buku pajak dan retribusi daerah

Upload: afris

Post on 11-Feb-2018

320 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    1/119

    Sanksi pelanggaran Pasal 72:Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 12 Tahun1997 Pasal 44 Tentang Hak Cipta .1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau pasal49 ayat (1)

    dan ayat (2) dipidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu)bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu jutarupiah) , atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/ataudenda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

    2. Barangsiapadengansengajamenyiarkan,memamerkan, mengedarkan,ataumenjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasilpelanggaranhak cipta atau hak terkait, sebagaimana dimaksud ayat (1) dipidanadengan pidana penjara paling lama 5 (I ima) tahun dan/atau dendapaling banyak Rp. 500.000.000,00 (Iima ratus j uta rupiah)

    LJ

    Kesit Bambang Prakosa

    Edisi Revisi

    ff iUII Press

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    2/119

    Kesit , Bambang Prakosa

    Pajak dan Retribusi Daerah/Bambang Kesit: penyunting, Sobirin Malian .-

    Yogyakarta: UII Press, 2003; 2005

    211 + xiii hlm. ; 15 x 21 x 1 cm

    Bibliografi: Wm.

    ISBN 97 9 -3 3 3 3-14-6

    1. Daerah .: Perp ajakan.

    I. Judul. 11. Malian, Sobirin

    320 .9598

    Cetakan Pertama, Juli 2003

    Cetakan Kedua, Maret 2005

    Cover-layout : Hasna-Tarisha

    Penerbit : UII Press Yogyakarta (anggota lKAPI)

    Tel.(0274)547865 , Fax.(0274)547864

    e-mail: [email protected] ;[email protected]

    Hak cipta e 2003; 2005 pada UII Press dilindungi undang-undang.

    Untuk Buah Hatiku:

    Isteriku di k Wied da n

    Anakku Adri da n Bagas

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    3/119

    Kata Pengantar

    Bismillahirakhmanirakhimi

    PUji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

    berkat ridho-Nya buku Pajak dan Retribusi Daerah ini dapatdiselesaikan. Penulis berharap buku ini dapat memberikan

    sedikit sumbangan kepada para mahasiswa dan peminat perpajakan

    untuk mendalami masalah perpajakan daerah. Hal ini mengingat

    masih terbatasnya buku-buku yang membahas masalah perpajakan

    daerah, selain itu hadirnya buku ini diharapkan semakin memperluas

    wawasan mengenai pajak dan retribusi daerah dalam rangka

    meningkatkan penerimaan daerah dari kedua sektor tersebut.

    Buku ini dibagi menjadi 13 bab yang terdiri dari : Dasar-dasar

    Perpajakan Daerah, Sistem Perpajakan Daerah, Sarana Pelaporan

    Pajak Daerah, Kriteria Efektivitas Pajak Daerah, Pajak DaerahTingkat Kabupaten, Pajak Daerah Tingkat Propinsi, Kriteria

    Retribusi Daerah, Retribusi Daerah Tingkat Kabupaten, Retribusi

    Daerah Tingkat Propinsi, Tatacara Pemungutan Pajak dan Retribusi

    Daerah, Kinerja Pajak dan Retribusi Daerah serta Teknik

    Penyusunan Peraturan Perpajakan.

    Pada kesempatanini penulis menyampaikan terima kasih kepada

    teman-teman di UII Press khususnya, Mas Sobirin, Mas Tri Sihonoatas kerjasamanyadalam menerbitkan buku ini. Tak lupa juga terima

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    4/119

    viii PajakflanRetribusiDaerah

    kasih kepada isteriku tercinta dik Wiwied dan juga anakku Adridan

    si bungsu Bagas yang telah banyak berkorban kehilangan waktu

    untuk selalu bersama.

    Akhirnya penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari

    sempurna maka kritik dan saran dari para pembaca yang budiinansangat penulis harapkan baik langsung maupun melalui E_mail:

    [email protected] .id untuk dapat memperbaiki buku ini pada

    waktu yang akan datang .

    Purwomartani, Juni 2003

    Penulis.

    ;"."-,,

    Oaftar isi

    Persembahan 5

    Kata Pengantar ..... . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .. 7

    BAB 1 DASAR-DASAR PAJAK DAERAH 1

    PENGERTIAN PAJAKDAERAH 1

    KRITERIA PAJAKDAERAH 2

    JENIS-JENIS PAJAKDAERAH : 3PUNGUTANPAJAK 4

    TARIF PAJAK ' 8

    UTANG PAJAK 10

    BAB 2 KRITERIA EFEKTIVITAS PAJAKDAERAH 13

    KECUKUPAN DAN ELASTISITAS 13

    KEADILAN :.................................... 15

    KEADILAN VERTIKAL 15KEADILAN H C > R I ~ { ) N T A L 16KEADILAN SECARAGEC>GRAFIS 16

    KEMAMPUANADMINISTRATIF 18

    KESEPAKATANPC>LITIS 19

    BAB 3 ADMINISTRASI PAJAKDAERAH 23

    PENGENAANPAJAKDANTARIFC>LEHDAERAH 23

    PERBEDAAN C>BJEK YANGDlKENAKANPAJAK DANTARIF . 24

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    5/119

    x I1PajakdanRetribusiDaerahDqfiar[si11 xi

    -PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH 79

    PENERBITAN SURAT KETETAPAN PAJAK 79

    PEMBA YARAN DAN PENAGIHAN 81

    SURAT KETETAPAN PAJAK ; 82SURAT TAGIHAN PAJAK DAERAH 82

    KEBERATAN DAN BANDI NG 82

    KEPUTUSAN KEBERATA N 83

    PENGAJUAN BANDING : 83

    PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN KETETAPAN ,

    DAN PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANKSI

    ADMINISTRASI 84

    JAMINAN KERAHASIAAN 84

    PENYIDIKAN 85. . .. 1

    BAB 7 KETENTUANUMUMRETRIBUSI DAERAH 87

    TERMINOLOGI RETRIBUSI DAERAH J 88JENIS-JENISRETRIBUSI DAERAH i 89

    SARANA PELAPORAN RETRIBUSI D A E R A 91SURAT SETORAN RETRIBUSI DAERAH ''r y,91SURATKETETAPANRETRIBUSIDAERAH 91

    . 1SURAT KETETAPAN RETRIBUSI DAERAH LEBIH BAYAR 91

    SURAT TAGIHAN RETRIBUSI DAERAH '" 9 2

    TATA CARA PEMUNGUTAN 92

    KEBERATAN '" . 92

    PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN 93

    KEDALUWARSA PENAGIHAN 4

    PEMBUKUAN DAN P EMERIKSAAN .

    KERAHASIAAN .

    KETENTUAN PIDANA '" '" 9.

    PENYIDIKAN 96

    BAB 8 P AJ AK D AE RA H DI T IN GK AT P RO PI NS I 99

    PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN KENDARAAN DI BADAN

    YANG MENERIMA PE NYERAHAN KENDARAAN BERMOTOR,100

    P EN GE NA AN DAN P EM UN GU TA N OLE H D AE RA H 25

    MENGUSAHAKAN PEMUNGUTAN PAJAK SECARA EFEKTIF

    27

    PEMBERIAN HASIL PAJAK UNTUK DAERAH 29

    HUBUNGAN ANTARA OBJEK YANG DIKENAKAN PAJAK .. ,30OBJEK YANG DIKENAKAN PAJAK ANTAR PEMERINTAHAN

    31

    PENGARUH INSENTIF 32

    BAB 4 KRITERIA EFEKTIVITAS RETRIBUSI DAERAH

    35

    DASAR-DASAR RETRIBUSI 36

    TINGKA T PENGENAAN RETRIBUSI 39

    PERKIRAAN BIAYA 43

    RETRIBUSI DI BAWAH BIAYA 49

    RETRIBUSI DI ATAS BIAYA 52

    PE NI LAI AN: KE CU KUP AN DAN ELAST ISITAS 53

    PENILAIAN: KEADILAN 54

    PENILAIAN: KEMAMPUAN ADMINISTRASI 56

    PENILAIAN: KESEPAKATAN POLITIS :.. 57

    PENILAIAN: RETRIBUSI OLEH PEMERINTAH DAERAH 58

    KESIMPULAN 59

    BAB 5 SISTEM PERPAJAKAN DAERAH 61

    PENGERTIAN PERPAJAKAN 61

    SISTEM PERPAJAKAN DAERAH 62

    KEBIJAKAN PERPAJAKAN 63

    HUKUM PAJAK 65

    ADMINISTRASI PAJAK 67

    IKLIM PERPAJAKAN 67

    BAB 6 KETE NTUAN UMUM P AJ AK DAERAH 71

    TERMINOLOGI PAJAK DAERAH 72

    SARANA PELAPORAN PAJAK DAERAH 77

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    6/119

    xii PajakdiJn Retribusi Daerah

    PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR 111

    PAJAK PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR BAWAHTANAH DAN AIR PERMUKAAN 112

    BAB 9 PAJAK DAERAH TINGKAT KABUPATENIKOTA109

    PAJAK HOTEL j 116PAJAK RESTORAN , j 118

    PAJAK HIBURAN \ 119: ~ ; ~ ~ REKLAME . ........ .... . . . . ... .... \ 121

    PENERANGAN JALAN 122PAJAK PENGAMBILAN BAHlAN GALIAN GOLONGAN C 124PAJAK PA'RKIR - 126

    I

    BAB 10 RETRlBUSI DAERAH 129t

    A. Retribusi Jasa Umurn .. i _ 129B. RetribusiJasa Usaha .. t.: .... _.. 131C. RetribusilerizioaD Te rtentu ' 131BAB 11MYlNGUKURKINERJAPAJAKDANRETRIBUSI 133

    '" I'j .IJPENGU JJRAN KINEIUA 133f 'PEMU ~ G U T A N POTENSIPENERIMAAN 135

    11PAJ!Mi HOTEL DAN RESTORAN 136PMAl KHIBURAN 139

    ipAJ) \KREKLAME 142PAl'AKKENDARAAN BERMOTOR (PKB) 142BE A BALIKNAMAKENDARAAN BERMOTOR(BBM - KBM) .. 143tWETRIBUSI KEBERSIHAN 144Ji.ffiTRIBUSI PARKIR.., 145. PENGUKURAN EFISIENSIPAJAKDANRETRIBUSI 146

    BAB 12 DESAIN TAX POLI CY DAERAH ................... 149

    DaftarIsi ll xiii

    -PRINSIP KEBIJAKAN PAJAK YANG BAlK 150

    TAX POLICY MERUPAKAN ALAT DARI KEBIJAKAN MONETER

    DAN FISKAL 151

    SISTEMPERPAJAKAN YANG EFISIEN 153

    PERANAN DAN IMPLIKASI SUATU TAX POL iCy " 156

    B A B 1 3 T E ~ K P E N Y U S U N A N P E R A T U R A NPERPAJAKAN DAERAH 161

    KIATPENYUSUNAN PRODUK HUKUMDAERAH 162

    DASARTEKNIKPENYUSUNAN 168

    JENIS-JENIS PRODUKHUKUM DAERAH 170

    KAIDAH-KAIDAH HUKUM 172

    TEKNIKPENYUSUNANPRODUK-PRODUKHUKUM 173

    PENCABUTAN PRODUK-PRODUK HUKUMDAERAH 206

    RAGAM BAHASA 208

    DAFTAR PUSTAKA 215

    A

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    7/119

    DASARDASAR PAJAK DAERAH

    Bab ini akan membicarakan tentang dasar-dasar perpajakan

    daerah atau pokok-pokok perpajakan daerah. Bab ini diawali

    dengan pembahasan mengenai pengertian secara umum pajak

    daerah, kriteria pajak daerah dan pengertian pajak daerah menurut

    UU No 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

    sebagaimana terakhir telah diubah dengan UU No 34 Tahun 2000.

    Selanjutnya, dibahas tentangjenis-jenis pajak daerah, yang dibedakan

    menjadi duayaitupajak propinsi dan pajakkabupaten atau kota. Pada

    bagian tengah daribab ini membahas tentangazasdanteori pemungutan

    pajak, hal ini penting karena untuk mendasari pola berpikir bahwa

    memungut pajakituhams bersikap adildan tidakdiskriminatif. Kemudian

    bagianakhirdaribab ini membahastarifpajak,utangdan penagihanpajak

    serta hapusnya utangpajak.

    PENGERTIANPAJAKDAERAH

    Secaraumum,pajak adalahiuranwajibanggotamasyarakatkepada

    negara karenaundang-undang, dan atas pembayarantersebutpemerintah

    tidakmemberikanbalasjasayanglangsung dapatditunjuk. Dalamkonteks

    daerah, pajakdaerahadalahpajak-pajakyang dipungutoleh pemerintah

    daerah (misal: Propinsi, Kabupaten, Kota) yang diatur berdasarkan

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    8/119

    2 Pajakdan RetribusiDaerah , Dasar-dasar PajakDaerah lJ 3

    peraturan daerah masing-masing danbasilpemungutannyadigunakanuntukpembiayaan rumahtanggadaerah. Sedangkanmenurut VU No.18Tahun

    1997tentangPajak Daerah dan RetribusiDaerah sebagaimana diubah

    terakhir dengan VV No. 34 Tahun 2000, PajakDaerah adalah iuran

    wajib yangdilakukan olehorangpribadi ataubadankepada Daerahtanpa

    imbalan langsungyangseimbang. Pajak Daerahdapat dipaksakanberdasar

    peraturan perundang-undangan yangberlaku, dimana basilnyadigunakan

    untukmembiayaipenyelenggaraan pemerintahanDaerahdanpembangunan

    Daerah.

    KRITERIA PAJAKDAERAH

    Kriteriapajakdaerahtidakjauhberbedadengan kriteria pajakpusat,

    yang membedakankeduanyaadalahpihak pemungutnya. Pajak pusat

    yangmemungutadalahPemerintah Pusat,sedangkan pajakdaerahyangmemungutadalah Pemerintah Daerah. Kriteria pajakdaerah secaraspesifikdiuraikanoleh Davey(1988)dalambukunya FinancingRegionalGov-

    ernment, yangterdirida d 4 (empat) ha! yaitu:

    1. Pajakyang dipungut olehpemerintahdaerahberdasarkanpengaturan

    daridaerahsendiri,2. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan pemerintah pusat

    tetapi penetapan tarifnyadilakukan olehpemerintahdaerah,3. Pajakyang ditetapkan dan ataudipungutoleh pemerintah daerah,

    4. Pajak yang dipungutdan diadministrasikan olehpemerintah pusattetapi hasil pungutannya diberikan kepada pemerintah daerah.Dari kriteria pajak tersebut, dapat disimpulkanbahwapengertian

    pajak daerah tersebut terdiri dari pajak yang ditetapkan dan atau

    dipungut di wilayah daerah dan bagi hasil pajak dengan pemerintah

    pusat. Pajak yang dipungut di wilayah daerah ini dikenal sebagai

    pajak daerah terdiri dari: Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), BeaBalik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), Pajak Bahan Bakar

    KendaraanBermotor, Pajak Pengambilan dan PemanfaatanAir Bawah

    Tanah dan Air Permukaan, Pajak Hotel, Pajak Restoran, PajakHiburan, Pajak Reklame, Pajak PeneranganJalandan Pajak Pengam

    bilanBahan GalianGolonganC. Sedangkanbagi hasilpajak, misalnya

    PBB (PajakBumi danBangunan). PBBini pengadministrasian dataobjek

    pajak melibatkan PemerintahDaerah, khususnyaditingkatpedesaan.Demikian pula pemungutannya, Pemerintah Desa/Kecamatan juga

    terlibat.Hasil pemungutannya disetorke Kas Negara Pajakdaerahyang

    dibahas disini hanyapajakyangdipungut di wilayahdaerah saja.

    JENIS-JENIS PAJAK DAERAH

    Dalam literatur pajak dan public finance, pajak dapatdiklasifikasikan berdasar golongan, wewenang, sifat dan lain

    sebagainya. Pajak Daerah termasuk klasifikasi pajak menurutwewenang pemungutnya. Artinya, pihak yangberwenangdan berhak

    memungut pajakdaerah adalahpemerintah daerah. Selanjutnya, pajak

    daerah ini dapatdiklasifikasikan kembali menurut wilayahkekuasaan

    pihak pemungutnya. Menurut wilayah pemungutannya pajak daerahdibagi menjadi:

    PajakPropinsi

    PajakPropinsi adalahpajak daerah yang dipungutolehpemerintah

    daerahtingkat propinsi. PajakPropinsi yang berlaku di Indonesia sampaisaat ini, terdiri dari:

    a. PajakKendaraan BermotordanKendaraandi atasAir

    b. Bea Balik Nama KendaraanBermotor dan Kendaraan di atas Airc. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

    d. Pajak Pengambilandan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan AirPermukaan

    Pajak Kabupaten/Kota

    Pajak Kabupaten/Kota adalah pajak daerah yang dipungut oleh

    pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota. Pajak Kabupaten/Kotayang berlaku Indonesia sampai saat ini, terdiri dari:

    a. Pajak Hotel

    b. Pajak Restoran

    c. Pajak Hiburan

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    9/119

    4 I1 Pajakdon RetribusiDaerah Dasar-dasarPajakDaerah11 5

    d. Pajak Reklame

    e. Pajak Parkir

    f. Pajak Penerangan Jalan

    g. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

    PUNGUTAN PAJAK

    Disadari atau tidak pada hakekatnya pajak daerah merupakan

    pungutan yang dikenakan terhadap seluruh rakyat di suatu daerah .

    Segala bentuk pungutan yang dilakukan baik oleh pemerintah pusat

    maupun pemerintah daerah sebenarnya merupakan pengurangan hak

    rakyat oleh pemerintah. Oleh karena itu, dalam pemungutannya tidak.boleh diskriminatif dan harus diupayakan bersifat adil . Dalam

    perpajakan keadilan haruslah obyektif dan dapat dirasakan merata

    oleh rakyat. Atas dasar pemikiran tersebut maka diperlukan landasan

    berp ikir dalam melakukan pernungutan pajak. Landasan berpikir

    ya ng mendasari pemungutan pajak ini dikenal dengan azas

    pemungutan pajak. Azas saja tidaklali cukup, perlu justifikasi yang

    melandasi konsep berpikir yang rasional dalam pelaksanaan

    pemungutan pajak tersebut, konsep inilah yang dikenal de ngan teori

    pungutan pajak.

    Asa s Pemungutan Pajak

    Menurut Adam Smith dalam bukunya The Wealth ofNations

    bahwa dalam pemungutan pajak agar diupayakan adanya keadilan

    objektij. Artinya, asas pemungutan yang mendasarinya bersifat umum

    dan merata. Asas pemungutan pajak ini dikenal The Four Maxims

    atau Smith's Cannon, yaitu:

    a. Equality, kesamaan dalam beban pajak, sesuai kemampuan wajib

    pajak,

    b. Certainty, dijalankan secara tegas, jelas dan pasti,

    c. Convenience, tidak menekan wajib pajak, wajib pajak membayar

    pajakdengan senang dan rela,

    d. Efficiency/economy, biaya pemungutannya tidak lebih besar dari

    jumlahpenerimaanpajaknya.

    Teori Pungutan Pajak

    Seperti telah diuraikan sebelumnya, teori pungutan pajak muncul

    untuk mencari dasar konseptual pemungutan pajak bagi negara,

    sehingga secara teoritis pemungutan pajak yang dilakukan negara

    itu dapat dibenarkan baik dipandang dari sisi yuridis maupun sisi

    ilmiah. Dengan kata lain bahwa, teori pungutan pajak ada gunamemberi dasarmenyatakan keadilan (justification) kepada hak negara

    untuk memungut pajak dari rakyatnya. Berikut ini beberapa teori

    pungutan pajak yang pernah ada atau yang masih digunakan sebagai

    dasar pemungutan pajak sampai sekarang.

    a . Teori Asuransi

    Pajak diasumsikan sebagai premi asuransi yang harus dibayar

    oleh masyarakat (tertanggung ) kepada negara (penanggung).

    Kelemahan teori ini, ji ka rakyat mengalami kerugian seharusnya ada

    penggantiandari negara, kenyataannya tidak ada. Selain itu, besarnya

    pajak yang dibayar dan jasa yang diberikan tidak ada hubungan

    langsung.

    b. Teori Kepentingan

    Pajak dibebankan atas dasar kepentingan (manfaat) bagi masing

    masing orang . Teori ini juga dikenal sebagai Benefit Approach

    Theory.

    c. Teori Daya Pikul

    Kesamaan beban pajak untuk setiap .orang sesuai daya pikul

    masing-masing. Ukuran daya pikul ini dapat berupa penghasilandan kekayaan atau pengeluaran seseorang. Teori ini dikenal sebagai

    Ability to PayApproach Theory.

    d. Teori Bakti

    Pajak (kewajiban asli) merupakan bukti tanda bakti seseorang

    kepada negaranya.

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    10/119

    6 \1 PajakdanRetribusiDaerah . Dasar-dasar PajakDaerahIJ 7

    e. Teori Asas Daya Beli

    Dasar keadilanpemungutanpajak, pada kepentinganmasyarakat,

    bukan pada individu atau negara . Keadilan dipandang sebagai efek

    dari pemungutan pajak.

    PEMUNGUTAN PAJAK

    Pemungutanpajak dapat dilakukanbergantungpada dua hal yaitu

    keadaan objek pajak dan kewenangan pungut. Keadaan objek pajak

    merupakan dasar pengenaan pajak yang dibatasi oleh waktu atau

    periode. Keadaan objek pajak di masa lalu, dengan masa sekarang

    bisa sama, bisajuga berbeda. Karena sifatinilah, perlucara penafsiran

    keadaan objek pajak yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya

    atau mendekati yang sesungguhnya. Cara penafsiran keadaan objek

    inilahyang dikenal pengakuandan pengukuranobjek pajakatau stelsel.

    Sedangkan kewenangan pungut, menekankanpihak-pihakyangterlibat

    dalampembayaranpajak. Artinya, siapayang berhak memungutpajakdan bagaimanacaranyamenghitung besarnyapajakyang harusdibayar.

    Kewenangan pungut dan cara menetapkan besarnya pungutan pajak

    inilahyang melahirkansistempemungutanpajak.

    1. Dasar Pemungutan Pajak

    Dasar Pemungutanpajak ini merupakan bentuk operasional dari

    pengakuan dan pengukuran keadaan objek pajak atau stelsel. Berikut

    ini dasar pemungutan pajak yang dikenal dalam berbagai literatur

    perpajakan yaitu:

    a. Stelsel Nyata (Riil Stelsel)

    Pengenaan pajak didasarkan pada keadaan objek yang

    sesungguhnya (riil atau nyata), sehingga pemungutannya baru dapat

    dilakukan pada akhir tahun setelah keadaan sesungguhnya objek

    pajak diketahui. Keunggulan stelsel ini sebagai dasar pemungutan

    pajak lebih realistis. Kelemahan dari stelsel ini, pajak baru dapat

    dibayar atau dikenakan setelah akhir periode, yaitu ketika keadaan

    objek pajak secara riil telah diketahui.

    b. Stelsel Anggapan (Fictieve Stelsel)

    Pengenaan pajak didasarkan pada keadaan yang diatur oleh

    ketentuan atau peraturan perundang-undanganyang berlaku. Keadaan

    yang diatur ini merupakan suatu asumsi atau anggapan yang

    ditetapkan oleh ketentuan atau peraturan. Misalnya, keadaan objek

    pajak tahun sekarang sama dengan keadaan objek pajak tahun lalu,

    sehingga pajak tahun sekarang dapat dikenakan pada awal tahun.

    Keunggulan stelsel ini, pajakdapat dibayar selamatahunberjalan, tanpa

    harusmenunggu pacta akhir tahun. Kelemahannya, pajakyangdikenakan

    atau dibayartidak menggambarkan keadaanpajakyang sebenarnya.

    c. Stelsel Campuran

    Untuk mengatasi kelemahanmasing-masing stelsel tersebut, maka

    dalampelaksanaan pengenaanpajak dilakukan dengandua cara. Di awal

    tahun,pajakyangdikenakandidasarkanpada keadaanobjekpajakpacta

    tahun lalu,dandi akhir tahunpajak dikenakanberdasar keadaanobjek

    pajak sesungguhnya. Karena pelaksanaannya demikian, maka stelsel inidisebut StelselCampuran. Jika pajak yang dibayardi awal tahun lebih

    besar daripajakyang dihitung padaakhir tahun,makaterjadi kelebihan

    pajak. Kelebihanpajak bayar ini dapatdirestitusi (kelebihannyadapat

    diminta kembali). Sebaliknya,jikaakhirtahun yang lebihbesar,makawajib

    pajakyangbersangkutan melunasi kekurangannya.

    2. Sistem Pemungutan Pajak

    Kewenangan pungutdan cara menetapkanbesarnyapungutanpajak

    inilah yang melahirkan sistempemungutan pajak. Berikut ini sistem

    pemungutanpajakyang dikenal dalam literaturperpajakan, yaitu:

    a. Official Assessment System

    Sistempemungutan pajakyang mempercayakan kewenangan untuk

    menentukan besarnya pajakyangterutang padafiskus (pemerintah) . Sistem

    ini meletakkan wajib pajakpacta posisiyanglemahdanpasif,utangpajak

    timbul setelah terbitnya suratketetapan pajakolehfiskus. Sistem inihanya

    cocokditerapkan pada masyarakat yang berpendidikan rendah dantingkat

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    11/119

    8 PajakdanRetribusiDaerahDasar-dasar PajakDaerahIJ 9

    Pajak Terutang

    Rp 100.000,00

    200.000,00

    300.000,00400.000,00

    Pajak Terutang

    Rp 1.500.000,00

    10.000.000,0021.000.000,00

    Pajak Terutang

    Rp 2.000 .000,00

    2.700 .000,004.000 .000,00

    4.900.000,00

    Tarif

    10%

    10%

    10%10%

    Tarif

    15%

    25%35%

    Tar if

    10%

    9%8%

    7%

    Contoh:

    Dasar Pengenaan Pajak

    Rp 1.000.000,00

    2.000.000,00

    3.000.000,004.000.000,00

    2. Tarif Progresij

    Tarif pajak yang persentasenya meningkat, sesuai besarnya(meningkatnya) dasar pengenaan paj ak

    Contoh:

    Dasar Pengenaan Pajak

    Rp 10.000.000,00

    40.000.000,0060.000.000,00

    3. Tarij Degresij

    Tarif pajak yang persentasenya menurun, sesuai meningkatnyadasar pengenaan pajaknya

    Contoh:

    Dasar Pengenaan Pajak

    Rp 20.000.000,00

    30.000.000,00

    50.000.000,00

    70.000.000,00.

    kejujuran aparat pajak tinggi. Jika tidak, bisa menimbulkan

    kesewenangan dari aparat pajak dan korupsi.

    b. SelfAssessment System

    Sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan,

    tanggungjawab da n k e we n an ga n u n tu k me ng hi t un g ,

    memperhitungkan, membayar dan melaporkan pajak yang terutang

    atau harus dibayar kepada diri pribadi wajib pajak sendiri. Sistem

    ini hanya cocok diterapkan bagi masyarakat yang sudah maju dan

    iklim pajaknya sudah baik, tax mindedtinggi, dan tingkat integritas

    masyarakat tinggi.

    c. Withholding System

    Sistem pemungutan pajak yang memberikan kewenangan dan

    kepercayaan kepada pihak ketiga untuk menghitung, memotong,

    atau memungut besarnya pajak yang-terutang oleh wajib pajak.

    TARIFPAJAK

    Sebagaimana diuraikan dalam azas pemungutan pajak, bahwa

    pemungutan pajak dilakukan secara adil, artinya umum dan merata .

    Salah satu bentuk operasional penciptaan keadaan pemungutan pajak

    yang adil yaitu melalui ta rif pajak: Namun demikian, penerapan

    tarif pajak di lapangan bergantung dari tujuan yang ingin dicapai

    oleh fiskus. Misalnya, untuk masyarakat yang penghasilannya tidak

    merata dan cenderung rendah, maka penerapan tari f pajak progresif

    progresif lebih mencerminkan keadilan dibandingkan dengan tarif

    paja k lainnya. Tarif pajak, merupakan alat ukur untuk menilaitingkatan besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajibpajak. Secara

    teoritis terdapat4 macamtarif pajak, yaitu:

    1. Tari! ProporsionaI

    Tar if pajak yang persentasenya tetap dan tidak bergantung pada

    besarnya dasar pengenaanpajak.

    4. Tarif Tetap

    Jumlah atau angkanya tetap, tidak bergantung besarnya dasarpengenaan pajak

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    12/119

    Tarif Pajak Terutang

    Rp 1.000.000,00

    1.000.000,00

    1.000.000,00

    1.000.000,00

    10 PajakdonRetribusiDaerah

    Contoh:

    Dasar Pengenaan Pajak

    Rp 10.000.000,00 '

    20.000.000,00

    40.000.000,00

    50.000.000,00

    UTANGPAJAK

    Secara umum, utang timbul karena adanya perikatan antara

    debitur dan kreditur. Namun, tidak demikian untuk utang pajak.

    Utang pajak timbul karena undang-undang atau peraturan yang

    ditetapkan oleh negara. Ada dua konsep teori yang menjelaskan

    timbulnya utang pajak:

    a. Konsep Materiel

    Menurut konsep ini utang pajak timbul karena ada sebab-sebab

    yang mengakibatkan seseorang dikenakanpajak. Artinya, utang pajak

    timbul karena dipenuhinya syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh

    undang-undang, dalam bahasa Belanda disebut tatsbestand. Syarat

    syarat tertentu tersebut berupa serangkaian perbuatan, keadaan dan

    peristiwa yang dapat menimbulkan utang pajak. Dengan demikian,

    menurut konsep ini utang pajak timbul tidak harus menunggu adanya

    surat ketetapan pajak.

    b. Konsep Formiel

    Menurut konsep ini utang pajak timbul bila telah ada ketetapandari fiskus. Artinya, utang pajak timbul karena adanya surat ketetapan

    dari fiskus. Meskipun dipenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan

    oleh undang-undang t etap ijik a tidak ada surat ketetapan maka belum

    terutang pajak atau timbul utang pajak.

    Dasar-di1sarPajakDaerahIJ 11

    Penagihan Utang Pajak

    Tindakan penagihan utang pajak dapat dilakukan dengan 2langkah:

    a. Penagihan secara pasif, pada umumnya dilakukan dengan

    penyerahan Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Ketetapan Pajak

    Tambahan (SKPT) dan Surat Tagihan Pajak (STP) dan terakhirmenggunakan Surat Tegoran,

    b. Penagihan secara aktif yaitu penagihan dengan menggunakan

    Surat Paksa dan dilanjutkan dengan tindakan sita.

    Ber akh im ya Utang Pajak

    Setiap perikatan , termasuk pula utang pajak pada waktunya akan

    berakhir, dan berakhirnya utang pajakjika terjadi hal-hal berikut ini:

    a. Pembayaran

    Utang pajak yang melekat pada diri wajib pajak akan hapusdengan sendirinya jika telah ada pembayaran sejumlah pajak yang

    terutang. Pembayaran dapat dilakukan ke Kas Negara atau lembaga

    lain yang ditunjuk, misalnya Bank atau Kantor Pos dan Giro.

    b. Kompensasi

    Jika jumlah pembayaran pajak yang dilakukan oIeh wajib pajak

    melebihi jumlah pajak yang terutang, maka timbuI selisih lebih.

    Selisih lebih inilah yang dapat dikompensasikan dengan utang pajak

    lainnya. Kompensasi pajak ini dapat dibedakan menjadi dua:

    (1) Kompensasi Horisontal, adalah pengalihan kelebihan pembayaransuatu jenis pajak pada tahun tertentu dengan utang pajak jenisyang sama pada tahun berikutnya .

    (2) Kompensasi Vertikal, adalah pengalihan kelebihan pembayaran

    suatu jenis pajak pada tahun tertentu dengan utang pajak jenisyang lain pada tahun yang sama.

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    13/119

    12 PajakclanRetribusiDaerah

    c. DaluwarsaDaluwarsa terjadi jika waktu penagihan utang pajak telah lewat

    waktu yang sudah ditentukan, akibatnya utang pajak tersebut tidak

    dapat ditagih olehfiskus dan dianggap lunas. Penentuanbatas waktupenagihan utang pajak ini merupakan salah satu bentuk kepastian

    hukum dalam undang-undangperpajakan.

    d. PembebasanJika utang pajakberakhir dengan tidaksemestinya, tetapi karena

    ditiadakan oleh fiskus, maka utang pajak ini disebut dibebaskan.

    Pada umumnya pembebasan tidak diberikan terhadap pokok pajak

    tetapi terhadap sanksi administrasi.

    e. PenghapusanPenghapusan utangpajak samasifatnyadenganpembebasan, hanya

    sajapenghapusandiberikan karena keadaanpribadi wajib pajak, misalnya

    bangkrut ataupailit.

    r!!a

    KRITERIA PAJAK DAERAH

    B

    ab ini membahas karakteristik pajak daerah secara umum.

    Tidak semua potensi yang menjadi sumber pendapatanPemerintah Daerah dapat langsung dikenai pajak daerah.

    Ada5 (lima) kriteriayangharus dipenuhi suatupotensi pendapatan agar

    dapat menjadi obyekpengenaan pajak daerah (Davey, 1988),meliputi

    kecukupan dan elastisitas, pemerataan, kemampuan administratife,kesepakatanpolitik, dankecocokan suatupajak. Kriteriapajakdaerahinimenjadi pentingberkaitanperan PemerintahDaerahuntukmeningkatkanpendapatan daerahnya gunamencapai kemandirian pembiayaandaerah.Hat ini diperlukan agarproses pungutan, administrasidanpenetapan tarif

    terhadap sumber-sumberpendapatan tersebut tidakmenyalahi kewenangan

    Pemerintah Daerah.

    KECUKUPANDANELASTISITAS

    Kecukupan sumber pendapatan yangdapat dipajaki. Artinya, sumber

    tersebuthams menghasilkan pendapatan pajaklebih besardibandingkanseluruh atau sebagian biayapelayanan yang akandikeluarkan. Jikabiaya

    pelayanan meningkatmakapendapatan pajaknya jugameningkat. Keadaan

    demikianmencerminkan pajakmenunjukkanelastisitasnya,artinya pajak-

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    14/119

    14 11PajakdonRetribusiDaerah

    pajaktersebut marnpu menghasiIkan tambahan pendapatan untukmenutup

    kenaikan pengeluaran Pemerintah. Hal ini secara otomatis berakibat pada

    perkembangan besamyadasar pengenaanpajak. Elastisitas merupakan

    derajat reaksi atau respons (tanggapan) dari suatu variabel karena

    perubahan variabella in (Soetrisno, 1984). Misalnya, harga-harga

    meningkat, jumlah penduduk bertambah, dan pendapatan individu

    bertambah, maka pendapatan pun sebagai dasar pengenaan pajakbertambah.

    Elastisitas pajak mempunyai 2 (dua) dimensi. Pertama adalah

    pertumbuhanpotensidari dasar pengenaanpajak. Kedua, kemudahan

    untukmemungutpertumbuhanpajaktersebut. Untukmemberi gambaran

    perbedaan kedua dimensi tersebut, ditunjukkan pada keterkaitan tingkat

    inflasi denganpajakpenjualan dan pajakharta tetap. Ketika harga-harga

    barangdanjasa naik, dasarpengenaan pajakpenjualanpunbertambah

    jumlahnya. Jika pajaktersebut merupakan persentase tertentu dari harga

    barangdanjasa (nilai kotorpenjualan yangdikenakan pajak), maka hasil

    pajakakanmeningkat secaraotomatis sesuai denganperkembangan dasarpengenaanpajaknya. Inflasi biasanya mendorong tingkat hargaataunilai

    sewahartatetapnaik. Pertumbuhan potensidasarpengenaan pajakatas

    harta tetaphanyadapatdigali kalau tarifnya ditingkatkan, atauhartanya

    dinilai kembali (revaluasi) secaraadministrasipajak. Dalamha! inielastisitas

    pajakditekankanpada kemudahan untukmemungut pertumbuhan pajak

    tersebut (dariselisihkenaikan tarifdan selishnilaiharta tetapdarirevaluasi),

    jika langkah ini akandiambil tergantung padakepekaanpembuat keputusan

    dan kemampuanadministrasinya.

    Elastisitas diukurdengan membandingkan (rasio) hasil penerimaan

    pajak selama beberapa tahim denganperubahan indeks harga,pendudukatauproduk domestikbruto (PDB). Perhitunganelastisitas dapat pula

    dilakukan dengan membandingkandasar pengenaan pajakper kapita

    secarariil (denganmemperhitungkan tingkat inflasi) denganperubahan

    pendapatan per kapitadalam satu periode. Dasarpengenaan pajakyang

    dimaksuddi sini adalahjumlah aktivatetap,pendapatanatau transaksi

    komersial yangmenjadi dasarperhitunganpajak.Elastisitas pajakbukan

    hanyasekedargambarandatapenerimaanpajaktetapi elastisitas pajak

    KriteriaEfektivitasPajakDaerahlJ 15

    dapat mencerminkan pertumbuhan potensipajakterlepas dari keputusanuntukmengubah tarifpajak.

    KEADILAN

    Kriteria ini merupakan konsep keadilan sosial yang secara luas

    yang dianut oleh hampir semua negara, namun dalam praktek tidakmudahdilaksanakan. Padaprinsipnya bebanpengeluaran Pemerintah

    haruslah dipikul oleh semua golongan masyarakat sesuai dengan

    kekayaan dan kesanggupan masing-masing. Konsep ini memandang

    pajak merupakan suatu alat redistribusi pendapatan, golongankayamenyumbang lebih besar daripada nilai pelayanan yang diterimanya,

    sebaliknya golongan miskin nilai pelayanan yang diperoleh lebih

    besar dibanding sumbangan yang ia berikan. Dalam praktek, hal ini

    juga dapat dicapai kalau golongan kaya menikmati manfaat layanan

    yang sedikit lebih kecil dari pengeluaran layanan Pemerintah.

    Keadilan dalam hal perpajakan daerah mempunyai 3 (tiga) dimensi,

    yaitu keadilan vertikal, keadilan horisontaldan keadilan geograjis.

    KeadiIan vertikal

    Secara umum, pajak itu dikatakan baik j ika pajak tersebut

    'progresij'. Artinya, persentase pendapatan seseorang yangdibayarkan untuk pajak bertambah sesuai dengan tingkat

    pendapatannya. Pembebanan pajak masih dapat dikatakan pula baik

    jika pajak yang dikenakan tersebut bersifat proporsional yaitu kalaupersentasependapatanyang dibayarkanuntuk pajaksamauntuk semua

    tingkat pendapatan. Pajak dikatakan tidak baikj ika pembebanannya

    'regresif"yakni persentase pendapatan yang dibayarkan untuk pajakmenurun dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan. Meskipun

    pandangan tersebut diterima secara luas, tetapi tidak selalu demikian

    prakteknya. Pandangan lain adalah pajak itu adil kalau bebannya

    proporsionalataspendapatanataukekayaan, dansetiappenyimpangan

    daripada itu apakah progresif atau regresif akan dapat berakibatnegatif.

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    15/119

    16/1. \1PajakdonRetribusi Daerah

    .Keadilan horizontalSeseorang yang menerima gaji seharusnya tidak membayar pajak

    lebih besar daripada seseorang dengan pendapatan yang sama dari

    bisnis atau pertanian, seorang petani yang mengusahakan tanaman

    ekspor seharusnya tidak membayar lebih besar daripada petani dengan

    pendapatan sama di bidang tanaman pangan. Artinya, dalam jumlahpendapatan yang sama maka besarnya pajak yang dibayar juga sama

    tidak memandang sumbernya.

    Keadilan geografis

    Pemerataan harus dilihat dalam kaitannya dengan penerimaan

    dan pengeluaran. Pengenaan pajak atas pendudu kadalah tepat kalau

    mereka tinggal di daerah yang memperoleh pelayanan khusus dari

    Pemerintah. Hal iniuntuk memberikan keleluasaankepada Pemerintah

    Daerah untuk menetapkan tingkat pajak yang dikenakannya, agar

    mereka dapat membebani pajak yang berbeda-beda untuk berbagaitingkat pelayanan yang diberikan.

    Struktur tari f perpajakan yang progresif dikehendaki berdasarkan

    pertimbangan keadilan sosial. Hal itu berarti kelompok

    berpendapatan paling rendah harus dikenakan pajak yang paling

    ringan atau dibebaskan samasekali dari pungutan pajak. Keadaan

    ini lebih mudah dilaksanakan di perekonomian yang telah maju

    yang sebagian besar penduduknya berada dalam kelompok

    berpendapatan menengah. Golongan ini dapat memberikan

    sumbangan untuk mempertahankan pengeluaran Pemerintah tanpa

    atau sedikit memerlukan sumbangan dari golongan yangberpendapatan rendah.

    Masalah lebih besar akan timbul kalau hal itu dilaksanakan di

    masyarakat miskin dengan struktur pendapatan seperti piramida di

    mana sebagian besar masyarakat berada di kelompok yang

    berpenghasilan paling rendah . Dasar pengenaan pajak dari golongan

    berpendapatan atas dan menengah sangat kecil untuk memikul beban

    pengeluaran Pemerintah. Hambatanbiasanya timbuldalambentukekonomi .

    KriteriaEfektivitasPajakDaerah11 17

    dan politis.Hal ini ditunjukkan adanya pembatasanjumlah pendapatan

    tertinggi yang dapat dikenakan pajak, dan kekhawatiran pada

    pengaruh pajak yang tinggi atas produksi dan investasi.Kekhawatiran

    akan akibat buruk terhadap perusahaan dan pertumbuhan ekonomi

    selalu dikemukakan oleh kalangan dunia usaha (golongan atas dalam

    sistem politik) sungguh merupakan rintangan bagi penetapan tarif

    yang progresif.Pembebanan yang adil dari suatu pajak dipengaruhi oleh ruang

    lingkupnya siapa yang membayar dan jenis pendapatan, kekayaan

    dan struktur tarifnya. Selain itu jug a tergantung metode penetapan

    dan tingkat ketepatan perhitungan kekayaan (milik) masing-masing

    pemilik. Setiap ketidaktepatan dalam penetapan dapat menyebabkan

    ketidakadilan karena orang akan membayar pajak lebih atau kurang

    dari yang seharusnya dibayar. Tetapi sejauhmana ketidakadilan

    tersebut dirasakan akan tergantung pada tarif pajaknya .Sebagai

    contoh pendapatan atau kekayaan seseorang sebesar Rp 200 juta.

    Kalau dikenakan pajak dengan tarif pajaknya 5 persen maka ba ikkesalahan pengenaan di bawah atau di atas yang seharusnya akan

    berjumlah Rp 10 juta, kalau 30 persen maka akan menjadi Rp 60

    juta yang menambah ketidakpuasan lebih besar lagi. Dengan

    bertambahnya beban pajak, keluhan juga akan bertambah terhadap

    setiap metode pengenaan yang tidak sempurna dan tidak teliti.

    Pemerataan diinginkan atas dasar keadilan so sial. Pada prinsip

    ketidakadilanperluditekan seminimal mungkin, agar tidakhambatandalam

    pembebananpajakdandalammenggalipotensi pendapatan.

    KEMAMPUAN ADl\fiNlSTRATIFDalam menilai pajak yang ditetapkan atas sumber pendapatan

    pajak memerlukan ketelitian administrasinya. Untuk mengetahui

    keuntungan suatu perusahaan yang dapat dikenakan pajak penghasilan

    atau untuk menetapkan nilai jual obj ektif gedung di pusat kota dalam

    pengenaan pajak bumi dan bangunan memerlukan pengetahuan teknis

    yang tinggi. Setiap transaksi antara wajib pajak dengan aparat pajak

    dalam menetapkan besarnya pajak, membuka kesempatan untuk

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    16/119

    18 PajakdanRetrib1tsiDaerah

    mengadakan kerjasama da n korupsi. Seorang pengusaha besar yang

    tergantung pada Pemerintah dalam perizinan, . proteksi tarif da n

    pembelian dapat mendorong untuk memperoleh keringanan dalam

    depresiasi pada saat perhitungan pajak atas keuntungan perusahaan.

    Di banyak negara yang sedang berkembang sebagian besar

    penduduk hidup di bidang usaha kecil, pedagang keeil, atau tenaga

    lepas yang tersebar di daerah pedesaan yang luas dan tidak ada

    penghasilan yang jelas yang dapat diperhitungkan dalam pengenaan

    pajaknya. Pengenaan dan pemungutan setiap pajakpendapatan atau

    pajakatas harta tetap memerlukan kunjungan pada saat-saat mereka

    dapat ditemui di rumah dan di musim panen dimana mereka

    memperoleh penghasilan. Ongkos administrasi dari kegiatan semacam

    itu sangat tinggi meskipunju ml ah rata-rata per kapita dapat dipungut

    mungkin rendah.Sebaliknya, sejumlah besar pendapatan yang

    diperoleh dari pungutan atas minyakmisalnya dilaksanakan de ngan

    ongkos administrasi yang sangat rendah. Di dalam perekonomian

    semaeam itu terdapat keeenderungan untuk menempuh administrasiyang mudah dengan menggantungkan pendapatan langsung yang

    dapat dipungut pada saat transaksi di sektor komersial formal m elalui

    pabrikan besar, importir atau distributor. Namun demikian hal ini

    tidak selalu sesuai dengan pertimbangan pembebanan yang adil atau

    desentralisasi fiskal.

    KESEPAKATAN POLITIS

    Tidak ada pajak yang populer. Meskipun demikian kemauan

    politis diperlukan dalam mengenakan pajak, menetapkan struktur

    tarif, memutuskan siapa yang harus membayar da n bagaimana pajaktersebut ditetapkan, memungut pajakseeara fisik, da n memaksakan

    sanksi terhadap para pelanggar. Hal ini pada gilirannya tergantung

    pada dua faktor kepekaan dan kejelasan dari pajak tersebut da n

    .adanya keleluasaan dalam mengambil keputusan.

    Kepekaan politis kadang-kadang memusatkan pada masalah nilai

    nilai sosial. Ada masyarakat yang menganggap pajak atas tanah adalah

    sensitif oleh karena tanah dipandang sebagai milik bersama tidak

    KriteriaEfektivitas PajakDaerahIJ 19

    sebagai milik pribadi, demikian pula pajakatas ternaktidak populer

    karena ternak dianggap sebagai modal tidak sebagai sumber

    pendapatan. Di pihak lain, pengenaan pajak tertentu dapat sensitif

    karena berpengaruh terhadap kepentingan golongan berkuasa atau

    golongan tertentu. Misal, usul pengenaan pajakatas tanah pertanian

    di Inggris yang sudah tertunda lama, atau peningkatan Pajak atas

    Bumi da n Bangunan perkotaan di Indonesia tidak dapat dilakukankarena aspek politis tersebut di atas (Devas, 1989)

    Unsur penting yang lain yang menentukan kepekaan suatu pajak

    adalah kejelasan pajaknya. Pajak atas bumi dan bangunan (PBB)

    mungkin merupakan pajak yang paling ringan atas wajib pajak di

    Indonesia. Akan tetapi berlainan dengan pajak penghasilan yang

    bersumber dari pegawai dan pajakpertamba han nilai yang dikenakan

    pada saat penjualan atau penyerahan barang/jasa, pajak atas bum i

    dan bangunan hams dibayar dengan eekatau uang kontan. Persyaratan

    adanya tindakan pembayaran tersebut menarik perhatiantertentu yang

    tidak menjadi kewajiban dari para wajib pajak. Ada saatnya perubahantiba-tiba dalam pajak tidak langsung menjadi penyebab meningkatnya

    harga-harga yang langsung dirasakan oleh masyarakat, juga apabila

    ketidakpuasan terhadap tingkat inflasi maka perhatian ditujukan pada

    pajak-pajak yang memberikan pengaruh terhadap kenaikan harga

    harga. Meskipun demikian pajak tida k langsung kurang pengaruhnya

    sebab bebannya tidak langsung dirasakan.

    Pada semua pajak terlihat kemauan politik. Peranannya tergantung

    pacta frekuensi dari keputusan yang bersifat sensitiftersebut harus diambil.

    Keputusanyang sangat sulitdan nyatabiasanya menyangkut kenaikantarif.

    Pajakdanretribusiakanmudah dipolitisasikalau menghendakipenyesuaiantarifuntuk menjaga dan menambah nilai riilnya. Dalam hal ini, pajak atas

    bumi dan bangunan yang tidak didukung dengan penilaian kembali yang

    sering dilakukan akan dianggap sangat tidak dikehendaki kalau

    dibandingkan dengan pajak pendapatan yang seeara otomatis dapat

    menyesuaikan dengan kenaikan tingkat inflasi. Sama halnya dengan

    kenaikan tarif pajak penjualan atau eukai yang didasarkanpadajum lah

    atau volume, jauh lebih menarik perhatian daripada pertambahan

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    17/119

    20 I1PajakdonRetribusiDaerah

    secara otomatis yang timbul dari pajak-pajak bumi dan bangunan

    dalam menyesuaikan dengan tingkat inflasi.

    Kepekaan politis merupakan hambatan atas potensi suatu pajak.Meskipun demikian hal itu berguna untuk pertanggungjawabannya.

    Kebutuhan untukmembuat suatukeputusan dalam rangka meningkatkan

    tarif pajakyang tinggi dapat memaksa instansiPemerintahlebihteliti

    terhadap pertimbangan untuk pengeluaran tertentu atau mengurangipemborosan.

    Seringkali diusahakan untuk membuatpajaklebih diterimadenganmengkaitkan penggunaannya secara langsung (eannarking) yaitudengan

    meningkatkan suatupungutan untukmembiayai pelayanan tertentu yang

    populerseperti pelayananpendidikan. Setiappajakyang dipungut olehsuatubadanpengelola untuktujuantertentu seperti halnya dengan Badan

    Pengelola Air "subak" di Balisecaraotomatis dianggap mempunyai ciri

    tersebut. Pungutan yang dikaitkan dengan pengeluaran dapatmerupakan

    carayangefektifuntukmenghubungkan perpajakandengan pelayananyang

    tidakbanyakdipahami masyarakat. Pengalamanmenunjukkan seringkalipajaklangsung dikaitkan denganpemerasan yanghamsdihapuskan dengan

    segala carayang memungkinkan. Kaitanlangsung antarabesarnya pajakdenganpengeluaranjugamendorong kebenaran pertanggungjawabannya.

    Dalamjangka panjang, pengkaitanpajak dengan pelayananyang

    diberikan dapat bersifat tidak produktif. Hal itu akan mengundangorang untuk membandingkan antara jumlah yang mereka bayar

    dengan manfaat yang mereka terima, suatu perbandingan yangmungkin tidak diterima oleh mereka. Ongkos pelayanan mungkin

    akan lebih tinggi - lebih rendah - biasanya lebih tinggi daripada

    hasil pajaknya sehingga timbul kesan yang keliru. Mengkaitkansuatu pajak dengan pelayanan yang diberikan dapat mendorong

    Pemerintah untuk menolakbantuan keuangan lainnyauntukpelayanan

    dimaksud.

    Pungutan yangdikaitkandenganpelayananjuga dapat membuat or

    angkurang antusias untukmembayar pajaklainnya yang akandigunakan

    untukpengeluaranumum Pemerintah. Misalnya, seseoranghamsmembayar

    Kriteria Efektivitas PajakDaerahIJ 21

    untuk pelayanankepolisian. Pajak yang dikaitkan dengan pelayanan

    merupakanpenambahan pajakyang tidak dikehendaki yang ongkosnya

    cukup tinggi tidak saja dalamwaktu dan tenaga tetapijuga kesabaran

    para wajib pajak. Pajakyangbermacam-macammalahmempersulituntuk

    pengenaan yang adil terhadap masyarakat.

    ...

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    18/119

    22 \1PajakclanRetribusi Daerah

    ADMINISTRASI PAJAK

    DAERAH

    Dalam bab2 terdahulu telah dibahas mengenai kriteriapajakdaerah. Setelah sumberpendapatan daerahdapat dikenai

    pajak, maka perlujugadipertimbangkanapakah suatu pajakyang

    tclah dapat secara efektifdigali, dikenakan, dinilaiatau dipungut tersebut

    mampu diadministrasikan olehPemerintah Daerah . Teoridevelopmentfrombelowberpendapat bahwaorang akan lebihbersedia membayar

    pajak kepadaPemerintah Daerah daripada kepada Pemerintah Pusat

    karena mereka dapat secara mudah melihat manfaat langsung dalam

    pembangunan di daerah mereka (Davey, 1988). Berlandaskan teori

    lcrsebut, dapatdiidentifikasi berapa permasalahan dalam administrasipajak

    daerah.Pertama, apakah Pemerintah Daerah mempunyai cukup kemauanpolitik untuk mengenakansuatu pajak secara efektifdan adil. Karena

    pengenaanpajakdaerah yang adil membutuhkan pengadministrasiandata

    pajak yang akurat. Pengadministrasian data pajak yang efektif akan

    memudahkan masyarakat dalam membayar pajak. Hatiniakanmendorong

    meningkatkan kesadaran masyarakatuntuk membayarpajak. Kedua,apakahPemerintah Daerahmemiliki kemampuan administrasi efektifatassuatu pajak. Hatini sangat penting, dalamrangka transparansi pengelolaan

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    19/119

    24 mPajakdonRetribusi Daerahdana yang berasal dari pajak. Bab ini akan menguraian permasalahan

    dalamadministrasi pajakdaerah tersebutmeliputipengenaanpajaksecara

    efektifdan adil,perbedaanobjekpajak, pengenaandan pemungutanoleh

    daerah.

    PENGENAANPAJAKYANG EFEKTIFDANADIL

    Teori developmentfrombelowyang dikemukakantersebut di atas,menunjukkanbahwamasyarakatlebih cenderungmaumembayarpajak

    karenakedekatannya denganmanfaat yang diperolehdarimembayar pajak

    tersebut Orangakan lebihbersediamembayarpajakkepadaPemerintah

    Daerah daripada kepada Pemerintah Pusat merupakan hal yang logis,

    karenaPemerintahDaerah juga lebihdekat dibanding denganPemerintah

    Pusat yangkadangmereka tidakdapat melihatmanfaatlangsungsecara

    mudah dalam pembangunan di daerah mereka. Dibalik kedekatan ini,

    apakah Pemerintah Daerah mempunyai cukup kemauan politik untuk

    mengenakansuatupajak secara efektifdan adil./

    Semakin rendahtingkatpemerintahanmakasemakindekathubungan

    antara rakyatdenganpemerintahnya, sehinggamerekayangmengenakan

    pajak dengan mereka yang membayar pajak sangat dekat. Karena

    kedekataninilah, dasar pengenaanpajakdan tarifpajak menjadirendah

    tingkat keadilannya. Misal,jika PemerintahDaerah mengenakanpajak

    bergantung padadukunganpolitik, nilaisosialataukerjasamabisnis dengan

    wajibpajakmaka Pemerintah Daerahakan engganuntukmenaikkanpajak

    pada saatinflasiatau kebutuhanlain yang diperlukannaikdan mungkiri

    malahrnencaripopularitas yaitudengan menurunkanbebanpajak. Dernikian

    pulahalnyakalauPemerintahDaerahdidominasiolehgolongan kaya,maka

    akan tirnbul penolakanterhadappajak yang progresif.Permasalahan tersebut dikernukakan untuk rnenghindari kesewe

    nangansegelintirpolitisidanbirokratdi daerahdalamrnembuat kebijakailperpajakannya. Kebijakan perpajakanyangefektifdanadilperludiupaya

    kan olehPernerintah Daerah. Adanyapembebananpajakyang rneningkat

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    20/119

    26 mPajakdonRetribusiDaerah

    pengeluaran Pemerintah dengan melihat pada implikasi ekonominya.

    Jadi, masalahnyaadalahsejauhmanatingkat kerusakanserta akibatnya

    terhadap seluruh masyarakat.

    KEMAMPUANADMINISTRASI

    Pertanyaanberikutnya adalahapakah Pemerintah Daerahmempunyai

    kemampuan administratifyangefektifatassuatupajak. Tanggungjawab

    atas penilaian atau pemungutan suatu pajak atau retribusi tidak selalu

    bersamaandengankemudahanmemperolehhasilnya. Pemerintah Pusat

    mungkin lebihbaik dalammelaksanakan ataumembantu pengenaanatau

    pemungutan suatupajakdaerah. Tarifpajak- atasBumidanBangunan- .di Indonesiamerupakan contoh yang tepat. Pengenaan dilakukanoleh

    Pemerintah Pusat yaitu Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan

    (KPPB). Sedangkanpemungutanpajaknya dilakukanoleh Pemerintah

    Daerah danhasilnyadibagi antaraPemerintah PusatdanPemerintahDaerah

    sesuaidenganproporsi masing-masing. Sebaliknya PemerintahDaerah

    dapat mengenakanatau memungut suatu pajak atas nama PemerintahPusat. Misal, PemerintahDaerahmemungutPajakKendaraan Bermotor

    atas namaPemerintah Pusat.

    Ada2 (dua) faktor yang mempengaruhipelaksanaantanggungjawab

    pengenaandan pemungutan pajak. Pertama, tingkat kemampuan dan

    ketersediaan tenaga trampil di daerah yangdibutuhkan sebagaitenaga

    pelaksana administrasi perpajakan di daerah. Kedua, sejauhmana

    kedekatan pemungut pajakdenganwajib pajakdaerahataudesakan politis

    terhadapkeadilandanketegasan dalamprosespemungutan pajaktersebut.

    Tingkat kemampuan dan tersedianya tenaga trampil administrasi

    perpajakan sangatdibutuhkan daerah.Tenagaterampil mungkin terbatasdansulitbagi Pemerintah Daerah meskipunadaalternatifsepertimenyewa

    konsultan ataubantuantenagadari suatuinstansi lain. Misal,kantor Pusat

    StatistikatauJasa Asuransi. Instansiini merupakantempattersedianya

    tenaga ahliyangdapatdimanfaatkankeahliannyadanpengalamannyaoleh

    daerah.

    Kedekatan pelaksanapemungut(penilai) pajakdengan wajibpajak

    atau desakan politis dalam proses pemungutan pajak. Keadilan dan

    Administrasi PajakDaerah11 27

    ketegasan dalam proses pemungutan pajak tersebut akan terganggu

    jik a ada kedekatan pelaksana pemungut pajak dengan wajib pajak.

    Demikian pula, jika adadesakan secara politis terhadap pelaksana

    pemungut pajak. Sulit untuk menghindari dari tindakan yang

    meringankan dan memihak wajib pajak apabila mereka pemungut

    pajak yang dipekerjakan Pemerintah Daerah terdapat hubungan yang

    erat dengan wajibpajak.Hal demikian inijug ajika terdapat hubunganlangsung antara pengambil keputusan (politikus) dengan pemungut '

    pajak. Karena politikus sebagaipengambil keputusanakan cenderung

    meringankan beban pajak bagi para pemilihnya atau kontituennya ,

    agar di masa mendatangdapat dipilih kembali. Meskipun demikian,

    situasinyaberbeda,jika pemungut pajaknyadari organisasiprofesional

    yang dapat menjamin integritas dan menjaga tekanan politis yang

    tidak dikehendaki, walaupun organisasi mereka kecil. Selanjutnya,

    pemisahan penilai dan pemungut dapat menyebabkan berkurangnya

    rasa tanggung jawab, penilai dan pemungut tidak begitu giat

    melakukantugasnyaapabilamerekatidak bekerja untuk instansi yangtergantung pada pendapatan yang mereka kumpulkan.

    Administrasi pajakjuga memerlukanjaringan pelaksanapemungut

    yang tersebar luas sesuai dengan penyebaran penduduk serta

    kemudahanuntuk memperolehdata dan pendapatanpara wajib pajak.

    Hal ini penting terutama untuk pajak langsung di negara-negara

    sangat luas wilayahnya, seperti Indonesia. Artinya, dalam hal ini

    dibutuhkan tingkat pemerintahan yang mempunyai hubungan

    administrasi sampai ke tingkat desa. BiasanyaPemerintah Daerah di

    Indonesia mempunyai jaringan adminstrasi di lapangan yang paling

    luas contohnya camat, lurah, kepala desa, kepala dusun atau kepaladukuh. Kecuali, di India administrasi pendataan atas tanah di daerah

    pedesaan India dilaksanakan oleh negara-bagian bukan oleh

    Pemerintah Daerah (Davey,1988). Pada tahun 1960-an di Kenya,

    Pemerintah Daerah yang berusaha memungut pajak pendapatan

    perseorangantetapi mengalami kesulitan karenajaringan administrasi

    dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat bukan oleh Pemerintah Daerah.

    Di negara-negara industri di mana sistem 'bayarlah segera sesudah

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    21/119

    28 mPajakdanRetribusiDaerah

    memperolehpendapatan', sistem pos dan telepon mencukupi, makasebagianbesar prosespemungutanpajakdapat denganbaikolehkantor

    pusat dalammeliput wajib pajakpada umumnya.

    Jikaobjekpajakyang dimiliki suatu perusahaanberada di wilayah

    melampaui perbatasanbeberapa daerah, makapengenaansecara terpusat

    mungkin lebihtepat, dibanding dikenakandi daerah. Artinya administrasipajaknya lebih tepat dilakukan oleh Pemerintah Pusat. Misalnya, sebuahperusahaanmemiliki tanahdan bangunanyangberadapada perbatasan

    beberapawilayah Pemerintah Daerah, makaPemerintah Daerahtertentu

    hanyaakanmengenakanpajak atastanah danbangunanyangberadadi .wilayahnya saja. Lebihrumit lagi, jika pajakpenghasilanperseorangan

    maupun perusahaanpengenaannyadidasarkan padabatas wilayah, padahal

    kenyataannya dapat diperoleh dari beberapawilayahdaerah ataulebihdari satudaerah. Pengenaan secaraterpusatmungkin lebih tepatdibanding

    pengenaan tiap-tiapdaerah. Halinidapatdilakukanjikadikehendaki untukkeseragaman. Penetapanyang seragam pentingartinyauntukdistribus i

    subsidi dari pusatke daerah secaraadil (lihatsubbabbagihasilpajak).

    BAGlHASILPAJAK

    Bagi hasil suatu pajak kepada Pemerintah Daerah merupakan

    permasalahan yang agakpelik. Jika suatupajakdipungutd i m a k s u d ~untuk membiayai prasarana atau pelayanan di daerah setempatmaka

    penyerahanbagi hasilpungutanpajak untukdaerah yangbersangkutan

    tidakmasalah. Namun, masalah akantimbulapabilapengeluaran ditujukan

    pada pelayanan umum yang bersifat personal seperti pendidikan dan

    kesehatan.Karena ketidakjelasan antara daerah tempat pembayaran pajak

    dilakukandengandaerah yangmemperoleh basil pungutan pajaknya(kecuali

    kalau hasil pungutan dipusatkandan dibagi berdasarperhitunganyang tidak

    dikaitkan dengandaerah tempatpungutantersebut dilakukan). Kesulitan

    timbul, jika objek pajak yang dikenakan berada di beberapa daerah

    misalnya, pajakatas labaatau pajakpenjualanyangdikenakan padasuatu

    perusahaan yang mempunyai cabangdi beberapa daerah.

    AdministrasiPajakDaerahll 29

    Seringkali tempat suatu pajak dipungut berbeda dengan tempat

    pembayarannya. Pajak penjualanatas pakaianmisalnya dapatdipungut

    dari suatu pabrik di daerah A oleh karena tidak praktis untuk

    memungut langsung atas pengecer barang tersebut. Meskipun

    demikian beban pungutan tersebut dibebankan pada harga eceran

    dan akan lebih efektif dibayar oleh konsumen di daerah B. Masalah

    yang sama dapat timbul pada pajak penghasilan yang dipungut oleh

    perusahaanyang mempunyaikantor pusat di daerah tertentu terhadap

    upah seorang pegawainya yang tinggal (dan mungkin juga bekerja)

    di daerah lain. Berbeda, dengan pajak atas tanah dan bangunanjelas

    tidakada kesulitan dalam menetapkan Pemerintah Daerah yang akan

    menerimapembayaranpajakatas harta tetaptersebut,karenakejelasan

    dari objeknya yang relatifpermanen.

    Apakah daerah tempat pajak dipungut tersebut sebaiknya

    mendapatkanbagi hasil pajakberdasarpenetapannilai pungutan per kapitarata-rata seperti yangdilakukandi Inggris ataupenetapan dan pemungutan

    pajakpenghasilandilakukanoleh dua atau lebihtingkatanpemerintahasecarabersama-sama (Davey,1988). Misalnya,Pemerintah Federal dan

    Pemerintah Propinsi di Canadamenggunakan dasarpengenaan pajak

    penghasilan secarabersamaan. Hal yangsamajugadilakukan di negara

    negara Skandinavia (kecuali Finlandia), mengenakan pajak penghasilan

    dilakukansecara bersama-sama oleh PemerintahPusatdan PemerintahDaerah. -,

    Pertentangan yang tajam akan timbul dalam pembayaran pajak

    penghasilanperseorangandi mana wajib pajakbekerja dan tinggal ditempatyang berbeda. Setiappemisahanantaradaerah di manapajak dipungut

    dan daerah di manapajaktersebutdibayarmakadiperlukansatusistempemindahanuntuk mengatasi kesulitan dalam alokasi hasil pungutan.

    Pemindahanmemerlukan suatuproses administrasi yang efektif. Hal itu

    juga memerlukankesediaan dari Pemerintah yang harus memberikan

    pungutantersebut, sehinggabagi hasilpajak untukPemerintahDaerah

    menjadi jelasdasarbagihasilnya, meskipundasarhukumnya telah diatur

    denganVU Perpajakan Nasional .

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    22/119

    30 11PajakdonRetribusiDaerah

    UPAYA PEMUNGUTAN PAJAK SECARA EFEKTIF

    Penetapan dan pemungutan pajak harus didukung dengan sistem

    pengawasanyangefisien. Keterlambatandalammembayar pajakseringkali

    dikenakan dengantindakanmengenakandendadalambentukpersentase

    atasjumlah pajak yang terutang. Sanksiapabilatidak membayarpajak

    dapatdikenakandalam berbagaibentuk:(1) tindakpidana menyangkut harta kekayaanmelaluipenahanandan

    hukumanpenjara;

    (2) tindakan perdatayangsamadenganpengembalian utangpribadiyang

    dilakukan melaluipenyitaandan penjualan kekayaan;

    (3) penyitaandanpenjualanlangsung ataskekayaan;

    (4) menghentikanpelayanan misalnya memutuskanpelayananairminum,

    telepon,atau listrik, pengusirandari rumah sewa,penolakanuntuk

    mengikuti pendidikandan pengobatan atau '(5) tidakada tindakansama sekali.

    Tindak pidana , pemutusan pelayanan, atau penyitaa n kekayaanbiasanyamerupakancara yangefektifuntukmeningkatkanpembayaran.

    Namun, kadang-kadang beberapa tindakan tersebut seringkali tidak

    dilaksanakan. Akibatnya tindakanperdata seringkalimerupakan satu

    satunya sanksihukumyang dilakukantetapi seringkali juga tidakefektif.

    Prosedur yangberbelit-belitdan kurang perhatianpengadilanterhadap

    masalahpelanggaran pembayaranpajakdaerah ini, kadangmerupakan

    penyumbang ketidakefektifan sanksihukumditerapkan. Kecenderungan

    tingkat ketidakpatuhan membayar pajak yang tinggi dan tidakadanya

    tindakan yang tegas untuk memaksakan wajib pajak membayarnya

    merupakanpencerminandari kurangnya kemauanpolitis dalampengenaan

    pajak. Ketidakpedulianpengadilanterhadapmasalahpemaksaanpajak

    merupakan gejala umum di negara berkembang yang lemah dalam

    pelaksanaan law-enforcement. Perlindungan pada individu terhadap

    kesewenangan Pemerintah dalam tindakan pemaksaan pajak dalam

    pelaksanaan hukumperlu dikurangi tetapiperlu diimbangi denganiklim

    perpajakan kondusif. Keadaan ini tercapaijika sistem perpajakannya telah

    mampu menjadikan masyarakat pembayar pajak rela dan mampu. Di

    beberapa negara seperti India, pengadilan khusus untuk pengadilan

    AdministrasiPajakDaerah IJ 31

    pajak telah dibentuk sebagai upaya untuk pemaksaan yang lebih

    keras terhadap tagihan-tagihan.Semuanya membutuhkan usahaadministrasi dan keadilan serta kemampuan politis yang wajar .

    Pengenaan bunga atas keterlambatan pembayaran dapat efektif

    apabila besarnya lebih tinggi daripada tingkat inflasi. Di Indonesia

    pajak atas harta tetap sebesar 5 persen setiap tahun merupakan suatucontoh dari sanksi yang ringan yang memungkinkan wajib pajak

    memperoleh keuntunganmelaluipenundaanpembayaran pajak. KOulOttawa sebaliknya mengenakan denda secara otomatis sebesar 2persen atas tagihan yang terlambat satu hari atau lebih.

    ADMlNISTRASI BAGI HASIL PAJAK

    Pengenaan pajak oleh pemerintah pusat dan pernerintah daerah

    kepada seseorang terhadapobjekpajakyangsamadimungkinkan terjadi.

    Misalnya,seorangpegawaiperusahaanswastayang berpusatdi Jakarta

    ditugaskan ke perusahaananak di daerah,maka

    penghasilan yangdierimaoleh pegawaitersebutdapat dipungut pajakoleh PemerintahPusat dan

    PemerintahDaerah. Hal inimemangbelumterjadidi Indonesia, karena

    semua penghasilan dari pegawai dikenakan pajak penghasilan oleh

    Pemerintah Pusat.Namun,dalam perkembanganke depanhal demikian

    dimungkinkan terjadi seiringdengan adanya tuntutanotonorni daerah. Jika

    demikian maka perlu diatur kewenangan administrasi pengenaannya

    terhadap objekpajak tersebut. Karenapegawaitersebutberadadi daerah,

    makaadministrasi pajakdilakukanolehPemerintahDaerah, sehingga timbulpertanyaanapakahpembayaranpajak kepada PemerintahDaerah akan

    mempengaruhi besarnyaobjekpajakyangakandikenakan olehPemerintah

    Pusat. Adatigascenario ataualtematif(Davey,1988) yaitu:

    Alternatifpertama, objekpajak dikenakan oleh Pemerintah Pusat

    dan PemerintahanDaerah seluruhnya terpisah dan tidak ada potongan

    untukpajakserupayang diberikanoleh Pemerintahbaikpusat maupundaerah. Artinya, bilaseseorang telahmembayar pajakpenghasilankepada

    PemerintahDaerah, makapembayaran pajak penghasilannyatersebut

    tidak bisa mengurangi pajak penghasilan yang dibayarkan kepada

    Pemerintah Pusat, demikian sebaliknya. Dengan kata lain besarnya

    11

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    23/119

    32 11PajakdanRetribusi DaerahAdministrasi Pajak Daerah11 33

    pajak yang dibayarkan ke satu pemerintahan tidak akan saling

    mengurangi pajak yang dibayarkan kepada pemerintah tingkatan

    lainnya.Contoh , di Skandinavia Pemerintah Daerah melakukanpungutantambahanatas pajak penghasilan yang telah dilakukan oleh

    Pemerintah Pusat dan semuanya dijumlahkan menjadi satu dengan

    pajak penghasilan Pemeritah Pusat. Jika diperlukan dapat juga

    ditentukan batas tertinggi untuk seluruh pajak pendapatan yang

    dikenakan. Kalaujumlah pajakmelebihi batas tertinggitersebut maka

    beberapa pajakharus dikurangi. Misal, di Jepang, PemerintahDaerah

    mengenakan pungutantambahan ataspajakPemerintahPusat, namunjika

    besarnya pajakyangditarikpemerintah melebihi batas tertinggi makapungutantambahannyayangdikurangi. Lainhalnya, di Skandinaviapajak

    pusat yang dikurangi,Alternatif kedua, pajak daerah dapat diperhitungkan sebagai

    pengurangpenghasilanbruto wajibpajakbadandalarn menghitung pajak

    penghasilan atas badan usaha yang terutang . Perusahaan selalu

    memperhitungkanpajakatasharta tetapdanpajakdaerahlainnyasebagaiongkos yangdapat mengurangi pendapatanmereka sebelum pengenaanpajakpenghasilanmereka. Wajibpajakpendapatanperseoranganbiasanyatidakbernasib sebaik itu. Memangada pengecualian. Pembayaran pajak

    atashartatetap dapatdikurangi dari pendapatanperseorangan yangkena

    pajaktetap seperti diAustralia, Denmark, Norwegia, danJermanBarat.

    Baikpembayaran pajak penjualan maupun pajak penghasilan kepada

    negara-bagian dan Pemerintah Daerah dapat dikurangi dari pajak

    pendapatanuntukPemerintahFederaldi Amerika Serikat.

    Alternatif ketiga, pembayaran pajak untuk satu Pemerintah

    menghasilkankredit atas pungutanPemerintah lainyaitujumlahpajakyangdibayar kepadaPemerintah A dapat mengurangijumlah yang dibayar

    kepadaPemerintahBdenganjumlahyang sarna. Halitutidaklazim, tetapi

    ada beberapa negara yang melakukan . Misal, di Canada pajak dari

    PemerintahPropinsisebesar 10 persen atas pajakpendapatan perusahaan

    yangdikenakan olehPemerintah Federal. PajakPemerintahDaerahatas

    perusahaan dan pendapatan perorangan dikredit terhadap jumlah

    pajak pendapatannegara bagian di beberapa negara-bagian Amerika

    khususnya New York. Pengurangan ini sebenarnya sama dengan

    suatu subsidi atau bagi hasil pajak secara langsung.

    PAJAK PENGGUNAAN ASSETDAERAH

    Pemerintah Daerah sebenarnyabanyak memiliki asset yang bisa

    dijadikan sumber penerimaan pajak. Tanah itulah merupakan sumber as

    setterbesar. Pemerintah Pusatbanyakmemakai fasilitas daerahtetapi tidakmembayarpajak atastanah tersebut. Demikian pula, untuk pajak atas

    pembelianbarang danjasa yang dikenakan terhadap masyarakatdi daerah

    sertapajakatastanah dan bangunan.

    Biasanya Pemerintahmembeli barang danjasa denganharga yang

    sudah sepenuhnya dikenakan pajak dan juga dikenakan pada saat

    menjualnya. Perusahaan Telekomunikasi sebagai contoh, harus

    membebankansetiapproyek pusat dan daerah yang dikenakan dalam

    penjualan pelayanantelepon.

    Meskipundemikian PemerintahPusatbiasanya tidakmembayarpajak

    atashartatetap kepada Pemerintah Daerahatastanah danbangunannya .

    PemerintahPusatdiIndiamembayar pajakyangdikenakanolehPemerintah

    Kotauntuk pelayanan tertentuseperti-air, drainase, peneranganjalan,

    tetapitidakdengantarif umum. Seringkali Pemerintah Pusat membayar

    subsidiyangberkaitan denganpajakatasharta tetapuntukmenghindari

    kesansebagai Pemerintah bawahan.

    Kebanyakanpengamatmenganggapadil kalau Pemerintah Pusat

    membayar pajak dengan dasar yang sama seperti pihak lain yang

    mempergunakan pelayananPemerintah Daerah. Laporan BankDunia

    menunjukkan bahwa pemerintah kota telah menyediakan berbagai

    pelayanan perkotaan kepada PemerintahPusatsebagaimana milikpribadidan setiappembebasan pungutanatas tanahdan bangunan Pemerintah

    Pusatmenyebabkan bebanyang beratbagi kota-kota besar. Pembebasan

    jugadapat mendorong Pemerintahuntuk membuatpilihan lokasi yang tidakrasional, mempergunakan lokasi komersial yangterbaikuntukbangunan

    instalasi yangdapat dilakukan di mana saja. Pendapat yang mendukung

    bahwa Pemerintah Pusat memberikan subsidi kepada daerah dalam

    bentuk lain bukan merupakanalasan untuk pembebasan karena lebih

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    24/119

    34 mPajakdanRetribusiDaerah

    baik dan lebih adil suatu daerah menerima pembayaran di luar

    kewajiban daripada subsidi atau sumbangan.

    Pemerintah Pusat mungkin sangat tidakbertanggungj awab dalam

    memenuhi kewajiban pajakkepadaPemerintahDaerah. RichardsBird

    (1992) telahmenunjukkankerugian yangsangat besardalamvalorization

    taxdariPemerintahKotaBogotakarenapamalsuanhartatetap Pemerintah .

    lainnya. Tunggakan penerimaan Pemerintah Pusat dan organisasikemasyarakatan Afrika Timurmenyebabkan krisiskeuangan yangberat

    bagi pemerintahan Kota Nairobi pada awal tahun 1970-an.

    PENGARUH INSENTIF

    Perpajakan mempunyai tujuan ganda, menyediakan dana untuk

    kepentingan umum dan mempengaruhi tingkah-laku ekonomi, .

    Kebijaksanaan fiskal merupakan suatualatmanajemenekonomidanpajak

    dapatdinilaidari segipengaruhnya atas keputusanwajibpajak, ataskemauan

    untuk bekerja, memakai, menabung atau investasi. Tarifp ajak dapat

    ditingkatkanuntukmenurunkanpermintaan apabilaekonomi 'sedang baik'dan diturunkan kalauinginmeningkatkan permintaan padawaktu resesi.

    Pajakatas hartatetap dapatdilihat terutama sebagai alatuntukmendorongataumenghambatpembangunan fisiktertentu.

    Beberapa literaturKeuangan Negarabanyakmemusatkan perhatian

    pada pengaruh insentif perpajakan terhadap harga,namunbukandimaksudkan olehPemerintahuntukmeningkatkanpajakagardapatmembelanjakannya/membiayaitugas-tugasnya, Perpajakanyangdibahasdandimaksudkan disini perpajakan sebagai alatuntukmeningkatkandana

    yangdapatdipergunakanuntukpengeluaran PemerintahDaerah. Masalah

    yangmenonjol mengenai pengaruh ekonomi dari perpajakandaerah akandisinggung pula walaupuntidakmerupakantitik perhatianpembahasan

    ataupenelaahan.

    Ada beberapa alasan untuk menjelaskannya, Pengelolaanekonomisecara makro padaumumnyaadalahtugas PemerintahPusat,

    dan terutama pajak-pajak nasionallah yang dimanfaatkan dan

    disesuaikansebagai peralatan pengelolaan ekonominya. Perpajakan

    /' 11 ,, _35daerah terutamadikaitkan padapembelanjaanpengeluaran Pemerintah

    Daerah, perpajakan ini dapat saja diubah guna menghindari akibat

    sampingan yang merugikan, tetapi peranannya dalam pengelolaan

    ekonomi jarang lebih positif daripada tersebut terakhir ini. Lebih

    dari itu, beban perpajakan daerah terhadap dasar-pajak tertentu

    lazimnya tidaklah setinggi pungutan-pungutan nasional yang utamaseperti pajak-pajak penghasilan badan (comporate profit taxes) ataubeamasuk,sehinggacenderungkurang untuk mempengaruhiperilaku

    ekonomi secara berarti. Bukan tidak lazim, misalnya, bagi suatu

    pajakpenghasilan badannasional untukmenyita(appropriate) setengahdari labaperusahaannya. Sebaliknya,pajak atas barang-barangyang

    memasuki daerahperkotaan telah berhasilmembelanjai hampir separuh

    pengeluarannegara-bagianGujarat, diIndia, selamaakhirtahun 1970-an,

    sementara itu hanya mewakili 0,3 persen dari nilai perdagangannegara-bagian tersebut Davey, 1988).

    Ada beberapa pengecualian. Penurunan dalam perpajakan ataskekayaan barangtakbergerakdi California,AmerikaSerikat, menurutPeraturanDaerah 13diperkirakantelahmerangsangpeningkatanhakmilik

    atas benda takbergerak. Dalampertengahantahun 1970-anp emerintah

    setempat Swedia didesak untuk membatasi pengenaan berupa pajak

    penghasilan karenadampaknya terhadappendapatanperorangandalam

    masa'stagflasi'.Bebanpengenaanpajakatasbarang takbergerakmenurutpemerintahan setempatInggris terhadap biaya pengolahandan komersialmengalami kerisauanyang samaawal tahun 1980-an. Ada kasus-kasus

    (peristiwa)yangmenunjukkan bahwapengeluaranpemerintah daerah

    merupakan bagian yangbesardariseluruhpengeluaran publikdan yang

    mengatakan bahwabesarnyajenis pengeluaran yangtersebut terakhir itudipandang sebagai penambahan beban perekonomian yang tak

    tertahankan. Suatugabungan keadaan yang lebihlazimterjadi di negaraBarat yang berindustri daripada di negara Dunia Ketiga...

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    25/119

    36 mPajakdonRetribusi Daerah

    KRITERIA RETRIBUSI

    DAERAH

    Bab inimembahas karak.ieristikretribusi daerahsecara umum. Secara teoritis pengertianpajakdanretribusi mudah dibedakan, namundi prakteknyatidakdemikian. Setiap pembayaran pajakmemberi

    kontribusi atasjasa-jasa pelayananyang diselenggarakanolehPemerintah,tetapi pembayarnya tidakmenerima kontraprestasi langsung yangdapatdinikmati. Dalam beberapa kasus jasa pelayanan umum yang

    diselenggarakan olehPemerintah dibiayai dengan pungutan pajak, namun

    padajasapelayananumum lainnya dibiayai melaluipungutan retribusi yanglangsung kepada konsumen. Setiap pembayaran retribusi menerima

    kontraprestasi langsung berupajasa-jasapelayanan yang telahdisediakan

    ataudibuatuntukitu. Namun, dalampraktekperbedaan-perbedaan inimenjadi kabur(tidakjelas), halinidapatdilihat daridua segi:

    1. Retribusi dapatdikenakan lebihbesar melebihi biayajasa-jasa yangdiberikan.Ini merupakan karakterisitk dari banyak retribusi untuk

    pengaturandalam rangkamencapaitujuan lisensifee. Retribusi-retribusiyangdemikian praktis merupakan pajak-pajakyang efektif.

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    26/119

    38 ~ P a j a k d a n R e t r i b u s i Daerah

    2. Suatujasamungkinhanya sebagianchbiayai olehretribusi, sisanyadatang

    dari subsidikhusus atauterselubungdaripenerirnaanpajakmnmn.Dariduaperspektiftersebut maka timbul pertanyaan; Jenis danfungsi

    pelayanan apa saja yang bisa dibiayai dari sumber pajak atau sumber

    retribusi? Apakah sumberpajakatau sumberretribusihanyacocokuntuk

    suatufungsi tertentu? Apayangmembedakansuatujasayangdibiayai olehpajakdenganjasayangdibiayai olehretribusi? Berdasar dariduaperspektiftersebut,bab ini akandiawalidenganuraian tentang barangpublikdan

    barang privat, tingkatanpengenaan retribusi, pendekatanpembebanan

    retribusi, dan diakhiri penilaianpotensipendapatanyangdapatdikenai

    retribusi ataudasarpengenaan retribusi.

    Barang Publik dan Barang Privat

    Untukmenjawab permasalahan ketigapertanyaandiatasmakaperludiuraikanterlebih dahulujenis barang menurut public sectoreconomic

    yaitu publicgoods (barang publik) dan privatgoods (barang privatIpribadi). Hal ini diperlukankarena denganmengklasifikasikanke dalam

    duajenis barang tersebut, makaakan memudahkanlogikaberpikirnya

    untukmenjawab pertanyaan tersebut.Barangpublikadalah suatujasa yang memberikeuntungan kepada

    orang secara kolektif dan tidak diskriminatif seperti ketahanan atau

    pengontrolanpenyakit. Untukmenjaga orangdari penyakitcacaradalah

    merupakankepentingan setiap orang,bukanhanya menguntungkan sipasien

    tetapi semuaorang, yangmungkin kenapengaruhnya. Pelayananyangdemikianpantas diwajibkanuntuk dibiayaioleh setiap pembayarpajak

    dalamhubungannya dengan kekayaannnya danbukankonsumsinya (yangmungkindalamkasusyanglainmenjaditidakdapatdihitung jumlahatau

    besarnya). Pelayanan suatu barang privatjika konsumsi seseorangmemberikankeuntungan kepadadiri sendiridantidakkepadatetangga

    tetangganya. Apakah suaturumahtanggayangmempunyai saluran listrik,tidak memberikan pengaruhkepada tetangga-tetangganya dantidakadaalasan bagi mereka untuk turut membayar biaya tersebut; untuk ini

    pembebanan yangcocokadalahretribusilangsung.

    Kriteria Efektivitas Retribusi DaerahU 39Sekalilagipembedaanbarangpublikdan barangprivat tidakselalu

    mudahditerapkandalam praktek. Hal ini didasarkankepadabeberapa

    alasan:

    Pertama, batasandefinisibarang-barang publikdan barang privatsootdilakukan, misalpendidikan. Pendidikan, dapat dipandang merupakan

    barangpublik karenauntukkepentingan umum. Artinya, pendidikanini

    dapat dinikmati oleh semuapenduduk, sehingga untuk mendapatkan

    penduduk yang dapat membaca dan berhitung secara umum mudah

    diperoleh. Padaakhirnya, untuk mendapatkan pegawai yangkualitas tinggiyang mengisi kantor-kantorPemerintah tidak akan kesulitan. Adanya

    pendudukyang mampu membaca dan berhitung karena melaluiproses

    pendidikan iniakandinikmati secara bersamaataumerupakankeuntungankolektif. Namun, apakahkeuntungankolekt ifiniju ga dinikmati oleh

    golongan orangmiskin atauorang-orangjalananyang belajarpada kelaskelas malamuntukbelajarbacatulisdi sanggarsosial?

    Disisi lain, pendidikanjuga dapatdipandang sebagai barang privat.

    Misalnya, untuk memenuhi tenaga ahlidibidang hukum danekonomi makadiselenggarakan pendidikan tinggi ilmu hukum dan ekonomi.Untuk

    memenuhi kebutuhan ekonom danahlihukum tersebut, tidakhams seluruhpenduduk diajar ataudididikuntuk menjadi seorang ekonom atauahli

    hukum. Dengankatalain, tidaksemuapendudukyangdapatmenikmati

    pendidikan tinggi ini hanyaorang-orang tertentu saja atau pendidikan inimemberikan keuntungan secara pribadiorang-orang yangmenikmatinya.Artinya, pendidikan dalam ha! inimerupakan barang privat, karena adanyapendidikantinggi ini hanyamenguntungkansegelintirorang sajaatau

    keuntungan dari pendidikan inibersifatprivatbukankolektif. Akhirnya,

    pendidikan inimenghasilkan segelintir orang (para ekonomdanahlihukum)yangakan meningkatkan standarhidupnyajauh lebihtinggi dibanding

    komunitas tempat merekaberasal. Haruskah pembayar pajakmembiayaipendidikantinggiyang menghasilkan standar hiduprata-rata yangjauh

    lebih tinggi?

    Seluruh pertanyaan-pertanyaandiakhir alinea tersebut,menunjukan dan

    mengilustrasikan sulitnyamenarik garis pemisah antara keuntungan kolektif

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    27/119

    40 11PajakdonRetribusiDaerah

    dan keuntungan pribadi. Dalamkonteks negara-negaramiskin atau miskin

    kebijakan, biasanya pendidikan tinggimenyediakanjalanuntukmencapaigayakehidupan yanglebihistimewa, setelah selesai ataululuskemudiansarjana-sarjana tersebuthidjrahke luar negerimencari kehidupan yang

    lebih layakdibanding negaranya. Hidjrahnyasarjana-sarjana ini berarti

    hilangnya keuntungan-keuntungan kolektif dari pendidikan, karena

    masyarakat tidakdapatmenikmati layananjasapara lulusantersebut.

    Kedua, aplikasi logis dari suatu peraturan atau kewajaranumumseringmengakibatkan pembayar pajak harus membayar sesuatu yang melebihi

    baikdarisisi kapasitas maupun sisi batasan logika pikiran sehat. Penampilanluardarisuatu rumah ataupemeliharaandaripada tamandidepannya dapatdengan mudah dianggap sebagai keuntungan umumdaripada keuntungan

    pribadi. Kelancaranselokanpembuanganlimbahrumah tangga dan pabrik,

    sering puladianggapsebagai keuntunganumumdaripada keuntunganpribadi.

    Ketiga, barang-barang pribadiseperti transportuntuk bekerjaatauperumahan yang memadai dapat dianggap sebagai kebutuhan dasar

    manusia. Apakah kesempatan untukmemperolehnyadibatasi hanya untukorang-orang yang mampu membayarnya? Secara umum mekanisme

    pemerataan memungkinkan untukmembolehkan setiaporang kayadanmiskin mempunyai kesempatan sama untuk membayar kebutuhan

    kebutuhan pokok. Namun, karena sebagianbesar negara-negara miskinmempunyaiketerbatasan kapasitas administrasi dan ekonomi untuk

    mengoperasikan suatusistemjaminansosial nasional,maka subsidi dari

    pajakmungkin tidakdapat dihindarkan, misal kreditpajakatauiurandanapensiun. Apakah mungkinsubsidi-subsidi tersebut dibatasi hanyauntuk

    masyarakat yang miskin atauhams diperluas untukmelayani kepentinganumum dalamjumlah yang besar(segi politikdan administratif) .

    Keempat, pelayanan-pelayananjasayang tidak dapat dikategorikansebagai barang publik, tetapi karena alasan tertentu ataumempunyaitujuantertentu makapelayanan tersebut harus dilakukan, Misalnya, pengguna

    ataupemanfaatan sumberdayaalam. Apalagi, sumber dayaalamyangdimanfaatkan tersebutmerupakansumberdayaalam yang langkamakapemanfaatanyaharusdilakukan secara disiplin. Pelayananpenggunaan atau

    Kriteria Efektivitas RetribusiDaerahIJ 41

    pemanfaatanlahan yang memilikisumber daya alam tersebut, perludi kelolasecara disiplinagar dampakdari pemanfaatan lahan tersebuttidak merusak sumber daya alam lainnya. Beberapa elemen berupakelangkaan, keterbatasan,kedisiplinan, dan ketertiban, perlu diatur

    dengan pengenaan tertentu. Penggunaan retribusi sebagai alat

    pembebananlangsung tidak dapat dihindarkan, hal ini dimaksudkanuntuk mengenakan disiplin kepada mereka yang menggunakannya.

    Retribusimemaksaorang untuk berhati-hatidi dalam mengkonsumsisumber-sumber yang langkaatau mahal.

    Terakhir, karena ada tekanan secara politik atau pertimbanganpraktis (karena mudah dipungut), maka untuk menutup biaya-biaya

    pelayanan dilakukan melalui retribusi daripada melalui pajak. Babbab sebelumnya telah membahas kesulitan untuk mencapai perpajakan

    daerah yang pantas dan wajar, khususnya di negara-negara DuniaKetiga. Ada suatu kecenderungan di negara-negara Dunia Ketiga

    berupa dorongan yang kuat untuk menggunakan retribusi sebagaialat untuk mengendalikan penduduk yang memperoleh fasilitaspelayanan pemerintah. Kadang-kadang mereka harus membayar

    retribusisetingkat lebihtinggi daripajakyangdisyaratkan. Rendahnya

    keinginan bagi pengenaan pajak langsung di banyak negara miskin

    sarnasekali bertolak-belakang dengan tingginya proporsi golongan yangbenar-benar rendahmengeluarkan pendapatannyauntuk uang sekolah,

    tagihan air minum dan pelayanan kesehatan. Lebih lanjut ada yang

    mempertanyakan (secara kontroversi) bahwa retribusi adalah benarbenar demokratis sebab ia memperkuat pemilihan yang diinginkan:penduduk dapat memilih kepada apa yang harus mereka bayar dan

    apa yangtidakperlu dibayar,dan bentuk daripadapengeluaranumumtersebut, setidak-tidaknya sebagian langsung merupakan pilihan mereka.

    Di dalam praktek, pungutan retribusi langsung atas konsumenbiasanya dikenakan karena satu atau lebih dari pertimbanganpertimbanganberikut:

    (1) Apakahpelayanan tersebut merupakanbarang-barang publik atau

    privat, mungkin pelayanan tersebutdapatdisediakan kepadasetiaporang. Olehkarena itutidakwajaruntukmembebankan biaya-biaya

    KriteriaEfektivitasRetribusi Daerah 11 43

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    28/119

    42 11PajakdanRetribusi Daerah

    tersebut kepada pembayar-pembayar pajak yang tidak

    mendapatkanjasa/barang tersebut. Hal ini merupakan salah satu

    alasanpembebasanretribusi bagi pengadaanair minumatau untuk

    pendidikan secara umum. (Alasan ini tidak dapat dilakukanjika

    suatu jasa dibiayai oleh pajak kekayaan, dan ketersediaan atau

    ketidaktersediaan jasa-jasa tersebut dipengaruhi oleh

    penilaiannya).(2) Suatujasayangmelibatkan suatusumberdaya yanglangka ataumaha1

    danperlunyadisiplinmasyarakatdalam mengkon-sumsinya. Hal ini

    sering menjadi suatu alasan bagi pembebanan retribusi untuk

    menyediakanairminum(khususnya melalui sistem meteran).

    (3) Ada beberapajenis konsumsi yang dinikmati oleh individu bukan

    karena kebutuhan pokok sehingga lebih merupakan pilihan

    daripadakeperluan. Contohfasilitas rekreasi.(4) Jasa-jasa dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan mencari

    keuntungandisamping memuaskankebutuhan-kebutuhan individu di

    dalam negeri. Sebagai contoh,airminum, listrik, pembuangan sarnpah,kantorpos, telepon seluruhnyadigunakansecara luasoleh industri.

    (Halinimungkin mengakibatkanpembebanan retribusi kepada seluruh

    konsumenatauhanyakepadasektorperdagangandan industri).

    (5) Retribusidapatmengetahuiataumenguji arahdan skaladari pennintaanmasyarakatakanjasa, jika kebutuhanpokokataubentuk-bentukdan

    standar-standar dari penyediaantidakdapatditentukan secarategas.

    Suatu kasus pada setiap pengeluaran Pemerintah, keinginan atau

    kemauan masyarakat untuk membayar langsung bagi pelayanan

    pelayanantersebut adalah suatupengujian yangpenting bagikeinginan

    masyarakatatasjasa pelayanantersebut.

    Tingkat Pengenaan Retribusi

    Secaragarisbesar adabeberapatingkatanpengenaanretribusiyang

    digunakan oleh Pemerintah terhadap masyarakat, yaitu retribusi atasjasa

    jasa pelayanan umum atas pemakaian langsung (pelayanan secara

    keseluruhan), retribusiuntukjasa-jasapelayanan umumyangmembutuhkan

    tingkat pengembalian biaya langsung (direct cost) yang berbeda, dan

    Kriteria Efektivitas Retribusi Daerah 11 43

    retribusi berdasar kewenangan tertentu Pemerintah atas penerimaan

    retribusi tersebut.

    Hampirsecara keseluruhan jasa-jasapelayananataspemakai langsung

    bersifatumum (universal). Jasa-jasapelayananumum yang dikenakanretribusi atas pemakai langsung (baik dengan atau tanpa subsidi)

    antara lain :

    (1) Jasapemenuhan kebutuhan airbersih untukindustridapat dihitungmelaluitingkatpenggunaanair yangdikonsumsi dan diukur dengan

    meteran kubik,melaluipengkategorianperusahaanindustri dalam

    suatutingkattertentu(misal: besar, sedangdan kecil)berdasarkan

    penilaian kekayaan, melalui dasar jara k antara lokasi perusahaan

    denganpipapenghubungutama, atau melalui penjualan dari pusat

    perusahaanairminum(pDAM).

    (2) Jasa angkutan umum setidak-tidaknyasebagian ditutup dari biayatiket penumpangatau barang (meskipun ditentukanoleh besamya

    peningkatan subsididari penerimaan-penerimaanumum di negara

    negaraBarat).(3) Jasa-jasaposdan telepon, umumnya dijualberdasarkanunit daripada

    jasa, meskipun pada kasus telepon ada pengecualian. Untuk biayatetapnya(abodemen) tidakdidasarkankepadaunit tetapi didasarkan

    padakategori atasnilai kekayaanpemakai.Abonemenuntukrumah

    tangga lebihrendahdibandingkan untukusaha.

    (4) Gas dan listrikjuga pada dasamya dikenakan pembayaran sesuaidengan besamya volume konsumsi, meskipun biaya-biaya per

    unit sering menurun apabilajumlah yang digunakan meningkat.

    (5) Penghuniperumahan Pemerintah hampir selalu membayar sewa

    (atau penghuni membeli secara cicilan) kecuali apabilaperumahangratis disediakankepada para pegawai sebagai bagian

    daripada konsumsi pelayanan mereka.

    (6) Beberapa bentuk biaya masuk biasanya dikenakan atas

    penggunaanfasilitasfasilitas tertentu yangdimiliki Pemerintah Kotasepertimusium, monumen-monumen bersejarah, kolamrenang dan

    fasilitas olahragalainnya, kebun binatang, benda-benda cagarbudaya,

    bioskop, meskipun tidakuntuk sepertitaman.

    44 11P j k R ib i D h

  • 7/23/2019 Buku Pajak Dan Retribusi Daerah

    29/119

    44 11PajakdonRetribusiDaerah

    Penyediaan jasa-jasa kepentingan umum seperti air bersih, gas,

    listrik dan telepon biasanya didasarkan pada biaya penyambungan

    awal, namun kadang-kadangj uga dasar pengenaan biaya bergantung

    pada penggunaan/konsumsinya.

    Pengenaan retribusi yang didasarkan pada pengembalian biaya

    langsung (direct cost) . Ada perbedaan mendasar pengenaan retribusi

    antara jasa-jasa pelayanan umum atas pemakaian langsung dengan

    jas a-ja sa pel ayana n umu m pen gemb alia n bia ya langs ung. Pengen aan

    retribusi yang didasarkan pad a pengembalian biaya langsung (directcost) biasanya d ig u nak an u n tu k jasa-jasa u m um y a ngpenyelenggaraannya menjadi tugas atau kewenangannya berada di

    tangan Pemerintah, misalnya :

    1. Pendidikan. Dewasa ini Pemerintah di banyak negara dalam

    sistem pendidikannya memberikan pembebasan uang sekolah

    untuk tingkat sekolah dasar, meskipun pengeluaran (biaya)

    tambahan seperti seragam sekolah, makan, buku-buku mungkin

    masihjuga ada. Hal ini merup akan suatu beban, khususnya bagi

    keluarga-keluarga miskin. Pungut an di sekolah dasar tetap masih

    ada terutama, jika jumlah kelas yang disediakan di sekolah tersebut

    lebih keeil dari jumlah anak sekolahnya, meskipun biasanya

    mendapat subsidi yang lebih tinggi. Sedangkan pada sekolah

    tingkat menengah berbeda, pungutan uang sekolah makin

    banyak. Pungutan uang sekolah ini merupakan bentuk lain dari

    retribusi langsung oleh Pemerintah. Semakin banyak retribusi

    yang dikenakan oleh Pemerintah terhadap pendidikan sekolah

    menengah menjadi tingkat biaya benar-benar tinggi, maka sering

    diimbangi dengan penyediaan yang lebih besar berupa potonganuang sekolah atau bea siswa untuk pelajar-pelajar yang miskin.

    Di dalam sekolah yang lebih tinggi, retribusi dimasukkan sekaligus

    dalam suatu peraturan sekolah, jadi betapa bervariasinya tingkat

    subsidi dan penyediaan bea siswa. Suatu alternatif konsep di

    dalam pendidikan yang lebih tinggi adalah membebankan biaya

    biaya pendidikan kepada siswa melalui sistem kredit pinjaman

    biaya pendidikan. Setiap siswa yang dibiayai dari kredit pinjaman

    KriteriaEfektivitasRetribusiDaerah11 45

    ini mempunyai suatu accountpinjaman atas nama siswa tersebut.Pinjaman ini akan dikembalikan oleh siswa tersebut jika yang

    bersangkutan telah bekerja atau siswa dikenakan angsuran utang

    pinjaman biaya pendidikan setelah yang bersangkutan mulai

    meniti kariernya. Namun demikian, kontribusi dari orangtua siswa

    masih sering dicari atau diperlukan untuk biaya pengadaan

    bangunan atau sarana sekolah melalui usaha gotong-royong orang tua siswa (masyarakat).

    2. Jalan raya (OOn infrastruktur yang berkaitan).

    Pembangunandan pemeliharaanjaIan raya biasanyadibiayaidari pajak

    umum. Misalnya,pungutanpajak ataspemakianbahan bakar (bensin)

    untuk kendaraan dan pungutan pajak atasbobot kendaraan/alatberat

    yangmelewatijalan rayaumum.Kadang-kadang hubunganantarapajak

    dengan penggunaannyadapat lebihspesifik, namun adaj uga retribusi

    pemakaiantertentu atasjalan. Misalnya,jaIanutama denganakses terbatas seringdioperasikansebagaijalan tal.

    Pembangunan perumahan tennasukjalan-jalandi lingkungansekitarnya,saluran air, lampujalanan sering dikenakan retribusi kepada pemilik

    kavling yang tanahnya menghadap ke jalan atau pembayaran

    pembayaran pajak daerah. Biaya-biaya ini kemungkinanjuga dapat

    ditutup oleh pengembang (developer) dan pembeli pada saat

    melakukanpembuatanaktet ransaksijual-beliproperty melaluipetugas

    PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) atau Notaris . Hal inimerupakansuatupraktekyangsudahbiasadilakukanolehpengembang

    pembangunan pertokoan atau perusahaan-perusahaan property

    perkotaan baru (new town corporation), atau melalui pengaturan

    kembalipertanah