cr tinjauan pustaka

Upload: maryko-awang-herdian

Post on 11-Feb-2018

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    1/30

    15

    TINJAUAN PUSTAKA

    Acute Heart Failure Syndromes (AHFS) / Sindrom Gagal Jantung Akut

    A. Introduksi

    AHFS merupakan penyebab utama dirawat di rumah sakit pada pasien usia

    di atas 65 tahun. Di AS, sekitar 3 juta pasien dikirim ke rumah sakit setiap

    tahunnya dengan gagal jantung sebagai diagnosa primer atau sekundernya.

    B. !"inisi

    oole!"ilson mende#inisikan gagal jantung sebagai sindrom klinis akibatdis#ungsi $entrikel yang disebabkan oleh abnormalitas jantung dan disertai

    dengan reaksi hormonal, neural, dan renal. American Heart Association

    mende#inisikan gagal jantung sebagai sindrom klinis kompleks yang

    berasal dari gangguan struktural atau #ungsional apapun pada pengisian

    $entrikel atau pada proses ejeksi darah.

    The European Society of Cardiology (ESC) Task Force Group

    mende#inisikan gagal jantung akut sebagai onset %epat&mendadak dari

    gejala dan tanda sekunder akibat dari #ungsi jantung yang abnormal, yang

    dapat terjadi dengan atau tanpa penyakit jantung sebelumnya. 'agal

    jantung akut merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan

    onset %epat atau terjadinya perubahan dalam mun%ulnya tanda dan gejala

    gagal jantung. (ondisi ini merupakan kondisi yang mengan%am nyawa

    yang memerlukan perhatian medis se%epatnya dan biasanya memerlukan

    perawatan segera ke rumah sakit. ada kebanyakan kasus, gagal jantung

    akut mun%ul sebagai akibat dari perburukan kondisi pada pasien yang telah

    didiagnosa gagal jantung sebelumnya )acute decompensated HF/AHF!

    acute decompensation of chronic HF/ACHF*. 'agal jantung akut juga

    bisa terjadi pertama kali )de no"o acute heart failure*. ada pasien dengan

    riwayat gagal jantung sebelumnya, biasanya terdapat presipitan&pen%etus

    yang jelas )misal, aritmia atau berhentinya konsumsi diuretik pada pasien

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    2/30

    16

    gagal jantung dengan "olume o"erloadatau hipertensi berat pada pasien

    dengan HF!+F*.

    Faktor!#aktor pemi%u terjadinya AHFS terdapat dalam tabel berikut.

    #. Klasi"ikasi

    raunwald membagi pasien AHFS menjadi-

    nset baru atau de no"o HF )sekitar /01 dari semua AHFS*.

    asien pada kelompok ini datang dengan keluhan dan gejala HF

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    3/30

    17

    untuk pertama kalinya dan tidak memiliki riwayat penyakit

    kardio$askular sebelumnya atau #aktor risiko 2D.

    HF kronik yang memburuk. asien ini memiliki riwayat penyakit

    gagal jantung kronik )HF stage 2 menurutguidelines A22&AHA*

    dan datang dengan episode dekompensasi. (elompok ini

    merupakan kelompok mayoritas dari pasien AHFS )sekitar 401*.

    asien ini memiliki presipitan yang mudah dikenali atau tidak

    memiliki penyebab dekompensasi yang jelas. Subgroup dari

    kelompok ini )01!51* mengalami ad"anced&end#stage HF.

    +S2 /004 membagi AHFS berdasarkan skenario klinis&presentasi klinisyang berbeda seperti dalam tabel di bawah ini.

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    4/30

    18

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    5/30

    19

    The EuroHeart Failure Sur"ey $$ )+HFS * membagi AHFS menjadi -

    %orsening/decompensated chronic HF )651*. (elompok ini terdiri

    dari pasien dengan tanda dan gejala kongesti yang memburuk.

    +dema pulmonal klinis )61*. asien datang dengan distres

    respiratori yang berat, hipoksemia, dan kongesti pada rontgen

    thoraks.

    Hypertensi"e HF )1*. ada kelompok ini, hipertensi dapat

    dipi%u oleh tonus simpatetik yang tinggi )hipertensi reakti#* akibat

    gagal jantung yang memburuk atau hipertensi yang menjadi

    penyebab HF.

    Syok kardiogenik )71*. (elompok ini mengalami tekanan darah

    yang rendah dan tanda hipoper#usi organ.

    $solated right#sided HF )31*. (elompok ini ditandai dengan

    kongesti sistemik.

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    6/30

    20

    A2S dan HF. 8ayoritas pasien ini datang dengan keluhan tidak

    nyaman di dada, hasil +(' sugesti# iskemia, dan terjadi

    peningkatan kadar troponin.

    A22&AHAguidelines /009 membagi AHFS menjadi -

    asien dengan "olume o"erload, dengan mani#estasi klinis berupa

    kongesti paru atau sistemik, sering dipi%u oleh peningkatan :D

    akut pada hipertensi kronik

    asien dengan cardiac output yang tertekan, dengan mani#estasi

    klinis berupa hipotensi, insu#isiensi renal, atau sindrom syok

    asien dengan kedua gejala di atas

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    7/30

    21

    Sedangkan klasi#ikasi untuk gagal jantung se%ara umum menurut ;

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    8/30

    22

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    9/30

    23

    . Pato"isiologi

    (ongesti paru atau sistemik paling sering disebabkan oleh tingginya

    tekanan diastolik =. Se%ara sederhana, pato#isiologi dari AHFS adalah

    terjadinya peningkatan terus!menerus dari $olume intra$askular yang

    menyebabkan gejala kongesti dan klinis dan pengobatan dengan diuretik

    menghasilkan perbaikan homeostasis. (ongesti sering terjadi bahkan tanpa

    adanya #aktor ketidakpatuhan pasien dan ketidakpatuhan pasien tidak

    selalu menyebabkan dekompensasi pada beberapa pasien. ada gagal

    jantung kronis kurang ada hubungan antara hemodinamik dengan kongesti

    klinis. Faktanya, mayoritas pasien dengan tekanan diastol $entrikel kiri

    yang tinggi tidak menunjukkan gejala kongesti se%ara klinis atau

    radiogra#ik. Hal ini berarti kongesti hemodinamik berkontribusi pada

    perburukan pasien gagal jantung, hal ini mungkin dihasilkan oleh

    tegangnya dinding jantung yang disebabkan oleh akti$asi sistem renin!

    angiotensin!aldosteron )>AAS*. Akti#nya >AAS akan memi%u berbagai

    respons molekular miokardium, termasuk hilangnya myosit dan

    peningkatan terjadinya #ibrosis dari matriks ekstraselular. Ditambah lagi

    dengan adanya peningkatan tekanan pengisian $entrikel kiri akan

    menyebabkan menurunnya tekanan per#usi koroner, yang menghasilkan

    iskemi subendokardial dan lebih jauh lagi akan menyebabkan dis#ungsi

    jantung. eningkatan tekanan pengisian $entrikel kiri dapat juga

    menyebabkan perubahan akut dari struktur $entrikel )bentuknya akan lebih

    s#eris* dan mengontribusi perburukan pada kasus regurgitasi mitral.

    8ekanisme!mekanisme ini memiliki peranan penting dalam perubahan

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    10/30

    24

    patologi $entrikel, sebuah proses yang lama yang dapat diper%epat

    prosesnya dengan setiap episode dekompensasi jantung.

    Fungsi $iokardial Pada Sindrom Gagal Jantung Akut

    erubahan pada #ungsi sistol dapat menginisiasi kaskade e#ek yang

    merugikan, termasuk akti$asi sara# simpatik dan aksis >AAS. Hal ini

    akan menyebabkan $asokonstriksi, peningkatan total $olume tubuh, dan

    redistribusi dari peri#er, peningkatan tekanan pengisian diastolik, dan

    gejala klinis. Akti$asi neurohormonal yang berlebihan dan terus!menerus

    berkontribusi pada $entrikular remodeling dan perburukan penyakit akibat

    kehilangan miosit. ada pasien dengan riwayat penyakit jantung iskemik,

    kerusakan dini dari #ungsi sistol mungkin akan menyebabkan penurunan

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    11/30

    25

    per#usi koroner dan se%ara progresi# akan memperburuk kerja jantung. ?ika

    perubahan!perubahan pada #ungsi sistolik miokardial terjadi se%ara tiba!

    tiba atau berat atau jika #ungsi sistolik telah sangat terganggu, maka pasien

    akan menunjukkan gejala hipotensi dan hipoper#usi organ. "alaupun

    penurunan #ungsi sistolik jelas memainkan peranan pada terjadinya AHF

    di beberapa kasus, data menunjukkan bahwa kira!kira setengah pasien

    dengan AHF menunjukkan #ungsi sistolik yang masih baik. Abnormalitas

    #ungsi diastol terjadi pada pasien dengan #raksi ejeksi yang masih baik dan

    yang sudah terganggu. 'angguan #ase diastolik berkaitan dengan

    kekakuan pasi#, relaksasi akti# yang abnormal dari $entrikel kiri, atau

    keduanya.

    Hipertensi, takikardi, dan iskemik miokardial dapat menyebabkan

    kerusakan lebih jauh dari pengisian diastolik. Semua mekanisme ini

    berkontribusi pada peningkatan tekanan diastolik akhir $entrikel kiri yang

    lebih tinggi yang kemudian dire#leksikan kembali ke sirkulasi kapiler

    pulmonal.

    $!kanism! Gin%al Pada Gagal Jantung Akut

    'injal memainkan dua peranan utama dalam proses pato#isiologi

    terjadinya gagal jantung. ertama dengan mengontrol $olume

    intra$askular dan yang kedua ialah ginjal bertanggung jawab dalam

    produksi neurohormonal )sistem >AAS*. Abnormalitas #ungsi renal

    dikaitkan sebagai #aktor risiko terjadi perburukan dan dekompensasi

    pasien HF. Dimana perburukan #ungsi ginjal berperan sebagai tanda dari

    tingkat keparahan penyakit yang lebih besar, perubahan #ungsi ginjalselama terapi AHF )sindrom kardiorenal* juga memainkan peranan dalam

    pato#isiologi HF. 'angguan cardiac outputdan terapi loop diuretik yang

    berlebihan akan menghasilkan akti$asi neurohormonal lebih lanjut yang

    dipertimbangkan sebagai penyebab utama timbulnya sindrom kardiorenal.

    Sindrom kardiorenal dide#inisikan sebagai perburukan #ungsi ginjal

    selama perawatan di >S meskipun telah terjadi perbaikan klinis sebagai

    respon dari terapi diuretik dan $olume intra$askular yang adekuat. Data

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    12/30

    26

    terkini menunjukan bahwa peningkatan tekanan $ena sentral juga

    berkontribusi pada sindrom gagal ginjal akut. (erusakan miokardial dan

    ginjal selama dirawat di >S pada pasien dengan sindrom gagal jantung

    akut juga berkontribusi pada perburukan HF.

    $!kanism! &askular 'ada Gagal Jantung Akut

    Se%ara klinis, kebanyakan pasien dengan sindrom gagal jantung akut

    datang dengan hipertensi dibandingkan dengan tekanan darah yang rendah.

    eningkatan tekanan darah disebabkan oleh peningkatan tekanan pengisian

    $entrikel kiri, pengakti#an sistem sara# simpatis, dan >AAS.

    P!ngka%ian Pasi!n d!ngan Sindrom Gagal Jantung Akut

    engkajian seksama, meliputi pemeriksaan #isik, data laboratorium, dan

    hasil dari tes tambahan, penting untuk mengoptimalkan manajemen dari

    pasien AHFS.

    resentasi (linis Awal

    (ebanyakan pasien AHFS menunjukkan gejala yang berkaitan dengan

    kongesti sistemik dan pulmonal serta dispnea, dimana biasanya gejala

    tersebut yang akan mendorong pasien untuk memeriksakan diri ke klinisi.

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    13/30

    27

    (ondisi terbanyak pada AHFS yaitu 491 mengalami dispnea, sedangkan

    sebanyak 31 datang dengan keluhan mudah lelah dan menyebabkan

    pasien dirawat.

    :ekanan Darah

    engukuran tekanan darah adalah salah satu tahapan terpenting dalam

    pengkajian awal dari pasien AHFS. :ekanan darah digambarkan sebagai

    pro#il klinis yang memandu strategi dalam hal manajemen pasien. :ekanan

    darah sistolik dan diastolik, tekanan nadi, dan perubahan ortostatik

    berkaitan dalam menge$aluasi pasien dan memberi gambaran mekanisme

    pato#isiologi dari AHFS. :ekanan darah sistolik biasanya normal atautinggi )S @70 mmHg*, rata!rata 01 pasien memiliki tekanan darah

    sistolik 40 mmHg. Hanya sebagian ke%il pasien yang mengalami

    hipotensi sistolik )S @90 mmHg*. asien yang menunjukkan tekanan

    darah sistolik yang tinggi mungkin berkaitan dengan peningkatan tonus

    simpatik yang dipi%u oleh peningkatan tekanan pengisian $entrikel kiri

    )reakti# hipertensi*. Sebagian ke%il pasien akan resisten pada terapi awal

    dan membutuhkan $asodilator arteri. eningkatan tekanan darah diastolik

    menunjukkan adanya peningkatan tonus simpatik, sebaliknya tekanan

    diastolik yang rendah biasanya ada $asodilatasi peri#er, yang menunjukkan

    bahwa ada output yang tinggi yang disebabkan oleh berbagai kondisi,

    seperti hipertiroid dan #istula arterio$ena. :ekanan nadi biasanya

    meningkat pada pasien dengan insu#isiensi aorta, anemia dan lain

    sebagainya. (etika tekanan nadi menurun, menunjukkan sebuah output

    jantung yang rendah yang dikaitkan dengan $asokonstriksi sistemik.

    emeriksaan Fisik

    emeriksaan umum dan tanda!tanda $ital akan memberikan petunjuk

    penting tentang adanya distres respiratori, oksigenasi, status $olume, status

    nutrisi, atau tanda!tanda dari penyakit lainnya yang mendasari. erubahan

    status mental menjadi tanda adanya hipoper#usi otak dan pasien biasanya

    menunjukkan gejala takipnea, pu%at, berkeringat, dan tidak dapat

    berbaring telentang. emeriksaan leher di#okuskan pada tekanan jugularis

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    14/30

    28

    dimana dapat memberi petunjuk estimasi tekanan $ena. :ekanan $ena

    jugularis )?* adalah pengukuran langsung tekanan atrium kanan dan

    ditulis dalam sentimeter air. 8ayoritas pasien dengan AHFS mengalami

    peningkatan ? sebagai tanda adanya peningkatan tekanan pengisian

    $entrikel kiri. 8eskipun begitu, ? tidak dapat dijadikan indikator

    peningkatan tekanan diastolik $entrikel kiri pada pasien dengan isolated

    right#sided HF. nspeksi dada anterior memperlihatkan area diskinetik di

    atas pre%ordium, yang menunjukkan adanya aneurisma $entrikel kiri. ada

    palpasi, punctum ma&imumdapat bergeser, yang menunjukkan terjadinya

    pembesaran jantung. Suara S7 jantung sering dapat terdengar pada pasien

    dengan HF dan #ungsi sistolik yang masih baik, pada irama sinus.

    (ebalikannya, S3 sangat spesi#ik untuk #raksi ejeksi yang telah menurun.

    8urmur sistolik sering terdengar pada pasien dengan $entrikel kiri yang

    mengalami dilatasi dan #raksi ejeksi rendah dan biasanya berhubungan

    dengan insu#isiensi mitral sekunder. emeriksaan paru dapat memberikan

    petunjuk penting mengenai status $olume pasien dan adanya kongesti

    paru. erkusi dada posterior dapat menunjukkan redup pada satu atau

    kedua basal paru )lebih sering paru kanan*, yang menunjukkan terjadinya

    e#usi pleura sekunder akibat HF. Suara ronkhi inspiratorik terdengar pada

    kebanyakan pasien dengan AHFS, yang menunjukkan peningkatan

    tekanan pengisian $entrikel kiri dan transudasi al$eolar.

    emeriksaan abdomen )inspeksi* dapat menunjukkan adanya as%ites, yang

    biasanya berhubungan dengan right#sided HF yang berat. ada palpasi

    dapat ditemukan hepatomegali dan biasanya sekunder akibat kongesti

    hepar karena peningkatan tekanan $ena sentralis. (ebanyakan pasien

    AHFS datang dengan edema peri#er. +dema dipikirkan sebagai tanda HF

    hanya jika edema tersebut disertai dengan peningkatan ?.

    P!m!riksaan P!nun%ang

    +lektrolit Serum

    Abnormalitas ringan nilai elektrolit serum sering terjadi pada pasien AHFS

    dan berhubungan dengan ketidakseimbangan neurohormonal atau e#ek

    samping obat!obatan. Hiponatremia sering ditemukan, dan sekitar /51

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    15/30

    29

    pasien memiliki nilai konsentrasi natrium serum @35 m+B&liter. Hanya

    sekitar 51 pasien yang memiliki nilai konsentrasi natrium serum @30

    m+B&liter. (adar kalium @3.6 m+B&liter terjadi hanya pada 31 pasien.

    Sekitar 41 pasien mengalami hiperkalemia )kadar kalium serum C5.5

    m+B&liter*. Diabetes, 2(D, A2+!inhibitor, A>, dan aldosteron 'locker

    dapat meningkatkan risiko terjadi hiperkalemia.

    enal Function Tests

    >F: merupakan e$aluasi laboratorium terpenting dalam penilaian pasien

    AHFS. (etidakseimbangan antara peningkatan kadar ; dibandingkan

    dengan konsentrasi kreatinin serum merupakan tanda hipoper#usi ginjal

    akibat cardiac output yang rendah pada pasien dengan tekanan pengisian

    $entrikel kiri tinggi. >asio ini juga dapat menjadi tanda penurunan $olume

    intra$askular sebagai respons terhadap diuretik dosis tinggi. Fungsi ginjal

    yang abnormal dapat terjadi sebagai akibat dari terapi dengan A2+!

    inhibitor atau A> dan pada pasien yang menerima obat ;SAD.

    i"er Function Tests

    Sekitar 301 pasien AHFS memiliki hasil =F: yang abnormal. Dis#ungsi

    hepar pada pasien AHFS mungkin berkaitan dengan menurunnya

    metabolisme aldosteron.

    arameter Hematologi

    (adar hemoglobin rendah )@/. gr&dl* ditemukan pada sekitar 501

    pasien. Sekitar setengah dari mereka memiliki kadar hemoglobin antara 5

    dan 0.E gr&dl. asien!pasien tersebut biasanya usia lanjut, wanita, #ungsi

    sistolik masih baik, dan kadar kreatininnya meningkat. Hemodilusi juga

    dapat mengakibatkan rendahnya konsentrasi hemoglobin.

    Diagnostik Tes UmumRontgen DadaRontgen dada adalah test standar pada ealuasi darurat

    pasien dengan dispnea atau ge!ala respirasi lainn"a#

    $ongesti paru terdapat pada rata%rata 80& pasien '()*#

    +alaupun tidak ditemukan kongesti paru, tidak menutup

    kemungkinan adan"a tekanan kapiler paru "ang tinggi#

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    16/30

    30

    -lektrokardiogra.-lektrokardiogram a/normal ditemukan pada pasien '()*

    dengan sinus takikardi men!adi temuan -$ "ang paling

    sering# Rata%rata se/esar 20& hingga 30& pasien

    menun!ukan ./rilasi atrial# -$ !uga dapat menun!ukkan

    a/normalitas konduksi listrik dengan kompleks R* "ang

    le/ar aki/at left bundle branch block#

    -kokardiogra.-kokardiogra. dengan Doppler merupakan salah satu test

    non%inasi terpenting pada pasien '()* "ang diraat di

    R*# Test ini dapat menun!ukkan pengukuran akurat ukuran

    ruang !antung, ungsi sistolik entrikel kanan dan kiri,

    ungsi diastolik , a/normalitas gerakan dinding, ungsi

    dan struktur katup, eusi perikardial, dan hemodinamik#

    Test ini dikom/inasi dengan exercise atau pharmacologic

    stress testingdapat mengealuasi kapasitas ungsional dan

    adan"a iskemia#

    Tatalaksana Sindrom Gagal Jantung Akut

    Fas! Tatalaksana

    Ada tiga #ase tatalaksana AHFS. Fase pertama dititikberatkan kepada penanganan

    darurat dan stabilisasi, kebanyakan #ase pertama ini dilakukan di bagian 'D.

    Fase kedua terdiri dari tatalaksana lanjutan di rumah sakit. Fase ketiga adalah #ase

    yang rentan, di#okuskan pada monitor ketat pasien selama periode post!rawat

    inap.

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    17/30

    31

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    18/30

    32

    Bagan '!nilaian aal 'ada 'asi!n sus'!k AHF

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    19/30

    33

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    20/30

    34

    Tatalaksana di Instalasi Gaat arurat

    ksig!n dan $or"in Intra*!na

    :erapi oksigen se%ara e#ekti# dapat meredakan dispnea, terutama jika terdapat

    edema pulmo dan hipertensi. ksigen harus diberikan sedini mungkin dan

    pemberiannya dapat menggunakan kanul nasal dan sungkup muka. ada pasien

    dengan penyakit obstukti# pulmonal, pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi

    tidak diperbolehkan karena dapat menyebabkan distres perna#asan dan

    hiperkapnea yang lebih parah. ntuk hipoksia yang lebih berat )Saturasi oksigen

    @901* dan pasien yang menunjukan gejala edema paru kardiogenik akut, $entilasi

    nonin$asi$e dengan tekanan positi# )++* harus dilakukan sedini mungkin.

    emberian mor#in dapat dilakukan pada tahap awal pengobatan AHF, terutama

    pada pasien yang gelisah dan merasa tidak nyaman di dada. Akan tetapi, pada

    beberapa penelitian retrospekti# mor#in dapat menyebabkan lamanya perawatan

    intensi# di 2, dan lamanya perawatan di rumah sakit. +S2 guidelines

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    21/30

    35

    merekomendasikan pemberian bolus mor#in dengan dosis /,5!5 mg sedini

    mungkin setelah pemasangan in#us. emberian mor#in harus hati!hati atau

    dihindari pada kondisi hipotensi, bradikardi, blok atrio$entrikular lanjut, dan

    retensi karbondioksida.

    iur!tik

    Diuretik adalah obat yang paling penting yang diberikan dalam menatalaksana

    pasien dengan AHFS. emberian diuretik dengan dosis yang besar pada terapi

    awal dapat menyebabkan hipotensi dan memperburuk #ungsi renal. =oop diuretik

    )#urosemid, torsemid, bumetanid, dan asam etakrinik* adalah diuretik yang paling

    e#ekti# dan dapat mema%u ekskresi natrium lebih dari /51. =oop diuretik se%ara

    rutin digunakan pada terapi awal dan dapat dengan %epat mengurangi gejala

    AHFS. "alaupun se%ara umum pada keadaan akut diuretik diberikan se%ara bolus

    intra$ena, namun pada beberapa penelitian menganjurkan pemberian melalui

    %airan in#us akan lebih e#ekti# dan aman. Diuretik thiaid )thiaid, klortalidon, dan

    metolaon* mempunyai e#ek natriuretik yang lebih ke%il dan tidak dianjurkan

    digunakan sebagai obat first#line pada pasien dengan AHFS. enggunaankombinasi diuretik thiaid dan loop diuretik se%ara signi#ikan dapat meningkatkan

    ekskresi natrium dan urine outputpada pasien yang memiliki respon yang kurang

    pada penggunaan loop diuretik saja. Diuretik hemat kalium )triamteren, amiloride,

    spironolakton, dan eplerenon* memiliki e#ek natriuretik yang lemah dan terutama

    digunakan pada pasien dengan hipokalemia atau dengan edema yang re#rakter.

    emberian diuretik dengan dosis yang besar pada AHFS dapat menyebabkan

    abnormalitas hemodinamik, renal, dan elektrolit. enurunan $olume sirkulasi

    yang %epat dapat menyebabkan hipotensi dan penurunan per#usi ginjal.

    Abnormalitas elektrolit, seperti hipokalemia, hipomagnesemia, dan hiponatremia

    sering terjadi. emberian diuretik se%ara rutin pada terapi awal dapat

    bermani#estasi pada peningkatan yang tidak seimbang antara rasio ; dan

    kreatinin. "alaupun ketidakseimbangan ini bersi#at re$ersibel, kejadian seperti ini

    jika berulang dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Data obser$asional terkini

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    22/30

    36

    menunjukkan bahwa penggunaan diuretik dengan dosis tinggi dapat menyebabkan

    perburukan #ungsi ginjal dan peningkatan angka mortalitas. Data!data ini

    didukung oleh penelitian )menggunakan hewan yang menderita HF* yang

    menunjukkan bahwa #urosemid dapat memper%epat dis#ungsi sistol $entrikel kiri

    dan peningkatan serum aldosteron. erdasarkan guidelines+S2, #urosemid pada

    terapi awal dapat diberikan dengan dosis /0!70 mg bolus intra$ena, 0,5! mg

    bumetanid, atau 0!/0 mg torsemid dapat diberikan. *rine outputpasien harus

    dimonitor se%ara ketat. ada pasien dengan "olume o"erloaddosis diuretik dapat

    disesuaikan dengan keadaan #ungsi ginjal dan setelah pemberian dosis awal

    #urosemid selanjutnya dapat diberikan se%ara kontinyu pada %airan in#us. Dosis

    total #urosemid tidak boleh melebihi 00 mg pada 6 jam pertama dan tidak boleh

    melebihi /70 mg pada /7 jam pertama. (ombinasi pemberian #urosemid dengan

    diuretik tiaid atau antagonis aldosteron )spironolakton atau eplerenon, /5!50 mg

    se%ara oral* dapat diberikan pada pasien yang resisten terhadap pemberian

    diuretik.

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    23/30

    37

    Dosis diuretik menurut +S2guidelines

    &asodilator

    enggunaan $asodilator pada AHFS dapat dikombinasikan dengan diuretik.

    asodilator diklasi#ikasikan menjadi tiga, yaitu $enadilator, yang bekerja dengan

    menurunkan preload, arterial dilator, yang bekerja dengan menurunkan a#terload,

    dan kombinasi dari keduanya. asodilator yang sering digunakan yaitu nitrat

    organik )nitrogliserin dan isosorbid dinitrate*, sodium nitroprusid, dan nesiritid.

    (esemuanya bekerja dengan mengakti$asi guanilat siklase pada otot polos yang

    akan meningkatkan jumlah siklik guanosin mono#os#at )%'8* intrasel dan

    relaksasi pembuluh darah. enggunaan obat ini harus diberikan se%ara hati!hati

    pada pasien yang menderita HFp+F dan 2AD karena dapat menyebabkan

    hipotensi berat. erdasarkan Heart Failure Society dari guidelines Amerika,

    pemberian nitrogliserin, sodium nitroprusid, dan nesiritid se%ara dapat

    dikombinasikan dengan pemberian diuretik )jika tidak ada hipotensi* untuk

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    24/30

    38

    memperbaiki gejala kongesti#. engukuran tekanan darah harus dilakukan se%ara

    teratur, dan bila ada tanda!tanda hipotensi, pemberian obat harus dihentikan.

    a. ;itrat

    ;itrogliserin dapat diberikan se%ara sublingual, transdermal, ataupun

    se%ara intra$ena. ada pemberian dosis rendah, nitrat se%ara umum bekerja

    sebagai $enodilator, dapat menurunkan tekanan $ena pulmonal dan

    tekanan pengisian $entrikel kiri, menurunkan gejala kongesti pulmonal,

    dispnea, dan penurunan penggunaan oksigen miokardium. ada pemberian

    dosis tinggi, nitrogliserin juga menyebabkan $asodilatasi arteri sistemik

    dan $asodilatasi arteri koroner. +#ek samping yang serius dari penggunaan

    nitrat jarang terjadi. (arena risiko terjadinya hipotensi berat, maka tidak

    boleh ada riwayat pemakaian phosphodiesterase!5!inhibitors )sildena#il,

    tadala#il, dan $ardena#il* sebelum pemberian nitrat. (arena adanya e#ek

    hipotensi dalam pemberian nitrat, maka pengukuran tekanan darah ketat

    harus dilakukan.

    b. Sodium ;itroprusid

    Adalah $asodilator poten, dan merupakan metabolit akti# dari nitrit oksid.

    Sodium nitroprusid berguna pada kondisi yang memerlukan pengurangan

    se%ara %epat preload atau a#terload, seperti pada krisis hipertensi dan

    regurgitasi mitral akut. Sodium nitroprusid se%ara %epat mengurangi

    tekanan pengisian $entrikel kiri, tetapi dapat menyebabkan hipotensi berat

    dan membutuhkan monitoring tekanan darah yang ketat. ada pasien

    dengan (, sodium nitroprusid dapat menyebabkan hipoksemia akibat

    ketidakseimbangan per#usi!$entilasi. (era%unan sianida dapat terjadi,

    terutama pada pasien yang mengalami gangguan #ungsi ginjal. (arena e#ek

    samping tersebut, obat ini jarang digunakan pada pasien AHFS ) @1 di

    SA dan (*. erdasarkan -*, pem/erian sodium

    nitroprusid intraena harus hati%hati dan dengan

    monitoring ketat tekanan darah# *odium nitroprusid tidak

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    25/30

    39

    /oleh di/erikan pada pasien "ang memiliki tekanan darah

    sistolik 100 mm(g#

    Dosis vasodilator menurut ESC guidelines

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    26/30

    40

    Inotropik dengan efek Vasodilator

    Do/utamin

    Do/utamin, agonis nonselekti /eta1%dan agonis reseptor /eta2%

    adrenergik dengan aktiitas pada reseptor ala1, merupakan agen

    inotropik "ang tersering digunakan di '* dan -ropa# ada dosis

    rendah, do/utamin dapat mengurangi aterload dan

    meningkatkan stroke olume, den"ut !antung, dan :ardia:

    output# ada dosis "ang le/ih tinggi, do/utamin men"e/a/kan

    konstriksi arteri dan ena# Guidelines -* merekomendasikan

    dosis aal do/utamin pada la!u inus 2%3 ;g

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    27/30

    41

    @ilrinon

    @ilrinon merupakan inhi/itor%3%osodiesterase# @ilrinon harus

    digunakan dengan sangat hati%hati pada pasien 'D dan harus

    digunakan han"a pada pasien dengan status :ardia: output

    rendah "ang tidak respons dengan terapi inotropik lain# $arena

    eek hipotensin"a, tidak ada loading dose dalam pemakaian

    milrinon#

    Agen Vasopresor

    )enilerin

    )enilerin merupakan agonis reseptor ala1selekti dengan eek

    langsung asokonstriksi arterial# 'gen ini dapat digunakan pada

    kasus hipotensi /erat untuk mengem/alikan perusi koroner#

    'gen ini le/ih /erguna untuk hipotensi ketika hipotensin"a

    /erhu/ungan dengan asodilatasi sistemik di/andingkan dengan

    penurunan :ardia: output#

    Aorepinerin

    Aorepinerin merupakan katekolamin dengan a.nitas tinggi

    terhadap reseptor ala dan umum digunakan untuk

    meningkatkan resistensi askular sistemik# Aorepinerin dapat

    memper/aiki perusi koroner pada kasus hipotensi /erat#

    Aorepinerin !uga /erguna pada pasien dengan TD "ang rendah

    namun :ardia: output%n"a normal atau tinggi# 'gen ini han"a

    /oleh di/erikan melalui !alur ena sentral karena ekstraasasi

    agen ini men"e/a/kan nekrosis !aringan#

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    28/30

    42

    Digoksin

    Digoksin digunakan se/agai terapi ./rilasi atrial dan () kronik#

    Digoksin dengan :epat memper/aiki hemodinamik tanpa

    menaikkan den"ut !antung atau menurunkan TD, dan dapat

    di/erikan pada pasien dengan TD rendah disertai :ardia: output

    "ang rendah pula# +alaupun dapat di/erikan se:ara intraena,digoksin se/aikn"a di/erikan se:ara oral# Bika di/erikan se:ara C,

    digoksin harus disuntikkan se:ara perlahan karena pem/erian

    "ang :epat dapat men"e/a/kan asokonstriksi# Loading dose

    "ang /iasa dipakai adalah 0#75 mg# olus C aal ini harus diikuti

    dengan dosis oral atau C se/esar 0#25 mg minimal 12 !am

    setelah dosis aal# Dosisn"a harus disesuaikan dengan ungsi

    gin!al# Digoksin tidak /oleh digunakan pada pasien dengangangguan gin!al sedang sampai /erat, iskemia "ang sedang

    /erlangsung, atau /lok atrioentrikular lan!ut#

    Beta-blocker IV

    Terapi aal dengan agen ini se/aikn"a tidak di/erikan selama

    ase aal '()* karena /eta%/lo:ker se:ara akut menurunkan

    kontraktilitas !antung# Tetapi, /eta%/lo:ker C ker!a singkat,

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    29/30

    43

    seperti esmolol, dapat dipertim/angkan untuk di/erikan pada

    pasien "ang '()%n"a dipi:u oleh ./rilasi atrial atau atrial utter#

    ada pasien "ang telah lama mengkonsumsi /eta%/lo:ker, agen

    ini harus dilan!utkan pem/eriann"a selama diraat di R*, ke:uali

    terdapat kondisi hipotensi /erat, s"ok, atau /radikardia#

    Penatalaksanaan Edema Pulmo Akut

  • 7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka

    30/30

    44