etika kedokteran 22 de

Upload: aiyasoraya

Post on 10-Feb-2018

261 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd

    1/26

    LAPORAN TUTORIAL

    BLOK VIII

    BIOETHIC and MEDICAL LAW

    KAIDAH DASAR BIOETIKA KEDOKTERAN DAN BIOETIKA

    KEDOKTERAN ISLAM

    OLEH

    Nama : Dewi Soraya

    Nim : J500080051

    Kelompok : 3

    Nama tutor : dr. Fikar

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    2009

  • 7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd

    2/26

    BAB IPENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Kaidah dasar (prinsip) Etika / Bioetik adalah aksioma yang mempermudah

    penalaran etik. Prinsip-prinsip itu harus spesifik. Macam kaidah dasar bioetik

    kedokteran modern ada kaidah benefince, kaidah otonomy, kaidah Non-

    Malaficence dan kaidah justice. Pada praktiknya, satu prinsip dapat dibersamakan

    dengan prinsip yang lain. Tetapi pada beberapa kasus, karena kondisi (ilatnya)

    berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah untuk digunakan dengan

    mengorbankan prinsip yang lain. Keadaan terakhir disebut dengan prima facie,

    dimana digunakan untuk menentukan kaidah dasar mana yang dipilih ketika

    berada di dalam konteks atau kondisi tertentu untuk mendapatkan hasil yang

    efisien dan tidak merugikan pasien.

    Namun sebagai dokter islam kita juga memerhatikan kaidah dasar bioetik

    islam antaralain, kaidah niatan, kaidah Al-Yaqiin, Kaidah Al-Dhahrar (kerugian),

    kaidah Al-Masyaqqat ( kesulitan) dan kaidah AlUrf (kebiasaan). Yang jadi

    masalah penggunaan kaidah dasar bioetik kedokteran islam ini membuat ilatnya

    berubah. Seorang dokter harus mampu menentukan kaidah yang sesuai dengan

    masalah yang sedang dihadapi, karena kadang-kadang kebutusan dokter tidak

    sesuai atau bertentangan dengan kebijakan rumah sakit atau etika rumah sakit.

    Namun kadang-kadang pengambilan keputusan menjadikan dilema etik di

    masyarakat. Etika rumah sakit adalah pengembangan dari etika biomedika

    (bioetika). Karena masalah-masalah atau dilema etik yang baru muncul sebagai

    dampak atau akibat dari penerapan kemajuan pesat ilmu dan tekhnology

    biomedis, justru terjadi di rumah sakit.

  • 7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd

    3/26

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa saja kaidah dasar bioetika kedokteran dan bioetika kedokteran islam?

    2. Bagaimana penerapan dari kaidah dasar bioetika kedokteran dan bioetika

    kedokteraan islam?

    3. Mengapa semua pasien berhak mendapatkan pelayanan asuhan yang adil?

    4. Bagaimana keputusan medis harus dibuat terhadap pasien yang tidak mampu

    menentukan sendiri?

    5. Bagaimana tanggung jawab hak dan kewajiban dokter terhadap masyarakat

    dan kesehatan global?

    6. Mengapa dokter menggunakan kaidah dasar bioetika Non Maleficence

    terhadap pasiennya?

    7. Mengapa pihak rumah sakit menggunakan kaidah dasar bioetika justice

    terhadap pasien?

    8. Mengapa prosedur pemeriksaan sensitivitas dalam islam menggunakan

    penerapan kaidah Al-Urf?

    9. Mengapa pemilihan antibiotik Imipenem yang berdasarkan hasil tes

    sensitivitas termasuk memenuhi kaidah Al-yaqiin?

    10. Mengapa terjadi perubahan ilat dalam penggunaan askeskin?

    C. Tujuan

    1. Mampu menjelaskan kaidah dasar bioetika kedokteran

    2. Mampu menjelaskan kaidah dasar bioetika kedokteran islam

    3. Mampu menjelaskan etika yang mendasari hubungan dokter dengan pasien

    4. Mampu menjelaskan etika yang mendasari hubungan dokter dengan teman

    sejawatnya

  • 7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd

    4/26

    5. Mampu menjelaskan etika yang mendasari hubungan dokter dan masyarakat

    6. Mampu menjelaskan tanggung jawab, hak dan kewajiban dokter terhadap

    masyarakat dan kesehatan global

    7. Mampu menjelaskan pertentangan antara kewajiban dokter terhadap pasien

    dan terhadap masyarakat dan alasan yang mendasarinya

    D. Manfaat

    1. Mahasiswa mampu dan mengenal dasar dasar kaidah

    dasar bioetika kedokteran

    2. Mahasiswa mampu menggali potensi dalam pemahaman pada etika

    hubungan antara dokter dengan pasien

    3. Mahasiswa mampu dalam etika hubungan antara dokter dan

    masyarakat

    4. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip kedokteran islam yang

    modern

    5. Menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca

    6. Menunjang wawasan tentang kaidah dasar bioetika kedokteran dan

    kedokteran islam

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

  • 7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd

    5/26

    A. Bioetika

    Bioetika adalah studi interdisipliner tentang problem-problem yang

    ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran, baik

    pada skala mikro maupun skala makro, termasuk dampaknya terhadap

    masyarakat luas serta sistem nilainya, kini dan masa mendatang. Di dalam

    uraian mengenai bioetika dibedakannya etika dalam 3 pengertian yaitu,

    a. Etika sebagai nilai-nilai dan azas-azas moral yang dipakai seseorang

    atau suatu kelompok sebagai pegangan bagi tingkah lakunya.

    b. Etika sebagai kumpulan azas dan nilai yang berkenaan dengan

    moralitas ( apa yang dianggap baik atau buruk). Misalnya kode etik

    kedokteran, kode etik rumah sakit.

    c. Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudt-

    sudut norma dan nilai-nilai moral. (J. Guwandi, 1991)

    Ada sekurangnya tiga cara melihat bioetika:

    a. Bioetika deskriptif ialah pengamatan dan penafsiran deskriptif cara

    orang memandang kehidupan, interaksi moral dan tanggungjawab dengan

    organisme hidup dalam kehidupan mereka.

    b. Bioetika preskriptif memberitahu atau berusaha mengatakan pada

    orang lain apa yang baik atau jelek secara etika, dan apa prinsip-pinsip

    yang paling penting dalam membuat keputusan-keputusan seperti itu. Ini

    dapat juga dikatakan bahwa seseorang atau sesuatu mempunyai hak, dan

    orang lain mempunyai kewajiban terhadap hak ini.

    c. Bioetika interaktif ialah diskusi dan debat mengenai butir 1 dan 2 di

    atas antara orang, kelompok dalam masyarakat, dan komunitas

  • 7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd

    6/26

    ( Gunawan, 1992 )

    B. Kaidah-kaidah dasar bioetika kedokteran

    Kaidah dasar (prinsip) Etika / Bioetik adalah aksioma yang

    mempermudah penalaran etik. Prinsip-prinsip itu harus spesifik. Pada

    praktiknya, satu prinsip dapat dibersamakan dengan prinsip yang lain. Tetapi

    pada beberapa kasus, karena kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih

    penting dan sah untuk digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain.

    Keadaan terakhir disebut dengan prima facie. Konsil Kedokteran Indonesia,

    dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran barat, menetapkan bahwa,

    praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada 4 kaidah dasar moral (sering

    disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetika) antara lain :

    1. Menghormati martabat manusia (respect for person/autonomy)

    Menghormati martabat manusia. Pertama, setiap individu (pasien)

    harus diperlakukan sebagai manusia yang memiliki otonomi (hak

    untuk menentukan nasib diri sendiri), dan kedua, setiap manusia yang

    otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan.

    Menurut pandangan Kant yaitu otonomi kehendak sama

    dengan otonomi moral yakni kebebasan bertindak, memutuskan

    (memilih) dan menentukan diri sendiri sesuai dengan kesadaran

    terbaik bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan

    atau campur-tangan pihak luar (heteronomi), suatu motivasi dari dalam

    berdasar prinsip rasional atau self-legislation dari manusia. Sedangkan

    pandangan J. Stuart Mill, otonomi tindakan/pemikiran sama dengan

    otonomi individu, yakni kemampuan melakukan pemikiran dan

  • 7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd

    7/26

    tindakan (merealisasikan keputusan dan kemampuan

    melaksanakannya), hak penentuan diri dari sisi pandang pribadi.

    Menghendaki, menyetujui, membenarkan, mendukung, membela,

    membiarkan pasien demi dirinya sendiri (sebagai mahluk

    bermartabat). Hal ini erat terkait dengan doktrin informed-consent,

    kompetensi (termasuk untuk kepentingan peradilan), penggunaan

    teknologi baru, dampak yang dimaksudkan (intended). (Shahid, 2001)

    2. Berbuat baik (beneficence)

    Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus

    mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan

    kesehatannya. Pengertian berbuat baik diartikan bersikap ramah atau

    menolong, lebih dari sekedar memenuhi kewajiban.Tindakan berbuat

    baik (beneficence). Ciri-ciri dari kaidah benefince antaralain,

    alturisme, memandang sesuatu seseorang tak hanya sejauh

    menguntungkan dokter, manfaat lebih besar dari pada kerugian dan

    menggunakan prinsip Golden rule principle.

    a. General beneficence, melindungi & mempertahankan hak yang

    lain, mencegah terjadi kerugian pada yang lain, dan menghilangkan

    kondisi penyebab kerugian pada yang lain.

    b. Specific beneficence, menolong orang cacat, menyelamatkan

    orang dari bahaya. Mengutamakan kepentingan pasien, memandangpasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan

    dokter/rumah sakit/pihak lain, dan maksimalisasi akibat baik.

    (Gunawan, 1992)

    3. Tidak berbuat yang merugikan (Non-Maleficence)

    Praktik Kedokteran haruslah memilih pengobatan yang paling

    kecil risikonya dan paling besar manfaatnya. Sisi komplementer

  • 7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd

    8/26

    beneficence dari sudut pandang pasien, seperti tidak boleh berbuat

    jahat (evil) atau membuat derita (harm) pasien, minimalisasi akibat

    buruk kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal :

    a. Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu

    yang penting

    b. Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut

    c. Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif

    d. Manfaat bagi pasien lebih besar daripada kerugian dokter (hanya

    mengalami risiko minimal).

    4. Keadilan (justice)

    Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan politik,

    agama dan faham kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan,

    status perkawinan, serta perbedaan jender tidak boleh dan tidak dapat

    mengubah sikap dokter terhadap pasiennya. Tidak ada pertimbangan

    lain selain kesehatan pasien yang menjadi perhatian utama dokter.

    Ciri-ciri kaidah justice yaitu memberlakukan secara universal,

    menghargai hak setiap pasien dan tidak membedakan pelayanan

    kesehatan yang diberikan

    Jenis keadilan ada 4 yaitu, komparatif, distributive, social dan hukum :

    a. Komparatif (perbandingan antar kebutuhan penerima)

    b. Distributif (membagi sumber) : kebajikan membagikan sumber-

    sumber kenikmatan dan beban bersama, dengan cara rata/merata,

    sesuai keselarasan sifat dan tingkat perbedaan jasmani-rohani,

    secara material kepada seetiap orang dengan andil yang sama, setiap

    orang sesuai dengan kebutuhannya, setiap orang sesuai upayanya,

    setiap orang sesuai kontribusinya, dan setiap orang sesuai jasanya.

  • 7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd

    9/26

    c. Sosial : kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran

    dan kesejahteraan bersama yaitu utilitarian dengan memaksimalkan

    kemanfaatan publik dengan strategi menekankan efisiensi social

    dan memaksimalkan nikmat/keuntungan bagi pasien. Libertarian

    dengan menekankan hak kemerdekaan social dan ekonomi

    (mementingkan prosedur adil lebih besar daripada hasil

    substantif/materiil). Komunitarian dengan mementingkan tradisi

    komunitas tertentu. Egalitarian dengan kesamaan akses terhadap

    nikmat dalam hidup yang dianggap bernilai oleh setiap individu

    rasional (sering menerapkan kriteria material kebutuhan dan

    kesamaan).

    d. Hukum (umum) Tukar menukar : kebajikan memberikan /

    mengembalikan hak-hak kepada yang berhak.pembagian sesuai

    dengan hukum (pengaturan untuk kedamaian hidup bersama)

    mencapai kesejahteraan umum. (Purwadianto, 2007)

    C. Kaidah-kaidah dasar bioetika kedkteran islam

    1. Prinsip niat

    Dalam prinsip niat ini maksud kaidah terdiri dari beberapa bagian

    prinsip. Bagian kaidah setiap tindakan dilandasi dengan tujuan di belakang

    itu untuk mengajak dokter menggunakan kesadaran jiwanya dan meyakini

    tindakan-tindakannya, terlihat atau tak terlihat, berdasarkan pada tujuan

    yang baik. Prinsip ini meminta dokter untuk berkonsultasi dengan hati

  • 7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd

    10/26

    nuraninya. Bagian prinsip apakah maksud materi dan tidak tertulis dalam

    hukum menolak menggunakan data untuk membenarkan kesalahan atau

    asusila. Bagian prinsip yang menilai dengan kriteria sama yang berarti

    bahwa pengobatan tidak bermanfaat dengan menggunakan metode asusila.

    2. Kaidah kepastian ( qaidat al-yaqiin)

    Diagnosa medis tidak bisa mencapai kepastian (yaqiin).

    Keputusan pengobatan yang baik dengan keseimbangan probabilitas.

    Setiap diagnosa pengobatan sebagai diagnosa yang berubah dan

    diambil sebagai informasi baru yang nampak. Ini memberikan

    kestabilan dan situasi quasi-certainty tanpa menggunakan prosedur

    praktis yang lambat dan efisien. Adanya tuntutan kemampuan yang

    harus berlaku sampai ada bukti yang memaksa mereka. Penetapan

    prosedur medis dan tata cara diperlakukan sebagai kebiasaan atau

    preseden. Apa yang telah diterima sebagai kebiasaan melalui waktu

    yang lama tidak dianggap berbahaya kecuali ada bukti penyimpangan.

    Semua prosedur medis diperbolehkan kecuali ada fakta yang

    melarang. Pengecualian aturan ini berhubungan dengan fungsi seksual

    dan reproduksi. Semua materi yang berhubungan dengan fungsi

    seksual dianggap terlarang kecuali terdapat fakta yang

    mempebolehkannya. (Rosyadi, 2008)

    3. Kaidah bahaya (qaida al-dharar )

    Tindakan medis dibenarkan atas dasar prinsip kerugian, jika ini terjadi,

    maka menjadi bebas. Kerugian tidak terlepas dengan prosedur medis yang

    membawa kepada kerugian yang sama sebagai efek samping. Dalam suatu

    usulan intervensi medis mempunyai efek samping., kita mengikuti kaidah

    pencegahan bahaya diproritaskan daripada mengambil manfaat yang

    sama. Jika manfaat pertolongan jauh lebih penting dan berharga daripada

    bahaya, maka mengambil manfaatnya diprioritaskan. Seorang dokter

    kadang-kadang dihadapkan dengan intervensi medis yang terbingkai

  • 7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd

    11/26

    akibat kedua pengaruh yang terlarang dan dibolehkan. Tuntunan hukum

    memprioritaskan mencegah dari manfaat bila terjadi bersamaan dan

    pilihan harus dibuat.

    Bila dihadapkan dengan dua situasi medis dimana keduanya berbahaya

    dan tidak ada cara memilih salah satu dari keduanya, maka bahaya yang

    terkecil dipilih. Bahaya yang terkecil dipilih disamping untuk mencegah

    bahaya yang lebih besar. Disaat yang sama intervensi medis berkaitan

    dengan kepentingan umum didahulukan daripada kepentingan individu.

    Individu harus menopang bahaya untuk melindungi kepentingan public.

    Wabah penyakit menular dapat menyerang, keadaan tidak bisa melanggar

    hak umum kecuali terdapat pertolongan umum mengatasinya.

    4. Kaidah kesulitan (qaidat al-masyaqqat)

    Tindakan medis disamping sebagai tindakan terlarang mungkin

    menjadi boleh di bawah kaedah kesulitan., bila dalam keadaan

    terpaksa. Keadaan terpaksa memperbolehkan hal-hal yang terlarang.

    Dalam keadaan pengobatan yang sulit dijelaskan seperti semua kondisi

    serius yang melemahkan fisik dan kesehatan mental jika tidak segera

    diobati. Kesulitan memperingan aturan dan kewajiban syariah.Melakukan tindakan terlarang seharusnya tidak diperluas diluar

    batasan kebutuhan untuk memelihara kebutuhan hukum yang menjadi

    dasar pembolehan. Bagaimanapun keadaan terpaksa tidak untuk

    selamanya membatalkan hak pasien yang harus dikembalikan atau dib

    alas tepat waktunya., keadaan terpaksa hanya melegalkan pelanggaran

    kebenaran sementara. Pembenaran larangan sementara tindakan medis

    berakhir dengan terpaksa yang dibenarkan pada keadaan pertama. Ini

    dapat menjadi cara alternative bila halangan berakhir, adanya larang

    berlaku lagi atau tidak benar lepas dari sulit dengan mendelegasikan

    orang lain untuk mengerjakan tindakan berbahaya.

    5. Kaidah kebiasaan (qaida al-urf)

    Standar perawatan medis didefinisikan sebagai kebiasaan. Prinsip

    dasar kebiasaan atau preseden yang mempunyai kekuatan sah. Apa

    yang dianggap kebiasaan adalah apa yang biasa gunakan dan

  • 7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd

    12/26

    berkembang luas., serta keumuman. Kebiasaan juga harus lama dan

    bukan fenomena baru hukum medis yang dibentuk. (Kasule, 2007)

    D. Hak dan Kewajiban Dokter dan Pasien

    Menurut UU praktek kedokteran RI no 29 tahun 2004 mengatur hak dan

    kewajiban dokter dan pasien. Sesuai Pasal 51 UU no 29 tahun 2004 tentang

    Praktik Kedokteran, maka kewajiban dokter adalah sebagai berikut :

    1. Kewajiban Dokter

    a.Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standart profesi dan

    standart prosedure operasional

    b. Merujuk pasien kedokter yang mempunyai keahlian atau

    kemampuan lebih baik apabila tidak mampu melakukan

    pemeriksaan atau pengobatan

    c.Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien,

    bahkan setelah pasien meninggal dunia

    d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan,

    kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu

    melaksanakannya dan

    e.Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmukedokteran

    2. Hak Dokter

    Sesuai Pasal 50 UU no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran,

    maka hak dokter adalah sebagai berikut,

  • 7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd

    13/26

    a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas

    sesuai dengan standart profesi dan standar prosedur operasional

    b. Memberikan pelayanan medis menurut standart profesi dan

    standart prosedur operasional

    c. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien dan

    keluarganya

    d. Menjadi anggota himpunan profesi

    e. Menerima imbalan jasa.

    3. Kewajiban Pasien

    Kewajiban-kewajiban pasien pada garis besarnya adalah sebagai

    berikut :

    a. Memeriksakan sedini mungkin pada dokter

    b. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah

    kesehatannya

    c. Mematuhi nasehat dan petunjuk dokter

    d. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan

    e. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima

    4. Hak Pasien

    Dalam KODEKI terdapat pasal-pasal tentang kewajiban dokter

    terhadap pasien yang merupakan hak-hak pasien yang perlu

    diperhatikan. Pada dasarnya hak-hak pasien adalah sebagai berikut :

    a. Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri dan hak untuk mati

    secara wajar.

  • 7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd

    14/26

    b. Memperoleh pelayanan kedokteran yang manusiawi sesuai profesi

    kedokteran.

    c. Memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari dokter

    yang mengobatinya.

    d. Menolak prosedur diagnose dan terapi yang direncanakan, bahkan

    dapat menarik diri dari kontrak terapeutik.

    e. Memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran yang akan

    diikutinya.

    f. Menolak atau menerima keikutsertaannya dalam riset kedokteran.

    g. Dirujuk kepada dokter spesialis kalau diperlukan dan

    dikembalikan kepada dokter yang merujuknya setelah selesai

    konsultasi atau pengobatan untuk memperoleh perawatan atau

    tindak lanjut.

    h. mendapatkan isi rekam medis.(Hanafiah, 1999)

    E. Hubungan Dokter dengan pasien, teman sejawat dan masyarakat

    1. Hubungan dokter dengan pasien

    Hubungan dokter dan pasien secara yuridis dapat dimasukkanke dalam golongan kontrak. Dimana suatu kontrak adalah

    pertemuan pikiran ( meeting of minds ) pasien memiliki dua dari

    dua orang mengenai suatu hal ( solis ). Sifat hubungan dokter dan

    pasien mempunyai dua ciri yaitu :

    a. Adanya suatu persetujuan ( consensual,

    agreement), atas dasar saling menyetujui dari pihak

  • 7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd

    15/26

    dokter dan pasien tentang pemberian pelayanan

    pengobatan.

    b. Adanya suatu kepercayaan ( fiduciary ), karena

    hubungan kontrak tersebut berdasarkan saling

    percaya mempercayai satu sama lain.

    Bentuk hubungan kontrak dokter dan pasien ada dua yaitu :

    a. Kontrak yang nyata ( expressed contract ), Dalam bentuk ini

    sifat atau luas jangjkauan pemberian pelayanan pengobatan sudah

    ditawarkan oleh sang dokter yang dilakukan secara nyata dan

    jelas, baik secara tertulis maupun lisan.

    b. Kontrak yang tersirat ( implied contract ), Dalam bentuk ini

    adanya kontrak disimpulkan dari tindakan-tindakan para pihak.

    Timbulnya bukan karena suatu pesetujuan, tetapi dianggap ada

    oleh hukum berdasarkan akal sehat dan keadilan. ( Kasule, 2007 )

    Dalam sumpah Hippokrates yang berkaitan dengan hubungan

    dokter dan pasien dinyatakan demikian, nasihat atau obat-obat

    yang akan saya berikan kepada penderita menurut kepandaian

    saya, menurut pertimbangan saya ialah untuk kesehatan mereka,

    tidak sekali-kali untuk merugikan mereka atau untuk berbuat buruk

    terhadap mereka, saya tidak akan sekali-kali memberikan racun

    yang dapat mematikan kepda mereka yang memintanya dan

    menasehatkan untuk memakainya dan saya tidak akan memberikanseseorang perempuan menimbulkan keguguran kandungan.

    ( Gunawan, 1992 )

    2. Hubungan Dokter dengan teman sejawat

    Para dokter seluruh dunia mempunyai kewajiban yang sama.

    Mereka adalah kawan-kawan seperjuangan yang merupakan

  • 7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd

    16/26

    kesatuan aksi di bawah panji perikemanusiaan untuk memerangi

    penyakit yang merupakan salah satu pengganggu keselamatan dan

    kebahagiaan umat manusia. Etika kedokteran mengharuskan

    kepada setiap dokter untuk memelihara hubungan baik dengan

    teman sejawat sesuai dengan makna untuk memelihara hubungan

    baik dengan teman sejawat sesuai dengan makna suatu kalimat

    dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia pasal 15 : saya akan

    memberlakukan teman sejawat saya, sebagaimana saya sendiri

    ingin diperlakukan.

    Untuk menjalin dan mempererat hubungan baik antara para

    teman sejawat, maka wajiblah, setiap dokter menjadi anggota IDI

    yang setia dan aktif dengan menghadiri pertemuan-pertemuan yang

    diselenggarakan, setiap dokter mengunjungi pertemuan klinik bila

    ada kesempatan, dan hendaknya dokter yang baru menetap di suatu

    tempat , mengunjungi tewan sejawatnya yang telah berada di situ,

    tapi hal tersebut tidak perlu dilakukan di kta-kota besar, dimana

    banyak dokter yang berpraktik, tetapi cukup dengan

    pemberitahuan tentang pembukaan praktik itu kepada teman

    sejawat yang tinggal berdekatan.

    ( Kasule, 2007 )

    3. Hubungan Dokter dengan diri sendiri

    Seorang dokter mempunyai kewajiban untuk memelihara

    kesehatan diri. Seperti melakukan pemeriksaan kesehatan berkala

    sekali setahun, terutama yang telah berusia 40 tahun atau lebih.

    Juga dalam menghadapi suatu wabah haruslah bersikap hati-hati.

    Jika diperlukan imunisasi, dokter yang melakukannya terlebih

    dahulu melakukannya untuk diri sendiri. Setiap dokter wajib

    mengikuti semua procedure di dalam menjalankan pekerjaannya

    demi keselamatan dan keamanan dirinya. Selain itu seorang dokter

  • 7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd

    17/26

    juga harus belajar terus untuk mengembangkan ilmu

    pengetahuannya. Hal ini tercantum dalam pasal 18 kodeki bahwa

    setiap dokter hendaknya senantiasa mengikuti perkembangan ilmu

    npengetahuan dan tetap setia kepada cita-cita yang luhur.

    Hal lain yang kadang diremehkan tetapi penting adalah

    pengembangan kegemaran pribadi. Kadang-kadang ada dokter

    yang mempunyai kegemaran tertentu. Hendaklah hal ini

    dikembangkan, sebab banyak di antara dokter di dunia ini lebih

    terkenal karena kegemarannya dari pada jabatannya, misalnya

    sebagai penulis, ahli music, olahragawan dan sebagainya.

    ( Kasule, 2007)

  • 7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd

    18/26

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Dalam skenario 2 Berpihak pada Prosedur Tetap Rumah Sakit atau Kebijakan

    Askeskin ini dikatakan bahwa Dokter Fulan seorang dokter rumah sakit daerah

    kabupaten antah brantah. Dia mendapatkan pasien Anu, dari peserta Askeskin yang

    menderita sepsis ( infeksi berat). Pasien Anu dari peserta askeskin yaitu peserta

    Asuransi Kesehatan Keluarga Miskin. Adapun sembilan syarat keluarga miskin yaitu

    luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari delapan meter persegi, jenis lantai

    bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan, jenis dinding

    tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah atau tembok tanpa

    plester, tidak memiliki fasilitas buang air besar sendiri sehingga harus

    menggunakannya bersama dengan rumah tangga lain, sumber penerangan rumah

    tangga tidak menggunakan listrik, sumber air minum berasal dari sumur/mata air

    tidak terlindung/sungai/air hujan, bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah

    kayu bakar/arang/minyak tanah, hanya sanggup makan satu/dua kali dalam sehari dan

    tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp 500ribu. Pasien Anu menderita sepsis atau infeksi berat dengan adanya mikroorganisme

    patogen (bakteri) atau toksinnya di dalam darah atau jaringan lain. (Achadiat, 2007)

    Setelah dilakukan sensitivitas test didapatkan antibiotik yang sensitive untuk

    kondisi pasien Anu adalah Imipenem. Tes sensitivitas digunakan untuk mengetahui

    probabilitas kondisional pada seseorang yang menderita infeksi dengan uji klinis

    sehingga didapatkan suatu antibiotik yang cocok yaitu imipenem. Imipenem berharga

  • 7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd

    19/26

    sangat mahal dan tidak masuk plafon Askeskin. Imipenem adalah darah -lactam

    antibiotik termasuk ke bagian jenis dari carbapenems yang berasal dari senyawa yang

    disebut thienamycin, yang dihasilkan oleh bakteri Streptomyces cattleya. Imipenem

    memiliki berbagai kegiatan terhadap aerobik dan anaerobic Gram positif maupun

    Gram negatif bakteri. Hal ini penting terutama bagi aktivitas terhadap Pseudomonas

    aeruginosa dan Enterococcus spesies. Hal ini tidak aktif terhadap methicillin-resistant

    Staphylococcus aureus, namun. Imipenem dan obat-obatan lainnya di carbapenem

    kelas biasanya dibatasi digunakan, untuk menghindari meluas bakteri perlawanan.

    (Hanafiah, 1999)

    Dokter Fulan mendiskusikan masalah yang dia hadapi dengan dokter Oon,

    berpendapat bahwa menurut kaidah Non Maleficience, pasien ini harus segera

    mendapatkan pertolongan. Kaidah Non Maleficience yaitu tidak berbuat yang

    merugikan terhadap pasien dan mengutmakan pertolongan untuk keselamatan pasien.

    Praktik Kedokteran haruslah memilih pengobatan yang paling kecil risikonya dan

    paling besar manfaatnya. Dengan meminimalisasi akibat buruk yang akan terjadi.

    Pasien dalam keadaan yang berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu yang penting,

    dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut. Tindakan kedokteran tadi

    terbukti efektif dengan banyaknya manfaat yang diperoleh daripada kerugian dokter

    (hanya mengalami risiko minimal). (Purwadianto, 2007)

    Sedangkan dalam rumah sakit, semua pasien harus mendapatkan perlakuan

    yang sama (kaidah justice). Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan

    politik, agama dan faham kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan, statusperkawinan, serta perbedaan jender tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap

    dokter terhadap pasiennya. Tidak ada pertimbangan lain selain kesehatan pasien yang

    menjadi perhatian utama dokter. Memberi perlakuan sama untuk setiap orang

    (keadilan sebagai fairness) yaitu memberi sumbangan relatif sama terhadap

    kebahagiaan diukur dari kebutuhan mereka (kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan

    pasien yang memerlukan/membahagiakannya) dan menuntut pengorbanan relatif

  • 7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd

    20/26

    sama, diukur dengan kemampuan mereka (kesamaan beban sesuai dengan

    kemampuan pasien). Tujuannya adalah menjamin nilai tak berhingga setiap pasien

    sebagai mahluk berakal budi (bermartabat), khususnya yang-hak dan yang-baik.

    (Shahid, 2001)

    Tetapi dalam kasus pasien Anu, prima facie kaidah Non Maleficience terhadap

    kaidah justice tidak bisa diterapkan. Jangan sampai kasus ini menjadi dilemma etik.

    Pemilihan asas berdasarkan prima facie dalam kondisi atau konteks tertentu, seorang

    dokter harus melakukan pemilihan 1 kaidah dasar etik ter-absah sesuai konteksnya

    berdasarkan data atau situasi konkrit terabsah (dalam bahasa fiqh ilat yang sesuai).

    Jadi dalam kasus ini sesuai dengan kaidah Non maleficience (tidak berbuat

    merugikan) dokter sebaiknya bertindak segera menolong pasien emergensi, mencegah

    pasien dari bahaya lebih lanjut sehingga dapat meminimalisir tindakan kerugian

    namun karena kondisi ekonomi pasien Anu tidak mampu untuk membeli antibiotik

    imipenem diluar askeskin sehingga penerapan kaidah Non Maleficience terhadap

    kaidah justice dengan memberlakukan secara universal dan tidak membedakan

    pelayanan kesehatan yang diberikan tidak bisa diterapkan. Namun apabila antibiotik

    Imipenem tersebut termasuk obat life safety bagi pasien Anu maka dalam keadaan

    darurat obat tersebut bisa diberikan meskipun tidak terdapat dalam plafon askeskin.

    (Purwadianto, 2007)

    Dokter Imawan, berpendapat, bahwa prosedur pemeriksaan sensitivitas, dalam

    islam merupakan kaidah Al-urf. Kaidah Al-urf merupakan suatu kaidah kebiasaan

    juga harus lama dan bukan fenomena baru hukum medis yang dibentuk Dalam

    pemeriksaan sensitivitas merupakan hal yang sudah biasa dilakukan untuk

    mengetahui daya tahan tubuh terhadap terjadinya alergi pada suatu obat, probabilitas

    kondisional pada seseorang yang menderita infeksi dengan uji klinis agar tidak

    menimbulkan alergi pada penderita. Standar perawatan medis didefinisikan sebagai

    kebiasaan. Prinsip dasar kebiasaan atau preseden yang mempunyai kekuatan sah. Apa

    yang dianggap kebiasaan adalah apa yang biasa digunakan dan berkembang luas serta

    keumuman. (Kasule, 2007)

  • 7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd

    21/26

    Sedangkan pemilihan antibiotik Imipenem berdasarkan hasil sensitivitas tes

    telah memenuhi kaidah Al-yaqiin. Pemilihan antibiotik Imipenem merupakan

    keputusan pengobatan yang baik dengan keseimbangan probabilitas. Setiap diagnosa

    pengobatan sebagai diagnosa yang berubah dan diambil sebagai informasi baru yang

    nampak. Dalam kaidah Al-yaqiin dijelaskan bahwa tidak ada yang benar-benar pasti

    (yaqiin) dalam ilmu kedokteran, artinya tingkat kepastian (yaqiin) dalam ilmu

    kedokteran tidak mencapai standar yaqiin yang diminta oleh hukum. Diagnosa medis

    tidak bisa mencapai kepastian (yaqiin). Meskipun demikian diharapkan dokter dalam

    mengambil keputusan medis, mengambil keputusan dengan tingkat probabilitas

    terbaik dari yang ada. Termasuk pula dalam hal diagnosis, perawatan medis

    didasarkan dari diagnosis yang paling mungkin. (Usman, 1997)

    Sedangkan kebijakan yang dijalankan Askeskin juga merupakan penerapan

    kaidah Al-urf dan Al-yaqiin untuk membuat generalisasi aturan agar pembiayaan

    efisien. Jadi dalam kaidah Al-urf kebijakan tersebut atau Asuransi Kesehatan

    Keluarga Miskin sudah biasa diberikan kepada warga miskin yang tidak mampu

    secara ekonomi dan dijalankan sesuai prosedur yang ada dalam plafon askeskin. Oleh

    karena itu dalam keadaan darurat dengan kaidah Al-yaqiin bahwa seorang dokter

    sudah yakin dalam menentukan diagnosa dan pemilihan obat antibiotik Imipenem

    kepada pasien Anu sesuai dengan infeksi yang di derita. (Musbikin, 2001)

    Yang jadi masalah ternyata ilat-nya berubah. Sehingga harus ada kaidah yang

    dimenangkan mengatasi pertentangan kaidah tersebut. Apabila ilat atau sebab/ alas

    an tertentu yang mengakibatkan kita mengambil suatu tindakan atau keputusan

    tertentu sesuai keadaan. Sehingga menyebabkan perubahan dalam prima facie yang

    mengharuskan seorang dokter memilih satu kaidah dasar bioetik yaitu Non

    Maleficience terhadap kaidah justice dengan segera menolong pasien emergency,

    mengobati pasien Anu dengan memberikan obat antibiotik Imipenem secara

    proporsional dan mencegah pasien dari bahaya meskipun mengesampingkan kaidah

    justice karena suatu keadaan yang darurat demi keselamatan hidup pasien.

    (Gunawan, 1991)

  • 7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd

    22/26

    BAB IV

    KESIMPULAN dan SARAN

    A. Kesimpulan

    1. 4 kaidah dasar bioetik kedokteran modern meliputi

    respect for person (autonomy), benefince (kebaikan), Non-Melaficence dan

    justice (keadilan)

  • 7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd

    23/26

    2. 5 kaidah dasar bioetik islam meliputi kaidah niatan,

    kaidah Al-Yaqiin, kaidah Al-Dhahrar, kaidah Al-masyaaqqat dan kaidah Al-Urf

    3. Salah satu kewajiban seorang dokter adalah

    memberikan pelayanan medis sesuai dengan standart profesi dan standart

    procedure operasional

    4. Dalam pengambilan keputusan medis seorang dokter

    islam harus melihat pada kaidah dasar bioetik kedokteran modern dan islam

    5. Salah satu hak pasien adalah mendapatkan pelayanan

    medis yang manusiawi sesuai prosedur kesehatan

    6. Bila dalam keadaan darurat penggunaan askeskin tidak

    berlaku, tapi yang berlaku adalah life safety (mengutamakan keselamatan) pasien

    7. Prima facie digunakan untuk menentukan pemilihan 1

    kaidah dasar etik ter-absah sesuai konteksnya berdasarkan data atau situasi

    konkrit terabsah

    8. Prosedur pemeriksaan sensitivitas dalam islam

    merupakan kaidah Al-urf (kaidah kebiasaan) yang biasa digunakan dan

    berkembang luas serta keumuman

    9. Pemilihan antibiotik Imipenem berdasarkan hasil

    sensitivitas tes telah memenuhi kaidah Al-yaqiin keputusan dengan tingkat

    probabilitas terbaik dari yang ada

    10. Hubungan dokter dengan pasien di dasarkan pada

    adanya suatu persetujuan (agreement) dan suatu kepercayaan (fiduciary)

    B. Saran

    1. Sebaiknya seorang dokter tidak terikat pada suatu instansi tertentu (apotek,

    laboratorium dll ) dalam memberikan rujukan pada pasien

    2. Sebaiknya seorang dokter dapat menentukan keputusan kaidah mana yang akan

    digunakan sesuai dengan kondisi dan konteks masalah yang dihadapi

    3. Sebaiknya penentuan pemilihan kaidah atau keputusan jangan sampai

    menimbulkan dilemma etik di kalangan masyarakat

  • 7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd

    24/26

    4. Sebaiknya pelayanan medis pada pasien yang menggunakan askeskin tidak

    dibedakan dengan pasien-pasien lain

    5. Sebaiknya seorang dokter dalam keadaan darurat lebih mementingkan

    keselamatan pasien (life safety)

  • 7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd

    25/26

    BAB V

    DAFTAR PUSTAKA

    Achadiat, M.Chrisdiono. 2007.Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam

    Tantangan Zaman. Jakarta : EGC

    Gunawan, 1992.Memahami Etika Kedokteran. Yogyakarta : Kanisius

    Hanafiah, Jusuf. 1999.Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta : EGC

    J. Guwandi, 1991.Etika dan Hukum Kedokteran. Jakarta : Balai Penerbitan Fakultas

    Kedokteran Universitas Indonesia

    Kasule, Omar Hasan. 2007. Kuliah Kedokteran Islam. Yogyakarta : Forum

    Kedokteran Islam Indonesia

    Musbikin, Imam . 2001. Qawaid al-Fiqhiyah. Jakarta: Raja Grafindo Persada

    Purwadianto, Agus. 2007. Segi Kontekstual Pemilihan Prima Facie Kasus Dilemma

    Etik dan Penyelesaian Kasus Konkrit Etik, dalam bahan bacaan Program Non

    Gelar. Jakarta : Blok II Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

  • 7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd

    26/26

    Rosyadi, Imron. 2008. Ber-islam: Menuju Keshalehan Individual dan Sosial.

    Surakarta: LPID Universitas Muhammadiyah Surakarta

    Shahid Athar, MD, 2001. SeriKedokteran Islam; Islam dan Etika Kedokteran.

    Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

    Usman, Muhlish. 1997. Kaidah-Kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyah. Jakarta: Raja

    Grafindo Persada

    http://www.nejm.nih.gov/medlineplus/healthtopics/medical-bioethics.html

    http://www.medscape.org/resources/jurnal/medical-bioethics-and-law-healthy.pdf

    http://www.pubmed.com/2009/01/.askeskin.html

    http://www.cochrane.org/2009/05/medical-bio ethics.html

    http://www.emedicine.com/2009/03/gov/pricipleof bioethic.html

    http://www.cochrane.org/2009/05/medical-bioethics.htmhttp://www.cochrane.org/2009/05/medical-bioethics.htmhttp://www.cochrane.org/2009/05/medical-bioethics.htm