etos kerja

Upload: ayomi-hadi-kharisma

Post on 12-Oct-2015

63 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

etos kerja

TRANSCRIPT

Kata PengantarSegala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya dalam proses pengerjaan makalah tugas besar Agama mengenai ibadah dan pengaruhnya terhadap etos kerja, sebagai syarat untuk melengkapi nilai semester ganjil 2012/2013.Semoga makalah yang saya buat dapat memberikan dan menjadikan pengetahuan yang dimiliki menjadi ilmu yang bermanfaat. Saya sangat mengharapkan sumbangan pikiran, saran, dan kritik yng bersifat membangun dari semua pihak agar dapat melakukan perbaikaan-perbaikan di masa yang aakan datang.Akhir kata saya mengucapkan maaf apaabilaa ada kesalahaan dalam penyusunan makalah ini.

Jakarta, januari 2013

(Danang Yanuarianto)

PendahuluanEtos adalah sifat, watak dan kualitas kehidupan batin, moral dan gaya estetis serta suasana hati. Secara ringkas etos adalah sikap mendasar terhadap diri dan terhadap dunia yang direfleksikan dalam kehidupan. Etos kerja adalah refleksi dari sikap hidup yang mendasar dalam menghadapi kerja. Sebagai sikap hidup yang mendasar, maka etos kerja pada dasarnya merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilai-nilai yang berdimensi transenden.Pebentukan dan penguatan etos kerja tidak semata-mata ditentukan oleh kualitas pendidikan atau prestasi yang berhubungan dengan profesi dan dunia kerja, tetapi juga ditentukan oleh faktor-faktor yang berhubungan erat dengan inner life-nya, suasana batin, semangat hidup, yang bersumber pada keyakinan atau iman.Etos kerja dalam Islam dapat disederhanakan menjadi kemasan amar maruf nahi munkar. Makna amar maruf nahi munkar sendiri bisa bersifat untuk diri sendiri dan orang lain. Artinya, makna itu harus terinternalisasi pada setiap diri manusia untuk kemudian bersifat out ward pada orang lain dan lingkungannya]. Etos kerja dalam Islam pada dasarnya merupakan perwujudan nilai-nilai moralitas dan intelektualitas, sebagai kesatuan penjelmaan dari abd dan khalifah. Moralitas dapat dilihat sebagai penjelmaan wawasan batin abd, yang fungsinya memberikan arah, tujuan dan pemaknaan dalam mengaktualisasikan daya-daya intelektualnya. Intelektualitas adalah penjelmaan kecerdasan khalifah yang fungsinya untuk merumuskan konsep-konsep pemikiran yang mendalam dan menyeluruh untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi manusia dalam segala aspek kehidupannya secara konkrit.Unsur-unsur etos kerja. Unsur-unsur etos kerja, baik dalam konsep kapitalis maupun Islam tidak mempunyai perbedaan yang esensial. Keduanya mempunyai persamaan yang meliputi hemat dalam menggunakan uang, menyerahkan sesuatu pekerjaan pada ahlinya dengan tujuan menyerahkan keprofesionalan dalam kerja, pembagian waktu dan efisiensi, serta memiliki jiwa wiraswasta. Hanya saja dalam Islam, jika hasil kerja yang diperoleh memiliki kelebihan diwajibkan untuk menyisihkan sebagian hartanya untuk fakir-miskin, anak yatim melalui zakat. Kerja dalam Islam didasarkan pada tiga unsur, yaitu tauhid, takwa dan ibadah. Tauhid mendorong bahwa kerja dan hasil kerja adalah sarana untuk mentauhidkan Allah SWT, sehingga terhindar dari pemujaan terhadap materi. Takwa adalah sikap mental yang mendorong untuk selalu ingat, waspada dan hati-hati memelihara diri dari noda dan dosa, menjaga keselamatan dengan melakukan kebaikan dan menghindari keburukan. Ibadah artinya melaksanakan usaha atau kerja dalam rangka beribadah kepada Allah SWT, sebagai realisasi dari tugasnya menjadi khalifah fil ardl, untuk mencapai kesejahteraan dan ketentraman di dunia dan di akhirat.Amal ibadah paling pokok yang berpengaruh diantaranya adalah sholat. Shalat terhadap Kualitas Etos Kerja Berkaitan dengan shalat yang memiliki esensi sebagai media interaksi dengan Tuhan doa dan tiang agama, maka saat musholli mampu mendapatkan esensi dan memahami hikmah dan menghayatinya, maka sebagaimana pendapat-pendapat di atas akan memunculkan sikap dan perilaku yang berdasar pemahaman dan penghayatannya terhadap agama. Dan Shalat sebagai tiang agama, maka akan sangat berhubungan apabila kualitas dan kuantitas shalat semakin baik, maka sikap dan perilaku musholli juga akan semakin baik, termasuk di dalam sikap dan perilaku etos kerja.Musa Asyarie berpendapat bahwa setiap tahap perkembangan agama (religiusitas) seseorang akan mempengaruhi etos kerjanya.[11] Pada puncak fase perkembangan seseorang (fase ketiga) maka etos kerja yang dibangunnya adalah etos kerja yang memperteguh kemanusiaan yang membebaskan manusia dari segala macam bentuk perhambaan pada ciptaannya sendiri. Etos kerja yang memacu kreativitas dan produktivitas manusia untuk pembebasan dari segala bentuk perhambaan pada hal-hal yang bersifat sementara. Etos kerja yang meletakkan uang, kekuasaan dan ilmu pengetahuan bukan sebagai tujuan, melainkan alat perjuangan spiritual yang mencerahkan dan memperteguh kemanusiaan. Dinamika psokilogi yang terjadi dalam pengaruh nilai-nilai shalat terhadap profesionalisme kerja (beretos kerja tinggi) adalah sebagai berikut:1. Niat Ikhlas; musholli yang mampu membangun niat ikhlas dalam melaksanakan shalat berarti mempunyai kekuatan visi yang sangat kuat. Artinya shalat yang bagi banyak orang hanya merupakan rutinitas jasadiyah tanpa makna, maka apabila individu yang mampu keluar dari kungkungan tersebut, berarti telah menemukan visi dalam hidupnya. Dalm konteks dunia kerja, visi ini sangat penting untuk memberikan paradigma dan misi serta tujuan yang jelas bagi apa yang akan dikerjakan seseorang. Sangat berbeda individu yang bekerja dengan pengetahuan dan pemahaman bahwa pekerjaannya mempunyai tujuan dan individu yang bekerja tanpa tujuan. Seorang akademisi yang melakukan penelitian untuk menyelesaikan problem kemanusiaan akan sangat berbeda dengan akademisi yang melakukan penelitian hanya untuk memenuhi poin untuk kenaikan pangkat.2. Jalan Lurus; Masih berkaitan dengan niat di atas, di samping memberikan kekuatan visi juga akan memberikan nilai-nilai moral bagi musholli, yang mana hal ini juga akan terefleksi dalam dunia kerja yang ditekuninya. Kalau saat ini banyak orang yang rajin shalat namun maksiat juga terus adalah disebabkan yang bersangkutan belum melaksanakan shalat secara benar. Dalam fase perkembangan musholli, ia belum sampai pada fase paling awal, yaitu fase keyakinan, bahkan sangat mungkin shalatnya adalah bukan untuk shalat, tapi untuk yang lain.3. Nilai-nilai kedisiplinan; seseorang yang dengan baik menjaga shalatnya, akan terinternalisasi dalam dirinya nialai-nilai disiplin. Hal ini karena shalat mempunyai nilai-nilai kedisiplinan yang terletak pada waktu, menjaga kesucian, dan menjaga dari yang membatalkan shalat, bahkan lebih dalam lagi, menjaga hati yang dapat membatalkan shalat. Nilai-nilai kedisiplinan ini akan membentuk musholli mempunyai kedisiplinan yang tinggi dalam sikap dan perilakunya. Dalam konteks profesionalisme kerja ia akan disiplin dalam waktu dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan bersama.4. Fokusing; Mushollli yang sudah mampu melaksanakan shalat tidak hanya roboh-roboh gedang, namun juga mampu khusyu berarti ia mampu melakukan konsentrasi secara ketat. Dalam konteks dunia pekerjaan individu yang mampu menfokuskan dirinya pada target, maka kemungkinan mencapai keberhasilan terbuka daripada individu yang tidak mampu bekrja secara terfokus.5. Komitmen pada kemanusiaan; Musholli yang memahami dan menghayati aktivitas shalatnya, maka terinternalisasi dalam dirinya nilai-nilai kepedulian terhadap kemanusiaan.ibadahadalah penghambaan kepada Allah semata, namun semua ibadah kita harus memiliki implikasi kerja, implikasi sosial. Bahkan tata urutan ibadah selalu terkait dengan kerja. Shalat, misalnya, didasari dengan wudlu (penyucian diri), diawali dengan takbir (pengagungan kepada Allah), dan diakhiri dengan salam ke kanan dan kekiri. Salam adalah menyebarkan kedamaian, kesejahteraan dan keselamatan. Pesannya sangat jelas! Kegiatan ibadah shalat berupa ibadah penyucian diri, dan mengagungkan Allah, harus dibuktikan dengan menyebarkan kedamaian, kesejahteraan dan keselamatan kepada lingkungan. Dan itu tidak bisa tidak- dilakukan dengan kerja, action.Secara jelas Al-Quran menyebut pesan moral atau tujuan dari shalat berkaitandengan kerja. dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar (QS Al-Ankabut: 45)

Begitu juga ibadah shaum (puasa) yang merupakan ibadah pengendalian nafsu dan penyucian diri, diakhiri dengan zakat fitrah, yaitu berbagi kepada sesama. Tidak berbeda dengan shalat, puasa juga harus mampu melahirkan semangat kerja. Haji diawali dengan wukuf (berdiam diri), dilanjutkan dengan tawaf, melempar jumrah, dan sa. Semuanya action.Semua kegiatan ibadah memiliki benang merah yang sama. Kegiatan ibadah adalah merupakan penyucian jiwa, pengisian dengan sifat-sifat suci Allah, pengagungan dan berkomunikasi dengan Allah, yang harus diwujudkan dalam amal shaleh kerja- kepada sesama.Dinamisnya ibadah dalam Islam juga terlihat pada arsitektur masjid. Berbeda dengan tempat ibadah agama lain yang dirancang tertutup, sepi, kadang kalau perlu gelap, jauh dari keramaian. Masjid selalu bercirikan terang, terbuka, banyak jendela, dan berada di dalam pusat aktivitas manusia. Bahkan dalam sejarah Nabi, pengaturan umat selalu dilakukan di dalam masjid.Ketinggian Kerja dalam Al-Quran dan Sunah Nabi.Al-Quran dalam banyak sekali ayat, menyebutkan bahwa iman saja tidak cukup, tetapi harus disertai dengan amal shaleh, kerja, action. Tidak cukup iman saja tetapi harus dimanifestasikan dengan amal. Cukuplah, dinukilkan surat Al-Ashr untuk mewakili ayat-ayat tentang iman dan amal shaleh.Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.Dari ciri-ciri orang yang tidak rugi, selain keimanan semuanya berkaitan dengan kerja; amal shaleh, menasehati, menaati kebenaran, menetapi kesabaran.Al-Quran juga memerintahkan agar kita selalu mencari karunia Allah di bumi dengan bekerja sebagai ungkapan rasa syukur, bahkan setelah shalat pun kita dianjurkan untuk segera bertebaran di muka bumi untuk bekerja. Sebagaimana disebut dalam ayat-ayat berikut.. Dan bekerjalah, Wahai Keluarga Daud, sebagai (ungkapan) syukur (kepada Allah) (QS 34;14)Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagimu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. (QS 67:15)Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.( QS 62: 10)Dalam hadis juga banyak diungkapkan tentang orang-orang yang utama, kebanyakan berkaitan dengan kerja, tindakan, action. Berikut di antaranya hadis-hadis yang terkenal:Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik perangainya/ akhlaqnyaSebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusiaMuslim yang terbaik adalah muslim yang muslim lainnya selamat/merasa aman dari gangguan lisan dan tangannya.Sebaik-baik kamu adalah yang belajar Al-Quran dan mengajarkannyaSebaik-baik kamu adalah yang terbaik (berperilaku) kepada keluarganyaTangan diatas lebih baik daripada tangan di bawahSebaik-baik kamu ialah orang yang mempertahankan keluarganya selagi perbuatan itu tidak membawa kepada dosaBarangsiapa yang menjadi susah pada petang hari kerana kerjanya, makaterampunlah dosanya. (Hadis riwayat Tabrani)Bekerja bukan hanya dianjurkan untuk memberi manfaat kepada manusia, tetapi juga sangat dipuji jika bermanfaat bagi makhluk yang lain.Rasulullah S.A.W. bersabda, Seorang muslim yang menanam atau menabur benih, lalu ada sebahagian yang dimakan oleh burung atau manusia, atapun oleh binatang, nescaya semua itu akan menjadi sedekah baginya (Riwayat Bukhari, Muslim dan Ahmad).Ketika menyebutkan ciri-ciri orang yang beriman, baik dalam Al-Quran selalu menyebut dengan amal, kerja, kegiatan, atau action. Misalnya ciri-ciri orang beriman dalam surat Al-Mukminun 1-11, yang menyebutkan ciri orang beriman sebagai orang yang khusyu shalat, berzakat, meninggalkan perbuatan yang sia-sia, menjaga kehormatan (kemaluan), dan menjaga amanat. Dalam Hadis terkenal misalnya ciri orang beriman adalah berkata baik atau diam, menghormati tetangga. Kebanyakan ciri-ciri orang beriman berkaitan dengan amal nyata atau kerja.Suatu ketika, Rasulullah mencium tangan kasar seseorang karena bekerja keras sebagai pemecah batu dan beliau memujinya bahwa tangan itu dicintai Allah. Subhanallah, Kerja Keras Para Nabi dan Orang-orang ShalihKemudian kalau kita pelajari sejarah para Nabi AS, apalagi sejarah Nabi Muhammad SAW, para sahabat Nabi, hingga zaman keemasan Islam semua memiliki teladan yang sama, yaitu kerja keras membangun diri dan masyarakat. Tidak ada satu pun contoh-contoh dari mereka yang hanya mementingkan ibadah ritual semata.Sebagai contoh akan diulas singkat teladan Nabi Musa AS dan Nabi Muhammad SAW. Di antara para rasul yang paling banyak dikisahkan dalam Al Quran adalah Nabi Musa AS. Kalau dilihat kisahnya, berisi perjuangan luar biasa membina masyarakat Bani Israil. Mulai dari hijrah bertemu Nabi Syuaib AS, menghadapi Firaun, memimpin exodus besar-besaran Bani Israil dari Mesir ke Palestina yang memakan waktu puluhan tahun, hingga yang sangat menyita waktu adalah memberi dakwah kepada Bani Israil yang sangat ngeyel.Begitu juga Nabi Muhammad SAW, beliau tidak hanya menghabiskan waktu untuk berzikir saja. Baik pada periode Makkah maupun Madinah, beliau bekerja keras mendakwahkan Islam person to person, membina mental sahabat, membentuk kader, membangun masyarakat, memimpin perang, mengatur strategi, membuat perundingan, dan lain-lain. Kalau kita pelajari detil sejarah Nabi Muhammad SAW, kita dapati hari demi hari, tahun demi tahun yang penuh perjuangan dan kerja keras bersama para sahabat. Pada saat Rasulullah SAW wafat umat Islam menguasai hampir seluruh jazirah Arab.Hal ini dilanjutkan oleh para Khalifah Rasyidah, hingga dalam waktu singkat (terutama masa Umar Al-Faruq) Islam menyebar dengan penaklukan Persia (superpower masa itu) ke barat hingga ke Afrika berhadapan dengan Bizantium (superpower yang lain). Kemudian sejarah berlanjut hingga penaklukan Eropa, India, sehingga umat Islam menjadi pusat peradaban dan ilmu pengetahuan pada saat itu. Sejarah yang luar biasa! Dan itu dicapai dengan kerja keras, bukan hanya ibadah ritual semata.Secara pribadi, kita juga mendapati Rasulullah SAW dan para sahabat adalah orang-orang yang menyukai kerja. Rasulullad SAW selain bekerja untuk umatnya, beliau melubangi sendiri sandalnya, menambal sendiri bajunya, memeras sendiri susu kambingnya dan melayani keluarga. Subhanallah, Rasulullah adalah pemimpin sejati!Kerja: Gerak Universal alam semestaAl-Quran memuat sangat banyak kejadian-kejadian alam semesta, bahkan menurut Dr Mahdi Ghulsyani (cendekiawan muslim Iran) hingga 10% dari ayat-ayat Al-Quran. Semua berpusat pada ketundukan, tasbih dan sujud jagad raya pada Tuhannya. Salah satu di antaranya, Bertasbihlah kepada Allah semua yang ada di langit dan di bumi, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana(QS 61:1)Kita tidak tahu bagaimana tasbih alam semesta, namun manifestasinya sangat jelas. Manifestasi dari tasbih dan sujud alam semesta adalah aneka kerja yang kontinu dan teratur dari alam semesta. Gerakan aneka benda langit pada orbitnya, reaksi fusi bintang-bintang yang menyebarkan energi kepada lingkungan, pengembangan alam semesta, sebagai contoh di antaranya. Semua bergerak, bekerja, dan berproses, itulah bentuk ibadah mereka yang bisa kita lihat. Di antara bentuk ibadah batu misalnya adalah dengan meluncur jatuh, sebagaimana ayat, .. dan di antaranya (batu) ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah(QS 2:74)Banyak sekali ayat-ayat tentang alam semesta, dari yang besar mengenai galaksi hingga hewan-hewan kecil seperti semut, semua mengikuti perintah Allah dengan bekerja secara terus menerus. Sehingga kita bekerja pada dasarnya adalah seirama dengan gerak universal alam semesta, seirama dengan sujud alam semesta. Kahlil Gibran dalam Sang Nabi membuat puisi yang sangat indah:Kau bekerja, supaya langkahmu seiring irama bumiSerta perjalanan roh jagad ini Berpangku tangan menjadikanmu orang asing bagi musim, Serta keluar dari kehidupan itu sendiriYang menderap perkasa, megah dalam ketaatannya Menuju keabadian masa Bekerja sebagai Pengabdian kepada Allah SWT Kalau sekedar bekerja, bukankah semua orang melakukan, umat lain melakukannya? Bahkan kaum ateis pun bekerja. Lalu apa bedanya?Tentu ajaran bekerja para Nabi sangat berbeda. Bekerja dalam ajaran Islam adalah manifestasi dari iman. Bekerja adalah sebagai bagian dari ibadah. Sedang bagi umat yang lain, mungkin hanya sekedar mengisi waktu, mengejar harta, dll.Berikut secara ringkas ciri bekerja sebagai pengabdian kepada Allah SWT:1. Motivasi kerja : pengabdian kepada atau mencari ridha Allah SWT2. Cara kerja : sesuai/tidak bertentangan dengan syariat Islam3. Bidang kerja : yang halal, baik/maruf4. Manfaat kerja : kebaikan, kesejahteraan, keselamatan bagi semua (rahmatan lil alamin)Dengan bekerja sebagai motivasi ibadah, semestinya selalu memberikan yang terbaik. Selalu bekerja semaksimal mungkin, bukan seadanya. Itulah yang disebut sebagai ihsan (berbuat baik) atau itqan(hasil terbaik). Allah bahkan memerintahkan kita meniru karya Allah dalam bekerja, maka berbuat baiklah (fa ahsin) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu(QS 28:77) Bekerja dengan motivasi di atas semestinya juga akan melahirkan kerja keras,tegar, jujur, dan profesional dalam kondisi apa pun. Berbeda dengan motivasi jabatan misalnya, hanya bekerja ketika ada iming-iming atau konsekuensi jabatan, jika tidak dia akan enggan. Sedang bekerja dengan motivasi ibadah semesteinya akan bekerja dengan semangat meski imbalan langsung tidak nampak, meskipun uang sedikit, meski tidak ada yang melihat, meski tidak dipuji atasan. Karena memang motivasinya adalah pengabdian kepada Allah SWT. Sedang Dia selalu ada, selalu mengawasi, selalu mengetahui apa yang kita lakukan.Kalau demikian, mengapa bangsa muslim kini justru identik dengan bangsa yang malas, tidak dapat dipercaya, tidak disiplin, kurang etos kerja, bahkan :korup!? Ini kenyataan yang harus kita akui bersama, dan menjadi tugas kita bersama untuk memperbaiki. Mulai dari diri sendiri, di sini dan sekarang! Ternyata kini kita bekerja jauh dari semangat dan nilai-nilai Islam dan teladanpara pendahulu kita. Kita juga memandang agama dengan cara yang salah. Kita menganggap kerja dan ibadah adalah dua hal yang berbeda dan terpisah. Akibatnya adalah sikap mendua (split personality) dalam bekerja. Maka kini kita dapati kenyataan aneh seperti orang yang rajin beribadah (ritual) namun rajin juga menilap aset kantor, bahkan milik masyarakat, tidak jujur, atau suka main terabas.Kita sudah shalat, namun shalat kita belum mampu membangun karakter sehingga mampu mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Kita belum bisa menjadikan puasa sebagai perisai kita melawan tarikan nafsu-nafsu yang rendah. Kita belum mampu menjadikan haji sebagai total pengabdian kepada Allah SWT.Masya Allah, kita beragama namun menjauh dari nilai-nilai agama. Kita beribadah ritual namun kita semakin menjauh dari petunjuk Allah. Kita lebih memilih topeng dalam beragama. Kita memilih kulitnya, lalu membuang isinya.Akhirnya, marilah kita jadikan setiap ayunan langkah kita dalam bekerja sebagai zikir kita kepada Allah SWT. Kita jadikan setiap gerakan tangan kita dalam bekerja sebagai tasbih kita kepadaNya. Kita jadikan setiap ucapan dan pikiran dalam bekerja sebagai sujud dan syukur kita kepada Rabbul Izzati.

Ciri-ciri orang yang mempunyai dan menghayati etos kerja akan tampak dalam sikap dan tingkah lakunya yang berlandaskan pada suat keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu ibadah dan berprestasi itu indah.Seorang muslim sangat kecanduan untuk beramal saleh.Adasemacam dorongan yang sangat luar biasa untuk memenuhi hasrat memuaskan dahaga jiwanya yang hanya terpenuhi bila dia berbuat kesalehan tsb, yaitu :1.Kecanduan terhadap waktuWaktu adalah ladang kehidupan,kewajiban kita adalah menebar benih di atas ladang sang waktu untuk kemudian menikmatinya. Bila kita malas bersiaplah untuk memetik buah kemiskinan .Bila kita menanam kerja keras bersiaplah menuai keberhasilannya. Seorang muslim bagaikan kecanduan waktu. Dia tidak mau ada waktu yang hilang dan terbuang tanpa makna. Seseorang yang memiliki etos kerja sadar bahwa kehadirannya dimuka bumi bukanlah sekedar untuk being melainkan ada semangat yang menggelora untuk mengisi waktu menuju kepada tingkatan becomingdan akhirnya memperoleh nilai disisi Allah dan menjadi bagian dari khairu ummah.2.Memiliki moralitas yang bersih (Ikhlas)Salah satu kompetensi moral yang dimiliki seseorang yang berbudaya kerja islami adalah nilai keikhlasan.Ikhlas merupakan bentuk bentuk dari cinta,bentuk kasih sayang dan pelayanan tanpa ikatan. Mereka memandang tugasnya sebagai pengabdian, sebuah keterpanggilan untuk menunaikan tugas-tugasnya sebagai salah satu bentuk amanah yang seharusnya demikian mereka lakukan. Segala sesuatu yang mengotori tugas dirinya berarti menghianati cinta dan karenanya berubah menjadi penghianatan terhadap amanah.3.Kecanduan kejujuranPrilaku jujur adalah prilaku yang diikuti oleh sikap tanggungjawab atas apa yang diperbuatnya tersebut atau integritas. Integritas dan kejujuran bagaikan dua sisi mata uang. Seseorang tidak cukup hanya memiliki keikhlasan dan kejujuran tetapi dibutuhkan pula nilai pendorong lainnya yaitu integritas. Akibatnya mereka siap menghadapi resiko dan seluruh akibatnya akan dihadapi dengan gagah berani. Budaya kerja islami sangat mendorong untuk melahirkan seseorang yang profesional sekaligus memiliki integritas yang tinggi.4.Memiliki komitmen (Aqidah,Aqad,Itiqad)Komitmen adalah keyakinan yang mengikat (aqad) sedemikian kukuhnya sehingga membelenggu seluruh hati nuraninya dan kemudian menggerakkan prilaku menuju arah tertentu yang diyakininya (Itiqad). Daniel Goldman penulis buku laris Working with Emotional Intellegencemelaporkan hasil penelitiannya, Orang yang berkomitmen adalah para warga perusahaan teladan.Mereka bersedia menempuh perjalanan lebih panjang dan berjuang keras menghadapi tekanan dan tantangan , Goldman mengindentifikasikan ciri-ciri orang yang berkomitmen antara lain sbb:-Siap berkorban demi pemenuhan sasaran perusahaan yang lebih penting-Merasakan dorongan semangat dalam misi yang lebih besar-Menggunakan nilai-nilai kelompok dalam pengambilan keputusan dan penjabaran pilihan-pilihanDalam komitmen tergantung sebuah tekad,keyakinanyang melahirkan bentuk vitalitas yang penuh gairah. Mereka yang memiliki komitmen tidak mengenal kata menyerah,hanya akan berhenti bila kematian datang atau kiamat tiba.5.Istiqomah,Kuat PendirianPribadi muslim yang profesional dan berakhlak memiliki sikap konsisten yaitu kemampuan untuk bersikap secara taat asas,pantang menyerah dan mampu mempertahankan prinsip serta komitmennya walau harus berhadapan dengan resiko yang membahayakan dirinya. Seorang yang istiqamah tidak mungkin berubah dan berbelok arah betapapun godaan untuk mengubah tujuan begitu memikatnya.6.Kecanduan DisiplinDisiplin adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dengan tenang dan tetap taat walaupun dalam situasi yang sangat menekan.Pribadi yang berdisiplin sangat berhati-hati dalam mengelola pekerjaan serta penuh tanggungjawab memenuhi kewajibannya. Disiplin adalahkebiasaan positif yang harus terus dipupukdan ditingkatkan dari waktu ke waktu.7.Konsekuen dan berani menghadapi tantangan (Challenge)Orang yang konsekuen mempunyai kemampuan untuk mengendalikan dan mengelola emosinya menjadi daya penggerak positif untuk menapaki keyakinannya.8.Memiliki sikap Percaya DiriPercaya diri melahirkan kekuatan ,keberanian dan tegas dalam bersikap. Berani mengambil keputusan yang sulit walaupun harus membawa konsekuensi berupa tantangan atau penolakan. Orang yang pecaya diri angkas mengambil keputusan tanpa tampak arogan atau defensif dan mereka teguh mempertahankan pendiriannya.Sikap percaya diri memiliki ciri-ciri antara lain :-Berani untuk menyatakan pendapat atau gagasannya sendiri walaupun hal tsb beresiko tinggi.-Mampu menguasai emosinya walaupun berada dalam tekanan berat.-Memiliki independensi yang sangat kuat sehingga tidak mudah terpengaruh oleh sikap orang lain walaupun pihak lain adalah mayoritas.9.KreatifPribadi muslim yang kreatif selalu ingin mencoba metode atau gagasan baru dan asli sehingga hasil yang diharafkan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Goldman merangkum ciri-ciri orang yang kreatif (staf performer) antara lain sbb :-Memiliki motivasi yang kuat untuk berprestasi-Komitmen terhadap misi dan visi perusahaan atau kelompok-Inisiatif dan optimismeAdapun karakteristik orang yang kreatif menurut Pengarang dapat terpenuhi melalui beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:-Keterbukaan-Pengendapan-Reproduksi-Evaluasi-Pengembangan diri10.BertanggungjawabTaqwa merupakan bentuk rasa tanggungjawab yang dilaksanakan dengan penuh rasa cinta dengan menunjukkan amal prestatif di bawah semangat pengharapan ridha Allah.Tanggungjawab = menanggung dan memberi jawaban. Pengertian taqwa dapat ditafsirkan sebagai tindakan bertanggungjawab dapat didefinisikan sebagai sikap dan tindakan seseorang di dalam menerima sesuatu sebagai amanah;dengan penuh rasa cinta ia menunaikannya dalam bentuk pilihan-pilihan yang melahirkan amal prestatif.

Dalam bekerja, seorang individu akan dihadapkan pada tiga bentuk tanggung jawab, yaitu, tanggung jawab terhadap Tuhannya (Allah SWT), dan tanggung jawab terhadap diri sendiri.Dalam kaitannya dengan tanggung jawab terhadap Allah, dapat diperincikan sebagai berikut:1. 1.Iman sebagai landasan bekerjaBekerja adalah manifestasi keimanan. Dengan kata lain, poros dari kerja adalah tauhid. Hal ini didorong oleh firman Allah: Dalam ayat ini terkandung perintah (amar) yang berarti bahwa hal itu hukumnya wajib dilaksanakan. Ini artinya siapa pun mereka yang secara pasif berdiam diri, tidak mau berusaha untuk bekerja, maka dia telah menghujat perintah Allah, dan sadar atau tidak, sesungguhnya orang tersebut sedang menggali kubur kanistaan bagi dirinya sendiri. Iman kepada Allah mendasari setiap aktivitas kerja seseorang.Landasan keimanan menghindarkan manusia untuk mengeksploitasi terhadap sumber-sumber alam dengan cara yang melampaui batas. Sesungguhnya rezeki Allah itu melimpah tak terbatas, namun Allah juga menetapkan takaran dan ukuran, sehingga manusia tidak bisa seenaknya saja melakukan eksploitasi melampaui batas. Hal ini bisa terjadi karena sifat manusia yang loba dan cenderung melampaui batas. Sebagaimana firman Allah yang artinya, Jika Allah melapangkan rezeki-rezeki kepada hamba-hamba-Nya, tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, Padahal Allah mengatur apa yang dikehendakinya dengan ukuran-ukuran. Oleh sebab itu, manusia harus bisa mengendalikan dirinya, antara lain dengan cara bersyukur yang berarti menyadari karunia Allah yang murah itu sehingga ia mampu bertindak rasional.1. 2.Senantiasa BersyukurManusia diperintahkan untuk senantiasa bersyukur atas rezeki yang diperolehnya, bersyukur karena terlepas dari mara bahaya dan dianugerahkan nikmat kehidupan. Manusia tidak boleh menyombongkan diri atas kelebihan-kelebihan yang telah diperolehnya, karena semua itu hanya titipan dari Allah yang diberikan kepadanya. Untuk mewujudkan rasa syukur itu, manusia diperintahkan untuk menunaikan shalat dan berkorban. Dari perspektif psikologis, perasaan bersyukur akan memberi kepuasan pada diri sendiri, selanjutnya akan menghilangkan rasa resah jika memperoleh sesuatu yang dicita-citakan. Islam juga mengajarkan agar manusia melihat ke bawah yaitu mereka yang kurang bernasib baik supaya jiwa mereka tenang. Pengaruh kejiwaan terbesar yang muncul dari rasa bersyukur adalah ketenangan jiwa yang tidak bisa dibeli atau dinilai dengan uang.Sedangkan dalam kaitannya dengan tanggung jawab individu pada diri sendiri dapat diperincikankan sebagai berikut:1.Bekerja sebagai kewajibanislam mewajibkan manusia untuk bekerja. Bekerja bukanlah bertujuan untuk mendapatkan uang semata sehingga mampu belanja apa saja atau memaksimalkan konsumsi, akan tetapi bekerja merupakan media untuk membuktikan bahwa manusia itu adalahkhalifatullahyang patuh mengikuti perintah Allah SWT.Dalam hadis disebutkan, yang artinya Seseorang yang keluar mencari kayu bakar (lalu hasilnya dijual) untuk bersedekah dan menghindari ketergantungan kepada manusia, itu lebih baik dari seseorang yang meminta-minta kepada orang lain, baik diberi atau pun ditolak. Karena sesungguhnya tangan yang di atas (memberi) itu lebih baik daripada tangan di bawah (meminta). (HR Muslim).2.Bekerja harus halal dan baikDalam hadis disebutkan bahwa bekerja mencari rezeki yang halal hukumnya adalah wajib. Ini dimaksudkan agar manusia dengan berbagai unsurnya yaitu jasmani dan rohani dapat hidup secara sehat. Untuk sehat jasmani dan rohani, antara lain makanan harusthayyibdanhalal.Thayyibartinya baik, bersih, dan tidak basi, masih valid, dan sebagainya. Ini syarat untuk sehat jasmani. Sementarahalal, makanan yang halal adalah syarat untuk menjadi sehat rohani.3.Menempuh jalan yang lurus (Sirat al-Mustaqim)Pada umumnya setiap manusia memiliki tujuan mulia yaitu menjadi manusia bermanfaat dan hidup secara sempurna serta berkecukupan. Banyak ayat al-Quran yang mendorong manusia untuk mencapai kesuksesan dan kebenaran dengan senantiasa beramal baik menuju harapan dan cita-citanya. Dalam mewujudkan cita-cita, manusia harus tetap berpegang teguh pada jalan Allah yang merupakan jalan yang lurus. Allah berfirman yang artinya, Tunjukilah kami jalan yang lurus. Jalan lurus yang dimaksud adalah Jalan yang telah diberi nikmat Allah ke atas mereka, dan bukan jalan yang dimurkai, juga bukan jalan orang-orang yang sesat.4.SabarSabar merupakan sifat terpuji yang sangat sering disebut dalam al-Quran. Dalam menjalani kehidupannya, manusia tentu akan menghadapi berbagai macam peristiwa, baik peristiwa yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Di antara peristiwa yang menyedihkan seperti kesempitan rezeki, kelaparan, bencana, dan lain-lain. Dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang menyedihkan, manusia diminta bersabar. Jika manusia berduka cita menghadapi kesusahan-kesusahan, Allah memerintahkan mereka untuk menunaikan shalat, berdoa kepada Allah dan bersabar. Apabila ditimpa musibah, hendaknya mengucapkan dan menghayati firman Allah: Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jua kami kembali. (QS al-Baqarah: 156).Keenam: Memiliki Insting Bertanding (Fastabiqul Khoirat)Semangat bertanding merupakansisi laindari citra seorang muslimyang memiliki semanagat jihad. Panggilan untuk bertanding dalamsegalalapangan kebajikan dan meraih prestasi, dihayatinya dengan rasa penuh tanggung jawab sebagai pembuktian firman Allah swt; Dan bagi tiap-tiap ummat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Seungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al ba1qarah:148)danSeorang mujahid dan ciri pribadi muslim yang mempunyai etoskerja islami tidak pernah menyerah pada kegagalan.

KARAKTERISTIK MOTIVASI BERPRETASI

McClelland seorang pakar psikologi dari Universitas Harvard di Amerika Serikatmengemukakan bahwa kinerja seseorang dapat dipengaruhi oleh virus mental yang ada pada dirinya. Virus tersebut merupakan kondisi jiwa yang mendorong seseorang untuk mencapai kinerja secara optimal. Ada tiga jenis virus sebagai pendorong kebutuhan yaitu kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafiliasi dan kebutuhan berkuasa. Karyawan perlu mengembangkan virus tersebut melalui lingkungan kerja yang efektif untuk meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan perusahaan.Motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan dengan ciri-ciri seseorang melakukan pekerjaan dengan baik dan kinerja yang tinggi. Kebutuhan akan berprestasi tinggi merupakan suatu dorongan yang timbul pada diri seseorang untuk berupaya mencapai target yang telah ditetapkan, bekerja keras untuk mencapai keberhasilan dan memiliki keinginan untuk mengerjakan sesuatu secara lebih lebih baik dari sebelumnya.Karyawan dengan motivasi berprestasi tinggi sangat menyukai tantangan, berani mengambil risiko, sanggup mengambil alih tanggungjawab, senang bekerja keras. Dorongan ini akan menimbulkan kebutuhan berprestasi karyawan yang membedakan dengan yang lain, karena selalu ingin mengerjakan sesuatu dengan lebih baik. Berdasarkan pengalamam dan antisipasi dari hasil yang menyenangkan serta jika prestasi sebelumnya dinilai baik, maka karyawan lebih menyukai untuk terlibat dalam perilaku berprestasi. Sebaliknya jika karyawan telah dihukum karena mengalami kegagalan, maka perasaan takut terhadap kegagalan akan berkembang dan menimbulkan dorongan untuk menghindarkan diri dari kegagalan.Ciri-ciri perilaku karyawan yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi menurut McClelland adalah:Menyukai tanggungjawab untuk memecahkan masalah.Cenderung menetapkan target yang sulit dan berani mengambil risiko.Memiliki tujuan yang jelas dan realistik.Memiliki rencana kerja yang menyeluruh.Lebih mementingkan umpan balik yang nyata tentang hasil prestasinya.Senang dengan tugas yang dilakukan dan selalu ingin menyelesaikan dengan sempurna.Sebaliknya ciri-ciri karyawan yang memiliki motivasi berprestasi rendah adalah:Bersikap apatis dan tidak percaya diri.Tidak memiliki tanggungjawab pribadi dalam bekerja.Bekerja tanpa rencana dan tujuan yang jelas.Ragu-ragu dalam mengambil keputusan.Setiap tindakan tidak terahan dan menyimpang dari tujuan.Laporan hasil penelitian tentang gaya manajerial dari 16.000 manajer di Amerika Serikat yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, menengah dan rendah menunjukkan sebagai berikut :Manajer dengan motivasi berprestasi yang rendah memiliki karakter pesimis dan tidak percaya dengan kemampuan bawahannya. Sedangkan manajer dengan motivasi berprestasi tinggi sangat optimis dan memandang bawahan baik dan menyenangkan.Motivasi manajer dapat diproyeksikan pada bawahannya. Bagi manajer yang bermotivasi prestasi tinggi selalu memperhatikan aspek-aspek pekerjaan yang harus diselesaikan dan mendiskusikan tugas pekerjaan yang harus dicapai bawahannya, sehingga mereka akan menerima.Manajer yang bermotivasi berprestasi tinggi cenderung menggunakan metode partisipasi terhadap bawahannya, sedangkan manajer dengan motivasi berprestasi sedang dan rendah selalu menghindar dalam interaksi dan komunikasi terbuka.Manajer yang prestasinya tinggi lebih memperhatikan pada manusia dan tugas / produksi, manajer yang prestasinya sedang lebih memperhatikan tugas / produksi, sedangkan manajer yang prestasinya rendah hanya memperhatikan kepentingan pribadi dan tidak menghiraukan bawahannya.Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikanantara motivasi berprestasi dengan tingkat kinerja. Artinya, para karyawan yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan cenderung memiliki tingkat kinerja yang tinggi. Sebaliknya, mereka yang motivasi berprestasinya rendah kemungkinan akan memperoleh kinerja yang rendah

KesimpuanIslam adalah cara yang lengkap dari kehidupan agama tidak hanya memberikan ritual tetapi berhubungandengan etos kerja. Beberapa penelitian berkaitan dengan kinerja islmai dilakukan beberapatahun terakhir tetapi sangat minim di Indonesia yang notabene merupakan komunitas muslim terbesar di dunia.Pengaruh ibadah terhadap etos kerja memberikan hal yang positif terhadap komitmen berorganisasi dan kepuasan dalam bekerja.

Tugas BesarAgama IslamPengaruh Ibadah Terhadap Etos kerja

Disusun olehDanang YanuariantoTeknik sipil 2012NIM : 41112010018