dul bimastyaji surya r 25315030
DESCRIPTION
Daur Ulang Limbah PadatTRANSCRIPT
HALAMAN JUDUL
TL-5224 DAUR ULANG LIMBAH
PEMANFAATAN GAS LAHAN URUG (LANDFILL)
DI BERBAGAI NEGARA
\
Disusun Oleh:
Bimastyaji Surya R 25315030
TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
PENGANTAR.................................................................................................................................1
PEMANFAATAN LFG DI TAIWAN............................................................................................4
PEMANFAATAN LFG DI AMERIKA..........................................................................................9
PEMANFAATAN LFG DI INDONESIA.....................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14
PEMANFAATAN LFG
PENGANTAR
Energi menjadi isu yang sangat penting untuk dikaji dan dikembangkan di berbagai
belahan dunia saat ini karena mulai langkanya pasokan bahan bakar fosil. Pencarian energi
alternatif dari sumber-sumber yang terbarukan mulai dilakukan dan diterapkan agar mengurangi
ketergantungan terhadap penggunaan energi tidak terbarukan. Melihat permasalahan tersebut,
energy recovery mulai dilirik karena menjanjikan biaya yang ekoomis serta dapat dilakukan
dengan mudah. Karena banyaknya sampah yang tersimpan di landfill, maka recovery potensi gas
landfill (Landfill Gas / LFG) menjadi sangat menarik untuk diketahui.
Sampah dihasilkan setiap hari, begitu juga dengan produksi gas. Sebelum di landfill,
sampah ini diproses terlebih dahulu melalui proses daur ulang (recycling), pemisahan
(separation), komposting, dan insinerasi/gasifikasi. Sisa dari aliran proses tersebut kemudian
dibuang ke landfill dan gas yang dihasilkan melewati proses anaerobik atau transformasi kimia
di dalam landfill berpotensi untuk menjadi gas yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan. Meskipun begitu, banyak negara-negara di dunia yang tidak memproses sampah
mereka sebelum memasuki landfill sehingga volume sampah yang masuk ke landfill menjadi
sangat besar. Tetapi kondisi ini tidak dimanfaatkan dengan baik sehingga potensi LFG tidak
dapat diekstraksi dengan maksimal Kehadiran LFG sendiri dapat menyebabkan terjadinya 2
masalah yaitu kebakaran karena tingginya gas metan yang dihasilkan di landfill karena tidak
dimanfaatkan / dilepaskan menggunakan flaring dan peningkatan jumlah gas rumah kaca (efek
emisi Green House Gases). Di sisi lain, LFG dapat menjadi sumber energi terbarukan yang dapat
diproduksi secara kontinyu. (Bove dan Piero. 2006).
Tabel 1Komposisi Kimia LFG pada Beberapa Landfill di Dunia
(Bove dan Piero. 2006)
Energy recovery dari LFG digunakan untuk pembakaran secara langsung untuk pemanas
dan furnaces, penyimpanan energi kimia melalui proses konversi (misalnya biodiesel atau
Page | 1
PEMANFAATAN LFG
methanol), clean up gas dan pembangkitan energi listrik. Untuk mendapatkan energi LFG
tersebut maka diperlukan teknologi yang inovatif agar secara ekonomi dan teknis dapat
menguntungkan. Selama ini, teknologi pemanfaatan LFG masih sederhana/konvensional,
sehingga muncul teknologi dalam suatu sistem ekstraksi energi yang lebih edisien dalam
memanfaatkan LFG meliputi reciprocation internal combustion engine, gas turbin, fasilitas
energi dengan siklus organik Rankine, mesin Stirling cycle serta fuel cell (molten carbonate dan
solid oxide).
Tabel 2Contoh Penggunaan dan Presentase Pemanfaatan LFG di Amerika Serikat
(Hao et al, 2008)
Konversi biokimia terjadi pada sampah untuk menghasilkan LFG dikenal dengan nama
dekomposisi atau degradasi. Proses ini dipengaruhi oleh faktor-faktor meliputi suhu,
kelembaban, komposisi dan diversitas sampah sebagai substrat mikroorganisme. Fenomena
kimia yang terjadi pada proses tersbut cukup kompleks yang dapat dipahami melalui gambar 1
berikut.
Page | 2
PEMANFAATAN LFG
Gambar 1. Komposisi Gas Landfil Selama 5 Fase(Bove dan Piero. 2006)
Deskripsi proses pembentukan LFG dapat secara singkat dijelaskam sebagai berikut :
1. Dekomposisi anaerob. Pada fase ini sampah diolah bakteri secara aerob sehingga terjadi
pada saat terdapat oksigen dimana oksigen dikonsumsi untuk produksi karbon dioksida.
Proses ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan hingga satu tahun.
2. Acidogenesis. Pada fase ini, kondisi anaerob terjadi. Sebagai hasilnya, terbentuk
hidrogen, karbondioksida, air dan asam organik. Energi yang dihasilkan masih sangat
rendah karena terjadi pada kondisi anaerob. Akibat terbentuknya asam organik, pH lindi
turun hingga 5.
3. Acetogenesis. Pada fase ini, oksidasi asam dan alcohol menjadi asam asetat ditambah
CO2 dan H2O. COD meningkat karena pelarutan asam kedalam lindi.
4. Methanogenesis. Pada fase ini produk dari asetogenesis dikonversi menjadi metan
dimana karbondioksida dan hidrogen dikonsumsi. Methane content bergantung pada
substrat yang tersedia
5. Maturasi. Terjadi karena substrat habis sehingga tidak terjadi produksi gas lagi.
Page | 3
PEMANFAATAN LFG
PEMANFAATAN LFG DI TAIWAN
Meningkatnya permintaan energi telah berimbas pada pertumbuhan ekonomi dan standar
hidup di Taiwan. Oleh karenanya, Taiwan menjadi salah satu Negara importir energi yang tinggi.
Ketergantungan nasional pada energi impor meningkat dari 87,25% pada tahun 1983, dan
97,65% pada tahun 2003. Paralel pada data tersebut, konsumsi energi dalam negeri juga
meningkat dari 31.600.000 kiloliter setara minyak (Kloe) pada tahun 1983, 61.600.000 dan
103.400.000 Kloe pada tahun 2003. Tingkat pertumbuhan konsumsi energi dalam negeri rata-
rata sekitar 6,1% per tahun. Dalam hal ini, energi terbarukan dianggap sebagai energi hijau yang
menarik melihat adanya kebijakan energi untuk diversifikasi pasokan energi dan meningkatkan
perlindungan lingkungan di Taiwan. Di sisi lain, Taiwan adalah bangsa subtropis dengan luas
total ca. 36.000 km2 dan populasi lebih dari 22-jutaan. Dengan pembangunan ekonomi Taiwan
yang juga disebut 'keajaiban ekonomi' pada 1970-an dan 1980-an, beberapa masalah lingkungan
seperti sampah kota (MSW) telah menjadi gangguan publik. Setelah itu, Taiwan Environmental
Protection Agency (EPA), lembaga pemerintah tingkat pusat yang bertanggung jawab atas
perlindungan lingkungan, mulai menyebarluaskan peraturan ketat untuk mendirikan sebuah
manajemen MSW terpadu pada awal 1990-an (W.T.Tsai, 2007).
Tabel 3Kategori dan Status Penggunaan Energi di Taiwan
(W.T.Tsai, 2007)
Dalam menanggapi Protokol Kyoto diadopsi pada Desember 1997, Taiwan mengadakan
Nasional Konferensi energi pada Mei 1998. Salah satu kesimpulan yang paling penting adalah
untuk meningkatkan pangsa energi terbarukan di total pasokan energi Taiwan, hingga 3% pada
Page | 4
PEMANFAATAN LFG
tahun 2020 [5]. Untuk alasan ini, strategi kebijakan energi untuk mempromosikan energi
terbarukan adalah pemerintah harus aktif dalam memberikan beberapa insentif lingkungan,
keuangan dan ekonomi. Berdasarkan kebijakan energi untuk pembangunan ekonomi dan
pembangunan berkelanjutan, Eksekutif Yuan telah merevisi dan menyetujui 'Kebijakan Energi
Wilayah Taiwan', yang dilaksanakan oleh Biro Energi di bawah Departemen Urusan Ekonomi
[5], lembaga utama yang bertanggung jawab untuk pengembangan industri dan kebijakan energi
di tingkat pemerintah pusat. yang relevan dengan kebijakan energi termasuk produksi energi
hijau, mitigasi GRK, dan promosi dan demonstrasi energi terbarukan. Misalnya, menargetkan
pangsa dari LFG menjadi listrik dalam hal kapasitas instalasi 30 MW pada tahun 2004, 35 MW
pada tahun 2010, dan 43 MW pada tahun 2020.
Tabel 4Status Penggunaan Biogas untuk Pembangkit Tenaga Listrik di Taiwan
(W.T.Tsai, 2007)
LFG sebagian besar dihasilkan dari dekomposisi anaerobik yang biodegradable
(misalnya sampah dapur) pada sampah yang dibuang ke tempat pembuangan sampah. Tingkat
produksi biogas biasanya dimulai setelah dekomposisi sampah dan secara bertahap meningkat
pada jangka waktu yang bergantung pada komposisi sampah, praktek pembuangan, cuaca lokal,
dan karakteristik TPA. Karena meningkatkan kualitas udara dan mengurangi emisi gas rumah
kaca, pemanfaatan energi LFG untuk menghasilkan listrik dan pemulihan panas adalah pilihan
yang menjanjikan beberapa tahun terakhir. Di Taiwan, meskipun sebagian besar dari biogas dari
Page | 5
PEMANFAATAN LFG
tempat pembuangan sampah secara langsung dilepaskan ke atmosfer, ada empat fasilitas LFG
menjadi listrik yang total sekitar 24,514 kW kapasitas instalasi seperti yang tercantum pada
Tabel 3 dan 4 dan ditunjukkan pada Gambar 2. Dari data pada Tabel 2, jelas bahwa pemanfaatan
energi biogas untuk pembangkit listrik di Taiwan sebagian besar dari LFG.
Gambar 2. Distribusi Lokasi Fasilitas Biogas Menjadi Listrik di Taiwan(W.T.Tsai, 2007)
Page | 6
PEMANFAATAN LFG
Menurut Pasal 2 dari Peraturan Pembuangan Limbah / Waste Disposal Act (WDA) yang
baru diubah pada bulan Oktober 2001, di Taiwan, limbah diklasifikasikan menjadi limbah umum
dan limbah industri. 'Limbah Umum' didefinisikan sebagai berikut: limbah yang termasuk
sampah, kotoran dan urine, mayat hewan dalam bentuk padat atau cair yang dihasilkan oleh
rumah tangga atau kegiatan selain industri lainnya, yang memiliki kapasitas untuk mencemari
lingkungan. Jelas, limbah umum hampir identik dengan sampah kota, yang biasanya diasumsikan
mencakup semua limbah masyarakat non-industri seperti limbah perumahan, limbah komersial
dan limbah layanan kota (tidak termasuk fasilitas pengolahan). Menurut data yang didapatkan
oleh EPA Taiwan pada tahun 2003, 58,5% (kurang lebih 4.304.000 metrik ton) dari sampah kota
diolah menggunakan insinerasi, 24,7% (kurang lebih 1.814.000 metrik ton) menggunakan
penimbunan di TPA, dan 16,7% (kira-kira. 1.217.000 metrik ton) dengan daur ulang. Berbeda
dengan data selama tahun 1990-an dimana sampah diolah menggunakan insinerasi, penimbunan
di TPA dan daur ulang berturut-turut adalah 3-24, 71-92 dan 0-2%.. Untuk membuat manajemen
TPA lebih efektif, EPA Taiwan mengadopsi strategi pendukung insinerasi sebagai pengolahan
utama dan sanitary landfill sebagai suplemen karena komposisi sampah kota sebagian besar
terdiri atas material yang mudah terbakar seperti kertas, sampah dapur dan plastik.
Tabel 5Lokasi Sanitary Landfill Untuk Operasi Pembangkitan Tenaga Listrik di Taiwan
(W.T.Tsai, 2007)
Page | 7
PEMANFAATAN LFG
Dari proses diagram (Gambar 3) fasilitas LFG menjadi listrik, sistem pembangkitan
energinya meliputi sumur ekstraksi, stasiun kolektor biogas, tangki pemisahan, unit blower,
filtrasi, unit pemurnian, Unit mesin -generator, dan output daya . Biogas di berbagai unit
dipindahkan melalui pipa plastik (high density polyethylene, HDPE) tanpa kemungkinan
kebocoran dalam operasi . Pada dasarnya, LFG menjadi listrik terdiri dari sistem kolektor /
penghapusan dan sistem output .
Gambar 3. Diagram Alir Ekstraksi Biogas dan Proses Pembangkitan Listrik di Landfil(W.T.Tsai, 2007)
Dalam rangka untuk menangkap biogas secara cepat dan efektif di TPA sanitary landfill,
kolektor aktif dirancang dengan menggunakan blower. Check valve dipasang di inlet hisap dan
output dari blower untuk mencegah recycle dari pipa saat mengekstrak. Di bawah induksi
ekstraksi, sumur akan menjadi zona vakum tekanan rendah, sehingga biogas masuk melalui pipa
saring vertikal. Setiap sumur ekstraksi juga diatur oleh katup kontrol untuk mengambil sejumlah
laju aliran biogas. Untuk mencegah terjadinya korosi terkait dengan interaksi antara H2S dan
kelembaban, pertama, kelembaban dikentalkan dan lebih jauh lagi dipisahkan dari biogas dengan
kompresi dan pendinginan. Saluran air kondensat yang terletak di semua low spots area dan pada
Page | 8
PEMANFAATAN LFG
interval yang tepat bersamaan dengan pipa kolektor biogas. Air yang terkondensasi dikembalikan
ke TPA dengan tujuan untuk lebih memurnikan biogas, perangkat filtrasi dilengkapi untuk
menghapus partikulat (> 0,4 µm) dari aliran pengering udara.
Menggunakan mesin pembakaran internal (Inernal Combustion/IC), biogas dimurnikan
untuk menghasilkan listrik. Kapasitas masing-masing modul pembangkit listrik yang ditetapkan
sebesar 1.0-1.4 MW yang dihasilkan oleh mesin generator. Dalam rangka untuk mengontrol
kebisingan dari mesin IC, setiap modul dipasang kotak kedap suara, yang berisi sistem operasi
listrik independen. Sebuah unit programmable logic controller yang dikendalikan oleh sistem
generasi total termasuk startup, shutdown, dan alarm kontrol bongkar muat. Tegangan listrik
selanjutnya diubah menjadi 11,4 kV atau tegangan yang tepat, yang terkait dengan sistem
distribusi perusahaan listrik setempat. Akhirnya, energi hijau / biogas dipindahkan ke pengguna
akhir .
PEMANFAATAN LFG DI AMERIKA
Di Amerika Serikat, komponen biogenik (serat kertas, limbah makanan, kayu, dll) dari
sampah kota terdiri dari sekitar 30-50% selulosa, 7-12 % hemiselulosa, dan 15-28 % lignin berat
kering, dengan selulosa dan hemiselulosa yang mewakili sekitar 90 persen dari porsi
biodegradable dari sampah kota. Ketika sampah kota ditimbun di tempat pembuangan sampah,
serangkaian kompleks reaksi terjadi di mana mikroorganisme anaerob menguraikan sebagian
dari fraksi organik dari limbah karbon dioksida dan metana. Metana yang dihasilkan dapat
dikumpulkan dan menyala atau diubah menjadi energi, yang mengoksidasi metana menjadi
karbon dioksida. metana juga dapat dioksidasi menjadi karbon dioksida oleh bakteri
metanotropik di tanah penutup TPA. Oleh karena itu, karakteristik karbon yang ditempatkan di
TPA tersebut didapatkan sebagai metana atau karbon dioksida. Dalam hal kontribusi ke
atmosfer, metana dari tempat pembuangan sampah dianggap sebagai sumber antropogenik
karbon sedangkan karbon dioksida dianggap biogenik di asal dan bukan sumber antropogenik.
Gambar 4 menggambarkan representasi yang disederhanakan dari keseimbangan massa metana
di tempat pembuangan sampah (Sullivan, 2010).
Metode yang digunakan untuk pengelolaan limbah mempengaruhi pelepasan gas rumah
kaca (GRK) dalam beberapa cara, termasuk jumlah emisi metana dari tempat pembuangan
sampah. Badan Perlindungan Lingkungan AS (USEPA) memperkirakan bahwa metana dari TPA
berkontribusi sekitar 4% dari seluruh emisi gas rumah kaca AS, diukur dari segi potensi
Page | 9
PEMANFAATAN LFG
pemanasan global (GWP). Menurut Panel Antar pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC),
sektor limbah, termasuk limbah padat dan limbah cair, memberikan sumbangan sekitar 5% dari
emisi gas rumah kaca global. Dalam Fourth Assessment Report, IPCC memperkirakan bahwa
mitigasi metana dari tempat pembuangan sampah di seluruh dunia melalui pengumpulan dan
kontrol dapat mengurangi emisi metana dari tempat pembuangan sampah secara global sebesar
70% pada biaya yang rendah pada tahun 2030 (IPCC, 2001). Oleh karena itu, IPCC
menunjukkan adanya metode / manajemen membuang sampah yang secara tepat dapat
digunakan oleh Amerika Serikat sebagai bukti praktek-praktek yang apabila digunakan di
seluruh dunia, dapat secara signifikan melawan Perubahan Iklim pada basis global.
Sayangnya, para musuh pengembang TPA sering tidak bisa membedakan antara praktek-
praktek yang membantu dan merugikan mereka dari perspektif perubahan iklim. Ketika tempat
pembuangan sampah ditinjau menggunakan penilaiain life cycle, komentar negatif dari lawan
TPA dimana tidak secara akurat menggambarkan emisi gas rumah kaca dari tempat pembuangan
sampah di Amerika Serikat, dan data sering disalahgunakan untuk menunjukkan bahwa tempat
pembuangan sampah hanya mengumpulkan lebih sedikit LFG jika dibandingkan dengan apa
yang benar-benar terjadi secara nasional.
Gambar 4. Neraca Massa LFG di TPASullivan, 2010
Gas metan menjadi salah satu fokus dari USEPA karena merupakan GHG yang dapat
menyerap radiasi sinar inframerah (panas) dan menahannya di permukaan bumi. Metan memiliki
potensi GHG lebih besar 20x daripada CO2. Metan saat ini 150x lebih banyak di atmosfer jika
Page | 10
PEMANFAATAN LFG
dibandingkan pada tahun 1750 dimana landfill merupakan sumber metan terbesar di US pada
tahun 2011 atau sekitar 17,,5% dari total produksi metan. Untuk mengurangi produksi metan
yang terlepas ke atmosfer, maka pemerintah amerika bersama dengan stakeholder lainnya
berkonsentrasi dalam pemanfaatan landfill (LFG recovery). Diperkirakan setiap 1 juta ton
sampah kota yang dihasilkan, dapat menghasilkan 0,78 MW listrik, dan LFG sebesar 432.000
cubic feet/day (USEPA, 2013).
Gambar 4. LFG menjadi Energi (Gambaran Eksisting Energy Plant di Amerika Serikat)(USEPA, 2013)
Berdasarkan data USEPA, emisi metan dari landfill berkurang setiap tahunnya atau
sekitar 30% dari emisi metan pada tahun 1990. LFG dimanfaatkan untuk kepentingan produksi
industri lainnya seperti pembuatan aluminium, elektronik, bahan-bahan kimia dan tentunya
mengurangi beban pajak dan pembayaran pengelolaan sampah serta meningkatkan
keberlanjutan. Biaya yang diperlukan untuk investasi fasilitas LFG adalah sekitar $5,15 juta
untuk pengadaan kompresi gas, pengolahan, mesin dan generator. Sedangkan untuk biaya
operasi dan perawatan fasilitas adalah sekitar $526.000/tahun. Untuk biaya landfill dan
perawatan instalasi pipa gasnya sendiri memerlukan investasi sebesar $2,7 juta sedangkan untuk
operasi dan perawatannya adlaah sebesar $112.000/tahun. Meskipun terlihat sangat besar, biaya
tersebut dapat ditutupi dengan penjualan listrik sebesar 2,5-11 sen/kWh atau bahan bakar untuk
Page | 11
PEMANFAATAN LFG
kendaraan $0,6 - $1 / gal atau penjualan LFG sebesar $1,5 - 4 MMBtu. Sebanyak 621 proyek di
48 negara bagian di Amerika Serikat telah memenuhi kebutuhan 102 juta cubicfeet LFG/year
dan 16 juta kWh yang mampu menghidupkan 1.180.000 rumah atau memanaskan 746.000
rumah. Lebih dari itu, penggunaan LFG telah mengurangi kontribusi produksi greenhouse gas
(GHG) di atmosfer Amerika Serikat.
Pada tahun 2001, diketahui terdapat 955 landfill di seluruh dunia yang eksis. USA
merupakan pengguna terbesar LFG dimana hampir 1/3 dari fasilitas energy recovery berasal dari
Negara tersebut. Hanya beberapa Negara berkembang yang menggunakan fasilitas ekstraksi LFG
yaitu China dan Brazil. Laporan terakhir dari USEPA pada Desember 2006 mengatakan kurang
lebih 425 proyek pembangunan fasilitas LFG sedang dioperasikan di Amerika Serikat. Proyek
ini akan mencoba menghasilkan kurang lebih 10 juta KWH listrik per tahun. Meskipun begitu,
terdapat tambahan 560 lagi landfill tanpa fasilitas LFG di Amerika yang menarik untuk
dikembangkan. (Hao et al, 2008)
Tabel 3Jumlah Fasilitas LFG Recovery di Berbagai Belahan Dunia
(Hao et al, 2008)
PEMANFAATAN LFG DI INDONESIA
Indonesia sebagai Negara berkembang telah menetapkan perencanan untuk menurunkan
emisi GRK sebesar 26% dari kegiatan penghasil GRK di Indonesia terutama di bidang limbah
Page | 12
PEMANFAATAN LFG
pada periode tahun 2010-2020 (Lestari dkk, 2013). Di Indonesia saat ini sedang terjadi
pergeseran konsumsi bahan bakar minyak ke bahan bakar berbasis gas, sebagai alternatif
energi untuk sektor transportasi di Indonesia. Salah satu renewable energy yang saat ini populer
adalah biogas. Landfill gas (LFG) yaitu biogas yang dihasilkan dari timbunan sampah domestik
dalam jumlah yang besar pada suatu lahan urug.
Saat ini landfill gas di Indonesia sudah dimanfaatkan lebih dari 26 lahan urug di seluruh
Indonesia dimana 4 diantaranya digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik dengan total
kapasitas lebih dari 14,5 MW. Penggunaan secara langsung melalui jaringan perpipaan yang
didistribusikan secara langsung ke masyarakat di sekitar lahan urug (flaring menjadi pemanas,
substitusi bahan bakar, dan lain sebagainya). Listrik dihasilkan dari proses penangkapan gas
untuk kemudian menghidupkan turbin dan membangkitkan generator. Listrik ini kemudian dijual
ke PLN berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 44 Tahun 2015 tentang Pembelian Tenaga
Listrik oleh PT PLN (persero) dari Pembangkit Listrik Berbasis Sampah Kota. Peraturan ini
meningkatkan daya tarik investor untuk berlomba-lomba salah satunya dengan memanfaatkan
landfill gas menjadi tenaga listrik.
Sebagai contoh pemanfaatan landfill gas di Indonesia adalah pemanfaatan LFG di Bantar
Gebang, Bekasi. TPST Bantar Gebang termasuk sebagai salah satu institusi yang dapat
mengelola sampah dengan baik dan memiliki 95 Ha area aktif yang dapat menghasilkan gas TPA
(LFG) dengan kapasitas 5.971 Nm3/hour. Kandungan utama dari gas yang terbentuk adalah
metana (CH4) dan karbondioksida (CO2) diikuti dengan gas-gas lainnya dengan komposisi yang
relatif kecil (Ardiagarini dkk, 2013).
Unit powerplant di TPST Bantar Gebang merupakan salah satu bentuk cerminan
partisipasi terhadap program LFGTE (LandFill Gas to Energy). Unit ini melakukan
penangkapan LFG yang timbul pada landfill, untuk diolah menjadi tenaga listrik. Powerplant
dioperasikan pada Power House yang terletak pada pusat TPST Bantar Gebang. Dalam
mengubah sampah menjadi listrik, metode yang dipakai adalah pengolahan yang menggunakan
gas engine. Selain gas engine, teknologi dalam membuat listrik dari sampah yang paling populer
di dunia adalah dengan menggunakan metode incineration atau pembakaran, metode ini adalah
metode alternatif ketika gas engine mengalami masalah. Dalam menghasilkan produk listrik
harus melalui dua tahapan sistem, yaitu ekstraksi dan utilisasi.
Page | 13
PEMANFAATAN LFG
Pada sistem ekstraksi, LFG akan melewati rangkaian extraction gas well yang terdiri dari
gas well dan pipa-pipa penyambung untuk dikumpulkan kepada power house. Pada power
house, terdapat suatu rangkaian extraction plant atau mesin ekstraksi untuk menarik LFG dari
tiap-tiap gas well. Mesin ekstraksi ini sekaligus berperan dalam melakukan pre-cleaning, yaitu
pembersihan gas dengan melalui pengeringan serta menurunkan suhu LFG yang semula hingga
mencapai 70oC, menjadi 15oC. Mesin ekstraksi atau pre-cleaning station ini terdiri dari water
knockout, mesin chiller, serta blower. Setelah itu, LFG baru dapat ditransfer kepada sistem
utilisasi. Dengan sejumlah mesin dan fasilitas yang ada, kapasitas listrik yang dapat dihasilkan
saat ini adalah sejumlah 10.5 MW. 5% dari keseluruhan jumlah listrik yang dihasilkan
tersebut digunakan kembali untuk operasional TPST Bantar Gebang, sedangkan 95% sisanya
dijual kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Proses sintesis landfill gas mempunyai beberapa hambatan. Dari segi produksi, energi
yang dihasilkan landfill gas per harinya masih tergantung oleh iklim dan cuaca sekitar. Sebagai
contoh pada TPA Bantar Gebang, Bekasi. Pada musim kemarau, energi yang dihasilkan dapat
mencapai 10 MW/Jam. Namun, pada musim penghujan,energi yang dihasilkan hanya sebesar 5
MW/Jam. Sedangkan dari segi infrastruktur, penggunaan TPA di Indonesia masih belum
maksimal. Tercatat dari 438 TPA yang ada di Indonesia, hanya 10 persen saja yang beroperasi
secara maksimal. Kendala dalam meningkatkan kapasitas listrik yang dihasilkan adalah
bercampurnya sampah lama dengan sampah baru. Hampir 55 persen sampah yang ada di
Bantargebang adalah sampah lama. Pemilahan antara sampah organik dan anorganik dapat
meninigkatkan produksi biogas. Sampah yang telah diambil gasnya, selanjutnya diolah menjadi
kompos. Saat ini, luas kawasan TPST Bantargebang awalnya 110 hektare, kemudian ditambah
10,5 hektare sehingga menjadi 125 hektar.
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah diuraikan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Untuk mengurangi produksi metan yang terlepas ke atmosfer, pemanfaatan gas landfill
dapat dijadikan sebagai solusinya (LFG recovery).
2. Energy recovery dari LFG digunakan untuk pembakaran secara langsung untuk pemanas
dan furnaces, penyimpanan energi kimia melalui proses konversi (misalnya biodiesel
atau methanol), clean up gas dan pembangkitan energi listrik.
Page | 14
PEMANFAATAN LFG
3. Pemanfaatan LFG menjadi listrik sudah cukup banyak diapikasikan di Negara maju
sedangkan di Negara berkembang masih cukup sedikit. Sebagai perbandingan, Amerika
Serikat memiliki lebih dari 400 fasilitas, Taiwan 4 fasilitas dan Indonesia terdapat 4
fasilitas di TPA Suwung, Bali; TPA Bantar Gebang, Bekasi; TPA Benowo, Surabaya dan
TPA Puuwatu, Kendari. Di Indonesia sendiri, landfill gas sudah dimanfaatkan oleh lebih
dari 26 landfill untuk penggunaan secara langsung (flaring, substitusi bahan bakar, dan
lain sebagainya)
DAFTAR PUSTAKA
Ardiagarini Srilakasuri P, Anthony Riman, Helena J Kristina. 2013. Perhitungan Harga
Pokok Produk Compressed Natural Gas dari Landfill Gas Sebagai Energi Alternatif
pada TPST Bantar Gebang, Bekasi. J@TI Undip, Vol VIII, No. 2, Mei 2013. Universitas
Pelita Harapan : Tangerang, Indonesia.
Bove Roberto and Piero Lunghi. 2006. Electric power generation from landfill gas using
traditional and innovative technologies. Energy Conversion and Management 47 (2006)
1391–1401. University of Perugia : Italy
Hao Xiaoli, Hongxing Yang, Guoqiang Zhang. 2008. Trigeneration: A new way for landfill
gas utilization and its feasibility in Hong Kong. Energy Policy 36 (2008) 3662– 3673.The
Hong Kong Polytechnic University : Hong Kong.
Lestari Letisa Indah, Juli Soemirat, Mila Dirgawati. 2013. Penentuan Konsentrasi Gas Metan
di Udara Zona 4 TPA Sumur Batu Kota Bekasi. Itenas : Bandung, Indonesia.
Sullivan Patrick. 2010. The Importance Of Landfill Gas Capture And Utilization In The U.S.
Earth Engineering Center, Columbia University : United States of America.
USEPA. 2013. An Overview of Landfill Gas Energy in the United States, Landfill Methane
Outreach Program (LMOP) [Presentation]. US Environmental Protection Agency :
United States of America.
W.T.Tsai. 2007. Bioenergy from landfill gas (LFG) in Taiwan. Renewable and Sustainable
Energy Reviews 11 (2007) 331–344. Chia Nan University of Pharmacy and Science :
Taiwan.
Page | 15