut sebagian dari rahasia jabatan kedokteran dan kefarmasian, oleh karena itu tidak boleh diberikan atau diperlihatkan kepada yang tidak berhak. Resep rahasia dokter dengan apoteker mengenai penyakit penderita, khusus beberapa penyakit, dimana penderita tidak ingin mengetahuinya. Untuk itu kerahasiaan dan kode etik serta tata cara penulisan resep diperlukan untuk menjaga hubungan kolegelitas yang harmonis antara profesi.
Istilah-istilah obat yang perlu diketahui
Obat sering disebut obat modern ialah suatu bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rokhaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian badan manusia.
a. Obat tradisional, ialah obat jadi atau obat berbungkus yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral dan atau sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang usaha pengobatan berdasarkan pengalaman.
b. Obat jadi, yakni obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, cairan, salep, tablet, pil, suposutoria atau bentuk lain yang mempunyai nama teknis sesuai dengan F.I atau buku lain.
c. Obat paten, yakni obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si pembuat atau yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya.
d. Obat baru, ialah obat yang terdiri atau berisi suatu zat baik sebagai bagian yang berkhasiat, maupun yang tak berkhasiat, misalnya, lapisan, pengisi, pelarut, bahan pembantu (vehiculum) atau komponen lain yang belum dikenal, hingga tidak diketahui khasiat dan keamanannya.
e. Obat esensial, adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat terbanyak yang meliputi diagnose, profilaksi terapi dan rehabilitasi.
f. Obat generik berlogo, adalah obat esensial yang tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan mutunya terjamin karena diproduksi sesuai dengan persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (C.P.O.B) dan diuji ulang oleh Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan.
g. Obat wajib apotek, ialah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep Dokter oleh Apoteker di apotek.
Logo Obat
1. Obat Over-The-Counter (OTC, Obat Bebas)Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli secara bebas oleh siapapun tanpa menggunakan resep dokter. Tanda atau logo pada kemasan obat bebas adalah lingkaran hijau dengan tepi hitam. Contoh obat golongan ini adalah paracetamol. Pada formularium obat di Indonesia, kelompok ini diberi kode grup B. Ingat bahwa obat bebas pun dapat mengakibatkan toksisitas atau overdosis, sehingga konsumen tetap perlu membaca instruksi pada kemasan obat sebelum mengkonsumsinya.
2. Obat Bebas TerbatasObat bebas terbatas adalah obat-obatan yang sebenarnya ditujukan untuk pemberian dengan resep dokter, tetapi obat ini masih dapat dibeli bebas tanpa resep dokter. Label obat semacam ini biasanya mengandung tanda peringatan khusus. Obat-obatan ini memiliki logo berupa lingkaran biru dengan tepi hitam. Contoh obat-obatan golongan ini adalah obat influenza, CTM. Dalam sistem formularium Indonesia, obat golongan ini ditandai sebagai grup G.
3. Obat Resep dan PsikotropikaObat resep adalah obat-obatan yang dapat dibeli hanya dengan resep dokter. Obat golongan ini tidak dapat dibeli bebas oleh karena pembatasan tertentu, misalnya dari aspek kontraindikasi, efek samping, peringatan dan perhatian, atau dosis maksimal (batas keamanan yang sempit). Contoh obat golongan ini adalah antibiotik dan asam mefenamat. Sedangkan psikotropika adalah obat-obatan alami ataupun buatan non-narkotik yang memiliki aktivitas dan selektivitas efek terhadap sistem saraf pusat, terhadap efek perilaku dan status mental. Misalnya diazepam, fenobarbital, dan beberapa anggota golongan benzodiazepin lainnya. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Dalam sistem formularium Indonesia, kedua golongan obat ini termasuk dalam grup W.
4. Obat NarkotikaObat narkotika berasal dari tumbuhan dan sumber lainnya, baik alamiah maupun buatan, dan dapat mempengaruhi kesadaran, persepsi nyeri, sensorik, dan dapat menyebabkan ketergantungan. Contohnya alprazolam, codein, morfin, dan petidin. Dalam sistem formularium Indonesia, obat ini termasuk golongan O.
Sebelum menggunakan obat, termasuk obat bebas dan bebas terbatas harus diketahui sifat dan cara pemakaiannya agar penggunaannya tepat dan aman. Informasi tersebut dapat diperbolehkan dari etiket atau brosur pada kemasan obat bebas dan bebas terbatas.Logo Obat Tradisional
1. Jamu
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Jamu biasanya dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan nenek moyang yang disusun dari 5-10 macam tanaman obat bahkan lebih.
2. Obat Herbal Berstandar
Obat Herbal Terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, hewan, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak.
3. FitofarmakaFitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan.
PENULISAN RESEPFormat Penulisan Resep
Resep terdiri dari 6 (enam) bagian
1. Inscriptio : Nama dokter, No SIP, alamat/telp/hp/kota/tempat, tanggal menulis resep. Untuk resep obat narkotika, hanya berlaku untuk satu kota satu propinsi. Sebagai identitas dokter penulis resep. Format inscription suatu resep dari rumah sakit sedikit berbeda dengan resep pada praktek pribadi.2. Invocation : Permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin R/ = RESIPE artinya ambilah atau berikanlah, sebagai kata pembuka komunikasi apoteker di apotek3. Prescription/Ordonantio : yaitu nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan yang diinginkan.
4. Signatura, yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan interval waktu pemberian harus jelas, untuk keamanan pengguanaan obat dan keberhasilan terapi.
5. Subscription, yaitu tanda tangan/paraf penulis resep berguna sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut.
6. Pro (peruntukan), dicantumkan nama dan umur pasien, teristimewa untuk obat narkotika juga harus dicantumkan alamat pasien (untuk laporan ke Dinkes setempat).
Contoh Resep :
Inscriptio
Invocation
Prescription
Signatura
Subscription ProPola Penulisan Resep
Penulisan resep sebaiknya mengindahkan urutan sebagai berikut :
1. Remedium Cardinal
Obat untuk terapi utama seperti antibiotik, antihipertensi, antiviral, antikonvulsan, dan lainnya2. Remedium adjuvant
Obat simptomatik : analgetika, antipiretika, antiinflamasi
Kombinasi untuk mengatasi resistensi obat Obat untuk mengatasi efek samping obat3. Roborantia
Obat untuk memacu metabolisme (vitamin, enzim pencernaan)
Suplemen (mineral, trace mineral, dan as. amino esensial)
Tonikum
Stimulansia
Formula Resep
Preskripsi dokter dapat menggunakan 3 macam formula resep :
1. Formula Officinalis2. Formula Magistralis
3. Formula Specialistis
1. Formula Standar (Officinalis)
Nama obat yang ditulis merupakan nama generik, tersedia sebagai sediaan generik berlogo
Penulisan resep cukup sederhana dan cepat
Harga obat relatif murah
Perlu dipahami macam sediaan generik yang ada, karena masih terbatas sediaannya di pasaran.
Contoh Resep :
R/ Caps. Amoxycillin 250mg No.XX
S.t.d.d.caps IKet: dengan resep diatas, dokter menggunakan formula standar yang tersedia dalam sediaan (jadi) generic berlogo. Amoxycillin tersedia dalam bentuk sediaan : Kapsul 250mg
Kabtab 500mg
Serbuk injeksi 1gr/vial
Sirup kering 125mg/5ml (60ml)
2. Formula Magistralis Disebut juga resep racikan
Selain menuliskan bahan obat, juga bahan tambahan (jenis bahan tambahan tergantung BSO yang dipilih)
Perlu dipahami : sifat obat, interaksi farmasetik, macam bentuk sediaan, dan macam bahan tambahan yang dapat digunakan, serta pedoman penulisan formula magistralis
Bahan obat sedapat mungkin menggunakan bahan baku. Pencampuran bahan obat > 1 perlu diperhatikan apakah ada interaksi dan apakah rasional
BSO yang dipilih : serbuk (pulveres, pulvis adsp), kapsul, larutan (solution dan infusa), suspense, unguenta, pasta, dan cream Penentuan bahan tambahan (corigen saporis, odoris, coloris, dan constituen/vehiculum
Susunan unsur inscription ditulis dengan urutan :
R/ Remedium cardinal
Remedium adjuvant/corrective
Remedium corrigensia (saporis, odoris, coloris)
Remedium constituen (vehiculum)
Contoh Resep:
R/ Paracetamol mg 120
Sach.lactis qs
m.f.l.a pulv No.X
S.p.r.n.t.d.d.pulv I
Ket : ambillah paracetamol 120 mg, sach lact secukupnya, campur dan buatlah menurut aturan puyer sebanyak 10 bungkus
3. Formula Specialistis
Nama obat yang ditulis merupakan nama paten dari pabrik obat yang memproduksi sediaan obat tersebut.
Kadang-kadang pabrik obat memproduksi obat paten dengan berbagai bentuk sediaan, kekuatan, dan dalam kombinasi obat
Apabila penulisan formula ini kurang jelas atau tidak lengkap dapat mengakibatkan kesalahan dalam pelayanan di apotek
Contoh resep :
R/ Capl.Kalmoxillin 500mg No.XX
S.3.d.d.capl.I
Ket : Kalmoxillin merupakan nama obat paten yang berisi amoxicillin trihidrat dan tersedia dalam bentuk sediaan :
Kapsul 250mg
Kaplet 500mg
Suspensi kering 125mg/5ml ; 250 mg/5ml dengan kemasan volume 60ml
Injeksi 1gr/vial
Hal Resep
i. Resep Dokter hewan hanya ditunjukan untuk penggunaan pada hewan.ii. Resep yang mengandung narkotika harus ditulis tersendiri yaitu tidak boleh ada iterasi (ulangan); ditulis nama pasien tidak boleh m.i = mihipsi = untuk dipakai sendiri; alamat pasien dan aturan pakai (signa) yang jelas, tidak boleh ditulis sudah tahu pakainya (usus cognitus).iii. Untuk penderita yang segera memerlukan obatnya, dokter menulis di bagian kanan atas resep: Cito, Statim, Urgent = segera, P.I.M = periculum in mora = berbahaya bila ditunda. Resep ini harus dilayani dulu.
iv. Bila dokter tidak ingin resepnya yang mengandung obat keras tanpa sepengetahuannya diulang, dokter akan menulis tanda N.I = Ne iteretur = tidak boleh diulang. Jadi resep yang tidak boleh diulang ialah resep yang mengandung obat narkotik atau obat lain yang ditetapkan oleh Menkes c.q. Dirjen. POM. Harus dengan resep baru.
v. Copie Resep ialah salinan tertulis dari suatu resep (Istilah lain dari kopi resep ialah apograph, Exemplum atau Afschrift). Salinan resep selain memuat semua keterangan yang termuat dalam resep asli harus memuat pula: a) Nama dan alamat apotik; b) Nama dan nomor S.I.K. Apoteker pengelola apotik; c) Tanda tangan atau paraf Apoteker pengelola apotik; d) Tanda det = detur untuk obat yang sudah diserahkan, atau tanda ne det. = ne detur untuk obat yang belum diserahkan; e) Nomor resep dan tanggal pembuatan.BENTUK SEDIAAN OBAT Bentuk sediaan obat (BSO) terdiri dari berbagai jenis bahan obat dan bentuk sesuai dengan rute pemberian. Sediaan tersebut dapat dibagi dalam beberapa bentuk, sebagai berikut : A. SEDIAAN CAIR PER ORAL
1. Solutiones (larutan)
a. Potio
Potio effervescent
Potio nigra dan alba
b. Liquid
Linctus
Liquid
2. Sirupus
a. Sirup cair
b. Sirup kering (dry syrup)
3. Suspensi
a. Suspensi cair
b. Suspensi kering
4. Emulsi
a. Emulsi tipe O/W
b. Emulsi tipe W/O
5. Guttae (drops = tetes)
B. SEDIAAN PADAT PER-ORAL (obat dalam)
1. Pillulae (pil)
2. Tablet
a. Tablet kempa (compressi)
b. Tablet Kunyah (chewable table)
c. Tablet Salut (coated tablet)
Tab. Salut gula
Tab. Salut filem
Tab. Salut enteric
3. Pulveres (serbuk terbagi-bagi)
4. Pulvis
5. Kapsul
a. Hard capsule
b. Soft capsule C. SEDIAAN PADA MUKOSA TUBUHSediaan yang digunakan pada mukosa tubuh yaitu pada :
1. Mata
a. Guttae optalmica (tetes mata)
b. Occulenta ( salep mata)
c. Coolyrium (cuci / kompres mata)
2. Telinga
a. Guttae auricularis (tetes telinga)
b. Pulvis auric (bedak telinga)
c. Suppositoria auricularis
3. Hidung
a. Guttae nasal (tetes hidung)
b. Nasal spray (semptot hidung)
c. Nasal inhalase (nebula)
4. Mulut dan tenggorokan
a. Collutorium (solusio = kumur mulut )
b. Gargarisme (gargle =kumur mulut dan tenggorok)
c. Trochesci (lozenges = tablet hisap)
d. Tablet bukal/sublingual
5. Liang tubuh
a. Intra-rektum
Suppositoria
Cream
Enema / clisma (pompa)
b. Intra-vagina
Ovulae
Tablet
Solusio
c. Intra-uretra
Basila
Solusio
D. SEDIAAN OBAT TOPIKAL1. Padat (solid)
a. Pulvis
b. Kristal 2. Semisolid (lunak = setengah padat)
a. Pasta
b. Unguenta (ointment = salep)
c. Linimenta
d. Cream
e. Gelatins (jelly)
3. Plester (transdermal)
A. Bentuk Sediaan Obat CAIR
Takaran Pemakaian
Takaran pemakaian untuk sediaan cair per-oral dilampirkan dengan kemasan dari pabrik dengan berbagai jenis alat, seperti :
Menggunakan sendok dan gelas
a. Sendok teh ( cochlear theae, Cth = 5ml )
b. Sendok bubur ( cochlear pultis, C.p = 8ml )
c. Sendok makan ( cochlear, C = 15ml )
d. Cangkir dengan kalibrasi 5ml, 10ml, 15ml, dan 30ml.
Dengan mengguanakan penetes / pipet .
Sediaan mengguanakan penetes disebut guttae. Penetes berperan dalam penentukan dosis satu kali pakai pada guttae per-oral. Secara umum, penetes menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan oleh penetes baku, yaitu 1ml = 20 tetes (1mg), untuk cairan dengan BJ = 1. 1. SOLUTIONES ( SOLUSIO = LARUTAN )
Larutan adalah terdispersinya zat ( solvendum ) secara molekular dalam pelarut (solvens) yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.
Solusio adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat aktif terlarut. Pelarut yang umum di gunakan adalah air suling. Selain itu ada juga pelarut lain yang dipakai dalam solusio, yaitu etanol, eter, kloroform, parafin cair, propilen glikol, etilen glikol, gliserol, dan lain-lain. Solusio dibagi jadi dua, yaitu obat dalam ( per-oral ), dan solusio obat luar. Komposisi
a. Kebaikan
Mudah di berikan kepada pasien, terutama bayi dan anak.
Keseragaman dosis lebih terjamin.
Korigensia dapat mempermudah penerimaan oleh pasien.
b. Keburukan
Beberapa zat rasanya pahit dan berbau tidak enak, yang tidak dapat ditutupi sepenuhnya oleh korigensia.
Sediaan solusio kurang stabil, jika dibandingkan dengan sediaan padat.
Dalam pengguanaannya memerlukan wadah dan alat bantu, sehingga harganya lebih mahal. Kelarutan
Kelarutan zat kimia adalah kelarutan pada suhu 20C, kecuali dinyatakan bahwa 1 bagian bobot zat padat atau satu bagian volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu. Pernyataan kelarutan yang tidak disertai angka adalah kelarutan pada suhu kamar. Pernyataan 1gr zat padat = 1ml zat cair dalam sejumlah mil pelarut. Jika kelarutan suatu zat tidak diketahui dengan pasti, kelarutan dapat ditunjukkan dengan istilah sebagai berikut : Kelarutan dalam istilah kimia dan fisika
Kelarutan dalam istilah kimia dan fisika yaitu larutan dapat dipersiapkan dengan campuran apa saja dari 3 macam keadaan zat, yaitu :
a. Larutan dalam cairan pembawa ( b/v )
Contoh : - NaCl (garam dapur) dalam air (pelarut)
- Gula dalam air
b. Larutan cairan dalam cairan.
Contoh : - larutan dalam alkohol
- larutan HCl (asam khlorida ) dalam air
- larutan CH3COOH (asam asetat=asam cuka) dalam airc. Larutan gas dalam cairan
Contoh : - Potio Effervescens
- larutan Supradyn tab. Eff (HCO3) dalam air
Konsentrasi zat dalam larutan / pembawa
a. % b/b = jumlah gram zat dalam 100 gr pembawa.
b. % b/v = jumlah zat dalam 100ml cairan pembawa.
c. % v/v = jumlah ml zat dalam 100ml larutan pembawa
d. v/b = jumlah ml zata dalam 100 gram pembawa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
a. Sifat fisika kimia zat pelarut
b. Jenis, sifat pelarut, dan jumlah
c. Suhu
Pembagian pelarut
Berdasarkan sifat kimianya pelarut dibagi menjadi dua yaitu :
a. Pelarut polar.
Pelarut polar ialah pelarut yang mempunyai momen dipol dengan dua kutub permanen yang saling tarik menarik diantara muatan yang berbeda. Senyawa polar memiliki sifat ionik pada larutannya yang mendorong terjadinya pemisahan dari ion bermuatan listrik dari zat terlarut ke dalamnya. Sehingga pelarut ini dapat bercampur dengan air.
Contoh : air, alkohol (metanol, etanol, propilen, glikol)
b. Pelarut non polar
Pelarut non polar ialah pelarut yang tidak mempunyai momen dipol dan tidak bersifat ionik, sehingga tidak dapat bercampur.
Contoh : benzene, chloroform, eter, tetrachlor methane. Jenis-jenis air yang dipakai sebagai pembawa/ pelarut adalah :
Aqua communis ( air biasa ) yaitu air ledeng
Aqua destilata yaitu air ledeng yang disuling.
Aqua bidestilata yaitu air suling yang disuling kembali.
Aqua demineralisata yaitu air bebas mineral.
Contoh obat :
Enkasari 120 ml (sebagai obat sariawan)
Betadin (antibiotik)
2. LIQUIDIUM
a. Elixir
Elixir adalah sediaan berupa larutan hidroalkohol yang jernih dalam aquades, memiliki rasa bau yang sedap, mengandung zat tambahan berupa korigensia, saporis, koloris, dan edoris.
Komposisi terdiri dari :
Bahan berkhasiat (antipiretik-analgetik, deuretika, dan vitamin
Pelarut campur utama : etanol 90%, polihidroalkohol, dan aquadest.
Korigensia Kebaikan dan keburukan :
Mempunyai bau dan rasa yang sedap sehingga mudah diberikan, terutam untuk bayi dan anak-anak.
Etanol mudah menguap, sehingga bila kemasan tidak ditutup rapat maka akan terjadi pengaburan.
Contoh :
Penadol elixir
Parasetamol elixir
Batugin elixir
b. Linctus
Linctus adalah sediaal per-oral, berupa larutan kental seperti sirup. Sediaan linctus diminum sedikit demi sedikit tanpa menambahkan air.
Komposisinya terdiri dari :
Bahan berkhasiat
Pelarut dan pengental
Korigensia saporis dan odoris
Contohnya:
Paracon linctus ( sediaan kental manis )
Paracon drops
c. Sirupus
Sirup adalah larutan pekat gula yang didalamnya ditambahkan obat atau zat pewangi, merupakan larutan jernih dengan rasa manis. Sirup dapat ditambahkan dengan gliserol, sorbitol atau polialkohol lainnya dengan jumlah terbatas dengan maksud menghalangi terjadinya penghabluran sakarosa dan meningkatkan kelarutan obat. Macam-macam sirup adalah sebagai berikut :
1. Sirup simpleks adalah larutan gula yang dibuat dengan melarutkan 65% gula dalam larutan metyl parabenum 0,25% b/v secukupnya diperoleh 100 sirup.
2. Sirup obata adalah sirup yang mengandung 1 jenis obat dengan atau tanpa tambahan zat lain.
3. Sirup wangi adalah sirup yang mengandung pewangi dan tidak mengandung obat, di gunakan untuk minuman.
Fungsi sirup dalam sediaan adalah :
Menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari obat (corigensia)
Sebagai suspending agent bagi bahan yang sukar larut.
Sebagai pengawet ( coservens ). Persyaratan sirup adalah :
Harus jernih
Berat jenis adalah 1,29 1,32.
Mengandung pengawet.
Harus disimpan ditempat yang sejuk.
Sifat syrup :
Homogen
Lebih kental, manis, dan enak sehingga cocok untuk anak-anak.
3 . SUSPENSI (Suspension)
Suspensi adalah sediaan air yang mengandung partikel obat padat halus terdispersi secara merata dengan bantuan suspending agent dalam cairan pembawa. Suspensi disebut juga mistura agitanda artinya kocok terlebih dahulu. Suspending agent berguna untuk meningkatkan viskositas cairan agar zat yang terdispersi tidak mengendap. Sediaan suspensi umumnya di gunakan sebagai obat dalam.
Komposisi :
Zat aktif obat
Suspending agen
Corigensia ( saporis, odoris, koloris )
Suspending agent (S.A)
S.A merupakan bahan hidro-alkaloid yang mempunyai afinitas terhadap air sehingga mudah tercampur dan mengembang. Suspending agent berfungsi sebagai zat pembantu yang dapat menstabilkan sediaan secara kimia-fisika agar dengan pengocokan sederhana saja bahan berkhasiat terdispersi secara merata dan tidak mudah mengendap. Jenis-jenis S.A adalah sebagai berikut :
- Alam
golongan polisakarida : pulvis gummi arabicum, dan gelatin.
Sintesis
Golongan derivat cellulosa : methylcellulosa
Kebaikan :
Bentuk sediaan lebih mudah ditelan.
Mudah diberikan kepada bayi dan anak-anak serta dosisnya mudah diatur.
Rasa dan bau tidak enak dapat ditutupi dengan korigensia.
Keburukan :
Pada beberapa zat aktif, rasa dan baunya sulit di atasi dengan korigensia.
Beberapa zat aktif tidak stabil dalam bentuk sediaan cair sehingga akan rusak, tidak dapat disimpan lebih lama.
Terjadi reaksi pengumpulan dalam penyimpanan yang agak lama.
Contoh obat :
Sanmag 120 ml (sebagai obat dyspepsia) Bactricid ( sebagai antibiotik )
4. Sirup kering dan Suspensi kering (Dry syrup / suspensi )
Sirup dan suspensi kering adalah sediaan obat yang berupa serbuk atau granula yang terdiri dari bahan obat pemanis, perasa, stabilisator, dan bahan lainnya, kecualai pelarut. Apabila digunakan ditambah pelarut (air).
Komposisi :
Bahan berkhasiat, antibiotika, agen mukolitik.
Korigensia ( koloris, soporis, dan odoris)
Pembawa / pelarut ( aquades )
Kebaikan :
Sediaan lebih stabil secara kimiawi dalam penyimpanan.
Mudah di buat ke dalam bentuk sirup atau suspensi cair.
Keburukan :
Setelah menjadi sirup atau suspensi cair waktu penggunaan terbatas yaitu 7-10 hari. Jika waktu pemakaian lama potensi obat menurun atau hilang.
Harga lebih mahal.
Contoh obat :
Improvox 0,5 gr ( sebagai antimikroba)
Cespan 30 ml (sbg antibiotik : infeksi saluran kemih, otitis media, fharingitis)
5. EMULSI
Emulsi adalah suatu zat dispersi dimana terdiri dari partikel-partikel kecil zat cair yang terdispersi ke seluruh pembawa yang pada mulanya tidak tercampur jadi tercampur stabil dengan bantuan emulgator.
Emulsi terdiri dari 3 fase :
a. Fase I, zat terdispersi (fase dalam)b. Fase II, zat pendispersi (fase luar) c. Fase III, emulgator ( fase penengah = stabilator)
Tipe emulsi :
Emulsi tipe O/W (oil water = minyak dalam air)
Sebagai obat dalam.
Emulsi tipe W/O ( water oil = air dalam minyak)
Sebagai obat luar. Pembagian emulsi :
Emulsi vera (emulsi alam )
Contoh : susu dan santan kelapa
Emulsi spuria (emulsi buatan )
Contoh : scots emulsion
Emulgator :
Terdiri dari : karbohidrat (gom arab), protein ( gelatin kuning ), alkohol, surfaktan.
Kebaikan :
Bau dan rasa yang tidak enak dapat ditutupi dengan korigensia.
Mudah di berikan kepada pasien (bayi dan anak-anak).
Zat aktif terdispersi secara merata, sehingga takaran pemakaian sama dari awal sampai akhir pemakaian.
Sediaan berbentuk cair, sehingga mudah diberikan kepada pasien. Keburukan :
Sediaan mudah rusak.
Formulasinya lebih sukar dan harga lebih mahal.
Wadah memiliki kapasitas lebih besar sehingga menimbulkan kesulitan.
Harga lebih mahal.
6. GUTTAE (Drops = tetes )
Guttae adalah sediaan cair yang berupa larutan, dimana untuk pemakaian per-oral atau luar dengan mengguanakan penetes. Menurut Farmakope Indonesia, suatu penetes pada suhu 20 C memberikan tetesan air suling yang bobotnya antara 47,5 mg 52,5 mg. Artinya 1 tetes = 50 mg, jika 20 = 1000 mg = 1 gr =1 ml. Jadi 1 ml = 20 tetes.
Kebaikan
Pemakaian mudah, praktis, dan aman terutama bagi bayi dan anak.
Pemberian dapat dicampur dengan makanan dan minuman untuk menutupi rasa yang bau dan tidak enak.
Pemberian dengan pipet lebih praktis, aman, dan dosis tepat.
Keburukan
Harga lebih mahal, karena wadah sulit dan harus disertai penetes.
Dalam peracikan sulit dilaksanakan.
Macam-macam guttae :
a. Guttae oral
Contoh : Multivitaplek 15 ml , termagon (sbg antipiretik)
b. Guttae ophtalmicum (tetes mata)
Sifat : harus steril, jernih, isotonis, dan isohidris.
Contoh : colme 8 ml (obat konjungtivitis, keratitis).
c. Guttae telinga
Sifat : bahan pembawanya sebaiknya minyak lemak, pH sebaikknya asam(5-6).
Contoh : otolin 10 ml (obat Otitis eksterna dan media).d. Guttae hidung
Sifat : pH sekitar 5,5 - 7,5, dimbahkan bahan pengawet (stabilator).
Contoh : iliadin 0,025% 10 ml ( meringankan hidung tersumbat).
7. TINGTURA
Larutan mengandung etanol atau hidroalkohol dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia. Secara tradisional tingtura berkhasiat obat mengandung 10% - 20% bahan tumbuhan.
Sifat :
Homogen dan bahan obat lebi stabil.
Kadar alkohol yang tinggi, dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Dapat terjadi perubahan fotosintesis.
Contoh : Halog 8 ml (sbg antiseptik pada dermatitis)
8. GARGARISMA
Obat yang dikumur sampai tenggorokan dan tidak boleh di telan.
Contoh : betadin 190 ml ( antiseptik ).
E. BSO PADAT
1. Pillulae
Pillulae terdiri dari 3 macam, yaitu :
a. Granul < 60 mg.
b. Pilulae 60 300 mg
c. Boli >300 mg.2. Tablet
Tablet adalah sediaan padat yang kompak, yang di buat secara kempa cetak, berbentuk pipih dengan kedua permukaan rata atau cembung dan mengandung satu atau beberapa bahan obat, dengan atau tanpa zat tambahan. Berat tablet normal antara 300 600 mg.
Zat tambahan untuk pembuatan tablet terdiri dari :
a. Zat pengisi : laktosa, sakarosa, sukrosa, kalsium.
b. Zat pengembang : pati, terigu, agar.
c. Zat pengikat : gelatin, gom arab.
d. Zat pelicin : asam stearat, lemak, parafin cair.
Sifat :
Cukup stabil dalam transportasi dan penyimpanan.
Kontaraindikasi : obat yang dapat dirusak oleh asam lambung, dan obat yang bersifat iritatif.
Tablet yang berbentuk slindris disebut kaplet.
Macam-macam tablet :
a. Tablet hisap ( lozenges )
Sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut.
Contoh : kalmycin (antibiotik).
b. Trochici
Tablet hisap yang dibuat dengan cara kempa, disimpan dalam suhu kamar 28C.
Bentuk sediaan seperti donat, rasanya manis, mudah hancur dalam mulut dan bereaksi langsung pada mukosa mulut. Fungsinya adalah untuk mencegah tersedak.
c. Tablet Sublingual / bukal
Tablet yang di gunakan dengan cara meletakkan tablet dibawah lidah sehingga zat aktif diserap langsung melalui mukosa mulut.
Sifat : daya kerja cepat, obat tidak melalui metabolism di hepar, tidak cocok untuk obat yang rasanya pahit.
Contoh : cedocard 5 mg (obat angina pectoris)
d. Tablet kunyah
Tablet yang di gunakan dengan dikunyah, rasanya enak, mudah di telan, dan tidak meninggalkan rasa pahit. Tablet ini umumnya menggunakan manitol, sarbitol, dan sukrosa sebagai zat pengikat.
Contoh : plantasid (obat gastritis )
e. Tablet effervescent
Tablet ini selain mengandung zat aktif, juga mengandung campuran asam, dan natrium bikarbonat yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbondioksida yang akan memberikan rasa segar.
Sifat : rasa manis, segar, cepat terabsorbsi, dapat mengurangi iritasi lambung, dan harga mahal.
Contoh : Rhedoxon ( untuk pertumbuhan )
f. Tablet salut
Tablet yang di salut. Tujuan dari penyalutan yaitu :
Melindungi zat aktif dari udara, kelembaban, dan cahaya.
Menutupi rasa dan bau yang tidak enak.
Membuat penampilan lebih baik.
Macam-macam tablet salut :
1. Tablet salut gula
Tablet disalut dengan gula dalam air , mengandung serbuk tidak larut, yang disuspensikan dengan gom akasia / gelatin sehingga berat tablet bertambah 30 50 %.
Contoh : Supra livron (obat antianemia)
2. Tablet salut film
Sediaan ini merupakan tablet kempa cetak yang disalut dengan bahan derivate cellulose yang tipis/transparan dan hanya menambah berat tablet 2 3%.
Contoh : Ferro gradumet (obat antianemia)
3. Tablet salut enteric
Sediaan ini disalut dengan tujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet telah melewati lambung. Digunakan untuk untuk obat yang rusak / inaktif karena cairan lambung.
Contoh : dulcolax 5 mg (obat senbelit) .
g. Tablet multilayer
Obat yang dicetak menjadi tablet kemudian ditambah granulasi diatas tablet yang dilakukan berulang-ulang.
Contoh : bodrex (obat anlgetik antipiretik)
h. Tablet forte
Tablet yang mempunyai komposisi sama dengan komponen tablet biasa tapi punya kekuatan yang berbeda.
3. KAPSUL
Sediaan berupa serbuk yang bahan aktifnya dapat berbentuk padat atau setengah padat dengan atau tanpa zat tambahan dan terbungkus cangkang yang umumnya terbuat dari gelatin.
Jenis kapsul terdiri dari :
a. Hard Capsule ( cangkang kkapsul keras )
Kapsul yang mrngguanakan cangkang yang terbuat dari gelatin dalam berbagai ukuran sesuai dengan jumlah serbuk obat yang akan di masukkan. Cangkang kapsul umumnya berbentuk tabung berujung bulat terdiri dari wadah dan tutup.
b. Soft Capsule (cangkang lunak dan kenyal)
Kapsul yang menggunakan dasar terbuat dari campuran yang terdiri dari gelatin, gliserol, dan sorbitol atau metilselulosa dalam perbandingan yang sesuai.
4. Pulvis (serbuk) dan Pulveres (serbuk terbagi-bagi).
a. Pulvis (serbuk)
Pulvis obat dalam dan obat luar adalah campuran homogeny dari dua atau lebih obat yang diserbukan. Serbuk diracik dengan cara mencampur obat satu persatu, sedikit demi sedikit.
b. Pulveres (serbuk terbagi-bagi)
Pulveres ( obat dalam ) merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang sama yang mengandung bahan yang mudah meleleh/ atsiri yang dibungkus menggunakan kertas perkamen atau kertas yang mengandung lilin kemudian dilapisi oleh alumunium oil.
Persyaratan serbuk antara lain :
Harus halus pada derajat tertentu.
Herus kering dan homogen.
C. BENTUK SEDIAAN PADA MUKOSA TUBUH
1. Pada Mukosa Mata
a. Guttae opthalmicum (tetes mata)
Sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang diberikan dengan cara meneteskan obat disekitar kelopak mata dan bola mata dengan efek lokal. Komposisi terdiri dari :
Zat berkhasiat : antibiotika, antiseptik, antihistamin, midriaticum, mioticum, adstringensia, anastesi lokal, dan anti inflamasi.
Protektan (pelindung)
Zat viskos (pengental)
Air mata tiruan
Zat tambahan :
Pendapar (pH larutan 7, 2-7, 4)
Larutan isotonik
Surfaktan
Zat pembawa/pelarut : bila tidak di nyatakan umumnya aquades, selain itu dapat digunakan pelarut non aqua (contoh : castrol oil)
Persyaratan Obat Tetes Mata :
Harus steril dan stabil
Bebas dari zarah asing
Isotoni
Isohidri
Stabil
Sterilitas dan stabilitasUntuk sterilitas dari obat tetes mata, salah satu cara adalah dengan aseptik, sedangkan stabilitas dilakukan dengan memberikan pengawet. Pengawet yang dianjurkan antara lain: Benzilkonium klorida (Zepiran) 0,013%
Benzotonium 0,01%
Klorbutanol
Fenil merkuri nitrat/asetat 0,0004%
Nipagin (metil paraben) 0,01%
Nipasol (propel paraben)
Fenil etil alkohol
Bebas zarah asing
Preparat mata tidak boleh mengandung zarah aktif, sebab dapat menyebabkan rangsangan pada kornea dan selaput, serta dapat menyababkan iritasi pada mata. IsotoniIsotoni berarti tekanan osmotik pada cairan mata sama dengan tekanan osmotik pada obat tetes mata.
BioavaibilitasBioavaibilitas adalah ketersediaan hayati obat pada mukosa mata yang sing untuk bekerja. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain : Fisiologi
Sifat fisika dan kimia obat
Formulasi
Metabolisme obat
Ikatan Protein
Kandungan Cairan Mata
Cairan mata sebagai pembasah dan pelicin, mengandung :
Protein 0,6-2% dan akan meningkat bila ada infeksi pada mata
Lisozim untuk menginaktivasi dan menguraikan zat aktif obat
Kebaikan :
Mudah diterima oleh mukosa mata dan nyaman di pakai
Tidak mengganggu penglihatan
Kekurangan :
Mudah di encerkan oleh mata
Salap Mata (Occulenta)
Salap steril untuk pengobatan mata dengan menggunakan dasar salap yang cocok, sebagai mana yang tertera dalam farmakope Indonesia.Komposisi terdiri dari :
Bahan berkhasiat
Dasar salap
Persyaratan salap mata, yaitu :
Steril
Bahan obat harus larut atau termikronisasi dalam dasar salap mata
Homogentitas baik
Tidak iritasi
Dasar salap harus memberi kemungkinan terhadap zat aktif tersebar dengan pelantara air mata
Kebaikan :
Waktu kontak zat aktif obat dengan mata bertambah dibandingkan dengan guttae
Harga lebih murah
Sediaan lebih stabil
Kekurangan :
Pandangan kabur karena pengaruh dasar salap
Kurang nyaman di mata
Contoh :
Oxitetrasiklin salap mata
Chloramphenicol salap mata
Gentamycin salap mata
Collyrium
a. Pada Mukosa Telinga
Guttae Airuculares (tetes telinga)
Dikenal juga dengan istilah otic/aural. Sediaan berupa larutan atau suspensi. Selain itu juga dapat berupa salap, supositoria dan pulvis.Komposisi zat terdiri dari :
Zat berkhasiat :
Antibiotika, antiseptika
Anti Inflamasi
Analgetika/anastesi lokal
Pembawa :
Umumnya non aqua, kecuali bila berfungsi untuk pelunak serumen telinga digunakan pelarut aqua/ pelarut campur dengan aqua, pH larutan 5,6-6,0.
Zat tambahan :
Konservat
Salep (ointment)
Pada umumnya mengandung hidrokortison, dexametason, dan antiseptik. Dapat digunakan pada mata dan telinga.
Preparat pelepas serumen telinga
Serumen merupakan campuran sekresi kelanjar keringat dan sebaceus pada saluran telinga bagian luar. Sekresi akan membentuk sedimentasi. Secara periodik sedimentasi ini harus dibersihkan dengan menggunakan pelunak serumen telinga, antara lain :
Minyak mineral encer
Minyak nabati (Oleum Olivarum)
Sol. Pehidrol 3%
Phenol liquidum
Gliserol dan Surfaktan
b. Pada Mukosa Hidung
Guttae nasales (tetes hidung)
Sediaan berbentuk larutan ataupun suspensi yang diberikan dengan jalan meneteskan ke lubang hidung. Penggunaan lokal bertujuan untuk mengatasi hidung tersumbat sebagai dekongestan.Komposisi terdiri dari :
Zat aktif (dekongestan, antibiotika, anti inflamasi)
Stabilisator, pendapar - Ph 5,6-6,5
Pengawet
Larutan isotoni
Pembawa/solvent aquadest
Kebaikan :
Pemakaian praktis
Mengatasi hidung tersumbat dan membantu mengeluarkan cairan yang berlebihan di saluran pernafasan
Kekurangan :
Bisa terjadi pembengkakan kronis bila pemakaian berlebihan
Pemakaian satu botol atau lebih dari satu orang dapat menimbulkan penularan/infeksi.
Contoh :
Guttae Nasales Ephedrine I
R/ Ephedrine HCl 0,200
Sol. Na
16
Aquadest ad
4
Md. S. Guttae nasal
Nasal Spray (Semprot hidung)
Semprot hidung dalam dua sediaan, yaitu semprot hidung konvensional dan aerosol (mengandung propelen). Alat hidung konvensional terdiri dari botol plastik yang elastis yang pada ujung diberi lubang sedemikian rupa sehingga besar partikel semprotan dapat ditentukan dan diatur. Sedangkan semprot hidung aerosol mengandung propelen (cosolvent) yang dapat mendorong sediaan obat keluar, dapat diatur dan ditentukan setiap kali semprot (terukur).Kebaikan :
Pemakaian lebih efisien dan praktis
Sebagai nasal dekongestan dan anti alergi, bekerja lebih cepat
Kekurangan :
Harga lebih mahal, kemasan dan teknologi lebih canggih
Contoh :
Liadin nasal spray (konvensional)
NTZ nasal spray (konvensional)
Afrin nasal spray (konvensional)
Flixonase nasal spray (konvensional)
Nasacort nasal spray (konvensiona)
d.Pada Mukosa Mulut dan Tenggorokan
Gargarisma (Collutarium)
Gargarisma adalah preparat untuk cuci mulut, tenggorokan dan gigi dengan maksud untuk membasmi mikroorganisme dan menghilangkan bau mulut. Gargarisma dikategorikan sebagai obat luar dan di mekanisme topical.
Komposisi terdiri dari :
Zat aktif
: Antiseptik, adstringesia, fungisida dan anastesi
Pelarut
: Aquadest
Bahan tambahan: Korigensia (saporis, odoris, kloris)
Contoh :
1. Resep standar
Obat kumur daun sirih (FMI)
R/ Folia piperis betle150
Biboras natricus20
Aqua ad
1000
m.f infusa
s.obat kumur
2. Resep obat paten (merk dagang)
R/ Betadine gargleFI. No. I
S.m et ves. Col. I
R/ Forinfec sol
S.2.d.d. garg. I
R/ Tantum verde sol. FI. No. I
s.u.c
Tablet hisap (Trochesci, lozenges)
Sediaan tablet hisap harus memiliki rasa manis dan aroma enak untuk pemakaian luar dengan efek lokal. Secara perlahan tablet akan larut di mulut dan tenggorokan, sehingga terjadi kontak zat aktif di daerah tersebut.
Komposisi terdiri dari :
Zat aktif
: antiseptik, fungisida, antitifusa, dan vitamin
Bahan dasar
: Sukrosa, gelatin
Bahan tambahan: korigensia
Kebaikan :
Kontak obat dengan mukosa mulut cukup lama sehingga kerja obat lebih efektif
Dapat membasmi mikroba di mukosa mulut dan tenggorokan sekaligus menghilangkan bau mulut
Praktis menyenangkan
Kekurangan :
Kerja obat diharapkan lokal, tetapi efek sistemik sulit dihindari
Kemungkinan salah dalam penggunaan. Tablet seharusnya dihisap tetapi ternyata langsung ditelan. Oleh karena itu signa dan juga teknik penggunaan harus jelas.
Tablet Bukal/Sublingual
Pemakaian di rongga mulut, yaitu sela diantara pipi dan gusi/ dibawah lidah. Tablet akan dihancurkan oleh saliva, zat aktif akan dilepas secara perlahan serta larut dengan bantuan saliva. Kemudian terjadi absorpsi dengan mekanisme difusi pasif.Komposisi terdiri dari :
Zat aktif : Hormon, nitrogliserin
Bahan dasar, pengisi, dan pemanis
Kebaikan :
Terhindar dari first pass effect
Angka bioavaibilitas tinggi
Kekurangan :
Kemungkinan salah dalam cara pemakaian, obat tidak didiamkan dulu dalam mulut, melainkan langsung ditelan
Rasa dan bau kurang enak
e.Pada Mukosa Rektum, Vagina, Uretra
Supositoria, Ovula, dan Basila
Supositoria, ovula, dan basila merupakan sediaan padat pada suhu kamar dan melumer pada suhu tubuh. Pemberian dengan cara mensisipkan sediaan melalui rektum, dengan tujuan lokal atau sistemik. Sedangkan melalui vagina dan uretra hanya untuk tujuan lokal saja. Supositoria tersedia dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan yaitu :
Supositoria berbentuk peluru (torpedo)
Ovula berbentuk oval yang diberikan melalui vagina
Basila berbentuk batang, yang diberikan melalui uretra
Komposisi terdiri dari :
Basis supositoria (lemak kakao, gliserinated gelatin)
Bahan berkhasiat, yaitu :
1. Adstringensia
: Zn-sulfat, garam bismut
2. Antiseptik
: Acid boric
3. Anti inflamasi
: Hidrokortison
4. Fungisida
5. Analgetika
6. Anastetika lokal
7. Emolien
Enema (clisma/pompa)
Sediaan berupa larutan atau emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan aktif yang digunakan dengan cara dipompa ke dalam rektum atau vagina. Enema digunakan sebagai obat luar dengan tujuan lokal atau sistemik.
Penggunaan pada :
Anak : digunakan pada kasus konvulsi dan konstipasi melalui rektum
Wanita dewasa : digunakan untuk membersihkan vagina
Wanita hendak melahirkan : untuk membersihkan rektum
Orang dewasa : sebagai anti rematik dan analgetika, melalui rektum
Cream, salap, emulsi, dan busa aerosol
Sediaan ini tersedia dalam tube dengan bantuan aplikator yang diberikan melalui rektum dengan tujuan untuk :
Anastesi lokal
Analgetika
Anti inflamasi
Zat protektif
Busa aerosol biasanya mengandung astrogenik dan zat kontraseptik yang digunakan melalui vagina.
Sediaan disebut basila apabila basisnya lemak dengan bobot 4 g. Basila untuk wanita lebih panjang daripada basila untuk pria dan bobotnya setengah pria.
Kebaikan :
Merupakan alternatif bila jalan lain tidak memungkinkan
Menghindari intoksikasi bila zat aktif terlalu toksik
Menghindari efek samping terhadap lambung
Terhindar dari first pass effect
Kekurangan :
Adanya feses penganggu absorbsi obat
Penggunaannya kurang nyaman
Bentuk sediaan Aerosol
Aerosol adalah sediaan yang dikemas dalam wadah cukup rapi dibawah tekanan tinggi, mengandung zat aktif yang mudah dilepas saat sistem katup ditekan. Sediaan seluruhnya dalam bentuk gas, biasanya gas yang digunakan adalah nitrogen atau udara.
Komposisi terdiri dari :
Zat berkhasiat
Pelarut ( solvent and co-solvent)
Propelan (propellent)
Wadah dengan katup dan sistem penyemprotan
Macam-macam aerosol yaitu :
Aerosol oral atau inhaler
Aerosol nasal
Aerosol topical
Aerosol kosmetikan
Kebaikan :
Pemakaian praktis
Sediaan yang keluar sifatnya sama
Dosis aktif setiap kali semprotan telah terukur
Kekurangan :
Tekanan cepat turun
Memerlukan ruangan atas (headspace)
Harga lebih mahal
Catatan :
Yang harus diperhatikan dari sediaan aerosol antara lain :
Jauhkan dari panas atau api karena sediaan mudah meledak
Pasien harus tahu betul teknik penggunaan
Efek sistemik, langsung disemprotkan ke bronkus
Contoh :
Alupent aerosol
Bricasma aerosol
Flixonase Nasal Inh.
Berotec 100 mcg dan 200 mcg inh
Inflamide 100 mcg & 200 mcg aerosol
Meptin air
BENTUK SEDIAAN OBAT TOPIKALKelompok Sediaan Obat Topikal
Bentuk sediaan obat topikal secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Semi solid
2. Cairan
3. Padat
Unguenta
Solution
Pulvis (powder) terdiri dari :
Pasta
Lotiones
- Pulvis adpersorius
Linimenta Emulsion
- Pulvis dentifricius
Cremores
- Pulvis stomachius
Gellones (jelly)
- Plester (transdermal fake)Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi obat
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi absorbsi obat, yaitu :
Sifat fisiko-kimia obat
Keadaan kulit
Daerah permukaan kulit
Vehikulum
Keadaan lingkungan
Keadaan kesehatan dan gizi
Konsentrasi zat aktif dalam sediaan
Penetrasi Obat dalam kulitRute penetrasi obat pada kulit sebagai berikut :
Transeluler
Transdermal
Intraseluler
Interseluler
Transpendegeal (melalui folikel rambut, kelenjar lemak, dan keringat)
1. Sediaan Semi solidUnguenta (ungo=olesan, zalf atau salap, ointment)
Unguenta adalah sediaan setengah padat yng mengandung satu atau lebih bahan berkhasiat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.
Pembagian dasar salap
Dasar salap dibagi 4 golongan, yaitu :
Dasar salap hidrokarbon : paravin, vaselin, minyak nabati
Dasar salap serap (absorbsi) : Adaeps lanae, lanolin, lilin (cera)
Dasar salap yang mudah dicuci dengan air : hidrofilik, vanishing cream
Dasar salap yang dapat larut dalam air
Persyaratan dasar salap :
Laju pelepasan yang diinginkan bahan obat
Terjadi peningkatan absorbsi oleh dasar salap
Dapat melindungi kelembaban kulit
Stabilitas bahan obat terjamin
Netral (Indiferent = tidak berkhasiat)
Lembut, mudah dioleskan
Uraian Bahan Dasar Salap :
Vaselin
Terdiri dari dua jenis yaitu vaselin album dan flavum. Vaselin album dimurnikan dengan asam sulfat sehingga warnanya pucat (putih)
Jelene
Terdiri dari minyak hidrokarbon dan malam yang disusun sedemikian rupa sehingga fase cair mudah bergerak, dengan demikian terbentuk gerakan dalam sehingga difusi obat ke sekelilingnya dapat terjadi lebih baik.
Lanolin
Adalah adaeps lanae yang mengandung air 25%, digunakan sebagai pelumas dan penutup kulit
Pasta (Paste)
Pasta adalah sediaan setengah padat, lebih padat dari unguenta yang mengandung satu atau lebih bahan berkhasiat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar (topikal).
Komposisi :
1.Bahan Padat
2. Bahan Cair
3. Bahan BerkhasiatAmylum orizae
Minyak lemak
Antibiotika
Bolus alba
Gliserin
Antiseptika
Ca-carbonas
Adeps lanae
Astringesia
Zinci oxyde
Vaselin
Protektiva
Magnesium carbonas
Parafin liq.
Adsorbens
Sapomedicatus
Air/aquadest
Talcum
Tujuan pemberian obat bentuk pasta :
Menyerap eksudat dari kulit yang luka
Mengurangi atau menghilangkan rasa gatal pada kulit
Menfixer/melengketkan obat pada kulit
Memberikan rasa sejuk
Jenis-jenis pasta :
Pasta berlemak
Pasta kering
Pasta dingin
Pasta pembersih gigi
Linimenta
Linimenta merupakan sediaan cair atau semisolid yang mengandung analgetika dan rubifasien, melemaskan otot, menghangatkan atau menyegarkan kulit yang digunakan sebagai obat luar.
Contoh :
Linimenta calcis (Ph. Ned. Ed. V)
R/ leum lini
50
Aqua calcis
50
S u.e. Linimenta amonia (F.N 1978)
R/ Ammonia20 ml
Acidi oleonisi1 ml
Oleum sesami79 ml
S u.e.Obat Paten :
Sloans liniment
Salonpas liniment
Minyak pala liniment
Minyak tawon liniment
Krim (Cream)
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut dalam dasar krim yang dimaksudkan untuk obat luar. Diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak (A/M) atau minyak dalam air (M/A). Tipe A/M mudah kering dan rusak. Kandungan air dalam krim tidak kurang dari 60 %.
Zat pengemulsi (emulgator):
Surfaktan anion, kation, dan non anion
TEA dan asam stearat (tipe M/A)
Gol. Sorbitan
Poliglikol
Sabun
Adeps lanae, untuk tipe A/M
Setil alkohol
Cataceum dan amulgid
Penggunaan sediaan krim :
Obat topikal
Obat melalui vaginal
Kosmetika dan estetika
Sebagai emolien dan protektif
Krim dapat digunakan sebagai vehikulum zat berkhasiat, antara lain antibiotika, antiseptika, kemoterapetika, hormon, analgetika, laksatif, vitamin, dll.
Gelones (Gel/Jelly)
Gelones adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil atau makromolekul senyawa organik, yang masing-masing molekul tersebut terbungkus/terserap cairan. Gel digolongkan dalam dua fase, yaitu : massa bersifat tiksotropik artinya massa mengental jika dibiarkan dan akan cair kembali jika dikocok. Gel yang demikian disebut magma. Jika massa gel mengandung banyak cairan umumnya disebut jelly.
Contoh :
Policrol gel
Bioplacebton jelly
Felden gel
Aristamid gel
Eudina gel
Esperson gel
Salonpas gel
Trombophob gel
2.Cairan
Solutiones (Solutions, larutan) obat luar
Solutiones adalah sedian cair yang mengandung satu atau lebih dari bahan kimia pelarut, dan sebagai pelarut (solvens) umumnya air. Zat yang dilarutkan disebut solvendum. Sediaan ini paling tepat digunakan pada kulit lesi yang mendadak, seperti : eritema, vesicular, pruritus, dan bleeding. Solusio terbagi menjadi solusio untuk obat dalam dan obat luar.
Komposisi terdiri dari :
Bahan berkhasiat : Antiseptika, antibiotika, fungisida, adstringensia
Pelarut :
aquadest
Etanol, untuk melarutkan as salisilat
Eter untuk melarutkan kamfer
Klorofom untuk melarutkan alkaloida basa
Gliserin untuk melarutkan borax
Propilenglikol dan etilenglikol pada guttae auric
Parifin liq. Sebagai pelarut menthol
Syarat-syarat solutiones adalah :
Tidak boleh ada pengendapan
Bebas dari bahan-bahan kasar atau tidak terlarut
Transparan meskipun berwarna
Macam-macam solutiones obat luar :
Solutio topikal
Contoh :
Povidone-iodine Epithema (obat kompres)
Contoh :
Rivanol sol
Boorwater sol
Pehidrol sol Collutorium (collutio), obat cuci mulut
Contoh:
Liserin sol
Fluocaril sol Gargarisma : obat kumur di mulut dan tenggorokan
Contoh :
Hidrogen peroxyda sol. 3%
Gargarisma khan sol Collyrium : obat cuci mata
Contoh :
Optrex sol Guttae Ophtalmicae, auticulares dan nasales
Sediaan paraenteral
Contoh :
Ringer laktat
Saline sol
Dexrose 5% sol
Neurobion injection
Lotiones (obat kocok)
Lotiones adalah preparat cair yang mengandung zat aktif padat halus yang larut, sukar larut, terdispersi dalam cairan pembawa yang digunakan sebagai obat luar. Sedian lotion berupa larutan, suspensi, atau emulasi dan umumnya dalam pembawa air, tetapi dapat juga berupa campuran air dan alkohol. Komposisi terdiri dari :
Bahan yang tidak larut :
adstringensia misal zn oksida
zat pengering misalnya talcum
Anti pruritis, misalnya calamine
Bahan larut :
Aqua calcis (Ca hidroksida)
Gliserin sebagai pelembut
Etanol 90%
Pembawa/ pelarut seperti :
aquadest dan alkohol
Bahan tambahan :
Tragacantha berfungsi sebagai pengental
Korigensio odoris, aqua rosarum
Kebaikan sedian lotiones :
Proses pengeringan cepat
Dingin dan memberi kelembutan pada kulit
Lebih efektif dibandingkan powder pada kulit yang tidak lecet
Kekurangan :
Tidak baik diberikan pada kulit yang lecet
Pada vesicular lesion selain menimbulkan rasa sakit juga merangsang pertumbuhan bakteri
Contoh :
Resep standar
Redhonwashing lotion
Komposisi :
Dalam 100 ml mengandung :
Acid salicylicum
0,25%
Zinc. Oxydum
10%
Camphora
0,5%
Mentholum
0,35%
Resep obat paten :
Caladyrl lotio
Komposisi
Difenhidramin
2%
Calamine
8%
Camphora
0,1%
Gliseril alkohol
2%
Aqua ad
60 ml
Emulsi ( Emulsion/emulsiones) untuk obat luar
Emulsi adalah sediaan cair berupa campuran terdiri atas dua fase dalam sistem disperse dengan fase cairan, yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya dengan bantuan emulgator.
Massa emulsi terdiri dari :
Fase I : minyak (lemak) atau cair, disebut fase internal
Penengah : emulgator
Fase II : air atau minyak (lemak) yang disebut fase eksternal
Tipe-tipe Emulsi terdiri dari :
Tipe O/W (M/A) = minyak dalam air
Tipe W/O (W/O) = air dalam minyak
Emulsi tipe W/O umumnya digunakan sebagai obat luar.
Contoh :
Eperson emulsion
Kosmetika2. Padat
Pulvis (serbuk)
Sediaan berbentuk serbuk halus dan kering yang mengandung satu atau lebih bahan obat dalam atau tanpa pembawa dan digunakan sebagai obat luar dan dalam.
Plester Obat (transdermal)
Sistem pemberian obat transdermal dimaksudkan untuk mendukung penetrasi obat melalui permukaan kulit (epidermis superfisial) dengan tujuan lokal atau sistemik.
Kebaikan :
Menghindari kesulitan obat melalui saluran cerna akibat pH saluran cerna, aktivitas enzimatik, interaksi obat dengan makanan, minum atau pemberian obat oral lainnya.
Menggantikan pemakaian obat bila pemakaian cara per-oral tidak memungkinkan
Menghindari first pass effect
Menghindari resiko terapi cara pemberian obat per-oral dan parenteral dan bila tidak sesuai pemakaian obat dapat dihentikan
Memperpanjang aktivitas obat
Kekurangan :
Pemberian obat tidak bisa dilakukan bagi yang iritasi atau alergi
Hanya berlaku untuk obat-obat yang mempunyai potensi yang sesuai bila melalui kulit
Kesukaran teknis pemakaian
Komponen :
Media terbuat dari kertas atau kain tanpa atau dengan bantuan zat perekat.
Bahan berkhasiat
Bahan-bahan tambahan
Obat transdermal dengan efek lokal :
Salonpas, Koyo cabe, tensoplas, Handyplas
Efek sistemik :
Nitradisc mengandung nitrogliserin
Nicotonell TTS 30 (Ciba-Geigy) mengandung zat anti nikotin.
PERIHAL DOSIS OBAT
Dosis
Dosis obat adalah besarnya jumlah bahan dalam satuan tertentu yang diberikan pada waktu tertentu.
Digunakan untuk menentukan jumlah dari:
Obat atau bahan obat
Bahan racun / kimia
Toksin atau antitoksin bakteri
Yang diberikan atau masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan pada pengobatan atau percobaan yang menimbulkan gejala atau tidak pada manusia atau hewan tersebut.
Simbol dan Ukuran Besarnya Dosis yang Digunakan Dalam Pengobatan
Ukuran Bobot
Mikrogram = mcg (g) = seperseribu bagian dari 1 miligram
Milligram = mg = seperseribu dari 1 gram
Gram = g / gr = seperseribu dari 1 kilogram
Kilogram = Kg = bobot protipe kilogram internasional
Ukuran Isi larutan
Mikroliter = l = seperseribu bagian dari mili liter
Mili liter = ml = seperseribu bagian dari liter
Liter = l = volume 1 kg air pada suhu kerapatan air maksimal (
1 sendok teh = cth ( cochlear theae) = 5 ml
1 sendok bubur = c.p (cochlear pultis) = 8 ml
1 sendok makan = c (cochlear) = 15 ml
1 ml = 1 cc
Ukuran Unit atau satuan
Satuan Internasional = S.I
Internasional Unit = I.U
Tetesan
Tetesan baku (internasional), 1 gram air suling = 1 ml = 20 tetes pada suhu 20o C.
Persen
Persen dinyatan sebagai berikut:
% b/b ( persen bobot per bobot), menyatakan jumlah gram zat dalam 100 gr bahan atau hasil akhir
% b/v persen bobot per volume), menyatakan jumlahgram zat dalam 100 ml, bahan atau hasil akhir
% v/v ( persen volume per volume), menyatakan jumlah ml zat dalam 100 gr bhan atau hasil akhir
% v/b ( persen volume per bobot), menyatakan jumlah ml zat dalam 100 gr bahan atau hasil akhir
Macam-macam Dosis dan Istilah
1. Dosis Efektif
Adalah jumlah obat dalam satuan tertentu yang dapat menimbulkan efektifnya terhadap individu tertentu
2. Dosis lethal
Adalah jumlah zat dalam satuan tertentu yang dapat menimbulkan kematian
3. Dosis pengobatan
adalah dosis yang dapat digunakan untuk mendapatkan efek suatu pengobatan
4. Dosis lazim
Adalah dosis obat yang digunakan pada pengobatan dalam batas-batas dosis biasa pemberian obat.
Tingkat-Tingkat Dosis Dalam Suatu Pengobatan
a. Dosis Awal
Dosis dari suatu obat yang diberikan pertama kali pada penderita, dengan tujuan
Pendapatan kerja obat yang maksimal dikenal juga sebagai stoot dosis dengan pemberian dosis tinggi pertama kali
Mendapatkan atau mengetahui respon obat pada dosis rendah sampai dimana efek obat dapat dicapai sehingga perlu penambahan atau pengurangan dari dosis agar sampai ke tingkat tertentu.Misalnya pada pemberian obat oral hipoglikemia.
b. Dosis Penyesuaian
Setelah dosis awal diketahui sampai dimana efektifitasnya dapat dicapai maka perlu ditingkatkan atau dikurangi dosis selanjutnya dengan bertahap sampai tercapai efek yang diinginkan.c. Dosis Pemeliharaan
Tingkat besarnya dosis yang dapat memeberikan efek kerja obat yang stabil seperti yang diharapkan atau meningkatkan yeng sesuai dan perlu dipertahankan baik dalam jangka panjang ataupun sedang.d. Dosis Maksimum
Dosis tertinggi yang masih dapat diberikan oleh penderita tanpa menimbulkan efek yang membahayakan.
e. Dosis Toksis
Dosis yang diberikan ataupun sejumlah obat terapi yang dapat menimbulkan gejala keracunan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dosis Obat
Umur dan Berat Badan
Jenis Kelamin
Rute pemberian dan Jenis Obat
Absorbsi dan ekskresi
Kondisi dan beratnya penyakit
Dosis Obat dalam Resep
Takaran yang sering digunakan dalam resep pengobatan umumnya takaran lazim, hanya kadang saja takaran maksimum juga diperlukan. Selain ada kemungkinan takaran maksimum dilampaui lebih dari 100% dikehendaki ataupun karena adanya kesalahan dalam menentukan takaran yang dikehendaki.
Contoh:
Daftar Takaran Lazim Dan Takaran Maksimum Orang Dewasa
Nama ZatCara PakaiDosis LazimDosis Maksimum
SekaliSehariSekaliSehari
Atropin SulfatOral0,25 mg
0,5 mg1-2 mg2 mg4 mg
AminophylinOral500 mg1,5 3 g1 g8 g
Takaran lazim dan Takaran Maksimum berbeda untuk takaran dewasa. Dan seseorang dianggap dewasa bila sudah berumur 20 tahun. Takaran Maksimum berlaku untuk cara pemberian:
Peroral
Lavement
Suppositoria
Obat semprot ke dalam Rongga Tubuh ( misalnya inhaler)
Sedangkan untuk obat dengan cara pemberian lain seperti dikulit ataupun injeksi menurut ketentuan dan keistimewaannya tentang Takaran Maksimum dalam Farmakope Indonesia
Cara Menghitung Takaran Maksimum
Contoh:
R/ Atropin Sulfat1,5 ( T.m sekali 2 mg)
Sacharrum Lactis qs ( T.m sehari 4 mg)
m. pulv. d.t.d No. X
S 4 d.d pulv. I
Penghitungan
T.m sekali pakai : ( 1,5/2 ) x 100% = 75%
T.m sehari pakai : 4 x (1,5/4 ) x 100% = 150%
Keterangan:
Takaran Maksimum dikatakan melamapaui apabila takaran sekali atau takaran sehari melebihi 100%
Pemakaian sekali tidak melampaui 75% dan pemakaian seharai takaran maksimum 150%
Dalam resep diharuskan memberi tanda seru dibelakang jenis obat yang diminta bila hal ini dikehendaki, apabila tidak dicatumkan tanda serum aka apotik akan menanyakan kembali pada dokter yang menulisnya dengan anggapan ada kemungkinan kesalahan dalam menentukan dosis obat.
Perhitungan Dosis Obat Pada Anak
1. Berdasarkan Usia
Rumus Young
Rumus:n (tahun) x Dosis Dewasa
n + 12
Rumus Ini berlaku untuk anak usia 8 tahun
Rumus Dilling
Rumus: (tahun) x Dosis dewasa
Rumus Ini berlaku untuk anak usia > 8 tahun
Rumus Freid
Rumus:m ( bulan) x Dosis dewasa
150
Rumus ini berlaku untuk bayi usia 1 tahun
2. Berdasarkan Berat Badan
Rumus Clark
Rumus:W (kg) x Dosis dewasa
68
Rumus ini lebih mudah dan agak tepat, dimana perkiraan dosis bayi dan anak terhadap dosis dewasa yang dihitung berdasarkan berat badan.3. Berdasarkan Luas permukaan Tubuh
Rumus :Luas permukaan tubuh x Dosis Dewasa
1,73 (LPT dewasa)
Sebelumnya perhitungan ini adalah yang paling tepat walau ada beberapa sanggahan karena luas permukaan tubuh tidak berlangsung dengan fungsi faal dan metabolik. Penggunaan rumus ini tidaklah praktis
Contoh Cara Penghitungan Dosis
1. Dosis Dewasa obat A adalah 60 mg. Berapa dosis anak umur 3 tahun?
Gunakan Rumus Young:n (tahun) x Dosis Dewasa
n + 12
3 x60 mg = 12 mg
3 + 12
2. Tentukan Dosis Anak dengan Berat 30 kg sedangkan Dosis obat untuk dewasa rata-rata 20 mg?
Gunakan Rumus Clark: W (kg) x Dosis dewasa
68
30 x 20 = 8,8 mg
68
3. Apabila dosis obat A untuk dewasa adalah 50 mg. berapa dosis. Berapa dosis anak dengan luas permukaan 0,52 mm2 ?
Gunakan Rumus :Luas permukaan tubuh (m2 )x Dosis Dewasa
1,73 m2 (LPT dewasa)
Dosis Anak: 0,52 x 50 mg= 15 mg
1,73
4. Jika obat A dosisnya adalah 40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis . Berapa gram dosis anak dengan berat badan 15 Kg, menerimanya per kali beri?
Rumus: Berat Badan (kg) x Dosis = 15 x 40= 300 mg/ kali beri
Jumlah pakai dalam sehari 2
Latihan Menghitung Dosis dan Menulis Resep
1. Nama Amir, umur 6 tahun, berat badan 20 kg, didiagnosa ISPA, terapi awal symtomatis, terapi menggunakan obat
a. Sol per oral : potio alba
Adde
Syrup thyme
Ephedrine Hcl
Chlorpheniramine maleat ( CTM=chlortrimeton tiap tab 4 mg)
Cara pakai : sehari 4 x satu sendok teh
Lama pengobatan : 7 hari
b. Pulveres:eryhtrocin dulcet ( isi: setiap tab ,mengandung erythromycin 200 mg)
Paracetamol (acetaminophen, tiap tab mengandung 500 mg)
Vit c ( acid ascorbicum)
Cara pakai : sehari 4x
Lama pengobatan : 5 hariDaftar dosis
Nama ObatPer kaliSehari
Syrup tymi 10-20%--
Efedrin Hcl-0,8-1,6 mg/kg BB
Chlorpheniramine maleat-0,35 mg/kg BB
Erythromycin-30-50 mg/kg BB
Acetaminophen-400-800 mg
Jawaban
a. Potio Alba
Jumlah potio alba yang dibutuhkan untuk 7 hari = lama pengobatan x jumlah pakai dalam sehari x 1 cth = 7 x 4 x 5 ml = 140 ml ( 150 ml (sediaan yang ada)
Sirup thyme untuk anak-anak: 10-20% dari 150 ml = 15 ml-30 ml ( 30 ml
Jumlah potio : 150 ml- 30 ml = 120 ml
a) Efedrin Hcl: 1 x pemberian = BB (kg) x dosis / jumlah pakai dalam sehari = 20kg ( 0,8 1,6mg/kgBB) / 4 = 4 mg 8 mg = 6 mg
Jumlah efedrin yang dibutuhkan = (150 ml/5 ml) x 6 mg = 180 mg
b) CTM 1 x pemeberian = 20kg ( 0,35 mg/kgBB) / 4 = 1,75 mg
Jumlah CTM yang dibutuhkan = (150 ml/ 5 ml) x 1,75 mg = 52,5 mgb. Pulveres
a) Erythromycin 1 x p = 20 x (30 -50 mg/ kg BB) / 4 = 600-1000 mg/ 4 = 150-250 mg ( 200 mg eritromycin dulcet tab I
b) Acetaminophen 1 x p = (400- 800 mg)/4 = 100 mg- 200 mg ( 125 mg
1 tab = 500 mg ( 125 mg= tab
c) Vit C 1x p = 50 mg
Jumlah pulveres yang dibutuhkan untuk pengobatan 5 hari = 5 (4 x 1 bks) = 20 bungkus ( No. XX
Eritromycin efek sampingnya merangsang lambung dan merusak flora usus dan vit c bersifat asam, sebaiknya obat ini deberikan jam sesudah makan.Resep Lengkap
2. Nama pasien Ramira, umur 5 tahun berat badan 16 kg, didiagnosa bronchitis dengan gejala demam, batuk berdahak. Terapi diberikan obat.
a. Suspense per oral : abotic dry susp.Isi : setiap sendok teh mengandung chlaritrhomycin 125 mg
Kemasan dalam botol 30 ml dan 60 ml
Cara pakai: sehari 2x sebelum makan, lama pengobatan 7 hari
b. Pulveres berisi: dumin tab ( isi tiap tab mengandung asetaminophen 500 mg)
Diazepam tab (isi tiap tab mengandung 2 dan 5 mg)
Gliseryl guaicolat tab (isi tiap tab mengandung 100 mg)
Dextrometorphan HBr (isi tiap tab mengandung 15 mg)
Acid ascorbicum
Cara pakai : sehari 4x, lama pengobatan 4 hari
Dosis Obat
Nama ObatPer-kaliSehari
Chlaritrhomycin-7,5 mg/kgBB
asetaminophen50-100 mg-
Diazepam-0,12-0,8 mg/kgBB
Gliseryl guaicolat tab25-50 mg-
Dextrometorphan HBr-1 mg/kgBB/3-4x
Acid ascorbicum-30-40 mg/3-4x
Jawaban:
a. Chlaritrhomycin 1 x pemberian = 16 kg ( 7,5 mg/kgBB) / 2 = 60 mg (
60/125 x 1 Cth = Cth (0,5 ml)
Jumlah obat yang dibutuhkan untuk pengobatan 7 hari ( 2 x 2,5 ml) = 35 ml ( F.I Mo. I (60 ml)
b. Acetaminophen 1 x pemberian = 50-100mg ( 100mg ( 100mg/500mg = 1/5 tab
c. Diazepam 1 x pemberian = 16 (0,12-0,8mg/kgBB) = 1,92-3,2mg ( 2 mg
d. Gliseryl Guaicolat 1 x pemberian = 15 mg
e. Dextrometorphan HBr 1 x pemberian = 16 (1 mg/kgBB)/4 = 4 mg
f. Acid Ascorbicum 1 x pemberian = 30-40 mg/ 4 = 7,5-10 mg ( 100 mg
Jumlah pulveres dibutuhkan untuk 4 hari pengobatan: 4 (4x1 bks)=16 bks ( No. XVResep Lengkap:
3. Nama pasien Budi, umur 2 tahun BB 12 kg, diagnosa gangguan saluran cerna, symptom: mual, muntah dan diare. Terapi diberikan obat.
a. Guttae per oral : priperan drops (isi : tiap ml mengandung metaclorpramide Hcl 2,6 mg)
Cara pakai: sehari 4x
Lama pengobatan: 5 hari
Kemasan botol 10 ml
b. Pulveres berisi:
1) Colistin tab. Ada 2 kemasan, isi:
Setiap tab mengandung colistin sulfat 250.000 IU
Setiap tab mengandung colistin sulfat 1.500.000 IU
2) Papaverin
3) Vit B complex, isi:Thiamin HCL 2 mg
Riboflavin (vit B2) 2 mg
Pridoksin HCL (vit B6) 2 mg
Nikotamida 20 mg
Kalsium pantotenat 10 mg
Cara pakai: sehari 3x
Lama pengobatan : 5 hari
Dosis Obat
Nama ObatPer-kaliSehari
Metaclorpramide 0,1 mg/kgBB-
Thiamin HCL-0,5 -0,7 mg
Colistin -100.000 IU/kgBB
Papaverin-2,5 mg/kgBB
Jawaban
a. Metaclorpramide 1x pemberian = 12kg (0,1 mg/kgBB) = 1,2 mg (1,2mg/2,6mg x 1ml = 0,46 ml ( 0,50 mlStandar F.I ; 1 ml = 20 tetes, jadi : 0,5 ml = 10 tetes ( gtt. X
Jumlah obat yang dibutuhkan untuk 5 hari: 5 (4 x 0,5ml) = 10 ml, prinperan drops FI. No I
b. Dalam vit B complex mengandung thiamin HCL (vit B1) 2 mgThiamin HCL dalam 1x pemberian = 0,5 - 0,7 mg/3 = 0,2 0,25 mg ( vit B tab complex tab 1/10
Colisin 1x p = 12 (100.000 IU)/ 3 = 400.000 IU ( colistin tab 1 3/5
Papaverin 1x p = 12 ( 2,5 mg)/ 3 = 10 mg
Jumlah pulveres untuk pemakaian 5 hari ; 5 ( 3 x 1 bks) = 15 bks ( p dtd No. XV
c. Pedialite solution Isi garam elektrolitResep Lengkap:
4. Pasien dengan nama Dina umur 5 tahun dengan Berat badan 15 Kg , didiagnosa demam typhoid. Diberikan terapi obat.
a. Infus Ringer Laktat
Dosis pemberian: 100 cc/kgBB/hari
Lama pengobatan: 3 hari
b. Paracetamol syrup (dalam 1 Cth mengandung 125 mg paracetamol)
Dosis pemberian 10-15 mg/KgBB/hari
Terdapat kemasan botol 30 ml dan 60 ml
Cara pakai 3x sehari
Lama pengobatan:3 hari
c. Khloramfenikol injeksi
Dosis pemberian:50-100 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis per hari
Kemasan dalam 1 vial = 1000 mg
Lama pengobatan: 3 hari
Jawaban:
a. Infuse Ringer laktat 1x p = BB x dosis = 15 kg x 100 cc/kgBB/hari =1500 cc/hari
1 kolf/ flash = 500 cc ( 1500 cc = 3 flash/ hari
Jumlah infus yang dibutuhkan selama 3 hari : 3 x 3 = 9 flash
Jumlah tetesan infus : 1 cc = 20 tetes ( 1500 cc = 1500 x 20 tetes = 30.000 tetes/24 jam = 1250/jam = 20 tetes/ menit
b. Paracetamol 1 x p = BB x dosis/ pakai dalam sehari = 15kg ( 10-15 mg/kgBB/hari)/ 3 = 50-75 mg ( 62,5 mg
1 Cth = 125 mg ( 62,5 = Cth
Jumlah pemakaian dalam 3 hari = 3 (3 x 2,5) = 22,5 ml ( 30 ml
c. Khloramfenikol injeksi 1 x p = 15kg ( 50-100 mg/kgBB/hari)/ 4 = 750 1500 mg/ 4
1 vial = 1000 mg ( 1000 mg/4 = 250 mg dalam 6 jam
Jumlah yang dibutuhkan dalam 3 hari = 3 (4 x 250) = 3000 ml = 3 vial
Resep Lengkap:
Dokter : ___________
SIP. No.: ___________
Alamat: Jl. _________
Telp./Hp.No.:____________Metro, Tgl _____20_
R/ Paracetamol 500mg tab No. X
S 3 d.d 1p.c
Paraf
Pro : Ny._______
Umur:___ tahun
Dr: .............................................
SIP: .............................................
Alamat: .............................................
Telp/No.Hp: .............................................
R/potio Alba 150ml
Add
Sir thymi 30 ml
Efedrin Hcl 180 ml
Clorampheniramin mal 52,5 mg
m.d.s. 4 d.d Cth.I
paraf
R/ Erythromycin dulcet 200 mg No.I
Paracetamol 500 mg Tab
Vit C 50 mg
m.f. pulv.dtd. No XX
S. 4 dd. Pulv. I h. p.c.
Paraf
Pro : amir
Umur: 6 tahun
Dr: .............................................
SIP: .............................................
Alamat: .............................................
Telp/No.Hp: .............................................
R/Abbotic syr. 60ml FI. No. I
S 2 d.d Cth.
Sir thymi 20 ml
paraf
R/Dumin
Diazepam 2 mg
Gliseryl Guaicolat 15 mg
Dextrometorphan 4 mg
Acid Ascorbicum 10 mg
m.f. pulv.dtd. No XV
S. 3 dd. P. I
Paraf
Pro : Ramira
Umur: 5 tahun
Dr: .............................................
SIP: .............................................
Alamat: .............................................
Telp/No.Hp: .............................................
R/Perinperan drops FI
S 3 d.d gtt. X
paraf
R/colistin tab 1 3/5
Papaverin 7,5 mg
Vit B complex tab 1/10
m.f. pulv.dtd. No XV
S. 3 dd. P. I
paraf
R/Pedialyte sol. FI. No.II
S u.e
Paraf
Pro : Budi
Umur: 2 tahun
Dr: .............................................
SIP: .............................................
Alamat: .............................................
Telp/No.Hp: .............................................
R/IVFD Ringer laktat 500 cc fl. No IX
S. Pro. Inj. d.d XX gtt/ menit
paraf
R/Khloramfenikol 1000 mg vial No. III
S. Pro Inj. 250 mg. o.6.h
Paraf
R/Paracetamol Syr. 30 ml fl. No. I
S. 3 d.d. Cth
Paraf
Pro: Dina
Umur: 5 tahun
LOGO OBAT BEBAS TERBATAS
LOGO OBAT BEBAS BBEBAS
LOGO OBAT RESEP DAN PSIKOTROPIKA
LOGO OBAT NARKOTIKA