dampak pemanasan global dapat menyebabkan bencana di bumi pada tahun 2012

Upload: faradithaamrin

Post on 11-Oct-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DAMPAK PEMANASAN GLOBAL DAPAT MENYEBABKAN BENCANA DI BUMI PADA TAHUN 2012.BERTINDAKLAH SEKARANG!

Pola makan vegetarian bukan saja baik untuk kesehatan tetapi juga cara yang paling cepat untuk menghentikan pemanasan global dan menyelamatkan bumi ini - Maha Guru Ching Hai"Sektor peternakan adalah satu dari dua atau tiga penyumbang terbesar bagi krisis lingkungan yang paling serius dalam setiap skala, mulai dari lokal hingga global." Hampir seperlima (20 persen) dari emisi karbon berasal dari peternakan. Jumlah ini melampaui jumlah emisi gabungan yang berasal dari semua kendaraan di dunia! -- Laporan Perserikatan Bangsa Bangsa tentang peternakan dan lingkungan yang diterbitkan pada tahun 2006"Dengan kecepatan mencair seperti ini, maka Laut es Kutub Utara akan kehilangan lapisan esnya pada akhir musim panas 2012, lebih cepat daripada ramalan sebelumnya." Ahli iklim NASA, Jay Zwally"Kita telah melewati titik puncak, tetapi kita belum melewati titik tanpa harapan. Kita masih dapat berputar balik, tetapi dibutuhkan putaran yang cepat." Dr. James Hansen- ahli iklim terkemuka NASAJangan makan daging, naiklah sepeda, dan jadilah konsumen yang hemat -- begitulah cara Anda membantu mengerem pemanasan global -- Dr. Rajendra K. Pachauri, Ketua Panel Antar Pemerintah Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change -IPCC), Paris, 15 Januari 2008Pengaruh pemanasan global terhadap temperatur air laut telah menyebabkan terjadinya "Zona Mati" di lautan. Area air yang sangat luas ini tidak memiliki kehidupan karena hilangnya oksigen dan dilepaskannya gas hidrogen sulfida (H2S). Menurut laporan dari PBB, saat ini sudah ada lebih dari 200 zona mati. Dinginnya suhu dasar lautan telah menjaga gas metana tetap padat dalam bentuk hidrat. Beberapa ilmuwan percaya bahwa peningkatan suhu laut dapat menyebakan pelepasan gas metana dari dasar lautan.Sektor peternakan telah menyumbang 9 persen racun karbon dioksida, 65 persen nitro oksida, dan 37 persen gas metana yang dihasilkan karena ulah manusia. Gas metana menghasilkan gas rumah kaca 20 kali lebih besar dan nitro oksida 296 kali lebih banyak jauh di atas karbon dioksida. Peternakan juga menimbulkan 64 persen amonia yang dihasilkan karena campur tangan manusia sehingga mengakibatkan hujan asam.Untuk memproduksi satu kilogram daging, kita telah menghasilkan emisi karbon dioksida sebanyak 36,4 kilo. Sedangkan untuk memproduksi satu kalori protein, kita hanya memerlukan 2 kalori bahan bakar fosil untuk menghasilkan kacang kedelai, 3 kalori untuk jagung dan gandum; akan tetapi memerlukan 54 kalori energi untuk protein daging sapi! Jadi untuk memproduksi daging, membutuhkan konsumsi energi sebesar 10 kali! Pilihan pola makan kita juga merupakan pilihan energi.Dengan memberi biji-bijian dalam jumlah banyak untuk makanan ternak merupakan faktor utama penyebab kekurangan pangan. John Powell, Perwakilan Progam Pangan Dunia PBB, Direktur Program Eksternal meminta perhatian bahwa "Panen jagung diberikan untuk makanan hewan ternak dan ini merupakan suatu pemborosan yang besar, sedangkan kita sebenarnya dapat makan langsung jagung itu. Hal ini juga berlaku bagi biji-bijian yang lain seperti beras dan kedelai."http://www.financialpost.com/story.html?id=412984Dr Walter dan tim penelitinya memonitor pergerakan gas metana dari jarak yang dekat di seluruh dunia untuk menentukan kemungkinannya terhadap akibat dari perubahan iklim. Ia telah menemukan bukti bahwa gas metana di bawah air telah dilepaskan dari air danau di Siberia dan Alaska.Lapisan es di Kutub Selatan mulai runtuh. Pada 28 Februari 2008, lapisan es di semenanjung Wilkins di Antartika, yang selama ini menjadi lapisan es abadi sudah mulai runtuh dengan kecepatan yang mengejutkan para peneliti yang mengamatinya. Gambar-gambar satelit dengan resolusi tinggi dan jelas telah menunjukkan proses runtuhnya es ini yang diambil dari satelit Formosat 2 yang dioperasikan oleh Formosa (Taiwan) ini. Dr. Cheng-Chien Liu berkata: Setiap orang tahu bahwa suhu udara meningkat, suhu dunia memanas. Tapi mungkin tidak banyak yang tahu bahwa peningkatan rata-rata suhu tertinggi terjadi di Kutub Selatan, khususnya bagian Barat semenanjung Kutub Selatan. Lapisan Es Wilkins telah mengalami peningkatan rata-rata suhu tertinggi sekitar 0,5 derajat setiap 10 tahun. Dalam 50 tahun terakhir ini berarti suhunya telah meningkat sebesar 2,5 derajat. Itulah mengapa lapisan es di daerah ini terus pecah satu per satu. Kami sudah menyaksikan banyak lapisan es yang pecah dalam beberapa tahun terakhir ini. Jadi bisa saya katakan bahwa peningkatan suhu dan pemanasan global menjadi penyebab utama dari kejadian semacam ini. The Antartic Survey di Inggris yang mengamati lapisan es Kutub Selatan mengatakan bahwa Lapisan es Wilkins adalah lapisan yang terbesar dibandingkan dengan 6 lapisan es lainnya yang telah runtuh dalam beberapa dekade terakhir. Saya kira hancurnya Lapisan Es Wilkins ini memberi kita satu pelajaran yang bagus. Ini bukan sekedar fiksi ilmiah atau teori dari para ilmuwan. Ini adalah sesuatu yang benar-benar terjadi saat ini. Jika kita tidak melakukan sesuatu sekarang juga, maka keadaannya mungkin dapat semakin buruk. Kita bisa bekerja sama untuk menyelamatkan Bumi ini, Bumi yang hanya satu-satunya.http://www.timesonline.co.uk/tol/news/environment/article3621685.eceDr. Gregory Flato dari Universitas Victoria di British Columbia, Kanada menjelaskan beberapa petunjuk perubahan iklim di Kutub Utara: "Karena iklim menghangat dan kita mengeluarkan banyak gas rumah kaca ke dalam atmosfer, maka permukaan atmosfer menjadi memanas, tetapi penghangatannya tidak merata di seluruh dunia. Ia lebih hangat di daerah lintang tinggi seperti Kutub Utara, daripada di lintang bawah. Inilah alasannya mengapa es lautan dan salju di lintang atas memantulkan cahaya. Mereka memantulkan cahaya dan berfungsi mendinginkan iklim, karena permukaan di lintang bawah lebih gelap. Lalu permukaan gelap itu akan menyerap lebih banyak radiasi sinar matahari, sehingga pemanasan iklim akan mencairkan lebih banyak es lagi. Dr Flato memperkirakan berdasar ukuran minimum dari musim panas, area pelapis es di Kutub Utara telah berkurang hingga 8% selama 30 tahun. Tetapi selama lima tahun lalu, tingkat ini telah meningkat dengan dramatis. Area permukaan berkurang hingga 40% hanya dalam satu periode, musim panas 2007 tahun lalu.Retakan besar beting Es Ward Hunt memberi sinyal kematian. Sebagai salah satu dari lima beting es yang masih ada di Kanada, Beting Es Ward Hunt yang berumur 3.000 tahun dan setebal 40 meter di wilayah seluas 443 km sedang menyusut dengan cepat. Awal tahun ini, Derek Mueller dari Universitas Trent dan Doug Stern, Penjelajah Taman Kanada, melakukan survei wilayah dan menemukan bahwa ada banyak retakan di beting es tersebut dan saturetakan berukuran 10 kilometer kali 40 meter. Menurut Mueller, beting es tidak diisi lagi oleh glasir dan retakan tersebut adalah permanen. Dia menambahkan bahwa temuan tersebut menyarankan perubahan iklim telah melewati ambang batas tertentu.Penelitian terakhir oleh Greenpeace menyimpulkan bahwa naiknya permukaan air laut, berkurangnya pasokan air, dan berubahnya musim hujan karena perubahan iklim dapat menyebabkan 125 juta penduduk Asia Tenggara kehilangan rumah dalam waktu dekat. Sebagai tambahan, Program Pembangunan PBB mencatat bahwa perubahan iklim akan sangat berpengaruh kepada negara-negara berkembang dan menyebabkan migrasi penduduk secara besar-besaran maupun meningkatnya wabah penyakit.Asia Selatan merasakan pengaruh yang kuat atas kenaikan temperatur. Kenaikan temperatur sebesar 2 sampai 5 derajat Celsius telah menyebabkan kegagalan panen yang besar di Asia Selatan. Hal ini juga menyebabkan lebih kekeringan yang parah serta menggenangi rumah dari lima juta orang di seluruh Asia Selatan. Tim Dr. Lesack dari Kanada sedang mempelajari daerah Fermafrost, sebuah lapisan tanah yang sekarang mencair dan menyebabkan pelepasan gas karbon dioksida serta metana. Pada konferensi perubahan iklim di Vancouver yang baru diadakan tahun 2008, Pemimpin Partai Liberal Stphane Dion mengatakan bahwa metana yang terjadi sebagai hasil gas rumah kaca sebagian besar berasal dari konsumsi daging dan industri peternakan. Hewan yang mereka makan melepaskan banyak sekali gas metana ke atmosfer, dan metana jauh lebih banyak menyebabkan gas rumah kaca dibandingkan dengan CO2. Ada beberapa jalan untuk mengakhiri metana itu, tetapi pada akhirnya kita harus mengganti kebiasaan kita, yaitu memilih pizza vegetarian (vegan). Bpk. Dion juga menegaskan pencegahan perubahan iklim harus segera menjadi bagian dari tindakan para pemerintah. Earthsave.org mengatakan bahwa dengan menjadi vegan bisa membantu membalik perubahan iklim. Situs web organisasi tersebut mengeluarkan sebuah laporan tentang Bagaimana Ahli lingkungan Melihat Vegetarisme sebagai alat yang Paling Efektif untuk melawan Perubahan Iklim dalam Masa Hidup Kita." Laporan tersebut juga menyoroti kontribusi dari industri peternakan bagi pemanasan global seperti kutipan dari para ahli seperti ahli iklim Dr. James Hansen yang menyatakan bahwa selain CO2, metana adalah kontributor yang paling berbahaya dari emisi rumah kaca. Sebagai gas rumah kaca yang lebih berbahaya daripada CO2, metana dapat dikurangi dengan signifikan jika orang menjadi vegan.

Orang Kanada di barat daya Kolombia bersiaga terhadap kenaikan permukaan laut. Laporan baru dari pemerintah federal Kanada mengatakan bahwa kenaikan permukaan laut satu meter dapat memberi dampak kepada 220.000 orang yang hidup di area pantai Vancouver. Permukaan air laut telah naik 4 sampai 5 mm setiap tahunnya. Laporan juga menyatakan bahwa jika air laut terus naik, maka 4600 hektar lahan pertanian dan 15.000 hektar area pemukiman di Kolumbia akan terkena banjir. Lois Jackson, walikota dari Delta, Kolombia, berkata: "Fenomena ini sekarang telah terjadi, dan bukan teori lagi."Menteri Lingkungan, Konservasi, dan Meteorologi Kepulauan Solomon, Gordon Darcy Lilo, menguraikan dalam pidatonya kepada Parlemen untuk menguraikan hal yang berkenaan dengan perubahan iklim yang telah merugikan negara pulau itu. Contoh-contoh yg ia berikan antara lain penurunan produksi pertanian, erosi pantai, dan tenggelamnya pulau-pulau karena air laut. Ia menyatakan bahwa keputusan-keputusan yang diambil pemerintah harus memperhitungkan aspek perubahan iklim demi mengurangi dampaknya.Ahli lingkungan Jepang, Shuichi Endo sedang mencoba mengambil photo Pulau Tuvalu yang dihuni oleh 10 ribu orang di negara kepulauan Pasifik untuk meningkatkan kesadaran akan ancaman serius dari penduduk di Pulau Tuvalu. Pulau ini terletak hanya beberapa meter di atas permukaan laut dan terancam tenggelam karena permukaan air laut naik secara signifikan karena pemanasan global.Makanan vegan sekarang menjadi tren di Arab Saudi. Tempat-tempat pesiar di Uni Emirat Arab beralih ke vegetarian. Kepala koki Pravin Bagali dari hotel Le Meridien Al Aqah di emirat Fujairah mengatakan, pelanggan yang fruitarian (hanya makan buah) dan vegan telah meningkat hingga 40% sejak tahun lalu. Dan kepala koki Gabriela Kurz dari restoran vegetarian di Talise Spa Madinat Jumeirah mengatakan, "Kami sangat berminat memperkenalkan lebih banyak makanan vegan ke dunia kuliner Dubai.Pembuat Undang-Undang Jerman menganjurkan lebih sedikit daging. Wakil untuk Parlemen Jerman dan pemimpin Partai Hijau, Renate Knast, telah menyuarakan kebijakan untuk melakukan perubahan dalam bidang pertanian demi menghentikan perubahan iklim. Bagian yang direkomendasikan oleh Nn. Knast dalam transformasi tersebut adalah mengurangi penggunaan produk susu dan daging untuk konsumsi. Senator Australia mempromosikan vegetarisme untuk lingkungan hidup. Saat berbicara tentang Earth Hour, Senator Australia, Andrew Bartlett di Queensland mengatakan bahwa mematikan listrik selama satu jam mempunyai nilai simbolik. Akan tetapi, untuk menyampaikan perubahan iklim jangka panjang dan efektif maka diperlukan perubahan gaya hidup. Ia berkata: "Tidak ada cara yang lebih mudah, lebih murah, dan lebih cepat dalam mengurangi emisi rumah kaca selain dengan memangkas jumlah produk daging dan susu yang kita konsumsi. Ini adalah cara yang telah terbukti manfaatnya baik bagi kesehatan maupun lingkungan hidup. Selain itu hal ini dapat segera kita lakukan daripada menunggu teknologi baru, layanan transportasi umum yang lebih baik, atau menerapkan penggunaan energi terbarukan. Cara ini sangat menghemat uang daripada menghabiskannya untuk cara lain, dan cara ini tidak menyebabkan bahaya apapun bagi ekonomi kita." Senator Bartlett juga menyinggung tentang laporan PBB yang mengatakan bahwa emisi karbon dari peternakan hewan lebih besar daripada gabungan gas rumah kaca dari seluruh jenis transportasi. Lebih jauh lagi ia berkata: "Kita tidak dapat terus duduk di belakang dan menunggu pemerintah, teknologi, atau pasar untuk mengatasi masalah ini dan bersandar dengan upaya mereka... kita juga harus mengakui kenyataan ilimiah bahwa pada hakikatnya jika kita tidak memotong konsumsi produk hewan, maka kesempatan kita untuk menghentikan perubahan iklim adalah hampir tidak ada." Ada banyak negara yang terletak di daerah selatan Sahara Afrika, khususnya Gambia yang merasakan dampak pemanasan global terutama dalam hal produksi pangan. Bpk. Pa Ousman Jarju selaku Direktur Sumber Air Gambia serta wakil Gambia untuk Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Penerapan Kerangka Kerja Konvensi mengenai Perubahan Iklim, selama konferensi internasional perubahan iklim di Bangkok tahun 2008 mengatakan: "Ibu kota negara yang ketinggiannya hampir sekitar satu meter di atas permukaan air laut sangat rentan terhadap naiknya air laut. Kami juga merasakan dampaknya karena jika Anda melihat sejarah curah hujan selama 3 dekade terakhir, curah hujan telah menurun, temperatur telah naik 0,4 derajat tiap dekadenya dan kami mengalami musim hujan yang lebih pendek serta musim kering yang meningkat dari tahun ke tahun. Jadi, kami merasakan dampaknya dan ini juga menimbulkan ketidakamanan pangan." Desember lalu pemerintah Gambia menyajikan rencana tindakan nasional akhirnya ke PBB yang menguraikan cara-cara yang akan diambil untuk mengantisipasi perubahan iklim. Mr. Pa Ousman Jarju juga berkata: "Kita benar-benar perlumengubah gaya hidup kita, karena ini sungguh memberi sumbangan terhadap pengurangan emisi yang lebih tinggi dan perubahan iklim. Sistem pola makan kita juga perlu berubah. Bila kita menerapkan jenis diet vegetarian maka itu akan menyumbang sangat besar. Kita siap menyelamatkan planet ini.Menteri Administrasi Perlindungan Lingkungan Formosa (Taiwan), Bpk. Winston Dang telah membuat rekomendasi untuk orang-orang untuk makan lebih sedikit daging demi menyelamatkan sumber alam. Ia melihat dampak dari peternakan hewan yang menyebabkan degradasi besar bagi tanah dan merupakan penghasil polusi air utama.Stasiun King Sejong yang merupakan tempat pengamatan iklim di Kutub Selatan bagian barat selama dua dekade telah memantau perubahan pola lingkungan hidup di Kutub Selatan. Dengan 11 fasilitas dan 2 observatoriumnya yang berlokasi di Pulau King George di Semenanjung Barton di Kutub Selatan bagian barat, Korea mendatangkan puluhan ilmuwan setiap tahunnya. Dengan datangnya musim panas dalam waktu dekat, mereka, seperti kebanyakan stasiun riset lainnya di daerah tersebut, terus memasukkan informasi yang paling terkini.Menurut pengamatan kami, dinding es Teluk kecil Marian yang dekat dengan stasiun kami telah mundur lebih dari 1 km selama 50 tahun terakhir. Para peneliti telah berada di sana selama 3 bulan melihat sendiri bahwa selama masa itu, dinding es mundur selama beberapa meter. Jika Anda datang ke sini, Anda dapat merasakan bahwa perubahan iklim sangat serius dibandingkan dengan sebelumnya. Untuk menunda laju pemanasan global sebanyak mungkin, industri perlu menjauhkan diri dari pemakaian bahan bakar fosil dan berbagai pola gaya hidup harus berubah. Semenanjung Barton yang relatifsejuk, dimana Stasiun King Sejong berlokasi, biasanya menarik sejumlah spesies, dan oleh karena itu ada banyak ahli biologi yang datang mempelajarinya. Akan tetapi tahun ini ilmuwan digusarkan akan populasi satwa di sana. Selain itu, jumlah plankton telah merosot dengan tajam Ketika Anda melihat hewan seperti pinguin atau anjing laut, mereka sulit ditemukan dibandingkan dengan tahun lalu. Di tahun ini saja, dinding es di sini telah roboh 50 meter dibandingkan tahun lalu. Ketika Anda melihat itu, itu akan membuat Anda berpikir. Terlalu banyak es yang roboh saat ini. Jika kita melihat foto dari udara 10 tahun yang lalu, dinding es ada tepat di depan stasiun kita, tetapi ia berada sangat jauh dari kita sekarang, ini berarti ada banyak dinding es yang telah roboh. Sungai es di Swiss mencair sebagai akibat dari pemanasan global. Sekitar 1.800 sungai es di Swiss mencair sebesar 3% per tahun. Yang terbesar berkurang belasan meter per tahun, sementara rata-rata pencairan per tahun untuk yang lainnya bertambah dua dan tiga kali lipat. Pusat Pengamatan Sungai Es Dunia yang didukung PBB mengatakan pencairan parah ini disebabkan oleh perubahan iklim. Ini benar-benar mendesak, kita harus melakukan sesuatu. Karena penguapan air adalah masalah serius di seluruh Eropa, warga Swiss akan segera cepat menghadapi kekurangan air dan bahkan kekeringan. Fenomena pencairan sungai es sedang terjadi di negara-negara lainnya. Milyaran orang di seluruh dunia tergantung dari sungai-sungai es ini untuk air minum, pertanian, industri, dan pembangkit listrik.Warga Timor Leste menderita efek dari perubahan iklim. Dengan meningkatnya ketinggian air laut dan cuaca yang buruk, hal ini telah memberikan efek kepada penduduk di Timor Leste dalam berbagai segi. Di seluruh Timor dan bagian lain dari Indonesia, hasil panen para petani berkurang sebanyak setengah dari hasil panen biasanya karena kondisi iklim yang tidak stabil. Sebagai akibatnya, ribuan anak-anak memperoleh gizi yang sangat buruk. Bpk. Adao Soares Barbosa, Direktur Nasional untuk Pelayanan Lingkungan mengatakan: "Sebagaimana yang Anda ketahui bahwa negara kami adalah negara terbaru di dunia, jadi kami perlu skenario ekonomi yang mendukung lingkungan hidup dan ekosistem. Perubahan iklim sudah memberikan dampak terhadap negara kami dalam hal sumber air, hasil pertanian, dan juga hilangnya keanekaragaman biologi, khususnya di daerah yang rawan terhadap kemarau, banjir, dan kenaikan air laut.Uni Eropa memberlakukan pelarangan impor daging yang dihormonisasi. Beberapa negara, seperti AS dan Kanada, memberikan hormon kepada sebagian besar sapi perah untuk mempercepat pertumbuhannya dan menambah produksi susunya. Uni Eropa menggunakan "prinsip pencegahan" dengan melarang impor produk yang terhormonisasi, karena dicurigai akanmengacaukan kesehatan hormonal dan sistem reproduksi manusia, serta memperbesar kemungkinan terjadinya kanker.Hewan-hewan di kebun binatang menjadi vegetarian. Kebun binatang Belanda Blijdorp di Rotterdam mengganti makanan hewan berbahan daging dengan diet vegetarian yang sehat setelah lewat beberapa tahun. Bpk. Ton Dorresteyn, direktur kebun binatang berkata: "Kebun binatang telah membuat keputusan ini karena telah meneliti efek positif dari diet vegetarian terhadap hewan." Kesehatan hewan-hewan akan dimonitor dari dekat oleh dokter hewan. Sebuah contoh tentang manfaat dari hidup vegetarian disediakan oleh situs web kebun binatang dengan sebuah kisah tentang Shiva, seekor harimau yang berusia 27 tahun yang telah menjadi vegetarian sejak usia 10 tahun. Alasan lain untuk transisi ini adalah pengurangan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan melalui penerapan diet vegetarian adalah untuk melindungi kelestarian planet dan hutan kita dengan tidak menebang pohon untuk menanam pakan makanan ternak.Hutan-hutan gambut di Indonesia akan habis. Organisasi lingkungan hidup Greenpeace baru-baru ini melaporkan bahwa industri minyak kelapa sawit Indonesia terus berlanjut tidak beraturan. Minyak kelapa sawit yang digunakan untuk makanan, kosmetik, dan bahan bakar bio ikut merusak hutan gambut. Karena tingginya kadar karbon yang tersipan dalam hutan-hutan itu, pembabatan dan pembakaran hutan ini menjadikan Indonesia sebagai negara ketiga penyumbang emisi gas rumah kaca.Partisipan Forum Boao untuk Asia menganjurkan konsumsi lebih sedikit daging di Forum Internasional Boao untuk Asia 2008 di China. Para partisipan juga bertemu untuk satu sesi yang disebut "Perubahan Iklim: Mengubah Bisnis, Mengubah Kita." Gerard Kleisterlee, Ketua dan CEO Royal Philips Electronics Group berada di antara mereka yang menganjurkan bahwa pilihan vegetarian (vegan) dapat mengurangi emisi CO2.Garis pesisir pantai Skotlandia terkikis akibat perubahan iklim. Pemerintah Skotlandia mengeluarkan laporan yang menyatakan erosi di pesisir sepanjang 740 mil, bersama dengan naiknya permukaan air laut. Air yang berubah menjadi semakin asam juga membahayakan satwa liar. Richard Lochhead, sekretaris kabinet urusan pedesaan dan lingkungan berkata tentang situasi darurat ini, "Ini terjadi sekarang dan kita harus bertindak."

EFEK RUMAH KACA, PENYEBAB, DAMPAK DAN PENCEGAHANNYAEfek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit terutama planet atau satelit yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya.Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya seperti satelit alami Saturnus, Titan ternyata juga memiliki efek rumah kaca. Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda. Efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Yang belakang diterima oleh semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat. Matahari adalah sumber dari segala energi di bumi. Energi cahaya matahari dirubah menjadi energi yang dapat menghangatkan ketika mencapai permukaan bumi. Permukaan bumi akan menyerap sebagian panas matahari dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, CO2, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkannya kembali ke permukaan bumi, sehingga panas dari gelombang radiasi tersebut tersimpan di permukaan bumi yang menyebabkan meningkatnya suhu rata-rata tahunan bumi.Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh seluruh penghuni bumi. Karena tanpa adanya efek rumah kaca, suhu permukaan bumi akan sangat dingin. Suhu rata-rata planet bumi sudah meningkat sekitar 33C menjadi 15C dari suhu awal yang -18C. Jika tidak ada efek rumah kaca ini maka permukaan bumi akan tertutup oleh lapisan es, namun jika berlebihan maka akan menyebabkan pemanasan global.

Penyebab

Ada tiga faktor utama tingginya emisi gas rumah kaca, yakni kerusakan hutan dan lahan, penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan dan pembuangan limbah. Ini harus dikendalikan agar emisi gas rumah kaca bisa diturunkan.Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya.Energi yang masuk ke Bumi 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer, 25% diserap awan dan 45% diserap permukaan bumi dan 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumiEnergi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.Gas rumah kacaGas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas manusia.Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Karbondioksida adalah gas terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan vulkanik; pernapasan hewan dan manusia (yang menghirup oksigen dan menghembuskan karbondioksida); dan pembakaran material organik (seperti tumbuhan).Karbondioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis memecah karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom karbonnya.Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar. Uap air Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap air berfluktuasi secara regional, dan aktivitas manusia tidak secara langsung memengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada skala lokal. Dalam model iklim, meningkatnya temperatur atmosfer yang disebabkan efek rumah kaca akibat gas-gas antropogenik akan menyebabkan meningkatnya kandungan uap air di troposfer, dengan kelembapan relatif yang agak konstan. Meningkatnya konsentrasi uap air mengakibatkan meningkatnya efek rumah kaca; yang mengakibatkan meningkatnya temperatur; dan kembali semakin meningkatkan jumlah uap air di atmosfer. Keadaan ini terus berkelanjutan sampai mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan). Oleh karena itu, uap air berperan sebagai umpan balik positif terhadap aksi yang dilakukan manusia yang melepaskan gas-gas rumah kaca seperti CO2[1]. Perubahan dalam jumlah uap air di udara juga berakibat secara tidak langsung melalui terbentuknya awan. Karbondioksida Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian. Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi karbondioksida di atmosfer, aktivitas manusia yang melepaskan karbondioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk menguranginya. Pada tahun 1750, terdapat 281 molekul karbondioksida pada satu juta molekul udara (281 ppm). Pada Januari 2007, konsentrasi karbondioksida telah mencapai 383 ppm (peningkatan 36 persen). Jika prediksi saat ini benar, pada tahun 2100, karbondioksida akan mencapai konsentrasi 540 hingga 970 ppm. Estimasi yang lebih tinggi malah memperkirakan bahwa konsentrasinya akan meningkat tiga kali lipat bila dibandingkan masa sebelum revolusi industri. Metana Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk gas rumah kaca. Ia merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi dan transportasi batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi, sebagai produk samping dari pencernaan. Sejak permulaan revolusi industri pada pertengahan 1700-an, jumlah metana di atmosfer telah meningkat satu setengah kali lipat. Metan berasal dari gas alamiah, pertambangan batubara, kotoran hewan dan tumbuhan yang telah membusuk. Hal yang paling dikhawatirkan para ilmuwan adalah tumbuhan yang membusuk. Beberapa ribu tahun yang lalu, miliaran ton metan terbentuk dari pembusukan tumbuh-tumbuhan Arktik di Kutub Utara. Tumbuhan itu membusuk dan membeku di dasar laut. Saat kutub utara mulai menghangat, metan yang tersimpan di dasar laut itu dapat mempercepat pemanasan di kawasan itu. Nitrogen Oksida Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Ntrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah meningkat 16 persen bila dibandingkan masa pre-industri. Gas lainnya Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur. Campuran berflourinasi dihasilkan dari peleburan alumunium. Hidrofluorokarbon (HCFC-22) terbentuk selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi, perabotan (furniture), dan tempat duduk di kendaraan. Lemari pendingin di beberapa negara berkembang masih menggunakan klorofluorokarbon (CFC) sebagai media pendingin yang selain mampu menahan panas atmosfer juga mengurangi lapisan ozon (lapisan yang melindungi Bumi dari radiasi ultraviolet). Selama masa abad ke-20, gas-gas ini telah terakumulasi di atmosfer, tetapi sejak 1995, untuk mengikuti peraturan yang ditetapkan dalam Protokol Montreal tentang Substansi-substansi yang Menipiskan Lapisan Ozon, konsentrasi gas-gas ini mulai makin sedikit dilepas ke udara. Para ilmuan telah lama mengkhawatirkan tentang gas-gas yang dihasilkan dari proses manufaktur akan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Pada tahun 2000, para ilmuan mengidentifikasi bahan baru yang meningkat secara substansial di atmosfer. Bahan tersebut adalah trifluorometil sulfur pentafluorida. Konsentrasi gas ini di atmosfer meningkat dengan sangat cepat, yang walaupun masih tergolong langka di atmosfer tetapi gas ini mampu menangkap panas jauh lebih besar dari gas-gas rumah kaca yang telah dikenal sebelumnya. Hingga saat ini sumber industri penghasil gas ini masih belum teridentifikasi.Selain karbon dioksida, ada dua gas lagi yang dikhawatirkan mempercepat pemanasan global lebih buruk lagi. Keduanya adalah metan dan nitrogen triflorida yang berasal dari tanaman purba dan teknologi layar flat-panel. Menurut para pengamat lingkungan, kedua gas tersebut menimbulkan efek rumah kaca seperti karbon dioksida. Bahkan, kedua gas tersebut memberi efek hampir sama dari yang disebabkan karbondioksida. Penelitian terbaru menunjukkan dalam beberapa tahun terakhir efek kedua gas tersebut semakin meningkat di luar perkiraan. Para pengamat cuaca juga terkejut dengan peningkatan tersebut.Selama ini gas metan masih menjadi kekhawatiran terbesar setelah karbon dioksida. Pasalnya, gas tersebut dianggap sebagai gas efek rumah kaca kedua setelah karbon dioksida berdasar besarnya efek pemanasan yang dihasilkan dan jumlahnya di atmosfer. Gas metan menyumbang sepertiga dari efek karbondioksida terhadap pemanasan global.Para ilmuwan telah berupaya untuk mempelajari bagaimana proses tersebut akan bermula. Saat ini data yang terkumpul masih berupa data awal, belum ada kesimpulan. Tetapi para ilmuwan tersebut mengatakan apa yang mereka lihat di awal ini adalah permulaan pelepasan metan di kutub utara.Dalam delapan tahun terakhir kadar metan di atmosfer masih stabil yang diperkirakan setiap 40 menit oleh monitor pengawas dekat tebing di tepi laut. Tetapi pada 2006 hasilnya menunjukkan terjadinya peningkatan. Jumlah gas metan di udara melonjak dari sekitar 28 juta ton pada Juni 2006 hingga Oktober 2007. Saat ini jumlahnya sudah mencapai 5,6 miliar ton metan di udara. Jika hal ini terus terjadi, maka akan buruk efeknya. Saat kadar metan terus meningkat, tentunya akan mempercepat perubahan iklim. Di lain pihak, kadar nitrogen triflorida di udara diperkirakan meningkat empat kali lipat beberapa tahun terakhir dan 30 kali lipat sejak 1978. Namun, peningkatan tersebut hanya menyumbang 0,04 persen dari total efek pemanasan global yang disebabkan oleh karbondioksida. Gas ini biasanya digunakan sebagai semacam pembersih pada industri manufaktur televisi dan monitor komputer serta panel.Nitrogen triflorida yang dihiting dengan skala bagian per triliun di udara selama ini memang dianggap ancaman tak berarti. Menurut profesor geofisika Ray Weiss di Lembaga Oseanografi, upaya awal untuk mengetahui jumlah gas tersebut di udara memang diremehkan mengingat jumlahnya yang tak terlalu besar.Tetapi gas tersebut justru dikategorikan sebagai salah satu gas yang lebih berbahaya karena ratusan kali lebih kuat menyimpan panas daripada karbondioksida. Sedangkan metan hanya 20 kali lebih berbahaya dari karbondioksida per basis molekul. Karbondioksida masih menjadi gas yang paling berbahaya karena kadarnya yang sangat tinggi dan pertumbuhannya yang cepat.Menurut penelitian sebuah survei di musim panas, menemukan kadar metan di Laut Siberia timur meningkat dari 10.000 kali lebih tinggi dari kadar normalnya. Peningkatan dua gas tersebut adalah fenomena baru.

DampakMenurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-rata bumi 1-5 C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.Dunia telah kehilangan hampir 20 persen terumbu karangnya akibat emisi karbon dioksida. Laporan yang dirilis Global Coral Reef Monitoring Network ini merupakan upaya memberi tekanan atas peserta konferensi PBB mengenai iklim agar membuat kemajuan dalam memerangi kenaikan suhu global. Jika kecenderungan emisi karbon dioksida saat ini terus berlangsung, banyak terumbu karang mungkin akan hilang dalam waktu 20 sampai 40 tahun mendatang, dan ini akan memiliki konsekuensi bahaya bagi sebanyak 500 juta orang yang bergantung atas terumbu karang untuk memperoleh nafkah mereka. Jika tak ada perubahan, kita akan menyaksikan berlipatnya karbon dioksida di atmosfer dalam waktu kurang dari 50 tahun.Karena karbon ini diserap, samudra akan menjadi lebih asam, yang secara serius merusak sangat banyak biota laut dari terumbu karang hingga kumpulan plankton dan dari udang besar hingga rumput laut. Saat ini, perubahan iklim dipandang sebagai ancaman terbesar bagi terumbu karang. Ancaman utama iklim, seperti naiknya temperatur permukaan air laut dan tingkatan keasaman air laut, bertambah besar oleh ancaman lain termasuk pengkapan ikan secara berlebihan, polusi dan spesies pendatang.

PencegahanPenanaman satu miliar pohon per tahun bisa menurunkan emisi gas rumah kaca, sehingga target 26 persen pada 2020 diharapkan bisa tercapai. Penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sekitar 26 persen pada 2020 mendatang, antara lain melakukan upaya pengendalian kerusakan hutan, penggunaan energi dan transportasi, serta pengolahan limbah. Penurunan gas rumah kaca di Indonesia bisa diturunkan hingga 41 persen, bila mendapatkan dukungan dari luar negeri. Kalau ada dukungan dari luar negeri, maka penurunan emisi bisa bertambah 15 persen, sehingga bisa 41 persen penurunannya.Penting dilakukan upayapengendalian kebakaran hutan dan lahan, pengelolaan sistem jaringan dan tata air, rehabilitasi hutan dan lahan, pemberantasan pembalakan liar, pencegahan deforestasi dan pemberdayaan masyarakat.Penggunaan energi ramah lingkungan dan transportasi yang efisien juga bisa membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Kawasan Konservasi Mangrove ini sangat baik untuk membantu penurunan emisi gas rumah kaca, selain merupakan elemen yang paling banyak berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir bahan-bahan pencemar.Protokol KyotoProtokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global.

Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata cuaca global antara 0,02 C dan 0,28 C pada tahun 2050. (sumber: Nature, Oktober 2003)Nama resmi persetujuan ini adalah Kyoto Protocol to the United Nations Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto mengenai Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim). Ia dinegosiasikan di Kyoto pada Desember 1997, dibuka untuk penanda tanganan pada 16 Maret 1998 dan ditutup pada 15 Maret 1999. Persetujuan ini mulai berlaku pada 16 Februari 2005 setelah ratifikasi resmi yang dilakukan Rusia pada 18 November 2004.