green theory over all

Upload: dny-yarmawati

Post on 10-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Green Theory Over All

    1/6

    GREEN THEORY

    by: Robyn Eckersley

    Permasalahan lingkungan merupakan salah satu permasalahan yang sangat menarik dalam

    disiplin Hubungan International, yang secara tradisional berfokus kepada High Politics

    seperti keamanan dan konflik antar negara. Peningkatan permasalahan lingkungan yang

    melintasi batas negara terjadi pada tahun 1970an, hal ini dilihat oleh hubungan internasional

    sebagai permasalahan yang cukup berat menyangkut lingkungan. Perusahaan lingkungan

    internasional yang menjadi fokus analisis lingkungan ini, dimana perusahaan ini mengatur

    sistem sungai utama ,laut dan atmosfer. Permasalahan lingkungan yang paling sering muncul

    seperti perubahan iklim, penipisan lapisan ozon dan erosi keanekaragaman hayati di bumi.

    Penelitian pun dilakukan dengan fokus studi rejim lingkungan, dengan menggunakan

    kerangka berfikir neoliberalism, yang kemudian menjadi pendekatan dalam studi green

    theory ini.

    Masalah kompleks dalam pemanasan glonal menyediakan sebuah ilutrasi penjelas dari cara

    berbeda dalam masalah lingkungan real world yang di belookkan melalui lensa teori yang

    berbeda di dalam disiplin ilmu hubungan internasional. Suara green teori dalam perdebatan

    global climate change terlah meluas dalam critic inquiry untuk memasukkan area terabailkan

    dari dominasi lingkungan dan marginalisasi, seperti dominasi non human nature, pengabaian

    kebutuhan dari generasi masa akan mendatang, dan distribusi yang condong dari resiko

    ekologi anatara kelas sosial yang berbeda- beda, negara dan regions.

    landasan pertanyaan green theory adalah untuk mengurangi resiko dan untuk mengurangi

    ketidak adilan dalam eksternalisasi serta pengambil alihan melalui ruang dan waktu .

    akibatnya pengadilan lingkungan menuntut :

    1. Pengkuan dalam mengembangkan moral community adalah pengaruh dari resikoekologis.

    2. Partisipasi dan perbincangan kritikan oleh masyarakat dan representatif dalamkomunitas yang besar menjadi resiko dalam pembuatan keputusan pada semua lingkungan.

    3. Pendekatan pencegahan untuk menjamin kurangnya resiko dalam hubungankomunitas yang besar/larger community.

  • 7/22/2019 Green Theory Over All

    2/6

    4. Distribusi yang adil pada resiko reflektivitas yang diterimamelalui prosesdemokrasimencakupi pendirian point-point mempengaruhi semua partai dan kepentingan publik dalam

    group advokasi.

    5. Mengkoreksi kesalahan pada masa lalu dan kompensasi kepada semua partai,siapayang menderita akibat masalah ekologis.

    Pertanyaan green scholarship pada ekonomi politik menjadi fokus yang lebih global,melalui

    pembahasan pada integrasi lingkumgan ekonomi selalu memiliki dimensi global meskipun

    sebelum kemunculan secara jelas green theory mengidentifikasi pertumbuhan membahas

    produksi terhadap perubahan kbijakan secara radikal untuk mengekang atau menghentikan

    pertumbuhan ekonomi untuk ditempatkan pada jeda pembangunan degradasi ekonomi

    lingungan.

    Dari perspektif hijau, ketika pendekatan Brundtland memperlihatkan kompromi politik yang

    licik, didasarkan pada dunia non humanism yang mengabaikan pertanyaan tentang pelestarian

    keanekaragaman hayati dalam focus intra dan antar generasi ekuitas. Dalam mempertahankan

    konsepsi alternatif berkelanjutan secara ekologis, ahli ekonomi politik hijau telah menolak

    kerangka dominan ekonomi neoklasik dalam mendukung kerangka teroi baru ekonomi

    ekologi. Yang harus dipertimbangkan adalah skala operasi ekonomi dalam ekologi dapat

    didukung dengan daya ekosistem. Segala hal yang berada diluar kapasitas pasar dan harus

    ditangani secara politis melalui pendidikan lingkungan, kerjasama masyarakat, kontestasi

    social da negosiasi, peraturan Negara da kerjasama internasional.

    Terkait wacana modernisasi ekologi (Hajer 1995), para pendukung moderniasai ekologi

    berpndapat bahwa persaingan ekonomi dan inovasi teknologi konstan menghasilkan

    pertumbuhan ekonomi yang menggunakan energy dan sumber daya yang sedikit,

    menghasilkan limbah yang sedikit kurang dari per unit Gross Domestic Product (GDP).

    Selain itu, pendukung modernisasi ekologi mempertahankan peraturan lingkungan domestic

    yang lebih kuat fapat bertindak sebagai pendorong inovasi teknis lingkungan lanjutan,

    meningkatkan daya saing ekonomi nasional dan memaksa rod berputar atas dasar standar

    lingkungan.

    Sementara itu, meningkatnya pertumbuhan pendukung yang meremehkan sinergi antara

    pembangunan kapitalis dengan environmental protection. Dimana green critics menegaskan

    bahwa wacana pembangunan berkelanjutan dan terutama pada wacana yang berorientasipada modernisasi ekologi yang berlebihan. Meningkatnya efisiensi lingkungan dari produksi

  • 7/22/2019 Green Theory Over All

    3/6

    melalui inovasi teknologi tidak mengurangi agregat konsumsi dan produksi libah. Selain itu,

    tidak semua tindakan environmental protection selalu kondusif untuk pertumbuhan ekonomi,

    seperti kasus sulit political trade off. Pada akhirnya mereka sependapat bahwa strategi

    teknologi didorong modernisasi ekologi yang tidak memberikan cara dalam menangani

    distribusi resiko ekologis antara kelas social dan negara yang berbeda.

    Menurut Ulrich Beck (1992), masalah ekologi dikarenakan oleh lembaga lembaga yang

    sangat ekonomi, ilmu pengetahuan dan politik. Paradox pembanguanan berkelanjutan tidak

    dapat diselesaikan dikarenakan mengejar yang lebih berarti dibanding untuk mencapai tujuan

    tertentu. sebaliknya perlu adanya reflexive modernisasi yang mencerminkan kritik . Christoff

    (1996), banyak peteori green theory yang menarik perbedaan antara versi weak dan strong

    dari modernisasi ekologi. Pertama merupakan interpretasi dari perbaikan terknis yang disukai

    oleh banyak pemerintahan OECD. Dan terakhir lebih kritis dalam green approach of reflexive

    modernisasi.

    Terdapatnya perpecahan internal dalam lingkaran hijau tentang apakah ekonomi kapitalis,

    negara, atau sistem negara yang memang mampu menjadi ekologis refleksif ke tingkat yang

    diperlukan untuk mencegah kerusakan lingkungan yang signifikan dan berkelanjutan. Telah

    disetujui bahwa intensifikasi globalisasi ekonomi dan pengaruh dari wacana neoliberal di

    tingkat nasional dan internasional telah membuat green case secara umum sulit untuk

    dipecahkan.Pada struktur anarkis dari sistem kenegaraan cocok untuk menyelesaikan

    masalah ekologi transnasional dan global, terutama pemanasan global, yang merupakan salah

    satu masalah kolektif dan tindakan yang paling kompleks dan menantang yang dihadapi

    masyarakat internasional.Para sarjana IR bekerja dalam tradisi yang luas realisme,

    liberalisme, dan Marxisme telah berkembang dengan pandangan tentang prospek kerjasama

    lingkungan internasional.Green teori IR sebagian besar mendefinisikan dirinya bertentangan

    dengan pendekatan rasionalis mainstream untuk IR (terutama neorealisme dan

    neoliberalisme) sementara juga mengambil kritik dari green teori tentang banyak unsur tradisi

    Marxis.

    The greening of lR theory

    Green IR teori banyak menyajikan karakteristik dari teori IR baru yang muncul pada 'third

    debate. Dalam pencarian untuk mempromosikan keadilan lingkungan global, green teori

    dariIR berusaha untuk mengartikulasikan keprihatinan banyak suara tradisional di pinggiran

  • 7/22/2019 Green Theory Over All

    4/6

    hubungan internasional, mulai dari organisasi non-pemerintah lingkungan, konsumen hijau,

    ilmuwan ekologi, ekonomi ekologi, partai politik hijau, adat masyarakat dan secara luas,

    semua orang berusaha untuk mengubah pola perdagangan global, bantuan, dan utang untuk

    mempromosikan pola yang lebih berkelanjutan pembangunan di Utara dan Selatan.

    Baik itu politik atau ekonomi para penteori lingkingan telah menentang tentang teori teori

    normative atau teori teri raionalis yang dominan, disini parapenteori melakukan dalam empat

    tingkatan, tingkatan yang pertama yaitu para peneliti lingkungan telah memneliti dan

    mengkritisi bagaimana teri teri rasionalis yang berkembang dengan tujuan normatif yang

    dilayani oleh pendekatan rasionalis dengan mengekspos asumsi permasalahan lingkungan

    dan nilai-nilai etika yang tersirat dalam Neorealis dan analisis neoliberal.

    Yang Kedua, penteori hubungan internasional dalam green theory dengan pendekatan

    ofrationalist kritik dipelopori oleh teori kritis dan konstruktivis, yang telah terkena

    keterbatasan dalam kerangka analltical dan da kekuatan kekuatan yang menjelaskan teory

    positivis. Misalnya, neore-aiists memprediksi bahwa kerjasama lingkungan antar negara

    dapat diinduksi atau dipaksa oleh keadaan hegemonik, dan bahwa kerja sama tersebut akan

    selalu tetap ml-nerable terhadap perubahan dalam distribusi kekuasaan (dipahami sebagai

    distribusi kemampuan material

    Teori Hijau dalam hubungan internasional secara komprehensif dikembangkan oleh R.

    Ekcersley, salah satu sarjana yang concern terhadap teoritisasi pemikiran politik hijau,

    menyatakan bahwa Teori Hijau Telah mengalami dua gelombang perubahan. Gelombang

    pertama teori hijau memfokuskan kepada irasionalitas dari permasalahan ekologi oleh pusat

    institusi-institusi sosial seperti negara dan pasar. Banyak dari para penteori politik hijau

    memilih cita-cita demokrasi akar rumput dan komunitas-komunitas keberlansungan ekologi

    sebagai alternatif.

    Lebih lanjut Politik Hijau merupakan jenis politik sistem ketiga. Ketika sistem ketiga

    berkembang (dalam bentuk sistem ekonomi informal, jaringan kerjasama bukan makro

    organisme yang dikendalikan oleh negara, melainkan fokus pada komunitas lokal yang

    semakin kuat dam semakin otonom), peran negara dalam hal ini (sistem pertama) secara

    otomatis akan surut, begitu pula perusahaan besar atau pasar(sistem kedua) yang beroperasi

    dalam sistem fungsional bukan sistem teritorial Dari sudut pandang perusahaan raksasa,

    revitalisasi kehidupan teritorial berarti kehilangan pasar, sebagaimana halnya kehilanganpajak dari sudut pandang alat negara.

  • 7/22/2019 Green Theory Over All

    5/6

    Pandangan ini didasarkan pada konsepsi desentralisasi yang di dengungkan oleh aliran hijau.

    Konsepsi desentralisasi mereka mencerminkan perbedaan mendasar dari persfektif lainnya

    dalam memahami sistem negara dan strukturnya. Seperti yang dilontarkan oleh Theodore

    Roszak dalam bukunya yang cukup memepengaruhi pandangan hijau.

    Menurut pandangan hijau, segala kondisi seperti di atas harus diubah dengan pendekatan

    desentralisasi dan masyarakat demokratis, .....yang menempatkan kekuasaan dari institusi

    politik, ekonomi dan sosial dalam skala yang paling kecil (closest to home) sehingga menjadi

    lebih efisien dan praktis. Hal ini bisa dilihat dari manifesto German Greens yang tertera

    dalam basic rules bahwa prinsip dasar dari politik hijau adalah desentralisasi pada unit-unit

    basis (komunitas lokal atau distrik) yang harus diberi otonomi lebih luas dan hak atas

    pemerintahan sendiri. Artinya dalam hal ini, peran negara akan diminimalisir dengan

    sendirinya ketika lokalitas menjadi basis utama dalam membentuk mekanisme sistem dan

    struktur sosial, politik dan ekonomi.

    Disamping itu pemikiran hijau dalam proyek-proyeknya juga menolak bentuk integrasi dalam

    level dunia. Menurut Rudolf Bahro, pemimpin kharismatik Partai Hijau Jerman tidak ada

    keselamatan tanpa pembokaran kompleksitas. Jadi mereka menekankan pembangunan

    teritorial dengan fokus lokal, yang kurang lebih sehaluan dengan tradisi pembangunan civil

    society dan gerakan sejenis lainya. Dan hal ini tentu sesuai dengan slogan yang didengung-

    dengungkan oleh gerakan politik hijau sendiri, yaitu Think Globally, Act Locally! dalam

    persefektif ini mereka cukup independen secara artificial dari batasan-batasan nasional.

    Mereka menamakan hal ini dengan anti-statist. Akan tetapi menjadi anti-statistbukan berarti

    sama halnya dengan menjadi internationalist, seperti yang terjadi pada konferensi

    Stockholm yang menginginkan adanya organisasi internasional yang kuat untuk bisa

    melindungi dan mengatasi permasalahan lingkungan global.

    Sebaliknya, pemikiran hijau lebih fokus pada bagaimana merekonstruksi world order tanpa

    harus membuat Negara-bangsa yang lebih besar dan lebih kuat. Karakter pemikiran Hijau

    yang anti-statisme didasarkan pada usulan yang tidak menginginkan adanya institusi politik

    suprastate yang kuat tetapi lebih menginginkan untuk meminimalisir kekuasaan negara

    dengan menyerahkan kekuasaan pada unit yang lebih kecil, yang diroganisir oleh bioregions

    atau sejenisnya. Oleh karena itu, pandangan ini yang menjadikan pemikiran hijau memiliki

    slogan think globally, act locally.

  • 7/22/2019 Green Theory Over All

    6/6

    Gelombang kedua dari teori politik hijau menjadi lebih transnasional dan cosmopolit dalam

    orientasinya. Teori ini lebih menarik perhatian dengan pemikiran ulang yang kritis, dan

    dalam beberapa hal bersfiat transnationalizing dalam skop institusi dan konsep politik

    dengan tidak meninggalkan kerangka berpikir permasalahan lingkungan itu sendiri. Pada

    gelombang kedua ini pemikiran politik hijau telah menghasilkan sesuatu yang baru, antara

    lain; transnasional, deteritorialisasi atau konseptualisasi global dari keadilan lingkungan (e.g

    Low amd Gleeson 1998), hak-hak lingkungan (e.g. Hayward 2005), environmental

    democracy (Doherty and de Geus, 1996), aktivisme lingkungan (Wapner 1998),

    environmental citizenship (Barry 1999;Dobson 2003) dan Negara hijau (e.g. Eckersley 2004;

    Barry and Eckersley 2005). Disamping itu, juga ada peningkatan hubungan dari teori politik

    hijau dengan beberapa perdebatan utama dengan teori hubungan internasional normatif,

    sebagian konsen pada hak azazi manusia, kosmopolitan demokrasi, transnational civil

    society, dan transnational public spheres.

    Lebih lanjut, Teori Hijau dalam Hubungan internasional disebut dengan Teori Hijau

    Hubungan Internasional (Green IR Theory)--memiliki karakteristik yang kurang lebih sama

    dengan teori-teori HI yang baru muncul dikenal dengan third debateparagdim (juga kadang-

    kadang disebut sebagai fourth debate, lihat bab sebelumnya). Yang mana mereka secara

    umum kritis, orientasi pada permasalahan, interdisiplin, dan secara keseluruhan unapologeticterhadap orientasi normatif mereka secara eksplisit.

    Menurut pandangan Eckersley, Teori hijau HI dibedakan menjadi dua kategori,

    pertama sayap International Political Economy (IPE), yang menawarkan sebuah analisa

    alternatif bagi permasalahan-permasalahan ekologi global pada rejim teori, dan kedua sayap

    Kosmopolitan Hijau yang mengartikulasikan norma baru bagi keadilan lingkungan dan

    demokrasi hijau pada semua level pemerintahan. Kedua kategori ini berhubungan dengan

    kritikal teori, sebagian pada neo-Gramscian diisnpirasikan oleh kritikal ekonomi politik

    Robert Cox dan diskursus etika kosmompolitan seperti yang dikembangkan oleh Jurgen

    Habermas. Oleh karena itu bisa ditempatkan secara jelas disamping kritikal/konstruktivis

    rasionalisme versus konsruktivisme dalam perdebatan teori hubungan internasional (lihat

    perdebatan teori HI dalam bab sebelumnya).