case vesikolitiasis vira

Upload: ananto6968

Post on 10-Feb-2018

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    1/43

    BAB I

    ILUSTRASI KASUS

    I.1. IDENTITAS PASIEN

    Nama : Tn. Salihin Amir

    Usia : 33 th

    Jenis kelamin : laki-laki

    Alamat :Jl. Mawar III Bintaro 01/014, Pesanggrahan, Jakarta selatan

    Pekerjaan : Tidak bekerja

    Status : Belum kawin

    Pendidikan : Tamat akademi

    Agama : Islam

    No. RM : 01000636

    I.2. ANAMNESIS

    Keluhan utama :

    Buang air kecil terasa semakin nyeri sejak 2 minggu SMRS

    Riwayat penyakit sekarang :

    Pasien datang dengan keluhan buang air kecil terasa semakin nyeri sejak 2

    minggu SMRS. Sebenarnya keluhan ini telah dirasakan pasien sejak berusia 7 tahun,

    pasien mengaku nyeri saat BAK, dan kadang keluar serpihan-serpihan kecil dari

    kemaluan ketika berkemih. BAK juga dirasakan tidak lancar. BAK berdarah (-). Nyeri

    pinggang saat itu disangkal. Pasien kemudian berobat ke RSUP fatmawati dan di

    rontgen, dari hasil rontgen didapatkan batu berukuran biji kelengkeng di kandung

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    2/43

    kemih, namun pasien mengaku saat itu tidak disarankan untuk melakukan tindakan

    apapun. Sejak usia 7 tahun pasien hanya menggunakan obat herbal.

    3 bulan SMRS pasien kembali mengeluh nyeri saat berkemih. BAK

    mengeluarkan batu dan darah yang menetes. Terkadang batu tersangkut di ujung

    kemaluan, dan saat pasien berusaha untuk mengambilnya, darah semakin menetes.

    Pasien juga mengaku kadang sulit untuk memulai BAK, sehingga harus sedikit

    mengedan. Pancaran air kencing tidak lancar dan sering berhenti tiba-tiba. Urin baru

    dapat keluar jika pasien merubah posisi berkemihnya. Nyeri pinggang (+), hilang timbul

    dan sangat mengganggu aktivitas pasien. Sejak saat itu pasien memutuskan untuk

    berhenti bekerja dan lebih sering berbaring di atas tempat tidur. Penjalaran ke perut

    disangkal.

    2 minggu SMRS, keluhan nyeri berkemih semakin memberat, pancaran

    kencingnya tidak lancar (terputus-putus), pernah ada batu tersangkut di kemaluannya

    yang diikuti dengan keluarnya darah menetes. Pasien juga merasa panas dan tidak

    nyaman pada perut bawah saat berkemih serta merasa tidak tuntas selepas berkemih.

    Nyeri pinggang dirasa semakin hebat, hingga pasien tidak mampu untuk berjalan lagi.

    Pasien menyangkal sering terbangun pada malam hari untuk kencing. Mual muntah dan

    sesak juga disangkal. Tiada keluhan BAB.

    Riwayat Penyakit Dahulu :

    Riwayat diabetes mellitus disangkal

    Riwayat hipertensi disangkal

    Riwayat penyakit Ginjal disangkal

    Riwayat Stroke disangkal

    Riwayat Asma, Alergi disangkal

    Riwayat Penyakit Keluarga :

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    3/43

    Batu saluran kemih disangkal

    Riwayat diabetes mellitus disangkal

    Riwayat hipertensi disangkal

    Riwayat penyakit Ginjal disangkal

    Riwayat Stroke disangkal

    Riwayat Asma, Alergi disangkal

    Riwayat kebiasaan :

    Sejak kecil pasien mempunyai kebiasaan jarang minum air putih. Dalam sehari

    pasien hanya mengkonsumsi air putih sebanyak 1 gelas aqua. Pasien lebih sukaminum air teh manis, sebanyak 5-6x perhari dengan ukuran gelas 500 ml dan minum

    susu. Konsumsi banyak protein disangkal oleh pasien.

    I.3. PEMERIKSAAN FISIK

    Status generalis

    Keadaan Umum

    Kesadaran : kompos mentisKesan sakit : sakit sedang

    Gizi : kurus

    Sikap pasien : kooperatif

    Tanda vital:

    Tekanan darah : 120/80 mmHg

    Nadi : 84 x/menit

    Pernafasan : 20 x/menit

    Suhu tubuh : 36,5 C

    Kepala :

    - Bentuk normocephali

    - Rambut hitam, tebal, distribusi merata

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    4/43

    Wajah :

    - terlihat simetris

    - warna kulit tidak anemis, tidak sianosis, tidak ikterik

    Mata :

    - Alis mata hitam, tebal, distribusi merata

    - Konjungtiva pucat -/-, Sklera tidak ikterik

    - Refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+

    Telinga :

    - bentuk telinga simetris dan normotia

    - Tidak ada nyeri tarik

    - Tidak ada nyeri tekan pada tragus dan mastoid

    -sekret (-)

    Hidung :

    - Hidung simetris

    - Tidak ada deviasi septum, sekret -/-

    Mulut dan tenggorokan :

    - bibir terlihat simetris

    -

    tidak kering, tidak pecah-pecah, tidak sianosis- Tonsil T1/T1

    Leher :

    - trakea lurus di tengah

    - tidak teraba pembesaran KGB

    - tidak terlihat pembesaran tiroid

    Paru:

    - Inspeksi : pergerakan dada simetris saat stastis dan dinamis.

    - Palpasi : vokal fremitus teraba simetris

    - Perkusi : sonor dikedua lapang paru

    - Auskultasi : suara napas vesikuler, ronki-/-,wheezing -/-

    Jantung :

    - Inspeksi : ictus cordis terlihat

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    5/43

    - Palpasi : 2 jari medial garis midclavicularis kiri di ICS 5

    - Perkusi : Batas jantung kanan : garis sternalis dextra. Batas jantung kiri :

    ICS 5, 2 jari medial linea midclavicularis sinistra.

    - Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-).

    Abdomen

    - Inspeksi : tegang, tidak tampak ascites, spider nevi (-).

    - Auskultasi : bising usus (+) normal

    - Palpasi : lemas, tidak ada defence muskular, NT (+), NL(-), hepar & lien:

    tidak ada pembesaran

    - Perkusi : timpani

    Ekstremitas

    -Akral hangat, edema tungkai -/-, tidak ada deformitas,

    - Tonus otot baik.

    Status Urologis

    Regio CVA

    - Inspeksi : tidak tampak adanya massa

    - Palpasi bimanual : ( - / - )

    - Nyeri tekan : ( + / + )

    - Nyeri ketuk : ( + / + )

    Regio suprasimfisis

    - Inspeksi : tidak tampak adanya massa

    - Palpasi : nyeri tekan ( + )

    - Perkusi : nyeri ketuk ( + )

    Regio genitalia eksterna

    - Inspeksi : tanda radang (-), darah (-). sekret (-). jejas (-)

    - Palpasi : nyeri tekan (-), suhu sama dengan sekitar

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    6/43

    I.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Laboratorium (30 Juni 2010)

    Pemeriksaan Hasil Nilai rujukanHematologi

    - Hemoglobin

    - Hematokrit

    - Leukosit

    - Eritrosit

    - Trombosit

    14,9

    45

    9.9

    5,21

    174

    13.2-17.3 g/dl

    33-45 %

    5-10 ribu/Ul

    4.40-5.90 ribu/Ul

    150-440 ribuVER/HER/ KHER/RDW

    - VER

    - HER

    - KHER

    - RDW

    86.0

    28.6

    33.3

    13.9

    80.0-100.0 fl

    26.0-34.0

    32.0-36

    11.5-14.5 %

    Hitung Jenis

    - Netrofil

    - Limfosit

    - Monosit

    87

    10

    3

    50-70 %

    20-40 %

    2-8 %

    Kimia Klinik

    Fungsi Hati

    25 0-34 U/l

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    7/43

    - SGOT

    - SGPT

    39 0-40 U/l

    Fungsi Ginjal

    - Ureum Darah

    - Creatinin Darah

    23

    1.2

    20-40 mg/dl

    0.6-1.5 mg/dl

    Diabetes

    - Gula darah puasa

    - Gula darah 2 jam PP

    75

    115

    80-100 mg/dl

    80-145 mg/dl

    Elektrolit

    - Natrium

    - Kalium

    -Klorida

    135

    4.47

    110

    135 - 147

    3.10 -5.10 mmol/L

    95 -108 mmol/LUrinalisa

    - Urobilinogen

    - Protein urine

    - Berat Jenis

    - Keton

    - Bilirubin

    -Nitrit

    - pH

    - Lekosit

    - Darah/Hb

    - Glukosa

    - Warna

    - Kejernihan

    0.2 U.E/dl

    +2

    1.025

    +2

    Negative

    Positif8.0

    +2

    +2

    Negative

    Yellow

    Keruh

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    8/43

    - Epitel

    - Lekosit

    - Eritrosit

    - Silinder

    - Kristal

    - Bakteri

    - Lain-lain

    Positif

    5-6

    5-6

    Negatif

    Negatif

    Positif

    Negatif

    0-5/LPB

    0-2/LPB

    /LPK

    Negatif

    Negatif

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    9/43

    BNO-IVP

    Kesan :

    Fungsi sekresi dan ekskresi kedua ginjal baik

    Hidronefrosis dengan sumbatan parsial pada uterovesical junction kanan ec batu

    multiple buli-buli

    Divertikel buli sisi kiri

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    10/43

    I.5. RESUME

    Laki-laki, 33 tahun, datang dengan keluhan buang air kecil terasa semakin nyeri

    sejak 2 minggu SMRS. Keluhan nyeri berkemih telah dirasakan sejak usia 7 tahun, dan

    kadang keluar serpihan-serpihan kecil dari kemaluan ketika berkemih. BAK juga

    dirasakan tidak lancar. Pasien kemudian berobat ke RSUP fatmawati dan di rontgen,

    dari hasil rontgen didapatkan batu berukuran biji kelengkeng di kandung kemih, namun

    pasien mengaku saat itu tidak disarankan untuk melakukan tindakan apapun. Sejak

    usia 7 tahun pasien hanya menggunakan obat herbal.

    3 bulan SMRS pasien kembali mengeluh nyeri saat berkemih. BAK

    mengeluarkan batu dan darah yang menetes. Terkadang batu tersangkut di ujung

    kemaluan, dan saat pasien berusaha untuk mengambilnya, darah semakin banyak.

    Pasien juga mengaku kadang sulit untuk memulai BAK, sehingga harus sedikit

    mengedan. Pancaran air kencing tidak lancar dan sering berhenti tiba-tiba. Nyeri

    pinggang (+), hilang timbul dan sangat mengganggu aktivitas pasien. Pasien sudah

    tidak bekerja dan lebih sering berbaring di atas tempat tidur.

    2 minggu SMRS, keluhan nyeri berkemih semakin memberat, pancaran

    kencingnya tidak lancar (terputus-putus), pernah ada batu tersangkut di kemaluannya

    yang diikuti dengan keluarnya darah menetes. Pasien juga merasa panas dan gatal

    pada perut bawah saat berkemih serta merasa tidak tuntas selepas berkemih. Nyeri

    pinggang dirasa semakin hebat.

    Sejak kecil pasien mempunyai kebiasaan jarang minum air putih. Dalam sehari

    pasien hanya mengkonsumsi air putih sebanyak 1 gelas aqua. Pasien lebih suka

    minum air teh manis, sebanyak 5-6x perhari dengan ukuran gelas 500 ml dan minum

    susu.

    Pemeriksaan fisik :

    Keadaan umum : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : Kompos mentis

    Tanda vital

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    11/43

    Tekanan darah : 120/80 mmHg

    Nadi : 84 x/menit

    Pernafasan : 20 x/menit

    Suhu tubuh : 36,5 C

    Status generalis : dalam batas normal

    Status urologis :

    Regio CVA

    - Nyeri tekan ( + / + )

    - Nyeri ketuk ( + / + )

    Regio suprasimfisis

    - Nyeri tekan ( + )

    - Nyeri ketuk ( + )

    Pemeriksaan Penunjang :

    Urinalisa :

    - Urin keruh, protein +2, keton +2, nitrit (+), pH 8, leukosit +2, darah/Hb +2.

    - Sedimen urin : leukosit 5-6/LPB, eritrosit 5-6/LPB, bakteri (+).

    BNO-IVP :

    - Hidronefrosis dengan sumbatan parsial pada uterovesical junction kanan ec batumultiple buli-buli

    - Divertikel buli sisi kiri

    I.6. DIAGNOSIS KERJA

    Vesikolitiasis multipel

    divertikel buli

    I.7. PENATALAKSANAAN

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    12/43

    Vesicolitotomi & biopsi mukosa buli

    I.8. PROGNOSIS

    Ad vitam : bonam

    Ad fungsionam : dubia ad bonam

    Ad sanationam : dubia ad malam

    I.9. Laporan Operasi

    Tanggal 13 Juli 2010

    Nama operator : dr. Yonas Sp.U

    D/ sebelum operasi : Batu buli multipel dan divertikel buli kecil

    D/ post operasi : Batu buli multipel dan divertikel buli kecil

    Jenis operasi : vesicolithotomy & biopsi mukosa buli

    Laporan operasi

    1. Pasien supine

    2. A dan antisepsis abdomen bawah dan sekitarnya

    3. Pasang FC 22 3-way, isi buli dengan NaCl 0,9% 300 cc (balon DC 20 cc)

    4. Insisi mediana mulai dari 1 jari di atas simfisis s/d 4 jari dibawah umbilikus,

    menembus kutis, subkutis, fasia, m. rektus abdominis di split di midline secara

    tumpul.

    5. Peritoneum disisihkan ke kranial, pasang tegel silk 2.0 sebanyak 2 buah pada

    dinding anterior buli.

    6. Insisi buli diantara 2 tegel, diperlebar secara tumpul, tampak batu diluksir

    keluar 4 buah batu, ukuran terbesar 10 x 5 cm, terkecil 2,5 x 1,5 cm, tidak

    melekat ke mukosa, tampak mukosa dinding posterior dan trigonum hiperemis &

    agak tebal biopsi 3 cubitan (dengan ellis clamp) PA

    7. Bekas biopsi berdarah hemostasis

    8. Cuci intravesika dengan aqua steril

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    13/43

    9. Tutup buli 2 lapis mukosa secara continuous dengan vicryl 4.0, seromuskular

    dengan vicryl 2.0 interrupted

    10.Cuci rongga Retzii

    11.Pasang drain NGT 18

    12.Tutup kembali lapis demi lapis.

    13.Operasi selesai.

    Instruksi post-op

    - Awasi tanda vital

    - Infus RL 10 tetes / menit

    - Bed rest sehingga esok pagi

    - Boleh makan dan minum seperti biasa

    - Cek darah lengkap post op

    - Pertahankan drain sehingga produksi minimal

    - Terapi:

    - Ceftriaxone 1 x 2 gr

    - Transamine amp 3 x 1 gr

    - Ketesse amp 2 x 1 gr

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    14/43

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1. ANATOMI SISTEM KEMIH

    Ginjal merupakan organ tubuh manusia yang menjalankan banyak fungsi untuk

    homeostasis, terutama adalah sebagai organ ekskresi dan pengatur keseimbangan

    cairan dan asam basa dalam tubuh. (Scanlon VC, 2007, Sanders T, 2007)

    Ginjal

    Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang dan

    posisinya retroperitoneal. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm)

    dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah

    kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebra T12), sedangkan kutub

    atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12. Adapun kutub bawah ginjal kiri

    adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista iliaka) sedangkan

    kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari batas-batas tersebut

    dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah dibandingkan ginjal kiri.

    (Netter, 2006)

    Gambar 2.1. Anatomi Sistem Kemih

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    15/43

    Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian (Netter, 2006):

    Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdiri dari korpusrenalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal

    dan tubulus kontortus distalis.

    Medula, yang terdiri dari 9-14 piramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus,

    lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).

    Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara piramid ginjal

    Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah korteks

    Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf

    atau duktus memasuki/meninggalkan ginjal.

    Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan

    calix minor.

    Calix minor, yaitu percabangan dari calix major.

    Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis.

    Pelvis renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara calix major dan ureter.

    Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    16/43

    Gambar 2.2. Bagian-bagian Ginjal

    Unit fungsional ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari korpus renalis/Malpighi

    (yaitu glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle,tubulus kontortus distal yang bermuara pada tubulus pengumpul. Di sekeliling tubulus

    ginjal tersebut terdapat pembuluh kapiler,yaitu arteriol (yang membawa darah dari dan

    menuju glomerulus) serta kapiler peritubulus (yang memperdarahi jaringan ginjal).

    Berdasarkan letaknya nefron dapat dibagi menjadi: (1) nefron kortikal, yaitu nefron di

    mana korpus renalisnya terletak di korteks yang relatif jauh dari medula serta hanya

    sedikit saja bagian lengkung Henle yang terbenam pada medula, dan (2) nefron juxta

    medula, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di tepi medula, memiliki

    lengkung Henle yang terbenam jauh ke dalam medula dan pembuluh-pembuluh darah

    panjang dan lurus yang disebut sebagai vasa rekta. (Scanlon VC, 2007, Sanders T,

    2007)

    http://sectiocadaveris.files.wordpress.com/2010/03/nephron.jpg
  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    17/43

    Ginjal diperdarahi oleh a/v renalis. A. renalis merupakan percabangan dari aorta

    abdominal, sedangkan v.renalis akan bermuara pada vena cava inferior. Setelah

    memasuki ginjal melalui hilus, a.renalis akan bercabang menjadi arteri sublobaris yang

    akan memperdarahi segmen-segmen tertentu pada ginjal, yaitu segmen superior,

    anterior-superior, anterior-inferior, inferior serta posterior. (Netter, 2006)

    Ginjal memiliki persarafan simpatis dan parasimpatis. Untuk persarafan simpatis

    ginjal melalui segmen T10-L1 atau L2, melalui n.splanchnicus major, n.splanchnicus

    imus dan n.lumbalis. Saraf ini berperan untuk vasomotorik dan aferen viseral.

    Sedangkan persarafan simpatis melalui n.vagus. (Netter, 2006)

    Ureter

    Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm dari pelvis renalis menuju vesica

    urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal. (Netter, 2006)

    Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas

    major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Adanya katup

    uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah memasuki kandung kemih.

    Terdapat beberapa tempat di mana ureter mengalami penyempitan yaitu peralihan

    pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta muara ureter ke dalam vesica urinaria.

    Tempat-tempat seperti ini sering terbentuk batu/kalkulus. (Scanlon VC, 2007, Sanders

    T, 2007)

    Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca

    communis, a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior. Sedangkan persarafan ureter

    melalui segmen T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis, pleksus aorticus, serta pleksus

    hipogastricus superior dan inferior. (Netter, 2006)

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    18/43

    Vesika Urinaria

    Gambar 2.3. Vesika Urinaria

    Vesica urinaria, merupakan tempat untuk menampung urin yang berasal dari

    ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal

    tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai pelvis

    (pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi,

    bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf. (Scanlon VC,

    2007, Sanders T, 2007)

    Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas

    tiga bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan

    (superior dan inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior, dan

    lateral dextra dan sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot

    spiral, longitudinal, sirkular). Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan

    collum vesicae. Trigonum vesicae merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga

    yang terdiri dari orifisium kedua ureter dan collum vesicae, bagian ini berwarna lebih

    pucat dan tidak memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong. (Scanlon VC, 2007,

    Sanders T, 2007)

    http://sectiocadaveris.files.wordpress.com/2010/03/v-urinaria.jpg
  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    19/43

    Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada

    perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis. (Netter, 2006)

    Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan

    parasimpatis. Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus imus,

    dan n.splanchnicus lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui

    n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai sensorik dan motorik. (Netter,

    2006)

    Uretra

    Uretra merupakan saluran yang membawa urin keluar dari vesica urinaria

    menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita.

    Pada pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari

    m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars

    membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter

    externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter). (Van de Graaf KM,

    2001)

    Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars

    membranosa dan pars spongiosa.

    Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek

    superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae

    internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh

    persarafan simpatis.

    Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar

    prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagianlainnya.

    Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan

    tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    20/43

    diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae

    eksternal yang berada di bawah kendali volunter (somatis).

    Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang

    dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini

    dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.

    Gambar 2.4. Uretra Pria Gambar 2.5. Uretra Wanita

    Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding uretra

    pada pria. Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada

    orifisiumnya di antara klitoris dan vagina (vagina opening). Terdapat m. spchinter

    urethrae yang bersifat volunter di bawah kendali somatis, namun tidak seperti uretra

    pria, uretra pada wanita tidak memiliki fungsi reproduktif. (Van de Graaf KM, 2001)

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    21/43

    II.2. BATU SALURAN KEMIH

    II.2.1. EPIDEMIOLOGI

    Prevalensi batu saluran kemih di USA sekitar 10%, dan dengan insidens 0,2 %.

    Insidens batu saluran kemih di negara maju lainnya lebih banyak terjadi pada saluran

    kemih atas, berbeda dengan di negara berkembang mayoritas terjadi di kandung

    empedu. Nyeri (rasa tidak nyaman) dapat terjadi pada pasien yang menderita batu

    ginjal, walaupun belum menimbulkan dampak obstruksi. Namun, pasien dengan

    obstruksi seringkali asimptomatik hingga diagnosis penyakit diketahui. Batu saluran

    kemih lebih sering ditemukan di Asia dan Afrika, dan Amerika Utara. Secara umum,

    urolitiasis lebih sering terjadi pada laki-laki(rasio 3:1).Akumulasi batu ginjal juga

    berhubungan dengan sekresi hormon atau defek metabolik. Gejala pada penyakit

    umumnya muncul pada umur 20-49 tahun, walaupun pada umur 50 tahun juga jarang

    terjadi.

    Di Indonesia penyakit batu saluran kemih masih menempati porsi terbesar dari

    jumlah pasien di klinik urologi. Insidensi dan prevalensi yang pasti dari penyakit ini diIndonesia belum dapat ditetapkan secara pasti. Sekitar 1 di antara 1000 pria dan 1 dari

    3000 wanita datang dengan keluhan utama batu ginjal yang pertama dalam satu tahun.

    Lima belas persen mengalami batu rekuren dalam waktu setahun setelah keluhan

    pertama, 30% dalam 5 tahun.

    Dari data dalam negeri yang pernah dipublikasi didapatkan peningkatan jumlah

    penderita batu ginjal yang mendapat tindakan di RSUPN-Cipto Mangunkusumo dari

    tahun ke tahun mulai 182 pasien pada tahun 1997 menjadi 847 pasien pada tahun

    2002, peningkatan ini sebagian besar disebabkan mulai tersedianya alat pemecah batu

    ginjal non-invasif ESWL (Extracorporeal shock wave lithotripsy) yang secara total

    mencakup 86% dari seluruh tindakan (ESWL, dan operasi terbuka).

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    22/43

    II.2.2. ETIOLOGI

    Etiologi pembentukan batu meliputi idiopatik, gangguan aliran kemih, gangguan

    metabolisme, infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya membuat urease

    (Proteus mirabilis), dehidrasi, benda asing, jaringan mati (nekrosis papil) dan

    multifaktor. (R. Sjamsuhidayat, 2005)

    1. Gangguan aliran urin

    a. Fimosis

    b. Striktur meatus

    c. Hipertrofi prostat

    d. Refluks vesiko-uretral

    e. Ureterokele

    f. Konstriksi hubungan ureteropelvik

    2. Gangguan metabolisme

    Menyebabkan ekskresi kelebihan bahan dasar batu

    a. Hiperparatiroidisme

    b. Hiperuresemia

    c. Hiperkalsiuria

    3. Infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya membuat urease

    4. Dehidrasi

    a. Kurang minum, suhu lingkungan tinggi

    5. Benda asing

    a. Fragmen kateter, telur sistosoma

    6. Jaringan mati (nekrosis papil)

    7. Multifaktor

    a. Anak di negara berkembang

    b. Penderita multitrauma

    8. Batu idiopatik

    (R. Sjamsuhidayat, 2005)

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    23/43

    Terdapat beberapa faktor yang mempermudahkan terjadinya batu saluran kemih

    pada seseorang, yaitu :

    Faktor intrinsik antara lain adalah :

    1. Herediter penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya

    2. Umur penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun

    3. Jenis kelamin jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan

    pasien perempuan.

    Beberapa faktor ekstrinsik adalah :

    1. Geografi pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran

    kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah

    stone belt, sedangkan daerah Bantu di Afrika selatan hampir tidak dijumpai

    penyakit batu saluran kemih.

    2. Iklim dan temperatur

    3. Asupan air kurangnya asupan air dan tinggi kadar mineral kalsium pada air

    yang dikosumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih

    4. Diet diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya batu

    saluran kemih

    5. Pekerjaan penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak

    duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life. Immobilisasi lama pada

    penderita cedera dengan fraktur multipel atau paraplegia yang menyebabkan

    dekalsfikasi tulang dengan peningkatan ekskresi kalsium dan stasis sehingga

    presipitasi batu mudah terjadi. (R. Sjamsuhidayat, 2005)

    II.2.3. Patogenesis

    Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada

    tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin (stasis urin)., yaitu pada

    sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    24/43

    uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hiperplasia prostat

    benigna, striktura dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang

    mempermudahkan terjadinya pembentukan batu. (Purnomo BB, 2009)

    Beberapa teori pembentukan batu adalah :

    a. Teori Nukleasi

    Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu (nukleus). Agregat

    polikristalin terdiri dari berbagai macam jumlah kristaloid dan matriks organik.

    Pembentukan batu memerlukan keadaan supersaturasi urin. Supersaturasi

    tergantung pada pH urin, kekuatan ion, konsentrasi zat terlarut, dan kompleksasi.

    Kekuatan ion terutama ditentukan oleh konsentrasi relatif ion monovalen.Dengan meningkatnya kekuatan ion, koefisien aktivitas menurun. Koefisien

    aktivitas mencerminkan availibilitas ion tertentu. Peran konsentrasi zat terlarut

    jelas, yaitu semakin besar konsentrasi 2 ion, semakin besar pula

    kemungkinannya untuk mengendap. Konsentrasi ion rendah menyebabkan

    saturasi menurun dan meningkatkan kelarutan. Dengan meningkatnya

    konsentrasi ion, produk aktivitas mencapai suatu titik tertentu yang disebut

    produk kelarutan (KSP). Konsentrasi di atas titik ini metastabil dan mampu

    menginisiasi pertumbuhan kristal dan nukleasi heterogen. Karena zat terlarut

    menjadi lebih terkonsentrasi, produk aktivitas akhirnya mencapai produk formasi

    (K fp). Tingkat supersaturasi yang melebihi titik ini tidak stabil, dan dapat terjadi

    nukleasi homogen spontan. (Emil, 2008, Jack W, 2008)

    Faktor lain yang berperan utama dalam pembentukan batu saluran kemih

    antara lain kompleksitas. Kompleksitas mempengaruhi availibilitas ion tertentu.

    Sebagai contoh, natrium membentuk kompleks dengan oksalat dan

    menurunkan bentuk ion bebasnya, sedangkan sulfat membentuk kompleks

    dengan kalsium. Teori nukleasi menunjukkan bahwa batu saluran kemih

    berasal dari kristal atau benda asing yang mengendap dalam urin

    supersaturasi. Batu terutama terdiri dari komponen kristalin. Beberapa langkah

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    25/43

    terlibat dalam pembentukan batu, yaitu nukleasi, pertumbuhan, dan agregasi.

    (Emil, 2008, Jack W, 2008)

    b. Teori Matriks

    Jumlah komponen matriks nonkristalin pada batu saluran kemih bervariasi

    sesuai jenis batu, umumnya berkisar antara 2-10% menurut beratnya. Hal ini

    lebih didominasi oleh protein, dengan sejumlah kecil heksosa dan heksosamin.

    Jenis batu yang jarang terjadi, dan biasa disebut kalkulus matriks, berkaitan

    dengan pembedahan ginjal sebelumnya atau infeksi saluran kemih kronik, dan

    mempunyai tekstur gelatin. Pemeriksaan histologi menunjukkan laminasi

    dengan sedikit kalsifikasi. Pada foto polos abdomen, kalkuli matriks biasanya

    menunjukkan radiolusen dan sulit dibandingkan dengan filling defect lainnya,

    seperti bekuan darah, tumor saluran atas, dan lain sebagainya. Computed

    tomography (CT) menunjukkan kalsifikasi dan dapat membantu untuk

    konfirmasi diagnosis. (Emil, 2008, Jack W, 2008)

    Peran matriks dalam proses inisiasi batu saluran kemih tidak diketahui.

    Hal itu mungkin dapat berfungsi sebagai kerangka tempat agregasinya kristal

    atau mungkin sebagai lem alami untuk menempelkan komponen kristal kecil,

    dengan demikian dapat menghalangi aliran saluran kemih. (Emil, 2008, Jack

    W, 2008)

    c. Penghambatan kristalisasi

    Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal,

    antara lain magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida.

    Jika kadar salah satu atau beberapa zat itu berkurang, akan memudahkan

    terbentuknya batu di dalam saluran kemih. Ion magnesium (Mg

    ++

    ) dikenaldapat menghambat pembentukan batu karena jika berikatan dengan oksalat,

    membentuk garam magnesium oksalat sehingga jumlah oksalat yang akan

    berikatan dengan kalsium (Ca++) untuk membentuk kalsium oksalat menurun.

    Demikian pula sitrat jika berikatan dengan Ca++ membentuk garam kalsium

    sitrat; sehingga jumlah kalsium yang berikatan dengan oksalat ataupun fosfat

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    26/43

    berkurang. Hal ini menyebabkan kristal kalsium oksalat atau kalsium fosfat

    jumlahnya berkurang. (Purnomo BB, 2009)

    Jaringan abnormal atau mati seperti nefrosis papila pada ginjal dan benda asing

    mudah menjadi nidus dan inti batu. Demikian pula telor sistosoma kadang merupakan

    nidus batu. (R. Sjamsuhidayat, 2005)

    II.2.4. Komposisi batu

    a. Batu kalsium

    Kalsium merupakan ion utama dalam kristal urin. Hanya 50% kalsium plasma

    yang terionisasi dan tersedia untuk filtrasi di glomerulus. Lebih dari 95% kalsium

    terfiltrasi di glomerulus diserap baik pada tubulus proksimal maupun distal, dan

    dalam jumlah yang terbatas dalam tubulus pengumpul. Kurang dari 2%

    diekskresikan dalam urin. Banyak faktor yang mempengaruhi availibilitas kalsium

    dalam larutan, termasuk kompleksasi dengan sitrat, fosfat, dan sulfat. Peningkatan

    monosodium urat dan penurunan pH urin mengganggu kompleksasi ini, dan oleh

    karena itu menginduksi agregasi kristal. (Emil, 2008, Jack W, 2008)

    Batu ini paling banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70 80 % dari seluruh

    batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium

    fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu. Predisposisi kejadian hiperkalsiuria

    (kadar kalsium di dalam urin lebih besar dari 250 300 mg / 24 jam), menurut Pak

    (1976) terdapat 3 macam penyebab :

    a. Hiperkalsiuri absorbtif yang terjadi karena adanya peningkatan absorbsi

    kalsium melalui usus.

    b. Hiperkalsiuri renal karena adanya gangguan kemampuan reabsorbsi

    kalsium melalui tubulus ginjal.

    c. Hiperkalsiuri resorptif terjadi karena adanya peningkatan resorpsi

    kalsium tulang, yang banyak terjadi pada hiperparatiriodisme primer

    atau pada tumor paratiriod.

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    27/43

    b. Batu oksalat

    Oksalat merupakan produk limbah metabolisme normal dan relatif tidak

    terlarut. Normalnya, sekitar 10-15% dari oksalat yang ditemukan dalam urin

    berasal dari diet.

    Sebagian besar oksalat yang masuk ke usus besar didekomposisi bakteri.

    Diet, bagaimanapun dapat berdampak pada jumlah oksalat yang ditemukan dalam

    urin. Setelah diserap melalui usus halus, oksalat tidak dimetabolisme dan

    diekskresikan

    hampir secara eksklusif oleh tubulus proksimal. Adanya kalsium dalam lumen

    usus merupakan faktor penting yang mempengaruhi jumlah oksalat yang

    diabsorbsi. Pengaturan oksalat dalam urin memainkan peran penting dalam

    pembentukan batu kalsium oksalat. Ekskresi normal 20-45 mg/hari dan tidak

    berubah secara signifikan menurut usia. Perubahan kecil pada level oksalat dalam

    urin dapat menyebabkan dampak dramatis terhadap supersaturasi kalsium

    oksalat. Prekursor utama oksalat adalah glisin dan

    asam askorbat, namun dampak masuknya vitamin C (

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    28/43

    diet fosfat (terutama pada daging, produk susu, dan sayuran). Sejumlah kecil

    fosfat yang difiltrasi oleh glomerulus secara dominan diserap kembali oleh tubulus

    proksimal. Hormon paratiroid menghambat reabsorpsi ini. Kristal utama yang

    ditemukan pada mereka yang hiperparatiroidisme adalah fosfat, dalam bentuk

    hidroksiapatit, amorf kalsium fosfat, dan karbonat apatit. (Emil, 2008, Jack W,

    2008)

    d. Asam urat

    Asam urat merupakan produk sampingan dari metabolisme purin. Sekitar 5

    10 % dari seluruh batu saluran kemih. Penyakit batu asam urat banyak diderita

    oleh pasien pasien penyakit gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang

    mendapatkan terapi antikanker, dan yang banyak mempergunakan obat urikosurik

    diantaranya adalah sulfinpirazone, thiazide dan salisilat. Kegemukan, peminum

    alkohol dan diet tinggi protein mempunyai peluang yang lebih besar untuk

    mendapatkan penyakit ini. (Emil, 2008, Jack W, 2008)

    Asam urat relatif tidak larut di dalam urin sehingga pada keadaan tertentu

    mudah sekali membentuk kristal asam urat, dan selanjutnya membentuk batu

    asam urat. Faktor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah (1) urin

    yang terlalu asam(pH urin 850 mg / 24 jam).

    Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran

    besar sehingga membentuk batu staghorn yang mengisi seluruh pelvikalises

    ginjal. Tidak seperti batu jenis kalsium yang bentuknya bergerigi, batu asam urat

    bentuknya halus dan bulat sehingga sering keluar spontan. Batu asam urat murni

    bersifat radiolusen, sehingga pada pemeriksaan PIV tampak sebagai bayangan

    filling defect pada saluran kemih sehingga seringkali harus dibedakan dengan

    bekuan darah, bentukan papila ginjal yang nekrosis, tumor, atau benzoar jamur.

    Pada pemeriksaan USG memberikan gambaran bayangan akustik (acoustic

    shadowing). (Purnomo BB, 2009)

    e. Batu struvit

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    29/43

    Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu ini

    disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah

    kuman golongan pemecah urea atau urea splitteryang dapat menghasilkan enzim

    urease dan merubah urin menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi

    amoniak, seperti pada reaksi:

    CO(NH2)2+ H20 2NH3 + CO2

    Suasana basa ini yang memudahkan garam garam magnesium, amonium,

    fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP). Kuman

    pemecah fosfat anatranya adalah: Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter,

    Pseudomonas dan Stafilokokus. (Purnomo BB, 2009)

    f. Batu jenis lain

    Batu sistin, batu xanthin, batu triamteren, dan batu silikat sangat jarang

    dijumpai. Batu sisitin didapatkan karena kelainan metabolisme sistin, yaitu

    kelainan dalam absorbsi sistin di mukosa usus. Demikian batu xanthin terbentuk

    karena penyakit bawaan berupa defisiensi enzim xanthin oksidase yang

    mengkatalisis perubahan hipoxanthin menjadi xanthin menjadi asam urat.

    Pemakaian antasida yang mengandung silikat (magnesium silikat ataualuminometilsalisilat) yang berlebihan dan dalam jangka waktu lama dapat

    menyebabkan timbulnya batu silikat. (Purnomo BB, 2009)

    Keadaan lain yang menyebabkan terjadinya batu saluran kemih adalah :

    I. Hipositraturia di dalam urin, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium

    sitrat, sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Hal ini

    dimungkinkan karena ikatan kalsium sitrat lebih mudah larut daripada kalsium

    oksalat. Oleh karena itu sitrat bertindak sebagai penghambat pembentukan batu

    kalsium. Hipositraturia terjadi pada: penyakit asidosis tubuli ginjal atau renal

    tubular acidosis, sindrom malabsorpsi, atau pemakaian diuretik golongan thiazide

    dalam jangka waktu lama. Estrogen meningkatkan ekskresi sitrat dan dapat

    menjadi faktor yang mengurangi timbulnya batu pada wanita, terutama selama

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    30/43

    kehamilan. Alkalosis juga meningkatkan sitrat ekskresi. (Emil, 2008, Jack W,

    2008)

    II. Hipomagnesuria Magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu

    oksalat, karena dalam urin magnesium bereaksi dengan oksalat menjadi

    magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan kalsium dengan oksalat.

    Penyebab tersering hipomagnesuria adalah penyakit inflamasi usus ( inflamatory

    bowel disease) yang diikuti dengan gangguan malabsorbsi. (Purnomo BB, 2009)

    II.2.5. BATU GINJAL DAN URETER

    Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum,

    pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum

    dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa

    sehingga disebut batu staghorn. Kelainan atau obstruksi pada sistem pelvikalises ginjal

    mempermudah timbulnya batu saluran kemih.

    Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltik otot-otot sistem

    pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga peristaltik ureter mencobauntuk mengeluarkan batu hingga turun ke buli-buli. Batu yang ukurannya kecil (

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    31/43

    4. hematuria

    5. batu tampak pada pencitraan

    Gambaran Klinis

    Keluhan yang dialami pasien tergantung pada posisi atau letak batu, besar batu

    dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang, bisa

    berupa nyeri kolik atau bukan kolik. Karena peristalsis, akan terjadi gejala kolik, yakni

    nyeri yang hilang timbul yang disertai perasaan mual dengan atau tanpa muntah

    dengan nyeri alih khas. Selama batu bertahan di tempat yang menyumbat, selama itu

    kolik akan berulang ulang sampai batu bergeser dan memberi kesempatan air kemih

    untuk lewat.

    Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri

    pada saat berkemih atau sering kencing. Hematuria seringkali dikeluhkan oleh pasien

    akibat trauma pada mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh batu. Kadang-kadang

    hematuria didapatkan dari pemeriksaan urinalisis.

    Jika didapatkan demam harus curiga urosepsis dan ini merupakan kedaruratan

    di bidang urologi. Dalam hal ini harus secepatnya ditentukan letak kelainan anatomik

    pada saluran kemih dan segera dilakukan terapi berupa drainase dan pemberian

    antibiotik.

    Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-

    vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal

    ginjal, retensi urin.

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    32/43

    Gambar 2.6. Batu ginjal

    II.2.6. BATU KANDUNG KEMIH

    Vesikolitiasis sering terjadi pada pasien yang menderita gangguan miksi atau

    terdapat benda asing di buli-buli. Gangguan miksi terjadi pada pasien hiperplasia

    prostat, striktur uretra, divertikel buli-buli, atau buli-buli neurogenik. Kateter yang

    terpasang pada buli-buli dalam waktu yang lama, adanya benda asing lain yang secara

    tidak sengaja masuk ke dalam buli-buli seringkali menjadi inti untuk terbentuknya batu

    buli-buli. Selain itu vesikolitiasis dapat berasal dari batu ginjal atau batu ureter yang

    turun ke buli-buli.

    Gejala khas vesikolitiasis adalah berupa gejala iritasi, antara lain disuria hingga

    stranguri, perasaan tidak enak waktu kencing, dan kencing tiba-tiba berhenti kemudian

    menjadi lancar kembali dengan perubahan posisi tubuh ataupun menetes dan disertai

    dengan nyeri karena batu menghalangi aliran kemih akibat penutupan leher kandung

    kemih. Nyeri pada saat miksi sering kali dirasakan pada ujung penis, skrotum,

    perineum, pinggang, sampai kaki.

    Pada anak, nyeri yang bersangkutan akan menyebabkan anak menarik penisnya

    sehingga tidak jarang dilihat penis yang agak panjang. Bila pada sakit tersebut

    penderita berubah posisi, suatu saat air kemih akan dapat keluar karena letak batu

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    33/43

    yang berpindah. Bila selanjutnya terjadi infeksi sekunder, selain nyeri, sewaktu miksi

    juga akan terdapat nyeri menetap suprapubik.

    II.2.7. DIAGNOSIS

    II.2.7.1. Anamnesis dan Pemeriksaan fisik

    Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya,

    besarnya, dan morfologinya. Walaupun demikian, penyakit ini mempunyai tanda umum,

    yaitu hematuria, baik hematuria nyata maupun mikroskopik. Selain itu, bila disertai

    infeksi saluran kemih, dapat juga ditemukan kelainan endapan urin, bahkan mungkin

    demam atau tanda sistemik lain.

    II.2.7.2. Pemeriksaan Penunjang

    a. Laboratorium

    Pemeriksaan urinalisis makroskopik didapatkan gross hematuria.

    Pemeriksaan sedimen urin menunjukkan adanya leukosituria, hematuria, dan

    dijumpai kristal-kristal pembentuk batu. 85 % pasien dengan batu ginjal

    didapatkan hematuria maksoskopik dan mikroskopik. Namun, tidak ditemukannya

    hematuria tidak berarti menghilangkan kemungkinan menderita batu ginjal.

    Pemeriksaan kultur urin mungkin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman

    pemecah urea. (Fisher WE, 2006, R. Sjamsuhidayat, 2005) Pemeriksaan kimiawi

    ditemukan pH urin lebih dari 7,6 menunjukkan adanya pertumbuhan kuman

    pemecah urea dan kemungkinan terbentuk batu fosfat. Bisa juga pH urin lebih

    asam dan kemungkinan terbentuk batu asam urat.

    Pemeriksaan faal ginjal bertujuan untuk mencari kemungkinan terjadinya

    penurunan fungsi ginjal dan untuk mempersiapkan pasien menjalani pemeriksaan

    foto PIV. Proteinuria juga disebut albuminuria adalah kondisi abnormal dimana

    urin berisi sejumlah protein. Kebanyakan protein terlalu besar untuk melewati filter

    ginjal ke dalam urin. Namun, protein dari darah dapat bocor ke dalam urin ketika

    glomeruli rusak. Proteinuria merupakan tanda penyakit ginjal kronis (CKD), yang

    dapat disebabkan oleh diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit yang

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    34/43

    menyebabkan peradangan pada ginjal. Sebagai akibat fungsi ginjal menurun,

    jumlah albumin dalam urin akan meningkat. Perlu juga diperiksa kadar elektrolit

    yang diduga sebagai faktor penyebab timbulnya batu saluran kemih, antara lain

    kalsium, oksalat, fosfat, maupun urat.

    Pemeriksaan darah lengkap, dapat menentukan kadar hemoglobin yang

    menurun akibat terjadinya hematuria. Bisa juga didapatkan jumlah lekosit yang

    meningkat akibat proses peradangan di ureter.

    b. Radiologis

    Foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu

    radioopak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat

    bersifat radioopak, sedangkan batu asam urat bersifat radio lusen.

    Foto BNO-IVP untuk melihat lokasi batu, besarnya batu, apakah terjadi

    bendungan atau tidak. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat

    dilakukan, pada keadaan ini dapat dilakukan retrograde pielografi atau dilanjutkan.

    Dengan anterograd pielografi, bila hasil retrograd pielografi tidak memberikan

    informasi yang memadai. Pada foto BNO batu yang dapat dilihat disebut sebagai

    batu radioopak, sedangkan batu yang tidak tampak disebut sebagai batu

    radiolusen. Berikut ini adalah urutan batu menurut densitasnya, dari yang paling

    opak hingga yang paling bersifat radiolusen, kalsium fosfat, kalsium oxalat,

    Magnesium, amonium fosfat, sistin, asam urat, xantine.

    Jenis Batu Radioopasitas

    Kalsium Opak

    Magnesium Amonium Fosfat Semiopak

    Urat/Sistin Non Opak

    Tabel 2.1. Gambaran Batu

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    35/43

    Pielografi Intravena (IVP)

    Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan, fungsi ginjal. Juga

    untuk mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non-opak yang, tidak

    terlihat oleh foto polos abdomen.

    Gambar 2.7. Pielografi Intravena

    Ullrasonografi

    USG dikerjakan bila tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP yaitu pada

    keadaan seperti allergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan

    pada wanita yang sedang hamil. Terlihat pada gambar echoic shadow jika

    terdapat batu.

    CT-scan

    Teknik CT-scan adalah tehnik pemeriksaan yang paling baik untuk melihat

    gambaran semua jenis batu dan juga dapat terlihat lokasi dimana terjadinya

    obstruksi.

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    36/43

    II.2.8. DIAGNOSIS BANDING

    Beberapa diagnosa banding dari batu kandung kemih antara lain ialah:

    1. Kolik Ginjal dan Ureter

    2. Hematuria

    Bila terjadi hematuri perlu dipertimbangkan kemungkinan keganasan

    apalagi bila hematuria terjadi tanpa nyeri. Selain itu batu saluran kemih yang

    bertahun-tahun, dapat menyebabkan terjadinya tumor yang umumnya karsinoma

    epidermoid, akibat rangsangan dan inflamasi.

    3. Tumor ginjal

    Pcrlu dipertimbangkan kemungkinan tumor ginjal mulai dari jenis ginjal

    polikistik hingga tumor Grawitz, bila ada batu ginjal dengan hidronefrosis.4. Tumor ureter

    Pada batu ureter, terutama dari jenis radiolusent, bila disertai hematuria

    yang tidak disertai dengan kolik, perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor

    ureter walaupun tumor ini jarang ditemukan.

    5. Tumor kandung kemih

    Perlu dibandingkan dengan tumor kandung kemih terutama bila batu yang

    terdapat dari jenis radiolusen.

    II.2.9. PENYULIT

    Komplikasi batu saluran kemih biasanya obstruksi, infeksi sekunder, dan iritasi

    yang bekepanjangan pada urotelium yang dapat menyebabkan tumbuhnya keganasan

    yang sering berupa karsinoma epidermoid.

    Sebagai akibat obstruksi, khususnya di ginjal atau ureter, dapat terjadi

    hidronefrosis dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yang berakhir

    dengan kegagalan faal ginjal yang terkena. Bila terjadi pada kedua ginjal, akan timbul

    uremia karena gagal ginjal total. Hal yang sama dapat juga terjadi akibat batu kandung

    kemih, lebih-lebih bila batu tersebut membesar sehingga juga menganggu aliran kemih

    dari kedua orfisium ureter.

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    37/43

    Khusus pada batu uretra dapat terjadi divertikulum uretra. Bila obstruksi

    berlangsung lama, dapat terjadi ekstravasasi kemih dan terbentuklah fistula yang

    terletak proksimal dari batu ureter

    II.2.10. TATALAKSANA

    Medikamentosa

    Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm, karena batu diharapkan dapat

    keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi nyeri, memperlancar aliran

    urine dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu

    keluar. Dapat juga diberi pelarut batu seperti batu asam urat yang dapat dilarutkan

    dengan pemberian bikarbonas natrikus disertai makanan alkalis.

    ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsi)

    Alat ESWL adalah pemecah batu yang yang diperkenalkan pertama kali oleh

    Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal,

    atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif atau pembiusan. Prinsip dari ESWL

    adalah memecah batu menjadi fragmen-fragmen kecil dengan menggunakan

    gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin dari luar tubuh, sehingga mudah

    dikeluarkan melalui saluran kemih.

    Komplikasi ESWL untuk terapi batu ureter hampir tidak ada. Tetapi SWL

    mempunyai beberapa keterbatasan, antara lain bila batunya keras ( misalnya kalsium

    oksalat monohidrat ) sulit pecah dan perlu beberapa kali tindakan. Juga pada orang

    gemuk mungkin akan kesulitan. Penggunaan ESWL untuk terapi batu ureter distal pada

    wanita dan anak-anak juga harus dipertimbangkan dengan serius. Sebab ada

    kemungkinan terjadi kerusakan pada ovarium. Meskipun belum ada data yang valid,

    untuk wanita di bawah 40 tahun sebaiknya diinformasikan sejelas-jelasnya.

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    38/43

    Gambar 9: Extracorporeal Shock Wave Lithotripsi

    Gambar 2.8. ESWL

    Endourologi

    1. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi: memasukkan alat ureteroskopi per uretram

    guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi

    tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah

    melalui tuntutan ureteroskopi atau uretero-renoskopi ini.

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    39/43

    2. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) : mengeluarkan batu yang berada di saluran

    ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kaliks melalui insisi pada

    kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu.

    3.Litotripsi : yaitu memecah batu bull-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat

    pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan

    evakuator Ellik.

    4. Ekstraksi Dormia : mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya dengan

    keranjang Dormia.

    Bedah Laporoskopi

    Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang

    berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.

    Bedah terbuka

    Pembedahan terbuka ini antara lain pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk

    mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk mengambil batu di ureter.

    II.2.11. PENCEGAHAN

    Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur yang

    menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Umumnya pencegahan

    dapat berupa menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi

    urine sebanyak 2-3 liter per hari, diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen

    pembentuk batu, aktifitas harian yang cukup dan pemberian medikamentosa.

    Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah diet

    rendah protein karena protein akan memacu ekskresi kalsium urin dan menyebabkan

    suasana urin menjadi lebih asam. Diet rendah oksalat, diet rendah garam karena

    natriuresis akan memicu timbulnya hiperkalsuria dan diet rendah purin.

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    40/43

    BAB III

    ANALISIS MASALAH

    Diagnosis vesikolitiasis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,dan pemeriksaan penunjang.

    Anamnesis :

    Identitas pasien laki-laki, usia 33 tahun. Hal ini sesuai dengan data

    epidemiologi terjadinya batu saluran kemih di negara berkembang yaitu lebih

    sering terjadi pada laki-laki dari pada wanita dengan rasio 3:1. Jenis kelamin laki-

    laki merupakan faktor risiko intrinsik terjadinya batu saluran kemih pada kasusini. Dalam literature didapatkan bahwa estrogen meningkatkan ekskresi sitrat

    dan menjadi faktor yang menghambat timbulnya batu pada wanita, terutama

    selama kehamilan. (Emil, 2008, Jack W, 2008)

    Keluhan buang air kecil terasa nyeri sejak usia 7 tahun SMRS, keluar serpihan-

    serpihan kecil dan darah yang menetes dari kemaluan ketika berkemih.

    Pancaran urin tidak lancar dan sering berhenti tiba-tiba. Urin baru dapat keluar

    jika pasien merubah posisi berkemihnya. Terkadang batu juga tersangkut di

    ujung kemaluan. Sulit untuk memulai BAK, sehingga harus sedikit mengedan.

    Nyeri pinggang (+), hilang timbul dan sangat mengganggu aktivitas pasien. Rasa

    panas dan tidak nyaman pada perut bawah saat berkemih. Rasa tidak tuntas

    selepas berkemih.

    Pasien pernah didiagnosis menderita batu saluran kemih di RSUP Fatmawati

    saat berusia 7 tahun.

    Hal ini sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa gejala khas

    vesikolitiasis adalah berupa gejala iritasi, antara lain disuria hingga stranguri,

    perasaan tidak enak waktu kencing, dan kencing tiba-tiba berhenti kemudian

    menjadi lancar kembali dengan perubahan posisi tubuh disertai dengan nyeri

    karena batu menghalangi aliran kemih akibat penutupan leher kandung kemih.

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    41/43

    Adapun faktor risiko ekstrinsik yang terdapat pada kasus ini adalah

    kurangnya asupan air dan tingginya kadar oksalat dalam teh yang sering

    dikonsumsi pasien sejak kecil. Diet berdampak pada jumlah oksalat yang

    ditemukan dalam urin. Setelah diserap melalui usus halus, oksalat tidak

    dimetabolisme dan diekskresikan hampir secara eksklusif oleh tubulus proksimal.

    Oleh karena itu dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih. Selain itu,

    kurangnya aktivitas pada pasien juga merupakan faktor risiko terjadinya batu

    saluran kemih. (R. Sjamsuhidayat, 2005)

    Pemeriksaan Fisik

    Berdasarkan status urologis :

    Regio CVA

    - Nyeri tekan ( + / + )

    - Nyeri ketuk ( + / + )

    Regio suprasimfisis

    - Nyeri tekan ( + )

    - Nyeri ketuk ( + )

    Pemeriksaan Penunjang

    o Urinalisa :

    Urin keruh, protein +2, keton +2, nitrit (+), pH 8, leukosit +2,

    darah/Hb +2.

    Sedimen urin : leukosit 5-6/LPB, eritrosit 5-6/LPB, bakteri (+).

    o BNO-IVP :

    Hidronefrosis dengan sumbatan parsial pada uterovesical junctionkanan ec batu multiple buli-buli

    Divertikel buli sisi kiri

    Berdasarkan pemeriksaan urinalisa didapatkan adanya leukosituria,

    bakteriuria dan hematuria mikroskopis, dimana hal ini menunjukkan terjadinya

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    42/43

    infeksi saluran kemih akibat gangguan aliran urin yang berlangsung lama dan

    hematuria yang terjadi disebabkan adanya trauma pada mukosa saluran kemih

    akibat batu.

    Divertikel yang ditemukan pada sisi kiri kandung kemih menunjukkan

    faktor predisposisi terjadinya vesikolitiasis, hal ini sesuai dengan literature, yang

    menyatakan bahwa vesikolitiasis sering terjadi pada pasien yang menderita

    gangguan miksi atau terdapat benda asing di buli-buli. Gangguan miksi yang

    terjadi pada pasien ini karena adanya divertikel buli.

    Adapun tatalaksana pada kasus ini dilakukan vesikolitotomi & biopsi

    mukosa buli. Tatalaksana ini sudah tepat, mengingat jumlah batu yang banyak

    dengan ukuran yang multipel dan terletak di vesika urinaria.

    DAFTAR PUSTAKA

  • 7/22/2019 CASE Vesikolitiasis Vira

    43/43

    Fisher WE dkk. Pancreas. In : Schwartzs Manual of Surgery. Edisi ke-8. New York: The

    McGraw Hill Companies; 2006. hal 2829 -2859.

    Gardjito W. Urolitiasis. Dalam : Sjamsuhidajat R, dkk, (editor). Buku Ajar Ilmu Bedah. Buku II,

    Edisi kedua. Jakarta: EGC ; 2005. hal : 756 764

    Liou LS. Kidney Stones. 2009. http://health.allrefer.com/health/nephrolithiasis-lithotripsy-

    procedure.html. Diakses tanggal 10 Juli 2010

    Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 4 th ed. US: Saunders; 2006.

    Purnomo BB. Dasar Dasar Urologi. Edisi kedua. Jakarta : Sagung Seto ; 2009. hal 57 68

    Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology. 5 th ed. US: FA Davis

    Company; 2007.

    Sjabani M. Batu Saluran Kemih. Dalam: Sudoyo AW dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid

    1. Edisi keempat. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI ;

    2006. hal 574 -584

    Tanagho ME dkk. Urinary tract obstruction. In : Tanagho ME dkk, (editor). Smith General

    Urology, Edisi ke tujuh belas. USA: The McGraw Hill Companies; 2008. Hal 179-188

    Van de Graaf KM. Human anatomy. 6th ed. US: The McGraw-Hill Companies; 2001.

    http://health.allrefer.com/health/nephrolithiasis-lithotripsy-procedure.htmlhttp://health.allrefer.com/health/nephrolithiasis-lithotripsy-procedure.htmlhttp://health.allrefer.com/health/nephrolithiasis-lithotripsy-procedure.htmlhttp://health.allrefer.com/health/nephrolithiasis-lithotripsy-procedure.html