dock_bab ii tinjauan pustaka

Upload: lilinkecil

Post on 10-Oct-2015

37 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

2

TRANSCRIPT

  • 7BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    1. Pengertian Dock

    Dock adalah sebuah tempat di atas atau di air yang dibatasi

    oleh dinding (dermaga) atau dua buah dinding yang di dalamnya

    sebuah kapal yang mula-mula terapung akan dapat duduk terletak

    di atas bantalan yang sudah disiapkan sebelumnya. Cornick, Henry

    F. (1968) mengklasifikasikan dock berdasarkan perbedaan

    karakteristik lebar dan fungsinya dalam 3 kelas utama yaitu :

    a. Wet docks

    b. Dry or graving docks and slip docks or slipways

    c. Floating docks

    2. Macam-Macam Dock

    a. Wet Dock

    Cornick, Henry F. (1968) menyatakan wet dock merupakan

    sebuah kolam untuk menampung kapal-kapal, di mana air di

    dalamnya dibatasi dan dipertahankan pada suatu ketinggian yang

    diinginkan dengan menutup pintu-pintu jika pasang surut mulai

    datang. Dengan demikian diusahakan kapal dapat diikat ke tempat

    tambatan dalam wet dock untuk mempertahankan secara

    pendekatan ketinggian selama dimuati dengan mengabaikan

    ketinggian pasang surut air di luar dock.

  • 8b. Dry Dock

    Cornick, Henry F. (1968) menyatakan dry dock adalah

    sebuah kolam sempit atau tempat yang dapat digenangi air

    sehingga kapal dapat terapung di dalamnya, kemudian melalui

    saluran yang ada, air dibuang keluar sehingga platform menjadi

    kering. Dry dock dipergunakan untuk membangun, memperbaiki

    atau memelihara kapal-kapal.

    c. Floating Dock (Dok Apung)

    Adalah suatu bangunan konstruksi yang dipasang dari

    sebuah atau beberapa kompartemen yang kedap air pada sisi-

    sisinya dan terbuka pada kedua ujungnya. Dapat ditenggelamkan

    dengan mengisi kompartemen tersebut dengan air dan kapal akan

    memasukinya pada saat bangunan tersebut tenggelam. Dan akan

    ke permukaan air lagi (timbul) dengan jalan memompa air keluar

    dari kompartemen-kompartemen. Pada umumnya dock apung

    dibuat dengan konstruksi baja, yang berupa bangunan berbentuk

    pontoon, sehingga dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat

    lain dengan ditarik Tug Boat. Kedudukan dok apung terhadap

    permukaan air dapat berubah sesuai kebutuhan. Hal ini berarti

    adanya sistem pontoon yang merupakan ciri khusus dari setiap

    dock apung. Ukuran bervariasi dari kecil (ratusan ton) sampai yang

    besar (ribuan ton). Dibandingkan dengan dok gali / kolam, biaya

  • 9pembuatan dok apung relatif lebih rendah, tetapi biaya operasi dan

    pemeliharaan lebih tinggi.

    Pada prinsipnya menurut Cornick, Henry F. (1968) ada dua jenis

    konstruksi dari floating dock:

    1) Jenis Box Dock yaitu sebuah konstruksi pontoon

    yang tidak terpisah-pisah menjadi beberapa pontoon sampai

    kedua sisi dinding floating dock.

    2) Jenis Self Dock yaitu konstruksi pontoon yang

    dipisah-pisahkan menjadi beberapa bagian pontoon,

    sehingga salah satu pontoon bisa diangkat apabila

    membutuhkan perawatan / perbaikan.

    Kelebihan floating dock adalah:

    1) Lebih fleksibel karena dalam pengoperasiannya dapat

    menerima kapal trim maksimum 3.

    2) Floating dock dapat dipindah-pindahkan sesuai

    Gambar-1 ( Floating Dock )

    Sumber dari Internet simplonpc.co.uk

  • 10

    kebutuhan.

    3) Waktu pembuatan konstruksi lebih cepat

    dibandingkan dengan graving dock.

    4) Tidak tergantung pada kondisi struktur tanah.

    Kelemahan floating dock adalah:

    1) Banyaknya persyaratan yang bersifat membatasi

    operasi suatu dock apung (perairan di mana dock apung

    berada harus cukup dalam, tidak ada arus berlebihan, tidak

    ada angin berlebihan, tidak ada gelombang yang

    berlebihan).

    2) Membutuhkan pengetahuan khusus dalam perawatan

    rutin.

    d. Graving Dock (Dok Kolam)

    Adalah sebuah lubang di pantai (di tepi air) yang tertutup

    dengan dinding- dinding dan memiliki lantai. Ke dalamnya sebuah

    kapal dapat terapung untuk dilaksanakan pembersihan badan

    kapal bawah garis air dan reparasi. Sesudah kapal memasuki

    dock, pintu masuk ditutup dengan dinding penutup yang terapung.

    Selanjutnya dok dapat dikeringkan dengan memompa air keluar

    dari dalam dok tersebut. Graving dock dapat juga bekerja sebagai

    galangan tempat pembuatan kapal. Graving dock pada umumnya

    dinding-dinding sisi samping dan belakang terdiri dari bangunan

    beton bertulang dan dasarnya juga terdiri dari bangunan beton

  • 11

    bertulang yang telah dipasang paku-paku bumi (concrete pile).

    Sedang pintu penutupnya dibuat dari plat baja, yang

    konstruksinya dibuat sedemikian rupa, sehingga pintu tersebut

    dapat mengapung, karena pintu penutup ini dilengkapi tangki-

    tangki ballast yang digunakan untuk menenggelamkan dan

    mengapungkan pada waktu pengoperasiannya dan dilengkapi

    dengan katup-katup (valves) dan pompa-pompa. Sebelum kapal

    dimasukkan ke dalam graving dock, maka dock diisi air dengan

    cara membuka katup. Setelah permukaan air di dalam graving

    dock sama dengan perairan bebas, maka pintu (gate) dibuka

    dengan cara digeser dengan bantuan kapal tunda sehingga kapal

    dapat masuk. Kapal didudukkan di atas keel block yang telah

    direncanakan sebelumnya, kemudian pintu graving ditutup lagi dan

    air di dalam graving dock dipompa keluar.

    Pada bagian bibir pintu yang bersinggungan dengan bibir kolam

    Gambar-2 ( Graving Dock )

    Sumber dari Internet robertarood.wordpress.com

  • 12

    (graving dock) diberi packing dari karet untuk memperoleh

    kekedapan pada waktu air di dalam kolam kosong.

    Kelebihan graving dock adalah:

    1) Merupakan fasilitas bangunan permanen yang

    dirancang untuk dapat dipergunakan dalam waktu yang

    lama, bahkan bisa lebih dari 50 tahun.

    2) Biaya perawatan dan biaya operasional lebih sedikit

    dibandingkan dengan floating dock.

    Kelemahan graving dock adalah:

    1) Biaya pembuatan awal lebih besar bila dibandingkan

    dengan floating dock.

    2) Dalam perancangannya harus benar-benar

    terencana, tidak bisa mengalami perubahan susunan sama

    sekali.

    3) Tingkat kesulitan dalam pembuatan pondasi graving

    dock, akan sering menimbulkan permasalahan serius pada

    graving dock.

    e. Ship Lift

    Ship lift pada dasarnya adalah sebuah type dari dry dock

    yang dinaik turunkan. Landasan tempat pengerjaan kapal-kapal

    pada ship lift yang biasanya disebut platform, diturunkan ke bawah

    air secara vertikal dan dihentikan pada kedalaman tertentu. Kapal

  • 13

    yang akan naik dock, diapungkan ke atas platform yang telah

    ditenggelamkan dan akan dinaikkan kembali sampai kapal dan

    platform seluruhnya berada di atas air. Platform tersebut yang akan

    menyanggah kapal selama pekerjaan docking, dinaikkan dan

    diturunkan dengan pesawat pengangkat (hoist) yang dapat

    dikendalikan dan digerakkan dengan bantuan kabel tali baja atau

    rantai.

    Prinsip kerja ship lift sama seperti lift pada umumnya. Dalam

    proses pengedockan, kapal diletakkan pada suatu platform yang

    sudah direncanakan dan sesuai dengan ukuran panjang kapal.

    Kemudian platform bersama kapal yang sudah duduk di atas

    ganjalan dinaikkan / diturunkan. Untuk membawa kapal di atas

    platform yang dilengkapi rel ke darat ditarik dengan mobil. Ship lift

    dilengkapi dengan sistem transfer yang sesuai. Kapasitas ship lift

    Gambar-3 ( Ship Lift )

    Sumber dari Internet bardex.com

  • 14

    sangat terbatas mulai ratusan ton sampai beberapa ribu ton saja.

    Kelebihan ship lift adalah bentuk perlengkapan dan

    pengoperasiannya sederhana.

    Kelemahan ship lift adalah tidak dapat menahan kapal dan

    melaksanakan perbaikan kapal dalam waktu yang sama,

    hanya untuk menaikkan dan menurunkan kapal dari atau ke

    dalam air.

    f. Slip Way (End Lounching)

    Sebuah tempat yang miring terletak di tepi pematang,

    sebuah sungai atau di pantai dan diperlengkapi dengan rel-rel, lori-

    lori dan mesin penggulung tali dan di antaranya kapal dapat ditarik

    / diseret untuk pelaksanaan bottom cleaning maupun reparasi.

    Slipway (marine railway) dibangun tegak lurus terhadap pematang

    tersebut dan kapal-kapal yang ditarik / diseret dapat memanjang

    Gambar-4 ( Slipway )

    Sumber dari Internet Navy.gov.au

  • 15

    atau menyamping sesuai dengan posisi yang memungkinkan.

    Sudut kemiringan dan slipway (marine railway) berkisar antara 1/5

    s/d 1/25 dan biasanya hanya dipergunakan untuk kapal-kapal

    ukuran kecil dan sedang, maksimum 5000 ton displacement.

    Kelebihan slipway adalah:

    1) Sederhana dan murah dalam pembuatan

    konstruksinya.

    2) Membutuhkan luas area yang relatif kecil.

    3) Biaya pengoperasian lebih murah dari pada floating

    dock (tetapi lebih mahal dari pada graving dock).

    Kelemahan slipway adalah:

    1) Pada saat tertentu sering tergantung pada ketinggian

    permukaan air laut (pasang surut).

    2) Pelaksanaan pekerjaan dan peluncuran kapal sangat

    sulit karena posisi kapal dalam keadaan miring.

    3) Biaya perawatan lebih mahal dibandingkan floating

    dock dan graving dock.

    g. Helling Dock (Side Lounching)

    Helling dock pada dasarnya sama dengan slipway, namun

    mempunyai perbedaan di mana pada helling dock pelaksanaan

    pekerjaan menaikkan dan meluncurkan kapal dilakukan secara

    menyamping ke arah kiri atau kanan kapal dengan

    mempergunakan bantuan kereta-kereta (cridle).

  • 16

    h. Dok Darat

    Berupa dermaga yang telah disiapkan secara khusus untuk

    pengedockan suatu kapal. Pada dock jenis ini bebannya terbatas

    hanya beberapa ton saja dan sangat tergantung dari kemampuan

    alat angkat kapal yang tersedia (rantai belalai).

    Kelebihan dok darat adalah proses pengedockan

    berlangsung sangat sederhana.

    Kelemahannya di samping terbatas ukuran kapal yang bisa

    ditampung juga jauh dari bengkel-bengkel pendukung

    pekerjaan pengedockan.

    3. Satuan Perkapalan dan Istilah Penting Pada Bangunan Kapal.

    a. Karene

    Bagian-bagian dari kapal merupakan satuan-satuan yang

    mempunyai fungsi sendiri-sendiri seperti yang terdapat dalam

    paket instruksi Teori bangunan Kapal II (2005). Karene adalah

    bentuk badan kapal yang ada di bawah permukaan air. Dengan

    catatan bahwa tebal kulit, tebal lunas sayap, tebal daun kemudi,

    baling-baling dan lain-lain perlengkapan kapal yang terendam di

    bawah permukaan air, tidak termasuk karene. Isi Karene adalah

    volume badan kapal yang ada di bawah permukaan (tidak

    termasuk kulit dan lain-lainnya). Isi Karene dinyatakan dalam m3

    oleh karena itu isi Karene adalah:

    V = L . B . T . Cb

  • 17

    Di mana:

    b. Displacement

    Adalah berat dari Karene dalam satuan ton. Kalau misalnya

    isi Karene adalah V dan berat jenis air dinyatakan dengan maka:

    c. Berat Pemindahan air (W)

    Adalah air yang dipindahkan oleh badan kapal secara

    keseluruhan. Kalau berat jenis air dinyatakan dengan maka W = V . . Untuk kapal berat jenis air diambil = 1,025 ton/m3, sehingga selengkapnya :

    W = V . W = V . C . W = L . B . T . Cb . . C

    Hukum Archimedes mengatakan bahwa setiap benda yang

    dimasukkan ke dalam air, benda tersebut mendapat gaya tekan ke

    V = Isi Karene (m3) (3.a)

    L = Panjang Karene (m)

    B = Lebar Karene (m)

    T = Sarat kapal (m)

    Cb = Koefisien blok

    D = V . (3.b)D = L .B .T .Cb .

  • 18

    atas sebesar berat zat cair yang dipindahkan dalam keadaan

    setimbang. P = W.

    Demikian pula halnya dengan sebuah kapal yang terapung di atas

    air akan mendapat gaya tekan ke atas sebesar berat air yang

    dipindahkan oleh badan kapal tersebut. Dalam hal ini gaya tekan

    ke atas tersebut adalah berat pemindahan oleh badan kapal

    tersebut. Dalam hal ini gaya tekan ke atas tersebut adalah berat

    pemindahan air.

    Sesuai pula dengan hukum Archimedes yang disebutkan di atas

    maka besarnya pemindahan air akan sama dengan berat kapal itu

    sendiri. Dalam hal ini berat kapal sama dengan berat kapal kosong

    ditambah dengan bobot mati (dead weight) atau secara mudah

    dapat dituliskan bahwa :

    W = DWT + Berat kosong

    Titik tekan dari gaya ke atas yang merupakan titik berat dari

    volume badan kapal yang terletak di bawah permukaan air disebut

    Longitudinal Centre of Bouyancy (titik tekan gaya ke atas

    memanjang) untuk arah memanjang dan Vertical centre of

    Bouyancy (titik tekan gaya ke atas melintang) untuk arah tegak.

    Titik berat dari kapal sendiri untuk arah memanjang disebut

    Longitudinal Centre of Gravitydan untuk arah vertikal disebut

    W = L . B . T . Cb . . C (3.c)

  • 19

    Vertical Centre of Gravity. Selanjutnya harus diingat pula bahwa

    gaya berat dari kapal bekerja dalam arah vertikal ke bawah,

    sedangkan displacement merupakan gaya tekan yang bekerja

    dalam arah vertikal ke atas rotasi yang sering digunakan :]

    = L . B . T . Cb . . CV = L . . T . Cb . C

    Di mana: = Displacement

    V = Volume of displacement

    d. Bobot Mati (Dead Weight)

    Bobot mati adalah daya angkut dari sebuah kapal di mana

    termasuk berat muatan, bahan bakar, minyak lumas, air minum,

    bahan makanan, berat crew dan penumpang serta barang yang

    dibawanya. Berat muatan adalah jumlah berat muatan yang

    diangkut. Berat bahan bakar adalah jumlah berat bahan bakar

    yang dipakai dalam pelayaran. Jumlahnya tergantung dari

    besarnya PK mesin, kecepatan kapal itu sendiri dan jarak

    pelayaran yang ditempuh. Kecepatan yang digunakan dalam hal ini

    adalah kecepatan dinas yaitu kecepatan rata-rata yang dipakai

    dalam dinas pelayaran sebuah kapal dinyatakan dalam knot.

    e. Berat Kapal Kosong

    Pada umumnya dapat dibagi 3 bagian besar seperti berikut:

  • 20

    Berat baja badan kapal (berat karpus) yaitu berat badan kapal

    bangunan atas (super structure) dan perumahan geladak (deck

    house). Sebagai penjelasan dapat dikatakan secara singkat bahwa

    yang dimaksud dengan bangunan atas (super structure) adalah

    bangunan di atas dek yang meliputi seluruh lebar kapal. Untuk

    bagian depan kapal disebut dengan haluan (fore castle). Bagian

    tengah disebut anjungan (bridge) sedangkan di bagian belakang

    disebut buritan (poop). Bangunan atas yang tidak meliputi seluruh

    lebar kapal dinamakan dengan rumah geladak (deck house). Berat

    peralatan adalah berat dari seluruh peralatan antara lain jangkar,

    rantai jangkar, mesin jangkar, tali temali, capstan, mesin kemudi,

    mesin winch, derrick boom, mast, ventilasi, alat-alat navigasi,

    lifeboat, david, perlengkapan dan peralatan dalam kamar-kamar

    dan lain-lain. Berat mesin penggerak beserta instalasi bantunya

    adalah berat motor induk, motor bantu, ketel, pompa-pompa,

    compressor, separator, botol angin, cooler, intermediate shaft,

    propeller shaft propeller, bantalan poros, reduction gear dan

    keseluruhan yang ada di kamar mesin.

    f. Tonnage

    Kapal dalam fungsinya sebagai alat angkut yang

    dipergunakan pajak erta memerlukan biaya sehubungan dengan

    kegiatannya itu. Dapat dimaklumi bahwa makin besar sebuah

    kapal akan makin besar pula pajak-pajak erta ongkos-ongkos yang

  • 21

    harus dikeluarkannya. Sebagaimana diketahui pertambahan besar

    kapal itu sangat bervariasi baik terhadap panjang, lebar maupun

    tingginya. Besarnya panjang kapal atau bahkan panjang dan lebar

    sekalipun, belum dapat dipakai sebagai pedoman untuk

    menunjukkan besarnya kapal. Sebab ukuran besarnya kapal

    adalah persoalan kapasitas muat (carrying capacity) oleh karena

    itu dalam menentukan pajak, berlaku suatu pedoman bahwa

    besarnya pajak yang dikenakan pada sebuah kapal haruslah

    sebanding dengan kemampuan kapal tersebut untuk memberikan

    penghasilan (potensial earning capacity). Atas dasar pemikiran ini

    karena tonnage kapal dianggap dapat menggambarkan potensial

    earning capasity sebuah kapal, maka besar pajak-pajak yang

    dikenakan pada suatu kapal didasarkan atas besarnya

    tonnagenya. Dalam perkembangan selanjutnya, bukan hanya

    pajak pelabuhan yang didasarkan atas besarnya tonnage ini.

    Ongkos pengedockan, penundaan, beberapa persyaratan

    keselamatan pelayaran didasarkan pula atas besarnya tonnage ini.

    Dapat disimpulkan guna tonnage adalah :

    1) Untuk menunjukkan ukuran besarnya kapal,yaitu

    kapasitas muatnya.

    2) Bagi pemerintah adalah untuk dasar pegangan

    dalam memungut pajak di antaranya adalah pajak

    pelabuhan sebagai imbalan atas pelayanan (service) yang

  • 22

    telah diterima oleh kapal itu.

    3) Bagi pemilik kapal adalah untuk memperkirakan

    pendapatan maupun pengeluaran (pajak-pajak dan ongkos-

    ongkos) yang harus dikeluarkan pada jangka waktu tertentu.

    4) Tonnage dipergunakan pula sebagai batasan-

    batasan terhadap berlakunya syarat-syarat keselamatan

    kapal ataupun beberapa syarat lain.

    5) Di galangan kapal tonnage banyak digunakan

    sebagai pedoman dalam menetapkan tarif docking dan

    operasi kapal.

    g. Teori Tentang Stabilitas

    Stabilitas adalah suatu kondisi apabila kapal atau benda

    terapung mengalami gaya atau tekanan dari luar misalnya angin

    dan ombak, kapal atau benda terapung tersebut dapat kembali ke

    keadaan semula apabila gaya atau tekanan dari luar tersebut tidak

    ada lagi. Sifat kestabilan (stability) ini dapat ditinjau dari arah

    datangnya tekanan, yaitu arah melintang (transversal direction)

    dan arah memanjang (longitudinal direction) atau arah depan

    belakang. Stabilitas memanjang untuk kapal berlayar di atas

    permukaan air tidak begitu dipentingkan karena tidak mungkin

    kapal itu tidak stabil dalam keadaan yang normal. Tetapi

    sebaliknya untuk kapal selam (submarine) keadaan stabilitas

    memanjang ini pada kondisi menyelam adalah sama pentingnya

  • 23

    dengan kestabilan arah melintang. Untuk kapal yang berlayar di

    atas permukaan air kita cukup memikirkan dan mempertimbangkan

    stabilitas arah melintang.

    h. Center of Gravity (G)

    Center of gravity dari sebuah kapal / benda terapung lainnya

    adalah suatu titik di mana jumlah keseluruhan berat kapal itu

    dengan segala muatan yang ada di atasnya seolah-olah

    dipusatkan di titik itu.

    i. Center of Bouyancy (B)

    Kapal yang terapung di atas air yang tenang, berat kapal

    dengan seluruh muatan yang ada di kapal itu adalah sama dengan

    air yang dipindahkan. Tekanan arah ke atas dari air sekelilingnya

    adalah sama dengan air yang dipindahkannya. Berat air yang

    dipisahkan ini memiliki arah ka bawah melalui Center of Gravity

    W L

    G

    B

    Gambar-5 ( Letak Titik G dan B )

  • 24

    dari kapal dan inilah yang dinamakan Center of Bouyancy. Jadi

    Center of Bouyancy dari kapal adalah Center of Gravity (titik berat)

    dari volume kapal bawah air atau titik berat air yang dipindahkan.

    Ini ditentukan oleh bentuk dari bagian bangunan kapal di bawah

    air, sedangkan Center of Gravity dari kapal ditentukan oleh berat

    struktur dari kapal tersebut dengan segala yang ada di atasnya,

    pergeseran atau perpindahan dari letak barang-barang yang

    diangkut juga menyebabkan Center of Gravity akan berubah

    letaknya (menjadi lebih tinggi atau menjadi lebih rendah).

    Kesimpulan:

    1) Tekanan berat yang arahnya ke bawah adalah

    melalui Center of Gravity.

    2) Tekanan arah ke atas dari air (buoyancy), melalui

    Center of Bouyancy.

    Dalam keadaan air yang tenang (kapal dalam keadaan

    diam) kedua tekanan di atas akan berada pada garis vertikal yang

    sama (Center of Gravity) dari kapal dengan segala muatan yang

    ada di atasnya akan berada pada garis vertikal yang sama dengan

    Center of Bouyancy. Sebuah kapal dikatakan stabil kalau kapal

    tersebut oleh tekanan dari luar misalnya angin dan ombak

    menjadi miring, dapat kembali ke keadaan semula jika tekanan dari

    luar tersebut dihilangkan. Sehingga dengan demikian kapal

    tersebut dapat terlepas dari bahaya, misalnya terbalik (tenggelam).

  • 25

    j. Definisi Ukuran Utama

    1) Lifting Capacity. LloydsRegisterofShipping (1973)

    menyatakan lifting capacity adalah besarnya displacement

    (dalam ton) dari kapal terberat yang akan dilayani oleh alat

    dock dalam kondisi normal service.

    2) Length / Panjang Dock (LD). Lloyds Register of

    Shipping (1973) menyatakan panjang dock (dalam

    meter/kaki) adalah panjang atau jarak dari bottom caisson

    atau bagian paling belakang dari pontoon bagian belakang

    sampai bagian paling depan dari pontoon bagian depan

    (gambar 2.7). Bagian tengah dari panjang dock biasanya

    tepat pada bagian amidship kapal.

    LD= LBPJarak FP ke collosion bulkhead Jarak AP ke sekat

    cerukan buritan.

    LD

    LOA D

    Gambar-6 ( Panjang Dock )

  • 26

    LD= LBP- 0,05 LBP(5 s/d 9 . jarak gading)

    3) Breadth / Lebar Dock (BD= Be)

    BKI (1996) menyatakan lebar dock (dalam

    meter/kaki) adalah lebar dari moulded diukur dari tepi

    bagian luar dari kerangka (frame).

    BD= B max ship + (2 . Lebar dinding samping)

    4) Depth / Kedalaman Dock (DD)

    Lloyds Registerof Shipping (1973) menyatakan

    kedalaman dock ( dalam meter/kaki) adalah jarak vertikal

    dari titik paling rendah dari bottom framing sampai tiang

    dinding bagian luar pada geladak paling atas.

    DD= Lambung timbul sarat max + Tinggi ponton pada

    centreline

    5) Safety Deck

    Lloyds Regist of Shipping (1973) menyatakan safety

    deck adalah geladak kedap air (watertight deck) yang

    dibangun sedikit di bawah top deck di mana seluruh

    kompartement di bawah safety deck digenangi air kondisi

    tanpa beban di atas keel block. Hal ini disebabkan adanya

    free board antara top deck dan water line. Umumnya free

    board tidak boleh kurang dari 1 meter. Freeboard geladak

    pontoon pada centreline tidak boleh kurang dari 0,3 m.

    Freeboard geladak pontoon pada bagian dalam dinding

  • 27

    samping tidak boleh kurang dari 0,075 m dan freeboard

    pada centreline tidak boleh kurang dari 0,3 m. Kondisi

    freeboard dapat berubah, tergantung pada lokasi dock.

    6) Rest Water

    Lloyds Register of Shipping (1973) menyatakan

    restwater adalah air ballast dalam tangki ballast yang tidak

    dapat dihisap oleh pompa ballast. Untuk rest water (sisa air

    yang tidak bisa dihisap) tingginya direncanakan sesuai

    dengan pipa hisap terhadap dasar pontoon = 10 cm = 0,1

    meter.

    7) Compensating Ballast Water

    Lloyds Register of Shipping (1973) menyata

    ncompensating ballast water adalah air ballast yang

    digunakan untuk mengendalikan defleksi pada dock

    terhadap beban bending longitudinal.

    Rest water tidak termasuk dalam compensating ballast

    water. Floating dock pada keadaan muatan penuh sedang

    malaksanakan docking kapal, diperlukan compensating

    ballast water sebesar = 10% sampai 15% dari lifting

    capacity.

    8) Top Deck

    BKI (1996) menyatakan top deck adalah geladak

    paling dan berada di atas geladak kedap air dan

  • 28

    tersambung memanjang ke dinding sayap (wing wall).

    9) Depth of Pontoon / Kedalaman Pontoon (DP)

    Lloyds Register of Shipping (1973)

    menyatakankedalaman pontoon adalah jarak vertikal antara

    bottom pontoon dan galadak pontoon.

    4. Alat Tambat Floating Dock

    Agar floating dock tidak dapat bergeser akibat adanya

    gerakan air maupun ombak yang diakibatkan pergerakan kapal di

    air, maka diperlukan alat tambat tempat ditambatkannya floating

    dock. Pada umumnya mekanisme penambatan floating dock ada

    dua macam yaitu dengan jangkar dan dengan cara ditambatkan

    pada dolphin yang terpasang di darat atau dermaga. Untuk di

    dermaga Pondok Dayung alat tambat yang memungkinkan adalah

    mekanisme penambatan dengan cara diikat pada dolphin yaitu

    pada dermaga (sebelah Barat floating dock) dan di daratan

    Fasharkan Jakarta (sebelah Selatan floating dock) yang saat ini

    terdapat beach plat.

    5. Daya Pompa

    Untuk mendapatkan besarnya tenaga listrik penggerak

    seluruh pompa di dalam perancangan floating dock, kita harus

    mencari terlebih dahulu besar daya dari pompa-pompa yang

  • 29

    direncanakan. Khetagurov, M. (1954) menyatakan daya yang

    diperlukan untuk menggerakkan pompa dihitung dengan rumus:

    Q = Kapasitas pompa (m3/jam)

    = Berat jenis air laut (ton/m3) = 1,025 ton/m3

    = Berat jenis air tawar = 1,0 ton/m3

    = Effisiensi pompa 0,5 sampai 0,9. Diambil 0,7

    Q. . H 60.60.75.

    Nu =

    H = Z + P + V2

    2.g

    Dimana : H = Head pompa (m)

    z = tinggi kenaikan (m)

    P = tekanan cairan (kg/m2)

    V = kecepatan aliran (m/dt)

    g = percepatan gravitasi (m/dt2) = 9,81 m/dt

    2