faktor kimia dan keselamatan kerja-kel 2

Upload: diah-ayu-saputri

Post on 15-Oct-2015

73 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Menghadapi era globalisasi, ketenaga-kerjaan semakin diharapkan konstribusinya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang akan tercermin dengan meningkatnya profesionalisme, kemandirian, etos kerja dan produktivitas kerja. Untuk mendukung itu semua diperlukan tenaga kerja dan lingkungan kerja yang sehat, selamat, nyaman dan menjamin peningkatan produktivitas kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kepentingan pengusaha, pekerja dan pemerintah di seluruh dunia. Menurut perkiraan ILO, setiap tahun di seluruh dunia 2 juta orang meninggal karena masalah akibat kerja. Dari jumlah ini, 354.000 orang mengalami kecelakaan fatal. Disamping itu, setiap tahun ada 270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta yang terkena penyakit akibat kerja. Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akibat kerja ini amat besar. ILO memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaan-kecelakaan dan penyakit-penyakit akibat kerja setiap tahun lebih dari US$1.25 triliun atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto (GDP). Pada dasawarsa 1990-an, Indonesia, melewati suatu periode yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat hingga tahun 1997, walaupun periode sesudah itu didera oleh krisis keuangan. Selama tahap pertumbuhan tersebut, ternyata jumlah kecelakaan kerja cenderung mengalami kenaikan. Tetapi selama resesi, jumlah biaya yang dialokasikan untuk keselamatan dan kesehatan kerja justru termasuk salah satu yang mengalami pemangkasan. Sehubungan dengan hal ini, ILO berpendapat bahwa apapun keadaan yang menimpa suatu negara, keselamatan dan kesehatan pekerja adalah hak asasi manusia yang mendasar, yang bagaimanapun juga tetap harus dilindungi, baik sewaktu negara tersebut sedang mengalami pertumbuhan ekonomi maupun ketika sedang dilanda resesi. Tingkat kecelakaan-kecelakaan fatal di negara-negara berkembang empat kali lebih tinggi dibanding negara-negara industri. Kebanyakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi di bidang pertanian, perikanan, perkayuan, pertambangan dan konstruksi. Tingkat buta huruf yang tinggi dan pelatihan yang kurang memadai mengenai metode-metode keselamatan kerja mengakibatkan tingginya angka kematian yang terjadi karena kebakaran dan pemakaian zat-zat berbahaya yang mengakibatkan penderitaan dan penyakit yang tak terungkap termasuk kanker, penyakit jantung dan stroke. Pada tahun 2002, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jacob Nuwa Wea menyebutkan bahwa kecelakaan kerja menyebabkan hilangnya 71 juta jam orang kerja, yang seharusnya dapat secara produktif digunakan untuk bekerja apabila pekerja-pekerja yang bersangkutan tidak mengalami kecelakaan dan kerugian laba sebesar 340 milyar rupiah. Bulan Januari 2003 menyebutkan bahwa kecelakaan di tempat kerja yang tercatat di Indonesia telah meningkat dari 98.902 kasus pada tahun 2000 menjadi 104.774 kasus pada tahun 2001. Dan 11 selama paruh pertama tahun 2002 saja, telah tercatat 57.972 kecelakaan kerja. Meskipun tingginya angka kecelakaan kerja ini cukup memprihatinkan, hal ini menyiratkan adanya perbaikan yang nyata dalam pelaporan dan penyebaran informasi tentang kecelakaan kerja kepada masyarakat. Untuk itu pemerintah telah mengaturnya dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Per05./MEN/1996 tentang berbagai aspek Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang perlu mendapatkan perhatian, perlindungan tenaga kerja mendapatkan prioritas yang cukup tinggi dalam suatu industri, khususnya industri yang rawan cedera, pencemaran dan penyakit akibat kerja. Tenaga kerja sebagai pelaku pembangunan terutama di sektor industri mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan nasional, maka sudah seharusnya mendapatkan perlindungan yang memadai sesuai dengan standar- standar yang berlaku agar mereka dapat bekerja dengan tenang dan nyaman sehingga akan dapat meningkaatkan produktifitas pekerja. Pelaksanaan perlindungan terhadap pekerja memerlukan kerja sama antara pengusaha, tenaga kerja, dan pemerintah yang ditunjang oleh peraturan perundang- undangan dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja (K3) Hal ini ditunjang oleh Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 04/Men/ 1987 tentang pembentukan Panitia Penyelenggara Kesehatan dan Keselamatan Kerja (P2K3) dan pengangkatan ahli Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dalam pekerjaan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, diantaranya faktor biologis, fisika dan kimia, penulis akan memfokuskan kepada faktor kimia dan sanitasi lingkungan kerja yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja

I.2 Waktu dan Tempat Observasi Observasi dilakukan di Perusahaan manufaktur dengan uraian sebagai berikut Nama Perusahaan : PT. Mega Andalan Kalasan Alamat Perusahaan :Jl. Tanjung Tirto 34, Tirtomartani Km 13 Yogyakarta Jumlah Tenaga Kerja : 500 Tenaga Kerja Produk yang Dihasilkan : Perlengkapan dan Peralatan Rumah Sakit Waktu Observasi : 25 April 2014

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1 Potensi Bahaya Faktor Kimia A. Faktor Kimia Dalam industri, bahan kimia banyak digunakan, diolah dan diproduksi di lingkungan kerja, ditemukan berbagai jenis bahan kimia baik sebagai bahan baku maupun sebagai hasil jadi, pengenalan berbagai jenis, sifat, dan bahaya bahan kimia dalam industri diperlukan untuk mengatasi resiko kecelakaan kerja yang akan sangat merugikan pengusaha maupun pekerja B. Pengenalan Bahan Kimia Terdapat ribuan jenis bahan kimia yang digunakan, diolah dan dihasilkan dalam industri, sehingga diperlukan upaya : 1. Survei, untuk mengenal dan mengidentifikasi berbagai bahan kimia yang terdapat di industri supaya dapat direncanakan evaluasi dan assessmen selanjutnya 2. Mengenal proses produksi 3. Mempelajari Material Safety Data Sheet dari tiap bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi Sifat dan tingkat bahaya dari bahan kimia ditentukan oleh : 1. Sifak fisik bahan kimia 2. Sifat kimia dari bahan kimia 3. Sifat fisiologis dari bahan kimia 4. Jalan masuk bahan kimia ke tubuh Bahan kimia dapat memasuki tubuh melalui 3 tempat : 1. Saluran pernafasan; cara ini merupakan cara yang tercepat, zat kimia yang terhirup akan masuk ke paru- paru kemudian masuk ke aliran darah dengan cepat. Zat (debu bahan kimia) yang terhirup dapat mengendap ataupun masuk ke aliran darah, kedua hal ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti bronkhitis, pneumonia, emphysema. 2. Kulit merupakan tempat masuk bagi bahan cair atau aerosol yang mengendap di permukaan kulit. Bahan yang larut dalam air akan diserap lebih cepat. Bahan-bahan pelarut juga diserap dengan baik oleh kulit. Bahan kimia dapat menyebabkan kerusakan pada kulit berupa abrasi, korosi, atau luka bakar. Faktor kimia ditempat kerja merupakan penyumbang terbesar penyebab penyakit kulit akibat kerja (occupational dermatosis). 3. Saluran Pencernaan; bahan kimia masuk ke dalam saluran pencernaan melalui 2 cara yaitu: a. Partikel yang masuk melalui saluran pernafasan ditelan berupa ludah atau dahak. b. Kontaminan pada tangan. Kontaminasi yang masuk melalui saluran pencernaan akan dicerna terlebih dahulu sebelum masuk aliran darah. Organ yang penting untuk menetralisir racun adalah hati. Lama pajanan, menurut lamanya pajanan, dapat dibedakan pajanan akut, subkronis, dan kronis. Efek pemajanan dapat berupa efek yang ringan sampai yang berat tergantung dari tingkat toksisitas bahan. Maka untuk membantu mengenali faktor resiko ini dikeluarkanlah suatu standar. American Conference of Governmental Industrial Hygienist (ACGIH) dikembangkanlah suatu konsep Threshold Limit Value (TLV) atau Nilai Ambang Batas (NAB) yang menunjukkan suatu kadar bahan di udara lingkungan kerja bahwa tenaga kerja masih dapat bekerja tanpa terganggu kesehatannya.

C. Interaksi Bahan Kimia Antara zat kimia satu dan zat kimia lainnya dapat menimbulkan interaksi satu sama lain, efek yang terjadi dapat dibedakan dalam: 1. Efek adiktif yaitu pengaruh yang saling memperkuat akibat kombinasi dari dua zat kimia atau lebih. Pengaruh racun yang terjadi merupakan penjumlahan dan efek masing-masing zat kimia. 2. Efek sinergi yaitu suatu keadaan bahwa pengaruh gabungan dari dua zat kimia atau lebih jauh lebih besar daripada jumlah masing-masing efek bahan kimia. 3. Efek antagonis yaitu apabila gabungan dua zat kimia atau lebih efeknya jauh lebih kecil daripada jumlah efek masing-masing.

D. Pengaruh Terhadap Kesehatan Pemajanan terhadap bahan kimia mengakibatkan terjadinya perubahan biologik atau fungsi tubuh yang manifestasinya berupa keluhan, gejala, dan tanda gangguan kesehatan. Kerusakan jaringan atau sel tubuh terutama terjadi pada organ target yakni bagian yang terserang zat kimia, tergantung organ target bahan kimia dapat berupa neurotoksik, hepatotoksik, nefrotoksik, sistemik, dsb. Berdasarkan gejala yang ditimbulkannya, bahan kimia dapat bersifat asfiksian, iritan, alergi. Selanjutnya ditinjau dari lama atau waktu timbulnya gejala, efek bahan kimia bisas terjadi akut dan kronis. Tanda atau gejala terjadi akibat keracunan bahan kimia bisa bervariasi dari tanda dan gejala spesifik sampai non spesifik misalnya lemas, pusing, mual, muntah, gemetar, nafsu makan berkurang. Gejala yang spesifik misalnya kelumpuhan, gangguan penglihatan, diare yang menetap, pendarahan, dll. Berikut contoh bahan kimia dan pengaruhnya terhadap kesehatan : 1. ASFIKSIAN (bahan yang menimbulkan anoksia kekurangan oksigen) yaitu bahan yang dapat mengurangi oksigen atau meningkatkan karbon dioksida dalam darah atau jaringan. Berdasarkan mekanisme terjadinya, anoksia dibagi 3 : a. Anoksia anoksik, yaitu kekurangan oksigen dalam udara pernafasan dan darah, disebabkan penggantian atau pengenceran oksigen dalam atmosfir. Zat-zat yang dapat menimbulkan anoksia anoksik adalah etana, helium, hydrogen sulfide, nitrogen oksida. b. Anoksia anemik : kekurangan oksigen yang dapat diangkut oleh hemoglobin (Hb) dalam sel darah merah. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gas CO, aniline, toluidine, yang mempunyai daya ikat (afinitas) terhadap Hb lebih kuat, sehingga Hb tidak mampu lagi mengikat oksigen. c. Anoksia histotoksik : disebabkan kerusakan pada sel, sehingga tidak mampu mengambil oksigen dan darah; misalnya akibat asam sianida, nitrit. 2. IRRITANT (perangsang): bahan yang menimbulkan peradangan dari selaput lender atau kulit pada tempat kontak, factor konsentrasi mempunyai pengaruh lebih besar dibandingkan waktu pemaparan. Contoh zat irritant :a. 24

b. Asam asetat c. Kalsium oksida d. Arsen e. Formaldehid f. Klorobenzena g. Etil alcohol h. Aseton i. Asam fosfat j. Stiren k. Fosfor kuning l. Xylene m. Trikioroetilen

3. ZAT KIMIA NEUROTOKSIK : bahan yang dapat meracuni saraf. Contoh : a. b. Asetildehidc. Benzene d. Karbon disulfide e. Toluene f. Trikloroetana g. Aseton h. Karbon tetraklorida i. Etilen oksida j. Xylene k. Styrene l. Kloroform m. Etil alkohol n. Tetrakloroetana o. Timah hitam p. Akrilaiffid q. Arsen r. Merkuri s. Merkaptan 4. ZAT KIMIA HEPATOTOKSIK : bahan yang dapat meracuni hati. Contoh : a. b. Karbon tetraklorida c. Dimetil nitrosamine d. Etil alkohol e. Trinitro toluene f. Antimon g. Tetrakloroetilena h. Trikloroetilena i. Aflatoksin j. Vinilklorida k. Amen l. Fosfor kuning m. Selenium n. Toluene diamin o. Notribenzena

5. ZAT KIMIA NEFROTOKSIK: bahan kimia yang dapat meracuni ginjal. Contoh : a. b. Arsen c. Aniline d. Organoklorin e. Cadmium f. Toluene g. Kloroform h. Karbon tetraklorida i. Etilen glikol j. Fosfor kuning k. Methanol l. Timah hitam m. Fenol n. Merkuri

6. ZAT KIMIA HEMATOTOKSIK: bahan kimia yang dapat meracuni darah. Contoh : a. b. Aniline c. Toluidin d. Dihidro toluene e. Nitrobenzene f. Timah hitam

E. Usaha-Usaha Pencegahan Usaha-usaha oencegahan timbulnya penyakit akibat kerja karena faktor kimia di lingkungan kerja, secara prinsip ditujukan kepada : 1. Upaya yang ditujukan pada tempat kerja, berupa usaha pengendalian yang bersifat teknis (engineering control), seperti : a. Eliminasi bahan berbahaya, yaitu menghilangkan bahan berbahaya dari lingkungan kerja, hal ini dapat dilakukan dengan cara : 1) Tidak menggunakan lagi bahan berbahaya tersebut. 2) Menggunakan proses yang mengolah bahan berbahaya dalam system tertutup. b. Substitusi bahan berbahaya, yaitu mengganti bahan berbahaya dengan bahan yang tidak atau kurang berbahaya. c. Ventilasi yang cukup, yang bertujuan mengencerkan atau mengeluarkan bahan-bahan berbahaya dari lingkungan kerja. Sistem ventilasi dibagi 2 : 1) Ventilasi umum 2) Ventilasi lokal d. Hygiene dan sanitasi tempat kerja Hasil dari upaya pengendalian teknis ini dapat dipantau dengan pengujian lingkungan kerja. Hasil pengujian lingkungan kerja dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas (NAB) yang berlaku untuk bahan kimia tersebut. Semua upaya teknis hendaknya sedemikian rupa sehingga konsentrasi bahan kimia di lingkungan kerja lebih rendah dari NAB. 2. Upaya yang ditujukan pada tenaga kerja, seperti : a. Pendidikan dan latihan tentang bahaya faktor kimia yang ada di lingkungan kerja, cara pencegahan dan penanggulangannya. b. Alat pelindung diri : baju kerja, sarung tangan, sepatu, masker, respiratoar, kaca mata. c. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja : 1) Pemeriksaan awal 2) Pemeriksaan berkala 3) Pemeriksaan khusus d. Sanitasi perorangan Bagi tenaga kerja yang terpapar dengan bahan-bahan kimia tertentu, sebaiknya pemeriksaan kesehatan dilengkapi dengan pemeriksaan laboratorium khusus, untuk mendeteksi tingkat pemaparan; upaya ini disebut pemantauan biologis. Pemantauan (monitoring) biologis adalah pengujian untuk mengukur kadar kontaminan yang telah diserap oleh tubuh. Pemantauan biologis dapat dilakukan dengan 2 cara: a. Analisa kuantitatif langsung dari kontaminan atau asil metabolitnya dalam cairan tubuh (darah, urine, dahak, dll), jaringan atau udara pernafasan. Sebagai contoh : 1) Urine : aniline, arsenic, cadmium, timah hitam, merkuri, nitro benzene. 2) Darah : karboksi haemoglobin untuk mengukur tingkat keracunan CO kolinesterase untuk mengukur tingkat keracunan pestisida, 3) Dahak : bahan bahan abses 4) Udara pernafasan mengukur kadar pelarut seperti metilen klorida, karbon tetraklorida, triklor etana, vinil klorida, tetraklor etilena, Freon, dll. b. Secara tidak langsung, dengan pengukuran efek dan bahan terhadap tubuh, dengan mengukur fungsi organ atau jaringan target, misalnya dengan mengukur fungsi paru-paru, fungsi hati, dll.

II.2 Keselamatan KerjaA. DefinisiKeselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata safety dan biasanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident) atau nyaris celaka (near-miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya kecelakaan (Syaaf, 2007).Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:a. Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerjab. Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.c. Teliti dalam bekerjad. Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan kerja.Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja seperti pernyataan Jackson (1999) bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang (Prasetyo, 2009).

B. Potensi Bahaya Kecelakaan KerjaKecelakaan kerja adalah hal yang tidak diinginkan dan diharapkan sehingga dapat mengacaukan suatu proses aktivitas yang telah diatur, merugikan terhadap manusia, dan merusak harta benda atau kerugian terhadap proses. Menurut Hutagaol (2012), penyebab kecelakaan kerja dapat digolongkan menjadi 2 yakni:1. Penyebab Langsung (Immediate Causes)

Penyebab langsung kecelakaan adalah suatu keadaan yang biasanya bisa dilihat dan dirasakan langsung, yang dibagi dalam 2 kelompok, yaitu:a. Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia yang dalam beberapa hal dapat disebabkan oleh:1) Cacat tubuh yang tidak terlihat (bodily defect).2) Keletihan dan kelesuan (fatigue and boredom).3) Sikap dan tingkah laku yang tidak aman.4) Terbatasnya pengetahuan.b. Kondisi yang tidak aman (unsafe condition), yaitu keadaan yang akan menyebababkan kecelakaan, terdiri dari:1) Mesin, peralatan, dan bahan.2) Lingkungan dan proses pekerjaan.3) Sifat dan cara bekerja.2. Penyebab Dasar (Basic causes)a. Penyebab dasar (basic causes), terdiri dari 4 faktor yaitu:1) Faktor manusia/personal (personal factor).2) Kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi.3) Kurangnya/ lemahnya pengetahuan dan skill.4) Motivasi yang tidak cukup/ salah.b. Faktor kerja/lingkungan kerja (job work enviroment factor)1) Faktor fisik, yaitu kebisingan, radiasi, penerangan, iklim, dan lain-lain.2) Faktor kimia, yaitu debu, uap logam, asap, gas, dan seterusnya.3) Faktor biologi, yaitu bakteri, virus, parasit, dan serangga4) Ergonomi dan psikososial.

Sedangkan menurut Ashfal (1999) proses kecelakaan kerja 88% disebabkan oleh tindakan-tindakan tidak aman (unsafe act) sebesar 10% dan kondisi yang lingkungan kerja tidak aman (unsafe condition) dan 2 % merupakan faktor alam (act of God). Berbagai tujuan dari penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sebagai berikut (Ramli, 2010):1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi.2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerjadan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh.3. Serta menciptakan tempat kerja yang aman,nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas.C. Perlengkapan dan Peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja1. Alat Pelindung DiriAlat Pelindung Diri selanjutnya disebut APD adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh dan atau sebagian tubuh dari adanya kemungkinan potensi bahaya dan kecelakaan kerja (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia NomorPer.08/MEN/VII/2010).a. Pakaian KerjaTujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan. b. Sepatu KerjaSepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap pekerja perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan dan terlindung dari barang barang berbahaya.c. Kacamata KerjaKacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu, batu, atau serpih besi yang beterbangan di tiup angin. Mengingat partikel-partikel debu berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata. Oleh karenanya mata perlu diberikan perlindungan. Biasanya pekerjaan yang membutuhkan kacamata adalah mengelas.d. Sarung TanganSarung tangan sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan utama penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda keras dan tajam selama menjalankan kegiatannya. Salah satu kegiatan yang memerlukan sarung tangan adalah mengangkat besi tulangan.e. HelmHelm (helmet) sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala, dan sudah merupakan keharusan bagi setiap pekerja untuk menggunakannya dengan benar sesuai peraturan. Helm ini digunakan untuk melindungi kepala dari bahaya yang berasal dari atas, misalnya saja ada barang, baik peralatan atau material konstruksi yang jatuh dari atas. f. Penutup TelingaAlat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising. Terkadang efeknya buat jangka panjang, bila setiap hari mendengar suara bising tanpa penutup telinga ini.g. MaskerPelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja mengingat kondisi lokasi itu sediri

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Aspek Keselamatan Kerja1. Identitas Perusahaan1. Nama Perusahaan: PT. MEGA ANDALAN KALASAN1. Jenis Perusahaan : Engineering and Manufacturing Company1. Alamat Perusahaan: Jl. Tanjung Tirto 34, Tirtomartani Km 13 Yogyakarta1. Jumlah Tenaga Kerja: 500 orang1. Produk yang dihasilkan: Perlengkapan dan peralatan rumah sakit1. Tanggal Kunjungan: 25 April 2014

1. Proses Produksi1. Bahan yang diperlukan 1. Bahan Baku : Mild Steel dan Stainless1. Bahan tambahan : Acrylic, plastic, aluminium, kayu1. Mesin/peralatan kerja yang digunakan : Mesin press, welding robotic, punch oven1. Proses produksi : Komponen logam hospitality equipment unit (pemisahan komponen MS dan stainless) pemolesan/treatment pewarnaan (teknik spray dan dipping) unit assembling untuk perakitan final inspection packing1. Barang yang dihasilkan :1. Produk utama : Bed, kursi roda, keranda, lemari obat1. Produk sampingan : tabung LPG, sepeda motor1. Limbah :a. Padat Logam, sisa gerindab. Cair limbah cair, lumpur

1. Identifikasi Potensi Bahaya Kecelakaan Kerja1. Potensi Bahaya dari Listrik1. Bahaya Korsleting : Tidak ada; pengendaliannya dengan memasang instalasi listrik dengan melengkapinya dengan kotak pengaman dan tombol ON/OFF.1. Bahaya sentuh : Tidak ada; kabel listrik diletakkan diatas plafon, dengan diberi pengaman besi agar tidak bergantungan.1. Bahaya radiasi listrik : Ada; pengendaliannya dengan cara meletakkan sumber listrik pada instalasi sentral yang jauh dari tenaga kerja, dan terdapat peringatan tanda bahaya.1. Potensi bahaya kebakaran dan peledakan :1. Bahan mudah terbakar : kayu, cairan kimia, plastik ; pengendalian : menjauhkan dari sumber api, dilarang membawa peralatan yang memicu api, dilarang merokok, pemberian tanda bahan mudah meledak.1. Sumber panas : lampu neon, mesin las; pengendalian : mengatur jarak antara lampu neon dengan pekerja, meletakkan dan menjauhkan bahan-bahan yang mudah terbakar dari tempat pengelasan.1. Peralatan dengan tekanan tinggi : oven pengering cat bersuhu 180, mesin welding and painting.1. APAR : 10 buah, tersebar diseluruh ruangan dengan jarak antar APAR 10 meter, kapasitas 5 kg.1. Alat pemadam kebakaran : Tidak ada1. Petugas pemadam : terdiri dari perwakilan masing-masing di pabrik (pekerja)1. Rute evakuasi : terdapat 2 pintu utama, pengendalian : dengan memasang petunjuk pintu keluar darurat dan memberi pentunjuk jalan di lantai dengan cat warna hijau

1. Potensi Bahaya Mekanik1. Benda tajam/runcing : mesin potong besi dan stainless; pengendalian : melengkapi mesin potong dengan sensor sehingga mesin akan berhenti secara otomatis jika ada benda lain selain besi yang lewat.1. Dua benda dapat merangkap : - 1. Bahaya jatuh dari ketinggian sama : - 1. Bahaya jatuh dari ketinggian beda : pada proses pengangkutan logam, pengendalian : memasang pagar pengaman bagi pekerja yang bekerja di ketinggian.1. Bahaya benda bergerak dapat membentur : -1. Potensi bahaya bahan kimia berbahaya1. Bahan kimia explosive : gas elpiji, pengendalian : dengan meletakkan posisi tabung penyimpanan pada tempat khusus dan dijauhkan dari sumber api, dilarang merokok, pemberian tanda bahan mudah meledak, menyediakan APAR.1. Bahan kimia korosif : surfine 350S, pengendalian : dengan cara meletakkan bahan kimia dekat dengan ventilasi, tidak terkena matahari langsung, diberikan alas kayu pada dasarnya, dan tidak bercampur dengan bahan kimia lain.1. Bahan kimia iritatif : surfine 350S, pengendalian : dengan cara meletakkan bahan kimia dekat dengan ventilasi, tidak terkena matahari langsung, diberikan alas kayu pada dasarnya, dan tidak bercampur dengan bahan kimia lain.1. Bahan kimia radioaktif : -1. Bahan kimia kimia toksik : -1. Bahan kimia mudah terbakar : Solar, pengendalian : dengan meletakkan posisi tabung penyimpanan pada tempat khusus dan dijauhkan dari sumber api, dilarang merokok, pemberian tanda bahan mudah meledak, menyediakan APAR.

1. Alat Pelindung Diri1. Yang diperlukan : masker, earplug atau ear muff, sarung tangan, sepatu boots, apron, APAR dan lampu peringatan.1. Yang disediakan : masker, earplug atau ear muff, sarung tangan, sepatu boots, apron, APAR, dan lampu peringatan1. Pemakaian : Belum semua pekerja sadar akan pentingnya pemakaian APD1. Keterangan : -1. Pantia Pembina Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (P2K3)MateriKeterangan

1. Keberadaan P2K3Ada

1. Keanggotaan P2K34 orang

1. Program P2K31. Penyuluhan1. Pengujian lingkugan

1. Alat Pelindung Diri

1. Job safety analysis

1. Pemasangan gambar/tulisan keselamatan kerja

1. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran

1. Tim pemadam kebakaran

Ada. Tapi tidak rutin dilakukanUji limbah dilakukan sekali sebulan, dengan berkoordinasi dengan BBTKLDilakukan pengecekan APD sebulan sekaliDilakukan secara berkala sebulan sekaliDilakukan pemasangan gambar atau tulisan tentang keselamatan kerja, seperti pemakaian APD, penggunaan APAR, denah jalur evakuasi dan line evakuasiPenyediaan APAR, pelatihan simulasi kebakaran oleh seluruh karyawan setiap setahun sekaliTidak ada. Hanya pekerja yang dilatih.

1. Prosedur komplain tenaga kerja kerja tentang sarana/prasarana kesehatan dan keselamatan kerja Karyawan dapat melaporkan ke bagian P2K3 atau koordinator

1. KesimpulanKeselamatan kerja di perusahaan sudah diperhatikan cukup baik, namun masih kurangnya kesadaran dari masing-masing individu.1. SaranTetap dilakukan pemantauan terhadap keselamatan kerja karyawan dan dilakukan promosi kesehatan.

III. 2 Pemeriksaan APDHASIL PEMERIKSAAN APDNoLokasiPotensi BahayaAlat pelindung diri (APD)

Keterangan

diperlukandisediakan

1.Unit ProduksiKebakaran

Kebisingan

APAR

Ear plugAPAR, Peringatan dilarang merokok

Kapas sumbatPemakaian : -Jumlah : 4Kesesuaian : tidak sesuaiPerawatan : baik

2.Welding Kebakaran

Luka bakar dan kebisinganAPAR

Sarung tangan, topeng besi, kacamata hitam,apron,sepatu boot, ear plugAPAR, Peringatan dilarang merokok

Sarung tangan, topeng besi, kacamata hitam,apron,sepatu bootPemakaian : -Jumlah : 4Kesesuaian :Tidak sesuaiPerawatan : baikPemakaian : sebagian besar dipakaiJumlah : sesuai jumlah pegawaiKesesuaian : sesuaiPerawatan : baik

3.Assembling (merakit)Inhalasi debumaskerMasker disediakan tetapi pekerja yang menggunakan hanya sebagianPemakaian : sebagianJumlah : sesuai jumlah pegawaiKesesuaian : belum sesuaiPerawatan : baik

4.Painting-Inhalasi bau cat-iritasi kulit dari tinnerMasker,Sarung Tangan-

-

Pemakaian : sebagian besar pegawai memakaiJumlah : sesuai jumlah pegawaiKesesuaian : sesuaiPerawatan : baik

5.Polishing -Inhalasi debuMasker, sarung tangan, pelindung kepalaMasker, sarung tangan, pelindung kepalaPemakaian : dipakaiJumlah : sesuai jumlah pegawaiKesesuaian : sesuaiPerawatan : baik

Kesimpulan : Keselamatan kerja di perusahaaan sudah diperhatikan dengan baik namun masih kurangnya kesadaran dari masing masing individu pekerja.Saran : 1. Meningkatkan kedisiplinan karywan untuk menggunakan APD dengan cara meningkatkan promosi kesehatan dan pengawasan.2. Memberlakukan sistem reward and punishment.3. Melakukan pemeliharaan APD secara berkala.III.3 Hasil Pemeriksaan APARNoLokasiPotensi Bahaya KebakaranAPARKeterangan

DiperlukanDisediakan

JmlJenisJmlJenis

1

2

3Unit Pre-Produksi

Unit ProduksiUnit

Post-ProduksiKayuKonsleting listrikBahan Kimia20

20

2Fire extinguisher4

4

2Gas CO2 untuk jenis kebakaran ABC 5 kg

Media carbondioxyde (CO2) 5 kg

Sda

SdaCara penempatan: benar (tiap jarak 10 m terdapat 1 fire extinguisher; tinggi penempatan alat pemadam 1,25 m dari permukaan lantaiJumlah: kurangMasa berlaku: setiap 1 tahun sekali diganti sebelum expired dateKemampuan tenaga kerja dalam mengoperasikan: setiap tenaga kerja dilatih untuk dapat mengoperasikan alat pemadamRegu pemadam: tidak adaEmergency exit: terdapat 2 pintu darurat untuk evakuasi bencana. Dimensi pintu = 3,5x3 m; dan pintu 2,5x1,5 m) jarak antar pintu 20 m. di lantai terdapat penunjuk arah untuk jalur evakuasi menuju zona aman.Peralatan penanggulangan kebakaran lainnya: belum tersedia mobil pemadam kebakaran

Kesimpulan : Penyediaan APAR di perusahaan sudah diperhatikan sangat baik,tetapi jumlahnya masih kurang.Saran : 1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan dalam mempergunakan APAR.1. Melakukan pemeliharaan APAR agar tidak mudah rusak.1. Menambah jumlah APAR setiap bagian.1. Memonitoring terhadap batas waktu dan kelayakan pemakaian APAR diadakan setahun 2 kali.III.4 Hasil Pemeriksaan ListrikNoLokasiHasil PemeriksaanKeterangan

Kondisi InstalasiSistem PengamananPemakaian

1Ruang KompresorTertutup, memiliki ruang yang cukup luas, cukup aman dan baik.Memiliki 2 trafo

Memiliki 5 mesin compressor

Terdapat tanda AWAS TEGANGAN TINGGI, Kabel-kabel dimasukan dari pipa plastik dan diletakan diatas dibawah plafon (dengan ketinggian 4 meter)Sebagai sumber listrik utama pada hospital equipment unitPemakaian listrik digunakan setiap hari kerja mulai pukul 07.00 20.00 WIB kecuali untuk penerangan pada malam hari .

Jika terjadi pemadaman listrik oleh PLN sumber listrik digantikan dengan genset,

2Ruang Pengolahan LogamKondisi Instalasi cukup aan dan baik, Memilki 3 panel besar dan 4 panel kecil, posisi panel diletakkan terpisah dengan jarak 6 meterKabel listrik diletakkan pada ketinggian 4meter

Terdapat tanda AWAS TEGANGAN TINGGI dan simbol dilarang merokokMesin robotic 5 unit

Mesin las 6 unit

Lampu 25 watt 11 unit

Pemakaian listrik digunakan setiap hari kerja mulai pukul 07.00 16.00 WIB

Jika terjadi pemadaman listrik oleh PLN sumber listrik digantikan dengan genset,

3Ruang Treatment dripping Kondisi Instalasi cukup aan dan baikMemilki 18 panel besar, posisi panel diletakkan terpisah dengan jarak 6 meterKabel listrik diletakkan pada ketinggian 4 meter

Terdapat tanda AWAS TEGANGAN TINGGI dan simbol dilarang merokokMesin las 8 unit

Lampu 25 watt 20 unitMesin gerinda 4 unitPemakaian listrik digunakan setiap hari kerja mulai pukul 07.00 16.00 WIB

Jika terjadi pemadaman listrik oleh PLN sumber listrik digantikan dengan genset

4Ruang AssemblingKondisi Instalasi cukup aan dan baikMemilki 5 panel besar, dan 4 panel kecil. Posisi panel diletakkan terpisah dengan jarak 6 meterKabel listrik diletakkan pada ketinggian 4 meterTerdapat tanda AWAS TEGANGAN TINGGI dan simbol dilarang merokokMesin las 4 unit

Lampu 25 watt 30 unitPemakaian listrik digunakan setiap hari kerja mulai pukul 07.00 16.00 WIB

Jika terjadi pemadaman listrik oleh PLN sumber listrik digantikan dengan genset

Kesimpulan: Hasil pemeriksaan listrik di PT. MAK sudah baikSaran: 1. Perlu dilakukan pengecekan berkala terhadap instalasi listrik 1. Pelaksanaan pelatihan teknisi secara berjenjang dan berkesinambungan.

III.5 Hasil Pengujian DebuNoLokasiJenis DebuKadar Debu(mg/m3)Sumber DebuNAB (mg/m3)Keterangan

1Area PolesingDebu Total6,4 mg/m3Kegiatan polesing logam dan blower dari ruang Welding dan Painting 10 mg/m3Pengukuran dilakukaan pada minim aktivitas (jam istirahat)

2Area Welding dan Painting Debu Total7 mg/m3Kegiatan pengelasan dan pengecetan 10 mg/m3Pengukuran dilakukan saat aktivitas kerja berlangsung

Kesimpulan : Kadar debu logam asih dibawah NAB debu logamSaran : Tetap dilakukan pengukuran berkala dan disaat jam kerja

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN

Masalah-masalah yang ditemukan dari aspek potensi bahaya faktor kimia dan keselamatan kerja di perusahaan MAK adalah:1. Pada dasarnya penanggulangan potensi bahaya faktor kimia di perusahaan ini sudah ditangani dengan cukup baik.1. Aspek keselamatan kerja di perusahaan sudah diperhatikan dengan baik namun kurangnya kesadaran dari masing-masing individu, pada bagian APAR telah cukup baik namun sebaiknya APAR dicek sebanyak 2 kali dalam setahun, pada perusahaan ini hanya diperiksa sekali setahun.1. Hasil pemeriksaan listrik di perusahaan sudah baik.1. Dari hasil pengujian debu, dengan menggunakan metode gravitometri didapatkan bahwa kadar debu tidak melebihi NAB yang ditetapkan.Saran untuk aspek potensi bahaya faktor kimia dan keselamatan kerja di perusahaan MAK adalah:1. Tetap dilakukan pemantauan terhadap keselamatan kerja karyawan secara berkala.1. Meningkatkan kedisiplinan karyawan dalam menggunakan APD dengan promosi kesehatan, pengawasan, serta system reward and punishment.1. Monitoring terhadap batas waktu dan kelayakan pemakaian APAR diadakan setahun 2 kali.1. Pemberian pelatihan teknisi secara berjenjang dan berkesinambungan.1. Pengujian debu dan jumlahnya sebaiknya dipertahankan dan tetap dilakukan pengujian secara berkala.