dharma prabha 47

64
7/23/2019 Dharma Prabha 47 http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 1/64

Upload: ming-muslimin

Post on 18-Feb-2018

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 1/64

Page 2: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 2/64

Page 3: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 3/64

dari redak

PPPPPerjalanan hidup seseorang tidak terlepasdari orang-orang yang telah lahirsebelumnya. Tiada sesuatu yang berdiri sendiri,

semua terangkai dalam suatu sebab dan akibat yang salingbergantungan. Kita dapat menikmati dan menjalani hidup kita

hingga detik ini tidak terlepas dari mereka-mereka yang telahberjasa untuk kita. Kita dapat lahir dan tumbuh menjadi dewasasebagai sosok seorang manusia karena seorang ibu. Kita dapatmengerti dan mengenal berbagai macam ilmu pengetahuandan kebenaran karena seorang guru. Kita dapat hidup di alamkemerdekaan dan terlindung dari berbagai penindasan karenaada yang rela berkorban, yaitu para pahlawan. Ketiga sosokyang berjasa tersebut diperingati setiap tahunnya, yaitu 10November sebagai Hari Pahlawan, 25 November sebagai Hari

Guru, dan 22 Desember sebagai Hari Ibu. Namun, kesadarankita akan pentingnya penghormatan kepada mereka dalamkehidupan sehari-hari hampir tersisihkan dari pikiran kita.

Pemimpin RedakJulifin

Selamat Tahun Baru 2006, Selamat Hari Metta 2006, & Selamat Hari RayaImlek 2557. GONG XI FAT CHAI!!!

Edisi

48  Februari 2006

SeksSSSSSeks bisa jadi merupakan sebuah paradoks terbesar dalamsejarah umat manusia. Ketika diangkat ke ruang publikia mengundang kehebohan, sensasi hingga kontroversi.

Di sisi lain, ia merupakan sesuatu yang wajar dan alamiahyang menjadi sebab keberlangsungan hidup umat manusiahingga saat ini. Bagaimana Buddhisme memandang seks danseksualitas? Mengapa seorang praktisi yang menjalani hidupkebhikkhuan harus selibat? Bagaimana pula kaitan antara

hidup berumah tangga dengan praktik dharma dankesempatan mencapai pembebasan? Apa dan bagaimanayang disebut sebagai tindakan seksual yang tidak pantas?Ikuti pembahasannya di Dharma Prabha edisi 48. Tidakketinggalan liputan kegiatan di Vihara Buddha Prabha dansekitarnya, serta liputan kegiatan Munas dan Bina Widya diJawa Barat.

Page 4: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 4/64

PPPPPenerbitenerbitenerbitenerbitenerbit: GMCBP bekerjasama dengan DPD IPMKBI Sekber PMVBI. PPPPPelindungelindungelindungelindungelindung:

Sangha Agung Indonesia Wilayah IV. PPPPPenanggung Jawabenanggung Jawabenanggung Jawabenanggung Jawabenanggung Jawab: Ketua Umum GMCBP.

PPPPPemimpin Redaksiemimpin Redaksiemimpin Redaksiemimpin Redaksiemimpin Redaksi : Julifin. SekretarisSekretarisSekretarisSekretarisSekretaris: Sri Linda Sartika. BendaharaBendaharaBendaharaBendaharaBendahara: Eka. Edi-Edi-Edi-Edi-Edi-

tortortortortor: Hendry, Joly, Minerva A.J.Lim. RedaksiRedaksiRedaksiRedaksiRedaksi: Benny, Christina Luis, Irwan. LLLLLayayayayay-----outoutoutoutout:

Benny, Erik Wardi. SirkSirkSirkSirkSirkulator:ulator:ulator:ulator:ulator: Jimmy Suhendra, Ronny. No.Rekening BankNo.Rekening BankNo.Rekening BankNo.Rekening BankNo.Rekening Bank : a.n.

Indra Cahaya BCA Pusat Yogyakarta no. 0371566766. Alamat RedaksiAlamat RedaksiAlamat RedaksiAlamat RedaksiAlamat Redaksi : Jln. Brigjend

Katamso no.3 Yogyakarta 55121, Telp. (0274) 378084. E-MailE-MailE-MailE-MailE-Mail :

[email protected]. WWWWWebsiteebsiteebsiteebsiteebsite : http://www.dharmaprabha.or.id. PPPPPencetakencetakencetakencetakencetak

: Cahaya Timur Offset Yogyakarta

Sajian Utama

Redaksi menerima sumbangan artikel, cerpen, dan jenis tulisan lainnya yang sesuaidengan misi “Memperkokoh dan Memperluas Wawasan Buddhis”. Tulisan yang dikirimmerupakan hasil tulisan sendiri dan belum pernah diterbitkan di media cetak manapun.Tulisan yang dikirim harap disertai dengan tanda pengenal diri. Redaksi berhak untuk

mengubah tulisan dengan tidak mengurangi isi dan tema tulisan.

Universal, tanpa penaklukan duniawi,Universal, tanpa penaklukan duniawi,Universal, tanpa penaklukan duniawi,Universal, tanpa penaklukan duniawi,Universal, tanpa penaklukan duniawi,  nonviole nonviole nonviole nonviole nonviole

(tanpa kekerasan/(tanpa kekerasan/(tanpa kekerasan/(tanpa kekerasan/(tanpa kekerasan/ Ahimsa Ahimsa Ahimsa Ahimsa Ahimsa ), cinta sesam), cinta sesam), cinta sesam), cinta sesam), cinta sesamcompassionatecompassionatecompassionatecompassionatecompassionate, tanpa klesha--kebenci, tanpa klesha--kebenci, tanpa klesha--kebenci, tanpa klesha--kebenci, tanpa klesha--kebenci

kemelekatan, dan kebodohan; itulah motivasi mutkemelekatan, dan kebodohan; itulah motivasi mutkemelekatan, dan kebodohan; itulah motivasi mutkemelekatan, dan kebodohan; itulah motivasi mutkemelekatan, dan kebodohan; itulah motivasi mutyang haryang haryang haryang haryang harus dimiliki seorang pahlawan.us dimiliki seorang pahlawan.us dimiliki seorang pahlawan.us dimiliki seorang pahlawan.us dimiliki seorang pahlawan.

04 Siapakah P04 Siapakah P04 Siapakah P04 Siapakah P04 Siapakah Pahlawan Itu?ahlawan Itu?ahlawan Itu?ahlawan Itu?ahlawan Itu?

Sajian Utama

Sajian Utama

“Kunyatakan, O para bhikkhu, ada dua orang yan“Kunyatakan, O para bhikkhu, ada dua orang yan“Kunyatakan, O para bhikkhu, ada dua orang yan“Kunyatakan, O para bhikkhu, ada dua orang yan“Kunyatakan, O para bhikkhu, ada dua orang yantidak pertidak pertidak pertidak pertidak pernah dapat dibalas budinya oleh seseorannah dapat dibalas budinya oleh seseorannah dapat dibalas budinya oleh seseorannah dapat dibalas budinya oleh seseorannah dapat dibalas budinya oleh seseoran

Apakah yang dua itu? Ibu dan AApakah yang dua itu? Ibu dan AApakah yang dua itu? Ibu dan AApakah yang dua itu? Ibu dan AApakah yang dua itu? Ibu dan Ayah.”yah.”yah.”yah.”yah.”

16 Ibu, Maafkan Saya16 Ibu, Maafkan Saya16 Ibu, Maafkan Saya16 Ibu, Maafkan Saya16 Ibu, Maafkan Saya

Dalam arDalam arDalam arDalam arDalam arti yang lebih luas, gurti yang lebih luas, gurti yang lebih luas, gurti yang lebih luas, gurti yang lebih luas, gur u bisa jadi apa danu bisa jadi apa danu bisa jadi apa danu bisa jadi apa danu bisa jadi apa dansiapa saja yang dari mereka kita merasa dapatsiapa saja yang dari mereka kita merasa dapatsiapa saja yang dari mereka kita merasa dapatsiapa saja yang dari mereka kita merasa dapatsiapa saja yang dari mereka kita merasa dapat

menarik pelajaran.menarik pelajaran.menarik pelajaran.menarik pelajaran.menarik pelajaran.

0 Siapakah Gur0 Siapakah Gur0 Siapakah Gur0 Siapakah Gur0 Siapakah Guru?u?u?u?u?

Page 5: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 5/64

daftar isi

Halaman Muka

Keterangan Halaman MukaKeterangan Halaman MukaKeterangan Halaman MukaKeterangan Halaman MukaKeterangan Halaman MukaT T T T T  iga sosok yang sangat berjasa iga sosok yang sangat berjasa iga sosok yang sangat berjasa iga sosok yang sangat berjasa iga sosok yang sangat berjasa

 bagi kita: pahlawan , guru, ibu. bagi kita: pahlawan , guru, ibu. bagi kita: pahlawan , guru, ibu. bagi kita: pahlawan , guru, ibu. bagi kita: pahlawan , guru, ibu.

Ajaran Dasar 

33 Sigalovada Sutta33 Sigalovada Sutta33 Sigalovada Sutta33 Sigalovada Sutta33 Sigalovada Sutta

54 Mr54 Mr54 Mr54 Mr54 Mr. Lau: A Memor. Lau: A Memor. Lau: A Memor. Lau: A Memor. Lau: A Memory of Ty of Ty of Ty of Ty of Todayodayodayodayoday

English corner 

Resensi

27 Soe Hok Gie,27 Soe Hok Gie,27 Soe Hok Gie,27 Soe Hok Gie,27 Soe Hok Gie,

  Catatan Seorang Demonstran  Catatan Seorang Demonstran  Catatan Seorang Demonstran  Catatan Seorang Demonstran  Catatan Seorang Demonstran

Berita

50 Upacara Ulambana (Chau T50 Upacara Ulambana (Chau T50 Upacara Ulambana (Chau T50 Upacara Ulambana (Chau T50 Upacara Ulambana (Chau Tu)u)u)u)u)  di V  di V  di V  di V  di Vihara Buddha Pihara Buddha Pihara Buddha Pihara Buddha Pihara Buddha Prabharabharabharabharabha50 Ziarah50 Ziarah50 Ziarah50 Ziarah50 Ziarah51 P51 P51 P51 P51 Pelatihan Jurelatihan Jurelatihan Jurelatihan Jurelatihan Jurnalistiknalistiknalistiknalistiknalistik52 P52 P52 P52 P52 Perayaan Kerayaan Kerayaan Kerayaan Kerayaan Kathina Dana 2549 BEathina Dana 2549 BEathina Dana 2549 BEathina Dana 2549 BEathina Dana 2549 BE  di V  di V  di V  di V  di Vihara Buddha Pihara Buddha Pihara Buddha Pihara Buddha Pihara Buddha Prabharabharabharabharabha

Data Donatur 

56 Donatur Edisi 47, Laporan Keua56 Donatur Edisi 47, Laporan Keua56 Donatur Edisi 47, Laporan Keua56 Donatur Edisi 47, Laporan Keua56 Donatur Edisi 47, Laporan Keua

  dan Anggaran  dan Anggaran  dan Anggaran  dan Anggaran  dan AnggaranRenungan

57 K57 K57 K57 K57 Kenangan Indah Belajar Dharenangan Indah Belajar Dharenangan Indah Belajar Dharenangan Indah Belajar Dharenangan Indah Belajar Dharmmmmm

58 Berita dan Laporan Keuangan58 Berita dan Laporan Keuangan58 Berita dan Laporan Keuangan58 Berita dan Laporan Keuangan58 Berita dan Laporan Keuangan

Kalyana Putra

59 Pelajaran Kecil

Artikel

36 Kondisi dan Sikap Sosial36 Kondisi dan Sikap Sosial36 Kondisi dan Sikap Sosial36 Kondisi dan Sikap Sosial36 Kondisi dan Sikap Sosial  ter  ter  ter  ter  terhadap Whadap Whadap Whadap Whadap Wanitaanitaanitaanitaanita

45 W45 W45 W45 W45 Wanita dalam Sifat Kanita dalam Sifat Kanita dalam Sifat Kanita dalam Sifat Kanita dalam Sifat Keibuaneibuaneibuaneibuaneibuan

Profil

48 Ibu Y48 Ibu Y48 Ibu Y48 Ibu Y48 Ibu Yutarutarutarutarutartototototo

Liputan Eksklusif 

53 Open House Unit, GMCBP 200553 Open House Unit, GMCBP 200553 Open House Unit, GMCBP 200553 Open House Unit, GMCBP 200553 Open House Unit, GMCBP 2005

Cerpen

24 Mama, I Love Y24 Mama, I Love Y24 Mama, I Love Y24 Mama, I Love Y24 Mama, I Love Yououououou

Sajian Utama

14 Bolehkah Umat Buddha Menjadi14 Bolehkah Umat Buddha Menjadi14 Bolehkah Umat Buddha Menjadi14 Bolehkah Umat Buddha Menjadi14 Bolehkah Umat Buddha Menjadi

TTTTTentara?entara?entara?entara?entara?22 T22 T22 T22 T22 Terpujilah Dikau Perpujilah Dikau Perpujilah Dikau Perpujilah Dikau Perpujilah Dikau Pahlawankuahlawankuahlawankuahlawankuahlawanku

Opini

44 Mereka Bilang, Ibu Itu...44 Mereka Bilang, Ibu Itu...44 Mereka Bilang, Ibu Itu...44 Mereka Bilang, Ibu Itu...44 Mereka Bilang, Ibu Itu...

Page 6: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 6/64

Siapakah Pahlawan Itu?

November 2005

BBBBBerjasa, gagah berani, penuh pengorbanan, pejuang keras,dikagumi—itulah beberapa hal yang selalu terlintas dalambenak kita pada umumnya ketika mendefinisikan seorang

pahlawan. Pengertian itulah yang sudah membumi di benak masyarakat.Ketika membuka kamus, umumnya kita akan menemukan hal yang samapula. Bahkan itu juga yang telah diajarkan dan menjadi suatu pengertianumum di masyarakat. Tetapi apakah pengertian di atas cukup untukmendeskripsikan seorang pahlawan? Apakah kriteria di atas cukup untukdimiliki seorang pahlawan ideal dalam berjuang demi kebenaran dan keadilan?

Lantas pernahkah kita bertanya bagaimana pahlawan itu berjasa? Bagaimanacara dia berjasa? Kepada siapakah dia berjasa?Untuk menjawab pertanyaan di atas, ada beberapa contoh kasus

kemanusiaan yang dapat kita lihat. Jika kita hanya berpatok pada pengertiandi atas dan hidup sebagai orang Jerman pada era 30-an – 40-an, tentu kitaboleh menyebut Adolf Hitler sebagai pahlawan; pejuang Jerman yang sangatberjasa dalam mengangkat nama baik bangsa Jerman dan memperbaikikehidupan rakyat Jerman dari keambrukan dan kelaparan sosial akibatkekalahan dalam Perang Dunia I. Ia, dengan ambisinya menguasai dunia,terutama Eropa, berusaha menebarkan kebencian terhadap bangsa lain,

bahkan dengan cara menjerumuskan dunia dalam bencana kemanusiaanterbesar sepanjang masa, Perang Dunia II.

Tentu saja banyak cendekiawan tidak akan setuju denganhal di atas. Akan tetapi, pada kenyataannya, kita seringmenyalahartikan kata pahlawan dan salah kaprah tentang artikepahlawanan. Sebagai contoh, jika terjadi perselisihan antarakelompok kita dengan kelompok lain, misalnya bentrokan antarkelasketika kita masih duduk di bangku sekolah, pihak yang bertindakdengan rasa bangga mengalahkan kelompok lain baik dengan

maupun tanpa tindakan kekerasan fisik demi nama baik dan egokelompoknya selalu dianggap pahlawan, malah pihak penengah yangmengusahakan perdamaian selalu dianggap pengecut, atau, lebihsarkastis lagi, pengkhianat. Inilah salah satu fenomena masyarakatyang sering terjadi dan sudah tidak asing lagi.

Page 7: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 7/64

sajian utam

November 2005

Kita tentu dapat menyebut orangtuakita pahlawan yang sangat berjasa danbertindak adil dalam menunjang kehidupankeluarga. Akan tetapi, masihkah kitamenyebut mereka pahlawan jika ternyata

penghasilan mereka adalah hasil darimenghisap darah dan keringat rakyat? Jikapada suatu saat umat manusia di bumimenemukan suatu kehidupan dan sumberdaya alam di luar bumi (misalnya planet lain),kemudian umat manusia bumimengeksploitasi planet tersebut dan bahkanmelakukan penindasan keji terhadappenghuninya untuk memenuhi sumber dayaalam bumi manusia sendiri yang semakin hari

semakin dalam keadaan krisis, apakah kitaakan menyebut tindakan itu sebagaitindakan kepahlawanan?

Fenomena-fenomena di atasmerupakan titik tolak untukmendeskripsikan apa itu seorang pahlawan.Lebih sempit lagi, bagaimana pahlawan itutermotivasi dan bertindak dalam membelakebenaran dan keadilan? Kriteria-kriteria apayang mutlak harus ditambahkan padapengertian umum tentang pahlawan? Siapasajakah yang patut disebut pahlawan?

Universal, tanpa penaklukanduniawi,  nonviolent (tanpa kekerasan/ahimsa), cinta sesama, compassionate, tanpaklesha—kebencian, kemelekatan, dankebodohan; inilah motivasi mutlak yang harusdimiliki.seorang pahlawan. Dia harustermotivasi dan bertindak untuk tidak sampai

merugikan, melukai, menimbulkanpenderitaan terhadap pihak manapun,melainkan betul-betul untuk kebenaran dankeadilan semua pihak. Dengan kata lain,yang diperjuangkan seorang pahlawanadalah “perdamaian”. Bukan seperti cerita-

cerita pendekar yang sering kita dengar, baca,dan tonton di berbagai media yang denganpenuh dendam, bangga, ego menghancurkanlawan-lawannya dan akhirnya berdiri di ataskeambrukan lawannya dan mengacungkan

pedangnya menghadap langit sambil berseru“aku telah mengalahkan semua musuhku,akulah pemenang dari segala pemenang”.

“ Nonviolence is a way of life for 

courageous people.” Itulah pemaparanseorang tokoh peraih Nobel Perdamaian,Martin Luther King, Jr., tentang antikekerasan(ahimsa). Praktisi  nonviolence  jauh lebihberani daripada pihak yang selalumengandalkan kekerasan untuk

menyelesaikan masalah. Menerima,mendengar, serta mentransformasikankejahatan menuju kebaikan, keadilan, danperdamaian memerlukan keberanian yangcukup tinggi dan sangatlah membutuhkanusaha yang tidak sedikit pula.

Selain itu, praktik nonviolence jauhlebih sulit daripada praktik violence. Nonviolence  bukan berarti pasif, lemah,menyerah, atau pengecut.  Nonviolence

adalah suatu kekuasaan, keyakinan, danperjuangan yang memerlukan kekuatanbatin, kegigihan, dan ketekunan. Tokoh besarGandhi pernah mengatakan bahwa praktikahimsa  memerlukan moralitas danspiritualitas, sedangkan untukmempraktikkan kedua hal tersebutseseorang haruslah fearless (tidak memilikirasa takut). Kita bisa menjadi fearless apabila

telah mengalami dan merasakan“kekosongan”.

Ketika seorang pahlawandihadapkan pada suatu masalah ataukonflik, hendaknya dia tidak terlalumementingkan solusinya; “menang, kalah,

Page 8: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 8/64

06

atau berkompromi”. Bukan hasil akhirnyayang menjadi titik fokus utama, tetapibagaimana motivasi, cara, atau proses diamenyelesaikan hal tersebut. Seorangpahlawan bukan mencari cara untuk

menjatuhkan dan mengalahkan musuhnya,tetapi berusaha mencari cara untukmengalahkan sistem ketidakadilan, bukanorangnya (musuh). Lebih jauh lagi, seorangpahlawan mencari cara untukmemenangkan persahabatan, kerukunan,dan perdamaian.

Terdapat sebuah cerita jataka yangmengisahkan seorang raja dan permaisuriyang dibunuh oleh seorang penguasa lain.

Ketika mereka terbaring sekarat menjelangkematian, mereka meminta anaknya yangmasih kecil untuk tetap sabar danmemaafkan musuhnya. Akhirnya sangpangeran yatim piatu menjadi anggotapelayan musuhnya, yakni raja yangmembunuh kedua orang tuanya. Ia menjadipembantu kerajaan. Suatu ketika, tertinggaldia dan pembunuh orang tuanya bersama dihutan. Ia mulai menghunus pedangnya danberniat membunuh musuhnya. Tetapikewaspadaan akan pesan orang tuanyamulai mencengkeram pikirannya, danakhirnya ia membatalkan niatnya. Melihatpedang terhunus di tangan pelayannya,akhirnya raja itu mengetahui seluk belukriwayat si anak yang orang tuanyadibantainya dulu. Semuanya dimaafkan danpelayan itu menikahi putri raja dan mewarisi

mahkota raja.Cerita-cerita serupa cerita di atas

sering diajarkan oleh umat Buddha untukmendorong umat manusia agarmenyelesaikan masalah dengan bijaksana,penuh cinta kasih, tanpa kekerasan, tanpa

 klesha—kebencian, kemelekatan, dankebodohan.  Panna  (kebijaksanaan) jugamerupakan kriteria yang semestinya dimilikioleh pahlawan itu sendiri, terutama dalammenaklukkan egois pribadinya itu.

Tanpa pamrih, tanpa nama, tanpaego, tanpa “aku”. Seorang pahlawanhendaknya memiliki motivasi murni dalambertindak untuk membela kebenaran dankeadilan, bukan hanya semata-matamengejar nama dan popularitas sertamemperbesar “aku”-nya. Jadi, dalam hal inikebijaksanaan adalah kesadaran akantiadanya aku yang melakukan kebajikan ini,yang ada hanyalah kebajikan itu sendiri.

Misalnya, ketika menolong seseorang kitamasih berpikir, “Akulah yang menolong orangitu”, itu bukanlah panna, melainkan hanyaperbuatan baik biasa belaka. Tapi jika kitasadar,” Tidak ada aku yang menolong orangitu, yang ada hanyalah peristiwa pertolonganterhadap orang itu,” maka ini adalah panna.

Lalu, bagaimanakah cara kitamempertahankan konsistensi kitamendukung kepahlawanan? Atau lebihlugasnya, bagaimana kita menjadi supporter 

pahlawan? Bagaimana kita bermain di balikpanggung untuk mengindentifikasi danmendukung munculnya benih-benihpahlawan yang baik? Kita biasanyamengindentifikasi jasa-jasa pahlawandengan memulai dari ego kita sebagai titiknol. Ketika kita masih merasa memilikikebersamaan atau hubungan timbal balik

dengan pihak lain, misalnya, dalammengembangkan kekeluargaan danpersaudaraan bersama, maka kerukunan,perdamaian, dan keadilan pun tumbuh.Tetapi, ketika merasa pihak luar sudah tidakada hubungan dengan “aku” kita lagi,

November 2005

Page 9: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 9/64

merasa tidak ada kebersamaan lagi denganpihak luar, maka hal-hal yang kontradiktif pun muncul.

Tanpa sadar kita terusmempersempit ego kita dari kepentingan

bersama menjadi egoisme pribadi, sikapmementingkan diri sendiri. Oleh karena itu,kita harus tetap selalu waspada dankonsisten dengan melatih diri melaluimendengar atau membaca, berpikir danmerenung, dan yang paling efektif adalahmeditasi.

Lantas, adakah tokoh-tokoh yangpantas disebut pahlawan perdamaian yangsesuai kriteria di atas? Apakah paparan di

atas hanyalah sebatas teori ataupengetahuan belaka yang tidak bisadibarengi praktik (salah satu faktor pokokdalam berfilosofi)? Terutama pada zamankontemporer ini yang harus diakui semakinhari semakin sensitif terhadap kekerasan.Pada persoalan ini akan diambil contohbeberapa tokoh yang kiranya dapat mewakilikriteria pahlawan di atas.

Tokoh-tokoh perdamaian, atauboleh juga disebut pahlawan-pahlawanperdamaian abad ke-20, seperti NelsonMandela, Mahatma Gandhi, Martin LutherKing, Jr, Aung San Suu Kyi, Thich Nhat Hanh,Sulak Sivaraksa, dan lain-lain barangkalisudah tentu tidak asing lagi di telinga kita..Kebanyakan dari mereka adalah nominatordan peraih nobel perdamaian, dan untuk duatokoh terakhir adalah pencetus dan

penggerak konsep  Engaged Buddhism.Sosok-sosok di atas selalu menyuarakankesamarataan, perubahan sosial, keadilansosial, tanpa kekerasan, dengan dilandasisemangat pengabdian yang tinggi dan“cinta” tentunya.

Dari nama-nama diatas boleh dikatakan yang lebihsenior adalah Mahatma Gandhi(1869-1948). Perjuangannyaterhadap kemerdekaan bangsa

India yang berlandaskanahimsa (tanpa kekerasan), satya

(kebenaran), dan tapas

(penderitaan), banyak memberiinspirasi yang mendorong orang-orang seperti Martin Luther King,Jr, Nelson Mandela dan tokoh-tokoh perdamaian dunia lainnyauntuk berjuang membangundunia yang lebih baik dengan

 jalan damai.Thich Nhat Hanh,

seorang bhikkhu kelahiranVietnam, dengan berbagai upayasepanjang kehidupannya untukmenghasilkan perdamaian danrekonsiliasi telah menyentuhMartin Luther King, Jr (1929-1968), peraih nobel perdamaiandan pejuang HAM dan keadilansosial bagi orang kulit hitamAmerika Serikat dari penindasandan penekanan; untukmenominasikan beliau hadiahperdamaian nobel pada tahun1967. Selama perang Vietnam,ia gigih mengampanyekangerakan antiperang danmenyelenggarakan berbagai

kegiatan untuk menolongkorban perang, sepertimendirikan rumah sakit,sekolah, dan sebagainya. Iatelah merintis isu-isu ekologi,keadilan sosial, tatanan

Page 10: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 10/64

08

sosioekonomi,  public policy , kemiskinanstruktural, antikekerasan, feminisme, HAM ,dan lain sebagainya.

Pada gilirannya, Thich Nhat Hanhsendiri menjadi inspirator bagi sesosok tokoh

yang termasyur dalam kegigihan dankeberaniannya dalam memerjuangkanperubahan sosial ke arah yang lebih baik dankeadilan sosial masyarakat dengan cara-cara  nonviolence; Sulak Sivaraksa. Tokohkelahiran Thailand ini berani berdiri di pihakyang berani mengungkapkan kebenaran,dan menentang tirani dan kediktatoran yangdalam pandangannya tak dapat ditolerirdengan alasan apapun di negaranya. Ide-

idenya tentang sosialisme buddhismemembawanya untuk menyuarakan isu-isusosial, seperti konservasi lingkungan danperdamaian dunia, serta penolakan atassegala bentuk tirani, konsumerisme brutal,dan perusakan lingkungan. Inilah sekilastentang beberapa tokoh pahlawanperdamaian abad ke-20.

Ada beberapa tokoh atau filsuf klasik yang kiranya juga dapat dianggappemikir dan pencetus benih-benih pahlawanperdamaian dan keadilan sosial yang sangatberpengaruh dalam sejarah umat manusia.Dari ‘zaman kapak’ (800-200 SM) munculpara filsuf dan pemikir yang berupayamencari solusi atas krisis kemanusiaan yangmendera manusia, seperti SiddhartaGautama, Konfusius, Lao Tse, Socrates,Zoroaster, dan lain-lain. Di samping itu,

muncullah para nabi. Nabi Isa sendirimengajarkan pandangan ‘cintailahmusuhmu’, mengasihi dan berbuat baikkepada mereka yang dendam dan membencikita. Seiring waktu, muncullah para pemikirsosialisme purba dan utopis (tanpa kekerasan

tentunya) yang bercita-cita menciptakandunia yang lebih baik, membangun situasiekonomi yang sama untuk semua orang,menggantikan usaha mengejar keuntunganpribadi dengan kesejahteraan umum, tidak

ada perang, semua orang menjadi saudara.Tokoh terakhir yang akan dibahas

lebih jauh adalah Buddha. Sebagaimana yangtelah ditulis di atas, tokoh yang sudahmelampaui batasan-batasan dan egoismepribadi ini hidup pada zaman kapak juga.Setelah mencapai pencerahan ( nirvana),Buddha pun mulai mengajarkan ajarankebenaran universal, dhamma. Buddhismetidak pernah mengindentifikasikan dan

mencari siapa musuh-musuh di luar diri kita,malah yang diajarkan adalah bagaimanacara membebaskan diri dari penderitaan,mengikis dan menaklukkan ke-ego-an, nafsukeinginan, kotoran batin yang muncul darikita sendiri. Selain itu, Buddha berusahamenolong dan mengajarkan caramengembangkan dan mempraktikkan metta

(cinta kasih) dan welas asih bukan hanyaterhadap umat manusia, tetapi kepadasemua “mahluk”, yang terlihat maupun takterlihat, dari dimensi kehidupan manapun(inilah yang sangat berbeda dengan ajaran-ajaran tokoh lain pada umumnya). Dengandemikian, sesuai dengan kriteria pahlawandi atas, dan oleh karena ajaran dan“tindakan”-Nya yang mengarah padaperdamaian yang sangat universal dansangat berpengaruh pada kehidupan

manusia sekarang ini, bukankah Buddhapantas disebut sebagai “pahlawanuniversal”.

Jika Michael H.Hart dalam bukunyayang termasyur “Seratus Tokoh yang PalingBerpengaruh dalam Sejarah” dengan

Baca juga...14 Bolehkah Umat Buddha Menjadi Tentara?

22 Terpujilah Dikau Pahlawanku

Page 11: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 11/64

09

November 2005

berbagai riset dan pertimbangan mengutak-atik posisi urutan para tokoh dan akhirnyamemosisikan Buddha pada posisi keempat.Jika penulis mempunyai kesempatan untukmenulis buku yang berjudul “Seratus Tokoh

Pahlawan Perdamaian yang Paling Berjasa”dengan berbagai riset dan pertimbangan juga, sudah tentu penulis akan menempatkanBuddha pada posisi pertama. Bukankahsuatu hal yang sangat menarik?

Setelah memahami apa artipahlawan yang sesungguhnya itu, lalu apatindakan kita selanjutnya? Apakah kitamasih bertindak dan mengajarkan artinyasesuai pandangan umum sebelumnya yang

mengandung kesalah-kaprahan artikepahlawanan itu dan membiarkan mitos-mitos tersebut terus merembes padapemahaman masyarakat dan generasi mudakita? Atau kita sendiri yang mulaimenumbuhkan benih-benih perdamaianyang kritis, berani, gigih dan tentunya benih-benih pahlawan yang baik terhadap dirisendiri dan orang lain? Seberapa jauh kitabermotivasi dan menempatkan ego kitadalam batas toleransi perjuangan kita? Dirisendiri, keluarga, teman, kampus, organisasi,masyarakat, ras, agama, dunia atau seluruhmahluk hidup dan alam semesta.

“Kita sekarang telah memasuki erabaru abad ke-21, bukan lagi hidup di abadke-20, yang merupakan abad peperangan,abad beratus-ratus juta jiwa menjadi korbankekerasan perang. Di abad ke-21 ini,

kemanusiaan harus dipandu untukmembuang segala prinsip-prinsip kekerasandan mengembangkan prinsip bahwa salingmelukai dan membunuh dalam kondisiapapun adalah tidak dapat diterima ataudibenarkan. Jika kita tidak menyadari,

mengembangkan, menanamkanpemahaman yang mendalam bahwakekerasan tidak pernah dapat digunakanuntuk mendukung kepercayaan seseorang,maka kita tidak belajar apa pun dari

pengalaman pahit abad ke-20. Perjuangansesungguhnya pada abad ke-21 ini akanmenjadi antara kekerasan atau nonviolence….,” suatu kampanyeperdamaian dari majalah SGI Quaterly(sebuah majalah yang diterbitkan SokaGakkai International).

Jadi, sesuai dengan injakan kitadalam memasuki era baru abad ke-21 ini,kita harus lebih aktif dalam menanamkan

benih-benih perdamaian yang kritis danberani, cinta kasih, welas asih, dan benih-benih pahlawan yang baik terhadap dirisendiri, masyarakat, dan generasi selanjutnyasebagaimana yang telah dilakukan tokoh-tokoh pahlawan perdamaian yang salingmemengaruhi antarsesama sesuai dengankronologi yang telah dibahas di atas. Marilahkita mulai berperan aktif dalam bertindak danselalu mengharapkan “Semoga semuamahluk berbahagia” [Benny’03].

Page 12: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 12/64

sajian utama

Siapakah

Guru?“…Matapitaro pubbacariyati vuccare” (Orang tua disebut sebagai guru yang pertama)Sabrahmaka Sutta, Anguttara Nikaya

SSSSSekilas mendengar kata “guru”,

sosok seperti apakah yangterbayang dalam pikiran kita?

Tentu bisa bermacam-macam. Tulisan inimembagi definisi guru menjadi dua bagian besar,yaitu secara sempit dan secara luas. Secarasempit, guru dapat dibagi menjadi dua bagianbesar, yaitu guru dalam lingkup pendidikan formal(dari Taman Kanak-Kanak sampai PerguruanTinggi) dan guru spiritual. Secara luas, guruadalah apa dan siapa saja yang mana kita dapat

menarik pelajaran darinya. Marilah kita lihatsekilas definisi ideal dari masing-masing kategoritersebut.

Untuk kategori guru dalam lingkuppendidikan formal, gambaran guru yang idealdilukiskan oleh Earl V. Pullias melalui bukunyayang berjudul Guru sebagai Makhluk Serbabisa.Sebagai makhluk serba bisa, maka seorang guruadalah seorang pembimbing guru itu sendiri,

moderator, modernisator, pemberi teladan, peneliti,penasihat, pencipta, penguasa, pemberi inspirasi,pelaku pekerjaan rutin, seorang pembaru, dan juru cerita sekaligus merangkap pelaku(Darmaningtyas:2005).

Berkaitan dengan guru spiritual, dalambahasa Sanskerta, istilah “guru” mempunyai arti

yang sangat mendalam dan luas. Salah satumakna yang banyak dipakai adalah: the

dispeller of darkness within us  (orang yangmembantu melenyapkan kegelapan yang adadalam diri kita). Guru seperti ini, dalam bahasaInggris sering diterjemahkan menjadi spiritua

 preceptor.  Kata spiritual di sini lebih

dimaksudkan sebagai suatu pendekatan(approach)   yang digunakan dalammenghilangkan “kegelapan” tad(Sudhamek:2004).

Dalam arti yang lebih luas, guru bisa jadi apa dan siapa saja yang dari mereka kitamerasa dapat menarik pelajaran. Guru dalamartian luas ini bisa jadi siapa saja, baik orangtua, teman, saudara, musuh, orang asing, dsbtermasuk juga diri sendiri. Bisa pula dalam

bentuk peristiwa-peristiwa ataupun kejadiankejadian yang mengajarkan sesuatu pada kitaDalam konteks inilah berlaku perkataan“Pengalaman adalah guru yang terbaik.”Pelajaran dan pengalaman itu dapat berkaitandengan bidang apa saja, bisa menyenangkanbisa pula tidak, selama orang ataupun ha

November 2005

Page 13: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 13/64

11

November 2005

tersebut laksana seorang guru yang sedangmengajarkan sesuatu pada kita, murid-muridnya.Empat Dhamma yang MenunjangEmpat Dhamma yang MenunjangEmpat Dhamma yang MenunjangEmpat Dhamma yang MenunjangEmpat Dhamma yang MenunjangPPPPPerkembangan (Cattari Verkembangan (Cattari Verkembangan (Cattari Verkembangan (Cattari Verkembangan (Cattari Vuddhiyani)uddhiyani)uddhiyani)uddhiyani)uddhiyani)Ada empat metode untuk mempraktekkandhamma demi perkembangan diri sendiri.

Keempat dhamma yang diajarkan oleh SangBuddha ini merupakan dhamma dasar yangbersifat universal dalam membangunperkembangan di semua bidang, tergantungdari keinginan si pelaksana serta watak danbakatnya, misalnya dapat berkembangmenjadi rohaniwan, guru, murid, pejabat, dsb.Keempat dhamma yang menunjang tersebutadalah:1. Sappurisasamseva

Bergaul dengan orang-orang bijaksana,mulia dan terpuji dalam perbuatan,ucapan, maupun pikiran.

2. SaddhammassavanaMendengarkan ajaran-ajaran dari orangbijaksana.

3. YonisomanasikaraMerenungkan dan menganalisa untukmengetahui dan mengerti mengenai halyang baik dan yang buruk.

4. Dhammanudhammapatipatti

Mempraktekkan Dhamma sesuai denganDhamma yang telah diselidiki dandimengerti.

Hubungan di antara kelompok Dhamma di atassecara keseluruhan dapat disimpulkan sebagaisuatu keadaan yang berguru, di mana seorangsiswa berguru kepada seorang guru.

Keadaan di atas dapat dibagi menjadi 4 tahapan,yaitu:Tahap ke-1: Carilah guru yang baik

Dalam pencarian guru yang baik (Sattapurisa/Sappurisa) Sang Buddha menegaskan agar kitaberhati-hati, karena ada bermacam-macam jenisguru, misalnya:

- ada guru yang betul-betul berilmu- ada guru yang mengajarkan Samma-

Ajiva (mata pencaharian benar)- ada guru yang mengajarkan Miccha-

Ajiva (mata pencaharian yang tidakbenar)

- ada guru yang mengajarkan hal-halyang jahat

- ada guru yang mengajarkan hal-halyang baik

Tahap ke-2: Mendengarkan ajaran guru tersebut

Tahap ini masih berhubungan dengantahap yang pertama, yaitu setelah bergaul

dengan guru yang baik, mendengarkan ajaran-ajaran, nasehat-nasehat, wejangan-wejanganyang beliau sampaikan dengan hormat.Pengertian dengan hormat berarti mendengarkandengan penuh perhatian, selalu ingat, hormat dansopan terhadap pengajar dan juga terhadap

Page 14: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 14/64

12

ajarannya. Jika semuanya ini tidak kitalakukan maka pergaulan kita dengan guruselama ini tidak mendatangkan manfaat.Tahap ke-3: Merenungkan ajaran guru tersebut

Tahap ketiga ini berkaitan denganpengolahan di dalam hati. Setelahmendengarkan ajaran, wejangan, nasihatbeliau dengan hormat, maka untuk selanjutnyadirenungkan, dianalisa dengan teliti danbijaksana. Penganalisaan dan penelitian inibertujuan untuk mengetahui: apakah semuahal itu sesuai dengan Dhamma/kebenaran?Apakah semua hal itu bermanfaat bagi dirisendiri? Apakah semua hal itu sesuai denganstatus dan kemampuan diri sendiri? Di dalambidang keagamaan, kegunaan penganalisaan

ini sangatlah perlu.Tahap ke-4: Berusaha melaksanakan ajaran

guru tersebut

Tahap yang keempat adalahmempraktekkan Dhamma yang sesuai denganDhamma yang telah diselidiki dan dimengerti.Setelah kita menganalisa/ merenungkan

Dhamma pertama hingga yang ketiga secabertahap maka untuk selanjutnya patumenyesuaikan, mengendalikan, melaksanakamempraktekkan Dhamma yang sesuai dengadiri kita sendiri.

Tiga Cara Sang Buddha MengajarTiga Cara Sang Buddha MengajarTiga Cara Sang Buddha MengajarTiga Cara Sang Buddha MengajarTiga Cara Sang Buddha MengajarBerbicara tentang sosok guru, kiranya kimemiliki panutan sempurna yaitu Guru Agun junjungan kita, Buddha Gautama. Pekerjaamulia Beliau adalah mengajar dan membimbinsemua makhluk khususnya manusia untumenjalankan dhamma yang akan membuat kisemua memperoleh kebahagiaan dan mencappembebasan sejati. Dalam Dhamma Vibhag(Penggolongan Dhamma) bagian Tika (kelompo

tiga), disebutkan tiga cara Sang Buddhmengajar, yaitu:1. Beliau mengajar agar mereka yan

 mendengar dapat mengetahui seca

 mendalam dan mengerti dengan benar ap

 yang pantas untuk diketahui dan dimenger

Dalam banyak kesempatan Sang Buddhsering menekankan bahwa Beliau hanymengajarkan Dhamma kepada mereka yandapat menerima Dhamma-Nya tersebuBeliau mengajarkan Dhamma bukan dengatujuan supaya mereka yang mendengar akamengetahui pengetahuan-Nya yang luas dakebijaksanaan-Nya yang tinggi, akan tetasemata-mata dengan tujuan agar merekyang mendengar akan dapat mengerdengan benar. Beliau juga tidak akamengajarkan Dhamma-Nya apabila dirawaktunya masih belum tepat.

Sekarang yang menjadi pertanyaan kitmengapa Dhamma itu patut untuk diketahdan dimengerti. Satu-satunya jawaban yantepat ialah karena Dhamma itu akamembawa banyak manfaat dan keuntungabagi mereka yang melaksanakannyJelasnya Sang Buddha tidak aka

November 2005

Page 15: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 15/64

13

mengajarkan sesuatu yang tidak dapatmembawa keuntungan, walaupun hal itumerupakan suatu kebenaran.

 2. Beliau mengajar dengan menggunakan

contoh-contoh, sehingga mereka yang 

 mendengar dapat merenungkan dan melihat (Dhamma) dengan benar (bagi diri

 mereka sendiri).

Beliau mengajarkan dengan menggunakanalasan-alasan, sehingga mereka yangmendengar akan dapat mengerti danmemahami Dhamma dengan benar. Jadi,semua ajaran-ajaran Sang Buddha adalahsuatu kebenaran yang mutlak, bukanlahsesuatu hal yang masih diragukan atau

masih samar-samar pengertiannya.Semuanya itu merupakan sutau kenyataanumum yang telah dialami oleh semuamakhluk hidup. Juga bukan sesuatu halyang dibuat-buat atau diada-adakansendiri, akan tetapi memang telah ada.Dalam suatu kesempatan, Sang Buddhapernah bersabda:“Oh para Bhikkhu, apakah Tathagatamuncul atau tidak, Dhamma tetap ada. Inimerupakan Hukum Abadi.”

3. Beliau mengajar dengan suatu cara yang 

 lua r biasa, sehingga mereka yang 

 mengikuti dan melaksanakan Sang Jalan

(Dhamma) itu dapat memperoleh faedah-

 faedah (keuntungan) sesuai dengan

 praktek mereka.

Beliau mengajarkan Dhamma denganmenggunakan suatu cara yang luar biasa,

sehingga mereka yang melaksanakanakan memperoleh manfaat dankeuntungan sesuai dengan praktek mereka.Semua ajaran Sang Buddha akanmenghasilkan manfaat. Besar kecilnyamanfaat tersebut tergantung sepenuhnyapada usaha yang telah dilakukan (A.I. 276;M. II.9.)

Mengajar adalah BelajarMengajar adalah BelajarMengajar adalah BelajarMengajar adalah BelajarMengajar adalah BelajarSetelah melewati tahap berguru dan melihatsekilas cara Sang Buddha mengajar, kita sampaipada pemahaman bahwa setiap orang itusesungguhnya adalah guru bagi dirinya masing-

masing, bahwasanya mengajar adalah belajar(teaching is learning ). Artinya, pada saat kitamengajar sesungguhnya kita juga sekaligusbelajar. Proses belajar itu terjadi dalam duabentuk, yaitu:1. Kalau akan mengajar (teaching ), kita tentu

akan melakukan persiapan denganmempelajari ( learning ) segala bahan tentangtopik yang akan kita ajarkan tersebut.

2. Pada waktu kita sedang menjelaskan atau

berbicara dalam suatu proses belajar-mengajar, diri kita sesungguhnya jugasemakin mengalami proses pendalamantentang apa yang sedang kita ajarkantersebut. Dalam artian ini, proses intra-self-

teaching  umumnya akan melampaui tahapankognitif semata-mata. Proses itu sudahmenyentuh tahap lanjutan, yaitu efektif ataubahkan psikomotorik, sehingga prosestransformasi pada diri seseorang akan sangatmungkin terjadi pada tahapan ini. Ini bisaterjadi karena dengan penuh konsentrasi kitamendengar sendiri apa yang kita ucapkan. Halini bisa terjadi karena sesungguhnya dalamdiri kita sendiri itu juga ada “seorang guru”(Sudhamek, 2004:357).

Bertemu dengan seorang guru yang baik adalahsangat susah sekali. Oleh sebab itu, apabila kitaberkesempatan untuk bertemu jangan mensia-

siakan kesempatan berguru. Di samping itu, kita juga tidak boleh melupakan jasa guru-guru kita,mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi. Apabilakita merasakan manfaat dari apa yang telahkita pelajari, jangan ragu untuk membagikannyakepada orang lain dengan mengajar.[Joly]

Page 16: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 16/64

BolehkahUmat Buddha

MenjadiTentara?

Engkau dapat menjadi seorang prajurit kebenaran, tetapi bukanlah seorang

 penyerang.

SSSSS

uatu hari, Sinha, seorang tentara, mengunjungiGuru Buddha dan mengatakan, “O Bhagava,

saya adalah seorang tentara yang ditunjuk olehraja untuk menegakkan hukum dan berperang. Guru Buddhamengajarkan cinta kasih yang universal, kebaikan, dan kasihsayang untuk makhluk yang menderita. Apakah Buddhamengizinkan pemberian hukuman untuk para penjahat? Dan juga,apakah Buddha menyatakan bahwa berperang demi melindungirumah, istri, anak-anak, dan harta kita adalah salah? ApakahBuddha mengajarkan agar kita menyerahkan diri sepenuhnya?Apakah saya harus menderita dengan melakukan apa yangdisenangi oleh para pelaku kejahatan dan memberikan secara

patuh kepadanya yang mengancam akan mengambil secarapaksa apa yang menjadi milik saya? Apakah Buddha menetapkanbahwa semua perselisihan termasuk berperang demi alasan-alasan yang pantas seharusnya dilarang?”

Buddha menjawab, “Mereka yang pantas dihukum harusdihukum. Dan mereka yang pantas ditolong wajib ditolong. Tidakmelukai makhluk hidup apapun, tetapi harus adil, penuh dengancinta dan kebaikan.” Keputusan ini tidaklah bertentangan karenaorang yang dihukum atas kejahatannya akan menderita ataslukanya bukan karena niat jahat sang hakim namun dikarenakan

oleh tindakan jahatnya itu sendiri. Tindakan jahat itu sendiri yangtelah mengakibatkan luka yang diberikan oleh sang penegakhukum. Jika seorang hakim memberikan hukuman, diaseharusnya tidak menyimpan rasa benci di hatinya. Jika seorangpembunuh dieksekusi mati, dia seharusnya menyadari bahwahukumannya itu adalah akibat perbuatannya sendiri.

November 2005

Page 17: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 17/64

15

Dengan pemahaman ini, dia tidak perlu lagi meratapi nasibnya tetapi dapatmenenangkan pikirannya. Guru Buddha melanjutkan, “Buddha mengajarkan bahwa segalaperang di mana terjadi pembantaian terhadap saudara-saudara sendiri adalah sangatdisayangkan sekali. Akan tetapi, Buddha tidak mengajarkan bahwa mereka yang terlibatperang untuk memelihara perdamaian dan ketentraman, setelah menggunakan berbagai

cara untuk menghindari konflik, adalah pantas disalahkan.” “Perjuangan tetap harus ada, karena pada hakikatnya hidup adalah perjuangan.

Tetapi pastikan bahwa engkau tidak berjuang demi kepentingan pribadi hingga menentangkebenaran dan keadilan. Seseorang yang berjuang demi kepentingan pribadi untukmembesarkan dirinya sendiri atau memiliki kekuasaan atau kaya atau terkenal, tidak akanmendapatkan penghargaan. Tetapi, dia yang berjuang demi perdamaian dan kebenaranakan memperoleh penghargaan besar; bahkan kekalahannya akan dianggap sebagaikemenangan.”

“Kemudian Sinha, jika seseorang pergi berperang bahkan untuk alasan yang pantas,dia harus siap-siap untuk dibunuh musuhnya karena kematian adalah bagian dari resiko

seorang prajurit. Dan jika karmanya itu mengikutinya, dia tidak memiliki alasan apapununtuk mengeluh. Tetapi jika dia yang menang, keberhasilannya akan dianggap besar, tetapitidak peduli sebesar apapun itu, roda kehidupan akan berputar kembali dan membawahidupnya hancur lebur seperti debu. Akan tetapi, apabila dia mampu berkompromi dengandirinya sendiri dan melenyapkan semua kebencian di hatinya, dan jika dia dapat mengangkatmusuhnya yang tertindas dan mengatakan pada mereka, ‘Marilah berdamai dan biarlahkita menjadi saudara,’ maka dia akan memperoleh kemenangan yang bukan keberhasilansementara; dikarenakan buah kemenangan ini akan bertahan selamanya.”

“Seorang jenderal yang berhasil adalah seorang pemenang, Sinha, tetapi dia yangmenaklukkan diri sendiri adalah pemenang sejati. Ajaran penaklukkan diri sendiri ini, Sinha,tidaklah diajarkan untuk menghancurkan kehidupan orang lain, tetapi untuk melindungimereka. Seseorang yang telah menaklukkan dirinya sendiri akan lebih siap menghadapihidup, mengukir keberhasilan, dan meraih kemenangan daripada seseorang yang diperbudakdiri sendiri. Seseorang yang pikirannya terbebas dari ilusi keakuan, akan lebih mampubertahan dan tidak terjatuh dalam pertempuran hidup. Dia, yang tujuannya penuh kebenarandan keadilan, tidak akan menemui kegagalan. Dia akan berhasil dalam usahanya dankeberhasilannya akan bertahan. Dia yang memiliki cinta akan kebenaran dalam hatinyaakan hidup terus dan tidak akan menderita. Jadi, berjuanglah dengan berani dan bijaksana.Kemudian, engkau akan menjadi prajurit pembela kebenaran.”

Tidak ada keadilan dalam peperangan atau kekerasan. Ketika kita yangmenyatakan perang, kita membenarkannya; namun ketika pihak lain menyatakan perang,kita menganggap itu tidak adil. Selanjutnya, siapa sebenarnya yang dapat membenarkan

perang? Orang seharusnya tidak mengikuti hukum rimba untuk mengatasi masalah manusia.

Diterjemahkan dari:Dhammanada, K. Sri, 2002, What Buddhist Believe?,What Buddhist Believe?,What Buddhist Believe?,What Buddhist Believe?,What Buddhist Believe?, 4th Ed., pp. 385-387, Buddhist Missionary

Society Malaysia, Kuala Lumpur

November 2005

Page 18: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 18/64

sajian utama

Bagaikan seorang ibu yangmelindungi anak tunggalnya denganmempertaruhkan nyawanya sendiri.Demikianlah hendaknya pikiranyang penuh cinta kasih terpancarkepada semua makhluk tanpa batas.(Khuddaka Nikaya 5; Suttanipata Pali

I; Uragavagga 8; Metta Sutta 7)

(All is for our own good)

Ibu,

Maafkan Say

ita tidak akan pernah tahu betapa besarengorbanan ibu kita, terutama ketika

melahirkan, sebelum kita menjadi seorang ibu.

 Kunyatakan, O para bhikkhu, Kunyatakan, O para bhikkhu, Kunyatakan, O para bhikkhu, Kunyatakan, O para bhikkhu, Kunyatakan, O para bhikkhu,

ada dua orang yang tidakada dua orang yang tidakada dua orang yang tidakada dua orang yang tidakada dua orang yang tidak

 pernah dapat dibalas budinya pernah dapat dibalas budinya pernah dapat dibalas budinya pernah dapat dibalas budinya pernah dapat dibalas budinya

oleh seseorang. Apakah yang oleh seseorang. Apakah yang oleh seseorang. Apakah yang oleh seseorang. Apakah yang oleh seseorang. Apakah yang 

dua itu? Ibu dan Ayah.dua itu? Ibu dan Ayah.dua itu? Ibu dan Ayah.dua itu? Ibu dan Ayah.dua itu? Ibu dan Ayah.

“Ibu, Mami, Mama, Mom, Mother,Mak, Emak, Mak E,” panggilan ini sangat akrabsekali di telinga kita. Mungkin hanya beberapadari kita yang belum pernah mengucapkanpanggilan tersebut; bisa jadi karena ibunyatelah meninggal sejak kecil ataupun karena hallainnya. Umumnya kita semua memilikiseorang ibu karena kita dilahirkan dari rahim

seorang ibu. Tentu saja, umumnya kita akanmerasakan kasih sayang seorang ibu yangpenuh kehangatan dan cinta dalam menjaga,merawat, membesarkan, mendidik kita semua,dan masih banyak lagi pengorbanan besarmereka. Tidak dapat dibayangkan betapabesarnya perjuangan dan penderitaan seorang

Page 19: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 19/64

sajian utam

ibu dalam membesarkan anak-anaknya,terutama pada saat melahirkan. Sebelum ibumelahirkan kita, ibu mengandung kita selama9 bulan dengan penuh pengorbanan. Cobabayangkan apabila kita harus beraktivitas

dengan selalu membawa beban di perut,apakah kita akan sanggup melakukannyadengan baik dan leluasa? Bayangkan betapabanyaknya nutrisi, zat makanan yang kitasedot dari tubuh ibu kita sewaktu kita masihdalam kandungan? Belum lagi penderitaanketika ibu melahirkan kita, nyawa mereka jaditaruhannya. Setiap wanita pasti akanmerasakan penderitaan melahirkan ini danmungkin itu saatnya kita akan tahu betapa

berharganya perjuangan ibu kita ketikamelahirkan kita. Hingga ada pepatahmengatakan “Surga berada di bawah telapakkaki ibu.” Sadar akan semua hal itu, tetap sajakita masih suka melawan ibu kita, masih begitu jahat kepada sang ibu.

Guru Buddha menyabdakan bahwaterdapat 10 jenis perbuatan baik, yang telahkita terima dari seorang ibu, yang berhati mulia.Sepuluh jenis perbuatan baik itu adalah:1. Kebaikan di dalam memberikanperlindungan dan penjagaan, selama kitadalam kandungan.2. Kebaikan menanggung derita selamakelahiran.3. Kebaikan melupakan semua kesakitanbegitu kita lahir.4. Kebaikan dari memakan bagian yang pahitbagi dirinya dan menyimpan bagian yang

manis buat kita.5. Kebaikan memindahkan kita ke tempatyang kering dan dirinya sendiri di tempat yangbasah.6. Kebaikan menyusui dan memberikan makanserta memelihara kita.7. Kebaikan membersihkan yang kotor.

8. Kebaikan selalu memikirkan kita bila berjalan jauh.9. Kebaikan karena kasih sayang yang dalamdan pengabdian.10. Kebaikan dari rasa welas asih yang dalam

dan simpati.Adakah cara untuk membalas jasa ibu

kita yang begitu mulia? Guru Buddha jugapernah menjelaskan tentang betapa besarnya jasa seorang ibu, seperti yang tertulis dalamAnguttara Nikaya II, iv, 2 berikut ini:

 Kunyatakan, O para bhikkhu, ada dua

orang yang tidak pernah dapat dibalas budinya

oleh seseorang. Apakah yang dua itu? Ibu dan

 Ayah.

 Bahkan seandainya saja seseorang  memikul ibunya ke mana-mana di satu bahunya

dan memikul ayahnya di bahu yang lain, dan

 ketika melakukan ini dia hidup seratus tahun,

 mencapai usia seratus yahun; dan seandainya

 saja dia melayani ibu dan ayahnya dengan

 meminyaki mereka, memijit, memandikan, dan

 menggosok kaki tangan mereka, serta

 membersihkan kotoran mereka di sana—

 bahkan perbuatan itu pun belum cukup, dia

 belum dapat membalas budi ibu dan ayahnya.

 Bahkan seandainya saja dia mengangkat orang 

tuanya sebagai raja dan penguasa besar di

 bumi ini, yang sangat kaya dalam tujuh macam

 harta, dia belum berbuat cukup untuk mereka,

dia belum dapat membalas budi mereka.

 Apakah alasan untuk hal ini? Orang tua berbuat

 banyak untuk anak mereka; mereka

 membesarkannya, memberi makan, dan

 membimbingnya melalui dunia ini.Tetapi, O para bhikkhu, seseorang 

 yang mendorong orang tuanya yang tadinya

tidak percaya, membiasakan, dan

 mengukuhkan mereka di dalam keyakinan;

 yang mendorong orang tuanya yang tadinya

tidak bermoral, membiasakan dan

November 2005

Page 20: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 20/64

18

Beberapa adegan dalam film I not Stupid

Baca juga...33 Sigalovada Sutta

44 Wanita dalam Sifat Keibuan

 mengukuhkan mereka di dalam moralitas;

 yang mendorong orang tuanya yang tadinya

 kikir, membiasakan dan mengukuhkan

 mereka di dalam kedermawanan; yang 

 mendorong orang tuanya yang tadinya bodoh

 batinnya, membiasakan dan mengukuhkan

 mereka di dalam kebijaksanaan—orang 

 seperti itu, O para bhikkhu, telah berbuat cukup

untuk ibu dan ayahnya; dia telah membalas

 budi mereka dan lebih dari membalas budi atas

apa yang telah mereka lakukan.

Selanjutnya, dikatakan dalamAnguttara Nikaya III, 71 bahwa membunuh

ibu ( matughata) merupakan salah satu bentukkarma buruk yang memberikan akibatlangsung dari lima Anantariyakama. Limamacam karma ini adalah bentuk kejahatanyang paling berat (akusala garuka kamma):mereka menghalangi seseorang untukmencapai alam-alam kebahagiaan dan jugaNibbana. Mereka adalah parajika bagi semuaumat Buddha. Mereka tidak boleh dilakukandalam keadaan apapun juga.

Sang Buddha juga membabarkantiga  sappurisapannatti  (hal-hal yang patutdilakukan) seperti yang tertulis dalamAnguttara Nikaya I, 151, di antaranya merawatibu dan ayah sehingga mereka berbahagia( matapitu upatthana).

Dalam Buddhisme, bulan Juli disebut“Bulan anak-anak membalas kasih sayangorang tuanya”. Tujuannya adalah untuk

mengenang cinta kasih ibu. Kita dapatmencapai cinta sejati untuk semua makhlukdengan mengungkapkan cinta kita kepada ibuOleh sebab itu, kita harus berbahagiamengenang semua kebaikan ibu, mengertikesabaran ibu, dan berpikir bagaimanamembalas kebaikannya. Maka kita bisa lebihmengerti Buddha Dharma. Menyadari semuamakhluk adalah ibu kita, kita harusmeningkatkan kualitas cinta pada ibu dan

melakukan yang terbaik untuk berbakti kepadaibu.

Ada yang berkata, “Ibu saya tidakhidup di dunia ini”. Ibunya telah meninggalkandunia ini, tetapi dia masih ada di alam lain, dialam Dharma; dia ada di samping kita setiapsaat, maka kita harus berusaha kerasmelimpahkan semua kebajikan dan karma-karma baik kita untuk menghormati ibu kita.

Biksu Hai-Tao menggambarkan cinta

sejati seorang ibu dalam bukunya yang berjudulCinta Sejati, di antaranya sebagai berikut.

 Pertama, saat memikirkan ibu,

terpikirkan cinta, cinta yang manis, lembut, dan

 harum. Tanpa cinta, anak-anak tidak bisa

Page 21: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 21/64

19

tumbuh, remaja tidak bisa menjadi dewasa.

Tanpa cinta, semuanya akan pergi dan lenyap.

 Kedua, jika ada yang kehilangan cinta

 ibunya, ia kehilangan dunia, kemalanganterbesar menimpanya.

 Ketiga, cinta ibu adalah cinta pertama

 yang kita rasakan. Ia adalah akar dari semua

cinta. Ibu adalah guru pertama yang 

 mengajarkan cinta kepada kita dan cinta

adalah pelajaran terpenting di dalam hidup

 kita. Tanpa ibu, kita tidak akan pernah

 mengenal cinta. Berterimakasihlah kepada ibu,

 karena kita telah mampu mencintai tetangga

 kita. Berterimakasihlah kepada ibu, karena kita telah mampu mencintai semua makhluk

 hidup. Melalui ibu, kita belajar konsep tentang 

 pengertian dan kasih sayang untuk pertama

 kalinya, ibu adalah dasar bagi semua cinta.

 Keempat, ibu adalah sumber cinta

 yang tiada akhir, harta yang tak akan pernah

 habis. Ibu juga merupakan pemberian terbaik

 kehidupan ini. Jika hadiah ini tidak bisa

 memuaskan kita, kita juga tidak akan puas

 sekalipun kita presiden dari perusahaan besar 

atau penguasa alam semesta.

 Kelima, jangan pernah membuat ibu

 Anda kuatir atau menderita.

 Keenam, kita membutuhkan ibu

untuk menghubungkan kita dengan cinta

terdalam yang ada di hati kita sekaligus

 menginspirasi kita untuk berjanji melenyapkan

 penderitaan semua makhluk.

 Kasih ibu kepada betaTak terhingga sepanjang masa

 Hanya memberi

Tak harap kembali

 Bagai sang surya menyinari dunia

Itulah syair lagu tentang ibu yangsangat akrab kita nyanyikan sewaktu kitamasih kecil. Mungkin sewaktu itu, kita masihbelum mengerti apa-apa makna dari lagutersebut. Jika kita melihat jauh ke belakang

akan masa-masa kecil, kita akan tahu betapaberjasanya ibu kita, tahu akan perjuangan ibukita yang keras untuk membesarkan kita.

Kita juga sering mendengar istilah“durhaka” atau “ bo hau”. Seorang ibu tentunyasangat mengharapkan anaknya berbakti.Tetapi, kita sering melihat beberapa contohkasus di masyarakat yang menunjukkan halsebaliknya, misalnya seorang ibu yang sakithati (khek-sim), bersedih karena anak-anaknya

pergi meninggalkannya setelah merekaberumah tangga. Meskipun dari luar kelihatanorang tua membiarkan anak-anaknya tinggalpisah dengan mereka, tetapi sebenarnyamereka sangat berharap untuk dapatberkumpul bersama anak cucu mereka,menghabiskan masa tua mereka bersama

November 2005

Page 22: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 22/64

sajian utama

keluarga. Marilah kita merenung sejenak,apalah yang kita harapkan setelah tua nantisetelah menjadi orang tua? Apakah kita masihakan mengejar karier, pekerjaan, harta, namabaik, dan sebagainya? Tentulah sangat logis,

orang tua cuma bisa berharap berkumpulbersama keluarga menghabiskan sisa umurmereka. Perlu diingat bahwa sebagai anakyang berbakti, kita memiliki kewajibanmerawat orang tua kita sebagaimana yangtertera pada Sigalovada Sutta. Sebagai anakyang berbakti, kita memiliki kewajiban untukmerawat dan menjaga orang tua kita, terutamadi hari tua mereka.

Guru Buddha menyabdakan bahwaibu adalah sahabat yang terbaik di rumah.Kemudian apakah akibatnya, jika kitamelupakan jasa-jasa mulia ibu, yang telahmengasuh kita dengan penuh kasih sayang?Di dalam Sonanda Jataka dikatakan, jikaseorang anak berani menipu ibu, apakah yangakan diperolehnya, selain neraka? Di dalamagama Buddha, ibu merupakan salah satu dariempat ladang kebajikan yang tersubur, untuk

menyemai/menimbun karma baik. Orang yangsemasa hidupnya sangat mencintai,menyayangi, dan melindungi serta merawatibunya, akan senantiasa hidup dengan penuhkebahagiaan dan kesejahteraan. Dansebaliknya, jika hidupnya selalu menyakiti danmembuat penderitaan bagi ibunya, makasetelah kematiannya, tiada alam lain yangakan didiami, selain alam neraka. Anak yangdurhaka terhadap ibunya, tidak akan pernah

menikmati kebahagiaan, baik di kehidupan inimaupun mendatang. Sang Buddha bersabda:“ Bila seseorang tidak berbhakti (mencintai,

 melindungi, dan memelihara) ibunya, maka

 ketika hidupnya berakhir dan badannya

 membusuk, dia akan jatuh ke dalam neraka

avici yang tak terbatas. Neraka yang besar ini

dikelilingi oleh delapan puluh ribu yojana dan

 juga dikelilingi oleh dinding dinding besi pada

 ke empat sisinya. Di atasnya ditutup oleh jaring-

 jaring dan lantainya juga dibuat dari besi, api

akan membakar dengan berkobar-kobar,

 sementara itu petir bergemuruh dan sambaran kilat yang berapi api akan membakar. Perunggu

 yang cair dan cairan besi akan disiramkan ke

atas badan orang-orang yang bersalah ini.

 Anjing-anjing perunggu dan ular-ular besi, terus

 menerus memuntahkan api dan asap, yang

 membakar orang-orang bersalah dan

 memanggang badan dan lemaknya, hingga

 menjadi bubur. Oh, penderitaan yang hebat!

Sukar menahankannya, sukar

 menanggungnya! Ada galah yang mengait, mengait, lembing-lembing, tombak-tombak

 besi dan rantai-rantai besi, pemukul-pemukul

dari besi, dan jarum-jarum besi. Roda-roda dari

 pisau besi bagai hujan dari udara. Orang yang

 bersalah itu dicincang, dipotong atau ditikam

dan mengalami hukuman-hukuman yang

 mengerikan ini selama berkappa-kappa

 lamanya dan tiada henti hentinya. Kemudian

 mereka memasuki neraka-neraka berikutnya,

di mana kepala mereka akan ditutupi dengan

 mangko-mangkok yang panas sekali,

 sedangkan roda-roda besi akan menggilas

 badan mereka secara mendatar dan tegak

 lurus, sehingga perut mereka pecah dan daging

 serta tulang tulangnya menjadi lebur. Dalam

 satu hari, mereka mengalami beribu-ribu

 kelahiran dan kematian. Penderitaan-

 penderitaan yang demikian adalah akibat

 melakukan kelima perbuatan jahat(membunuh ayah, ibu, arahat, melukai Sang 

 Buddha dan memecah belah Sangha

(persaudaraan bhikkhu bhikkhuni) dan karena

tidak berbhakti selama seseorang masih

 hidup.” 

November 2005

Page 23: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 23/64

21

Mungkin sejak kecil sering dimarahidan diingati orang tua ini itu dan di antara kitapasti ada yang melawan, dan mungkin lebihparah lagi, kita membantah hingga bertekakdengan ibu kita sendiri. Mungkin kita juga

pernah membuat ibu kita menangis karena kitabertengkar dengannya atau membuat malukeluarga dengan tindakan buruk kita dimasyarakat. Perlu diingat bahwa apa yang ibulakukan pada kita adalah demi kebaikan kita.Mungkin kita kadang-kadang menganggapibu kita terlalu mengatur, melarang,mengatakan ini itu untuk kita.  All is for your 

own good—inilah ungkapan yang ada dalamhati seorang ibu ketika seorang ibu melarang,

memarahi, ataupun menasehati anaknya. JikaAnda pernah menonton film “I not Stupid,”kalimat tersebut cukup sering keluar mengisibeberapa adegannya dan dari film ini dapatdiambil banyak makna untuk hubunganseorang ibu dan anaknya. Meskipun ibu marahpada kita, tetapi ibu selalu membela anak-anaknya ketika anak-anaknya bermasalahdengan orang lain. Ibu menangis saatmemukuli kita. Ibu memukul kita karena iamemeringatkan kita untuk tidak melakukanhal-hal yang bisa menyusahkan kita. Sebabitu, hukuman demikian adalah salah satubentuk cinta bukan, karena alasan lain.

Mungkin kita masih ingat ketika ibukita dengan rela memberikan makanannyauntuk kita meskipun ibu kita saat itu jugadalam keadaan lapar. Bahkan sebenarnya inihanya sebagai contoh kecil pengorbanan

seorang ibu. Mengingat ibu yang selalu sajaberkorban demi anaknya, sudah seharusnyakita menjadi anak yang berbakti padanya danselalu berusaha memberikan yang terbaikbaginya. Kita tentunya tidak mau dikatakan

anak yang dibesarkan dengan sia-sia saja, yanghanya bisa menghabiskan beras saja.

Tulisan ini akan diakhiri dengansebuah kutipan dari internet: “Tunjukkan kasihsayangmu kepada ibumu sekarang selama

masih ada waktu, sebelum segala sesuatunyaterlambat.”Mawar untuk IbuMawar untuk IbuMawar untuk IbuMawar untuk IbuMawar untuk IbuC.WC.WC.WC.WC.W. McCall. McCall. McCall. McCall. McCall

Seorang pria berhenti di toko bungauntuk memesan seikat karangan bunga yangakan dipaketkan pada sang ibu yang tinggalsejauh 250 km darinya. Begitu keluar darimobilnya, ia melihat seorang gadis kecil berdiridi trotoar jalan sambil menangis tersedu-sedu.

Pria itu menanyainya kenapa dan dijawab olehgadis kecil, “Saya ingin membeli setangkaibunga mawar merah untuk ibu saya. Tapi sayacuma punya uang lima ratus saja, sedangkanharga mawar itu seribu.” Pria itu tersenyum danberkata, “Ayo ikut, aku akan membelikanmubunga yang kau mau.” Kemudian iamembelikan gadis kecil itu setangkai mawarmerah, sekaligus memesankan karanganbunga untuk dikirimkan ke ibunya sendiri.

Ketika selesai dan hendak pulang, iamenawarkan diri untuk mengantar gadis kecilitu pulang ke rumah. Gadis kecil itu melonjakgembira, katanya, “Ya tentu saja. Maukah Andamengantarkan ke tempat ibu saya?” Kemudianmereka berdua menuju ke tempat yangditunjukkan gadis kecil itu, yaitu pemakamanumum, di mana gadis kecil itu lalu meletakkanbunganya pada sebuah kuburan yang masih

basah. Melihat hal ini, hati pria itu menjaditersentuh dan teringat sesuatu. Bergegas iakembali menuju ke toko bunga tadi danmembatalkan kirimannya. Ia mengambilkarangan bunga yang dipesannya danmengendarai sendiri kendaraannya sejauh 250km menuju rumah ibunya. [Julifin]

November 2005

Page 24: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 24/64

opini

Terpujilah Dikau Pahlawan

Tanggal 10 November diperingati sebagi Hari Pahlawan. Bangsa yang besar adalah bangsayang tahu menghargai jasa-jasa pahlawannya. Para pahlawan merupakan suri tauladan yangpatut ditiru, yang telah berkorban dan berjuang tanpa pamrih, demi pembebasan bangsa dannegara ini dari belenggu penjajahan. Tanpa perjuangan para pahlawan di masa lalu, maka hinggasaat ini, mungkin saja kita masih hidup primitif dan menderita di bawah tekanan tekanan. Yangnamanya ketentraman, kedamaian maupun kebahagiaan serta kesejahteraan adalah hal yangtidak mustahil dirasakan. Nah, di hari yang bersejarah ini, apakah yang seharusnya diperbuat? Dalam kehidupan yang nyata ini, kalau kita mau mengakuinya dengan sejujurnya, sebenarnyaterdapat dua tipe manusia, yang sungguh sulit diketemukan. Kedua tipe manusia tersebut adalaha. Manusia yang disebut dengan “ Pubbakari: berani berkorban untuk kebahagiaan orang lain “

b. Manusia yang disebut dengan “ Katannukatadevi: tahu berterima kasih”. A . A . A. A. A. T T T T T  ipe Pubbak ipe Pubbak ipe Pubbak ipe Pubbak ipe Pubbakariar iariar iar i

Tipe manusia Pubbakari adalah tipe manusia yang berani berkorban, untuk kebahagiaanorang lain, yang tanpa dibonceng oleh unsur unsur kemelekatan. Jika dia menolong, maka yangditolong tidak hanya saudaranya, tetapi juga musuhnya atau orang orang yang tidak dikenal samasekali. Tipe manusia ini, harus diakui sudah mulai langka di alam kehidupan ini. Umumnyaseseorang baru akan melakukan sesuatu (menolong), terutama sekali kepada saudaranya atauyang seagama, sesuku, dan sealiran dengannya, jika suatu hari kelak memberikan manfaa(imbalan) bagi dirinya. Sulitnya seseorang memiliki sifat “ pubbakar i” ini, umumnya dikarenakankuatnya keegoisan dan kemelekatan, yang membelenggu batin seseorang. Di dalam Kitab Suc Kitab Suc Kitab Suc Kitab Suc Kitab Suc

 Dhammapada T  Dhammapada T  Dhammapada T  Dhammapada T  Dhammapada T anha V anha V anha V anha V anha V agga XXIV agga XXIV agga XXIV agga XXIV agga XXIV : 335 : 335 : 335 : 335 : 335 , Sang Buddha menyabdakan: “Orang yangOrang yangOrang yangOrang yangOrang yang

dicengkram oleh keinginan yang dipenuhi oleh racun keduniawian, kesedihannyadicengkram oleh keinginan yang dipenuhi oleh racun keduniawian, kesedihannyadicengkram oleh keinginan yang dipenuhi oleh racun keduniawian, kesedihannyadicengkram oleh keinginan yang dipenuhi oleh racun keduniawian, kesedihannyadicengkram oleh keinginan yang dipenuhi oleh racun keduniawian, kesedihannya

akakakakakan ter an ter an ter an ter an ter us berkus berkus berkus berkus berkembang biak, bagaikembang biak, bagaikembang biak, bagaikembang biak, bagaikembang biak, bagaikan r an r an r an r an r umput birana yang berkumput birana yang berkumput birana yang berkumput birana yang berkumput birana yang berkembang subur embang subur embang subur embang subur embang subur .....

Kalau di masa yang lalu, para pahlawan telah mengorbankan jiwa dan raganya demi kemerdekaantanah air tercinta ini; mengapa di masa ini, kita tidak mau meneladaninya? Tanpa adanya keinginanuntuk mau melepaskan diri dari kemelekatan, maka sampai kapanpun juga, yang namanya“ sukkha: kebahagiaan” akan jauh keberadaannya. Banyak cara yang bisa ditempuh, agar kitabisa terbebaskan dari kemelakatan, misalnya menolong saudara kita yang tertimpa bencana alamyang berada di panti asuhan, panti jompo atau menjadi orang tua asuh, dan lain sebagainya

Sebagai siswa Sang Buddha, sudah seharusnya sifat pubbakari ini, dimiliki sedini mungkin aga“ lautan derita”, bisa terhindari. Dan harus disadari bahwa kelebihan apapun yang berhasil dimiliksaat ini, tidaklah terlepas dari pubbakari yang telah disemai di masa lalu. Ringkasnya, tanpaadanya pubbakari di masa lalu, maka tidaklah mungkin bisa menikmati kelebihan kelebihan dsaat ini.

Apa yang ditanam maka itulah yang akan dipanen. Jangan sekali-kali timbul di dalam pikirankita bahwa dialah yang pantas ku tolong, sedangkan dia tidaklah pantas karena bukan temankuadikku, saudaraku, dan lain sebagainya. Di saat ber- pubbakari, tidaklah dibenarkan sama sekal

Oleh UP Dharma Mitra (Peter Lim)http://www.members.tripod.com/cahayakebahagiaan/terpujilah_dikau_pahlawanku.html

Page 25: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 25/64

didasarkan atas faktor suka dan tidak. Di dalamkitab suci  Dhammapada Piya V  Dhammapada Piya V  Dhammapada Piya V  Dhammapada Piya V  Dhammapada Piya V agga XVI:agga XVI:agga XVI:agga XVI:agga XVI:

 210 210 210 210 210, Sang Buddha bersabda: “Jangan terlaluJangan terlaluJangan terlaluJangan terlaluJangan terlalu

 rapat bergaul dengan orang yang dicintai rapat bergaul dengan orang yang dicintai rapat bergaul dengan orang yang dicintai rapat bergaul dengan orang yang dicintai rapat bergaul dengan orang yang dicintai

dan dibenci. T dan dibenci. T dan dibenci. T dan dibenci. T dan dibenci. T  idak ber  idak ber  idak ber  idak ber  idak ber temu dengan yang temu dengan yang temu dengan yang temu dengan yang temu dengan yang 

dicintai dan berjumpa dengan yang dicintai dan berjumpa dengan yang dicintai dan berjumpa dengan yang dicintai dan berjumpa dengan yang dicintai dan berjumpa dengan yang dibenci, keduanya akan menimbulkandibenci, keduanya akan menimbulkandibenci, keduanya akan menimbulkandibenci, keduanya akan menimbulkandibenci, keduanya akan menimbulkan

 penderitaan penderitaan penderitaan penderitaan penderitaan” Kalau kita ber- pubbakari yangdidasarkan pada kemelekatan (ke-egoisan-an)semata-mata, maka yakinlah, bukankebahagiaan yang akan dirasakan, tetapimalahan sebaliknya.

 B. B. B. B. B . T T T T T  ipe K  ipe K  ipe K  ipe K  ipe K atannukatannukatannukatannukatannukatavediatavediatavediatavediatavedi

Tipe manusia Katannukatavedi adalah tipemanusia yang tahu berterima kasih. Di hari yang

bersejarah ini, sebagai manusia yang ber- katannukatavedi, sudah sepantasnya, kitaberterima kasih kepada para pahlawan, yangtelah berjuang demikian beratnya, mewujudkankemerdekaan ini. Wujud terima kasih yangsewajarnya dilaksanakan adalah dengan ikutserta memakmurkan negara dan bangsa ini,melalui tindakan tindakan positif. Misalnya, kita jaga perdamaian dan hindari perpecahan sertakreatif di dalam menciptakan ide-ide persatuan.Selain berterima kasih atas jasa-jasa mulia parapahlawan, kita juga harus berterima kasihkepada para penerus para pahlawan, yangdalam hal ini adalah pemerintah. Kita harusberusaha menyokong dan membantu setiapkebijaksanaan dan program pemerintah, agarcita-cita luhur untuk meraih keadilan dankemakmuran yang merata bisa terealisasikan.Ini wujud dari ungkapan terima kasih yang

seharusnya diterapkan. Di dalam ber- katannukatavedi (tahu berterima kasih), kita juga dituntut untuk berperan aktif mewujudkankesuksesan program pemerintah. Janganlahsampai pengorbanan para pahlawan menjadisia-sia. Sang Buddha menyabdakan:“ Kesalahan kesalahan orang lain mudah Kesalahan kesalahan orang lain mudah Kesalahan kesalahan orang lain mudah Kesalahan kesalahan orang lain mudah Kesalahan kesalahan orang lain mudah

dilihat, tetapi kesalahan diri sendiri sulitdilihat, tetapi kesalahan diri sendiri sulitdilihat, tetapi kesalahan diri sendiri sulitdilihat, tetapi kesalahan diri sendiri sulitdilihat, tetapi kesalahan diri sendiri sulit

untuk dilihat. Seseorang dapatuntuk dilihat. Seseorang dapatuntuk dilihat. Seseorang dapatuntuk dilihat. Seseorang dapatuntuk dilihat. Seseorang dapat

 menunjukkan kesalahan-kesalahan menunjukkan kesalahan-kesalahan menunjukkan kesalahan-kesalahan menunjukkan kesalahan-kesalahan menunjukkan kesalahan-kesalahan

orang lain seperti menampi dedak, tetapiorang lain seperti menampi dedak, tetapiorang lain seperti menampi dedak, tetapiorang lain seperti menampi dedak, tetapiorang lain seperti menampi dedak, tetapi

 ia menyembunyikan kesalahan- ia menyembunyikan kesalahan- ia menyembunyikan kesalahan- ia menyembunyikan kesalahan- ia menyembunyikan kesalahan-

 kesalahannya sendiri seperti penjudi kesalahannya sendiri seperti penjudi kesalahannya sendiri seperti penjudi kesalahannya sendiri seperti penjudi kesalahannya sendiri seperti penjudi

 licik, yang menyembunyikan dadu licik, yang menyembunyikan dadu licik, yang menyembunyikan dadu licik, yang menyembunyikan dadu licik, yang menyembunyikan dadu berangka buruk. berangka buruk. berangka buruk. berangka buruk. berangka buruk.” Di saat ber- katannukatavedi, kita juga harus mampumenjaga sikap dan mencegah timbulnyatindakan-tindakan yang kurang terpuji,misalnya mencari-cari kesalahan ataumengkambinghitamkan pihak lain. Dalam halini, berterima kasihlah dengan tulus dan ikhlas,yang tanpa adanya unsur negatif. Semoga dialam kemerdekaan ini, kita hendaknya

senantiasa memiliki sifat  pubbakari  (beraniberkorban) dan katannukatavedi (tahu berterimakasih), yang tanpa diboncengi oleh unsurkefanatikan (kemunafikan), yang mana diakhirnya akan memberikan manfaaat bagikesejahteraan dan kebahagiaan bangsa dannegara pada khususnya dan dunia padaumumnya. Semoga di hari yang bersejarah ini,tekad persatuan dan kesatuan kita akansemakin kokoh. Ibarat pepatah mengatakanbahwa “ bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.”Sapu lidi akan bisa dimanfaatkan untukmembersihkan pekarangan, kalau diikat didalam satu kesatuan, tetapi jika masih tercerai-berai, maka tiadalah manfaatnya sama sekali.Sang Buddha juga selalu menekankan, akanperlunya persatuan dan kesatuan diterapkansedini mungkin di setiap aspek kehidupan ini.Di dalam  Dhammapada Y  Dhammapada Y  Dhammapada Y  Dhammapada Y  Dhammapada Y amakamakamakamakamaka V a V a V a V a V agga 1:agga 1:agga 1:agga 1:agga 1:

6 6 6 6 6 , Sang Buddha menyabdakan: “SebagianSebagianSebagianSebagianSebagian besar orang tidak menyadari bahwa besar orang tidak menyadari bahwa besar orang tidak menyadari bahwa besar orang tidak menyadari bahwa besar orang tidak menyadari bahwa

dalam pertengkaran mereka akan binasa.dalam pertengkaran mereka akan binasa.dalam pertengkaran mereka akan binasa.dalam pertengkaran mereka akan binasa.dalam pertengkaran mereka akan binasa.

 Namun, mereka yang memahami Namun, mereka yang memahami Namun, mereka yang memahami Namun, mereka yang memahami Namun, mereka yang memahami

 kebenaran ini akan segera mengakhiri kebenaran ini akan segera mengakhiri kebenaran ini akan segera mengakhiri kebenaran ini akan segera mengakhiri kebenaran ini akan segera mengakhiri

 semua pertengkaran.”  semua pertengkaran.”  semua pertengkaran.”  semua pertengkaran.”  semua pertengkaran.” 

sajian utam

November 2005

Page 26: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 26/64

cerpen

Pagi itu, seperti rutinitas yang gue

 jalani tiap pagi hari, meletakkan tasku dibangku, bangku paling belakang dan pojokkanan yang selalu kosong, berbarengandengan lonceng sekolah. Kerutan di keningkudan raut wajahku menandakan kepadateman-temanku untuk tidak mengganggukuatau mengajakku mengobrol. Gue tahu kalosi Jonathan pengen banget ngobrolin tentangpertandingan Arsenal semalam, tapi dia

ngerti dan menjauhiku daripada ‘dikacangin’.Tidak ada yang duduk bersebelahandenganku, jadi gue memanfaatkanketenangan itu untuk menenangkan diri danmerenung kejadian semalam. Kata-katamama (kalo ditulis, pake tanda seru banyakbanget) semalam masih terngiang ditelingaku, semalaman dimarahi olehnya bisamembuatku gila. Untung masih ada bangkukesayangan ini sebagai temanku yang baik.

Gue selalu berusaha menganggap ‘amukan’dia itu hanya sebagai nasehat, nasehat yangdiucapkan dengan suara tinggi dan keras,namun selalu gagal.

Akumulasi kemarahan dankejengkelanku menyebakan gue jadi pintar

imajinasi, sempat gue rasa gue bukan anak

kandungnya, gue  hanya anak titipansaudaraku yang menjadi beban bagi dia,selain 3 saudaraku, ditambah keanehan :wajahku yang mirip tanteku di Aceh!.Pengen banget gue  nanyain ke mama,namun 2 kata ‘anak kandung’ di kartukeluarga dan penjelasan guru biologikubahwa mungkin saja wajah gue mirip tante,karena masih bersumber dari satu bloodline,

mengurungkan niat gue untuk nanya (takut juga sih, kalo salah, ntar malah berabe). Gue

selalu merasa dibedain di rumah, yangmelakukan pekerjaan berat dan kotor pastigue, bukan kedua abangku dan paling tidakmungkin adik gue  yang bungsu plusperempuan,the only girl in the house. Jogging 

naik turun tangga sudah olahraga tetap bagigue di rumah. Kasus yang paling seringterjadi, yaitu sehabis makan, papa yang

rokoknya ketinggalan di kamarnya (ruangmakan lantai 1 dan kamar tidur semuanyadi lantai 2), tidak peduli kalo abangku sudahselesai makan ataupun gue yang belumselesai, pasti posisi kurier ‘beruntung’ itu jatuh kepada gue. Sama halnya dengan

Mama,I Love You

November 2005

Page 27: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 27/64

25

mama dengan dompetnya, kacamata bacanyaataupun yang lain. Pernah terlintas di pikirangue, kalo mereka itu mempercayakan tugas‘penting’ itu kepada gue, bukan yang lain, tapikelamaan gue merasa semakin konyol. Kalo

diperhatikan foto-foto album keluargaku, pastiterlihat gue  tersenyum ‘ecek-ecek’ di fotoultahnya saudaraku, senyuman penuh maknairi dan ‘bete’. Soalnya gue sudah lupa denganperayaan ultah gue, yang gue rasa gak pernahada, kalo ada itupun pas gue balita. Jangankanperayaan, kue yang bertuliskan Happy Birthday 

dengan nama gue di bawahya aja tidak pernahada, selalu ada alasannya, entah mama lagisakit lah, papa lagi keluar kota, ataupun ortu

lagi sibuk. Mama selalu mempunyai alasanyang bagus, gue gak pernah tahu kalo itu benarato bukan. Ironisnya, alasan untukkesalahanku tidak pernah cukup baginya.Kesalahanku selalu diungkit oleh mama, danmarahnya juga yang paling ‘dahsyat’. Am I her 

 really true son? Gue benci banget ma dia, gue

pengen dia tiba-tiba tersedot ke dalam pusatbumi, mungkin gue akan lebih tenang tanpakehadirannya, lagian gue udah cukup besar,bisa mandiri.

Gue terbangun dari lamunanku akibatsuasana kelas yang tiba-tiba rebut, rupanyasudah jam istirahat pertama. Gue masih malasbangkit dari bangku gue. Rasa kesel terasaseberat 1 ton di pundak gue. Lonceng telahberbunyi, guru bahasa Inggris masuk. Setelahbeberapa saat, ada 3 murid mengetuk pintudan masuk, kemudian berbincang sebentar

dengan pak guru. Lalu terlihat pak gurumengangguk dan dengan sikap tubuhmempersilahkan mereka berdiri di depan kelas.Mereka kemudian memperkenalkan dirisebagai anggota English Debate Club (EDC).Mereka mau mempromosikan kegiatan mereka

serta mengajak kita untuk bergabung. Merekamengajak kita untuk berdebat singkat dengantopik “ My Right to die (Hak untuk mati)” dalambahasa Inggris. Salah satu dari mereka, Joko,kemudian memulai pembicaraan. Joko

dengan gencar berpidato. Gue gak terlalumendengarkan, tapi sepintas gue mendengarJoko menekankan bahwa kalo kita punya hakhidup, berarti kita juga punya hak mati karenahal itu sangat berhubungan. Kemudian tiba-tiba mata gue tertuju ke Coolio yang berdirimendadak. Semua orang cukup terkejutkarena Coolio termasuk anak yang agak nakaldan jarang mengikuti pelajaran. KemudiaCoolio bertanya dengan nada yang sedikit sinis,

“Kalo begitu, tidak ada orang yangboleh menghalangi niat elo untuk mati, let say , suicide may be?”

“Yes, of course. It’s my right to do so,” jawab Joko dengan suara yang lantang, dengansedikit membusungkan dada dan perutnyayang tambun.

“Termasuk Orangtuamu? Especially 

Your Mom? ” lanjut Coolio, ekspresinyamenunjukkan dia sudah bisa menebak jawabannya

“Yes, that’s correct. Nobody does”“Kalo elo mau mati, elo perlu minta

ijin gak sama mama elu?”“ No, like I’ve said, it’s my life and I 

 have the right to terminate it”“Elo tau gak?” jawab Coolio dengan

nada sedikit naik, “Mama elu yang memberikankehidupan ke elu, kenapa tidak perlu meminta

ijin ke dia? Karena elu mau mengambil sesuatuyang diberikan olehnya.” Belum sempat Jokomembuka mulutnya, Coolio sudah memulailagi, “Kalo elu mau mati, gue sih gak peduli!Tapi gue gak setuju kalo you don’t think of your 

 mom at all, Mama elu susah payah 9 bulan

November 2005

Page 28: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 28/64

artikel

mempertahankan isi perutnya, sampaimembahayakan nyawanya sendiri sehinggaelu bisa berdiri di sini sekarang. Sekarang guekasih elu sebuah tantangan, a simple

challenge, coba elu mulai dari hari ini ikatkan

sebuah bola, oh no no no... sebuah mangkuksaja sampai 5 bulan, setelah itu baru gantidengan bola voli hingga bulan ke-9. Mangkukitu harus selalu terikat dengan perut elo, gakboleh dilepas sama sekali. You must eat with

that thing tied up on your stomach, going out

with that, sleep with that even shit with that..!!!”.Suara Coolio terdengar keras, tapi tidakterkesan sok hebat.

“ Kalo elu bisa melakukannya tanpa

mengeluh dan tidak merasa susah sedikitpun,gue salut.Gue akan bersujud di depan elu setiapketemu elu. Tapi kalo elu tidak bisa, gue gakminta macam-macam, gue hanya ingin elulebih respect ke ortu u, especially your mom”.

Seluruh kelas tercengang. Bahkanguruku pun terangguk-angguk tanda puas.Coolio duduk kembali dengan mata tersorot kearah Joko. Joko terdiam, mulutnya seakan-akan

dilem. Untuk mencegah malu lebih lanjut,guruku sambil bertepuk tanganmempersilahkan mereka keluar untukberkunjung ke kelas lainnya karena sisa waktuakan dipakai untuk memulai pelajaran. Semuamurid bertepuk tangan seiring keluarnyamereka, gue rasa applause itu not for them, but

 for Coolio. Entah karena kata-kata Coolio, ataukarena ini adalah penampilan perdananyangomong di kelas, yang tidak pernah dia

lakukan selama 3 tahun terakhir ini. Setelahmencerna kata-kata bijak Coolio,gue selaksanadisambar petir, kalo di sinetron ini saatnyamusik yang tense akan mengiringi ataupuntertulis di pojok bawah “bersambung”. Gue

benar tercengang, anak yang nakal seperti ituaja bisa menghargai mamanya sebesar itu

sampai rela melepaskan predikat ‘anak yanggak perhatiin pelajaran itu keren’, apalagi gue

yang dikenal cukup pintar.What have I done??!  Tiba-tiba gue

merasa menyusut, merasa kecil sekali, segala

perasaan bersalah menyerangku dari segalaarah. Apa hak gue men judge mama gue sepertiitu kalo gue gak bisa melakukan apa yang telahdia lakukan untuk anak nakal seperti gue

Semakin gue  pikir, gue   semakin gundah,berusaha untuk memuntahkan prasangkaburuk yang tadinya kutelan bulat-bulat tanpague cerna. Gue duduk bersandar, meletakkantangan di belakang kepala, terdiam, merenung10 menit yang sungguh bermakna versus

akumulasi kekesalan gue selama ini sedangberlangsung di otak gue. Setelah beberapa saat,timbul senyuman kecil di wajah gue, senyumanyang mengejek kebodohan gue. Kalo dipikir-pikir, mama gue sering marah memang karenasalah gue, Yah, mungkin biar gue  ingatkesalahan gue. Mungkin eh gak, bukanmungkin, tapi pasti mama ingin anaknya jadiyang terbaik, jangan terus-terusan mengulangikesalahan. Gue orang yang ceroboh, jadi gakheran kalo mama lebih keras dalam mendidikgue. Setelah itu perasaan gue menjadi lebihringan, tanpa beban, jiwa ini ingin terbangkeluar menikmati hangatnya matahari.Kemudian gue lewati hari itu di sekolah denganhati riang. Si Jonathan pun keheranan melihatgue yang tiba-tiba berubah 180 derajat.

Lonceng pulang telah berbunyi, gue

bersiap-siap pulang ke rumah yang sudah

ditunggu mama dan masakannya yang lezat.Semoga gue bisa membahagiakan mama dankeluargague.

“Berbahagialah jika dimarahMamamu, karena itu berarti kamu masihmemiliki seorang mama yang perhatiandenganmu.” Mama, I love u. [^@^]

November 2005

Page 29: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 29/64

27

Barangkali saat ini tidak ada mahasiswa seperti SoeHok Gie (selanjutnya disebut Gie), yang selalu meluangkanwaktunya untuk menggoreskan penanya ke dalam catatanhariannya. Barangkali juga Gie tidak pernah berpikir bahwacatatan sehari-harinya akan dibukukan. Catatan Seorang 

 Demonstran adalah buku harian yang ditulis oleh Gie, yangtidak mengira bahwa tulisannya akan dibaca oleh banyak

orang. Catatan-catatan Gie sangatlah bersifat pribadi, namun memiliki arti yangsangat berharga untuk memperoleh gambaran mengenai diri seorang pemudaIndonesia yang terkemuka. Buku catatan hariannya diterbitkan agar dapat dibacadan direnungkan oleh semua pihak yang berkepentingan dan berminat untukmemperoleh pengetahuan dan pengertian mengenai kehidupan mahasiswa.

Buku ini berisi catatan harian Gie sejak usia 15 tahun hingga beberapahari sebelum ia meninggal pada 16 Desember 1969. Namun, buku ini tidak memuatseluruh catatan hariannya, yakni hanya sampai pada 8 Desember 1969 (tanggalterakhir yang digoreskan Gie adalah 10 Desember 1969).

Gie adalah putra keempat dari Soe Lie Piet, seorang penulis, redakturberbagai surat kabar dan majalah di zamannya. Pada umur lima tahun, ia masukSin Hwa School, sebuah sekolah khusus untuk keturunan Cina. Setelah lulussekolah dasar, Gie melanjutkan ke SMP Strada, sebuah sekolah menengah asuhanpara Bruder Katolik. Ia menghabiskan masa sekolah menengah atas di SMA KanisiusJakarta, salah satu sekolah terbaik di Jakarta, yang tidak banyak jumlahnya saatitu.

Gagasan yang muncul dari hasil pemikiran Gie memang sangat idealis,bahkan orang-orang masih menganggapnya “GILA” sampai sekarang. Gie memang

idealis (dan barangkali juga “GILA”), namun ia mengajak kita untuk berpikir kritisdan realistis. Kita bahkan masih bisa menemukan banyak pemikirannya yangmasih relevan hingga saat ini dalam catatan hariannya.

Gie menjadi idealis karena ia muak melihat ketimpangan yang terjadi dimasyarakat (sebuah masalah sosial klasik yang terjadi hingga kini). Hal ini terlihatpada catatan hariannya tanggal 10 Desember 1959, “..., aku bertemu dengan

Judul : Soe Hok Gie, Catatan Seorang DemonstranPenerbit : Pustaka LP3ES IndonesiaTahun Terbit : Juni 2005 (Cetakan kedelapan)

Isi : xxx + 385 halaman

November 2005

Page 30: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 30/64

resensi

seorang (bukan pengemis) yang tengahmemakan kulit mangga. Rupanya iakelaparan. Inilah salah satu gejala yangmulai tampak di ibukota. Dan kuberikanRp 2,50 dari uangku. Uangku hanya Rp

2,50 waktu itu.”, “... Lihatlah Soekarno,Hatta, Sjahrir, Ali, dan sebagainya.Tetapi, kini mereka telah mengkhianatiapa yang diperjuangkan. Soekarno telahberkhianat terhadap kemerdekaan. Yamintelah memalsukan sejarah Indonesia.Hatta tak berani menyatakan kebenaran.Dan rakyat yang makin lama makinmenderita.”, “... Indonesia sekarang

turun, dan selama tantangan sejarahbelum dapat dijawabnya, ia akan hancur.“Tanahku yang malang”. Harga barangmembumbung, semua semakin payah.Gerombolan menteror. Tentara menteror.Semua menjadi teror”.

Gie memang terlalu idealissampai ia sendiri pernah berkata, “Lebihbaik diasingkan daripada menyerah padakemunafikan”. Pada akhirnya, Giememang ditinggalkan oleh rekan danteman-temannya. Sebenarnya ia hanyaberusaha untuk selalu jujur (sesuatu yangsangat sulit untuk dilakukan saat ini).Hingga suatu hari di bulan Desember1969, ia berkata pada kakaknya sendiri,“Akhir-akhir ini saya selalu berpikir, apagunanya semua yang saya lakukan ini.Saya menulis, melakukan kritik pada

banyak orang yang saya anggap tidakbenar dan yang sejenisnya lagi. Makinlama, makin banyak musuh saya danmakin sedikit orang yang mengerti saya.Dan kritik-kritik saya tidak mengubah

keadaan. Jadi apa sebenarnya yang sayalakukan? Saya ingin menolong rakyat kecilyang tertindas, tetapi kalau keadaan tidakberubah, apa gunanya kritik-kritik saya?Apa ini bukan semacam (maaf-red.) onani

yang konyol? Kadang-kadang saya merasasungguh-sungguh kesepian”.

Dari perkataan Gie tersebut,seakan-akan hidupnya sia-sia saja.Apakah benar? Cobalah simak apa yangdikatakan seorang tukang peti matisambil menangis (saat itu akhir Desember1969, beberapa hari setelah Gie tewas diGunung Semeru) tentang Gie: “Soe Hok

Gie yang suka menulis di koran? Dia orangberani. Sayang dia meninggal”. Ada lagiperkataan dari seorang pilot AURI (saatitu-red.) tentang Gie: “Saya kenalnamanya. Saya senang membacakarangan-karangannya. Sayang sekali diameninggal. Dia mungkin bisa berbuatlebih banyak, kalau dia hidup terus”.

Ketidakadilan bisa merajalela tapi

bagi orang yang jujur dan beraniberusaha melawan semua ini, dia akanmendapat dukungan tanpa suara daribanyak orang. Mereka memang tidakberani membuka mulutnya karenakekuasaan membungkamnya. Namun,kekuasaan tidak bisa menghilangkandukungan itu sendiri karena betapa punkuatnya kekuasaan, seseorang masihtetap memiliki kemerdekaan untukberkata “Ya” atau “Tidak” meskipunhanya di dalam hatinya. Sebagai penutup,timbul sebuah pertanyaan untuk kitasemua: Masihkah kita mau hidup dalamkemunafikan?[Hendri]

November 2005

Page 31: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 31/64

November 2005

Page 32: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 32/64

November 2005

Page 33: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 33/64

November 2005

Page 34: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 34/64

November 2005

Page 35: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 35/64

ajaran dasa

Demikian telah kudengar:Pada suatu ketika Sang Bhagava berdiam di Vihara Veluvana (Hutan Bambu) di

Kalandakanivapa (tempat pemeliharaan tupai), dekat kota Rajagaha. Pada waktu itu seorangpemuda bernama Sigala, bangun pagi-pagi, pergi keluar kota dengan rambut dan pakaian basahbersujud dengan merangkapkan kedua tangannya. Ia menyembah ke berbagai arah, yaitu arahtimur, barat, utara, selatan, atas dan bawah.

Dan Sang Bhagava pagi hari itu, setelah mengenakan jubah serta membawa mangkuk-

Nya ( patta) memasuki kota Rajagaha untuk pindapata. Ketika Beliau melihat pemuda Sigalasedang memuja dengan cara tersebut, Beliau bertanya, “Mengapa, anak muda, engkau bangunpagi-pagi, membasahi rambut dan pakaianmu kemudian menyembah ke enam arah langit danbumi?”

“Bhante, ketika ayahku mendekati ajal, ia berpesan, “Anakku yang tercinta, engkauharus memuja ke enam arah. “Karena saya ingin menaati pesan ayahku yang kujunjung tinggi,yang kuhormati dan kuanggap suci, maka saya bangun pagi-pagi, lalu pergi ke luar Rajagahadan memuja seperti begini.”

“Tetapi, putera kepala keluarga, dalam agama seorang Ariya enam arah itu tidakseharusnya disembah dengan cara demikian.”

“Bhante, bagaimana cara memuja enam arah itu dalam agama Ariya? Alangkah baiknya,apabila Sang Bhagava berkenan mengajarkannya kepada saya, bagaimana seharusnya enamarah ini dipuja menurut ajaran agama Ariya.”

“Kalau begitu, dengarlah anak muda, perhatikan baik-baik kata-kata-Ku.”*…Bagaimana caranya siswa Ariya melindungi enam arah itu?

Keenam arah itu harus dipandang sebagai berikut:

Sigalovad

Sutt

November 2005

Page 36: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 36/64

 34

1. Kedua orang tua sebagai arah timur.2. Guru sebagai arah selatan.3. Isteri dan anak sebagai arah barat.4. Sahabat dan kenalan sebagai arah

utara.

5. Pelayan dan karyawan sebagai arahbawah.

6. Para guru agama dan pertapa sebagaiarah atas.

Dengan lima cara seorang anakmemperlakukan orang tuanya sebagai arahtimur:

1. Dahulu aku te lah dipelihara/dibesarkan oleh mereka, sekarang akuakan menyokong mereka.

2. Aku akan memikul beban kewajiban-kewajiban mereka.

3. Aku akan menjaga garis keturunandan tradisi keluarga.

4. Aku akan membuat diriku pantasuntuk menerima warisan.

5. Aku akan melakukan upacarapelimpahan jasa kepada sanakkeluargaku yang telah meninggaldunia.

Dengan lima cara orang tua menunjukkankasih sayangnya kepada anak sebagai arahtimur:

1. Mencegah anak berbuat jahat.2. Menganjurkan anak berbuat baik.3. Melatih anaknya dalam suatu profesi.4. Mencarikan pasangan yang sesuai

untuk anak.5. Menyerahkan harta warisan kepada

anak pada saat yang tepat.Dengan lima cara seorang muridmemperlakukan gurunya sebagai arah selatan:

1. Bangun dari duduk (apabila guudatang menghampiri sebagai tandahormat).

2. Melayani guru secara hormat.

3. Bertekad untuk belajar sungguhsungguh.

4. Memberikan jasa-jasa kepadanya(memberikan makanan dan kebutuhanlainnya).

5. Memerhatikan dengan baik segaluraian guru ketika diberi pelajaran.

Dengan lima cara guru memperlakukanmuridnya, sebagai arah selatan :

1. Melatih muridnya dengan baik sesuadengan keahlian yang dimilikinya.

2. Membuat muridnya menguasapelajaran yang diberikan.

3. Ia mengajarkan secara mendalamsemua ilmu pengetahuan yangdimilikinya.

4. Ia berbicara yang baik-baik tentangmuridnya kepada sahabat dankenalannya.

5. Ia menjaga keselamatan muridnya dsemua tempat.

Dengan lima cara suami memperlakukanisterinya sebagai arah barat :

1. Dengan menghormati isterinya.

2. Dengan bersikap lemah-lembut.3. Dengan setia kepada isterinya.4. Dengan menyerahkan kekuasaaan

rumah tangga kepada isterinya.5. Dengan memberikan perhiasan kepad

isterinya.Dengan lima cara seorang isteri memperlakukansuaminya sebagai berikut:

1. Melakukan semua tugakewajibannya dengan baik.

2. Bersikap ramah kepada keluarga darkedua belah pihak.

3. Setia kepadan suaminya.4. Menjaga baik-baik barang-barang

yang dibawa suaminya.5. Pandai dan rajin dalam melaksanakan

semua pekerjaannya.

November 2005

Page 37: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 37/64

35

Dengan lima cara orang wajib memperlakukansahabat atau kenalannya sebagai arah utara:

1. Dengan bermurah hati kepada mereka.2. Dengan bersikap ramah tamah kepada

mereka.

3. Dengan berbuat baik kepada mereka.4. Memperlakukan mereka seperti

memperlakukan diri sendiri.5. Menepati janji kepada mereka.

Dengan lima cara sahabat atau kenalan akanmemperlakukannya sebagai arah utara:

1. Mereka akan melindunginya di kala iatidak siaga.

2. Mereka akan menjaga harta bendanyadi kala ia tidak siaga.

3. Mereka akan melindunginya dalambahaya.

4. Ketika berada dalam kesusahan,mereka tidak akan meninggalkannya.

5. Mereka akan menunjukkan perhatiankepada keluarganya.

Dengan lima cara seorang majikanmemperlakukan pelayan dan karyawannya,sebagai arah bawah:

1. Memberikan mereka pekerjaan yangsesuai dengan kemampuannya.2. Memberi mereka makanan dan upah

yang sesuai.3. Memberi mereka pengobatan dan

perawatan di waktu sakit.4. Memberi mereka makanan yang enak

pada waktu-waktu tertentu.5. Memberi mereka libur (cuti) pada

waktu-waktu tertentu.

Dengan lima cara para pelayan atau karyawanakan memperlakukan majikan mereka sebagaiarah bawah:

1. Mereka bangun lebih pagi dari majikan.2. Mereka pergi tidur setelah majikan tidur.

3. Berterima kasih atas upah danperlakuan yang mereka terima.

4. Mereka bekerja dengan baik.5. Mereka memuji dan menjaga nama

baik majikannya di manapun juga..

Dengan lima cara seorang umat biasamemperlakukan para pertapa atau bhikkhu,sebagai arah atas:

1. Memperlakukan mereka dengan penuhkasih sayang.

2. Hanya mengucapkan kata-kata yangramah kepada mereka.

3. Memikirkan mereka dengan pikirancinta kasih.

4. Selalu membuka pintu rumah bagi

mereka (mempersilahkan mereka).5. Menunjang kebutuhan hidup mereka

(pakaian, makanan, obat-obatan, dantempat tinggal).

Dengan enam cara para pertapa atau bhikkhumemperlakukan umat biasa, sebagai arah atas:

1. Mencegah mereka berbuat kejahatan.2. Menganjurkan mereka berbuat

kebaikan.

3. Memikirkan mereka dengan penuhkasih sayang.4. Mengajarkan sesuatu yang mereka

belum ketahui.5. Meluruskan pandangan mereka yang

keliru.6. Menunjukkan jalan ke surga.

Demikianlah apa yang disabdakan oleh SangBhagava.[Irwan]*…sebelum masuk kalimat tersebut, masih

banyak kalimat-kalimat sebelumnya karenasebenarnya Sigalovada Sutta tidak sesingkat ini.Pada Ajaran Dasar edisi ini hanya ditampilkanbagian akhir Sigalovada Sutta yang berhubungandengan tema Sajuta yang diambil.

November 2005

Page 38: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 38/64

Posisi wanita dalam ajaran Buddhaadalah unik. Buddha memberikan kebebasanpenuh bagi wanita untuk berpartisipasi dalampengembangan Buddha Dhamma. Buddha

adalah guru yang pertama yang memberikankebebasan religius kepada wanita.a. Pa. Pa. Pa. Pa. Pada Masa Pada Masa Pada Masa Pada Masa Pada Masa Pra-Buddhara-Buddhara-Buddhara-Buddhara-BuddhaDari berbagai literatur yang ada,

diketahui bahwa kondisi wanita pada masaIndia kuno atau tepatnya sebelum agamaBuddha muncul sangat memprihatinkan.Mereka tidak diberikan kebebasan, baikdalam lingkungan keluarga, masyarakatmaupun agama, bahkan dalam

berkomunikasi. Hinaan, celaan, dan posisiyang setara dengan kaum sudra (kastaterendah dalam struktur masyarakat Indiazaman dahulu), itulah yang mereka dapatkan.Tugas wanita terbatas pada dapur,melahirkan, dan merawat anak, bahkanwanita tidak diperbolehkan memasuki tempatibadah maupun membaca ayat religius.

Wanita dalam kehidupan padazaman pra-Buddha diperlakukan tidak

sewajarnya dan dipandang rendah. Wanitadijadikan sebagai pelayan atau budak laki-laki. Kesan yang telah mengakar terhadapkedudukan wanita pada masa pra-Buddhaditepis oleh Buddha melalui peryataan yangtegas, bahwa kelahiran, keturunan, dan

Kondisi danSikap Sosia

terhadap WanitaOleh Bhikkhu Vajhiradhammo

golongan bukan sebagai ukuran utamauntuk mengukur tinggi dan rendahnyaderajat manusia.

b. Pb. Pb. Pb. Pb. Pada Masa Buddhaada Masa Buddhaada Masa Buddhaada Masa Buddhaada Masa BuddhaBuddha mereformasi pandangan

demikian dengan memberikan kesempatankepada wanita untuk menjalani kehidupansuci, sehingga secara langsung Buddha telahmemberikan kesempatan pada wanita untukdapat menentukan kualitas harkat danmartabatnya sendiri. Pada dasarnya wanita juga memiliki kemampuan yang samaseperti laki-laki, yaitu memiliki kesempatanuntuk menjalani kehidupan suci dan dapat

mencapai kesempurnaan. Buddhamenguraikan tentang kesempurnaan yangdimiliki seseorang untuk menjalanikehidupan suci dan dapat mencapaikesempurnaan. Buddha menguraikanbahwa kesempurnaan yang dimilikiseseorang tidak diukur dari tinggi rendahnyakedudukan manusia maupun dan jeniskelaminnya, tetapi kesempurnaan dapattumbuh apabila seseorang memiliki etika

moral yang baik.Buddha menguraikan salah satu

ajaran tentang derajat seseorang bukanberasal dari keturunan, yang isinya sebagaiberikut: “Engkau sederajat dengan akuAmbata, engkau sederajat dengan aku.

November 2005

Page 39: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 39/64

“Be joyful and share your LOVE with others

37

Ambata, siapapun yang terlahir denganpaham mengenai kelahiran, pahammengenai keturunan, kebanggaan, mengenaiperkawinan, perceraian, mereka adalah jauhdari kesempurnaan pengetahuan dan tingkah

laku” (Digha Nikaya, I.99).Ilustrasi yang bagus tentang sikap

yang berlaku terhadap wanita pada masaBuddha ditemukan dalam kata-kata mara(penggoda) ini “Tidak ada wanita, dengankebijaksanaan yang sempit yang dimilikinya,dapat berharap untuk mencapai ketinggiankesucian yang hanya dicapai oleh parabijaksana”. Biarawati (Bhikkhuni)memberikan jawaban berikut; “Ketika pikiran

seseorang terkonsentrasi dengan baik dankebijaksanaan tidak pernah berhenti, apakahkenyataan sebagai wanita menjadi berbeda?”

Buddha telah menegaskan bahwakaum pria tidak selalu menjadi satu-satunyaorang bijak, wanita juga bijak. Raja Kosalasangat kecewa ketika ia mendengar bahwasang ratu telah melahirkan seorang bayiperempuan. Ia mengharapkan seorang anaklaki-laki. Tanpa ragu-ragu, Buddha dengantegas menentang sikap semacam itu. Untukmenghibur raja yang sedih, Buddha bersabda;“Seorang anak perempuan, O Raja manusia,ternyata dapat menjadi keturunan yang lebihbaik daripada anak laki-laki. Karena ia dapattumbuh menjadi bijaksana dan berbudi,dihormati mertuanya sebagai istri yang sejati.Anak laki-laki yang dilahirkannya dapatmelakukan perbuatan dan memerintah

kerajaan yang besar, anak laki-laki seperti itudan istri yang mulia menjadi panutannegaranya” (Samyutta Nikaya, I.86).

Buddha dalam ajaran-Nyamenguraikan bahwa secara fisik wanita lebihlemah daripada laki-laki, karena wanitamengalami menstruasi, mengandung,

melahirkan, menunggu pasangan hidup, ikutsuami, dan meninggalkan keluarga (S.III.200-205). Ajaran Buddha menunjukkanbahwa beban yang dialami wanita dapatmengganggu kesehatan fisiknya. Tetapi,

perjuangan wanita saat melahirkan anakyang dikandungnya sangat besar dan takternilai harganya, demi cinta kasih dan kasihsayang terhadap anak yang dikandungnya,wanita rela mengorbankan jiwa dan raganyatanpa memikirkan dirinya. Sifat wanitadiwujudkan melalui pelaksanaan hak dankewajibannya dengan baik sebagai seorangperumah tangga. Seorang wanita dianggapmampu memanajemen kehidupan rumah

tangga dan akan diakui harkat sertamartabatnya dengan baik dalam statussosial kemasyarakatan. Kesempurnaanpelaksanaan tugas dan kewajibanmerupakan cermin dan peran serta wanitadalam kehidupan berkeluarga.

Buddha menunjukkan sifat alamiahyang dimiliki wanita yang tidak dapat dimilikioleh seorang pria, yaitu melahirkan. Wanitanormal yang berumah tangga akanmelahirkan keturunannya berupa putra-putrinya sebagai penerus generasi. Wanita juga memiliki kesusilaan atau moral yangbaik sebagai pendidik anak-anaknya untukmembina tingkah laku yang baik. Buddhamenguraikan tentang lima kekuatan seorangwanita, yaitu: (1) melahirkan, (2) mempunyaikecantikan, (3) mempunyai kekayaan, (4)mempunyai sanak saudara, (5) mempunyai

kesusilaan atau moralitas (S.IV.246-248).c. Kc. Kc. Kc. Kc. Kondisi Wondisi Wondisi Wondisi Wondisi Wanita Panita Panita Panita Panita Pascaascaascaascaasca

Buddha PBuddha PBuddha PBuddha PBuddha ParinibbanaarinibbanaarinibbanaarinibbanaarinibbanaBerdasarkan fakta yang ada serta atas

dasar catatan sejarah, ternyata aktivitaswanita khususnya bhikkhuni boleh dibilangsirna dari peredaran semenjak Sang Buddha

November 2005

Page 40: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 40/64

artikel

maha parinibbana. Tidak banyak buku yangmencatat aktivitas mereka. Padahalkeberadaan bhikkhuni tradisi Theravadabertahan hingga abad kesebelas Masehi. Initentunya menimbulkan pertanyaan tersendiri

bagi kita. Apakah bhikkhuni setelah SangBuddha parinibbana mendapatkandiskriminasi atau memang mereka tidakmemiliki aktivitas yang memberikankontribusi cukup berarti bagi masyarakat?

Tiga bulan setelah Sang Buddhaparinibbana, Sangha atas prakarsa Y.M.Maha Kassapa menyelenggarakan konsili.Secara historis, ini adalah konsili pertamadalam sejarah agama Buddha. Konsili ini

dilaksanakan di Gua Sattapanni di Rajagaha.Konsili pertama tersebut diikuti oleh

500 bhikkhu yang kesemuanya telahmencapai tujuan akhir dalam menjalanikehidupan keviharaan, yaitu arahat. Selamakonsili berlangsung, tidak ada bhikkhu ataubhikkhuni yang diizinkan tinggal di Rajagahaatau sekitarnya. Bhikkhu dan bhikkhuni yangtidak turut berpartisipasi dalam konsili harusbervassa di luar Rajagaha.

Di antara kita mungkin ada yangbertanya: Mengapa tidak satu pun bhikkhuniyang dipilih untuk turut berperan serta dalamkonsili pertama? Mengapa pesertanyasemuanya adalah para bhikkhu? Bukankahsaat itu juga banyak bhikkhuni yang telahmencapai kesucian tertinggi dan jugamempunyai kemampuan intelektual yang juga setara dengan kemampuan intelektual

para bhikkhu? Jawaban yang tidakmemuaskan atas pertanyaan semacam iniakan membuat banyak orang berkesimpulan‘Ini jelas-jelas diskriminasi.’

Tidak diikutsertakannya bhikkhunidalam konsili pertama bukan berarti ada

diskriminasi. Mereka yang telah berkunjungke Gua Sattapanni, membeberkan kepadapenulis bahwa ditinjau secara lokatif, tempattersebut tidak memungkinkan wanita untukturut berperan serta dalam konsili. Pertama,

posisi Gua Sattapanni agak sulit untukdijangkau. Kedua, tempat tersebut tidakmemungkinkan bhikkhu dan bhikkhunitinggal bersama mengingat sempitnya area.Ketiga, saat itu tidak ada penerangan yangcukup seperti zaman sekarang, sehinggakurang layak bagi bhikkhu dan bhikkhuniuntuk tinggal bersama terutama pada malamhari.

Dalam lima konsili yang

dilaksanakan pada abad-abad selanjutnya,bhikkhuni juga tidak diikutsertakan dalamkonsili. Pada konsili kelima dan keenamsudah jelas bahwa saat itu bhikkhuni daritradisi Theravada sudah tidak ada lagi. Tetapipada konsili kedua, ketiga, dan keempat, tidakada catatan yang membuktikan bahwamereka berperan serta dalam konsili tersebut.

Semasa Sang Buddha masih hidup,nama wanita dipampang setara dengannama kaum pria. Namun, kita seharusnyatidak merasa malu untuk mengakui bahwawanita setara setelah Sang Buddhaparinibbana, yang namanya boleh dibilangsekarang ditempatkan di posisi kedua.Setidaknya dari karya-karya sarjana Buddhisdi masa lampau dapat dijadikan sebagaibahan referensi. Mahisasaka yangmerupakan salah satu aliran dalam

Mahayana dengan jelas mendiskriminasikanwanita. Dengan lantang aliran Mahisasakamengatakan; “Wanita tidak bisa mencapailima kemampuan supernatural, ia tidak dapatterlahir kembali sebagai seorang Tathagata(seorang Buddha) yang tidak memiliki

November 2005

Page 41: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 41/64

39

kemelekatan dan telah mencapai pencerahansempurna. Ia tidak dapat terlahir kembalisebagai Dewa Sakka, Mara, Brahma atausebagai Raja Cakkavati. Tetapi, pria dapatterlahir kembali sebagai seorang Tathagata

yang tidak memiliki kemelekatan dan telahmencapai pencerahan sempurna. Pria jugadapat terlahir kembali sebagai RajaCakkavati Dewa Sakka, Brahma atausebagai Mara.”

Tentu tidak semua aliran setujudengan pendapat ini. Ada juga yangmenentang, dan berpendapat bahwa wanita juga dapat terlahir kembali sebagai seorangBuddha. Aliran Sarvastivada sebagai

contohnya. Cheng-Mei Ku yang telahmelakukan penelitian di bidang gendermenegaskan: “Membutuhkan beberapa abadbagi agama Buddha untuk menjadikannyakebudayaan yang lazim di Asia. Selama masaperkembangannya, beberapa praktisiBuddhis, terutama kaum elit,mengonfrontasikan semua bentukpermasalahan, doktrin, dan praktik dalamkonteks budaya yang berbeda danmasyarakat yang berbeda pula. Dalamproses mempertahankan tradisi kehidupan brahmacarya, bhikkhu-bhikkhuni awalsudah selayaknya bertanggungjawab atastransformasi bertahap konseptualisasigambaran wanita yang dimanfaatkan padatingkat vinaya ke dalam kenyataan. Prosestransformasi mungkin telah terjadi selamabeberapa saat. Pada akhirnya wanita

dianggap merugikan, baik dalam lingkungansosial maupun dalam lingkungankeagamaan. Walaupun anggapan inibertentangan dengan ajaran Sang Buddhayang sesungguhnya, tetapi anggapantentang wanita tersebut sesungguhnya

muncul dalam tradisi Buddhis karenaperkembangan ide-ide sektarian.” SangBuddha menempatkan nama pria danwanita setara, tanpa ada perbedaan.

d. Kondisi wanita Buddhis di Erad. Kondisi wanita Buddhis di Erad. Kondisi wanita Buddhis di Erad. Kondisi wanita Buddhis di Erad. Kondisi wanita Buddhis di Era

ModernModernModernModernModernAkibat pengaruh budaya dan

agama, selama berabad-abad wanitaditempatkan dalam posisi yang lebih rendahdaripada kaum pria. Adanya keyakinan yangsangat kuat bahwa wanita diciptakan setelahpria dan diciptakan dari tulang rusuk pria,membuat wanita Barat terkungkung dalampenjara diskriminasi. Mereka tidak diberikebebasan baik dalam berpolitik maupun

dalam kepemimpinan spiritual.Pada abad keenambelas, wanita-

wanita negara Barat mendapatkan tekananyang cukup berat. Alfred Lord Tennyson(1809-1892), salah seorang sastrawanInggris menggambarkannya dalam syairberikut: “Lelaki adalah pemburu; wanitaadalah permainannya; kelembutan dancahaya makhluk buruan, kita berburu demikeindahan kulitnya”, dan syairnya yang lainadalah: “Lelaki untuk ladang dan wanitauntuk hati. Lelaki untuk pedang dan untuk jarum adalah wanita. Lelaki dengan kepaladan wanita dengan hati. Lelaki untukmengomando dan wanita untukmenurutinya. Semua yang lainmembingungkan.”

Pada abad pertengahan, wanitasulit mendapatkan kepercayaan dari

masyarakat di bidang politik karena secarakolektif telah tertanam pandangan bahwawanita adalah penggoda pria sehingga umatmanusia terjerumus ke dalam dosa. Baru diabad keduapuluh wanita-wanita Barat bisamendapatkan kesempatan untuk tampil di

November 2005

Page 42: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 42/64

 40

atas pentas politik.Tercatat Inggris pertama kali

memilih wanita menjadi perdana menteripada tahun 1979 atau sembilan belas tahunsetelah Sri Lanka memilih wanita sebagai

perdana menteri. Wanita yang terpilih menjadiperdana menteri saat itu adalah MargaretThatcher. Ia sempat memimpin Inggrishingga tahun 1990. Hingga sekarangMargaret Thatcher adalah satu-satunyaperdana menteri wanita di Inggris. Menyikapikondisi semacam ini Catharina Halkesberpendapat bahwa agama memberikanpengaruh yang sangat kuat terhadapdidiskriminasikannya wanita.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwakarena adanya pernyataan dalam Alkitabyang bersifat diskriminatif, selama berabad-abad wanita berada dalam kekuasaan lelaki.Sistem kekuasaan tersebut jugamempengaruhi kehidupan agama kristiani,misalnya jabatan imamat dalam tradisigereja Katolik Roma dikhususkan bagi laki-laki saja. Kita tidak perlu malu untukmengakui bahwa suara wanita Buddhis

nyaris tidak terdengar selama abadpertengahan. Cukup sulit untuk menemukanalasan mengapa suara mereka tidak begitunyaring. Akan tetapi, dua belas tahun setelahmerdeka, Sri Lanka sebagai negara Buddhismenggoreskan tinta emas dengan menerimawanita sebagai Perdana Menteri.

Sirimavo Bandaranaike adalahperdana menteri wanita pertama di Sri Lanka

dan juga merupakan perdana menteri wanitapertama di dunia. Ia menjadi perdana menteripertama kalinya pada tahun 1960 hingga1965. Pada tahun 1970, ia kembali terpilihsebagai perdana menteri hingga tahun 1977.Ketika putrinya, Chandrika Bandaranaike

Kumaratunga, terpilih sebagai presiden padatahun 1994, Chandrika BandaranaikeKumaratunga kembali memilih ibunyasebagai perdana menteri. Ia menjadi perdanamenteri hingga menjelang akhir hayatnya,

yaitu pada tahun 2000.Aung San Suu Kyi bukanlah nama

yang asing di telinga kita maupun di matadunia. Ia berasal dari Birma. Ia adalah alumniOxford University, dan kemudian tinggalbersama suaminya. Ia kembali ke Birma padatahun 1988 ketika ibunya meninggal.Sesampainya di Birma, ia menyaksikandemonstrasi massa menentangpemerintahan militer yang dipimpin oleh Ne

Win. Kondisi ini membuatnya prihatin dan iamemutuskan untuk memulai perjuangantanpa kekerasan demi terciptanya demokrasiyang murni dan penghargaan secara utuhterhadap hak asasi manusia.

Untuk merealisasikan cita-citanya,Aung San Suu Kyi kemudian mendirikanpartai National League for Democracy  (NLD).Pada pemilihan umum tahun 1990, partainya

memenangkan 80 persen kursi parlemen.Namun, pemerintahan militer mengabaikanhasil pemilu tersebut. Bahkan sebaliknya,pemerintah menetapkan Aung San Suu Kyisebagai tahanan rumah dan mengisolasinyadari segala komunikasi dengan massa.Pemerintah akan membebaskannya bila iamau meninggalkan Myanmar. Aung San SunKyi menolak tawaran tersebut dan tetapmengharapkan agar negara kembali ke

dalam pemerintahan sipil.Atas perjuangannya untuk

menegakkan demokrasi dan hak asasimanusia melalui jalur tanpa kekerasan,hadiah Nobel diberikan kepadanya pada

November 2005

Page 43: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 43/64

41

tahun 1991. Empat tahun kemudianpemerintah membebaskan Aung San Sun Kyidari tahanan rumah. Sampai sekarang iatetap terus berjuang untuk merealisasikancita-citanya. Dalam kasus yang di alami

Aung San Sun Kyi, tidak ada tanda-tandadiskriminasi. Apa yang ia alami adalah murniurusan politik. Keengganan pemerintahMyanmar menerima aspirasinya bukankarena alasan gender melainkan keinginanpemerintah Myanmar untuk terusmempertahankan sistem pemerintahanmiliter di negara tersebut.

Di bidang religius, ceritanya sedikitberbeda dengan peran politik Di negara-

negara yang penduduknya mayoritasberagama Buddha seperti Sri Lanka,Thailand, dan Myanmar, wanita bebasmenjalankan kegiatan spiritual. Karenanegara-negara ini menganut agama BuddhaTheravada, bhikkhuni sebagai suatulembaga bagi wanita untuk menjalanikehidupan selibat atau keviharaan selamabeberapa dekade tidak ada. Namundemikian, bukan berarti wanita tidak dapatmejalani kehidupan selibat. Mereka tetapdapat menjalankan kehidupan selibat.

Di Sri Lanka, wanita yangmenjalani kehidupan selibat, tinggal di viharadisebut dasasilamata, artinya wanita yangmempraktikkan sepuluh peraturan moralitas.Mereka mengenakan jubah yang warnanyatidak berbeda dengan jubah para bhikkhu.Hanya saja bentuknya berbeda dengan jubah

para bhikkhu atau bhikkhuni. Jubah merekapolos, tidak ada jahitan yang memotong agar jubah tersebut tampak sepert i sawahMagadha di India kuno. Sepanjang sejarahperkembangan agama Buddha di Sri Lanka,wanita yang menjalani kehidupan selibat

tidak sebanyak kaum pria. Ini bisadibuktikan dari catatan-catatan yang adadan vihara yang dibangun untuk wanita juga jumlahnya relatif sedikit.

Selama satu dasawarsa

belakangan ini, Sangha bhikkhuni di SriLanka kembali dibentuk setelah lenyap darikeberadaannya selama beberapa abad.Sangha bhikkhuni kembali dibentuk denganbantuan dari Sangha bhikkhuni Mahayana.Di balik semua itu, mereka harus berjuangkeras karena banyak orang, baik darikalangan bhikkhu maupun perumah tanggayang menentang keberadaan mereka. Salahsatu argumen yang mereka lontarkan adalah

bahwa Sangha bhikkhuni dalam tradisiTheravada sudah lenyap.

Di Myanmar kita juga bisamenemukan wanita yang menjalanikehidupan selibat berkat perjuanganayahandanya, Raja Asoka SanghamittaTheri, dan dibantu Putri Anuladewi. Pakaianyang mereka kenakan warnanya cukupberbeda dengan warna jubah yangdikenakan oleh dasasilamata di Sri Langkamaupun dengan jubah para bhikkhuMyanmar. Mereka disebut Thilashen. JumlahThilashen di Myanmar juga tidak terlalubanyak dan pada umumnya mereka adalahwanita-wanita lanjut usia. Wanita yangmenjalani kehidupan selibat juga dapat kitatemukan di Thailand. Wanita-wanita diMyanmar memiliki kebebasan yang cukupbaik. Untuk urusan rumah tangga, istrilah

yang menentukan. Kendati pada dasarnyamasyarakat Myanmar menganut pahamyang umum terjadi di mana-mana yangbersifat  father-oriented. Seperti programberapa anak yang harus mereka miliki, yangmenentukan adalah istri bukan suami.

November 2005

Page 44: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 44/64

 42

Di Taiwan dan China, bhikkhunimasih dapat ditemukan karena merekamenganut aliran Mahayana. Berdasarkaninformasi yang penulis dapatkan daribhikkhuni Dhammacan, bhikkhuni

 jumlahnya cukup banyak. Mereka memilikiposisi yang cukup kuat, baik di dalam Sanghamaupun di mata masyarakat. Merekamempunyai organisasi yang sangat baik.Salah satu organisasi yang berada di bawahotoritas Sangha bhikkhuni Taiwan adalahTzu Chi. Tzu Chi juga memiliki cabang diIndonesia dan tampaknya organisasi inisangat populer. Organisasi inimenitikberatkan pada pelayanan sosial,

seperti pengobatan massal, bakti sosial, dansebagainya.

e. We. We. We. We. Wanita Buddhis di Indonesiaanita Buddhis di Indonesiaanita Buddhis di Indonesiaanita Buddhis di Indonesiaanita Buddhis di IndonesiaKemajuan wanita Indonesia dalam

pembangunan telah melahirkan suatubudaya kemitrasejajaran laki--laki danwanita, yang diikuti dengan berbagaigerakan pemberdayaan kaum wanita.Wanita mulai menunjukkan potensi yangdimilikinya, sehingga dapat mengangkatharkat dan martabat kaum wanita. Semenjakagama Buddha tumbuh dan berkembang diIndonesia, wanita-wanita Buddhis Indonesiamenikmati kesetaraan gender, bahkan bolehdibilang wanita-wanita Buddhis Indonesiamemiliki posisi yang sama baiknya bila kitamembandingkannya dengan keadaan ataukondisi wanita Buddhis di negara-negaraBuddhis di dunia ini. Tentu ada banyak

alasan untuk hal iniWanita-wanita Buddhis Indonesiatelah turut berperan serta mewarnai lembaransejarah bangsa ini dengan mengoreskan tintaemas yang tak mungkin terlupakan. Merekatelah melakukan aktivitas-aktivitas yang

begitu luhur, baik dalam skala nasionalmaupun internasional. Kendati banyak orangmenganggapnya sebagai makhluk yanglemah, pada kenyataannya, mereka mampumengangkat derajat bangsa ini sehingga

mendapatkan pengakuan dan decak kagumdari banyak orang di seantero dunia.

Kabupaten Jepara terkenal baik didalam dan di luar negeri karena ukirannya.Dari Kabupaten ini lahir dua wanita yangsangat terkenal, yaitu R.A Kartini dan RatuSima. R.A. Kartini terkenal karena usahanyadalam membebaskan kaum wanita daridiskriminasi, sedangkan Ratu Sima terkenalkarena sistem pemerintahannya yang sangat

 jujur, semaksimal mungkin menegakkanhukum dan berorientasi pada kesejahteraanrakyatnya.

Ratu Sima adalah seorang ratuyang beragama Buddha. Dipercaya bahwaia dan kebanyakan rakyatnya menganutagama Buddha aliran Hinayana atausekarang dikenal dengan sebutanTheravada. Kalinga adalah namakerajaannya saat itu. Nama ini juga dipakaioleh salah satu kerajaan di India kuno yang juga pernah menjadi basis agama Buddhadi masa lampau. Bahkan, berdasarkancatatan sejarah, relik gigi Sang Buddha yangsekarang ada di Sri Lanka dan menjadibarang yang paling berharga di seluruh negeritersebut diberikan oleh raja Kalinga yangkerajaannya sedang dalam ancamanbahaya.

Ratu Sima memerintahkerajaannya dengan keadilan dan kejujuran.Mungkin juga ia ingin mewujudkan konsepRaja Cakkavati, sebagaimana terdapatdalam kitab suci agama Buddha. KonsepRaja Cakkavati adalah konsep sistem

November 2005

Page 45: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 45/64

43

pemerintahan yang mengutamakan keadilan,kesejahteraan, kejujuran, dan kebenaran(Dharma). Salah seorang raja Buddhis yangsukses mengaplikasikan konsep ini dalamsistem pemerintahannya adalah Raja Asoka

yang berkuasa di India pada abad ketigasebelum Masehi. Karena sang ratumemerintah kerajaan dengan kejujuran,keadilan, dan kebenaran, seluruh rakyatnyapun hidup dalam ketenangan, ketentramandan tidak mengganggu yang lain. Saat itu,tidak ada pencurian, perampokan, pelecehangender di mana wanita hanya dijadikanladang pemuasan nafsu seksual. maupunbentuk kejahatan lainnya. Dengan kata lain,

pancasila Buddhis, yaitu menghindaripembunuhan. pencurian, pemuasan nafsuseksual secara salah, berbohong, minumminuman yang dapat menimbulkanlemahnya kesadaran, dipraktikkan denganbaik.

Sang ratu, yang mungkin tidakpercaya terhadap kejujuran rakyatnya, inginmenguji rakyatnya; Apakah benar merekasemua mematuhi hukum, tidak mengambilbarang orang lain meskipun barang itutercecer di jalan. Untuk menguji kejujuranrakyatnya, ia meletakkan emas diperempatan jalan. Karena semua rakyatmematuhi hukum, tidak mengganggu hartamilik orang lain, tidak ada orang yangmengambil emas itu atau sekedarmemindahkan emas tersebut dari tempatnya.

Ratu Buddhis yang mempunyai

kontribusi terhadap perkembangan agamaBuddha selanjutnya adalah RatuSmaratungga. Setelah ayahnyamenyelesaikan Candi Mendut, ia kemudianterobsesi untuk membangun candi yang lebihbesar. Namun, disayangkan ia wafat sebelum

pembangunan Candi Borobudur selesaikarena pembangunan Candi Borobudursendiri memakan waktu hingga sekitar satuabad. Ratu Smaratungga adalah yangmelanjutkan cita-cita luhur ayahnya. Di

bawah pemerintahannya, Candi Borobudurterselesaikan dengan sukses.

Sejak bangkitnya kembali agamaBuddha di Indonesia (tahun 50-an) sudahterbentuk seksi wanita buddhis dari berbagaivihara, hingga kemudian terbentukorganisasi dan koordinasi berbagai cabangyang berkembang di bumi nusantara. WanitaBuddhis Indonesia terbentuk pada tanggal14 Juli 1973. Sebagai pelopornya adalah

berkat jasa-jasa ibu yang bergerak dalamperkembangan wanita buddhis seperti IbuSujata, Ibu Vesakha Gunadharma, IbuDjamhir dan lainnya, generasi penerusmerasa perlu adanya koordinator danorganisasi yang mantap. Maka, pada tahun1976 di Bandung diadakan re-organisasidengan bantuan Sangha Agung Indonesiasehingga dapat dibentuk organisasi wanitabuddhis dan vihara-vihara yang tersebardalam 18 provinsi, sebagai wadah yang tetapbernama Wanita Buddhis Indonesia denganketua umum DR. Parwati Soepangat, MA.Bhante Ashin Jinarakhita atau Sukongpernah mengatakan: “Parwati itu putriSrikandi Buddhis asal Solo”.

Sebagian besar aktivitas wanitaBuddhis berdasarkan kerja sama dengankaum lelaki dalam aktivitas Dharma yang

hanya sewaktu dalam bentuk perayaan haribesar maupun pelayaan sosialkemasyarakatan umat Buddha melaluicetiya maupun vihara-vihara yang tersebar

(Bersambung di Hal. 49)(Bersambung di Hal. 49)(Bersambung di Hal. 49)(Bersambung di Hal. 49)(Bersambung di Hal. 49)

November 2005

Page 46: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 46/64

opini

“I love my mom. I guess everybody does. I know that she’s kinda “ bossy” , knows everythin‘bout me and scolds me when I do something bad. She can be annoying sometimes thoug(sorry mom ̂ |^ hehehehe…). I hate her when she yelled at me. But thinking it all over agaishe’s just a human being, like me. I also can loose my temper sometimes. Then what makes have the right to hate her? I love my mom b’coz when the first time she delivered me in th

world, I’ve been a burden for her 9 months and she risked her life for me! Thanks Mom! HapMom’s daY! LuV ya! [^@^]

Suatu hari, Mama meneleponku dan mengatakan bahwa Mama divonis kanker. Mulut dalidahku terkunci, tidak tahu mau ngomong apa. Saat itulah, untuk pertama kalinya, aku basadar betapa pentingnya seorang ibu bagiku. [Ch1n]

Talk ‘bout mom, huh?!Well… Mom is the closest & greatest figure to me in our big family. She’s the one who’s supportinme to continue my study at the island of Java. There was a precious moment that made me fe

so touched, at the time when I was about to leave my hometown to continue my study. At thtime my mother was crying silently. When I knew that, my tears started to fall down. It was thtime; I really felt how much her love to me. Thanks mom, for everything u gave all this timeHappy Mommy’s Day (this is one of the greatest gift I can give for u).Luv u always. [Lyank^-^]

Berbeda dengan kebanyakan teman-teman lainnya, saya tidak mendapat dukungan orantua sewaktu dating ke Jogja. Walaupun demikian, saya tetap ngotot untuk pergi. Terlepas daapa yang telah saya dapatkan dan berikan semampu saya, masih tersisa perasaan bersala

Berbeda dengan teman-teman lainnya yang memiliki hubungan yang akrab dengan ibu mereksaya tidak memiliki hubungan yang demikian. Namun, saya tetap merasa hormat dan dengahati yang tulus menginginkan agar mereka bahagia. [Jc]

MamaWhen the first time I could recognize this world, the first one I did recognize was You. When I asick, the first one I remember is You. When I’m fear and in terrible troubles, the first one I wato seek a refuge in is You. When I have a wonderful experience, the first one I want to share wiis You. When I arrive at Polonia, the first one I want to see and embrace is You. When our mobeloved papa had gone, the first one I wanted to give all my faith to was You. When I’m succes

the first one I want to thank is You. When I can’t draw much at ATM in the particular time, thfirst one I remember is You, too. And many more. Mom, I love u. You’re everything for me. You athe first in my life. [Benny‘03]

Seseorang yang bisa diajak bertengkar.Seseorang yang selalu mengkhawatirkan kita.Selalu menunggu di rumah dengan tangan terbuka.Seseorang yang takkan bisa kubalas budinya sampai kapan pun. [ts]

(Bersambung di Hal. (Bersambung di Hal. (Bersambung di Hal. (Bersambung di Hal. (Bersambung di Hal.

Mereka Bilang, Ibu Itu...

Page 47: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 47/64

Seorang ibu memang memiliki jasa

yang amat besar terhadap keberadaan anak.Ia rela mempertaruhkan nyawanya ketika iamelahirkan sang anak. Dalam tradisiBrahmanisme, seorang ibu tidak memilikikekuasaan apa pun dalam mendidik anak.Hanya sang ayah yang mempunyai kekuasaanuntuk mendidik anak. Sebaliknya, agamaBuddha memandang bahwa seorang ibumempunyai pengaruh dan peranan yang cukupsignifikan dalam mendidik anak. Ia juga

memiliki posisi yang setara, mempunyai hakyang sama dalam mendidik, membina,membesarkan anak. “Kesetaraan ibu dan ayahdalam peran sebagai orang tua adalah menjadiguru yang mendidik dan mengajarkan anak-anaknya untuk selalu bertindak benar,berperilaku yang sesuai dengan aturan dannorma, serta menganjurkan untukmenghormati orang yang lebih tua. Ayah danibu dihormati dan dijunjung laksana dewabrahma ( pubbadevat), laksana guru bijaksana( pubbacariya) yang patut mendapatpersembahan” (A.II. 69).

Orang tua berperan penting dalammendidik anak agar anak tidak mengikutiarus, dan bahkan dapat melawan arussehingga anak bertindak secara positif. Sang

Buddha bersabda, “Tinggal yang sesuai,

bergaul dengan orang-orang yang baik,mampu menyesuaikan diri atau penempatandiri yang baik dan banyak berbuat kebajikan.”(A. IV;31). Sehingga Buddha memandang ibudan ayah memiliki kesetaraan, hak dankewajiban dalam mendidik, merawat, danmembesarkan anak. Tak satu pun dan merekayang dianggap paling berkuasa, palingbertanggungjawab terhadap keberadaananak.

Tiada seorang pun yang tidakdilahirkan melalui ibu. Ibu yang pertama kalimemberikan cinta, cinta kasih sejati,mengasuh, dan mengorbankan segalanya.“Bagaikan seorang ibu yang mempertaruhkan jiwanya melindungi anaknya yang tunggal”(Karaniyametta Sutta). Cinta kasih seorang ibuadalah cinta yang memberikan pengorbanantanpa pamrih. Cinta yang selalu memberiadalah cinta tanpa pamrih ibu sejati. Cintakasih yang tanpa pamrih inilah yangmenyebabkan semuanya menjadi hidup.Bagaimana jadinya hidup ini akan dapatbertahan terhadap kematian kalau seorang ibutidak mau memberi tanpa pamrih, bagaimana jadinya hidup ini tanpa adanya cinta kasih ibu?Tanpa cinta kasih, hidup ini tidak akan dapat

Wanitdalam

SifaKeibua

Oleh Bhikkhu Vajhiradha

November 2005

Page 48: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 48/64

bertahan dari liang kubur.Karena ibu merupakan lambang dari

cinta kasih, cinta sejati, maka berkahkehidupan ini juga ada di tangan ibu. Karenaitulah, surga dikatakan ada di telapak kaki

ibu. Begitu seorang ibu berkata, “Kau bukananakku lagi,” maka pada saat itu api nerakasudah mulai menyala perlahan-lahan di dalamanak yang durhaka terhadap ibunya tersebut.Tetapi bilamana seorang anak menghormatiibunya, ibaratnya ia bersujud di bawah kakitelapak ibunya, makasurga akan terwujud didalam kehidupan si anak.

Raja Dharma (Sang

Buddha) pun dilahirkanibu-Nya dengan penuhkasih sayang di tengahperjalanan ke Devadaha;Sivali yang mencapaiarahat pada wakturambutnya dicukur,dilahirkan ibunya yangtelah dengan menderita mengandung selamatujuh tahun, tujuh bulan, tujuh hari; demikian juga Anggulimala (Ahimsakha) yangsebaliknya akan membunuh ibunya sendiri,dilahirkan ibunya dengan penuh rasa kasihsayang yang sejati. Jika kita merenungkandengan pikiran jernih, setiap orang telahmendapatkan cinta kasih dan kasih sayangyang sejati dari seorang wanita, yaitu seorangibu, walaupun hanya sebentar. Tiada oranglain selain ibu, dapat memberikan permata

yang melebihi itu dari segalanya.Ibu sejati yang pertama kali melatihsila kepada putra-putrinya, yangmenumbuhkan hiri dan ottappa (malu berbuat jahat dan takut akan akibat perbuatan jahat).Ibu sejati merupakan pendukung masyarakat,

ibarat jika ayah sebagai atap bangunan, ibusesungguhnya tiang bangunan yang menjiwaikeluarga. Banyak masyarakat tercela,keluarga tercerai berai dan remaja berhatikacau karena kurangnya kasih sayang ibu.

Arahat Mogallana terkenal memiliki iddhi (kekuatan gaib) yang luar biasa, setelahberkali-kali meloloskan diri dari ancamanperampok akhirnya dengan penuh kesadaranmenerima kematian yang sangat mengerikan.Beliau dibunuh, tubuhnya dipotong-potong

hingga hancur berkeping-keping, akibat buahgaruka kamma  yangmengejarnya. Iddhi yang

luar biasa tidak dapatmenghapuskannya—garuka kamma  yangd i t u m b u h k a nMoggallana padabeberapa kelahiranterdahulu, di mana beliausampait hati membunuh

ibunya karena hasutan temannya.Penghormatan dan cinta kasih untuk

ibu sesungguhnya jauh tidak berarti bagi jasabeliau yang sejati. Melayani ibu dengan penuhkasih sayang, dengan keinginan untukmembahagiakan ibu sebagai pembawa jasautama, hanyalah kebahagiaan yang keciluntuk pengorbanan yang sejati. BodhisattvaSiddharta dalam kelahiran yang dahulu pernahhampir mati terpanah racun, karena mencarisusu di antara kijang-kijang untuk ibunya yang

buta. Sebagai seorang pertapa, Beliau jugapernah membagi dana makanan yangditerima, semata-mata untuk ibu kandungnyayang menderita.

Arahat Sariputra siswa utama Buddhadituduh memberi contoh yang menyesatkan

Namun terdapat suatu yangNamun terdapat suatu yangNamun terdapat suatu yangNamun terdapat suatu yangNamun terdapat suatu yangtertinggi; didikan dari seorangtertinggi; didikan dari seorangtertinggi; didikan dari seorangtertinggi; didikan dari seorangtertinggi; didikan dari seorangibu yang tiada bandingnya,ibu yang tiada bandingnya,ibu yang tiada bandingnya,ibu yang tiada bandingnya,ibu yang tiada bandingnya,adalah menghantarkan putra-adalah menghantarkan putra-adalah menghantarkan putra-adalah menghantarkan putra-adalah menghantarkan putra-putrinya ke jalanputrinya ke jalanputrinya ke jalanputrinya ke jalanputrinya ke jalan  pabbajja pabbajja pabbajja pabbajja pabbajja ,,,,,memberikan kesempatan bagimemberikan kesempatan bagimemberikan kesempatan bagimemberikan kesempatan bagimemberikan kesempatan bagiputra--putrinya untuk berlatihputra--putrinya untuk berlatihputra--putrinya untuk berlatihputra--putrinya untuk berlatihputra--putrinya untuk berlatihdan melepaskan hidupdan melepaskan hidupdan melepaskan hidupdan melepaskan hidupdan melepaskan hidupdumawi, melangkahkan kakidumawi, melangkahkan kakidumawi, melangkahkan kakidumawi, melangkahkan kakidumawi, melangkahkan kakike jalan pembebasan.ke jalan pembebasan.ke jalan pembebasan.ke jalan pembebasan.ke jalan pembebasan.

artikel

November 2005

Page 49: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 49/64

47

umat. Setiap memasuki tidur, setelahmenghormat Sang Tri Ratna, beliaumelakukan namaskara ke arah tertentu.Arahat Sariputra menjelaskan di hadapanBuddha bahwa ia menghormat ke arah di

mana ibunya tinggal, dan Buddha memujiperbuatan mulia ini. Namun, Buddha telahmemberikan jasa yang tertinggi denganmemberikan khotbah Dharma setelah tujuhtahun mencapai penerangan sempurna,datang ke surga Tavatimsa di mana ibunyayang meninggal tujuh hari setelah melahirkanbeliau, yang lahir di Tusita Loka, berkunjung juga ke Tavatimsa ini dengan penuh cintakasih. Buddha memberikan Dhamma

kebebasan kepada ibu-Nya dan akhirnyabeliau mencapai kebebasan. Ini adalahbentuk penghormatan yang tertinggi dariseorang anak terhadap ibu-Nya.

Ibu sejati dituntut pada setiap zaman,yang sudi memberikan pengorbananmendidikan dan segala-galanya untuk putra-putrinya dengan penuh cinta kasih tanpapamrih. Namun terdapat suatu yang tertinggi;didikan dari seorang ibu yang tiadabandingnya, adalah menghantarkan putra-putrinya ke jalan  pabbajja, memberikankesempatan bagi putra--putrinya untuk

berlatih dan melepaskan hidup dumawi,melangkahkan kaki ke jalan pembebasan.Sungguh sifat sejati manusia dari seorangibu yang telah memberikan nilai yangtertinggi untuk putra-putrinya. Itulah langkah

menuju akhir dari derita, terpotongnyakelahiran kembali untuk selama-lamanya.

Cinta ibu dari sifat kewanitaanyaadalah cinta yang pertama dirasakan umatmanusia, dan merupakan akar dan semuacinta. Ibu adalah guru pertama yangmengajarkan pemahaman makna cinta dancinta adalah pelajaran yang terpenting didalam kehidupan. Tanpa ibu (juga ayah),umat manusia maupun mahluk hidup tidak

akan mengenal cinta. Berterimakasihlahkepada ibu karena dari ibulah, kita mengenalcinta bagi semua makhluk. Melalui ibu, kitadapat belajar konsep tentang pengertian dankasih sayang untuk yang pertama kalinya,ibu adalah dasar bagi semua cinta. Cintaorang tua adalah sepanjang jalan tanpabertepi, dan tidak mengharap balas budi,tetapi sebagai seorang anak harus wajibmenghormati, menghargai, membantu orangtua, bahkan menyokong orang tua, anak danistri, bekerja bebas dari pertentangan; itulahberkah utama (Manggala Sutta).

November 2005

Page 50: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 50/64

 48

DDDDDi kalangan muda-mudi Vihara Buddha Prabha, mungkin tidak banyak yangmengenal betul sosok seorang Ibu Yutarto (50 tahun, selanjutnya disebutBu Yu-red). Seorang wanita kecil yang tampak renta, jauh lebih tua dari

usianya yang baru memasuki setengah abad. Dalam kesibukannya sehari-hari di viharaterutama dalam hal kebersihan, Bu Yu justru merasa pekerjaan seperti itu bukanlah beban.“Nggak, gak pernah ngerasa gimana-gimana. Pokoknya senang aja di sini,” katanya.

Barangkali juga banyak yang tidak tahu kalau wanita yang berasal dari sebuahdesa di Wonosobo ini sangat dekat dengan Pakme Santoso (selanjutnya disebut

Pakme-red). Saat pertama kali datang ke Jogja, ia bekerja sebagai perawatcucu Pakme yang baru berusia satu minggu di rumah Pakme, jalan

Malioboro. Pada tahun 1993, Pakme yang sudah menetap di vihara BuddhaPrabha, mulai menderita sakit parah (penyakit lever-red). Mulai saat itulahatas permintaan Pakme, Bu Yu bekerja dan menetap di vihara. Sewaktu

Pakme masih ada, Bu Yu merawat Pakme dengan sungguh-sungguh mulaidari mandi, makan, berjalan sampai tidur. Sejak saat itu, ia sudah tinggal

di vihara lebih dari 10 tahun.Karena sudah ikut dengan Pakme selama 25 tahun,

memorinya akan Pakme sulit sekali hilang. Bahkan adapengalaman aneh dari Bu Yu ketika Pakme baru saja meninggal(18 Oktober 1994-red). Waktu itu, selama 7-10 hari sejak Pakme

meninggal, ia merasa ketakutan tinggal di vihara dan susah tidurkarena melihat bayangan Pakme di kamarnya seolah-olah masihada di sana. Setelah lewat dari 10 hari, peristiwa itu tak terjadilagi sampai sekarang. “Sekarang udah nggak lagi,” katanya

sambil tertawa. Namun, satu hal yang sangat berkesan di hati Bu Yu adalah sifat Pakmeyang lembut dan baik sehingga patut diteladani. “Aku seneng orangnya itu gak pernah pakekata-kata kasar.”

Seiring bertambahnya usia, kondisi kesehatan Bu Yu pun semakin menurun. Kadargula dalam tubuhnya mulai bermasalah dan dokter menyuruhnya untuk pantang beberapa jenis makanan. “Kata dokter penyakit gula, dua bulan lalu baru periksa di Wonosobo.” Bu Yu

yang mendapat upah Rp 275.000,- per bulan, melakukan pengobatan hampir tiap duabulan sekali di sebuah klinik di Wonosobo. Perjalanan untuk pulang ke Wonosobo tidaklahmudah. Ia harus naik bus 3 kali, mulai dari terminal Giwangan untuk singgah di Magelang,kemudian melanjutkan perjalanan lagi sampai ke terminal Binangan, Wonosobo.Sesampainya di sana, Bu Yu masih harus 1 kali lagi naik bus agar sampai ke desanya,Getas. Seluruh perjalanannya ke kampung halaman memakan waktu kurang lebih 4 jam.

Ibu YutartoSeorang Ibu tua yang bekerja mengurus Vihara Buddha Prabha

November 2005

Page 51: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 51/64

liputan eksklus

Selain saat berobat, Bu Yu juga pulang ke desanya waktu lebaran tiba. Di harituanya nanti, ia berkeinginan untuk pulang ke kampung halamannya. Di sana, salah satukeponakannya pernah memintanya untuk menjaga anaknya yang masih kecil. “Kalo gakngejaga anaknya ponakanku, yah bisa bantu jualan sayur di pasar,” kata Bu Yu. Sampaisekarang, Bu Yu masih senang dan betah tinggal di vihara. “Senang liat muda-mudi di sini.

Baik-baik anaknya,” ujarnya sambil tersenyum ceria di balik raut wajahnya yang keriputdan sedikit lesu, mungkin karena lelah atau juga karena penyakitnya. [Hendri]

....di Indonesia. Kenyataannya hanya ada seorang Bhikkhuni Sangha di seluruhpulau Jawa, yang pertama kali ditabiskan oleh Ven. Ashin-Jinarakhita Maha Nayaka SanghaAgung Indonesia, yaitu Bhikkhuni Jinakumari Theri Nayaka di Vihara Nagasena, Sindang-

Laya, Cipanas, Jawa Barat. Disusul oleh Bhikkhuni Dharmagantha dan BhikkhuniDharmagiri. Kini, Bhikkhuni Sangha yang masih ada, yaitu Bhikkhuni Nyana Santi Thendan Bhikkhuni Nyana Pundarikha Then, Nayaka Sangha Agung Indonesia dan bhikkhunilainya. Bhikkhuni Sangha lainya ada di Medan, Sumatera Utara, tepatnya di Vihara MahaMauggala. Mereka ditabiskan di Taiwan pada tahun 1981 sebagai Bhikkhuni Padma DanaSasmita, Bhikkhuni Bgo Me Ngo, Bhikkhuni Tan Meng Kie, dan Bhikkhuni Fan Sioe Jin yangberaliran Sangha Mahayana.

Pergerakan organisasi wanita Buddhis berkembang pesat setelah suksespelaksanaan kongres yang dibuka oleh Ibu Tien Soeharto pada tangal 14 Pebuari 1987,yang berganti nama Keluarga Besar Wanita Buddhis Indonesia (KBWBI). Sebagai ketuaumum, Ibu DR. Parwati Soepangat, MA., dengan ketua-ketua Sri Utami Oka Diputhera, Dr.Somali Tamsil, dan Ariyani Wijaya, SH.; sebagai sekretaris Ir. Martine Sradaputta, VimaladewiSalim, SH, dan Dra. Soeyati Prawoto; dan bendahara Saniwati Haryanto Wijaya, RatnaMumiwati Tedja, dan Lilies Hasan Soenardi; serta dibantu oleh bagian-bagian lainya.

Sejalan dengan semangat reformasi dan pentingnya pembinaan serta konsolidasikaum perempuan, pada Munas VII Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) pada tanggal 24-26 Oktober 2003 di Pasuruhan, Jawa Timur, sidang komisi D membahas pemberdayaanwanita yang sepakat untuk menghidupkan dan mengembangkan kembali organisasi WanitaBuddhis Indonesia dan disahkan sebagai salah satu organisasi badan otonom MBI dan

Sekber PMVBI. Terpilih sebagai ketua umum Metta Sun Citradi dan Sekjend-nya PadmaDewi, S.Kom. DR. Parwati Soepangat, MA diangkat sebagai ketua kehormatan WBI dantetap menjabat sebagai ketua umum KBWBI.

Wanita Buddhis Indonesia sebagai bagian dari potensi perempuan Indonesiadiharapkan mampu menjawab tantangan dengan menampilkan keselarasan dan keserasiandi antara berbagai peran sehingga dapat turut serta mewujudkan masyarakat yang adildan makmur, sejahtera, dan bahagia yang berlandaskan spiritual Buddha Dharma.

 K  K  K  K  K ondisi dan Sikondisi dan Sikondisi dan Sikondisi dan Sikondisi dan Sikap Sosial…ap Sosial…ap Sosial…ap Sosial…ap Sosial…

(sambungan hal.43)(sambungan hal.43)(sambungan hal.43)(sambungan hal.43)(sambungan hal.43)

November 2005

Page 52: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 52/64

berita

Kebaktian—Para bhikkhu sedang memimpin

kebaktian ulambana yang diikuti oleh Ai-ai ViharaBuddha Prabha (10/08/05).

Umat yang mengikuti upacara ulambana di Vihara

Buddha Prabha sedang berdoa untuk sanak

keluarganya yang telah meninggal (10/08/05).

Upacara Ulambana (Chau Tu) diVihara Buddha Prabha

Rabu, 10 Agustus 2005 diadakanupacara ulambana di Vihara Buddha Prabhadengan diadakan kebaktian bersama Biksu

Sasanarakkhita (Suhu Teng Sin), BhanteArya Kusalo, Bhante Nyana Wibowo, BhanteSasana Bodhi, Bhante Nyana Shanti, dan Ai-ai Vihara Buddha Prabha. Pembacaan keng,di antaranya Kshitigarbha Sutta dimulaidari subuh hingga pukul 18.00 WIB. Upacaraulambana ini ditutup dengan pembakarankoper. Para umat (kebanyakan umat Buddhatradisi—red.) turut berpartisipasi dan

memesan tempat berupa altar untuk sanakkeluarga mereka yang telah meninggal.Upacara juga diselenggarakan untuk PakmeSantoso dan Biksuni Dharmaganta (SuhuTing Ling). Kegiatan ini merupakan salahsatu sumber pemasukan dana rutin utamavihara yang diselenggarakan tiap tahun.[red.]

Ziarah2 September 2005, muda-mudibersama ibu-ibu dan beberapa keluargaalmarhum, di antaranya Ibu WinantyaSudjas dan Ibu Aris Munandar, melakukanziarah ke beberapa makam para aktivisbuddhis yang telah merintis agama Buddhadi Yogyakarta dan sekitarnya. Makam yangpertama kali dikunjungi adalah R.Soerdarsono Soedjas—ayahanda Romo

Winantya Sudjas. Kemudian ziarah dilanjutkan ke makam Up. Ananda ArisMunandar.

Setelah berziarah ke kedua makam yang berada di Yogyakarta, rombonganmelanjutkan ziarahnya ke makam S. Hadi Soemarto dan Bp. Sudiyono yang beradadi Wonosari. Selanjutnya, dilakukan kebaktian bersama di rumah Ibu Kawi untuk

November 2005

Page 53: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 53/64

51

Menabur bunga—Ibu Winantya Sudjas sedang

menabur bunga di pusara R. Soedarsono Soedjas

pada kegiatan ziarah bersama muda-mudi GMCBP(02/09/05).

Belajar jurnalistik—Saudara Heriyanto seda

memberikan pelatihan jurnalistik kepada muda-mu

GMCBP (11/09/05).

mendoakan Ibu dan Bapak Kawi agardalam kondisi kesehatan yang baik.Ziarah diakhiri dengan tabur bunga di

salah satu pantai di daerah Baron, karenamenurut para peziarah masih banyakpahlawan-pahlawan perintis agamaBuddha yang telah meninggal yangabunya ditabur di laut. [red.]

Pelatihan JurnalistikDharma Prabha mengadakan

pelatihan jurnalistik untuk muda-mudiGMCBP yang dilaksanakan setiap hariminggu. Pelatihan ini dimulai dariminggu terakhir Agustus dan berakhir

sementara pada minggu terakhirSeptember. Pelatihan ini akan dilanjutkanpada bulan November. Adapun materi yangdipelajari antara lain dasar-dasar teoriBahasa Indonesia yang baik dan benarhingga penulisan karangan argumentasi,deskripsi, narasi dan teknik wawancara

Pelatihan ini dibawakan oleh Sdr.Heriyanto—seorang mahasiswa HukumUniversitas Gadjah Mada yang memilikikemampuan jurnalistik yang baik. Pelatihanini bertujuan untuk menjaring muda-mudiyang berbakat di bidang jurnalistik agardapat terlibat bersama Dharma Prabhakarena saat ini Dharma Prabha kekurangansumber daya manusia yang berkompeten

dan berkualitas di bidang tersebut. Namun,sangat disayangkan yang mengikutipelatihan ini hanya beberapa orang saja, sehingga tujuan yang diharapkan tidaktercapai sepenuhnya.[red.]

November 2005

Page 54: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 54/64

52

Siripada Puja—Umat sedang meletakkan bungateratai di kolam sebagai wujud penghormatan kepada

tapak kaki Sang Buddha (22/10/05).

Pemercikan air berkah—Bhante Sasana Bodhi

sedang memberikan pemberkahan kepada umat

menjelang selesainya upacara Kathina Dana 2549BE di Vihara Buddha Prabha (22/10/05).

Perayaan Kathina Dana 2549BE/2005 di Vihara BuddhaPrabha

Perayaan Kathina Dana 2549 BE diVihara Buddha Prabha dilaksanakan pada

hari Sabtu, 22 Oktober 2005. PerayaanKathina yang dihadiri oleh lebih dari 200umat, dimulai pada pukul 18.00 dan diawalidengan prosesi penyambutanpenganugerahan kitab suci Tripitaka.Sebanyak 121 kitab dibawa oleh umat,kemudian diletakkan di altar. Prosesi inidiiringi dengan pemukulan genta dangendang secara silih berganti dan

pembacaan Gatha Tisarana.Dalam perayaan ini dihadiri oleh lima

orang Bhante dan tiga orang samanera.Puja bakti Kathina dipimpin oleh BhanteKhemacaro dan dalam dhammadesananyaBhante menjelaskan makna perayaanKathina bagi umat Buddha. Dalamperayaan Kathina ini, setiap umatberkesempatan mempersembahkan dana

kepada anggota Sangha dengan diiringinyanyian yang dibawakan oleh tim paduansuara.

Perayaan Kathina Dana kali ini jugadirangkaikan dengan ritual penghormatanterhadap tapak kaki Sang Buddha ataudikenal dengan Siripada Puja. Pada ritualini dilakukan prosesi membawa bungateratai yang telah dilengkapi denganpersembahan lilin, bunga, dan dupa, dandiiringi dengan Gatha Tisarana. RitualSiripada Puja diawali dengan pembacaan

doa dan selanjutnya anggota Sangha beserta seluruh umat meletakkan bungateratai di kolam buatan yang terletak pada bagian depan Kelenteng Gondomanan.[Minerva]

November 2005

Page 55: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 55/64

53

Stand Mitr

Stand Siripada

Stand Kalyana P

Dana Usah

Stand Vidyaka

 Kesekretariatan

Stand Dharma Prabha

Pameran Foto

Stand GABVBP

Stand Upacarika

2 Oktober 2005 yang laluGMCBP menggelar kegiatan yangtidak pernah dilakukansebelumnya, yaitu Open HouseUnit. Pada kesempatan itu, GMCBPmembukakan diri kepadamasyarakat umum denganmemperkenalkan setiap bagianyang ada di GMCBP. Kegiatan inimengambil bentuk sepertipameran, di mana setiap bidangyang ada di GMCBP mendirikan stand -nya masing-masing yangmemiliki ciri khas masing-masing.Stand   yang ada yaituKesekretariatan, Vidyaka,

Upacarika, GABVBP, DharmaPrabha, Dana Usaha, Mitra,Siripada Puja, dan ditambah KalayaPutra. Selain itu, juga terdapat stand

pameran foto yang menampilkansekitar 80 foto koleksi DharmaPrabha. Objek foto yang ditampilkanantara lain kegiatan Sejuta PelitaSejuta Harapan, Waisak Candi Sewu

2005, kegiatan GMCBP, candi, danVihara Buddha Prabha zamanPakme Santoso. Pameran foto inimerupakan pameran foto yangpertama kali di Vihara BuddhaPrabha. [red.]

Open House Unit,

GMCBP 2005

Page 56: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 56/64

LLLLLife is a chance’s encounter. Itwas my 15th birthday; nothingspecial, no party, no celebration.

Barely did I realize that that day, October 3, 1995,would be the most defining day in my life. It justdawned on me years later that that day wouldshape the course of my life.

A week earlier, my dad was attendinghis high school reunion party. Life is a chance’s(read: karmic) encounter, really. Of thousands

attending the party, as destiny would have it, mydad was seated next to Mr. Lau Ping Hui, anerstwhile senior of his in high school, after some20 years of total loss of contact with him. Soon,they were found exchanging pleasantries, and,before long, got down to asking each other’s well-being hitherto. He told my dad he had beenteaching English for the last few years, andcordially invited my dad to send his son to studywith him… for FREE! For him, teaching English

is absolutely a labor of love.So, there I found myself sitting in a study

on Jln. Madong Lubis Dalam, Medan, on thatvery day, October 3, 1995. For the next ten months,I would study intensively under Mr. Lau, or, as Iwould affectionately call him later, Ping Hui Suk

Suk (Uncle Ping Hui), or simply Suk Suk (Uncle),

a poor-eyesighted English teacher in his midforties. As hinted by his name, he is a MedanChinese. When he was 29, a gas accidentrendered him almost blind, and he has sincethen, being incapable of readingnotwithstanding, learnt Englishautodidactically. He moved on to teach thelanguage a few years later.

Since day one, I have found myself to be in a meeting of mind with him. The way

he teaches is one in his own right, one in aclass of its own: no note taking, no examsand grades, no class promotion, somewhatpedantic, easily understood verbalexplanation by him, much practice rather thanthe Medan-patented learning-by-heart andcompulsory-jotting-down methods, a mix of pedantic English-language lessons and‘enlightenment’ sessions. He imbued me withvalues, principles I am holding now. His

edifying, lofty, altruistic ideals continue to bewell embedded in my mind. He has made medetermine my purpose of life. Suffice it to say,not only did he teach me sheer English, but healso ‘enlightened’ me. And, to top it all, heleads by example; he does not only preach. Inthe words of another student, he is a living

Mr. Lau:A Memory of

Today

There are a myriad of reasons fo

ceaseless gratefulness to Mr.

 Managing to attend and present a p

 in an international academic congre

Tokyo, Japan, late March 2005 (as se

this picture), is to name but one.

November 2005

Page 57: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 57/64

Buddha, a Buddha to the life (and, mind you,he has no vices!). Therefrom, I began to realizethe nobility of the teaching profession. “Once ateacher is always a teacher. There is no ex-teacher,” goes a philosopher. For me, when it

comes to Mr. Lau this shall forever hold true.Oh yeah, political discussion was our

daily bread. Surely enough, we did not alwayssee eye to eye. However, we never failed to agreeto disagree.

Of the universe of things I have learntfrom Mr. Lau, English alone has earned me anarray of advantages and accolades, frommaking myself the youngest teacher at threeEnglish courses when I was high school to

being the first runner-up in Asian-level lawstudent debate competitions conducted inEnglish. Countless have I received theresponse, “Then your teacher must be a nativespeaker of English,” when I replied, “The creditgoes to my English teacher,” to native-speakers-of-English’s credit for my English fluency. Asalways, it came as startling to them when Ianswered, “No, he is a local, a ‘pure’ Medan‘product’; and he is a literally almost-blind man.”David Farmer, a sympathetic and caringAmerican buddhist scholar with whom I stayedfor five days when I was in Thailand, once said,“Heri, if I have the chance to meet your Englishteacher someday, I will tell him that he hasbeen absolutely successful.” Until now, histrademark vocabularies (‘edifying books’,‘cultivate your mind’, ‘aim high’, ‘enlighten’,‘outargue’, ‘preach’, ’wisdom’, ‘lofty’, etc)

remain constituting major parts of my activevocabulary.

Of the manifold sweet memories I hadwith Mr. Lau, I would like to share one here.Once a year, as the Chinese New Year is aroundthe corner, the Chinese would observe thetradition of cheng chu, i.e. cleaning the house

thoroughly and embellishing it with New Year’sdecorations. Conventionally, this is carried outby every member of a household. An unmarriedand almost blind man he was, of course Mr.Lau could not duly observe such a tradition.

Therefore, on each Chinese New Year’s Eve hewould ask me to come to his house and helphim do the cheng chu. As much as he neededme in doing the cheng chu, I myself felt thedire need of expressing and performing my‘filial piety’ toward him. That’s why, for sixconsecutive years I never missed a single NewYear’s Eve helping him do the cheng chu.

Ping Hui Suk Suk, as you read thisaccount, I hope you know how much I want to

thank you for having played such a material,indispensable role in my life… for you are thereason I call my formative years my formativeyears. My parents have raised me up‘comprehensively’, so to speak (and have beenundoubtedly perfect ones at that); but you haveraised me up intellectually. Allow me to proudlyclaim that you are my intellectual parent, myteacher-cum-comrade-in-arms.

Today, on my 25th birthday, I stillbelieve that having known you on my 15th

birthday has been the greatest gift of allbirthdays in my life. Today, ten years on, I stilland will always put you on a pedestal… thehighest, grandest pedestal!!!

Suk Suk, I hope this little piece, longoverdue though it may be, stands testimony tothe memory of today, a memory owed to a timeten years back…

 As time and moments pass… just like a

 flash… my gratitude to you ever lasts…

Though now distance does us apart… you

are always in my heart…

Heriyanto, Sei Kera, Medan, October 3, 2005

english corn

November 2005

Page 58: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 58/64

data donatur 

Laporan Keuangan

Edisi 46

Donatur Edisi 47

Rencana Anggaran

Pengeluaran Edisi 47Biaya administrasi & Pajak Rp. 60,00

Biaya kirim dalam negeri Rp. 3,000,00

Biaya cetak (2000 exp) Rp. 7,000,00

Biaya Pengepakan Rp. 200,00

TTTTTotalota lota lota lota l R p .R p .R p .R p .R p .10 ,260 ,0010 ,260 ,0010 ,260 ,0010 ,260 ,0010 ,260 ,00

Saldo Awal Rp 19,775,771.75

Pendapatan:

Dana dari Donatur Rp 5,559,000.00

Pendapatan Bunga Rp 136,016.10

Pendapatan Iklan Rp 1,310,000.00

Total Pendapatan Rp 7,045,016.10

Pengeluaran:

Biaya Administrasi & Pajak Rp 49,703.22

Biaya Kirim dalam negeri Rp 2,715,300.00

Biaya Pengepakan Rp 83,525.00Biaya Cetak Rp 5,800,000.00

Biaya Operasional Rp 15,000.00

Biaya Pembelian Utilitas Rp 172,400.00

Pelatihan Jurnalistik Rp 184,270.00

Total Pengeluaran Rp 9,020,198.22

Dana Akhir Rp 17,800,589.63

Pembaca yang hendak menjadi donatur  da

langsung ditransfer ke rekening BCA

0371566766 , setelah itu dapat mengirimkansms untuk pengecekkan kepada bendahar

dp Eka (081328033360).

Untuk Pemasangan Iklan dapat menghubu

Linda (0813 28362422) dan Julifin (0818 027

6086).

Kritik dan saran dapat langsung disampaika

melalui sms ke 081802726086 

Nama Dana

Go Thik, Medan Rp 50,000

NN, Yk Rp 77,000

NN, Yk Rp 122,000 Agus Arben, Bagan Batu Rp 100,000

Sani Yanti, Ampel Rp 10,000

Suharni, Ampel Rp 10,000

3K, Yk Rp 20,000

Yunus Alias, Mdn Rp 50,000

Ibu Kawi, Wonosari Rp 100,000

Eka Rahayu Sartika Rp 50,000

Liem Djing Siong, ParakanRp 30,000

Rudyanto, Yk Rp 3300

Bina Jaya, Jakarta Rp 2,000,000

Tan Lie Ling

  & Keluarga, Medan Rp 100,000Liong Soei Tjin Rp 50,000

 Agusman Surya Rp 500,000

Megawati, Palembang Rp 50,000

Vika Rp 50,000

Yanto Setiawan Rp 50,000

Jakarta Rp 1,000,000

NN* Rp 225,000

Purwanto. S, Bekasi Rp 100,000

Yen Hun, Tangerang Rp 250,000 +

Total Rp 4,997,300

NN* = Gabungan donatur via transfer bank yang

tidak diketahui identitas donatur Ralat:

1. Dana dar i Paramitha sebesar Rp.

3.000.000,- pada edisi 46 seharusnya tidak

tercantum karena untuk sementara

Paramitha sudah tidak menjadi donatur tetap

Dharma Prabha.

2. Donatur NN* pada edisi 46 la lu yang

tercantum Rp. 2.535.000,- seharusnya

adalah bernilai Rp. 2.410.000,-

3. Dana atas nama Agung Sutr isno yang

tercantum pada edisi 46, seharusnya dana

untuk pemasangan iklan, bukan sebagaidonatur.

Seluruh kru Dharma Prabha minta maaf atas

kesalahan-kesalahan yang terjadi, mohon para

pembaca dapat memakluminya. Atas perhatiannya

kami mengucapkan terima kasih.

Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan nama,

alamat, ataupun nama donatur yang lupa tercantum

di atas.

November 2005

Page 59: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 59/64

 renunganSepuluh tahun sudah ke nangan indah aku lalui  Aku datang tanpa seberkas be kal maupun harta Hanyalah te kad semangat yang membara Untuk belajar Buddha Dharma, menyimbak ketidaktahuan 

Terde ngar sahdu alunan paritta suci Me nyejukkan jiwa raga yang lagi gundah Memancarkan ke damaian setiap insani Menunjukkan k ebe naran menghilangkan hati yang gelisah 

Ke kaburan pe ngertian hidup dalam dukkha Telah tersimbak di sini Kini ku tahu latihan k ehidupan samana Hidup se derhana penuh kewaspadaan 

Memahami k ehidupan yang pe nuh makna Kini meninggalkan ke nangan indah di lubuk hatiku Merenungkan arti k ehidupan dalam Buddha Dharma Memberikan k eteduhan dan kete nangan jiwa 

De ngan te kad dan se mangat jiwa raga Mengabdikan diri untuk perkembangan Buddha Dharma Dan membangunkan diri dari k egelapan Tuk terbebas dari dukkha  menuju k ebahagian 

 Aku datang tanpa apa-apa  Namun, aku pulang me mbawa be kal diri Sege ngam Dharma pe nuntun dalam hidup ini Untuk hari esok yang lebih baik dan se mpurna 

Se ntuhan Dharma-Mu yang mulia Membuka suasana k eraguan dalam kata De ngan Dharma yang terpancarkan 

Me nyadarkan diri dari k egelapan Sukkha  dan dukkha  silih berganti Me nce ngkram roda yang teramat hakiki 

 Namun, di bawah lindungan Sang Tri Ratna Hidup akan tentram dan bahagia dalam setiap perubahan 

Dari Dharma-Mu aku dapatkan  Jalan k ebenaran dan k e indahan Tuk me mahami hidup yang penuh dukkha Di mana dalam dukkha  ada k ebahagiaan yang tiada tara 

Tak terasa waktu telah berlalu me mbawa ke indahan 

Dalam belajar Dharma dengan menge nakan jubah Walau hanya se me ntara, sebatas k e mampuan yang ada 

 Namun, telah me nyimbak takbir k ehidupan Kini tak ada yang dapat kuberikan Kepada se mua yang telah berjasa 

 Atas segala jasa-Mu yang tiada tara Setulus hatiku bernamaskara Terucapkan lirih hati yang tulusTerima kasih, Guru pe mbimbing Dharma.

KenanganIndah

BelajarDharma

Oleh SujayantoOleh SujayantoOleh SujayantoOleh SujayantoOleh Sujayanto

Page 60: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 60/64

kalyana putra

LAPORAN KEUANGAN PROGRAMLAPORAN KEUANGAN PROGRAMLAPORAN KEUANGAN PROGRAMLAPORAN KEUANGAN PROGRAMLAPORAN KEUANGAN PROGRAMBEASISWBEASISWBEASISWBEASISWBEASISWA KA KA KA KA KALALALALALYYYYYANA PUTRAANA PUTRAANA PUTRAANA PUTRAANA PUTRA(AGUSTUS 2005-OKTOBER 2005)(AGUSTUS 2005-OKTOBER 2005)(AGUSTUS 2005-OKTOBER 2005)(AGUSTUS 2005-OKTOBER 2005)(AGUSTUS 2005-OKTOBER 2005)

1. Saldo A1. Saldo A1. Saldo A1. Saldo A1. Saldo Awalwalwalwalwal Rp 7.532.361Rp 7.532.361Rp 7.532.361Rp 7.532.361Rp 7.532.3612. P2. P2. P2. P2. Pendapatanendapatanendapatanendapatanendapatan

PPPPPendapatan Bungaendapatan Bungaendapatan Bungaendapatan Bungaendapatan Bunga Rp 113.657Dana dr Open House KPDana dr Open House KPDana dr Open House KPDana dr Open House KPDana dr Open House KP Rp 185.000Dana DonaturDana DonaturDana DonaturDana DonaturDana DonaturSTIE IBII Rp 4.560.000Carolin Wulan Sari Rp 100.000Rinawati Rp 400.000Lisya Rp 100.000

Wenny Rp 100.000Enny, Tangerang Rp 750.000Guna Dharma Rp 300.000Eka Rahayu Sartika Rp 150.000Chairil Kennedy Rp 150.000Manggala Rp 50.000Johannes Rp 250.000Thomas Rudi Rp 900.000Souw Hang Heng Rp 500.000TTTTTotal Potal Potal Potal Potal Pendapatanendapatanendapatanendapatanendapatan Rp 8.310.000Rp 8.310.000Rp 8.310.000Rp 8.310.000Rp 8.310.000

3. P3. P3. P3. P3. PengeluaranengeluaranengeluaranengeluaranengeluaranBiaya Adm. Tabungan Rp 45.230Biaya Beasiswa Rp 6.950.000Biaya Kesekretariatan Rp 124.600Biaya Telepon Rp 54.600Biaya lain-lain Rp 85.000TTTTTotal Potal Potal Potal Potal Pengeluaranengeluaranengeluaranengeluaranengeluaran Rp 7.259.430Rp 7.259.430Rp 7.259.430Rp 7.259.430Rp 7.259.430

4. Saldo Akhir4. Saldo Akhir4. Saldo Akhir4. Saldo Akhir4. Saldo Akhir Rp 8.881.588Rp 8.881.588Rp 8.881.588Rp 8.881.588Rp 8.881.588

Untuk tiga bulan terakhir ini, Kalyana Putra selain memberikan beasiswa danpengajaran kepada anak asuh, Kalyana Putra juga melakukan pemberdayaan terhadapalumni anak asuh Kalyana Putra. Bentuk pemberdayaan yang dilakukan adalah memberikanbantuan modal untuk membuka warung sembako kepada Sutarni—mantan anak asuhKalyana Putra dan saat ini menjadi pengurus Kalyana Putra yang menangani semua anak

asuh Kalyana Putra di Panggang. Modal tersebut tidak diambil dari dana Kalyana Putra,tetapi diperoleh dari beberapa donatur yang mengenal Sutarni, seperti Hery Subandar (DuniaPlastik). Bantuan tidak diberikan dalam bentuk uang, namun dalam bentuk barang awalyang dapat diperdagangkan. Kalyana Putra berharap anak asuhnya tidak hanya meneruskanpekerjaan orang tuanya sebagai petani, namun juga melakukan inovasi yang baru, sepertiberdagang.

Page 61: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 61/64

pelajaran kecil

Seorang bhikkhyang bodomenginginka

ketenaran yankeliru, ing

menonjol di antapara bhikkhu, ing

berkuasa dalawihara-wihara, da

ingin dihormaoleh semu

keluarg(DhammapadaBala Vagga, 7

November 2005

Page 62: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 62/64

When the first time I had a girl friend, my mother didn’t agree with me to have a relationship wither. She worried about my study that the girl friend would disturb my study activities and makme not concern to my study. She said that it wasn’t too late if I had a girl friend ten years later.disputed with her about this that made me have a long conflict with her until we didn’t talk onanother for a few days because I decided choosing to be with my girl friend; and placed me in a

wrong positions for my guilty feeling of my decision. I realize that all is for my own good. I knowthat it is very difficult to make the both sides feel satisfy of our decision that one of our choicewon’t hurt one of them, but actually my mother is my higher priority to consider far from the otheI always want to give the best things to my mother, such as I always show my best achievementin my study. But, I still haven’t been able to do the most important things for her that is moruseful for her forever that are sharing Dharma with my mother and making her have a goounderstanding of this life based on Dharma. My mother knows that I’m very active in Buddhist’activities and I think that she must be proud of two of her sons being the leaders of Buddhist’organizations. [fin]

Mom? Mama? Amak? Lau Bu? Yup, she is the greatest woman in da world. I believe everybodthinks so. She has unlimited reasons to love and protect her children. I’m very close to her. Noonknows me better than she does. She looks like having a sixth sense coz’  I can’t hide somethin

from her. I think that’s cool when my friends called me “anak mami”. Although sometimes she ioverprotecting, she is never too pushy. She also has a sense of humor. She always tells me and msis jokes. Mom, I miss your jokes and red bean soup, haha… Please forgive all of my faultsThanks for everything you have done for me. Happy mama’s day. Luv ya forever!! I hope everybodwho reads this will respect and love his mom. Please tell your mom how much you love heRemember, time is waiting for no man. [>>>jimz]

 Mereka Bilang, … Mereka Bilang, … Mereka Bilang, … Mereka Bilang, … Mereka Bilang, …(sambungan hal. 44)(sambungan hal. 44)(sambungan hal. 44)(sambungan hal. 44)(sambungan hal. 44)

Page 63: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 63/64

Page 64: Dharma Prabha 47

7/23/2019 Dharma Prabha 47

http://slidepdf.com/reader/full/dharma-prabha-47 64/64