buku - la via campesina - potret gerakan tani transnasional (jun boras)

Upload: serikat-petani-indonesia

Post on 13-Apr-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    1/104

    Via Campesina

    i

    LA VIA CAMPESINA

    Potret Gerakan Tani Transnasional

    Saturnino M. Borras Jr

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    2/104

    Saturnino M. Borras Jr

    ii

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    3/104

    Via Campesina

    iii

    LA VIA CAMPESINA

    Potret Gerakan Tani Transnasional

    Saturnino M. Borras Jr

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    4/104

    Saturnino M. Borras Jr

    iv

    Judul Asli : LA VIA CAMPESINA: an evolving Transnational Social Move-ment; Saturnino M. Borras Jr, 2004 Transnasional Institute, 2004

    LA VIA CAMPESINA: Potret Gerakan Tani TransnasionalSaturnino M. Borras Jr

    Hak cipta terjemahan: Garis Pergerakan, Bandungalih bahasa: Yudi Bachrioktora dan Rita Rahminur

    setting isi: jiwocetakan pertama: April 2005

    GP:070405-01

    Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)

    Borras Jr, Saturnino MLa Via Campesina/Saturnino M. Borras Jr; alih bahasa, Yudi Bachrioktora &

    Rita Rahminur; Pengantar: Dianto Bachriadicet 1Bandung: Garis Pergerakan, 2005

    xxxvi+61 hlm; 14,5x21 cm,ISBN: 979-99501-1-2

    Penerbit: Garis PergerakanJln. Tubagus Ismail VIII No. 1 Bandung 40134;Telp/Fax (62-22)2502524email: pergerakan @bdg.centrin.net.id; [email protected]

    homepage: http://www.pergerakan.com

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    5/104

    Via Campesina

    v

    PENGANTAR PENERBIT

    BUKU terjemahan karya Saturnino Borras Jr. ini menggambarkan

    tentang sebuah organisasi gerakan tani transnasional, bernama La

    Via Campesina -Jalan Petani- yang dibentuk secara formal pada

    tahun 1993. Sebuah organisasi yang mampu menyatukan lebih

    dari seratus organisasi nasional dan sub-nasional dari Amerika

    Latin, Amerika Utara, Asia, Karibia, Timur Tengah, Afrika, dan

    Eropa. La Via Campesina secara ideologis merupakan koalisi yangotonom dan plural, hingga menjadi aktor sekaligus arena bagi

    sejumlah organisasi yang menjadi anggotanya. Organisasi yang

    mengklaim dirinya bersifat global dan populer ini, telah menjadi

    aktor utama dalam perjuangan transnasional terhadap neo-

    liberalisme, tuntutan akuntabilitas dari instansi antar pemerintahan,

    menolak dan menentang penguasaan perusahaan atas sumber daya

    alam dan teknologi, dan mengadvokasikan kedaulatan atas pangan,

    serta berbagai isu lainnya. Meski kelompok-kelompok dariAmerika dan Eropa masih cukup dominan di dalamnya.

    Pengalaman yang diperoleh dari munculnya gerakan sosial

    pedesaan transnational, yang diwakili oleh La Via Campesina, sangat

    kaya dan beragam. Termasuk pula beragam masalah yang muncul

    berkaitan dengan bentuk organisasi yang tidak bersifat ekslusif

    tapi menganut sistem keanggotaan terbuka, heterogen, pluralis,

    dan membuka keanggotaan rangkap.

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    6/104

    Saturnino M. Borras Jr

    vi

    Penerbitan buku ini dapat dikatakan tepat waktu, melihat

    situasi dan kondisi global yang menekan kaum tani saat ini. Terlebih

    karena sejak bulan Agustus 2004Sekretariat Internasional ViaCampesina telah dialihkan dari Honduras ke Indonesia yang

    akan dituan rumahi oleh FSPI. Pengantar dari Dianto Bachriadi,

    akan membantu kita untuk melengkapi pemahaman kita mengenai

    peta gerakan tani di Indonesia dan hubungannya dengan La Via

    Campesina.

    Kehadiran buku ini dapat menambah pengetahuan kita tentang

    gerakan tani, baik dinamika maupun masalah yang dihadapinya.

    Sebab masih jarang ditemukan buku berbahasa indonesia yangmenggambarkan secara lugas liku-liku perjuangan organisasi tani

    transnasional. Setidaknya kami, dari penerbit, mencoba untuk

    membantu memberikan gambaran tentang pengalaman yang

    diperoleh dari munculnya gerakan sosial pedesaan transnasional,

    yang diwakili oleh La Via Campesina. Yang akan dapat mendorong

    para akademisi, penggerak gerakan sosial, terutama aktivis gerakan

    tani di Indonesia dan khalayak umum lainnya untuk belajar dari

    pengalaman La Via Campesina dalam menghadapi gerak lajuneoliberalisme.

    Terakhir, terjemahan buku ini, tentu saja, tidak luput dari kesalahan

    dan kesilapan. Semua itu menjadi tanggung jawab kami sebagai

    penerbit. Kami berharap para pembaca akan dapat menikmati isi

    buku ini dengan baik.

    Selamat membaca.

    Bandung, Mei 2005

    Yudi Bachrioktora

    Editor

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    7/104

    Via Campesina

    vii

    PENGANTAR

    MENEMUKANVIACAMPESINADIINDONESIA:Gerakan Tani yang berderak dari aksi-aksi protes lokal

    hingga terlibat dalam gerakan transnasional*

    Dianto Bachriadi**

    ADA SATU CERITA: Konon, suatu saat ada kunjungan dari

    beberapa tokoh gerakan tani transnasional yang mewadahi diri

    dalam satu organisasi tani tingkat antar bangsa datang berkunjung

    ke Indonesia. Sebagai bagian dari rangkaian kunjungannya, mereka

    juga mengadakan sejumlah kunjungan dan dialog dengan

    kelompok-kelompok kecil petani di basis-basis pengorganisasian

    suatu organisasi tertentu. Maksud kunjungannya sudah barangtentu hendak melihat secara langsung kemajuan-kemajuan dalam

    gerakan tani di sini. Sebagai tuan rumah adalah satu organisasi tani

    yang mengklaim dirinya sebagai federasi organisasi tani tingkat

    nasional yang menjadi anggota dari organisasi tani transnasional

    tersebut. Sementara kelompok-kelompok petani yang dipilih

    untuk dikunjungi adalah bagian atau kelompok-kelompok yang

    menjadi anggota dari satu organisasi atau serikat tani tertentu yang

    menjadi bagian atau anggota dari organisasi federatif tadi.Sebagai sebuah federasi dari sejumlah organisasi tani tingkat

    provinsial maupun wilayah administratif yang lebih rendah lagi,

    * Penulis berterima kasih atas sejumlah masukan dan komentar-komentar yang

    diberikan oleh sahabat Noer Fauzi dan Gunawan Wiradi terhadap naskah awal

    tulisan ini.** Mantan Direktur PERGERAKAN People-Centered Advocacy Institute, anggota

    Dewan Pakar Konsorsium Pembaruan Agrar ia (KPA), Indonesia.

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    8/104

    Saturnino M. Borras Jr

    viii

    tentu saja para pengurus organisasi federatif ini relatif tidak

    berhubungan secara langsung apalagi secara intens dengan

    kelompok-kelompok petani di basis-basis pengorganisasian satuorganisasi/serikat tertentu yang menjadi anggota federasi organisasi

    tingkat nasional yang mereka urus. Mereka hanya berhubungan

    secara intens dengan para pengurus organisasi atrau serikat dimana

    kelompok-kelompok petani di basis-basis tadi bergabung.

    Dalam kunjungannya ke basis-basis pengorganisasian tersebut,

    para tamu mendapat pertanyaan dari beberapa petani lokal, bapak-

    bapak ini dari mana? (maksudnya dari negara mana dan organisasi

    apa?). Menjelaskanlah para tamu tadi asal mereka, serayamenyebutkan organiasi tani transnasional yang diwakilinya tentu

    saja dengan sedikit keheranan mengapa mereka ditanya organisasi

    asalnya. Dalam hatinya bertanya-tanya, apakah pihak tuan rumah

    maksudnya para pengurus federasi organisasi tani tingkat nasional

    tidak menjelaskan sebelumnya siapa yang akan datang berkunjung.

    (Tentu saja, pihak tuan rumah sebetulnya telah menjelaskan

    sebelumnya kepada sejumlah organisasi tani di tingkat basis yang

    akan dikujungi tersebut...).Kejutan terjadi ketika para tetamu menjelaskan bahwa

    mereka mewakili organisasi yang bernama X yang merupakan

    organisasi tani transnasional dimana sejumlah organisasi tani dari

    berbagai negara bergabung, termasuk satu federasi organisasi tani

    yang saat ini menjadi tuan rumah kunjungan mereka. Respon

    sejumlah tokoh petani lokal adalah mengatakan oh, ada juga ya

    organisasi petani tingkat internasional? ... Para tamu tentu terkejut

    dengan pertanyaan naif ini. Tetapi kejutan masih berlanjut...Mereka para petani lokal tadi melanjutkan pertanyaannya,

    dari negeri kami ada atau tidak organisasi yang menjadi anggota?

    (nah lo...!). Sang tuan rumah pengurus federasi organisasi tani

    tingkat nasional sudah barang tentu terkejut pula dengan

    pertanyaan yang baru saja terlontar. Meskipun demikian, akhirnya

    mereka menyela untuk menjawab, ya, organisasi Kita ini lah

    (maksudnya federasi organisasi tani yang mereka wakili) yang

    menjadi anggotanya. Tanpa peduli dengan penjelasan tersebut,

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    9/104

    Via Campesina

    ix

    para petani lokal melanjutkan pertanyaannya, bagaimana caranya

    agar kita juga bisa menjadi anggota? ... Keheranan tokoh gerakan

    tani transnasional tadi bertambah, sementara pihak tuan rumahsegera menyambar lagi dengan menegaskan, kan organisasi Kita

    sudah menjadi anggota! Sang penanya sekarang tidak kalah sengit,

    dia menyatakan dengan tegas, kan organisasi federasi itu yang

    menjadi anggota, organisasi kami belum...!

    Kali ini, keheranan para tetamu sudah memuncak, dengan tak

    sabar dia bertanya kepada petani-petani lokal tadi: Apakah bapak-

    bapak ini bukan anggota dari federasi organisasi tani tingkat nasional

    ini?. Kali ini jawaban para petani lokal betul-betul membuat semuatamu termasuk para pengurus federasi organisasi tani tingkat

    nasional yang menjadi tuan rumah kunjungan bungkam. Mereka

    mendapat jawaban dalam bentuk pertanyaan sekaligus: federasi

    organisasi tani tingkat nasional itu siapa, pak? ... kami tidak

    mengenalnya...! organisasi itu tidak ada di sini....

    Twewew...!

    * * *

    Ilustrasi di atas entah merupakan cerita benar atau sekedar Cerita,

    wallahualam bisawab... Meskipun demikian, terlepas dari kebenaran

    peristiwanya, ilustrasi tadi merefleksikan beberapa hal yang menjadi

    ciri dan problem dalam pengorganisasian gerakan tani di Indonesia

    saat ini. Dari sekian banyak problem dalam kerja pengorganisasian

    gerakan, ada dua yang hendak disorot dalam tulisan ini, yakni:

    problem identifikasi diri, dan problem keterwakilan ataurepresentasi.

    Masalah identifikasi diri adalah masalah penegasan seseorang

    dalam hal ini petani secara sadar sebagai bagian dari dari satu

    organisasi gerakan sosial tertentu. Sementara masalah keterwakilan

    atau representasi adalah masalah kelayakan suatu jaringan atau

    koalisi yang lebih besar dari sejumlah organisasi-organisasi tingkat

    lokal secara langsung maupun yang terbentuk bertingkat-tingkat

    untuk menyatakan dir i sebagai wakil atau representasi dar i

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    10/104

    Saturnino M. Borras Jr

    x

    beragam-ragam organisasi gerakan tani yang beroperasi di sejumlah

    wilayah/lokal atau basis-basis pengirganisasian tertentu.

    Saat ini memang banyak sekali tumbuh organisasi-organisasitani di Indonesia, dari mulai tingkat lokal hingga tingkat nasional,

    dari sebentuk organisasi yang hanya terdiri dari sejumlah orang

    yang berasal dari beberapa kampung saja, hingga suatu bentuk

    koalisi atau jaringan atau dalam bahasa cantiknya menyatakan diri

    sebagai federasi organisasi tingkat nasional. Tetapi diakui atau tidak,

    kenyataannya sangat sedikit dari organisasi-organisasi ini dimana

    secara relatif seluruh orang yang dinyatakan sebagai anggotanya

    akan secara sadar, tegas, jelas, percaya diri, dan dengan penuhkebanggaan menyatakan diri sebagai anggota dari organisasi-

    organisasi tersebut. Atau dengan kata lain, masih sangat sedikit

    jumlahnya organisasi-organisasi tani yang bermunculan bak jamur

    di musim hujan saat ini yang memiliki anggota yang dapat secara

    sadar segera mengidentifikasi diri dengan organisasi di mana

    mereka bergabung, berjuang, dan menjadikan organisasinya

    sebagai alat perjuangan kolektif. Apalagi yang secara sadar dapat

    segera mengidentifikasi diri sebagai bagian dari suatu organisasijaringan atau koalisi atau federasi dimana organisasinya dinyatakan

    ambil bagian.

    Dalam suatu gerakan sosial, persoalan identifikasi diri yang

    kemudian akan berimplikasi pada soal keterwakilan ini adalah soal

    penting. Di satu sisi, bagi organisasi itu sendiri, identifikasi diri yang

    jelas dar i orang-orang yang diklaim sebagai anggotanya

    merefleksikan keberhasilan kerja pengorganisasian untuk

    menempatkan organisasi sebagai bagian dari kehidupan keseharianorang-orang tersebut di mana mereka mengakumulasikan secara

    sadar kepentingan-kepentingan dan aspirasi-aspirasinya secara tetap.

    Identifikasi diri dari sejumlah orang yang menempatkan dirinya

    sebagai bagian dari suatu gerakan sosial itu lah salah satu indikasi

    untuk melihat apakah gerakan yang bersangkutan mengakar (rooted)

    atau tidak dan seberapa luas akar-akar tersebut telah tertanam di

    dalam tubuh masyarakat/komunitas. Di sisi lain, persoalan

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    11/104

    Via Campesina

    xi

    identifikasi diri yang jelas dari orang-orang yang dinyatakan/

    menyatakan diri sebagai anggota suatu organisasi atau suatu jaringan

    organisasi atau suatu federasi tertentu akan membuat organisasitersebut mudah mengembangkan sistem dan mekanisme

    perwakilan, pertanggungjawaban, dan akuntabilitas. Selain itu, bagi

    organisasi-organisasi tersebut kemampuan para anggotanya untuk

    segera secara tegas megidentifikasi dirinya sebagai bagian dari suatu

    organisasi gerakan sosial tertentu merupakan langkah awal yang

    penting untuk menumbuhkan dan mengembangkan budaya

    gerakan massa di dalam organisasi dan kehidupan keseharian

    anggota-anggotanya.

    * * *

    Organisasi-organisasi tani kontemporer1di Indonesia baru muncul

    secara embrionik sekitar awal tahun 90an sebagai kelanjutan dari

    aksi-aksi protes terhadap penggusuran dan pengambilalihan lahan-

    lahan garapan petani untuk dialihkan menjadi fungsi-fungsi

    ekonomis lainnya (Fidro dan Fauzi, 1995; Bachriadi dan Fauzi,

    2001; Firmansyah, et.al, 1999). Aksi-aksi itu, yang mulai marak padaparuh ketiga dekade 80-an, pada mulanya adalah aksi-aksi protes,

    pembelaan dan advokasi, maupun solidaritas yang digelar oleh

    mahasiswa dan organisasi-organisasi non pemerintah (ornop) atas

    kasus-kasus penggusuran yang banyak terjadi di berbagai daerah

    di Indonesia khususnya yang terjadi di Jawa, Sumatera, Bali dan

    1 Istilah ini untuk membedakan dengan fenomena maraknya organisasi-organisasi

    tani yang tumbuh dan berkembang pada tahun-tahun sebelum pemerintahan

    Soeharto berkuasakhususnya pada periode-periode waktu antara tahun 40-

    an hingga 60-an. Pemilahan ini penting dilakukan karena adanya satu

    keterputusan sejarah gerakan petani yang terorganisir dalam organisasi-

    organisasi tani dan budaya gerakan massa tani akibat proses pergantian rezim

    kepemimpinan politik di Indonesia yang terjadi pada tahun 1965-1966. Satu

    tinjauan yang cukup baik untuk melihat dinamika dan konstelasi politik gerakan

    tani pada periode ini dapat lihat misalnya pada Fauzi (1999).

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    12/104

    Saturnino M. Borras Jr

    xii

    Lombok. Bersamaan dengan aksi-aksi pembelaan dan advokasi

    tersebut, kelompok-kelompok solidaritas mahasiswa dan pemuda

    serta jaringan kerja advokasi aktivis ornop-mahasiswa di berbagaikota tumbuh dengan subur. Misalnya: KSMURB2 (kelompok aksi

    dan advokasi untuk Kasus Badega, berbasis di Bandung) yang

    kemudian berkembang menjadi KPMURI (Komite Pembelaan

    Mahasiswa untuk Rakyat Indonesia, yang juga berbasis di

    Bandung); KSKPLGC3(kelompok aksi dan advokasi untuk Kasus

    Cimacan yang dibangun sebagai poros aksi aktivis Jakarta-Bogor-

    Bandung); KSKPKO4 (kelompok aksi dan advokasi untuk Kasus

    Kedung Ombo yang berbasis di Salatiga dan Yogya); KIRAB5

    (kelompok aksi mahasiswa beberapa dari kota di Jawa dalam kasus

    pembangunan Pusat Latihan Tempur Marinir Blangguan Jawa

    Timur); KMUWT6 di Surabaya, KSMMUWT7 di Malang, dan

    KSMJ8 di Jember (merupakan kelompok-kelompok aksi

    mahasiswa dalam kasus perluasan lahan eksploitasi pabrik semen

    Gresik di Jawa Timur); KSMPSK9 (kelompok aksi dan advokasi

    dalam Kasus Sumber Klampok di Bali) dan KSRB10 (kelompok

    advokasi dalam Kasus Sendang Pasir) yang keduanya berbasis diBali; KSUMP11 (kelompok aksi dan advoksi dalam Kasus

    Pemengkong) serta JAKAD12 (jaringan advokasi kasus-kasus

    pertanahan di NTB) yang berbasis di Mataram; dan berbagai

    kelompok-kelompok aksi dan advokasi lainnya.

    2 Komite Solidaritas Mahasiswa untuk Rakyat Badega.3 Komite Solidaritas Korban Pembangunan Lapangan Golf Cimacan.4 Komite Solidaritas untuk Korban Pembangunan Kedung Ombo.5 Komite Solidaritas Rakyat Blangguan.6 Komite Mahasiswa untuk Warga Tuban.7 Komite Solidaritas Mahasiswa Malang untuk Warga Tuban.8 Komite Solidaritas Mahasiswa Jember.9 Komite Solidaritas Mahasiswa dan Pemuda untuk Sumber Klampok.10 Komite Solidaritas untuk Rakyat Bali.11 Komite Solidaritas Untuk Masyarakat Pemengkong.12 Jaringan Kerja Advokasi.

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    13/104

    Via Campesina

    xiii

    Jaringan aksi dan advokasi yang dilakukan mahasiswa dan

    organisasi non pemerintah (ornop) yang berkerjasama dengan

    baik, terlepas dari dinamika konflik dan sentimen yangberkembang di antara mereka, dalam beberapa hal berhasil

    menaikan isu-isu penggusuran dan hak-hak atas tanah ke tingkat

    internasional dengan bungkusan utamanya pelanggaran hak-hak

    asasi manusia. Dengan segera isu pelanggaran hak asasi manusia

    dalam kasus-kasus penggusuran di Indonesia menjadi sorotan

    internasional. Bahkan beberapa kasus sempat menjadi bahan

    pembicaraan atau contoh kasus yang terus-menerus hidup di

    lingkungan pergaulan aktivis ornop ataupun diskusi-diskusi dilingkup internasional, seperti: kasus Kedung Ombo13, Badega14,

    Blangguan15, Cimacan16, Lomanis17, Sei Lepan18, Nipah19, dan

    beberapa kasus lainnya.

    Maraknya perkembangan kelompok-kelompok solidaritas

    aksi di beberapa kota, secara aktif mereka juga membangun

    jar ingan komunikasi dan jar ingan aksi antar kota untuk

    memperbesar pengaruh serta daya dorong terhadap perubahan

    politik di Indonesia. Pada titik tertentu gerak dari kelompok-

    13 Kasus pembangunan waduk Kedung Ombo di Jawa Tengah.14 Kasus penyerobotan tanah garapan petani untuk perkebuanan besar di Garut,

    Jawa Barat.15 Kasus penyerobotan tanah garapan petani untuk pengembangan areal latihan

    militer di Jawa Timur.16 Kasus pembangunan lapangan golf di Cimacan (Jawa Barat) yang menyerobot

    tanah garapan petani.17 Kasus pembangunan pabrik pengolahan kimia di Cilacap, perbatasan Jawa

    Barat dan Jawa Tengah.18 Kasus pengembangan perkebunan kelapa sawit dengan pola perkebunan inti

    rakyat transmigrasi lokal (PIR-Trans).19 Kasus pembangunan waduk Nipah di Madura Jawa Timur yang kemudian

    menimbulkan korban jiwa sebanyak 4 orang akibat ditembak oleh aparat

    militer setempat. Lihat: Hardiyanto, et.al.(ed.) (1995).

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    14/104

    Saturnino M. Borras Jr

    xiv

    kelompok aksi yang dimotori oleh mahasiswa ini sesungguhnya

    sudah meninggalkan esensi dan makna dari gerakan agraria yang

    selama ini mereka geluti sendiri, karena yang lebih didorongkemudian adalah upaya untuk memunculkan satu gerakan sosial

    yang meluas di Jawa khususnya yang berbasis pada mahasiswa

    untuk penggulingan rezim yang berkuasa di Indonesia saat itu.

    Pada titik ini, sesungguhnya gerakan mahasiswa pada tahun-

    tahun tersebut yang mulanya menjadi motor dari gerakan agraria

    (agrarian movement) yang telah mulai terbangun semakin berjarak

    dengan kepentingan langsung kaum tani. Selain itu, mulai tampak

    gejala kasus-kasus sengketa dan petani-petani atau rakyat korbanpenggusuran hanya dijadikan semacam kuda tunggangan oleh

    sebagian aktivis dalam pergulatan untuk menggulingkan elite yang

    sedang berkuasa: sesuatu yang sangat tipikal, menurut Skocpol,

    dalam watak gerakan kaum menengah kota atau kaum terdidik

    kota yang terlibat atau melibatkan diri dalam gerakan agraria atau

    gerakan kaum tani (Skocpol, 1979).

    Pada masa ini dapat dikatakan format isu yang menonjol dalam

    keseluruhan gerakan agraria yang muncul adalah PengembalianTanah Rakyat yang Dirampas dan Hak-hak Rakyat atas Tanah.

    Meskipun demikian, format isu ini baru menyentuh hak rakyat

    atas tanah akibat perampasan langsung, belum menyentuh

    persoalan hak rakyat atas tanah karena ketimpangan struktural dan

    menjadi penyebab utama dari kemiskinan di pedesaan yang

    karenanya pemerataan penguasaan tanah (land reform) kemudian

    diyakini sebagai jalan keluar yang paling tepat. Dengan kata lain,

    tema sentral yang berkembang pada saat itu baru menyentuhhilangnya hak-hak rakyat atas tanah yang selama ini mereka garap,

    kuasai, miliki, duduki, atau tinggali. Gerakan yang ada belum

    menyentuh persoalan hak-hak kaum buruh tani atau petani tak

    bertanah, yang ironisnya justru oleh UUPA 1960 dan UU Land

    Reform dikatakan secara eksplisit sebagai kelompok masyarakat

    yang memiliki hak atas tanah. Dengan kata lain pula, gerakan yang

    berkembang pada waktu itu baru menyentuh lapisan masyarakat

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    15/104

    Via Campesina

    xv

    yang memiliki dan/atau menguasai tanah yang kehilangan haknya.

    Format isu yang lebih jauh dari itu yang juga nantinya akan

    berimplikasi pada bentuk organisasi gerakannya belummenyeruak secara kuat. Sehingga tema-tema seperti pembaruan

    agraria, land reform dan sebagainya yang lebih berorientasi pada

    perombakan struktur agraria nyaris tidak terdengar.

    * * *

    Akhirnya sejumlah mantan aktivis gerakan sosial dan aktivis

    Ornop yang tidak lain kebanyakan adalah sejumlah mantan aktivis

    gerakan mahasiswa yang terlibat dalam gerakan protes danpembelaan petani, baik sebagai organizer maupun petugas

    penghubung antara basis gerakan di desa dengan dunia luar-

    nya, mulai melihat adanya gejala kesenjangan dalam proses

    pencapaian tujuan gerakan selama ini. Kesenjangan itu adalah jarak

    antara menggebu-gebunya aktivitas dan semangat kaum terdidik

    kota dalam mengorganisir gerakan dan rakyat tani di basis dengan

    kemampuan dan keterlibatan rakyat tani sendiri di dalam gerakan

    itu yang pada akhirnya membuat bias capaian tujuan dari gerakan.Dalam sejumlah analisisnya kemudian disimpulkan bahwa selama

    ini gerakan agraria atau gerakan pembelaan kaum tani yang

    semestinya berangkat dari kepentingan pokok kaum tani untuk

    memperjuangkan nasibnya telah terdistorsi karena motor-motor

    gerakan ada di kota, bukan di basis-basis massa kaum tani sendiri

    (Aditjondro, 1993; Saragih, 1993; Santoso, 1993; Suprapto, 1993;

    Fauzi, 1993 dan 1995a). Sehingga yang tampak dalam setiap aksi

    atau keseluruhan gerakan hampir seperti proses mobilisasi massatani oleh kaum terpelajar kota, ketimbang terbentuknya kesadaran

    kaum tani sendiri yang lebih kokoh dan mengakar.

    Berangkat dari keprihatinan ini, sejumlah aktivis dari

    beberapa kota mulai membangun jaringan untuk membangun

    komunikasi dan perumusan-perumusan model pengorganisasian

    petani yang lebih berwawasan kader di dalam kantong-katong

    basis petani itu sendiri. Dimotori oleh sejumlah aktivis dan Ornop

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    16/104

    Saturnino M. Borras Jr

    xvi

    dari Bandung dan beberapa kota dibentuklah poros Kisaran-

    Lampung-Bandung-Jogja-Denpasar. Di Kisaran, Sumatera Utara

    harapan untuk munculnya satu bentuk baru pengorganisasianrakyat tani ditumpukan kepada Yayasan Sintesa. Di Lampung pada

    LBH Pos Bandar Lampung, di Bandung pada Lembaga Pendidikan

    dan Pengembangan Pedesaan (LP3), di Jogja pada Lembaga Kajian

    Hak-hak Rakyat (Lekhat), dan di Denpasar pada Yayasan Manikaya

    Kauci.

    Langkah-langkah pertama, setelah sejumlah pertemuan sharing

    pengalaman dan konsolidasi gagasan, pada tahun 1993 dibuatlah

    satu pertemuan besar yang melibatkan sejumlah LSM yangbergerak dalam pembelaan rakyat dalam kasus-kasus sengketa

    pertanahan dan sejumlah tokoh-tokoh dari rakyat korban itu

    sendiri. Pertemuan yang disebut dengan Pertemuan Lembang I

    itu berhasil membangun kesadaran baru diantara para peserta

    tentang perlunya membangun organisasi rakyat tani yang genuine

    dan perlunya disusun sebuah panduan khusus untuk

    mengembangkan organisasi-organisasi tani tersebut.20

    Pertemuan Lembang I juga menyepakati sejumlah LSM/Ornop dijadikan wadah untuk mulai mengembangkan organisasi-

    organisasi tani yang genuinedi tingkat lokal hingga pembentukan

    organisasi-organisasi tani tingkat regional atau propinsi. Pertemuan

    Lembang I juga memandatkan untuk menyiapkan sebuah

    pertemuan lanjutan untuk mengevaluasi seluruh usaha tersebut

    dua tahun berikutnya.

    Beberapa tahun sebelum petemuan Lembang I sebetulnya

    sebuah embrio organisasi tani tingkat regional yang relatif genuinetelah muncul di Jawa Barat. Namanya Serikat Petani Jawa Barat

    (SPJB). Organisasi ini didirikan pada tahun 1991 oleh sejumlah

    20 Panduan itu kemudian terbit menjadi sebuah buku panduan pengorganisasian

    kaum tani yang berjudul ABC Organiasi Tani dan diterbitkan secara terbatas

    oleh LPPP. Buku panduan ini kemudian setelah diperluas menjadi Seri Panduan

    Organisasi Taniyang diterbitkan oleh KPA (KPA, 1998).

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    17/104

    Via Campesina

    xvii

    aktivis organisasi tani lokal dan aktivis pemuda serta mahasiswa.

    Dilihat dari sejarah pembentukannya, SPJB dapat dikatakan

    sebagai organisasi pelopor. Meskipun pada awal pembentukannyakepemimpinan kolektif organisasi masih melibatkan kekuatan-

    kekuatan pemuda dan mahasiswa dalam struktur kepemimpinnya.

    Tetapi setelah berjalan beberapa tahun, dan kelompok petani

    merasa sudah memiliki kemampuan dan kemandirian, maka

    kepemimpinan organisasi ini sepenuhnya dikuasai oleh kalangan

    petani. Watak kepeloporan lainnya dari SPJB adalah perannya dalam

    mengilhami pembentukan organisasi-organisasi sejenis di daerah-

    daerah lain, juga dijadikannya SPJB sebagai model acuan (referencegroup) bagi organisasi-organisasi tani lainnya yang muncul

    belakangan baik dalam hal metode pengorganisasian lokalnya,

    kepemimpinannnya, maupun proses kaderisasi dan

    konsolidasinya.21 Bahkan dapat dikatakan, sejumlah pengalaman

    yang ada di SPJB lah yang dijadikan dasar bagi perluasan pengalihan

    basis gerakan agraria dari perkotaan ke pedesaan seperti yang

    dikehendaki oleh kekuatan poros Kisaran-Lampung-Bandung-

    Jogja-Denpasar.Pasca pertemuan Lembang I mulai lah sejumlah aktivis

    mengembangkan dan memperkuat basis-basis rakyat korban dalam

    bentuk organisasi-organisasi tani lokal. Setelah sejumlah organisasi

    tani lokal dianggap cukup solid serangkaian pertemuan lanjutan

    diadakan untuk membangun organisasi tani tingkat regional atau

    antar wilayah dalam satu propinsi. Sejumlah kerja pengorganisasi

    dan konsolidasi ulang di berbagai basis petani yang berkasus22

    kemudian berhasil membentuk sejumlah serikat petani tingkat

    21 Lihat AD-ART SPJB dan Term Of Reference Kongres SPJB 1998 untuk

    mengetahui lebih banyak tentang pandangan dasar dan pokok-pokok

    perjuangan pembentukan SPJB.22 Istilah basis petani berkasus mengacu kepada sejumlah kasus konflik pertanahan

    yang terjadi akibat penggusuran maupun perampasan tanah-tanah garapan petani

    oleh pihak-pihak pemegang modal maupun oleh instansi-instansi pemerintah

    dengan dukungan penuh dari nyaris seluruh aparat pemerintahan.

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    18/104

    Saturnino M. Borras Jr

    xviii

    regional di beberapa propinsi. Misalnya Serikat Petani Sumatera

    Utara (SPSU), Persatuan Insan Tani Lampung (PITL), Himpunan

    Petani Mandiri Jawa Tengah, dan lainnya (Bachriadi dan Fauzi,2001).

    Munculnya sejumlah organisasi tani regional yang memiliki

    basis-basis massa di tingkat lokal sedikitnya berhasil mengubah

    halauan sejumlah aktivis yang selama ini bergerak dalam aksi-

    aksi pembelaan hak rakyat atas tanah dengan lebih memberi

    perhatian pada hak-hak kaum tani yang lebih luas dari sekedar

    hak atas tanah. Perhatian mereka mulai melebar pada hak-hak

    produksi, hak-hak sosial-ekonomi, dan hak-hak politik kaum tanisecara umum. Pemindahan perhatian ini memberikan satu

    perspektif baru dalam agenda-agenda perjuangan yang selama ini

    telah digeluti. Jika pada awalnya agenda-agenda utama hanya

    menyentuh soal hak rakyat atas tanah, khususnya hak pemilik dan/

    atau kelompok masyarakat yang dapat menguasai tanah, serta

    perilaku negara dan modal yang mengabaikan hak-hak tersebut,

    maka sekarang perhatian sudah lebih mengarah kepada hak-hak

    politik, sosial, dan ekonomi kaum tani khususnya dalam prosesproduksi serta perlunya dikembangkan suatu program pembaruan

    agaria (Reforma Agraria) yang dapat memperkuat perekonomian

    rakyat, khususnya kaum tani. Sedangkan analisis-analisis yang

    berkembang sekarang didasari pada pertanyaan-pertanyaan:

    Bagaimana nasib kaum tani, secara keseluruhan, di Indonesia saat

    ini? Mengapa pembaruan agraria diperlukan di Indonesia?

    Mengapa pemerintah selama ini tidak menjalankan pembaruan

    agraria? Mengapa UUPA 1960 dan UU Land Reform yang adatidak bekerja sebagaimana mestinya? Apa faktor-faktor yang

    membuat itu semua terjadi?

    Dengan perpindahan tema atau agenda perjuangan, maka isu

    hak rakyat atas tanah diperluas perspektifnya. Isu perjuangan mulai

    mengarah tidak lagi pada kelompok-kelompok petani pemilik

    tanah saja yang tergusur dari tanah-tanahnya akibat program-

    program pembangunan, tetapi hak-hak kaum buruh tani dan

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    19/104

    Via Campesina

    xix

    petani penggarap (land to the tillers) juga mulai muncul ke atas

    permukaan. Meskipun pada kenyataannya di beberapa daerah

    kantong organisasi tani yang ada basis pengorganisasiannya masihbanyak bertumpu pada kelompok-kelompok petani berkasus.

    * * *

    Pada tahun 1995 terjadi persimpangan modus operandi gerakan

    agraria di Indonesia. Arus pertama ditandai dengan munculnya

    satu organisasi yang merupakan koalisi nasional dari sejumlah

    Ornop, organisasi petani, dan individu yang memiliki concerned

    untuk mendorong pembaruan agraria di Indonesia. Organisasikoalisi nasional itu adalah Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA).23

    Disebutkan bahwa pembentukan KPA bertujuan untuk

    menjalankan pembaruan agraria di Indonesia.24

    Arus lainnya adalah proses konsolidasi dan pembentukan

    federasi serikat-serikat tani yang bermuara pada pembentukan

    Federasi Serikat Tani Indonesia (FSPI) yang dideklarasikan pada

    tahun 1998.Dalam satu dokumen organisasi ini disebutkan tujuan

    didirikannya FSPI adalah sebagai wadah bersama perjuangan

    23 KPA sebetulnya dideklarasikan pada tahun 1994 oleh 13 organisasi non

    pemerintah, yang kemudian selama satu tahun relatif masih bekerja di bawah

    tanah dan berkonsentrasi untuk melakukan pelebaran koalisi dan konsolidasi

    dengan melibatkan lebih banyak organisasi non pemerintah juga organisasi-organisasi tani dan individu khususnya kaum intelektual hingga

    diselenggarakannya Musyawarah Nasional KPA yang pertama pada Desember

    1995. Setelah itu KPA berkerja secara terbuka menantang rezim yang berkuasa

    untuk menjalankan pembaruan agraria (reforma agraria) di Indonesia.24 Tujuan pembentukan KPA ini tertuang di dalam statutapembentukan KPA.

    Dalam Musyawarah Nasional II KPA yang diselenggarakan tahun 1998, terjadi

    sedikit perumusan ulang tujuan pembentukannya yang diubah menjadi

    mendorong terwujudnya pembaruan agraria di Indonesia. Untuk jelasnya

    lihat dokumen StatutaKonsorsium Pembaruan Agraria tahun 1995 dan 1998.

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    20/104

    Saturnino M. Borras Jr

    xx

    petani Indonesia dalam upaya mewujudkan tatanan agraria yang

    adil dan kehidupan politik yang demokratis di Indonesia.25

    Sesungguhnya tidak ada perbedaan yang berarti dalam keduaarus ini kecuali keanggotaan dari masing-masing koalisi yang baru

    terbentuk tersebut. Jika KPA diisi oleh lebih banyak organisasi

    non pemerintah,26 maka FSPI menetapkan keanggotaan hanya

    boleh diisi oleh serikat-serikat petani yang memenuhi sejumlah

    kriteria tertentu yang diantaranya adalah: merupakan organisasi

    petani di tingkat propinsi maupun yang dapat dianggap setingkat;

    mempunyai minimal 50 organisasi tani di tingkat desa; dan tidak

    menjadi organisasi lainnya.27

    Dalam berbagai aktivitasnya, kedua koalisi tingkat nasional

    ini relatif tidak memiliki perbedaan, kecuali sejumlah penekanan

    pada hal-hal yang sifatnya programatik. Jika KPA menekankan

    pada kerja-kerja advokasi kebijakan agraria di tingkat nasional,

    maka FSPI pada mulanya menekankan pada kerja-kerja penguatan

    organisasi tani di tingkat regional. Meskipun demikian, KPA juga

    menekankan pentingnya memperkuat organisasi-organisasi tani

    sebagai basis utama dalam memperbesar gerakan agraria. TetapiKPA menekankan pentingnya penguatan basis-basis dan organisasi

    tani ini menjadi tanggung jawab langsung organisasi-organisasi

    25 Dokumen yang dimaksud adalah Pembaruan Agraria Jalan Rakyat Indonesia

    menuju Masyarakat Adil, Makmur dan Merdekayang dikeluarkan oleh Federasi

    Serikat Petani Indonesia, 1999.26 Dalam perkembangan selanjutnya, KPA juga mulai berupaya menyeimbangkan

    keanggotaannya agar terjadi keseimbangan komposisi antara organisasi-

    organisasi non pemerintah dan serikat-serikat atau organisasi tani. Berdasarkan

    pencatatan keanggotaan yang terakhir dimana anggota KPA saat ini berjumlah

    lebih dari 130 organisasi terdapat sekitar 40 organisasi yang menyatakan

    dirinya sebagai organisasi rakyat baik yang berbentuk organisasi tani,

    organisasi nelayan, maupun persekutuan masyarakat adat.27 Mengenai kriteria-kriteria selengkapnya yang ditetapkan oleh FSPI lihat

    dokumen Anggaran Rumah Tangga (ART) Federasi Serikat Petani Indonesia

    (FSPI), 2003, khususnya Bab I.

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    21/104

    Via Campesina

    xxi

    yang menjadi angotanya. Demikian pula dengan FSPI, secara nyata

    organisasi ini juga melakukan kerja-kerja advokasi untuk

    mendorong perubahan kebijakan agraria di Indonesia agar prokepada kepentingan petani. Di sisi lain, sebagian anggota FSPI

    yang saat ini berjumlah 12 serikat tani28 juga menjadi anggota

    KPA.

    Saat ini dengan berbagai dinamika yang terjadi di dalam

    beragam kerja pengorganisasi, konsolidasi gerakan, dan gerakan

    advokasi telah memunculkan sejumlah aliansi organisasi tani yang

    mengklaim diri berada di tataran nasional, seperti: Federasi Serikat

    Tani Indonesia (FSPI), Aliansi Petani Indonesia (API), AliansiGerakan Reforma Agraria (AGRA), dan boleh juga disebut di

    sini satu organisasi tani yang memiliki hubungan sangat dekat

    dengan Partai Rakyat Demokratik (PRD) yakni Serikat Tani

    Nasional (STN).

    Jika FSPI telah disinggung sedikit latar belakang

    pembentukannya, maka API merupakan hasil bentukan dari

    sejumlah basis-basis pengorganisasian petani yang dilakukan oleh

    sejumlah community organizers yang berinduk pada satu organisasinon pemerintah yang cukup berumur di Indonesia, yakni

    28 Saat ini organisasi-organisasi tani tingkat regional atau provinsial yang menjadi

    anggota FSPI adalah: Perhimpunan Masyarakat Tani Aceh (PERMATA), SerikatPetani Sumatera Utara (SPSU), Serikat Petani Sumatera Barat (SPSB),

    Persatuan Petani Jambi (PERTAJAM), Serikat Petani Sumatera Selatan (SPSS),

    Serikat Petani Lampung (SPL), Serikat Petani Jawa Barat (SPJB), Serikat

    Petani Jawa Tengah (SPJT), Serikat Petani Jawa Timur (SPJatim), Federasi

    Serikat Petani Jawa Timur (FSPJT), Serikat Petani Pasundan (SPP), dan Serikat

    Petani Banten (SP-Banten). Daftar ini diperoleh dari daftar keanggotaan via

    campesinadi mana FSPI sebagai anggota via campesinamencantumkan ke-12

    organisasi tani ini sebagai organisasi-organisasi yang diwakilinya. Lihat:

    www.viacampesina.org.

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    22/104

    Saturnino M. Borras Jr

    xxii

    Sekretariat Bina Desa atau juga dikenal sebagai Indonesian

    Secretariat for Development Human Resources in Rural Areas

    (INDRHA) yang merupakan bagian dari ASIADRHA.29

    SementaraAGRA adalah satu bentukan aliansi dari sejumlah organisasi tani

    atau embrio-embrio serikat tani yang dimotori oleh sejumlah

    aktivis KPA pasca 2002.30

    Uniknya pula, organisasi-organisasi tersebut memiliki

    keanggotaan yang saling tumpang tindih. Artinya ada satu organisasi

    tani apakah berbentuk organisasi tani tingkat propinsi, kabupaten

    maupun antar kabupaten yang menjadi anggota dari berbagai

    organisasi tani tingkat nasional yang ada. Misalnya, Serikat PetaniPasundan (SPP) merupakan anggota FSPI, juga anggota API, dan

    merupakan salah satu inisiator pembentuk AGRA pula selain sejak

    awal pembentukannya langsung berafiliasi dengan KPA. Begitu

    juga dengan Serikat Tani Bengkulu (STAB) sebagai contoh

    lainnya dimana organisasi ini secara sekaligus juga menjadi

    anggota atau partisipan aktif dari dua organisasi yang mengklaim

    dirinya sebagai organisasi petani tingkat nasional yakni API, dan

    AGRA selain selain juga menjadi anggota aktif dari KPA yang

    29 Di tingkat Asia, API berafiliasi dengan Asian Farmers Association (AFA) yang

    disinyalir memiliki hubungan dengan International Federation Agriculture

    Producers (IFAP). Meskipun demikian, sesungguhnya antara AFA dan IFAP

    tidak ada keterkaitan langsung apalagi terikat dalam suatu hubungan struktural

    seperti afiliasi keanggotaan. AFA baru mengadakan Kongres (General Assembly)

    yang pertamanya pada Februari 2004 di Indonesia. Sebelumnya AFA masihberbentuk embrio dari koalisi organiasi-organisasi tani di Asia. Penulis

    mengucapkan terima kasih atas sejumlah informasi yang diberikan oleh Saiful

    Bahari dari Sekretariat Bina Desa dan Tri Heru Wardoyo Chairpersondari

    AFA.30 Tahun 2002 adalah tahun diselenggarakannya Musyawarah Nasional KPA

    yang ke-3, dimana selain terjadi regenerasi kepemimpinan di dalam tubuh

    organisasi koalisi nasional ini, juga semakin ditegaskan perlunya KPA

    mendorong penguatan organisasi-organisasi tani sebagai motor utama gerakan

    reforma agraria di Indonesia.

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    23/104

    Via Campesina

    xxiii

    merupakan koalisi nasional untuk memperjuangkan pembaruan

    agraria dan penguatan organisasi tani tetapi tidak menyatakan

    dirinya sebagai organiasi petani meskipun memiliki cukup banyakanggota yang berbentuk organisasi tani.31

    Satu hal yang penting untuk diperhatikan juga adalah kenyataan

    bahwa seluruh organisasi tersebut lagi-lagi tidak

    memperlihatkan suatu perbedaan yang signifikan di dalam

    orientasi dan tujuan pembentukannya. Keseluruhannya

    menempatkan Reforma Agraria sebagai agenda pokok

    perjuangannya. Keseluruhannya juga sama-sama menegaskan

    tantangannya kepada agenda-agenda neo-liberal yang dianalisisakan semakin menyengsarakan kehidupan petani kecil

    khususnya petani tak bertanah di Indonesia.

    * * *

    Di tingkat lokal sendiri, kemajuan-kemajuan dan kemunduran dalam

    pembentukan dan penguatan organisasi tani sangat berkait dengan

    berbagai dinamika ekonomi dan politik makro yang terjadi di tingkat

    nasional maupun internasional. Bahkan perkembangan baru

    khususnya pasca tahun 1999 ketika kebijakan politik desentralisasi

    dan otonomi daerah mulai diterapkan dinamika politik di tingkat

    kabupaten menjadi faktor yang cukup signifikan mempengaruhi

    dinamika kerja-kerja pengorganisasian petani di berbagai daerah.

    Perubahan politik yang terjadi akibat gerakan reformasi yang

    membuat ruang politik menjadi lebih longgar bagi kelompok-

    kelompok masyarakat marjinal untuk mengorganisir diri jelas telah

    menjadi faktor yang cukup penting dalam memperbesar peluang

    bagi kemunculan organisasi atau serikat-serikat tani di berbagai

    31 STAB sesungguhnya terlibat sejak awal dalam pembentukan FSPI. Tetapi satu

    tahun setelah deklarasi FSPI, tepatnya pada awal tahun 2000 serikat tani ini

    menyatakan keluar dari FSPI. Penulis berterima kasih kepada Agustam

    Sekjen STAB untuk penjelasan mengenai hal ini.

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    24/104

    Saturnino M. Borras Jr

    xxiv

    daerah secara terbuka. Sementara perkembangan praktek politik

    daerah telah memaksa organisasi-organisasi atau serikat-serikat

    tersebut untuk bereaksi secara langsung dengan berbagaiperubahan politik, kepemimpinan, dan kebijakan-kebijakan

    pemerintah daerah yang secara langsung dianggap akan menjadi

    ancaman sekaligus peluang baru dalam kehidupan petani. Ada

    sejumlah organisasi tani yang relatif berhasil memainkan

    perubahan-perubahan politik di tingkat lokal, seperti Serikat Petani

    Pasundan (SPP) di Jawa Barat dan Serikat Petani Bengkulu (STAB)

    di Bengkulu misalnya. Kedua organisasi ini secara aktif

    memanfaatkan peluang perubahan konstelasi politik dan perebutankekuasaan formal di lembaga-lembaga legislatif maupun eksekutif

    untuk memasukan pengaruhnya, mempengaruhi pembentukan

    kebijakan lokal, maupun menempatkan orang-orangnya di dalam

    lembaga-lembaga pemerintahan khususnya di tingkat kabupaten.

    Dalam hal ini satu hal yang mendasar dilakukan oleh serikat-serikat

    tani tersebut adalah memasukan unsur penguasaan suara pemilih

    pada Pemilu sebagai salah satu elemen baru yang dimasukan ke

    dalam agenda pokok kerja-kerja pengorganisasiannya. Hasilnyasejumlah kader serikat-serikat tersebut kini ada yang berhasil

    duduk di dalam Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD),

    bahkan ada yang berhasil menjadi anggota Dewan Perwakilan

    Daerah (DPD) yang berkedudukan di Jakarta yang dalam

    berbagai hal dapat dipersamakan dengan posisi senator di dalam

    sistem legislatif dua kamar (bikameral).

    Otonomi daerah yang membuat ruang partisipasi politik rakyat

    menjadi lebih besar di tingkat pedesaan juga secara efektif meskipun perlahan tetapi memperlihatkan kepastian telah

    dimanfaatkan oleh serikat-serikat petani tersebut untuk mulai

    menguasai arena kepemimpinan formal di pedesaan. Secara aktif

    saat ini sejumlah organisasi tani telah menjadikan penguasaan

    kepemimpinan formal di desa dengan mendudukkan kader-kader

    mereka dalam Badan Perwakilan Desa (BPD) maupun sebagai

    Kepala Desa sebagai salah satu agenda politiknya.

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    25/104

    Via Campesina

    xxv

    Dalam konteks pengembangan aksi-aksi kolektif, secara kualitatif

    juga telah terjadi pergeseran cukup signifikan. Sejak pertengahan

    tahun 90-an serikat-serikat petani baik yang telah terbentukdan mulai memapankan diri, maupun yang masih bersifat embrional

    lebih mengkonsentrasikan dirinya pada aksi-aksi pendudukan

    tanah (land occupation) ketimbang sekedar melakukan pembelaan

    terhadap kasus-kasus penggusuran tanah garapan petani seperti

    yang lebih banyak terjadi pada tahun 80-an.

    Dengan kata lain, sejak pertengahan tahun 90-an sesungguhnya

    telah terjadi pergeseran dalam model aksi-aksi kolektif petani dan

    kelompok-kelompok pendukungnya dari bentuk aksi-aksi protesdan pembelaan kepada bentuk-bentuk aksi pendudukan tanah

    khususnya oleh petani-petani yang tak bertanah (landless peasant)

    atau yang memiliki tanah garapan sempit (small peasant). Meskipun

    perkembangan baru dalam aksi-aksi kolektif ini lebih banyak terjadi

    di daerah-daerah dataran tinggi dan lebih banyak menyasar tanah-

    tanah perkebunan besar yang dikuasai oleh perusahaan-perusahaan

    negara maupun swasta atau tanah-tanah yang diklaim oleh

    pemerintah sebagai Hutan Negara. Tampaknya trauma sosial akibatpembantaian petani yang terjadi pada tahun 1965-1966 masih terus

    menghantui dengan kuat sehingga secara sadar kelompok-

    kelompok petani tersebut relatif menghindari terjadinya bentrokan

    langsung antara petani tak bertanah atau petani kecil dengan

    kelompok-kelompok tuan tanah di pedesaan.

    Berbagai aksi-aksi kolektif petani dan kelompok-kelompok

    pendukungnya saat ini yang berpangkal dari aksi-aksi pendudukan

    tanah yang disusul dengan pengembangan kemampuan ekonomilokal di tingkat komunitas sesungguhnya semakin mempertegas

    perlunya memikirkan suatu strategi yang juga jelas untuk

    mengembangkan jaringan aksi dan pengorganisasian dari tingkat

    lokal hingga global. Walau bagaimana pun aksi-aksi lokal tersebut

    telah menantang secara nyata kepentingan-kepentingan kapital

    dengan berbagai instrumen termasuk aparatus negara yang

    selama ini dikuasainya. Sementara dari arah yang berlawanan,

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    26/104

    Saturnino M. Borras Jr

    xxvi

    kecenderungan-kecenderungan globalisasi yang diarahkan oleh

    paham neo-liberalisme saat ini telah semakin jelas menjadi ancaman

    yang nyata bagi kelompok-kelompok petani tersebut, sepertidikatakan oleh Boras (2004) dalam tulisannya yang diterjemahkan

    menjadi buku ini. Dia mengatakan bahwa orientasi pasar dan

    perdagangan bebas dari paham neo-liberal akan berkaitan erat

    dengan kebijakan-kebijakan keuangan (fiskal) dan teknologi yang

    akan bergerak semakin menjauh dari berbagai kepentingan petani

    miskin di pedesaan bahkan mereka akan menjadi korban dari

    berbagai kebijakan yang tidak pro-petani kecil. Sementara

    kelompok-kelompok petani ini tidak akan dapat menagih tanggungjawab dan perlindungan dari negara karena peran dan posisi negara

    juga telah dikurangi bahkan dijauhkan dari urusan memberikan

    perlindungan kepada kelompok-kelompok rakyat miskin sebagai

    akibat langsung dari keharusan menerapkan kebijakan pengurangan

    berbagai subsidi, privatisasi, dan pengurangan campur tangan dalam

    hal pengaturan penguasaan dan akses terhadap tanah serta

    perlindungan (proteksi) terhadap produk-produk petani lokal.

    * * *

    Persinggungan langsung antara aktivis-aktivis gerakan reforma

    agraria di Indonesia dengan La Via Campesina satu organisasi

    gerakan tani transnasional yang dibentuk pada tahun 1993 terjadi

    pada awal tahun 1996. Ketika itu, sejumlah aktivis gerakan

    pembaruan agraria di Indonesia memperoleh kesempatan untuk

    menghadiri Konferensi Petani se-Dunia yang ke-2 yang juga

    merupakan kongres La Via Campesina yang ke-2 yangdiselenggarakan di negara bagian Tlaxcala, Meksiko. Kala itu, 5

    orang aktivis yang mewakili sejumlah organisasi terlibat intens di

    dalam pertemuan tersebut dan kemudian diundang untuk

    bergabung dengan organisasi tani transnional tersebut. Kelimanya

    adalah: seorang pimpinan Serikat Petani Sumatera Utara (SPSU),32

    32 SPSU seperti telah disebut di awal tulisan ini adalah satu organisasi tani

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    27/104

    Via Campesina

    xxvii

    seorang pimpinan gerakan/organisasi rakyat Badan Perjuangan

    Rakyat Penunggu Indonesia (BPRPI) di Sumatera Utara yang

    sejak tahun 50an memperjuangkan hak rakyat setempat atas tanahadat mereka,33 seorang pimpinan Serikat Petani Jawa Barat

    (SPJB),34 seorang pimpinan organisasi non pemerintah yang

    berbasis di Flores yang banyak melakukan pengorganisasi petani-

    petani lokal di sana Yayasan Sanres,35dan seorang pimpinan dari

    Badan Pelaksana KPA.

    Meskipun keseluruhannya memperoleh undangan dan

    kesempatan yang sama untuk bergabung dengan via campesina,

    hingga kepulangan mereka kembali ke tanah air, tawaran tersebutbelum direspon secara langsung dengan berbagai pertimbangan.

    Pertimbangan-pertimbangan tersebut intinya berkisar pada soal

    diperlukannya proses pembahasan-pembahasan di masing-masing

    internal organisasi. Dalam pertemuan di Meksiko tersebut juga

    kuat dirasakan adanya dorongan dari sejumlah aktivis petani dan

    aktivis-aktivis pembaruan agraria dari berbagai negara lain agar

    segera dapat dibentuk satu organisasi tani di tingkat nasional

    sebagai organisasi payung bagi gerakan petani dan organisasi-organisasi tani di Indonesia.

    Segera setelah beberapa aktivis yang mendorong terbentuknya

    organisasi tani tingkat nasional mulai menemukan jalan dan format

    bagi pembentukan FSPI, organisasi ini secara resmi mendaftarkan

    tingkat propinsi yang dibentuk akibat dorongan poros Kisaran-Lampung-Bandung-Yogya-Denpasar. SPSU sejak tahun 1995 menjadi salah satu dari

    lima organisasi rakyat yang bergabung di KPA.33 BPRPI selain menjadi anggota FSPI dan anggota KPA sejak awal kemudian

    juga terlibat dalam pembentukan dan menjadi anggota dari Aliansi Masyarakat

    Adat Nusantara (AMAN).34 SPJB yang sejak awal pendirian KPA merupakan salah satu organisasi tani

    pionir yang menjadi anggota KPA, dan kemudian juga bergabung dengan

    FSPI, pada tahun 2002 menyatakan pengunduran diri dari keanggotaan KPA.35 Yayasan Sanres Flores sejak tahun 1998 bergabung menjadi anggota KPA.

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    28/104

    Saturnino M. Borras Jr

    xxviii

    diri menjadi anggota via campesina. Selanjutnya, keanggota FSPI

    di via campesinamenjadi kunci bagi keterlibatan gerakan tani di

    Indonesia di dalam lingkaran gerakan tani transnasional yangdimotori oleh organisasi ini. Hingga saat ini hanya FSPI lah yang

    menjadi angota via campesina. FSPI selama ini mengatasnamakan

    posisinya sebagai satu organisasi tani tingkat nasional (dalam bentuk

    federasi serikat-serikat tani) untuk mewakili gerakan tani

    Indonesia dalam pusaran gerakan tani transnasional yang dimotori

    oleh via campesina.

    Pada kenyataannya masih banyak organisasi dan serikat tani

    lainnya di Indonesia masih kesulitan untuk memperoleh aksesterlibat di dalam pusaran-pusaran gerakan tani transnasional,

    meskipun secara faktual hal itu sangat diperlukan saat ini

    khususnya dalam mengembangkan aksis perjuangan petani yang

    berpangkal dari tingkat lokal hingga ke perjuangan internasional

    atau perjuangan global untuk melawan kecenderungan-

    kecenderungan globalisasi sekarang. Bahkan secara nyata masih

    banyak basis-basis petani yang menjadi bagian dari FSPI secara

    tidak langsung karena organisasi atau serikat mereka tergabung didalam organisasi federasi ini yang tetap merasa asing atau tidak

    mengenal via campesina. Apalagi berharap mereka dapat

    mengidentifikasikan diri dan perjuangannya sebagai bagian dari

    perjuangan petani global yang dimotori oleh via campesina.

    Inilah makna penting dari Cerita yang mengawali tulisan ini,

    yakni pentingnya basis-basis pengorganisasian petani di Indonesia

    yang pada kenyataannya telah bergabung dalam sejumlah serikat-

    serikat atau organisasi tani tani tertentu memberikan identifikasidirinya sendiri sebagai bagian dari pusaran gerakan tani

    transnasional yang direpresentasi oleh via campesina. Dengan kata

    lain, pembumian via campesinadi Indonesia hanya bisa terjadi jika

    telah terjadi proses pengidentifikasian diri dari organisasi-organisasi

    tani lokal yang secara sadar, berani, dan bangga menyatakan dirinya

    menjadi bagian dari organisasi gerakan tani transnasional tersebut.

    Pada kenyataannya, melalui FSPI, secara bertingkat-tingkat

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    29/104

    Via Campesina

    xxix

    sejumlah basis-basis pengorganisasian petani di tingkat lokal telah

    digeret masuk ke dalam pusaran gerakan tani transnasional yang

    coba direpresentasikan oleh via campesina. Tetapi pada kenyataannyapula, via campesina yang sesungguhnya dapat menjadi alat

    perjuangan mereka tidak terlampau dikenal di negeri ini

    khususnya oleh eksponen-eksponen akar rumput (grassroot)

    gerakan tani itu sendiri.

    Tentu saja sejarah keterlibatan gerakan tani dan gerakan

    reforma agraria di Indonesia dengan via campesina itu sendiri

    menjadi salah satu faktor penting yang berpengaruh dalam

    munculnya kesenjangan ini. Hal ini sedikit berbeda jika menengokpada keterlibatan sejumlah organisasi gerakan tani dan reforma

    agraria di beberapa negara Amerika Latin, misalnya. Melalui

    hubungan-hubungan dan pembangunan aliansi politik dengan

    sejumlah gerakan tani dan reforma agraria dan kelompok-

    kelompok politik kiri di Eropa, justru mereka lah yang turut serta

    untuk menggagas pembentukan via campesina. Dengan sendirinya,

    sejak awal, agenda mendorong munculnya pusaran gerakan tani

    transnasional merupakan bagian dari agenda perjuangankelompok-kelompok petani tersebut. Agenda ini, yang dalam

    penuturan Borras dengan mengutip pernyataan Joo Stedile

    seorang tokoh penting dalam Gerakan Rakyat Tak Bertanah

    (MST) dari Brazil,36merupakan konsekuensi logis dari kesadaran

    yang tumbuh di dalam organisasi gerakan tani di sana terhadap

    watak dan dari perkembangan gerak kapital itu sendiri yang bersifat

    internasional dan tak mengenal batas-batas negara (Borras, 2004:

    9-10).Sedangkan di sini, di Indonesia, meskipun kesadaran yang

    sama mengenai pentingnya membangun aliansi internasional

    36 Yang dimaksud di sini adalah satu organisasi rakyat tak bertanah (landless

    people) dari Brazil yang bernama Movimento dos Trabalhadores Sem Terra

    (MST).

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    30/104

    Saturnino M. Borras Jr

    xxx

    untuk memperkuat gerakan sosial khususnya gerakan tani

    sebagai akibat dari peningkatan kualitas dari gerak modal (capital

    movement) juga telah muncul sejak fase awal dari kembalitumbuhnya embrio gerakan reforma agraria pada pertengahan

    tahun 80-an (Wiradi, 1993; Thamrin, 1995; Bachriadi, 1996;

    Djuweng, 1996, dan Setiawan, 1996), ruang politik, sejarah

    kemunculan kembali gerakan sosial, dan kinerja gerakan itu sendiri

    belum sampai menghasilkan suatu kapasitas gerakan di sini untuk

    menjadi pendorong atau inisiator bagi munculnya gerakan tani

    transnasional. Dengan sendirinya, sejarah keterlibatan gerakan tani

    di Indonesia dengan pusaran gerakan tani transnasional sepertiyang direpresentasi oleh via campesinaadalah sejarah diikutkan

    untuk terlibat sementara proses konsolidasi dan pengorganisasian

    gerakan itu sendiri masih belum sampai pada tahap terbentuknya

    secara mapan poros gerakan dari tingkat lokal antar lokal hingga

    tingkat nasional. Bukan berarti keharusan untuk terlibat di dalam

    pusaran gerakan sosial transnasional itu sendiri harus menunggu

    mapannya poros gerakan lokal-antar lokal-nasional, tetapi

    ketidakmapanan pembentukan poros tersebut akan berimplikasikuat pada soal keterwakilan (representativeness) dan identifikasi diri.

    * * *

    Inilah tantangan yang sesungguhnya dari FSPI dan elemen-elemen

    gerakan tani dan reforma agraria lainnya di Indonesia saat ini,

    khususnya ketika via campesinamelalui kongresnya di Sao Paolo,

    Brazil bulan Juni 2004 yang lalu memutuskan untuk

    memindahkan Sekretariat Internasional-nya ke Indonesia dan

    menjadikan FSPI sebagai tuan rumah bagi via campesina sebagai

    organisasi gerakan sosial transnasional. Tantangan itu adalah

    bagaimana membumikan via campesina di kancah gerakan tani

    dan reforma agraria di Indonesia sehingga bisa dengan mudah

    ditemukan akar-akar baru dari organisasi gerakan transnasional

    tersebut di sini.

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    31/104

    Via Campesina

    xxxi

    Jadi, meskipun menurut Borras dalam tulisannya pada buku

    ini (hal. 49) menyebutkan bahwa perpindahan Sekretariat

    Internasional via campesina dari Honduras ke Indonesia yang disatu sisi menjadi kesempatan bagi via campesinauntuk memperbesar

    pengaruhnya dan memperluas jaringan kerjanya, dan di sisi yang

    lain menunjukan adanya sedikit geseran peta kekuatan di dalam

    tubuh via campesina sendiri. Dalam penglihatan dari sudut dalam

    gerakan tani di Indonesia sendiri hal itu masih menjadi suatu

    pertanyaan besar. Apakah pergeseran peta kekuatan tersebut

    memang telah terjadi di dalam tubuh via campesina atau

    sesungguhnya hal itu hanya merupakan sejenis manuver politisdari para elite via campesinasendiri untuk sedikit mengurangi imej

    bahwa via campesinaadalah gerakan tani transnasional yang latino-

    sentris (latin american centric)?

    Dalam konteks ini, sudah sepatutnya FSPI memikirkan secara

    serius cara-cara untuk menginternalisasikan via campesina sebagai

    sebuah organisasi gerakan dengan segala visi dan mandatnya ke

    dalam lingkaran-lingkaran gerakan tani di Indonesia. Malah

    seharusnya hal itu tidak dilakukan terbatas hanya pada anggota-anggotanya saja. Lebih jauh dari itu, selayaknya FSPI

    mempertimbangkan untuk melakukan internalisasi agenda-

    agenda perjuangan via campesinasaat ini ke dalam sistem dan materi

    pendidikan politik dan kaderisasi yang (seharusnya pula sudah)

    dimilikinya, atau ke dalam sistem dan materi pendidikan politik

    dan kaderisasi dari serikat-serikat tani yang menjadi anggotanya.

    Di sisi lain, jelas kemampuan FSPI dan anggota-anggotanya

    untuk dapat mentransformasi agenda-agenda perjuangan globaldari gerakan tani transnasional yang seringkali sudah terformat

    dalam tingkat abstraksi dan formalisasi isu-isu tertentu seperti:

    kedaulatan pangan (food sovereignty), anti WTO dan agen-agen

    pembangunan multilateral lainnya seperti Bank Dunia dan IMF,

    anti GMOs, anti terhadap kebijakan pertanahan global yang pro

    pasar, dan sebagainya ke dalam agenda-agenda dan isu-isu lokal

    merupakan satu tantangan tersendiri. Acapkali, banyak aktivis

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    32/104

    Saturnino M. Borras Jr

    xxxii

    gerakan sosial di Indonesia sesungguhnya masih tergagap-gagap

    untuk mengolah sejumlah konsepsi dan gagasan-gagasan yang

    telah terformat dalam isu-isu global tertentu ke dalam penjelasanyang membumi dan mempertemukannya dengan kenyataan

    keseharian masyarakat di sini. Pada gilirannya kegagalan dalam

    mentransformasi dan membumikan gagasan-gagasan perjuangan

    global itu akan berakibat pada terasingnya basis-basis gerakan dari

    isu-isu dan agenda perjuangan yang coba diusungnya sendiri. Jika

    hal itu sampai terjadi, maknanya tidak lain dari gerakan sosial yang

    dimaksud telah kehilangan basisnya, dan kerja-kerja

    pengorganisasian telah kehilangan kreativitasnya!Dalam hal ini metode pembumian dan penyebaran gagasan serta

    agenda perjuangan via campesinayang dilakukan dengan menggunakan

    material-material kampanye seperti: poster, kalender, stiker, banner,

    ataupun menyelipkan spanduk statement berlogo via campesinadalam

    aksi-aksi petani, dan berbagai material kampanye lainnya yang sejenis

    jelas jauh dari cukup untuk menanamkan agenda-agenda

    perjuangan via campesinadi sini atau mempertemukan agenda-agenda

    tersebut dengan agenda-agenda lokal petani di sini. Apalagi jikamenghendaki terjadinya pengidentifikasian diri dari aktivis-aktivis

    gerakan tani dan reforma agraria di tingkat akar rumput (grassroot)

    terhadap keberadaan via campesina sebagai alat perjuangan mereka di

    tingkat global/transnasional.

    Bagaimana jika pada kenyataannya organisasi-organisasi anggota

    FSPI itu sendiri tidak atau belum memiliki suatu sistem pendidikan

    politik dan kaderisasi yang ajeg? Itu lah justru yang pertama harus

    dilakukan oleh para aktivis FSPI dan anggota-anggotanya untukmendorong terbangunnya suatu sistem pendidikan kader di

    masing-masing serikat/organisasi yang mantap, sistematik, dan

    terstruktur dengan baik. Hanya melalui sistem pendidikan kader

    yang ajeg dan serangkaian aksi-aksi kolektif yang visioner

    internalisasi gerakan dan agenda-agenda perjuangan via campesina

    dapat hidup dan tumbuh di sini, lebih jauh dari itu kemudian

    direpresentasikan oleh gerakan tani lokal itu sendiri. Bukan

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    33/104

    Via Campesina

    xxxiii

    sebaliknya seperti yang cenderung terjadi saat ini agenda-

    agenda perjuangan petani di tingkat lokal coba dibawa dan

    direpresentasi secara bertingkat-tingkat hingga ke pusarantransnasional tetapi di tengah perjalanan kehilangan kaki dan akar

    serta elannya sebagai bagian dari gerakan sosial transnasional yang

    melebar secara horisontal.

    * * *

    Bagi organisasi semacam via campesina, kenyataan seperti yang terjadi

    di Indonesia seharusnya menjadi bagian dari refleksi mereka untuk

    memperbaiki diri dan membuka pintunya lebih besar bagiketerlibatan kelompok-kelompok petani lainnya yang secara

    ideologis maupun strategis sesungguhnya berjalan seiringan dengan

    visi-misi dan tujuan pembentukannya. Untuk itu, Borras dalam

    salah satu bagian dari tulisannya mengatakan: tantangan untuk

    mengembangkan konstituensi Via Campesina yang sesungguhnya

    tetap ada. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk

    membuat peraturan bagi keanggotaan baru yang sefleksibel

    mungkin guna memfasilitasi jalur masuk bagi semua organisasiyang sejalan dengan ideologi dan politik Via Campesina (Borras,

    2004: 23-24). Dalam konteks Indonesia, keterlibatan yang lebih

    luas dari berbagai elemen gerakan tani di dalam via campesina

    sedikitnya akan menolong dan mempercepat proses internalisasi

    gagasan-gagasan dan agenda-agenda perjuangannya, bahkan dapat

    memperkuat bangunan kaki-kaki akan akar gerakan tani

    transnasional yang direpresentasinya.

    Bagi FSPI khususnya para aktivisnya yang berada di sekretariatnasional sebagai satu entitas melepaskan kecenderungan

    monolitiknya sebagai satu-satunya agen via campesina di Indonesia

    akan menghindarkan dirinya dari jebakan eksklusivisme dan bias

    representasi (politik atas nama) yang selalu menghantui

    keberadaannya sejak awal pembentukannya. Saat ini dengan

    kecenderungan untuk mengunci akses kepada via campesinadapat

    menjebak FSPI pada satu gejala elitisme gerakan dan politik atas

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    34/104

    Saturnino M. Borras Jr

    xxxiv

    nama suatu gejala yang telah dikritik bersama oleh sejumlah

    aktivis gerakan reforma agraria di Indonesia sejak awal tahun 90-an

    (Aditjondro, 1993; Fauzi, 1993 dan 1995b).Gejala politik atas nama meminjam istilah yang

    dikemukakan oleh Fauzi (1995b) merujuk pada aktivitas ornop

    atau aktivis-aktivis mahasiswa tahun 80-90an yang dalam kerja-

    kerja advokasinya membangun pola hubungan yang tidak

    seimbang dengan kelompok-kelompok rakyat marjinal atau yang

    biasa diistilahkan dengan kelompok rakyat korban

    pembangunan. Ornop dan aktivis-aktivisnya dengan segala

    kemampuan, kompentensi, dan jangkauan serta akses terhadapinformasi, jaringan kerja, dan sumber daya kemudian bertindak

    seolah-olah dapat menjadi perumus masalah dan penyusun

    formula-formula pemecahan masalah yang dihadapi oleh

    kelompok korban. Sebaliknya kelompok korban justru hanya

    menjadi pensuplai informasi dan pada gilirannya kemudian hanya

    menjadi konsumen dari tindak-tanduk para aktivis ornop yang

    menjadi patron mereka. Gejala politik atas nama ini muncul

    ketika gerakan advokasi dan pembelaan kasus-kasus pertanahanbanyak didominasi oleh aktivis-aktivis ornop dan mahasiswa yang

    mengorganisir dirinya secara terpisah dengan basis-basis petani

    di lapisan akar rumput (grassroot).

    Dalam kerangka relasi organisasional yang bertingkat-tingkat

    seperti yang saat ini terbangun di dalam tubuh FSPI, dimana basis-

    basis pengorganisasian petani dipersatukan dalam organisasi-

    organisasi serikat tani lokal baik di tingkat kabupaten maupun

    antar kabupaten yang kemudian berafiliasi ke dalam satu federasi(FSPI) yang memiliki unsur pimpinan dan sekretariat di tingkat

    nasional, maka pola dan kecenderungan politik atas nama juga

    dapat muncul ketika pimpinan dan elemen-elemen organisasi di

    dalam tubuh sekretariat nasional bertindak seperti halnya patron

    bagi lapisan-lapisan organisasi di bawahnya. Dengan kata lain,

    gejala politik atas nama juga dapat terjadi manakala satu organisasi

    yang mengklaim diri sebagai federasi, seperti halnya FSPI, sebagai

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    35/104

    Via Campesina

    xxxv

    satu entitas tersendiri disadari atau tanpa disadari telah menciptakan

    jarak dengan basis-basis pengorganisasian yang diklaim sebagai

    bagiannya. Sebaliknya, tindak-tanduknya kemudian tidak dianggapsebagai bagian dari manifestasi kepentingan dan keberadaan

    kelompok-kelompok pengorganisasian yang berada di lapisan

    akar rumput. Sehingga aspek representasi yang terbangun adalah

    keterwakilan berdasarkan klaim sepihak atau sebatas pernyataan/

    pemberian mandat di atas kertas.

    Kegagalan FSPI selama ini untuk membumikan agenda-

    agenda global dari perjuangan petani ke dalam konteks lokal dan

    mempertemukannya dengan keberagaman isu, agenda lokal, danbahasa perjuangan gerakan tani di Indonesia akan semakin

    mempertebal gambaran (image) tentang elitisme tersebut. Justru

    ketika kegagalan-kegagalan tersebut dibarengi dengan terjadinya

    peningkatan posisi unsur-unsur pimpinan FSPI di dalam tubuh

    via campesina, gejala politik atas nama mendapatkan

    pembenarannya. Sejumlah kritisisme yang berkembang saat ini

    terhadap keberadaan FSPI di via campesina (sebagai sebuah

    organisasi gerakan) telah memunculkan pertanyaan-pertanyaannaif tetapi mendasar yang seringkali muncul dalam perbincangan

    maupun diskusi-diskusi reflektif tentang kemajuan gerakan tani

    di Indonesia: Apakah FSPI hanya menjadi agen dari gerakan politik

    transnasional yang membawa agenda-agenda dari luar tanpa

    berhasil membumikannya, atau sesungguhnya dia dapat diharapkan

    menjadi alat untuk memperbesar amplifikasi suara dan

    kepentingan gerakan tani di Indonesia di tingkat internasional/

    transnasional? Apakah keikutsertaan FSPI di via campesina telahmemperbesar dan memperkuat gerakan tani di Indonesia, atau

    sebaliknya hanya sekedar untuk memenuhi ruang pelebaran

    pengaruh dari elite-elite gerakan tani transnasional?

    * * *

    Akhirnya, sebagai penutup dari Pengantar yang cukup panjang

    atas tulisan Borras yang tersaji dalam buku ini, patut lah

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    36/104

    Saturnino M. Borras Jr

    xxxvi

    direnungkan sejumlah pertanyaan berikut: Apakah dengan

    keterlibatan aktif FSPI saat ini FSPI menjadi tuan rumah bagi

    sekretariat internasional dari via campesinadimana seorang pendiridan mantan pimpinan puncak FSPI saat ini menjadi koordinator

    internasional dari organisasi ini di via campesina dan pusaran

    gerakan tani transnasional telah semakin memperkuat organisasi-

    organisasi tani lokal di Indonesia maupun memperkuat kerja-kerja

    untuk mendorong terwujudnya reforma agraria di Indonesia? Atau

    malah sebaliknya, dikarenakan kurangnya akses informasi dan

    ketiadaan identifikasi diri dari sejumlah organisasi tani di sini atas

    keterlibatannya dalam pusaran gerakan tani transnasional sepertiyang direpresentasikan oleh via campesinaakan membuat kelompok

    pengusung dan penggiat via campesina di Indonesia menjadi

    eksklusif dan pada akhirnya malah menciptakan bibit-bibit konflik

    serta perpecahan di kalangan petani sendiri? Ini lah pertanyaan-

    pertanyaan penting yang harus dijawab melalui serangkaian refleksi

    (juga kajian) yang mendalam oleh semua pihak, pelaku, dan aktivis

    gerakan tani dan gerakan pembaruan agraria di Indonesia saat ini.

    - 0 -

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    37/104

    Via Campesina

    xxxvii

    DAFTAR PUSTAKA

    Aditjondro, G.J. (1993), Dimensi-dimensi Politis Masalah Pertanahan

    di Indonesia, makalah untuk Latihan Analisis Sosial Masalah

    Pertanahan yang diselenggarakan oleh Wahana Informasi

    Masyarakat (WIM) dan Akatiga, di Medan 6-12 Juni 1993.

    Bachriadi, Dianto (1996), Pembangunan, Konflik Pertanahan, dan

    Resistensi Petani, paper untuk Konferensi INFID ke-10 dengan

    tema Tanah dan Pembangunan, Canberra 26-28 April 1996.

    (tt), Sejarah Gerakan Reforma Agraria di Indonesia Kontemporer,

    manuskrip tidak/belum diterbitkan.

    Bachriadi, Dianto dan Anton Lucas (2001), Merampas Tanah Rakyat:

    Kasus Tapos dan Cimacan, Jakarta: Kepustakaan Populer

    Gramedia.

    Bachriadi, Dianto dan Noer Fauzi (2001), Dari Aksi-aksi Protes

    Menuju Pembaruan Agraria di Indonesia Masa Kini: Tema dan

    Gerakannya, makalah untuk acara Workshop on Reconstructing

    the Historical Tradition of Twentieth Century Indonesian

    Labour, yang diselenggarakan oleh CLARA (Changing

    Labour Relations in Asia), CAPSTRANS (Centre for Asia

    Pacific Social Transformation), dan LIPI (Lembaga Ilmu

    Pengetahuan Indonesia), 4- 6 Desember 2001, Bali, Indonesia.

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    38/104

    Saturnino M. Borras Jr

    xxxviii

    Boras Jr., Saturnino M. (2004), La Via Campesina: An Evolving

    Transnational Social Movement, Amsterdam: Transnational

    Institute.

    Djuweng, Stepanus (1996), Land Disputes Cases The Strawberry of

    Development; Global Causes of Local Conflicts vs Local Cost of Global

    Problems, paper untuk Konferensi INFID ke-10 dengan tema

    Tanah dan Pembangunan, Canberra 26-28 April 1996.

    Fauzi, Noer (1993), Dari Aksi-aksi Protes Petani menuju Embrio

    Organisasi Massa Petani, makalah untuk Lokakarya Antar

    Wilayah Advokasi Kasus-kasus Tanah, yang diselenggarakanoleh Yayasan Sintesa LBH Pos Bandar Lampung - LP3 -

    dan Lekhat di Lembang Jawa Barat, 8-11 November 1993.

    (1995a), Anatomi Sengketa Tanah di Masa Orde Baru,

    dalam Pembangunan Berbuah Sengketa: 29 Tulisan Pengalaman

    Advokasi Tanah, Boy Fidro dan Noer Fauzi (ed.), hal. 1-28.

    (1995b), Agenda Menuju Organisasi Rakyat: Membedah

    Tindak-tanduk Politik Atas Nama Ornop, paper yang ditulisan

    tahun 1995 dan tidak/belum dipublikasikan.

    (1999), Petani dan Penguasa: Dinamika Perjalanan Politik

    Agraria Indonesia, Yogyakarta: Insist Press, KPA dan Pustaka

    Pelajar.

    Fidro, Boy dan Noer Fauzi (ed.) (1995), Pembangunan Berbuah

    Sengketa: 29 Tulisan Pengalaman Advokasi Tanah, manuskripkumpulan tulisan dari Lokakarya Advokasi Kasus-kasus Tanah

    tahun 1993 di Lembang Jawa Barat yang tidak diterbitkan

    tetapi disusun dan diedit layaknya sebuah buku dan

    diperbanyak dengan cara fotokopi.

    Firmansyah, et.al. (1999), Gerakan dan Pertumbuhan Organisasi Petani

    di Indonesia: Studi Kasus Gerakan Petani Era 1980-an, Jakarta:

    Sekretariat Bina Desa dan YAPPIKA.

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    39/104

    Via Campesina

    xxxix

    FSPI (2004),Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART)

    dan Garis-garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) Federasi Serikat

    Petani Indonesia (FSPI), FSPI.

    Hardiyanto, Andik, et.al. (ed.) (1995), Insiden Nipah: Sengkok Cinta

    Tang Disa Mae Tembak, Surabaya: LBH Surabaya dan YLBHI.

    Lucas, Anton dan Carol Warren (2003), The State, the People,

    and Their Mediators: The Struggle over Agrarian Law Reform

    in Post-New Order Indonesia, dalam IndonesiaNumber 76

    October 2003, hal. 87-126.

    Pembaruan Agraria Jalan Rakyat Indonesia menuju Masyarakat Adil,

    Makmur dan Merdeka (1999), Medan: Federasi Serikat Petani

    Indonesia.

    Saragih, Henry (1993),Analisis Kasus-kasus Sengketa Tanah Sepanjang

    Orde Baru, makalah untuk Lokakarya Antar Wilayah Advokasi

    Kasus-kasus Tanah, yang diselenggarakan oleh Yayasan Sintesa

    LBH Pos Bandar Lampung - LP3 - dan Lekhat di Lembang

    Jawa Barat, 8-11 November 1993.

    Santoso, Agus Edi (1993), Katakanlah dengan Seribu Satu Bunga Mawar

    Merah, makalah untuk Lokakarya Antar Wilayah Advokasi

    Kasus-kasus Tanah, yang diselenggarakan oleh Yayasan Sintesa

    LBH Pos Bandar Lampung - LP3 - dan Lekhat di Lembang

    Jawa Barat, 8-11 November 1993.

    Seri Panduan Organisasi Tani (1998), Bandung: KPA.

    Setiawan, Bonnie (1996), Perubahan Strategi Agraria: Kapitalisme

    Agraria dan Pembaruan Agraria di Indonesia, paper untuk

    Konferensi INFID ke-10 dengan tema Tanah dan

    Pembangunan, Canberra 26-28 April 1996.

    Skocpol, Theda (1979), State and Social Revolution, Cambridge:

    Cambridge Univ. Press.

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    40/104

    Saturnino M. Borras Jr

    xl

    Serikat Petani Jawa Barat (1994),Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

    Tangga (AD/ART) Serikat Petani Jawa Barat (SPJB), SPJB.

    Statuta Konsorsium Pembaruan Agraria(1995) dan (1998), KPA.

    Suprapto, Eddy (1993), Pergulatan di Tengah Massa, makalah untuk

    Lokakarya Antar Wilayah Advokasi Kasus-kasus Tanah, yang

    diselenggarakan oleh Yayasan Sintesa LBH Pos Bandar

    Lampung - LP3 - dan Lekhat di Lembang Jawa Barat, 8-11

    November 1993.

    Thamrin, Juni (1995), Advokasi Hak-hak Rakyat atas Tanah,dalam Pluralisme Hukum Pertanahan dan Kumpulan Kasus Tanah,

    Benny K. Harman, et.al. (eds.), Jakarta: YLBHI, hal. 105-113.

    Wiradi, Gunawan (1993), Kebijakan Agraria, Modal Besar dan Kasus-

    kasus Sengketa Tanah, makalah untuk Lokakarya Antar Wilayah

    Advokasi Kasus-kasus Tanah, yang diselenggarakan oleh

    Yayasan Sintesa LBH Pos Bandar Lampung - LP3 - dan

    Lekhat di Lembang Jawa Barat, 8-11 November 1993.

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    41/104

    Via Campesina

    xli

    DAFTAR ISI

    PENGANTAR v

    PENDAHULUAN 1

    NEOLIBERALISMEDANKEBANGKITANGERAKAN

    SOSIALPEDESAANTRANSNASIONAL 5

    KEBIJAKANTANAHKAUMNEOLIBERAL 9

    LAVIACAMPESINA

    Agenda dan Tujuan 15

    Aliansi, Gerakan Tandingan, dan Isu Otonomi 26

    Strategi dan Format Aksi Kolektif 37

    Representasi dan Akuntabilitas 41

    PENUTUP 51

    BIBLIOGRAFI 53

    INDEKS 57

    TENTANG

    PENGARANG

    61

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    42/104

    1

    La Via Campesina

    PENDAHULUAN

    NEO-LIBERALISME telah menjadi ancaman strategis bagi mata

    pencarian dan kehidupan banyak petani miskin dan tak bertanah,

    tenaga kerja upahan dan petani kecil baik di negara-negara selatan

    maupun utara.1Persepsi dan pengalaman nyata atas ancaman yang

    telah menggusarkan banyak organisasi di sektor pedesaan yang

    terpinggirkan kemudian membentuk suatu organisasi gerakan

    transnasional yang bernama La Via Campesina. organisasi inidibentuk untuk memperjuangkan cara pandang dan kehidupan

    petani. Memang masih dapat diperdebatkan, baik sebagai sebuah

    gerakan yang merupakan gerakan tanpa bentuk maupun sebagai

    sebuah organisasi dengan tingkat keterpaduan hubungan formal

    dan pengaturan tertentu untuk menyediakan wadah yang

    diperlukan bagi gerakan sosial pedesaan lebih luas yang

    diwakilinya. Dipelopori oleh gerakan petani di Amerika Tengah,

    1. Saya sangat berterima kasih kepada Annette Desmarais, Sofia Monsalve, Fiona Merpati,

    Armin Paasch dan Jennifer Franco atas komentar dan saran mereka yang jujur, sangat

    kritis, tajam namun membangun yang telah menyelamatkan naskah ini dari adanya

    kesalahan yang memalukan dan memperbaiki kualitas naskah ini secara keseluruhan.

    Saya juga berterima kasih kepada Daniel Chavez dan Brid Brennan atas dorongan

    mereka untuk menulis naskah ini. Bagaimanapun, analisis akhir dan semua kekurangan

    serta kesalahan yang ada di dalam naskah ini adalah tanggung jawab penulis. Beberapa

    bagian dalam Bab 3 diambil dari artikel penulis yang dimuat dalam Journal of

    Development Studies.

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    43/104

    Saturnino Borras Jr

    2

    Selatan dan Utara, serta Kelompok petani di Eropa, La Via

    Campesina dibentuk secara formal pada tahun 1993.

    Saat ini, La Via Campesina menyatukan lebih dari seratusorganisasi nasional dan sub-national dari Amerika Latin, Amerika

    Utara, Asia, Karibia, Timur Tengah, Afrika, dan Eropa yang menolak

    neo-liberalism dan mendorong pembangunan pedesaan berbasis

    hak lokal yang pro kaum miskin serta demokratisasi yang lebih

    luas. Organisasi ini secara ideologis merupakan koalisi yang

    otonom dan plural. Dia merupakan aktor sekaligus arena tempat

    bertindak. Walaupun didominasi oleh kelompok-kelompok dari

    Amerika dan Eropa, Via Campesina yang mengklaim bersifatglobal dan populer telah menjadi aktor utama dalam perjuangan

    transnasional terhadap neo-liberalisme, menuntut akuntabilitas

    dari instansi antar pemerintahan, menolak dan menentang

    penguasaan perusahaan atas sumber daya alam dan teknologi, dan

    mengadvokasikan kedaulatan atas pangan, serta berbagai isu

    lainnya. Semuanya tergambar jelas dalam berbagai kampanye

    politiknya seperti menentang WTO, perusahaan global raksasa

    seperti Mcdonalds, dan perusahaan yang memodifikasi organismesecara genetik (GMOS) beserta perusahaan-perusahaan

    transnational yang mendukungnya, seperti Monsanto.

    Para sarjana, penentu kebijakan dan aktivis yang sepaham telah

    berusaha untuk memahami secara penuh proses dan institusi yang

    ada di dalam arena publik transnational. Karena itu suatu analisa

    ilmiah dan literatur tentang jaringan atau gerakan transnational,

    yang dalam banyak hal berhubungan dengan isu-isu pedesaan

    sangat dibutuhkan. Meskipun demikian,masih sangat sedikit studidan analisa mengenai gerakan sosial pedesaan transnasional.2

    2. Untuk Via Campesina, studi pertama dan yang paling berweang adalah studi-studi

    yang dilakukan dan diterbitakan oleh tokoh aktivis dari Kanada yaitu Annette

    Desmarais (2002; 2003a; 2003b), dimana di dalamnya ia menjelaskan secara

    komprehensif asal, platform, dan struktur organisasi dan proses terbentuknya Via

    Campesina. Lihat Desmarais (2002; 2003a; 2003b). Lihat juga Marc Edelman (2003).

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    44/104

    3

    La Via Campesina

    Pengalaman yang diperoleh dari munculnya gerakan sosial

    pedesaan transnational, yang diwakili oleh La Via Campesina,

    sangat kaya dan beragam. Dengan Fokus utama kampanye globaluntuk perubahan agraria, tulisan ini diharapkan dapat memberi

    suatu kontribusi lebih lanjut . Tulisan ini akan memusatkan

    perhatian pada empat bidang yang berbeda namun sengat erat

    berhubungan dengan perkembangan LaVia Campesina, yakni: i)

    agenda dan tujuan, ii) persekutuan, persaingan dalam gerakan dan

    sejumlah pertanyaan tentang otonomi, iii) strategi dan format aksi

    kolektif, dan iv) representasi dan pertanggung-jawaban. Dalam

    setiap kasus, gambaran tentang situasi yang yang dihadapi La ViaCampesina saat ini akan digambarkan baik dari sisi posisinya,

    dilema maupun tantangan yang dihadapi.[]

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    45/104

    Saturnino Borras Jr

    4

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    46/104

    5

    La Via Campesina

    NEO-LIBERALISME DAN KEBANGKITAN

    GERAKAN SOSIAL PEDESAAN

    TRANSNASIONAL

    NEGARA bangsa, saat ini sedang mengalami tekanan yang terus

    menerus dari tiga arah. Pertama, dari atas, melalui globalisasi, di

    mana kekuasaan beberapa negara pembuat kebijakan semakin

    meningkat dengan membagi kekuasaannya melalui institusi

    internasional untuk melakukan pengaturan, seperti WTO, IMF dan

    Bank Dunia. Kedua, dari bawah,melalui desentralisasi yang parsial

    di bidang politik, fiskal dan kekuasaan administratif dari pemerintahpusat yang diberikan kepada daerah. Ketiga, dari samping melalui

    privatisasi sebagian fungsi-fungsi negara (Fox, 2001).

    Di tengah-tengah proses tersebut pemerintah pusat tetap

    memainkan peran penting dalam bidang ekonomi dan politik di

    tingkat lokal, nasional dan internasional, meskipun mengalami

    beberapa perubahan. Ruang lingkup, langkah, luas dan arah

    perubahan bentuk ini dilakukan oleh para aktor berbeda yang

    saling bersekutu atau saling bersaing satu sama lain di tingkatekonomi dan politik yang berbeda-beda. Bentuk persaingan dalam

    proses perubahan ini terjadi karena luasnya tingkat tanggung jawab

    yang tidak seimbang dan bervariasinya kebijakan-kebijakan yang

    dikeluarkan mengenai globalisasi, desentralisasi dan privatisasi

    dengan dampak nan beragam di tingkat kelas sosial yang berbeda

    antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya3.

    3 Dalam konteks Amerika Latin, mengacu pada Robert Gwynne dan Cristbal Kay

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    47/104

    Saturnino Borras Jr

    6

    Secara global, mungkin sektor pedesaan adalah sektor yang

    sangat terpengaruh oleh proses ini. Orientasi perdagangan pasar

    dunia neo-liberal terutama yang berhubungan dengan teknologidan kebijakan fiskalnya telah secara luas menjangkau dan

    berdampak (umumnya merugikan) pada mata pencarian dan

    kehidupan petani-petani kecil dan miskin. Mulai ditanggalkannya

    tanggung jawab tradisional negara terhadap nasib masyarakat

    pedesaan yang miskin serta derasnya arus privatisasi, sangat

    mempengaruhi penguasaan masyarakat atas sumber daya alam dan

    akses kebutuhan mendasar mereka, mengakibatkan hilangnya

    perlindungan terhadap petani-petani kecil dan petani-petanimiskin atas tindak kekerasan yang dilakukan oleh kekuatan pasar

    yang dikuasai perusahaan global raksasa. Terakhir, desentralisasi

    kekuasaan negara di kebanyakan negara berkembang juga

    memberikan dampak bagi kelembagaan negara yang

    menghubungkan masyarakat miskin pedesaan dengan pemerintah

    dan para elite.

    Dengan demikian, perubahan yang sedang terjadi di tingkat

    institusi internasional-nasional-lokal dimana struktur pengaturan didalamnya melibatkan masyarakat miskin, baik yang bergabung atau

    yang menentang ekonomi dan politik global yang dikuasai

    perusahaan-perusahaan besar, menunjukkan adanya peluang dan

    ancaman bagi penduduk pedesaan di dunia. Keberadaan keduanya,

    peluang dan ancaman, telah mendorong dan menggusarkan gerakan

    sosial pedesaan tingkat nasional untuk selanjutnya menyesuaikan

    gerakan mereka ke tingkat lokal (sebagai jawaban atas desentralisasi),

    dan pada waktu yang sama membuat jaringan international (sebagaijawaban atas globalisasi). Meskipun kerja-kerja advokasi dan lobby,

    serta aksi-aksi kolektif tetap berpegang pada karakter nasional mereka.

    Salah satu hasil penyesuaian tersebut adalah munculnya pusat-pusat

    (2004). Untuk perspektif global, mengacu pada Deborah Bryceson, Cristbal Kay

    dan Jos Mooij (eds.) (2000).

  • 7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)

    48/104

    7

    La Via Campesina

    gerakan sosial pedesaan yang beragam (polycentric)4 yang berjuang

    membangun koordinasi struktural yang lebih padu dalam integrasi

    vertikal lebih besar pada waktu yang bersamaan5.

    Nampaknyakontradiksi dalam proses politik globalisasi dan desentralisasi yang

    sangat mempengaruhi negara berimbas juga dalam proses internalisasi

    politik dan pengorganisasian gerakan sosial pedesaan.6Proses politik

    dan pengorganisasian tersebut, seperti dihadapi oleh negara-bangsa,

    menjadi sangat dinamis dan mengakibatkan hasil yang bervariasi dan

    tidak seimbang secara geografis maupun institusional.

    Melalui perspektif diatas gerak laju yang mungkin dilakukan

    secara politis dan organisasional oleh mereka kemudian dapatdipahami dan dilihat lebih baik. Fenomena jaringan transnasional

    dan gerakan sosial bukanlah sesuatu yang baru dalam kehidupan

    petani, karena jaringan transnasional atau gerakan para petani dan

    pemilik tanah kecil secara umum telah lama ada.7Walaupun

    demikian, hanya ada satu lembaga yang mengetahui dengan baik

    cara mengembangkan jaringan transnasional petani untuk beberapa

    dekade, yaitu: Federasi Internasional Pr