gambaran kinerja supply chain pd proyek konstruksi gedung

Upload: handoko-coco

Post on 10-Feb-2018

244 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Gambaran Kinerja Supply Chain Pd Proyek Konstruksi Gedung

    1/12

    JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No. 4 Tahun XXII, Desember 2008, 258 - 269 ISSN 0215-1685

    258

    Gambaran Kinerja Supply Chain pada

    Proyek Konstruksi Bangunan Gedung

    R. D. Wirahadikusumah, B.W. Soemardi, M. Abduh, C. Z. OktavianiKK Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan

    Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10, Bandunge-mail: [email protected]

    Abstrak

    Industri konstruksi dikenal sebagai industri yang tidak efisien. Penerapan lean construction

    khususnya pengelolaan rantai pasok, atau Supply Chain Management (SCM), adalah salah satu usaha

    yang berpotensi untuk meningkatkan efisiensi suatu pelaksanaan proyek konstruksi. Pada proyekpembangunan gedung bertingkat tinggi, terdapat kecenderungan peningkatan peran pemilik proyek

    dalam penyusunan jaringan supply chain konstruksi. Strategi pemecahan kontrak merupakan upaya

    pihak pemilik untuk meningkatkan value atas biaya yang sudah dikeluarkannya. Namun, jaringan supply

    chain konstruksi yang efektif selayaknya adalah jaringan yang dapat meningkatkan value bagi seluruhpihak yang terlibat. Untuk mengetahui gambaran kinerja supply chain pada proyek konstruksi bangunan

    gedung, telah dilakukan survei ke empat lokasi proyek di Jakarta. Dengan menggunakan sepuluh

    indikator yang dipilih berdasarkan konsep-konsep lean construction (conversion, flow, dan value),

    didapatkan gambaran karakteristik kinerja proyek-proyek yang memiliki bentuk supply chain yang

    berbeda. Analisa terhadap nilai-nilai indikator menunjukkan bahwa para kontraktor secara umum telah

    menjalankan konsep conversion. Pembentukan hubungan kerjasama jangka panjang dengan pihak

    subkontraktor dan supplier, serta pengadaan material strategis secara terpusat adalah upaya kontraktordalam SCM. Di sisi lain, implementasi konsep flow dan value dalam proyek konstruksi masih lemah.

    Kata kunci: Kinerja, rantai pasok, proyek, konstruksi, konstruksi ramping, conversion, flow dan value

    AbstractConstruction has not been considered as an efficient industry. The application of lean construction

    principles, particularly the Supply Chain Management (SCM), is potential to improve the efficiency of

    construction processes. Recent trends show the increasing role of owners in selecting the construction

    supply chains on high-rise building projects. Owners prefer to deal with different partners using separate

    contracts in order to increase value of their expenses. While this strategy has benefited owners, however,

    an effective supply chain should also increase values for all the parties involved in the supply chain. The

    effect of separating contract on supply chain performance has been contemplated; thus, the first step of

    the study was to obtain a general portrayal of supply chain performance. Surveys to four high-rise

    building construction sites in Jakarta, each had different characteristics, were conducted and by using

    the previously developed performance indicators, a rough assessment on their performances has been

    identified. The indicators include three aspects, namely, conversion, flow, and value. The findings

    indicate that among the three issues, the concept of conversion is the most realized in construction

    projects. The study also found that contractors maintain long term partnerships with subcontractors andsuppliers; furthermore, contractors have implemented central-based strategic material procurement.

    Although flow andvalueconcepts have only been partially recognized, these findings demonstrated

    that contractors had implemented strategies in line with supply chain management.

    Keywords: Performance, supply chain, construction, projects, lean construction, conversion, flow andvalue

    1. Latar BelakangProyek konstruksi bangunan gedung

    bertingkat tinggi mencakup jumlah danjenis kegiatan yang banyak, tingkat

    kompleksitasnya pun semakin meningkat

    seiring dengan meningkatnya penggunaan

    berbagai fasilitas pendukung bangunanmodern. Kegiatan-kegiatan tersebutmembutuhkan keahlian khusus. Hal inimenyebabkan kebutuhan pemilahan lingkup

    proyek menjadi paket-paket pekerjaan yang

  • 7/22/2019 Gambaran Kinerja Supply Chain Pd Proyek Konstruksi Gedung

    2/12

    Gambaran Kinerja Supply Chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung

    JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No.4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269 259

    lebih kecil dan spesifik, dengan demikiantentunya melibatkan banyak pihak. Dalam

    pembangunan bangunan gedung yangtipikal misalnya, sangat umum ditemukan

    keterlibatan lebih dari lima puluhperusahaan kontraktor, subkontraktor, dan

    pemasok. Keterlibatan banyak elemen akanmembentuk Supply Chain (SC) yang

    kompleks.

    Pengelolaan SC di industri konstruksisangat berpotensi sebagai suatu usaha

    strategis untuk meningkatkan daya saingperusahaan di tengah semakin ketatnyapersaingan lokal, regional maupun global.Salah satu unsur penting pengelolaan SC

    adalah struktur jaringan yang efektif,

    karena sebuah SC yang efisien selayaknyadapat meningkatkan daya saing setiap

    perusahaan yang menjadi bagian dari rantaitersebut.

    Studi awal telah memetakan pola danproses pembentukan SC pada industrikonstruksi khususnya proyek bangunangedung di Indonesia ([1], [2]). Pada studitersebut teridentifikasi bahwa secara umum

    pola SCbervariasi sejalan dengan adanyaperbedaan metoda kontrak yang digunakan

    yaitu Kontrak Umum (GeneralContracting) dan Kontrak Terpisah

    (Separate Contracting). Di samping itu,dijelaskan pula bahwa variasi juga terdapat

    pada masing-masing pola umum, yangdisebut sebagai pola-pola khusus. Pola-polakhusus ini sesuai dengan fenomenapeningkatan keterlibatan pihak pemilik

    dalam pengadaan material strategis padaproyek konstruksi.

    Kajian awal tersebut perlu

    ditindaklanjuti dengan studi-studi yangmengarah pada metoda pengelolaan SC,dalam lingkup supply chain management,dibutuhkan pengukuran kinerja yangberdasarkan pada suatu sistem indikator

    yang relevan. Berbagai studi yang telahdilakukan ([3], [4], [5]) fokus pada industri

    manufaktur, sedangkan untuk industrikonstruksi dikembangkan sepuluh indikatorkinerja SC yang disusun berdasarkan padatiga aspek utama lean construction yaitu

    conversion, flow, dan value [6].

    Dengan menggunakan indikator-indikator ini, empat lokasi proyek

    konstruksi bangunan gedung telah disurveiuntuk mendapatkan gambaran karakteristik

    kinerja proyek-proyek yang memilikibentuksupply chain yang berbeda.

    2. Indikator Kinerja Supply ChainKonstruksi

    Pengelolaan conversion dalamkonteks proyek konstruksi dapat dilakukandengan mengendalikan dan

    mengoptimalkan penggunaan sumberdayasecara hirarkis, sehingga proses produksi

    dari input menjadi output di proyek

    konstruksi dapat berjalan dengan baik.Untuk pengelolaan flow dapat dilakukandengan meningkatkan sistem perencanaan

    dan pengendalian proyek. Perencanaanyang baik dapat mengoptimalkan aktivitas

    proses produksi yaitu fokus pada value-adding activities dan mengurangi nonvalue-adding activities. Dengan demikian,flow seluruh pekerjaan menjadi lancar.Penciptaan value yang sesuai dengan

    keinginan konsumen merupakan prinsipdasar yang melingkupi semua tahapan

    dalam proses produksi suatu produk. Dalamseluruh tahapan proses produksi, seluruhpihak yang terlibat selayaknya melakukanusaha-usaha ke arah pencapaian hasil akhir

    yang sesuai dengan keinginan konsumen.

    Menggunakan pertimbangan hasilidentifikasi jenis-jenis data tipikal yang

    biasa dicatat pada proyek konstruksi olehperusahaan kontraktor besar, maka disusunsepuluh indikator yang dianggap relevandalam upaya pencapaian lean construction

    [7]. Kesepuluh indikator tersebut berikutketerkaitannya dengan jenis data serta

    konsep konstruksi ramping diuraikan padaGambar 1. Ada jenis data yang digunakan

    untuk lebih dari satu indikator, yaitu catatanmengenai permintaan pembelian (purchaseorder) yang digunakan untuk indikatorkinerja supplier dalam memenuhi jadwalpengiriman material, dan indikator waktutenggang antara pemesanan danpengiriman. Berbagai indikator dapat

    menggambarkan pemenuhan konsep-

    konsep konstruksi ramping. Indikator

  • 7/22/2019 Gambaran Kinerja Supply Chain Pd Proyek Konstruksi Gedung

    3/12

  • 7/22/2019 Gambaran Kinerja Supply Chain Pd Proyek Konstruksi Gedung

    4/12

    Gambaran Kinerja Supply Chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung

    JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No.4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269 261

    melakukan pemecahan kontrak, sehinggaseluruh SC yang terdapat dalam proyek

    konstruksi merupakan anggota SCkontraktor Y. Namun terdapat sedikit

    perbedaan dengan yang terjadi pada ProyekA, pada tahap pelaksanaan konstruksi pada

    Proyek B teridentifikasi adanya nominatedsub contractor terkait dengan ketersediaan

    dana.

    Kontraktor Y turut dilibatkan sejaktercapainya kesepakatan antara pihakowner

    dengan pihak nominated subcontractor,untuk selarasnya irama kerja dengankontraktor utama selaku koordinatorkegiatan di lapangan. Untuk itu kontraktorY mendapat fee koordinasi dengan besaran

    yang telah disepakati. Kontraktor utamaberkewajiban menyediakan fasilitas-

    fasilitas untuk mendukung pelaksanaanpekerjaan seperti listrik, gudang material,peralatan kerja horizontal dan peralatankerja vertikal. Pihak nominated

    subcontractor dikenakan biaya ataspenggunaan sumberdaya milik kontraktorutama. Selain itu juga terdapat pengadaanmaterial yang dilakukan oleh owner, akan

    tetapi bukan merupakan material strategisdengan volume yang tidak terlalu besar.

    Pola SC di proyek B dijelaskan padaGambar 3.

    Proyek C

    Proyek C adalah milik pihak swasta,yaitu proyek pembangunan apartemenberlokasi di Jakarta. Metoda kontrak yang

    digunakan adalah kontrak terpisah yangmasing-masing bersifat lumpsum fixed

    price. Kontraktor X merupakan salah satudari beberapa kontraktor yang memilikihubungan kontrak langsung dengan owner.Peran pemilik sangat besar dalampembentukan pola SC, terdapat hubungan

    langsung antara pemilik dengan pihakpenyedia jasa lainnya selain kontraktor X

    dan membentuk pola hubungan yang setaraantara pemilik proyek dengan pihak-pihakdibawahnya, yaitu kontraktor dansubkontraktor. Selain itu juga terjadinya

    hubungan langsung pemilik proyek denganpihak kontraktor lain dan pihak penyediamaterial.

    Gambar 1.Indikator Kinerja SC Konstruksi yang Relevan [7].

  • 7/22/2019 Gambaran Kinerja Supply Chain Pd Proyek Konstruksi Gedung

    5/12

    R. D. Wirahadikusumah, B.W. Soemardi, M. Abduh, C. Z. Oktaviani

    262 JURNAL TEKNOLOGI,Edisi No. 4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269

    Kontrak untuk pekerjaan struktur danpekerjaan arsitektur yang merupakan

    lingkup pekerjaan kontraktor X dilakukansecara terpisah. Selain itu ada bagian

    pekerjaan yang dikerjakan oleh kontraktorlain yang langsung berikatan kontrak denganowner, yaitu pekerjaan mekanikal danelektrikal dengan material yang dibeli atau

    disediakan oleh pemilik (supplied by

    owner). Di samping itu juga terindikasiadanya keterlibatan owner dalammenentukan pihak-pihak yang terlibat dalampelaksanaan pekerjaan nominated

    subcontractor. Pengadaan material terutamauntuk pekerjaan arsitektur dilakukan olehowner antara lain adalah material keramik

    dan perlengkapan sanitair. Pola SC diProyek C dijelaskan pada Gambar 4.

    Keamanan, ketertiban dan kebersihan

    lokasi pekerjaan. Terhadap pemakaiansegala fasilitas kontraktor Y sepertiperalatan kerja, listrik dan lain-lain olehpihak kontraktor lain dikompensasikan

    sesuai dengan kesepakatan bersama. Pola SC

    di Proyek D digambarkan pada Gambar 5.

    Proyek D

    Pemilik Proyek D adalah pihak swastayang membangun komplek apartemenberlokasi di Jakarta. Kontrak konstruksi

    adalah kontrak terpisah dan bersifatlumpsum fixed price. Owner melakukanpemecahan kontrak terhadap beberapa

    pengadaan barang maupun jasa yangdianggap potensial. Pengadaan materialpekerjaan arsitektur dilakukan oleh ownerantara lain material keramik, perlengkapan

    sanitair, dan pintu kayu. Selain itu adabagian pekerjaan yang dikerjakan olehkontraktor lain yang langsung berikatankontrak dengan owner. Praktek pemecahan

    kontrak ini dilakukan owner sebagai upaya

    penghematan biaya konstruksi.

    Kontraktor Y merupakan salah satu dari

    beberapa kontraktor yang memilikihubungan kontrak langsung dengan owner.

    Besaran tanggungjawab kontraktor Y hanyasebatas lingkup pekerjaan yang menjadikewajibannya. Terhadap pihak-pihak lainyang terlibat dalam proyek, kontraktor Y

    hanya bertanggungjawab terhadap aspek.

    Tabel 1.Data Umum Proyek Studi Kasus

    Proyek A Proyek B Proyek C Proyek D

    Penggunaan Gedung Rumah Sakit Perkantoran Apartemen Apartemen

    KompleksitasBangunan

    8 Lantai + 1Basement

    6 Lantai + 1Basement

    24 Lantai + 2Basement

    4 Tower, masing-masing 34 Lantai +2 Basement

    Pemilik Pemerintah Pemerintah Swasta SwastaPola Jaringan SC Pola Umum Pola Umum Pola Khusus Pola Khusus

    Metoda Kontrak Umum Umum Terpisah Terpisah

    Kontraktor Utama Kontraktor X Kontraktor Y Kontraktor X Kontraktor YSubkontraktorStruktur

    6 Perusahaan 8 Perusahaan 10 Perusahaan 35 Perusahaan

    SubkontraktorArsitektur

    15 Perusahaan 22Perusahaan

    39 Perusahaan

    Subkontraktor M/E 6 Perusahaan 11Perusahaan

    Kontraktor lain 10 PerusahaanPemasok/Supplier 32 Perusahaan 20

    Perusahaan

    22 Perusahaan 25 Perusahaan

    Nominated SubContractor

    Tidak Ada 1 Perusahaan 11 Perusahaan 1 Perusahaan

    Material yangDisediakan Pemilik

    Tidak Ada Karpet, IT,Soundsystem

    M/E, Keramik,Saniter

    Keramik, M/E,Saniter, Pintu

  • 7/22/2019 Gambaran Kinerja Supply Chain Pd Proyek Konstruksi Gedung

    6/12

    Gambaran Kinerja Supply Chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung

    JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No.4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269 263

    Gambar 2.Pola SCpada Proyek A

    TINGKATAN

    ORGANISASI

    PEMILIK PROYEK

    KONTRAKTOR Y

    PEKERJAAN STRUKTUR PEKERJAAN ARSITEKTUR

    NSC PEKERJAAN IT

    PROFESIONAL

    SUBKONTRAKTOR

    PEK. KERAMIK

    ORGANISASITINGKAT1

    ORGANISASITINGKAT2 KONSULTAN MANAJEMEN

    KONSTRUKSI

    KONSULTAN

    PERENCANA

    ORGANISASI

    TINGKAT3

    Material

    SUBKONTRAKTOR

    PEK. PLAFOND

    Alat bantu

    Tenaga Kerja

    SUBKONTRAKTOR

    PEK. M/E

    Material

    Alat bantu

    Tenaga Kerja

    Material Supplied

    By Owner

    Soundsistem

    Profesional, IT,

    Karpet

    Alat bantu

    Tenaga Kerja

    SUBKONTRAKTOR

    (MANDOR) PEK. DINDING

    Alat bantu

    Tenaga Kerja Material

    Alat bantu

    Tenaga Kerja

    Gambar 3.Pola SCpada Proyek B

    4. Pengukuran Kinerja SupplyChainSeperti telah dijelaskan pada Gambar 1,

    terdapat sepuluh indikator yang dapat

    digunakan untuk mendapatkan gambaranmengenai kinerja SC pada proyek konstruksi

    studi kasus. Dengan konsep yangberdasarkan konstruksi ramping tersebut,

    kesepuluh indikator dapat digunakan dengandefinisi dan formulasi sesuai dengan uraianpada Tabel 2.

    Selanjutnya, pengukuran dilakukan pada

    empat proyek konstruksi studi kasus.Pengukuran difokuskan pada pekerjaan

    finishing arsitektur dengan sub pekerjaan:

    pekerjaan dinding bata ringan, pekerjaan

    plafond, pekerjaan pemasangan keramik danpekerjaan mekanikal-elektrikal. Pengadaan

    material yang diamati adalah bata ringan,bata merah, plafond, keramik dan M/E.

    Indikator-indikator pada Tabel 2digunakan untuk mengukur danmendapatkan gambaran mengenai kinerjaSC di Proyek A, B, C, dan D. Hasilpengukuran dijelaskan pada Tabel 3.

    Merujuk pada Tabel 3, hasil pengukurandengan indikator-indikator nomor 4, 5, 6,

    dan 7, menunjukkan nilai-nilai yangseragam pada ke-empat proyek studi kasus.Demikian pula pada indikator 10b yangtidak bervariasi nilainya pada semua proyek

    yang diamati.

  • 7/22/2019 Gambaran Kinerja Supply Chain Pd Proyek Konstruksi Gedung

    7/12

    R. D. Wirahadikusumah, B.W. Soemardi, M. Abduh, C. Z. Oktaviani

    264 JURNAL TEKNOLOGI,Edisi No. 4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269

    Gambar 4.Pola SCpada Proyek

    Gambar 5.Pola SCpada Proyek D

    Nilai-nilai indikator 1 (intensitasperubahan/ revisi terhadap rencana kerja)

    menunjukkan terjadinya perubahan rencanakerja yang hampir sama pada proyek-proyek (40-50 kali), kecuali Proyek C yangtidak mengalami banyak revisi (12 kali).Proyek D dengan kompleksitas yang tinggi

    ternyata mengalami perubahan rencana

    kerja yang hampir sama dengan jumlahkejadian pada Proyek A dan B. Secara

    umum dapat dinyatakan bahwa, faktorperbedaan pola SC tidak terlaluberpengaruh terhadap nilai indikator ini.

    Indikator 2 menjelaskan bahwa

    intensitas kendala selama masa pelaksanaan

  • 7/22/2019 Gambaran Kinerja Supply Chain Pd Proyek Konstruksi Gedung

    8/12

    Gambaran Kinerja Supply Chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung

    JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No.4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269 265

    pekerjaan yang terjadi pada proyek adalahsebanyak 30-40 kali selama waktu

    pengamatan. Sama halnya dengan indikator1, pada Proyek C juga tidak terdapat

    banyak masalah (8 kali) dibandingkandengan proyek-proyek lain walaupun

    Proyek C cukup kompleks dan pola SCnyasangat dipengaruhi oleh pihak pemilik.

    Intensitas rapat koordinasi (indikator 3)hampir sama pada setiap proyek, namunkhusus pada Proyek D yang mencakup

    lingkup konstruksi yang besar, dilakukankoordinasi tambahan khusus untukmenangani urusan-urusan yang bersifateksternal terkait dengan pihak lain yang

    terlibat dalam proyek tetapi bukan di bawah

    koordinasi kontraktor utama.

    Inventory material seperti ditunjukkan

    pada indikator 8 tidak dipengaruhi olehpola SC pada tiap proyek, namun

    merupakan implementasi dari kebijakanperusahaan kontraktor di tingkat pusat.

    Kontraktor X yang menangani Proyek Adan C mengadakan persediaan material

    sampai dengan 10% dari kebutuhanbulanan, sedangkan pada Kontraktor Y

    dalam menangani proyek-proyekkonstruksinya membatasi persediaan

    material antara 5% sampai 10%.

    Keluhan dari pihak pemilik kekontraktor terjadi jauh lebih sering daripadatimbulnya keluhan dari kontraktor kesubkontraktor/ pemasok. Hal ini khususnya

    terjadi pada Kontraktor Y, jumlah keluhansebanyak 44 kali dalam berhubungandengan pemilik pemerintah dan 33 kalidengan pemilik swasta. Pada Kontraktor X,

    terjadi 15 kali keluhan dari pemilik pada

    Proyek A yang pola SC-nya tradisional, danterjadi 25 kali keluhan dari pemilik padaproyek C yang pola SC-nya memang lebihterfragmentasi.

    Tabel 2.Formulasi Indikator Kinerja SCProyek Konstruksi [6]

    No Indikator Sumber Data Cara Perhitungan1 Intensitas perubahan/revisi

    terhadap rencana kerjaVariation Orderatau ChangeOrder

    Jumlah kejadian revisi

    2 Intensitas kendala selamapelaksanaan pekerjaan

    Daftar kendala yang terjadiselama masa pelaksanaan

    Jumlah kejadian kendala

    3 Intensitas rapat koordinasi antar

    pihak yang terlibat

    Data risalah jenis-jenis rapat

    yang dilakukan selama masa

    pelaksanaan

    Jumlah seluruh jenis rapat

    koordinasi

    4 Intensitas defectpekerjaan Data catatan hasil pengawasanyang dilakukan proyek terkaitinspeksi dan tes terhadapsubkontraktor

    (Jumlah kegagalan dalamtes/Jumlah inspeksi dan tes) x100%

    5 Kinerja supplierdalammemenuhi jadwal pengiriman

    material

    Purchase Order (Jumlah kedatangan materialtidak tepat waktu/Jumlah

    kedatangan material) x 100%6 Waktu tenggang (lead time)

    antara pemesanan dan

    pengiriman

    Purchase Orderdan datamonitoring kedatangan material

    (Jumlah kejadian lead time aktuallebih panjang daripada lead time

    yang direncanakan/Jumlahkedatangan material) x 100%

    7 Intensitas kejadian rejectmaterial

    Data material reject (Jumlah kejadian reject/Jumlahkedatangan material) x 100%

    8 Inventorimaterial Data inventory material digudang

    (Volume material digudang/volume total material

    yang dibeli) x 100%9 Keikutsertaan subkontraktor di

    dalam perencanaan pelaksanaanCatatan keikutsertaansubkontraktor dalamperencanaan pelaksanaan

    Kualitatif(ada/tidak ada keikutsertaannya)

    10 Intensitas complaints dari ownerkepada kontraktor & darikontraktor kepada supplier

    Daftarcomplaints yang terjadiselama masa pelaksanaan

    Jumlah keluhan dari ownerkekontraktor + Jumlah keluhan darikontraktor ke pemasok

  • 7/22/2019 Gambaran Kinerja Supply Chain Pd Proyek Konstruksi Gedung

    9/12

    R. D. Wirahadikusumah, B.W. Soemardi, M. Abduh, C. Z. Oktaviani

    266 JURNAL TEKNOLOGI,Edisi No. 4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269

    Tabel 3.Kinerja Supply Chain Proyek Studi Kasus [8]

    Proyek A Proyek C Proyek B Proyek D

    Kontraktor X Kontraktor Y

    Pola Umum Pola Khusus Pola Umum PolaKhusus

    No. Indikator

    Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta

    1 Intensitas perubahan/revisi terhadap

    rencana kerja

    59 kali 12 kali 48 kali 52 kali

    2 Intensitas kendala selama pelaksanaanpekerjaan

    43 kali 8 kali 35 kali 42 kali

    3a Intensitas rapat koordinasi intern antarpihak yang terlibat

    28 kali 20 kali 28 kali 28 kali

    3b Intensitas rapat koordinasi ekstern antarpihak yang terlibat

    28 kali 20 kali 28 kali 56 kali

    3c Intensitas rapat koordinasi manajemenproyek dengan kantor pusat

    28 kali 20 kali 28 kali 28 kali

    3d Intensitas rapat koordinasi khusus 15 kali 2 kali 4 kali 8 kali

    4 Intensitas defectpekerjaan < 2% < 2% < 2% < 2%

    5 Kinerja supplierdalam memenuhi jadwalpengiriman material

    100% 100% 100% 100%

    6 Waktu tenggang (lead time) antarapemesanan dan pengiriman

    0% 0% 0% 0%

    7 Intensitas kejadian rejectmaterial < 2% < 2% < 2% < 2%8 Inventori material < 10% < 10% 5% - 10% 5% - 10%9 Keikutsertaan subkontraktor di dalam

    perencanaan pelaksanaanTidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak

    Ada10a Intensitas complaints dari owner kepada

    kontraktor

    15 kali 25 kali 44 kali 33 kali

    10b Intensitas complaints dari kontraktorkepada supplier

    1 kali 2 kali 2 kali 3 kali

    5.

    Kinerja Supply Chain MenujuImplementasi Konstruksi Ramping

    Seperti telah dijelaskan pada Bagian 2,pengukuran kinerja SC ini secara khusus

    dilakukan dalam konteks pencapaianpelaksanaan proyek yang berdasarkan padakonsep-konsep konstruksi ramping. Tigakonsep dasar konstruksi ramping menurut

    Koskela [4] adalah conversion, flow,dan value.

    Konsep ConversionPengelolaan conversion pada proyek

    konstruksi diharapkan dapat meningkatkanefektifitas pelaksanaan proses produksi.

    Terkait dengan konsep conversion initerdapat 4 indikator kinerja SC(Gambar 6).

    Hasil pengukuran kinerja terhadap 4indikator yang mengarah pada konsepconversion menunjukkan bahwa kinerjakeempat proyek studi kasus cukup seragam.Hal ini sejalan dengan pertimbangan bahwa

    baik Kontraktor X maupun Kontraktor Yadalah kontraktor BUMN besar yang telah

    berpengalaman selama puluhan tahun.Segala upaya pencapaian konsepconversion telah secara rutin dilakukan

    sesuai dengan kualitas kerja perusahaanyang telah memiliki prosedur standar

    kegiatan-kegiatan operasional, termasukjuga kepemilikan sertifikat ISO. Keduakontraktor menjalankan proses konstruksisebaik-baiknya dan tidak terpengaruh

    dengan pola SCproyek konstruksi.

    Hal yang perlu dicatat adalah bahwa

    indikator 9 (keiikutsertaan subkontraktordalam perencanaan pelaksanaan konstruksi)

    tidak dijumpai pada semua proyek yangdiamati. Perencanaan pelaksanaan

    konstruksi yang matang sebenarnya sangatdibutuhkan bagi kesuksesan proyek yangmeminimalkan penggunaan sumberdaya.Walaupun konsep ini telah disadari oleh

    pihak kontraktor utama, namun belumditerapkan. Di Indonesia, secara umum

    hubungan antara kontraktor utama dengansubkontraktor memang belum merupakan

    hubungan yang bersifatpartnership.

  • 7/22/2019 Gambaran Kinerja Supply Chain Pd Proyek Konstruksi Gedung

    10/12

    Gambaran Kinerja Supply Chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung

    JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No.4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269 267

    Konsep Flow

    Upaya pengelolaan flow adalahmengidentifikasi dan meminimalisasikegiatan-kegiatan yang tidak menambahkan

    nilai (non value-adding activities).Indikator-indikator 1, 2, 3, 5, 7, dan 8menggambarkan upaya-upaya tersebut

    (Gambar 7).

    Berdasarkan hasil pengukuran dapatdiketahui bahwa telah banyak perhatian dari

    kedua kontraktor dalam menerapkankonsep flow dalam proses produksi

    lapangan, terutama terkait dengankelancaran pasokan material. Kelancaran

    pasokan material diupayakan dengan

    pemesanan yang baik (waktu tenggang ataulead time yang cukup), sehingga pemasokdapat memenuhi jadwal pengirimanmaterial dengan baik.

    Berdasarkan hasil wawancara,diketahui bahwa kelancaran pasokanmaterial didukung dengan penerapan

    sistem kontrak payung untuk pengadaanmaterial-material strategis. Dengan kontrak

    yang bersifat lebih jangka panjang,hubungan antara kontraktor dengan

    pemasok menjadi lebih baik. Kontraktormendapatkan material dengan kualitas yang

    lebih terjamin, serta kontraktor dapatmelakukan pengelolaan persediaan

    (inventory) secara lebih optimal.

    Kelancaran pasokan material jugadiupayakan dengan pengelolaan gudangyang mencakup pemeriksanaan danpencatatan mendetil setiap kedatanganmaterial sebelum masuk gudang dan setiap

    pengeluaran material dari gudang.Kemudian, setiap hari pada akhir waktukerja juga dilakukan pemeriksaan danpencacatan sisa material oleh petugas

    gudang. Pada setiap akhir bulan dilakukanpemeriksaan bersama menyeluruh

    (opname) terhadap ketersediaan material.Jumlah material yang tersimpan di gudangpada akhir bulan diupayakan kurang dari10% pada Kontraktor X dan sekitar 5-10%

    pada Kontraktor Y, dari nilai pembelianyang dilakukan pada bulan berjalan.

    Gambar 6.Indikator Kinerja Supply Chain yang Terkait dengan Konsep Conversion

    Gambar 7.Indikator Kinerja Supply Chain yang Terkait dengan Konsep Flow

  • 7/22/2019 Gambaran Kinerja Supply Chain Pd Proyek Konstruksi Gedung

    11/12

    R. D. Wirahadikusumah, B.W. Soemardi, M. Abduh, C. Z. Oktaviani

    268 JURNAL TEKNOLOGI,Edisi No. 4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269

    Gambar 8.Indikator Kinerja Supply Chain yang Terkait dengan Konsep Value

    Kontraktor juga mengelola material sisapelaksanaan konstruksi. Perhitungankebutuhan dilakukan secara seksamadengan tujuan meminimalkan sisa material.Material sisa yang tidak dapat dihindari,

    seperti sisa pengecoran beton, potongan-potongan besi, dan keramik dimanfaatkan

    lagi sedemikian rupa sehingga tidakmenimbulkan permasalahan baru.

    Konsep Value

    Tujuan mendasar semua tahapan dalamproses produksi adalah penciptaan value

    yang sesuai keinginan konsumen. Valuemerupakan nilai yang ditentukan olehkonsumen yang merupakan kebutuhan yangharus diterjemahkan secara spesifik yaitu

    dalam spesifikasi teknis, batas waktu, dan

    biaya sesuai kontrak. Proses penciptaanvalue ini didukung oleh proses conversiondan flow yang telah dibahas sebelumnya.

    Terkait dengan konsep value, terdapat duaindikator yang digunakan seperti dijelaskan

    pada Gambar 8.

    Kegiatan pengendalian defect(pekerjaan yang tidak sesuai secara kualitas

    dan kuantitas) telah dilakukan dengan baikoleh kedua kontraktor, pemeriksaan mutupekerjaan dilakukan oleh pengawas internalsehingga setiap defect yang ditemukan

    langsung diperbaiki. Pemeriksaan kualitaspekerjaan pada proyek-proyek pemerintahbiasanya dilakukan secara terpadu padamasa akhir konstruksi, namun demikianpihak kontraktor selalu melakukanpemeriksaan periodik secara mandiri olehtim pengawas internalnya.

    Jumlah keluhan dari pemilik kepadakontraktor utama cukup sering ditemui,

    namun keluhan tersebut segera ditanganioleh kontraktor. Pemahaman kontraktor

    terhadap definisi value masih terbatas pada

    nilai-nilai yang tertera dalam kontrak.Namun, keinginan pihak pemilik tidakseluruhnya dapat disampaikan secaraeksplisit dalam dokumen kontrak, sehinggasejak sebelum dimulainya tahap konstruksi

    perlu dilakukan komunikasi yang baikdengan pemilik untuk mengurangi potensi

    kegagalan pencapaian value tersebut. Halini terutama penting diupayakan padaproyek-proyek konstruksi yang kompleksdan yang melibatkan banyak pihak serta

    melibatkan banyak kontrak terpisah.

    6. KesimpulanHasil pengukuran kinerja SC secara

    terbatas terhadap empat proyek konstruksi

    menunjukkan bahwa ditemui berbagai

    upaya kontraktor sejalan denganpencapaian lean construction. Secaraumum, kinerja SCproyek cenderung relatif

    lebih baik dalam pencapaian konsepconversion dibandingkan dengan konsepflow dan value. Kesimpulan ini tidakmengherankan karena konsep conversionadalah konsep yang paling tradisional danyang minimal harus secara optimaldilakukan oleh kontraktor untuk bertahan

    dalam bisnis konstruksi. Kedua kontraktoryang diamati adalah perusahaan-perusahaan

    yang telah puluhan tahun berkecimpung didunia konstruksi sehingga telah sangat baikmengimplementasikan konsep conversion.Sedangkan implementasi konsep flow danvalue lebih bersifat meningkatkan kinerja.

    Hipotesa bahwa pola SC yang lebih

    terfragmentasi akan cenderungmenghasilkan kinerja yang relatif lebihburuk daripada pola SC tradisional, tidakterbukti dalam studi kasus. Baik Kontraktor

    X maupun Y, dalam menangani proyek

    yang melibatkan peran pemilik yang besar

  • 7/22/2019 Gambaran Kinerja Supply Chain Pd Proyek Konstruksi Gedung

    12/12

    Gambaran Kinerja Supply Chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung

    JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No.4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269 269

    (Proyek C dan D) tetap melakukan kinerjayang relatif sebanding dengan kinerja pada

    proyek dengan pola SC tradisional (ProyekA dan B). Hal ini diduga karena kedua

    kontraktor sudah biasa menangani proyek-proyek yang komplek, banyak pihak

    terlibat, dan pemilik sangat berperan dalammemecah-mecah kontrak. Pada pelaksanaan

    konstruksi bangunan bertingkat tinggimemang akhir-akhir ini sedang mengalamikecenderungan seperti demikian.

    Hasil pengukuran yang telah dilakukan

    tidak dapat secara langsungmengindikasikan kinerja proyek denganpola SC yang bagaimana yang lebih baik.Nilai-nilai indikator akan menjadi

    bermakna apabila dilakukan suatupengukuran yang menyeluruh di industri

    konstruksi. Nilai indikator suatu proyekakan bermakna apabila dibandingkandengan nilai indikator pada proyek yangditangani oleh perusahaan kompetitornya

    (benchmarking).

    Daftar Acuan

    [1] Susilawati Studi Supply ChainKonstruksi pada Proyek Konstruksi

    Bangunan Gedung, Tesis Magister,

    Manajemen dan Rekayasa Konstruksi,Program Studi Teknik Sipil, InstitutTeknologi Bandung (2005).

    [2] Wirahadikusumah R. D., SusilawatiPola Supply Chain Konstruksi pada

    Proyek Konstruksi Bangunan Gedung,

    Jurnal Teknik Sipil ITB, Vol. 13 No. 3,Juli 2006, hal 107-122 (2006).

    [2] Beamon, B. M. Measuring SupplyChain Performance, International

    Journal of Operations and ProductionManagement, Vol. 19, No. 3, (1999).

    pp. 275-292.[3] Koskela, L. Application of the New

    Production Philosophy to the

    Construction Industry, CIFE TechnicalReport No. 72, California Centre for

    Integrated Facility Engineering,Stanford University (1992).

    [4] Taweesak, T. PerformanceMeasurement System in Supply Chain

    Activities, Burrapha University,

    Thailand, http://www.bmc.buu.ac.th(2003).

    [5] Noorlaelasari, Y. PengembanganIndikator Kinerja Supply Chain pada

    Proyek Konstruksi Bangunan Gedung,Tesis Magister, Manajemen dan

    Rekayasa Konstruksi, Program StudiTeknik Sipil, Institut Teknologi

    Bandung (2008).[6] Wirahadikusumah, R., Soemardi,

    B.W., Abduh, M., Kajian Hubungan

    Antar Pihak yang Terlibat dalam

    Rantai Pasok Proyek Konstruksi

    Bangunan Gedung, Laporan AkhirRiset KK-ITB 2007, LPPM - Institut

    Teknologi Bandung (2007).

    [7]

    Oktaviani, C. Z. Kajian Kinerja SupplyChain pada Proyek KonstruksiBangunan Gedung, Tesis Magister,

    Manajemen dan Rekayasa Konstruksi,Program Studi Teknik Sipil, Institut

    Teknologi Bandung (2008).