bunga rampai 2014

Upload: acho-jie

Post on 09-Oct-2015

55 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Bunga Rampai 2014

TRANSCRIPT

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 1

    PENYUSUTAN ASET TETAP PEMERINTAH PUSAT

    Oleh: Silvya Daniarti

    (Dimuat pada Panduan Teknis APP Edisi 9 Tahun 2010)

    Pendahuluan

    Aset tetap mempunyai peranan yang sangat penting karena mempunyai nilai yang

    cukup signifikan bila dibandingkan dengan komponen neraca lainnya. Aset Tetap

    adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan

    untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat

    umum. Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan

    menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan

    pada nilai wajar pada saat perolehan. Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga

    belinya atau konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat

    diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat

    aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan. Pengeluaran setelah

    perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang

    kemungkinan besar memberi manfaat ekonomik di masa yang akan datang dalam

    bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan

    pada nilai tercatat aset yang bersangkutan (kapitalisasi).

    Di dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 71 Tahun 2010 tentang Standar

    Akuntansi Pemerintahan Lampiran II khususnya Pernyataan Standar Akuntansi

    Pemerintahan (PSAP) No. 7 tentang Akuntansi Aset Tetap Paragraf 53, dinyatakan

    bahwa aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi

    akumulasi penyusutan. Sampai dengan tahun anggaran 2010, Pemerintah belum

    menerapkan penyusutan aset tetap dan masa manfaat atas aset tetap Pemerintah belum

    ditetapkan. Hal ini dikarenakan petunjuk teknis pelaksanaan penyusutan belum

    disusun. Akibat tidak adanya penyusutan maka nilai aset tetap yang mengalami

    kapitalisasi berkali-kali, akan semakin tinggi nilainya dan tidak akan pernah turun.

    Bayangkan akumulasi nilai kapitalisasi suatu aset sepuluh tahun mendatang, tentu

    sudah tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya. Sebagai contoh pelapisan jalan dalam

    rangka pemeliharaan jalan pantura yang dilakukan setiap tahun. Karena nilai

    pemeliharaan jalan tersebut sifatnya menambah nilai jalan maka kalau diakumulasi

    nilai jalan pantura tersebut sangat tinggi padahal secara fisik kualitas/kapasitas tidak

    sebanding dengan nilai jalan. Seiring dengan semakin lamanya penggunaan suatu aset,

    aset tetap selain tanah akan mengalami penurunan manfaat karena aus atau rusak

    karena pemakaian dan lain-lain. Dalam rangka penyajian nilai wajar terhadap aset-aset

    tersebut dapat dilakukan penyusutan.

    Permasalahan penyusutan aset tetap ini telah menjadi salah satu pokok tema

    pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang menyebabkan pengecualian atas

    kewajaran Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2010. Untuk itu,

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 2

    Pemerintah perlu segera membuat aturan teknis mengenai penyusutan aset tetap serta

    menghitung masa manfaat atas aset tetap sebagai dasar penyusutan.

    Pengertian

    Di dalam PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

    Lampiran II khususnya PSAP No. 7 tentang Akuntansi Aset Tetap, menyebutkan definisi

    penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan

    manfaat dari suatu aset. Seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan

    karakteristik aset tersebut, kecuali tanah dan konstruksi dalam pengerjaan.

    Yang dimaksud penyesuaian nilai adalah upaya untuk menunjukkan pengurangan nilai

    karena pengkonsumsian potensi manfaat aset oleh karena pemakaian dan atau

    pengurangan nilai karena keusangan dan lain-lain.

    Kapasitas atau manfaat suatu aset tetap akan semakin menurun karena aset tetap

    tersebut digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah dan sejalan dengan itu

    maka nilai aset tetap tersebut juga semakin menurun.

    Tujuan dasar penyusutan aset tetap pada Pemerintah adalah menyesuaikan nilai aset

    tetap untuk mencerminkan nilai wajarnya.

    Arti Pentingnya Penyusutan

    Menurut Buletin Teknis Sistem Akuntansi Pemerintahan (SAP) No. 05 tentang

    Akuntansi Penyusutan, ada beberapa alasan penting kenapa diperlukan adanya

    penyusutan yaitu:

    1. Aset tetap merupakan aset operasi pemerintah yang penting dalam menjalankan

    operasional pemerintahan. Aset tetap itu memiliki sifat yang rentan terhadap

    penurunan kapasitas sejalan dengan penggunaan atau pemanfaatannya. Oleh

    karena itu, pemerintah harus menyajikan informasi tentang nilai aset tetap secara

    memadai agar dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka

    pengelolaan aset (meliputi perencanaan penganggaran, pengadaan, penggunaan,

    pemanfaatan, pertukaran, pelepasan, dan penghapusan). Untuk memenuhi

    kebutuhan tersebut, pemerintah membutuhkan informasi tentang nilai asset tetap

    yang memadai, dan hal tersebut dapat dipenuhi apabila pemerintah

    menyelenggarakan sistem akuntansi aset tetap yang informatif secara tertib dan

    tepat waktu.

    2. Informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan

    pengelolaan aset tetap adalah informasi mengenai nilai wajar aset.

    3. Adanya penyusutan, akan memungkinkan pemerintah untuk setiap tahun

    memperkirakan masa manfaat suatu aset tetap yang masih dapat diharapkan

    dapat diperoleh dalam masa beberapa tahun ke depan.

    4. Adanya penyusutan memungkin pemerintah untuk mendapat suatu informasi

    tentang keadaan potensial aset yang dimilikinya. Hal ini akan memberikan

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 3

    informasi kepada pemerintah mengenai suatu pendekatan yang lebih sistematis

    dan logis dalam menganggarkan berbagai belanja pemeliharaan atau belanja

    modal untuk mengganti atau menambah aset tetap.

    Namun ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi oleh suatu aset tetap sebelum

    diberlakukan penyusutan, yaitu nilainya harus menunjukkan Nilai Buku (nilai yang

    dapat disusutkan). Menurut Buletin Teknis SAP No. 05 tentang Akuntansi Penyusutan,

    beberapa prasyarat yang harus dipenuhi dalam menerapkan penyusutan aset tetap:

    1. Identitas aset yang kapasitasnya menurun;

    Aset tetap harus dapat diidentifikasi mana aset yang kapasitas dan manfaatnya

    menurun dengan aset yang kapasitas dan manfaatnya tidak menurun. Golongan

    aset tetap yang kapasitas/manfaatnya menurun dan memerlukan penyesuain nilai

    (penyusutan) adalah peralatan dan mesin, gedung dan bangunan,

    jalan/irigasi/jaringan. Sedangkan golongan aset tetap yang kapasitas/manfaatnya

    tidak menurun dan tidak perlu penyesuaian nilai (penyusutan) adalah tanah dan

    konstruksi dalam pengerjaan.

    2. Nilai yang dapat disusutkan;

    Nilai aset tetap menjadi nilai prasyarat dalam penyusutan. Secara umum nilai aset

    tetap yang diakui adalah nilai perolehan atau nilai wajar. Nilai perolehan atau nilai

    wajar ini merupakan faktor penentu besarnya nilai buku. Nilai buku diperoleh dari

    pengurangan nilai perolehan dengan nilai akumulasi penyusutan. Pemerintah

    telah menyelesaikan Inventarisasi dan Penilaian (IP) atas aset tetap sebagai dasar

    untuk melakukan penyusutan.

    3. Masa manfaat dan kapasitas aset tetap.

    Suatu aset disebut sebagai aset tetap adalah karena manfaatnya dapat dinikmati

    lebih dari satu tahun atau satu periode akuntansi. Ukuran manfaat dapat diukur

    dengan indikator yang terkuantifikasi dan ada yang tidak.

    Contoh aset yang manfaatnya dapat diukur dengan indikator terkuantifikasi

    adalah kendaraan atau mesin yang secara teknis dapat dilengkapi dengan

    keterangan dari produsen tentang potensi total jarak yang dapat ditempuh atau

    potensi total jam kerja penggunaan.

    Contoh aset yang manfaatnya relatif tidak dapat diukur dengan indikator

    terkuantifikasi adalah komputer, gedung, atau jalan yang secara teknis tidak

    terkuantifikasi dengan spesifik sehingga dipakailah indikator pengganti seperti

    prakiraan potensi masa manfaat.

    *Tarif Penyusutan = 1

    X 100% X 2 Masa Manfaat

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 4

    Rumusan Perhitungan Penyusutan

    Menurut Buletin Teknis SAP No. 05 tentang Akuntansi Penyusutan, terdapat tiga

    (3) metode rumusan yang sesuai dengan kuantifikasi prasyarat penyusutan dalam

    perhitungan penyusutan aset tetap,. Yaitu:

    1. Metode Garis Lurus;

    Metode garis lurus menetapkan tarif penyusutan untuk masing-masing periode

    dengan jumlah yang sama. Rumusan tersebut adalah:

    Penyusutan per periode =

    Nilai yang dapat disusutkan

    Masa manfaat

    Keunggulan metode garis lurus adalah bahwa perhitungannya mudah. Metode ini

    cocok dipergunakan untuk aset tetap yang penggunaannya dari periode ke periode

    relatif sama, misalnya bangunan kantor, meubelair kantor, air conditioner dan

    lain-lain.

    2. Metode Saldo Menurun Berganda;

    Metode saldo menurun berganda menetapkan tarif penyusutan dua kali dari yang

    digunakan metode garis lurus. Rumusan penyusutan per periode adalah:

    (Nilai yang dapat disusutkan akumulasi penyusutan periode sebelumnya) X Tarif

    Penyusutan*

    Metode saldo menurun berganda merupakan bentuk yang populer untuk

    mempercepat penyusutan dan cocok dipergunakan untuk aset tetap berupa

    kendaraan bermotor atau komputer. Tarif penyusutan di tahun pertama akan

    lebih tinggi dan akan lebih kecil di tahun berikutnya.

    3. Metode Unit Produksi.

    Kapasitas produksi suatu aset tetap dijadikan pedoman dalam penentuan

    besarnya penyusutan, dan besarnya produksi yang dilakukan dalam kapasitas

    produksi tersebut merupakan metode yang digunakan untuk menghitung

    penyusutan. Sebagai contoh pemakaian unit-unit dapat diperlihatkan dalam

    kuantitas barang-barang yang diproduksi, jumlah jam yang digunakan, sejumlah

    pemotongan, jumlah mil yang dikendarai atau muatan ton. Rumusan penyusutan

    per periode adalah:

    Produksi periode berjalan X Tarif penyusutan**

    **Tarif penyusutan = Nilai yang dapat disusutkan

    Perkiraan total output

    Metode penyusutan ini umumnya digunakan ketika pemakaian aset tetap

    berubah-ubah dari tahun ke tahun. Metode ini cocok digunakan untuk aset tetap

    berupa mesin-mesin produksi, contohnya mesin penggilingan padi.

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 5

    Metode-metode penyusutan yang berbeda memberikan hasil yang berbeda juga,

    dan dalam beberapa keadaan kegunaan dari metode penyusutan tertentu

    disarankan. Ketika penggunaan aset tetap berfluktuasi dari waktu ke waktu,

    metode unit produksi dianjurkan. Untuk aset tetap yang kegunaannya menurun

    lebih awal, dan mereka ditujukan terhadap biaya pemeliharaan yang tinggi

    sehubungan dengan bertambahnya usia mereka, maka bentuk dari penyusutan

    yang dipercepat harus digunakan, misalnya metode saldo menurun berganda.

    Berikut ini adalah beberapa langkah yang dilakukan dalam penyusutan aset

    tetap:

    1. Melaksanakan identifikasi aset tetap yang akan disusutkan. Tanah dan Kontruksi

    Dalam Pengerjaan tidak termasuk aset tetap yang dapat disusutkan. Kondisi aset

    tetap harus dalam keadaan baik.

    2. Melaksanakan pengelompokan aset. Dalam pelaksanaan penyusutan aset tetap

    dibagi menjadi 2 (dua) yaitu penyusutan dilakukan terhadap aset tetap secara

    individual (contohnya gedung dan bangunan) dan penyusutan dilakukan terhadap

    sekelompok aset tetap sekaligus. Kriteria aset tetap yang dapat disusutkan secara

    berkelompok/sekaligus adalah:

    a. Mempunyai waktu perolehan yang sama;

    b. Mempunyai masaa manfaat yang sama;

    c. Secara teknis, manfaat aset tetap tersebut tergantung dengan aset tetap yang

    lainnya, contoh: peralatan kesehatan, peralatan laboratorium;

    d. Aset tetap dibeli secara berpasangan dan harga belinya merrupakan harga

    pasangan, contoh: mesin cetak digital dengan perangkat lunaknya, komputer

    dengan perrangkat lainnya;

    e. Demi kemudahan dan efisiensi biaya administrasi, aset tetap dapat

    dikelompokkan karena kedekatan teknis dan konteks pemanfaatannya,

    contoh: peralatan bedah.

    3. Menetapkan nilai aset tetap yang wajar, karena nilai aset tetap adalah prasyarat

    untuk menentukan nilai yang dapat disusutkan. Penetuan nilai aset tetap ahrus

    berdasarkan dokumen/bukti kepemilikan, akte jual/beli, kuitansi pembelian, atau

    catatan lainnya yang menunjukkan nilai aset tetap tersebut. Apabila tidak terdapat

    bukti/catatan yang menunjukkan nilai aseet tetap tersebut maka dibutuhkan tim

    penilai profesional untuk membantu menetapkan nilai aset tetap yang wajar.

    4. Menetapkan nilai yang dapat disusutkan atas aset tetap baik yang bersifat

    individual maupun kelompok.

    5. Menetapkan metode penyusutan (bebas) tetapi sebaiknya sesuai karakteristik aset

    tetap, cara serta intensitas pemanfaatannya.

    6. Melakukan perhitungan dan pencatatan penyusutan aset tetap.

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 6

    Perhitungan dan Pencatatan Penyusutan Aset Tetap

    Besarnya penyusutan setiap tahun dicatat dalam neraca dengan menambah nilai

    akumulasi penyusutan dan mengurangi ekuitas dana dalam akun Diinvestasikan dalam

    Aset Tetap. Walaupun aset tetap terdiri atas berbagai jenis aset yang menunjukkan

    nilai perolehan masing-masing, penyusutannya disajikan hanya dalam satu akun

    Akumulasi Penyusutan. Nilai buku yang tersajikan dalam neraca juga merupakan nilai

    buku keseluruhan aset tetap.

    Di dalam PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Lampiran II

    khususnya Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No. 7 tentang

    Akuntansi Aset Tetap Paragraf 79 menyatakan bahwa informasi penyusutan yang

    harus diungkapkan dalam laporan keuangan adalah:

    1. Nilai penyusutan;

    2. Metode penyusutan yang digunakan;

    3. Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;

    4. Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.

    Keempat hal di atas harus disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Secara

    lebih rinci, hal-hal lain yang harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan

    adalah:

    - Kebijakan Akuntansi;

    - Daftar Aset dan Penyusutannya

    Perhitungan dan pencatatan penyusutan aset tetap dilaksanakan di akhir tahun atau per

    tanggal 31 Desember melalui jurnal aset pada aplikasi Sistem Akuntansi Kuasa

    Pengguna Anggaran SAKPA.

    1. Contoh soal kasus menggunakan metode garis lurus.

    Pada awal tahun 2011 Kementerian XL membeli sebuah air conditioner senilai

    Rp12.000.000 dengan masa manfaat diperkirakan 4 tahun. Tarif penyusutan per

    tahunnya adalah Rp12.000.000 dibagi 4 yaitu Rp3.000.000 per tahun.

    Pencatatannya di setiap tanggal 31 Desember tahun 2011 sampai dengan tahun

    2014 adalah:

    Jurnal Debet Kredit

    Diinvestasikan

    dalam Aset Tetap

    Rp 3.000.000

    Akumulasi

    Penyusutan

    Rp 3.000.000

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 7

    Tabel Penyusutan Air Conditoner

    Tahun Tarif

    Penyusutan

    Rp

    Akumulasi

    Penyusutan

    Rp

    Nilai Buku

    Rp

    0 12.000.000

    1 3.000.000 3.000.000 9.000.000

    2 3.000.000 6.000.000 6.000.000

    3 3.000.000 9.000.000 3.000.000

    4 3.000.000 12.000.000 0

    Penyajian Aset tetap di Neraca

    per tanggal 31 Desember 2011 adalah:

    Rp

    ASET 9.000.000

    Aset tetap:

    Peralatan dan Mesin 12.000.000

    Akumulasi Penyusutan (3.000.000)

    KEWAJIBAN

    EKUITAS 9.000.000

    Ekuitas Dana Investasi

    Diinvestasikan dalam Aset Tetap 9.000.000

    Penyajian Aset tetap di Neraca

    per tanggal 31 Desember 2012 adalah:

    Rp

    ASET 6.000.000

    Aset tetap:

    Peralatan dan Mesin 12.000.000

    Akumulasi Penyusutan (6.000.000)

    KEWAJIBAN

    EKUITAS 6.000.000

    Ekuitas Dana Investasi

    Diinvestasikan dalam Aset Tetap 6.000.000

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 8

    Penyajian Aset tetap di Neraca

    per tanggal 31 Desember 2013 adalah:

    Rp

    ASET 3.000.000

    Aset tetap:

    Peralatan dan Mesin 12.000.000

    Akumulasi Penyusutan (9.000.000)

    KEWAJIBAN

    EKUITAS 3.000.000

    Ekuitas Dana Investasi

    Diinvestasikan dalam Aset Tetap 3.000.000

    Penyajian Aset tetap di Neraca

    per tanggal 31 Desember 2014 adalah:

    Rp

    ASET 0

    Aset tetap:

    Peralatan dan Mesin 12.000.000

    Akumulasi Penyusutan (12.000.000)

    KEWAJIBAN -

    EKUITAS 0

    Ekuitas Dana Investasi

    Diinvestasikan dalam Aset Tetap 0

    Nilai perolehan aset tetap, jumlah penyusutan dan akumulasinya serta nilai

    buku per jenis aset tetap disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan

    (CaLK).

    2. Contoh soal kasus menggunakan metode saldo menurun ganda.

    Pada awal tahun 2011 Kementerian XL membeli sebuah kendaraan roda 4 kijang

    senilai Rp185.000.000 dengan masa manfaat diperkirakan 5 tahun. Tarif

    penyusutan per tahunnya adalah:

    Tahun ke.1

    ((100% dibagi 5 tahun) X 2) X Rp185.000.000 yaitu Rp74.000.000

    Tahun ke.2

    40% X (Rp185.000.000 dikurang Rp74.000.000) yaitu Rp44.400.000

    Tahun ke.3

    40% X (Rp185.000.000 dikurang Rp74.000.000 dikurang Rp44.400.000) yaitu

    Rp26.640.000

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 9

    Tahun ke.4

    40% X (Rp185.000.000 dikurang Rp74.000.000 dikurang Rp44.400.000 dikurang

    Rp26.640.000) yaitu Rp15.984.000

    Tahun ke.5

    40% X (Rp185.000.000 dikurang Rp74.000.000 dikurang Rp44.400.000 dikurang

    Rp26.640.000 dikurang Rp15.984.000) yaitu Rp9.590.400 tetapi karena

    penyusutan tahun ke.5 adalah tahun terakhir maka nilainya disesuaikan sehingga

    menghasilkan nilai akumulasi penyusutan yang sama dengan nilai awal/nilai yang

    dapat disusutkan.

    Tabel Penyusutan Kijang

    Pencatatannya di tanggal 31 Desember tahun 2011 adalah:

    Th Nilai Buku

    Rp

    %

    penyusutan

    Penyusutan

    Rp

    Akumulasi

    Penyusutan

    Rp

    1 185.000.000 40% 74.000.000 74.000.000

    2 111.000.000 40% 44.400.000 118.400.000

    3 66.600.000 40% 26.640.000 145.040.000

    4 39.960.000 40% 15.984.000 161.024.000

    5 0 40% 39.960.000 185.000.000

    Jurnal Debit Kredit

    Diinvestasikan

    dalam Aset Tetap

    Rp74.000.000

    Akumulasi

    penyusutan

    Rp74.000.000

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 10

    Penyajian Aset tetap di Neraca

    per tanggal 31 Desember 2011 adalah:

    Rp

    ASET 111.000.000

    Aset tetap:

    Peralatan dan

    Mesin

    185.000.000

    Akumulasi

    Penyusutan

    (74.000.000)

    KEWAJIBAN

    EKUITAS 111.000.000

    Ekuitas Dana

    Investasi

    Diinvestasikan

    dalam Aset

    Tetap

    111.000.000

    Pencatatannya di tanggal 31 Desember tahun 2012 adalah:

    Jurnal Debit Kredit

    Diinvestasikan

    dalam Aset Tetap

    Rp118.400.000

    Akumulasi

    penyusutan

    Rp118.400.000

    Penyajian Aset tetap di Neraca

    per tanggal 31 Desember 2012 adalah:

    Rp

    ASET 66.600.000

    Aset tetap:

    Peralatan dan

    Mesin

    185.000.000

    Akumulasi

    Penyusutan

    (118.400.000)

    KEWAJIBAN

    EKUITAS 66.600.000

    Ekuitas Dana

    Investasi

    Diinvestasikan

    dalam Aset Tetap

    66.600.000

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 11

    Pencatatannya di tanggal 31 Desember tahun 2013 adalah:

    Penyajian Aset tetap di Neraca

    per tanggal 31 Desember 2013 adalah:

    Rp

    ASET 39.960.000

    Aset tetap:

    Peralatan dan Mesin 185.000.000

    Akumulasi Penyusutan (145.040.000)

    KEWAJIBAN

    EKUITAS 39.960.000

    Ekuitas Dana Investasi

    Diinvestasikan dalam Aset Tetap 39.960.000

    Pencatatannya di tanggal 31 Desember tahun 2014 adalah:

    Jurnal Debit Kredit

    Diinvestasikan dalam

    Aset Tetap

    Rp145.040.000

    Akumulasi

    penyusutan

    Rp145.040.000

    Jurnal Debit Kredit

    Diinvestasikan dalam Aset

    Tetap

    Rp 161.024.000

    Akumulasi penyusutan Rp 161.024.000

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 12

    Penyajian Aset tetap di Neraca

    per tanggal 31 Desember 2014 adalah:

    Rp

    ASET 23.976.000

    Aset tetap:

    Peralatan dan Mesin 185.000.000

    Akumulasi Penyusutan (161.024.000)

    KEWAJIBAN

    EKUITAS 23.976.000

    Ekuitas Dana Investasi

    Diinvestasikan dalam Aset Tetap 23.976.000

    Pencatatannya di tanggal 31 Desember tahun 2015 adalah:

    Jurnal Debit Kredit

    Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp185.000.000

    Akumulasi penyusutan Rp185.000.000

    Penyajian Aset tetap di Neraca

    per tanggal 31 Desember 2015 adalah:

    Rp

    ASET 0

    Aset tetap:

    Peralatan dan Mesin 185.000.000

    Akumulasi Penyusutan (185.000.000)

    KEWAJIBAN

    EKUITAS 0

    Ekuitas Dana Investasi

    Diinvestasikan dalam Aset Tetap 0

    3. Contoh soal kasus menggunakan metode unit produksi.

    Pada awal tahun 2011 Kementerian XL membeli sebuah mesin penggilingan padi

    senilai Rp10.000.000 dengan kapasitas produksi 50 ton beras, mempunyai masa

    manfaat 4 tahun. Perincian pemakaian selama 4 tahun adalah:

    Tarif Penyusutan: Rp10.000.000 / 50 ton = Rp200.000

    Tahun ke.1 15 ton X Rp200.000,- = Rp3.000.000

    Tahun ke.2 20 ton X Rp200.000,- = Rp4.000.000

    Tahun ke.3 10 ton X Rp200.000,- = Rp2.000.000

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 13

    Tahun ke.4 5 ton X Rp200.000,- = Rp1.000.000

    Tabel Penyusutan Mesin Penggilingan Padi

    Th Produksi Periode

    Berjalan

    Rp

    Tarif Penyusutan

    Rp

    Penyusutan

    Per Periode

    Rp

    1. 15 ton 200.000 3.000.000

    2. 20 ton 200.000 4.000.000

    3. 10 ton 200.000 2.000.000

    4. 5 ton 200.000 1.000.000

    Total 50 ton 10.000.000

    Pencatatannya di tanggal 31 Desember tahun 2011adalah:

    Jurnal Debit Kredit

    Diinvestasikan dalam aset tetap Rp. 3.000.000,-

    Akumulasi penyusutan Rp. 3.000.000,-

    Penyajian Aset tetap di Neraca

    per tanggal 31 Desember 2011 adalah:

    Rp

    ASET 7.000.000

    Aset tetap:

    Peralatan dan Mesin 10.000.000

    Akumulasi Penyusutan (3.000.000)

    KEWAJIBAN

    EKUITAS 7.000.000

    Ekuitas Dana Investasi

    Diinvestasikan dalam Aset Tetap 7.000.000

    Pencatatannya di tanggal 31 Desember tahun 2012 adalah:

    Jurnal Debit Kredit

    Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp7.000.000

    Akumulasi penyusutan Rp7.000.000

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 14

    Penyajian Aset tetap di Neraca

    per tanggal 31 Desember 2012 adalah:

    Rp

    ASET 3.000.000

    Aset tetap:

    Peralatan dan Mesin 10.000.000

    Akumulasi Penyusutan (7.000.000)

    KEWAJIBAN

    EKUITAS 3.000.000

    Ekuitas Dana Investasi

    Diinvestasikan dalam Aset Tetap 3.000.000

    Pencatatannya di tanggal 31 Desember tahun 2013 adalah:

    Penyajian Aset tetap di Neraca

    per tanggal 31 Desember 2013 adalah:

    Rp

    ASET 1.000.000

    Aset tetap:

    Peralatan dan Mesin 10.000.000

    Akumulasi Penyusutan (9.000.000)

    KEWAJIBAN

    EKUITAS 1.000.000

    Ekuitas Dana Investasi

    Diinvestasikan dalam Aset Tetap 1.000.000

    Pencatatannya di tanggal 31 Desember tahun 2014 adalah:

    Jurnal Debit Kredit

    Diinvestasikan dalam Aset

    Tetap

    Rp10.000.000

    Akumulasi penyusutan Rp10.000.000

    Jurnal Debit Kredit

    Diinvestasikan dalam Aset

    Tetap

    Rp 9.000.000

    Akumulasi penyusutan Rp 9.000.000

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 15

    Penyajian Aset tetap di Neraca

    per tanggal 31 Desember 2014 adalah:

    Rp

    ASET 0

    Aset tetap:

    Peralatan dan Mesin 10.000.000

    Akumulasi Penyusutan (10.000.000)

    KEWAJIBAN

    EKUITAS 0

    Ekuitas Dana Investasi

    Diinvestasikan dalam Aset Tetap 0

    Tahapan Penyusutan Untuk Aset Tetap Yang Diperoleh Sebelum Adanya

    Penentuan Penyusutan Aset Tetap

    Tahapan awal yang harus dilakukan pemerintah dalam penyusutan aset tetap

    adalah penetapan sisa masa manfaat aset tetap dan masa manfaat aset tetap setelah

    disusutkan. Tetapi sesuai dengan temuan BPK terhadap Laporan Keuangan Pemerintah

    Pusat, sampai saat ini pemerintah belum dapat mengukur umur manfaat setiap aset

    tetap. Karenanya harus segera ditetapkan umur manfaat setiap aset tetap berdasarkan

    hasil inventarisasi dan penilaian setiap aset tetap. Apabila telah ditetapkan usia manfaat

    setiap aset tetap, maka perhitungan dan penyusutan aset tetap tersebut dapat

    dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu:

    a. Aset yang diperoleh pada tahun dimulainya penerapan penyusutan

    Perhitungan dan pencatatan penyusutan aset tetap dicontohkan dalam contoh soal

    di atas.

    b. Aset yang diperoleh setelah penyusunan neraca awal hingga satu tahun

    sebelumnya penerapan penyusutan

    Aset tetap yang diperoleh setelah penyusunan neraca awal, maka aset tetap

    tersebut dinilai berdasarkan nilai perolehannya. Perhitungan penyusutan aset

    tetap dibagi 2 (dua) yaitu penyusutan sebelum tahun penerapan penyusutan dan

    penyusutan di tahun penerapan penyusutan (tahun berjalan). Contoh: suatu

    kementerian menerapkan penyusutan di awal tahun 2011 dan mempunyai

    kendaraan roda 4 kijang yang diperoleh di awal tahun 2008 dengan harga

    Rp100.000.000 dan ditetapkan mempunyai umur manfaat 5 tahun. Maka

    perhitungan penyusutannya adalah:

    Tarif penyusutan menggunakan metode garis lurus adalah:

    Rp100.000.000 dibagi 5 tahun yaitu Rp20.000.000 (20%).

    Perhitungan penyusutan tahun 2008 sd tahun 2010 adalah:

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 16

    3 tahun dikali Rp20.000.000 yaitu Rp60.000.000

    Perhitungan penyusutan tahun 2011 adalah: Rp20.000.000

    Maka nilai penyusutan tahun 2011 (tahun pertama) yaitu Rp60.000.000 ditambah

    Rp20.000.000 = Rp80.000.000

    sedangkan nilai penyusutan tahun 2012 (tahun kedua) yaitu Rp20.000.000

    Pencatatannya di tanggal 31 Desember tahun 2011adalah:

    Penyajian Aset tetap di Neraca

    per tanggal 31 Desember 2011 adalah:

    Rp

    ASET 20.000.000

    Aset tetap:

    Peralatan dan Mesin 100.000.000

    Akumulasi Penyusutan (80.000.000)

    KEWAJIBAN

    EKUITAS 20.000.000

    Ekuitas Dana Investasi

    Diinvestasikan dalam Aset Tetap 20.000.000

    Pencatatannya di tanggal 31 Desember tahun 2012 adalah:

    Jurnal Debit Kredit

    Diinvestasikan dalam Aset

    Tetap

    Rp100.000.000

    Akumulasi penyusutan Rp100.000.000

    Jurnal Debit Kredit

    Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp80.000.000

    Akumulasi penyusutan Rp80.000.000

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 17

    Penyajian Aset tetap di Neraca

    per tanggal 31 Desember 2012 adalah:

    Rp

    ASET 0

    Aset tetap:

    Peralatan dan Mesin 100.000.000

    Akumulasi Penyusutan (100.000.000)

    KEWAJIBAN -

    EKUITAS 0

    Ekuitas Dana Investasi

    Diinvestasikan dalam Aset Tetap 0

    Pemerintah Indonesia telah menyusun neraca awal di tahun 2004 dan pada saat

    itu telah dilakukan Inventarisasi dan Penilaian atas aset tetap pada seluruh

    kementerian negara/lembaga (sudah ada nilai wajar atas aset tetap).

    c. Aset yang diperoleh sebelum penyusunan neraca awal

    Aset tetap yang diperoleh sebelum penyusunan neraca awal, maka aset tetap

    tersebut dinilai berdasarkan nilai wajar. Hal utama yang harus ditetapkan adalah

    sisa masa manfaat pada saat penyusunan neraca awal. Perhitungan penyusutan

    aset tetap dibagi 2 (dua) yaitu penyusutan di masa antara neraca awal dengan saat

    penerapan penyusutan dan penyusutan di tahun penerapan penyusutan (tahun

    berjalan). Contoh: suatu kementerian menerapkan penyusutan di awal tahun 2011

    dan mempunyai mesin pengeras jalan yang diperoleh sebelum penyusunan neraca

    awal tahun 2003. Penyusunan neraca awal dilakukan di akhir tahun 2004. Mesin

    pengeras jalan ditetapkan mempunyai nilai yang dapat disusutkan seharga

    Rp175.000.000 dan ditetapkan mempunyai sisa umur manfaat 7 tahun.

    Penyusutan ditetapkan di awal tahun 2011. Maka perhitungan penyusutannya

    adalah:

    Tarif penyusutan menggunakan metode garis lurus adalah:

    Rp175.000.000 dibagi 7 tahun yaitu Rp25.000.000

    Perhitungan penyusutan tahun 2005 sd tahun 2010 adalah:

    6 tahun dikali Rp25.000.000 yaitu Rp150.000.000

    Perhitungan penyusutan tahun 2011 adalah: Rp25.000.000

    Maka nilai penyusutan tahun 2011 (tahun pertama) yaitu Rp150.000.000

    ditambah Rp25.000.000 = Rp175.000.000

    Pencatatannya di tanggal 31 Desember tahun 2011adalah:

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 18

    Jurnal Debit Kredit

    Diinvestasikan dalam Aset

    Tetap

    Rp175.000.000

    Akumulasi penyusutan Rp175.000.000

    Penyajian Aset tetap di Neraca

    per tanggal 31 Desember 2011 adalah:

    Walaupun nilai suatu aset tetap telah disusutkan seluruhnya sehingga mempunyai nilai

    buku Rp0 (nol), maka bukan berarti aset tetap tersebut langsung dihapuskan dari

    Laporan Barang Milik Negara karena dimungkinkan masih bisa dimanfaatkan. Nilai

    perolehan dan akumulasi penyusutan aset tetap disajikan di dalam Laporan barang

    Milik Negara dan dijelaskan di dalam Catatan atas Laporan Barang Milik Negara dan/

    Catatan atas Laporan Keuangan.

    Kesimpulan

    1. Sesuai hasil pemeriksaan BPK terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun

    2010, perlu segera disusun pedoman teknis penyusutan aset tetap dan penetapan

    masa manfaat setiap aset tetap.

    2. Apabila aset tetap dapat disajikan sebesar nilai buku maka pemerintah/kementerian

    negara lembaga mempunyai basis dalam pembuatan kebijakan pengalokasian

    belanja modal atau belanja pemeliharaan yang lebih cerdas dimasa depan.

    3. Karena nilai perolehan dan akumulasi penyusutan aset tetap harus disajikan di

    dalam Laporan Barang Milik Negara dan dijelaskan di dalam Catatan atas Laporan

    Barang Milik Negara dan/ Catatan atas Laporan Keuangan, maka Sistem Manajemen

    Rp

    ASET 0

    Aset tetap:

    Peralatan

    dan Mesin

    175.000.000

    Akumulasi

    Penyusutan

    (175.000.000)

    KEWAJIBAN -

    EKUITAS 0

    Ekuitas Dana

    Investasi

    Diinvestasika

    n dalam Aset

    Tetap

    0

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 19

    dan Akuntansi barang Milik Negara harus mengakomodir perhitungan penyusutan

    aset tetap sebelum data aset tetap dikirim ke dalam Sistem Akuntansi Keuangan.

    Referensi:

    1. Buletin Teknis SAP No. 05 tahun 2007 tentang Akuntansi Penyusutan

    2. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

    3. Buku Akuntansi Suatu Pengantar, Soemarso, Salemba Empat Jakarta

    4. Buku Dasar-dasar Akuntansi, Haryono Jusup, STIE YKPN Yogyakarta

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 20

    PEMBENTUKAN PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH Oleh : Joni Afandi

    (Dimuat pada Panduan Teknis APP Edisi 10 tahun 2010)

    1. Pendahuluan

    Neraca Laporan Keuangan Pemerintah Pusat tahun 2010 menunjukkan jumlah

    piutang sebesar Rp.99 Triliun. Jumlah ini meningkat sebesar Rp27 Triliun apabila

    dibandingkan dengan jumlah piutang pada tahun 2005 yang sebesar Rp.72 Triliun.

    Jumlah piutang yang tercatat pada neraca tersebut belum memperhitungkan tingkat

    kolektibilitasnya. Sejalan dengan penerapan basis akrual, aset dalam bentuk piutang

    atau beban dibayar di muka diakui ketika hak klaim untuk mendapatkan arus kas

    masuk atau manfaat ekonomi lainnya dari entitas lain telah atau tetap masih terpenuhi,

    dan nilai klaim tersebut dapat diukur atau diestimasi. Piutang di neraca harus terjaga

    agar nilainya sama dengan nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value),

    untuk itu diperlukan penyesuaian dengan membentuk penyisihan piutang tidak tertagih

    berdasarkan penggolongan kualitas piutang.

    Tulisan ini hanya memberikan tinjauan akademis mengenai pembentukan

    penyisihan Piutang Negara Bukan Pajak tidak tertagih yang diperkirakan sesuai dengan

    isi dari Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 06 tentang Akuntansi

    Piutang dan PMK 201/2010 tentang Kualitas Piutang Kementerian Negara/Lembaga

    dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih dalam lingkup Pemerintah Pusat.

    2. Bahasan

    Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 yang dimaksud dengan

    Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Pusat

    dan/atau hak Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat

    perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

    berlaku atau akibat lainnya yang sah. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib

    dibayar kepada Pemerintah Daerah dan/atau hak Pemerintah Daerah yang dapat dinilai

    dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah. Sedangkan dalam

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/2010 dinyatakan bahwa piutang adalah

    jumlah uang yang wajib dibayar kepada Kementerian Negara/Lembaga dan/atau hak

    Kementerian Negara/Lembaga yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian

    atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau

    akibat lainnya yang sah.

    2.1. Peristiwa yang Menimbulkan Piutang

    Peristiwa yang dapat menimbulkan piutang dilingkungan pemerintahan menurut

    Buletin Teknis No.06 tentang Akuntansi Piutang, dapat berasal dari :

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 21

    a. Pungutan pendapatan Negara/Daerah, yaitu piutang yang berasal dari

    kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah untuk melakukan pemungutan

    pendapatan negara namun belum dibayar atau dilunasi oleh wajib bayar.

    Piutang yang termasuk dalam golongan ini terdiri dari :

    - Piutang pajak;

    - Piutang bukan pajak;

    - Piutang retribusi yang berlaku pada pemerintah daerah;

    - Piutang pendapatan asli daerah lainnya yang berlaku pada pemerintah

    daerah.

    b. Perikatan, yaitu piutang timbul karena adanya perikatan instansi pemerintah

    dengan pihak lain yang dapat menimbulkan piutang, seperti pemberian

    pinjaman, jual beli, pemberian jasa dan kemitraan. Piutang yang termasuk

    dalam golongan ini terdiri dari :

    - Piutang yang terjadi karena pemberian pinjaman;

    - Piutang yang terjadi karena jual beli;

    - Piutang yang terjadi karena kemitraan;

    - Piutang yang terjadi karena pemberian fasilitas/jasa;

    - Piutang yang terjadi karena adanya transaksi dibayar dimuka.

    c. Transfer antar Pemerintahan, yaitu piutang yang timbul dalam rangka

    perimbangan keuangan, baik perimbangan vertikal maupun horizontal yang

    mengakibatkan adanya transfer antar pemerintahan. Transfer dilakukan

    berdasarkan UU No.33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

    Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam rangka perimbangan

    keuangan, transfer dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah dilakukan

    melalui Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. DAU

    dibayarkan berdasarkan angka anggaran dalam APBN, DBH dibayar

    berdasarkan realisasi penerimaan pendapatan dan DAK dibayar berdasarkan

    kemampuan satuan kerja untuk menyerap anggaran dalam pelaksanaan

    program dan kegiatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam kondisi

    normal seharusnya tidak terdapat piutang DAU bagi pemerintah daerah. Namun

    jika ternyata terdapat DAU yang belum dibayarkan dan Pemerintah Pusat

    mengakuinya serta menerbitkan suatu dokumen yang sah untuk itu, maka

    Pemerintah Daerah mengakuinya sebagai suatu piutang. Dana bagi hasil

    dibayarkan berdasarkan realisasi penerimaan pendapatan Pemerintah Pusat.

    Apabila per 31 Desember telah ada dokumen sumber resmi yang diakui dan

    dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat atas DBH yang terutang dan akan

    dibayarkan kepada Pemerintah Daerah, maka Pemerintah Daerah mengakui

    jumlah tersebut sebagai piutang di neracanya. Sebaliknya sepanjang Pemerintah

    Pusat belum menetapkan dan mengakui adanya DBH terutang sejumlah tertentu

    pada akhir tahun anggaran, maka Pemerintah Daerah tidak dapat mengakui

    adanya piutang. Dana Alokasi Khusus hanya dapat ditarik oleh Pemerintah

    Daerah berdasarkan realisasi kegiatan di lapangan. Dalam mekanisme

    pembayaran untuk APBN terdapat aturan yang ketat untuk pencairan dana,

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 22

    sehingga dalam kondisi normal seharusnya tidak ada piutang DAK bagi

    Pemerintah Daerah.

    d. Kerugian Negara/Daerah, yaitu piutang atas kerugian negara yang sering

    disebut dengan piutang Tuntutan Ganti Rugi (TGR) dan Tuntutan

    Perbendaharaan (TP). Tuntutan Ganti Rugi dikenakan oleh atasan langsung

    kepada orang, pegawai negeri atau bukan pegawai negeri yang bukan

    bendaharawan yang karena lalai atau perbuatan melawan hukum

    mengakibatkan kerugian Negara/Daerah. Tuntutan Perbendaharaan ditetapkan

    oleh BPK kepada bendahara yang karena lalai atau perbuatan melawan hukum

    mengakibatkan kerugian Negara/Daerah.

    Penyelesaian atas TGR/TP dapat dilakukan dengan cara damai (di luar

    pengadilan) atau melalui pengadilan. Apabila penyelesaian tagihan ini dilakukan

    dengan cara damai, maka setelah proses pemeriksaan selesai dan telah ada

    Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dari pihak bersangkutan,

    akan diakui sebagai Piutang Tuntutan Ganti Rugi/Tuntutan Perbendaharaan

    dan disajikan dalam kelompok aset lainnya di neraca untuk jumlah yang akan

    diterima lebih dari 12 bulan mendatang dan disajikan sebagai piutang kelompok

    aset lancar untuk jumlah yang akan diterima dalam waktu 12 bulan mendatang.

    Sebaliknya apabila pihak yang bersangkutan memilih menggunakan jalur

    pengadilan, selam proses pengadilan masih berlangsung, cukup diungkapkan

    dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Pengakuan piutang baru dilakukan

    setelah terdapat surat ketetapan dan telah diterbitkan Surat Penagihan.

    2.2. Klasifikasi Piutang

    Piutang Pemerintah Pusat berdasarkan PMK 201 Tahun 2010 diklasifikasikan

    menjadi :

    a. Piutang Penerimaan Bukan Pajak;

    b. Piutang Pajak yang meliputi piutang dibidang :

    - Perpajakan yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP);

    - Kepabeanan dan cukai yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

    (DJBC).

    c. Piutang lainnya.

    2.3. Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih

    Penyisihan Piutang Tidak Tertagih adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar

    persentase tertentu dari akun piutang berdasarkan penggolongan kualitas piutang.

    Kualitas Piutang adalah hampiran atas ketertagihan piutang yang diukur

    berdasarkan kepatuhan membayar kewajiban oleh debitur. Penyisihan Piutang

    Tidak Tertagih pada Kementerian Negara/Lembaga wajib dilaksanakan

    berdasarkan prinsip kehati-hatian dan dalam rangka melaksanakan prinsip kehati-

    hatian tersebut, Menteri/Pimpinan Lembaga melakukan penilaian kualitas piutang

    dan memantau serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar hasil

    penagihan piutang yang telah disisihkan senantiasa dapat direalisasikan. Penilaian

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 23

    kualitas piutang sendiri dilakukan dengan mempertimbangkan jatuh tempo serta

    upaya penagihan itu sendiri.

    Kualitas Piutang Negara Bukan Pajak (PNBP) ditetapkan ke dalam 4 (empat)

    golongan yaitu :

    a. Kualitas lancar, suatu piutang dikatakan lancar apabila belum dilakukan

    pelunasan sampai dengan tanggal jatuh tempo yang telah ditetapkan;

    b. Kualitas kurang lancar, suatu piutang dikatakan kurang lancar apabila dalam

    jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Pertama

    tidak dilakukan pelunasan;

    c. Kualitas diragukan, suatu piutang dikatakan diragukan apabila dalam jangka

    waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Kedua tidak

    dilakukan pelunasan;

    d. Kualitas macet, suatu piutang dikatakan macet apabila :

    - Dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan

    Ketiga tidak dilakukan pelunasan, atau

    - Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara/Direktorat

    Jenderal Kekayaan Negara.

    Kementerian Negara/Lembaga wajib membentuk Penyisihan Piutang Tidak

    tertagih yang umum dan yang khusus. Untuk penyisihan piutang tidak tertagih yang

    umum ditetapkan paling sedikit sebesar 5 (lima permil) dari Piutang yang

    memiliki kualitas lancar. Sedangkan Piutang Tidak Tertagih yang khusus ditetapkan

    sebesar :

    a. 10% (sepuluh perseratus) dari Piutang dengan kualitas kurang lancar setelah

    dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan;

    b. 50% (lima puluh perseratus) dari Piutang dengan kualitas diragukan setelah

    dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan; dan

    c. 100% (seratus perseratus) dari Piutang dengan kualitas macet setelah

    dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan.

    Agunan atau barang sitaan yang mempunyai nilai diatas Piutangnya diperhitungkan

    sama dengan sisa Piutang. Sedangkan penyisihan piutang tidak tertagih yang

    dibentuk berdasarkan piutang yang kualitasnya menurun dilakukan dengan

    mengabaikan persentase Penyisihan Piutang Tidak Tertagih pada Kualitas Piutang

    sebelumnya. Nilai agunan yang diperhitungkan sebagai pengurang dalam

    pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih ditetapkan sebesar :

    a. 100% (seratus perseratus) dari agunan berupa surat berharga yang diterbitkan

    oleh Bank Indonesia, surat berharga negara, garansi bank, tabungan dan

    deposito yang diblokir pada bank, emas dan logam mulia;

    b. 80% (delapan puluh perseratus) dari nilai hak tanggungan atas tanah

    bersertifikat hak milik (SHM) atau hak guna bangunan (SHGB) berikut

    bangunan di atasnya;

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 24

    c. 60% (enam puluh perseratus) dari nilai jual objek pajak atas tanah bersertifikat

    hak milik (SHM), hak guna bangunan (SHGB), atau hak pakai, berikut bangunan

    di atasnya yang tidak diikat dengan hak tanggungan;

    d. 50% (lima puluh perseratus) dari nilai jual objek pajak atas tanah dengan bukti

    kepemilikan bukti kepemilikan berupa Surat Girik (letter C) atau bukti

    kepemilikan non sertifikat lainnya yang dilampiri surat pemberitahuan pajak

    terhutang (SPPT) terakhir;

    e. 50% (lima puluh perseratus) dari nilai hipotik atas pesawat udara dan kapal

    laut dengan isi kotor paling sedikit 20 (dua puluh) meter kubik;

    f. 50% (lima puluh perseratus) dari nilai jaminan fidusia atas kendaraan

    bermotor; dan

    g. 50% (lima puluh perseratus) dari nilai atas pesawat udara, kapal laut, dan

    kendaraan bermotor yang tidak diikat sesuai ketentuan yang berlaku dan

    disertai bukti kepemilikan.

    Selain yang ada diatas, agunan dapat diperhitungkan sebagai faktor pengurang

    dalam pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih setelah mendapat

    persetujuan Menteri Keuangan.

    Nilai barang sitaan yang diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan

    Penyisihan Piutang Tidak Tertagih ditetapkan sebesar :

    a. 100% (seratus perseratus) dari agunan berupa surat berharga yang diterbitkan

    oleh Bank Indonesia, surat berharga negara, tabungan dan deposito yang

    diblokir pada bank, emas dan logam mulia;

    b. 60% (enam puluh perseratus) dari nilai jual objek pajak atas tanah bersertifikat

    hak milik (SHM), hak guna bangunan (SHGB), atau hak pakai, berikut bangunan

    di atasnya;

    c. 50% (lima puluh perseratus) dari nilai jual objek pajak atas tanah dengan bukti

    kepemilikan berupa Surat Girik (letter C) atau bukti kepemilikan non sertifikat

    lainnya yang dilampiri surat pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) terakhir;

    dan

    d. 50% (lima puluh perseratus) dari nilai atas pesawat udara, kapal laut, dan

    kendaraan bermotor yang disertai bukti kepemilikan.

    Barang sitaan selain yang disebutkan diatas tidak diperhitungkan sebagai

    pengurang dalam pembentukan Penyisihan Tidak Tertagih.

    Contoh :

    Suatu Satker memiliki piutang atas Tuntutan Ganti Rugi kepada pegawai sebesar

    Rp100 juta, atas utang yang dimilikinya, pegawai tersebut mengagunkan Sertifikat

    Hak Milik atas namanya senilai Rp60 juta. Sehubungan dengan kesulitan keuangan,

    pegawai tersebut selama 3 bulan ini belum melakukan pembayaran atas utang

    tersebut dan telah diterbitkan surat tagihan kedua pada 2 minggu yang lalu.

    Perhitungan atas penyisihan piutang pada satker tersebut adalah sebagai berikut:

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 25

    Jenis

    piutang

    Nilai

    piutang

    Nilai

    jaminan

    Golongan piutang

    Lancar Kurang

    lancar

    Diragu-

    kan

    Macet

    TGR 100jt 60jt - - 32jt -

    Perhitungan penyisihan piutang tidak tertagih :

    50% x (100.000.000,00 (60% x 60.000.000,00))

    50% x 64.000.000,00

    32.000.000,00

    Keterangan :

    - Piutang digolongkan ke dalam kualitas diragukan karena telah diterbitkan surat

    tagihan kedua, sehingga penyisihannya sebesar 50%;

    - Nilai jaminan adalah tanah bersertifikat hak milik (SHM) yang nilainya

    ditetapkan sebesar 60%.

    Jurnal untuk mencatat penyisihan piutang tersebut adalah :

    (D) Beban penyisihan piutang tidak tertagih

    Rp32.000.000,00

    (K) Penyisihan piutang tidak tertagih Rp32.000.000,00

    Penyajian di Neraca :

    Kementerian Negara/Lembaga ......

    Neraca

    Tanggal 31 Desember 20xx

    Perkiraan Jumlah Perkiraan Jumlah

    Aset

    lancar :

    ...

    Piutang

    Penyisihan

    piutang

    tidak

    tertagih

    ...

    Aset tetap

    :

    ...

    100.000.000

    (32.000.000)

    Utang :

    ...

    Ekuitas Dana :

    Cadangan

    piutang

    68.000.000

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 26

    Dalam hal debitur mengalami kesulitan pembayaran dan memiliki prospek usaha

    yang baik dan diperkirakan mampu memenuhi kewajiban setelah dilakukan

    restrukturisasi, Kementerian Negara/Lembaga dapat melakukan restrukturisasi

    terhadap Debitur sesuai dengan ketentuan perundangan. Kualitas piutang setelah

    persetujuan restrukturisasi dapat diubah oleh Kementerian Negara/Lembaga

    setinggi-tingginya kualitas kurang lancar untuk Piutang yang sebelum

    restrukturisasi memiliki kualitas diragukan atau kualitas macet dan tidak berubah

    apabila piutang yang sebelum restrukturisasi memiliki kualitas kurang lancar.

    2.4. Pencatatan Perubahan Jumlah Piutang

    Perubahan jumlah piutang dilakukan apabila terdapat penghapusan, penambahan

    atau pengurangan jumlah piutang sebagai akibat pelaksanaan ketentuan peraturan

    perundang-undangan. Penghapusan piutang oleh Kementerian Negara/Lembaga

    dilakukan terhadap seluruh sisa Piutang yang memiliki kualitas macet. Perlakuan

    akuntansinya dilakukan dengan cara mengurangi akun Piutang dan akun

    Penyisihan Piutang Tidak Tertagih sebesar jumlah yang tercantum dalam surat

    keputusan. Namun apabila terdapat penambahan jumlah piutang, pencatatan

    perubahan jumlah Piutang dilakukan dengan cara menambah akun Piutang sebesar

    selisihnya, begitu juga sebaliknya apabila terdapat pengurangan jumlah Piutang

    dilakukan dengan cara mengurangi akun Piutang sebesar selisihnya.

    2.5. Penghapusan Piutang Negara/Daerah

    Penghapusan Piutang menurut PP No. 14/2005 terdiri dari dua macam yaitu

    penghapusan bersyarat dan penghapusan mutlak dari pembukuan Pemerintah

    Pusat/Daerah, kecuali mengenai piutang negara yang cara penyelesaiannya diatur

    tersendiri dalam Undang-undang. Penghapusan secara bersyarat dilakukan dengan

    menghapuskan Piutang Negara/Daerah dari pembukuan Pemerintah Pusat/Daerah

    tanpa menghapuskan hak tagih Negara/Daerah sedangkan penghapusan secara

    mutlak dilakukan dengan menghapuskan hak tagih Negara/Daerah.

    3. Kesimpulan

    Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Kementerian

    Negara/Lembaga dan/atau hak Kementerian Negara/Lembaga yang dapat dinilai

    dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah.

    Penyisihan Piutang Tidak Tertagih adalah cadangan yang harus dibentuk

    sebesar persentase tertentu dari akun piutang berdasarkan penggolongan kualitas

    piutang. Kualitas Piutang adalah hampiran atas ketertagihan piutang yang diukur

    berdasarkan kepatuhan membayar kewajiban oleh debitur dan dinilai serta dipantau

    oleh masing-masing Menteri/Pimpinan Lembaga. Kualitas Piutang Negara Bukan

    Pajak (PNBP) ditetapkan ke dalam 4 (empat) golongan yaitu : kualitas ancar, kualitas

    kurang lancar, kualitas diragukan serta kualitas macet. Penyisihan piutang tidak

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 27

    tertagih tidak secara otomatis menghapuskan piutang kepada wajib bayar, namun

    hanya merupakan perlakuan akuntansi untuk menyajikan piutang agar nilainya sama

    dengan nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value). Untuk

    menyajikan penyisihan piutang tidak tertagih, Kementerian Negara/Lembaga harus

    membuat daftar penyisihan piutang atas piutang-piutang yang dimilikinya.

    Daftar Pustaka

    - Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan

    Piutang Negara/Daerah;

    - Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 6 tentang Akuntansi

    Piutang;

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.06/2010 tentang Kualitas Piutang

    Kementerian Negara/Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih.

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 28

    PENYELESAIAN PEMBAYARAN DAN PENCATATAN ATAS

    PEKERJAAN YANG TIDAK DAPAT DISELESAIKAN SAMPAI

    DENGAN AKHIR TAHUN ANGGARAN, BERDASARKAN

    PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 25/PMK.05/2012

    Oleh: Bayu Setiawan Yuniarto

    (Dimuat pada Panduan Teknis APP Edisi 12 Tahun 2012)

    I. Pendahuluan

    Fenomena pola penyerapan anggaran yang terjadi pada saat ini adalah

    cenderung rendah pada awal tahun angaran kemudian merata sampai dengan

    pertengahan tahun angaran, tetapi selanjutnya melonjak pada periode akhir triwulan

    keempat. Trend penyerapan anggaran sebagaimana tersebut di atas, telah menjadi

    rutinitas yang terjadi pada setiap pelaksanaan tahun anggaran. Pada awal tahun

    anggaran, penyerapan anggaran rendah disebabkan karena perintah pembayaran

    tagihan yang diajukan satker kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)

    hanya terbatas pada kegiatan operasional yang bersifat rutin seperti tagihan

    pembayaran belanja pegawai, belanja daya dan jasa, ataupun belanja pemeliharaan.

    Rendahnya penyerapan anggaran pada awal tahun terjadi karena banyak kegiatan yang

    sudah ditetapkan dalam DIPA yang belum dapat dilaksanakan oleh satker. Hal yang

    berbeda akan terjadi pada periode akhir triwulan keempat, pada periode tersebut

    terjadi penumpukan pengajuan perintah pembayaran tagihan atas kegiatan-kegiatan

    yang secara serentak dilaksanakan oleh satker.

    Berdasarkan data dari Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan

    Pengendalian Pembangunan (UKP4), diketahui bahwa sampai dengan triwulan II Tahun

    Anggaran 2012 tingkat rata-rata penyerapan anggaran Kementerian Negara/ Lembaga

    untuk belanja keseluruhan adalah 31,98%. Kementerian Negara/Lembaga dengan

    tingkat penyerapan tertinggi adalah BKKBN sebesar 46.14%, sedangkan yang terendah

    adalah Kementerian Perumahan Rakyat 2,39%. Dari total penyerapan anggaran

    tersebut, realisasi pada belanja modal hanya 19,84%. Apabila dibandingkan dengan

    tingkat penyerapan anggaran pada tahun-tahun sebelumnya, diperkirakan bahwa trend

    yang akan terjadi pada triwulan III dan triwulan IV Tahun Anggaran 2012 adalah sama

    dengan tahun anggaran sebelumnya, yaitu bahwa tingkat penyerapan anggaran akan

    melonjak pada triwulan terakhir (triwulan IV).

    Secara umum pola penyerapan anggaran yang cenderung terakumulasi pada

    triwulan IV, selain akan menjadi pemicu inflasi dikhawatirkan juga terjadi inefektivitas

    dan inefisiensi kegiatan yang boros tanpa memperhatikan output dan outcome-nya.

    Sindrom akhir tahun anggaran ini cenderung buruk bagi kinerja birokrasi di Indonesia.

    Pembelanjaan bukan sepenuhnya didasari pencapaian kinerja, melainkan lebih karena

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 29

    penghabisan/penyerapan anggaran. Kinerja tidak lagi efektif apalagi efisien, sehingga

    dampak pembangunan dan pertumbuhan di berbagai sektor menjadi tersendat dan

    cenderung tidak tepat sasaran.

    Pola penyerapan anggaran yang rendah pada awal tahun dan menumpuk pada

    akhir tahun terus berulang terjadi pada setiap tahun anggaran. Salah satu faktor yang

    menyebabkan terjadinya trend penyerapan anggaran yang tidak merata tersebut adalah

    karena banyaknya kegiatan terutama pekerjaan-pekerjaan pembangunan fisik yang

    perjanjian kontraknya baru ditanda-tangani pada pertengahan tahun anggaran. Dengan

    keterbatasan periode tahun angaran, maka jangka waktu pelaksanaan pekerjaan mesti

    dibatasi, sehingga pekerjaan harus dapat diselesaikan paling lambat sampai dengan

    akhir tahun anggaran atau tanggal 31 Desember tahun berkenaan.

    Tabel. I Tingkat Penyerapan APBN Kementerian Negara/Lembaga

    Tahun Anggaran 2009, 2010 dan 2011

    Sumber http://www.ukp.go.id/

    Banyaknya Kementerian Negara/Lembaga yang baru menandatangani

    perjanjian/kontrak pada pertengahan tahun anggaran akan berdampak pada waktu

    pengajuan tagihan atas penyelesaian pekerjaan. Biasanya, dalam perjanjian kontrak

    disebutkan bahwa waktu penyelesaian pekerjaan adalah sampai dengan akhir tahun

    anggaran atau tanggal 31 Desember. Jangka waktu penyelesaian kegiatan yang hampir

    bersamaan mengakibatkan pada akhir tahun anggaran satker berbondong-bondong

    mengajukan tagihan pembayaran kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaaan Negara

    (KPPN). Mengingat kejadian tersebut hampir terjadi pada semua Kementerian

    Negara/Lembaga, maka secara akumulatif pola waktu pengajuan tagihan tersebut akan

    menjadi trend pola penyerapan anggaran secara nasional.

    Dalam pelaksanaannya, banyak proyek-proyek yang ternyata tidak dapat

    diselesaikan tepat waktu sampai dengan tanggal 31 Desember sehingga memerlukan

    penyelesaian sisa pekerjaan di tahun anggaran berikutnya. Faktor yang menyebabkan

    keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan salah satunya adalah karena kendala alam

    ataupun hal-hal lain yang bersifat force-majeur.

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 30

    Sampai saat ini, pembayaran atas beban APBN pada akhir tahun anggaran belum

    dapat mengakomodir pembayaran secara langsung dari kas negara sampai dengan

    tanggal 31 Desember. Peraturan Dirjen Perbendaharaan yang mengatur mengenai tata

    cara pembayaran atas beban APBN pada akhir tahun anggaran, biasanya mengatur

    batas waktu terakhir pengajuan tagihan pembayaran langsung adalah sampai dengan

    dua minggu atau tiga minggu sebelum berakhirnya tahun anggaran. Oleh karena itu,

    karena keterbatasan dalam sistem, pekerjaan yang semestinya baru selesai pada masa

    antara dua minggu menjelang akhir tahun sampai dengan tanggal 31 Desember dapat

    dibayarkan terlebih dahulu kepada rekanan sebesar 100% dengan ketentuan bahawa

    rekanan diwajibkan memberi jaminan/garansi bank sebesar sisa pekerjaan yang akan

    diselesaikan sampai dengan tangal 31 Desember 2011.

    Kontrak/Pekerjaan yang tidak dapat selesai sampai dengan akhir tahun

    anggaran akan menimbulkan permasalahan dalam tata cara pembayarannya. Mengingat

    jaminan/ garansi bank yang disampaikan atas penyelesaian pekerjaan tersebut hanya

    berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember, sehingga apabila ada sisa pekerjaan yang

    tidak dapat diselesaikan maka tidak termasuk dalam lingkup yang dijaminkan.

    Sehubungan dengan hal tersebut, maka semestinya KPPN selaku Bendahara Umum

    Negara harus mencairkan dana jaminan/garansi bank yang disampaikan rekanan

    sebesar prosentase dari sisa pekerjaan yang belum terselesaikan. Peraturan Menteri

    Keuangan No.25/PMK.05/2012 tentang Pelaksanaan Sisa Pekerjaan Tahun Anggaran

    Berkenaan Yang Dibebankan Pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun

    Anggaran Berikutnya, khusus mengatur mengenai tata cara pembayaran atas

    pelaksanaan pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan sampai dengan akhir tahun

    anggaran berkenaan.

    II. Tata Cara Pembayaran Atas Beban APBN Pada Akhir Tahun Anggaran

    Pada setiap akhir periode anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran wajib

    menyampaikan pertanggung jawaban atas penggunaan anggaran selama satu tahun

    anggaran. Untuk tertib dalam rangka pertanggung jawaban anggaran khususnya terkait

    dengan pengeluaran maupun penerimaan negara pada akhir tahun anggaran, maka tata

    cara pengajuan tagihan pembayaran ataupun pentausahaan setoran penerimaan negara

    diatur secara tersendiri dengan Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Dirjen

    Perbendaharaan. Ketentuan mengenai pelaksanaan APBN pada akhir tahun anggaran

    diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No.169/PMK.05/2009 tentang Pedoman

    Pelaksanaan Penerimaan dan Pengeluaran Negara pada Akhir Tahun Anggaran dan

    Peraturan Dirjen Perbendaharaan mengenai langkah-langkah dalam menghadapi akhir

    tahun anggaran.

    Dalam rangka penatausahaan pengeluaran negara pada akhir tahun anggaran

    diatur tata cara pengajuan tagihan kepada KPPN khususnya untuk pembayaran tagihan:

    a. Permintaan pembayaran untuk tagihan pihak ketiga atas kontrak yang prestasi

    pekerjaannya belum mencapai 100% (seratus persen) harus dilampiri asli jaminan

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 31

    bank dengan nilai nominal sekurang-kurangnya sebesar nilai pekerjaan yang belum

    diselesaikan;

    b. Untuk pembayaran gaji bulan Januari tahun anggaran berikutnya, Kuasa PA/ Kepala

    Satuan kerja mengajukan SPMLS Gaji kepada KPPN pada awal bulan Desember

    untuk diterbitkan SP2D gajinya tertanggal hari kerja pertama tahun anggaran

    berikutnya;

    c. Pembayaran honorarium, vakasi, uang makan Pegawai Negeri Sipil, dan uang

    lembur bulan Desember tahun anggaran berkenaan dapat dibayarkan pada bulan

    Desember tahun anggaran berkenaan dengan melampirkan Surat Pernyataan

    Tanggung Jawab Mutlak.

    Peraturan Menteri Keuangan No.169/PMK.05/2009 antara lain mengatur bahwa

    kontrak yang prestasi pekerjaannya belum mencapai 100%, honorarium, vakasi, uang

    makan Pegawai Negeri Sipil, serta uang lembur bulan Desember dapat dibayarkan

    sebelum kegiatan/pekerjaan tersebut selesai dilaksanakan. Pada dasarnya pembayaran

    terhadap penyelesaian kegiatan/pekerjaan tersebut semesti-nya dibayarkan pada saat

    akhir pada akhir tahun anggaran/31 Desember tahun berkenaan. Namun demikian

    karena keterbatasan sistem pembayar-an dimana batas waktu pengajuan tagihan oleh

    satker hanya sampai dengan minggu kedua bulan Desember, di lain pihak KPPN juga

    dibatasi tidak dapat menerbitkan SP2D pada akhir tahun atau tanggal 31 Desember,

    maka pembayaran atas penyelesaian pekerja-an tersebut dapat dilaksanakan terlebih

    dahulu sebelum ada berita acara serah terima pekerjaan. Atas pembayaran tersebut,

    rekanan wajib memberikan jaminan/garansi bank sebesar sisa pekerjaan yang akan

    diselesaikan sedangkan untuk pembayaran honorarium, vakasi, uang makan Pegawai

    Negeri Sipil, dan uang lembur bulan Desember maka Kuasa Pengguna Anggaran wajib

    melampirkan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak.

    Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan No.169/PMK.05/2009 diatur lebih

    lanjut dalam Peraturan Dirjen Perbendaharaan yang terbit pada setiap tahun anggaran.

    Dalam rangka tata cara pelaksanaan pembayaran pada akhir tahun anggaran 2012 telah

    diterbitkan Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-37/PB/2012 tentang

    Langkah-Langkah Dalam Menghadapi Akhir Tahun Anggaran 2012. Beberapa hal

    penting khususnya terkait dengan penatausaha-an pengeluaran negara pada akhir

    tahun anggaran yang diatur dalam Peraturan Dirjen Perbendaharaan dimaksud, adalah:

    A. Batas Waktu Pengajuan SPM :

    (1) SPM GUP : 5 Desember 2012

    (2) SPM TUP : 7 Desember 2012

    (3) SPM LS (termasuk PHLN):

    17 Desember 2012

    (4) SPM-KP/KPBB/KB/KC/IB/PP :

    14 Desember 2012

    (5) SPM UP/TUP/GUP/LS Bencana Alam dan Kerusuhan Sosial:

    17 Desember 2012

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 32

    (6) SPM Gaji Induk Januari 2012 (diberi tanggal 02 Januari 2013): 14 Desember

    2012

    (7) SPM GUP Nihil RM/PNBP (diberi tanggal 31 Desember 2012): 4 Januari 2013 :

    4 Januari 2013

    B. Penerbitan SP2D Biaya Retensi

    (1) Pekerjaan harus sudah selesai 100% pada akhir masa kontrak

    (2) Untuk masa pemeliharaan sampai dengan atau melampaui akhir TA 2012, biaya

    pemeliharaan dapat dibayarkan pada TA 2012 dengan syarat:

    Dilampiri copy jaminan pemeliharaan dari bank umum atau perusahaan

    asuransi yang mempunyai program asuransi kerugian/ surety bond yang

    telah disahkan oleh KUASA PA, minimal sebesar jumlah tagihan, dan masa

    berlaku-nya berakhir bersamaan dengan masa pemelihara-an.

    Mencantumkan tanggal dan nomor jaminan bank/ asuransi pada uraian SPM

    yang diajukan.

    C. Belanja pegawai non gaji dan belanja barang untuk pembayaran honor bulan

    Desember 2012

    (1) dapat dibayarkan mulai tanggal 1 Desember 2012.

    (2) melampirkan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak.

    (3) sepanjang tidak melampaui pagu anggaran yang tersedia dalam DIPA 2012.

    D. Pengesahan SKPA dan Pengajuan SPM berdasarkan SKPA

    (1) KPPN asal penerbit SKPA harus mengesahkan SKPA paling lambat tanggal 14

    November 2012

    (2) Pengajuan SPM-UP/TUP/ GUP/ LS berdasarkan SKPA kepada KPPN penerima

    harus mengikuti jadwal pengajuan SPM sebagaimana diatur dalam Peraturan

    Dirjen Perbendahara-an Nomor PER-37/PB/2012.

    E. Penyelesaian pembayaran pekerja-an Fisik, pemeliharaan gedung, penyediaan

    makanan/lauk pauk dan kegiatan sejenis lainnya yang dilaksanakan secara

    kontraktual dan yang BAPP-nya dibuat mulai tanggal 18 Desember 2012 s.d. 31

    Desember 2012, Kuasa PA pada saat pengajuan SPM LS ke KPPN wajib

    menyampaikan:

    (1) Surat perjanjian pembayaran antara Kuasa PA dan pihak ketiga/rekanan;

    (2) Asli jaminan/garansi pembayar-an dari bank umum, dengan catatan:

    masa berlakunya berakhir sampai dengan berakhirnya masa kontrak dengan

    nilai jaminan sekurang-kurang-nya sebesar prosentase pekerjaan yang belum

    diselesaikan, dan masa pengajuan klaim selama 30 (tiga puluh) hari kalender

    sejak berakhirnya garansi;

    jaminan/garansi diterbitkan bank umum yang berlokasi dalam wilayah kerja

    KPPN bersangkutan dan bersifat transferable;

    (3) Surat Pernyataan dari PA/ Kuasa PA mengenai keabsahan jaminan/garansi bank

    dengan pernyataan bahwa apabila jaminan/garansi bank tersebut palsu

    dan/atau asli tapi palsu dan/atau tidak dapat dicairkan dalam hal terjadi

    wanprestasi, sepenuhnya menjadi tanggung jawab pribadi PA/Kuasa PA;

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 33

    (4) Asli surat kuasa (bermaterai cukup) kepada Kepala KPPN untuk mencairkan

    jaminan /garansi bank;

    (5) Untuk pekerjaan dengan nilai kontrak dan/atau nilai prosentase pekerjaan yang

    belum diselesaikan jumlahnya sama dengan atau dibawah Rp. 50.000.000 (lima

    puluh juta rupiah), jaminan/garansi bank dapat diganti dengan Surat Pernyataan

    Tanggung Jawab Mutlak sebagai penjaminan dari Kuasa PA;

    (6) Surat pernyataan kesanggupan untuk menyelesaikan pekerjaan 100% sampai

    dengan berakhir-nya masa kontrak.

    F. Kuasa PA wajib menyampaikan Berita Acara Penyerahan Pekerjaan (BAPP) kepada

    Kepala KPPN paling lambat 5 (lima) hari setelah masa kontrak berakhir.

    G. Dalam hal pelaksanaan pekerjaan sebagaimana huruf E tidak/tidak dapat

    diselesaikan 100% sampai dengan berakhirnya masa kontrak, maka:

    (1) Kuasa PA paling lambat 1 hari kerja setelah masa kontrak berakhir, wajib

    memberitahu-kan secara tertulis kepada pihak ketiga/rekanan ber-sangkutan

    bahwa pihak ketiga/rekanan bersangkutan telah wanprestasi dengan tembusan

    kepada Kepala KPPN mitra kerja.

    (2) Berdasarkan pemberitahuan tertulis sebagaimana disebut dalam angka (1),

    Kuasa PA membuat pernyataan tertulis paling lambat 1 hari kerja setelah masa

    kontrak berakhir bahwa pihak ketiga/rekanan telah melakukan wanprestasi,

    dan menyampaikannya kepada Kepala KPPN mitra kerja

    (3) Surat pernyataan tertulis sebagaimana disebut dalam angka (2), dilengkapi

    dengan BAPP dan Berita Acara Pembayaran terakhir, paling lambat 5 (lima) hari

    kerja sejak masa kontrak berakhir

    (4) Kepala KPPN pada hari kerja berikutnya setelah menerima surat pernyataan

    sebagaimana disebut dalam angka (3), mengajukan klaim pencairan

    jaminan/garansi bank untuk untung kas negara sebesar prosentase pekerjaan

    yang tidak/tidak dapat diselesaikan.

    (5) Dalam hal terdapat pajak yang terlanjur disetor ke kas negara atau melalui

    potongan SPM, dapat diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-

    undangan.

    H. Dalam hal pelaksanaan pekerjaan sebagaimana huruf E tidak/tidak dapat

    diselesaikan 100% sampai dengan berakhirnya masa kontrak dan penyelesaian

    pekerjaan akan dilanjutkan pada tahun anggaran 2013, berlaku ketentuan sebagai

    berikut:

    (1) Pelaksanaan pekerjaan yang akan dilanjutkan pada tahun anggaran 2013

    berpedoman pada ketentuan yang mengatur mengenai Pelaksanaan Sisa

    Pekerjaan Tahun Anggaran Berkenaan Yang Dibebankan Pada Daftar Isian

    Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahuun Anggaran Berikutnya;

    (2) Kuasa PA menyampaikan pemberitahuan kepada Kepala KPPN atas pekerjaan

    yang akan dilanjutkan pada tahun anggaran 2013;

    (3) Penyampaian pemberitahuan dilampiri dengan copy surat pernyataan

    kesanggupan penyelesaian sisa pekerjaan yang dibuat oleh pihak

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 34

    ketiga/rekanan, yang telah dilegalisasi paling lambat lima hari kerja sejak masa

    kontrak berakhir.

    (4) Kepala KPPN pada hari kerja berikutnya setelah menerima surat pemberitahuan

    sebagai-mana angka (2) mengajukan klaim pencairan jaminan/ garansi bank

    untuk untung kas negara sebesar sisa prosentase pekerjaan yang belum

    diselesai-kan sampai dengan tanggal 31 Desember 2012.

    (5) Klaim pencairan jaminan/ garansi bank sebagaimana dimaksud pada angka (4)

    tanpa memperhitungkan pajak-pajak yang telah disetorkan ke kas negara atau

    melalui potongan SPM.

    (6) Dalam hal terdapat pajak yang terlanjur disetor ke kas negara atau melalui

    potongan SPM, dapat diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-

    undangan.

    I. Dalam hal bank tidak bersedia mencairkan jaminan/garansi sebagaimana disebut

    dalam huruf (G) dan huruf (H), maka:

    (1) Kuasa PA wajib mengembalikan uang jaminan tersebut dan menyetorkan ke kas

    negara

    (2) untuk tahun-tahun berikutnya, KPPN tidak diperkenankan menerima

    penjaminan/ garansi dari bank umum bersangkutan.

    J. Penyelesaian Uang Persediaan

    Sisa dana UP Tahun Anggaran 2012 yang masih berada pada kas bendahara (baik

    tunai maupun di rekening bank/pos) oleh Bendahara Pengeluaran harus disetorkan

    kembali ke kas negara melalui bank/pos persepsi pada wilayah kerja KPPN

    pembuku/mitra kerja KPPN pembayar dengan menggunakan SSBP, paling lambat

    tanggal 28 Desember 2012.

    Bendahara Pengeluaran menyam-paikan SSBP dan/atau copy Nota Debet ke KPPN.

    Dalam hal satker/Kuasa PA/Bendahara Pengeluaran sampai dengan tanggal 31

    Desember 2012 tidak/belum menyetorkan sisa dana UP ke rekening kas negara,

    kepada satker/Kuasa PA yang bersangkutan tidak dapat diberikan UP/TUP untuk

    tahun anggaran berikutnya sebelum sisa dana UP tersebut disetorkan ke rekening

    kas negara.

    Untuk mengetahui kebenaran sisa dana UP yang harus disetor oleh Bendahara

    Pengeluaran, agar dilakukan rekonsiliasi dengan KPPN sebelum melaksanakan

    penyetor-an. Saldo UP/TUP pada kartu pengawasan UP/TUP harus sama dengan

    saldo Kas di Bendahara Pengeluaran pada Neraca dari SAKPA.

    K. Akuntansi dan Pelaporan

    (1) Rekonsiliasi antara KPPN dengan UAKPA diselesaikan paling lambat tanggal 11

    Januari 2013;

    (2) UAKPA menyampaikan Laporan Keuangan Tingkat Satuan Kerja yang telah

    direkonsiliasi dengan KPPN mitra kerja ke Kantor Wilayah/Dinas Provinsi/

    Kabupaten/Kota selaku UAPPA-W paling lambat tanggal 18 Januari 2013;

    (3) Rekonsiliasi antara Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan UAPPA-W paling lambat

    tanggal 25 Januari 2013;

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 35

    (4) UAPPA-W wajib menyampaikan Laporan Keuangan Tingkat Wilayah kepada

    UAPPA-E1 paling lambat tanggal 30 Januari 2013;

    (5) UAPPA-E1 wajib menyam-paikan Laporan Keuangan Tingkat UAPA paling

    lambat tanggal 7 Februari 2013.

    L. GU Nihil Rekening Khusus

    Pengajuan SPM-GUP Nihil Rekening Khusus yang sumber dananya

    sebagian/seluruhnya berasal dari PHLN atas beban TA 2012 harus diterima KPPN

    paling lambat tanggal 4 Januari 2013 dengan diberi tanggal 31 Desember 2012.

    SP2D paling lambat diterbitkan KPPN tanggal 9 Januari 2013.

    M. Badan Layanan Umum

    SP3B BLU triwulan IV atas realisasi sampai dengan tanggal 31 Desember 2012 harus

    telah diterima KPPN paling lambat tanggal 7 Januari 2013. Tata cara pengesahan

    SP3B BLU berpedoman pada ketentuan Peraturan Direktur Jenderal

    Perbendaharaan Nomor PER-30/PB/2011 tentang Mekanis-me Pengesahan

    Pendapatan dan Belanja Satker BLU

    N. Hibah

    SP2HL untuk realisasi sampai dengan tanggal 31 Desember 2012 harus sudah

    diterima KPPN paling lambat tanggal 11 Januari 2012. Tata cara pengesahan hibah

    langsung agar berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor

    255/PMK.05/2010 tentang Tata Cara Pengesahan Realisasi Pendapatan dan Belanja

    yang bersumber dari Hibah LN/DN yang diterima langsung oleh Kementeri-an

    Negara/Lembaga dalam bentuk uang.

    Batasan-batasan yang menjadi landasan dalam penyusunan peraturan mengenai

    tata cara pelaksanaan APBN pada akhir tahun anggaran adalah ketentuan perundang-

    undangan di bidang pengelolaan keuangan negara, khususnya ketentuan sebagai

    berikut:

    a. Pasal 4 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang

    berbunyi tahun anggaran meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari

    sampai dengan tanggal 31 Desember.

    b. Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

    Negara, yaitu pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh dilakukan sebelum

    barang dan/atau jasa diterima.

    c. Penjelasan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

    yang antara lain menyatakan bahwa sesuai dengan kaidah-kaidah yang baik dalam

    pengelolaan keuangan negara, Undang-undang Perbenda-haraan Negara antara lain

    menganut asas tahunan. Asas tahunan membatasi masa berlakunya anggaran untuk

    suatu tahun tertentu.

    Penatausahaan dalam pe-nerimaan maupun pengeluaran anggaran negara,

    khususnya pada saat akhir tahun anggaran dilaksanakan sesuai prinsip sebagaimana

    diatur dalam ketentuan tersebut di atas. Agar pelaksanaan pembayaran pada akhir

    tahun anggaran tidak menyalahi prinsip bahwa pembayaran tidak dapat dilakukan

    sebelum barang/jasa diterima, maka atas pekerjaan yang sampai dengan waktu

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 36

    pembayaran belum dapat diselesaikan pengerjaanya, dapat dibayarkan terlebih dahulu

    kepada rekanan sebesar 100% dengan diberikan jaminan/garansi bank sebesar sisa

    pekerjaan yang akan diselesaikan. Jaminan/garansi bank tersebut berlaku sebagai surat

    kuasa bagi KPPN selaku kuasa BUN untuk mengajukan klaim atas atas pembayaran

    yang telah dilakukannya apabila pihak ketiga/ rekanan tidak dapat menyelesaikan

    pekerjaannya sampai dengan tanggal 31 Desember. Berdasarkan pemberitahuan

    tertulis dari Kuasa PA bahwa pihak ketiga/rekanan telah melakukan wanprestasi,

    Kepala KPPN akan mengajukan klaim pencairan jaminan/garansi bank untuk untung

    Kas Negara sebesar prosentase pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan.

    Dalam rangka pelaksanaan asas tahunan pengelolaan keuangan negara, maka

    penerimaan maupun belanja yang terjadi pada tahun anggaran berjalan harus dicatat

    ataupun dibebankan pada tahun anggaran berkenaan. Terkait dengan hal tersebut,

    maka pelaksanaan pekerjaan yang selesai pada tahun anggaran berjalan merupakan

    beban belanja tahun anggaran berkenaan. Sedangkan apabila pelaksanaan pekerjaan

    selesai lewat tahun anggaran, maka biaya penyelesaian atas sisa pekerjaan tersebut

    tidak dapat dibebankan pada tahun anggaran berkenaan. Anggaran atas biaya

    penyelesaian sisa pekerjaan menjadi beban DIPA tahun anggaran berikutnya.

    III. Pembayaran Atas Pelaksanaan Pekerjaan Yang Tidak Dapat Diselesaikan

    Sampai Dengan Akhir Tahun Anggaran

    Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri Keuangan

    No.25/PMK.05/2012 membatasi pada perjanjian/kontrak yang sejak awal memang

    diniatkan akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran saja, tidak termasuk

    penyelesaian pekerjaan dengan kontrak tahun jamak (multiyears contract). Ketentuan

    mengenai tata cara pelaksanaan pekerjaan untuk kontrak tahun jamak (multiyears

    contract) diatur dalam peraturan tersendiri.

    Pembatasan jangka waktu pembayaran hanya sampai dengan sekitar periode

    mingggu ketiga bulan Desember serta adanya penerapan asas tahunan dalam

    pelaksanaan anggaran, berimplikasi pada keharusan pihak ketiga/rekanan untuk dapat

    menyelesaikan pekerjaanya sampai dengan paling lambat tanggal 31 Desember.

    Keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan akan berpengaruh pada proses

    pembayaran maupun cara pembiayaan terhadap pekerjaan yang tidak terselesaikan.

    Apabila rekanan tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya sampai dengan tanggal 31

    Desember sebagaimana dinyatakan dalam jaminan/garansi bank yang telah

    disampaikan kepada Kuasa PA, maka rekanan bersangkutan dianggap telah ingkar janji

    sehingga Kuasa BUN berhak mencairkan jaminan/garansi bank sebesar sisa pekerjaan

    yang tidak dapat terselesaikan. Pencairan jaminan/ garansi oleh Kuasa BUN

    dilaksanakan setelah Kuasa BUN menerima pemberitahuan secara tertulis dari Kuasa

    PA bahwa pihak ketiga/rekanan bersangkutan telah wanprestasi.

    Sebagaimana diatur dalam Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-

    37/PB/2012 bahwa apabila sampai dengan berakhirnya masa kontrak (tanggal 31

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 37

    Desember) rekanan tidak dapat menyelesaikan pekerjaan 100 %, maka Kuasa PA

    membuat pernyataan tertulis bahwa pihak ketiga/rekanan telah melakukan wan

    prestasi dan selanjutnya menyampai-kan ke KPPN agar mencairkan dana

    garansi/jaminan bank sebesar sisa pekerjaan yang belum terselesaikan. Namun

    demikian terdapat beberapa permasalahan apabila Kuasa PA melakukan pemutusan

    pekerjaan pada akhir tahun anggaran , antara lain:

    a. Pekerjaan yang tidak terselesaikan akan berakibat pada tidak tercapainya

    outcome/manfaat yang dapat diperoleh dari pekerjaan tersebut.

    b. Pengenaan black list atas rekanan yang diputus kontraknya karena tidak dapat

    menyelesaikan pekerjaan tepat waktu sebagai akibat dari dicairkannya jaminan,

    sementara rekanan cukup kooperatif untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan.

    c. Untuk menyelesaikan sisa pekerjaan harus dilakukan melalui tender ulang yang

    memerlukan waktu cukup lama.

    Dalam Peraturan Presiden Nomor. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/

    Jasa Pemerintah yang telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012,

    sebagai implikasi adanya pernyataan wan prestasi oleh Kuasa PA maka rekanan

    bersangkutan akan dikenakan sanksi yang antara lain berupa sanksi administratif,

    sanksi pencantuman dalam black list, gugatan secara perdata, dan/atau pelaporan

    secara pidana kepada pihak berwenang. Hal tersebut dianggap akan sangat

    memberatkan bagi rekanan bersangkutan karena akan berpengaruh terhadap

    kredibiltas usahanya yang pada akhirnya dapat mengurangi peluangnya untuk dapat

    ikut bersaing dalam pengadaan barang jasa pemerintah. Di lain pihak, dalam Perpres 54

    Tahun 2010 diatur bahwa sebelum Kuasa PA melakukan pemutusan kontrak, pihak

    rekanan masih mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan sampai dengan

    50 (lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan dengan

    keharusan bahwa rekanan bersangkutan dikenakan denda keterlambatan sebesar

    1/1000 per hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan. Apabila

    dalam jangka waktu 50 (lima puluh) hari kalender pihak rekanan dapat meyelesaikan

    pekerjaannya, maka rekanan bersangkutan tetap akan dikenakan denda namun tidak

    terkena sanksi black list.

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor. 25/PMK.05/2012 lebih detail mengatur

    mengenai tata cara pembayaran dan pembiayaan guna menyelesaikan sisa pekerjaan

    pada akhir tahun anggaran. Hal utama dalam pelaksanaan Pekerjaan dari suatu Kontrak

    yang sumber dananya telah dialokasikan dalam DIPA, adalah pekerjaan tersebut harus

    diselesaikan pada Tahun Anggaran berkenaan, namun demikian dalam pelaksanaanya

    ada beberapa kendala yang dapat mengakibatkan pekerjaan tersebut tidak dapat

    terselesaikan sampai dengan akhir tahun anggaran berkenaan. Dalam Pasal 2 Peraturan

    Menteri Keuangan No.25/PMK.05/2012 diatur bahwa pekerjaan yang tidak dapat

    terselesaikan sampai dengan akhir tahun anggaran dapat dilanjutkan penyelesaiannya

    sampai dengan tahun anggaran berikutnya. Penyelesaian sisa pekerjaan dimaksud

    dapat dilaksanakan tanpa melakukan pemutusan kontrak dengan pihak rekanan.

    Sehingga rekanan bersangkutan masih mempunyai kesempatan untuk meyelesaikan

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 38

    sisa pekerjaanya sampai dengan 50 hari kalender sebagaimana diatur dalam Peraturan

    Presiden Nomor. 54 Tahun 2010. Namun demikian, terhadap sisa pekerjaan yang tidak

    dapat diselesaikan sampai dengan batas waktu (tanggal 31 Desember), maka

    jaminan/garansi bank yang telah disampaikan rekanan kepada Kuasa BUN akan

    dicairkan sebesar nilai dari sisa pekerjaan yang tidak terselesaikan.

    Sesuai dengan asas tahunan dalam pelaksanaan anggaran, maka pembiayaan

    atas sisa pekerjaan yang akan dilanjutkan ke tahun anggaran berikutnya tidak dapat lagi

    membebani DIPA tahun anggaran berkenaan. Anggaran guna menyelesaikan sisa

    pekerjaan dimaksud, harus menjadi beban DIPA Tahun Anggaran berikutnya. Dalam hal

    ini, Kuasa PA harus dapat memastikan bahwa dalam DIPA tahun anggaran berikutnya

    terdapat alokasi dana untuk melanjutkan pelaksanaan pekerjaan sebesar sisa pekerjaan

    yang tidak terselesaikan sampai dengan akhir tahun anggaran sebelumnya. Apabila

    dalam DIPA tahun anggaran berikutnya tidak terdapat alokasi dana, maka Kuasa PA

    agar mengajukan revisi DIPA/Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) guna

    mengalokasikan anggaran atas pekerjaan yang dilanjutkan tersebut.

    Adanya perubahan dalam jangka waktu penyelesaian pekerjaan maupun sumber

    pembiayaan, mengakibatkan Kuasa PA harus melakukan adendum atas kontrak yang

    telah ditandatangani. Addendum kontrak diperlukan guna mencantum-kan

    penambahan sumber pembiayaan dari DIPA Tahun Anggaran berikutnya atas

    penyelesaian sisa pekerjaan. Sebelumnya, pihak ketiga/rekanan dan Kuasa PA terlebih

    dahulu harus menyelesaikan proses sebagai berikut:

    a. Penyedia barang dan/atau jasa harus menyampaikan surat pernyataan kesanggupan

    penyelesaian sisa pekerjaan kepada Kuasa PA yang ditandatangani di atas materai

    oleh Pimpinan Penyedia Barang dan/atau Jasa. Surat pernyataan dimaksud, paling

    sedikit harus memuat antara lain: adanya kesanggupan rekanan untuk

    menyelesaikan sisa pekerjaan, jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan

    sisa pekerjaan, dan kesediaan rekanan untuk dikenakan denda keterlambatan

    penyelesaian pekerjaan.

    b. Kuasa PA menyampaikan pemberitahuan kepada KPPN atas pekerjaan yang akan

    dilanjutkan pada Tahun Anggaran berikutnya dilampiri dengan copy surat

    pernyataan kesanggupan pe-nyelesaian sisa pekerjaan sebagaimana dimaksud pada

    huruf b, yang telah dilegalisasi; dan

    c. KPPN melakukan klaim pencairan jaminan/garansi bank yang telah disampaikan

    rekanan kepada KPPN pada saat Kuasa PA mengajukan permintaan pembayaran.

    Besaran dana yang dicairkan adalah sejumlah nilai pekerjaan yang belum

    diselesaikan sampai dengan akhir tahun anggaran. Dalam hal klaim jaminan/garansi

    bank dimaksud tidak dapat dilaksanakan karena masa berlaku jaminan/garansi

    bank sudah berakhir, maka penyedia barang dan/atau jasa wajib menyetorkan

    sejumlah uang ke Kas Negara sebesar nilai sisa pekerjaan yang akan dilanjutkan

    sebagai pengganti jaminan/garansi bank tersebut.

    d. Penyedia barang dan/atau jasa menyampaikan jaminan pelaksana-an sebesar 5%

    dari nilai sisa pekerjaan yang akan diselesaikan kepada Kuasa PA.

  • Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan |Bunga Rampai Panduan Teknis 2014 39

    Meskipun peraturan menteri keuangan dimaksud telah mengatur bahwa pihak

    ketiga/rekanan diberi kesempatan untuk dapat melanjutkan sisa pekerjaan pada tahun

    anggaran berikutnya, namun atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang

    semestinya dapat diselesaikan dalam tahun anggaran berjalan maka pihak

    ketiga/rekanan tetap harus dikenakan denda keterlambatan. Besaran denda

    keterlambatan yang dikenakan adalah sesuai dengan nilai prosentase sebagaimana

    telah ditentukan dalam peraturan presiden mengenai pengadaan barang/jasa

    pemerintah. Jangka waktu tambahan yang diperlukan guna menyelesaikan sisa

    pekerjaan pada tahun anggaran berikutnya, dihitung paling lama 50 (lima puluh) hari

    kalender sejak masa kontrak berakhir. Apabila sampai dengan batas waktu tersebut

    pekerjaan masih belum dapat diselesaikan, maka pekerjaan tersebut dihentikan dan

    penyedia barang dan/atau jasa dikenakan denda maksimum keterlambatan

    penyelesaian pekerjaan.

    IV. Pencatatan Atas Pekerjaan Yang Tidak Dapat Diselesaikan Sampai Dengan

    Akhir Tahun Anggaran

    Secara akuntansi, apabila sampai dengan akhir periode pelaporan suatu

    pekerjaan konstruksi belum dapat terselesaikan dan masih dalam pengerjaan maka

    pencatatan atas aset kontruksi tersebut dikategorikan dalam aset Kontruksi Dalam

    Pengerjaan. suatu Kontruksi Dalam Pengerjaan akan dipindahkan ke pos aset tetap yang

    bersangkutan jika konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan dan konstruksi

    tersebut telah dapat memberikan manfaat/jasa sesuai tujuan perolehan. Kontruksi

    Dalam Pengerjaan dilaporkan dan disajikan di neraca secara periodik yaitu

    semesteran/tahunan sebagai akun terpisah dari masing-masing aset tetap.

    Nilai yang dicatat sebagai Kontruksi Dalam Pengerjaan adalah sebesar jumlah

    yang dibayarkan atas perolehan aset. Biaya-biaya pembelian bahan dan juga gaji-gaji

    yang dibayarkan dalam kasus pelaksanaan pekerjaan secara swakelola pada dasarnya

    sama dengan nilai yang dibayarkan kepada kontraktor atas pen