contoh kongkrit wawancara

Upload: ita-aihara-perdana

Post on 11-Feb-2018

246 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    1/66

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Penelitian Kualitatif

    Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai suatu proses yang mencoba

    untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang

    ada dalam interaksi manusia (Catherine Marshal, 1995). Poerwandari (2007)

    mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data

    yang sifatnya deskriptif, seperti transkip wawancara, catatan lapangan,

    gambar, foto, rekaman video, dan lain sebagainya.

    Definisi di atas menunjukkan beberapa kata kunci dalam penelitian

    kualitatif, yaitu: proses, pemahaman, kompleksitas, interaksi, dan manusia.

    Proses dalam melakukan penelitian merupakan penekanan dalam penelitian

    kualitatif oleh karena itu dalam melaksanakan penelitian, peneliti lebih

    berfokus pada proses dari pada hasil akhir.

    Proses yang dilakukan dalam penelitian ini memerlukan waktu dan kondisi

    yang berubah-ubah maka definisi penelitian ini akan berdampak pada desain

    penelitian dan cara-cara dalam melaksanakannnya yang juga berubah-ubah

    atau bersifat fleksibel.

    Sasaran penelitian kualitatif utama ialah manusia karena manusialah

    sumber masalah, artefak, peninggalan-peninggalan peradaban kuno dan lain

    sebagainya. Intinya sasaran penelitian kualitatif ialah manusia dengan segala

    kebudayaan dan kegiatannya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    2/66

    Penelitian kualitatif dipandang lebih sesuai untuk mengetahui dinamika

    gambaran kecemasan ayah dalam menghadapi anak penderita thalassaemia.

    Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Poerwandari (2007) bahwa

    pendekatan yang sesuai untuk penelitian yang tertarik dalam memahami

    manusia dengan segala kekompleksitasannya sebagai makhluk subjektif

    adalah pendekatan kualitatif. Kecemasan adalah hal yang bersifat subjektif

    yang dapat dirasakan setiap individu, dengan hal tersebutlah diharapkan dapat

    memberikan gambaran yang luas mengenai gambaran kecemasan ayah dalam

    menghadapi anak penderita thalassaemia. Oleh karena itu peneliti

    menggunakan pendekatan kualitatif sebagai metode dalam meneliti kecemasan

    ayah dalam menghadapi anak penderita thalassaemia, sehingga hasil yang

    didapat dari peneliti ini dapat memeberikan gambaran yang luas tentang

    kecemasan ayah yang menghadapi anak sebagai penderita thalassaemia. Jenis

    penelitian kualitatif yang digunakan adalah penelitian deskriptif.

    B. Metode Pengambilan Data

    Metode pengambilan data dalam penelitian kualitatif sangat beragam, hal

    ini disebabkan karena sifat dari penelitian kualitatif terbuka dan luwes, tipe

    dan metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif sangat beragam,

    disesuaikan dengan masalah, tujuan penelitian, serta sifat objek yang diteliti.

    Jika diperhatikan, metode yang paling banyak digunakan dalam penelitian

    kualitatif adalah metode wawancara dan observasi. Maka dengan itu,

    penelitian yang akan dilakukan ini pun menggunakan metode yang sama

    yaitu metode wawancara. Alasan dipilihnya metode wawancara dalam

    penelitian ini adalah karena didalam penelitian ini, informasi yang diperlukan

    adalah berupa kata-kata yang diungkapkan subjek secara langsung, sehingga

    dapat dengan jelas menggambarkan perasaan subjek penelitian dan mewakili

    kebutuhan informasi dalam penelitian.

    Wawancara

    Banister, dkk (dalam Poerwandari, 2007) mengungkapkan wawancara

    adalah percakapan dan proses tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    3/66

    tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk

    memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami

    individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan

    eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat dilakukan melalui

    pendekatan lain.

    Menurut Stewan dan Cash (2000), wawancara adalah suatu proses

    komunikasi interaksional antara dua orang, setidaknya satu diantaranya

    memiliki tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, dan biasanya

    melibatkan pemberian dan menjawab pertanyaan.

    Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara

    mendalam yaitu wawancara yang tetap menggunakan pedoman wawancara,

    namun penggunaannya tidak seketat wawancara terstruktur. Penelitian ini

    menggunakan pedoman wawancara yang bersifat umum, yaitu pedoman

    wawancara yang harus mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa

    menentukan urutan pertanyaan. Pedoman wawancara digunakan untuk

    mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus

    menjadi daftar pengecek (checklist) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah

    dibahas atau dinyatakan (Purwandari, 2001). Adapun aspek yang ingin

    diungkap peneliti melalui wawancara dalam penelitian ini adalah hal-hal yang

    berhubungan dengan kecemasan ayah dalam menghadapi anak penderita

    thalassaemia yang ditinjau dari perannya sebagai ayah. Meliputi, gambaran

    kecemasan ayah, penyebab dari kecemasan ayah, faktor yang mempengaruhi

    kecemasan ayah, dan peran ayah dalam menghadapi anak penderita

    thalassemia.

    C. Responden Penelitian

    1. Karakteristik Responden Penelitian

    Pemilihan responden penelitian didasarkan pada ciri-ciri tertentu. Dalam

    penelitian ini akan diambil tiga orang responden. Adapun ciri-ciri responden

    tersebut adalah ayah dari anak yang menderita Thalassaemia yang anaknya

    didiagnosa menderita thalassaemia, baik perempuan maupun laki-laki.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    4/66

    Alasan peneliti untuk mengikutsertakan responden dengan ciri di atas

    adalah ingin melihat adanya kemungkinan bagi orangtuanya, khususnya bagi

    ayah sangat mengkhawatirkan kondisi anaknya sampai menjadi kecemasan

    terhadap kondisi anak yang didiagnosa thalassaemia, oleh sebab itu peneliti

    mengikutsertakan responden penelitian dengan karakteristik seperti diatas.

    2. Jumlah Responden Penelitian

    Menurut Patton (dalam Poerwandari, 2007), desain kualitatif memiliki

    sifat yang luwes, oleh sebab itu tidak ada aturan yang pasti dalam jumlah

    sampel yang harus diambil untuk penelitian kualitatif. Jumlah sampel sangat

    tergantung pada apa yang dianggap bermanfaat dan dapat dilakukan dengan

    waktu dan sumber daya yang tersedia.

    Jumlah responden penelitian ini adalah tiga orang ayah yang memiliki

    anak penderita thalassaemia. Alasan utama pengambilan jumlah responden

    tersebut adalah adanya keterbatasan dari peneliti sendiri baik itu waktu, biaya,

    maupun kemampuan peneliti sendiri.

    3. Prosedur Pengambilan Responden Penelitian

    Prosedur pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah pengambilan

    sampel berdasarkan teori, atau berdasarkan konstruk operasional (theory-

    based/ operational construct sampling). Sampel dipilih dengan kriteria

    tertentu, berdasarkan teori atau konstruk operasional sesuai studi-studi

    sebelumnya atau sesuai dengan tujuan penelitian. Hal ini dilakukan agar

    sample sungguh-sungguh mewakili (bersifat representative terhadap) fenomena

    yang dipelajari.

    D. Alat Pengumpulan Data

    Menurut Poerwandari (2001), dalam metode wawancara, alat yang

    terpenting adalah peneliti sendiri. Namun untuk memudahkan pengumpulan

    data, peneliti membutuhkan alat bantu.

    D. 1. Alat Bantu Pengumpulan Data

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    5/66

    1. a. Alat perekam

    Alat perekam digunakan sebagai alat bantu agar tidak ada informasi

    yang terlewatkan dan selama wawancara peneliti dapat berkonsentrasi pada

    apa yang ditanyakan tanpa harus mencatat. Alat perekam ini juga

    memudahkan peneliti mengulang kembali hasil wawancara agar dapat

    diperoleh data yang utuh, sesuai dengan apa yang disampaikan responden

    dalam wawancara. Hal ini berguna untuk meminimalkan bias yang sering

    terjadi karena keterbatasan dan subjektivitas peneliti. Alat perekam ini

    digunakan dengan seizin responden.

    b. Pedoman Wawancara

    Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai

    aspek-aspek yang harus digali, serta apa yang sudah atau balum ditanyakan.

    Adanya pedoman wawancara juga kan memudahkan peneliti membuat

    kategorisasi dalam melakukan analisis data. Dalam penelitian tentang gambaran

    kecemasan ayah dalam menghadapi anak penderita thalassaemia dan hal-hal

    yang akan digali dalam wawancara meliputi aspek-aspek seperti: gambaran

    kecemasan ayah, penyebab dari kecemasan ayah, faktor yang mempengaruhi

    kecemasan ayah, dan peran ayah dalam menghadapi anak penderita

    thalassemia.

    E. Prosedur Penelitian

    1. Tahap Persiapan Penelitian

    Pada tahap persiapan penelitian, peneliti akan melakukan

    sejumlah hal yang diperlukan dalam penelitian.

    a) Mengumpulkan data yang berhubungan dengan penyebab

    kecemasan pada ayah dalam menghadapai anak berpenyakit serius.

    Peneliti mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi dan

    sekumpulan teori-teori yang berhubungan dengan kecemasan,

    terutama yang berkaitan dengan penyakit thalassaemia, dan

    selanjutnya menentukan responden yang akan diikut sertakan

    dalam penelitian.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    6/66

    b) Membangun Raportpada responden

    Menurut Moleong (2002), rapportadalah hubungan antara peneliti

    dengan subjek penelitian yang sudah melebur sehingga seolah-olah

    tidak ada lagi dinding pemisah diantara keduanya. Dengan

    demikian subjek dengan sukarela dapat menjawab pertanyaan

    peneliti atau memberi informasi kepada peneliti.

    c) Menyusun pedoman wawancara

    Peneliti menyusun pedoman wawancara yang didasari oleh

    kerangka teori yang ada, guna menghindari penyimpangan dari

    tujuan penelitian yang dilakukan.

    d) Persiapan untuk pengumpulan data

    Mengumpulkan informasi tentang responden penelitian. Setelah

    mendapatkan informasi tersebut, peneliti menghubungi calon

    responden untuk menjelaskan mengenai penelitian yang akan

    dilakukan dan menanyakan kesediannya untuk dapat berpartisipasi

    dalam penelitian yang akan dilakukan.

    e) Menentukan jadwal wawancara

    Setelah mendapat persetujuan dari responden, peneliti meminta

    responden untuk bertemu mengambil data. Hal ini dilakukan

    setelah melakukan raport terlebih dahulu. Kemudian, peneliti dan

    responden mengatur dan menyepakati waktu untuk melakukan

    wawancara.

    2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

    Setelah tahap persiapan penelitian dilakukan, maka peneliti

    memasuki tahap pelaksanaan penelitian.

    1. Mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat wawancara

    sebelum wawancara dilakukan, peneliti mengkonfirmasi ulang

    waktu dan tempat yang sebelumnya telah disepakati bersama

    dengan responden.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    7/66

    2. Melakukan wawancara sesuai dengan pedoman wawancara

    wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara,

    hal ini berujuan agar peneliti tidak kehabisan pertanyaan.

    3. Memindahkan rekaman hasil wawancara kedalam bentuk transkip

    verbatim

    setelah hasil wawancara diperoleh, peneliti memindahkan hasil

    wawancara dan observsi kedalam verbatim tertulis. Pada tahap ini,

    peneliti melakukan coding, yaitu membubuhkan kode-kode pada

    materi yang diperoleh. Coding dimasukkan untuk dapat

    mengorganisasikan dan mensistematisasikan data secara lengkap

    dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran

    tentang topik yang dipelajari (Poerwandari, 2001).

    4. Melakukan analisis data

    bentuk transkip yang telah selesai, kemudia dibuat salinannya dan

    diserahkan kepada pembimbing. Pembimbing mendapatkan

    verbatim untuk mendapatkan gambaran yang jelas.

    5. Menarik kesimpulan, membuat diskusi dan saran

    setelah analisi data selesai dilakukan, peneliti menarik kesimpulan

    untuk menjawab permasalahan. Kemudian peneliti meneruskan

    diskusi terhadap kesimpulan dan seluruh hasil penelitian,

    kesimpulan data dan diskusi yang telah dilakukan, peneliti

    mengajukan saran bagi penelitian selanjutnya.

    3. Tahap Pencatatan Data

    Untuk memindahkan proses pencatatan data, peneliti menggunakan

    alat perekam sebagai alat bantu, agar data yang diperoleh dapat lebih

    akurat dan dapat dipertanggung jawabkan. Sebelum wawancara dimulai,

    meneliti meminta izin kepada responden untuk merekam wawancara yang

    akan dilakukan. Hasil wawancara yang dilakukan akan ditranskripkan

    kedalam bentuk verbatim untuk dianalisa.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    8/66

    4. Kredibilitas Penelitian

    Kredibilitas merupakan istilah yang digunakan dalam penelitian

    kualitatif untuk menggantikan konsep validitas (Poerwandari, 2007).

    Deskripsi mendalam yang menjelaskan kemajemukan (kompleksitas)

    aspek-aspek yang terkait (dalam bahasa kuantitatif: variabel) dan

    merupakan interaksi berbagai aspek menjadi salah satu ukuran kredibilitas

    penelitian kualitatif. Menurut Poerwandari (2007), kredibilitas penelitian

    kualitatif juga terletak pada keberhasilan mencapai maksud

    mengeksplorasi masalah dan mendeskripsikan setting, proses, kelompok

    sosial, atau pola interaksi yang kompleks.

    Adapun upaya peneliti dalam menjaga kredibilitas dan objektifitas

    penelitian ini, yaitu dengan:

    1. Melakukan pemilihan sampel yang sesuai dengan karakteristik

    penelitian, dalam hal ini adalah ayah yang memiliki anak penderita

    thalassaemia.

    2. Membuat pedoman wawancara berdasarkan faktor-faktor kecemasan

    yang meliputi timbulnya kecemasan yang dipengaruhi oleh keluarga

    (faktor neurobiologis, dan kepribadian), adanya trauma dari peristiwa-

    peristiwa psikologis tertentu, stress, serta adanya kegagalan dalam

    belajar.

    3. Menggunakan pertanyaan terbuka dan wawancara mendalam untuk

    mendapatkan data yang akurat.

    4. Memperpanjang keikutsertaan peneliti dalam pengumpulan data

    dilapangan. Hal ini memungkinkan peneliti mendapat informasi yang

    lebih banyak tentang subjek penelitian.

    5. Melibatkan teman sejawat, dosen pembimbing, dan dosen yang ahli

    dalam bidang kualitatif untuk berdiskusi, memberikan masukan dan

    kritik mulai awal kegiatan proses penelitian sampai tersusunnya hasil

    penelitian. Hal ini dilakukan mengingat keterbatasan kemampuan

    peneliti pada kompleksitas fenomena yang diteliti.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    9/66

    6. Melacak kesesuaian dan kelengkapan hasil analisis data dengan

    melihat hasil wawancara yang dilakukan pertama kali dengan hasil

    wawancara yang dilakukan setelahnya.

    F. Metode Analisa Data

    Penelitian kualitatif tidak memiliki rumus atau aturan absolute untuk

    mengolah dan menganalisis data (Poerwandari, 2001). Beberapa tahapan

    dalam menganalisa data kualitatif menurut Poerwandari, 2001 yaitu :

    1. Organisasi data

    Pengolahan dan analisis sesungguhnya dimulai dengan

    mengorganisasikan data. Dengan data kualitatif yang sangat beragam dan

    banyak, menjadi kewajiban peneliti untuk mengorganisasikan datanya

    dengan rapi, sistematis dan selengkap mungkin. Hal-hal yang penting

    untuk disimpan dan diorganisasikan adalah data mentah (catatan lapangan,

    kaset hasil rekaman), data yang sudah proses sebagainya (transkip

    wawancara), data yang sudah ditandai/ dibubuhi kode-kode dan

    dokumentasi umum yang kronologis mengenai pengumpulan data dan

    langkah analisis.

    2. Coding dan analisis

    Langkah penting pertama sebelum sebelum analisis dilakukan

    adalah membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Coding

    dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan membuat sistematis data

    secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan dengan

    lengkap gambaran tentang topik yang dipelajari. Dengan demikian pada

    gilirannya peneliti dapat menemukan makna dari data yang

    dikumpulkannya. Semua peneliti kualitatif menganggap coding adalah

    tahap yang penting, meskipun peneliti yang satu dan yang lain

    memberikan usulan prosedur yang tidak sepenuhnya sama. Pada akhirnya

    penelitilah yang berhak dan bertanggung jawab memilih cara coding yang

    dianggapnya paling efektif bagi data yang diperolehnya.

    3. Pengujian terhadap dugaan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    10/66

    Dugaan adalah kesimpulan wawancara. Dengan mempelajari data,

    kita mengembangkan dugaan-dugaan dan kesimpulan-kesimpulan

    sementara. Dugaan yang berrkmbang tersebut juga harus dipertajam dan

    diuji ketepatannya.

    4. Strategi analisis

    Patton dan Poerwandari (2001) menjelaskan bahwa proses analisis

    dapat melibatkan konsep-konsep yang muncul dari jawaban-jawaban atau

    kata-kata responden sendiri (indegenous concept) maupun konsep-konsep

    yang dikembangkan atau dipilih peneliti untuk menjelaskan yang

    dianalisis (sensitizing concept). Kata-kata kunci dapat diambil dari istilah

    yang dipakai oleh responden sendiri, yang oleh peneliti dianggap benar-

    benar tepat dan dapat mewakili fenomena yang dijalaskan.

    5. Tahap interpretasi

    Meskipun dalam penelitian kualitatif istilah analisis dan

    interpretasi sering digunakan bergantian, Kvale dalam Poerwandiri

    (2001) menyatakan bahwa interpretasi mengacu pada upaya memahami

    data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam. Peneliti memiliki

    pespektif mengenai apa yang sedang diteliti dan menginterpretasi data

    melalui perspektif tersebut.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    11/66

    BAB IV

    INTERPRETASI DATA

    2. Responden II

    a. Gambaran Umum Responden II

    TABEL 3. IDENTITAS RESPONDEN

    Identitas Responden Responden I Istri Responden I

    Nama Inisial

    Usia

    Usia Perkawinan

    Agama

    Pendidikan

    Pekerjaan

    Suku Bangsa

    Jumlah anak

    Jumlah Anak Thalassaemia

    Identitas Responden:

    SA

    35 tahun

    10 tahun

    Islam

    -

    Tidak Tetap/ Jelas

    Jawa

    1 orang

    Saat ini hanya memiliki

    anak tunggal

    Identitas Istri Responden:

    YT

    33 tahun

    10 tahun

    Islam

    -

    Buruh Pabrik

    Jawa

    1 orang

    Saat ini hanya memiliki

    anak tunggal

    Identitas Anak Responden

    Nama Samaran

    Jenis Kelamin

    Usia

    Agama

    Pendidikan

    Dhoni

    Laki-laki

    9 tahun

    Islam

    SD

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    12/66

    Pekerjaan

    Suku Bangsa

    Diagnosa penyakit

    Siswa SD kelas III

    Jawa

    Dhoni pertama kali didiagnosa menderita

    thalassaemia ketika ia masih bayi berumur tiga

    bulan. Saat itu Dhoni yang masih bayi demam dan

    kulitnya berwarna kuning. Ketika di bwa berobat ke

    Puskesmas, ia hanya di beri obat penambah darah,

    yang kemudian oleh responden II di bawa pergi

    berobat ke dokter spesialis anak dan kemudian dari

    dokter tersebut di sarankan merujuk ke Rumah

    Sakit Umum. Setelah pemeriksaan yang intensif

    dengan pemeriksaan laboratorium dan BMP, hasilyang diberikan dokter adalah Dhoni menderita

    thalassaemia yang sifat penyakitnya diturunkan

    oleh kedua orangtuanya.

    a.1. Hasil Observasi Responden II

    Pada pengamatan yang dilakukan pada responden saat wawancara

    diperoleh data observasi mengenai responden II, yaitu; responden II memiliki

    tubuh yang cenderung kurus, tidak terlalu tinggi, sedikit berkumis, dan

    rambut yang sedikit lurus. Wawancara pertama dilakukan di rumah

    sakit umum Haji Adam Malik Medan, saat itu beliau seperti halnya pada

    responden I ikut menghadari pertemuan antara para orangtua penderita

    thalassaemia dan para dokter yang menangani pasien-pasien thalassaemia.

    Beliau datang memang dalam rangka pertemuan tersebut dan tidak ada

    agenda jadwal transfusi darah anaknya dan beliau datang hanya seorang diri.

    Wawancara selanjutnya selalu dilakukan di kediaman beliau di jalan

    Marindal, kecamatan Patumbak, Deli Serdang dan berlangsung sampai lima

    puluh menit hingga satu jam lamanya dalam setiap sesi wawancara.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    13/66

    Wawancara yang dilakukan di ruang tamu rumah responden, antara

    responden dan iter duduk berseberangan. Saat wawancara berlangsung

    responden II menjawab dan memberikan respon baik dan terlihat tenang

    dalam memberikan jawaban atau respon dari setiap pertanyaan yang diajukan

    oleh peneliti. Pada pertemuan terakhir wawancara anak responden II terlihat

    lebih banyak menemani responden dengan bermain mobil-mobilannya di

    tempat berlangsungnya wawancara.

    Pada saat wawancara berlangsung, responden juga beberapa kali terlihat

    bersemangat dalam merespon apa yang ditanyakan oleh peneliti.

    Kesehariannya ayah yang akan memiliki anak kedua ini menghabiskan waktu

    lebih banyak di rumah ketimbang istrinya, hal ini karena ia memiliki

    pekerjaan yang tidak tetap berbeda dengan istrinya yang bekerja sebagai

    buruh pabrik di sebuah pabrik yang tidak begitu jauh dari pemukiman tempat

    tinggal mereka. Responden II mengaku bahwa ia bekerja sesuai dengan

    borongan suatu perusahaan, jika ada panggilan kerja biasanya berada di luar

    kota Medan dan akan berada di daerah tersebut selama beberapa hari sampai

    pekerjaannya selesai dan kemudian pulang kembali. Masih menurutnya, uang

    hasil bekerjanya masih belum dapat memenuhi keperluan dan kebutuhan

    dirinya dan keluarganya, hal itulah yang membuat istri dari responden II ini

    untuk ikut membantu mencari nafkah sebagai tambahan penghasilan

    keluarga. Sebagai tambahan lainnya, responden II juga pernah menerima

    mengerjakan tempahan box speakeratau membuat kusen rumah, akan tetapi

    karena alasan kesehatan ia tidak lagi mengerjakan hal tersebut.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    14/66

    Hunian yang di tempati oleh responden II bersama keluarganya

    merupakan hunian yang sederhana, dan menurut pengakuan responden II

    rumah tersebut merupakan rumah orangtua responden II. Terdapat teras

    depan, ruang tamu, beberapa kamar, ruang makan yang bersatu dengan ruang

    keluarga, serta dapur di bagian belakang ruang tamu yang merangkap sebagai

    ruang makan, dan pekarangan di belakang rumah.

    a.2. Riwayat Penyakit Anak Responden II

    Dhoni merupakan anak laki-laki tunggal dari responden II dan istrinya YT.

    Usianya 9 tahun yang di diagnosa sejak ia masih bayi berumur 3 bulan.

    Pemeriksaan dilakukan terhadap Dhoni karena pada saat itu ia mengalami

    demam tinggi dan kulitnya berwarna kuning kepucat-pucatan. Dhoni yang

    pertama kali dibawa ke Puskesmas terdekat mendapat pertolongan obat

    penambah darah, kemudian pulang ke rumah, baru dua hari, kondisi kembali

    sama. Responden II sebagai ayah kemudian membawa Dhoni yang masih

    bayi berobat ke dokter spesialis anak yang terdekat. Kemudian dokter tersebut

    memberi surat rujukan untuk berobat secara intensif di Rumah Sakit Umum

    H. Adam Malik Medan. Di rumah sakit tersebut, responden II di sarankan

    agar Dhoni melakukan pemeriksaan laboratorium dan BMP, yang kemudian

    hasil yang diberikan dokter bahwa Dhoni menderita thalassaemia. Sejak di

    diagnosa menderita thalassaemia, maka setiap bulannya menjalani transfusi

    bahkan sampai saat ini.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    15/66

    Saat ini Dhoni sudah 9 tahun menjalankan hidupnya sebagai orang dengan

    thalassaemia. Jika iter memperhatikan ciri fisik Dhoni, ia memiliki ciri fisik

    yang sehat, meskipun kulitnya berwarna pucat hitam-kekuningan, badan yang

    cenderung kurus, yang menandakan ciri khas dari seorang penderita

    thalassaemia, namun ekspresi Dhoni terlihat segar, dan tidak terlihat seperti

    seseorang yang menderita sakit apapun. Menurut responden II, Dhoni di

    transfusi apabila ia sudah terlihat lemas, lesu dan pucat. Sama seperti halnya

    Hani, putri dari responden I, Dhoni di transfusi setiap bulan namun tidak

    selalu sama setiap tanggalnya. Pada saat kondisinya menurun menjadi lemas

    dan lesu, maka responden II selalu menanyakan terlebih dahulu dengan Dhoni

    apakah bersedia jika dibawa ke rumah sakit atau tidak. Menurut responden II

    hal itu penting dilakukan karena jika tanpa persetujuan anaknya tersebut

    ketika sudah sampai di rumah sakit pun ia bisa saja tidak mau melakukan

    perawatan. Ia cenderung mudah mengamuk dan mengambek jika kurang

    sesuai dengan kehendaknya.

    Responden II hanya memiliki Dhoni sebagai anak yang menderita

    thalassaemia. Dhoni yang anak tunggal responden II dan istrinya ini

    menurutnya merupakan anak yang aktif. Dhoni mempunyai banyak teman,

    teman sepermainannya tidak hanya orang yang seumurannya saja, akan tetapi

    yang usianya lebih tua juga ikut bermain bersamanya. Dalam arti kata Dhoni

    merupakan anak yang mudah bergaul

    Responden II sendiri sebenarnya tidak mengetahui dengan jelas apa dan

    bagaimana penyakit thalassaemia pada saat pertama kali anaknya di diagnosa.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    16/66

    Responden II menyatakan bahwa di keluarga besar ia dan istrinya tidak ada

    seorang pun yang mengalami penyakit thalassaemia tersebut. Setelah ia

    banyak belajar dan mencari tahu tentang penyakit tersebut, untuk melakukan

    perawatan dan pengobatan dan juga bertemu dengan sesama orangtua pasien

    penderita thalassaemia, barulah ia menerima banyak informasi mengenai apa

    itu thalassaemia, dan bagaimana merawat serta menjaga anak yang menderita

    thalassaemia. Sama halnya dengan yang diutarakan responden I, responden II

    mengatakan bahwa keberadaan kumpulan dari orangtua pasien penderita

    thalassaemia sangat menolong bagi dirinya dan mereka-mereka yang

    mengalami hal yang serupa.

    b. Peran Ayah

    b.1. Peran Ayah sebagai Pencari Nafkah

    Seperti yang sudah di singgung di atas, responden II merupakan seorang

    wiraswasta yang pekerjaannya tidak tetap dan menunggu panggilan pekerjaan

    dari perusahaan yang memakai jasanya. Penghasilan yang ia peroleh untuk

    memenuhi kebutuhan anggota keluarganya juga dirasa sangat minim. Namun

    menurutnya, segala sesuatu harus di syukuri karena itu merupakan rezeki.

    Meskipun ia mahir dalam membuat box speaker sebagai penghasilan

    tambahan, akan tetapi tidak dapat dilakukan dalam waktu yang lama, hal

    tersebut dikarenakan pembuatan kusen rumah atau box speaker tersebut

    menghasilkan banyak serbuk kayu halus yang mudah terhirup, dan itu dapat

    mengganggu pernapasannya. Saat iter menanyakan apakah responden II

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    17/66

    memiliki keahlian lain yang dapat digunakan sebagai pencari pengahasilan

    tambahan, ia mengatakan tidak memiliki keahlian lain. Oleh karena itu, jika

    tidak memiliki kegiatan yang berarti lainnya, ia lebih sering membantu

    pekerjaan rumah dengan membereskan rumah jika istri responden II ini

    sedang pergi bekerja.

    Ya wiraswasta lha mbak, mocok-mocok gitu, kalo ada panggilan dari

    perusahaan saya kerja. Kalo ga dipanggil ya ga ada kerjaan. Mocok-mocok

    lha...

    (R2.W1.b.28-31.h.19)

    Dulu saya buat box speaker, tapi udah enggak lagi. Serbuknya itu halus

    banget... bikin sesak napas.

    (R2.W1.b.88-90.h.20)

    Wah ga bisa mbak, serbuknya halus-halus dan tipis kali, masih bisa

    nembus kalo pake masker hidung kaya dokter-dokter itu... Kena mata juga,

    jadi ga pernah lagi nerima tempahan buat box speaker...

    (R2.W1.b.95-100.h.20)

    Itulah mbak buat kusen rumah gitu... ambil borongan... Kalo kerja kan

    juga borongan gitu tapi sama perusahaan...

    (R2.W1.b.102-104.h.20)

    Penghasilan yang diperoleh responden II jika dibandingkan dengan

    istrinya dirasakan memiliki perbedaan yang jauh. Hal tersebut ia utarakan

    ketika iter menanyakan hal tersebut, namun responden II ini juga mengatakan,

    jika pekerjaan borongan yang ia kerjakan bersama teman-temannya memiliki

    waktu yang lama dan banyak, maka penghasilan yang ia dapatkan juga tidak

    sedikit, bahkan bisa dua kali lebih banyak. Penghasilan yang ia terima paling

    minim adalah sekitar lima ratus ribuan.

    ya enggak tentulah mbak. Kalo di panggil kerja terus agak lama kerjanya

    ya agak banyaklah upahnya.

    (R2.W1.b.35-37.h.19)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    18/66

    Tapi paling ga ada lah lima ratusan sebulan... ya segitulah mbak...

    (tersenyum simpul)

    (R2.W1.b.38-40.h.19)

    Meskipun penghasilan yang ia hasilkan tidak tetap dan cenderung lebih

    rendah dari istrinya yang lebih memiliki pekerjaan tetap dan penghasilan yang

    tetap pula, namun baginya hidupnya sudah memiliki banyak kemudahan.

    Untuk tempat tinggal ia dan keluarga kecilnya masih bisa menumpang tinggal

    di rumah ibu kandung responden II, hal tersebut dilakukan karena ibu dari

    responden II sudah usia tua dan tidak memiliki teman di rumah tersebut

    karena ayah dari responden II sudah menikah lagi dan memilih untuk pindah

    dan meninggalkan rumah yang sekarang mereka tempati. Kemudian

    kebutuhannya untuk makan sehari-hari tidak kekurangan. Sedangkan ketika

    iter menanyakan bagaimana dengan keuangan jika anak sakit, responden II

    dengan tenang mengatakan bahwa rumah sakit tempat ia dan anaknya berobat

    selama ini sudah dirasakan banyak memberi bantuan, karena mulai dari

    pengobatan biasa, transfusi, rawat inap, infus dan lain sebagainya semua di

    tanggung oleh pihak rumah sakit.

    Disini rumah orangtua saya. Karena ibu saya tinggal sendiri jadi saya

    tinggal disini, sekalian ngejagain, kan beliau udah tua...

    (R2.W1.b.78-80.h.20)

    kalo perawatannya bayar ya ga sanggup lha mbak, mungkin pun dia ga

    bisa berobat. Alhamdulillah rata-rata perawatannya gratis jadi agak

    mendinglah. Kalo pas borongan lagi rame ya lumayanlah, tapi kalo lagi sepi

    bisa ngepas banget. Kalo dibilang cukup ya ga cukup juga lah mbak, tapi ya di

    putar-putarlah uangnya, untungnya istri juga kerja, mbak...

    (R2.W1.b.110-119.h.21)

    b.2. Peran Ayah sebagai Pemberi Rasa Aman dan Perlindungan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    19/66

    Ayah yang hebat adalah ayah yang dapat memberikan perasaan aman dan

    perlindungan. Peran lainnya yang dilakukan ayah adalah memberikan perasaan

    yang nyaman, aman, dan melindungi setiap anggota keluarganya. Responden II

    mengatakan bahwa lingkungan tempat ia dan keluarganya tinggal merupakan

    tempat yang aman dan sudah tentu terlindungi dari berbagai macam gangguan.

    Hal tersebut ia sampaikan bahwa karena lingkungan mereka tinggal mayoritas

    di tempati oleh sanak keluarga. Hampir rata tetangga adalah saudara dan

    kerabat dekat. Jadi menurutnya tidak ada yang perlu di khawatirkan dan

    dicemaskan mengenai lingkungan tempat tinggal.

    aman mbak, soalnya disini juga ga banyak gangguan. Kan rata-rata yang

    tinggal di sini keluarga semua. Di jalan mbak masuk tadi itu, rata-rata keluarga

    saya semua... (nunjuk ke arah luar rumah). Jadi ga ada gangguan,

    (R2.W1.b.129-134.h.21)

    Responden II juga menceritakan bagaimana kondisi aman dari hubungan

    keluarganya, jika ada masalah terjadi antara suami dan istri merupakan hal

    yang wajar dalam sebuah rumah tangga. Baginya tidak mungkin ada keluarga

    yang akur tanpa ada ribut kecil dalam berumahtangga, namun bagaimana hal

    yang jadi masalah bisa diselesaikan dan tidak menjadi permasalahan yang

    besar. Kasih sayang tercurahkan penuh kepada anak yang semata wayang yang

    juga menderita thalassaemia, Dhoni. Hal tersebut karena memang hanya Dhoni

    anak mereka satu-satunya. Responden II mengatakan bahwa sayang yang ia

    dan istrinya berikan bagi anaknya Dhoni adalah hal yang biasa orangtua

    lakukan ke anaknya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    20/66

    ya gimana ya, kami ini saya rasa aman-aman aja berumah tangga, jadi ga

    ada bermasalah yang seriusan gitu, mbak. Tetangga kiri-kanan kan hampir rata

    sodara semua makanya aman, karena semua juga dekat. Orangtua istri sayajuga tinggalnya juga di dekat sini, mbak.. (sambil nunjuk-nunjuk kebeberapa

    rumah tetangga)...

    (R2.W1.b.138-146.h.21)

    Biasa lha mbak sayang... Namanya anak, dan dia kan masi sendiri satu-

    satunya anak kami, jadi semua kasih sayang tercurahkan ke dia aja mbak...

    (R2.W1.b.149-152.h.21)

    b.3. Peran Ayah sebagai Pemberi Perhatian dalam Pendidikan

    Seorang ayah memiliki peran sebagai pemberi perhatian dalam pendidikan

    putra dan putrinya. Begitu pula yang dilakukan oleh responden II. Menurutnya

    ia menyayangi Dhoni dan akan memberikan yang terbaik bagi anak yang saat

    ini semata wayang. Terutama dalam hal pendidikan. Responden II mengatakan

    bahwa pendidikan penting bagi anak, ia juga turut memperhatikan

    perkembangan sekolah anaknya.

    Iter bertanya pada responden II seberapa sering ia menemani anaknya

    belajar di rumah, dan responden II mengatakan ia lebih sering menemani

    anaknya belajar, hal tersebut lantaran istrinya merupakan ibu yang tidak sabar

    dalam menemani anak belajar, sehingga ia lebih sering mengisi posisi tersebut

    ketimbang istrinya. Alasan lain adalah, karena istrinya sudah terlalu lelah

    bekerja dari pagi hingga sore hari untuk bisa membantu Dhoni belajar

    mengerjakan tugas-tugas dari sekolahnya.

    Penting mbak, itu kan modal anak untuk masa depannya, biar bisa lbh

    maju dari orangtuanya, pekerjaannya lebih bagus lagi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    21/66

    (R2.W1.b.187-190.h.22)

    Suka nanyain kalo dia pulang sekolah, kalo kebetulan saya di rumah,saya tanyain ada PR ga, ato gimana sekolahannya tadi pagi. Dia juga suka

    cerita tentang temen-temen di sekolahnnya

    (R2.W1.b.193-198.h.22)

    Ya seringlah, kalo dia ga ngerti dia tanya, tapi dia ga suka kalo di paksa

    belajar, sukanya ngamuk-ngamuk, merajok gitu kalo di paksa belajar.

    (R2.W1.b.202-205.h.22)

    ngajaknya pelan-pelan, makanya suka saya yang nemani belajar, kalo

    ibunya itu suka ga sabar ngajarin, cepat emosi sakin semosinya suka mainpukul gitu...Memang nangkapnya agak lama, makanya ibunya jadi ga sabar

    (sambil tersenyum)

    (R2.W1.b.206-212.h.22-23)

    Ga ada, paling ngaji dekat rumah di sini, tapi kalau lainnya itu ga ada.

    Kayanya enggak tertarik apa-apa...

    (R2.W1.b.223-225.h.23)

    c. Kecemasan Ayah

    c.1. Penyesuaian dalam Mendampingi Anak Sakit

    Saat pertama kali melihat anak sakit, responden II mengakami

    kebingungan, ia heran mengapa anak bayi bisa sangat sepucat anaknya waktu

    itu yang baru berusia tiga bulan. Demi kesehatan dan keselamatan anaknya ia

    memeriksakan kesehatan anaknya ke Puskesmas terdekat. Dari Puskesmas

    hanya di sarankan untuk melakukan penambahan darah. Setelah kembali

    pulang ke rumah dan beberapa saat kemudian, kondisinya kembali seperti

    semula, untuk antisipasi responden II membawa bayi kecilnya berobat ke

    dokter spesialis yang kemudian merujuk ia dan anaknya untuk di periksa secara

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    22/66

    intensif. Pemeriksaan itulah yang kemudian menjelaskan semua. Bayi yang

    baru berusia tiga bulan milik responden II dan istrinya di diagnosa menderita

    thalassaemia. Dokter menyarankan untuk Dhoni bayi di berikan transfusi darah

    secara berkala karena saat itu masih bayi selitar tiga bulan sekali, kemudian

    setelah beranjak menjadi lebih besar menjadi satu bulan sekali.

    hmm, jadi pertama kali itu dia kan kok sakit...terus. kok pucat. Bayi kok

    pucat kali, kan gitu... jadi kami bawalah berobat, ke puskesmas... Dah, di

    suruhlah kami transfusi, waktu itu satu kantong. Nah abis itu ga ada perubahanyang banyak. Kata di Puskesmas sakitnya begini..begini... tapi alatnya sendiri

    kurang kan, ga yakin saya.

    (R2.W2.b.401-409.h.26-27).

    Saya bawa lagi ke dokter Hakimi, yang di sana itu...

    (R2.W2.b.412-413.h.27)

    iya. Jadi di bawa ke dokter Hakimi, kata dokter Hakimi itu, anaknya

    harus di bawa ke Rumah Sakit Adam Malik aja, nanti di kasi surat, terus di

    suruh jumpai beliau di Rumah Sakit bawa surat itu.

    (R2.W2.b.416-420.h.27)

    kami bawalah anak kami ini ke Rumah Sakit. Jumpai dokter Hakimi, nah

    setelah itu kami di kenalkan ke Prof. Bidasari. Lalu dokter Hakimi lha cerita ke

    Prof., di kasi tau lah kan anaknya pucat, kurang darah, trus pernah transfusi.

    Nah, kami di sarankan untuk periksa darah di laboratorium. Lalu di BMP

    barulah ketauan kalo anak kami Thalassaemia. Katanya tiga bulan sekali harus

    transfusi darah...

    (R2.W2.b.423-433.h.27)

    c.2. Perasaan Ayah Melihat Perawatan yang Dilakukan Terhadap Anak

    Responden II mengaku bahwa ia takut dan sedih melihat kondisi anaknya

    yang sakit waktu itu. Hal tersebut lantaran, ia tidak mengetahui sama sekali apa

    dan bagaimana thalassaemia, sehingga untuk melakukan suatu tindakan bagi

    kesehatan ankanya ia menjadi takut akn terjadi kenapa-kenapa.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    23/66

    sedih yang pertama, takut juga iya sama agak cemas karena masih buta

    sama info tentang penyakitnya, tapi setelahnya saya jadi pengen tahu. Pengen

    tahu apa itu penyakitnya, harus bagaimana menghadapinya. Begitu tahurasanya puas aja, mbak. Kalo misalnya pengobatannya saya mampu ya saya

    berobat untuk dia (anak), tapi kalo ga mampu ya mau bagaimana juga?

    Tadinya mamaknya ini yang ga mau, katanya udahlah, kaya pasrah gitu. Tapi

    saya paksa aja untuk periksa. Kita kan ga tau kalo ga di periksain, ya kan

    mbak?

    (R2.W2.b.450-466.h.29)

    Gambaran ketakutan yang dirasakan sebagai orangtua terutama ayah

    adalah bahwa Dhoni kemungkinan besar akan meninggal sempat menghantui

    responden II. Namun, setelah banyaknya ketemu orangtua para penderita

    thalassaemia yang jumlahnya banyak dan usia anak sakitnya beragam,

    membuka pikiran responden II bahwa ternyata anaknya, Dhoni masih memiliki

    harapan yang baik dan ada kemungkinan untuk sembuh, meskipun belakangan

    memgetahui informasi bahwa sakit tersebut tidak akan dapat menyembuhkan

    anaknya dalam arti kata, itu adalah sakit yang dialami seumur hidup Dhoni.

    wah ga keruan lha mbak, saya pikir usia anak saya pendek, mbak. Cepat

    meninggal lha anak saya, gitu pikir saya...

    (R2.W2.b.474-477.h.29)

    ya karena banyak banget yang kami jumpai di Rumah Sakit yang seperti

    itu, yang sakitnya kaya anak saya, jadi merasa kaya ada yang gimana ya... jadi

    kaya senasib, dan merasa sedikit lebih kuat, mbak...

    (R2,W2.b.479-484.h.29)

    ternyata saya ga sendirian yang mengalami hal ini. Ternyata banyak

    sekali dan bahkan ada yang baru datang kondisinya lebih parah.

    (R2.W2.b.486-489.h.29-30)

    c.3. Ketakutan Jika Penyakit Anak Menjadi Kambuh dan Anak Menjadi

    Trauma

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    24/66

    Demi kesembuhan anak responden II pernah menjalani serangkaian

    pengobatan yang ditujukan untuk kesembuhan anaknya. Bahkan pernah

    membawa Dhoni berobat di berbagai pengobatan alternatif lainnya. Namun,

    ketika akhirnya pengobatan tersebut memberikan efek samping, dan takut

    anaknya merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut ia dan istrinya

    memberhentikan pengobatan lain secara non-medis tersebut. Selain karena

    takut kondisi anaknya semakin parah, faktor lain ia dan istrinya berhenti

    melakukan pengobatan secara non-medis adalah karena dirasakan lebih banyak

    membuang-buang waktu dan uang, dibandingkan dengan pengobatan di rumah

    sakit yang lebih banyak memberikan perawatan dan pengobatan secara gratis.

    ah! Kalo sekarang kami lebih percaya medis ajalah mbak. Gimana juga.

    Soalnya kalo pengobatan alternatif itu banyak kali efek sampingnya, nanti ada

    lah kulitnya jadi gembung-gembung, trus badannya jadi gemuk. Jadi kaya

    makin parah gitu.

    (R2.W2.b.551-559.h.31)

    jadi, saya pun perginya ada kawan yang nganjurin, kawan kerja yang

    ngasi tau. Katanya bisa sembuh, tapi ku tengok gini-gini aja juganya. Jadi

    buang-buang uang aja kayanya. Bagus bawa anaknya langsung ke Rumah Sakit

    aja, lebih jelas.

    (R2.W2.b.580-587.h.31)

    Hal yang mencemaskan ketika melihat kondisi anak sakit adalah ketika

    anak mengalami masa penurunan kesehatan. Hal tersebut membuat Pak SA

    mengambil inisiatif membujuk anaknya untuk pergi ke rumah sakit. Menurut

    Pak SA, keadaan tersebut merupakan bentuk dari penurunan Hb darah Dhoni,

    dan sebagai tanda bahwa Dhoni sudah harus melakukan transfusi darah.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    25/66

    kadang kalo dia lagi suka main terus-terusan biasanya langsung lemas,

    pucat gitu. Nah, kalo udah gitu saya langsung nanya sama dia besok kita ke

    Rumah Sakit, ya?, kalo udah gitu dia ngangguk-ngangguk aja dulu. Pasbesoknya ditanya lagi kan dia udah balik seger lagi, dia bilang enggak ya ga

    jadi. Tapi kalo misalnya dia demam biasa aja saya langsung bawain dia ke

    Puskesmas aja, kalo demamnya agak lain baru saya bawa dia ke Rumah Sakit.

    (R2.W2.b.633-644.h.31-32)

    ya gimana, sehari-harinya dia sama saya mbak. Jadi kalo misalnya ada

    kenapa-kenapa atau dia emang kelihatan ga sehat langsung aja saya antar ke

    Puskesmas, biar ga jadi tambah parah...

    (R2.W2.b.646-650.h.32)

    agak cemas lha, tapi pas kutanya lagi mau apa enggak di bawa ke Rumah

    Sakit dianya ga mau, ya ga bisa di paksa.

    (R2.W2.b.662-664.h.32)

    c.4. Kecemasan Ayah yang Mengakibatkan Overprotect Terhadap Anak

    yang Sakit

    Saat ini responden II dan istri sedang dalam masa penantian kelahiran

    anak keduanya. Selama sembilan tahun lebih Dhoni merupakan anak tunggal

    dari keluarga Pak SA. Meskipun begitu, menurut responden II, selama ini ia

    dan istrinya memberikan dan mencurahkan kasih sayangnya hanya untuk anak

    satu-satunya mereka, Dhoni. Bagi responden II, sayang yang ia dan istrinya

    berikan untuk Dhoni merupakan kasih sayang yang wajar untuk anak semata

    wayangnya. Tidak ada yang berubah meskipun anaknya menderita

    thalassaemia.

    Biasa lha mbak sayang... Namanya anak, dan dia kan masi sendiri satu-

    satunya anak kami, jadi semua kasih sayang tercurahkan ke dia aja mbak...

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    26/66

    (R2.W1.b.149-152.h.22)

    enggaklah. Soalnya dia sakit dari kecil kali, sayangnya ya begitulahlumrah saja. Jangan terlalu berlebihan.

    (R2.W1.b.152-157.h.22)

    Menurut responden II tidak ada perilaku yang menunjukan bahwa ia dan

    istrinya menjadi overprotected dalam mengasuh Dhoni selama ini, karena

    segala hal yang berlebihan akan tidak baik. Meskipun begitu, menurutnya

    Dhoni merupakan anak yang sedikit manja dan keras kepala. Hal ini di

    tunjukkan oleh pengakuan responden II ketika ia mengatakan bahwa ia akan

    bertanya terlebih dahulu dengan Dhoni, jika akan membawa Dhoni untuk

    melakukan perawatan

    kadang kalo dia lagi suka main terus-terusan biasanya langsung lemas,

    pucat gitu. Nah, kalo udah gitu saya langsung nanya sama dia besok kita ke

    Rumah Sakit, ya?, kalo udah gitu dia ngangguk-ngangguk aja dulu. Pasbesoknya ditanya lagi kan dia udah balik seger lagi, dia bilang enggak ya ga

    jadi. Tapi kalo misalnya dia demam biasa aja saya langsung bawain dia ke

    Puskesmas aja, kalo demamnya agak lain baru saya bawa dia ke Rumah Sakit.

    (R2.W2.b.633-644.h.31-32)

    agak cemas lha, tapi pas kutanya lagi mau apa enggak di bawa ke Rumah

    Sakit dianya ga mau, ya ga bisa di paksa.

    (R2.W2.b.662-664.h.32)

    c.5. Kecemasan Ayah Antara mendapatkan dan Tidak Mendapatkan

    Dukungan dari Keluarga

    Banyak orang dan keluarga dari responden II yang mendukungnya. Dari

    mulai anaknya di diagnosa dokter menderita thalassaemia, setiap habis

    melakukan perawatan dan pengobatan, dukungan masih ada sampai saat ini.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    27/66

    Menurut responden II ini bisa dilihat dari perhatian teman-temannya yang

    masih menganjurkan dirinya untuk berobat alternatif lagi di beberapa tempat

    demi kesembuhan Dhoni.

    ya biasa aja, kalo nyemangatin masih, tapi biaya udah enggak, karena kan

    sudah gratis. Masi juga kok usul untuk berobat ke tempat lain.

    (R1.W1.b.348-351.h.26)

    Tapi kalo keluarga besar biasanya mereka mendukung aja mana yang

    terbaik.

    (R2.W2.b.597-599.h.32)

    insya Allah begitu, mereka biasanya selalu nanya setiap pulang dari

    rumah sakit gimana perkembangannya, ya gitu deh mbak.

    (R2.W2.b.662-666.h.33).

    c.6. Kecemasan Ayah Akibat dari Peristiwa Psikologis Tertentu.

    Kecemasan yang dirasakan oleh responden II akan kehilangan anaknya

    diutarakan kepada iter, hal ini karena Dhoni merupakan anak satu-satunya dan

    saat Dhoni sakit waktu itu masih sangat kecil sekali (bayi berumur 3 bulan).

    Bahkan sampai saat ini pun kecemasan dan kekhawatiran responden II masih

    ada, hal ini di sebabkan karena responden II paling sering dan sehari-harinya

    bersama Dhoni anaknya.

    kasian ya mbak. Apalagi waktu itu tiga bulan, masi kecil banget udah

    tusuk sana-sini. Belum lagi pas udah agak besar udah mulai ngerti kan, dia

    nangis-nangis kesakitan gitu... ya, saya coba tenangin diri dulu baru nenangin

    dia. Udah gitu aja.

    (R2.W2.b.598-603.h.30)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    28/66

    ya gimana, sehari-harinya dia sama saya mbak. Jadi kalo misalnya ada

    kenapa-kenapa atau dia emang kelihatan ga sehat langsung aja saya antar ke

    Puskesmas, biar ga jadi tambah parah...

    (R2.W2.b.646-650.h.32)

    c.7. Kecemasan Ayah Akibat Adanya Stress dan Kegagalan dalam

    Belajar.

    Sejak Dhoni mengalami kulit yang menggelembung pada saat berobat

    alternatif, hingga sekarang ini responden II tidak pernah lagi membawa Dhoni

    untuk berobat alternatif atau pindah berobat ke tempat lain. Bagi respoden II

    berobat di rumah sakit sudah merupakan tempat yang paling tepat dan jelas.

    Responden II pun sebagai orangtua selalu belajar dan mencoba mencari banyak

    hal tentang informasi yang sangat berkaitan erat dengan penyakit yang di derita

    anaknya. Karena menurut responden, ada kelegaan jika sudah mengetahui apa

    yang tidak ia ketahui sebelumnya.

    Pengen tahu apa itu penyakitnya, harus bagaimana menghadapinya.

    Begitu tahu rasanya puas aja, mbak. Kalo misalnya pengobatannya saya

    mampu ya saya berobat untuk dia (anak), tapi kalo ga mampu ya mau

    bagaimana juga? Tadinya mamaknya ini yang ga mau, katanya udahlah, kaya

    pasrah gitu. Tapi saya paksa aja untuk periksa.

    (R2.W2.b.445-454.h. 27-28)

    enggak mbak. Udah paling tepat kalo berobatnya ke Adam Malik,

    makanya kalo ada pasien luar kami bilang berobatnya di Adam Malik aja.

    (R2.W2.b.518-521.h. 29)

    ah! Kalo sekarang kami lebih percaya medis ajalah mbak. Gimana juga.

    Soalnya kalo pengobatan alternatif itu banyak kali efek sampingnya, nanti ada

    lah kulitnya jadi gembung-gembung, trus badannya jadi gemuk. Jadi kaya

    makin parah gitu.

    (R2.W2.b.528-534.h.29)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    29/66

    Bagi responden yang sedang menanti kelahiran anak keduanya setelah 10

    tahun memiliki anak tunggal, prestasi belajar Dhoni tidak bermasalah, selama

    ini menurutnya anaknya tersebut masih dapat mengikuti semua pelajaran di

    sekolah meskipun anaknya bukan merupakan anak yang juara dalam hal

    akademis dan memang daya tangkapnya sedikit agak lama.

    Ya seringlah, kalo dia ga ngerti dia tanya, tapi dia ga suka kalo di paksa

    belajar, sukanya ngamuk-ngamuk, merajok gitu kalo di paksa belajar.

    (R1.W1.b.202-205.h.23)

    ...Memang nangkapnya agak lama, makanya ibunya jadi ga sabar (sambil

    tersenyum)

    (R1.W1.b.211-212.h.23)

    d. Reaksi Terhadap Penyakit Thalassaemia yang dialami oleh anak

    Responden I

    Sumber yang menjadi kecemasan responden merupakan orang yang sangat

    dekat dengan responden itu sendiri, selain merupakan anak kandung, anak yang

    sakit itu merupakan anak semata wayang atau masih satu-satunya dimiliki oleh

    keluarga Pak SA. Sudah tentu menjadi hal yang sangat berharga dalam hidup

    responden dan istrinya. Meskipun menurut responden, istrinya mrupakan orang

    yang lebih mudah pasrah dan menyerah dengan keadaan, akan tetapi menurut

    responden II ini, dirinya mampu lebih kuat dan mampu mengatasi rasa

    kecemasan dan ketakutan terutama pengaruh negatif dari luar dirinya.

    takut juga iya sama agak cemas karena masih buta sama info tentang

    penyakitnya, tapi setelahnya saya jadi pengen tahu. Pengen tahu apa itu

    penyakitnya, harus bagaimana menghadapinya. Begitu tahu rasanya puas aja,

    mbak.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    30/66

    (R2.W2.b.450-456.h.27-28)

    Proses yang dilalui untuk pengobatan juga bukan merupakan hal yang

    mudah untuk dilakukan. Setidaknya mulai dari anaknya di diagnosa dokter

    mengalami thalassaemia, ia harus melalui serangkaian model program

    pemerintah dalam penanggulangan penyakit guna mempermudah perawatan

    dan pengobatan anaknya. Mulai dari menggunakan kartu khusus yang diurus

    dari berbagai lembaga, sampai yang saat ini dirasakan menjadi sangat

    memudakah yaitu program Jamkesmas yang diterapkan pemerintah sebagai

    program kesehatan yang membantu banyak kalangan masyarakat yang tidak

    mampu.

    Paling dulu lah emang agak ribet. Tapi sekarang semua gratis sudah ada

    Jamkesmas itu... banyak kali terbantu. Kalo ada pengeluaran biaya ya paling

    ongkos yang keluar aja. Soalnya jadi bolak-balik, kesana-kemari...

    (R2.W1.b.301-306.h24)

    Kalo dulukan sempat ribet, mbak. Urus kartu merah. Terus sempat juga

    pake Askes.

    (R2.W1.b.311-313.h.25)

    Meskipun Pak SA melakukan serangkaian proses di atas sendiri, tapi tak

    lantas ia mengeluh dan patah semangat. Hal itu semata-mata ia lakukan untuk

    kesembuhan anaknya yang setelah banyak tahu bahwa penyakit yang dialami

    anaknya merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan alias merupakan

    penyakit yang seumur hidup.

    Oh ribet kali mbak, ada yang enam bulan sekali harus ganti urus baru,

    terus ada yang setahun sekali, kalo pake Askes agak lama lha. Terus pak SBY

    naik, Askes pun ga di pake di ganti lagi jadi Jamkesmas.

    (R2.W2.b.327-332.h.25)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    31/66

    Pak SA juga mengatakan bahwa jika perawatan dan pengobatan ini

    dilakukan dengan biaya pribadi, hal tersebut akan sangat sulit dilakukan

    dengan kondisi ekonomi dan keuangan yang ia dan istrinya alami sekarang.

    Dengan pendapatan perbulan yang pas-pasan tidaklah mungkin jika anaknya

    harus menjadi pasien umum di rumah sakit.

    sempat juga lah jadi pasien umum sampe tiga kali. Jadi kalo rawat inap

    tiga hari bisa kena tiga juta lebih lha...

    (R2.W1.b.334-337.h.25)

    e. Bentuk Reaksi Kecemasan Ayah dalam Menghadapi Anak Penderita

    Thallasaemia

    Adapun bentuk dari reaksi kecemasan ayah yang anaknya menderita

    thalassaemia adalah:

    1. Adanya ketakutan-ketakutan akan kehilangan anggota keluarga/ anak

    Ketakutan akan kehilangan anak diakui oleh responden II, hal ini

    diketahui ketika responden mengatakan bahwa anaknya saat itu masih

    sangat kecil dan harus melakukan serangkaian tes yang berat dan juga

    transfusi darah.

    2. Ketakutan akan ketidakmampuan pembiayaan pengobatan

    Reaksi lain yang timbul dari ayah adalah adanya ketakutan

    ketidakmampuan dalam pembiayaan pengobatan anak yang sakit.

    Karena penghasilan yang di dapat responden perbulannya tidak begitu

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    32/66

    banyak, dan bahkan penghasilan istrinya juga dirasakan hanya mampu

    memenuhi kebutuhan sehari-hari, sedangkan jika di total biaya

    pengobatan dan perawatan anaknya mampu nmenghabiskan uang

    sampai puluhan juta.

    f. Interprestasi Intra Subjek

    Tabel

    Interpretasi Responden II

    Aspek Kesimpulan Konfirmasi Teoritis

    Peran Ayah sebagai

    pencari Nafkah

    Responden II merupakan

    pekerja tidak tetap, jika ada

    pekerjaan di sebuah

    perusahaan yang

    menggunakan jasanya ia

    baru bisa bekerja.

    Penghasilan yang ia dapatdari pekerjaannya juga

    tergantung dari lama atau

    tidak, dan ringan atau

    beratnya pekerjaan tersebut.

    Kalau rata-rata

    penghasilannya responden II

    mengatakan penghasilan

    istrinya bisa lebih besar

    daripada penghasilan dirinya.

    Penghasilan yang cukup

    dalam keluarga

    mempunyai dampak yang

    baik sekali dalam

    keluarga. Kuat atau

    lemahnya ekonomi

    keluarga tergantung padapengahasilan ayah. Untuk

    itu seorang ayah harus

    mempunyai pekerjaan

    yang hasilnya dapat

    dipegunakan untuk

    mencukupi kebutuhan

    keluarga (Gunarsa, 1995).

    Peran Ayah sebagai

    pemberi rasa aman

    dan perlindungan

    Responden II mengatakan

    bahwa lingkungan tempat ia

    dan keluarganya tinggal

    merupakan tempat yang

    aman dan sudah tentu

    terlindungi dari berbagai

    macam gangguan. Hal

    tersebut ia sampaikan bahwa

    Dagun (2002) mengatakan

    dalam kondisi apapun

    terlebih pada saat istri

    sedang memiliki janin

    (hamil) bantuan dan

    perhatian dari ayah sangat

    penting. Bukan hanya

    memahami, tetapi juga

    sabar. Karena ibu yang

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    33/66

    karena lingkungan mereka

    tinggal mayoritas di tempati

    oleh sanak keluarga

    Responden II juga

    menceritakan bagaimana

    kondisi aman dari hubungan

    keluarganya, jika ada

    masalah terjadi antara suami

    dan istri merupakan hal yang

    wajar dalam sebuah rumah

    tangga. Baginya tidak

    mungkin ada keluarga yang

    akur tanpa ada ribut kecil

    dalam berumahtangga,

    namun bagaimana hal yang

    jadi masalah bisa

    diselesaikan dan tidak

    menjadi permasalahan yang

    besar.

    sedang mengandung

    memiliki sifat yang

    sensitif.

    Gunarsa (1995),

    mengatakan hubungan

    yang baik yang terjalin

    antara ayah, ibu dan anak-

    anak akan menampilkan

    kondisi yang nyaman di

    dalam rumah tangga serta

    menampilkan harmonisasi,

    menghindari kejenuhan,dan konflik.

    Peran ayah sebagaipemberi perhatian

    dalam pendidikan

    Responden II mengatakanbahwa pendidikan penting

    bagi anaknya, ia juga turut

    memperhatikanperkembangan sekolah

    anaknya. Responden II juga

    mengatakan bahwa ia lebih

    sering menemani anaknya

    belajar, hal tersebut lantaran

    istrinya merupakan ibu yang

    tidak sabar dalam menemani

    anak belajar, sehingga ialebih sering mengisi posisi

    tersebut ketimbang istrinya

    Peran sebagai pendidikdan tokoh ini menyangkut

    pada perkembangan peran

    dan pertumbuhan pribadianak. Ayah sebagai

    pendidik terutama

    menyangkut yang bersifat

    rasional. Sedangkan ayah

    berperan sebagai tokoh

    atau modal identifikasi

    anak adalah dalam rangka

    membentuk super egoyang ideal.

    Pertukaran peran yang

    dilakukan di dalam

    keluarga responden II ini

    dikarenakan ia sebagai

    kepala keluarga lebih

    sering berada di rumah

    ketimbang istrinya, tidak

    mengurangi

    keterlibatannya sebagai

    peran suami dan ayah

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    34/66

    sekaligus, serta tidak

    mengubah gambaran dan

    pola pengasuhan (Dagun,2002).

    Penyesuaian dalam

    mendampingi anak

    sakit

    Saat anak bayinya di

    diagnosa dokter mengalami

    thalassaemia, responden II

    tidak dapat melakukan

    apapun kecuali mengikuti

    dan menjalankan apa yang di

    sarankan oleh dokter, namun

    kemudian berusaha mencaritahu apa itu thalassaemia dan

    bagaimana jenis penyakit

    tersebut. Setelah mengetahui

    ia lebih ikhlas dan sabar serta

    menjalankan pengobatan

    anaknya dengan teratur.

    Carpenito (1998),

    menyebutkan bahwa

    kecemasan dipengaruhi

    oleh berbagai situasi,

    beberapanya disebutkan

    sebagai bentuk ketakutan

    individu karena suatu

    penyakit dan faktorkeluarga. Meskipun

    keadaannya sangat susah

    tapi ia berusaha

    menyesuaikan keadaan

    dan tidak merasa terbebani

    dengan keadaan tersebut.

    Perasaan ayah

    melihat perawatan

    yang dilakukan

    terhadap anak.

    Responden II mengaku

    bahwa ia takut dan sedih

    melihat kondisi anaknya

    yang sakit waktu itu. Haltersebut lantaran, ia tidak

    mengetahui sama sekali apa

    dan bagaimana thalassaemia,

    sehingga untuk melakukan

    suatu tindakan bagi

    kesehatan ankanya ia

    menjadi takut akn terjadi

    kenapa-kenapa.

    Keable (1997) mengatakan

    ada suatu stres ketika

    seseorang menjadi cemas.

    Stres tersebut merupakantekanan psikologis yang

    mampu membuat perasaan

    menjadi sangat gelisah,

    takut berkepanjangan,

    tidak tenang, gangguan

    pada proses berpikir, dan

    sebagainya. Pak SA

    mengalami hal tersebut

    karena saat mengalami

    perawatan untuk anaknya,

    Dhoni saat itu masih bayi

    berumur 3 bulan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    35/66

    Ketakutan jika

    penyakit anak

    menjadi kambuh dananak menjadi trauma

    Responden II sangat

    memperhatikan kesehatan

    dari Dhoni. Sehingga ketika

    Dhoni sudah terlihat lesu dan

    lemas juga pucat, maka

    responden II langsung

    mengajak Dhoni untuk pergi

    kerumah sakit atau

    Puskesmas terdekat untuk

    mendapatkan pertolongan

    pertama.

    Selain itu, pengobatan non-

    medis yang pernah dilakukan

    untuk Dhoni harus di

    hentikan karena

    menyebabkan efek samping

    bagi tubuh Dhoni

    Keable (1997)

    mengungkapkan Trauma

    dari peristiwa-peristiwapsikologis tertentu;

    kecemasan timbul

    diakibatkan mengalami

    kejadian yang tidak

    menyenangkan sehingga

    perasaan menjadi was-was

    dan terlalu protektif

    terhadap diri sendiri

    maupun orang lain.

    Responden II yang sangat

    memperhatikan kondisianaknya menjadi lebih

    cemas ketika melihat

    kondisi anaknya sedang

    dalam kondisi yang tidak

    baik.

    Menjadi overprotectterhadap anak yang

    sakit

    Pak SA mengaku bahwa iasayang dengan kadar yang

    biasa saja pada anaknya. Dan

    tidak protektif dalam

    menjaga dan merawat

    anaknya yang mengalami

    thalassaemia. Hal tersebut

    karena mereka hanya

    memiliki Dhoni yang

    merupakan anak satu-satunya, mereka (responden

    II dan istrinya) membiarkan

    anaknya beraktifitas seperti

    biasa, hanya lebih

    memperhatikan kondisi

    kesehatannya yang tidak

    boleh terlalu lelah.

    Keable (1997)mengungkapkan kejadian

    dan peristiwa tertentu akan

    menyebabkan seseorang

    menjadi terlalu protektif

    terhadap orang yang ia

    sayangi. Akan tetapi dalam

    pengakuannya kepada iter,

    ia tidak sampai menjadi

    orangtua yang pengekang.Pak SA juga mengatakan

    masih dalam tahap yang

    wajar untuk perkembangan

    anaknya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    36/66

    Kecemasan ayah

    akibat dari peristiwa

    psikologis tertentu

    Kecemasan yang dirasakan

    oleh responden II akan

    kehilangan anaknyadiutarakan kepada iter, hal

    ini karena Dhoni merupakan

    anak satu-satunya dan saat

    Dhoni sakit waktu itu masih

    sangat kecil sekali (bayi

    berumur 3 bulan). Bahkan

    sampai saat ini pun

    kecemasan dan kekhawatiran

    responden II masih ada, hal

    ini di sebabkan karena

    responden II paling seringdan sehari-harinya bersama

    anaknya tersebut.

    Carpenito (1998)

    menjelaskan bahwa faktor

    kecemasan, disebabkanoleh situasional

    berhubungan dengan

    ancaman konsep diri

    terhadap perubahan status,

    adanya kegagalan

    kehilangan benda yang

    dimiliki dan kurang

    penghargaan dari orang

    lain. Berhubungan dengan

    kehilangan orang terdekat

    karena perceraian,kematian, tekanan budaya,

    perindahan dan adanya

    perpisahan sementara

    Kecemasan Ayah

    akibat adanya stres

    dan kegagalan dalam

    belajar

    Sebenarnya tidak ada

    masalah dalam hal belajar

    Dhoni, meskipun daya

    nangkapnya agak lambat dan

    bukan merupakan anak yang

    berprestasi di dalam kelas di

    sekolahnya, namun sampaisaat ini urusan sekolah Dhoni

    tidak ada masalah.

    Responden II adalah orang

    yang paling sering menemani

    Dhoni belajar, karena ia yang

    lebih sering ada di rumah

    sudah tentu lebih memiliki

    banyak waktu luang untuk

    mambantu anaknya belajar.

    Bentrok yang terjadi pada

    ayah dan ibu dalam

    metode pengajaran anak

    yang berbeda, sehingga

    diantara keduanya saling

    menuduh dan saling

    menyalahkan (Hurlock,1980). Pada kondisi

    keluarga responden II hal

    tersebut tidak terjadi,

    karena dalam metode

    pengajaran lebih banyak di

    pegang oleh responden II

    sebagai ayah, dan ibu tidak

    mengurusi hal tersebut.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    37/66

    Tidak mendapatkan

    dukungan dari

    keluarga.

    Responden II mengatakan

    pada iter bahwa dukungan

    yang diterimanya tidakberhenti bahkan sampai saat

    ini masih banyak yang

    menganjurkannya untuk

    melakukan pengobatan

    alternatif lagi, akan tetapi

    tidak ia lakukan, lantaran

    anaknya yang menerima

    perawatan tersebut

    mengalami gejala efek

    samping yang mencemaskan.

    Dukungan sosial akan

    mempengaruhi individu

    yang mengalami peristiwa-peristiwa tertentu.

    Dukungan sosial tersebut

    akan menjadikan motivasi

    yang baik jika dukungan

    tersebut merupakan

    dukungan yang positif.

    Meskipun dukungan

    tersebut merupakan saran-

    saran pengobatan, tapi

    responden II merasa masih

    banyak perhatian yang iadapatkan dalam

    kondisinya seperti saat

    sekarang ini.

    3. Responden III

    a. Gambaran umum responden III

    TABEL 6. IDENTITAS RESPONDEN III

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    38/66

    Identitas Responden Responden B Identitas Istri Responden

    Identitas Responden:

    Nama Inisial

    Usia

    Usia Perkawinan

    Agama

    Pendidikan

    Pekerjaan

    Suku Bangsa

    Jumlah anak

    Jumlah anak penderita

    thalassaemia

    IS

    51 tahun

    17 tahun

    Islam

    Tidak selesai SD

    Kurir rantang

    Tinghoa-Muslim

    4 orang

    2 orang (anak sulung dan

    anak bungsu).

    Tn

    41 tahun

    17 tahun

    Islam

    SD

    Ibu rumah tangga

    Jawa

    4 orang

    2 orang (anak sulung dan

    anak bungsu).

    Identitas Anak

    Responden

    Nama Samaran

    Jenis Kelamin

    Usia

    Agama

    Pendidikan

    Pekerjaan

    Suku Bangsa

    Diagnosa Penyakit

    Vina & Dito

    Perempuan & Laki-laki

    16 tahun & 6 Tahun

    Islam

    SMK & SD

    Kelas XI dan kelas I

    Tionghoa-Muslim

    Pertama kali yang diketahui anak dari Responden

    IIImenderita thalassaemia adalah Vina yang merupakan

    anak sulung yang pada saat itu sedang demam. Setelah

    panas tubuhnya berkurang, Responden IIImenyuruh

    anaknya untuk mandi supaya badannya lebih segar, akan

    tetapi yang terjadi adalah Vina pingsan setelah selesai

    mandi. Vina dilarikan ke rumah sakit Methodist jalan

    Thamrin-Medan. Dokter rumah sakit menyarankan agar

    Vina melakukan tes darah di laboratorium agar hasilnya

    lebih akurat. Dari pemeriksaan darah, hasil menunjukkan

    bahwa Vina menderita thalassaemia mayor. Kala itu Vina

    berumur 12 tahun. Sebelum dirujuk ke rumah sakit umum

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    39/66

    pemerintah, dokter di rumah sakit tersebut menyarankan

    agar adik-adik Vina yan lain juga diperiksa, jika ada yang

    menunjukkan gejala yang serupa, seperti pucat dan seringpusing. Dari pemeriksaan diketahui bahwa adik laki-laki

    bungsu Vina yang bernama Dito juga merupakan penderita

    thalassaemia.

    a.1. Hasil Observasi Responden III

    Pada pengamatan yang dilakukan pada responden saat wawancara

    diperoleh data observasi mengenai responden III, yaitu; responden III

    memiliki tubuh yang cenderung tegap, juga memiliki tubuh yang tinggi,

    sedikit berkumis, dan rambut yang sedikit lurus dan jigrak. Wawancara

    pertama dilakukan di rumah sakit umum Haji Adam Malik Medan, saat itu

    beliau seperti halnya pada responden I dan responden II ikut menghadari

    pertemuan antara para orangtua penderita thalassaemia dan para dokter yang

    menangani pasien-pasien thalassaemia. Beliau datang memang di dampingi

    oleh istri beliau yang lebih sering menemani anak-anaknya melakukan

    perawatan dan pengobatan.

    Wawancara selanjutnya selalu dilakukan di kediaman beliau di jalan

    Sutomo Medan, wawancara berlangsung sampai lima puluh menit lamanya

    dalam setiap sesi wawancara. Wawancara yang dilakukan di ruang tamu

    rumah responden, antara responden dan iter duduk berseberangan.

    Keseharian ayah yang akan memiliki empat orang anak ini adalah sebagai

    pengantar rantang katering orang lain. Sehabis jam makan siang hari kantor

    (senin-jumat) pria yang sudah kepala lima ini sudah berada di rumah, karena

    jadwal mengantarkan rantang adalah sebelum jam istirahat kantor (jam makan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    40/66

    siang). Ketika ditanya apakah beliauy sering menemani anak-anaknya berobat

    ke rumah sakit, beliau mengatakan lebih sering berada di rumah sakit di kala

    malam, melakukan pertukaran jam dengan istrinya yang harus pulang ke

    rumah. Hal tersebut dikarenakan ia bekerja pada pagi hari sebagai kurir, yang

    tidak dapat di tinggalkan. Istri dari responden III hanya sebagai ibu rumah

    tangga. Ia yang kerap menemani anak-anak yang menderita thalassaemia

    untuk melakukan perawatan dan pengobatan. Upah yang ia terima

    perbulannya masih dirasakan kurang untuk memenuhi kebutuhan diri, istri

    dan keempat anaknya, tapi ia bersyukur bahwa tiga dari anak-anaknya

    bersekolah di sekolah negeri, sehingga ia masih merasa tidak terlalu berat

    dalam menyekolahkan anak-anaknya. Kehidupan ekonomi Responden

    IIImasuk kedalam golongan oang-orang yang tidak mampu. Kehidupan

    sehari-harinya hanya mengandalkan penghasilan dari Responden IIIseorang,

    karena istrinya hanya sebagai seorang ibu rumah tangga. Tidak ada keahlian

    khusus yang dimiliki oleh pria bermata sipit ini. Ia mengaku tidak lulus

    sekolah. Istrinya pun hanya tamat sekolah dasar (SD). Responden IIIsendiri

    mengaku cukup bangga dengan kehidupan pendidikan anak-anaknya yang

    jauh melampui pendidikan yang ia da istrinya peroleh.

    Hunian yang di tempati oleh responden III bersama keluarganya

    merupakan hunian yang sangat sederhana, jika pada responden I dan II iter

    masih menemukan ruang tamu dan ruang keluarga terpisah tidak untuk rumah

    responden III ini. Rumah yang berada di dalam gang dan masuk ke lorong

    rumah orang lain, yang bagi responden itu merupakan bagian dari rumah

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    41/66

    kakaknya responedn tergoolong jauh lebih sederhana. Dari tampilan luar

    setiap kamar hanya dibatasi oleh sekat-sekat triplex. Meskipun begitu,

    rumahnya tergolong nyaman dan di penuhi oleh beberapa alat-alat elektronik

    seperti komputer, televisi dan radio di sudut ruangan.

    g.2. Riwayat Penyakit Anak Responden III

    Anak penderita thalassaemia yang dimiliki responden III ada dua orang.

    Yang pertama anak perempuan sulungnya, dan yang kedua merupakan anakl

    laki-laki bungsunya. Keduanya merupakan penderita thalassaemia mayor.

    Meskipun mayor, salah satu anaknya didiagnosa baru setelah ia menginjak

    usia remaja. Anak perempuan yang sulunglah yang mengalami hal tersebut.

    Pertama kali diketahui adanya penyakit thalassaemia dalam keluarga

    responden III adalah ketika Vina, putri sulung responden dan istri yang saat

    itu berusia 12 tahun mengalami demam tinggi, ketika demam mulai mereda,

    responden III menyarankan agar anaknya tersebut untuk mandi bair lebih

    segar dan cepat hilang panas tubuhnya. Namun, setelah mandi tersebut

    putrinya semakin parah menggigil dan kemudian pingsan, sehingga dilarikan

    ke rumah sakit Methodist di jalan Thamrin Medan. Dari tinjauan dokter,

    responden III diarahkan untuk melakukan tes laboratorium untuk Vina.

    Begitu hasilnya keluar, dan menyatakan bahwa Vina menderita thalassaemia,

    responden III kemudian di sarankan untuk memeriksakan ketiga anaknya

    yang lain atau sekiranya mempunyai ciri-ciri, terlihat lemas, lesu dan pucat

    atau mirip-mirip dengan kondisi kakaknya. Setelah diperiksakan ternyata

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    42/66

    Dito anak bungsu responden III juga menderita thalassaemia mayor, saat itu

    Dito berumur 4 tahun. Dua putri responden III dinyatakan sehat dan tidak

    mengalami kondisi yang sama dengan Vina dan Dito.

    Ia juga mengatakan bahwa sakit anak-anak merupakan bawaan dari

    turunan sifat genetis dirinya dan istrinya. Menurut penuturan Pak IS, saat ini

    Vina sudah tidak lagi menjalani transfusi darah sebulan sekali seperti adiknya

    Dito. Vina menjalani transfusi dua sampai tiga bulan sekali saat ini. Berbeda

    dengan Dito yang tetap harus menjalani transfusi darah setiap sebulan sekali.

    h. Peran Ayah

    b.1. Peran Ayah sebagai Pencari Nafkah

    Hidup keluarga responden III sangat bergantung dengan penghasilan

    dirinya sebagai kpencari nafkah tunggal. Penghasilannya yang tidak lebih dari

    3 juta rupiah harus dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga sebulan penuh

    baik sandang maupun pangan. Kebutuhan yang primer maupun sekunder.

    Akan tetapi setiap hal yang ia lalui selalu optimis. Kalaupun ada keperluan

    yang mendesak dan membutuhkan uang yang banyak, ia tidak begitu

    khawatir, karena ia tinggal berada di dekat keluarganya. Hampir serupa

    dengan kondisi lingkungan tempat tinggal responden II, responden III juga

    tinggal di daerah dimana banyak saudara kandungnya yang tinggal

    bertetanggaan.

    Oh, ya kalo dihitung-hitung ya ga cukup, wah.. tapi di cukup-cukupilah...

    di pada-padain.

    (R3.W1.b.50-52.h.38)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    43/66

    Ketika iter menanyakan apakah penghasilan yang di dapatkan perbulan

    dapat dibagi dengan keperluan kesehatan/ biaya yang harus dikeluarkan untuk

    pemeriksaan kesehatan/ perawatan dan pengobatan, responden III mengatakan

    bahwa untuk urusan pengobatan sudah menggunakan Jamkesmas sebagai

    bantuan kesehatan yang diberikan Pemerintah untuk masyarakat golongan

    seperti dirinya. Sehingga dengan bantuan tersebut ia tidak lagi memikirkan

    biaya kesehatan, kecuali dalam keadaan pengobatan dan perawatan tersebut

    tidak di dapatkan darah untuk transfusi anak-anaknya, mau tidak mau ia harus

    merogoh kantongnya untuk biaya darah sebagai pasien umum.

    ya kalau anak yang sakit kan pake Jamkesmas, ya kami mengharap dari

    situ ajalah biayanya

    (R3.W1.b.56-58.h.38)

    ya kalo ga pake Jamkesmas ya ga tahan juga, darah aja udah berapa ya

    kan?

    (R3.W1.b.60-61.h.38)

    b.2. Peran Ayah sebagai Pemberi Rasa Aman dan Perlindungan

    Ayah merupakan sosok kuat dalam pemberian rasa aman, nyaman dan

    pemberi perlindungan. Ketika iter menyinggung mengenai keamanan yang

    diberikan responden III untuk keluarganya, ayah yang suaranya besar ini

    mengatakan bahwa tempat tinggal yang mereka tempati saat ini merupakan

    tempat yang baik. Ia besar dan tumbuh di daerah itu, sudah banyak mengenal

    orang-orang sekitarnya sejak dari dulu, dan menjamin bahwa tidak akan ada

    gangguan yang signifikan dari temapt mereka tinggal. Ia juga tidak secar

    khusus menjaga linkungan karena ia percaya bahwa ia mengenal baik

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    44/66

    lingkungannya. Selama daerah itu masih bisa dihuni, masih nyaman untuk

    beraktifitas menurutnya itu merupakan tempat yang masih baik.

    kalau di liat dari tempat tinggal kami termasuk aman, lingkungannya

    juga. Ini rumah yang ditempati ini bekas tanah orangtua saya, di bagi untuk

    anak-anaknya, sebelah kakak saya. Jadi, mudah-mudahan sampe sekarang

    belum adalah gangguan-gangguan..

    (R3.W1.b.67-73.h.38)

    ya jauh dari gangguan, tidak terusik masalah-masalah. Hidup dan

    aktifitas lancar, itu aja.

    (R3.W1.b.76-78.h.38)

    b.3. Peran Ayah sebagai Pemberi Perhatian dalam Pendidikan

    Ayah yang berusia setengah abad ini mengaku tidak lulus sekolah. Ia

    pernah mengenyam bangku sekolah di sekolah dasar (SD) namun tidak sampai

    selesai, hal ini lantaran orangtuanya merupakan orang susah yang tidak

    sanggup menyekolahkan anak-anaknya sampai tingkat yang tinggi. Sang istri,

    ibu Tn masih lebih baik menamatkan sekolah dasarnya. Walaupun mereka

    berdua bukan merupakan orang yang berlatarbelakang pendidikan yang tinggi,

    namun responden III sangat menginginkan anak-anaknya bisa bersekolah

    lebih baik jauh dari mereka. Pada iter responden III sangat lantang

    mengatakan bahwa ia akan berusaha mencari uang agar anak-anaknya

    sekolah,dan tidak bernasib sama dengan dirinya.

    Ia juga mengatakan bahwa pendidikan merupakan hal yang penting bagi

    kehidupan. Karena pendidikan dapat mengubah nasib seseorang, dan ilmu

    sangat bermanfaat bagi kehidupan jangka panjang.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    45/66

    pentinglah. Ga mungkinlah orangtua mau anaknya nasibnya sama kaya

    orangtuanya. Mereka harus sekolah! Yang paling tua ini udah SMK, yang dua

    lagi SMP, tinggal dia aja lah yang SD (menunjuk ke anak bungsu).

    (R3.W1.b.115-120.h.39)

    Meskipun ia tidak mengerti apapun yang di pelajari anak-anaknya tapi ia

    berharap nasibnya jauh lebih baik dibanding dirinya yang tidak bersekolah. Ia

    juga tidak sesekali membantu anak-anaknya belaajr, meskipun ia tidak

    mengerti dengan pasti ilmu yang dipelajari anak-anaknya, tapi jika ia tahu apa

    yang ditanyakan anaknya ia akan membantu menjelaskan kepada anak-

    anaknya tersebut.

    aku rasa, memang ga ngerti lha sekolah orang ini. Tapi mereka harus

    sekolah. Aku cari duitnya, sekolah lah mereka. Sampe mana aku mampu

    nyekolahinnya, aku usahakan.

    (R3.W1.b.124-128.h.39)

    sekali- sekali ke tengok aku juga. Tapi kalo ngajarin ya ga mungkinlah...

    mereka ini sekolahnya udah lebih tinggi, kek mana pulak ga tamat SD

    ngajarin yang udah SMP, ya kan pulak? Hahaha...

    (R3.W1.b.132-136.h.39)

    adalah, pas yang aku ngerti, mau juga mereka nanyanya... selebihnya aku

    juga ga tau. Tapi ada jugalah mereka nanya sama aku...hahaha (tertawa sangat

    keras).

    (R3.W1.b.140-144.h.40

    i. Kecemasan Ayah

    c.1. Penyesuaian dalam Mendampingi Anak Sakit

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    46/66

    Beberapa literatur bacaan menyatakan bahwa keluarga yang memiliki anak

    thalassaemia bagi sebagian orang awam merupakan hal yang sangat

    mengerikan. Adanya kekurangan informasi mengenai penyakit ini

    memperburuk keadaan. Bagi keluarga Responden IIIsendiri, terutama

    Responden IIIsebagai seorang ayah dan kepala keluarga hal tersebut sangat

    mencemaskan. Keterangan dokter mengenai diagnosa awal di rumah sakit

    Methodist sempat membuat Responden IIIsangat sedih. Melalui saran dokter,

    ia mulai memeriksakan Vina ke laboratorium untuk hasil yang lebih akurat.

    Vina di diagnosa dokter mengalami thalassaemia pada usia 12 tahun. Vina, di

    larikan ke Rumah Sakit karena demam tinggi dan mendadak pingsan setelah

    mandi.

    Jadi pertama kali dia (vina) itu demam, udah seminggu lah demamnya.

    Udah agak sembuh saya suruh mandi, abis mandi sesak napas dia. Jadi sayabawa dia ke Rumah Sakit Methodis, disana di periksa Hbnya udah tiga, jadi

    diagnosa dokternya dia kena Thalassaemia Mayor, trus di rujuklah dia ke

    Adam Malik. Sampe adam malik, di transfusi dua kali.

    (R3.W2.b.333-342.h.44)

    iya, udah saya lihat di Adam Malik, kok banyak kali juga lah yang sakit

    ini. Tadinya rasanya cuma saya sendiri aja yang anaknya sampe dua lagi yang

    sakitnya seperti ini...

    (R3.W2.b.416-420.h.45)

    c.2. Perasaan Ayah Melihat Perawatan yang Dilakukan Terhadap Anak

    Sebagai orang awam yang tidak pernah mendapat informasi apapun

    mengenai penyakit yang diderita anak-anaknya, bagi responden III cukup

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    47/66

    membuat sedih. Anak yang dianggap selalu sehat dan segar harus bergantung

    dengan transfusi darah setiap bulannya. Ini membuat responden III sempat

    merasa depresi.

    haduh, ga tau lagi lha saya dek. Kayanya saya sedih...kali. kok bisa saya

    lha yang nerima. Hidup enggaknya senang kali. Malah begini lagi lha cobaan.

    Tapi setelah ketemu banyak orang yang punya masalah serupa agak terobati

    juga perasaan saya ini, saya pikir waktu itu, o...ternyata banyak yang

    ngalamin anaknya sakit ini kaya terhiburlah sedikit...

    (R3.W2.b.401-410.h.45)

    Tapi setelah bertemu dengan banyak orang yang mengalami nasib yang

    serupa ia sedikit merasa lebih lega. Ternyata sakit itu bukan hanya ia yang

    mengalaminya sendirian. Perlahan ia mencoba ikhlas dan menerima keadaan

    yang dialami anak-anaknya dan berusaha menjalani perawatan dan

    pengobatan dengan sebaik mungkin agar anak-anaknya selalu sehat.

    sampe udah ketemu banyak orang yang ngalamin serupa lha waktu itu.

    Udah ngeliat banyak yang ngalamin sakit kek gini, ada yang anaknya kecil-

    kecil, ada yang sakitnya lebih parah, kondisi badannya lebih rentan trus saya

    pikir, ga saya aja yang ngalamin... Tadinya ada juga perasaan kesal sama

    Tuhan. Kok saya?! Tapi udah dilihat begitu, ada perasaan tenang

    lah...rupanya ada lah yang bayi pun udah sakit terus masih kecil begitu udah

    di tusuk-tusuk jarum... Itulah yang saya lihat.

    (R3.W2.b.424-436.h.46).

    c.3. Ketakutan Jika Penyakit Anak Menjadi Kambuh dan Anak Menjadi

    Trauma

    Yang kerap membuat khawatir responden III adalah kondisi anak

    bungsunya Dito. Karena ia masih kategori anak-anak yang cenderung aktif

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    48/66

    dan tidak bisa diam, ia jadi lebih mudah lelah dan lemas setelah beraktifitas

    berat seperti lari dan bermain-main dengan teman sebayanya. Kondisi tersebut

    menjadikan Hb darah Dito jadi lebih cepat menurun, padahal orang yang

    menderita thalassaemia tidak boleh terlalu lelah. Bebebrapa kali sering

    memarahi Dito, karena pernah sakin capeknya bermain, anak laki-laki yang

    masih kelas 1 SD ini sampai mimisan, begitu yang disampaikan responden III

    kepada iter.

    Kalo adekannya ini ga ada lha, paling maen komputer itu aja. Tapi masih

    lebih bagus ketimbang main di luar rumah. Suka ga ke pantau kita mainnya

    gimana ato dimana.

    (R3.W2.b.543-548.h.48).

    enggak. Kalo sampe segitu dokternya marah. Itu si Dito, kalo Vina

    terakhir drop itu pas pertama kali ketauan sakit itu aja. Selanjutnya ga pernah

    di bawah tujuh.

    (R3.W2.b.572-576.h.49)

    c.4. Kecemasan Ayah yang Mengakibatkan Overprotect Terhadap Anak

    yang Sakit

    Bagi responden III kasih sayang harus dibagi rata, tidak ada yang dibeda-

    bdeakan meskipun ada anak yang sakit. Meskipun sakit tapi jika melakukan

    kesalahan tetap harus di hukum. Tidak ada membeda-bedakan antara satu

    dengan yang lainnya. Yang membedakan hanya bentuk nasihat agar anak yang

    sakit tetap waspada dengan kondisi kesehatanya. Itu yang disampaikan oleh

    responden III kepada iter pada saat wawancara di rumahnya jalan Sutomo

    pada minggu siang.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    49/66

    enggaklah. Semua sama aja, ga ada yang dibeda-bedain... ga liat siapa

    yang sakit, siapa yang sehat, tapi kalo dari perawatan sama mengingatkan ya

    agak bedalah.. kalo kakaknya udah besar ya udah tau juga jadi ga paladibilang kali. Tapi kalo adeknya ini kan masih perlu banyak diingatin.. nanti

    panas sikit dia pun suka mimisan.. agak bandel kalo yang kecil ini..

    (R3.W1.b.169-178.h.40)

    c.6. Kecemasan Ayah Akibat dari Peristiwa Psikologis Tertentu.

    Pengalaman adalah guru yang berharga begitu kata pepatah, namun bagi

    responden III pengalaman mengajarkan kita menjadi lebih tegar dan siap

    dengan kondisi apapun. Meskipun sebagai pasien Jamkesmas, tapi tidak

    lantas semua hal mudah dilakukan. Sudah tertolong di masalah biaya, belum

    tentu dalam prosesnya selalu mudah. Itu yang dialami oleh Ayah Vina dan

    Dito ini, ada kalanya ia harus mencari stok darah ke PMI pusat dan PMI

    cabang, karena stok darah di Medan sangat minim sekali sehingga banyak

    pasien thalassaemia yang merasa kesulitan. Bahkan menurut Responden

    IIIini, ia pernah datang ingin membeli darah, tapi dari pihak PMI sendiri

    meminta donor ganti, meskipun ia sudah membeli dengan uang. Hal tersulit

    yang selama ini dijalani adalah mencari-cari stok darah.

    Tapi di setiap kesulitan pasti ada kemudahan, ia merasa selalu di

    mudahkan urusannya dalam mendapatkan darah. Banyak pihak yang mau

    mambantunya seperti orang-orang dari komunitas sosial, maupun para

    orangtua penderita thalassaemia.

    kalo semua pake biaya sendiri ya ga tahanlah... yang kaya pun bisa

    melarat kalo kaya gini. Biayanya aja udah berapa. Sekali pengobatan kalo

    biasa sendiri bisa sepuluh juta perbulan. Kan ada juga itu yang kaya berobat

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    50/66

    pake biaya sendiri. Kaya pertemuan orangtua waktu itu, dia pasien dari

    Rumah Sakit Advent. Dia cerita kalo perbulannya bisa sepuluh juta.

    (R3.W2.b.553-561.h.48)

    payah ngurusnya, biasanya yang mau beli darah di suruh bawa donor

    pengganti. Stoknya juga kadang-kadang kosong. Payah sekarang susah. Tapi

    semua juga bilang untuk donor semua agak repot nyariin kalo ada donor apa

    enggak. Nawarin ke temen ato sodara untuk jadi donor semua rata-rata

    jawabnya enggak. Alasannya macem-macem. Itulah kendalanya tadi, keliatan

    sepele tapi itu pula yang penting kan?

    (R3.W2.b.375-385.h.45).

    c.7. Kecemasan Ayah Akibat Adanya Stress dan Kegagalan dalam

    Belajar

    Responden III mengakui bahwa ia tidak mengerti apapun yang dipelajari

    oleh anak-anaknya di sekolah. Hal ini lantaran keterbatasan ilmu pendidikan

    yang ia miliki. Namun, hal tersebut tak lantas membuta ia stress dan frustasi

    apalagi rendah diri dihadapan anak-anaknya. Baginya memang sudah kodrat

    Tuhan mentakdirkan hidupnya seperti ini. Di saat seperti itu ia bangga

    lantaran si sulung Vina baru saja selesai PKL (Praktek Kerja Lapangan) yang

    di tugaskan oleh gurunya di sekolah. Prestasi yang dilakukan Vina membuat

    responden III sebagai ayahnya bangga dengan hal tersebut.

    Ia merasa bangga dengan anak-anaknya yang mulai makin menanjak

    tingkatan sekolahnya dan membuat responden mengatakan bahwa ia akan

    menyekolahkan anaknya kemana saja sampai mana ia mampu menyekolahkan

    anak-anaknya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 contoh kongkrit wawancara

    51/66

    pentinglah. Ga mungkinlah orangtua mau anaknya nasibnya sama kaya

    orangtuanya. Mereka sekolah. Yang paling tua ini udah SMK, yang dua lagi

    SMP, tinggal dia aja lah yang SD (menunjuk ke anak bungsu).

    (R3.W1.b.115-120.h.39)

    Tau. Semua tahu. Kalo kakaknya ini malah baru aja selesai PKL yang di

    tugaskan sekolahnya. Pihak sekolah tau lah kalo mereka sakit.

    (R3.W2.b.526-529.h.48)

    j. Reaksi Terhadap Penyakit Thalassaemia yang dialami oleh anak

    Responden I

    Anak adalah anggota keluarga yang memang diharapkan kehadirannya

    dalam kehidupan berumah tangga. Dan memiliki anak thalassaemia sampai

    mencapai dua orang, bagi beberapa orangtua bisa jadi merupakan kejadian

    yang sangat mengkhawatirkan.

    haduh, ga tau lagi lha saya dek. Kayanya saya sedih...kali. kok bisa sayalha yang nerima. Hidup enggaknya senang kali. Malah begini lagi lha cobaan.

    Tapi setelah ketemu banyak orang yang punya masalah serupa agak terobati

    juga perasaan saya ini...

    (R3.W2.b.401-407.h.45).

    Kecemasan yang lain yang dirasakan oleh Responden IIIadalah ketika

    waktu untuk anak-anaknya melakukan transfusi darah, malah tidak didapati

    jumlah stok darah yang memadai. Hal itu akan membuat responden III rela

    mencari darah kesana-kemari sebagai bukti tanggung jawabnya sebag