cr tinjauan pustaka
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
1/30
15
TINJAUAN PUSTAKA
Acute Heart Failure Syndromes (AHFS) / Sindrom Gagal Jantung Akut
A. Introduksi
AHFS merupakan penyebab utama dirawat di rumah sakit pada pasien usia
di atas 65 tahun. Di AS, sekitar 3 juta pasien dikirim ke rumah sakit setiap
tahunnya dengan gagal jantung sebagai diagnosa primer atau sekundernya.
B. !"inisi
oole!"ilson mende#inisikan gagal jantung sebagai sindrom klinis akibatdis#ungsi $entrikel yang disebabkan oleh abnormalitas jantung dan disertai
dengan reaksi hormonal, neural, dan renal. American Heart Association
mende#inisikan gagal jantung sebagai sindrom klinis kompleks yang
berasal dari gangguan struktural atau #ungsional apapun pada pengisian
$entrikel atau pada proses ejeksi darah.
The European Society of Cardiology (ESC) Task Force Group
mende#inisikan gagal jantung akut sebagai onset %epat&mendadak dari
gejala dan tanda sekunder akibat dari #ungsi jantung yang abnormal, yang
dapat terjadi dengan atau tanpa penyakit jantung sebelumnya. 'agal
jantung akut merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan
onset %epat atau terjadinya perubahan dalam mun%ulnya tanda dan gejala
gagal jantung. (ondisi ini merupakan kondisi yang mengan%am nyawa
yang memerlukan perhatian medis se%epatnya dan biasanya memerlukan
perawatan segera ke rumah sakit. ada kebanyakan kasus, gagal jantung
akut mun%ul sebagai akibat dari perburukan kondisi pada pasien yang telah
didiagnosa gagal jantung sebelumnya )acute decompensated HF/AHF!
acute decompensation of chronic HF/ACHF*. 'agal jantung akut juga
bisa terjadi pertama kali )de no"o acute heart failure*. ada pasien dengan
riwayat gagal jantung sebelumnya, biasanya terdapat presipitan&pen%etus
yang jelas )misal, aritmia atau berhentinya konsumsi diuretik pada pasien
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
2/30
16
gagal jantung dengan "olume o"erloadatau hipertensi berat pada pasien
dengan HF!+F*.
Faktor!#aktor pemi%u terjadinya AHFS terdapat dalam tabel berikut.
#. Klasi"ikasi
raunwald membagi pasien AHFS menjadi-
nset baru atau de no"o HF )sekitar /01 dari semua AHFS*.
asien pada kelompok ini datang dengan keluhan dan gejala HF
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
3/30
17
untuk pertama kalinya dan tidak memiliki riwayat penyakit
kardio$askular sebelumnya atau #aktor risiko 2D.
HF kronik yang memburuk. asien ini memiliki riwayat penyakit
gagal jantung kronik )HF stage 2 menurutguidelines A22&AHA*
dan datang dengan episode dekompensasi. (elompok ini
merupakan kelompok mayoritas dari pasien AHFS )sekitar 401*.
asien ini memiliki presipitan yang mudah dikenali atau tidak
memiliki penyebab dekompensasi yang jelas. Subgroup dari
kelompok ini )01!51* mengalami ad"anced&end#stage HF.
+S2 /004 membagi AHFS berdasarkan skenario klinis&presentasi klinisyang berbeda seperti dalam tabel di bawah ini.
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
4/30
18
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
5/30
19
The EuroHeart Failure Sur"ey $$ )+HFS * membagi AHFS menjadi -
%orsening/decompensated chronic HF )651*. (elompok ini terdiri
dari pasien dengan tanda dan gejala kongesti yang memburuk.
+dema pulmonal klinis )61*. asien datang dengan distres
respiratori yang berat, hipoksemia, dan kongesti pada rontgen
thoraks.
Hypertensi"e HF )1*. ada kelompok ini, hipertensi dapat
dipi%u oleh tonus simpatetik yang tinggi )hipertensi reakti#* akibat
gagal jantung yang memburuk atau hipertensi yang menjadi
penyebab HF.
Syok kardiogenik )71*. (elompok ini mengalami tekanan darah
yang rendah dan tanda hipoper#usi organ.
$solated right#sided HF )31*. (elompok ini ditandai dengan
kongesti sistemik.
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
6/30
20
A2S dan HF. 8ayoritas pasien ini datang dengan keluhan tidak
nyaman di dada, hasil +(' sugesti# iskemia, dan terjadi
peningkatan kadar troponin.
A22&AHAguidelines /009 membagi AHFS menjadi -
asien dengan "olume o"erload, dengan mani#estasi klinis berupa
kongesti paru atau sistemik, sering dipi%u oleh peningkatan :D
akut pada hipertensi kronik
asien dengan cardiac output yang tertekan, dengan mani#estasi
klinis berupa hipotensi, insu#isiensi renal, atau sindrom syok
asien dengan kedua gejala di atas
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
7/30
21
Sedangkan klasi#ikasi untuk gagal jantung se%ara umum menurut ;
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
8/30
22
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
9/30
23
. Pato"isiologi
(ongesti paru atau sistemik paling sering disebabkan oleh tingginya
tekanan diastolik =. Se%ara sederhana, pato#isiologi dari AHFS adalah
terjadinya peningkatan terus!menerus dari $olume intra$askular yang
menyebabkan gejala kongesti dan klinis dan pengobatan dengan diuretik
menghasilkan perbaikan homeostasis. (ongesti sering terjadi bahkan tanpa
adanya #aktor ketidakpatuhan pasien dan ketidakpatuhan pasien tidak
selalu menyebabkan dekompensasi pada beberapa pasien. ada gagal
jantung kronis kurang ada hubungan antara hemodinamik dengan kongesti
klinis. Faktanya, mayoritas pasien dengan tekanan diastol $entrikel kiri
yang tinggi tidak menunjukkan gejala kongesti se%ara klinis atau
radiogra#ik. Hal ini berarti kongesti hemodinamik berkontribusi pada
perburukan pasien gagal jantung, hal ini mungkin dihasilkan oleh
tegangnya dinding jantung yang disebabkan oleh akti$asi sistem renin!
angiotensin!aldosteron )>AAS*. Akti#nya >AAS akan memi%u berbagai
respons molekular miokardium, termasuk hilangnya myosit dan
peningkatan terjadinya #ibrosis dari matriks ekstraselular. Ditambah lagi
dengan adanya peningkatan tekanan pengisian $entrikel kiri akan
menyebabkan menurunnya tekanan per#usi koroner, yang menghasilkan
iskemi subendokardial dan lebih jauh lagi akan menyebabkan dis#ungsi
jantung. eningkatan tekanan pengisian $entrikel kiri dapat juga
menyebabkan perubahan akut dari struktur $entrikel )bentuknya akan lebih
s#eris* dan mengontribusi perburukan pada kasus regurgitasi mitral.
8ekanisme!mekanisme ini memiliki peranan penting dalam perubahan
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
10/30
24
patologi $entrikel, sebuah proses yang lama yang dapat diper%epat
prosesnya dengan setiap episode dekompensasi jantung.
Fungsi $iokardial Pada Sindrom Gagal Jantung Akut
erubahan pada #ungsi sistol dapat menginisiasi kaskade e#ek yang
merugikan, termasuk akti$asi sara# simpatik dan aksis >AAS. Hal ini
akan menyebabkan $asokonstriksi, peningkatan total $olume tubuh, dan
redistribusi dari peri#er, peningkatan tekanan pengisian diastolik, dan
gejala klinis. Akti$asi neurohormonal yang berlebihan dan terus!menerus
berkontribusi pada $entrikular remodeling dan perburukan penyakit akibat
kehilangan miosit. ada pasien dengan riwayat penyakit jantung iskemik,
kerusakan dini dari #ungsi sistol mungkin akan menyebabkan penurunan
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
11/30
25
per#usi koroner dan se%ara progresi# akan memperburuk kerja jantung. ?ika
perubahan!perubahan pada #ungsi sistolik miokardial terjadi se%ara tiba!
tiba atau berat atau jika #ungsi sistolik telah sangat terganggu, maka pasien
akan menunjukkan gejala hipotensi dan hipoper#usi organ. "alaupun
penurunan #ungsi sistolik jelas memainkan peranan pada terjadinya AHF
di beberapa kasus, data menunjukkan bahwa kira!kira setengah pasien
dengan AHF menunjukkan #ungsi sistolik yang masih baik. Abnormalitas
#ungsi diastol terjadi pada pasien dengan #raksi ejeksi yang masih baik dan
yang sudah terganggu. 'angguan #ase diastolik berkaitan dengan
kekakuan pasi#, relaksasi akti# yang abnormal dari $entrikel kiri, atau
keduanya.
Hipertensi, takikardi, dan iskemik miokardial dapat menyebabkan
kerusakan lebih jauh dari pengisian diastolik. Semua mekanisme ini
berkontribusi pada peningkatan tekanan diastolik akhir $entrikel kiri yang
lebih tinggi yang kemudian dire#leksikan kembali ke sirkulasi kapiler
pulmonal.
$!kanism! Gin%al Pada Gagal Jantung Akut
'injal memainkan dua peranan utama dalam proses pato#isiologi
terjadinya gagal jantung. ertama dengan mengontrol $olume
intra$askular dan yang kedua ialah ginjal bertanggung jawab dalam
produksi neurohormonal )sistem >AAS*. Abnormalitas #ungsi renal
dikaitkan sebagai #aktor risiko terjadi perburukan dan dekompensasi
pasien HF. Dimana perburukan #ungsi ginjal berperan sebagai tanda dari
tingkat keparahan penyakit yang lebih besar, perubahan #ungsi ginjalselama terapi AHF )sindrom kardiorenal* juga memainkan peranan dalam
pato#isiologi HF. 'angguan cardiac outputdan terapi loop diuretik yang
berlebihan akan menghasilkan akti$asi neurohormonal lebih lanjut yang
dipertimbangkan sebagai penyebab utama timbulnya sindrom kardiorenal.
Sindrom kardiorenal dide#inisikan sebagai perburukan #ungsi ginjal
selama perawatan di >S meskipun telah terjadi perbaikan klinis sebagai
respon dari terapi diuretik dan $olume intra$askular yang adekuat. Data
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
12/30
26
terkini menunjukan bahwa peningkatan tekanan $ena sentral juga
berkontribusi pada sindrom gagal ginjal akut. (erusakan miokardial dan
ginjal selama dirawat di >S pada pasien dengan sindrom gagal jantung
akut juga berkontribusi pada perburukan HF.
$!kanism! &askular 'ada Gagal Jantung Akut
Se%ara klinis, kebanyakan pasien dengan sindrom gagal jantung akut
datang dengan hipertensi dibandingkan dengan tekanan darah yang rendah.
eningkatan tekanan darah disebabkan oleh peningkatan tekanan pengisian
$entrikel kiri, pengakti#an sistem sara# simpatis, dan >AAS.
P!ngka%ian Pasi!n d!ngan Sindrom Gagal Jantung Akut
engkajian seksama, meliputi pemeriksaan #isik, data laboratorium, dan
hasil dari tes tambahan, penting untuk mengoptimalkan manajemen dari
pasien AHFS.
resentasi (linis Awal
(ebanyakan pasien AHFS menunjukkan gejala yang berkaitan dengan
kongesti sistemik dan pulmonal serta dispnea, dimana biasanya gejala
tersebut yang akan mendorong pasien untuk memeriksakan diri ke klinisi.
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
13/30
27
(ondisi terbanyak pada AHFS yaitu 491 mengalami dispnea, sedangkan
sebanyak 31 datang dengan keluhan mudah lelah dan menyebabkan
pasien dirawat.
:ekanan Darah
engukuran tekanan darah adalah salah satu tahapan terpenting dalam
pengkajian awal dari pasien AHFS. :ekanan darah digambarkan sebagai
pro#il klinis yang memandu strategi dalam hal manajemen pasien. :ekanan
darah sistolik dan diastolik, tekanan nadi, dan perubahan ortostatik
berkaitan dalam menge$aluasi pasien dan memberi gambaran mekanisme
pato#isiologi dari AHFS. :ekanan darah sistolik biasanya normal atautinggi )S @70 mmHg*, rata!rata 01 pasien memiliki tekanan darah
sistolik 40 mmHg. Hanya sebagian ke%il pasien yang mengalami
hipotensi sistolik )S @90 mmHg*. asien yang menunjukkan tekanan
darah sistolik yang tinggi mungkin berkaitan dengan peningkatan tonus
simpatik yang dipi%u oleh peningkatan tekanan pengisian $entrikel kiri
)reakti# hipertensi*. Sebagian ke%il pasien akan resisten pada terapi awal
dan membutuhkan $asodilator arteri. eningkatan tekanan darah diastolik
menunjukkan adanya peningkatan tonus simpatik, sebaliknya tekanan
diastolik yang rendah biasanya ada $asodilatasi peri#er, yang menunjukkan
bahwa ada output yang tinggi yang disebabkan oleh berbagai kondisi,
seperti hipertiroid dan #istula arterio$ena. :ekanan nadi biasanya
meningkat pada pasien dengan insu#isiensi aorta, anemia dan lain
sebagainya. (etika tekanan nadi menurun, menunjukkan sebuah output
jantung yang rendah yang dikaitkan dengan $asokonstriksi sistemik.
emeriksaan Fisik
emeriksaan umum dan tanda!tanda $ital akan memberikan petunjuk
penting tentang adanya distres respiratori, oksigenasi, status $olume, status
nutrisi, atau tanda!tanda dari penyakit lainnya yang mendasari. erubahan
status mental menjadi tanda adanya hipoper#usi otak dan pasien biasanya
menunjukkan gejala takipnea, pu%at, berkeringat, dan tidak dapat
berbaring telentang. emeriksaan leher di#okuskan pada tekanan jugularis
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
14/30
28
dimana dapat memberi petunjuk estimasi tekanan $ena. :ekanan $ena
jugularis )?* adalah pengukuran langsung tekanan atrium kanan dan
ditulis dalam sentimeter air. 8ayoritas pasien dengan AHFS mengalami
peningkatan ? sebagai tanda adanya peningkatan tekanan pengisian
$entrikel kiri. 8eskipun begitu, ? tidak dapat dijadikan indikator
peningkatan tekanan diastolik $entrikel kiri pada pasien dengan isolated
right#sided HF. nspeksi dada anterior memperlihatkan area diskinetik di
atas pre%ordium, yang menunjukkan adanya aneurisma $entrikel kiri. ada
palpasi, punctum ma&imumdapat bergeser, yang menunjukkan terjadinya
pembesaran jantung. Suara S7 jantung sering dapat terdengar pada pasien
dengan HF dan #ungsi sistolik yang masih baik, pada irama sinus.
(ebalikannya, S3 sangat spesi#ik untuk #raksi ejeksi yang telah menurun.
8urmur sistolik sering terdengar pada pasien dengan $entrikel kiri yang
mengalami dilatasi dan #raksi ejeksi rendah dan biasanya berhubungan
dengan insu#isiensi mitral sekunder. emeriksaan paru dapat memberikan
petunjuk penting mengenai status $olume pasien dan adanya kongesti
paru. erkusi dada posterior dapat menunjukkan redup pada satu atau
kedua basal paru )lebih sering paru kanan*, yang menunjukkan terjadinya
e#usi pleura sekunder akibat HF. Suara ronkhi inspiratorik terdengar pada
kebanyakan pasien dengan AHFS, yang menunjukkan peningkatan
tekanan pengisian $entrikel kiri dan transudasi al$eolar.
emeriksaan abdomen )inspeksi* dapat menunjukkan adanya as%ites, yang
biasanya berhubungan dengan right#sided HF yang berat. ada palpasi
dapat ditemukan hepatomegali dan biasanya sekunder akibat kongesti
hepar karena peningkatan tekanan $ena sentralis. (ebanyakan pasien
AHFS datang dengan edema peri#er. +dema dipikirkan sebagai tanda HF
hanya jika edema tersebut disertai dengan peningkatan ?.
P!m!riksaan P!nun%ang
+lektrolit Serum
Abnormalitas ringan nilai elektrolit serum sering terjadi pada pasien AHFS
dan berhubungan dengan ketidakseimbangan neurohormonal atau e#ek
samping obat!obatan. Hiponatremia sering ditemukan, dan sekitar /51
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
15/30
29
pasien memiliki nilai konsentrasi natrium serum @35 m+B&liter. Hanya
sekitar 51 pasien yang memiliki nilai konsentrasi natrium serum @30
m+B&liter. (adar kalium @3.6 m+B&liter terjadi hanya pada 31 pasien.
Sekitar 41 pasien mengalami hiperkalemia )kadar kalium serum C5.5
m+B&liter*. Diabetes, 2(D, A2+!inhibitor, A>, dan aldosteron 'locker
dapat meningkatkan risiko terjadi hiperkalemia.
enal Function Tests
>F: merupakan e$aluasi laboratorium terpenting dalam penilaian pasien
AHFS. (etidakseimbangan antara peningkatan kadar ; dibandingkan
dengan konsentrasi kreatinin serum merupakan tanda hipoper#usi ginjal
akibat cardiac output yang rendah pada pasien dengan tekanan pengisian
$entrikel kiri tinggi. >asio ini juga dapat menjadi tanda penurunan $olume
intra$askular sebagai respons terhadap diuretik dosis tinggi. Fungsi ginjal
yang abnormal dapat terjadi sebagai akibat dari terapi dengan A2+!
inhibitor atau A> dan pada pasien yang menerima obat ;SAD.
i"er Function Tests
Sekitar 301 pasien AHFS memiliki hasil =F: yang abnormal. Dis#ungsi
hepar pada pasien AHFS mungkin berkaitan dengan menurunnya
metabolisme aldosteron.
arameter Hematologi
(adar hemoglobin rendah )@/. gr&dl* ditemukan pada sekitar 501
pasien. Sekitar setengah dari mereka memiliki kadar hemoglobin antara 5
dan 0.E gr&dl. asien!pasien tersebut biasanya usia lanjut, wanita, #ungsi
sistolik masih baik, dan kadar kreatininnya meningkat. Hemodilusi juga
dapat mengakibatkan rendahnya konsentrasi hemoglobin.
Diagnostik Tes UmumRontgen DadaRontgen dada adalah test standar pada ealuasi darurat
pasien dengan dispnea atau ge!ala respirasi lainn"a#
$ongesti paru terdapat pada rata%rata 80& pasien '()*#
+alaupun tidak ditemukan kongesti paru, tidak menutup
kemungkinan adan"a tekanan kapiler paru "ang tinggi#
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
16/30
30
-lektrokardiogra.-lektrokardiogram a/normal ditemukan pada pasien '()*
dengan sinus takikardi men!adi temuan -$ "ang paling
sering# Rata%rata se/esar 20& hingga 30& pasien
menun!ukan ./rilasi atrial# -$ !uga dapat menun!ukkan
a/normalitas konduksi listrik dengan kompleks R* "ang
le/ar aki/at left bundle branch block#
-kokardiogra.-kokardiogra. dengan Doppler merupakan salah satu test
non%inasi terpenting pada pasien '()* "ang diraat di
R*# Test ini dapat menun!ukkan pengukuran akurat ukuran
ruang !antung, ungsi sistolik entrikel kanan dan kiri,
ungsi diastolik , a/normalitas gerakan dinding, ungsi
dan struktur katup, eusi perikardial, dan hemodinamik#
Test ini dikom/inasi dengan exercise atau pharmacologic
stress testingdapat mengealuasi kapasitas ungsional dan
adan"a iskemia#
Tatalaksana Sindrom Gagal Jantung Akut
Fas! Tatalaksana
Ada tiga #ase tatalaksana AHFS. Fase pertama dititikberatkan kepada penanganan
darurat dan stabilisasi, kebanyakan #ase pertama ini dilakukan di bagian 'D.
Fase kedua terdiri dari tatalaksana lanjutan di rumah sakit. Fase ketiga adalah #ase
yang rentan, di#okuskan pada monitor ketat pasien selama periode post!rawat
inap.
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
17/30
31
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
18/30
32
Bagan '!nilaian aal 'ada 'asi!n sus'!k AHF
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
19/30
33
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
20/30
34
Tatalaksana di Instalasi Gaat arurat
ksig!n dan $or"in Intra*!na
:erapi oksigen se%ara e#ekti# dapat meredakan dispnea, terutama jika terdapat
edema pulmo dan hipertensi. ksigen harus diberikan sedini mungkin dan
pemberiannya dapat menggunakan kanul nasal dan sungkup muka. ada pasien
dengan penyakit obstukti# pulmonal, pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi
tidak diperbolehkan karena dapat menyebabkan distres perna#asan dan
hiperkapnea yang lebih parah. ntuk hipoksia yang lebih berat )Saturasi oksigen
@901* dan pasien yang menunjukan gejala edema paru kardiogenik akut, $entilasi
nonin$asi$e dengan tekanan positi# )++* harus dilakukan sedini mungkin.
emberian mor#in dapat dilakukan pada tahap awal pengobatan AHF, terutama
pada pasien yang gelisah dan merasa tidak nyaman di dada. Akan tetapi, pada
beberapa penelitian retrospekti# mor#in dapat menyebabkan lamanya perawatan
intensi# di 2, dan lamanya perawatan di rumah sakit. +S2 guidelines
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
21/30
35
merekomendasikan pemberian bolus mor#in dengan dosis /,5!5 mg sedini
mungkin setelah pemasangan in#us. emberian mor#in harus hati!hati atau
dihindari pada kondisi hipotensi, bradikardi, blok atrio$entrikular lanjut, dan
retensi karbondioksida.
iur!tik
Diuretik adalah obat yang paling penting yang diberikan dalam menatalaksana
pasien dengan AHFS. emberian diuretik dengan dosis yang besar pada terapi
awal dapat menyebabkan hipotensi dan memperburuk #ungsi renal. =oop diuretik
)#urosemid, torsemid, bumetanid, dan asam etakrinik* adalah diuretik yang paling
e#ekti# dan dapat mema%u ekskresi natrium lebih dari /51. =oop diuretik se%ara
rutin digunakan pada terapi awal dan dapat dengan %epat mengurangi gejala
AHFS. "alaupun se%ara umum pada keadaan akut diuretik diberikan se%ara bolus
intra$ena, namun pada beberapa penelitian menganjurkan pemberian melalui
%airan in#us akan lebih e#ekti# dan aman. Diuretik thiaid )thiaid, klortalidon, dan
metolaon* mempunyai e#ek natriuretik yang lebih ke%il dan tidak dianjurkan
digunakan sebagai obat first#line pada pasien dengan AHFS. enggunaankombinasi diuretik thiaid dan loop diuretik se%ara signi#ikan dapat meningkatkan
ekskresi natrium dan urine outputpada pasien yang memiliki respon yang kurang
pada penggunaan loop diuretik saja. Diuretik hemat kalium )triamteren, amiloride,
spironolakton, dan eplerenon* memiliki e#ek natriuretik yang lemah dan terutama
digunakan pada pasien dengan hipokalemia atau dengan edema yang re#rakter.
emberian diuretik dengan dosis yang besar pada AHFS dapat menyebabkan
abnormalitas hemodinamik, renal, dan elektrolit. enurunan $olume sirkulasi
yang %epat dapat menyebabkan hipotensi dan penurunan per#usi ginjal.
Abnormalitas elektrolit, seperti hipokalemia, hipomagnesemia, dan hiponatremia
sering terjadi. emberian diuretik se%ara rutin pada terapi awal dapat
bermani#estasi pada peningkatan yang tidak seimbang antara rasio ; dan
kreatinin. "alaupun ketidakseimbangan ini bersi#at re$ersibel, kejadian seperti ini
jika berulang dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Data obser$asional terkini
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
22/30
36
menunjukkan bahwa penggunaan diuretik dengan dosis tinggi dapat menyebabkan
perburukan #ungsi ginjal dan peningkatan angka mortalitas. Data!data ini
didukung oleh penelitian )menggunakan hewan yang menderita HF* yang
menunjukkan bahwa #urosemid dapat memper%epat dis#ungsi sistol $entrikel kiri
dan peningkatan serum aldosteron. erdasarkan guidelines+S2, #urosemid pada
terapi awal dapat diberikan dengan dosis /0!70 mg bolus intra$ena, 0,5! mg
bumetanid, atau 0!/0 mg torsemid dapat diberikan. *rine outputpasien harus
dimonitor se%ara ketat. ada pasien dengan "olume o"erloaddosis diuretik dapat
disesuaikan dengan keadaan #ungsi ginjal dan setelah pemberian dosis awal
#urosemid selanjutnya dapat diberikan se%ara kontinyu pada %airan in#us. Dosis
total #urosemid tidak boleh melebihi 00 mg pada 6 jam pertama dan tidak boleh
melebihi /70 mg pada /7 jam pertama. (ombinasi pemberian #urosemid dengan
diuretik tiaid atau antagonis aldosteron )spironolakton atau eplerenon, /5!50 mg
se%ara oral* dapat diberikan pada pasien yang resisten terhadap pemberian
diuretik.
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
23/30
37
Dosis diuretik menurut +S2guidelines
&asodilator
enggunaan $asodilator pada AHFS dapat dikombinasikan dengan diuretik.
asodilator diklasi#ikasikan menjadi tiga, yaitu $enadilator, yang bekerja dengan
menurunkan preload, arterial dilator, yang bekerja dengan menurunkan a#terload,
dan kombinasi dari keduanya. asodilator yang sering digunakan yaitu nitrat
organik )nitrogliserin dan isosorbid dinitrate*, sodium nitroprusid, dan nesiritid.
(esemuanya bekerja dengan mengakti$asi guanilat siklase pada otot polos yang
akan meningkatkan jumlah siklik guanosin mono#os#at )%'8* intrasel dan
relaksasi pembuluh darah. enggunaan obat ini harus diberikan se%ara hati!hati
pada pasien yang menderita HFp+F dan 2AD karena dapat menyebabkan
hipotensi berat. erdasarkan Heart Failure Society dari guidelines Amerika,
pemberian nitrogliserin, sodium nitroprusid, dan nesiritid se%ara dapat
dikombinasikan dengan pemberian diuretik )jika tidak ada hipotensi* untuk
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
24/30
38
memperbaiki gejala kongesti#. engukuran tekanan darah harus dilakukan se%ara
teratur, dan bila ada tanda!tanda hipotensi, pemberian obat harus dihentikan.
a. ;itrat
;itrogliserin dapat diberikan se%ara sublingual, transdermal, ataupun
se%ara intra$ena. ada pemberian dosis rendah, nitrat se%ara umum bekerja
sebagai $enodilator, dapat menurunkan tekanan $ena pulmonal dan
tekanan pengisian $entrikel kiri, menurunkan gejala kongesti pulmonal,
dispnea, dan penurunan penggunaan oksigen miokardium. ada pemberian
dosis tinggi, nitrogliserin juga menyebabkan $asodilatasi arteri sistemik
dan $asodilatasi arteri koroner. +#ek samping yang serius dari penggunaan
nitrat jarang terjadi. (arena risiko terjadinya hipotensi berat, maka tidak
boleh ada riwayat pemakaian phosphodiesterase!5!inhibitors )sildena#il,
tadala#il, dan $ardena#il* sebelum pemberian nitrat. (arena adanya e#ek
hipotensi dalam pemberian nitrat, maka pengukuran tekanan darah ketat
harus dilakukan.
b. Sodium ;itroprusid
Adalah $asodilator poten, dan merupakan metabolit akti# dari nitrit oksid.
Sodium nitroprusid berguna pada kondisi yang memerlukan pengurangan
se%ara %epat preload atau a#terload, seperti pada krisis hipertensi dan
regurgitasi mitral akut. Sodium nitroprusid se%ara %epat mengurangi
tekanan pengisian $entrikel kiri, tetapi dapat menyebabkan hipotensi berat
dan membutuhkan monitoring tekanan darah yang ketat. ada pasien
dengan (, sodium nitroprusid dapat menyebabkan hipoksemia akibat
ketidakseimbangan per#usi!$entilasi. (era%unan sianida dapat terjadi,
terutama pada pasien yang mengalami gangguan #ungsi ginjal. (arena e#ek
samping tersebut, obat ini jarang digunakan pada pasien AHFS ) @1 di
SA dan (*. erdasarkan -*, pem/erian sodium
nitroprusid intraena harus hati%hati dan dengan
monitoring ketat tekanan darah# *odium nitroprusid tidak
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
25/30
39
/oleh di/erikan pada pasien "ang memiliki tekanan darah
sistolik 100 mm(g#
Dosis vasodilator menurut ESC guidelines
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
26/30
40
Inotropik dengan efek Vasodilator
Do/utamin
Do/utamin, agonis nonselekti /eta1%dan agonis reseptor /eta2%
adrenergik dengan aktiitas pada reseptor ala1, merupakan agen
inotropik "ang tersering digunakan di '* dan -ropa# ada dosis
rendah, do/utamin dapat mengurangi aterload dan
meningkatkan stroke olume, den"ut !antung, dan :ardia:
output# ada dosis "ang le/ih tinggi, do/utamin men"e/a/kan
konstriksi arteri dan ena# Guidelines -* merekomendasikan
dosis aal do/utamin pada la!u inus 2%3 ;g
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
27/30
41
@ilrinon
@ilrinon merupakan inhi/itor%3%osodiesterase# @ilrinon harus
digunakan dengan sangat hati%hati pada pasien 'D dan harus
digunakan han"a pada pasien dengan status :ardia: output
rendah "ang tidak respons dengan terapi inotropik lain# $arena
eek hipotensin"a, tidak ada loading dose dalam pemakaian
milrinon#
Agen Vasopresor
)enilerin
)enilerin merupakan agonis reseptor ala1selekti dengan eek
langsung asokonstriksi arterial# 'gen ini dapat digunakan pada
kasus hipotensi /erat untuk mengem/alikan perusi koroner#
'gen ini le/ih /erguna untuk hipotensi ketika hipotensin"a
/erhu/ungan dengan asodilatasi sistemik di/andingkan dengan
penurunan :ardia: output#
Aorepinerin
Aorepinerin merupakan katekolamin dengan a.nitas tinggi
terhadap reseptor ala dan umum digunakan untuk
meningkatkan resistensi askular sistemik# Aorepinerin dapat
memper/aiki perusi koroner pada kasus hipotensi /erat#
Aorepinerin !uga /erguna pada pasien dengan TD "ang rendah
namun :ardia: output%n"a normal atau tinggi# 'gen ini han"a
/oleh di/erikan melalui !alur ena sentral karena ekstraasasi
agen ini men"e/a/kan nekrosis !aringan#
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
28/30
42
Digoksin
Digoksin digunakan se/agai terapi ./rilasi atrial dan () kronik#
Digoksin dengan :epat memper/aiki hemodinamik tanpa
menaikkan den"ut !antung atau menurunkan TD, dan dapat
di/erikan pada pasien dengan TD rendah disertai :ardia: output
"ang rendah pula# +alaupun dapat di/erikan se:ara intraena,digoksin se/aikn"a di/erikan se:ara oral# Bika di/erikan se:ara C,
digoksin harus disuntikkan se:ara perlahan karena pem/erian
"ang :epat dapat men"e/a/kan asokonstriksi# Loading dose
"ang /iasa dipakai adalah 0#75 mg# olus C aal ini harus diikuti
dengan dosis oral atau C se/esar 0#25 mg minimal 12 !am
setelah dosis aal# Dosisn"a harus disesuaikan dengan ungsi
gin!al# Digoksin tidak /oleh digunakan pada pasien dengangangguan gin!al sedang sampai /erat, iskemia "ang sedang
/erlangsung, atau /lok atrioentrikular lan!ut#
Beta-blocker IV
Terapi aal dengan agen ini se/aikn"a tidak di/erikan selama
ase aal '()* karena /eta%/lo:ker se:ara akut menurunkan
kontraktilitas !antung# Tetapi, /eta%/lo:ker C ker!a singkat,
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
29/30
43
seperti esmolol, dapat dipertim/angkan untuk di/erikan pada
pasien "ang '()%n"a dipi:u oleh ./rilasi atrial atau atrial utter#
ada pasien "ang telah lama mengkonsumsi /eta%/lo:ker, agen
ini harus dilan!utkan pem/eriann"a selama diraat di R*, ke:uali
terdapat kondisi hipotensi /erat, s"ok, atau /radikardia#
Penatalaksanaan Edema Pulmo Akut
-
7/23/2019 CR Tinjauan Pustaka
30/30
44