Download - Kti AKPER wa runia
ASUHAN KEPERAWATAN An. S USIA TODDLER (2 TAHUN) DENGANPOST OP REANOSTOMOSIS COLON POD I A/I HIRSCHPRUNG
DI RUANG BEDAH ANAK GEDUNG KEMUNING LANTAI IIRUMAH SAKIT UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan PendidikanProgram Diploma III Keperawatan Pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
Disusun Oleh :
WA RUNIANIM : 13.13.1091
PEMERINTAH KABUPATEN MUNAAKADEMI KEPERAWATAN
RAHA2016
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul:
“Asuhan Keperawatan Pada An. S Usia Toddler (2 Tahun) Dengan Post Op
Reanostomosis Colon A/I Hirschprung Di Ruang Bedah Anak Gedung
Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di hadapan dewan
penguji.
Raha, 02 Juli 2016
Pembimbing
MUSRIANI, S.Kep., Ns, M.KesNIP.19871123 201101 2 019
Mengetahui :
Direktur Akper Pemkab Muna
S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.KepNIP.19800212 200312 2 006
iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNAAKADEMI KEPERAWATAN
Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada Tanggal 02 Juli 2016
Dewan Penguji
1. MUSRIANI, S.Kep., Ns., M.Kes (………………………….)
2. YATABA, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………….....)
3. MURSALIN, SKM., M.Kes (……………………….....)
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
Tanggal 02 Juli 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.KepNIP.19800212 200312 2 006
iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNAAKADEMI KEPERAWATAN
Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada Tanggal 02 Juli 2016
Dewan Penguji
1. MUSRIANI, S.Kep., Ns., M.Kes (………………………….)
2. YATABA, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………….....)
3. MURSALIN, SKM., M.Kes (……………………….....)
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
Tanggal 02 Juli 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.KepNIP.19800212 200312 2 006
iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNAAKADEMI KEPERAWATAN
Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada Tanggal 02 Juli 2016
Dewan Penguji
1. MUSRIANI, S.Kep., Ns., M.Kes (………………………….)
2. YATABA, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………….....)
3. MURSALIN, SKM., M.Kes (……………………….....)
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
Tanggal 02 Juli 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.KepNIP.19800212 200312 2 006
iv
ABSTRAK
Latar belakang, Menurut catatan medical record Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai IIRumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari – Desember 2015 dan Januari– Februari 2016 didapatkan bahwa kasus Hirschprung menempati urutan pertama atau terdapat 83(51,24%) kasus dari 162 kasus penyakit. Penyakit Hirschprung merupakan masalah yang sangatmemerlukan perhatian dan penatalaksanaan yang sangat komprehensif dan intensif bagi tenagakesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan.Tujuan, Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memperoleh gambaran yangjelas dan nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan post op reanostomosiscolon a/i hirschprung dengan pendekatan proses keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosakeperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.Metode Telaahan, Metode yang digunakan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini yaitu metodeanalisis deskriptif melalui studi kasus berdasarkan pendekatan proses keperawatan dengan tehnikpengumpulan data melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi, studi kepustakan danpemeriksaan fisik.Hasil, Pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien An. S mulai tanggal 15 – 17 Februari 2016 diRuang Gedung Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung ditemukan limadiagnosa keperawatan yaitu, kekurangan volume cairan, nyeri akut, konstipasi, ansietas orang tua,dan resiko tinggi infeksi. Setelah dilakukan evaluasi selama tiga hari dari lima, diagnosakeperawatan atau masalah yang ditemukan, hanya terdapat 2 masalah yang teratasi, tetapi masalahkeperawatan yang lain sudah menunjukan perubahan yang baik. Hal ini terjadi karena beberapamasalah keperawatan membutuhkan waktu yang berbeda-beda dalam proses penyembuhan.Kesimpulan, Dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan post op reanostomosis colona/i hirschprung perawat harus menerapkan proses keperawatan secara proaktif dan meningkatkanfrekuensi kontak dengan klien serta dalam melaksanakan asuhan keperawatan diperlukan adanyapendokumentasian yang dicatat dalam status kesehatan klien dan diperlukan adanya kerjasama yangbaik dengan tim kesehatan lainnya.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Karya tulis ini berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Toddler (2
Tahun) Dengan Post Op Reanostomosis Colon A/I Hirschprung Di Ruang Bedah
Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin
Bandung” disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program
Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akper Pemkab Muna.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sangat mendalam kepada :
1. Ibu dr. Ayi Djembarani, MARS, selaku Direktur Utama Rumah Sakit Umum
Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung yang telah memberikan waktu dan
kesempatan untuk praktek dan melaksanakan ujian praktek klinik keperawatan
di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
2. Ibu Santhy, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Direktur Akper Pemkab Muna sekaligus
sebagai pembimbing dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, yang telah
meluangkan waktunya, tenaga dan pikiranya dalam memberikan petunjuk dan
mengarahkan penulis mulai dari pertama penulisan sampai selesai dengan baik,
serta telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan
pada Akper Pemkab Muna.
3. Ibu Lina Sopiana, S.Kep., Ns selaku penguji lahan ujian praktek di Ruang
Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan
Sadikin Bandung.
4. Bapak Mursalin, SKM., M.Kes selaku penguji institusi ujian praktek di Ruang
Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan
Sadikin Bandung yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama
melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien selama pelaksanaan ujian
praktek.
vi
5. Ibu Musriani, S.Kep., Ns., M.Kes selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah pada
Ujian Akhir Program Praktek Klinik Keperawatan Bandung yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan petunjuk dan
mengarahkan penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
6. Kepala Ruangan, CI Ruangan, Perawat serta Staf di Ruang Bedah Anak Gedung
Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung yang
telah memberikan petunjuk dan nasehat serta kerja sama dalam melaksanakan
asuhan keperawatan di ruangan yang dipimpinnya.
7. Seluruh Staf dan Dosen Akper Pemkab Muna yang telah memberikan dukungan
dan bantuan serta kerja sama dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. An. S beserta keluarganya yang telah senang hati menerima penulis untuk
mengadakan studi kasus berupa pelaksanaan asuhan keperawatan dalam rangka
menyusun Karya Tulis Ilmiah.
9. Orang tuaku tercinta Ibunda Wa Ndolio, saudaraku Kadir serta seluruh
keluargaku yang telah memberikan do’a, motivasi, harapan, dan dorongan baik
moril maupun materil yang sangat berarti selama mengikuti pendidikan pada
Akper Pemkab Muna hingga selesai.
10. Sahabat-sahabatku, rekan-rekan mahasiswa Akper Pemkab Muna angkatan XIII
yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan
motivasinya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun isinya. Olehnya itu, penulis
mengharapkan adanya masukan, baik kritik ataupun saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini, sehingga bermanfaat bagi
dunia keperawatan, amin.
Raha, 02 Juli 2016
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...............................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................
ABSTRAK ................................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................
DAFTAR TABEL.....................................................................................
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
DAFTAR BAGAN .....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................
B. Ruang Lingkup Pembahasan .............................................
C. Tujuan Penulisan................................................................
D. Manfaat Penulisan..............................................................
E. Metode Telaahan ...............................................................
F. Waktu Pelaksanan .............................................................
G. Tempat Pelaksanan ...........................................................
H. Sistematika Telaahan ........................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
ANAK DENGAN POST OP REANOSTOMOSIS COLON
A/I HIRSCHPRUNG
A. Konsep Dasar .................................................................... 9
1. Pengertian ................................................................... 9
2. Anatomi dan Fisiologi.................................................. 10
3. Etiologi ........................................................................ 17
4. Patofisiologi .................................................................
5. Tanda dan Gejala..........................................................
6. Pemeriksaan Penunjang ............................................... 23
i
ii
iii
iv
v
vii
ix
x
xi
xii
1
4
4
5
6
7
7
7
9
9
10
14
14
15
15
viii
7. Penatalaksanaan Medis................................................. 25
8. Komplikasi.................................................................... 32
9. Dampak Masalah Terhadap Perubahan Struktur/Pola
Fungsi Sistem Tubuh Terhadap Kebutuhan Klien
Sebagai Makhluk Holistic ............................................ 33
B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan............... 35
1. Pengkajian.................................................................... 35
2. Diagnosa Keperawatan .............................................. 50
3. Perencanaan ................................................................ 51
4. Implementasi ............................................................... 61
5. Evaluasi .......................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus................................................................... 63
1. Pengkajian ................................................................... 63
2. Diagnosa Keperawatan ............................................... 81
3. Rencana Tindakan Keperawatan ................................. 84
4. Implementasi dan Evaluasi ......................................... 88
5. Catatan Perkembangan................................................. 92
B. Pembahasan ....................................................................... 102
1. Pengkajian ................................................................... 102
2. Diagnosa Keperawatan................................................ 114
3. Perencanaan................................................................. 117
4. Implementasi ............................................................... 118
5. Evaluasi .......................................................................
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ........................................................................ 122
B. Rekomendasi......................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
16
18
19
20
20
38
39
43
43
45
45
60
63
6673
69
74
74
76
77
78
79
82
84
ix
DAFTAR TABEL
HalamanTabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel 10.
Tabel 11.
Tabel 12.
Tabel 13.
Tabel 14.
Tabel 15.
Tabel 16.
Tabel 17.
Tabel 18.
Sepuluh penyakit besar yang dirawat di Ruang Bedah Anak
Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr.
Hasan Sadikin Bandung .........................................................
Berat Badan terhadap Tinggi Badan Anak Usia 0-2 Tahun ...
Cara Menguji Tingkat Kesadaran GCS (Glasgow Coma
Scale).......................................................................................
Perencanaan Nyeri Akut .........................................................
Perencanaan Konstipasi ..........................................................
Perencanaan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh ...................................................................
Perencanaan Resiko Infeksi.....................................................
Perencanaan Resiko Cedera ...................................................
Perencanaan Resiko Kekurangan Volume Cairan .................
Perencanaan Ansietas Orang Tua ...........................................
Riwayat Imunisasi ..................................................................
Pola Perubahan Nutrisi Tiap Tahap Usia sampai denga Pola
Nutrisi Saat Ini ........................................................................
Pola Aktivitas Sehari-Hari ......................................................
Hasil Pemeriksaan Laboratorium ...........................................
Analisa Data ...........................................................................
Rencana Tindakan Keperawatan ............................................
Implementasi dan Evaluasi .....................................................
Catatan Perkembangan ...........................................................
3
28
32
39
40
40
41
41
42
42
49
51
55
56
58
66
69
69
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Sistem Saluran Pencernaan ............................................ 10
xi
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1. Genogram 3 Generasi...................................................... 49
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 2 : Materi
Lampiran 3 : Leaflet
Lampiran 4 : Lembar Konsul
Lampiran 5 : Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam
bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Anak terutama bayi
baru lahir merupakan salah satu kelompok masyarakat yang rentan dan perlu
mendapatkan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat karena masih
tingginya Angka Kematian Bayi (AKB). Angka kematian bayi menjadi
indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak karena
merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini (Verawati, 2012).
World Health Organization (WHO), memperkirakan bahwa sekitar 7%
dari seluruh kematian bayi di dunia disebabkan oleh kelainan kongenital. Di
Eropa, sekitar 25% kematian neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital.
Di Asia Tenggara kejadian kelainan kongenital mencapai 5% dari jumlah bayi
yang lahir, sementara di Indonesia prevalensi kelainan kongenital mencapai 5
per 1.000 kelahiran hidup. Riset Kesehatan Dasar dasar tahun 2007 kematian
bayi adalah kelainan kongenital pada usia 0-6 hari sebesar 1% dan pada usia
7-18 hari sebesar 19% (Verawati, 2012).
Menurut Depkes RI, kelainan kongenital adalah kelainan yang terlihat
pada saat lahir, bukan akibat proses persalinan. Sekitar 3% bayi baru lahir
mempunyai kelainan bawaan (kongenital). Meskipun angka ini termasuk
rendah, akan tetapi kelainan ini dapat menyebabkan angka kematian dan
kesakitan yang tinggi. Angka kejadian dengan kelainan kongenital akan
2
menjadi 4-5% bila bayi diikuti terus sampai berusia 1 tahun salah satunya
adalah penyakit hirschprung (Verawati, 2012).
Penyakit hirschprung merupakan suatu kelainan bawaan berupa
aganglionosis yang dimulai dari sfingter ani internal ke arah proksimal dengan
panjang yang bervariasi dan termasuk anus dan rektum. Keadaan abnormal
tersbut dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus secara
spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen
yang tidak ada ganglion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian
tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus proksimal (Hidayat, 2012).
Insiden penyakit Hirschprung di dunia adalah 1 : 5.000 kelahiran hidup.
Di Amerika dan Afrika dilaporkan penyakit ini terjadi pada satu kasus sriap
5.400-7.200 kelahiran hidup. Di Eropa Utara, insiden penyakit ini adalah 1,5
dari 10.000 kelahiran hidup sedangkan di Asia tercatat sebesar 2,8 per 10.000
kelahiran hidup.
Angka kematian untuk penyakit Hirschsprung berkisar antara 1 - 10%.
Penelitian Pini dkk. pada tahun 1993 – 2010 di Genoa, Italia mencatat ada 8
orang dari 313 penderita penyakit Hirschsprung yang meninggal (CFR=
2,56%). Hasil penelitian Sarioqlu dkk. pada tahun 2008 - 2013 di Ankara,
Turki menunjukkan ada sebanyak 302 penderita penyakit Hirschsprung.
Kartono mencatat ada sekitar 40-60 pasien yang dirawat di RSCM Jakarta
setiap tahunnya. Sementara di RS dr. Sardjito Yogyakarta oleh Rohadi dicatat
rata-rata terdapat 50 pasien menderita Hirschprung setiap tahunnya (Verawati,
2012).
3
Berdasarkan catatan medical record Ruang Bedah Anak Gedung
Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung
jumlah pasien hirschprung yang dirawat pada kurun waktu 1 tahun yaitu
Januari sampai dengan Desember 2015 dan Januari sampai dengan Februari
2016 sebanyak 83 orang atau menempati urutan pertama dari jumlah penyakit
yang dirawat di Ruang Kemuning Lantai II Bedah Anak Rumah Sakit Umum
Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
Adapun 10 penyakit terbesar di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning
Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung rentang bulan
Januari sampai dengan Desember 2015 dan bulan Januari sampai dengan
Februari 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1 . 10 Penyakit Terbesar di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II diRSUP dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Bulan Januari – Desember 2015dan Periode Bulan Januari – Februari 2016
No Jenis penyakit Jumlah Presentase (%)1.2.3.4.5.6.7.8.9.
10.
Hirschprung DiseaseMalformasi AnorectalIleustomi a/i perforasiIleus ObstruktifPost Op ColostomyHernia InguinalisAtresia esofagusAtresia AniHipospadiaHidrokel
832210101087444
51,2413,586,176,176,174,944,322,472,472,47
Total 162 100Sumber : Rekam medik di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II RSUP dr. Hasan
Sadikin Bandung (Januari – Desember 2015 dan Januari – Februari 2016).
Berdasarkan tabel 1. di atas, dari jumlah penderita yang dirawat di Ruang
Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr.
Hasan Sadikin Bandung selama rentang waktu 1 tahun yaitu periode Januari
sampai dengan Desember 2015 dan periode Januari sampai dengan Februari
4
2016, penyakit hirschprung berada pada urutan pertama dengan jumlah
penderita 83 orang (51,24%).
Berdasarkan data – data diatas dan mengingat bahaya serta dampak yang
dapat ditimbulkan dari penyakit maka penulis tertarik mengangkat judul
Karya Tulis Ilmiah dengan Judul “Asuhan Keperawatan An. S Usia Toddler
(2 Tahun) Dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung Di
Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat
dr. Hasan Sadikin Bandung.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam pembahasan karya tulis ilmiah ini, penulis membatasi ruang
lingkup yang masalah dibahas yaitu “Asuhan Keperawatan An. S Usia
Toddler (2 Tahun) Dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i
Hirschprung Di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan asuhan
keperawatan pada klien anak pra sekolah secara langsung pada situasi
nyata yang komperhensif meliputi aspek bio, psiko, sosial dan spiritual
yang berdasarkan pada ilmu dan kiat perawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis dapat melaksanakan pengkajian yang komperhensif pada anak
usia toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i
Hirschprung.
5
b. Penulis dapat merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas
masalah pada anak usia toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon
POD I a/i Hirschprung.
c. Penulis dapat menyusun rencana tindakan keperawatan pada anak usia
toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung.
d. Penulis dapat melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana yang telah disusun pada anak usia toddler dengan Post Op
Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung
e. Penulis dapat mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada
anak usia toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i
Hirschprung.
f. Penulis dapat mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada
anak usia toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i
Hirschprung.
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk Rumah Sakit
Sebagai masukan kepada rumah sakit untuk mengambil langkah
kebijaksanaan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
khususnya penerapan proses perawatan pada anak usia toddler dengan
Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung.
2. Bagi Institusi
Sebagai bahan bacaan untuk mengembangkan pengetahuan tentang asuhan
keperawatan pada anak usia toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon
POD I a/i Hirschprung.
6
3. Bagi Profesi
Sebagai masukan atau menambah pengetahuan, wawasan pengalaman bagi
rekan seprofesi tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak usia
toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung.
4. Bagi Penulis
Sebagai konstribusi pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti pendidikan.
E. Metode Telaahan
Metode yang digunakan penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah ini
yaitu metode analisis deskriptif dalam bentuk studi kasus berdasarkan
pendekatan proses keperawatan yaitu Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,
Perencanaan, Implementasi, Evaluasi dan Dokumentasi.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam menyusun
karya tulis ilmiah ini adalah :
1. Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan melakukan komunikasi lisan secara
langsung pada klien dengan keluarganya.
2. Observasi
Yaitu dengan mengamati kondisi pasien dalam pelayanan asuhan
keperawatan.
3. Pemeriksaan Fisik
Yaitu pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan fisik pada klien
dengan cara: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
7
4. Studi Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data dengan mempelajari data dan status klien melalui
rekam medik dan hasil laboratorium.
5. Studi Kepustakaan
Yaitu mencari sumber melalui bahan atau buku – buku literatur yang dapat
dipercaya untuk mendapatkan kejelasan teori yang berhubungan dengan
masalah klien.
F. Waktu Pelaksanaan
Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal 15 sampai dengan 17
Februari 2016.
G. Tempat Pelaksanaan
Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning
Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
H. Sistematika Telaahan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dibagi dalam 4 (empat) BAB dengan
susunan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan: yang terdiri dari Latar belakang, Ruang Lingkup
Pembahasan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode
Telaahan, Waktu Pelaksanaan, Tempat Pelaksanaan dan
Sistematika Telaahan.
BAB II : Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Anak Dengan Post
Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung, bab ini
menguraikan tentang konsep dasar yang meliputi Pengertian,
8
Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan, Etiologi, Patofisiologi,
Tanda dan Gejala, Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan
Medik, Komplikasi, Dampak Terhadap Sistem Tubuh Lainnya
Serta Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan yang
meliputi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan,
Implementasi, Evaluasi dan Dokumentasi.
BAB III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan: bab ini berisikan laporan
kasus yang merupakan laporan Asuhan Keperawatan
AnakDengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i
Hirschprung di Ruang Kemuning Lantai II Bedah Anak Rumah
Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung dan Pembahasan
yang berisikan ulasan naratif dari setiap tahapan proses
keperawatan yang dilakukan serta perbandingan antara teori dan
kasus secara sistematis mulai dari Pengkajian, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan, Implementasi, Evaluasi dan
Dokumentasi.
BAB IV : Kesimpulan dan Rekomendasi, bab ini berisikan kesimpulan
dan saran atau rekomendasi dari pelaksanaan asuhan
keperawatan dan formulasi saran yang optimal terhadap masalah
yang ditemukan.
9
BAB II
TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN
POST OP REANOSTOMOSIS COLON A/I HIRSCPRUNG
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Penyakit hirschsprung adalah suatu kelainan bawaan berupa
ganglionik usus, mulai dari spingter ani interna kearah proksimal dengan
panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum (Hidayat,
2012).
Penyakit hirschsprung atau mega kolon adalah penyakit yang terjadi
karena tidak adanya sel-sel ganglion dalam rektum atau di bagian
rectosigmoid colon dan ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau
tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan (Padila,
2012).
Penyakit hirschprung adalah kelainan bawaan penyebab pasase usus
tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan
berat lahir < 3 kg, lebih banyak terjadi pada laki-laki dari pada perempuan
(Nurarif dan Kusuma, 2015).
Berdasarkan defenisi tersebut diatas penulis menyimpulkan bahwa
penyakit hirschprung adalah suatu kelainan bawaan tersering pada
neonatus dan bayi aterm dengan berat lahir < 3 kg, berupa ganglionik usus,
di bagian rectosigmoid colon dengan panjang yang bervariasi dan
termasuk anus sampai rektum sehingga tidak adanya peristaltik serta tidak
adanya evakuasi usus spontan.
10
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan
a. Anatomi Sistem Pencernaan
Gambar 1. Anatomi sistem pencernaan
Sumber : (Smeltzer, 2002)
Sistem pencernaan terdiri atas :
1) Oris (mulut) adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas
dua bagian yaitu : bagian luar yang sempit atau vestibula atau ruang di
antara gusi, gigi, bibir, dan pipi. Dan bagian dalam yaitu rongga mulut
yang di batasi sisinya oleh tulang maksiariis, palatum, dan
mandibularis, di sebelah belakang bersambung dengan faring
(Syaifuddin, 2006).Faring (tekak)
2) Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esophagus). Di dalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung
11
limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi (Syaifuddin,
2006).
3) Esophagus (kerongkongan). Begitu makanan memasuki bagian atas
esophagus makanan berjalan melalui sfingter esophagus bagian atas,
yang merupakan otot sirkular, yang mencegah udara memasuki
esofhagus dan makanan mengalami refluks (bergerak ke belakang)
kembali ke tenggorok (Potter dan Perry, 2006).
4) Gaster (lambung) di tempatkan di bagian atas abdomen sebelah kiri
garis tengah tubuh tepat di bawah diafragma kiri. Lambung adalah
suatu kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira 1500
ml. inlet ke lambung di sebut pertemuan esofagogastrik (Smeltzer,
2002).
5) Intestinum minor (usus halus) adalah bagian dari system pencernaan
makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada sekum
yang terdiri atas duodenum jejunum dan ileum (Syaifuddin, 2006).
6) Intestinum mayor (usus besar) terdiri dari segmen asenden, pada sisi
kanan abdomen, segmen transfersum yang memanjang dari abdomen
atas kanan ke kiri, dan segmen desenden pada sisi kiri abdomen.
Bagian ujung dari usus besar terdiri dari dua bagian yaitu kolon
sigmoid dan rectum (Smeltzer, 2002).
7) Rectum merupakan saluran akhir pada saluran gastrointestinal. Produk
buangan yang mencapai bagian kolon sigmoid di sebut feses. Sigmoid
menyimpan feses sampai beberapa saat sebelum defekasi (Potter dan
Perry, 2006).
12
8) Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan
rectum dengan dunia luar terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat
oleh 3 sfingter yaitu sfingter ani internus (sebelah dalam) yang bekerja
tidak menurut kehendak, sfingter levator ani yang bekerja juga tidak
menurut kehendak, dan sfingter ani eksternus (sebelah luar) bekerja
menurut kehendak (Syaifuddin, 2006).
b. Fisiologi Sistem Pencernaan
Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan zat nutrient
(zat yang sudah di cerna), air, dan garam yang berasal dari zat makanan
untuk di distribusikan ke sel-sel melalui system sirkulasi. Untuk ini di
butuhkan :
1) Pergerakan makanan melalui saluran pencernaan
2) Sekresi getah pencernaan
3) Absorsi hasil pencernaan, air, dan elektrolit.
4) Sirkulasi darah melalui organ gastrointestinal yang membawa zat
yang diabsorpsi
5) Pengaturan semua fungsi oleh sistem saraf dan hormon (Syaifuddin,
2006).
Menurut Smeltzer (2002) proses fisiologi pencernaan terdiri dari :
1) Pencernaan oral di mulai dari aktivitas mengunyah, di mana makan di
pecah ke dalam partikel kecil yang dapat di telan dan dicampur
dengan enzim-enzim pencernaan. Saliva mengandung enzim ptyalin
atau amilase saliva, yang memulai pencernaan zat pati, juga
mengandung mukus yang membantu melumasi makanan saat di
kunyah, sehingga memudahkan menelan.
13
2) Menelan dimulai sebagai aktivitas volunter yang di atur oleh pusat
menelan di medulla oblongata dari sistem saraf pusat. Menelan
mengakibatkan bolus makanan berjalan ke dalam esophagus atas,
yang berakhir sebagai aktivitas reflex.
3) Kerja lambung mensekresi cairan yang sangat asam mempunyai pH
terendah satu, memperoleh keasamannya dari asam hidroklorida yang
di sekresikan oleh kelenjar lambung. Fungsi sekresi asam yaitu :
memecah makanan menjadi komponen yang mudah di absorbsi dan
membantu destruksi kebanyakan bakteri pencernaan.
4) Defekasi. Distensi rectum secara relatif menimbulkan kontraksi otot
rectum dan merilekskan spingter anal internal yang biasanya tertutup.
Selama defekasi spingter anal eksternal secara volunteer rileks untuk
memungkinkan isi kolon keluar. Oleh karena itu defekasi terlihat
menjadi reflex spinal yang dapat secara volunter dihambat dengan
mempertahankan spingter anal tertutup.
Menurut Potter dan Perry (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi
eliminasi yaitu:
1) Usia. Perubahan dalam tahapan perkembangan yang mempengaruhi
status eliminasi terjadi di sepanjang kehidupan.
2) Diet. Adapun makanan tiap hari secara teratur membantu
mempertahankan pola peristaltik yang teratur di dalam kolon.
Makanan yang di konsumsi individu mempengaruhi eliminasi. Serat,
residu makanan yang tidak dapat di cerna, memungkinkan massa
feses. Dinding usus teregang, menciptakan gerakan peristaltic dan
menimbulkan reflex defekasi.
14
3) Asupan cairan yang tidak adekuat atau gangguan yang menyebabkan
kehilangan cairan (seperti muntah) mempengaruhi karakter feses.
Cairan mengencerkan isi usus, memudahkan bergerak melalui kolon.
Asupan cairan yang menurun memperlambat pergerakan makanan
yang melalui usus.
3. Etiologi
Penyebabnya belum diketahui tetapi diduga terjadi karena faktor
genetik dan lingkungan, sering terjadi pada anak dengan down syndrome,
kegagalan sel neural pada masa embrio pada dinding usus, gagal eksistensi,
kranio kaudal pada menyentrik dan sub mukosa dinding plexus (Nurarif dan
Kusuma, 2015).
4. Patofisiologi
Istilah congenital aganglionik mega colon menggambarkan adanya
kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub
mukosa colon distal. Ketidakadaan ini menyebabkan ketidaknormalan atau
tidak adanya gerakan tenaga pendorong (peristaltik) dan tidak adanya
evakuasi usus spontan serta spingter rektum tidak dapat berelaksasi
sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan
adanya akumulasi pada bagian yang rusak pada mega kolon.
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk
kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus
mendorong ke dalam segmen aganglionik dan feses terkumpul di daerah
tersebut, menyebabkan berdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap
daerah itu dan menyebabkan dibagian colon tersebut melebar (Padila, 2012).
15
5. Tanda dan Gejala
Gejala penyakit hirschprung adalah :
a. Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan tidak
adanya evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi mekonium diikuti
obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi.
b. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan dan
diikuti obstruksi usus akut. Konstipasi ringan dengan diare, distensi
abdomen dan demam, adanya feses yang menyemprot pas pada colok
dubur merupakan tanda yang khas.
c. Pada anak-anak usia 1-6 tahun terjadi : konstipasi, tinja seperti pita dan
berbau busuk, distensi abdomen, adanya masa difekal dan dapat
dipalpasi, biasanya tampak kurang nutrisi dan anemia (Nurarif dan
Kusuma, 2015).
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Padila (2012), pada penyakit
hirschprung adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa
ditemukan:
1) Daerah transisi
2) Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur dibagian usus yang
menyempit.
3) Enterokolitis pada segmen yang melebar
4) Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam
b. Biopsi otot rektum yaitu pengambilan lapisan otot rektum.
16
c. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin esterase dari hasil biopsi isap
pada penyakit ini khas terdapat peningkatan enzim asetilkolin esterase.
d. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus.
e. Pemeriksaan colok anus. Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan
jepitan dan pada waktu tinja yang menyemprot.
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Reanostomosis menurut Smeltzer (2002), yaitu:
1) Pengertian
Reanostomosis adalah operasi penggabungan dua ujung usus yang
sehat setelah usus yang sakit usus dipotong oleh dokter bedah.
2) Tujuan
a) Menutupi sebagian dari rongga abdomen dan pelvis.
b) Membentuk pembatas yang halus sehingga organ yang ada dalam
rongga abdomen tidak saling bergesekan.
c) Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ
terhadap dinding posterior abdomen.
3) Indikasi
Perforasi usus oleh karena trauma atau infeksi usus dengan bagian
usus yang tidak sehat, tumor usus halus dan usus besar yang masih
dapat dilakukan reseksi.
4) Kontra indikasi
Keadaan umum tidak memungkinkan dilakukan operasi.
5) Komplikasi
Kebocoran anastomosis, infeksi, perdarahan dan sepsis.
17
6) Tindakan Reanostomosis
Adapun tindakan reanostomosis adalah sebagai berikut:
a) Posisi pasien tidur terlentang.
b) Insisi di linea mediana dengan panjang sesuai perkiraan bagian
usus yang mengalami perforasi atau nekrosis.
c) Insisi diperdalam sampai mencapai cavum peritoneum.
d) Seluruh pus, feses dan cairan kotor yang terdapat dalam cavum
abdomen dihisap keluar.
e) Dilakukan identifikasi bagian usus yang mengalami nekrosis secara
sistematis dan seterusnya.
f) Sebelum melakukan reseksi, pastikan dahulu bahwa usus tidak
sehat yaitu permukaannya tidak mengkilap, tampak kering, warna
kebiruan bahkan kehitaman, tidak ada kontraksi, tidak berdarah dan
tidak ada pulsasi pembuluh darah, serta seromuskuler terkelupas.
g) Keluarkan bagian usus yang tidak sehat tersebut diluar cavum
abdomen, berikan alas dengan kain kasa dibawahnya untuk
mencegah kontaminasi kedalam cavum peritoneum.
h) Identifikasi lokasi pembuluh darah yang memberikan suplai pada
usus yang tidak sehat tersebut, kemudian ligasi pembuluh darah
tersebut. Lakukan pemotongan mesenterium menuju tepi usus yang
tidak sehat tersebut secara segmental.
i) Dekatkan kedua tepi usus yang telah dipotong untuk
membandingkan diameter lumen yang akan disambung. Jika
terdapat perbedaan diameter lumen maka dilakukan eksisi tepi usus
tersebut sehingga terjadi kesamaan diameter lumen.
18
j) Setelah itu evaluasi kembali viabilitas usus, pastikan lumen tidak
terlalu sempit dengan cara mempertemukan ujung jari dengan ibu
jari operator pada lokasi reanostomosis.
7) Perawatan Pasca Operasi
a) Penderita dipuasakan.
Lama puasa tergantung lokasi usus dan jenis kelainan yang
mendasarinya. Selama puasa penderita diberikan total parenteral
nutrisi dengan jenis dan komposisi tergantung fasilitas yang ada.
b) Follow-Up
Kondisi luka, kondisi abdomen, serta kondisi klinis penderita
secara keseluruhan.
b. Penatalaksanaan Hisrchprung
1) Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik
untuk melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan
terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.
2) Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat
berat anak mencapai sekitar 9 Kg atau sekitar 3 bulan setelah operasi
pertama. (Padila, 2012).
8. Komplikasi
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), komplikasi yang dapat terjadi
pada penderita hirscsprung adalah obstruksi usus, konstipasi, ketidak
seimbangan cairan dan elektrolit, entrokolitis, dan striktur anal dan
inkontinensial.
19
9. Dampak Terhadap Sistem Tubuh
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), dampak penyakit hirschprung
terhadap sistem tubuh adalah sebagai berikut:
a. Sistem Perkemihan
Pada anak dengan hirshprung ditemukan kencingnya lebih sedikit dan
pekat karena kekurangan cairan.
b. Sistem Pernapasan
Pada sistem pernapasan pada anak dengan hirshprung yaitu cenderung
ditemukan adanya pernafasan yang cepat diatas 30 x/menit dan dangkal
(kussmaul), irama nafas yang tidak teratur, sesak napas akibat adanya
distensi abdomen.
c. Sistem Kardiovaskuler
Pada sistem kardiovaskuler cenderung ditemukan denyut nadi yang
meningkat diatas 90 x/menit, ada tidaknya kelainan akibat hirshprung
atau kelainan bawaan saat lahir.
d. Sistem Pencernaan
Pada pemeriksaan rectum dan feses akan didapatkan adanya perubahan
feses seperti pita dan berbau busuk, fase awal didapatkan penurunan
bising usus, dan berlanjut dengan hilangnya bising usus, timpani akibat
abdominal mengalami kembung dan teraba dilatasi kolon abdominal.
Adanya mual muntah, konstipasi dan dehidrasi.
e. Sistem Imun
Pada anak dengan hirsprung terdapat adanya penurunan kekebalan tubuh
akibat diare yang terus menerus.
20
f. Sistem Muskuloskeletal
Pada anak dengan hirsprung ditemukan malaise dan nyeri saat bergerak
akibat distensi abdomen.
g. Sistem Integumen
Pada sistem integumen cenderung ditemukan adanya edema kulit, akral
hangat, hipertermi, turgor kulit jelek karena adanya dehidrasi.
h. Pertumbuhan dan perkembangan
Anak rewel, berat badan tidak bertambah dan pertumbuhan terhambat,
terjadi penurunan berat badan dan tidak mau menyusu.
B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan
Secara umum dapat dikatakan bahwa proses keperawatan adalah metode
pengorganisasian yang sistematis, dalam melakuan asuhan keperawatan pada
individu, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada identifikasi dan
pemecahan masalah dari respon pasien terhadap penyakitnya (Asmadi, 2008).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data secara sistematis guna menentukan status kesehatan
klien saat ini (Asmadi, 2008).
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah aktivitas perawat dalam mengumpulkan
informasi yang sistemik tentang klien. Metode yang digunakan yaitu
wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik serta diagnostik (Asmadi,
2008).
21
1) Biodata
a) Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,
pendidikan terakhir, pekerjaan, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajian, nomor register, diagnosa medik dan alamat (Engel,
2008).
b) Identitas Penanggung Jawab
Terdiri atas identitas orang tua dalam hal ini ayah dan ibu yang
meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,
pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien (Engel, 2008).
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit
Pada umumnya anak mengalami mual dan muntah yang berwarna
kehijauan yang disertai dengan distensi abdomen secara terus
menerus sehingga anak dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan
perawatan secepatnya.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
(a) Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian. Pada
anak dengan post op reanostomosis ditemukan keluhan nyeri.
(b) Riwayat Keluhan Utama
Pengkajian meliputi keluhan pada saat datang ke rumah sakit
dan keluhan pada saat pengkajian, dikembangkan dengan
menggunakan analisa PQRST.
22
P : (Provokatif atau Paliatif), yaitu apa penyebabnya,
yang memunculkannya dan yang menguranginya.
Q : Quality/Quantity), yaitu bagaimana rasanya?
R : (Region/Radiation), yaitu dibagian mana hal itu
terjadi, apakah menyebar?
S : (Scale/Severity), yaitu bagaimana intensitasnya, jika
menggunakan skala 1-10 dan bagaimana pengaruh hal
tersebut pada aktivitas.
T : (Timing), yaitu kapan hal itu mulai terjadi, berapa
lamanya terjadinya, bertahap atau tiba-tiba (Setiadi,
2012).
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan
atau memperberat keadaan penyakit yang sedang diderita klien
pada saat ini termasuk faktor predisposisi penyakit dan
kebiasaan-kebiasaan klien. Pada anak dengan post op
reanostomosis perlu ditanyakan riwayat sebelumnya seperti
adanya kegagalan mengeluarkan mekonium dalam waktu 24-48
jam setelah lahir, muntah berwarna hijau dan konstipasi
(Hidayat, 2012).
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu dikaji riwayat kesehatan keluarga yang dapat
mempengaruhi timbulnya penyakit hirsprung seperti adanya
riwayat penyakit hirsprung dalam keluarga atau penyakit
turunan lainnya (Hidayat, 2012).
23
3) Riwayat Imunisasi
Yang perlu diperhatikan bahwa pemberian imunisasi yaitu
imunisasi BCG diberikan 1x pada usia 0-11 bulan, imunisasi DPT
diberikan 3x dengan interval 4 minggu pada usia 2-11 bulan,
imunisasi hepatitis B diberikan 3x dengan interval 4 minggu pada
usia 0-11 bulan, imunisasi polio diberikan 4x dengan interval 4
minggu pada usia 0-11 bulan dan imunisasi campak diberikan 1x
pada usia 9-11 bulan (Hidayat, 2012).
4) Riwayat Tumbuh Kembang
a) Pertumbuhan anak
Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah ukuran sel pada saat
membelah diri dan mensintesis protein baru dengan
menghasilkan peningkatan ukuran dan berat seluruh atau
sebagian bagian sel.
Pertumbuhan yang seharusnya anak usia 6-12 bulan : Berat
badan pertambahan setiap minggu 35-40 gram, berat badan 3x
berat badan tiga kali berat badan lahir pada akhir tahun pertama,
panjang badan pertambahan setiap bulan: 1,25 cm, panjang
lahir kira-kira 50% pada akhir tahun pertama, lingkar kepala 28
- 50 cm atau pertambahan berat badan setiap minggunya 140 -
200 gram dan pertambahan panjang badan 2,5 cm setiap
bulannya (Wong, 2004).
b) Perkembangan anak
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
24
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai proses
pematangan.
Menurut Purnamasari (2006), aspek yang diujikan dalam tes ini
diantaranya:
(1) Motorik kasar
Perkembangan motorik kasar anak usia 2 tahun yaitu
mampu meniru sebuah lingkaran, tulisan cakar ayam, dapat
makan menggunakan sendok, menyusun beberapa kotak.
(2) Motorik halus
Melihat buku selama beberapa menit untuk memperhatikan
gambarnya, menunjukkan gambar yang menarik perhatian
dan membalik halaman buku. Dapat berpartisipasi aktif saat
mengenakan dan melepaskan pakaian. Menggunakan jari
telunjuk dan ibu jari dengan efektif untuk mencapit benda
kecil . mengambil dan menerima benda dari tangan Anda
dan mengembalikannya lagi. Dapat menggunakan sendok
untuk makan efektif. Menggunakan suara yang lebih
berirama dengan alat-alat musik seperti drum dan tamborin.
(3) Personal sosial
Menikmati saat berada di antara anak seusianya, tetapi
kesulitan untuk berbagi mainan dan belum dapat bermain
bersama-sama.
Pada usia ini biasanya anak mulai dilatih buang air tetapi
kendali kandung kemih dan usus besar belum sepenuhnya
berfungsi. Ingin membantu membersihkan dirinya saat
25
mandi dan menggosok gigi. Menikmati tanggung jawab
untuk mengerjakan tugas kecil. Mungkin menangis saat
berpisah dengan Anda sementara, walaupun ia berhenti
menangis setelah Anda tidak terlihat. Akan terlihat malu
saat bertemu dengan orang yang tidak ia kenal.
(4) Bahasa
Dapat menyebutkan nama benda sehari-hari dengan tepat.
Bereksperimen dengan berbagai kombinasi kata (yang
tidak tepat). Menguasai berbagai suara tetapi masih salah
menyebutkan huruf mati tertentu, seperti c dan s.
Menyebutkan nama beberapa bagian tubuh. Mendengarkan
dengan seksama saat orang dewasa berbicara. Kosa katanya
setidaknya mencapai 200 kata, kadang dikombinasikan
dalam kalimat pendek.
5) Riwayat Psikososial
Sebagian besar stress yang terjadi pada bayi di usia pertengahan
sampai dengan anak diperiode prasekolah, khususnya anak yang
berusia 6 sampai 30 bulan adalah cemas karena perpisahan.
Balita belum mampu berkomunikasi dengan bahasa yang memadai
dan memiliki pengertian yang terbatas terhadap realita. Hubungan
anak dengan ibu adalah sangat dekat, akibatnya perpisahan dengan
ibu akan menimbulkan rasa kehilangan pada anak akan orang
terdekat bagi dirinya dan akan lingkungan yang dikenali olehnya,
sehingga pada akhirnya akan menimbulkan perasaan tidak aman
dan rasa cemas (Nusalam, 2008).
26
6) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe dan
didokumentasikan secara persistem meliputi :
a) Keadaan Umum
Pada anak dengan post op reanosomosis cenderung ditemukan
keadaan umum saat pengkajian dilakukan yaitu lemah hingga
tidak sadar.
b) Kesadaran
Pada anak dengan post op reanostomosis cenderung ditemukan
kesadaran somnolen atau letargi.
b) Tanda - Tanda Vital
Pada pasien anak usia 1-2 tahun memiliki tanda – tanda vital
normal yaitu tekanan darah 96/65 mmHg, nadi 110 x/menit,
pernapasan 20 – 40 x/menit dan suhu 37,70C (Hidayat, 2012).
Pada anak dengan post op reanostomosis cenderung ditemukan
pernapasan yang cepat, takikardi, suhu tubuh yang meningkat,
terjadinya iskemia usus dan gejala terjadinya perforasi. Tanda
dehidrasi dan demam bisa didapatkan pada kondisi syok atau
sepsis.
c) Antropometri
Dari beberapa ukuran antropometri, yang paling sering
digunakan untuk menentukan keadaan pertumbuhan pada masa
balita adalah :
27
(1) Berat badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri
yang terpenting karena dipakai untuk memeriksa
kesehatan anak pada semua kelompok umur. Pada usia 6
bulan pertama berat badan akan bertambah sekitar 1
kg/bulan, sementara pada 6 bulan berikutnya hanya + 0,5
kg/bulan (Nursalam, 2008).
Selain perkiraan tersebut, berat badan juga dapat
diperkirakan dengan menggunakan rumus atau pedoman
dari Behrman (1992) dalam Nursalam (2008), yaitu :
(a) Berat badan lahir rata-rata : 3,25 kg
(b) Berat badan usia 3 – 12 bulan, menggunakan rumus :
Umur (bulan) + 9 n + 9=
2 2(c) Berat badan usia 1 – 6 tahun, menggunakan rumus :
(Umur (dalam tahun) x 2) + 8 = 2n + 8
Keterangan : n adalah usia anak
Berat badan merupakan indikator paling sederhana yang
digunakan dilapangan atau Puskesmas untuk menentukan
status gizi anak, yaitu dengan menggunakan Kartu Menuju
Sehat (KMS) untuk mengetahui status gizi anak tergolong
normal, kurang, atau buruk, yang di sajikan dalam tabel
seperti dibawah ini:
28
Tabel 2 : Berat Badan terhadap Tinggi Badan Anak Usia 0 – 2Tahun
Tinggi(cm)
BBNormal(100%)
BBKurang(< 90%)
BBBuruk
(< 80%)52 3,8 3,4 3,053 4,0 3,6 3,254 4,3 3,9 3,455 4,6 4,1 3,756 4,8 4,3 3,857 5,0 4,5 4,058 5,2 4,7 4,259 5,5 4,9 4,460 5,7 5,1 4,661 6,0 5,4 4,862 6,3 5,7 5,063 6,6 5,9 5,364 6,9 6,2 5,565 7,2 6,5 5,866 7,5 6,8 6,067 7,8 7,0 6,468 8,1 7,3 6,569 8,4 7,6 6,770 8,7 7,8 7,071 9,0 8,1 7,272 9,2 8,3 7,473 9,5 8,5 7,674 9,7 8,7 7,875 9,9 9,0 7,976 10,2 9,2 8,277 10,4 9,4 8,378 10,6 9,5 8,579 10,8 9,7 8,680 11,0 9,9 8,8
Sumber : Direktorat Gizi, Depkes (1973) dalam Nursalam (2008).
Berdasarkan tabel 3. pada KMS di atas, status gizi anak
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
(a) Status gizi normal, bila BB anak antara 90-100%.
(b) Status gizi kurang, bila BB anak antara 80-90% dari
BB standar.
(c) Status gizi buruk, bila BB anak kurang atau sama
dengan 80% dari BB standar (Nursalam, 2008).
(2) Tinggi badan/panjang badan
Pada tahun pertama, pertambahannya adalah 1,25
cm/bulan (1,5 x panjang badan). Penambahan tersebut
29
akan berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun,
yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun.
Seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat
diperkirakan berdasarkan rumus dari Behram (1992),
yaitu:
(a) Perkiraan panjang badan lahir = 50 cm.
(b) Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 x panjang
badan lahir.
(c) Perkiraan tinggi badan usia 2-12 tahun = (Umur x 6) +
77 = 6n + 77.
Keterangan : n adalah usia anak dalam tahun, bila usia
lebih 6 bulan dibulatkan ke atas, bila 6 bulan atau
kurang, dihilangkan (Nursalam, 2008).
(3) Lingkar kepala
Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35
cm. Kemudian akan bertambah sebesar + 0,5 cm/bulan
pada bulan pertama atau menjadi + 44 cm. Pada 6 bulan
pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat
dibandingkan dengan tahap berikutnya, kemudian tahun-
tahun pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5
cm/tahun (Nursalam, 2008).
(4) Lingkar lengan atas (LILA)
Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat
lahir, lingkar lengan atas sekitar 11 cm dan pada tahun
pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm. Selanjutnya
30
ukuran tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun
(Nursalam, 2008).
(5) Lingkar dada
Saat lahir, diameter tranversal dan anteroposterior dari
lingkar dada hampir sama besarnya yaitu 34-35 cm,
sehingga bentuk dadanya seperti silinder. Dengan
bertambahnya usia, ukuran diameter tranversal menjadi
lebih besar dibandingkan dengan diameter anteroposterior,
sehingga bentuk dada menjadi gepeng. Pertumbuhan
lingkar dada lebih lambat dibandingkan dengan ukuran
lingkar kepala (Nursalam, 2008).
d) Pemeriksaan Persistem
Menurut Engel (2008), pada pengkajian persistem akan
ditemukan hal-hal berikut :
(1) Sistem Pernapasan
Kaji kesimetrisan dada dan lubang hidung, kembang
kempis dada, retraksi dada, frekuensi napas, penggunaan
alat bantu pernapasan, jenis pernapasan, palpasi
kesimetrisan vokal fremitus, perkusi bunyi dada, auskultasi
bunyi napas.
Pada sistem pernapasan pada anak dengan post op
reanostomosis yaitu cenderung ditemukan pernafasan yang
cepat yaitu antara 35 - 40 x/menit dan dangkal (kussmaul),
irama nafas yang tidak teratur, adanya retraksi interkostalis,
sesak napas akibat adanya distensi abdomen.
31
(2) Sistem Kardiovakuler
Kaji adanya sianosis pada bibir dan kuku, periksa bantalan
kuku terhadap jari tabuh, CRT (Cafilari Refilling Time) < 2
detik, periksa denyut nadi dan tekanan darah. Auskultasi
bunyi jantung.
Pada anak dengan post reanostomosis cenderung ditemukan
denyut nadi yang meningkat yaitu lebih dari 90 x/menit,
ada tidaknya kelainan akibat hirshprung atau kelainan
bawaan saat lahir.
(3) Sistem Pencernaan
Pada pemeriksaan rectum dan feses akan didapatkan adanya
perubahan feses seperti pita dan berbau busuk, fase awal
didapatkan penurunan bising usus, dan berlanjut dengan
hilangnya bising usus, timpani akibat abdominal
mengalami kembung dan teraba dilatasi kolon abdominal.
Adanya mual muntah, konstipasi dan dehidrasi.
(4) Sistem Integumen
Pada sistem integumen cenderung ditemukan adanya edema
kulit, akral hangat, hipertermi, turgor kulit jelek karena
adanya dehidrasi.
(5) Sistem Perkemihan
Kaji adanya distensi kandung kemih, nyeri tekan, kekuatan
pancaran urine saat berkemih, volume, warna, bau dan
konsistensi urine.
32
Pada anak dengan post op reanostomosis ditemukan
kencingnya lebih sedikit dan pekat karena kekurangan
cairan.
(6) Sistem Reproduksi
Yang perlu dikaji adalah meatus uretra normal atau tidak,
apakah ditemukan kesulitan berkemih atau tidak.
(7) Sistem Persarafan
Kaji tingkat kesadaran anak dengan menggunakan GCS
yang disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 3. Cara Menguji Tingkat Kesadaran GCS (Glasgow ComaScale)Bayi Respon Anak/Dewasa
SpontanTerhadapperintah/suaraTerhadap nyeriTidak ada respon
Membuka Mata (Eye)43
21
SpontanTerhadap perintah
Terhadap nyeriTidak ada respon
Bergumam/mengocehMenangis lemahMenangis karena nyeri
Merintih karena nyeri
Tidak ada
Respon Verbal543
2
1
TerorientasiBingungKata-kata yangtidak teraturTidak dapatdimengertiTidak ada
SpontanMenarik karenasentuhanMenarik karena nyeri
Fleksi abnormalEkstensi abnormalTidak ada respon
Respon Motorik65
4
321
Mematuhi perintahMelokalisasi nyeri
Penarikan karenanyeriFleksi abnormalEkstensi abnormalTidak ada respon
Sumber : Nurarif dan Kusuma (2015).
Menurut Setiadi (2012), macam-macam tingkat kesadaran
yaitu :
33
(a) Compos Mentis (14-15) yaitu sadar sepenuhnya,
dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya.
(b) Apatis (12-13) yaitu kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan lingkungan sekitarnya, sikapnya
acuh tak acuh, tidak segera menjawab jika di tanya.
(c) Somnolen (10-11) yaitu kesadaran yang mau tidur
saja, penderita dapat dibangunkan dengan rangsangan
suara yang keras. Bila rangsangan tiada klien tidur
kembali.
(d) Delirium (9-7) yaitu kacau motorik, memberontak,
berteriak-teriak dan tidak sadar terhadap orang lain,
tempat dan waktu.
(e) Sopor/semi koma (6-4) yaitu kesadaran yang
menyerupai koma, penderita hanya dibangunkan
dengan rangsangan nyeri.
(f) Koma (3) yaitu kesadaran yang hilang sama sekali,
penderita tidak dapat dibangunkan dengan rangsangan
nyeri yang hebat.
Kaji aktivitas motorik anak khususnya amati ukuran dan
bentuk kepala dan periksa tulang belakang, gerakan semua
dengan rentang gerak. Pada anak dengan post op
reanostomosis cenderung ditemukan adanya penurunan
kesadaran.
34
(8) Sistem Muskuloskeletal
Kaji pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota
gerak bawah, ketidaknyamanan atau rasa nyeri yang
dilaporkan klien waktu bergerak. Selain ROM, tonus dan
kekuatan tonus harus dikaji karena klien imobilisasi
biasanya tonus dan kekuatan ototnya menurun.
Pada anak dengan hirsprung ditemukan malaise dan nyeri
saat bergerak akibat distensi abdomen.
(9) Sistem Endokrin
Kaji apakah ada pembesaran kelenjar misalnya:
pembesaran kelenjar getah bening, kelenjar thyroid. Pada
anak dengan post op reanostomosis tidak terdapat adanya
gangguan.
(10) Sistem Indra
Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu bentuk,
kesimetrisan, ketajaman penglihatan, lapang pandang,
konjungtiva anemis atau tidak anemis, sklera icterus atau
tidak, adanya odema pada kelopak mata atau tidak, bentuk
hidung, warna, adanya sekret atau tidak di hidung, adanya
nyeri tekan atau tidak, adanya oedema atau tidak pada
hidung, bentuk telinga, adanya oedema atau tidak, adanya
nyeri tekan atau tidak, refleks mengisap kuat atau tidak.
Pada anak post op reanostomosis konjungtiva yang tampak
anemis, refleks mengisap lemah.
35
(11) Sistem Imun
Dikaji adanya nyeri tekan atau tidak pada kelenjar getah
bening, adanya oedema atau tidak pada kelenjar getah
bening, ada riwayat alergi atau tidak.
Pada anak dengan post op reanostomosis terdapat adanya
penurunan kekebalan tubuh akibat diare yang terus
menerus.
7) Pola Aktivitas Sehari-hari
Menurut Wong (2004), pengkajian pola aktivitas sehari-hari yaitu
sebagai berikut:
a) Nutrisi : Yang perlu dikaji adalah makanan dan minuman apa
yang disukai dan tidak disukai, berapa jumlah rata-rata makan
per hari, bagaimana menggambarkan nafsu makan anak
biasanya (nafsu makan besar, nafsu makan kecil), bagaimana
kebiasannya makan (dipiring, botol, mangkuk, makan sendiri,
memerlukan bantuan), apakah ada masalah makan (rewel yang
berlebihan, sulit mengisap atau menelan).
Pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun
waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah,
asupan nutrisi dan air naik atau turun.
b) Eliminasi BAB dan BAK : Pada pengkajian BAB yang perlu
dikaji adalah frekuensi, waktu, warna, dan konsistensi. Pada
pengkajian BAK yang perlu dikaji adalah frekuensi, waktu,
warna dan bau serta adanya keluhan pada saat BAB atau BAK.
36
Saat sakit anak dengan post op reanostomosis terjadi ketidak
seimbangan antara output dan input. Tandanya adalah sering
BAK, pasien terjadi diare dan atau konstipasi, BAB seperti pita
dan berbau.
c) Istirahat dan tidur : Kaji waktu istirahat klien sebelum sakit dan
bandingkan dengan saat sakit, kaji tidur klien, kualitas tidur,
jumlah serta adanya keluhan pada waktu istirahat tidur.
Anak dengan post op reanostomosis biasanya rewel dan suka
menangis, tampak lemah dan terdapat kantung mata. Tandanya
adalah anak terlihat sering menguap.
d) Personal hygiene : Yang perlu dikaji frekuensi mandi, potong
kuku, sikat gigi, mencuci rambut dan keluhan pada pemenuhan
personal hygiene. Bisanya tidak ada kelainan karena masih
dibantu oleh orang tua.
e) Aktifitas : Yang perlu dikaji adalah aktifitas yang biasa
dilakukan serta frekuensinya dan keluhan pada pemenuhan
aktivitas sehari-hari. Tandanya adalah aktifitas dibantu.
8) Pemeriksaan Diagnostik
a) Foto polos abdomen tegak akan terlihat usus-usus melebar atau
terdapat gambaran obstruksi usus rendah.
b) Barium enema ditemukan daerah transisi, gambaran kontraksi
usus yang tidak teratur di bagian menyempit dan terdapat
retensi barium setelah 24-48 jam.
c) Biopsi otot rektum, yaitu pengambilan lapisan otot rektum
(Padila, 2012).
37
9) Perawatan dan pengobatan
a) Perawatan dapat berupa :
(1) Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan
kongenital pada anak secara dini.
(2) Membantu perkembangan ikatan orang tua dan anak.
(3) Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis
(pembedahan).
(4) Mendampingi orang tua pada perawatan post op
reanostomosis setelah rencana pulang (Padila, 2012).
b) Pengobatan
Anak dengan post op reanostomosis akibat reseksi yang panjang
akan diberikan pengobatan berupa cairan parenteral (RL,
Dextrose 5% atau NaCl 0,9%), kortikosteroid, misalnya : metil
prednisone 30 mg/kgbb/hari (apabila terdapat renjatan), transfusi
darah (plasma atau whole blood dan albumin), dan Antibiotic
intra perineal (misal 100 cc – 200 cc kanamicin 0,5%).
b. Pengelompokan Data
Pengelompokkan data yaitu data dikelompokkan ke dalam data
subjektif yang didasarkan pada fenomena yang dapat diamati secara
faktual yang dapat diukur melalui indra perawat atau disebut dengan
tanda (sign), dan data objektif merupakan informasi yang disampaikan
klien kepada perawat selama interview atau disebut gejala (symptom)
(Asmadi, 2008).
38
c. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan
menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang
relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan klien (Setiadi, 2012).
d. Prioritas Masalah
Prioritas masalah disusun berdasarkan kebutuhan dasar manusia.
Hal ini dilakukan karena tidak mungkin semua masalah diatasi
bersama-sama sekaligus. Jika diputuskan masalah mana yang dapat
diatasi terlebih dahulu berkaitan erat dengan kebutuhan dasar manusia
(Setiadi, 2012).
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah mengidentifikasi masalah kesehatan
klien yang dapat diatasi (ditangani, dikurangi, atau diubah) melalui
intervensi dan manajemen keperawatan (Nursalam, 2008).
Diagnosa yang muncul menurut Doengoes, et al (2000) pada anak
dengan post op reanostomosis adalah :
a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat
tindakan operasi.
b. Konstipasi berhubungan dengan ketidakadekuatan masukan diet/cairan.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pasca prosedur pembedahan.
39
e. Resiko cedera berhubungan dengan pasca prosedur bedah, iskemia,
nekrosis dinding intestinal sekunder dari kondisi obstruksi usus.
f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
g. Ansietas orang tua berhubungan dengan prognosis penyakit, dan
kurangnya informasi.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu petunjuk tertulis yang menggambarkan
secara tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien
sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan (Asmadi,
2008).
Menurut Doenges, et al (2000), berdasarkan diagnosa keperawatan
pada anak dengan post op reanostomosis dapat dibuat suatu perencanaan
sebagai berikut :
a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.
Kriteria : Klien nampak rileks, mampu tidur/istrahat dengan tepat.
Tabel 4. Perencanaan Nyeri AkutIntervensi Rasional
1) Kaji keluhan nyeri, perhatikanlokasi, lamanya dan intensitas (skala0-10) perhatikan petunjuk verbal dannon verbal.
2) Bantu pasien menemukan posisiyang nyaman.
3) Berikan tindakan kenyamanan dasarmisalnya perubahan posisi padapunggung atau sisi yang tidak sakit.
4) Berikan analgesik sesuai indikasi.
1) Membantu dalam mengindentifikasiderajat ketidaknyamanan dankebutuhan untuk keefektifananalgesik.
2) Peninggian lengan dan adanya drainmempengaruhi kemampuan pasienuntuk rileks dan istrahat secaraefektif.
3) Meningkatkan relaksasi, membantuuntuk memfokuskan perhatian dandapat meningkatkan kemampuankoping.
4) Menghilangkan nyeri danmemfasilitasi tidur.
Sumber : Doenges,et al (2000).
40
b. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi mekanik.
Tujuan : Pola eliminasi BAB membaik.
Kriteria : Konsistensi feses agak padat, klien BAB 1-2 kali sehari,
peristaltik usus kembali normal, tidak ada distensi
abdomen.
Tabel 5. Perencanaan KonstipasiIntervensi Rasional
1) Observasi bising usus dan periksaadanya distensi abdomen pasien.
2) Dorong masukkan cairan 2.500-3.000ml/hari.
3) Kolaborasi dengan ahli gizi dalampengaturan diet jika pasien sudahtidak dipuasakan.
1) Untuk menyusun rencanapenanganan yang efektif dalammencegah konstipasi dan impaksifekal
2) Membantu memperbaiki konsistensifeses.
3. Menentukan diet yang sesuai dengankebutuhan klien..
Sumber : Doenges, et al (2000).
c. Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah, dan anorexia.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria : Nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, keluhan mual
tidak ada, muntah tidak ada, porsi yang disediakan habis.
Tabel 6. Perencanaan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari KebutuhanTubuh
Intervensi Rasional1) Kaji atau catat pemasukan diet.
2) Berikan klien minum air hangatsebelum makan.
3) Berikan makanan sedikit dansering.
4) Kolaborasi dengan ahli gizi dalampendukung nutrisi.
5) Kolaborasi dalam pemberianantiemetik.
1) Membantu dalam mengidentifikasidefisiensi dan kebutuhan diet.
2) Air hangat dapat membantumengencerkan konsentrasi HClsehingga mual dapat berkurang
3) Meminimalkan anoreksia dan mual.
4) Menentukan kalori dan kebutuhannutrisi dalam pembatasan sesuaikebutuhan
5) Untuk menghilangkan mual danmuntah dan dapat meningkatkanpemasukan oral
Sumber : Doenges, et al (2000).
41
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pasca prosedur pembedahan.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria : Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti rubor, dolor, color,
tumor dan fungsiolaesa.
Tabel 7. Perencanaan Resiko InfeksiIntervensi Rasional
1) Awasi tanda vital. Perhatikandemam, menggigil, berkeringat,perubahan mental danmeningkatnya nyeri abdomen.
2. Lakukan pencucian tangan yangbaik dan perawatan luka aseptic.
3. Lihat insisi dan balutan, catatkarakteristik luka, dan adanyaeritema.
4. Kolaborasi dalam pemberian obatantibiotik sesuai indikasi.
1. Dengan adanya infeksi/terjadinyasepsis, dan abses.
2. Menurunkan resiko penyebaranbakteri.
3. Memberikan deteksi dini terjadinyaproses infeksi, dan/atau pengawasanpenyembuhan yang telah adasebelumnya.
4. Diberikan sebagai profilaksis ataumenurunkan jumlah organismeuntuk menurunkan penyebaran danpertumbuhannya pada ronggaabdomen.
Sumber : Doengoes, et al (2000).
e. Resiko cedera berhubungan dengan pasca prosedur bedah, iskemia,
nekrosis dinding intestinal sekunder dari kondisi obstruksi usus.
Tujuan : Reseksi colon tidak mengalami injuri.
Kriteria : Tidak terjadi perdarahan, tidak terjadi infeksi pada insisi.
Tabel 8. Perencanaan Resiko CederaIntervensi Rasional
1) Kaji adanya tanda-tanda dan gejalaadanya .perdarahan gastrointestinal.
2) Observasi adanya petekie, ekimosisatau perdarahan dari satu atau lebih
3) Awasi nadi dan TD.
4) Catat perubahan mental/tingkatkesadaran.
1) Traktus gastrointestinal paling biasamenjadi sumber perdarahan.
2) Tanda subakut dapat terjadisekunder terhadap gangguan faktorpembekuan.
3) Peningkatan nadi dengan penurunanTD dapat menunjukkan kehilanganvolume darah sirkulasi, memerlukanevaluasi lanjut.
4) Perubahan dapat menunjukkanpenurunan perfusi jaringan serebralsekunder terhadap hipovolemia.
Sumber : Doenges, et al (2000).
42
f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan.
Kriteria : Mukosa bibir lembab dan tidak pecah-pecah, tidak ada
mual muntah dan hidrasi tidak adekuat.
Tabel 9. Perencanaan Resiko Kekurangan Volume CairanIntervensi Rasional
1) Kaji tanda vital, takikardi, demam,turgor kulit dan kelembaban mukosa.
2) Awasi masukan dan haluaran sertapengisapan dari NGT.
3) Berikan cairan tambahan IV sesuaiindikasi.
4) Awasi elektrolit dan ganti sesuaiindikasi.
1) Indikator dehidrasi atauhipovolemia, keadekuatanpenggantian cairan.
2) Perubahan pola kapasitasgaster/motilitas usus dan mualsangat mempengaruhi masukan dankebutuhan cairan.
3) Menggantikan kehilangan cairan danmemperbaiki keseimbangan cairandalam fase segera pasca operasi.
4) Penggunaan selang NGT ataumuntah dapat menurunkan elektrolitdan mempengaruhi fungsi organ.
Sumber : Doenges, et al (2000).
g. Ansietas orang tua berhubungan dengan prognosis penyakit, dan
kurangnya informasi.
Tujuan : Ansietas orang tua berkurang/hilang.
Kriteria : Ekspresi wajah orang tua tampak tenang.
Tabel 10. Perencanaan Ansietas Orang TuaIntervensi Rasional
1) Kaji tingkat rasa cemas pada orangtua klien dan orang terdekat.
2) Jelaskan prosedur/asuhan yangdiberikan.
3) Dorong dan berikan kesempatanpada orang tua atau keluarga terdekatuntuk mengajukan pertanyaan danmenyatakan masalah.
1) Membantu menentukan jenisintervensi yang diperlukan.
2) Rasa cemas dan ketidaktahuandiperkecil denganinformasi/pengetahuan dan dapatmeningkatkan penerimaan.
3) Membuat perasaan terbuka danbekerja sama dalam memberikaninformasi yang membantu dalamidentifikasi/mengatasi masalah.
Sumber : Doenges, et al (2000).
43
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah
rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing order untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2008).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan dan kinerja hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi,
2008).
Evaluasi dikerjakan dalam bentuk pengisian format SOAP :
S : Subjektif yaitu data berupa keluhan klien
O : Objektif yaitu data hasil pemeriksaan.
A : Analisa data yaitu perbandingan antara data dengan teori.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon (Asmadi, 2008).
Menurut Setiadi (2012), catatan perkembangan merupakan catatan
yang berhubungan dengan keadaan pasien selama menjalani asuhan
dengan menggunakan SOAPIE sebagai berikut:
S : Data subjektif adalah perkembangan keadaan yang didasarkan pada
apa yang dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan pasien.
O: Data Objektif adalah perkembangan objektif yang bisa diamati dan
diukur oleh perawat atau tim kesehatan lain.
44
A: Analisis adalah penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun
objektif) apakah berkembang ke arah perbaikan atau kemunduran.
P: Perencanaan adalah rencana penanganan klien yang didasarkan pada
hasil analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya
apabila keadaan atau masalah belum teratasi.
I : Implementasi yaitu penilaian tentang sejauh mana rencana tindakan
dan evaluasi telah dilaksanakan dan sejauh mana masalah klien
teratasi.
E: Evaluasi yaitu penilaian tentang sejauh mana rencana tindakan dan
evaluasi telah dilaksanakan dan sejauh mana masalah klien teratasi.
45
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Biodata
a) Identitas klien
Nama : An. S
Umur : 2 Thn
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Cikancung
Pendidikan : Belum ada
Pekerjaan : Belum ada
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Tanggal Masuk RS : 03 - 02 – 2016
Tanggal Operasi : 14 – 02 - 2016
Tanggal Pengkajian : 15 - 02 – 2016
Ruangan : Kemuning Lantai II Bedah Anak
No. Register : 16020707
Diagnosa Medis : Hischprung Disease
46
b) Identitas orang tua
(1) Ayah
Nama : Tn.A
Umur : 39 Thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Cikancung
Hubungan dengan Klien : Ayah klien
(2) Ibu
Nama : Ny. H
Umur : 31 Thn
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Cikancung
Hubungan dengan klien : Ibu klien
47
2) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
(1) Riwayat sebelum masuk rumah sakit
Menurut ibu klien, 1 minggu sebelum masuk rumah sakit
klien mengalami mual dan muntah yang berwarna
kehijauan yang disertai dengan distensi abdomen. Ibu
kemudian membawa ke puskesmas setempat untuk
mendapatkan pengobatan namun kondisi klien tidak
mengalami perubahan sehingga orang tua membawa klien
untuk ke RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung untuk
mendapatkan perawatan.
(2) Keluhan utama : Nyeri.
(3) Riwayat keluhan utama
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 15 Februari 2016
ibu klien mengatakan anaknya rewel karena luka pada perut
kiri bawah akibat operasi reanostomosis colon pada tanggal
14 Februari 2016. Keluhan dirasakan hilang timbul selama
15 – 30 menit seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri
sedang yaitu 6 (0-10). Bertambah pada saat klien banyak
bergerak dan berkurang saat klien istirahat.
48
b) Riwayat kesehatan dahulu
(1) Pre natal care.
Ibu klien mengatakan mulai melakukan pemeriksaan
kehamilan pada usia kehamilan 4 bulan di Posyandu.
Selama hamil melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak
3 kali, melakukan imunisasi TT dan ibu klien tidak pernah
di rawat di Rumah Sakit.
(2) Intra natal care
Ibu klien mengatakan bahwa melakukan persalinan di
klinik bersalin dengan bantuan bidan dan dokter, anak
sempat menelan mekonium dan mengalami sesak napas.
(3) Post natal care
Ibu klien mengatakan bahwa setelah melahirkan, bayinya
tidak BAB lebih dari 24 jam, perut kembung dan muntah
berwarna kehijauan. Dokter mendiagnosis penyakit
anaknya adalah hischprung sehingga langsung dilakukan
tindakan pembedahan pada usia anak 1 hari.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu klien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang
memiliki penyakit yang sama dengan yang di derita anaknya.
Ibu klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita
penyakit menular seperti TBC, Hepatitis dan lain-lain.
49
d) Genogram
Bagan 1. Genogram 3 Generasi
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Klien
? : Tidak diketahui umurnya
: Meninggal Dunia
: Tinggal Serumah
: Garis Keturunan
: Garis Perkawinan
e) Riwayat imunisasi
Tabel 11. Riwayat ImunisasiNo Jenis Imunisasi Waktu Pelaksanaan Reaksi Setelah Pemberian1. Hepatitis B 0 – 11 bulan (3x) Tidak ada reaksi2. BCG 0 - 1 bulan (1x) Demam3. Polio 0 - 11 bulan (4x) Demam4. DPT 2 - 11 bulan (3x) Demam5. Campak 0 - 11 bulan (1x) Demam
?
39
??
?
?
31
?
?
? ?
10 2
50
f) Riwayat tumbuh kembang
(1) Pertumbuhan fisik anak
(a) Berat badan lahir 2,9 kg dan BB sekarang 15 kg
(b) Tinggi badan lahir 48 cm sekarang 79 cm
(c) Lingkar kepala lahir 34cm sekarang 44 cm
(d) Lingkar lengan lahir 11 cm sekarang 16 cm
(2) Perkembangan anak
(a) Senyum pertama kali pada orang umur 6 minggu.
(b) Berguling umur 8 bulan.
(c) Duduk umur 9 bulan.
(d) Merangkak umur 9 bulan
(e) Berdiri umur 12 bulan
(f) Bicara pertama 12 bulan.
(g) Berjalan umur 16 bulan.
(h) Dapat makan sendiri menggunakan sendok 22 bulan.
g) Riwayat Nutrisi
(1) Pemberian ASI
(a) ASI diberikan sejak lahir hingga usia 12 bulan.
(b) Pertama berikan bayi ASI dengan frekuensi 6-7x/hari
(c) ASI diberikan dengan cara berbaring kadang dengan
posisi digendong.
(2) Pemberian Susu Formula
Ibu klien mengatakan anaknya minum susu formula yaitu
SGM saat usia 7 bulan.
51
(3) Pemberian Makanan Tambahan
(a) Pemberian makanan tambahan berupa bubur bayi dan
diberikan pertama kali pada usia 13 bulan.
(b) Jenis bubur adalah bubur.
Tabel 12. Pola Perubahan Nutrisi Tiap Tahap Usia sampai PolaNutrisi Saat Ini
No Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian1. 0 Bulan ASI 0-6 bulan2.3.
6 Bulan12 bulan
Susu formulaASI, susu formula, dan bubur
6 – 12 bulan12 – 24 bulan
3) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Lemah
b) Tanda-tanda vital :
N : 90x/menit
R : 28x/menit
S : 37,2 0C
c) Antropometri
Berat badan : 15 kg
Tinggi badan : 79 cm
Lingkar kepala : 44 cm
Lingkar perut : 48 cm
Lingkar lengan atas: 16 cm
d) Sistem Pernapasan
Mukosa hidung warna merah muda, bentuknya simetris, tidak
ada septum deviasi, bentuk dada normal, gerakan dinding dada
simetris, frekuensi pernapasan 28 x/mnt, tidak ada pernapasan
cuping hidung, tidak ada masa/benjolan, bunyi resonan pada
52
paru kanan dan kiri, bunyi nafas vesikuler, pernapasan reguler
normal.
e) Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva merah muda, sklera berwarna putih, tidak terdapat
peningkatan JVP, CRT < 2 detik, akral teraba hangat, dan nadi
90 kali/menit. Terdengar pada area dan batas-batas jantung.
Bunyi jantung S1 (+), S2 (+), tidak ada bunyi jantung
tambahan.
f) Sistem Pencernaan
Bibir pecah-pecah dan nampak kering, bentuk simetris, tampak
distensi abdomen, gigi susu belum lengkap, nampak ada luka
post op pada abdomen sebelah kiri bawah, nyeri tekan pada
abdomen kiri bawah, tidak teraba adanya massa, abdomen
terdengar suara timpani, peristaltik usus 5 x/ menit dan hepar
tidak teraba, mual dan muntah, terpasang NGT di hidung
sebelah kiri.
g) Sistem Muskuloskeletal
Tingkat aktivitas klien terbatas karena adanya nyeri. Semuanya
dibantu oleh keluarganya, tidak ada keterbatasan gerak pada
persendian, tidak ada kifosis, lordosis ataupun skoliosis.
(1) Ekstremitas Atas
Bentuk simetris kiri dan kanan, terpasang IVFD RL 20
tetes/ menit (mikro) ditangan kanan, refleks trisep ++/++,
refleks bisep ++/++, ada sensasi halus/ kasar, kekuatan otot
4 5 tidak terdapat edema.
53
(2)Ekstremitas Bawah
Bentuk simetris kiri dan kanan, refleks patela ++/++, refleks
achiles ++/++, refleks babinski ++/++ kekuatan otot 5 5
tidak terdapat edema.
h) Sistem Indra
(1) Mata : mata simetris antara kiri dan kanan, konjungtiva
tampak berwarna merah muda, tidak ada pembengkakan
pada palbebra, skelera tampak ikterus, tidak ada nyeri tekan
dan tidak ada benjolan.
(2) Hidung : lubang hidung simetris antara kiri dan kanan, tidak
terdapat pernapasan cuping hidung, tidak terpasang alat
bantu pernapasan, tidak ada sekret, tidak ada nyeri tekan
dan tidak ada masa atau benjolan, terpasang NGT di hidung
sebelah kiri.
(3) Telinga : simetris antara kiri dan kanan, lubang telinga
bersih, tidak ada nyeri tekan pada artikula, tidak ada masa
atau benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
(4) Lidah : lidah tampak bersih.
(5) Kulit : warna kulit coklat, tidak terlihat lesi, kulit tampak
bersih, kulit teraba hangat, ada luka bekas operasi di
abdomen sebelah kiri bawah, diameter luka 6 cm, dan suhu
tubuh 37,2 0 C.
i) Sistem Perkemihan
Tampak terpasang kateter, tidak ada udem palpebra, tidak ada
distensi dan nyeri tekan pada kandung kemih.
54
j) Sistem persarafan
(1) Nervus I (olfaktorius)
Tidak dilakukan pengkajian karena anak masih 2 tahun.
(2) Nervus II (Optikus)
Tidak dilakukan pengkajian karena anak masih 2 tahun.
(3) Nervus III, IV dan VI (Okulomotorius, Trokhlearis, dan
Abdusen)
Klien dapat menggerakan mata kesegala arah, refleks pupil
positif terhadap rangsangan cahaya, dan pupil mata isokor.
(4) Nervus V (Trigeminus)
Klien dapat mengunyah dengan baik.
(5) Nervus VII (Facialis)
Klien dapat mengerutkan dahi dengan kedua bibir simetris
(6) Nervus VIII (Akustikus)
Tidak dilakukan pengkajian.
(7) Nervus IX (Glosopharingeus)
Klien dapat merasakan sensasi manis dan pahit pada lidah.
(8) Nervus X (Vagus)
Refleks menelan baik, ovula terletak ditengah. Mual dan
muntah
(9) Nervus XI (aksessorius)
Klien dapat menoleh ke kiri dan ke kanan.
(10)Nervus XII (Hipoglosus)
Klien dapat menggerakan dan menjulurkan lidah ke depan,
ke samping, ke atas dan ke bawah.
55
k) Sistem integumen
Warna rambut hitam, penyebaran merata, rambut tidak mudah
rontok, warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, suhu,
37,20C, tidak ada clubbing finger, tampak luka bekas operasi
pada abdomen sebelah kiri bawah, tampak luka tertutup perban
steril, tampak luka dengan diameter 6 cm.
l) Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid, tidak ada
nyeri tekan pada kelenjar tiroid.
m) Sistem imun
Tidak ada nyeri tekan pada kelenjar limfe.
n) Sistem reproduksi
Tidak ada kelainan pada sistem reproduksi.
4) Pola Aktivitas
Tabel 13. Pola Aktivitas Sehari-HariAktivitas Sebelum Sakit Selama Sakit
Pola nutrisia) Makan
FrekwensiJenis makananPorsiNafsu makan
a) 3 kali seharib) Nasi, ikan, sayur, dan buahc) Dihabiskand) Baik
Klien terpasang NGT padahidung sebelah kiri, ibu klienmengatakan anaknyamengalami mual dan muntah3x.
Keluhan
b) CairanFrekuensiJenis
Cara pemberian
e) Tidak ada
a) 4-5 kali seharib) Air putih dan ASI
c) Menggunakan gelas danmenyusui
Ibu klien mengatakan anaknyamasih dipuasakan.
Pemasukan cairan klien hanyamelalui infus RL 20 tts/menit(mikro).
Eliminasia) BAB
FrekwensiKonsistensiBauWarnaKeluhan
a) 1-2 kali seharib) Lunakc) Khasd) Kuning jernihe) Tidak ada
Ibu klien mengatakan anaknyasusah BAB.
56
Aktivitas
b) BAKFrekwensiBauWarnaKeluhan
Sebelum Sakit
b) 800 – 1500cc/hari
c) Khas amoniakd) Kuninge) Tidak ada
Saat Sakit
Terpasang kateter denganvolume urine 1000 cc/24 jamdan berwarna kuning jernih.
Istirahat dan Tidura) Tidur siangb) Tidur malam
a) Baikb) Nyenyak
Ibu klien mengatakan anaknyarewel karena nyeri luka post op.
Personal hygienea) Mandi
b) Kukuc) Gosok gigid) Mencuci rambut
a) 2 kali sehari
b) 1 kali semingguc) 2 kali seharid) 3 kali seminggu
a) Ibu klien mengatakananaknya hanya di lap basah.
b) Ketika panjang.c) 1 kali sehari.d) 2 kali seminggu.
5) Data Psikologis
Klien tinggal bersama orang tuanya, sejak lahir diasuh oleh
keluarganya, di rumah klien sering bermain-main dengan orang
tuanya dan anak-anak sebayanya, keluarga khawatir dengan kondisi
yang diderita anaknya, ibu klien sering bertanya-tanya tentang
penyakit yang diderita anaknya, ibu klien menanyakan kapan klien
sembuh dan boleh pulang. Ibu klien tampak cemas dengan kondisi
yang diderita anaknya.
6) Data penunjang
Tabel 14. Hasil Pemeriksaan LaboratoriumTanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal
10/02/2016 a) Darah lengkap(1) Hemoglobin
(2) Hematokrit(3) Leukosit(4) Eritrosit
(5) Trombosit
11,2 gr/dl
32 %9.500 mm3
4,79 juta/ mm3
152 ribu/mm3
L : 14 – 18 gr/dl ;P : 12-16 gr/dl
37-48 %4.000-10.000 mm3
L : 4,5 - 6 juta / mm3 ;
P : 4,0 – 5,5 juta / mm3
150.000-440.000 rb/mm3
57
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normalb) Kimia Darah
(1) Ureum(2) Kreatinin(3) GDS(4) SGOT(5) SGPT
11 mg/dL0,24 mg/dL85 mg/dL
25 u/L15 u/L
15 – 50 mg/dL0,24 – 0,41 mg/dL
< 140 mg/dL< 56 u/L< 39 u/L
7) Pengobatan dan Perawatan
a) Pengobatan
(1) IVFD RL 20 tetes per menit
(2) Cefotaxime 200 mg/ 12 jam/ IV
(3) Antrain 100 mg/8 jam/IV
(4) Ondansentron 1,5 mg/8 jam/IV
b) Perawatan
(1) Tirah baring
(2) Perawatan luka
b. Klasifikasi Data
1) Data Subjektif
a) Ibu klien mengatakan anaknya rewel karena luka post op.
b) Ibu klien mengatakan nyeri bertambah ketika bergerak.
c) Ibu klien menanyakan kapan klien sembuh dan boleh pulang.
d) Ibu klien mengatakan anaknya mual muntah sebanyak 3x.
e) Ibu klien mengatakan anaknya susah BAB.
f) Ibu klien mengatakan anaknya masih dipuasakan
2) Data Objektif
a) Tampak luka bekas operasi pada abdomen sebelah kiri bawah.
b) Tampak luka dengan diameter 6 cm.
58
c) Tampak luka tertutup perban.
d) Terdapat nyeri tekan pada area sekitar operasi.
e) Skala nyeri sedang yaitu 6 (0-10).
f) Ekpresi wajah klien meringis sampai menangis ketika banyak
bergerak.
g) Klien tampak mual muntah sebanyak lebih dari 3x.
h) Bibir tampak kering dan pecah-pecah
i) Peristaltik usus 5 x/menit
j) Tampak distensi abdomen
k) Keluarga khawatir dengan kondisi yang diderita anaknya.
n) Ibu klien sering bertanya-tanya tentang penyakit yang diderita
anaknya.
o) Ibu klien tampak cemas dengan kondisi yang diderita anaknya.
p) Suhu : 37,2 0C.
q) Leukosit : 9.500 mm3.
c. Analisa Data
Tabel 15. Analisa DataNo Data Penyebab Masalah1. Data Subjektif
a. Ibu klien mengatakananaknya masihdipuasakan.
b. Ibu klien mengatakananaknya mual muntahsebanyak 3x
Data Objektif :a. Klien tampak mual dan
muntah sebanyak 3xb. Keadaan umum klien
lemah.c. Bibir tampak kering
dan pecah-pecah.
Gangguangastrointestinal
Refluks balik peristaltik
Merangsang nervus
vagus
Mual dan muntah
Kekurangan volumecairan
Kekurangan volumecairan
59
No Data Penyebab Masalah2. Data Subjektif :
a. Ibu klien mengatakananaknya rewel karenaluka pada perut.
b. Ibu klien mengatakannyeri bertambahketika bergerak.
Data Objektif :a. Tampak luka bekas
operasi abdomensebelah kiri bawah.
b. Terdapat nyeri tekanpada area sekitaroperasi.
c. Skala nyeri sedangyaitu 6 (0-10).
d. Ekpresi wajah klienmeringis sampaimenangis ketikabanyak bergerak.
e. Tampak luka dengandiameter 6 cm.
Post op reanostomosis
Terputusnya kontuinitasjaringan
Merangsang pengeluaranmediator kimia
(histamine, bradikinin,serotonin,danprotalgandin)
Talamus
Corteks serebri
Nyeri akut
Nyeri Akut
3. Data Subjektif :a. Ibu klien mengatakan
anaknya susah untukBAB
Data Objektif :a. Peristaltik usus
5x/menitb. Tampak distensi
abdomen
Pembedahan↓
Trauma jaringan↓
Obstruksi pada colondistal
↓Tidak dapat mendorongbahan-bahan yang akan
dicerna↓
Saluran cerna tersumbat↓
Feses menumpuk↓
Konstipasi.
Konstipasi
4. Data Subjektif:a. Ibu klien menanyakan
kapan klien sembuhdan boleh pulang.
Data Objektif:a. Keluarga khawatir
dengan kondisi yangdiderita anaknya.
b. Ibu klien seringbertanya-tanya tentangpenyakit yang dideritaanaknya.
c. Ibu klien tampakcemas dengan kondisiyang diderita anaknya.
Adanya penyakit yangdiderita oleh klien
↓Perubahan statuskesehatan anak
↓Kurang terpajan
informasi mengenaistatus anak
↓Koping keluarga in
efektif↓
Stress psikologis↓
Ansietas keluarga
Ansietas Orang Tua
5. Data Subjektif:-Data Objektif:a. Tampak luka bekas
operasi pada abdomensebelah kiri bawah.
Adanya tindakanreanostomosis
↓Terputusnya kontinuitas
jaringan↓
Resiko Tinggi Infeksi
60
No. Data
b. Tampak luka dengandiameter 6 cm.
c. Luka ditutup denganperban steril.
d. Suhu : 37,2 0Ce. Leukosit : 9.500 mm3
Penyebab
Luka post opreanostomosis
↓Merupakan port de entry
mikroorganisme↓
Jika tidak dirawatdengan baik potensi
terjadinya infeksi↓
Resiko tinggi infeksi
Masalah
d. Prioritas Masalah
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
2) Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
3) Konstipasi yang berhubungan dengan obstruksi colon distal
4) Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang terpajan informasi
mengenai status kesehatan anak.
5) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka post op
reanostomosis.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan mual muntah
ditandai dengan:
Data Subjektif
1) Ibu klien mengatakan anaknya mual dan muntah sebanyak 3x
2) Ibu klien mengatakan anaknya masih dipuasakan
Data Objektif :
1) Keadaan umum klien lemah
2) Klien tampak mual dan muntah sebanyak 3x
3) Bibir tampak kering dan pecah-pecah
61
b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan yang
ditandai dengan:
Data Subjektif :
1) Ibu klien mengatakan anaknya rewel karena luka pada abdomen
sebelah kiri bawah.
2) Ibu klien mengatakan nyeri bertambah ketika bergerak.
Data Objektif :
1) Tampak luka bekas operasi pada abdomen sebelah kiri bawah.
2) Tampak luka dengan diameter 6 cm.
3) Terdapat nyeri tekan pada area sekitar operasi.
4) Skala nyeri sedang yaitu 6 (0-10).
5) Ekpresi wajah klien meringis sampai menangis ketika bergerak.
c. Konstipasi yang berhubungan dengan obstruksi colon distal yang
ditandai dengan:
Data Subjektif :
1) Ibu klien mengatakan anaknya susah untuk BAB
Data Objektif:
1) Tampak distensi abdomen
2) Peristaltik usus 5 x/menit
d. Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang terpajan informasi
mengenai status kesehatan anak yang ditandai dengan:
Data Subjektif:
Ibu klien menanyakan kapan klien sembuh dan boleh pulang.
Data Objektif:
1) Keluarga khawatir dengan kondisi yang diderita anaknya.
62
2) Ibu klien sering bertanya-tanya tentang penyakit yang diderita
anaknya.
3) Ibu klien tampak cemas dengan kondisi yang diderita anaknya
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka post op
reanotosmosis yang ditandai dengan :
Data Subjektif: -
Data Objektif:
1) Tampak luka bekas operasi pada abdomen sebelah kiri bawah.
2) Tampak luka dengan diameter 6 cm.
3) Luka ditutup dengan perban steril.
4) Suhu : 37,2 0C
5) Leukosit : 9.500 mm3
63
3. Rencana Tindakan Keperawatan
Nama : An. S Tanggal Masuk RS : 03 Februari 2016
Umur : 2 Thn Tanggal Pengkajian : 15 Februari 2016
Jenis Kelamin : Perempuan No. Register : 16020707
Alamat : Cikancung Diagnosa Medis : Hischprung Disease
Tabel 16 : Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa KeperawatanRencana Tindakan Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional1. Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan mual muntahditandai dengan:Data Subjektifa) Ibu klien mengatakan anaknya
mual dan muntah sebanyak 3kali
b) Ibu klien mengatakan anaknyamasih dipuasakan
Data Objektif :a) Keadaan umum klien lemahb) Klien tampak mual muntah
sebanyak 3xc) Bibir tampak kering dan pecah-
pecah
Setelah diberi tindakan keperawatanselama 3 hari keseimbangan volumecairan terpenuhi dengan kriteria :a) Tidak ada mual dan muntahb) Mukosa bibir lembab dan tidak
pecah-pecahc) Hidrasi adekuat
1. Kaji tanda vital, takikardi, demam,turgor kulit dan kelembabanmukosa.
2. Awasi masukan dan haluaran danpengisapan dari NGT.
3. Berikan cairan tambahan IVsesuai indikasi.
4. Awasi elektrolit dan ganti sesuaiindikasi.
5. Kolaborasi dalam pemberian obatsesuai indikasi.
1. Indikator dehidrasi atau hipovolemia,keadekuatan penggantian cairan.
2. Perubahan pola kapasitas gaster/motilitasusus dan mual sangat mempengaruhimasukan dan kebutuhan cairan.
3. Menggantikan kehilangan cairan danmemperbaiki keseimbangan cairan dalamfase segera pasca operasi.
4. Penggunaan selang NGT atau muntahdapat menurunkan elektrolit danmempengaruhi fungsi organ.
5. Obat yang tepat diberikan dapatmengurangi keluhan klien.
2. Nyeri akut berhubungan denganterputusnya kontinuitas jaringanyang ditandai dengan:Data Subjektif :a) Ibu klien mengatakan anaknya
rewel karena adanya luka padaabdomen sebelah kiri bawah.
b) Ibu klien mengatakan nyeribertambah ketika bergerak.
Setelah diberikan tindakankeperawatan selama 3 hari nyeriberangsur-angsur berkurang hingganyeri hilang dengan kriteria hasil:a)Ekspresi wajah klien nampak
tenangb)Nyeri berkurang dari 6 menjadi 1
dari (0-10)c)Tidak ada nyeri saat menggerakan
1.Kaji keluhan nyeri, perhatikanlokasi, lamanya dan intensitas(skala 0-10) perhatikan petunjukverbal dan non verbal.
2.Ajarkan ibu klien teknik distraksidengan cara mengusap-usap daerahyang nyeri secara perlahan ketikanyeri.
3.Pertahankan istirahat dengan posisi
1. Membantu dalam mengindentifikasiderajat ketidaknyamanan dan kebutuhanuntuk keefektifan analgesik
2. Distraksi berfungsi untuk mengalihkanperhatian klien sehingga nyeriberkurang.
3. Menghilangkan ketegangan abdomen
64
Data Objektif :a) Tampak luka bekas operasi pada
abdomen sebelah kiri bawah.b) Terdapat nyeri tekan pada area
sekitar operasi.c) Skala nyeri sedang yaitu 6 (0-10).d) Ekpresi wajah klien meringis
sampai menangis ketika banyakbergerak.
e) Tampak luka dengan diameter 6cm
badan. yang nyaman bagi klien.4.Kolaborasi pemberian analgetik.
dengan posisi yang terlentang.4. Analgetik dapat menghambat
pengiriman impuls nyeri ke korteksserebri sehingga dapat mengurangi rasanyeri.
3. Konstipasi yang berhubungandengan obstruksi colon distal yangditandai dengan:Data Subjektif :a) Ibu klien mengatakan anaknya
susah untuk BABData Objektif:a) Tampak distensi abdomenb) Peristaltik usus 5 x/menit
Setelah diberi tindakan keperawatanselama 3 hari pola eliminasi klienkembali normal dengan kriteria :a) Feses lunakb) BAB 1-2x/haric) Tidak ada distensi abdomend) Peristaltik usus dalam batas
normal
1. Observasi bising usus dan periksaadanya distensi abdomen pasien.
2. Dorong masukkan cairan 2.500-3.000 ml/hari
3. Kolaborasi dengan ahli gizi dalampengaturan diet jika pasien sudahtidak dipuasakan.
1. Untuk menyusun rencana penangananyang efektif dalam mencegah konstipasidan impaksi fekal
2. Membantu memperbaiki konsistensifeses.
3. Menentukan diet yang sesuai dengankebutuhan klien.
4. Ansietas orang tua berhubungandengan kurang terpajan informasimengenai status kesehatan anakyang ditandai dengan:Data Subjektif:Ibu klien menanyakan kapan kliensembuh dan boleh pulang.Data Objektif:a) Keluarga khawatir dengan
kondisi yang diderita anaknya.b) Ibu klien sering bertanya-tanya
tentang penyakit yang dideritaanaknya.
c) Ibu klien tampak cemas dengankondisi yang diderita anaknya.
Setelah diberi tindakan keperawatanselama 3 hari kecemasan keluargaberkurang/hilang dengan kriteria :a) Keluarga tidak bertanya-tanya lagi.b) Keluarga nampak tenang.
1. Kaji tingkat kecemasan keluargaklien.
2. Beri kesempatan kepada keluargaklien untuk mengungkapkanperasaannya.
3. Menjelaskan kepada keluargatentang penyakit klien dan prosesperawatannya.
1.Sebagai data dasar dalam mengmbillangkah selanjutnya.
2.Mengurangi rasa cemas keluarga dankeluarga merasa dihargai.
3.Menambah pengetahuan keluarga tentangpenyakit anaknya dan cara-caraperawatannya.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungandengan adanya luka post opreanostomosis yang ditandaidengan :
Setelah diberi tindakan keperawatanselama 3 hari, tidak terjadi infeksi.dengan kriteria :a) Tidak terjadi tanda-tanda infeksi
1. Awasi tanda vital. Perhatikandemam, menggigil, berkeringat,perubahan mental danmeningkatnya nyeri abdomen.
1. Dengan adanya infeksi/terjadinya sepsis,dan abses.
65
Data Subjektif: -Data Objektif:a)Tampak luka bekas operasi pada
abdomen sebelah kiri bawah.b)Tampak luka dengan diameter 6
cm.c)Luka ditutup dengan perband)Suhu : 37,2 0C.e)Leukosit : 9.500 mm3
seperti tumor, dolor dan color.b) Suhu normal 36 – 37,5ºC.c) Luka tidak basah.
2. Lakukan pencucian tangan yangbaik dan perawatan luka aseptic.
3. Lihat insisi dan balutan, catatkarakteristik luka, dan adanyaeritema.
4. Kolaborasi dalam pemberian obatantibiotik sesuai indikasi.
2. Menurunkan resiko penyebaran bakteri.
3. Memberikan deteksi dini terjadinyaproses infeksi, dan/atau pengawasanpenyembuhan yang telah adasebelumnya.
4. Diberikan sebagai profilaksis ataumenurunkan jumlah organisme untukmenurunkan penyebaran danpertumbuhannya pada rongga abdomen.
66
4. Implementasi dan Evaluasi
Tabel 17: Implementasi dan EvaluasiNo.Dx
Hari/Tanggal
Jam Implementasi Hari/Tanggal
Jam Evaluasi
I Senin,15/02/2016
07.30
07.45
08.00
08.15
08.25
1. Mengkaji tanda vital, takikardi, demam, turgor kulit dan kelembaban mukosaHasil:TTV :Nadi : 90x/menit, Pernapasan : 28 x/menit dan Suhu : 37,2 0C
2. Mengawasi masukan dan haluaran dan pengisapan dari NGT.Hasila. Ibu klien mengatakan anaknya mual dan muntah sebanyak 3x.b. Klien dipuasakanc. Klien terpasang NGT di hidung sbelah kiri.
3. Memberikan cairan tambahan IV sesuai indikasi.Hasil :Klien terpasang infus RL 20 tts/menit (micro)
4. Mengawasi elektrolit dan ganti sesuai indikasi. Tiap kali muntah pasiendiguyur dengan cairan RL 100 cc.Hasil :a. Mukosa kering dan bibir masih pecah-pecah.b. Klien masih tampak mual muntah
5. Berkolaborasi dalam pemberian antiemetik yaitu ondansentron 1 ampul/ivdengan cara menyuntikan obat melalui selang infusHasil :Injeksi ondansentron 1,5 mg/iv.
Senin15/02/2016
13.00 S:a. Ibu klien mengatakan mual
dan muntah anaknya sedikitberkurang.
b. Ibu klien mengatakananaknya masih dipuasakan.
O :a. Keadaan umum klien lemahb. Tampak terpasang NGT
pada hidung sebelah kiric. Mukosa kering dan bibir
pecah-pecah.d. Mual dan muntah klien
berkurangA :
Tujuan tercapai sebagianP:
Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan5
II Senin15/02/2016
08.35
08.45
1. Mengkaji lokasi, berat dan tipe nyeri dengan cara melihat ekspresi wajahklien.Hasil:Lokasi nyeri pada daerah operasi, skala 6 (0-10) tipe nyeri sedang.
2. Mengajarkan ibu klien teknik distraksi dengan cara mengusap-usap daerahyang sakit secara perlahan ketika nyeri.Hasil:
Senin15/02/2016
13.20 S :a. Ibu klien mengatakan masih
nyeri pada daerah lukaoperasi anaknya karenaanaknya masih rewel.
b. Ibu klien mengatakan nyeribertambah saat bergerak.
67
08.55
09.00
Ibu klien dapat melakukan teknik distraksi dengan cara mengusap-usapdaerah yang sisi abdomen sebelah kiri ketika nyeri
3. Mempertahankan istirahat dengan posisi yang nyaman untuk klien.Hasil:Klien dalam posisi setengah duduk.
4. Mengkolaborasikan pemberian analgetik yaitu antrain 100 mg/iv dengan caraobat dimasukan dalam spoit kemudian disuntikan melalui selang infus.Hasil:Injeksi antrain 100 mg/iv
O :a. Ekspresi wajah nampak
meringis sampai denganmenangis.
b. Skala 6 (0-10)A :
Tujuan belum tercapaiP:
Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan4.
III. Senin15/02/2016
09.10
09.20
09.30
1.Mengobservasi bising usus dan periksa adanya distensi abdomen pasien.Hasil :a. Bising usus 5x/menitb. Masih tampak distensi abdomen
2.Mendorong masukkan cairan 1.500 - 2.000 ml/hari yaitu melalui cairan infuskarena pasien sedang dipuasakan.Hasil :Terpasang RL 20 tetes/menit
3.Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan diet jika pasien sudah tidakdipuasakan yaitu makanan yang tinggi serat.Hasil :Ibu klien mengatakan anaknya masih dipuasakan.
Senin15/02/2016
13.30 S :a. Ibu klien mengatakan anaknya
susah untuk BAB.b. Ibu klien mengatakan anaknya
masih dipuasakan.O :a Tampak distensi abdomenb. Peristaltik usus 5 x/menitA :
Tujuan belum teratasiP :
Lanjutkan intervensi 1, 2, dan 3IV Senin
15/02/201609.40
09.50
10.00
1.Mengkaji tingkat kecemasan keluarga klien.Hasil :Keluarga klien selalu bertanya-tanya kepada dokter dan perawat tentangpenyakit yang diderita oleh anaknya
2.Memberi kesempatan kepada keluarga untuk klien untuk mengungkapkanperasaannya dengan cara perawat mendengarkan keluhan-keluhan yangdiungkapkan oleh keluarga.Hasil :Keluarga klien mau berbagi cerita dengan perawat dan menceritakan masalah-masalah kesehatan anaknya mulai sejak lahir sampai sekarang
3.Menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit klien dan proses perawatannya.Hasil :Keluarga klien mulai mengerti dengan proses perawatan klien
Senin15/02/2016
13.40 S :Ibu klien masih bertanya-tanyatentang keadaan anaknyaO :a. Ibu dan keluarga klien sedikit
mengerti dengan kondisianaknya.
b. Ibu dan keluarga klien masihbertanya-tanya tentang kondisikesehatan klien
A :Tujuan tercapai sebagian
68
P :Lanjutkan intervensi 1 dan 3.
V. Senin15/02/2016
10.10
10.25
11.00
11.10
1. Mengawasi tanda vital. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahanmental dan meningkatnya nyeri abdomen.Hasil :a. Nadi : 90 x/mntb. R : 28 x/mntc. S : 37,2oC. Suhu tubuh klien normal.
2. Melakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptic yaitumempertahankan perawatan luka dengan tehnik aseptik dengan mengawalidan tindakan dengan mencuci tangan, kemudian selalu memakai handscone,masker dan antiseptik seperti cairan Nacl 0,9%, dan betadine sertapertahankan balutan luka kering.Hasil :Luka masih tampak merah dan baru
3. Lihat insisi dan balutan, catat karakteristik luka, dan adanya eritema.Hasil :Luka masih tampak merah dan baru
4. Memberikan obat antibiotik sesuai indikasi yaitu cefotaxime 1 gr/IV dengancara menyuntikan pada selang infusHasil :Injeksi cefotaxime 200 gram/IV.
Senin15/02/2016
14.00 S : -O :
1. Luka tampak merah dan baru2. Suhu tubuh normal (37,1oC).3. Penyatuan luka cukup baik
tanpa adanya tanda-tandainfeksi
A :Tujuan belum tercapai
P :Pertahankan intervensi 1,2,3, dan4
69
5. Catatan Perkembangan
Tabel 18: Catatan Perkembangan
No NODX
Hari/Tanggal Jam Catatan Perkembangan Klien Paraf
1. I Selasa,16/02/2016
07.30
07.40
07.50
08.00
08.10
08.20
12.00
S:a. Ibu klien mengatakan mual dan
muntah anaknya sedikit berkurang.b. Ibu klien mengatakan anaknya masih
dipuasakan.O :
a. Keadaan umum klien lemahb. Tampak terpasang NGT pada hidung
sebelah kiric. Mukosa kering dan bibir pecah-pecah.d. Mual dan muntah klien berkurang
A :Tujuan belum tercapai
P:Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5
I :1. Mengkaji tanda vital, takikardi, demam,
turgor kulit dan kelembaban mukosaHasil:TTV :Nadi : 90x/menit, Pernapasan : 28 x/menitdan Suhu : 37,2 0C
2. Mengawasi masukan dan haluaran danpengisapan dari NGT.Hasila. Ibu klien mengatakan anaknya mual danmuntah sebanyak 3x.b. Klien dipuasakanc. Klien terpasang NGT di hidung sbelahkiri.
3. Memberikan cairan tambahan IV sesuaiindikasi.Hasil :Klien terpasang infus Nacl 0,9% 20tts/menit (micro)
4. Mengawasi elektrolit dan ganti sesuaiindikasi. Tiap kali muntah pasien diguyurdengan cairan RL 100 cc.Hasil :a. Mukosa kering dan bibir masih pecah-
pecah.b. Klien masih tampak mual muntah
5. Berkolaborasi dalam pemberian antiemetikyaitu ondansentron 1 ampul/iv dengan caramenyuntikan obat melalui selang infusHasil :Injeksi ondansentron 1,5 mg/iv
E :Masalah belum teratasi
2. II Selasa16/02/2016
08.30 S :a. Ibu klien mengatakan masih nyeri pada
daerah luka operasi anaknya karenaanaknya masih rewel.
b. Ibu klien mengatakan nyeri bertambahsaat bergerak.
70
08.45
09.00
09.15
09.25
13.00
O :a. Ekspresi wajah nampak meringis
sampai dengan menangis.b. Skala 6 (0-10)
A :Tujuan belum tercapai
P:Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4.
I:1. Mengkaji lokasi, berat dan tipe nyeri
dengan cara melihat ekspresi wajah klien.Hasil:Lokasi nyeri pada daerah operasi, skala 5(0-10) tipe nyeri sedang.
2. Mengajarkan ibu klien teknik distraksidengan cara mengusap-usap daerah yangnyeri dengan perlahan ketika nyeri.Hasil:Ibu klien dapat melakukan teknik distraksidengan cara mengusap-usap daerah sekitarabdomen kiri bawah klien ketika nyeri
3. Mempertahankan istirahat dengan posisiyang nyaman untuk klien.Hasil:Klien dalam posisi setengah duduk.
4. Mengkolaborasikan pemberian analgetikyaitu antrain 100 mg/iv dengan cara obatdimasukan dalam spoit kemudiandisuntikan melalui selang infus.Hasil:Injeksi antrain 100 mg/iv.
E :Masalah belum teratasi
3. III Selasa,16/02/2016
09.55
10.00
10.10
10.20
S :a. Ibu klien mengatakan anaknya susah
untuk BAB.b. Ibu klien mengatakan anaknya masih
dipuasakan.O :a Tampak distensi abdomenb. Peristaltik usus 5 x/menitA :
Tujuan belum tercapaiP :
Lanjutkan intervensi 1, 2, dan 3I :1.Mengobservasi bising usus dan periksa
adanya distensi abdomen pasien.
Hasil :a. Bising usus 5x/menitb. Masih tampak distensi abdomen
2. Mendorong masukkan cairan 1.500 - 2.000ml/hari yaitu melalui cairan infus karenapasien sedang dipuasakan.Hasil :Terpasang RL 20 tetes/menit
3. Berkolaborasi dengan ahli gizi dalampengaturan diet jika pasien sudah tidakdipuasakan yaitu makanan yang tinggiserat.
71
13.30
Hasil :Ibu klien mengatakan anaknya masihdipuasakan.
E :Masalah belum teratasi
4. IV Selasa16/02/2016
10.30
10.40
11.00
13.40
S :Ibu klien bertanya-tanya tentang keadaananaknya
O :a. Ibu dan keluarga klien sedikit mengerti
dengan kondisi anaknya.b. Ibu dan keluarga klien masih bertanya-
tanya tentang kondisi kesehatan klienA :
Tujuan tercapaiP :
Lanjutkan intervensi 1dan 3.I :1. Mengkaji tingkat kecemasan keluarga
klien.Hasil :Keluarga klien tidak bertanya-tanya lagikepada dokter dan perawat tentangpenyakit yang diderita oleh anaknya.
3. Menjelaskan kepada keluarga tentangpenyakit klien dan proses perawatannya.Hasil :Keluarga klien sudah mengerti denganproses perawatan klien tenang
E :Masalah teratasi
5. V Selasa16/02/2016
11.20
11.30
11.40
S : -O :
1. Luka tampak merah dan baru2. Suhu tubuh normal (37,1oC).3. Penyatuan luka cukup baik tanpa
adanya tanda-tanda infeksiA :
Tujuan belum tercapaiP :
Pertahankan intervensi 1,2,3, dan 4I :1. Mengawasi tanda vital. Perhatikan
demam, menggigil, berkeringat,perubahan mental dan meningkatnyanyeri abdomen.Hasil :a. Nadi : 90 x/mntb. R : 28 x/mntc. S : 37,2oC. Suhu tubuh klien normal.
2. Melakukan pencucian tangan yang baikdan perawatan luka aseptic yaitumempertahankan perawatan luka dengantehnik aseptik dengan mengawali dantindakan dengan mencuci tangan,kemudian selalu memakai handscone,masker dan antiseptik seperti cairan Nacl0,9%, dan betadine serta pertahankanbalutan luka kering.Hasil :Luka tampak bersih
72
11.50
12.00
14.00
3. Lihat insisi dan balutan, catatkarakteristik luka, dan adanya eritema.Hasil :Luka masih tampak merah dan basah.
4. Memberikan obat antibiotik sesuaiindikasi yaitu cefotaxime 1 gr/IV dengancara menyuntikan pada selang infusHasil :Injeksi cefotaxime 200 gram/IV
E :Masalah teratasi
6 I Rabu17/02/2016
07.30
07.40
07.55
08.10
08.20
08.30
13.00
S:a. Ibu klien mengatakan mual dan
muntah anaknya sedikit berkurang.b. Ibu klien mengatakan anaknya masih
dipuasakan.O :
a. Keadaan umum klien lemahb. Tampak terpasang NGT pada hidung
sebelah kiric. Mukosa kering dan bibir pecah-pecah.d. Mual dan muntah klien berkurang
A :Tujuan belum tercapai
P:Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5
I :1. Mengkaji tanda vital, takikardi, demam,
turgor kulit dan kelembaban mukosaHasil:TTV :Nadi : 90x/menit, Pernapasan : 28 x/menitdan Suhu : 37,2 0C
2. Mengawasi masukan dan haluaran danpengisapan dari NGT.Hasila. Ibu klien mengatakan anaknya mual
dan muntah sebanyak 3x.b. Klien dipuasakanc. Klien terpasang NGT di hidung sebelah
kiri.3. Memberikan cairan tambahan IV sesuai
indikasi.Hasil :Klien terpasang infus Nacl 20 tts/menit(micro)
4. Mengawasi elektrolit dan ganti sesuaiindikasi. Tiap kali muntah pasien diguyurdengan cairan RL 100 cc.Hasil :a. Mukosa kering dan bibir masih pecah-
pecah.b. Klien masih tampak mual muntah.
5. Berkolaborasi dalam pemberian antiemetikyaitu ondansentron 1 ampul/iv dengan caramenyuntikan obat melalui selang infusHasil :Injeksi ondansentron 1,5 mg/iv
E :Masalah belum teratasi
73
7. II Rabu17/02/2016
08.40
08.50
09.00
09.15
09.25
13.20
S :a. Ibu klien mengatakan masih nyeri pada
daerah luka operasi anaknya karenaanaknya masih rewel.
b. Ibu klien mengatakan nyeri bertambahsaat bergerak.
O :a. Ekspresi wajah nampak meringis
sampai dengan menangis.b. Skala 6 (0-10)
A :Tujuan belum tercapai
P:Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4.
I:1. Mengkaji lokasi, berat dan tipe nyeri
dengan cara melihat ekspresi wajah klien.Hasil:Lokasi nyeri pada daerah operasi, skala 5(0-10) tipe nyeri sedang.
2. Mengajarkan ibu klien teknik distraksidengan cara mengusap-usap daerah yangsakit ketika nyeri.Hasil:Ibu klien dapat melakukan teknik distraksidengan cara mengusap-usap daerahabdomen kiri bawah klien ketika nyeri
3. Mempertahankan istirahat dengan posisiyang nyaman untuk klien.Hasil:Klien dalam posisi setengah duduk.
4. Mengkolaborasikan pemberian analgetikyaitu antrain 100 mg/iv dengan cara obatdimasukan dalam spoit kemudiandisuntikan melalui selang infus.Hasil:Injeksi antrain 100 mg/iv.
E :Masalah belum teratasi.
8. III Rabu,17/02/2016
09.55
10.00
10.10
S :a. Ibu klien mengatakan anaknya susah
untuk BAB.b. Ibu klien mengatakan anaknya masih
dipuasakan.O :
a. Tampak distensi abdomenb. Peristaltik usus 5 x/menit
A :Tujuan belum tercapai
P :Lanjutkan intervensi 1, 2, dan 3
I :1. Mengobservasi bising usus dan periksa
adanya distensi abdomen pasien.Hasil :a. Bising usus 5x/menitb. Masih tampak distensi abdomen
2. Mendorong masukkan cairan 1.500 - 2.000ml/hari yaitu melalui cairan infus karenapasien sedang dipuasakan.Hasil :Terpasang RL 20 tetes/menit
74
10.20
13.30
3. Berkolaborasi dengan ahli gizi dalampengaturan diet jika pasien sudah tidakdipuasakan yaitu makanan yang tinggiserat.Hasil :Ibu klien mengatakan anaknya masihdipuasakan
E :Masalah belum teratasi.
B. Pembahasan
Berdasarkan tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dan hasil studi
kasus yang penulis lakukan dari tanggal 15 Februari sampai dengan 17
Februari 2016, maka pada bab ini dibahas tentang perbandingan antara teoritis
dan fakta yang ada, yang diperoleh penulis sebagai hasil pelaksanaan Asuhan
Keperawatan An. S Usia Toddler (2 Tahun) Dengan Post Op Reanostomosis
Colon POD I a/i Hirschprung Di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning
Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
Dalam penerapan proses keperawatan dilakukan sebelumnya, maka
penulis akan mengemukakan kesenjangan yang penulis dapatkan sebagai
berikut :
1. Pengkajian
Dalam pengkajian ini penulis melaksanakan sesuai dengan tahapan-
tahapan yang ada dalam pengkajian tersebut yaitu pengumpulan data,
klasifikasi data dan analisa data yang kemudian dirumuskan menjadi
diagnosa keperawatan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan studi
kepustakaan.
75
Data yang dikumpulkan selain diperoleh dari klien sebagai data
primer, juga diperoleh dari pihak lain yang penulis anggap cukup mewakili
dan akurat untuk kelengkapan data (data sekunder), yaitu :
a. Data keluarga klien.
b. Tenaga kesehatan yang terlibat langsung dalam pemberian pelayanan
kesehatan pada klien.
c. Catatan medis klien.
d. Hasil pemeriksaan laboratorium.
e. Klien sendiri.
Dari tinjauan teoritis, data yang bisa didapatkan pada An. S Usia
Toddler (2 Tahun) Dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i
Hirschprung adalah : nyeri luka post op reanostomosis, pernapasan yang
cepat, takikardi, suhu tubuh yang meningkat, penurunan bising usus, dan
berlanjut dengan hilangnya bising usus, timpani akibat abdominal
mengalami kembung, mual dan muntah.
Setelah dilakukan pengkajian pada An. S Usia Toddler (2 Tahun)
ditemukan data sebagai berikut: keadaan umum lemah, klien tampak rewel
saat banyak bergerak karena nyeri pada luka post op reanostomosis,
terpasang NGT, terpasang kateter, distensi abdomen, konstipasi, mual dan
muntah.
Adanya kesenjangan ini dapat disebabkan karena setiap manusia
dalam memberikan respon baik bio, psiko, sosial dan spiritual terhadap
stimulus berbeda-beda sehingga gejala dan karateristik yang didapatkan
berbeda-beda.
76
2. Diagnosa Keperawatan
Pada tinjauan teoritis, masalah keperawatan yang ditemukan pada
anak dengan Post Op Reanostomosis a/i Hischprung adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat
tindakan operasi.
b. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi mekanik.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pasca prosedur pembedahan.
e. Resiko cedera berhubungan dengan pasca prosedur bedah, iskemia,
nekrosis dinding intestinal sekunder dari kondisi obstruksi usus.
f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
g. Ansietas orang tua berhubungan dengan prognosis penyakit, dan
kurangnya informasi.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada studi kasus
sebagai hasil analisa dan penetapan masalah keperawatan ditemukan 5
diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah
b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
c. Konstipasi yang berhubungan dengan obstruksi colon distal
d. Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang terpajan informasi
mengenai status kesehatan anak.
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka post op
reanostomosis.
77
Kesenjangan yang penulis dapatkan adalah ada beberapa diagnosa
keperawatan yang didapatkan dalam kasus, semuanya ada dalam konsep
teoritis dan tidak semua yang ada dalam teoritis ditemukan dalam kasus
seperti ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat., dan resiko cedera
berhubungan dengan pasca prosedur bedah, iskemia, nekrosis dinding
intestinal sekunder dari kondisi obstruksi usus. Penulis tidak mengangkat
diagnosa tersebut diatas karena berpatokan dengan data-data yang
ditemukan saat melakukan pengkajian, dimana data tersebut tidak
menunjang untuk diangkat menjadi diagnosa keperawatan saat dilakukan
asuhan keperawatan.
3. Perencanaan
Pada tahap ini penulis bersama klien dan keluarga menyusun rencana
tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan masalah
yang muncul. Perencanaan disesuaikan dengan privasi atau kebutuhan
klien, situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana yang ada diruangan.
Dalam penyusunan perencanaan, hal-hal yang mendukung adalah:
a. Adanya kerja sama yang baik dengan perawat, klien dan keluarga
sehingga memudahkan dalam perencanaan tindakan keperawatan
b. Dukungan dan bimbingan dari perawat ruangan yang dapat
memperlancar dan menyusun perencanaan.
Perencanaan yang penulis lakukan pada An. S pada dasarnya ada
kesenjangan antara teori dan kasus, hal ini terjadi karena tidak semua
diagnosa keperawatan dan perencanaan yang ada dalam teori ada dalam
78
kasus. Tetapi untuk diagnosa yang ada pada teori dan muncul pada kasus
pada prinsipnya tidak ada perbedaan karena perencanaan pada kasus
penulis berpatokan atau mengacu pada tinjauan teoritis, tetapi tidak semua
perencanaan yang ada dalam teori dimasukan dalam perencanaan yang ada
pada kasus dengan diagnosa yang sama, karena hal ini disesuaikan dengan
kondisi pasien yang ada pada kasus. Sedangkan diagnosa yang muncul
pada kasus dan tidak ada pada teori, penulis membuat intervensi
berdasarkan referensi yang ada dan telah teruji kebenaranya.
4. Implementasi
Tahap ini merupakan realisasi dari perencanaan yang telah disusun
sehingga dalam pelaksanaan ini mengacu pada perencanaan yang
merupakan faktor pendukung berjalannya tahap pelaksanaan adalah kerja
sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga sehingga memudahkan
dalam setiap tindakan. Adapun yang menjadi faktor penghambat dalam
proses pelaksanaan adalah kurangnya sarana dan prasarana yang terdapat
di ruangan. Meskipun dengan keterbatasan sarana dan prasarana, namun
hanya terdapat satu intervensi yang tidak terlaksana, sealain itu setiap
intervensi yang telah disusun dapat diimplementasikan kepada klien.
Adapun tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada
antara lain:
a. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan mual muntah.
Untuk mengatasi masalah ini perawat memberikan tindakan yang telah
direncanakan dan semua rencana tindakan tersebut dilaksanakan.
79
b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Untuk mengatasi masalah ini perawat memberikan tindakan yang telah
direncanakan dan semua rencana tindakan tersebut dilaksanakan.
c. Konstipasi yang berhubungan dengan obstruksi colon distal. Untuk
mengatasi masalah ini perawat memberikan tindakan yang telah
direncanakan dan semua rencana tindakan tersebut dilaksanakan.
d. Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang terpajan informasi
mengenai status kesehatan anak. Untuk mengatasi masalah ini perawat
memberikan tindakan yang telah direncanakan dan semua rencana
tindakan tersebut dilaksanakan.
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka post op
reanostomosis. Untuk mengatasi masalah ini perawat memberikan
tindakan yang telah direncanakan dan semua rencana tindakan tersebut
dilaksanakan.
5. Evaluasi
Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana
untuk menilai suatu keberhasilan pelaksanaan keperawatan dengan
mengacu pada tercapainya tujuan yang ditetapkan.
Evaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk
menilai efek atau respon klien dan menilai proses dari hasil tindakan
keperawatan yang diberikan kepada klien. Dalam melakukan evaluasi,
penulis menggunakan evaluasi yang bersifat normatif dilakukan setiap
melakukan tindakan keperawatan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
waktu yang diberikan kepada penulis sehingga hasil yang ingin dicapai
80
dalam asuhan keperawatan harus terus dilanjutkan dengan melakukan
pelimpahan dan kerja sama dengan petugas atau perawat ruangan.
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak semua
masalah yang terdapat didalam tinjauan teori baik tinjauan medik maupun
tinjauan keperawatan ditemukan dalam tinjauan kasus begitu juga
sebaliknya. Hal ini disebabkan karena tidak ada data yang mendukung
sehingga masalah yang muncul tidak sekompleks masalah yang ada pada
tinjauan teoritis.
Setelah mengimplementasikan asuhan keperawatan yang direncanakan
selama 3 hari, yang dimulai dari tanggal 15 Februari sampai tanggal 17
Februari 2016, untuk seluruh tujuan yang telah ditetapkan belum dapat
tercapai sesuai dengan harapan.
Dalam kasus ini diagnosa keperawatan yang ada yaitu terdiri dari
empat diagnosa keperawatan, dengan hasil evaluasi sebagai berikut:
a. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan mual muntah.
Setelah dilakukan evaluasi selama 3 hari masalah belum teratasi
dengan hasil : klien masih mual muntah, terpasang NGT di hidung
sebelah kiri, mukosa kering dan bibir pecah-pecah.
b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Setelah dilakukan evaluasi selama 3 hari masalah belum teratasi
dengan hasil : skala nyeri masih 5 (0-10), ekspresi wajah klien masih
nampak meringis hingga menangis bila klien banyak bergerak.
c. Konstipasi yang berhubungan dengan obstruksi colon distal. Setelah
dilakukan evaluasi selama 3 hari masalah belum teratasi dengan hasil :
81
masih terjadi distensi abdomen, peristaltik usus 5x/menit, dan klien
masih susah BAB.
d. Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang terpajan informasi
mengenai status kesehatan anak. Setelah dilakukan evaluasi selama 3
hari masalah teratasi dengan hasil : keluarga klien sudah mengerti
dengan kondisi yang dialami klien, klien sudah tidak bertanya-tanya
lagi dengan dokter dan perawat dan ekspresi wajah keluarga klien
tenang.
e. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka post
op reanostomosis. Setelah dilakukan evaluasi selama 3 hari masalah
dapat teratasi dengan hasil : nampak luka operasi yang ditutup dengan
kasa steril, nyeri tekan pada sekitar luka operasi, keadaan luka baik dan
bersih.
82
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan studi kasus melalui pendekatan proses
keperawatan yang penulis laksanakan di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning
Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung dari tanggal 15
Februari sampai dengan 17 Februari 2016 dengan mengacu pada tujuan yang
ingin dicapai, maka penulis mengambil kesimpulan :
1. Tahap awal proses keperawatan adalah pengkajian, yang meliputi
pengumpulan data, klasifikasi data dan analisa data yang kemudian
dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan. Tehnik pengumpulan data yang
dilakukan adalah wawancara, observasi partisipasi, pemeriksaan fisik, studi
dokumentasi, studi literatur dan kepustakaan.
2. Diagnosa yang muncul pada anak usia toddler dengan post op reanostomosis
colon a/i hirschpung:
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
c. Konstipasi yang berhubungan dengan obstruksi colon distal
d. Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang terpajan informasi
mengenai status kesehatan anak.
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka post op
reanostomosis.
83
3. Tidak semua diagnosa keperawatan yang ada dalam teori ada dalam kasus,
begitu pula sebaliknya. Dimana diagnosa keperawatan yang ada dalam teori
tidak ada dalam kasus pada dasarnya penulis berpatokan pada teoritis
sedangkan diagnosa yang muncul dalam kasus tidak ada dalam teori penulis
berpatokan pada data yang didapatkan saat pengkajian langsung terhadap
klien.
4. Tidak semua intervensi yang ada dalam teori terdapat dalam kasus. Tetapi
untuk intervensi yang ada pada teori dan muncul pada kasus pada prinsipnya
tidak ada perbedaan karena perencanaan pada dasarnya penulis berpatokan
pada tinjauan teoritis, sedangkan intervensi yang muncul pada kasus tidak
ada pada teori, penulis bersama klien dan keluarga membuat intervensi
berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
5. Implementasi merupakan realisasi dari perencanaan yang telah disusun
sehingga dalam implementasi ini mengacu pada perencanaan yang
merupakan pendukung berjalannya tahap pelaksanaan diantaranya kerja
sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga sehingga memudahkan
dalam setiap tindakan, selain itu adanya dukungan serta bimbingan dari
perawat pembimbing.
6. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana untuk
menilai suatu keberhasilan pelaksanaan keperawatan dengan mengacu pada
tercapainya tujuan yang ditetapkan. Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama 3 hari, terdapat tiga diagnosa yang teratasi, tetapi 3 diagnosa yang
belum teratasi telah menunjukkan perubahan pada klien.
84
7. Dokumentasi merupakan segala sesuatu yang tercetak atau tertulis yang
dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang
berwenang. Dalam mendokumentasikan Karya Tulis Ilmiah ini penulis
berpatokan kepada tahap-tahap pendokumentasian keperawatan yaitu
pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan, implementasi dan
catatan perkembangan.
B. Rekomendasi
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses
keperawatan pada anak usia toddler dengan post op reanostomoasis colon a/i
hirscprung, penulis menyarankan :
1. Untuk Pihak Rumah Sakit
Rumah sakit diharapkan mampu memberikan pelayanan yang komperhensif
yaitu bio, psiko, sosial dan spritual kepada klien dengan menambah peralatan
dan fasilitas yang memadai untuk menunjang pelaksanaan asuhan
keperawatan. Perawat agar selalu menerapkan konsep asuhan keperawatan
yang komperhensif dan meningkatkan frekwensi kontak dengan klien dalam
melaksanakan asuhan keperawatan serta adanya pendokumentasian yang
lengkap dan akurat pada status kesehatan klien.
2. Untuk Institusi
Institusi dan penyelenggara diharapkan menyediakan buku-buku referensi
yang memadai, yang menyangkut hal-hal terbaru tentang penatalaksanaan
perawatan pada anak dengan post op reanostomosis a/i hirschprung serta
menyediakan waktu yang cukup untuk pelaksanaan praktek keperawatan di
85
rumah sakit dan studi kasus untuk penyusunan Karya Tulis Ilmiah dimasa
yang akan datang.
3. Untuk Profesi
Perawat harus menerapkan proses keperawatan secara proaktif dan
meningkatkan frekuensi kontak dengan klien serta dalam melaksanakan
asuhan keperawatan diperlukan adanya pendokumentasian yang dicatat
dalam status kesehatan klien dan diperlukan adanya kerjasama yang baik
dengan tim kesehatan lainnya.
4. Bagi penulis sendiri
Semoga karya tulis ilmiah yang sederhana ini dapat menjadi bacaan dan
acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas dalam pemberian
asuhan keperawatan pada anak usia toddler post op reanostomosis colon a/i
hirchprung .
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. EGC : Jakarta
Doenges, E. M., Moorhouse, F. H & Monoarfa, A. (2000). Rencana AsuhanKeperawatan. Edisi 3. EGC : Jakarta
Engel. Joyce,. (2008). Seri Pedoman Praktik Pengkajian Pediatrik Edisi 4. EGC :Jakarta
Hidayat. Aziz., A. (2012). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak : Buku 1. SalembaMedika: Jakarta
_____________. (2012). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak : Buku 2. SalembaMedika: Jakarta
Nurarif & Kusuma. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis& NANDA NIC-NOC. Jilid 2. Medi Action Publishing : Jogjakarta.
_______________. (2015). Handbook Health Student. Medi Action Publishing :Jogjakarta.
Nursalam. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat danBidan). Salemba Medika : Jakarta
________. (2013). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktek.Edisi 2. Salemba Medika : Jakarta
Padila. (2012). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Nuha Medika :Yogyakarta.
Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. EGC :Jakarta
Purnamasari. (2006). Kamus Perkembangan Bayi Dan Balita. Erlangga : Jakarta
RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung, 2016 . Rekam Medik di Ruang KemuningLantai II Bedah Anak. RSUP dr. Hasan Sadikin : Bandung.
Setiadi. (2012). Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teoridan Praktek. Graha Ilmu : Yogyakarta.
Smeltzer, C. Suzanne dan Bare, G. Brenda. (2002). Buku Ajar KeperawatanMedikal Bedah. EGC : Jakarta.
Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi : Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi keIII. EGC : Jakarta.
Verawati, Siska,. (2012). Karakteristik Bayi Yang Mendapatkan Penyakit Hirschprung diRSUP H. Adam Malik Kota Medan. Kampus USU : Medan
Wong. L. Donna,. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC : Jakarta
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERAWATAN LUKA
OLEH :
WA RUNIA
NIM : 13.13.1091
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMKAB MUNA
2016
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok bahasan : Trauma Kepala
Sub pokok bahasan : Perawatan Luka
Lokasi : Di Ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning
Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan
Sadikin Bandung
Waktu : 15 Menit
I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM :
Setelah memperoleh pelajaran selama 15 menit diharapkan klien dan
keluarga dapat memahami perawatan luka.
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS :
Setelah memperoleh pelajaran selama 15 menit klien dan keluarga klien dan
klien dapat :
1. Menyebutkan pengertian perawatan luka
2. Menyebutkan tujuan perawatan luka
3. Menyebutkan penyebab infeksi
4. Menyebutkan tanda dan gejala infeksi
5. Menjelaskan langkah-langkah pencegahan infeksi
III. MATERI :
1. Pengertian perawatan luka
2. Tujuan perawatan luka
3. Penyebab infeksi
4. Tanda dan gejala infeksi
5. Langkah-langkah pencegahan infeksi
IV. METODE :
Ceramah dan tanya jawab
V. MEDIA :
Leaflet
VI. KEGIATAN
NO. KEGIATAN BELAJAR KEGIATAN KLIEN DANKELUARGA
1. PEMBUKAAN- Mengucapkan salam- Melakukan apersepsi
- Menjawab salam- Menjawab sesuai
kemampuan2. ISI
- Memberi pelajaran terhadapmateri
- Memberikan kesempatankepada keluarga klien danklien untuk bertanya
- Menjawab pertanyaankeluarga klien dan klien
- Mendengarkan denganseksama
- Mengajukan pertanyaan
- Mendengarkan jawabanatas pertanyaan
VII. PENILAIAN
1. Prosedur
- Penilaian akhir
2. Jenis
- Lisan
- Praktek
VIII. LAMPIRAN
Materi tentang manajemen nyeri
Bandung, 20 Februari 2016
Penyuluh,
WA RUNIA
13.13.1091
LAMPIRAN MATERI
1. Pengertian
Perawatan luka adalah merawat luka untuk mencegah trauma (injury) pada
kulit, membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya
trauma, fraktur, kanker, luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit.
2. Tujuan
a. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan
membran mukosa.
b. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
c. Mempercepat penyembuhan
d. Membersihkan luka dari beda asing atau debris
e. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat
f. Mencegah perdarahan
g. Mencegah eksoriasi kulit sekitar drain
3. Penyebab Infeksi
a. Adanya benda asing atau jaringan yang sudah mati dalam luka
b. Luka terbuka atau kotor
c. Gizi buruk
d. Daya tahan tubuh yang lemah
e. Mobilisasi terbatas atau kurang gerak
4. Tanda dan Gejala
a. Merasa panas pada daerah luka atau suhu badan panas
b. Merasa sakit atau nyeri pada daerah luka
c. Luka kemerahan pada kulit daerah luka
d. Gangguan fungsi gerak pada daerah luka
e. Luka berbau tak sedap
f. Terdapat cairan berupa nanah pada luka
5. Cara Perawatan Luka di Rumah
a. Persiapan Alat
o Cairan infus NacL 0,9% atau air matang yang sudah dingin
o Kapas
o Kassa steril
o Plester
o Gunting
o Kayu putih
o Kantong plastik
o Betadine/antiseptik
b. Langkah-Langkah
o Atur posisi senyaman mungkin
o Siapkan alat yang diperlukan dan dekatkan kepada pasien
o Keluarga yang akan melakukan ganti balutan sebelumnya mencuci
tangan terlebih dahulu dengan sabun
o Buka plester/perban (dengan menggunakan kayu putih)
o Balutan lama dibuka dan dibuang ke kantong plastik
o Bersihkan luka :
Cuci tangan terlebih dahulu dengan kapas yang dibasahi dengan
Nacl 0,9% atau kapas lembab yang tekah dibasahi air matang yang
telah dingin
Keringkan luka dengan kassa steril
Untuk luka yang masih basah, kompres luka dengan kassa yang telah
dibasahi betadine/antiseptik
Tutup luka yang telah dikompres kassa betadine/antiseptik dengan
kassa kering.
6. Langkah Pencegahan Infeksi pada Luka yang Dapat Dilakukan di Rumah
a. Selalu mencuci tangan dengan 7 langkah
b. Kuku harus bersih dan tidak panjang
c. Minum obat secara teratur
d. Jaga kebersihan kulit
e. Sering kontrol ke dokter minimal 1 minggu sekali
f. Jaga agar luka tetap kering
g. Tidak boleh memegang area luka
Lampiran 3.
OLEH :
NAMA : WA RUNIA
NIM : 13.13.1091
AKADEMI KEPERAWATANPEMERINTAH KABUPATEN MUNA
2016
d. Membersihkan luka dari beda
asing atau debris
e. Drainase untuk memudahkan
pengeluaran eksudat
f. Mencegah perdarahan
g. Mencegah eksoriasi kulit sekitar
drain
PENYEBAB INFEKSI
a. Adanya benda asing atau jaringan
yang sudah mati dalam luka
b. Luka terbuka atau kotor
c. Gizi buruk
d. Daya tahan tubuh yang lemah
e. Mobilisasi terbatas atau kurang
gerak
PENGERTIAN PERAWATAN
LUKA
Perawatan luka adalah merawat luka
untuk mencegah trauma (injury)
pada kulit, membran mukosa atau
jaringan lain yang disebabkan oleh
adanya trauma, fraktur, kanker, luka
operasi yang dapat merusak
permukaan kulit.
TUJUAN
a. Mencegah infeksi dari masuknya
mikroorganisme ke dalam kulit
dan membran mukosa.
b. Mencegah bertambahnya
kerusakan jaringan
c. Mempercepat penyembuhan
TANDA DAN GEJALA
a. Merasa panas pada daerah luka
atau suhu badan panas
b. Merasa sakit atau nyeri pada
daerah luka
c. Luka kemerahan pada kulit
daerah luka
d. Gangguan fungsi gerak pada
daerah luka
e. Luka berbau tak sedap
f. Terdapat cairan berupa nanah
pada luka
LANGKAH PENCEGAHAN
INFEKSI PADA LUKA YANG
DAPAT DILAKUKAN DI
RUMAH
a. Selalu mencuci tangan dengan 7
langkah
b. Kuku harus bersih dan tidak
panjang
c. Minum obat secara teratur
d. Jaga kebersihan kulit
e. Sering kontrol ke dokter
minimal 1 minggu sekali
f. Jaga agar luka tetap kering
g. Tidak boleh memegang area luka
AWALI SEMUATINDAKANDENGANMENCUCITANGAN
Lampiran 4.
PEMERINTAH KABUPATEN MUNAAKADEMI KEPERAWATAN
Jl. Poros Raha – Tampo Km. 6 Raha Telp. 0403 – 2522945
LEMBARAN BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH
NAMA : WA RUNIA
NIM : 13.13.1091
JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN AN. S USIA TODDLER (2
TAHUN) DENGAN POST OP REANOSTOMOSIS COLON
POD I A/I HIRSCHPRUNG DI RUANG BEDAH ANAK
GEDUNG KEMUNING LANTAI II RUMAH SAKIT UMUM
PUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
NAMA PEMBIMBING : MUSRIANI, S.Kep., Ns., M.Kes
NO HARI/TANGGAL
POKOKBAHASAN/SUB
POKOKBAHASAN
URAIAN PERBAIKAN PARAF
1.Selasa,
03/05/2016Brifing
2.Senin,
09/05/2016
Judul I- Perhatikan penulisan judul sesuai
usia klien- Jarak spasi
BAB I
- Latar belakang dari umum kekhusus, data statistik luar negeri dandalam negeri
- Penulisan- Data rekam medik tidak sesuai- BAB II pada sistematika telaahan
3.Selasa,
10/05/2016BAB I
- Perbaiki latar belakang- Perhatikan data statistiknya- Penulisan dan data 10 besar penyakit
4.Jumat,
13/05/2016BAB I
- Perbaiki tabel (Tabel terbuka)- Perbaiki penjelasan tabel, spasi
5.Selasa,
17/05/2016BAB I - ACC
NO HARI/TANGGAL
POKOKBAHASAN/SUB
POKOKBAHASAN
URAIAN PERBAIKAN PARAF
6.Selasa,
17/05/2016BAB II
- Perbaiki BAB II- Penulisan- Perhatikan umur sesuai judul
7.Rabu,
18/06/2016BAB II
- Perhatikan sumber- Jarak spasi- Teori sesuaikan dengan umur pasien
saja- Perbaiki evaluasi
8.Jumat,
20/05/2016BAB II
- ACC- Lanjutkan BAB III
9.Rabu,
25/05/2016BAB III
- Perbaiki BAB III- Baca referensi BAB I dan BAB II
10.Jumat,
27/05/2016BAB III
- ACC- Lanjut BAB IV
11.Kamis,
02/06/2016BAB IV
- ACC- Lanjut kelengkapan karlis
12.Kamis,
09/06/2016Kelengkapan
karlis- Perbaiki kata pengantar- Penulisan
13.Jumat,
10/06/2016Kelengkapan
karlis- ACC- Siap untuk ujian
Raha, 10 Juni 2016Pembimbing Karya Tulis Ilmiah
(MUSRIANI, S.Kep., Ns. M.Kes)
Lampiran 5.
RIWAYAT HIDUP
1. Identitas
Nama : WA RUNIA
Tempat tanggal lahir : Lapadaku, 07 Oktober 1994
Status : Mahasiswa
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Muna / Indonesia
Alamat : Jl. Poros Raha-Wamengkoli
2. Riwayat Pendidikan
SDN 5 Lawa : Tahun 2001 – 2007.
SMPN 1 Lawa : Tahun 2007 – 2010.
SMAN 1 Lawa : Tahun 2010 – 2013
Akper Pemkab Muna : Tahun 2013 – Sekarang.
Lampiran 5.
RIWAYAT HIDUP
1. Identitas
Nama : WA RUNIA
Tempat tanggal lahir : Lapadaku, 07 Oktober 1994
Status : Mahasiswa
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Muna / Indonesia
Alamat : Jl. Poros Raha-Wamengkoli
2. Riwayat Pendidikan
SDN 5 Lawa : Tahun 2001 – 2007.
SMPN 1 Lawa : Tahun 2007 – 2010.
SMAN 1 Lawa : Tahun 2010 – 2013
Akper Pemkab Muna : Tahun 2013 – Sekarang.
Lampiran 5.
RIWAYAT HIDUP
1. Identitas
Nama : WA RUNIA
Tempat tanggal lahir : Lapadaku, 07 Oktober 1994
Status : Mahasiswa
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Muna / Indonesia
Alamat : Jl. Poros Raha-Wamengkoli
2. Riwayat Pendidikan
SDN 5 Lawa : Tahun 2001 – 2007.
SMPN 1 Lawa : Tahun 2007 – 2010.
SMAN 1 Lawa : Tahun 2010 – 2013
Akper Pemkab Muna : Tahun 2013 – Sekarang.