Transcript

Mata Kuliah : TEORI KEBUDAYAANKelas: Magister Ilmu Linguistik MurniTugas: MAKALAH EKM MASINAMBOWHari,tanggal: Kamis, 7 November 2013Penyusun: Febri TaufiqurrahmanNIM: 1306426192

A. RANGKUMANLandasan permasalahan yang muncul dalam memahami teori kebudayaan adalah lebih bersifat akademis yaitu bagaimana dapat memperoleh pemahaman tentang prinsip-prinsip dan konsep-konsep dasar yang melandasi pandangan-pandangan teoritis tentang kebudayaan. Dalam hal ini teori kebudayaan ditinjau dari konteks ilmu pengetahuan budaya dan beberapa disiplin ilmu yang lainnya seperti ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial. Perbedaan kedua hal ini sudah dibicarakan oleh para filsuf Jerman yaitu Wilhelm Dilthey (1833-1911) dam Heinrich Rickert (1863-1936). Naturwissenschaften atau ilmu pengetahuan alam dalam proses menemukan hukum-hukumnya diberikan sebuah penjelasaan (erklaren) dalam sebuah penelitiannya maka dalam hal ini pengamat atau peneliti berada di luar objek pengamatannya. Cara pendekatan yang digunakan dalam ilmu pengetahuan alam disebut nomotetis atau ilmiah yang dibedakan dengan cara pendekatan ideografis sebagai ancangan yang khas berkaitan dengan ilmu pengetahuan budaya, atau yang oleh Dilthey disebut Geisteswissenschaften (ilmu pengetahuan batin) dan oleh Kulturwissenschaften. Dalam proses penemuan pengetahuan akan lebih tepat jika melalui empati dan simpati yang merupakan proses pemahaman (verstehen) dimana pemahaman tersebut diperoleh dengan cara menempatkan subjek seakan-akan berada dalam kondisi objek-nya dan dalam kondisi itu memandang dunia sekelilingya dari sudut penglihatan objek tersebut. Dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan budaya dan ilmu pengetahuan alam merupakan dua kutub yang berlawanan dimana salah satu sebab utamanya adalah prestise ilmu pengetahuan alam sebagai bidang yang dalam waktu relatif singkat mampu mencapai kemajuan yang mengagumkan dan keberhasilan yang cemerlang. Disamping ilmu pengetahuan alam juga terdapat ilmu pengetahuan sosial yang dalam objek kajiannya hampir sama dengan ilmu pengetahuan budaya yakni masyarakat. Adapun kekaburan batas antara ilmu pengetahuan budaya dan ilmu pengetahuan sosial adalah implikasi dari konsep kebudayaan pada satu pihak dan implikasi dari konsep masyarakat pada pihak lain.Dalam hal ini terdapat lima jenis data dalam menganalisis dan meninjau disiplin-disiplin ilmu budaya yaitu sebagai berikut; (1) artifak atau artefak, (2) perilaku kinetis, (3) perilaku verbal, (4) tuturan, (5) teks. Terdapat beberapa sebab keragaman teori kebudayaan yang ditinjau dari dua perspektif, yaitu (1) perspektif perkembangan sejarah, dan (2) perspektif konseptual. Aspek-aspek yang dikembangkan dalam sejumlah teori yang bersumber pada konsep kebudayaan (lihat Hatch, 1975) setelah munculnya teori Franz Boas (1858-1942) dengan evolunisme budayanya adalah (1) kebudayaan itu bersumber pada emosi dan bukan pada rasio; (b) kebudayaan itu bersifat sui generis yang tumbuh dan berkembang atas dasar prinsip-prinsipnya sendiri dan mempunyai kemampuan mengadakan modifikasi; (c) tiap-tiap kebudayaan itu adalah hasil perkembangan sejarah yang bersifat kompleks dan unik; (d) kebudayaan memperlihatkan dinamika dan kreativitas jika dilihat secara subjektif. Terdapat dua teori yang masih berkaitan dengan teori Boas yang dikembangkan oleh Ruth Benedict (1887-1948) dan A.L. Kroeber (1876-1960). Ruth Benedict dengan konsep ethos atau konfigurasi budaya yang merupakan tema budaya (cultural theme) dimana memiliki ciri tertentu karena pola perilaku warga masyarakatnya berorientasi dengan tema budaya tersebut. Dalam hal ini dua konfigurasi diperkenalkan sebuah istilah apollonian yang menghargai keseimbangan, kerjasama dan kewajaran; dan dionysian yang menghargai individualisme dalam peluapan emosional dan kekerasan. Sedangkan Kroeber membedakannya dalam dua aspek kebuadayaan yaitu kebudayaan nilai (value culture) dan kebudayaan realitas (reality culture). Dalam hal ini yang menjadi menjadi dasar adalah kebudayaan realitas karena berhubungan dengan usaha mempertahankan hidup dan penggarapan lingkungan dengan ekonomi dan teknologi. Kebudayaan realitas kemudian menjadi dasar perkembangan teori yang beranggapan bahwa kebudayaan adalah sarana penyesuaian manusia dengan lingkungan alam oleh Julian Steward (1902-1972). Aspek yang menjadi inti dari kebudayaan adalah yang langsung berkaitan dengan penggarapan lingkungan sedangkan yang bukan inti adalah kebudayaan nilai. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure mencanangkan prinsip dasar dalam memahami kebudayaan sebagai berikut;1. Tanda yang terdiri atas signifiant/signifier yang menandai dan signifie/signified yang ditandai dimana keduanya bersifar mental. Penanda adalah citra bunyi sedangkan petanda adalah gagasan atau konsep. Citra bunyi (acoustic image) dapat diperluas dengan citra penglihatan (visual image) sehingga citra visual sebagai penanda yang dikaitkan dengan konsepnya sebagai petanda.2. Gagasan penting yang berhubungan dengan tanda dimana tidak adanya acuan ke realitas objektif. Sebuah tanda tidak mempunyai nomenclature (tatanama). Sehingga terdapat dua cara untuk menentukan makna yang sumbernya bukan dari realitas objektif yaitu; pertama,tanda ditentukan dengan pertalian antara satu tanda dengan semua tanda lainnya yang digunakan;kedua, menentukan bagaimana unsur-unsur realitas objektif diberikan signifikasi atau bermaknaan sesuai dengan konsep terekam itu karena merupakan unsur dari batin manusia atau kode dalam ingatan manusia.3. Hubungan antara individu dan masyarakat melalui gagasan langue dan parole (language dan speech;bahasa dan tuturan). Langue adalah pengetahuan dan kemampuan bahasa yang bersifat kolektif dan dihayati bersama oleh semua warga masyarakat sedangkan parole adalah perwujudan langue pada individu.Semiotik dan hermeneutik merupakan dua sumber pengaruh terhadap teori kebudayaan yang berbeda dari teori Saussure. Berbeda dengan semiotik atau tanda yang digagas oleh Peirce yang mempunyai tiga komponen yaitu representamen (yang mewakili), objek (yang diwakili), dan interpretan (pemahaman). Sedangkan hermeneutik diinterpretasikan dengan teks (text) dan wacana (discourse). Teks dalam teori kebudayaan tidak terbatas pada tulisan akan tetapi juga pada pola perilaku dan tindakan nonverbal. Menutut Noth (1990:331:332), teks mengungkapkan pesan-pesan budaya (cultural messages) sehingga dalam pengertian ini terdapat anggapan bahwa teks adalah yang tertulis dan wacana adalah yang lisan. Adapun interpretasinya suatu teks dalam arti luas maupun sempit bertumpu pada dua prinsip penting yaitu (1) apa yang disebut sebagai lingkaran hermeneutik dan (2) bertolak pada teks mengandung makna tunggal (textual monosemy) atau mengandung makna majemuk (textual polisemy) Untuk itu jika kebudayaan dianggap sebagai sebuah teks maka kita harus membaca kebudayaan itu tanpa ada kemungkinan untuk merekonstruksi apa sebenarnya maksud pembuat kebudayaan itu. Sehingga dapat dipahami bahwa interpretasi adalah perpaduan antara pola perilaku dan pola tindakan yang memiliki makna intrinsik yang dipadukan dengan makna yang bersumber pada pengalaman dan pengetahuan pengkaji tersebut. Jadi makna semiotik atau simbol merupakan sesuatu yang harus dibaca atau ditafsirkan diantara para warga bukan didalam batin manusia.Perkembangan teori-teori yang digolongkan sebagai pascastrukturalisme terjadi melalui studi-studi hermeneutik untuk menganalisis wacana dan teks (discourse and text) untuk menemukan maknanya. Makna teks yang dikaji adalah makna yang diberikan oleh penulis sehingga tujuan pengkajian itu adalah merekonstruksi makna aslinya. Dalam studi hermeneutik, teks akan mudah untuk ditentukan maknanya apabila penulisnya masih hidup sehingga bisa diverifikasi akan tetapi jika penulisnya sudah tiada maka jika teks tersebut masih dalam zaman yang sama akan dapat diinterpretasi dengan kondisi sosiokultural pada zaman tersebut. Sedangakan Outwhaite (1985) dalam membicarakan Gadamer memberikan perbedaan antara epistemologi dan hermeneutik. Epistemologi menggambarkan bagaimana pengetahuan itu mungkin dan selalu berusaha untuk menentukan apa yang secara objektif merupakan suatu kepastian sedangkan hermeneutik menggambarkan bagaimana pemahaman itu mungkin dan tidak memberikan jaminan bahwa kepastian itu ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makna tidak bertumpu pada otoritas yang berada di luar teks, melainkan berasal dari teks itu sendiri sedangkan epistemologi menjelaskan bahwa makna adalah pembuat teks itu sendiri dalam tindakan sosial otoritas itu yang merupakan pelaku sosial yang menghasilkan pola perilaku.Oleh karena itu di dalam linguistik modern data primer yang dapat mengungkapkan pengetahuan adalah bahasa lisan, sedangkan bahas tulisan (teks) bersifat sekunder.

B. KOMENTARMengenai pemahaman saya tentang teori kebudayaan yang dijelaskan dalam Makalah EKM Masinambow ini dapat dijelaskan bagaimana proses dalam membedakan antara ilmu pengetahuan budaya dengan disiplin ilmu lainnya. Dalam prosesnya memang kita harus benar-benar mampu membedakan antara objek kajian yang menjadi kajian ilmu pengetahuan budaya dengan objek kajian disiplin ilmu lainnya. Dengan begitu kita akan mampu menempatkan diri sejauh mana kita mempelajari objek kajian tersebut. Jangan sampai kita salah menempatkan konsep antara ilmu pengetahuan budaya dengan disiplin ilmu lainnya. Dalam makalah ini saya mampu dengan mudah memahami bagaimana proses pemahaman kita mengenai ilmu pengetahuan budaya secara teks maumpun wacana. Sebagaiman Ferdinand de Sasussure mengungkapkan bahwa budaya dapat kita ketahu melalui 3 aspek yaitu tanda (signifiant & signifie), ide/gagasan, dan hubungan antara individu dan masyarakat. Mengenai hal tersebut kita mengerti bahwa memang ketika kita melihat suatu budaya maka cara untuk mengenalinya adalah dengan tanda atau simbol apa saja yang berada dalam budaya tersebut. Kemudian timbul sebuah gagasan atau konsep yang akan kita pahami sebagai ciri atau karakter budaya tersebut. Dan pada akhirnya kita pun mengenalnya sebagai alat untuk menghubungkan kita sebagai individu dengan sosial masyarakat. Dalam hubungan tersebutlah yang akan memperkaya khasanah kita mengenai ilmu pengetahuan budaya secara menyeluruh (comprehensive).


Top Related