chapter ii (1) tinpus.pdf

Upload: desi-rahmalia

Post on 16-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    1/33

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Keluhan Kesehatan Akibat Penggunaan Air

    2.1.1 Kulit Gatal-Gatal, Merah dan Panas

    Proses toksikan diserap melalui kulit, zat kimia tersebut harus menembus sel-sel

    epidermis, sel-sel kelenjar keringat, atau kelenjar-kelenjar, atau masuk melalui follikel-

    follikel rambut. Meskipun jalan follikel bisa membolehkan masuknya sejumlah kecil toksikan

    dengan segera, kebanyakan zat kimia menembus sel-sel epidermis, yang menyusun daerah

    permukaan yang besar dari kulit. Kelenjar-kelenjar keringat dan folikel-folikel rambut

    tersebar diseluruh kulit dalam jumlah yang beragam tetapi secara perbandingan berupa jarang

    luas penampang lintang total mereka adalah mungkin diantara 0,1 dan 1,0 % dari luas kulit

    (Mansur, 2002).

    Kulit gatal, panas dan merah merupakan gejala dermatitis dan merupakan

    respons kulit terhadap agens-agens yang beraneka ragam. Respons tersebut biasanya

    berhubungan dengan alergi (Djuanda, 1990). Dermatitis kontak adalah dermatitis

    (peradangan kulit) yang disertai dengan adanya edema interseluler pada epiderrmis

    karena kulit berinteraksi dengan bahan-bahan kimia yang berkontak atau terpajan

    kulit. Bahan-bahan tersebut dapat bersifat toksik ataupun alergik (Harahap, 2000).

    2.1.2 Mata Merah, Gatal dan Panas

    Penyakit mata akan memberikan keluhan berupa mata merah, mata terasa gatal,

    mata kotor atau belek, mata terasa sakit dan banyak air mata. Bila terdapat salah satu

    gejala tersebut maka diperlukan pemeriksaan mata dan perawatan khusus. Mata

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    2/33

    terlihat merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada

    peradangan mata akut misalnya konjungtivitis. Bila terjadi pelebaran pembuluh

    darah arteri konjungtiva posterior dan arteri siliar anterior maka akan terjadi mata

    merah. Melebarnya pembuluh darah konungtiva atau injeksi konjungtival dapat

    terjadi akibat pengaruh mekanis, alergi, mata kering (dry eyes), kurang tidur, iritasi

    akbat klorida, asap dan benda asing, ataupun injeksi pada jaringan konjungtiva.

    Gejala umum pada konjungtivitis adalah mata merah, sekret atau mata kotor,

    dan pedas seperti kelilipan. Konjungtivitis akan mengenai kedua mata akibat

    mengenai mata yang sebelahnya. Bila hanya terdapat pada satu mata maka ini

    biasanya hanya disebabkan alergi atau moloskum kontagiosum.

    Konjungtivitis alergi merupakan bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi

    terhadap non infeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi lambat

    sesudah beberapa hari kontak seperti reaksi terhadap obat, reaksi, dan toksik. Reaksi

    alergik dari hipersensitif pada konjungtiva akan memberikan keluhan berupa mata

    gatal, panas, berair dan mata merah. Umumnya konjungtivitis alergi disebabkan oleh

    bahan kimia. Pengobatan diutamakan dengan cara menghindarkan penyebab dengan

    pencetus penyakit dan memberikan astringen kemudian disusul dengan kompres

    dingin untuk menghilangkan edemanya (Ilyas, 2008)

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    3/33

    2.2. Kualitas Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat

    Air yang tercemar oleh organisme patogen seperti bakteri atau virus dapat secara

    langsung mempengaruhi kesehatan tubuh manusia. Tipe pencemaran yang disebabkan zat

    racun yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia dapat diamati melalui, (Sunu, 2001) :

    (1) Pengaruh zat racun pada benda hidup , seharusnya diuji dari dua aspek:

    a. Kemungkinan hidup organisme tertentu dalam air yang mengandung zat racun

    tertentu dan batas konsentrasinya

    b. Proses konsentrasi zat racun oleh berbagai organisme bagian dari ekosistem umum

    melalui rantai makanan

    (2) Pengaruh zat racun pada kesehatan manusia

    a. Pengaruh keracunan akibat meminum air yang tercemar secara langsung

    b. Pengaruh keracunan akibat makan ikan atau produksi laut yang lain dimana zat racun

    sudah diakumulasi.

    c.

    Pengaruh akibat makan produksi pertanian yang zat racunnya telah diakumulasi

    dengan cara air irigasi atau tanah tercemar.

    Kualitas air baik fisik, kimia dan biologis berdampak terhadap kesehatan masyarakat.

    Penggunaan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan berimplikasi terhadap keluhan

    penyakit bagi penggunanya. Berikut ini dapat dijelaskan beberapa dampak kualitas air

    terhadap keluhan kesehatan, yaitu sebagai berikut:

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    4/33

    1. Kualitas Fisik Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat

    Kualitas fisik air dapat dilihat dari indikator bau, rasa, kekeruhan, suhu, warna dan

    jumlah zat padat terlarut. Jumlah zat padat terlarut biasanya terdiri atas zat organik, garam

    anorganik, dan gas terlarut. Bila jumlah zat padat terlarut bertambah, maka kesadahan air

    akan naik, dan akhirnya berdampak terhadap kesehatan. Kekeruhan air disebabkan oleh zat

    padat yang tersuspensi, baik yang bersifat organik, maupun anorganik. Zat anorganik

    biasanya berasal dari lapukan tanaman atau hewan, dan buangan industri juga berdampak

    terhadap kekeruhan air, sedangkan zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga

    mendukung pembiakannya, dan dapat tersuspensi dan menambah kekeruhan air. Air yang

    keruh sulit didisinfeksi,karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut, sehingga

    berdampak terhadap kesehatan, bila mikroba terlindung menjadi patogen (Soemirat, 2001).

    Berdasarkan aspek suhu air, diketahui bahwa suhu air yang tidak sejuk atau berlebihan

    dari suhu air yang normal akan mempermudah reaksi zat kimia, sehingga secara tidak

    langsung berimplikasi terhadap keadaan kesehatan pengguna air (Slamet, 2001).

    Warna dapat disebabkan adanya tanin dan asam humat atau zat organik, sehingga bila

    terbentuk bersama klor dapat membentuk senyawa kloroform yang beracun, sehingga

    berdampak terhadap kesehatan pengguna air (Slamet, 2001).

    2. Kualitas Kimia Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat

    Kualitas kimia air dapat bersifat kimia organik dan anorganik. Kedua jenis kimia ini

    dapat berdampak terhadap kesehatan pengguna air. Berikut ini beberapa jenis kimia organik

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    5/33

    yang lazim terdapat dalam air dan berhubungan dengan terjadinya penyakit pada pengguna

    air, yaitu:

    (1) Hg (Air Raksa)

    Air raksa atau mercury adalah unsur logam yang termasuk logam berat yang bersifat

    racun terhadap tubuh manusia. Biasanya secara alami ada dalam air dengan konsentrasi yang

    sangat kecil. Pencemaran air atau sumber air oleh merkuri umumnya akibat limbah yang

    berasal dari industri (Soemirat, 2001).

    Adsorpsi metil merkuri ditubuh mencapai 95%, kontaminasi Hg pada manusia bisa

    terjadi melalui makanan, minuman, dan pernafasan, serta kontak kulit. Paparan jalur kulit

    biasanya berupa senyawa HgCl2atau K2HgI4. Toksisitas HgCl2 atau garam merkuri yang larut

    bisa menyebabkan kerusakan membran alat pencernaan, eksantema pada kulit, dekomposisi

    eritrosit dan menurunkan tekanan darah. (Widowati, 2008)

    (2) Aluminium (Al)

    Aluminium (Al) adalah metal yang dapat dibentuk, dan karenanya banyak digunakan,

    sehingga terdapat banyak di lingkungan. Sumber alamiah Al adalah bauxit dan cryolit.

    Industri pengguna Al antara lain industri kilang minyak, peleburan metal, serta lain-lain. Al

    juga dapat meyebabkan iritasi kulit, selaput lendir, dan saluran pernapasan (Soemirat, 2001)

    (3) Arsen (As)

    Arsen (As) adalah logam yang mudah patah, berwarna keperakan dan sangat toxik.As

    elemental didapat di alam dalam jumlah tinggi sangat terbatas; terdapat bersama-sama Cu,

    sehingga didapatkan produk sampingan pabrik peleburan Cu. Secara kronis keracunan arsen

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    6/33

    dapat menimbulkan anorexia, kolk, mual, diare atau konstipasi, pendarahan pada ginjal, dan

    kanker kulit.Arsen (As) dapat menimbulkan iritasi, alergi, dan cacat bawaan. Dimasa lampau,

    Arsen (As) dalam dosis kecil digunakan sebagai campuran tonikum, tetapi kemudian ternyata

    bahwaArsen (As) ini dapat menimbulkan kanker kulit pada peminumnya (Soemirat, 2001).

    Paparan As an organik melalui kulit dapat menyebabkan kulit membengkak dan

    kemerahan. Senyawa arsenik yang mengenai kulit akan diekskresikan melalui deskuamasi

    kulit dan melalui keringat. As dikulit akan mengakibatkan terjadinya Mees line(perubahan

    pita putih melintang pada kuku jari) yang akan muncul setelah kurang lebih 6 minggu

    terpapar As (Widowati, 2008).

    (4) Berilium (Be)

    Berilium (Be) adalah logam berwarna abu-abu, berbentuk padat pada suhu kamar, kuat,

    ringan dan mudah pecah. Be. Banyak digunakan dari berbagai jenis industri karena memiliki

    sifat titik lebur tinggi, sangat kuat, dan bisa menjadi konduktor listrik yang baik. Berbagai

    jenis industri menggunakan Be, diantaranya sebagai pelapis panas (thermal cating), brake

    system, tabung x-ray, dental plate, stamping and cutting (alat stempel dan pemotong), dan

    handling/assembly,industri peralatan olahraga, industri keramik (Widowati,2008).

    Pencemaran Be berasal dari industri logam non ferrous, industri logam aluminium,

    pemrosesan Be, penyulingan petroleum, dan akhirnya mencemari tanah, air dan udara.

    Absorpsi Be lewat kulit dipengaruhi oleh bentuk dan senyawa Be (Widowati, 2008).

    Paparan Be larut air melalui kulit akan mengakibatkan reaksi alergi pada kulit atau lesi

    papulovesikuler pada kulit. Membran kelopak mata bisa mengalami peradangan bila kulit

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    7/33

    wajah mengalami dermatitis karena paparan Be. Jika mata terpercik larutan Be, mata bisa

    terbakar atau menunjukkan tanda kemerahan di sekitar mata. Be dapat menyebabkan iritasi,

    edema, dan peradangan pada jaringan tempat kontak Be (Widowati, 2008).

    (5) Kesadahan

    Kandungan ion Mg dan Ca dalam air akan menyebabkan air bersifat sadah.

    Kesadahan air yang tinggi dapat merugikan karena dapat merusak peralatan yang terbuat

    dari besi melalui proses pengkaratan (korosi), juga dapat menimbulkan endapan atau kerak

    pada peralatan. Kesadahan yang tinggi di sebabkan sebagian besar oleh Calcium,

    Magnesium, Strontium, dan Ferrum. Masalah yang timbul adalah sulitnya sabun membusa,

    sehingga masyarakat tidak suka memanfaatkan penyediaan air bersih tersebut.

    (6) Klorida

    Klorida adalah senyawa hologen Klor (Cl). Toksisitasnya tergantung pada gugus

    senyawanya. Misalnya NaCL sangat tidak beracun, tetapi karboksil klorida sangat beracun.

    Di Indonesia, Klor digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air minum. Dalam

    jumlah banyak, klorida akan menimbulkan rasa asin, korosif pada pipa sistem penyediaan air

    panas. Clorida sebagai desinfektan, sisa klor didalam penyediaan air sengaja dipertahankan

    dengan konsentrasi sekitar 0,1 mg/l untuk mencegah terjadinya rekontaminasi oleh

    mikroorganisme patogen, tetapi klor ini dapat terikat senyawa organik berbentuk hologen-

    hidrokarbon (Cl-HC) banyak diantaranya dikenal sebagai senyawa karsinogenik. Oleh karena

    itu, di berbagai negara maju sekarang ini, klorinisasi sebagai proses desinfektan tidak lagi

    digunakan. Cl dapat mengakibatkan reaksi terhadap mata menjadi merah bila terjadi kontak

    dengan air yang mengadung Cl.

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    8/33

    (7) Mangan (Mn)

    Mangan (Mn) adalah metal abu-abu-kemerahan. Keracunan seringkali bersifat kronis

    sebagai akibat inhalasi debu dan uap logam. Didalam penyediaan air, seperti halnya Fe (besi),

    Mn (mangan) juga menimbulkan masalah warna, hanya warnanya ungu/hitam.

    Paparan Mn dalam kulit bisa mengakibatkan tremor, kegagalan koordinasi, dan dapat

    mengakibatkan munculnya tumor.

    (8) Selenium (Se)

    Selenium adalah logam berat yang berbau bawang putih. Selenium juga didapat antara

    lain pada industri gelas, kimia, plastik, dan semikonduktor. Selenium dalam air dengan

    konsentrasi yang agak tinggi biasanya terdapat di daerah seleniferous. Absorpsi Se organik

    melebihi 50% karena lebih mudah di absorpsi oleh alat pecernaan, sedangkan absorpsi lewat

    kulit sangat rendah dan terbatas. Parparan lewat kulit bisa menyebabkan kulit terbakar,

    bercak merah, serta pembengkakan. (Widowati, 2008)

    (9) Nikel (Ni)

    Nikel adalah logam berwarna putih perak. Ni merupakan logam yang resisten

    terhadap korosi dan oksidasi pada temperatur tnggi sehingga bisa dipergunakan untuk

    memproduksi stainless steel. Berbagai macam industri menggunakan bahan baku Ni atau

    garam nikel antara lain industri kimia, industri elektronik, serta industri logam.

    Paparan Ni lewat kulit secara kronis bisa menimbulkan gejala antara lain dermatitis

    nikel berupa eksema (kulit kemerahan, gatal) pada jari-jari tanga, pergelangan tangan, lengan

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    9/33

    dan alergi kulit. Sebesar 4-9% orang yang terpapar Ni akan menunjukkan dermatitis alergi

    (Widowati, 2008).

    (10) Cobalt (Co)

    Cobalt adalah logam yang berwarna abu-abu perak dan terdapat dialam melalui

    sumber alam dan aktivitas manusia. Logam ini juga dipergunakan pada industri plastik serta

    iradiasi pada industri pangan untuk membunuh mikroorganisme dan mengawetkan pangan

    sebagai desinfektan berbagai macam buah dan biji-bijian, untuk menunda pemasakan buah,

    mempertahankan kesegaran produk pertanian, serta menunda pertunasan pada kentang dan

    bawang.

    Paparan Co bisa tejadi melalui inhalasi, kontak kulit, mata ataupun per oral. Paparan

    lewat kulit berupa kulit kering, bengkak dan dermatitis. Paparan lewat mata bisa menyebaban

    mata kemerahan. Kontak dengan Co bisa menimbulkan alergi pada penderita gagal rotesis

    sehingga mengakibatkan dislokasi, lepas dan tulang fraktur. Hal tersebut terjadi karena iritasi

    dan dermatitis yang meluas(Widowati, 2008).

    (11) Kromium (Cr)

    Dalam bidang industri kimia Cr digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pigmen

    cat/warna karena Cr mengandung komponen merah, kuning, orange dan hijau. Kontak

    dengan kulit melalui debu, kotoran, dan air yang mengandung Cr. Kulit yang alergi terhadap

    Cr akan cepat bereaksi dengan adanya paparan Cr meskipun dalam dosis rendah. Cr bisa

    menyebabkan kulit gatal dan luka yang tidak lekas sembuh. Senyawa Cr bisa menyebabkan

    iritasi mata, luka pada mata, iritasi kulit dan membran mukosa (Widowati, 2008).

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    10/33

    3. Hubungan Kualitas Biologis Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat

    Berdasarkan aspek parameter biologis, diketahui parameter yang mempunyai dampak

    langsung terhadap kesehatan adalah adanya kandungan bakteri dan mikroba. Kelompok

    protozoa dalam air seperti cacing dan tungau merupakan jenis kuman parasitik yang

    berdampak terhadap kesehatan seperti kecacingan, skabies, sedangkan air yang

    terkontaminasi dengan bakteri dan virus juga dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi

    penggunanya. Bakteri penyebab bawaan air terbanyak adalah salmonella thypi/parathypi,

    Shigella, dan vebrio cholera, sedangkan penyakit bersumber virus seperti Rotavirus, virus

    Hepatitis A, poliomyelitis, dan virus trachoma. Eschericia coli adalah salah satu bakteri

    patogen yang tergolong Coliform dan hidup secara normal di dalam kotoran manusia maupun

    hewan sehingga Eschericia coli digunakan sebagai bakteri indikator pencemaran air yang

    berasal dari kotoran hewan berdarah panas (Fardiaz,1992).

    Menurut Achmadi (2008) perilaku pemajanan (behavioural exposure) adalah

    hubungan interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduknya berikut perilakunya.

    Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang

    mengandung potensi bahaya penyakit (agent penyakit). Berdasarkan pendapat Achmadi

    tersebut, penggunaan air sungai yang tercemar bahan kimia berpotensi menyebabkan keluhan

    kesehatan. Semakin sering frekuensi kontak serta semakin lama durasi (waktu) setiap kali

    kontak dengan potensi bahaya penyakit (air sungai yang tercemar) menyebabkan peluang

    terjadinya gangguan kesehatan semakin besar.

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    11/33

    2.2.1 Lama Tinggal di Daerah Aliran Sungai

    Kelompok risiko tinggi (high risk group) terkena suatu penyakit adalah sub

    kelompok dari suatu kelompok yang mempunyai risiko lebih besar serta dampaknya lebih

    besar atau lebih berat apabila terpajan (exposed) zat penyebab penyakit yang lebih besar

    (Achmadi, 2010).

    Penelitian Karim (2010) tentang Pengaruh Penataan Bantaran Sungai Bau-Bau

    terhadap Pola Hunian Masyarakat di Kelurahan Tomba dan Bataraguru Kota Bau-Bau,

    menemukan bahwa di sepanjang Daerah Aliran Sungai Bau-Bau telah lama tumbuh

    permukiman masyarakat, dimana 55,4% penduduk telah bermukim lebih dari 10 tahun.

    Adanya peristiwa bencana banjir besar pada tahun 1980-an yang disebabkan oleh meluapnya

    air Sungai Bau-Bau sehingga menggenangi kawasan sekitarnya, membuat pemerintah

    Kabupaten Buton pada waktu itu melakukan upaya pencegahan dengan cara meninggikan

    bantaran sungai agar kejadian banjir besar tidak terulang lagi. Upaya tersebut membuat

    pembangunan perumahan pada kawasan tersebut tumbuh kembali. Pertumbuhan perumahan

    pada kawasan bantaran sungai berkembang dengan pesat.

    Perkembangan perumahan di kawasan bantaran Sungai Bau-Bau tidak dibarengi

    dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai. Akibatnya pola hunian masyarakat

    pada kawasan bantaran Sungai Bau-Bau tumbuh secara tidak teratur. Pola arah hadap

    bangunan terhadap sungai belum jelas. Sebagian ada yang menghadap sungai namun

    sebagian lagi ada yang membelakangi sungai. Jarak antar rumah sangat dekat, bahkan atap

    rumahnya ada yang saling berhimpit. Banyaknya masyarakat yang menjadikan sungai

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    12/33

    sebagai tempat pembuangan sampah membuat lingkungan bantaran sungai menjadi tidak

    nyaman (Karim, 2010).

    Penelitian Haldun (2008) tentang Implikasi Normalisasi Sei Badera terhadap

    Pemukiman Masyarakat di Kecamatan Medan Marelan, menemukan bahwa disepanjang

    aliran Sungai Sei Badera, telah sejak lama hidup dan bertempat tinggal masyarakat yang

    mempunyai beragam jenis mata pencaharian. Dalam kegiatan kehidupan sehari-harinya

    masyarakat yang ada disekitar atau disepanjang aliran Sei Bedera tentunya sangat tergantung

    terhadap sungai Sei Badera. Karena air Sei Badera sudah tercemar oleh berbagai jenis

    limbah menyebabkan masyarakat sangat merasakan dampak dari itu, yaitu timbulnya masalah

    kesehatan yang dialami oleh warga seperti muntaber, gatal-gatal pada kulit.

    Penelitian Suryanto (2007) tentang Daya Dukung Lingkungan Daerah Aliran Sungai

    untuk Pengembangan Kawasan Permukiman (studi kasus DAS Beringin Kota Semarang),

    menemukan bahwa akibat sejak dahulu telah ditemukan pemukiman menyebabkan tingkat

    kepadatan penduduk di sebagian wilayah DAS Beringin telah melampaui ambang batas yang

    ditetapkan, maka Pemerintah Kota Semarang agar lebih meningkatkan pengendalian

    pemanfaatan ruang di DAS Beringin sehingga pemanfaatan DAS Beringin dapat optimal

    sesuai dengan tingkat daya dukung lingkungannya. Sekitar 43,38 % DAS Beringin tidak

    direkomendasikan untuk pengembangan kawasan permukiman.

    2.2.2 Frekuensi Kontak dengan Air Sungai

    Menurut Achmadi (2009), sistem komunitas dengan kejadian penyakit terdapat aspek

    yang disebut faktor risiko kependudukan terhadap penyakit yaitu ada atribut manusia yang

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    13/33

    menentukan risiko penyakit. Atribut tersebut merupakan hal-hal yang menyertai kehidupan

    seseorang atau kelompok.

    Budaya atau kebiasaan masyarakat mempengaruhi dosis pemajanan terhadap potensi

    bahaya penyakit (Achmadi, 2009), misalnya perilaku penggunaan air sungai untuk kebutuhan

    sehari-hari untuk mandi dan cuci. Semakin sering masyarakat menggunakan air sungai maka

    semakin tinggi pula dosis pemajanan zat-zat kimia yang mencemari air sungai terhadap kulit.

    Proses hubungan interaktif antara komunitas dengan kuman penyebab penyakit

    (mikroorganisme, misalnya virus atau bakteri) menggambarkan bahwa sistem kekebalan

    tubuh manusia diantaranya adalah kekebalan tubuh tidak spesifik, yakni ditujukan untuk

    menangkal masuknya segala macam zat dari luar yang asing bagi tubuh dan dapat

    menimbulkan penyakit, seperti zat-zat berbahaya bagi tubuh. Sistem kekebalan yang tidak

    spesifik berupa pertahanan fisik, kimiawi, mekanik dan fagositosis. Pertahanan fisik berupa

    kulit dan selaput lendir sedangkan kimiawi berupa enzim dan keasaman lambung. Pertahan

    mekanik adalah gerakan usus, rambut getar dan selaput lendir. Pertahanan fagositosis adalah

    penelanan kuman atau zat asing oleh sel darah putih dan zat komplemen yang berfungsi pada

    berbagai proses pemusnahan kuman atau zat asing. Kerusakan pada sistem pertahanan ini

    akan memudahkan masuknya kuman atau zat asing ke dalam tubuh. Misalnya, kulit luka,

    gangguan keasaman lambung, gangguan gerakan usus atau proses penelanan kuman atau zat

    asing oleh sel darah putih (sel leukosit). Salah satu contoh kekebalan alami adalah

    mekanisme memusnahkan bakteri atau mikroorganisme lain yang mungkin terbawa masuk

    saat kita makan atau minum, contohnya pada kasus penyakit Diare, yakni makanan dan

    minuman yang mengandung bakteri coli. HCl yang ada pada lambung akan mengganggu

    kerja enzim - enzim penting dalam mikroorganisme. Lisozim merupakan enzim yang

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    14/33

    sanggup mencerna dinding sel bakteri sehingga bakteri akan kehilangan kemampuannya

    menimbulkan penyakit dalam tubuh kita. Hilangnya dinding sel ini menyebabkan sel bakteri

    akan mati. Selain itu juga terdapat senyawa kimia yang dinamakan interferon yang dihasilkan

    oleh sel sebagai respon adanya serangan virus yang masuk tubuh. Interferon bekerja

    menghancurkan virus dengan menghambat perbanyakan virus dalam sel tubuh.

    2.2.3 Lama Waktu Kontak dengan Air Sungai

    Paradigma kesehatan lingkungan menggambarkan model yang mempelajari

    hubungan antara komponen lingkungan yang berperan dalam timbulnya gangguan kesehatan

    (penyakit) terhadap masyarakat dalam suatu wilayah. Tujuan dari paradigma tersebut adalah

    melakukan pencegahan atau meminimalisasi risiko terjadinya penyakit (misalnya dalam

    manajemen penyakit berbasis lingkungan). Dalam paradigma ini disebutkan bahwa

    komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya kesehatan akan terkait dengan

    komunitas manusia (khususnya perilaku dalam lingkungan). Atribut komunitas masyarakat

    yang berperilaku tidak baik terhadap lingkungan akan meningkatkan risiko terjadinya

    penyakit (Achmadi, 2010).

    Pencemaran dalam perspektif ekosistem menurut Achmadi (2010), merupakan

    gambaran tentang hubungan atau saling ketergantungan antara benda hidup maupun benda

    tidak hidup. Salah satu benda hidup yang dapat menjadi bahan pencemar ekosistem adalah

    zat kimia yang bersifat toksik maupun tidak toksik. Kesemuanya adalah bagian dari sebuah

    tatanan kehidupan pada sebuah wilayah dalam suatu ekosistem dimana manusia bertempat

    tinggal (Achmadi, 2010).

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    15/33

    Perubahan tatatan ekosistem akan memberi dampak terhadap perubahan kehidupan

    (gangguan kesehatan) pada manusia. Seperti pada badan air atau aliran sungai, dosis zat

    pencemar menunjukkan tingkat toksisitas artinya peningkatan jumlah zat kimia pencemar

    akan meningkatkan risiko penyakit akibat penggunaan air sungai.

    Budaya atau kebiasaan yang dimanifestasikan dalam perilaku komunitas tertentu,

    sangat berperan dalam kejadian suatu penyakit, misalnya masyarakat yang tinggal di daerah

    alisan sungai memiliki kebiasaan menggunakan air sungai untuk mandi dan cuci. Pada saat

    air sungai sudah tercemar zat kimia seperti Arsen. Karena sifat arsenik kering adalah

    mengkristal sangat berbahaya dan yang rawan adalah saat arsenik dalam bentuk solution

    berbahaya untuk kulit dan mata. Hal itu akan menyebabkan penyakit hyperkeratosis simetris

    pada tangan, telapak kaki, melanosis, depigmentasi, bowen disease, karsinoma, pada sel

    basal, karsinoma pada sel mukosa atau dapat juga terjadi penyakit kanker paru - paru

    (Achmadi, 2010).

    2.3 Sungai

    Sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar

    antar 0,11,0 m/detik, serta sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan pola drainase. Pada

    perairan sungai, biasanya terjadi pencampuran massa air secara menyeluruh dan tidak

    terbentuk stratifikasi kolom air seperti pada perairan lentik. Kecepatan arus, erosi, dan

    sedimentasi merupakan fenomena yang biasa terjadi di sungai sehingga kehidupan flora dan

    fauna sangat dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut. Klasifikasi perairan sungai sangat

    dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan perbedaan suhu air, sedangkan klasifikasi perairan

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    16/33

    lotik justru dipengaruhi oleh kecepatan arus atau pergerakan air, jenis sedimen dasar, erosi

    dan sedimentasi (Haslam, 1995).

    2.3.1 Klasifikasi Sungai

    Berikut beberapa klasifikasi/defenisi yang membedakan sungai besar, menengah,

    kecil (Maryono, 2005) :

    a. Klasifikasi menurut Leopold et al(1964)

    Leopold et al mengklasifikasikan sungai kecil dan sungai sedang dan sungai besar

    berdasarkan lebar sungai, tinggi sungai, kecepatan aliran sungai dan debit sungai. Jika

    lebar sungai cukup besar tetapi debit air kecil maka sungai tersebut termasuk sungai kecil.

    Sedangkan sebaliknya jika lebar sungai tidak terlalu besar namun debit air besar maka bisa

    disebut sebagai sungai besar karena kedalaman maupun kecepatan aliran sungai tersebut

    besar.

    b. Klasifikasi menurut Kern (1994)

    Klasifikasi sungai Nama Lebar sungai

    Sungai kecilKali kecil dari suatu mata air

    Kali kecil

    < 1 m

    1-10 m

    Sungai Menengah

    Sungai kecil

    Sungai menengah

    Sungai

    10-20 m

    20-40 m

    40-80 m

    Sungai BesarSungai besar

    Bengawan

    80-220 m

    >220 m

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    17/33

    c. Klasifikasi menurut Heinrich & Hergt (1999)

    Nama Luas DAS Lebar Sungai

    Kali kecil dari suatu mata air

    Kali Kecil

    Sungai kecil

    Sungai besar

    0-2 km2

    2-50 km2

    50-300 km2

    >300km2

    0-1 m

    1-3 m

    3-10 m

    >10 m

    Menurut Suripin (2002), komponen sungai dalam realitasnya berpengaruh terhadap

    segala sistem, mekanisme, dan proses yang berjalan di sungai yang bersangkutan.

    Komponenkomponen tersebut dalam perkembangan sungai saling berpengaruh dan saling

    terikat satu dengan yang lain membentuk sungai yang bersangkutan. Komponenkomponen

    yang berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap sungai adalah diantaranya

    komponen hidrolik, komponen sedimen dan morfologi, komponen ekologi dan komponen

    sosial sungai.

    Komponen hidrolik sungai meliputi berbagai hal yang berhubungan dengan aliran air

    dan sedimen. Komponen hidrolik sungai yang dominan misalnya debit aliran, kecepatan

    aliran, tinggi muka air, tekanan air, turbulensi aliran makro memanjang sungai maupun

    melintang sungai, distribusi kecepatan mikro pada lokasilokasi tertentu, gelombang sungai,

    dan lainlain. Komponen hidrolik ini tidak hanya aliran air yang mengalir pada badan atau

    palung sungai dan bantaran banjir, namun juga aliran yang mengalir di lapisan bawah dasar

    sungai.

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    18/33

    Komponen sedimen yang dimaksud adalah sedimen dasar (bed load) dan sedimen

    tersuspensi (suspended load), namun dalam ekohidrolik yang dimaksud dengan sedimen

    tidak hanya sedimen anorganik, namun juga sedimen organik, karena sebenarnya semua yang

    terlarut dan mengalir dalam aliran air sungai terkait langsung dengan penyediaan substrat

    makanan untuk ekologi sungai. Sedimen anorganik misalnya lumpur, pasir, kerikil, dan batu.

    Sedimen organik adalah serasah daun yang sedang dan telah membusuk, kayukayuan yang

    ikut terbawa hanyut, humus yang terlarut, serta mikroorganisme, benthos, dan plankton yang

    terbawa aliran air.

    2.4 Daerah Aliran Sungai (DAS)

    Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan

    wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima,

    mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak

    sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau. DAS merupakan ekosistem, dimana

    unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di

    dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflowdari material dan energi (Suripin, 2002).

    Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, wilayah

    sungai merupakan gabungan dari beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS). Areal DAS meliputi

    seluruh alur sungai ditambah areal dimana setiap hujan yang akan jatuh di areal tersebut

    mengalir ke sungai yang bersangkutan. Suatu DAS terdiri atas dua bagian utama, yaitu

    daerah tadahan (catchment area) yang membentuk daerah hulu atau daerah kepala sungai,

    dan daerah penyaluran air yang berada di bawah daerah tadahan. Daerah penyaluran air dapat

    dibagi menjadi dua daerah, yaitu daerah tengah dan daerah hilir. Daerah tadahan merupakan

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    19/33

    daerah sumber air bagi DAS yang bersangkutan, sedang daerah penyaluran air berfungsi

    untuk menyalurkan air turah (excess water) dari sumber air ke daerah penampungan air, yang

    berada di sebelah bawah DAS. Daerah penampungan air dapat berupa danau atau laut.

    2.5 Pemukiman Penduduk pada Daerah Aliran Sungai

    Permukiman berdasarkan UU Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan

    Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa

    kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau

    lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

    Sedangkan perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat

    tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

    Dengan demikian perumahan merupakan wadah fisik, sedangkan permukiman merupakan

    paduan antara wadah dengan isinya yaitu manusia yang hidup bermasyarakat dengan unsur

    budaya dan lingkungannya.

    Menurut Hadi (2001) permukiman berwawasan lingkungan merupakan permukiman

    yang mampu mengakomodasikan dan mampu mendorong proses perkembangan kehidupan di

    dalamnya secara wajar dan seimbang dengan mamadukan kepentingan ekonomi, ekologi, dan

    sosial.

    Menurut kajian Southeast Asia Urban Environmental Management Applications

    Project Urban Environmental Management Field of Study (SEA-UEMA) tahun 2010,

    tingginya laju urbanisasi di perkotaan di negara-negara berkembang belum dapat sepenuhnya

    diantisipasi. Akibatnya, hal ini memicu meningkatnya kebutuhan akan lahan di perkotaan,

    pelayanan dasar serta fasilitas infrastruktur yang memadai. Hal tersebut sejalan dengan kian

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    20/33

    meningkatnya laju urbanisasi yang berpotensi menyebabkan terabaikannya lingkungan di

    perkotaan terutama di daerah pinggiran dimana masyarakat miskin umumnya bermukim.

    Kawasan bantaran sungai adalah contoh tipe lahan dengan karakteristik tersebut di

    atas, dimana mayoritas penduduknya miskin hidup dan bermukim di sana. Fasilitas fisik

    utama dan pelayanan dasar di kawasan tersebut sangatlah tidak memadai. Pelayanan

    pemerintah terhadap penanganan sampah, penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan

    belum dapat dikatakan baik karena sejumlah alasan. Pertama, hunian tersebut umumnya

    ilegal, sehingga penyediaan fasilitas pelayanan umum tidak memungkinkan. Kedua, penghuni

    biasanya berstatus miskin, sehingga mereka tidak memiliki kemampuan untuk membayar

    biaya pelayanan, dan dari sudut pandang penyedia layanan, hal ini tidak memberikan

    keuntungan. Ketiga, adanya peringatan secara terus menerus dari pemerintah mengenai

    ketidakpastian status hukum dari pemukim, mengakibatkan enggannya penyedia layanan

    untuk mengembangkan kualitas pelayanan di kawasan tersebut (SEA-UEMA, 2010).

    Meskipun ditinjau dari lokasinya yang masih berada di perkotaan atau tepatnya di

    pinggiran perkotaan, fasilitas pelayanan dasar dan infrastruktur masih kurang memadai. Pada

    akhirnya, masyarakat menjadi terbiasa dengan pola hidup yang kurang higienis. Pembuangan

    sampah ke sungai bahkan buang hajat di sungai sudah menjadi hal yang lumrah bagi

    masyarakat sekitar. Padahal, masyarakat sekitar juga menggunakan air sungai untuk

    keperluan sehari-hari. Perilaku seperti ini mengakibatkan terjangkitnya masyarakat oleh

    berbagai macam penyakit yang menular melalui media air (SEA-UEMA, 2010).

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    21/33

    2.6 Sistem Pengolahan Air Bersih

    Kesulitan dalam penyediaan infrastruktur penyediaan air bersih sudah mulai

    berlangsung sejak lama. Persoalan-persoalan yang ada antara lain meliputi: keterbatasan dana

    dari pemerintah, peningkatan jumlah penduduk yang terus berlangsung terutama di kota-kota

    besar, euforia otonomi daerah yang cenderung kebablasan dari kabupaten/kota menjadi

    beberapa penyebab perkembangan infrastruktur kalah cepat dibandingkan dengan dinamika

    pertumbuhan penduduk yang ada. Pelayanan air bersih belum menyentuh seluruh lapisan

    masyarakat yang membutuhkan air bersih baik di kota maupun di desa (Kodoatie, 2003).

    Sifat dan jenis pengolahan tergantung kualitas air baku yang akan diolah dan air yang

    akan diinginkan. Proses yang umumnya digunakan adalah seperti berikut:

    1. Mata air, karena kualitas airnya cukup baik, biasanya tidak diperlukan perlakuan khusus

    dalam pengolahannya, hanya diberikan desinfektan (Chlor).

    2. Sumur dangkal, perlakuan dalam pengolahannya kurang lebih sama dengan mata air.

    3. Sumur dalam, pada umumnya kualitas air baku baik, maka hanya dibubuhkan desinfektan

    saja, namun banyak juga sumur dengan kandungan Fe dan Mn tinggi, sehingga diperlukan

    perlakuan khusus dalam pengolahannya dengan memerlukan unit pengolahan Fe dan Mn

    removal dan aerator dan lain-lain.

    4. Air permukaan, merupakan sumber air baku yang paling tidak baik karena kondisinya yang

    kurang bersih (kotor) dan merupakan alternatif terakhir dalam penggunaannya sebagai air

    baku, jika mau dipergunakan sebagai air baku maka perlu adanya perlakuan khusus dalam

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    22/33

    pengolahannya yang memerlukan biaya yang tidak sedikit dalam pembangunan instalasi

    pengolahannya maupun dalam operasional dan pemeliharaannya.

    2.7 Sistem Penyediaan Air Bersih Individual dan Komunitas

    Air bersih merupakan salah satu kebutuhan paling esensial bagi kehidupan manusia,

    sehingga untuk memenuhinya perlu dalam kuantitas dan kualitas yang memadai. Selain untuk

    dikonsumsi air bersih juga dapat dijadikan sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan

    kesejahteraan hidup melalui upaya peningkatan derajat kesehatan (Sutrisno, 1991).

    Tujuan utama sistem penyediaan air adalah untuk menyediakan air yang cukup

    berlebihan, yakni untuk menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan

    tekanan yang cukup. Tetapi pada masa kini ada pembatasan dalam jumlah air yang dapat

    diperoleh karena pertimbangan penghematan dan adanya keterbatasan sumber air

    (Noerbambang, 1993).

    Dilihat dari sudut bentuk dan tekniknya, sistem penyediaan air bersih dapat dibedakan

    atas 2 macam sistem yaitu (Chatib dalam Itishom, 2010):

    1. Sistem penyediaan air bersih individual

    Sistem penyediaan air bersih individual merupakan sistem penyediaan air bersih untuk

    penggunaan individual dan untuk pelayanan terbatas. Sumber air yang digunakan dalam

    sistem ini umumnya berasal dari air tanah. Hal ini disebabkan karena air tanah memiliki

    kualitas air yang relatif lebih baik daripada sumber air baku yang lain. Sistem penyediaan ini

    biasanya tidak mempunyai komponen transmisi dan distribusi, kecuali sistem penyediaan air

    bersih yang dibangun oleh pengembang untuk melayani suatu lingkungan perumahan yang

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    23/33

    dibangun oleh pengembang. Berdasarkan uraian tersebut yang termasuk kedalam sistem ini

    adalah sumur gali, sumur pompa tangan dan sumur bor (untuk pelayanan suatu lingkungan

    perumahan tertentu).

    2. Sistem penyediaan air bersih komunitas/perkotaan

    Sistem penyediaan air bersih komunitas/perkotaan merupakan sistem penyediaan air

    bersih untuk masyarakat umum atau skala kota, dan untuk pelayanan yang menyeluruh,

    termasuk untuk keperluan rumah tangga (domestik), sosial maupun untuk industri. Pada

    umumnya sistem yang dikembang secara komunal merupakan suatu sistem yang lengkap dari

    segi sarana dan prasarananya, baik ditinjau dari aspek tekniknya maupun dari aspek

    pelayanan yang diberikan. Adapun sumber air baku yang dipergunakan umumnya adalah air

    sungai, air danau yang memiliki kuantitas yang cukup memadai. Sistem ini juga dapat

    mempergunakan beberapa macam sumber sekaligus dalam operasionalnya sesuai

    kebutuhannya.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air bersih perkotaan adalah sebagai

    berikut (Linsley et.al dalam Raharjo, 2002):

    1. Iklim, kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, mencuci, memasak.

    Menyiram tanaman semakin tinggi pada saat musim kemarau tiba.

    2. Ciri-ciri penduduk, taraf hidup dan kondisi sosial ekonomi penduduk mempunyai korelasi

    posistif dengan konsumsi jumlah kebutuhan air bersih. Artinya pada penduduk dengan

    kondisi sosial ekonomi yang lebih baik dan taraf hidup yang tinggi akan membutuhkan air

    bersih lebih banyak daripada penduduk dengan kondisi sosial ekonomi yang kurang

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    24/33

    mencukupi dan taraf hidupnya yang lebih rendah. Meningkatnya kualitas hidup kehidupan

    penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas hidup yang diikuti pula dengan

    meningkatnya kebutuhan akan air bersih.

    3. Harga air dan meteran, bila harga air mahal orang akan lebih menahan diri untuk

    mempergunakan air bersih. Selain itu langganan yang di jatah air dengan sistem meteran

    cenderung jarang mempergunakan air bersih.

    4. Ukuran kota, ukuran kota diindikasikan dengan jumlah sarana dan prasarana yang dimiliki

    suatu kota seperti industri, perdagangan, taman dan sebagainya, maka kebutuhan akan air

    bersih juga meningkat.

    Menurut Suripin (2004), penyediaan air bersih pada dasarnya memerlukan air yang

    langsung dapat diminum (portable water). Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air

    terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai dari air

    untuk memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan cuci, air irigasi pertanian,

    peternakan, perikanan, rekreasi, transportasi.

    Kualitas air mencakup tiga karakteristik yaitu fisik, kimia, dan biologi. Karakteristik

    fisik yang terpenting tidak terpengaruhnya air oleh bahan padat secara keseluruhan baik yang

    terapung maupun yang terlarut, kekeruhan, warna, bau, dan rasa, serta temperatur atau suhu

    air. Sedangkan karakteristik kimiawi air berupa kandungan bahan-bahan kimia yang ada di

    dalam air yang berpengaruh terhadap kesesuaian air meliputi pH, alkalinitas, kation dan anion

    terlarut, serta kesadahan. Pada karakteristik biologi air, jenis-jenis organisme hidup yang

    mungkin terdapat dalam air bersih meliputi makroskopik, mikroskopik, dan bakteri.

    Sedangkan bakteri merupakan organisme hidup yang sangat kecil ukurannya dimana

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    25/33

    spesiesnya tidak dapat diidentifikasi sekalipun dengan alat bantu mikroskop. Bakteri yang

    dapat menimbulkan penyakit disebut bakteri pathogen, sedangkan yang tidak membahayakan

    bagi kesehatan disebut nonpathogen. Didalam air juga terdapat virus yaitu organisme

    penyebab infeksi yang lebih kecil dari bakteri umum (Suripin, 2004).

    Besarnya tingkat konsumsi dan kebutuhan air bersih bagi setiap orang sangat

    dipengaruhi tingkat aktivitas, pola hidup dan kondisi sosial ekonomi. Kebutuhan akan air

    bersih tidak saja menyangkut kuantitas akan tetapi juga menyangkut kualitas sesuai dengan

    peruntukannya, dimana setiap peruntukan akan memiliki baku mutu tersendiri, dan baku

    mutu air minum tentunya akan lebih ketat jika dibandingkan dengan baku mutu air untuk

    kebutuhan lain seperti cuci mobil ataupun air untuk keperluan industri (Soemarwoto, 2001).

    Peranan air bersih dalam kehidupan masyarakat begitu penting, karena selain menjadi

    bahan konsumsi yang dibutuhkan untuk minum dan memasak, air juga dapat menjadi media

    dalam menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, karena air mempunyai kemampuan yang

    tinggi dalam melarutkan bahan-bahan padat berbahaya, mengabsorbsi gas-gas, dan bahan cair

    lainnya, sehingga kandungan bahan atau zat-zat tersebut dalam air pada konsentrasi tertentu

    dapat menimbulkan efek gangguan kesehatan bagi pemakainya (Sutrisno, 1991).

    Distribusi air merupakan jaringan penyaluran air dari sumber hingga dapat

    dimanfaatkan masyarakat. Fungsi jaringan distribusi ini adalah untuk mendekatkan air

    kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat lebih mudah memanfaatkan air. Semakin jauh

    jarak yang ditempuh untuk mendapatkan air berarti merupakan pemborosan waktu dan

    energi, dan terdapat kecenderungan semakin sulit untuk mendapatkan, maka masyarakat akan

    mengurangi konsumsi air hingga di bawah kebutuhan untuk hidup layak (Carter, dkk, 1999).

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    26/33

    Pengelolaan penyediaan air bersih yang dilakukan oleh masyarakat pada dasarnya

    merupakan pembentukan rasa memiliki masyarakat pada air bersih, mulai dari eksplorasi

    sumber air, eksploitasi, dan pengelolaan air, yang memiliki prinsip berkelanjutan. Hal ini

    membentuk tanggung jawab komunitas yang mengikat secara emosional setiap elemen dalam

    masyarakat (Piyasena, 2000).

    Parameter air yang ada di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

    Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran

    air disebutkan bahwa klasifikasi mutu air kelas 1 (satu), yaitu air yang peruntukannya

    dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang

    mempersyaratkan mutu air seperti pada tabel berikut :

    Tabel 2.1. Kriteria Mutu Air Kelas 1

    No Parameter SatuanKadar Maksimum yang

    DiperbolehkanKeterangan

    A.

    Fisika1 SuhuoC Deviasi 3 Tidak berbau

    2 Residu Terlarut mg/L 1000 -

    3 Residu Tersuspensi mg/L 50 -

    B. Kimia

    1 Arsen mg/L 0,05 -

    2 Klorida mg/L 600

    3 Mangan mg/L 0,1 -

    4 Kromium valensi 6 mg/L 0,05 -

    5 Selenium mg/L 0,01 -Sumber : PP Nomor 82 Tahun 2001

    2.8 Pencemaran Air

    Pencemaran yaitu masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan

    atau komponen lain kedalam air oleh kegiatn manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    27/33

    tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak lagi sesuai lagi dengan peruntukannya. Adanya

    benda-benda asing mengakibatkan air tidak dapat digunakan secara normal disebut dengan

    polusi/pencemaran. Kebutuhan makhluk hidup akan air sangat bervariasi, maka batasan-

    batasan pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda (Sunu, 2001).

    2.8.1 Indikator Pencemaran Air

    Pencemaran air sungai cenderung meningkat, khususnya sungai-sungai yang melintasi

    perkotaan dan pemukiman yang padat. Sebagian besar limbah rumahtangga, pasar, rumah

    sakit dan sebagainya yang dibuang langsung kesungai, akan menyebabkan kualitas air sungai

    akan menurun. Meningkatnya kegiatan manusia, apabila tidak diimbangi dengan kesadaran

    semua pihak, akan berpotensi memberikan kontribusi pada pencemaran air sungai (Sunu,

    2001).

    Pengujian diperlukan untuk menentukan sifat-sifat air sehingga dapat diketahui apakah

    suatu air terpolusi atau tidak, antara lain (Sunu, 2001):

    a. Nilai pH, keasaman, dan alkalinitas

    b. Suhu

    c. Warna, bau, dan rasa

    d. Jumlah padatan

    e. Nilai BOD/COD

    f.

    Pencemaran mikroorganisme patogen

    g. Kandungan minyak

    h. Kandungan logam berat

    i. Kandungan bahan radioaktif

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    28/33

    Berdasarkan cara pengamatannya, pengamatan indikator dan komponen

    pencemaran air lingkungan dapat digolongkan menjadi, (Wardhana, 1995) :

    1. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat

    kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu air,perubahan rasa dan warna air.

    2. Pegamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan air berdasarkan zat kimia yang

    terlarut, perubahan pH.

    3. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan

    mikroorganisme yang ada didalam air, terutama ada tidaknya bakteri patogen.

    Ketiga pengamatan tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.

    Masing-masing saling mengisi agar diperoleh hasil pengamatan yang lengkap dan

    cermat. air yang telah tercemar dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi

    manusia.

    Kerugian yang disebabkan oleh pencemaran air dapat berupa :

    1. Air menjadi tidak bermanfaat lagi

    Air yang tidak bermanfaat lagi akan dimanfaatkan lagi akibat pencemaran air

    merupakan kerugian yang terasa langsung oleh manusia. Kerugian langsung ini pada

    umumnya disebabkan oleh terjadinya pencemaran air oleh berbagai macam

    komponen pencemar air. Bentuk kerugian langsung ini antara lain berupa :

    a.

    Air tidak dapat digunakan lagi untuk keperluan rumah tangga

    Air yang telah tercemar dan kemudian tidak dapat digunakan lagi sebagai

    penunjang kehidupan manusia, terutama untuk keperlua rumahtangga, akan

    menimbulkan dampak sosial yang sangat luas dan akan memakan waktu lama untuk

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    29/33

    memulihkannya.padahal air yang dibutuhkan untuk keperluan rumah tangga sangat

    banyak, mulai untuk minum, memasak, mandi, dan mencuci dan lain sebagainya.

    Gambaran berapa banyak air bersih yang diperlukan orang Indonesia yang tinggal

    dikota untuk setiap orang perhari dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

    Tabel 2.2. Kebutuhan air per orang per hari

    KeperluanAir yang dipakai

    (liter)

    Minum

    Memasak, kebersihan dapurMandi, kakusCuci Pakaian

    Air Wudhu

    Air untuk kebersihan rumahAiruntuk meyiram tanam-tanaman

    Air untuk mencuci kenderaaan

    Air untuk keperluan lain-lain

    2

    14,52013

    15

    3211

    22,5

    20

    Jumlah 150Sumber : Whardana, 1995

    b. Air tidak dapat lagi digunakan untuk keperluan industri

    c. Air tidak dapat lagi digunakan untuk keperluan pertanian

    2. Air menjadi penyebab timbulnya penyakit.

    Sebagian besar penyakit dikaitkan dengan adanya hubungan interaktif antara

    kehidupan manusia dengan bahan, kekuatan, atau zat yang tidak dikehendaki yang

    datang dari luar tubuhnya atau lingkungannya. Kekuatan, zat, atau bahan yang masuk

    ke dalam tubuh tersebut bisa merupakan benda hidup atau benda mati. Sehingga

    dapat menganggu fungsi ataupun bentuk suatu organ (Achmadi, 2008).

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    30/33

    2.9 Landasan Teori

    Landasan teori yang digunakan untuk menganalisis hubungan kualitas air sungai

    Belumai sebagai air mandi dan cuci dengan keluhan kesehatan pengguna air adalah Teori

    Simpul Kejadian Penyakit (Achmadi, 2008), dapat dilihat pada gambar berikut

    (Sumber : Achmadi, 2008)

    Gambar 2.1. Teori Simpul Kejadian Penyakit

    Simpul 1 : Sumber penyakit adalah titik mengeluarkan atau mengemisikan agent

    penyakit. Agent penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan

    penyakit melalui kontak secara langsung atau melalui media perantara (yang juga komponen

    lingkungan). Umumnya melalui produk bahan beracun yang dihasilkannya ketika berada

    dalam tubuh, atau secara langsung dapat mencederai sebagian atau seluruh bagian tubuh

    manusia sehingga menimbulkan gangguan fungsi maupun morfologi (bentuk organ tubuh).

    Transmisi

    - Air

    - Udara

    - Makanan

    -

    Sumber

    Penyakit

    - Alamiah

    Penduduk

    Po ulasi

    Dampak

    Sakit

    Iklim dan Topografi

    Manajemen Penyakit

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    31/33

    Simpul 2 : Media Transmisi Penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat

    memindahkan agent penyakit pada hakikatnya hanya ada 5 komponen lingkungan sebagai

    media transmisi penyakit yaitu udara, air, tanah, binatang/serangga, dan manusia. Media

    transmisi tidak akan memiliki potensi mengeluarkan atau mengemisikan agent penyakit.

    Simpul 3 : Perilaku Pemajanan (Behavioural Exposure) adalah hubungan interaktif

    antara komponen lingkungan dengan penduduknya berikut perilakunya. Perilaku pemajanan

    adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung

    potensi bahaya penyakit (agentpenyakit).

    Simpul 4 : Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif antara

    penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan.

    Variabel suprasistem, berupa variabel iklim, topografi, temporal dan suprasistem

    lainnya yaitu keputusan politik berupa kebijakan mikro yang bisa mempengaruh semua

    simpul.

    Landasan teori dalam penelitian mengacu pada konsep teori simpul bahwa terjadinya

    penyakit berbasis penularan air pada pengguna air di Kecamatan Tanjung Morawa

    disebabkan oleh empat simpul yang mencakup:

    (1) Simpul pertama, yaitu sumber penyakit yaitu komponen lingkungan yang dapat

    menimbulkan gangguan melalui kontak langsung dengan kandungan bahan kimiawi yang

    tidak ditoleransi (dalam penelitian ini unsur/zat kimia pada air Sungai Belumai).

    (2) Simpul kedua, yaitu media transmisi penyakit, dalam hal ini adalah air (dalam penelitian

    ini air sungai Belumai yang digunakan untuk mandi dan cuci)

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    32/33

    (3) Simpul ketiga, yaitu perilaku pemajanan, yaitu kebiasaan atau tindakan nyata yang

    dilakukan oleh pengguna air yang berpotensi terhadap terjadi keluhan penyakit (dalam

    penelitian ini: kelompok resiko pemajanan, frekuensi pemajanan dan durasi pemajanan

    dengan air Sungai Belumai).

    (4) Simpul ke empat, yaitu kejadian penyakit, adalah bukti nyata atau outcome dari keadaan

    kualitas air, dan perilaku pengguna yang dapat diidentifikasi melalui diagnosis secara

    laboratorium maupun anamnase, atau pengukuran-pengukuran lainnya tergantung

    penyakit yang dialami (dalam penelitian ini adalah keluhan penyakit pengguna air Sungai

    Belumai di Kecamatan Tanjung Morawa yaitu keluhan gangguan kulit dan mata).

    Untuk menggambarkan fenomena terjadinya keluhan kesehatan pada masyarakat

    disepanjang Daerah Aliran Sungai Belumai, perlu diketahui kandungan kimia air Sungai

    Belumai tersebut penggunaan air sungai sebagai air mandi dan cuci.

  • 7/23/2019 Chapter II (1) tinpus.pdf

    33/33

    2.10. Kerangka Konsep

    Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

    Berdasarkan gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa variabel independen dalam penelitian

    ini mencakup kualitas kimia air sungai dan penggunaan air untuk mandi dan cuci . Variabel

    dependen dalam penelitian ini adalah keluhan kesehatan berupa kulit gatal, merah dan panas

    serta mata merah, gatal dan panas.

    Kualitas Air Sungai

    (Kualitas Kimia)

    a.Arsen

    b. Klorida

    Keluhan Kesehatan

    - Kulit gatal, merah dan

    panas

    - Mata merah, gatal dan

    panas

    Penggunaan Air Sungai sebagaiAir Mandi dan Cuci

    - Lama Tinggal

    -