ilmu budaya dasar

Upload: afikaa-fugu-madjid

Post on 10-Oct-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1. Pendahuluan

    Ilmu Budaya Dasar (IBD) sebagai mata kuliah dasar umum (MKDU), diberikan

    kepada mahasiswa di seluruh perguruan tinggi negeri dan swasta, bertujuan untuk

    mengembangkan daya tangkap, persepsi, penalaran, dan apresiasi mahasiswa terhadap

    lingkungan budaya. Ada dua hal yang menyebabkan pentingnya pembahasan materi itu,

    yaitu.

    Pertama, tema-tema IBD merupakan tema-tema inti permasalahan dasar manusia

    yang dialami dan dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, seperti tema-tema yang telah

    disusun oleh Konsorsium Antar Bidang yang meliputi cinta kasih, keindahan, penderitaan,

    keadilan, pandangan hidup, tanggung jawab, kegelisahan, dan harapan.

    Kedua, pada saat ini, terdapat kecenderungan bahwa ilmu atau ilmuwan sering

    mengabaikan sikap dan perilaku moral. Banyak di antara ilmuwan yang menganggap

    bahwa aspek moral itu tidak penting. Menurutnya, aspek yang lebih penting daripada

    moral dalam suatu ilmu adalah ontologis dan epistemologis. Apabila hal itu yang terjadi,

    maka ia akan mengabaikan unsur manusiawinya, kurang berbudaya, dan tidak peka

    terhadap permasalahan moral. Untuk mengantisipasi hal itu, setiap sarjana dirasa perlu

    memahami aspek budaya.

    Penyusunan buku ini disiapkan dalam beberapa aspek pokok.Mengingat tema IBD

    sangat luas, maka pembahasannya dilakukan dengan pendekatan multidisiplin ilmu

    pengetahuan, seperti budaya, filsafat, etika, dan agama. Mengingat begitu luasnya

    wawasan tema IBD. Dalam buku ini juga dilampirkan tulisan-tulisan ilmuwan yang

    ILMU BUDAYA DASAR

    (IBD)

  • berkiprah dalam masalah humaniora. Tulisan-tulisan itu bertujuan untuk pendalaman

    materi pokok IBD melalui pengembangan daya imajinasi dan apresiasi mahasiswa.

    B. Ilmu Budaya Dasar

    Ilmu Budaya Dasar (IBD) adalah salah satu komponen dari sejumlah matakuliah

    Dasar Umum (MKDU), sebagai matakuliah wajib yang menjadi kesatuan dengan

    matakuliah lain di Perguruan Tinggi.

    Secara khusus MKDU bertujaun untuk menghasilkan warga negera sarjana yang

    berkualifikasi sebagai berikut:

    1. Berjiwa Pancasila sehingga segala keputusan serta tindakannya mencerminkan

    pengamalan nilai-nilai Pancasila dan memiliki intergritas kepribadian yang tinggi,

    yang mendahulukan kepentingan nasional dan kemanusiaan scbagai sarjana

    Indonesia.

    2. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap dan bertindak sesuai dengan

    ajaran agamanya, dan memiliki tenggang rasa terhadap pemeluk agama lain.

    3. Memiliki wawasan komprehensif dan pendekatan integral di dalam menyikapi

    permasalah kehidupan baik sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, maupun

    pertahanan keamanan.

    4. Memiliki wawasan budaya yang luas tentang kehidupan bcrmasyarakat dan secara

    bcrsama-sama mampu berperan serta meningkatkan kualitas-nya, maupun

    lingkungan alamiah dan secara bersama-sama berperan serta di dalam

    pelestariannya.

    C. Pengertian Ilmu Budaya Dasar

  • Secara sederhana IBD adalah pengetahuan yang diharapkan dapat membcrikan

    pengetahuan dasar dan pengcrtian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan

    untuk mengkaji masalah-masalah dan kebudayaan.

    Istilah IBD dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti istilah Basic Humanities

    yang berasal dari istilah bahasa Inggris The Humanities. Adapun istilah Humanities itu

    sendiri berasal dari bahasa Latin Humanus yang bisa diartikan manusiawi, berbudaya dan

    halus (fefined). Dengan mempelajari The Humanities diandaikan seseorang akan bisa

    mcnjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Secara demikian bisa

    dikatakan bahwa The Humanities berkaitan dengan masalah nilai-nilai, yaitu nilai-nilai

    manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar. manusia bisa menjadi

    humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu The Humanities di samping tidak

    mehinggalkan tanggung jawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri. Kendatipun

    demikian, Ilmu Budaya Dasar (atau Basic Humanities) sebagai satu matakuliah tidaklah

    identik dengan The Humanities (yang disalin ke dalam bahasa Indonesia menjadi:

    Pengetahuan Budaya).

    Pengetahuan Budaya (The Humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang

    mencakup keahlian cabang ilmu (disiplin) seni dan filsafat. Keahlian ini pun dapat dibagi-

    bagi lagi ke dalam berbagai bidang kahlian lain, seperti seni sastra, seni tari, seni musik,

    seni rupa dan lain-lain. Sedang Ilmu Budaya Dasar (Basic Humanities) sebagaimana

    dikemukakan di atas, adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar

    dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji

    masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Masalah-masalah ini dapat didekati dengan

    menggunakan pengetahuan budaya (The Humanities), baik secara gabungan berbagai

  • disiplin dalam pengetahuan budaya ataupun dengan menggunakan masing-masing

    keahlian di dalam pengetahuan budaya (The Humanities). Dengan poerkataan lain, Ilmu

    Budaya Dasar menggunakan pengertian-pengertian yang berasa! dari berbagai bidang

    pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran dan kepekaan dalam

    mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.

    Dengan perkataan lain dapatlah dikatakan bahwa setelah mendapat matakuliah IBD ini,

    mahasiswa diharapkan memperlihatkan:

    Minat dan kebiasaan menyelidiki apa-apa yang terjadi di sekitarnya dan diluar

    lingkungannya, menelaah apa yang dikcrjakan sendiri dan mengapa.

    Kesadaran akan pola-pola nilai yang dianutnya serta bagaimana hubungan nilai-

    nilai ini dengan cara hidupnya sehari-hari.

    Keberanian moral untuk mempertahankan nilai-nilai yang dirasakannya sudah

    dapat diterimanya dengan penuh tanggung jawab dan scbaliknya mcnolak nilai-

    nilai yang tidak dapat dibenarkan.

    D. Tujuan Ilmu Budaya Dasar (IBD).

    Sebagaimana dikemukakan di atas, penyajian Ilmu Budaya Dasar (IBD) tidak lain

    merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian

    umum tentang konsep-konsep yang dikem-bftngkan untuk mengkaji msalah-masalah

    manusia dan kebudayaan, Dengan demikian jelas bahwa matakuliah ini tidak

    dimaksudkan untuk mendidik seorang pakar dalam salah satu bidang keahlian (disiplin)

    yang termasuk. dalam pengetahuan budaya, akan tetapi Ilmu Budaya Dasar semata-mata

    sebagai salah satu usaha mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara

  • memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya,

    baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun yang menyangkut dirinya

    sendiri.

    Dan bahwa dalam masyarakat yang berkabung semakin Cepat dan rumit ini,

    mahasiswa harus mcngalami pergeseran nilai-nilai yang , mungkin sekali dapat

    membuatnya masa bodoh atau putus asa, suatu sikap yang tidak selayaknya dimiliki oleh

    seorang terpelajar. Bagaimanapun juga, mahasiswa adalah orang-orang muda yang sedang

    mempelajari cara memberikan tanggapan dan penilaian terhadap apa saja yang terjadi atas

    dirinya sendiri dan masyarakat sekitarnya. Sudah barang tentu ia perlu dibimbing untuk

    menemukan cara terbaik yang sesuai dengan dirinya sendiri tanpa harus mengorbankan

    masyarakat dan alam sekitarnya. Secara tidak langsung Budaya Dasar akan membantu

    mereka untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

    Berpijak dari hal di atas, tujuan matakuliah Ilmu Budaya Dasar adalah untuk

    mengembangkan kepribadian dan wawasan pemikiran, khususnya berkenaan dengan

    kebudayaan, agar daya tangkap, persepsi dan penalaran mengenai lingkungan budaya

    mahasiswa dapat menjadi lebih halus. Untuk bidag menjangkau tujuan tersebut di atas,

    diharapkan Ilmu Budaya Dasar dapat:

    Mengusahakan penajaman kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya,

    sehingga mereka akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang

    baru, terutama untuk kepentingan profesi mereka.

    Memberi kesempatan pada mahasiswa untuk dapat memperluas pandangan mereka

    tcntang masalah kemanusiaan dan budaya, serta mengembangkan daya kritis

    mercka tcrhadap persoalan-persoalan yang mcnyangkut kedua hal tcrscbut.

    Mcngusahakan agar mahasiswa sebagai caion pcmimpin bangsa dan ncgara, serta

    ahli dalatn bidang disiplin masing-masing, tidak jatuh ke dalam sifat-sifat

  • kedaerahan dan pengkotaan disiplin yang ketat. Usaha ini tcrjadi karcna ruang

    lingkup pendidikan kita amat dan condong mem-buat manusia spcsialis yang

    berpandangan kurang luas. Matakuliah ini berusaha menambah kcmampuan

    mahasiswa untuk menanggapi nilai-nilai dan masalah dalam masyarakat lingkungan

    mereka khususnya dan masalah seria nilai-nilai umumnya tanpa terlalu terikat oleh

    disiplin mereka.

    Mcngusahakan wahana komunikasi para akademisi, agar mercka lebih mampu

    bcrdialog satu sama lain. Dengan mcmiliki satu bekal yang sama, para akademisi

    diharapkan dapat lebih lancar berkomunikasi. Kalau cara berkomunikasi ini selanjutnya

    akan lebih memperlancar pclaksanaan pembangunan dalam bcrbagai bidang keahlian.

    Mcskipun spcsialisasi sangat penting, spcsialisasi yang terlalu sempit akan membuat dunia

    scorang mahasiswa/sarjana menjadi tcrlalu sempit. Masyarakat yang pcrcaya pada

    pentingnya modcrnisasi tidak akan dapat memanfaat-kan sccara penuh sarjana-sarjana

    demikian, scbab proses modcrnisasi mcmerlukan orang yang bcrpandangan luas.

    Secara umum tujuan IBD adalah Pembentukan dan pengembangan keperibadian

    serta perluasan wawasan perhatian, pengetahuan dan pemikiran mengenai berbagai gejala

    yang ada dan timbul dalam lingkungan, khususnya gejala-gejala berkenaan dengan

    kebudayaan dan kemanusiaan, agar daya tanggap, persepsi dan penalaran berkenaan

    dengan lingkungan budaya dapat diperluas. Jika diperinci, maka tujuan pengajaran llmu

    Budaya Dasar itu adalah:

    Lebih peka dan terbuka terhadap masalah kemanusiaan dan budaya, scrta lebih

    bertanggung jawab terhadap masalah-masalah tersebut.

    Mengusahakan kepekaan terhadap nilai-nilai lain untuk lebih mudah

    menyesuaikan diri.

    Menyadarkan mahasiswa terhadap nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat,

    hormat menghormati serta simpati pada nilai-nilai yang hidup pada masyarakat.

  • Mengembangkan daya kritis tcrhadap pcrsoalan kemanusiaan dan kebudayaan.

    Memiliki latarbelakang pengetahuan yang cukup luas tentang kebudayaan

    Indonesia.

    Menimbulkan minat untuk mendalaminya.

    Mcndukung dan mcngcmbangkan kebudayaan sendiri dengan kreatif.

    Tidak terjerumus kepada sifat kedaarahan dan pengkotakan disiplin ilmu.

    Menambahkan kemampuan mahasiswa untuk mcnanggapi masalah nilai-nilai

    budaya dalam masyarakat Indonesia dan dunia tanpa terpikat oleh disiplin mereka.

    Mempunyai kesamaan bahan pembicaraan, tempat berpijak mengenai masalah

    kemanusiaan dan kebudayaan.

    Terjalin interaksi antara cendekiawan yang berbeda keahlian agar lebih positif dan

    komunikatif.

    Menjembatani para sarjana yang berbeda keahliannya dalam bertugas menghadapi

    masalah kemanusiaan dan budaya.

    Memperlancar pelaksanaan pembangunan dalam berbagai bidang yang ditangani

    oleh berbagai cendekiawan.

    Agar mampu memenuhi tuntutan masyarakat yang sedang membangun.

    Agar mampu memenuhi tuntutan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya

    dharma pendidikan.

    Dari kerangka tujuan yang telah dikemukakan tersebut diatas, dua masalah pokok

    biasa dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian

    matakuliah Ilmu Budaya Dasar (IBD). Kedua masalah pokok tersebut ialah :

    Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya mcrupakan ungkapan masalah

    kemanusiaan dan budaya yang dapal didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya

    (The Humanities), baik dari segi masing-masing keahlian (disiplin) di dalam pengetahuan

    budaya, maupun sccara gabungan (anlar bidang) bcrbagai disiplin dalam pengetahuan

    budaya.

  • Hakekat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam

    perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing zaman.

    Proses budaya sebagai kemapanan Emosional

    Dari Basic Cultural , akan dapat diketahui kemapanan emosi dan sosialnya. Dan ini akan

    berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung dengan adat kebiasaan hidupnya

    sehari-hari dalam interaksinya (pergaulan) dengan manusia lain, pengaruh lain yang

    ditimbulkan secara individu adalah ketrampilan yang diperoleh dari interaksi yang terjadi

    terus-menerus tersebut, sehingga bisa melekat pada diri individu itu selama-lamanya.

    Seperti bunyi pepatah Lain lading lain belalang-lain lubuk lain pula Ikannya artinya

    disuatu tempat akan beda cara dan kebiasaanya sehari-hari dengan tempat lain. Bidang

    ilmu yang dibawanya kelak juga akan dipengaruhi oleh budaya dan adapt istiadat yang

    sudah melekat dalam dirinya. Maka seringkali kita saksikan, sebuah perilaku sosial yang

    menyimpang dari adat kebiasaan yang lazim, Dan itu terjadi 1 orang dari 10 orang yang

    lain yang memiliki sikap yang berbeda. Namun kita tidak bisa menjustifikasi atau

    menghakimi tindakan dia salah, karena fenomena yang terjadi pada diri seseorang berasal

    dari kejadian yang ditimbulkan sebelumnya.Sikap-sikap tersebut adalah :

    1. Angkuh

    2. Sombong

    3. Mau menang Sendiri

    4. Egois

    5. Sectarian

    6. Acuh tak acuh

    Sikap-sikap tersebut akan terbawa pada saat mereka memiliki kepandaian atau

    pengetahuan, sehingga akan menjadi lain manakala ilmu tersebut digunakan pada hal-hal

    yang buruk.

  • Ada sementara orang yang mengatakan bahwa sikap yang berbeda akan membawa

    dampak kemajuan dalam hidupnya, tetapi dilain pihak ada yang mengatakan sebaliknya,

    yaitu membawa kehancuran dalam dirinya. Yang terbaik adalah keselarasan yaitu

    membentuk sikap yang selaras dan sesuai dengan norma-norma yang ada di masyarakat.

    Dari perpaduan orang yang memiliki pribadi yang baik dan ilmu yang dimiliki, akan

    berguna bagi umat manusia. Berkesenian dapat membentuk sikap dan pribadi yang baik,

    hal ini dapat dilakukan apabila seseorang memahami proses sebuah penciptaan karya seni,

    dimana dari awalnya ada proses : CIPTA RASA KARSA

    CIPTA : Adalah sebuah proses perenungan yang dilakukan dengan kontemplasi, yang

    dalam hal ini didasarkan dari kedalaman ilmu seseorang dari olah batin,

    pengetahuan, wawasan serta ketajaman intuisi seseorang hingga tercipta sebuah

    karya seni.

    RASA : Setelah proses pertama selesai, maka selanjutnya dari hasil penciptaan hingga

    menghasilkan karya seni tersebut sebelum di edarkan atau diinformasikan pada

    orang lain, dirasakan terlebih dahulu oleh sang pembuatnya. Dari proses ini

    terjadi perpaduan antara pikiran dan perasaan sehingga terjadi dialog yang

    kemudian bisa memutuskan layak dan tidaknya karya ini ditampilkan.

    KARSA : setelah selesai dalam proses pengkombinasian tersebut, maka kemudian

    dilakukan proses tahapan terakhir yaitu mengkarsakan atau memvisualisasikan

    dalam bentuk gerakan, lukisan, tulisan atau bentuk lain yang diinginkan.

    Proses proses tahapan tersebut terjadi begitu cepat, tergantung dari kemampuan

    seseorang dalam memadukan segala potensi yang dimilikinya.

  • A. Pendahuluan

    Diakui secara umum bahwa kebudayaan merupakan unsur penting dalam proses

    pembangunan atau keberlanjutan suatu bangsa. Lebih-lebih jika bangsa itu sedang

    membentuk watak dan kepribadiannya yang lebih serasi dengan tantangan zamannya.

    Dilihat dari segi kebudayaan, pembangunan tidak lain adalah usaha sadar untuk

    menciptakan kondisi hidup manusia yang lebih baik. Menciptakan lingkungan hidup yang

    lebih serasi. Menciptakan kemudahan atau fasilitas agar kehidupan itu lebih nikmat.

    Pembangunan adalah suatu intervensi manusia terhadap alam lingkungannya, baik

    lingkungan alam fisik, maupun lingkungan sosial budaya.

    Pembangunan membawa perubahan dalam diri manusia, masyarakat dan lingkungan

    hidupnya. Serentak dengan laju perkembangan dunia, terjadi pula dinamika masyarakat.

    Terjadi perubahan sikap terhadap nilai-nilai budaya yang sudah ada. Terjadilah pergeseran

    sistem nilai budaya yang membawa perubahan pula dalam hubungan interaksi manusia di

    dalam masyarakatnya.

    Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan

    makmur yang merata, materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila. Bahwa hakekat

    pembangunan Nasional adalah pembangunam manusia Indonesia seutuhnya dan

    pcmbangunan seluruh masyarakat Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, sudah tentu

    pendekatan dan strategi pembangunan hendaknya menempatkan manusia scbagai pusat

    KEBUDAYAAN

  • intcraksi kcgiatan pcmbangunan spiritual maupun material. Pembangunan yang melihat

    manusia sebagai makhluk budaya, dan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Hal itu

    berarti bahwa pembangunan seharusnya mampu meningkatkan harkat dan martabat

    manusia. Menumbuhkan kepercayaan diri sebagai bangsa. Menumbuhkan sikap hidup

    yang seimbang dan berkepribadian utuh. Memiliki moralitas serta integritas sosial yang

    tinggi. Manusia yang taqwa kepada Tuhan Yang Mahasa Esa.

    Dewasa ini kita dihadapkan paling tidak kepada tiga masalah yang saling berkaitan, yaitu

    Suatu kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa, dengan latar

    belakang sosio budaya yang beraneka ragam. Kemajemukan tersebut tercermin dalam

    berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu diperlukan sikap yang mampu mengatasi ikata-

    ikatan primordial, yaitu kesukuan dan kedaerahan.

    Pembangunan telah membawa perubahan dalam masyarakat. Perubahan itu nampak

    terjadinya pergeseran sistem nilai budaya, penyikapan yang berubah pada anggota

    masyarakat tcrhadap nilai-nilai budaya. Pembangunan telah menimbulkan mobilitas

    sosial, yang diikuti oleh hubungan antar aksi yang bergeser dalam kelompok-kclompok

    masyarakat. Sementara itu terjadi pula penyesuaian dalam hubungan antar anggota

    masyarakat. Dapat dipahami apabila pergeseran nilai-nilai itu membawa akibat jauh dalam

    kehidupan kita sebagai bangsa.

    Kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi massa dan transportasi, yang membawa

    pengaruh terhadap intensitas kontak budaya antar suku maupun dengan kebudayaan dari

    luar. Khusus dengan terjadinya kontak budaya dengan kebudayaan asing itu bukan hanya

    itensitasnya menjadi lebih besar, tetapi juga penyebarannya bcrlangsung dengan cepat dan

  • luas jangkauannya. Terjadilah perubahan orientasi budaya yang kadang-kadang

    menimbulkan dampak terhadap tata nilai masyarakat, yang sedang menumbuhkan

    identitasnya sendiri sebagai bangsa.

    Untuk itulah, kepada lulusan Perguruan Tinggi perlu di bekali pengetahuan yang dapat

    mengembangkan kepribadiannya dan agar memiliki sikap hidup yang halus dan terbuka.

    B. Pengertian Kebudayaan

    Secara etimologis kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta budhayah, yaitu

    bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Sedangkan ahli antropologi yang

    memberikan definisi tentang kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah E.B. Tylor

    dalam buku yang berjudul Primitive Culture, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan

    kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan lain, serta kebiasaan yang

    didapat manusia sebagai anggota masyarakat. Pada sisi yang agak berbeda.

    Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan manusia dari

    kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkanya

    dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Dari beberapa

    pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan

    sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan

    cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupanan masyarakat.

    Secara lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut:

    Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia, yang

    meliputi:

    kebudayaan materiil (bersifat jasmaniah), yang meliputi benda-benda ciptaan

    manusia, misalnya kendaraan, alat rumah tangga, dan lain-lain.

  • Kebudayaan non-materiil (bersifat rohaniah), yaitu semua hal yang tidak dapat

    dilihat dan diraba, misalnya agama, bahasa, ilmu pengetahuan, dan sebagainya.

    Kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif (biologis), melainkan hanya

    mungkin diperoleh dengan cara belajar.

    Kebudayaan diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa masyarakat

    kemungkinannya sangat kecil untuk membentuk kebudayaan. Sebaliknya, tanpa

    kebudayaan tidak mungkin manusia (secara individual maupun kelompok) dapat

    mempertahankan kehidupannya. Jadi, kebudayaan adalah hampir semua tindakan

    manusia dalam kehidupan sehari-hari.

    C. Unsur-Unsur Kebudayaan

    Unsur-unsur kebudayaan meliputi semua kebudayaan yang ada dunia, baik yang

    kecil, sedang, besar, maupun yang kompleks. Menurut konsepnya Malinowski,

    kebudayaan di dunia ini mempunyai tujuh unsur universal, yaitu bahasa, sistem teknologi,

    sistem mata pencaharian, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi, dan kesenian

    .Seluruh unsur itu saling terkait antara yang satu dengan yang lain dan tidak bisa

    dipisahkan.

    D. Sistem Budaya dan Sistem Sosial

    Sistem sosial dan sistem budaya merupakan bagian dari kerangka budaya. Ketiga sistem

    tersebut secara analisis dapat dibedakan. Sistem sosial lebih banyak dibahas oleh ilmu

    sosiologi, sementara itu sistem budaya banyak dikaji dalam ilmu budaya.Sistem diartikan

    sebagai kumpulan bagian-bagian yang bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu

    maksud. Sistem mempunyai sepuluh ciri, yaitu:

  • 1. fungsi,

    2. satuan,

    3. batasan,

    4. bentuk,

    5. lingkungan,

    6. hubungan,

    7. proses,

    8. masukan

    9. .keluaran, dan

    10. pertukaran.

    Sistem budaya merupakan wujud yang abstrak dari kebudayaan. Sistem budaya

    a tau kultural sistem merupakan ide-ide dan gagasan manusia yang hidup bersama dalam

    suatu masyarakat. Gagasan tersebut tidak dalam keadaan berdiri sendiri, akan tetapi

    berkaitan dan menjadi suatu sistem. Dengan demikian, sistem budaya adalah bagian dari

    kebudayaan yang diartikan pula adat-istiadat. Adat-istiadat mencakup sistem nilai budaya,

    sistem norma, norma-norma menurut pranata-pranata yang ada di dalam masyarakat yang

    bersangkutan, termasuk norma agama.

    Fungsi sistem budaya adalah menata dan memantapkan tindakan-tindakan serta

    tingkah laku manusia. Proses belajar dari sistem budaya ini dilakukan melalui proses

    pembudayaan atau institutionalization (pelembagaan). Dalam proses ini, individu

    mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem

    norma, dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Proses ini dimulai sejak kecil,

  • dimulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, mula-mula meniru berbagai macam ilmu n.

    Setelah itu menjadi pola yang mantap, dan mengatur apa yang dimilikinya.

    Sedangkan, sistem sosial pertama kali diperkenalkan oleh Talcott Parsons.

    Konsep struktur sosial digunakan untuk menganalisis aktivitas sosial sehingga sistem

    sosial menjadi model analisis terhadap organisasi sosial.

    Konsep sistem sosial adalah alat bantu untuk menjelaskan tentang kelompok-

    kelompok manusia. Model ini bertitik tolak dari pandangan bahwa kelompok manusia

    merupakan suatu sistem.

    Parsons menyusun strategi untuk menganalisis fungsional yang meliputi semua

    sistem sosial, termasuk hubungan berdua, kelompok kecil, keluarga, organisasi sosial,

    termasuk masyarakat secara keseluruhan. terdapat empat unsur dalam sistem sosial, yaitu:

    dua orang atau lebih,

    terjadi interaksi di antara mereka,

    interaksi yang dilakukan selalu bertujuan, dan

    memiliki struktur, simbol, dan harapan-harapan bersama yang dipedomaninya.

    Lebih lanjut, suatu sistem sosial akan dapat berfungsi apabila empat persyaratan di bawah

    ini terpenuhi. Keempat persyaratan itu meliputi:

    Adaptasi, menunjuk pada keharusan bagi sistem-sistem sosial untuk menghadapi

    lingkungannya.

    Mencapai tujuan, merupakan persyaratan fungsional bahwa tindakan itu diarahkan

    pada tujuan-tujuannya.

    Integrasi, merupakan persyaratan yang berhubungan dengan interelasi antara para

    anggota dalam sistem sosial.

    Pemeliharaan pola-pola tersembunyi, merupakan konsep latent (tersembunyi) pada

    titik berhentinya suatu interaksi akibat kejenuhan sehingga tunduk pada sistem

    sosial lainnya yang mungkin terlibat.

    Lebih lanjut, Parson menjelaskan bahwa dalam suatu sistem sosial terdapat 10 unsur yang

    membentuk kesempurnaan suatu sistem. Kesepuluh unsur itu, yaitu:

  • 1. keyakinan,

    2. perasaan,

    3. tujuan sasaran cita-cita,

    4. norma,

    5. kedudukan peranan,

    6. tingkatan,

    7. kekuasaan atau pengaruh,

    8. sanksi,

    9. sarana atau fasilitas, dan

    10. tekanan ketegangan.

    E.Makna Sosial

    Manusia adalah makhluk sosial yang dapat bergaul dengan dirinya sendiri, dan orang

    lain menafsirkan makna-makna obyek-obyek di alam kesadarannya dan memutuskannya

    bagaimana ia bertindak secara berarti sesuai dengan penafsiran itu. Bahkan seseorang

    melakukan sesuatu karena peran sosialnya atau karena kelas sosialnya atau karena sejarah

    hidupnya. Tingkah laku manusia memiliki aspek-aspek pokok penting sebagai berikut :

    Manusia selalu bertindak sesuai dengan makna barang-barang (semua yang ditemui dan

    dialami, semua unsur kehidupan di dunia ini); Makna dari suatu barang itu selalu timbul

    dari hasil interaksi di antara orang seorang; Manusia selalu menafsirkan makna barang-

    barang tersebut sebelum dia bisa bertindak sesuai dengan makna barang-barang

    tersebut. Atas dasar aspek-aspek pokok tersebut di atas, interaksi manusia bukan hasil

    sebab-sebab dari luar. Hubungan interaksi manusia memberikan bentuk pada tingkah laku

    dalam kehidupannya sehari-hari, bergaul saling mempengaruhi. Mempertimbangkan

    tindakan orang lain perlu sekali, bila mau membentuk tindakan sendiri.

    Menurut Blumer dalam premisnya menyebutkan bahwa manusia bertindak terhadap

    sesuatu berdasarkan makna-makna yang berasal dari interaksi sosial seseorang dengan

    orang lain dan disempurnakan pada saat proses interaksi sosial berlangsung.

  • Makna dari sesuatu berasal dari cara-cara orang atau aktor bertindak terhadap

    sesuatu dengan memilih, memeriksa, berpikir, mengelompokkan dan mentransformasikan

    situasi di mana dia ditempatkan dan arah tindakannya.

    Perubahan Sosial

    Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan dimensi

    ruang dan waktu.Perubahan itu bisa dalam arti sempit , luas, cepat atau lambat. Perubahan

    dalam masyarakat pada prinsipnya merupakan proses terus-menerus untuk menuju

    masyarakat maju atau berkembang, pada perubahan sosial maupun perubahan

    kebudayaan.

    Menurut Moore dalam karya Lauer, perubahan sosial didefinisikan sebagai

    perubahan penting dalam struktur sosial . Yang dimaksud struktur sosial adalah pola-pola

    perilaku dan interaksi sosial. Perubahan sosial mencakup seluruh aspek kehidupan sosial,

    karena seluruh aspek kehidupan sosial itu terus menerus berubah, hanya tingkat

    perubahannya yang berbeda.

    Himes dan More mengemukakan tiga dimensi perubahan sosial :

    Dimensi structural dari perubahan sosial mengacu kepada perubahan dalam bentuk

    struktur masyarakat menyangkut perubahan peran, munculnya peranan baru, perubahan

    dalam struktur kelas sosial dan perubahan dalam lembaga sosial;

    Perubahan sosial dalam dimensi cultural mengacu kepada perubahan kebudayaan dalam

    masyarakat seperti adanya penemuan dalam berpikir (ilmu pengetahuan), pembaharuan

    hasil teknologi, kontak dengan kebudayaan lain yang menyebabkan terjadinya difusi dan

    peminjaman kebudayaan; Perubahan sosial dalam dimensi interaksional mengacu kepada

  • perubahan hubungan sosial dalam masyarakat yang berkenaan dengan perubahan dalam

    frekuensi, jarak sosial, saluran, aturan-aturan atau pola-pola dan bentuk hubungan.

    G. Konsep Nilai

    Batasan nilai bisa mengacu pada berbagai hal seperti minat, kesukaan, pilihan,

    tugas, kewajiban agama, kebutuhan, keamanan, hasrat, keengganan, daya tarik, dan hal-

    hal lain yang berhubungan dengan perasaan dari orientasi seleksinya (Pepper, dalam

    Sulaeman, 1998). Rumusan di atas apabila diperluas meliputi seluruh perkem-bangan dan

    kemungkinan unsur-unsur nilai, perilaku yang sempit diperoleh dari bidang keahlian

    tertentu, seperti dari satu disiplin kajian ilmu. Di bagian lain, Pepper mengatakan bahwa

    nilai adalah segala sesuatu tentang yang baik atau yang buruk. Sementara itu, Perry (dalam

    Sulaeman, 1998) mengatakan bahwa nilai adalah segala sesuatu yang menarik bagi

    manusia sebagai subjek.

    Ketiga rumusan nilai di atas, dapat diringkas menjadi segala sesuatu yang

    dipentingkan manusia sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau yang

    buruk sebagai abstraksi, pandangan, atau maksud dari berbagai pengalaman dengan

    seleksi perilaku yang ketat.

    Seseorang dalam melakukan sesuatu terlebih dahulu mempertimbangkan nilai.

    Dengan kata lain, mempertimbangkan untuk melakukan pilihan tentang nilai baik dan

    buruk adalah suatu keabsahan. Jika seseorang tidak melakukan pilihannya tentang nilai,

    maka orang lain atau kekuatan luar akan menetapkan pilihan nilai nnluk dirinya.

    Seseorang dalam melakukan pertimbangan nilai bisa bersifat subyektif dan bisa

    juga bersifat objektif. Pertimbangan nilai subjektif tcnlapat dalam alam pikiran manusia

    dan bergantung pada orang yang memberi pertimbangan itu. Sedangkan pertimbangan

  • objektif beranggapan bahwa nilai-nilai itu terdapat tingkatan-tingkatan sampai pada

    tingkat tertinggi, yaitu pada nilai fundamental yang mencerminkan universalitas kondisi

    fisik, psikologi sosial, menyangkut keperluan setiap manusia di mana saja.

    Dalam kajian filsafat, terdapat prinsip-prinsip untuk pemilihan nilai, yaitu sebagai

    berikut. :

    Nilai instrinsik harus mendapat prioritas pertama daripada nilai ekstrinsik.

    Sesuatu yang berharga instrinsik, yaitu yang baik dari dalam dirinya sendiri dan bukan

    karena menghasilkan sesuatu yang lain. Sesuatu yang berharga secara ekstrinsik, yaitu

    sesuatu yang bernilai baik karena sesuatu hal dari luar. Jika sesuatu itu merupakan sarana

    untuk mendapat sesuatu yang lain. Semua benda yang bisa digunakan untuk aktivitas

    mem-punyai nilai ekstrinsik. Nilai ini tidak harus terpisah. Suatu benda dapat bernilai

    instrinsik dan ekstrinsik. Contoh pengetahuan, mempunyai nilai instrinsik baik dari

    dirinya sendiri dan mempunyai nilai ekstrinsik apabila digunakan untuk kepentingan

    pembangunan baik di bidang ekonomi, politik, hukum, maupun bidang-bidang yang

    lainnya.

    Nilai yang produktif secara permanen didahulukan daripada nilai yang produktif

    kurang permanen. Beberapa nilai, seperti nilai ekonomi akan habis dalam aktivitas

    kehidupan. Sedangkan nilai persahabatan akan bertambah jika dipergunakan untuk

    membagi nilai akal dan jiwa bersama orang lain. Oleh karena itu, nilai persahabatan harus

    didahulukan daripada nilai ekonomi.

    H. Sistem Nilai

    Sistem nilai adalah nilai inti (core value) dari masyarakat. Nilai inti ini diakui dan

    dijunjung tinggi oleh setiap manusia di dunia untuk berperilaku. Sistem nilai ini

  • menunjukkan tata-tertib hubungan timbal balik yang ada di dalam masyarakat. Sistem

    nilai budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia

    (Koentjaraningrat, 1981). Sistem nilai budaya ini telah melekat dengan kuatnya dalam

    jiwa setiap anggota masyarakat sehingga sulit diganti atau diubah dalam waktu yang

    singkat. Sistem budaya ini menyangkut masalah-masalah pokok bagi kehidupan manusia.

    Sistem nilai budaya ini berupa abstraksi yang tidak mungkin sama persis untuk setiap

    kelompok masyarakat. Mungkin saja nilai-nilai itu dapat berbeda atau bahkan

    bertentangan, hanya saja orien-tasi nilai budayanya akan bersifat universal, sebagaimana

    Kluckhohn (1950) sebutkan.

    Menurut Kluckhohn, sistem nilai budaya dalam masyarakat di mana pun di dunia

    ini, secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia, yaitu:

    Hakikat hidup manusia. Hakikat hidup untuk setiap kebudayaan berbeda secara ekstrim.

    Ada yang berusaha untuk memadamkam hidup (nirvana = meniup habis). Ada pula yang

    dengan pola-pola kelakuan tertentu menganggap hidup sebagai sesuatu hal yang baik

    (mengisi hidup).

    Hakikat karya manusia. Setiap manusia pada hakikatnya berbeda-beda, di

    antaranya ada yang beranggapan bahwa karya bertujuan untuk hidup, karya memberikan

    kedudukan atau kehormatan, karya merupakan gerak hidup untuk menambah karya lagi.

    Hakikat waktu untuk setiap kebudayaan berbeda. Ada yang berpandangan mementingkan

    orientasi masa lampau, ada pula yang berpandangan untuk masa kini atau yang akan

    datang.

    Hakikat alam manusia. Ada kebudayaan yang menganggap manusia harus

    mengeksploitasi alam atau memanfaatkan alam semaksimal mungkin, ada pula

  • kebudayaan yang beranggapan bahwa manusia harus harmonis dengan alam dan manusia

    harus menyerah kepada alam.

    Hakikat hubungan manusia. Dalam hal ini ada yang mementingkan hubungan

    manusia dengan manusia, baik secara horisontal maupun secara vertikal kepada tokoh-

    tokoh. Ada pula yang berpandangan individualists (menilai tinggi kekuatan sendiri).

    Berdasarkan hasil suatu penelitian, ada tiga pandangan dasar tentang makna hidup, yaitu:

    (1) hidup untuk bekerja,

    (2) hidup untuk beramal, berbakti, dan

    (3) hidup untuk bersenang-senang.

    Sedangkan makna kerja, yaitu:

    (1) untuk mencari nafkah,

    (2) untuk memper-tahankan hidup,

    (3) untuk kehormatan,

    (4) untuk kepuasan dan kesenangan, dan

    (5) untuk amal ibadah.

    I. Perubahan Kebudayaan

    Masyarakat dan kebudayaan di mana pun selalu dalam keadaan berubah, ada dua sebab

    perubahan :

    Sebab yang berasal dari masyarakat dan lingkungannya sendiri,misalnya

    perubahan jumlah dan komposisi

    sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat

    yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan

    masyarakat dan kebudayaan lain, cenderung untuk berubah secara lebih cepat.

  • adanya difusi kebudayaan, penemuan-penemuan baru, khususnya teknologi dan

    inovasi.

    Dalam masyarakat maju, perubahan kebudayaan biasanya terjadi melalui penemuan

    (discovery) dalam bentuk ciptaan baru (inovatiori) dan melalui proses difusi. Discovery

    merupakan jenis penemuan baru yang mengubah persepsi mengenai hakikat suatu gejala

    mengenai hubungan dua gejala atau lebih. Invention adalah suatu penciptaan bentuk baru

    yang berupa benda (pengetahuan) yang dilakukan melalui penciptaan dan didasarkan atas

    pengkom-binasian pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada mengenai benda dan gejala

    yang dimaksud.

    Ada empat bentuk peristiwa perubahan kebudayaan :

    Pertama, cultural lag, yaitu perbedaan antara taraf kemajuan berbagai bagian dalam

    kebudayaan suatu masyarakat. Dengan kata lain, cultural lag dapat diartikan sebagai

    bentuk ketinggalan kebudayaan, yaitu selang waktu antara saat benda itu diperkenalkan

    pertama kali dan saat benda itu diterima secara umum sampai masyarakat menyesuaikan

    diri terhadap benda tersebut.

    Kedua, cultural survival, yaitu suatu konsep untuk meng-gambarkan suatu praktik

    yang telah kehilangan fungsi pentingnya seratus persen, yang tetap hidup, dan berlaku

    semata-mata hanya di atas landasan adat-istiadat semata-mata. Jadi, cultural survival

    adalah pengertian adanya suatu cara tradisional yang tak mengalami perubahan sejak

    dahulu hingga sekarang.

    Ketiga, pertentangan kebudayaan (cultural conflict), yaitu proses pertentangan

    antara budaya yang satu dengan budaya yang lain. Konflik budaya terjadi akibat terjadinya

  • perbedaan kepercayaan atau keyakinan antara anggota kebudayaan yang satu dengan yang

    lainnya.

    Keempat, guncangan kebudayaan (cultural shock), yaitu proses guncangan

    kebudayaan sebagai akibat terjadinya perpindahan secara tiba-tiba dari satu kebudayaan ke

    kebudayaan lainnya. Ada empat tahap yang membentuk siklus cultural shock, yaitu: (1)

    tahap inkubasi, yaitu tahap pengenalan terhadap budaya baru, (2) tahap kritis, ditandai

    dengan suatu perasaan dendam; pada saat ini terjadi korban cultural shock, (3) tahap

    kesembuhan, yaitu proses melampaui tahap kedua, hidup dengan damai, dan (4) tahap

    penyesuaian diri; pada saat ini orang sudah membanggakan sesuatu yang dilihat dan

    dirasakan dalam kondisi yang baru itu; sementara itu rasa cemas dalam dirinya sudah

    berlalu.

    Konsepsi Budaya Dasar Dalam Berbagai Bidang Kesusasteraan

    1. Hakekat Puisi

    Dipandang dari segi bangunan bentuknya pada umumnya puisi dianggap sebagai

    pemakaian atau penggunaan bahasa yang intensif; oleh karena itu minimnya jumlah kosa

    kata yang digunakan dan padatnya struktur yang dimanipulasikan,namun justru karena itu

    berpengaruh kita dalam menggerakkan emosi pembaca karena gaya penuturan dan daya

    lukisnya. Bahasa puisi dikatakan lebih padat lebih indah, lebih cemerlang dan hidup

    (compressed, picturesque, vivid) daripada bahasa prosa atau percakapan sehari-hari.

    Bahasa puisi mengandung penggunaan lambang-lambang metaforis dan bentuk-

    bentuk intutive yang lain untuk mengekspresikan gagasan, perasaaan dan emosi oleh

    karena puisi senantiasa menggapai secara eksklusif ke arah imajinasi dan ranah (domain)

    bentuk-bentuk emotif dan artistiknya sendiri.

    Kepadatan bahasa puisi itu sebenarnya sangat berkaitan. Secara sinkron dan

    integratif dengan upaya sang penyair dalam memadatkan sejumlah pikiran, pcrasaan dan

    emosi serta pe-ngalaman hidup yang diungkapannya. Hal yang membedakan seorang pe-

  • nyair dari pengarang prosa adalah karena kemampuannya dalam mengekspresikan hal-hal

    yang sangat besar dan luas dalam bentuk yang ringkas dan padat.

    Dipandang dari segi isinya puisi yang bagus merupakan ekspresi yang paling benar

    (genuine expression) atas kcseluruhan kepri-badian manusia dan kerena itu ia dapat

    menyampaikan secara luar biasa keinsyafan pikiran dan hari manusia tehadap pcngalaman

    dan peristiwa kehidupan. Dengan demikian fenomen- budaya puisi itu tcrcipta dalam

    proses yang kira-kira bisa dibagankan sebagai bcrikut:

    2. Penyajian Puisi dalam Pendidikan dan pengajaran di semua tingkatan

    Berdasarkan sejumlah pandangan yang terpilih dari para ahli dan kritikus sastra

    dapatlah dikatakan bahwa puisi bersifat koekstensif dengan hidup (W.J.G. race, 1965:5)

    yang berarti bcrdiri berdampingan dalam kedudukan yang sama dengan hidup sebagai

    pencerminan dan krilik atau interpretasi terhadap hidup.

    Dalam pemikiran aslinya Dr. Smuel Johnson menyebutkan general nature

    sebagai obyek percerminan. Dalam hal ini puisi itu sendiri bukanlah sebuah cermin,

    dalam pengertian ia tidak semata-mata mereproduksi suatu bayangan alam (dan

    kehidupan), tetapi ia membuat alam itu direfleksikan di dalam bentuknya yang banyak

    berisi arti (Northrop Frye, 1957: 84).

    Secara aktual apa yang dinyatakan oleh penyair dalam puisinya dapat merupakan

    analogi, koresponden atau mirip dengan alam lahir (external nature). Di sini cermin

    tidak semata-mata mereflcksikan alam lahir itu, oleh karena alam di sini juga mencakup

    inleligensi manusia, perasaanya dan cara atau aktivitas manusia itu melihat dirinya sendiri.

    Tendensi pandangan dalam kritik modern mengenai dalil pencerminan tersebut

    menganggap bahwa puisi sebagai suatu jenis karya scni merupakan heterokosmos yakni

    sebagai alam kedua. Dalam memandang sastra pada umumnya dan puisi pada

    khususnya sebagai pencerminan pengalaman, kita tidak akan berpikir bahwa sastra (puisi)

    sebagai penyajian norma-norma secara statistik.

    Sebegitu jauh sastra/puisi di zaman angkatan Pujangga Baru (tahun 30-an) boleh

    disebut hanya mengenal atau cenderung kepada minoritas orang-orang berpendidikan

    menengah dan feodal sebagaimana sastra Eropa Barat di abad pertengahan yang hanya

    menyuarakan gerak hidupnya kaum bangsawan yang mencari kekuatannya pada tema-

    tema tertentu saja, misalnya cinta istana.

  • Namun sastra/puisi Indonesia di kurun 1942 1945 mengumandangkan tuntutan

    masyarakat akan kemerdekaan dan di tahun 1960-an meneriakkan pemberontakan kepada

    kaum tirani dan despot. Sedangkan puisi-puisi Gunawan Muhammad atau Sapardi

    Joko Damono lebih banyak ber-sifat renungan pada pencarian nilai-nilai.

    2.1. Hubungun puisi dengan pengalaman hidup manusia

    Perekaman dan penyampaian pengalaman dalam sastra/puisi disebut

    pengalaman perwakilan (vicarious experience, (1) D.L. Burton, 1964: 4, (2) M.E.

    Fowler, 1965: 219, (3) W.J. Grace, 1965: (4). lni berarti bahwa manusia senantiasa

    ingin mcmiliki salah satu kebutuhan dasarnya untuk lebih menghidupkan

    pengalaman hidupnya dari sekedar kumpulan pengalaman langsung yang terbalas.

    Dengan pengalaman perwakilan itu sastra/puisi dapat memberikan kepada

    mahasiswa memiliki kesadaran (insight wawasan) yang penting untuk dapat

    melihat dan mengerti banyak tentang dirinya sendiri dan tentang masyarakat.

    Dengan keseringan membaca dan mendiskusikan hasil karya sastra/puisi

    dengan bimbingan dosen yang bijaksana dan matang mcreka dapat berkembang

    untuk mengerti tidak saja terhadap diri mereka masing-masing dan hubungannya

    dengan masyarakat di mana mereka hidup, tetapi juga terhadap kcahlian dan

    kearifan senimannya (the craft of the artist).

    Pendekatan terhadap pengalaman perwakilan ilu dapat dilakukan dengan

    suatu kemampuan yang disebut imaginative entry (D.L. Burton, 1965: 1544),

    yaitu kemampuan menghubungkan pengalaman hidup sendiri dengan pengalaman

    yang diluangkan penyair dalam puisinya. Sebagai pemuda tentulah mahasiswa itu

    pcrnah jatuh cinta, kebencian yang mendendam, keberanian memprotes, sakit hati

    dan penderitaan olch kesedihan, keterharuan dan kebanggaan olch dalang-nya suatu

    harapan yang membahagiakan. Dengan mengidentifikasi pengalaman-pengalaman

    itu mereka dapat memasuki pcngalaman dalam puisi dengan membaca dan

    mendiskusikannya, sehingga mcreka dapat mempcrluas ketahuannya terhadap

    dirinya dan terhadap orang lain.

    Puisi mempunyai kekuatannya sendiri dalam memperluas pengalaman hidup

    aktual dengan jalan mengalur dan mensintesekannya. Pengalaman yang melayani

    kebutuhan universal manusia untuk memperoleh pelarian dan obat penawar dari

    beban kesibukan hidup yang rutin.

    2.2 Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual.

    Dengan membaca puisi kita dapat diajak untuk dapat menjenguk hati dan

    pikiran/kesadaran manusia, baik orang lain maupun diri sendiri. Hal ini sangat

    dimungkinkan oleh puisi itu sendiri, karena melalui puisinya sang penyair

  • menunjukkan kepada pembaca bagian dalam hati manusia, ia menjelaskan

    pengalaman sctiap orang, yang bisa mengenai;

    topang yang dipakai orang dalam kehidupan yang nyata

    bcrbagai pcranan yang diperankan orang dalam mcnampilkan diri di

    dunia atau lingkungan masyarakatnya.

    Adalah hak dan misi seorang penyair lewat puisinya untuk membuka tabir

    yang mcnutupi hati manusia dan membawa kita untuk melihat sedekat- dekatnya

    rahasia pikiran, perasaan dan impian manusia. Pada akhirnya puisi mempcrluas

    dacrah pcrscpsi kita memperlcbar dan memperdalam serta menyempurnakan

    sensibilitas emosional kita, kemampuan kita untuk merasakan, sehingga kila

    dibuatnya menjadi lebih sensitif, lebih responsif dan mejadi manusia yang lebih

    simpatik.

    3. PROSA FIKSI

    Istilah prosa fiksi banyak padanannya. Kadang-kadang di sebut : narrative fiction,

    fictional narrative, prose fiction atau hanya fiction saja. Kata Latin fictionem dari kata

    fingere artinya menggambarkan atau menunjukkan. Dalam bahasa Indonesia istilah tadi

    sering diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai Bentuk cerita atau

    prosa kisahan yang mempunyai peme-ran, lakuan, peristiwa, dan alur yang dihasilkan oleh

    daya khayal atau imajinasi (Saad & Moeliono). Istilah cerita rekaan umumnya dipakai

    untuk roman, atau novel, atau cerita pendek.

    Nilai-nilai di dalam prosa fiksi

    Yang dimaksud dengan nilai di sini adalah persepsi dan pengertian yang diperoleh

    pembaca lewat sastra (prosa fiksi). Hendaknya disadari bahwa tidak semua pembaca

    dapat mem-peroleh persepsi dan pengertian tersebut. Ini hanya dapat diperoleh

    pembaca, apabila sastra menyentuh diririya. Nilai tersebut tidak akan diperoleh secara

    otomatis dari membaca. Dan hanya pembaca yang berhasil mendapat pengalaman

    sastra saja yang dapat merebut nilai-nilai dalam sastra.

  • (a). Prosa fiksi memberikan kesenangan

    Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dari membaca fiksi adalah pembaca

    mendapatkan pengalaman sebagaimana jika mengalaminya sendiri peristiwa atau keja-

    dian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imaginasinya untuk mengenal

    daerah atau tempat yang asing, yang belum dikunjunginya, atau yang tak mungkin

    dikunjungi selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atau

    asing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai suatu

    sukses. Namun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa tempat atau tokoh dalam

    fiksi itu mirip dengan manusia manusia atau tempat-tempat dalam kehidupan sehari-hari.

    Kecuali kenikmatan literer, fiksi juga memberikan kesenangan yang berupa stimulasi

    intelektual. Ini datang dari adanya ide-ide, wawasan-wawasan, atau pemikiran-pemikitan

    yang baru, yang aneh, yang luar biasa, bahkan juga yang mungkin sangat membahayakan

    jika diungkap-kan bukan lewat sastra.

    (b). Prosa fiksi memberikan informasi.

    Fiksi juga memberikan ide atau wawasan yang lebih dalam daripada sekedar fakta yang

    hanya bersifat meng-gambarkan. Dari fiksi dapat dipahami tentang kelemahan, ketakutan,

    keterasingan, atau hakekat manusia lebih daripada apa yang disajikan oleh buku-buku

    psikologi, sosiologi, atau anthropologi.

    Fiksi bersifat mendramatisasikan, bukan hanya sekedar menerangkan seperti misalnya

    buku teks psikologi. Mendramatisasikan, berarti mengubah prinsip-prinsip abstrak

    menjadi suatu kehidupan atau lakuan/tindakan (action). Kita jadi ingat misalnya pada

    Ziarah (Iwan Simatupang) yang merupakan dramatisasi atau fisikalisasi dari ide

    keterasingan kehidupan manusia, sebagaimana diperankan oleh profesor filsafat itu.

    (c). Prosa fiksi memberikan warisan kultural.

    Pelajaran sejarah dapat memberikan sebagian warisan kultural kepada mahasiswa;

    demikian pula dengan pelajaran matematika, seni, dan musik. Para mahasiswa yang

    mempelajari bahasa dan sastra akan memperoleh kontak dengan : impian-impian, harapan-

    harapan, dan aspirasi-aspirasi, sebagai akar-akar dari kebudayaan. Prosa fiksi dapat

    menstimulai imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya

    dari warisan budaya bangsa.

    Novel-novel yang terkenal seperti : Sitti Nurbaya, Salah Asuhan, Layar Terkembang

    mengungkapkan impi-an-impian, harapan-harapan, aspirasi-aspirasi dari generasi yang

  • terdahulu yang seharusnya dihayati oleh generasi kini. Bagi bangsa Indonesia novel-novel

    yang berlatar belakang perjuangan revolusi seperti Jalan Tak Ada Ujung, Perburuhan,

    jelas merupakan buku novel yang berarti, sementara kita menyadari bahwa revolusi itu

    sendiri adalah suatu tindakan heroisme yang mengagumkan dan memberikan kebanggaan.

    (d). Prosa fiksi memberikan keseimbangan wawasan.

    Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-

    pengalamannya dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesem-

    patan untuk memilih respon-respon emosional atau rang-kaian aksi (action) yang mungkin

    sangat berbeda daripa-da apa yang disajikan oleh kehidupan sendiri. Rangkaian aksi itu

    sendiri mungkin tidak pernah ada dan tidak pernah terjadi di dalam kehidupan faktual.

    Adanya semacam kaidah kemungkinan yang tidak mungkin dalam fiksi inilah yang

    memungkinkan pembaca untuk dapat memperluas dan memperdalam persepsi dan

    wawasannya tentang tokoh, hidup, dan kehidupan manusia. Dari banyak memperoleh

    pengalaman sastra, pembaca akan terbentuk keseimbangan wawasannya, terutama dalam

    menghadapi kenyataan-kenyataan di luar dirinya yang mungkin sangat berlainan dari

    pribadinya. Seorang dokter yang dianggap memiliki status sosial tinggi, tetapi ternyata

    mendatangi perempuan simpanannya walaupun dengan alasan-alasan psikologis, seperti

    dikisahkan novel Belenggu, adalah contoh dari the probable impossibility. Tetapi justru

    dari sinilah pembaca memperluas per-spektifnya tentang kehidupan manusia.

    Kesanggupan sastra (fiksi) untuk menembus pikiran dan emosi seperti itu dapat

    memberikan impaknya yang luar biasa. Beberapa novel kadang-kadang menyajikan suatu

    wawasan atau pemikiran yang subtil, bahkan sampai kepada yang gila (Ingat beberapa

    novelet Putu Wijaya).

    4.2 Aspek ekstrinsik prosa fiksi.

    Faktor sejarah dan lingkungan seringkali dapat dibuktikan ada kaitannya dengan sebuah

    cipta sastra (fiksi). Dengan kata lain kekuatan-kekuatan di dalam masyarakat atau ling-

    kungan itulah justru memiliki pengaruh yang kuat pada diciptakanya sebuah karya prosa

    fiksi. Sehingga kejadian-kejadian yang bersamaan dalam proses pembuatan sebuah karya

    prosa fiksi seringkali menjadi ide dan inspirasi dari pengarangnya.

  • 1. HAKEKAT SENI RUPA.

    Keutuhan manusia sebagai pribadi dapat dimungkinkan melalui pemahaman, penghayatan

    dan meresapkan nilai-nilai yang terkandung dalam suatu karya seni rupa sebagai salah

    satu bagian dari kebudayaan. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang dianugerahi

    pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah memerlukan pranata budaya untuk

    menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif

    dalam kegiatan apresiatif.

    Dalam kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan terhadap seni rupa seolah-olah

    kita memasuki suatu alam rasa yang kasat mata. Seni rupa sebagai karya seni yang

    nampak rupa seolah-olah hanya dapat dihayati dengan indra mata. Maka itu kadang-

    kadang seni rupa itu disamakan dengan seni visual, yakni seni yang aktifitasnya erat

    sangkut pautnya dengan visi indrawi (mata) Tetapi sebenarnya seni rupa itu lebih dari

    yang hanya bersifat lahiriah semata, yakni lebih dalam lagi dan meliputi pula visi

    bathiniah.

    Seni rupa sebagai karya yang kasat mata, perwujudannya itu adalah merupakan wadah

    pembabaran idea yang bersifat bathiniah Dalam mengadakan pendekatan terhadap seni

    rupa seluruh pancaindra kita, khususnya penglihatan, perabaan dan perimbangan kita

    terlibat dengan asyiknya terhadap bentuk seni rupa itu yang terdiri dari aneka warna, garis,

    bidang, tekstur dan sebagainya yang bersifat lahiriah itu untuk seterusnya menguak alam

    kesadaran jiwa kita untuk lebih jauh menghayati isi yang terbabar dalam karya seni rupa

    itu serta idea yang melatar belakangi kehadirannya.

    Maka itu dalam mengadakan pendekatan terhadap karya seni rupa kita tidak cukup hanya

    bersimpati terhadap karya seni rupa itu, tetapi lebih dari itu yaitu secara empati (empathy).

    Empati berasal dari kata Yunani yang berarti Terasa di dalam, sedangkan simpati yang

    KONSEPSI BUDAYA DASAR DALAM SENI

    RUPA

  • juga berasal dari kata Yunani berarti merasa dengan. Jadi dalam menghayati suatu karya

    seni secara empati berarti kita menempatkan diri kita ke dalam karya seni itu.

    Seorang pribadi yang berempati orang ini mencoba melihat dunia dari makhluk manusia

    lain, melalui mata dari orang lain. Empati memerlukan keterlibatan, imajinasi, pengertian,

    identifikasi dan interaksi. Dengan faktor-faktor tersebut maka kualitas empati lebih

    meningkat

    Dengan kesediaan kita mempelajari suatu karya seni secara empati, yaitu mencoba

    memahami apa yang sebenarnya terbabar dalam karya seni itu, baik terhadap karya seni

    yang berasal dari jaman lampau maupun dari masa kini dari daerah yang sama atau

    berjauhan,berarti kita telah terbuka untuk memahaminya.

    Memang, pada dasarnya manusia bersifat sukar memahami manusia lainnya, termasuk

    bersifat sukar menerima karya seni bentuk-bentuk asing. Pemahaman terhadap karya seni

    bentuk-bentuk asing seperti karya seni rupa prmitif atau karya seni rupa kuno, bahkan juga

    terhadap karya seni rupa modern tidaklah mudah, Satu syarat yang masih dituntut oleh

    seni modern yang bahkan merupakan ciri khasnya, ialah kreativitas. Dari sebuah perkataan

    ini tercantumlah beberapa sifat yang merupakan gejala-gejalanya. Oleh karena itu untuk

    menghindarkan istilah modern yang bermuka banyak itu tadi, ada yang menamai seni

    modern itu dengan seni kreatif. Contoh, karya-karya seni rupa modern adalah karya-

    karya seniman :

    Paul Cezane, Paul Gauguin, .Vincent van Gogh, Pablo Picasso, Naum Gabo, Antoine

    Pevsner, Ozcenfant, Marinelti, Mari Utrillo, Max Chagal, Henry Moor, Kandinsky

    dan sebagainya.

    Di Indonesia kita mengenal seniman pelukis dan pemahat modern antara lain:

    Affandi, Popo Iskandar, Zaini, G. Sidharta, Klul, Cokot, Ida Bagus Nyana dan

    sedcretan scniman muda lainnya

    Karya-karya mereka (sebagian) dipajang di becrapa lempat scperti :Balai Scni Rupa Pusat

    di Jakarta, Museum Affcndi di Yogyakarta, Museum bali di Dcnpasar, Museum Ralna

    Warta di Ubud (Bali), Pusat Kcsenian Bali di Dcnpasar, Museum Sctcja Neka di Ubud

    (Bali) dan di bebcrapa tempat kolcktor lainnya.

  • 2. BEBERAPA GAYA, CORAK, ATAU ISME SENI RUPA.

    Di muka telah di singgung, bahwa kclahiran karya-karya seni rupa yang berbeda-beda

    pada liap-liap jaman dikarcnakan masing-masing jaman itu mcmiliki aliran-aliran pikiran

    yang berbeda-beda. Masing-masing jaman mclahirkan karya-karya scni rupa dengan ciri-

    cirinya masing-masing. Ada kalanya pada satu jaman lahir aliran-aliran pikiran yang

    berbeda-beda, schingga melahirkan pula corak karya seni rupa yang berbeda.

    Jadi yang dimaksud dengan gaya dalam seni rupa adalah corak atau isme yang

    dikarenakan aliran-aliran pikiran yang mendorong alau mclatar belakangi kelahiran karya

    scni rupa itu.

    Karena adanya perbedaan-perbedaan konsepsi pikiran dari masing-masing jaman, maka

    masing-masing jaman mclahirkan kcsenian yang mem-punyai ciri-ciri yang khusus.

    Adanya bermacam gaya, corak atau isme.itu mempunyai pesona-pesona sendiri yang

    khusus dan khas. Di samping itu, tiap-tiap aliran corak, gaya atau ismc itu mempunyai

    tujuan tcrtcntu atau fungsi sendiri-sendiri. Atau tiap-tiap aliran itu mempunyai cita-cita

    seni sendiri, sesuai dengan pikiran jamannya.

    Karena cila-cita seni itu berbeda-beda, yang satu ke arah kemanusiaan, yang satunya kc

    arah ke Tuhanan dan sebagainya, maka karya-karya seni itu memperlihatkan wujud yang

    berbeda-beda. Namun demikian kesenian mempunyai aspek-aspek persamaan.

    Kesenian Primitif

    Pada umumnya dapat dikatakan bahwa mutu suatu ciptaan terutama pada sifatnya yang

    khas, yang tak ada pada ciptaan lain untuk mencari karya yang khas, unik dan tidak ada

    duanya itu, maka orang menoleh ke masa seni primitif.

    Kesenian primitif kesederhanaannya menimbulkan kesan yang mengagumkan. Kesenian

    primitif tidak di buat atas dasar sadar artistik tctapi dibuat atas dasar sadar magis. Benda

    yang dibuat tidak ditujukan sama sekali untuk benda seni yang menarik (artistik), tapi

    sebagai benda sakti. Contoh : patung-patung suku Asmat dari Irian sungguh menarik

    pesona seni orang-orang modern, meskipun karya-karya itu tidak memiliki keindahan

    menurut pesona seni klasik.

    Kita sering keliru menilai suatu karya seni dan menilai tidak dari karya scni itu sendiri

    pada jamannya, melainkan dengan kriteria dari luar jaman karya scni itu. Biasanya kita

    menggunakan ukuran masa kini atau masa klasik untuk menilai karya seni primitif. Gaya

    klasik semula dimaksudkan ialah kesenian Yunani kuno.

    Di Indonesia kesenian dan kesusastraan Hindhu dianggap klasik. Kadang-kadang

    kesusastraan melayu juga di scbut klasik. Ciri-ciri seni klasik adalah tenang, harmonis,

    symetris atau seimbang. Contoh: wayang kulit, patung dari jaman Hindhu dan sebagainya.

  • Lawan dari klasik ialah seni romantik, yang dengan sadar mengingkari keseimbangan

    klasik, bentuk teratur dan tradisional. Sedangkan romantik menyampingkan realitas dan

    mengikuti emosi, terutama cmosi yang dramatis dan tragis yang amat menarik. Para

    scniman romantik mengubah ralitas dengan berdasarkan fantasinya dan selanjutnya

    seolah-olah hidup di dalam impian.

    Dengan demikian wajarlah para seniman romantik mencari obyek yang biasa merangsang

    fantasi-fantasinya dan bisa memberi jalan untuk melahirkan rasa romantisnya. Pelukis

    romantis Indonesia yang terkenal adalah Basuki Abdullah dengan buah karyanya yang

    menawan penggemarnya.

    Di Barat romantik berkembang pada bagian akhir abad ke 18 atau pada permulaan abad ke

    19, bersamaan dengan aliran neo-klasik.

    Neo-klasik adalah aliran yang berorientasi pada kcbcnaran dan kcindahan Recoco yang

    berkembang di Perancis pada pertcngahan abad ke 18 (*).

    Apabila gaya rococo mcncerminkan kehalusan dan pcrmainan cinta serta keingingan

    menghias tanpa tujuan tertentu, maka gaya neo-klasik ialah suatu jawaban terhadap

    kerinduan pada masa silam dari kcscnian negara tua. Ciri-cirinya:

    1). mengagung-agungkan bentuk,

    2). komposisi seimbang,

    3). gerak tidak berlebih-lebihan,

    4). warnanya dingin dan

    5). obyek tentang sejarah dan mitologi

    Contoh karya neo-klasik adalah karya-karya Jacques Louis David yang menunjukkan

    adanya kemahiran dalam anatomi dan kctclitian dalam membuat lipatan-lipatan kain serta

    penyusunan figur-figur secara scimbang.

    Perbedaannya dengan corak Barok nampak jelas. Gaya Barok litik berat di scgala jurusan,

    tidak ada kescimbangan synctris. Warna dan sinar kontras dan scrba bcrgcrak. Ukuran

    tafril scrba besar. Sedangkan seni klasik, titik bcrat pada tengah-tengah lukisan, scimbang

    dan symetris. Karya korcvoor dan Hcsscling adalah salah satu contoh gaya Barok yang

    mempcrlihatkan bcrmacam-macam efck yang bcrgerak dengan kontras yang kuat sckali.

    Sesudah gaya romantik, berturut-turut limbul realisme, impresionisme dan

    ekspresionesme. Realisme dibedakan dengan naturalisme. Realisme tidak seperti halnya

    romantik yang hanyut pada emosi individual, melainkan tingkah laku di dunia pada

    umumnya. Jadi terletak pada arah kebenaran umum dalam hal ini kehidupan sosial. Di

  • Barat karya Daumier adalah contoh yang baik unluk gaya realisme. Dan di Indonesia kita

    dapat menunjuk karya-karya Henk Ngantung yang menggambarkan kchidupan para petani

    buruh dan nelayan dari tingkat kelompok sosial bawah.

    3. ALIRAN SENI LUKIS

    a. Surrealisme

    Aliran untuk melukiskan suatu aktivitas jiwa manusia yakni aktivitas jiwa yang masih

    dalani kcadaan bebas, yang belum terkekang oleh kaidah-kaidah logika, etika, estetika dan

    scbagainya. Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk yang sering

    ditemui di dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk mengabaikan bentuk secara keseluruhan

    kemudian mengolah setiap bagian tertentu dari objek untuk menghasilkan sensasi tertentu

    yang bisa dirasakan manusia tanpa harus mengerti bentuk aslinya.

    Jadi surrealisme ini hendak melukiskan pcngalaman manusia secara scdalam-dalamnya.

    Aliran ini lahir sejak terbitnya manifes yang di tulis oleh A. Breton (manifesto du

    surrcalisme) pada tahun 1942 dan memuneak an-tara tahun 1934 1938. Karya-karya

    yang tergolong surrealis adalah buah karya : Savador Dali, M. Chagall dan Paul Klce.

    b. Kubisme

    Adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap objek ke dalam bentuk-

    bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi tertentu. Salah satu tokoh terkenal dari aliran

    ini adalah Pablo Picasso . adalah nama bagi suatu aliran dalam scni lukis dan seni pahat

    modern yang lahir pada tahun 1908. Aliran ini mula bcrtujuan untuk mempcrsahajakan

    benda-benda menjadi bentuk-bentuk geomctris, kemudian lcbih bcrcorak dekoratif dan

    non obyektif.

    Penganjuran pcrtama adalah Pablo Picasso dan Brauquc. Karya Pablo Picasso yang

    bcrgaya kubisme yang tcrkcnal adalah lukisannya yang bcrjudul Guernice (1937).

    Sebenarnya lukisan ini kombinasi gaya ekspresionisme, surrealisme dan kubisme. Lukisan

    ini adalah buah dari reaksi kemarahan Picasso atas pengeboman scmcna:mcna olch

    angkatan udara Jerman atas Guernice yang sama sckali tidak dipertahankan secara milker.

    c. Romantisme

    Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern Indonesia. Lukisan dengan

    aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya.

    Pemandangan alam adalah objek yang sering diambil sebagai latar belakang lukisan.

    Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan Belanda dan ditularkan

    kepada pelukis pribumi untuk tujuan koleksi dan galeri di zaman kolonial. Salah satu

    tokoh terkenal dari aliran ini adalah Raden Saleh

  • d. Ekspresionisme

    Ekspressionisme adalah kecenderungan seorang seniman untuk mendistorsi kenyataan

    dengan efek-efek emosional . Ekspresionisme bisa ditemukan di dalam karya lukisan ,

    sastra , film , arsitetur , dan musik . Istilah emosi ini biasanya lebih menuju kepada jenis

    emosi kemarahan dan depresi daripada emosi bahagia.

    Pelukis Matthias Grnewald dan El Greco bisa disebut ekspresionis. seniman berusaha

    mengungkapkan kesadaran jiwanya yang dalam terhadap obycknya. Jadi corak

    cksprcsionismc ilu scsungguhnya mcnggambarkan bagaimana scsungguhnya pcrasaan

    jiwanya tcrhadap obycknya, bukan lagi mcngambarkan kesan rasan luar dari sualu obyck.

    Corak cksprcsionismc lcbih mcmcntingkan cksprcsi, yaitu pcrnyataan balhin yang sclalu

    tumbuh karcna dorongan akan mcnjclmakan pcrasaan atau buah pikiran . Pada corak

    ekspresionismc itu yang diutamakan adalah inti-sari atau hakekat, jadi soal di dalam

    atau ada juga yang mcngatakan soal kejawaan.

    Oleh karena yang diungkapkan soal kejiwaan, scdangkan jiwa itu scsuatu yang abstrak,

    maka wujudnya ada kalanya abstrak. Corak eksporcsionismc inilah mcnjadi dasar scni

    modern dengan bebcrapa cabangnya sepcrti: kubisme, fauvismc, purismc, futurismc,

    dadaisme, sur-realisme, naif-primitifismc dan scbagainya.

    e. Impresionisme

    Impresionisme adalah suatu gerakan seni dari abad 19 yang dimulai dari Paris pada tahun

    1860an . Nama ini awalnya dikutip dari lukisan Claude Monet , Impression, Sunrise

    (Impression, soleil levant) . Kritikus Louis Leroy menggunakan kata ini sebagai sindiran

    dalam artikelnya di Le Charivari .

    Karakteristik utama lukisan impresionisme adalah kuatnya goresan kuas, warna-warna

    cerah (bahkan banyak sekali pelukis impresionis yang mengharamkan warna hitam karena

    dianggap bukan bagian dari cahaya), komposisi terbuka, penekanan pada kualitas

    pencahayaan, subjek-subjek lukisan yang tidak terlalu menonjol, dan sudut pandang yang

    tidak biasa. Impresionisme menjadi pelopor berkembangnya aliran-aliran seni modern lain

    seperti Post-Impresionisme , Fauvisme , and Kubisme . Ia memiliki ciri khas:

    Goresan kuas pendek dan tebal dengan gaya mirip sketsa, untuk memberikan

    kemudahan pelukis menangkap esensi subjek daripada detailnya

    Warna didapat dengan sesedikit mungkin pencampuran pigmen cat yang

    digunakan. Diharapkan warna tercampur secara optis oleh retina .

    Bayangan dibuat dengan mencampurkan warna komplementer (Hitam tidak

    digunakan sebagai bayangan).

    Cat tidak ditunggu kering untuk ditimpa dengan warna berikutnya.

    Pengolahan sifat transparansi cat dihindari.

  • Meneliti sedetail mungkin sifat pantulan cahaya dari suatu objek untuk kemudian

    diterapkan di dalam lukisan.

    Dikerjakan di luar ruangan

    Apabila warna yang diletakkan terpisah (berjajar) satu persatu yang mempertinggi

    kecemerlangan warna terhadap yang lain. Hasilnya melahirkan efek-efek yang menggetar

    pada mala pengamal. Contoh karya-karya impresionisme adalah karya-karya seniman :

    Monet, Manet, Vincent van Gogh dan sebagainya. Di Indonesia karya Gusti Ngurah Gede

    Pemecutan yang bergaya pointilismc adalah salah salu contoh gaya impresionismc.

    f. Post-Impresionisme

    Post-Impresionisme adalah suatu masa yang masih dipengaruhi sisa-sisa impresionisme.

    Pada awal 1880 pelukis mulai mengeksplorasi sisi lain dari penggunaan warna, pola,

    bentuk, dan garis yang sedikit berlawanan dari pencapaian impresionisme. Pelukis pada

    era ini contohnya adalah Vincent Van Gogh , Paul Gauguin , Georges Seurat dan Henri de

    Toulouse-Lautrec . Camille Pissarro , yang sebelumnya adalah seniman impresionis

    kemudian mengembangkan gaya pointilisme . Monet meninggalkan kewajiban melukis di

    luar ruangan. Paul Czanne , meskipun telah tiga kali terlibat dalam pameran impresionis,

    kemudian mengembangkan gayanya tersendiri. Karya seluruh seniman ini meskipun tidak

    lagi menganut aliran impresionisme namun masih mengandung unsur-unsur dasarnya.

    g. Fauvisme

    Fauvisme adalah suatu aliran dalam seni lukis yang berumur cukup pendek menjelang

    dimulainya era seni rupa modern. Nama fauvisme berasal dari kata sindiran fauve

    (binatang liar) oleh Louis Vauxcelles saat mengomentari pameran Salon dAutomne

    dalam artikelnya untuk suplemen Gil Blas edisi 17 Oktober 1905, halaman 2. Kepopuleran

    aliran ini dimulai dari Le Havre , Paris , hingga Bordeaux . Kematangan konsepnya

    dicapai pada tahun 1906.

    Fauvisme adalah aliran yang menghargai ekspresi dalam menangkap suasana yang hendak

    dilukis. Tidak seperti karya impresionisme , pelukis fauvis berpendapat bahwa harmoni

    warna yang tidak terpaut dengan kenyataan di alam justru akan lebih memperlihatkan

    hubungan pribadi seniman dengan alam tersebut. Konsep dasar fauvisme bisa terlacak

    pertama kali pada 1888 dari komentar Paul Gauguin kepada Paul Srusier :

    Bagaimana kau menginterpretasikan pepohonan itu? Kuning, karena itu tambahkan

    kuning . Lalu bayangannya terlihat agak biru, karena itu tambahkan ultramarine . Daun

    yang kemerahan? Tambahkan saja vermillion .

    Segala hal yang berhubungan dengan pengamatan secara objektif dan realistis, seperti

    yang terjadi dalam lukisan naturalis , digantikan oleh pemahaman secara emosional dan

  • imajinatif. Sebagai hasilnya warna dan konsep ruang akan terasa bernuansa puitis. Warna-

    warna yang dipakai jelas tidak lagi disesuaikan dengan warna di lapangan, tetapi

    mengikuti keinginan pribadi pelukis.

    Penggunaan garis dalam fauvisme disederhanakan sehingga pemirsa lukisan bisa

    mendeteksi keberadaan garis yang jelas dan kuat. Akibatnya bentuk benda mudah dikenali

    tanpa harus mempertimbangkan banyak detail .

    adalah aliran dalam scni lukis yang bcrckspcrimcn dengan bcntuk. Karena kebebasannya

    mcnggambarkan bentuk, maka oleh pelukis tradisional disebut pelukis liar bahasa

    Pecrancis (fauvc = binatang liar), nama yang dikarang olch L. Fauxclles (1903). CIri-

    cirinya: warnanya kuat, sapuan-sapuannya lebar bcrjejer berdampingan dan pinggiran

    warna-war-nanya dilunakkan. Lahir dan berkembang pada tahun 1904 1909. Tokoh-

    tokohnya : Matisse, Drain dan Vlaminch.

    h. Realisme

    Realisme di dalam seni rupa berarti usaha menampilkan subjek dalam suatu karya

    sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari-hari tanpa tambahan embel-embel atau

    interpretasi tertentu. Maknanya bisa pula mengacu kepada usaha dalam seni rupa unruk

    memperlihatkan kebenaran, bahkan tanpa menyembunyikan hal yang buruk sekalipun.

    Pembahasan realisme dalam seni rupa bisa pula mengacu kepada gerakan kebudayaan

    yang bermula di Perancis pada pertengahan abad 19 . Namun karya dengan ide realisme

    sebenarnya sudah ada pada 2400 SM yang ditemukan di kota Lothal , yang sekarang lebih

    dikenal dengan nama India .

    Dalam pengertian lebih luas, usaha realisme akan selalu terjadi setiap kali perupa berusaha

    mengamati dan meniru bentuk-bentuk di alam secara akurat. Sebagai contoh, pelukis foto

    di zaman renaisans , Giotto bisa dikategorikan sebagai perupa dengan karya realis, karena

    karyanya telah dengan lebih baik meniru penampilan fisik dan volume benda lebih baik

    daripada yang telah diusahakan sejak zaman Gothic .

    Kejujuran dalam menampilkan setiap detail objek terlihat pula dari karya-karya

    Rembrandt yang dikenal sebagai salah satu perupa realis terbaik. Kemudian pada abad 19,

    sebuah kelompok di Perancis yang dikenal dengan nama Barbizon School memusatkan

    pengamatan lebih dekat kepada alam, yag kemudian membuka jalan bagi berkembangnya

    impresionisme . Di Inggris, kelompok Pre-Raphaelite Brotherhood menolak idealisme

    pengikut Raphael yang kemudian membawa kepada pendekatan yang lebih intens

    terhadap realisme.

  • i. Naturalisme

    Naturalisme di dalam seni rupa adalah usaha menampilkan objek realistis dengan

    penekanan seting alam. Hal ini merupakan pendalaman labih lanjut dari gerakan realisme

    pada abad19 sebagai reaksi atas kemapanan romantisme . Salah satu perupa naturalisme di

    Amerika adalah William Bliss Baker , yang lukisan pemandangannya dianggap lukisan

    realis terbaik dari gerakan ini. Salahs atu bagian penting dari gerakan naturalis adalah

    pandangan Darwinisme mengenai hidup dan kerusakan yang telah ditimbulkan manusia

    terhadap alam.

    j. Purisme,

    Adalah aliran dalam seni lukis yang amat menyederhanakan elcmen-clemcn kontruksi dan

    sangat membatasi pemakaian warna. Bahkan dikatakan, purisme adalah pcngolahan lcbih

    lanjut tcrhdap kubisme. Tokoh-nya adalah Ozenfant.

    k. Futurismc,

    Suatu gcrakan sastra yang bcrcorak politik. Lahir olch scorang Italia F.T. Marinelti dengan

    suatu manifes yang menganjurkan sifat sportif dan pro tcrhadap scgala apa yang dapat

    memajukan tchnik dan keccpatan. Sebaliknya ia mencntang kepada apa yang masih

    berhubungan dengan waktu lalu. Anti terhadap sctiap sikap yang bcrdasarkan filsafat atau

    sikap hidup yang didapatkan secara intclcktualistis. Kchidupan seni rupa waktu itu sangat

    dipengaruhi, scbagai rcaksi tcrhadap akademismc yang mundur waktu itu di Italia.

    Lukisan-lukisan futurisme mcngulamakan gerak sehingga lahir macam-macam gcrak dari

    suatu benda. Semuanya dilihat dari pangkal tolak motoris (gerak). Pelukis futuristik

    melukiskan benda-benda tidak lagi dari suatu tempat tcrtcntu, tetapi mcngumpulkan

    pecnangkapan kesan menjadi satu gambaran atau kombinasi, fragmen dari pengamatan

    yang menggugah. Selanjutnya mereka melahirkan gerak dan kekuatan dan juga buah dan

    suara dari pada warna dan garis. Mereka mclemparkan jauh-jauh prinsip pcrspektif.

    l. Dadaisme,

    Adalah suatu gerakan yang radikal sekali dikalangan pelukis dan pujangga-pujangga, yang

    menentang segala macam kesenian yang telah diakui dan anli terhadap nilai-nilai

    tradisional.