fertilitas dalam perspektif demografi

Upload: fahmigeo

Post on 09-Feb-2018

269 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    1/30

    FERTILITAS DALAM PERSPEKTIF DEMOGRAFI DAN PENGARUHNYA

    DALAM KEHIDUPAN DI INDONESIA

    MAKALAH

    UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAHDemografi

    Yang dibina oleh bapak Singgih Susilo

    Oleh

    Muhammad Nur Fahmi (120721435478)

    Irwan Supriyono (120721435381)

    Evrilia Retno Ningtyas (120721435480)Adi Widya Krisnawati (120721435437)

    Ahmad Yusuf (120721435410)

    UNIVERSITAS NEGERI MALANG

    FAKULTAS ILMU SOSIAL

    JURUSAN GEOGRAFI

    September 2013

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    2/30

    Pada mulanya pengambilan topic bahasan dalam makalah ini didasarkan atas

    kekurang tahuan banyak Mahasiswa termasuk penulis dalam masalah fertilitas.

    Penyebabnya adalah fertilitas merupakan suatu hal yang sangat kompleks dan sulit

    untuk dimengerti. Selain itu kebanyakan buku teks yang membahas masalah fertilitas

    dalam demografi terkadang sangat sulit dimengerti.

    Factor-faktor itulah yang melatar belakangi penulis untuk membuat makalah

    ini dengan tujuan untuk memudahkan mahasiswa untuk mempelajari dan mengerti

    permasalhan-permasalahan dalam demografi. Persoalan-persoalan kemudian muncul,

    seberapa dalam makalah ini membahas masalah fertilitas dan seberapa mudahmahasiswa dapat memahami isinya? Oleh karena itu penulis menggunakan bahasa-

    bahasa komunikatif namun tidak menghilangkan esensi dari isi tulisan itu sendiri.

    Dalam menyusun sebuah karya tulis ilmiah, godaan utama yang selalu

    muncul adalah menambahkan materi yang sebelumnya tidak tercakup dalam suatu

    bab atau pokok bahasan. Hal semacam ini muncul berkali-kali, khususnya ketika

    semakin banyak sumber yang penulis baca. Namun puji Tuhan, akhirnya penulis

    dapat menyelesaikan makalah ini. Nantinya Makalah ini merupakan sebuah indicator

    untuk merepresentasikan pengetahuan-pengetahuan yang telah kami dapatkan selama

    masa perkuliahan.

    Kata Pengantar

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    3/30

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Ilmu social merupakan ilmu yang cenderung lebih dinamis dibandingkan

    (ilmu-ilmu alam). Dalam mempelajari ilmu ini tidak hanya dengan mempelajari teori-

    teori yang dulu sudah pernah ada. Akan tetapi harus mempelajari realita secara

    langsung yang sedang berkembang di masyarakat. Hal tersebut disebatkan karena

    sifat manusia itu sendiri yang sangat mobiledan memiliki rasa keingin tahuan yang

    tinggi. Kedua sifat itulah yang membuat pemikiran manusia terus berkembang,

    sehingga mempengaruhi kehidupan social masyarakatnya.

    Begitu dinamisnya kehidupan social masyarakat dapat dilihat dari jumlah

    penduduk didalamnya. Sebelum pertengahan abad ke 17 tidak terjadi perubahan yang

    berarti dalam komposisi kependudukannya hal ini disebabkan tingkat pengusasaan

    tekhnologi pada zaman ini tergolong masih rendah (bogue : 1950). Akan tetapi

    setelah itu terjadi perkembangan yang cukup pesat dalam bidang tekhnologi, yang

    menyebabkan tingkat kehidupan manusia cenderung lebih meningkat. Sehingga,

    jumlah penduduk ikut meningkat pula. Akan tetapi pada pertengahan abad 20,

    walaupun tingkat penguasaan tekhnologi semakin tinggi. Dibeberapa Negara,

    terutama di Negara-negara maju kecenderungan peningkatan jumlah penduduk tidak

    terjadi bahkan cenderung stagnan.

    Salah satu factor yang mempengaruhi jumlah penduduk tersebut adalah ting-

    kat fertilitas. Tingkat fertilitas ini berkembang sesuai dengan fenomena-fenomena

    yang terjadi dalam masyarakat. Seperti contohnya pada pertengahan abad 17 dengan

    penguasaan tekhnologi yang semakin baik dan didukung jumlah SDA yang masih

    cukup melimpah maka, jumlah penduduk semakin bertambah karena mereka

    beranggapan sangat muda dan gampang untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan

    keluarganya. Sehingga kebanyakan orang tidak percaya dengan teori-teori yang

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    4/30

    dikembangkan para ahli pada waktu itu. Terutama teori Thomas Robert Malthus

    yang mengungkapkan bahwa laju pertumbuhan manusia akan lebih cepat daripada

    pertumbuhan makanannya (Ida Bagoes, 2000). Namun setelah pertengahan abad 20

    teori tersebut hamper menjadi kenyataan sehingga masyarakat mulai membatasi ting-

    kat fertilitasnya.

    Mempelajari fertilitas memang lebih kompleks apabila dibandingkan dengan

    mortalitas, karena seorang perempuan hanya dapat meninggal satu kali. Akan tetapi

    dapat melahirkan lebih dari sekali. Hal inilah yang menyebabkan fertilitas perlu dikaji

    secara lebih mendalam agar kedepannya lebih muda dalam mempelajari

    perkembangan fertilitas itu sendiri.

    1.2 Rumusan Masalah

    1. Apa yang dimaksud dengan fertilitas dan apa pengaruhnya dalam prosesdemografi?

    2. Apa sajakah factor-faktor yang mempengaruhi fertilitas?3. Bagaimanakah cara menghitung dan mempreediksi tingkat fertilitas?4. Apakah fungsi mempelajari fertilitas?5. Bagaimanakah tingkat fertilitas di Indonesia?6. Apakah pengaruh tingkat fertilitas di Indonesia terhadap kehidupan social-

    masyarakatnya?

    1.3 Tujuan

    1. Untuk mengetahui hakikat dari fertilitas dan hubungan fertilitas dalam prosesdemografi

    2. Untuk mengetahui factor-faktor yng mempengaruhi fertilitas3. Untuk mengetahui cara memprediksi dan menghitung tingkat fertilitas4. Untuk mengetahui fungsi mempelajari tingkat fertilitas5. Untuk mengetahui tingkat fertilitas di Indonesia

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    5/30

    6. Untuk mengetahui pengaruh tingkat fertilitas di Indonesia terhadapkehidupan social-masyarakatnya

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    6/30

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Fertilitas dan Hubungannya dengan Proses Demografi

    Fertilitas biasa disebut dengan kelahiran, namun hal tersebut sebenarnya

    kurang tepat. Fertilitas adalah terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan

    ada tanda-tanda kehidupan: misalnya menangis, bernafas, jantung berdenyut dan

    sebagainya (Ida Bagoes, 2000). Sehingga yang menjadi syarat bahwa sebuah

    kelahiran dianggap menjadi sebuah fertilitas adalah bayi yang dilahirkan harus

    memiliki tanda-tanda kehidupan walaupun hanya satu detik, atau biasanya disebut

    kelahiran hidup (live birth). Fertilitas erat kaitannya dengan ilmu-ilmu yang

    mempelajari kependudukan seperti halnya Demografi ataupun Geografi Penduduk.

    Kajian utama demografi adalah tentang kependudukan, baik tentang

    kepadatan penduduk, pertumbuhan penduduk dan juga permasalahan-permasalahan

    dalam penduduk itu sendiri. Menurut Philip M. Hauser dan Dudley Duncan (1959),

    Demografi adalah studi tentang jumlah, persebaran wilayah, komposisi penduduk dan

    perubahan-perubahan yang terjadi didalamnya serta penyebab perubahan-perubahan

    itu sendiri, yang bisanya meliputi fertilitas, mortalitas, migrasi, dan mobilitas social.

    Menurut IUSSP terdapat 3 proses dalam kajian Demografi, yaitu :

    1. Fertilitas2. Mortalitas3. MigrasiKetiga proses tersebut berperan besar dalam perubahan komposisi

    kependudukan terutama fertilitas. fertilitas merupakan sebuah komponen yang palingkompleks dalam demografi karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali,

    akan tetapi ia dapat melahirkan lebih dari seorang bayi (Ida Bagoes, 2000). Hal

    tersebut yang membuat pengkajian dan pemerediksian fertilitas sangat sulit dilakukan

    oleh demograf. DR. RK sembiring (1985) mengemukakan bahwa mengukur fertilitas

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    7/30

    merupakan suatu hal yang sangat kompleks karena berbeda dengan mortalitas yang

    semua dapat mengalaminya. Pada kasus fertilitas tidak semua penduduk dapat

    melahirkan selain itu diantara yang dapatpun tidak semua mau atau rela untuk

    melahirkan

    Selain itu dalam kajian demografi fertilitas dijadikan sebagai factor

    permasalahan utama dalam menangani masalah ledakan penduduk. Karena dengan

    semakin tingginya fertilitas, jumlah penduduk otomatis juga semakin meningkat. Hal

    tersebut menyebabkan para ahli demografi menyarankan untuk menekan laju

    fertilitas, karena untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk hanya itu yang

    dapat dilakukan. Tidak mungkin mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dengan

    meningkatkan prosentase kematian. Hal tersebut dianggap tidak manusiawi untuk

    dilakukan.

    Secara singkat dapat dijelaskan bahwa fertilitas itu menyangkut jenis berbeda

    dari kompleksitas masyarakat jika dibandingkan dengan mortalitas yang membuat

    analogi mekanitis antara dua proses vital yang secara teoritis tidak memadai dan

    secara intelektual berbahaya ( Calvin, 1985 : 205).

    2.2 Faktor

    Faktor yang Mempengaruhi Fertilitas

    Diawal telah dibahas bahwa fertilitas merupakan sebuah proses yang sangat

    kompleks. Hal tersebut dapat dilihat dari factor-faktor apa sajakah yang

    mempengaruhi fertilitas itu sendiri. Factor-faktor yang mempengaruhi fertilitaspun

    sangat beragam. Bahkan para ahli demografi memiliki perbedaan pendapat mengenai

    faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi fertilitas itu sendiri. Menurut Moni

    Nag (1968) terdapat 8 faktor yang mempengaruhi fertilitas, yaitu.

    a. Abstinensi setelah melahirakanb. Anstinensi karena sebab-sebab lainnyac. Pasangan absen untuk sementarad. Umur

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    8/30

    e. Frekuensi senggamaf. Kehilangan sebagian usia produktif karena berbagai factorg. Mempraktekkan senggama terputus dan aborsih. Mandul dan penyakit kelamin

    Kedelapan factor yang dikemukakan Moni Nag tersebut lebih menekankan

    pada factor-faktor biologisnya namun ada juga beberapa ahli yang menekankan pada

    factor social dan bahkan agama. Menurut frank lomier (1958) system kekerabatan

    juga mempengaruhi fertilitas. Frank mengatakan bahwa system kekerabatan lineal,

    yakni system patrilineal dan matrilineal cenderung memberikan dorongan fertilitas

    yang tinggi. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa system bilateral juga

    memiliki tingkat fertilitas yang tinggi pula.

    Dikaji mengenai hubungan agama dengan fertilitas dikemukakan bahwa Islam

    cenderung memberikan penekanan pada fertilitas yang tinggi dan struktursosial

    masyarakat-masyarakat islam cenderung mendukung fertilitas yang tinggi. Sementara

    itu agama budha lebih netral dalam menentukan fertilitas sedangkan Kristen cukup

    beragam dalam penyikapannya tergantung setiap sekte / alirannya. Contohnya

    protestan yang menginginkan pembatasan kelahiran. Sementara katolik cenderung

    lebih bebas. (Lorimer, 1958: 186-189)

    Menurut Kingsley Davis & Judith Blake Faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya

    yang memengaruhi fertilitas akan melalui faktor-faktor yang langsung ada kaitannya

    dengan ketiga tahap reproduksi, yaitu tahap intercourse (hubungan seksual),

    conseption (pembuahan sel telur oleh sel sperma) dan gestation (kehamilan). Faktor-

    faktor yang mempunyai kaitan antara ketiga variabel tersebut disebut variabel antara,

    yang terdiri dari:

    6 variabel yang memengaruhi intercouse, yaitu:

    Umur mulai berhubungan kelamin/kawin pertama.

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    9/30

    Selibat permanen : proporsi wanita yang tak pernah melakukan hubungankelamin.

    Lamanya berstatus kawin/lamanya masa melajang. Abstinensi (absen dalam melakukan hubungan seksual) secara sukarela. Abstinensi terpaksa (misal: sakit, berpisah ranjang sementara). Frekuensi senggama.

    3 variabel yang memengaruhi conception, yaitu:

    Fekunditas atau infekunditas yang disebabkan oleh hal-hal yang tidakdisengaja.

    Pemakaian kontrasepsi. Fekunditas atau infekunditas yang disebabkan oleh hal-hal yang disengaja.

    2 variabel yang memengaruhi gestation, yaitu:

    Mortalitas janin karena hal-hal yang tidak disengaja Mortalitas janin karena hal-hal yang disengaja

    2.3 Pola Fertilitas

    Sampai sejauh ini sudah dibicarakan langkah-langkah untuk memperoleh

    indeks nilai tunggal untuk mengukur fertilitas. Dipandang dari sudut berbagai

    variabel sudah tentu semua pergeseran fertilitas tidak mungkin dijumlahkan menjadi

    satu nilai tunggal. Meskipun demikian indeks nilai tunggal mempunyai kelebihan

    tertentu karena sifatnya sangat sederhana. Di pihak lain para ahli demografi harus

    juga menyadari beberapa kelemahan dalam membedakan keadaan demografis. Di

    bawah ini akan dibahas tabulasi statistik data sterilitas secara lebih luas.

    Gambarannya yang jelas hanya dapat diketahui apabila pola fertilitas tersebut

    diselidiki dengan teliti.

    a. Pola Fertilitas Khusus Menurut Umur

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    10/30

    Angka kelahiran (yautu fertilitas, dan bukan fekunditas) dimulai dari

    nol kira pada umur 15 tahun, kemudian memuncak pada umur mendekati 30

    tahun, sesudah itu menurun sampai nol lagi kira-kira pada umur 49 tahun.

    Puncak umur yang sebenarnya maupun angka penurunan sesudah puncah

    tersebut untuk masing-masing penduduk maupun didalam lingkungan

    penduduk itu sendiri ternyata berbeda. Perbedaan itu tergantung dari

    kebiasaan perkawinan, sterilitas, praktek keluarga berencana, maupun factor-

    faktor lain. Walaupun demikian perbedaan fertilitas itu lebih sering terjadi

    dalam tingkat kurva ini, dan bukan didalam bentuk umum yang senantiasa

    konstan untuk setiap penduduk maupun dari waktu ke waktu. Perbedaan yang

    terjadi selama perjalanan waktu dapat dipelajari dalam beberapa angka

    fertilitas khusus menurut umur yang tercantum dalam tabel 6.1. Ini

    merupakan pola fertilitas yang paling umum digunakan.

    b. Lamanya Pola Fertilitas Khusus Menurut PerkawinanSemua ukuran fertilitas yang telah diuraikan dapat memberikan hasil

    perhitungan yang menyesatkan apabila apabila angka perkawinan ternyata ab-

    normal. Apabila karena beberapa alas an tertentu perkawinan sementara

    waktu akan tertunda, dan kemudian di sebabkan juga karena banyak fertilitas

    terjadi lebih awal di dalam perkawinan, maka jumlah kelahiran akan menurun,

    yang kemudian diikuti pula dengan kenaikan yang merupakan kompensasi

    dengan syarat bahwa fertilitas perkawinan tetap konstan. Demikian pula

    apabila perkawinan secara temporer malah agak di percepat, jumlah kelahiran

    akan meningkat, yang kemudian menurun lagi. Fluktuasi jangka pendek yang

    disebabkan oleh perkawian ini hendaknya dapat disingkirkan dengan meneliti

    fertilitas perkawinan, dan bukan fertilitas semua wanita. Di kebanyakan Nega-

    ra lebih dari 90 persen kelahiran terjadi sebagai hasil ikatan perkawinan dan

    sisanya dapat dihitung secara terpisah.

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    11/30

    Salah satu pola ferilitas yang umum ialah lamanya angka fertilitas

    yang menunjukkan jumlah kelahiran oleh 1000 wanita selama 0,1,2, tahun

    sesudah perkawinan. Pola tersebut dapat dihitung dengan cara membagi

    kelahiran oleh ibu dari pada lamanya perkawinan x dengan jumlah

    perkawinan x tahun sebelum untuk nilai x = 0,1,2, tabel ini (contohnya

    pada tabel 6.3) dapat dipelajari menurut dua cara. Apabila tabel tersebut

    dibaca secara vertical, nilainya mencerminkan kehamilan kohor perkawinan

    tertentu pada saat melampaui tahap dari tahun ke tahun. Di pihak lain apabila

    dibaca secara horizontal, nilainya mencerminkan fertilitas yang terjadi selama

    jangka waktu perkawinan tertentu karena perhitungannya dihitung dari kohor

    sebelumnya sampai ke kohor berikutnya.

    TABEL 6.3

    Ferilitas menurut lamanya masa perkawinan, Australia (jumlah persalinan

    per 1000 perkawinan menurut berbagai jangka waktu yang berlainan)

    Lamanya

    perkawinan(tahun)

    Tahun Perkawinan

    1909 1919 1929 1939 1949 1959 1965

    1910 1920 1930 1940 1950 1960 1966

    Di bawah1

    2

    3

    45

    6

    7

    89

    10

    1112

    13

    14

    500 468 443 280 322 389 332232 271 272 276 318 346 265

    289 258 234 224 293 339 296

    318 282 198 210 271 303

    280 237 173 289 240 247252 213 149 173 212 202

    218 182 133 169 185 167

    197 163 115 139 161 139

    177 143 98 113 137 118152 114 84 95 116

    140 98 74 85 102

    125 77 61 70 84108 65 54 59 71

    95 53 51 51 58

    77 45 49 41 45

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    12/30

    15-19

    20-24

    247 136 140 118 105

    64 34 36 30

    Total 3.471 2.839 2.364 2.422 2.720

    (sumber : Demography Bulletin, beberapa tahun)

    Apabila pada kedua skala tersebut di gunakan pada tahun-tahun tunggal, tabel

    tersebut dapat juga dipelajari secara diagonal keatas; dalam hal ini nilainya

    merupakan angka fertilitas untuk jangka waktu perkawinan berikutnya selama

    satu tahun kalender tertentu. Pola tersebut tidak memperhitungkan umur ibu;dengan demikian jelas bahwa kemungkinan untuk melahirkan dalam jangka

    waktu 10 tahun sesudah perkawinan tentu akan sangat berbeda apabila

    perkawinan dilangsungkan pada umur 20 tahun, dan bukan 30 tahun. Degan

    demikian dengan kondisi demografis yang abnormal, pola tersebut harus

    digunakan secara hati-hati. Selain itu, untuk masa perkawinan yang lebih la-

    ma, nilainya akan terpengaruh oleh perubahan mortalitas maupun migrasi.

    c. Umur Perkawina dan Pola Fertilitas Khusus Menurut Lamanya PerkawinanPerkembangan yang nyata mengenai angka yang telah diuraikan di

    dalam paragraph sebelumnya ialah pengukuran fertilitas menurut umur pada

    saat perkawinan maupun lamanya masa perkawinan. Metode perhitungan

    memang sama, tetapi harus di tetapkan terhadap umur khusus pada saat

    perkawinan, dan bukan terhadap semua umur. Keberatan dalam metode

    tersebut tidak hanya karena banyaknya nilai yang harus difahami (setiap tahun

    memerlukan pola yang berlainan), tetapi juga fakta bahwa data dalam bentuk

    ini pada uumnya tidak dapat diperoleh dari himpunan statistik tahunan yang

    dapat diumumkan.

    d. Pola Fertilitas Khusus Menurut Paritas (Parity Specific Fertility Schedules)

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    13/30

    Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan program keluarga

    berencana yang semakin pesat telah cenderung menyebabkan perhatian

    semakin ditujukan kearah pembentukan jumlah keluarga yang terakhir.

    Gangguan ekonomi dan sosial dapat juga mempengaruhi kalahiran selama

    satu jangka waktu tertentu, tetapi bagaimanapun jumlah keluarga yang

    dikehendaki akhirnya akan dapat dicapai, dan bahwa penduduk akan

    cenderung mengarah pada frekuensi distribusi tertentu menurut besarnya

    keluarga. Jumlah kelahiran pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya per 1000

    wanita yang berumur 15-49 tahun, kadang-kadang dinyatakan seperti yang

    tampak di dalam tabel 6.4. I dengan demikian perubahan fertilitas dapat

    ditentukan sebagai akibat perubahan jumlah relatif rendahnya angka kelahiran

    (yang dinamakan juga kelahiran paritas yang rendah / low parity brith) atau

    berubahan frekuensi keluarga yang besar.

    Sementara itu perlu pula diperhatikan bahwa didalam angka fertilitas

    paritas tersebut tidak terhitung perkawinan atau jumlah anak. Penyebutnya

    secara sederhana adalah jumlah wanita yang berumur 15-49 tahun. Apabila

    pada suatu jumlah penduduk hanya terdapat sedikit ibu yang mempunyai x

    anak, maka beberapa x+1 anak akan dilahirkan. Dengan demikian angka

    tersebut merupakan refleksi struktur penduduk yang sudah ada, dan

    menunjukkan juga tingkat fertilitas yang berlaku saat itu.

    Tabel

    Angka Fertilitas Khusus PaaritasAustralia

    Tahun Kelahiran Nuptial per 1000 wanita yang berumur 15-49

    tahun

    1 2 3 4 5-9 10 dan ke atas1920-24 26,4 20,1 13,6 9,3 17,3 1,7

    1925-29 23,9 18,2 12,5 8,4 15,9 1,5

    1930-34 20,0 15,3 9,8 6,4 11,8 1,11935-39 23,2 15,4 8,9 5,2 8,8 0,8

    1940-44 27,6 19,1 10,3 5,4 7,6 0,6

    1945-49 31,9 25,1 13,9 6,8 7,8 0,5

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    14/30

    1950-54 30,2 26,7 16,7 8,4 7,7 0,5

    1955-59 28,8 25,4 17,8 9,8 9,3 0,4

    1960-64 27,7 23,6 16,9 9,8 9,9 0,41965-69 27,9 21,7 13,3 6,9 6,7 0,3

    (sumber : Demography Bulletin, beberapa tahun)

    e. Lamanya Masa Perkawinan dan Pola Fertilitas Khusus Menurut ParitasKahiran di beberarapa Negara kadang-kadang diumumkan menurut

    paritas dan lamanya masa perkawinan dengan meneliti kohor perkawinan

    suatu tahun tertentu menurut tahun per tahun akan dapat dihitunhitg (tanpa

    memperhitungkan mortalitas dan migrasi) jumlah wanita yang menikah

    menurut lamanya masa perkawinan itu sampai sekarang masih belum

    mempunyai anak, dengan cara mengurangi jumlah kelahiran pertama dari

    kohor itu tahun pertahun. Dengan menggunakan nilai terebut sebagai jumlah

    wanita yang menghadapi resiko kehamilan, jumlah kelahiran pertama oleh

    kohor itu dan angka kelahiran pertama menurut lamanya masa perkawinan

    dapat juga dihitung. Kedua, walaupun demikian angka kelahiran ketiga, dan

    lain-lain untuk setiap lamanya masa perkawinan tidak dapat dihitung menurut

    prosedur tersebut apabila tidak dilandasi oleh asumsi mengenai distribusi in-

    terval antara semua kelahiran. Perhitungannya cukup kompleks, dan

    mortalitas maupun migrasi harus tidak diperhitungkan, demikian pula harus

    disusun perkiraan untuk mencocokkan tahun perkawinan dan lamanya masa

    perkawinan. Dengan demikian menurut sistem pendekatan tersebut jarang

    diterapkan meskipun secara teoristis memang mungkin.

    f. Rasio Deret Paritas (Parity Progression Ratio)Rasio deret paritas ialah suatu istilah yang dipergunakan untuk

    menunjukkan suatu proporsi wanita paritas tertentu (x anak) yang menuju ke

    paritas berikutnya (x+1 anak). Rasio deret paritas tidak dapat diperoleh dari

    data umum yang diumumkan oleh para pejabat statistik resmi tanpa didukung

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    15/30

    oleh asumsi mengenai interval kelahiran. Dengan demikian rasio tersebut

    jarang diumumkan.

    2.4 Perhitungan Tingkat Fertilitas

    Terdapat dua perhitungan dalam fertilitas yaitu perhitungan fertilitas tahunan

    (yearly performance) dan Fertilitas kumulatif.

    A. Perhitungan Fertilitas TahunanPerhitungan ini menghitung tingkat fertilitas pada suatu kelompok

    tertentu dan pada tahun tertentu selama satu tahun. Serta dihubungkan dengan

    penduduk yang memiliki resiko melahirkan pada tahun tersebut.Perhitungan

    ini terdiri dari 3 perhitungan yaitu :

    1. CBR (Crude Birth Rate)Angka kelahiran kasar yaitu jumlah kelahiran per 1000 orang didalam

    suatu jumlah penduduk tertentu. Pengukuran ini merupakan pengukuran

    fertilitas paling sederhana karena data yang diperlukan hanya jumlah

    seluruh kelahiran dan jumlah seluruh penduduk.

    CBR =

    B = jumlah kelahiran pada tahun x

    P = jumlah penduduk pada tahun x

    K = konstanta (1000)

    Contoh:

    Jumlah penduduk Bengkulu pada tahun 2010 1.715.158 jiwa. Jumlah

    kelahiran pada tahun tersebut sebesar sebesar 24600 jiwa. Maka CBR

    provinsi Bengkulu adalah

    CBR =

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    16/30

    = 14,34

    Dari CBR hanya dapat menyusun penilaian yang bersifat umum saja

    karena, dari nilai itu tidak mungkin terjadi perbedaan rasio jenis kelamin,

    perbedaan distribusi umur dan penundaan atau lebih cepatnya perkawinan.

    Akan tetapi meskipun demikian ketika jumlah data terbatas maka

    perhitungan ini dapat menjadi perhitungan yang paling relevan untuk

    digunakan.

    2. GFR (General Fertility Rate)Angka kelahiran umum adalah perhitungan jumlah kelahiran per 1000

    wanita berumur 15 sampai 49 tahun.

    GFR =

    B = jumlah kelahiran pada tahun x

    Pf(15-49) = jumlah penduduk wanita 15-49 tahun pada tahun x

    K = konstanta (1000)

    Contoh:

    Jumlah kelahiran dibengkulu pada tahun 2010 sebesar 24600 sedangkan

    jumlah penduduk wanita usia 15-49 tahun sebesar 605.759. hitunglahGFR Bengkulu!

    GFR =

    = 39.62

    Sampai tingkatan tertentu perhitungan ini dapat memperbaiki kelainan

    yang terjadi dalam CBR sebagai akibat kelainan rasio jenis kelamin

    didalam jumlah penduduk atau kelainan distribusi umur.

    3. ASFR (Age Specific Fertility Rate)Angka fertilitas khusus menurut umur merupakan perhitungan tingkat

    fertilitas menurut banyaknya kelahiran dari wanita pada kelompok umur

    tertentu(umur produktif) per seribu wanita dipertengahan tahun.

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    17/30

    ASFRi =

    Bi = jumlah kelahiran dari wanita pada kelompok umur i

    Pfi = jumlah wanita kelompok umur I pada pertengahan tahun

    K = konstanta (1000)

    Contoh:

    ASFR penduduk Jakarta pada tahun 2000

    Umur wanita

    (1)

    Jml penduduk

    wanita (2)

    Jumlah

    kelahiran (3)

    ASFR (4) =

    (3)/(2) x 1000

    15-19 585.414 15.221 26

    20-24 589.946 57.225 97

    25-29 505.509 61.672 122

    30-34 399.754 33.979 8535-39 330.342 13.544 41

    40-44 257.850 2.579 10

    45-49 188.589 754 4

    jumlah 2.857.404 187.974

    Dengan menerapkan ukuran fertilitas semacam ini dapat

    disingkirkan salah satu klemahan indeks yang terdiri dari satu nilai, yaitu

    dengan cara menghilangkan distorsi yang disebabkan oleh perbedaab

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    1 2 3 4 5 6 7

    Angkafertilitaskhususmenurutum

    ur

    per1000

    Grafik ASFRi

    Series1

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    18/30

    komposissi umur penduduk. Meskipun demikian tidak urun masih juga

    diketemukan petunjuk fertilitas yang menyesatkan, terutama apabila

    angka kelahiran khusus menurut umur diterapkan pada saat perkawinan

    tertunda atau malah dipercepat.

    B. Pengukuran Fertilitas KumulatifPengukuran ini mengukur rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh

    wanita pada waktu wanita itu memasuki usia subur hingga melampaui batas

    reproduksinya (umur 15-49 tahun). menunjukkan kumulatif fertilitas selama

    masa reproduksinya.

    Meskipun secara relative bentuk angka fertilitas khusus menurut umur

    memang cukup cocok apabila didispersikan didalam kelompok umur lima

    suatu rumus yang cocok agar dapat diterapkan untuk mengkombinasikan

    berbagai angka khusus menurut individual.

    1. TFR (Total Fertility Rate)Merupakan perhitungan jumlah kelahiran hidup tiap 1000 wanita hingga

    akhir masa reproduksinya. Angka TFR diperoleh dengan

    menggabungkan berbagai angka fertilitas khusus umur untuk wanita yang

    tercakup didalam setiap umur. Apabila kelompok umur lima tahun yang

    digunakan maka jumlahnya harus dikalikan lima karena, merupakan

    jumlah angka pada setiap umur individu yang diperlukan.

    TFR= 5

    5 = kelompok umur

    ASFRi= total ASFRi

    Contoh :

    Umur wanita ASFR

    15-19 26

    20-24 97

    25-29 122

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    19/30

    30-34 85

    35-39 41

    40-44 10

    45-49 4

    TFR = 5(26+97+122+85+41+10+4)

    = 5 x 385= 1925 per 1000 penduduk wanita

    Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap penduduk

    wanita usia 15-49 rata-rata memiliki dua orang anak. Meskipun TFR

    mencerminkan penduduk wanita berumur 15-49 tahun yang sama

    sebagaimana halnya sama dengan ASFR, namun pada hakekatnya angka

    tersebut merupakan perbaikan atas angka ASFR karena dapatmenghilangkan berbagai perbedaan distribusi umur antara 15-49 tahun.

    2. GRR (Gross Reproduction Rate)Angka reproduksi bruto merupakan salah satu rumus reproduksi yang pal-

    ing sering dipergunakan. GRR hanya menunjukkan jumlah angka

    kelahiran khusus menurut umur 15-49 tahun yang dihitung untuk

    kelahiran wanita saja, dan mencerminkan jumlah rata-rata anak wanita

    tanpa memperhitungan kematiannya, yang akan menggantikan ibu mereka

    dengan dilandasi asumsi bahwa angka untuk tahun yang bersangkutan

    tetap berlaku dalam jangka waktu tidak tentu. GRR merupakan ukuran

    tentang jumlah rata-rata anak wanita yang dilahirkan oleh wanita selama

    masa hidupnya. Perhitungan GRR pada hakikatnya sama dengan TFR.

    Akan tetapi karena GRR terbatas hanya satu jenis kelamin saja maka

    angka yang muncul hanya separuh TFR saja. Secara simbolis GRR dapat

    dinyatakan dengan dua rumus.

    1. Menggunakan ASFR bagi perempuanGRR= 5

    ASFRfi : angka kelahiran menurut umur untuk bayi perempuan untuk

    perempuan pada kelompok umur i

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    20/30

    Contoh:

    Jumlah kelahiran bayi laki-laki dan bayi wanita berturut-turut adalah 105

    dan 100.

    Umur

    wanita

    (1)

    Jumlah

    penduduk

    wanita (2)

    Jumlah

    kelahiran

    L+P (3)

    Jumlah kelahiran

    bayi wanita

    (4)= (3) x

    (100/205)

    ASFR bayi

    wanita (5)=

    (4)/(2) x 1000

    15-19 585.414 15.221 7.425 13

    20-24 589.946 57.225 27.915 47

    25-29 505.509 61.672 30.084 60

    30-34 399.754 33.979 16.575 42

    35-39 330.342 13.544 6.607 20

    40-44 257.850 2.579 1.258 445-49 188.589 754 368 2

    Jumlah 2.857.404 187.974 90.232 188

    GRR=5

    = 5 x 188

    = 940

    2. Menggunakan TFR dengan rasio jenis kelamin pada saat lahirDapat menggunakan rumus ini apabila Data yang diketahui adalah TFR

    dan rasio jenis kelamin bayi laki-laki dan wanita saat lahir

    GRR =

    Contoh:

    TFR per 1000 wanita usia 15-49 tahun di Tasikmalaya tahun 2001 adalah

    1925. Adapun rasio jenis kelamin saat lahir adalah 105 (terdapat 105 bayi

    laki-laki dibanding 100 bayi perempuan). Hitung GRRnya

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    21/30

    GRR =

    = 939

    3. NRR (Nett Reproduction Rate)NRR adalah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh sebuah kohor

    hipotesis dari 1000 perempuan dengan memperhitungkan kemungkinan

    meninggalkan perempuan-perempuan itu sebelum mengakhiri masa

    reproduksinya. Misalnya sebuah kohor yang terdiri dari 1000 bayi

    perempuan, beberapa dari perempuan itu memiliki potensi untuk

    melahirkan hingga umur 20, sebagian hingga umur 30, sebagian hingga

    umur 40 dan seterusnya dan hanya sebagian yang dapat melewati masa

    produktif (50 tahun). Jadi dari kohor tersebut dihitung jumlah perempuan-

    perempuan yang dapat bertahan hidup pada umur tertentu dengan

    mengalikannya dengan kemungkinan hidup dari waktu lahir hingga

    mencapai usia tersebut. Dalam prakteknya perhitungan NRR dapat

    didekati dengan rumus:

    NRR = ASFRfi

    Contoh:

    Golongan

    umur

    ASFRfi per

    1000nLx

    ASFRfi x

    15-19 52,99 379.868 3,79868 201,9

    20-24 99,32 370.775 3,70775 386,25

    25-29 82,62 359.285 3,59285 296,84

    30-34 70,65 346.825 3,46285 245,03

    35-39 49,35 334.528 3,34628 165,09

    40-44 23,07 321.670 3,21670 74,21

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    22/30

    44-49 7,20 307.228 3,07288 22,12

    Jumlah 1.390,83

    Sumber : Mantra, 1985

    Angka NRR sebesar 1.390,83 beraarti dari 1000 perempuan selama periode

    masa reproduksinya rata-rata mempunyai 1391 anak perempuan.

    2.5 Fungsi Mempelajari Fertilitas

    Angka kelahiran yang tinggi di Indonesia adalah salah satu faktor yang

    menjadi pertimbangan bagi pemerintah Indonesia dalam mengambil keputusan serta

    membuat sebuah kebijakan. Di negara yang memiliki populasi penduduk terbanyak

    ke-4 di dunia setelah China, India, Amerika sekitar 1,98% pertahun dengan total

    populasi penduduk mencapai 236.355.303 jiwa. Penting bagi pemerintah Indonesia

    untuk mengetahui seberapa tingginya angka kelahiran di wilayah Indonesia. Sehingga

    bisa diterapkan kebijakan-kebijakan dengan perencanaan yang matang.

    Tingkat kelahiran adalah salah satu faktor penting yang dianalisa dalam ilmu

    kependudukan, selain dari faktor tingkat kematian, serta tingkat migrasi. Tingkat

    kelahiran mempengaruhi tingkat pertumbuhan penduduk secara alami. Dalam

    penganalisaannya, ada metode-metode yang menggunakan rumus-rumus perhitungan,

    untuk mengukur secara tepat angka kelahiran dari populasi penduduk di dalam wila-

    yah, sehingga bisa diukur seberapa tingginya tingkat kelahiran di wilayah tersebut.

    Dengan begitu kita tahu fungsi mempelajari tingkat kelahiran di Indonesia, antara

    lain:

    1. Mengetahui tingkat pertumbuhan penduduk disetiap wilayah di dalamlingkungan negaranya khususnya Indonesia, sehingga dapat secara efektif

    mampu menerapkan hukum serta aturan-aturan yang dapat digunakan untuk

    mengawasi dan mengatur hak serta kewajiban dari tiap-tiap anggota

    masyarakat.

    2. Bagi pemerintah informasi tentang pertumbuhan penduduk sangat membantudi dalam menyusun perencanaan baik untuk pendidikan, perpajakan,

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    23/30

    kesejahteraan, pertanian, pembuatan jalan-jalan atau bidang-bidang lainnya,

    yang dilakukan pemerintah menjadi lebih tepat sasaran jika

    mempertimbangkan komposisi penduduk yang ada sekarang dan yang akan

    dating.

    3. Menjelaskan pertumbuhan penduduk pada masa lampau, kecenderungannyadan persebarannya dengan sebaik-baiknya dan dengan data yang tersedia.

    4. Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan pendudukdengan bermacam-macam aspek organisasi sosial, ekonomi, budaya,

    lingkungan dan lain-lain.

    5. Memperkirakan pertumbuhan penduduk (proyeksi penduduk) pada masa yangakan datang dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya.

    6. Evaluasi kinerja pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah denganmelihat perubahan komposisi penduduk yang ada sekarang dan yang lalu

    beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

    7. Melihat peningkatan standar kehidupan melalui tingkat harapan hidup rata-rata penduduk, sebab tidak ada ukuran yang lebih baik kecuali lamanya hidup

    sesorang di negara yang bersangkutan

    8. Melihat seberapa cepat perkembangan perekonomian yang dilihat dariketersediaan lapangan pekerjaan, persentase penduduk yang ada di sektor

    pertanian, industri dan jasa.

    9. Sebagai pertimbangan bagi tiap-tiap kebijakan yang akan dikeluarkan olehpemerintah, baik pusat maupun daerah, pada tiap-tiap wilayah negara, supaya

    tidak terjadi kesalahan dalam penerapan dan realisasi, serta sosialisasinya

    terhadap masyarakat.

    2.6 Tingkat Fertilitas di Indonesia

    Permasalahan kependudukan terutama mengenai jumlah penduduk memang

    merupakan permasalahan yang sedang dialami seluruh negara didunia. Bayangkan

    saja pada tahun 2012 saja penduduk didunia tercatat lebih dari 7 milyar jiwa. Setiap

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    24/30

    tahun jumlah itupun terus menerus bertambah dan belum menunjukkan adanya

    penurunan. Sumbangan terbesar pertambahan penduduk dunia disumbang oleh Nega-

    ra berkembang, Termasuk didalamnya Indonesia. Indonesia menempati peringkat ke

    empat setelah China, India, dan Amerika untuk masalah jumlah penduduk. Jumlah

    penduduk Indonesia menurut sensus tahun 2010 sebesar 237.641.326 jiwa dengan

    pertumbuhan penduduk sebesar 1,3% per tahun.

    Besarnya angka pertambahan penduduk Indonesia tersebut disebabkan tingkat

    fertilitas cukup tinggi hal tersebut dapat diketahui dengan menghitung CBR pada

    tahun 2010.

    CBR =

    = 24,51 jiwa

    Hal tersebut mengindikasikan bahwa setiap 1000 penduduk terdapat 25 kelahiran

    bayi. Fertilitas di Indonesia bias terus bertambah apabila tidak upaya untuk

    mengendalikan angka kelahiran. Hal ini mengingat piramida penduduk Indonesia

    yang menunjukkan jumlah perempuan usia produktif (15-49 tahun) berjumlah sangat

    besar.

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    25/30

    Sumber : http://sp2010.bps.go.id/index.php

    Selain dapat diketahui melalui perhitungan CBR secara manual, menurut sensus

    penduduk pada tahun 2010 TFR di Indonesia juga cukup tinggi. Berikut table TFR

    tiap provinsi Indonesia berdasarkan sensus penduduk tahun 2010.

    Tabel

    Total Fertility Rate pada tiap provinsi di Indonesia pada tahun 2010

    Provinsi 2010

    Nanggroe Aceh Darussalam 2.79

    Sumatera Utara 3.01

    Sumatera Barat 2.91

    Riau 2.82

    Jambi 2.51

    Sumatera Selatan 2.56Bengkulu 2.51

    Lampung 2.45

    Bangka Belitung 2.54

    Kepulauan Riau 2.38

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    26/30

    DKI Jakarta 1.82

    Jawa Barat 2.43

    Jawa Tengah 2.20

    DI Yogyakarta 1.94

    Jawa Timur 2.00

    Banten 2.35

    Bali 2.13

    Nusa Tenggara Barat 2.59

    Nusa Tenggara Timur 3.82

    Kalimantan Barat 2.64

    Kalimantan Tengah 2.56

    Kalimantan Selatan 2.35

    Kalimantan Timur 2.61

    Sulawesi Utara 2.43

    Sulawesi Tengah 2.94

    Sulawesi Selatan 2.55

    Sulawesi Tenggara 3.20

    Gorontalo 2.76Sulawesi Barat 3.33

    Maluku 3.56

    Maluku Utara 3.35

    Papua Barat 3.18

    Papua 2.87

    INDONESIA 2.41

    Sumber: Badan Pusat Statistik (berdasarkan sensus penduduk tahun 2010)

    Dari tabel tersebut menunjukkan TFR yang berfariasi antar tiap provinsi pada tahun

    2010. TFR terendah dicapai oleh provinsi DKI Jakarta dengan 1,82 dan tertinggi

    diperoleh oleh NTT dengan 3,82. Dibanding hasil survey tahun 2007 TFR Indonesia

    memang cenderung mengalami penurunan karena pada tahun 2007 TFR Indonesia

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    27/30

    sebesar 2,60. Namun hal tersebut tidak dapat dijadikan sebagai acuan bahwa laju

    pertumbuhan penduduk akan mengalami penurunan. karena idealnya TFR yang

    diperoleh sebesar 2,0. Apabila dibandingkan dengan sensus yang dilakukan pada

    tahun 2000 pada 2010 termasuk mengalami peningkatan karena besarnya TFR pada

    tahun 2000 adalah 2,27.

    2.7 Pengaruh Fertilitas Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia

    Sangat berbeda dengan perubahan-perubahan mortalitas sesudah perang dunia

    kedua di Negara-negara berkembang, pola-pola fertilitas di sebagian besar penjuru

    dunia tidak menunjukkan adanya perubahan ketingkat yang lebih rendah. Memang,

    yang terjadi adalah fertilitas yang tetap tinggi, dengan relative rendahnya mortalitas

    karena peningkatan layanan kesehatan dan standard hidup. Selain itu tidak ada

    migrasi internasional yang berarti, menyebabkan pertumbuhan penduduk di Negara-

    negara sedang berkembang terus meningkat. Hal tersebut memunculkan masalah-

    masalah social, ekonomi dan politik (Calvin Goldsckfider, 1985).

    Permasalahan-permasalahan yang muncul akibat tingginya tingkat fertilitas

    juga dialami oleh Indonesia sebagai salah satu Negara yang sedang berkembang.

    Tingginya fertilitas ini mengakibatkan permasalahan seperti kurangnya pemenuhan

    gizi untuk bayi, kemiskinan, dan konflik social dalam masyarakat, beban tanggungan

    tinggi. Rasio beban tanggungan penduduk Indonesia tergolong cukup tinggi yaitu

    sebesar 53,08 tiap 100 penduduk produktif. Menurut Ida Bagoes (2000) tingginya

    angka dependensi ratiomerupakan factor penghambat pembangunan ekonomi Indo-

    nesia, karena sebagian pendapatan yang harus diperoleholeh golongan yang produktif

    terpaksa harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan golongan yang tidak

    produktif.

    Terhambatnya pembangunan menyebabkan persebaran penduduk kurang

    merata, karena konsentrasi penduduk hanya terjadi di daerah dengan tingkat pem-

    bangunan tinggi saja. Pulau jawa dengan tingkat pembangunan yang tinggi menjadi

    tempat utama konsentrasi penduduk. Hal tersebut menimbulkan banyak sekali

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    28/30

    masalah seperti kurangnya lahan untuk tempat tinggal, hingga konflik social karena

    tingginya kebutuhan ekonomi.

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    29/30

    BAB III

    PENUTUP

    3.1KesimpulanFertilitas adalah terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada

    tanda-tanda kehidupan: misalnya menangis, bernafas, jantung berdenyut dan

    sebagainya. Banyak sekali factor-faktor yang mempengaruhi fertilitas antara lain so-

    cial, ekonomi, kesehatan dan agama. Perbedaan factor tersebut tergantung latar

    belakang ahli yang mengemukakan. Namun walau bagaimanapun kesemua factor

    yang disebutkan harus melewati 11 variabel antara yang dikemukakan oleh Kingsley

    Davis & Judith Blake.

    Terdapat dua jenis perhitungan untuk menghitung fertilitas yaitu perhitungan

    fertilitas tahunan, dan kumulatif. Perhitungan fertilitas tahunan terdiri dari CBR,

    GFR, dan ASFR. Sedangkan perhitungan kumulatif terdiri atas TFR, GRR, NRR.

    Semua perhitungan dalam fertilitas ini dapat digunakan sesuai kebutuhan data.

    Fertilitas di Indonesia tergolong tinggi hal tersebut dibuktikan dari

    perhitungan-perhitungan dan didukung hasil sensus yang dilakukan pemerintah pada

    tahun 2010. Tingginya fertilitas di Indonesia menimbulkan banyak permasalahan

    baik disektor ekonomi, politik dan social.

    3.2SaranDalam pertimbangan mengenai berbagai macam lembaga social dan

    subsistem masyarakat yang membentuk pola penurunan fertilitas dalam proses

    modernisasi, salah satu hal yang penting namun diabaikan ialah peranan lembaga-

    lembaga politik. Pemerintah sebagai salah satu alat politik seharusnya dapat membuat

    peraturan yang tegas untuk mengatur pola fertilitas dalam masyarakat.

    Pengendalian fertilitas juga dapat dilakukan dengan cara meningkatkan taraf

    hidup masyarakat dan meningkatan pelayanan masyarakat. Dengan meningkatnya

    standard hidup masyarakat maka akan muncul suatu pola fikir tentang value of chil-

    dren. Pola fikir inilah nantinya yang dapat menekan tingginya tingkat fertilitas dalam

    masyarakat.

  • 7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi

    30/30