Download - Kti AKPER wa runia

Transcript
Page 1: Kti AKPER  wa runia

ASUHAN KEPERAWATAN An. S USIA TODDLER (2 TAHUN) DENGANPOST OP REANOSTOMOSIS COLON POD I A/I HIRSCHPRUNG

DI RUANG BEDAH ANAK GEDUNG KEMUNING LANTAI IIRUMAH SAKIT UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan PendidikanProgram Diploma III Keperawatan Pada Akademi Keperawatan

Pemerintah Kabupaten Muna

Disusun Oleh :

WA RUNIANIM : 13.13.1091

PEMERINTAH KABUPATEN MUNAAKADEMI KEPERAWATAN

RAHA2016

Page 2: Kti AKPER  wa runia

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul:

“Asuhan Keperawatan Pada An. S Usia Toddler (2 Tahun) Dengan Post Op

Reanostomosis Colon A/I Hirschprung Di Ruang Bedah Anak Gedung

Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.

Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di hadapan dewan

penguji.

Raha, 02 Juli 2016

Pembimbing

MUSRIANI, S.Kep., Ns, M.KesNIP.19871123 201101 2 019

Mengetahui :

Direktur Akper Pemkab Muna

S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.KepNIP.19800212 200312 2 006

Page 3: Kti AKPER  wa runia

iii

PEMERINTAH KABUPATEN MUNAAKADEMI KEPERAWATAN

Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945

HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada Tanggal 02 Juli 2016

Dewan Penguji

1. MUSRIANI, S.Kep., Ns., M.Kes (………………………….)

2. YATABA, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………….....)

3. MURSALIN, SKM., M.Kes (……………………….....)

Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan

Pemerintah Kabupaten Muna

Tanggal 02 Juli 2016

Direktur Akper Pemkab Muna

S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.KepNIP.19800212 200312 2 006

iii

PEMERINTAH KABUPATEN MUNAAKADEMI KEPERAWATAN

Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945

HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada Tanggal 02 Juli 2016

Dewan Penguji

1. MUSRIANI, S.Kep., Ns., M.Kes (………………………….)

2. YATABA, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………….....)

3. MURSALIN, SKM., M.Kes (……………………….....)

Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan

Pemerintah Kabupaten Muna

Tanggal 02 Juli 2016

Direktur Akper Pemkab Muna

S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.KepNIP.19800212 200312 2 006

iii

PEMERINTAH KABUPATEN MUNAAKADEMI KEPERAWATAN

Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945

HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada Tanggal 02 Juli 2016

Dewan Penguji

1. MUSRIANI, S.Kep., Ns., M.Kes (………………………….)

2. YATABA, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………….....)

3. MURSALIN, SKM., M.Kes (……………………….....)

Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan

Pemerintah Kabupaten Muna

Tanggal 02 Juli 2016

Direktur Akper Pemkab Muna

S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.KepNIP.19800212 200312 2 006

Page 4: Kti AKPER  wa runia

iv

ABSTRAK

Latar belakang, Menurut catatan medical record Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai IIRumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari – Desember 2015 dan Januari– Februari 2016 didapatkan bahwa kasus Hirschprung menempati urutan pertama atau terdapat 83(51,24%) kasus dari 162 kasus penyakit. Penyakit Hirschprung merupakan masalah yang sangatmemerlukan perhatian dan penatalaksanaan yang sangat komprehensif dan intensif bagi tenagakesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan.Tujuan, Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memperoleh gambaran yangjelas dan nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan post op reanostomosiscolon a/i hirschprung dengan pendekatan proses keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosakeperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.Metode Telaahan, Metode yang digunakan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini yaitu metodeanalisis deskriptif melalui studi kasus berdasarkan pendekatan proses keperawatan dengan tehnikpengumpulan data melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi, studi kepustakan danpemeriksaan fisik.Hasil, Pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien An. S mulai tanggal 15 – 17 Februari 2016 diRuang Gedung Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung ditemukan limadiagnosa keperawatan yaitu, kekurangan volume cairan, nyeri akut, konstipasi, ansietas orang tua,dan resiko tinggi infeksi. Setelah dilakukan evaluasi selama tiga hari dari lima, diagnosakeperawatan atau masalah yang ditemukan, hanya terdapat 2 masalah yang teratasi, tetapi masalahkeperawatan yang lain sudah menunjukan perubahan yang baik. Hal ini terjadi karena beberapamasalah keperawatan membutuhkan waktu yang berbeda-beda dalam proses penyembuhan.Kesimpulan, Dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan post op reanostomosis colona/i hirschprung perawat harus menerapkan proses keperawatan secara proaktif dan meningkatkanfrekuensi kontak dengan klien serta dalam melaksanakan asuhan keperawatan diperlukan adanyapendokumentasian yang dicatat dalam status kesehatan klien dan diperlukan adanya kerjasama yangbaik dengan tim kesehatan lainnya.

Page 5: Kti AKPER  wa runia

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Karya tulis ini berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Toddler (2

Tahun) Dengan Post Op Reanostomosis Colon A/I Hirschprung Di Ruang Bedah

Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin

Bandung” disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program

Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akper Pemkab Muna.

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan

bimbingan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sangat mendalam kepada :

1. Ibu dr. Ayi Djembarani, MARS, selaku Direktur Utama Rumah Sakit Umum

Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung yang telah memberikan waktu dan

kesempatan untuk praktek dan melaksanakan ujian praktek klinik keperawatan

di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.

2. Ibu Santhy, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Direktur Akper Pemkab Muna sekaligus

sebagai pembimbing dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, yang telah

meluangkan waktunya, tenaga dan pikiranya dalam memberikan petunjuk dan

mengarahkan penulis mulai dari pertama penulisan sampai selesai dengan baik,

serta telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan

pada Akper Pemkab Muna.

3. Ibu Lina Sopiana, S.Kep., Ns selaku penguji lahan ujian praktek di Ruang

Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan

Sadikin Bandung.

4. Bapak Mursalin, SKM., M.Kes selaku penguji institusi ujian praktek di Ruang

Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan

Sadikin Bandung yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama

melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien selama pelaksanaan ujian

praktek.

Page 6: Kti AKPER  wa runia

vi

5. Ibu Musriani, S.Kep., Ns., M.Kes selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah pada

Ujian Akhir Program Praktek Klinik Keperawatan Bandung yang telah banyak

meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan petunjuk dan

mengarahkan penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

6. Kepala Ruangan, CI Ruangan, Perawat serta Staf di Ruang Bedah Anak Gedung

Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung yang

telah memberikan petunjuk dan nasehat serta kerja sama dalam melaksanakan

asuhan keperawatan di ruangan yang dipimpinnya.

7. Seluruh Staf dan Dosen Akper Pemkab Muna yang telah memberikan dukungan

dan bantuan serta kerja sama dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. An. S beserta keluarganya yang telah senang hati menerima penulis untuk

mengadakan studi kasus berupa pelaksanaan asuhan keperawatan dalam rangka

menyusun Karya Tulis Ilmiah.

9. Orang tuaku tercinta Ibunda Wa Ndolio, saudaraku Kadir serta seluruh

keluargaku yang telah memberikan do’a, motivasi, harapan, dan dorongan baik

moril maupun materil yang sangat berarti selama mengikuti pendidikan pada

Akper Pemkab Muna hingga selesai.

10. Sahabat-sahabatku, rekan-rekan mahasiswa Akper Pemkab Muna angkatan XIII

yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan

motivasinya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih

banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun isinya. Olehnya itu, penulis

mengharapkan adanya masukan, baik kritik ataupun saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini, sehingga bermanfaat bagi

dunia keperawatan, amin.

Raha, 02 Juli 2016

Penulis

Page 7: Kti AKPER  wa runia

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...............................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................

ABSTRAK ................................................................................................

KATA PENGANTAR .............................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................

DAFTAR TABEL.....................................................................................

DAFTAR GAMBAR .................................................................................

DAFTAR BAGAN .....................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................

B. Ruang Lingkup Pembahasan .............................................

C. Tujuan Penulisan................................................................

D. Manfaat Penulisan..............................................................

E. Metode Telaahan ...............................................................

F. Waktu Pelaksanan .............................................................

G. Tempat Pelaksanan ...........................................................

H. Sistematika Telaahan ........................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN

ANAK DENGAN POST OP REANOSTOMOSIS COLON

A/I HIRSCHPRUNG

A. Konsep Dasar .................................................................... 9

1. Pengertian ................................................................... 9

2. Anatomi dan Fisiologi.................................................. 10

3. Etiologi ........................................................................ 17

4. Patofisiologi .................................................................

5. Tanda dan Gejala..........................................................

6. Pemeriksaan Penunjang ............................................... 23

i

ii

iii

iv

v

vii

ix

x

xi

xii

1

4

4

5

6

7

7

7

9

9

10

14

14

15

15

Page 8: Kti AKPER  wa runia

viii

7. Penatalaksanaan Medis................................................. 25

8. Komplikasi.................................................................... 32

9. Dampak Masalah Terhadap Perubahan Struktur/Pola

Fungsi Sistem Tubuh Terhadap Kebutuhan Klien

Sebagai Makhluk Holistic ............................................ 33

B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan............... 35

1. Pengkajian.................................................................... 35

2. Diagnosa Keperawatan .............................................. 50

3. Perencanaan ................................................................ 51

4. Implementasi ............................................................... 61

5. Evaluasi .......................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus................................................................... 63

1. Pengkajian ................................................................... 63

2. Diagnosa Keperawatan ............................................... 81

3. Rencana Tindakan Keperawatan ................................. 84

4. Implementasi dan Evaluasi ......................................... 88

5. Catatan Perkembangan................................................. 92

B. Pembahasan ....................................................................... 102

1. Pengkajian ................................................................... 102

2. Diagnosa Keperawatan................................................ 114

3. Perencanaan................................................................. 117

4. Implementasi ............................................................... 118

5. Evaluasi .......................................................................

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ........................................................................ 122

B. Rekomendasi......................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

16

18

19

20

20

38

39

43

43

45

45

60

63

6673

69

74

74

76

77

78

79

82

84

Page 9: Kti AKPER  wa runia

ix

DAFTAR TABEL

HalamanTabel 1.

Tabel 2.

Tabel 3.

Tabel 4.

Tabel 5.

Tabel 6.

Tabel 7.

Tabel 8.

Tabel 9.

Tabel 10.

Tabel 11.

Tabel 12.

Tabel 13.

Tabel 14.

Tabel 15.

Tabel 16.

Tabel 17.

Tabel 18.

Sepuluh penyakit besar yang dirawat di Ruang Bedah Anak

Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr.

Hasan Sadikin Bandung .........................................................

Berat Badan terhadap Tinggi Badan Anak Usia 0-2 Tahun ...

Cara Menguji Tingkat Kesadaran GCS (Glasgow Coma

Scale).......................................................................................

Perencanaan Nyeri Akut .........................................................

Perencanaan Konstipasi ..........................................................

Perencanaan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari

Kebutuhan Tubuh ...................................................................

Perencanaan Resiko Infeksi.....................................................

Perencanaan Resiko Cedera ...................................................

Perencanaan Resiko Kekurangan Volume Cairan .................

Perencanaan Ansietas Orang Tua ...........................................

Riwayat Imunisasi ..................................................................

Pola Perubahan Nutrisi Tiap Tahap Usia sampai denga Pola

Nutrisi Saat Ini ........................................................................

Pola Aktivitas Sehari-Hari ......................................................

Hasil Pemeriksaan Laboratorium ...........................................

Analisa Data ...........................................................................

Rencana Tindakan Keperawatan ............................................

Implementasi dan Evaluasi .....................................................

Catatan Perkembangan ...........................................................

3

28

32

39

40

40

41

41

42

42

49

51

55

56

58

66

69

69

Page 10: Kti AKPER  wa runia

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Sistem Saluran Pencernaan ............................................ 10

Page 11: Kti AKPER  wa runia

xi

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 1. Genogram 3 Generasi...................................................... 49

Page 12: Kti AKPER  wa runia

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Satuan Acara Penyuluhan

Lampiran 2 : Materi

Lampiran 3 : Leaflet

Lampiran 4 : Lembar Konsul

Lampiran 5 : Riwayat Hidup

Page 13: Kti AKPER  wa runia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Anak terutama bayi

baru lahir merupakan salah satu kelompok masyarakat yang rentan dan perlu

mendapatkan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat karena masih

tingginya Angka Kematian Bayi (AKB). Angka kematian bayi menjadi

indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak karena

merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini (Verawati, 2012).

World Health Organization (WHO), memperkirakan bahwa sekitar 7%

dari seluruh kematian bayi di dunia disebabkan oleh kelainan kongenital. Di

Eropa, sekitar 25% kematian neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital.

Di Asia Tenggara kejadian kelainan kongenital mencapai 5% dari jumlah bayi

yang lahir, sementara di Indonesia prevalensi kelainan kongenital mencapai 5

per 1.000 kelahiran hidup. Riset Kesehatan Dasar dasar tahun 2007 kematian

bayi adalah kelainan kongenital pada usia 0-6 hari sebesar 1% dan pada usia

7-18 hari sebesar 19% (Verawati, 2012).

Menurut Depkes RI, kelainan kongenital adalah kelainan yang terlihat

pada saat lahir, bukan akibat proses persalinan. Sekitar 3% bayi baru lahir

mempunyai kelainan bawaan (kongenital). Meskipun angka ini termasuk

rendah, akan tetapi kelainan ini dapat menyebabkan angka kematian dan

kesakitan yang tinggi. Angka kejadian dengan kelainan kongenital akan

Page 14: Kti AKPER  wa runia

2

menjadi 4-5% bila bayi diikuti terus sampai berusia 1 tahun salah satunya

adalah penyakit hirschprung (Verawati, 2012).

Penyakit hirschprung merupakan suatu kelainan bawaan berupa

aganglionosis yang dimulai dari sfingter ani internal ke arah proksimal dengan

panjang yang bervariasi dan termasuk anus dan rektum. Keadaan abnormal

tersbut dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus secara

spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen

yang tidak ada ganglion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian

tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus proksimal (Hidayat, 2012).

Insiden penyakit Hirschprung di dunia adalah 1 : 5.000 kelahiran hidup.

Di Amerika dan Afrika dilaporkan penyakit ini terjadi pada satu kasus sriap

5.400-7.200 kelahiran hidup. Di Eropa Utara, insiden penyakit ini adalah 1,5

dari 10.000 kelahiran hidup sedangkan di Asia tercatat sebesar 2,8 per 10.000

kelahiran hidup.

Angka kematian untuk penyakit Hirschsprung berkisar antara 1 - 10%.

Penelitian Pini dkk. pada tahun 1993 – 2010 di Genoa, Italia mencatat ada 8

orang dari 313 penderita penyakit Hirschsprung yang meninggal (CFR=

2,56%). Hasil penelitian Sarioqlu dkk. pada tahun 2008 - 2013 di Ankara,

Turki menunjukkan ada sebanyak 302 penderita penyakit Hirschsprung.

Kartono mencatat ada sekitar 40-60 pasien yang dirawat di RSCM Jakarta

setiap tahunnya. Sementara di RS dr. Sardjito Yogyakarta oleh Rohadi dicatat

rata-rata terdapat 50 pasien menderita Hirschprung setiap tahunnya (Verawati,

2012).

Page 15: Kti AKPER  wa runia

3

Berdasarkan catatan medical record Ruang Bedah Anak Gedung

Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung

jumlah pasien hirschprung yang dirawat pada kurun waktu 1 tahun yaitu

Januari sampai dengan Desember 2015 dan Januari sampai dengan Februari

2016 sebanyak 83 orang atau menempati urutan pertama dari jumlah penyakit

yang dirawat di Ruang Kemuning Lantai II Bedah Anak Rumah Sakit Umum

Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.

Adapun 10 penyakit terbesar di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning

Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung rentang bulan

Januari sampai dengan Desember 2015 dan bulan Januari sampai dengan

Februari 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1 . 10 Penyakit Terbesar di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II diRSUP dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Bulan Januari – Desember 2015dan Periode Bulan Januari – Februari 2016

No Jenis penyakit Jumlah Presentase (%)1.2.3.4.5.6.7.8.9.

10.

Hirschprung DiseaseMalformasi AnorectalIleustomi a/i perforasiIleus ObstruktifPost Op ColostomyHernia InguinalisAtresia esofagusAtresia AniHipospadiaHidrokel

832210101087444

51,2413,586,176,176,174,944,322,472,472,47

Total 162 100Sumber : Rekam medik di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II RSUP dr. Hasan

Sadikin Bandung (Januari – Desember 2015 dan Januari – Februari 2016).

Berdasarkan tabel 1. di atas, dari jumlah penderita yang dirawat di Ruang

Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr.

Hasan Sadikin Bandung selama rentang waktu 1 tahun yaitu periode Januari

sampai dengan Desember 2015 dan periode Januari sampai dengan Februari

Page 16: Kti AKPER  wa runia

4

2016, penyakit hirschprung berada pada urutan pertama dengan jumlah

penderita 83 orang (51,24%).

Berdasarkan data – data diatas dan mengingat bahaya serta dampak yang

dapat ditimbulkan dari penyakit maka penulis tertarik mengangkat judul

Karya Tulis Ilmiah dengan Judul “Asuhan Keperawatan An. S Usia Toddler

(2 Tahun) Dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung Di

Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat

dr. Hasan Sadikin Bandung.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam pembahasan karya tulis ilmiah ini, penulis membatasi ruang

lingkup yang masalah dibahas yaitu “Asuhan Keperawatan An. S Usia

Toddler (2 Tahun) Dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i

Hirschprung Di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit

Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Penulis dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan asuhan

keperawatan pada klien anak pra sekolah secara langsung pada situasi

nyata yang komperhensif meliputi aspek bio, psiko, sosial dan spiritual

yang berdasarkan pada ilmu dan kiat perawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis dapat melaksanakan pengkajian yang komperhensif pada anak

usia toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i

Hirschprung.

Page 17: Kti AKPER  wa runia

5

b. Penulis dapat merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas

masalah pada anak usia toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon

POD I a/i Hirschprung.

c. Penulis dapat menyusun rencana tindakan keperawatan pada anak usia

toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung.

d. Penulis dapat melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan

rencana yang telah disusun pada anak usia toddler dengan Post Op

Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung

e. Penulis dapat mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada

anak usia toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i

Hirschprung.

f. Penulis dapat mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada

anak usia toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i

Hirschprung.

D. Manfaat Penulisan

1. Untuk Rumah Sakit

Sebagai masukan kepada rumah sakit untuk mengambil langkah

kebijaksanaan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

khususnya penerapan proses perawatan pada anak usia toddler dengan

Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung.

2. Bagi Institusi

Sebagai bahan bacaan untuk mengembangkan pengetahuan tentang asuhan

keperawatan pada anak usia toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon

POD I a/i Hirschprung.

Page 18: Kti AKPER  wa runia

6

3. Bagi Profesi

Sebagai masukan atau menambah pengetahuan, wawasan pengalaman bagi

rekan seprofesi tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak usia

toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung.

4. Bagi Penulis

Sebagai konstribusi pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam

mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti pendidikan.

E. Metode Telaahan

Metode yang digunakan penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah ini

yaitu metode analisis deskriptif dalam bentuk studi kasus berdasarkan

pendekatan proses keperawatan yaitu Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,

Perencanaan, Implementasi, Evaluasi dan Dokumentasi.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam menyusun

karya tulis ilmiah ini adalah :

1. Wawancara

Yaitu pengumpulan data dengan melakukan komunikasi lisan secara

langsung pada klien dengan keluarganya.

2. Observasi

Yaitu dengan mengamati kondisi pasien dalam pelayanan asuhan

keperawatan.

3. Pemeriksaan Fisik

Yaitu pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan fisik pada klien

dengan cara: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

Page 19: Kti AKPER  wa runia

7

4. Studi Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data dengan mempelajari data dan status klien melalui

rekam medik dan hasil laboratorium.

5. Studi Kepustakaan

Yaitu mencari sumber melalui bahan atau buku – buku literatur yang dapat

dipercaya untuk mendapatkan kejelasan teori yang berhubungan dengan

masalah klien.

F. Waktu Pelaksanaan

Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal 15 sampai dengan 17

Februari 2016.

G. Tempat Pelaksanaan

Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning

Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.

H. Sistematika Telaahan

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dibagi dalam 4 (empat) BAB dengan

susunan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan: yang terdiri dari Latar belakang, Ruang Lingkup

Pembahasan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode

Telaahan, Waktu Pelaksanaan, Tempat Pelaksanaan dan

Sistematika Telaahan.

BAB II : Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Anak Dengan Post

Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung, bab ini

menguraikan tentang konsep dasar yang meliputi Pengertian,

Page 20: Kti AKPER  wa runia

8

Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan, Etiologi, Patofisiologi,

Tanda dan Gejala, Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan

Medik, Komplikasi, Dampak Terhadap Sistem Tubuh Lainnya

Serta Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan yang

meliputi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan,

Implementasi, Evaluasi dan Dokumentasi.

BAB III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan: bab ini berisikan laporan

kasus yang merupakan laporan Asuhan Keperawatan

AnakDengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i

Hirschprung di Ruang Kemuning Lantai II Bedah Anak Rumah

Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung dan Pembahasan

yang berisikan ulasan naratif dari setiap tahapan proses

keperawatan yang dilakukan serta perbandingan antara teori dan

kasus secara sistematis mulai dari Pengkajian, Diagnosa

Keperawatan, Perencanaan, Implementasi, Evaluasi dan

Dokumentasi.

BAB IV : Kesimpulan dan Rekomendasi, bab ini berisikan kesimpulan

dan saran atau rekomendasi dari pelaksanaan asuhan

keperawatan dan formulasi saran yang optimal terhadap masalah

yang ditemukan.

Page 21: Kti AKPER  wa runia

9

BAB II

TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

POST OP REANOSTOMOSIS COLON A/I HIRSCPRUNG

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Penyakit hirschsprung adalah suatu kelainan bawaan berupa

ganglionik usus, mulai dari spingter ani interna kearah proksimal dengan

panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum (Hidayat,

2012).

Penyakit hirschsprung atau mega kolon adalah penyakit yang terjadi

karena tidak adanya sel-sel ganglion dalam rektum atau di bagian

rectosigmoid colon dan ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau

tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan (Padila,

2012).

Penyakit hirschprung adalah kelainan bawaan penyebab pasase usus

tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan

berat lahir < 3 kg, lebih banyak terjadi pada laki-laki dari pada perempuan

(Nurarif dan Kusuma, 2015).

Berdasarkan defenisi tersebut diatas penulis menyimpulkan bahwa

penyakit hirschprung adalah suatu kelainan bawaan tersering pada

neonatus dan bayi aterm dengan berat lahir < 3 kg, berupa ganglionik usus,

di bagian rectosigmoid colon dengan panjang yang bervariasi dan

termasuk anus sampai rektum sehingga tidak adanya peristaltik serta tidak

adanya evakuasi usus spontan.

Page 22: Kti AKPER  wa runia

10

2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan

a. Anatomi Sistem Pencernaan

Gambar 1. Anatomi sistem pencernaan

Sumber : (Smeltzer, 2002)

Sistem pencernaan terdiri atas :

1) Oris (mulut) adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas

dua bagian yaitu : bagian luar yang sempit atau vestibula atau ruang di

antara gusi, gigi, bibir, dan pipi. Dan bagian dalam yaitu rongga mulut

yang di batasi sisinya oleh tulang maksiariis, palatum, dan

mandibularis, di sebelah belakang bersambung dengan faring

(Syaifuddin, 2006).Faring (tekak)

2) Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan

kerongkongan (esophagus). Di dalam lengkung faring terdapat tonsil

(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung

Page 23: Kti AKPER  wa runia

11

limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi (Syaifuddin,

2006).

3) Esophagus (kerongkongan). Begitu makanan memasuki bagian atas

esophagus makanan berjalan melalui sfingter esophagus bagian atas,

yang merupakan otot sirkular, yang mencegah udara memasuki

esofhagus dan makanan mengalami refluks (bergerak ke belakang)

kembali ke tenggorok (Potter dan Perry, 2006).

4) Gaster (lambung) di tempatkan di bagian atas abdomen sebelah kiri

garis tengah tubuh tepat di bawah diafragma kiri. Lambung adalah

suatu kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira 1500

ml. inlet ke lambung di sebut pertemuan esofagogastrik (Smeltzer,

2002).

5) Intestinum minor (usus halus) adalah bagian dari system pencernaan

makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada sekum

yang terdiri atas duodenum jejunum dan ileum (Syaifuddin, 2006).

6) Intestinum mayor (usus besar) terdiri dari segmen asenden, pada sisi

kanan abdomen, segmen transfersum yang memanjang dari abdomen

atas kanan ke kiri, dan segmen desenden pada sisi kiri abdomen.

Bagian ujung dari usus besar terdiri dari dua bagian yaitu kolon

sigmoid dan rectum (Smeltzer, 2002).

7) Rectum merupakan saluran akhir pada saluran gastrointestinal. Produk

buangan yang mencapai bagian kolon sigmoid di sebut feses. Sigmoid

menyimpan feses sampai beberapa saat sebelum defekasi (Potter dan

Perry, 2006).

Page 24: Kti AKPER  wa runia

12

8) Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan

rectum dengan dunia luar terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat

oleh 3 sfingter yaitu sfingter ani internus (sebelah dalam) yang bekerja

tidak menurut kehendak, sfingter levator ani yang bekerja juga tidak

menurut kehendak, dan sfingter ani eksternus (sebelah luar) bekerja

menurut kehendak (Syaifuddin, 2006).

b. Fisiologi Sistem Pencernaan

Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan zat nutrient

(zat yang sudah di cerna), air, dan garam yang berasal dari zat makanan

untuk di distribusikan ke sel-sel melalui system sirkulasi. Untuk ini di

butuhkan :

1) Pergerakan makanan melalui saluran pencernaan

2) Sekresi getah pencernaan

3) Absorsi hasil pencernaan, air, dan elektrolit.

4) Sirkulasi darah melalui organ gastrointestinal yang membawa zat

yang diabsorpsi

5) Pengaturan semua fungsi oleh sistem saraf dan hormon (Syaifuddin,

2006).

Menurut Smeltzer (2002) proses fisiologi pencernaan terdiri dari :

1) Pencernaan oral di mulai dari aktivitas mengunyah, di mana makan di

pecah ke dalam partikel kecil yang dapat di telan dan dicampur

dengan enzim-enzim pencernaan. Saliva mengandung enzim ptyalin

atau amilase saliva, yang memulai pencernaan zat pati, juga

mengandung mukus yang membantu melumasi makanan saat di

kunyah, sehingga memudahkan menelan.

Page 25: Kti AKPER  wa runia

13

2) Menelan dimulai sebagai aktivitas volunter yang di atur oleh pusat

menelan di medulla oblongata dari sistem saraf pusat. Menelan

mengakibatkan bolus makanan berjalan ke dalam esophagus atas,

yang berakhir sebagai aktivitas reflex.

3) Kerja lambung mensekresi cairan yang sangat asam mempunyai pH

terendah satu, memperoleh keasamannya dari asam hidroklorida yang

di sekresikan oleh kelenjar lambung. Fungsi sekresi asam yaitu :

memecah makanan menjadi komponen yang mudah di absorbsi dan

membantu destruksi kebanyakan bakteri pencernaan.

4) Defekasi. Distensi rectum secara relatif menimbulkan kontraksi otot

rectum dan merilekskan spingter anal internal yang biasanya tertutup.

Selama defekasi spingter anal eksternal secara volunteer rileks untuk

memungkinkan isi kolon keluar. Oleh karena itu defekasi terlihat

menjadi reflex spinal yang dapat secara volunter dihambat dengan

mempertahankan spingter anal tertutup.

Menurut Potter dan Perry (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi

eliminasi yaitu:

1) Usia. Perubahan dalam tahapan perkembangan yang mempengaruhi

status eliminasi terjadi di sepanjang kehidupan.

2) Diet. Adapun makanan tiap hari secara teratur membantu

mempertahankan pola peristaltik yang teratur di dalam kolon.

Makanan yang di konsumsi individu mempengaruhi eliminasi. Serat,

residu makanan yang tidak dapat di cerna, memungkinkan massa

feses. Dinding usus teregang, menciptakan gerakan peristaltic dan

menimbulkan reflex defekasi.

Page 26: Kti AKPER  wa runia

14

3) Asupan cairan yang tidak adekuat atau gangguan yang menyebabkan

kehilangan cairan (seperti muntah) mempengaruhi karakter feses.

Cairan mengencerkan isi usus, memudahkan bergerak melalui kolon.

Asupan cairan yang menurun memperlambat pergerakan makanan

yang melalui usus.

3. Etiologi

Penyebabnya belum diketahui tetapi diduga terjadi karena faktor

genetik dan lingkungan, sering terjadi pada anak dengan down syndrome,

kegagalan sel neural pada masa embrio pada dinding usus, gagal eksistensi,

kranio kaudal pada menyentrik dan sub mukosa dinding plexus (Nurarif dan

Kusuma, 2015).

4. Patofisiologi

Istilah congenital aganglionik mega colon menggambarkan adanya

kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub

mukosa colon distal. Ketidakadaan ini menyebabkan ketidaknormalan atau

tidak adanya gerakan tenaga pendorong (peristaltik) dan tidak adanya

evakuasi usus spontan serta spingter rektum tidak dapat berelaksasi

sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan

adanya akumulasi pada bagian yang rusak pada mega kolon.

Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk

kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus

mendorong ke dalam segmen aganglionik dan feses terkumpul di daerah

tersebut, menyebabkan berdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap

daerah itu dan menyebabkan dibagian colon tersebut melebar (Padila, 2012).

Page 27: Kti AKPER  wa runia

15

5. Tanda dan Gejala

Gejala penyakit hirschprung adalah :

a. Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan tidak

adanya evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi mekonium diikuti

obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi.

b. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan dan

diikuti obstruksi usus akut. Konstipasi ringan dengan diare, distensi

abdomen dan demam, adanya feses yang menyemprot pas pada colok

dubur merupakan tanda yang khas.

c. Pada anak-anak usia 1-6 tahun terjadi : konstipasi, tinja seperti pita dan

berbau busuk, distensi abdomen, adanya masa difekal dan dapat

dipalpasi, biasanya tampak kurang nutrisi dan anemia (Nurarif dan

Kusuma, 2015).

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Padila (2012), pada penyakit

hirschprung adalah sebagai berikut:

a. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa

ditemukan:

1) Daerah transisi

2) Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur dibagian usus yang

menyempit.

3) Enterokolitis pada segmen yang melebar

4) Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam

b. Biopsi otot rektum yaitu pengambilan lapisan otot rektum.

Page 28: Kti AKPER  wa runia

16

c. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin esterase dari hasil biopsi isap

pada penyakit ini khas terdapat peningkatan enzim asetilkolin esterase.

d. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus.

e. Pemeriksaan colok anus. Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan

jepitan dan pada waktu tinja yang menyemprot.

7. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Reanostomosis menurut Smeltzer (2002), yaitu:

1) Pengertian

Reanostomosis adalah operasi penggabungan dua ujung usus yang

sehat setelah usus yang sakit usus dipotong oleh dokter bedah.

2) Tujuan

a) Menutupi sebagian dari rongga abdomen dan pelvis.

b) Membentuk pembatas yang halus sehingga organ yang ada dalam

rongga abdomen tidak saling bergesekan.

c) Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ

terhadap dinding posterior abdomen.

3) Indikasi

Perforasi usus oleh karena trauma atau infeksi usus dengan bagian

usus yang tidak sehat, tumor usus halus dan usus besar yang masih

dapat dilakukan reseksi.

4) Kontra indikasi

Keadaan umum tidak memungkinkan dilakukan operasi.

5) Komplikasi

Kebocoran anastomosis, infeksi, perdarahan dan sepsis.

Page 29: Kti AKPER  wa runia

17

6) Tindakan Reanostomosis

Adapun tindakan reanostomosis adalah sebagai berikut:

a) Posisi pasien tidur terlentang.

b) Insisi di linea mediana dengan panjang sesuai perkiraan bagian

usus yang mengalami perforasi atau nekrosis.

c) Insisi diperdalam sampai mencapai cavum peritoneum.

d) Seluruh pus, feses dan cairan kotor yang terdapat dalam cavum

abdomen dihisap keluar.

e) Dilakukan identifikasi bagian usus yang mengalami nekrosis secara

sistematis dan seterusnya.

f) Sebelum melakukan reseksi, pastikan dahulu bahwa usus tidak

sehat yaitu permukaannya tidak mengkilap, tampak kering, warna

kebiruan bahkan kehitaman, tidak ada kontraksi, tidak berdarah dan

tidak ada pulsasi pembuluh darah, serta seromuskuler terkelupas.

g) Keluarkan bagian usus yang tidak sehat tersebut diluar cavum

abdomen, berikan alas dengan kain kasa dibawahnya untuk

mencegah kontaminasi kedalam cavum peritoneum.

h) Identifikasi lokasi pembuluh darah yang memberikan suplai pada

usus yang tidak sehat tersebut, kemudian ligasi pembuluh darah

tersebut. Lakukan pemotongan mesenterium menuju tepi usus yang

tidak sehat tersebut secara segmental.

i) Dekatkan kedua tepi usus yang telah dipotong untuk

membandingkan diameter lumen yang akan disambung. Jika

terdapat perbedaan diameter lumen maka dilakukan eksisi tepi usus

tersebut sehingga terjadi kesamaan diameter lumen.

Page 30: Kti AKPER  wa runia

18

j) Setelah itu evaluasi kembali viabilitas usus, pastikan lumen tidak

terlalu sempit dengan cara mempertemukan ujung jari dengan ibu

jari operator pada lokasi reanostomosis.

7) Perawatan Pasca Operasi

a) Penderita dipuasakan.

Lama puasa tergantung lokasi usus dan jenis kelainan yang

mendasarinya. Selama puasa penderita diberikan total parenteral

nutrisi dengan jenis dan komposisi tergantung fasilitas yang ada.

b) Follow-Up

Kondisi luka, kondisi abdomen, serta kondisi klinis penderita

secara keseluruhan.

b. Penatalaksanaan Hisrchprung

1) Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik

untuk melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan

terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.

2) Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat

berat anak mencapai sekitar 9 Kg atau sekitar 3 bulan setelah operasi

pertama. (Padila, 2012).

8. Komplikasi

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), komplikasi yang dapat terjadi

pada penderita hirscsprung adalah obstruksi usus, konstipasi, ketidak

seimbangan cairan dan elektrolit, entrokolitis, dan striktur anal dan

inkontinensial.

Page 31: Kti AKPER  wa runia

19

9. Dampak Terhadap Sistem Tubuh

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), dampak penyakit hirschprung

terhadap sistem tubuh adalah sebagai berikut:

a. Sistem Perkemihan

Pada anak dengan hirshprung ditemukan kencingnya lebih sedikit dan

pekat karena kekurangan cairan.

b. Sistem Pernapasan

Pada sistem pernapasan pada anak dengan hirshprung yaitu cenderung

ditemukan adanya pernafasan yang cepat diatas 30 x/menit dan dangkal

(kussmaul), irama nafas yang tidak teratur, sesak napas akibat adanya

distensi abdomen.

c. Sistem Kardiovaskuler

Pada sistem kardiovaskuler cenderung ditemukan denyut nadi yang

meningkat diatas 90 x/menit, ada tidaknya kelainan akibat hirshprung

atau kelainan bawaan saat lahir.

d. Sistem Pencernaan

Pada pemeriksaan rectum dan feses akan didapatkan adanya perubahan

feses seperti pita dan berbau busuk, fase awal didapatkan penurunan

bising usus, dan berlanjut dengan hilangnya bising usus, timpani akibat

abdominal mengalami kembung dan teraba dilatasi kolon abdominal.

Adanya mual muntah, konstipasi dan dehidrasi.

e. Sistem Imun

Pada anak dengan hirsprung terdapat adanya penurunan kekebalan tubuh

akibat diare yang terus menerus.

Page 32: Kti AKPER  wa runia

20

f. Sistem Muskuloskeletal

Pada anak dengan hirsprung ditemukan malaise dan nyeri saat bergerak

akibat distensi abdomen.

g. Sistem Integumen

Pada sistem integumen cenderung ditemukan adanya edema kulit, akral

hangat, hipertermi, turgor kulit jelek karena adanya dehidrasi.

h. Pertumbuhan dan perkembangan

Anak rewel, berat badan tidak bertambah dan pertumbuhan terhambat,

terjadi penurunan berat badan dan tidak mau menyusu.

B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan

Secara umum dapat dikatakan bahwa proses keperawatan adalah metode

pengorganisasian yang sistematis, dalam melakuan asuhan keperawatan pada

individu, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada identifikasi dan

pemecahan masalah dari respon pasien terhadap penyakitnya (Asmadi, 2008).

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dengan

mengumpulkan data secara sistematis guna menentukan status kesehatan

klien saat ini (Asmadi, 2008).

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah aktivitas perawat dalam mengumpulkan

informasi yang sistemik tentang klien. Metode yang digunakan yaitu

wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik serta diagnostik (Asmadi,

2008).

Page 33: Kti AKPER  wa runia

21

1) Biodata

a) Identitas Klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,

pendidikan terakhir, pekerjaan, tanggal masuk RS, tanggal

pengkajian, nomor register, diagnosa medik dan alamat (Engel,

2008).

b) Identitas Penanggung Jawab

Terdiri atas identitas orang tua dalam hal ini ayah dan ibu yang

meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,

pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien (Engel, 2008).

2) Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit

Pada umumnya anak mengalami mual dan muntah yang berwarna

kehijauan yang disertai dengan distensi abdomen secara terus

menerus sehingga anak dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan

perawatan secepatnya.

b) Riwayat Kesehatan Sekarang

(a) Keluhan Utama

Merupakan keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian. Pada

anak dengan post op reanostomosis ditemukan keluhan nyeri.

(b) Riwayat Keluhan Utama

Pengkajian meliputi keluhan pada saat datang ke rumah sakit

dan keluhan pada saat pengkajian, dikembangkan dengan

menggunakan analisa PQRST.

Page 34: Kti AKPER  wa runia

22

P : (Provokatif atau Paliatif), yaitu apa penyebabnya,

yang memunculkannya dan yang menguranginya.

Q : Quality/Quantity), yaitu bagaimana rasanya?

R : (Region/Radiation), yaitu dibagian mana hal itu

terjadi, apakah menyebar?

S : (Scale/Severity), yaitu bagaimana intensitasnya, jika

menggunakan skala 1-10 dan bagaimana pengaruh hal

tersebut pada aktivitas.

T : (Timing), yaitu kapan hal itu mulai terjadi, berapa

lamanya terjadinya, bertahap atau tiba-tiba (Setiadi,

2012).

b) Riwayat Kesehatan Dahulu

Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan

atau memperberat keadaan penyakit yang sedang diderita klien

pada saat ini termasuk faktor predisposisi penyakit dan

kebiasaan-kebiasaan klien. Pada anak dengan post op

reanostomosis perlu ditanyakan riwayat sebelumnya seperti

adanya kegagalan mengeluarkan mekonium dalam waktu 24-48

jam setelah lahir, muntah berwarna hijau dan konstipasi

(Hidayat, 2012).

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Perlu dikaji riwayat kesehatan keluarga yang dapat

mempengaruhi timbulnya penyakit hirsprung seperti adanya

riwayat penyakit hirsprung dalam keluarga atau penyakit

turunan lainnya (Hidayat, 2012).

Page 35: Kti AKPER  wa runia

23

3) Riwayat Imunisasi

Yang perlu diperhatikan bahwa pemberian imunisasi yaitu

imunisasi BCG diberikan 1x pada usia 0-11 bulan, imunisasi DPT

diberikan 3x dengan interval 4 minggu pada usia 2-11 bulan,

imunisasi hepatitis B diberikan 3x dengan interval 4 minggu pada

usia 0-11 bulan, imunisasi polio diberikan 4x dengan interval 4

minggu pada usia 0-11 bulan dan imunisasi campak diberikan 1x

pada usia 9-11 bulan (Hidayat, 2012).

4) Riwayat Tumbuh Kembang

a) Pertumbuhan anak

Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah ukuran sel pada saat

membelah diri dan mensintesis protein baru dengan

menghasilkan peningkatan ukuran dan berat seluruh atau

sebagian bagian sel.

Pertumbuhan yang seharusnya anak usia 6-12 bulan : Berat

badan pertambahan setiap minggu 35-40 gram, berat badan 3x

berat badan tiga kali berat badan lahir pada akhir tahun pertama,

panjang badan pertambahan setiap bulan: 1,25 cm, panjang

lahir kira-kira 50% pada akhir tahun pertama, lingkar kepala 28

- 50 cm atau pertambahan berat badan setiap minggunya 140 -

200 gram dan pertambahan panjang badan 2,5 cm setiap

bulannya (Wong, 2004).

b) Perkembangan anak

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan

(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks

Page 36: Kti AKPER  wa runia

24

dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai proses

pematangan.

Menurut Purnamasari (2006), aspek yang diujikan dalam tes ini

diantaranya:

(1) Motorik kasar

Perkembangan motorik kasar anak usia 2 tahun yaitu

mampu meniru sebuah lingkaran, tulisan cakar ayam, dapat

makan menggunakan sendok, menyusun beberapa kotak.

(2) Motorik halus

Melihat buku selama beberapa menit untuk memperhatikan

gambarnya, menunjukkan gambar yang menarik perhatian

dan membalik halaman buku. Dapat berpartisipasi aktif saat

mengenakan dan melepaskan pakaian. Menggunakan jari

telunjuk dan ibu jari dengan efektif untuk mencapit benda

kecil . mengambil dan menerima benda dari tangan Anda

dan mengembalikannya lagi. Dapat menggunakan sendok

untuk makan efektif. Menggunakan suara yang lebih

berirama dengan alat-alat musik seperti drum dan tamborin.

(3) Personal sosial

Menikmati saat berada di antara anak seusianya, tetapi

kesulitan untuk berbagi mainan dan belum dapat bermain

bersama-sama.

Pada usia ini biasanya anak mulai dilatih buang air tetapi

kendali kandung kemih dan usus besar belum sepenuhnya

berfungsi. Ingin membantu membersihkan dirinya saat

Page 37: Kti AKPER  wa runia

25

mandi dan menggosok gigi. Menikmati tanggung jawab

untuk mengerjakan tugas kecil. Mungkin menangis saat

berpisah dengan Anda sementara, walaupun ia berhenti

menangis setelah Anda tidak terlihat. Akan terlihat malu

saat bertemu dengan orang yang tidak ia kenal.

(4) Bahasa

Dapat menyebutkan nama benda sehari-hari dengan tepat.

Bereksperimen dengan berbagai kombinasi kata (yang

tidak tepat). Menguasai berbagai suara tetapi masih salah

menyebutkan huruf mati tertentu, seperti c dan s.

Menyebutkan nama beberapa bagian tubuh. Mendengarkan

dengan seksama saat orang dewasa berbicara. Kosa katanya

setidaknya mencapai 200 kata, kadang dikombinasikan

dalam kalimat pendek.

5) Riwayat Psikososial

Sebagian besar stress yang terjadi pada bayi di usia pertengahan

sampai dengan anak diperiode prasekolah, khususnya anak yang

berusia 6 sampai 30 bulan adalah cemas karena perpisahan.

Balita belum mampu berkomunikasi dengan bahasa yang memadai

dan memiliki pengertian yang terbatas terhadap realita. Hubungan

anak dengan ibu adalah sangat dekat, akibatnya perpisahan dengan

ibu akan menimbulkan rasa kehilangan pada anak akan orang

terdekat bagi dirinya dan akan lingkungan yang dikenali olehnya,

sehingga pada akhirnya akan menimbulkan perasaan tidak aman

dan rasa cemas (Nusalam, 2008).

Page 38: Kti AKPER  wa runia

26

6) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe dan

didokumentasikan secara persistem meliputi :

a) Keadaan Umum

Pada anak dengan post op reanosomosis cenderung ditemukan

keadaan umum saat pengkajian dilakukan yaitu lemah hingga

tidak sadar.

b) Kesadaran

Pada anak dengan post op reanostomosis cenderung ditemukan

kesadaran somnolen atau letargi.

b) Tanda - Tanda Vital

Pada pasien anak usia 1-2 tahun memiliki tanda – tanda vital

normal yaitu tekanan darah 96/65 mmHg, nadi 110 x/menit,

pernapasan 20 – 40 x/menit dan suhu 37,70C (Hidayat, 2012).

Pada anak dengan post op reanostomosis cenderung ditemukan

pernapasan yang cepat, takikardi, suhu tubuh yang meningkat,

terjadinya iskemia usus dan gejala terjadinya perforasi. Tanda

dehidrasi dan demam bisa didapatkan pada kondisi syok atau

sepsis.

c) Antropometri

Dari beberapa ukuran antropometri, yang paling sering

digunakan untuk menentukan keadaan pertumbuhan pada masa

balita adalah :

Page 39: Kti AKPER  wa runia

27

(1) Berat badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri

yang terpenting karena dipakai untuk memeriksa

kesehatan anak pada semua kelompok umur. Pada usia 6

bulan pertama berat badan akan bertambah sekitar 1

kg/bulan, sementara pada 6 bulan berikutnya hanya + 0,5

kg/bulan (Nursalam, 2008).

Selain perkiraan tersebut, berat badan juga dapat

diperkirakan dengan menggunakan rumus atau pedoman

dari Behrman (1992) dalam Nursalam (2008), yaitu :

(a) Berat badan lahir rata-rata : 3,25 kg

(b) Berat badan usia 3 – 12 bulan, menggunakan rumus :

Umur (bulan) + 9 n + 9=

2 2(c) Berat badan usia 1 – 6 tahun, menggunakan rumus :

(Umur (dalam tahun) x 2) + 8 = 2n + 8

Keterangan : n adalah usia anak

Berat badan merupakan indikator paling sederhana yang

digunakan dilapangan atau Puskesmas untuk menentukan

status gizi anak, yaitu dengan menggunakan Kartu Menuju

Sehat (KMS) untuk mengetahui status gizi anak tergolong

normal, kurang, atau buruk, yang di sajikan dalam tabel

seperti dibawah ini:

Page 40: Kti AKPER  wa runia

28

Tabel 2 : Berat Badan terhadap Tinggi Badan Anak Usia 0 – 2Tahun

Tinggi(cm)

BBNormal(100%)

BBKurang(< 90%)

BBBuruk

(< 80%)52 3,8 3,4 3,053 4,0 3,6 3,254 4,3 3,9 3,455 4,6 4,1 3,756 4,8 4,3 3,857 5,0 4,5 4,058 5,2 4,7 4,259 5,5 4,9 4,460 5,7 5,1 4,661 6,0 5,4 4,862 6,3 5,7 5,063 6,6 5,9 5,364 6,9 6,2 5,565 7,2 6,5 5,866 7,5 6,8 6,067 7,8 7,0 6,468 8,1 7,3 6,569 8,4 7,6 6,770 8,7 7,8 7,071 9,0 8,1 7,272 9,2 8,3 7,473 9,5 8,5 7,674 9,7 8,7 7,875 9,9 9,0 7,976 10,2 9,2 8,277 10,4 9,4 8,378 10,6 9,5 8,579 10,8 9,7 8,680 11,0 9,9 8,8

Sumber : Direktorat Gizi, Depkes (1973) dalam Nursalam (2008).

Berdasarkan tabel 3. pada KMS di atas, status gizi anak

dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

(a) Status gizi normal, bila BB anak antara 90-100%.

(b) Status gizi kurang, bila BB anak antara 80-90% dari

BB standar.

(c) Status gizi buruk, bila BB anak kurang atau sama

dengan 80% dari BB standar (Nursalam, 2008).

(2) Tinggi badan/panjang badan

Pada tahun pertama, pertambahannya adalah 1,25

cm/bulan (1,5 x panjang badan). Penambahan tersebut

Page 41: Kti AKPER  wa runia

29

akan berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun,

yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun.

Seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat

diperkirakan berdasarkan rumus dari Behram (1992),

yaitu:

(a) Perkiraan panjang badan lahir = 50 cm.

(b) Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 x panjang

badan lahir.

(c) Perkiraan tinggi badan usia 2-12 tahun = (Umur x 6) +

77 = 6n + 77.

Keterangan : n adalah usia anak dalam tahun, bila usia

lebih 6 bulan dibulatkan ke atas, bila 6 bulan atau

kurang, dihilangkan (Nursalam, 2008).

(3) Lingkar kepala

Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35

cm. Kemudian akan bertambah sebesar + 0,5 cm/bulan

pada bulan pertama atau menjadi + 44 cm. Pada 6 bulan

pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat

dibandingkan dengan tahap berikutnya, kemudian tahun-

tahun pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5

cm/tahun (Nursalam, 2008).

(4) Lingkar lengan atas (LILA)

Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat

lahir, lingkar lengan atas sekitar 11 cm dan pada tahun

pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm. Selanjutnya

Page 42: Kti AKPER  wa runia

30

ukuran tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun

(Nursalam, 2008).

(5) Lingkar dada

Saat lahir, diameter tranversal dan anteroposterior dari

lingkar dada hampir sama besarnya yaitu 34-35 cm,

sehingga bentuk dadanya seperti silinder. Dengan

bertambahnya usia, ukuran diameter tranversal menjadi

lebih besar dibandingkan dengan diameter anteroposterior,

sehingga bentuk dada menjadi gepeng. Pertumbuhan

lingkar dada lebih lambat dibandingkan dengan ukuran

lingkar kepala (Nursalam, 2008).

d) Pemeriksaan Persistem

Menurut Engel (2008), pada pengkajian persistem akan

ditemukan hal-hal berikut :

(1) Sistem Pernapasan

Kaji kesimetrisan dada dan lubang hidung, kembang

kempis dada, retraksi dada, frekuensi napas, penggunaan

alat bantu pernapasan, jenis pernapasan, palpasi

kesimetrisan vokal fremitus, perkusi bunyi dada, auskultasi

bunyi napas.

Pada sistem pernapasan pada anak dengan post op

reanostomosis yaitu cenderung ditemukan pernafasan yang

cepat yaitu antara 35 - 40 x/menit dan dangkal (kussmaul),

irama nafas yang tidak teratur, adanya retraksi interkostalis,

sesak napas akibat adanya distensi abdomen.

Page 43: Kti AKPER  wa runia

31

(2) Sistem Kardiovakuler

Kaji adanya sianosis pada bibir dan kuku, periksa bantalan

kuku terhadap jari tabuh, CRT (Cafilari Refilling Time) < 2

detik, periksa denyut nadi dan tekanan darah. Auskultasi

bunyi jantung.

Pada anak dengan post reanostomosis cenderung ditemukan

denyut nadi yang meningkat yaitu lebih dari 90 x/menit,

ada tidaknya kelainan akibat hirshprung atau kelainan

bawaan saat lahir.

(3) Sistem Pencernaan

Pada pemeriksaan rectum dan feses akan didapatkan adanya

perubahan feses seperti pita dan berbau busuk, fase awal

didapatkan penurunan bising usus, dan berlanjut dengan

hilangnya bising usus, timpani akibat abdominal

mengalami kembung dan teraba dilatasi kolon abdominal.

Adanya mual muntah, konstipasi dan dehidrasi.

(4) Sistem Integumen

Pada sistem integumen cenderung ditemukan adanya edema

kulit, akral hangat, hipertermi, turgor kulit jelek karena

adanya dehidrasi.

(5) Sistem Perkemihan

Kaji adanya distensi kandung kemih, nyeri tekan, kekuatan

pancaran urine saat berkemih, volume, warna, bau dan

konsistensi urine.

Page 44: Kti AKPER  wa runia

32

Pada anak dengan post op reanostomosis ditemukan

kencingnya lebih sedikit dan pekat karena kekurangan

cairan.

(6) Sistem Reproduksi

Yang perlu dikaji adalah meatus uretra normal atau tidak,

apakah ditemukan kesulitan berkemih atau tidak.

(7) Sistem Persarafan

Kaji tingkat kesadaran anak dengan menggunakan GCS

yang disajikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 3. Cara Menguji Tingkat Kesadaran GCS (Glasgow ComaScale)Bayi Respon Anak/Dewasa

SpontanTerhadapperintah/suaraTerhadap nyeriTidak ada respon

Membuka Mata (Eye)43

21

SpontanTerhadap perintah

Terhadap nyeriTidak ada respon

Bergumam/mengocehMenangis lemahMenangis karena nyeri

Merintih karena nyeri

Tidak ada

Respon Verbal543

2

1

TerorientasiBingungKata-kata yangtidak teraturTidak dapatdimengertiTidak ada

SpontanMenarik karenasentuhanMenarik karena nyeri

Fleksi abnormalEkstensi abnormalTidak ada respon

Respon Motorik65

4

321

Mematuhi perintahMelokalisasi nyeri

Penarikan karenanyeriFleksi abnormalEkstensi abnormalTidak ada respon

Sumber : Nurarif dan Kusuma (2015).

Menurut Setiadi (2012), macam-macam tingkat kesadaran

yaitu :

Page 45: Kti AKPER  wa runia

33

(a) Compos Mentis (14-15) yaitu sadar sepenuhnya,

dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan

sekelilingnya.

(b) Apatis (12-13) yaitu kesadaran yang segan untuk

berhubungan dengan lingkungan sekitarnya, sikapnya

acuh tak acuh, tidak segera menjawab jika di tanya.

(c) Somnolen (10-11) yaitu kesadaran yang mau tidur

saja, penderita dapat dibangunkan dengan rangsangan

suara yang keras. Bila rangsangan tiada klien tidur

kembali.

(d) Delirium (9-7) yaitu kacau motorik, memberontak,

berteriak-teriak dan tidak sadar terhadap orang lain,

tempat dan waktu.

(e) Sopor/semi koma (6-4) yaitu kesadaran yang

menyerupai koma, penderita hanya dibangunkan

dengan rangsangan nyeri.

(f) Koma (3) yaitu kesadaran yang hilang sama sekali,

penderita tidak dapat dibangunkan dengan rangsangan

nyeri yang hebat.

Kaji aktivitas motorik anak khususnya amati ukuran dan

bentuk kepala dan periksa tulang belakang, gerakan semua

dengan rentang gerak. Pada anak dengan post op

reanostomosis cenderung ditemukan adanya penurunan

kesadaran.

Page 46: Kti AKPER  wa runia

34

(8) Sistem Muskuloskeletal

Kaji pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota

gerak bawah, ketidaknyamanan atau rasa nyeri yang

dilaporkan klien waktu bergerak. Selain ROM, tonus dan

kekuatan tonus harus dikaji karena klien imobilisasi

biasanya tonus dan kekuatan ototnya menurun.

Pada anak dengan hirsprung ditemukan malaise dan nyeri

saat bergerak akibat distensi abdomen.

(9) Sistem Endokrin

Kaji apakah ada pembesaran kelenjar misalnya:

pembesaran kelenjar getah bening, kelenjar thyroid. Pada

anak dengan post op reanostomosis tidak terdapat adanya

gangguan.

(10) Sistem Indra

Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu bentuk,

kesimetrisan, ketajaman penglihatan, lapang pandang,

konjungtiva anemis atau tidak anemis, sklera icterus atau

tidak, adanya odema pada kelopak mata atau tidak, bentuk

hidung, warna, adanya sekret atau tidak di hidung, adanya

nyeri tekan atau tidak, adanya oedema atau tidak pada

hidung, bentuk telinga, adanya oedema atau tidak, adanya

nyeri tekan atau tidak, refleks mengisap kuat atau tidak.

Pada anak post op reanostomosis konjungtiva yang tampak

anemis, refleks mengisap lemah.

Page 47: Kti AKPER  wa runia

35

(11) Sistem Imun

Dikaji adanya nyeri tekan atau tidak pada kelenjar getah

bening, adanya oedema atau tidak pada kelenjar getah

bening, ada riwayat alergi atau tidak.

Pada anak dengan post op reanostomosis terdapat adanya

penurunan kekebalan tubuh akibat diare yang terus

menerus.

7) Pola Aktivitas Sehari-hari

Menurut Wong (2004), pengkajian pola aktivitas sehari-hari yaitu

sebagai berikut:

a) Nutrisi : Yang perlu dikaji adalah makanan dan minuman apa

yang disukai dan tidak disukai, berapa jumlah rata-rata makan

per hari, bagaimana menggambarkan nafsu makan anak

biasanya (nafsu makan besar, nafsu makan kecil), bagaimana

kebiasannya makan (dipiring, botol, mangkuk, makan sendiri,

memerlukan bantuan), apakah ada masalah makan (rewel yang

berlebihan, sulit mengisap atau menelan).

Pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun

waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah,

asupan nutrisi dan air naik atau turun.

b) Eliminasi BAB dan BAK : Pada pengkajian BAB yang perlu

dikaji adalah frekuensi, waktu, warna, dan konsistensi. Pada

pengkajian BAK yang perlu dikaji adalah frekuensi, waktu,

warna dan bau serta adanya keluhan pada saat BAB atau BAK.

Page 48: Kti AKPER  wa runia

36

Saat sakit anak dengan post op reanostomosis terjadi ketidak

seimbangan antara output dan input. Tandanya adalah sering

BAK, pasien terjadi diare dan atau konstipasi, BAB seperti pita

dan berbau.

c) Istirahat dan tidur : Kaji waktu istirahat klien sebelum sakit dan

bandingkan dengan saat sakit, kaji tidur klien, kualitas tidur,

jumlah serta adanya keluhan pada waktu istirahat tidur.

Anak dengan post op reanostomosis biasanya rewel dan suka

menangis, tampak lemah dan terdapat kantung mata. Tandanya

adalah anak terlihat sering menguap.

d) Personal hygiene : Yang perlu dikaji frekuensi mandi, potong

kuku, sikat gigi, mencuci rambut dan keluhan pada pemenuhan

personal hygiene. Bisanya tidak ada kelainan karena masih

dibantu oleh orang tua.

e) Aktifitas : Yang perlu dikaji adalah aktifitas yang biasa

dilakukan serta frekuensinya dan keluhan pada pemenuhan

aktivitas sehari-hari. Tandanya adalah aktifitas dibantu.

8) Pemeriksaan Diagnostik

a) Foto polos abdomen tegak akan terlihat usus-usus melebar atau

terdapat gambaran obstruksi usus rendah.

b) Barium enema ditemukan daerah transisi, gambaran kontraksi

usus yang tidak teratur di bagian menyempit dan terdapat

retensi barium setelah 24-48 jam.

c) Biopsi otot rektum, yaitu pengambilan lapisan otot rektum

(Padila, 2012).

Page 49: Kti AKPER  wa runia

37

9) Perawatan dan pengobatan

a) Perawatan dapat berupa :

(1) Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan

kongenital pada anak secara dini.

(2) Membantu perkembangan ikatan orang tua dan anak.

(3) Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis

(pembedahan).

(4) Mendampingi orang tua pada perawatan post op

reanostomosis setelah rencana pulang (Padila, 2012).

b) Pengobatan

Anak dengan post op reanostomosis akibat reseksi yang panjang

akan diberikan pengobatan berupa cairan parenteral (RL,

Dextrose 5% atau NaCl 0,9%), kortikosteroid, misalnya : metil

prednisone 30 mg/kgbb/hari (apabila terdapat renjatan), transfusi

darah (plasma atau whole blood dan albumin), dan Antibiotic

intra perineal (misal 100 cc – 200 cc kanamicin 0,5%).

b. Pengelompokan Data

Pengelompokkan data yaitu data dikelompokkan ke dalam data

subjektif yang didasarkan pada fenomena yang dapat diamati secara

faktual yang dapat diukur melalui indra perawat atau disebut dengan

tanda (sign), dan data objektif merupakan informasi yang disampaikan

klien kepada perawat selama interview atau disebut gejala (symptom)

(Asmadi, 2008).

Page 50: Kti AKPER  wa runia

38

c. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan

menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang

relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah

kesehatan dan keperawatan klien (Setiadi, 2012).

d. Prioritas Masalah

Prioritas masalah disusun berdasarkan kebutuhan dasar manusia.

Hal ini dilakukan karena tidak mungkin semua masalah diatasi

bersama-sama sekaligus. Jika diputuskan masalah mana yang dapat

diatasi terlebih dahulu berkaitan erat dengan kebutuhan dasar manusia

(Setiadi, 2012).

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah mengidentifikasi masalah kesehatan

klien yang dapat diatasi (ditangani, dikurangi, atau diubah) melalui

intervensi dan manajemen keperawatan (Nursalam, 2008).

Diagnosa yang muncul menurut Doengoes, et al (2000) pada anak

dengan post op reanostomosis adalah :

a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat

tindakan operasi.

b. Konstipasi berhubungan dengan ketidakadekuatan masukan diet/cairan.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat.

d. Resiko infeksi berhubungan dengan pasca prosedur pembedahan.

Page 51: Kti AKPER  wa runia

39

e. Resiko cedera berhubungan dengan pasca prosedur bedah, iskemia,

nekrosis dinding intestinal sekunder dari kondisi obstruksi usus.

f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.

g. Ansietas orang tua berhubungan dengan prognosis penyakit, dan

kurangnya informasi.

3. Perencanaan

Perencanaan adalah suatu petunjuk tertulis yang menggambarkan

secara tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien

sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan (Asmadi,

2008).

Menurut Doenges, et al (2000), berdasarkan diagnosa keperawatan

pada anak dengan post op reanostomosis dapat dibuat suatu perencanaan

sebagai berikut :

a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.

Kriteria : Klien nampak rileks, mampu tidur/istrahat dengan tepat.

Tabel 4. Perencanaan Nyeri AkutIntervensi Rasional

1) Kaji keluhan nyeri, perhatikanlokasi, lamanya dan intensitas (skala0-10) perhatikan petunjuk verbal dannon verbal.

2) Bantu pasien menemukan posisiyang nyaman.

3) Berikan tindakan kenyamanan dasarmisalnya perubahan posisi padapunggung atau sisi yang tidak sakit.

4) Berikan analgesik sesuai indikasi.

1) Membantu dalam mengindentifikasiderajat ketidaknyamanan dankebutuhan untuk keefektifananalgesik.

2) Peninggian lengan dan adanya drainmempengaruhi kemampuan pasienuntuk rileks dan istrahat secaraefektif.

3) Meningkatkan relaksasi, membantuuntuk memfokuskan perhatian dandapat meningkatkan kemampuankoping.

4) Menghilangkan nyeri danmemfasilitasi tidur.

Sumber : Doenges,et al (2000).

Page 52: Kti AKPER  wa runia

40

b. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi mekanik.

Tujuan : Pola eliminasi BAB membaik.

Kriteria : Konsistensi feses agak padat, klien BAB 1-2 kali sehari,

peristaltik usus kembali normal, tidak ada distensi

abdomen.

Tabel 5. Perencanaan KonstipasiIntervensi Rasional

1) Observasi bising usus dan periksaadanya distensi abdomen pasien.

2) Dorong masukkan cairan 2.500-3.000ml/hari.

3) Kolaborasi dengan ahli gizi dalampengaturan diet jika pasien sudahtidak dipuasakan.

1) Untuk menyusun rencanapenanganan yang efektif dalammencegah konstipasi dan impaksifekal

2) Membantu memperbaiki konsistensifeses.

3. Menentukan diet yang sesuai dengankebutuhan klien..

Sumber : Doenges, et al (2000).

c. Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan mual, muntah, dan anorexia.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Kriteria : Nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, keluhan mual

tidak ada, muntah tidak ada, porsi yang disediakan habis.

Tabel 6. Perencanaan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari KebutuhanTubuh

Intervensi Rasional1) Kaji atau catat pemasukan diet.

2) Berikan klien minum air hangatsebelum makan.

3) Berikan makanan sedikit dansering.

4) Kolaborasi dengan ahli gizi dalampendukung nutrisi.

5) Kolaborasi dalam pemberianantiemetik.

1) Membantu dalam mengidentifikasidefisiensi dan kebutuhan diet.

2) Air hangat dapat membantumengencerkan konsentrasi HClsehingga mual dapat berkurang

3) Meminimalkan anoreksia dan mual.

4) Menentukan kalori dan kebutuhannutrisi dalam pembatasan sesuaikebutuhan

5) Untuk menghilangkan mual danmuntah dan dapat meningkatkanpemasukan oral

Sumber : Doenges, et al (2000).

Page 53: Kti AKPER  wa runia

41

d. Resiko infeksi berhubungan dengan pasca prosedur pembedahan.

Tujuan : Infeksi tidak terjadi.

Kriteria : Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti rubor, dolor, color,

tumor dan fungsiolaesa.

Tabel 7. Perencanaan Resiko InfeksiIntervensi Rasional

1) Awasi tanda vital. Perhatikandemam, menggigil, berkeringat,perubahan mental danmeningkatnya nyeri abdomen.

2. Lakukan pencucian tangan yangbaik dan perawatan luka aseptic.

3. Lihat insisi dan balutan, catatkarakteristik luka, dan adanyaeritema.

4. Kolaborasi dalam pemberian obatantibiotik sesuai indikasi.

1. Dengan adanya infeksi/terjadinyasepsis, dan abses.

2. Menurunkan resiko penyebaranbakteri.

3. Memberikan deteksi dini terjadinyaproses infeksi, dan/atau pengawasanpenyembuhan yang telah adasebelumnya.

4. Diberikan sebagai profilaksis ataumenurunkan jumlah organismeuntuk menurunkan penyebaran danpertumbuhannya pada ronggaabdomen.

Sumber : Doengoes, et al (2000).

e. Resiko cedera berhubungan dengan pasca prosedur bedah, iskemia,

nekrosis dinding intestinal sekunder dari kondisi obstruksi usus.

Tujuan : Reseksi colon tidak mengalami injuri.

Kriteria : Tidak terjadi perdarahan, tidak terjadi infeksi pada insisi.

Tabel 8. Perencanaan Resiko CederaIntervensi Rasional

1) Kaji adanya tanda-tanda dan gejalaadanya .perdarahan gastrointestinal.

2) Observasi adanya petekie, ekimosisatau perdarahan dari satu atau lebih

3) Awasi nadi dan TD.

4) Catat perubahan mental/tingkatkesadaran.

1) Traktus gastrointestinal paling biasamenjadi sumber perdarahan.

2) Tanda subakut dapat terjadisekunder terhadap gangguan faktorpembekuan.

3) Peningkatan nadi dengan penurunanTD dapat menunjukkan kehilanganvolume darah sirkulasi, memerlukanevaluasi lanjut.

4) Perubahan dapat menunjukkanpenurunan perfusi jaringan serebralsekunder terhadap hipovolemia.

Sumber : Doenges, et al (2000).

Page 54: Kti AKPER  wa runia

42

f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.

Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan.

Kriteria : Mukosa bibir lembab dan tidak pecah-pecah, tidak ada

mual muntah dan hidrasi tidak adekuat.

Tabel 9. Perencanaan Resiko Kekurangan Volume CairanIntervensi Rasional

1) Kaji tanda vital, takikardi, demam,turgor kulit dan kelembaban mukosa.

2) Awasi masukan dan haluaran sertapengisapan dari NGT.

3) Berikan cairan tambahan IV sesuaiindikasi.

4) Awasi elektrolit dan ganti sesuaiindikasi.

1) Indikator dehidrasi atauhipovolemia, keadekuatanpenggantian cairan.

2) Perubahan pola kapasitasgaster/motilitas usus dan mualsangat mempengaruhi masukan dankebutuhan cairan.

3) Menggantikan kehilangan cairan danmemperbaiki keseimbangan cairandalam fase segera pasca operasi.

4) Penggunaan selang NGT ataumuntah dapat menurunkan elektrolitdan mempengaruhi fungsi organ.

Sumber : Doenges, et al (2000).

g. Ansietas orang tua berhubungan dengan prognosis penyakit, dan

kurangnya informasi.

Tujuan : Ansietas orang tua berkurang/hilang.

Kriteria : Ekspresi wajah orang tua tampak tenang.

Tabel 10. Perencanaan Ansietas Orang TuaIntervensi Rasional

1) Kaji tingkat rasa cemas pada orangtua klien dan orang terdekat.

2) Jelaskan prosedur/asuhan yangdiberikan.

3) Dorong dan berikan kesempatanpada orang tua atau keluarga terdekatuntuk mengajukan pertanyaan danmenyatakan masalah.

1) Membantu menentukan jenisintervensi yang diperlukan.

2) Rasa cemas dan ketidaktahuandiperkecil denganinformasi/pengetahuan dan dapatmeningkatkan penerimaan.

3) Membuat perasaan terbuka danbekerja sama dalam memberikaninformasi yang membantu dalamidentifikasi/mengatasi masalah.

Sumber : Doenges, et al (2000).

Page 55: Kti AKPER  wa runia

43

4. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah

rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing order untuk

membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2008).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan

perbandingan yang sistematis dan antara hasil akhir yang teramati dan

tujuan dan kinerja hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi,

2008).

Evaluasi dikerjakan dalam bentuk pengisian format SOAP :

S : Subjektif yaitu data berupa keluhan klien

O : Objektif yaitu data hasil pemeriksaan.

A : Analisa data yaitu perbandingan antara data dengan teori.

P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada

respon (Asmadi, 2008).

Menurut Setiadi (2012), catatan perkembangan merupakan catatan

yang berhubungan dengan keadaan pasien selama menjalani asuhan

dengan menggunakan SOAPIE sebagai berikut:

S : Data subjektif adalah perkembangan keadaan yang didasarkan pada

apa yang dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan pasien.

O: Data Objektif adalah perkembangan objektif yang bisa diamati dan

diukur oleh perawat atau tim kesehatan lain.

Page 56: Kti AKPER  wa runia

44

A: Analisis adalah penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun

objektif) apakah berkembang ke arah perbaikan atau kemunduran.

P: Perencanaan adalah rencana penanganan klien yang didasarkan pada

hasil analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya

apabila keadaan atau masalah belum teratasi.

I : Implementasi yaitu penilaian tentang sejauh mana rencana tindakan

dan evaluasi telah dilaksanakan dan sejauh mana masalah klien

teratasi.

E: Evaluasi yaitu penilaian tentang sejauh mana rencana tindakan dan

evaluasi telah dilaksanakan dan sejauh mana masalah klien teratasi.

Page 57: Kti AKPER  wa runia

45

BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

a. Pengumpulan Data

1) Biodata

a) Identitas klien

Nama : An. S

Umur : 2 Thn

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Cikancung

Pendidikan : Belum ada

Pekerjaan : Belum ada

Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia

Tanggal Masuk RS : 03 - 02 – 2016

Tanggal Operasi : 14 – 02 - 2016

Tanggal Pengkajian : 15 - 02 – 2016

Ruangan : Kemuning Lantai II Bedah Anak

No. Register : 16020707

Diagnosa Medis : Hischprung Disease

Page 58: Kti AKPER  wa runia

46

b) Identitas orang tua

(1) Ayah

Nama : Tn.A

Umur : 39 Thn

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia

Alamat : Cikancung

Hubungan dengan Klien : Ayah klien

(2) Ibu

Nama : Ny. H

Umur : 31 Thn

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia

Alamat : Cikancung

Hubungan dengan klien : Ibu klien

Page 59: Kti AKPER  wa runia

47

2) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang

(1) Riwayat sebelum masuk rumah sakit

Menurut ibu klien, 1 minggu sebelum masuk rumah sakit

klien mengalami mual dan muntah yang berwarna

kehijauan yang disertai dengan distensi abdomen. Ibu

kemudian membawa ke puskesmas setempat untuk

mendapatkan pengobatan namun kondisi klien tidak

mengalami perubahan sehingga orang tua membawa klien

untuk ke RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung untuk

mendapatkan perawatan.

(2) Keluhan utama : Nyeri.

(3) Riwayat keluhan utama

Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 15 Februari 2016

ibu klien mengatakan anaknya rewel karena luka pada perut

kiri bawah akibat operasi reanostomosis colon pada tanggal

14 Februari 2016. Keluhan dirasakan hilang timbul selama

15 – 30 menit seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri

sedang yaitu 6 (0-10). Bertambah pada saat klien banyak

bergerak dan berkurang saat klien istirahat.

Page 60: Kti AKPER  wa runia

48

b) Riwayat kesehatan dahulu

(1) Pre natal care.

Ibu klien mengatakan mulai melakukan pemeriksaan

kehamilan pada usia kehamilan 4 bulan di Posyandu.

Selama hamil melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak

3 kali, melakukan imunisasi TT dan ibu klien tidak pernah

di rawat di Rumah Sakit.

(2) Intra natal care

Ibu klien mengatakan bahwa melakukan persalinan di

klinik bersalin dengan bantuan bidan dan dokter, anak

sempat menelan mekonium dan mengalami sesak napas.

(3) Post natal care

Ibu klien mengatakan bahwa setelah melahirkan, bayinya

tidak BAB lebih dari 24 jam, perut kembung dan muntah

berwarna kehijauan. Dokter mendiagnosis penyakit

anaknya adalah hischprung sehingga langsung dilakukan

tindakan pembedahan pada usia anak 1 hari.

c) Riwayat kesehatan keluarga

Ibu klien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang

memiliki penyakit yang sama dengan yang di derita anaknya.

Ibu klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita

penyakit menular seperti TBC, Hepatitis dan lain-lain.

Page 61: Kti AKPER  wa runia

49

d) Genogram

Bagan 1. Genogram 3 Generasi

Keterangan :

: Laki-Laki

: Perempuan

: Klien

? : Tidak diketahui umurnya

: Meninggal Dunia

: Tinggal Serumah

: Garis Keturunan

: Garis Perkawinan

e) Riwayat imunisasi

Tabel 11. Riwayat ImunisasiNo Jenis Imunisasi Waktu Pelaksanaan Reaksi Setelah Pemberian1. Hepatitis B 0 – 11 bulan (3x) Tidak ada reaksi2. BCG 0 - 1 bulan (1x) Demam3. Polio 0 - 11 bulan (4x) Demam4. DPT 2 - 11 bulan (3x) Demam5. Campak 0 - 11 bulan (1x) Demam

?

39

??

?

?

31

?

?

? ?

10 2

Page 62: Kti AKPER  wa runia

50

f) Riwayat tumbuh kembang

(1) Pertumbuhan fisik anak

(a) Berat badan lahir 2,9 kg dan BB sekarang 15 kg

(b) Tinggi badan lahir 48 cm sekarang 79 cm

(c) Lingkar kepala lahir 34cm sekarang 44 cm

(d) Lingkar lengan lahir 11 cm sekarang 16 cm

(2) Perkembangan anak

(a) Senyum pertama kali pada orang umur 6 minggu.

(b) Berguling umur 8 bulan.

(c) Duduk umur 9 bulan.

(d) Merangkak umur 9 bulan

(e) Berdiri umur 12 bulan

(f) Bicara pertama 12 bulan.

(g) Berjalan umur 16 bulan.

(h) Dapat makan sendiri menggunakan sendok 22 bulan.

g) Riwayat Nutrisi

(1) Pemberian ASI

(a) ASI diberikan sejak lahir hingga usia 12 bulan.

(b) Pertama berikan bayi ASI dengan frekuensi 6-7x/hari

(c) ASI diberikan dengan cara berbaring kadang dengan

posisi digendong.

(2) Pemberian Susu Formula

Ibu klien mengatakan anaknya minum susu formula yaitu

SGM saat usia 7 bulan.

Page 63: Kti AKPER  wa runia

51

(3) Pemberian Makanan Tambahan

(a) Pemberian makanan tambahan berupa bubur bayi dan

diberikan pertama kali pada usia 13 bulan.

(b) Jenis bubur adalah bubur.

Tabel 12. Pola Perubahan Nutrisi Tiap Tahap Usia sampai PolaNutrisi Saat Ini

No Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian1. 0 Bulan ASI 0-6 bulan2.3.

6 Bulan12 bulan

Susu formulaASI, susu formula, dan bubur

6 – 12 bulan12 – 24 bulan

3) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum : Lemah

b) Tanda-tanda vital :

N : 90x/menit

R : 28x/menit

S : 37,2 0C

c) Antropometri

Berat badan : 15 kg

Tinggi badan : 79 cm

Lingkar kepala : 44 cm

Lingkar perut : 48 cm

Lingkar lengan atas: 16 cm

d) Sistem Pernapasan

Mukosa hidung warna merah muda, bentuknya simetris, tidak

ada septum deviasi, bentuk dada normal, gerakan dinding dada

simetris, frekuensi pernapasan 28 x/mnt, tidak ada pernapasan

cuping hidung, tidak ada masa/benjolan, bunyi resonan pada

Page 64: Kti AKPER  wa runia

52

paru kanan dan kiri, bunyi nafas vesikuler, pernapasan reguler

normal.

e) Sistem Kardiovaskuler

Konjungtiva merah muda, sklera berwarna putih, tidak terdapat

peningkatan JVP, CRT < 2 detik, akral teraba hangat, dan nadi

90 kali/menit. Terdengar pada area dan batas-batas jantung.

Bunyi jantung S1 (+), S2 (+), tidak ada bunyi jantung

tambahan.

f) Sistem Pencernaan

Bibir pecah-pecah dan nampak kering, bentuk simetris, tampak

distensi abdomen, gigi susu belum lengkap, nampak ada luka

post op pada abdomen sebelah kiri bawah, nyeri tekan pada

abdomen kiri bawah, tidak teraba adanya massa, abdomen

terdengar suara timpani, peristaltik usus 5 x/ menit dan hepar

tidak teraba, mual dan muntah, terpasang NGT di hidung

sebelah kiri.

g) Sistem Muskuloskeletal

Tingkat aktivitas klien terbatas karena adanya nyeri. Semuanya

dibantu oleh keluarganya, tidak ada keterbatasan gerak pada

persendian, tidak ada kifosis, lordosis ataupun skoliosis.

(1) Ekstremitas Atas

Bentuk simetris kiri dan kanan, terpasang IVFD RL 20

tetes/ menit (mikro) ditangan kanan, refleks trisep ++/++,

refleks bisep ++/++, ada sensasi halus/ kasar, kekuatan otot

4 5 tidak terdapat edema.

Page 65: Kti AKPER  wa runia

53

(2)Ekstremitas Bawah

Bentuk simetris kiri dan kanan, refleks patela ++/++, refleks

achiles ++/++, refleks babinski ++/++ kekuatan otot 5 5

tidak terdapat edema.

h) Sistem Indra

(1) Mata : mata simetris antara kiri dan kanan, konjungtiva

tampak berwarna merah muda, tidak ada pembengkakan

pada palbebra, skelera tampak ikterus, tidak ada nyeri tekan

dan tidak ada benjolan.

(2) Hidung : lubang hidung simetris antara kiri dan kanan, tidak

terdapat pernapasan cuping hidung, tidak terpasang alat

bantu pernapasan, tidak ada sekret, tidak ada nyeri tekan

dan tidak ada masa atau benjolan, terpasang NGT di hidung

sebelah kiri.

(3) Telinga : simetris antara kiri dan kanan, lubang telinga

bersih, tidak ada nyeri tekan pada artikula, tidak ada masa

atau benjolan dan tidak ada nyeri tekan.

(4) Lidah : lidah tampak bersih.

(5) Kulit : warna kulit coklat, tidak terlihat lesi, kulit tampak

bersih, kulit teraba hangat, ada luka bekas operasi di

abdomen sebelah kiri bawah, diameter luka 6 cm, dan suhu

tubuh 37,2 0 C.

i) Sistem Perkemihan

Tampak terpasang kateter, tidak ada udem palpebra, tidak ada

distensi dan nyeri tekan pada kandung kemih.

Page 66: Kti AKPER  wa runia

54

j) Sistem persarafan

(1) Nervus I (olfaktorius)

Tidak dilakukan pengkajian karena anak masih 2 tahun.

(2) Nervus II (Optikus)

Tidak dilakukan pengkajian karena anak masih 2 tahun.

(3) Nervus III, IV dan VI (Okulomotorius, Trokhlearis, dan

Abdusen)

Klien dapat menggerakan mata kesegala arah, refleks pupil

positif terhadap rangsangan cahaya, dan pupil mata isokor.

(4) Nervus V (Trigeminus)

Klien dapat mengunyah dengan baik.

(5) Nervus VII (Facialis)

Klien dapat mengerutkan dahi dengan kedua bibir simetris

(6) Nervus VIII (Akustikus)

Tidak dilakukan pengkajian.

(7) Nervus IX (Glosopharingeus)

Klien dapat merasakan sensasi manis dan pahit pada lidah.

(8) Nervus X (Vagus)

Refleks menelan baik, ovula terletak ditengah. Mual dan

muntah

(9) Nervus XI (aksessorius)

Klien dapat menoleh ke kiri dan ke kanan.

(10)Nervus XII (Hipoglosus)

Klien dapat menggerakan dan menjulurkan lidah ke depan,

ke samping, ke atas dan ke bawah.

Page 67: Kti AKPER  wa runia

55

k) Sistem integumen

Warna rambut hitam, penyebaran merata, rambut tidak mudah

rontok, warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, suhu,

37,20C, tidak ada clubbing finger, tampak luka bekas operasi

pada abdomen sebelah kiri bawah, tampak luka tertutup perban

steril, tampak luka dengan diameter 6 cm.

l) Sistem endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid, tidak ada

nyeri tekan pada kelenjar tiroid.

m) Sistem imun

Tidak ada nyeri tekan pada kelenjar limfe.

n) Sistem reproduksi

Tidak ada kelainan pada sistem reproduksi.

4) Pola Aktivitas

Tabel 13. Pola Aktivitas Sehari-HariAktivitas Sebelum Sakit Selama Sakit

Pola nutrisia) Makan

FrekwensiJenis makananPorsiNafsu makan

a) 3 kali seharib) Nasi, ikan, sayur, dan buahc) Dihabiskand) Baik

Klien terpasang NGT padahidung sebelah kiri, ibu klienmengatakan anaknyamengalami mual dan muntah3x.

Keluhan

b) CairanFrekuensiJenis

Cara pemberian

e) Tidak ada

a) 4-5 kali seharib) Air putih dan ASI

c) Menggunakan gelas danmenyusui

Ibu klien mengatakan anaknyamasih dipuasakan.

Pemasukan cairan klien hanyamelalui infus RL 20 tts/menit(mikro).

Eliminasia) BAB

FrekwensiKonsistensiBauWarnaKeluhan

a) 1-2 kali seharib) Lunakc) Khasd) Kuning jernihe) Tidak ada

Ibu klien mengatakan anaknyasusah BAB.

Page 68: Kti AKPER  wa runia

56

Aktivitas

b) BAKFrekwensiBauWarnaKeluhan

Sebelum Sakit

b) 800 – 1500cc/hari

c) Khas amoniakd) Kuninge) Tidak ada

Saat Sakit

Terpasang kateter denganvolume urine 1000 cc/24 jamdan berwarna kuning jernih.

Istirahat dan Tidura) Tidur siangb) Tidur malam

a) Baikb) Nyenyak

Ibu klien mengatakan anaknyarewel karena nyeri luka post op.

Personal hygienea) Mandi

b) Kukuc) Gosok gigid) Mencuci rambut

a) 2 kali sehari

b) 1 kali semingguc) 2 kali seharid) 3 kali seminggu

a) Ibu klien mengatakananaknya hanya di lap basah.

b) Ketika panjang.c) 1 kali sehari.d) 2 kali seminggu.

5) Data Psikologis

Klien tinggal bersama orang tuanya, sejak lahir diasuh oleh

keluarganya, di rumah klien sering bermain-main dengan orang

tuanya dan anak-anak sebayanya, keluarga khawatir dengan kondisi

yang diderita anaknya, ibu klien sering bertanya-tanya tentang

penyakit yang diderita anaknya, ibu klien menanyakan kapan klien

sembuh dan boleh pulang. Ibu klien tampak cemas dengan kondisi

yang diderita anaknya.

6) Data penunjang

Tabel 14. Hasil Pemeriksaan LaboratoriumTanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal

10/02/2016 a) Darah lengkap(1) Hemoglobin

(2) Hematokrit(3) Leukosit(4) Eritrosit

(5) Trombosit

11,2 gr/dl

32 %9.500 mm3

4,79 juta/ mm3

152 ribu/mm3

L : 14 – 18 gr/dl ;P : 12-16 gr/dl

37-48 %4.000-10.000 mm3

L : 4,5 - 6 juta / mm3 ;

P : 4,0 – 5,5 juta / mm3

150.000-440.000 rb/mm3

Page 69: Kti AKPER  wa runia

57

Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normalb) Kimia Darah

(1) Ureum(2) Kreatinin(3) GDS(4) SGOT(5) SGPT

11 mg/dL0,24 mg/dL85 mg/dL

25 u/L15 u/L

15 – 50 mg/dL0,24 – 0,41 mg/dL

< 140 mg/dL< 56 u/L< 39 u/L

7) Pengobatan dan Perawatan

a) Pengobatan

(1) IVFD RL 20 tetes per menit

(2) Cefotaxime 200 mg/ 12 jam/ IV

(3) Antrain 100 mg/8 jam/IV

(4) Ondansentron 1,5 mg/8 jam/IV

b) Perawatan

(1) Tirah baring

(2) Perawatan luka

b. Klasifikasi Data

1) Data Subjektif

a) Ibu klien mengatakan anaknya rewel karena luka post op.

b) Ibu klien mengatakan nyeri bertambah ketika bergerak.

c) Ibu klien menanyakan kapan klien sembuh dan boleh pulang.

d) Ibu klien mengatakan anaknya mual muntah sebanyak 3x.

e) Ibu klien mengatakan anaknya susah BAB.

f) Ibu klien mengatakan anaknya masih dipuasakan

2) Data Objektif

a) Tampak luka bekas operasi pada abdomen sebelah kiri bawah.

b) Tampak luka dengan diameter 6 cm.

Page 70: Kti AKPER  wa runia

58

c) Tampak luka tertutup perban.

d) Terdapat nyeri tekan pada area sekitar operasi.

e) Skala nyeri sedang yaitu 6 (0-10).

f) Ekpresi wajah klien meringis sampai menangis ketika banyak

bergerak.

g) Klien tampak mual muntah sebanyak lebih dari 3x.

h) Bibir tampak kering dan pecah-pecah

i) Peristaltik usus 5 x/menit

j) Tampak distensi abdomen

k) Keluarga khawatir dengan kondisi yang diderita anaknya.

n) Ibu klien sering bertanya-tanya tentang penyakit yang diderita

anaknya.

o) Ibu klien tampak cemas dengan kondisi yang diderita anaknya.

p) Suhu : 37,2 0C.

q) Leukosit : 9.500 mm3.

c. Analisa Data

Tabel 15. Analisa DataNo Data Penyebab Masalah1. Data Subjektif

a. Ibu klien mengatakananaknya masihdipuasakan.

b. Ibu klien mengatakananaknya mual muntahsebanyak 3x

Data Objektif :a. Klien tampak mual dan

muntah sebanyak 3xb. Keadaan umum klien

lemah.c. Bibir tampak kering

dan pecah-pecah.

Gangguangastrointestinal

Refluks balik peristaltik

Merangsang nervus

vagus

Mual dan muntah

Kekurangan volumecairan

Kekurangan volumecairan

Page 71: Kti AKPER  wa runia

59

No Data Penyebab Masalah2. Data Subjektif :

a. Ibu klien mengatakananaknya rewel karenaluka pada perut.

b. Ibu klien mengatakannyeri bertambahketika bergerak.

Data Objektif :a. Tampak luka bekas

operasi abdomensebelah kiri bawah.

b. Terdapat nyeri tekanpada area sekitaroperasi.

c. Skala nyeri sedangyaitu 6 (0-10).

d. Ekpresi wajah klienmeringis sampaimenangis ketikabanyak bergerak.

e. Tampak luka dengandiameter 6 cm.

Post op reanostomosis

Terputusnya kontuinitasjaringan

Merangsang pengeluaranmediator kimia

(histamine, bradikinin,serotonin,danprotalgandin)

Talamus

Corteks serebri

Nyeri akut

Nyeri Akut

3. Data Subjektif :a. Ibu klien mengatakan

anaknya susah untukBAB

Data Objektif :a. Peristaltik usus

5x/menitb. Tampak distensi

abdomen

Pembedahan↓

Trauma jaringan↓

Obstruksi pada colondistal

↓Tidak dapat mendorongbahan-bahan yang akan

dicerna↓

Saluran cerna tersumbat↓

Feses menumpuk↓

Konstipasi.

Konstipasi

4. Data Subjektif:a. Ibu klien menanyakan

kapan klien sembuhdan boleh pulang.

Data Objektif:a. Keluarga khawatir

dengan kondisi yangdiderita anaknya.

b. Ibu klien seringbertanya-tanya tentangpenyakit yang dideritaanaknya.

c. Ibu klien tampakcemas dengan kondisiyang diderita anaknya.

Adanya penyakit yangdiderita oleh klien

↓Perubahan statuskesehatan anak

↓Kurang terpajan

informasi mengenaistatus anak

↓Koping keluarga in

efektif↓

Stress psikologis↓

Ansietas keluarga

Ansietas Orang Tua

5. Data Subjektif:-Data Objektif:a. Tampak luka bekas

operasi pada abdomensebelah kiri bawah.

Adanya tindakanreanostomosis

↓Terputusnya kontinuitas

jaringan↓

Resiko Tinggi Infeksi

Page 72: Kti AKPER  wa runia

60

No. Data

b. Tampak luka dengandiameter 6 cm.

c. Luka ditutup denganperban steril.

d. Suhu : 37,2 0Ce. Leukosit : 9.500 mm3

Penyebab

Luka post opreanostomosis

↓Merupakan port de entry

mikroorganisme↓

Jika tidak dirawatdengan baik potensi

terjadinya infeksi↓

Resiko tinggi infeksi

Masalah

d. Prioritas Masalah

1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.

2) Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

3) Konstipasi yang berhubungan dengan obstruksi colon distal

4) Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang terpajan informasi

mengenai status kesehatan anak.

5) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka post op

reanostomosis.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan mual muntah

ditandai dengan:

Data Subjektif

1) Ibu klien mengatakan anaknya mual dan muntah sebanyak 3x

2) Ibu klien mengatakan anaknya masih dipuasakan

Data Objektif :

1) Keadaan umum klien lemah

2) Klien tampak mual dan muntah sebanyak 3x

3) Bibir tampak kering dan pecah-pecah

Page 73: Kti AKPER  wa runia

61

b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan yang

ditandai dengan:

Data Subjektif :

1) Ibu klien mengatakan anaknya rewel karena luka pada abdomen

sebelah kiri bawah.

2) Ibu klien mengatakan nyeri bertambah ketika bergerak.

Data Objektif :

1) Tampak luka bekas operasi pada abdomen sebelah kiri bawah.

2) Tampak luka dengan diameter 6 cm.

3) Terdapat nyeri tekan pada area sekitar operasi.

4) Skala nyeri sedang yaitu 6 (0-10).

5) Ekpresi wajah klien meringis sampai menangis ketika bergerak.

c. Konstipasi yang berhubungan dengan obstruksi colon distal yang

ditandai dengan:

Data Subjektif :

1) Ibu klien mengatakan anaknya susah untuk BAB

Data Objektif:

1) Tampak distensi abdomen

2) Peristaltik usus 5 x/menit

d. Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang terpajan informasi

mengenai status kesehatan anak yang ditandai dengan:

Data Subjektif:

Ibu klien menanyakan kapan klien sembuh dan boleh pulang.

Data Objektif:

1) Keluarga khawatir dengan kondisi yang diderita anaknya.

Page 74: Kti AKPER  wa runia

62

2) Ibu klien sering bertanya-tanya tentang penyakit yang diderita

anaknya.

3) Ibu klien tampak cemas dengan kondisi yang diderita anaknya

e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka post op

reanotosmosis yang ditandai dengan :

Data Subjektif: -

Data Objektif:

1) Tampak luka bekas operasi pada abdomen sebelah kiri bawah.

2) Tampak luka dengan diameter 6 cm.

3) Luka ditutup dengan perban steril.

4) Suhu : 37,2 0C

5) Leukosit : 9.500 mm3

Page 75: Kti AKPER  wa runia

63

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Nama : An. S Tanggal Masuk RS : 03 Februari 2016

Umur : 2 Thn Tanggal Pengkajian : 15 Februari 2016

Jenis Kelamin : Perempuan No. Register : 16020707

Alamat : Cikancung Diagnosa Medis : Hischprung Disease

Tabel 16 : Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa KeperawatanRencana Tindakan Keperawatan

Tujuan Intervensi Rasional1. Kekurangan volume cairan

berhubungan dengan mual muntahditandai dengan:Data Subjektifa) Ibu klien mengatakan anaknya

mual dan muntah sebanyak 3kali

b) Ibu klien mengatakan anaknyamasih dipuasakan

Data Objektif :a) Keadaan umum klien lemahb) Klien tampak mual muntah

sebanyak 3xc) Bibir tampak kering dan pecah-

pecah

Setelah diberi tindakan keperawatanselama 3 hari keseimbangan volumecairan terpenuhi dengan kriteria :a) Tidak ada mual dan muntahb) Mukosa bibir lembab dan tidak

pecah-pecahc) Hidrasi adekuat

1. Kaji tanda vital, takikardi, demam,turgor kulit dan kelembabanmukosa.

2. Awasi masukan dan haluaran danpengisapan dari NGT.

3. Berikan cairan tambahan IVsesuai indikasi.

4. Awasi elektrolit dan ganti sesuaiindikasi.

5. Kolaborasi dalam pemberian obatsesuai indikasi.

1. Indikator dehidrasi atau hipovolemia,keadekuatan penggantian cairan.

2. Perubahan pola kapasitas gaster/motilitasusus dan mual sangat mempengaruhimasukan dan kebutuhan cairan.

3. Menggantikan kehilangan cairan danmemperbaiki keseimbangan cairan dalamfase segera pasca operasi.

4. Penggunaan selang NGT atau muntahdapat menurunkan elektrolit danmempengaruhi fungsi organ.

5. Obat yang tepat diberikan dapatmengurangi keluhan klien.

2. Nyeri akut berhubungan denganterputusnya kontinuitas jaringanyang ditandai dengan:Data Subjektif :a) Ibu klien mengatakan anaknya

rewel karena adanya luka padaabdomen sebelah kiri bawah.

b) Ibu klien mengatakan nyeribertambah ketika bergerak.

Setelah diberikan tindakankeperawatan selama 3 hari nyeriberangsur-angsur berkurang hingganyeri hilang dengan kriteria hasil:a)Ekspresi wajah klien nampak

tenangb)Nyeri berkurang dari 6 menjadi 1

dari (0-10)c)Tidak ada nyeri saat menggerakan

1.Kaji keluhan nyeri, perhatikanlokasi, lamanya dan intensitas(skala 0-10) perhatikan petunjukverbal dan non verbal.

2.Ajarkan ibu klien teknik distraksidengan cara mengusap-usap daerahyang nyeri secara perlahan ketikanyeri.

3.Pertahankan istirahat dengan posisi

1. Membantu dalam mengindentifikasiderajat ketidaknyamanan dan kebutuhanuntuk keefektifan analgesik

2. Distraksi berfungsi untuk mengalihkanperhatian klien sehingga nyeriberkurang.

3. Menghilangkan ketegangan abdomen

Page 76: Kti AKPER  wa runia

64

Data Objektif :a) Tampak luka bekas operasi pada

abdomen sebelah kiri bawah.b) Terdapat nyeri tekan pada area

sekitar operasi.c) Skala nyeri sedang yaitu 6 (0-10).d) Ekpresi wajah klien meringis

sampai menangis ketika banyakbergerak.

e) Tampak luka dengan diameter 6cm

badan. yang nyaman bagi klien.4.Kolaborasi pemberian analgetik.

dengan posisi yang terlentang.4. Analgetik dapat menghambat

pengiriman impuls nyeri ke korteksserebri sehingga dapat mengurangi rasanyeri.

3. Konstipasi yang berhubungandengan obstruksi colon distal yangditandai dengan:Data Subjektif :a) Ibu klien mengatakan anaknya

susah untuk BABData Objektif:a) Tampak distensi abdomenb) Peristaltik usus 5 x/menit

Setelah diberi tindakan keperawatanselama 3 hari pola eliminasi klienkembali normal dengan kriteria :a) Feses lunakb) BAB 1-2x/haric) Tidak ada distensi abdomend) Peristaltik usus dalam batas

normal

1. Observasi bising usus dan periksaadanya distensi abdomen pasien.

2. Dorong masukkan cairan 2.500-3.000 ml/hari

3. Kolaborasi dengan ahli gizi dalampengaturan diet jika pasien sudahtidak dipuasakan.

1. Untuk menyusun rencana penangananyang efektif dalam mencegah konstipasidan impaksi fekal

2. Membantu memperbaiki konsistensifeses.

3. Menentukan diet yang sesuai dengankebutuhan klien.

4. Ansietas orang tua berhubungandengan kurang terpajan informasimengenai status kesehatan anakyang ditandai dengan:Data Subjektif:Ibu klien menanyakan kapan kliensembuh dan boleh pulang.Data Objektif:a) Keluarga khawatir dengan

kondisi yang diderita anaknya.b) Ibu klien sering bertanya-tanya

tentang penyakit yang dideritaanaknya.

c) Ibu klien tampak cemas dengankondisi yang diderita anaknya.

Setelah diberi tindakan keperawatanselama 3 hari kecemasan keluargaberkurang/hilang dengan kriteria :a) Keluarga tidak bertanya-tanya lagi.b) Keluarga nampak tenang.

1. Kaji tingkat kecemasan keluargaklien.

2. Beri kesempatan kepada keluargaklien untuk mengungkapkanperasaannya.

3. Menjelaskan kepada keluargatentang penyakit klien dan prosesperawatannya.

1.Sebagai data dasar dalam mengmbillangkah selanjutnya.

2.Mengurangi rasa cemas keluarga dankeluarga merasa dihargai.

3.Menambah pengetahuan keluarga tentangpenyakit anaknya dan cara-caraperawatannya.

5. Resiko tinggi infeksi berhubungandengan adanya luka post opreanostomosis yang ditandaidengan :

Setelah diberi tindakan keperawatanselama 3 hari, tidak terjadi infeksi.dengan kriteria :a) Tidak terjadi tanda-tanda infeksi

1. Awasi tanda vital. Perhatikandemam, menggigil, berkeringat,perubahan mental danmeningkatnya nyeri abdomen.

1. Dengan adanya infeksi/terjadinya sepsis,dan abses.

Page 77: Kti AKPER  wa runia

65

Data Subjektif: -Data Objektif:a)Tampak luka bekas operasi pada

abdomen sebelah kiri bawah.b)Tampak luka dengan diameter 6

cm.c)Luka ditutup dengan perband)Suhu : 37,2 0C.e)Leukosit : 9.500 mm3

seperti tumor, dolor dan color.b) Suhu normal 36 – 37,5ºC.c) Luka tidak basah.

2. Lakukan pencucian tangan yangbaik dan perawatan luka aseptic.

3. Lihat insisi dan balutan, catatkarakteristik luka, dan adanyaeritema.

4. Kolaborasi dalam pemberian obatantibiotik sesuai indikasi.

2. Menurunkan resiko penyebaran bakteri.

3. Memberikan deteksi dini terjadinyaproses infeksi, dan/atau pengawasanpenyembuhan yang telah adasebelumnya.

4. Diberikan sebagai profilaksis ataumenurunkan jumlah organisme untukmenurunkan penyebaran danpertumbuhannya pada rongga abdomen.

Page 78: Kti AKPER  wa runia

66

4. Implementasi dan Evaluasi

Tabel 17: Implementasi dan EvaluasiNo.Dx

Hari/Tanggal

Jam Implementasi Hari/Tanggal

Jam Evaluasi

I Senin,15/02/2016

07.30

07.45

08.00

08.15

08.25

1. Mengkaji tanda vital, takikardi, demam, turgor kulit dan kelembaban mukosaHasil:TTV :Nadi : 90x/menit, Pernapasan : 28 x/menit dan Suhu : 37,2 0C

2. Mengawasi masukan dan haluaran dan pengisapan dari NGT.Hasila. Ibu klien mengatakan anaknya mual dan muntah sebanyak 3x.b. Klien dipuasakanc. Klien terpasang NGT di hidung sbelah kiri.

3. Memberikan cairan tambahan IV sesuai indikasi.Hasil :Klien terpasang infus RL 20 tts/menit (micro)

4. Mengawasi elektrolit dan ganti sesuai indikasi. Tiap kali muntah pasiendiguyur dengan cairan RL 100 cc.Hasil :a. Mukosa kering dan bibir masih pecah-pecah.b. Klien masih tampak mual muntah

5. Berkolaborasi dalam pemberian antiemetik yaitu ondansentron 1 ampul/ivdengan cara menyuntikan obat melalui selang infusHasil :Injeksi ondansentron 1,5 mg/iv.

Senin15/02/2016

13.00 S:a. Ibu klien mengatakan mual

dan muntah anaknya sedikitberkurang.

b. Ibu klien mengatakananaknya masih dipuasakan.

O :a. Keadaan umum klien lemahb. Tampak terpasang NGT

pada hidung sebelah kiric. Mukosa kering dan bibir

pecah-pecah.d. Mual dan muntah klien

berkurangA :

Tujuan tercapai sebagianP:

Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan5

II Senin15/02/2016

08.35

08.45

1. Mengkaji lokasi, berat dan tipe nyeri dengan cara melihat ekspresi wajahklien.Hasil:Lokasi nyeri pada daerah operasi, skala 6 (0-10) tipe nyeri sedang.

2. Mengajarkan ibu klien teknik distraksi dengan cara mengusap-usap daerahyang sakit secara perlahan ketika nyeri.Hasil:

Senin15/02/2016

13.20 S :a. Ibu klien mengatakan masih

nyeri pada daerah lukaoperasi anaknya karenaanaknya masih rewel.

b. Ibu klien mengatakan nyeribertambah saat bergerak.

Page 79: Kti AKPER  wa runia

67

08.55

09.00

Ibu klien dapat melakukan teknik distraksi dengan cara mengusap-usapdaerah yang sisi abdomen sebelah kiri ketika nyeri

3. Mempertahankan istirahat dengan posisi yang nyaman untuk klien.Hasil:Klien dalam posisi setengah duduk.

4. Mengkolaborasikan pemberian analgetik yaitu antrain 100 mg/iv dengan caraobat dimasukan dalam spoit kemudian disuntikan melalui selang infus.Hasil:Injeksi antrain 100 mg/iv

O :a. Ekspresi wajah nampak

meringis sampai denganmenangis.

b. Skala 6 (0-10)A :

Tujuan belum tercapaiP:

Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan4.

III. Senin15/02/2016

09.10

09.20

09.30

1.Mengobservasi bising usus dan periksa adanya distensi abdomen pasien.Hasil :a. Bising usus 5x/menitb. Masih tampak distensi abdomen

2.Mendorong masukkan cairan 1.500 - 2.000 ml/hari yaitu melalui cairan infuskarena pasien sedang dipuasakan.Hasil :Terpasang RL 20 tetes/menit

3.Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan diet jika pasien sudah tidakdipuasakan yaitu makanan yang tinggi serat.Hasil :Ibu klien mengatakan anaknya masih dipuasakan.

Senin15/02/2016

13.30 S :a. Ibu klien mengatakan anaknya

susah untuk BAB.b. Ibu klien mengatakan anaknya

masih dipuasakan.O :a Tampak distensi abdomenb. Peristaltik usus 5 x/menitA :

Tujuan belum teratasiP :

Lanjutkan intervensi 1, 2, dan 3IV Senin

15/02/201609.40

09.50

10.00

1.Mengkaji tingkat kecemasan keluarga klien.Hasil :Keluarga klien selalu bertanya-tanya kepada dokter dan perawat tentangpenyakit yang diderita oleh anaknya

2.Memberi kesempatan kepada keluarga untuk klien untuk mengungkapkanperasaannya dengan cara perawat mendengarkan keluhan-keluhan yangdiungkapkan oleh keluarga.Hasil :Keluarga klien mau berbagi cerita dengan perawat dan menceritakan masalah-masalah kesehatan anaknya mulai sejak lahir sampai sekarang

3.Menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit klien dan proses perawatannya.Hasil :Keluarga klien mulai mengerti dengan proses perawatan klien

Senin15/02/2016

13.40 S :Ibu klien masih bertanya-tanyatentang keadaan anaknyaO :a. Ibu dan keluarga klien sedikit

mengerti dengan kondisianaknya.

b. Ibu dan keluarga klien masihbertanya-tanya tentang kondisikesehatan klien

A :Tujuan tercapai sebagian

Page 80: Kti AKPER  wa runia

68

P :Lanjutkan intervensi 1 dan 3.

V. Senin15/02/2016

10.10

10.25

11.00

11.10

1. Mengawasi tanda vital. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahanmental dan meningkatnya nyeri abdomen.Hasil :a. Nadi : 90 x/mntb. R : 28 x/mntc. S : 37,2oC. Suhu tubuh klien normal.

2. Melakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptic yaitumempertahankan perawatan luka dengan tehnik aseptik dengan mengawalidan tindakan dengan mencuci tangan, kemudian selalu memakai handscone,masker dan antiseptik seperti cairan Nacl 0,9%, dan betadine sertapertahankan balutan luka kering.Hasil :Luka masih tampak merah dan baru

3. Lihat insisi dan balutan, catat karakteristik luka, dan adanya eritema.Hasil :Luka masih tampak merah dan baru

4. Memberikan obat antibiotik sesuai indikasi yaitu cefotaxime 1 gr/IV dengancara menyuntikan pada selang infusHasil :Injeksi cefotaxime 200 gram/IV.

Senin15/02/2016

14.00 S : -O :

1. Luka tampak merah dan baru2. Suhu tubuh normal (37,1oC).3. Penyatuan luka cukup baik

tanpa adanya tanda-tandainfeksi

A :Tujuan belum tercapai

P :Pertahankan intervensi 1,2,3, dan4

Page 81: Kti AKPER  wa runia

69

5. Catatan Perkembangan

Tabel 18: Catatan Perkembangan

No NODX

Hari/Tanggal Jam Catatan Perkembangan Klien Paraf

1. I Selasa,16/02/2016

07.30

07.40

07.50

08.00

08.10

08.20

12.00

S:a. Ibu klien mengatakan mual dan

muntah anaknya sedikit berkurang.b. Ibu klien mengatakan anaknya masih

dipuasakan.O :

a. Keadaan umum klien lemahb. Tampak terpasang NGT pada hidung

sebelah kiric. Mukosa kering dan bibir pecah-pecah.d. Mual dan muntah klien berkurang

A :Tujuan belum tercapai

P:Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

I :1. Mengkaji tanda vital, takikardi, demam,

turgor kulit dan kelembaban mukosaHasil:TTV :Nadi : 90x/menit, Pernapasan : 28 x/menitdan Suhu : 37,2 0C

2. Mengawasi masukan dan haluaran danpengisapan dari NGT.Hasila. Ibu klien mengatakan anaknya mual danmuntah sebanyak 3x.b. Klien dipuasakanc. Klien terpasang NGT di hidung sbelahkiri.

3. Memberikan cairan tambahan IV sesuaiindikasi.Hasil :Klien terpasang infus Nacl 0,9% 20tts/menit (micro)

4. Mengawasi elektrolit dan ganti sesuaiindikasi. Tiap kali muntah pasien diguyurdengan cairan RL 100 cc.Hasil :a. Mukosa kering dan bibir masih pecah-

pecah.b. Klien masih tampak mual muntah

5. Berkolaborasi dalam pemberian antiemetikyaitu ondansentron 1 ampul/iv dengan caramenyuntikan obat melalui selang infusHasil :Injeksi ondansentron 1,5 mg/iv

E :Masalah belum teratasi

2. II Selasa16/02/2016

08.30 S :a. Ibu klien mengatakan masih nyeri pada

daerah luka operasi anaknya karenaanaknya masih rewel.

b. Ibu klien mengatakan nyeri bertambahsaat bergerak.

Page 82: Kti AKPER  wa runia

70

08.45

09.00

09.15

09.25

13.00

O :a. Ekspresi wajah nampak meringis

sampai dengan menangis.b. Skala 6 (0-10)

A :Tujuan belum tercapai

P:Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4.

I:1. Mengkaji lokasi, berat dan tipe nyeri

dengan cara melihat ekspresi wajah klien.Hasil:Lokasi nyeri pada daerah operasi, skala 5(0-10) tipe nyeri sedang.

2. Mengajarkan ibu klien teknik distraksidengan cara mengusap-usap daerah yangnyeri dengan perlahan ketika nyeri.Hasil:Ibu klien dapat melakukan teknik distraksidengan cara mengusap-usap daerah sekitarabdomen kiri bawah klien ketika nyeri

3. Mempertahankan istirahat dengan posisiyang nyaman untuk klien.Hasil:Klien dalam posisi setengah duduk.

4. Mengkolaborasikan pemberian analgetikyaitu antrain 100 mg/iv dengan cara obatdimasukan dalam spoit kemudiandisuntikan melalui selang infus.Hasil:Injeksi antrain 100 mg/iv.

E :Masalah belum teratasi

3. III Selasa,16/02/2016

09.55

10.00

10.10

10.20

S :a. Ibu klien mengatakan anaknya susah

untuk BAB.b. Ibu klien mengatakan anaknya masih

dipuasakan.O :a Tampak distensi abdomenb. Peristaltik usus 5 x/menitA :

Tujuan belum tercapaiP :

Lanjutkan intervensi 1, 2, dan 3I :1.Mengobservasi bising usus dan periksa

adanya distensi abdomen pasien.

Hasil :a. Bising usus 5x/menitb. Masih tampak distensi abdomen

2. Mendorong masukkan cairan 1.500 - 2.000ml/hari yaitu melalui cairan infus karenapasien sedang dipuasakan.Hasil :Terpasang RL 20 tetes/menit

3. Berkolaborasi dengan ahli gizi dalampengaturan diet jika pasien sudah tidakdipuasakan yaitu makanan yang tinggiserat.

Page 83: Kti AKPER  wa runia

71

13.30

Hasil :Ibu klien mengatakan anaknya masihdipuasakan.

E :Masalah belum teratasi

4. IV Selasa16/02/2016

10.30

10.40

11.00

13.40

S :Ibu klien bertanya-tanya tentang keadaananaknya

O :a. Ibu dan keluarga klien sedikit mengerti

dengan kondisi anaknya.b. Ibu dan keluarga klien masih bertanya-

tanya tentang kondisi kesehatan klienA :

Tujuan tercapaiP :

Lanjutkan intervensi 1dan 3.I :1. Mengkaji tingkat kecemasan keluarga

klien.Hasil :Keluarga klien tidak bertanya-tanya lagikepada dokter dan perawat tentangpenyakit yang diderita oleh anaknya.

3. Menjelaskan kepada keluarga tentangpenyakit klien dan proses perawatannya.Hasil :Keluarga klien sudah mengerti denganproses perawatan klien tenang

E :Masalah teratasi

5. V Selasa16/02/2016

11.20

11.30

11.40

S : -O :

1. Luka tampak merah dan baru2. Suhu tubuh normal (37,1oC).3. Penyatuan luka cukup baik tanpa

adanya tanda-tanda infeksiA :

Tujuan belum tercapaiP :

Pertahankan intervensi 1,2,3, dan 4I :1. Mengawasi tanda vital. Perhatikan

demam, menggigil, berkeringat,perubahan mental dan meningkatnyanyeri abdomen.Hasil :a. Nadi : 90 x/mntb. R : 28 x/mntc. S : 37,2oC. Suhu tubuh klien normal.

2. Melakukan pencucian tangan yang baikdan perawatan luka aseptic yaitumempertahankan perawatan luka dengantehnik aseptik dengan mengawali dantindakan dengan mencuci tangan,kemudian selalu memakai handscone,masker dan antiseptik seperti cairan Nacl0,9%, dan betadine serta pertahankanbalutan luka kering.Hasil :Luka tampak bersih

Page 84: Kti AKPER  wa runia

72

11.50

12.00

14.00

3. Lihat insisi dan balutan, catatkarakteristik luka, dan adanya eritema.Hasil :Luka masih tampak merah dan basah.

4. Memberikan obat antibiotik sesuaiindikasi yaitu cefotaxime 1 gr/IV dengancara menyuntikan pada selang infusHasil :Injeksi cefotaxime 200 gram/IV

E :Masalah teratasi

6 I Rabu17/02/2016

07.30

07.40

07.55

08.10

08.20

08.30

13.00

S:a. Ibu klien mengatakan mual dan

muntah anaknya sedikit berkurang.b. Ibu klien mengatakan anaknya masih

dipuasakan.O :

a. Keadaan umum klien lemahb. Tampak terpasang NGT pada hidung

sebelah kiric. Mukosa kering dan bibir pecah-pecah.d. Mual dan muntah klien berkurang

A :Tujuan belum tercapai

P:Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

I :1. Mengkaji tanda vital, takikardi, demam,

turgor kulit dan kelembaban mukosaHasil:TTV :Nadi : 90x/menit, Pernapasan : 28 x/menitdan Suhu : 37,2 0C

2. Mengawasi masukan dan haluaran danpengisapan dari NGT.Hasila. Ibu klien mengatakan anaknya mual

dan muntah sebanyak 3x.b. Klien dipuasakanc. Klien terpasang NGT di hidung sebelah

kiri.3. Memberikan cairan tambahan IV sesuai

indikasi.Hasil :Klien terpasang infus Nacl 20 tts/menit(micro)

4. Mengawasi elektrolit dan ganti sesuaiindikasi. Tiap kali muntah pasien diguyurdengan cairan RL 100 cc.Hasil :a. Mukosa kering dan bibir masih pecah-

pecah.b. Klien masih tampak mual muntah.

5. Berkolaborasi dalam pemberian antiemetikyaitu ondansentron 1 ampul/iv dengan caramenyuntikan obat melalui selang infusHasil :Injeksi ondansentron 1,5 mg/iv

E :Masalah belum teratasi

Page 85: Kti AKPER  wa runia

73

7. II Rabu17/02/2016

08.40

08.50

09.00

09.15

09.25

13.20

S :a. Ibu klien mengatakan masih nyeri pada

daerah luka operasi anaknya karenaanaknya masih rewel.

b. Ibu klien mengatakan nyeri bertambahsaat bergerak.

O :a. Ekspresi wajah nampak meringis

sampai dengan menangis.b. Skala 6 (0-10)

A :Tujuan belum tercapai

P:Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4.

I:1. Mengkaji lokasi, berat dan tipe nyeri

dengan cara melihat ekspresi wajah klien.Hasil:Lokasi nyeri pada daerah operasi, skala 5(0-10) tipe nyeri sedang.

2. Mengajarkan ibu klien teknik distraksidengan cara mengusap-usap daerah yangsakit ketika nyeri.Hasil:Ibu klien dapat melakukan teknik distraksidengan cara mengusap-usap daerahabdomen kiri bawah klien ketika nyeri

3. Mempertahankan istirahat dengan posisiyang nyaman untuk klien.Hasil:Klien dalam posisi setengah duduk.

4. Mengkolaborasikan pemberian analgetikyaitu antrain 100 mg/iv dengan cara obatdimasukan dalam spoit kemudiandisuntikan melalui selang infus.Hasil:Injeksi antrain 100 mg/iv.

E :Masalah belum teratasi.

8. III Rabu,17/02/2016

09.55

10.00

10.10

S :a. Ibu klien mengatakan anaknya susah

untuk BAB.b. Ibu klien mengatakan anaknya masih

dipuasakan.O :

a. Tampak distensi abdomenb. Peristaltik usus 5 x/menit

A :Tujuan belum tercapai

P :Lanjutkan intervensi 1, 2, dan 3

I :1. Mengobservasi bising usus dan periksa

adanya distensi abdomen pasien.Hasil :a. Bising usus 5x/menitb. Masih tampak distensi abdomen

2. Mendorong masukkan cairan 1.500 - 2.000ml/hari yaitu melalui cairan infus karenapasien sedang dipuasakan.Hasil :Terpasang RL 20 tetes/menit

Page 86: Kti AKPER  wa runia

74

10.20

13.30

3. Berkolaborasi dengan ahli gizi dalampengaturan diet jika pasien sudah tidakdipuasakan yaitu makanan yang tinggiserat.Hasil :Ibu klien mengatakan anaknya masihdipuasakan

E :Masalah belum teratasi.

B. Pembahasan

Berdasarkan tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dan hasil studi

kasus yang penulis lakukan dari tanggal 15 Februari sampai dengan 17

Februari 2016, maka pada bab ini dibahas tentang perbandingan antara teoritis

dan fakta yang ada, yang diperoleh penulis sebagai hasil pelaksanaan Asuhan

Keperawatan An. S Usia Toddler (2 Tahun) Dengan Post Op Reanostomosis

Colon POD I a/i Hirschprung Di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning

Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.

Dalam penerapan proses keperawatan dilakukan sebelumnya, maka

penulis akan mengemukakan kesenjangan yang penulis dapatkan sebagai

berikut :

1. Pengkajian

Dalam pengkajian ini penulis melaksanakan sesuai dengan tahapan-

tahapan yang ada dalam pengkajian tersebut yaitu pengumpulan data,

klasifikasi data dan analisa data yang kemudian dirumuskan menjadi

diagnosa keperawatan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah

wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan studi

kepustakaan.

Page 87: Kti AKPER  wa runia

75

Data yang dikumpulkan selain diperoleh dari klien sebagai data

primer, juga diperoleh dari pihak lain yang penulis anggap cukup mewakili

dan akurat untuk kelengkapan data (data sekunder), yaitu :

a. Data keluarga klien.

b. Tenaga kesehatan yang terlibat langsung dalam pemberian pelayanan

kesehatan pada klien.

c. Catatan medis klien.

d. Hasil pemeriksaan laboratorium.

e. Klien sendiri.

Dari tinjauan teoritis, data yang bisa didapatkan pada An. S Usia

Toddler (2 Tahun) Dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i

Hirschprung adalah : nyeri luka post op reanostomosis, pernapasan yang

cepat, takikardi, suhu tubuh yang meningkat, penurunan bising usus, dan

berlanjut dengan hilangnya bising usus, timpani akibat abdominal

mengalami kembung, mual dan muntah.

Setelah dilakukan pengkajian pada An. S Usia Toddler (2 Tahun)

ditemukan data sebagai berikut: keadaan umum lemah, klien tampak rewel

saat banyak bergerak karena nyeri pada luka post op reanostomosis,

terpasang NGT, terpasang kateter, distensi abdomen, konstipasi, mual dan

muntah.

Adanya kesenjangan ini dapat disebabkan karena setiap manusia

dalam memberikan respon baik bio, psiko, sosial dan spiritual terhadap

stimulus berbeda-beda sehingga gejala dan karateristik yang didapatkan

berbeda-beda.

Page 88: Kti AKPER  wa runia

76

2. Diagnosa Keperawatan

Pada tinjauan teoritis, masalah keperawatan yang ditemukan pada

anak dengan Post Op Reanostomosis a/i Hischprung adalah:

a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat

tindakan operasi.

b. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi mekanik.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat.

d. Resiko infeksi berhubungan dengan pasca prosedur pembedahan.

e. Resiko cedera berhubungan dengan pasca prosedur bedah, iskemia,

nekrosis dinding intestinal sekunder dari kondisi obstruksi usus.

f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.

g. Ansietas orang tua berhubungan dengan prognosis penyakit, dan

kurangnya informasi.

Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada studi kasus

sebagai hasil analisa dan penetapan masalah keperawatan ditemukan 5

diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut:

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah

b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

c. Konstipasi yang berhubungan dengan obstruksi colon distal

d. Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang terpajan informasi

mengenai status kesehatan anak.

e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka post op

reanostomosis.

Page 89: Kti AKPER  wa runia

77

Kesenjangan yang penulis dapatkan adalah ada beberapa diagnosa

keperawatan yang didapatkan dalam kasus, semuanya ada dalam konsep

teoritis dan tidak semua yang ada dalam teoritis ditemukan dalam kasus

seperti ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat., dan resiko cedera

berhubungan dengan pasca prosedur bedah, iskemia, nekrosis dinding

intestinal sekunder dari kondisi obstruksi usus. Penulis tidak mengangkat

diagnosa tersebut diatas karena berpatokan dengan data-data yang

ditemukan saat melakukan pengkajian, dimana data tersebut tidak

menunjang untuk diangkat menjadi diagnosa keperawatan saat dilakukan

asuhan keperawatan.

3. Perencanaan

Pada tahap ini penulis bersama klien dan keluarga menyusun rencana

tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan masalah

yang muncul. Perencanaan disesuaikan dengan privasi atau kebutuhan

klien, situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana yang ada diruangan.

Dalam penyusunan perencanaan, hal-hal yang mendukung adalah:

a. Adanya kerja sama yang baik dengan perawat, klien dan keluarga

sehingga memudahkan dalam perencanaan tindakan keperawatan

b. Dukungan dan bimbingan dari perawat ruangan yang dapat

memperlancar dan menyusun perencanaan.

Perencanaan yang penulis lakukan pada An. S pada dasarnya ada

kesenjangan antara teori dan kasus, hal ini terjadi karena tidak semua

diagnosa keperawatan dan perencanaan yang ada dalam teori ada dalam

Page 90: Kti AKPER  wa runia

78

kasus. Tetapi untuk diagnosa yang ada pada teori dan muncul pada kasus

pada prinsipnya tidak ada perbedaan karena perencanaan pada kasus

penulis berpatokan atau mengacu pada tinjauan teoritis, tetapi tidak semua

perencanaan yang ada dalam teori dimasukan dalam perencanaan yang ada

pada kasus dengan diagnosa yang sama, karena hal ini disesuaikan dengan

kondisi pasien yang ada pada kasus. Sedangkan diagnosa yang muncul

pada kasus dan tidak ada pada teori, penulis membuat intervensi

berdasarkan referensi yang ada dan telah teruji kebenaranya.

4. Implementasi

Tahap ini merupakan realisasi dari perencanaan yang telah disusun

sehingga dalam pelaksanaan ini mengacu pada perencanaan yang

merupakan faktor pendukung berjalannya tahap pelaksanaan adalah kerja

sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga sehingga memudahkan

dalam setiap tindakan. Adapun yang menjadi faktor penghambat dalam

proses pelaksanaan adalah kurangnya sarana dan prasarana yang terdapat

di ruangan. Meskipun dengan keterbatasan sarana dan prasarana, namun

hanya terdapat satu intervensi yang tidak terlaksana, sealain itu setiap

intervensi yang telah disusun dapat diimplementasikan kepada klien.

Adapun tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada

antara lain:

a. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan mual muntah.

Untuk mengatasi masalah ini perawat memberikan tindakan yang telah

direncanakan dan semua rencana tindakan tersebut dilaksanakan.

Page 91: Kti AKPER  wa runia

79

b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

Untuk mengatasi masalah ini perawat memberikan tindakan yang telah

direncanakan dan semua rencana tindakan tersebut dilaksanakan.

c. Konstipasi yang berhubungan dengan obstruksi colon distal. Untuk

mengatasi masalah ini perawat memberikan tindakan yang telah

direncanakan dan semua rencana tindakan tersebut dilaksanakan.

d. Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang terpajan informasi

mengenai status kesehatan anak. Untuk mengatasi masalah ini perawat

memberikan tindakan yang telah direncanakan dan semua rencana

tindakan tersebut dilaksanakan.

e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka post op

reanostomosis. Untuk mengatasi masalah ini perawat memberikan

tindakan yang telah direncanakan dan semua rencana tindakan tersebut

dilaksanakan.

5. Evaluasi

Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana

untuk menilai suatu keberhasilan pelaksanaan keperawatan dengan

mengacu pada tercapainya tujuan yang ditetapkan.

Evaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk

menilai efek atau respon klien dan menilai proses dari hasil tindakan

keperawatan yang diberikan kepada klien. Dalam melakukan evaluasi,

penulis menggunakan evaluasi yang bersifat normatif dilakukan setiap

melakukan tindakan keperawatan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan

waktu yang diberikan kepada penulis sehingga hasil yang ingin dicapai

Page 92: Kti AKPER  wa runia

80

dalam asuhan keperawatan harus terus dilanjutkan dengan melakukan

pelimpahan dan kerja sama dengan petugas atau perawat ruangan.

Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak semua

masalah yang terdapat didalam tinjauan teori baik tinjauan medik maupun

tinjauan keperawatan ditemukan dalam tinjauan kasus begitu juga

sebaliknya. Hal ini disebabkan karena tidak ada data yang mendukung

sehingga masalah yang muncul tidak sekompleks masalah yang ada pada

tinjauan teoritis.

Setelah mengimplementasikan asuhan keperawatan yang direncanakan

selama 3 hari, yang dimulai dari tanggal 15 Februari sampai tanggal 17

Februari 2016, untuk seluruh tujuan yang telah ditetapkan belum dapat

tercapai sesuai dengan harapan.

Dalam kasus ini diagnosa keperawatan yang ada yaitu terdiri dari

empat diagnosa keperawatan, dengan hasil evaluasi sebagai berikut:

a. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan mual muntah.

Setelah dilakukan evaluasi selama 3 hari masalah belum teratasi

dengan hasil : klien masih mual muntah, terpasang NGT di hidung

sebelah kiri, mukosa kering dan bibir pecah-pecah.

b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

Setelah dilakukan evaluasi selama 3 hari masalah belum teratasi

dengan hasil : skala nyeri masih 5 (0-10), ekspresi wajah klien masih

nampak meringis hingga menangis bila klien banyak bergerak.

c. Konstipasi yang berhubungan dengan obstruksi colon distal. Setelah

dilakukan evaluasi selama 3 hari masalah belum teratasi dengan hasil :

Page 93: Kti AKPER  wa runia

81

masih terjadi distensi abdomen, peristaltik usus 5x/menit, dan klien

masih susah BAB.

d. Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang terpajan informasi

mengenai status kesehatan anak. Setelah dilakukan evaluasi selama 3

hari masalah teratasi dengan hasil : keluarga klien sudah mengerti

dengan kondisi yang dialami klien, klien sudah tidak bertanya-tanya

lagi dengan dokter dan perawat dan ekspresi wajah keluarga klien

tenang.

e. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka post

op reanostomosis. Setelah dilakukan evaluasi selama 3 hari masalah

dapat teratasi dengan hasil : nampak luka operasi yang ditutup dengan

kasa steril, nyeri tekan pada sekitar luka operasi, keadaan luka baik dan

bersih.

Page 94: Kti AKPER  wa runia

82

BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Setelah penulis melaksanakan studi kasus melalui pendekatan proses

keperawatan yang penulis laksanakan di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning

Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung dari tanggal 15

Februari sampai dengan 17 Februari 2016 dengan mengacu pada tujuan yang

ingin dicapai, maka penulis mengambil kesimpulan :

1. Tahap awal proses keperawatan adalah pengkajian, yang meliputi

pengumpulan data, klasifikasi data dan analisa data yang kemudian

dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan. Tehnik pengumpulan data yang

dilakukan adalah wawancara, observasi partisipasi, pemeriksaan fisik, studi

dokumentasi, studi literatur dan kepustakaan.

2. Diagnosa yang muncul pada anak usia toddler dengan post op reanostomosis

colon a/i hirschpung:

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.

b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

c. Konstipasi yang berhubungan dengan obstruksi colon distal

d. Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang terpajan informasi

mengenai status kesehatan anak.

e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka post op

reanostomosis.

Page 95: Kti AKPER  wa runia

83

3. Tidak semua diagnosa keperawatan yang ada dalam teori ada dalam kasus,

begitu pula sebaliknya. Dimana diagnosa keperawatan yang ada dalam teori

tidak ada dalam kasus pada dasarnya penulis berpatokan pada teoritis

sedangkan diagnosa yang muncul dalam kasus tidak ada dalam teori penulis

berpatokan pada data yang didapatkan saat pengkajian langsung terhadap

klien.

4. Tidak semua intervensi yang ada dalam teori terdapat dalam kasus. Tetapi

untuk intervensi yang ada pada teori dan muncul pada kasus pada prinsipnya

tidak ada perbedaan karena perencanaan pada dasarnya penulis berpatokan

pada tinjauan teoritis, sedangkan intervensi yang muncul pada kasus tidak

ada pada teori, penulis bersama klien dan keluarga membuat intervensi

berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

5. Implementasi merupakan realisasi dari perencanaan yang telah disusun

sehingga dalam implementasi ini mengacu pada perencanaan yang

merupakan pendukung berjalannya tahap pelaksanaan diantaranya kerja

sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga sehingga memudahkan

dalam setiap tindakan, selain itu adanya dukungan serta bimbingan dari

perawat pembimbing.

6. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana untuk

menilai suatu keberhasilan pelaksanaan keperawatan dengan mengacu pada

tercapainya tujuan yang ditetapkan. Setelah diberikan asuhan keperawatan

selama 3 hari, terdapat tiga diagnosa yang teratasi, tetapi 3 diagnosa yang

belum teratasi telah menunjukkan perubahan pada klien.

Page 96: Kti AKPER  wa runia

84

7. Dokumentasi merupakan segala sesuatu yang tercetak atau tertulis yang

dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang

berwenang. Dalam mendokumentasikan Karya Tulis Ilmiah ini penulis

berpatokan kepada tahap-tahap pendokumentasian keperawatan yaitu

pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan, implementasi dan

catatan perkembangan.

B. Rekomendasi

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses

keperawatan pada anak usia toddler dengan post op reanostomoasis colon a/i

hirscprung, penulis menyarankan :

1. Untuk Pihak Rumah Sakit

Rumah sakit diharapkan mampu memberikan pelayanan yang komperhensif

yaitu bio, psiko, sosial dan spritual kepada klien dengan menambah peralatan

dan fasilitas yang memadai untuk menunjang pelaksanaan asuhan

keperawatan. Perawat agar selalu menerapkan konsep asuhan keperawatan

yang komperhensif dan meningkatkan frekwensi kontak dengan klien dalam

melaksanakan asuhan keperawatan serta adanya pendokumentasian yang

lengkap dan akurat pada status kesehatan klien.

2. Untuk Institusi

Institusi dan penyelenggara diharapkan menyediakan buku-buku referensi

yang memadai, yang menyangkut hal-hal terbaru tentang penatalaksanaan

perawatan pada anak dengan post op reanostomosis a/i hirschprung serta

menyediakan waktu yang cukup untuk pelaksanaan praktek keperawatan di

Page 97: Kti AKPER  wa runia

85

rumah sakit dan studi kasus untuk penyusunan Karya Tulis Ilmiah dimasa

yang akan datang.

3. Untuk Profesi

Perawat harus menerapkan proses keperawatan secara proaktif dan

meningkatkan frekuensi kontak dengan klien serta dalam melaksanakan

asuhan keperawatan diperlukan adanya pendokumentasian yang dicatat

dalam status kesehatan klien dan diperlukan adanya kerjasama yang baik

dengan tim kesehatan lainnya.

4. Bagi penulis sendiri

Semoga karya tulis ilmiah yang sederhana ini dapat menjadi bacaan dan

acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas dalam pemberian

asuhan keperawatan pada anak usia toddler post op reanostomosis colon a/i

hirchprung .

Page 98: Kti AKPER  wa runia

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. EGC : Jakarta

Doenges, E. M., Moorhouse, F. H & Monoarfa, A. (2000). Rencana AsuhanKeperawatan. Edisi 3. EGC : Jakarta

Engel. Joyce,. (2008). Seri Pedoman Praktik Pengkajian Pediatrik Edisi 4. EGC :Jakarta

Hidayat. Aziz., A. (2012). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak : Buku 1. SalembaMedika: Jakarta

_____________. (2012). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak : Buku 2. SalembaMedika: Jakarta

Nurarif & Kusuma. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis& NANDA NIC-NOC. Jilid 2. Medi Action Publishing : Jogjakarta.

_______________. (2015). Handbook Health Student. Medi Action Publishing :Jogjakarta.

Nursalam. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat danBidan). Salemba Medika : Jakarta

________. (2013). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktek.Edisi 2. Salemba Medika : Jakarta

Padila. (2012). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Nuha Medika :Yogyakarta.

Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. EGC :Jakarta

Purnamasari. (2006). Kamus Perkembangan Bayi Dan Balita. Erlangga : Jakarta

RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung, 2016 . Rekam Medik di Ruang KemuningLantai II Bedah Anak. RSUP dr. Hasan Sadikin : Bandung.

Setiadi. (2012). Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teoridan Praktek. Graha Ilmu : Yogyakarta.

Smeltzer, C. Suzanne dan Bare, G. Brenda. (2002). Buku Ajar KeperawatanMedikal Bedah. EGC : Jakarta.

Page 99: Kti AKPER  wa runia

Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi : Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi keIII. EGC : Jakarta.

Verawati, Siska,. (2012). Karakteristik Bayi Yang Mendapatkan Penyakit Hirschprung diRSUP H. Adam Malik Kota Medan. Kampus USU : Medan

Wong. L. Donna,. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC : Jakarta

Page 100: Kti AKPER  wa runia

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERAWATAN LUKA

OLEH :

WA RUNIA

NIM : 13.13.1091

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMKAB MUNA

2016

Page 101: Kti AKPER  wa runia

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Trauma Kepala

Sub pokok bahasan : Perawatan Luka

Lokasi : Di Ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning

Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan

Sadikin Bandung

Waktu : 15 Menit

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM :

Setelah memperoleh pelajaran selama 15 menit diharapkan klien dan

keluarga dapat memahami perawatan luka.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS :

Setelah memperoleh pelajaran selama 15 menit klien dan keluarga klien dan

klien dapat :

1. Menyebutkan pengertian perawatan luka

2. Menyebutkan tujuan perawatan luka

3. Menyebutkan penyebab infeksi

4. Menyebutkan tanda dan gejala infeksi

5. Menjelaskan langkah-langkah pencegahan infeksi

III. MATERI :

1. Pengertian perawatan luka

2. Tujuan perawatan luka

3. Penyebab infeksi

4. Tanda dan gejala infeksi

5. Langkah-langkah pencegahan infeksi

Page 102: Kti AKPER  wa runia

IV. METODE :

Ceramah dan tanya jawab

V. MEDIA :

Leaflet

VI. KEGIATAN

NO. KEGIATAN BELAJAR KEGIATAN KLIEN DANKELUARGA

1. PEMBUKAAN- Mengucapkan salam- Melakukan apersepsi

- Menjawab salam- Menjawab sesuai

kemampuan2. ISI

- Memberi pelajaran terhadapmateri

- Memberikan kesempatankepada keluarga klien danklien untuk bertanya

- Menjawab pertanyaankeluarga klien dan klien

- Mendengarkan denganseksama

- Mengajukan pertanyaan

- Mendengarkan jawabanatas pertanyaan

VII. PENILAIAN

1. Prosedur

- Penilaian akhir

2. Jenis

- Lisan

- Praktek

VIII. LAMPIRAN

Materi tentang manajemen nyeri

Bandung, 20 Februari 2016

Penyuluh,

WA RUNIA

13.13.1091

Page 103: Kti AKPER  wa runia

LAMPIRAN MATERI

1. Pengertian

Perawatan luka adalah merawat luka untuk mencegah trauma (injury) pada

kulit, membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya

trauma, fraktur, kanker, luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit.

2. Tujuan

a. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan

membran mukosa.

b. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan

c. Mempercepat penyembuhan

d. Membersihkan luka dari beda asing atau debris

e. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat

f. Mencegah perdarahan

g. Mencegah eksoriasi kulit sekitar drain

3. Penyebab Infeksi

a. Adanya benda asing atau jaringan yang sudah mati dalam luka

b. Luka terbuka atau kotor

c. Gizi buruk

d. Daya tahan tubuh yang lemah

e. Mobilisasi terbatas atau kurang gerak

4. Tanda dan Gejala

a. Merasa panas pada daerah luka atau suhu badan panas

b. Merasa sakit atau nyeri pada daerah luka

c. Luka kemerahan pada kulit daerah luka

d. Gangguan fungsi gerak pada daerah luka

Page 104: Kti AKPER  wa runia

e. Luka berbau tak sedap

f. Terdapat cairan berupa nanah pada luka

5. Cara Perawatan Luka di Rumah

a. Persiapan Alat

o Cairan infus NacL 0,9% atau air matang yang sudah dingin

o Kapas

o Kassa steril

o Plester

o Gunting

o Kayu putih

o Kantong plastik

o Betadine/antiseptik

b. Langkah-Langkah

o Atur posisi senyaman mungkin

o Siapkan alat yang diperlukan dan dekatkan kepada pasien

o Keluarga yang akan melakukan ganti balutan sebelumnya mencuci

tangan terlebih dahulu dengan sabun

o Buka plester/perban (dengan menggunakan kayu putih)

o Balutan lama dibuka dan dibuang ke kantong plastik

o Bersihkan luka :

Cuci tangan terlebih dahulu dengan kapas yang dibasahi dengan

Nacl 0,9% atau kapas lembab yang tekah dibasahi air matang yang

telah dingin

Keringkan luka dengan kassa steril

Untuk luka yang masih basah, kompres luka dengan kassa yang telah

dibasahi betadine/antiseptik

Page 105: Kti AKPER  wa runia

Tutup luka yang telah dikompres kassa betadine/antiseptik dengan

kassa kering.

6. Langkah Pencegahan Infeksi pada Luka yang Dapat Dilakukan di Rumah

a. Selalu mencuci tangan dengan 7 langkah

b. Kuku harus bersih dan tidak panjang

c. Minum obat secara teratur

d. Jaga kebersihan kulit

e. Sering kontrol ke dokter minimal 1 minggu sekali

f. Jaga agar luka tetap kering

g. Tidak boleh memegang area luka

Page 106: Kti AKPER  wa runia

Lampiran 3.

OLEH :

NAMA : WA RUNIA

NIM : 13.13.1091

AKADEMI KEPERAWATANPEMERINTAH KABUPATEN MUNA

2016

d. Membersihkan luka dari beda

asing atau debris

e. Drainase untuk memudahkan

pengeluaran eksudat

f. Mencegah perdarahan

g. Mencegah eksoriasi kulit sekitar

drain

PENYEBAB INFEKSI

a. Adanya benda asing atau jaringan

yang sudah mati dalam luka

b. Luka terbuka atau kotor

c. Gizi buruk

d. Daya tahan tubuh yang lemah

e. Mobilisasi terbatas atau kurang

gerak

PENGERTIAN PERAWATAN

LUKA

Perawatan luka adalah merawat luka

untuk mencegah trauma (injury)

pada kulit, membran mukosa atau

jaringan lain yang disebabkan oleh

adanya trauma, fraktur, kanker, luka

operasi yang dapat merusak

permukaan kulit.

TUJUAN

a. Mencegah infeksi dari masuknya

mikroorganisme ke dalam kulit

dan membran mukosa.

b. Mencegah bertambahnya

kerusakan jaringan

c. Mempercepat penyembuhan

Page 107: Kti AKPER  wa runia

TANDA DAN GEJALA

a. Merasa panas pada daerah luka

atau suhu badan panas

b. Merasa sakit atau nyeri pada

daerah luka

c. Luka kemerahan pada kulit

daerah luka

d. Gangguan fungsi gerak pada

daerah luka

e. Luka berbau tak sedap

f. Terdapat cairan berupa nanah

pada luka

LANGKAH PENCEGAHAN

INFEKSI PADA LUKA YANG

DAPAT DILAKUKAN DI

RUMAH

a. Selalu mencuci tangan dengan 7

langkah

b. Kuku harus bersih dan tidak

panjang

c. Minum obat secara teratur

d. Jaga kebersihan kulit

e. Sering kontrol ke dokter

minimal 1 minggu sekali

f. Jaga agar luka tetap kering

g. Tidak boleh memegang area luka

AWALI SEMUATINDAKANDENGANMENCUCITANGAN

Page 108: Kti AKPER  wa runia

Lampiran 4.

PEMERINTAH KABUPATEN MUNAAKADEMI KEPERAWATAN

Jl. Poros Raha – Tampo Km. 6 Raha Telp. 0403 – 2522945

LEMBARAN BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

NAMA : WA RUNIA

NIM : 13.13.1091

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN AN. S USIA TODDLER (2

TAHUN) DENGAN POST OP REANOSTOMOSIS COLON

POD I A/I HIRSCHPRUNG DI RUANG BEDAH ANAK

GEDUNG KEMUNING LANTAI II RUMAH SAKIT UMUM

PUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

NAMA PEMBIMBING : MUSRIANI, S.Kep., Ns., M.Kes

NO HARI/TANGGAL

POKOKBAHASAN/SUB

POKOKBAHASAN

URAIAN PERBAIKAN PARAF

1.Selasa,

03/05/2016Brifing

2.Senin,

09/05/2016

Judul I- Perhatikan penulisan judul sesuai

usia klien- Jarak spasi

BAB I

- Latar belakang dari umum kekhusus, data statistik luar negeri dandalam negeri

- Penulisan- Data rekam medik tidak sesuai- BAB II pada sistematika telaahan

3.Selasa,

10/05/2016BAB I

- Perbaiki latar belakang- Perhatikan data statistiknya- Penulisan dan data 10 besar penyakit

4.Jumat,

13/05/2016BAB I

- Perbaiki tabel (Tabel terbuka)- Perbaiki penjelasan tabel, spasi

5.Selasa,

17/05/2016BAB I - ACC

Page 109: Kti AKPER  wa runia

NO HARI/TANGGAL

POKOKBAHASAN/SUB

POKOKBAHASAN

URAIAN PERBAIKAN PARAF

6.Selasa,

17/05/2016BAB II

- Perbaiki BAB II- Penulisan- Perhatikan umur sesuai judul

7.Rabu,

18/06/2016BAB II

- Perhatikan sumber- Jarak spasi- Teori sesuaikan dengan umur pasien

saja- Perbaiki evaluasi

8.Jumat,

20/05/2016BAB II

- ACC- Lanjutkan BAB III

9.Rabu,

25/05/2016BAB III

- Perbaiki BAB III- Baca referensi BAB I dan BAB II

10.Jumat,

27/05/2016BAB III

- ACC- Lanjut BAB IV

11.Kamis,

02/06/2016BAB IV

- ACC- Lanjut kelengkapan karlis

12.Kamis,

09/06/2016Kelengkapan

karlis- Perbaiki kata pengantar- Penulisan

13.Jumat,

10/06/2016Kelengkapan

karlis- ACC- Siap untuk ujian

Raha, 10 Juni 2016Pembimbing Karya Tulis Ilmiah

(MUSRIANI, S.Kep., Ns. M.Kes)

Page 110: Kti AKPER  wa runia

Lampiran 5.

RIWAYAT HIDUP

1. Identitas

Nama : WA RUNIA

Tempat tanggal lahir : Lapadaku, 07 Oktober 1994

Status : Mahasiswa

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Muna / Indonesia

Alamat : Jl. Poros Raha-Wamengkoli

2. Riwayat Pendidikan

SDN 5 Lawa : Tahun 2001 – 2007.

SMPN 1 Lawa : Tahun 2007 – 2010.

SMAN 1 Lawa : Tahun 2010 – 2013

Akper Pemkab Muna : Tahun 2013 – Sekarang.

Lampiran 5.

RIWAYAT HIDUP

1. Identitas

Nama : WA RUNIA

Tempat tanggal lahir : Lapadaku, 07 Oktober 1994

Status : Mahasiswa

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Muna / Indonesia

Alamat : Jl. Poros Raha-Wamengkoli

2. Riwayat Pendidikan

SDN 5 Lawa : Tahun 2001 – 2007.

SMPN 1 Lawa : Tahun 2007 – 2010.

SMAN 1 Lawa : Tahun 2010 – 2013

Akper Pemkab Muna : Tahun 2013 – Sekarang.

Lampiran 5.

RIWAYAT HIDUP

1. Identitas

Nama : WA RUNIA

Tempat tanggal lahir : Lapadaku, 07 Oktober 1994

Status : Mahasiswa

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Muna / Indonesia

Alamat : Jl. Poros Raha-Wamengkoli

2. Riwayat Pendidikan

SDN 5 Lawa : Tahun 2001 – 2007.

SMPN 1 Lawa : Tahun 2007 – 2010.

SMAN 1 Lawa : Tahun 2010 – 2013

Akper Pemkab Muna : Tahun 2013 – Sekarang.


Top Related