ilmu budaya dasar
TRANSCRIPT
-
1. Pendahuluan
Ilmu Budaya Dasar (IBD) sebagai mata kuliah dasar umum (MKDU), diberikan
kepada mahasiswa di seluruh perguruan tinggi negeri dan swasta, bertujuan untuk
mengembangkan daya tangkap, persepsi, penalaran, dan apresiasi mahasiswa terhadap
lingkungan budaya. Ada dua hal yang menyebabkan pentingnya pembahasan materi itu,
yaitu.
Pertama, tema-tema IBD merupakan tema-tema inti permasalahan dasar manusia
yang dialami dan dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, seperti tema-tema yang telah
disusun oleh Konsorsium Antar Bidang yang meliputi cinta kasih, keindahan, penderitaan,
keadilan, pandangan hidup, tanggung jawab, kegelisahan, dan harapan.
Kedua, pada saat ini, terdapat kecenderungan bahwa ilmu atau ilmuwan sering
mengabaikan sikap dan perilaku moral. Banyak di antara ilmuwan yang menganggap
bahwa aspek moral itu tidak penting. Menurutnya, aspek yang lebih penting daripada
moral dalam suatu ilmu adalah ontologis dan epistemologis. Apabila hal itu yang terjadi,
maka ia akan mengabaikan unsur manusiawinya, kurang berbudaya, dan tidak peka
terhadap permasalahan moral. Untuk mengantisipasi hal itu, setiap sarjana dirasa perlu
memahami aspek budaya.
Penyusunan buku ini disiapkan dalam beberapa aspek pokok.Mengingat tema IBD
sangat luas, maka pembahasannya dilakukan dengan pendekatan multidisiplin ilmu
pengetahuan, seperti budaya, filsafat, etika, dan agama. Mengingat begitu luasnya
wawasan tema IBD. Dalam buku ini juga dilampirkan tulisan-tulisan ilmuwan yang
ILMU BUDAYA DASAR
(IBD)
-
berkiprah dalam masalah humaniora. Tulisan-tulisan itu bertujuan untuk pendalaman
materi pokok IBD melalui pengembangan daya imajinasi dan apresiasi mahasiswa.
B. Ilmu Budaya Dasar
Ilmu Budaya Dasar (IBD) adalah salah satu komponen dari sejumlah matakuliah
Dasar Umum (MKDU), sebagai matakuliah wajib yang menjadi kesatuan dengan
matakuliah lain di Perguruan Tinggi.
Secara khusus MKDU bertujaun untuk menghasilkan warga negera sarjana yang
berkualifikasi sebagai berikut:
1. Berjiwa Pancasila sehingga segala keputusan serta tindakannya mencerminkan
pengamalan nilai-nilai Pancasila dan memiliki intergritas kepribadian yang tinggi,
yang mendahulukan kepentingan nasional dan kemanusiaan scbagai sarjana
Indonesia.
2. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap dan bertindak sesuai dengan
ajaran agamanya, dan memiliki tenggang rasa terhadap pemeluk agama lain.
3. Memiliki wawasan komprehensif dan pendekatan integral di dalam menyikapi
permasalah kehidupan baik sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, maupun
pertahanan keamanan.
4. Memiliki wawasan budaya yang luas tentang kehidupan bcrmasyarakat dan secara
bcrsama-sama mampu berperan serta meningkatkan kualitas-nya, maupun
lingkungan alamiah dan secara bersama-sama berperan serta di dalam
pelestariannya.
C. Pengertian Ilmu Budaya Dasar
-
Secara sederhana IBD adalah pengetahuan yang diharapkan dapat membcrikan
pengetahuan dasar dan pengcrtian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan
untuk mengkaji masalah-masalah dan kebudayaan.
Istilah IBD dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti istilah Basic Humanities
yang berasal dari istilah bahasa Inggris The Humanities. Adapun istilah Humanities itu
sendiri berasal dari bahasa Latin Humanus yang bisa diartikan manusiawi, berbudaya dan
halus (fefined). Dengan mempelajari The Humanities diandaikan seseorang akan bisa
mcnjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Secara demikian bisa
dikatakan bahwa The Humanities berkaitan dengan masalah nilai-nilai, yaitu nilai-nilai
manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar. manusia bisa menjadi
humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu The Humanities di samping tidak
mehinggalkan tanggung jawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri. Kendatipun
demikian, Ilmu Budaya Dasar (atau Basic Humanities) sebagai satu matakuliah tidaklah
identik dengan The Humanities (yang disalin ke dalam bahasa Indonesia menjadi:
Pengetahuan Budaya).
Pengetahuan Budaya (The Humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang
mencakup keahlian cabang ilmu (disiplin) seni dan filsafat. Keahlian ini pun dapat dibagi-
bagi lagi ke dalam berbagai bidang kahlian lain, seperti seni sastra, seni tari, seni musik,
seni rupa dan lain-lain. Sedang Ilmu Budaya Dasar (Basic Humanities) sebagaimana
dikemukakan di atas, adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar
dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji
masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Masalah-masalah ini dapat didekati dengan
menggunakan pengetahuan budaya (The Humanities), baik secara gabungan berbagai
-
disiplin dalam pengetahuan budaya ataupun dengan menggunakan masing-masing
keahlian di dalam pengetahuan budaya (The Humanities). Dengan poerkataan lain, Ilmu
Budaya Dasar menggunakan pengertian-pengertian yang berasa! dari berbagai bidang
pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran dan kepekaan dalam
mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Dengan perkataan lain dapatlah dikatakan bahwa setelah mendapat matakuliah IBD ini,
mahasiswa diharapkan memperlihatkan:
Minat dan kebiasaan menyelidiki apa-apa yang terjadi di sekitarnya dan diluar
lingkungannya, menelaah apa yang dikcrjakan sendiri dan mengapa.
Kesadaran akan pola-pola nilai yang dianutnya serta bagaimana hubungan nilai-
nilai ini dengan cara hidupnya sehari-hari.
Keberanian moral untuk mempertahankan nilai-nilai yang dirasakannya sudah
dapat diterimanya dengan penuh tanggung jawab dan scbaliknya mcnolak nilai-
nilai yang tidak dapat dibenarkan.
D. Tujuan Ilmu Budaya Dasar (IBD).
Sebagaimana dikemukakan di atas, penyajian Ilmu Budaya Dasar (IBD) tidak lain
merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian
umum tentang konsep-konsep yang dikem-bftngkan untuk mengkaji msalah-masalah
manusia dan kebudayaan, Dengan demikian jelas bahwa matakuliah ini tidak
dimaksudkan untuk mendidik seorang pakar dalam salah satu bidang keahlian (disiplin)
yang termasuk. dalam pengetahuan budaya, akan tetapi Ilmu Budaya Dasar semata-mata
sebagai salah satu usaha mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara
-
memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya,
baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun yang menyangkut dirinya
sendiri.
Dan bahwa dalam masyarakat yang berkabung semakin Cepat dan rumit ini,
mahasiswa harus mcngalami pergeseran nilai-nilai yang , mungkin sekali dapat
membuatnya masa bodoh atau putus asa, suatu sikap yang tidak selayaknya dimiliki oleh
seorang terpelajar. Bagaimanapun juga, mahasiswa adalah orang-orang muda yang sedang
mempelajari cara memberikan tanggapan dan penilaian terhadap apa saja yang terjadi atas
dirinya sendiri dan masyarakat sekitarnya. Sudah barang tentu ia perlu dibimbing untuk
menemukan cara terbaik yang sesuai dengan dirinya sendiri tanpa harus mengorbankan
masyarakat dan alam sekitarnya. Secara tidak langsung Budaya Dasar akan membantu
mereka untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Berpijak dari hal di atas, tujuan matakuliah Ilmu Budaya Dasar adalah untuk
mengembangkan kepribadian dan wawasan pemikiran, khususnya berkenaan dengan
kebudayaan, agar daya tangkap, persepsi dan penalaran mengenai lingkungan budaya
mahasiswa dapat menjadi lebih halus. Untuk bidag menjangkau tujuan tersebut di atas,
diharapkan Ilmu Budaya Dasar dapat:
Mengusahakan penajaman kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya,
sehingga mereka akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
baru, terutama untuk kepentingan profesi mereka.
Memberi kesempatan pada mahasiswa untuk dapat memperluas pandangan mereka
tcntang masalah kemanusiaan dan budaya, serta mengembangkan daya kritis
mercka tcrhadap persoalan-persoalan yang mcnyangkut kedua hal tcrscbut.
Mcngusahakan agar mahasiswa sebagai caion pcmimpin bangsa dan ncgara, serta
ahli dalatn bidang disiplin masing-masing, tidak jatuh ke dalam sifat-sifat
-
kedaerahan dan pengkotaan disiplin yang ketat. Usaha ini tcrjadi karcna ruang
lingkup pendidikan kita amat dan condong mem-buat manusia spcsialis yang
berpandangan kurang luas. Matakuliah ini berusaha menambah kcmampuan
mahasiswa untuk menanggapi nilai-nilai dan masalah dalam masyarakat lingkungan
mereka khususnya dan masalah seria nilai-nilai umumnya tanpa terlalu terikat oleh
disiplin mereka.
Mcngusahakan wahana komunikasi para akademisi, agar mercka lebih mampu
bcrdialog satu sama lain. Dengan mcmiliki satu bekal yang sama, para akademisi
diharapkan dapat lebih lancar berkomunikasi. Kalau cara berkomunikasi ini selanjutnya
akan lebih memperlancar pclaksanaan pembangunan dalam bcrbagai bidang keahlian.
Mcskipun spcsialisasi sangat penting, spcsialisasi yang terlalu sempit akan membuat dunia
scorang mahasiswa/sarjana menjadi tcrlalu sempit. Masyarakat yang pcrcaya pada
pentingnya modcrnisasi tidak akan dapat memanfaat-kan sccara penuh sarjana-sarjana
demikian, scbab proses modcrnisasi mcmerlukan orang yang bcrpandangan luas.
Secara umum tujuan IBD adalah Pembentukan dan pengembangan keperibadian
serta perluasan wawasan perhatian, pengetahuan dan pemikiran mengenai berbagai gejala
yang ada dan timbul dalam lingkungan, khususnya gejala-gejala berkenaan dengan
kebudayaan dan kemanusiaan, agar daya tanggap, persepsi dan penalaran berkenaan
dengan lingkungan budaya dapat diperluas. Jika diperinci, maka tujuan pengajaran llmu
Budaya Dasar itu adalah:
Lebih peka dan terbuka terhadap masalah kemanusiaan dan budaya, scrta lebih
bertanggung jawab terhadap masalah-masalah tersebut.
Mengusahakan kepekaan terhadap nilai-nilai lain untuk lebih mudah
menyesuaikan diri.
Menyadarkan mahasiswa terhadap nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat,
hormat menghormati serta simpati pada nilai-nilai yang hidup pada masyarakat.
-
Mengembangkan daya kritis tcrhadap pcrsoalan kemanusiaan dan kebudayaan.
Memiliki latarbelakang pengetahuan yang cukup luas tentang kebudayaan
Indonesia.
Menimbulkan minat untuk mendalaminya.
Mcndukung dan mcngcmbangkan kebudayaan sendiri dengan kreatif.
Tidak terjerumus kepada sifat kedaarahan dan pengkotakan disiplin ilmu.
Menambahkan kemampuan mahasiswa untuk mcnanggapi masalah nilai-nilai
budaya dalam masyarakat Indonesia dan dunia tanpa terpikat oleh disiplin mereka.
Mempunyai kesamaan bahan pembicaraan, tempat berpijak mengenai masalah
kemanusiaan dan kebudayaan.
Terjalin interaksi antara cendekiawan yang berbeda keahlian agar lebih positif dan
komunikatif.
Menjembatani para sarjana yang berbeda keahliannya dalam bertugas menghadapi
masalah kemanusiaan dan budaya.
Memperlancar pelaksanaan pembangunan dalam berbagai bidang yang ditangani
oleh berbagai cendekiawan.
Agar mampu memenuhi tuntutan masyarakat yang sedang membangun.
Agar mampu memenuhi tuntutan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya
dharma pendidikan.
Dari kerangka tujuan yang telah dikemukakan tersebut diatas, dua masalah pokok
biasa dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian
matakuliah Ilmu Budaya Dasar (IBD). Kedua masalah pokok tersebut ialah :
Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya mcrupakan ungkapan masalah
kemanusiaan dan budaya yang dapal didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya
(The Humanities), baik dari segi masing-masing keahlian (disiplin) di dalam pengetahuan
budaya, maupun sccara gabungan (anlar bidang) bcrbagai disiplin dalam pengetahuan
budaya.
-
Hakekat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam
perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing zaman.
Proses budaya sebagai kemapanan Emosional
Dari Basic Cultural , akan dapat diketahui kemapanan emosi dan sosialnya. Dan ini akan
berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung dengan adat kebiasaan hidupnya
sehari-hari dalam interaksinya (pergaulan) dengan manusia lain, pengaruh lain yang
ditimbulkan secara individu adalah ketrampilan yang diperoleh dari interaksi yang terjadi
terus-menerus tersebut, sehingga bisa melekat pada diri individu itu selama-lamanya.
Seperti bunyi pepatah Lain lading lain belalang-lain lubuk lain pula Ikannya artinya
disuatu tempat akan beda cara dan kebiasaanya sehari-hari dengan tempat lain. Bidang
ilmu yang dibawanya kelak juga akan dipengaruhi oleh budaya dan adapt istiadat yang
sudah melekat dalam dirinya. Maka seringkali kita saksikan, sebuah perilaku sosial yang
menyimpang dari adat kebiasaan yang lazim, Dan itu terjadi 1 orang dari 10 orang yang
lain yang memiliki sikap yang berbeda. Namun kita tidak bisa menjustifikasi atau
menghakimi tindakan dia salah, karena fenomena yang terjadi pada diri seseorang berasal
dari kejadian yang ditimbulkan sebelumnya.Sikap-sikap tersebut adalah :
1. Angkuh
2. Sombong
3. Mau menang Sendiri
4. Egois
5. Sectarian
6. Acuh tak acuh
Sikap-sikap tersebut akan terbawa pada saat mereka memiliki kepandaian atau
pengetahuan, sehingga akan menjadi lain manakala ilmu tersebut digunakan pada hal-hal
yang buruk.
-
Ada sementara orang yang mengatakan bahwa sikap yang berbeda akan membawa
dampak kemajuan dalam hidupnya, tetapi dilain pihak ada yang mengatakan sebaliknya,
yaitu membawa kehancuran dalam dirinya. Yang terbaik adalah keselarasan yaitu
membentuk sikap yang selaras dan sesuai dengan norma-norma yang ada di masyarakat.
Dari perpaduan orang yang memiliki pribadi yang baik dan ilmu yang dimiliki, akan
berguna bagi umat manusia. Berkesenian dapat membentuk sikap dan pribadi yang baik,
hal ini dapat dilakukan apabila seseorang memahami proses sebuah penciptaan karya seni,
dimana dari awalnya ada proses : CIPTA RASA KARSA
CIPTA : Adalah sebuah proses perenungan yang dilakukan dengan kontemplasi, yang
dalam hal ini didasarkan dari kedalaman ilmu seseorang dari olah batin,
pengetahuan, wawasan serta ketajaman intuisi seseorang hingga tercipta sebuah
karya seni.
RASA : Setelah proses pertama selesai, maka selanjutnya dari hasil penciptaan hingga
menghasilkan karya seni tersebut sebelum di edarkan atau diinformasikan pada
orang lain, dirasakan terlebih dahulu oleh sang pembuatnya. Dari proses ini
terjadi perpaduan antara pikiran dan perasaan sehingga terjadi dialog yang
kemudian bisa memutuskan layak dan tidaknya karya ini ditampilkan.
KARSA : setelah selesai dalam proses pengkombinasian tersebut, maka kemudian
dilakukan proses tahapan terakhir yaitu mengkarsakan atau memvisualisasikan
dalam bentuk gerakan, lukisan, tulisan atau bentuk lain yang diinginkan.
Proses proses tahapan tersebut terjadi begitu cepat, tergantung dari kemampuan
seseorang dalam memadukan segala potensi yang dimilikinya.
-
A. Pendahuluan
Diakui secara umum bahwa kebudayaan merupakan unsur penting dalam proses
pembangunan atau keberlanjutan suatu bangsa. Lebih-lebih jika bangsa itu sedang
membentuk watak dan kepribadiannya yang lebih serasi dengan tantangan zamannya.
Dilihat dari segi kebudayaan, pembangunan tidak lain adalah usaha sadar untuk
menciptakan kondisi hidup manusia yang lebih baik. Menciptakan lingkungan hidup yang
lebih serasi. Menciptakan kemudahan atau fasilitas agar kehidupan itu lebih nikmat.
Pembangunan adalah suatu intervensi manusia terhadap alam lingkungannya, baik
lingkungan alam fisik, maupun lingkungan sosial budaya.
Pembangunan membawa perubahan dalam diri manusia, masyarakat dan lingkungan
hidupnya. Serentak dengan laju perkembangan dunia, terjadi pula dinamika masyarakat.
Terjadi perubahan sikap terhadap nilai-nilai budaya yang sudah ada. Terjadilah pergeseran
sistem nilai budaya yang membawa perubahan pula dalam hubungan interaksi manusia di
dalam masyarakatnya.
Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan
makmur yang merata, materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila. Bahwa hakekat
pembangunan Nasional adalah pembangunam manusia Indonesia seutuhnya dan
pcmbangunan seluruh masyarakat Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, sudah tentu
pendekatan dan strategi pembangunan hendaknya menempatkan manusia scbagai pusat
KEBUDAYAAN
-
intcraksi kcgiatan pcmbangunan spiritual maupun material. Pembangunan yang melihat
manusia sebagai makhluk budaya, dan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Hal itu
berarti bahwa pembangunan seharusnya mampu meningkatkan harkat dan martabat
manusia. Menumbuhkan kepercayaan diri sebagai bangsa. Menumbuhkan sikap hidup
yang seimbang dan berkepribadian utuh. Memiliki moralitas serta integritas sosial yang
tinggi. Manusia yang taqwa kepada Tuhan Yang Mahasa Esa.
Dewasa ini kita dihadapkan paling tidak kepada tiga masalah yang saling berkaitan, yaitu
Suatu kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa, dengan latar
belakang sosio budaya yang beraneka ragam. Kemajemukan tersebut tercermin dalam
berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu diperlukan sikap yang mampu mengatasi ikata-
ikatan primordial, yaitu kesukuan dan kedaerahan.
Pembangunan telah membawa perubahan dalam masyarakat. Perubahan itu nampak
terjadinya pergeseran sistem nilai budaya, penyikapan yang berubah pada anggota
masyarakat tcrhadap nilai-nilai budaya. Pembangunan telah menimbulkan mobilitas
sosial, yang diikuti oleh hubungan antar aksi yang bergeser dalam kelompok-kclompok
masyarakat. Sementara itu terjadi pula penyesuaian dalam hubungan antar anggota
masyarakat. Dapat dipahami apabila pergeseran nilai-nilai itu membawa akibat jauh dalam
kehidupan kita sebagai bangsa.
Kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi massa dan transportasi, yang membawa
pengaruh terhadap intensitas kontak budaya antar suku maupun dengan kebudayaan dari
luar. Khusus dengan terjadinya kontak budaya dengan kebudayaan asing itu bukan hanya
itensitasnya menjadi lebih besar, tetapi juga penyebarannya bcrlangsung dengan cepat dan
-
luas jangkauannya. Terjadilah perubahan orientasi budaya yang kadang-kadang
menimbulkan dampak terhadap tata nilai masyarakat, yang sedang menumbuhkan
identitasnya sendiri sebagai bangsa.
Untuk itulah, kepada lulusan Perguruan Tinggi perlu di bekali pengetahuan yang dapat
mengembangkan kepribadiannya dan agar memiliki sikap hidup yang halus dan terbuka.
B. Pengertian Kebudayaan
Secara etimologis kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta budhayah, yaitu
bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Sedangkan ahli antropologi yang
memberikan definisi tentang kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah E.B. Tylor
dalam buku yang berjudul Primitive Culture, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan
kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan lain, serta kebiasaan yang
didapat manusia sebagai anggota masyarakat. Pada sisi yang agak berbeda.
Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan manusia dari
kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkanya
dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Dari beberapa
pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan
sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan
cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupanan masyarakat.
Secara lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut:
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia, yang
meliputi:
kebudayaan materiil (bersifat jasmaniah), yang meliputi benda-benda ciptaan
manusia, misalnya kendaraan, alat rumah tangga, dan lain-lain.
-
Kebudayaan non-materiil (bersifat rohaniah), yaitu semua hal yang tidak dapat
dilihat dan diraba, misalnya agama, bahasa, ilmu pengetahuan, dan sebagainya.
Kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif (biologis), melainkan hanya
mungkin diperoleh dengan cara belajar.
Kebudayaan diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa masyarakat
kemungkinannya sangat kecil untuk membentuk kebudayaan. Sebaliknya, tanpa
kebudayaan tidak mungkin manusia (secara individual maupun kelompok) dapat
mempertahankan kehidupannya. Jadi, kebudayaan adalah hampir semua tindakan
manusia dalam kehidupan sehari-hari.
C. Unsur-Unsur Kebudayaan
Unsur-unsur kebudayaan meliputi semua kebudayaan yang ada dunia, baik yang
kecil, sedang, besar, maupun yang kompleks. Menurut konsepnya Malinowski,
kebudayaan di dunia ini mempunyai tujuh unsur universal, yaitu bahasa, sistem teknologi,
sistem mata pencaharian, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi, dan kesenian
.Seluruh unsur itu saling terkait antara yang satu dengan yang lain dan tidak bisa
dipisahkan.
D. Sistem Budaya dan Sistem Sosial
Sistem sosial dan sistem budaya merupakan bagian dari kerangka budaya. Ketiga sistem
tersebut secara analisis dapat dibedakan. Sistem sosial lebih banyak dibahas oleh ilmu
sosiologi, sementara itu sistem budaya banyak dikaji dalam ilmu budaya.Sistem diartikan
sebagai kumpulan bagian-bagian yang bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu
maksud. Sistem mempunyai sepuluh ciri, yaitu:
-
1. fungsi,
2. satuan,
3. batasan,
4. bentuk,
5. lingkungan,
6. hubungan,
7. proses,
8. masukan
9. .keluaran, dan
10. pertukaran.
Sistem budaya merupakan wujud yang abstrak dari kebudayaan. Sistem budaya
a tau kultural sistem merupakan ide-ide dan gagasan manusia yang hidup bersama dalam
suatu masyarakat. Gagasan tersebut tidak dalam keadaan berdiri sendiri, akan tetapi
berkaitan dan menjadi suatu sistem. Dengan demikian, sistem budaya adalah bagian dari
kebudayaan yang diartikan pula adat-istiadat. Adat-istiadat mencakup sistem nilai budaya,
sistem norma, norma-norma menurut pranata-pranata yang ada di dalam masyarakat yang
bersangkutan, termasuk norma agama.
Fungsi sistem budaya adalah menata dan memantapkan tindakan-tindakan serta
tingkah laku manusia. Proses belajar dari sistem budaya ini dilakukan melalui proses
pembudayaan atau institutionalization (pelembagaan). Dalam proses ini, individu
mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem
norma, dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Proses ini dimulai sejak kecil,
-
dimulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, mula-mula meniru berbagai macam ilmu n.
Setelah itu menjadi pola yang mantap, dan mengatur apa yang dimilikinya.
Sedangkan, sistem sosial pertama kali diperkenalkan oleh Talcott Parsons.
Konsep struktur sosial digunakan untuk menganalisis aktivitas sosial sehingga sistem
sosial menjadi model analisis terhadap organisasi sosial.
Konsep sistem sosial adalah alat bantu untuk menjelaskan tentang kelompok-
kelompok manusia. Model ini bertitik tolak dari pandangan bahwa kelompok manusia
merupakan suatu sistem.
Parsons menyusun strategi untuk menganalisis fungsional yang meliputi semua
sistem sosial, termasuk hubungan berdua, kelompok kecil, keluarga, organisasi sosial,
termasuk masyarakat secara keseluruhan. terdapat empat unsur dalam sistem sosial, yaitu:
dua orang atau lebih,
terjadi interaksi di antara mereka,
interaksi yang dilakukan selalu bertujuan, dan
memiliki struktur, simbol, dan harapan-harapan bersama yang dipedomaninya.
Lebih lanjut, suatu sistem sosial akan dapat berfungsi apabila empat persyaratan di bawah
ini terpenuhi. Keempat persyaratan itu meliputi:
Adaptasi, menunjuk pada keharusan bagi sistem-sistem sosial untuk menghadapi
lingkungannya.
Mencapai tujuan, merupakan persyaratan fungsional bahwa tindakan itu diarahkan
pada tujuan-tujuannya.
Integrasi, merupakan persyaratan yang berhubungan dengan interelasi antara para
anggota dalam sistem sosial.
Pemeliharaan pola-pola tersembunyi, merupakan konsep latent (tersembunyi) pada
titik berhentinya suatu interaksi akibat kejenuhan sehingga tunduk pada sistem
sosial lainnya yang mungkin terlibat.
Lebih lanjut, Parson menjelaskan bahwa dalam suatu sistem sosial terdapat 10 unsur yang
membentuk kesempurnaan suatu sistem. Kesepuluh unsur itu, yaitu:
-
1. keyakinan,
2. perasaan,
3. tujuan sasaran cita-cita,
4. norma,
5. kedudukan peranan,
6. tingkatan,
7. kekuasaan atau pengaruh,
8. sanksi,
9. sarana atau fasilitas, dan
10. tekanan ketegangan.
E.Makna Sosial
Manusia adalah makhluk sosial yang dapat bergaul dengan dirinya sendiri, dan orang
lain menafsirkan makna-makna obyek-obyek di alam kesadarannya dan memutuskannya
bagaimana ia bertindak secara berarti sesuai dengan penafsiran itu. Bahkan seseorang
melakukan sesuatu karena peran sosialnya atau karena kelas sosialnya atau karena sejarah
hidupnya. Tingkah laku manusia memiliki aspek-aspek pokok penting sebagai berikut :
Manusia selalu bertindak sesuai dengan makna barang-barang (semua yang ditemui dan
dialami, semua unsur kehidupan di dunia ini); Makna dari suatu barang itu selalu timbul
dari hasil interaksi di antara orang seorang; Manusia selalu menafsirkan makna barang-
barang tersebut sebelum dia bisa bertindak sesuai dengan makna barang-barang
tersebut. Atas dasar aspek-aspek pokok tersebut di atas, interaksi manusia bukan hasil
sebab-sebab dari luar. Hubungan interaksi manusia memberikan bentuk pada tingkah laku
dalam kehidupannya sehari-hari, bergaul saling mempengaruhi. Mempertimbangkan
tindakan orang lain perlu sekali, bila mau membentuk tindakan sendiri.
Menurut Blumer dalam premisnya menyebutkan bahwa manusia bertindak terhadap
sesuatu berdasarkan makna-makna yang berasal dari interaksi sosial seseorang dengan
orang lain dan disempurnakan pada saat proses interaksi sosial berlangsung.
-
Makna dari sesuatu berasal dari cara-cara orang atau aktor bertindak terhadap
sesuatu dengan memilih, memeriksa, berpikir, mengelompokkan dan mentransformasikan
situasi di mana dia ditempatkan dan arah tindakannya.
Perubahan Sosial
Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan dimensi
ruang dan waktu.Perubahan itu bisa dalam arti sempit , luas, cepat atau lambat. Perubahan
dalam masyarakat pada prinsipnya merupakan proses terus-menerus untuk menuju
masyarakat maju atau berkembang, pada perubahan sosial maupun perubahan
kebudayaan.
Menurut Moore dalam karya Lauer, perubahan sosial didefinisikan sebagai
perubahan penting dalam struktur sosial . Yang dimaksud struktur sosial adalah pola-pola
perilaku dan interaksi sosial. Perubahan sosial mencakup seluruh aspek kehidupan sosial,
karena seluruh aspek kehidupan sosial itu terus menerus berubah, hanya tingkat
perubahannya yang berbeda.
Himes dan More mengemukakan tiga dimensi perubahan sosial :
Dimensi structural dari perubahan sosial mengacu kepada perubahan dalam bentuk
struktur masyarakat menyangkut perubahan peran, munculnya peranan baru, perubahan
dalam struktur kelas sosial dan perubahan dalam lembaga sosial;
Perubahan sosial dalam dimensi cultural mengacu kepada perubahan kebudayaan dalam
masyarakat seperti adanya penemuan dalam berpikir (ilmu pengetahuan), pembaharuan
hasil teknologi, kontak dengan kebudayaan lain yang menyebabkan terjadinya difusi dan
peminjaman kebudayaan; Perubahan sosial dalam dimensi interaksional mengacu kepada
-
perubahan hubungan sosial dalam masyarakat yang berkenaan dengan perubahan dalam
frekuensi, jarak sosial, saluran, aturan-aturan atau pola-pola dan bentuk hubungan.
G. Konsep Nilai
Batasan nilai bisa mengacu pada berbagai hal seperti minat, kesukaan, pilihan,
tugas, kewajiban agama, kebutuhan, keamanan, hasrat, keengganan, daya tarik, dan hal-
hal lain yang berhubungan dengan perasaan dari orientasi seleksinya (Pepper, dalam
Sulaeman, 1998). Rumusan di atas apabila diperluas meliputi seluruh perkem-bangan dan
kemungkinan unsur-unsur nilai, perilaku yang sempit diperoleh dari bidang keahlian
tertentu, seperti dari satu disiplin kajian ilmu. Di bagian lain, Pepper mengatakan bahwa
nilai adalah segala sesuatu tentang yang baik atau yang buruk. Sementara itu, Perry (dalam
Sulaeman, 1998) mengatakan bahwa nilai adalah segala sesuatu yang menarik bagi
manusia sebagai subjek.
Ketiga rumusan nilai di atas, dapat diringkas menjadi segala sesuatu yang
dipentingkan manusia sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau yang
buruk sebagai abstraksi, pandangan, atau maksud dari berbagai pengalaman dengan
seleksi perilaku yang ketat.
Seseorang dalam melakukan sesuatu terlebih dahulu mempertimbangkan nilai.
Dengan kata lain, mempertimbangkan untuk melakukan pilihan tentang nilai baik dan
buruk adalah suatu keabsahan. Jika seseorang tidak melakukan pilihannya tentang nilai,
maka orang lain atau kekuatan luar akan menetapkan pilihan nilai nnluk dirinya.
Seseorang dalam melakukan pertimbangan nilai bisa bersifat subyektif dan bisa
juga bersifat objektif. Pertimbangan nilai subjektif tcnlapat dalam alam pikiran manusia
dan bergantung pada orang yang memberi pertimbangan itu. Sedangkan pertimbangan
-
objektif beranggapan bahwa nilai-nilai itu terdapat tingkatan-tingkatan sampai pada
tingkat tertinggi, yaitu pada nilai fundamental yang mencerminkan universalitas kondisi
fisik, psikologi sosial, menyangkut keperluan setiap manusia di mana saja.
Dalam kajian filsafat, terdapat prinsip-prinsip untuk pemilihan nilai, yaitu sebagai
berikut. :
Nilai instrinsik harus mendapat prioritas pertama daripada nilai ekstrinsik.
Sesuatu yang berharga instrinsik, yaitu yang baik dari dalam dirinya sendiri dan bukan
karena menghasilkan sesuatu yang lain. Sesuatu yang berharga secara ekstrinsik, yaitu
sesuatu yang bernilai baik karena sesuatu hal dari luar. Jika sesuatu itu merupakan sarana
untuk mendapat sesuatu yang lain. Semua benda yang bisa digunakan untuk aktivitas
mem-punyai nilai ekstrinsik. Nilai ini tidak harus terpisah. Suatu benda dapat bernilai
instrinsik dan ekstrinsik. Contoh pengetahuan, mempunyai nilai instrinsik baik dari
dirinya sendiri dan mempunyai nilai ekstrinsik apabila digunakan untuk kepentingan
pembangunan baik di bidang ekonomi, politik, hukum, maupun bidang-bidang yang
lainnya.
Nilai yang produktif secara permanen didahulukan daripada nilai yang produktif
kurang permanen. Beberapa nilai, seperti nilai ekonomi akan habis dalam aktivitas
kehidupan. Sedangkan nilai persahabatan akan bertambah jika dipergunakan untuk
membagi nilai akal dan jiwa bersama orang lain. Oleh karena itu, nilai persahabatan harus
didahulukan daripada nilai ekonomi.
H. Sistem Nilai
Sistem nilai adalah nilai inti (core value) dari masyarakat. Nilai inti ini diakui dan
dijunjung tinggi oleh setiap manusia di dunia untuk berperilaku. Sistem nilai ini
-
menunjukkan tata-tertib hubungan timbal balik yang ada di dalam masyarakat. Sistem
nilai budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia
(Koentjaraningrat, 1981). Sistem nilai budaya ini telah melekat dengan kuatnya dalam
jiwa setiap anggota masyarakat sehingga sulit diganti atau diubah dalam waktu yang
singkat. Sistem budaya ini menyangkut masalah-masalah pokok bagi kehidupan manusia.
Sistem nilai budaya ini berupa abstraksi yang tidak mungkin sama persis untuk setiap
kelompok masyarakat. Mungkin saja nilai-nilai itu dapat berbeda atau bahkan
bertentangan, hanya saja orien-tasi nilai budayanya akan bersifat universal, sebagaimana
Kluckhohn (1950) sebutkan.
Menurut Kluckhohn, sistem nilai budaya dalam masyarakat di mana pun di dunia
ini, secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia, yaitu:
Hakikat hidup manusia. Hakikat hidup untuk setiap kebudayaan berbeda secara ekstrim.
Ada yang berusaha untuk memadamkam hidup (nirvana = meniup habis). Ada pula yang
dengan pola-pola kelakuan tertentu menganggap hidup sebagai sesuatu hal yang baik
(mengisi hidup).
Hakikat karya manusia. Setiap manusia pada hakikatnya berbeda-beda, di
antaranya ada yang beranggapan bahwa karya bertujuan untuk hidup, karya memberikan
kedudukan atau kehormatan, karya merupakan gerak hidup untuk menambah karya lagi.
Hakikat waktu untuk setiap kebudayaan berbeda. Ada yang berpandangan mementingkan
orientasi masa lampau, ada pula yang berpandangan untuk masa kini atau yang akan
datang.
Hakikat alam manusia. Ada kebudayaan yang menganggap manusia harus
mengeksploitasi alam atau memanfaatkan alam semaksimal mungkin, ada pula
-
kebudayaan yang beranggapan bahwa manusia harus harmonis dengan alam dan manusia
harus menyerah kepada alam.
Hakikat hubungan manusia. Dalam hal ini ada yang mementingkan hubungan
manusia dengan manusia, baik secara horisontal maupun secara vertikal kepada tokoh-
tokoh. Ada pula yang berpandangan individualists (menilai tinggi kekuatan sendiri).
Berdasarkan hasil suatu penelitian, ada tiga pandangan dasar tentang makna hidup, yaitu:
(1) hidup untuk bekerja,
(2) hidup untuk beramal, berbakti, dan
(3) hidup untuk bersenang-senang.
Sedangkan makna kerja, yaitu:
(1) untuk mencari nafkah,
(2) untuk memper-tahankan hidup,
(3) untuk kehormatan,
(4) untuk kepuasan dan kesenangan, dan
(5) untuk amal ibadah.
I. Perubahan Kebudayaan
Masyarakat dan kebudayaan di mana pun selalu dalam keadaan berubah, ada dua sebab
perubahan :
Sebab yang berasal dari masyarakat dan lingkungannya sendiri,misalnya
perubahan jumlah dan komposisi
sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat
yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan
masyarakat dan kebudayaan lain, cenderung untuk berubah secara lebih cepat.
-
adanya difusi kebudayaan, penemuan-penemuan baru, khususnya teknologi dan
inovasi.
Dalam masyarakat maju, perubahan kebudayaan biasanya terjadi melalui penemuan
(discovery) dalam bentuk ciptaan baru (inovatiori) dan melalui proses difusi. Discovery
merupakan jenis penemuan baru yang mengubah persepsi mengenai hakikat suatu gejala
mengenai hubungan dua gejala atau lebih. Invention adalah suatu penciptaan bentuk baru
yang berupa benda (pengetahuan) yang dilakukan melalui penciptaan dan didasarkan atas
pengkom-binasian pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada mengenai benda dan gejala
yang dimaksud.
Ada empat bentuk peristiwa perubahan kebudayaan :
Pertama, cultural lag, yaitu perbedaan antara taraf kemajuan berbagai bagian dalam
kebudayaan suatu masyarakat. Dengan kata lain, cultural lag dapat diartikan sebagai
bentuk ketinggalan kebudayaan, yaitu selang waktu antara saat benda itu diperkenalkan
pertama kali dan saat benda itu diterima secara umum sampai masyarakat menyesuaikan
diri terhadap benda tersebut.
Kedua, cultural survival, yaitu suatu konsep untuk meng-gambarkan suatu praktik
yang telah kehilangan fungsi pentingnya seratus persen, yang tetap hidup, dan berlaku
semata-mata hanya di atas landasan adat-istiadat semata-mata. Jadi, cultural survival
adalah pengertian adanya suatu cara tradisional yang tak mengalami perubahan sejak
dahulu hingga sekarang.
Ketiga, pertentangan kebudayaan (cultural conflict), yaitu proses pertentangan
antara budaya yang satu dengan budaya yang lain. Konflik budaya terjadi akibat terjadinya
-
perbedaan kepercayaan atau keyakinan antara anggota kebudayaan yang satu dengan yang
lainnya.
Keempat, guncangan kebudayaan (cultural shock), yaitu proses guncangan
kebudayaan sebagai akibat terjadinya perpindahan secara tiba-tiba dari satu kebudayaan ke
kebudayaan lainnya. Ada empat tahap yang membentuk siklus cultural shock, yaitu: (1)
tahap inkubasi, yaitu tahap pengenalan terhadap budaya baru, (2) tahap kritis, ditandai
dengan suatu perasaan dendam; pada saat ini terjadi korban cultural shock, (3) tahap
kesembuhan, yaitu proses melampaui tahap kedua, hidup dengan damai, dan (4) tahap
penyesuaian diri; pada saat ini orang sudah membanggakan sesuatu yang dilihat dan
dirasakan dalam kondisi yang baru itu; sementara itu rasa cemas dalam dirinya sudah
berlalu.
Konsepsi Budaya Dasar Dalam Berbagai Bidang Kesusasteraan
1. Hakekat Puisi
Dipandang dari segi bangunan bentuknya pada umumnya puisi dianggap sebagai
pemakaian atau penggunaan bahasa yang intensif; oleh karena itu minimnya jumlah kosa
kata yang digunakan dan padatnya struktur yang dimanipulasikan,namun justru karena itu
berpengaruh kita dalam menggerakkan emosi pembaca karena gaya penuturan dan daya
lukisnya. Bahasa puisi dikatakan lebih padat lebih indah, lebih cemerlang dan hidup
(compressed, picturesque, vivid) daripada bahasa prosa atau percakapan sehari-hari.
Bahasa puisi mengandung penggunaan lambang-lambang metaforis dan bentuk-
bentuk intutive yang lain untuk mengekspresikan gagasan, perasaaan dan emosi oleh
karena puisi senantiasa menggapai secara eksklusif ke arah imajinasi dan ranah (domain)
bentuk-bentuk emotif dan artistiknya sendiri.
Kepadatan bahasa puisi itu sebenarnya sangat berkaitan. Secara sinkron dan
integratif dengan upaya sang penyair dalam memadatkan sejumlah pikiran, pcrasaan dan
emosi serta pe-ngalaman hidup yang diungkapannya. Hal yang membedakan seorang pe-
-
nyair dari pengarang prosa adalah karena kemampuannya dalam mengekspresikan hal-hal
yang sangat besar dan luas dalam bentuk yang ringkas dan padat.
Dipandang dari segi isinya puisi yang bagus merupakan ekspresi yang paling benar
(genuine expression) atas kcseluruhan kepri-badian manusia dan kerena itu ia dapat
menyampaikan secara luar biasa keinsyafan pikiran dan hari manusia tehadap pcngalaman
dan peristiwa kehidupan. Dengan demikian fenomen- budaya puisi itu tcrcipta dalam
proses yang kira-kira bisa dibagankan sebagai bcrikut:
2. Penyajian Puisi dalam Pendidikan dan pengajaran di semua tingkatan
Berdasarkan sejumlah pandangan yang terpilih dari para ahli dan kritikus sastra
dapatlah dikatakan bahwa puisi bersifat koekstensif dengan hidup (W.J.G. race, 1965:5)
yang berarti bcrdiri berdampingan dalam kedudukan yang sama dengan hidup sebagai
pencerminan dan krilik atau interpretasi terhadap hidup.
Dalam pemikiran aslinya Dr. Smuel Johnson menyebutkan general nature
sebagai obyek percerminan. Dalam hal ini puisi itu sendiri bukanlah sebuah cermin,
dalam pengertian ia tidak semata-mata mereproduksi suatu bayangan alam (dan
kehidupan), tetapi ia membuat alam itu direfleksikan di dalam bentuknya yang banyak
berisi arti (Northrop Frye, 1957: 84).
Secara aktual apa yang dinyatakan oleh penyair dalam puisinya dapat merupakan
analogi, koresponden atau mirip dengan alam lahir (external nature). Di sini cermin
tidak semata-mata mereflcksikan alam lahir itu, oleh karena alam di sini juga mencakup
inleligensi manusia, perasaanya dan cara atau aktivitas manusia itu melihat dirinya sendiri.
Tendensi pandangan dalam kritik modern mengenai dalil pencerminan tersebut
menganggap bahwa puisi sebagai suatu jenis karya scni merupakan heterokosmos yakni
sebagai alam kedua. Dalam memandang sastra pada umumnya dan puisi pada
khususnya sebagai pencerminan pengalaman, kita tidak akan berpikir bahwa sastra (puisi)
sebagai penyajian norma-norma secara statistik.
Sebegitu jauh sastra/puisi di zaman angkatan Pujangga Baru (tahun 30-an) boleh
disebut hanya mengenal atau cenderung kepada minoritas orang-orang berpendidikan
menengah dan feodal sebagaimana sastra Eropa Barat di abad pertengahan yang hanya
menyuarakan gerak hidupnya kaum bangsawan yang mencari kekuatannya pada tema-
tema tertentu saja, misalnya cinta istana.
-
Namun sastra/puisi Indonesia di kurun 1942 1945 mengumandangkan tuntutan
masyarakat akan kemerdekaan dan di tahun 1960-an meneriakkan pemberontakan kepada
kaum tirani dan despot. Sedangkan puisi-puisi Gunawan Muhammad atau Sapardi
Joko Damono lebih banyak ber-sifat renungan pada pencarian nilai-nilai.
2.1. Hubungun puisi dengan pengalaman hidup manusia
Perekaman dan penyampaian pengalaman dalam sastra/puisi disebut
pengalaman perwakilan (vicarious experience, (1) D.L. Burton, 1964: 4, (2) M.E.
Fowler, 1965: 219, (3) W.J. Grace, 1965: (4). lni berarti bahwa manusia senantiasa
ingin mcmiliki salah satu kebutuhan dasarnya untuk lebih menghidupkan
pengalaman hidupnya dari sekedar kumpulan pengalaman langsung yang terbalas.
Dengan pengalaman perwakilan itu sastra/puisi dapat memberikan kepada
mahasiswa memiliki kesadaran (insight wawasan) yang penting untuk dapat
melihat dan mengerti banyak tentang dirinya sendiri dan tentang masyarakat.
Dengan keseringan membaca dan mendiskusikan hasil karya sastra/puisi
dengan bimbingan dosen yang bijaksana dan matang mcreka dapat berkembang
untuk mengerti tidak saja terhadap diri mereka masing-masing dan hubungannya
dengan masyarakat di mana mereka hidup, tetapi juga terhadap kcahlian dan
kearifan senimannya (the craft of the artist).
Pendekatan terhadap pengalaman perwakilan ilu dapat dilakukan dengan
suatu kemampuan yang disebut imaginative entry (D.L. Burton, 1965: 1544),
yaitu kemampuan menghubungkan pengalaman hidup sendiri dengan pengalaman
yang diluangkan penyair dalam puisinya. Sebagai pemuda tentulah mahasiswa itu
pcrnah jatuh cinta, kebencian yang mendendam, keberanian memprotes, sakit hati
dan penderitaan olch kesedihan, keterharuan dan kebanggaan olch dalang-nya suatu
harapan yang membahagiakan. Dengan mengidentifikasi pengalaman-pengalaman
itu mereka dapat memasuki pcngalaman dalam puisi dengan membaca dan
mendiskusikannya, sehingga mcreka dapat mempcrluas ketahuannya terhadap
dirinya dan terhadap orang lain.
Puisi mempunyai kekuatannya sendiri dalam memperluas pengalaman hidup
aktual dengan jalan mengalur dan mensintesekannya. Pengalaman yang melayani
kebutuhan universal manusia untuk memperoleh pelarian dan obat penawar dari
beban kesibukan hidup yang rutin.
2.2 Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual.
Dengan membaca puisi kita dapat diajak untuk dapat menjenguk hati dan
pikiran/kesadaran manusia, baik orang lain maupun diri sendiri. Hal ini sangat
dimungkinkan oleh puisi itu sendiri, karena melalui puisinya sang penyair
-
menunjukkan kepada pembaca bagian dalam hati manusia, ia menjelaskan
pengalaman sctiap orang, yang bisa mengenai;
topang yang dipakai orang dalam kehidupan yang nyata
bcrbagai pcranan yang diperankan orang dalam mcnampilkan diri di
dunia atau lingkungan masyarakatnya.
Adalah hak dan misi seorang penyair lewat puisinya untuk membuka tabir
yang mcnutupi hati manusia dan membawa kita untuk melihat sedekat- dekatnya
rahasia pikiran, perasaan dan impian manusia. Pada akhirnya puisi mempcrluas
dacrah pcrscpsi kita memperlcbar dan memperdalam serta menyempurnakan
sensibilitas emosional kita, kemampuan kita untuk merasakan, sehingga kila
dibuatnya menjadi lebih sensitif, lebih responsif dan mejadi manusia yang lebih
simpatik.
3. PROSA FIKSI
Istilah prosa fiksi banyak padanannya. Kadang-kadang di sebut : narrative fiction,
fictional narrative, prose fiction atau hanya fiction saja. Kata Latin fictionem dari kata
fingere artinya menggambarkan atau menunjukkan. Dalam bahasa Indonesia istilah tadi
sering diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai Bentuk cerita atau
prosa kisahan yang mempunyai peme-ran, lakuan, peristiwa, dan alur yang dihasilkan oleh
daya khayal atau imajinasi (Saad & Moeliono). Istilah cerita rekaan umumnya dipakai
untuk roman, atau novel, atau cerita pendek.
Nilai-nilai di dalam prosa fiksi
Yang dimaksud dengan nilai di sini adalah persepsi dan pengertian yang diperoleh
pembaca lewat sastra (prosa fiksi). Hendaknya disadari bahwa tidak semua pembaca
dapat mem-peroleh persepsi dan pengertian tersebut. Ini hanya dapat diperoleh
pembaca, apabila sastra menyentuh diririya. Nilai tersebut tidak akan diperoleh secara
otomatis dari membaca. Dan hanya pembaca yang berhasil mendapat pengalaman
sastra saja yang dapat merebut nilai-nilai dalam sastra.
-
(a). Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dari membaca fiksi adalah pembaca
mendapatkan pengalaman sebagaimana jika mengalaminya sendiri peristiwa atau keja-
dian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imaginasinya untuk mengenal
daerah atau tempat yang asing, yang belum dikunjunginya, atau yang tak mungkin
dikunjungi selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atau
asing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai suatu
sukses. Namun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa tempat atau tokoh dalam
fiksi itu mirip dengan manusia manusia atau tempat-tempat dalam kehidupan sehari-hari.
Kecuali kenikmatan literer, fiksi juga memberikan kesenangan yang berupa stimulasi
intelektual. Ini datang dari adanya ide-ide, wawasan-wawasan, atau pemikiran-pemikitan
yang baru, yang aneh, yang luar biasa, bahkan juga yang mungkin sangat membahayakan
jika diungkap-kan bukan lewat sastra.
(b). Prosa fiksi memberikan informasi.
Fiksi juga memberikan ide atau wawasan yang lebih dalam daripada sekedar fakta yang
hanya bersifat meng-gambarkan. Dari fiksi dapat dipahami tentang kelemahan, ketakutan,
keterasingan, atau hakekat manusia lebih daripada apa yang disajikan oleh buku-buku
psikologi, sosiologi, atau anthropologi.
Fiksi bersifat mendramatisasikan, bukan hanya sekedar menerangkan seperti misalnya
buku teks psikologi. Mendramatisasikan, berarti mengubah prinsip-prinsip abstrak
menjadi suatu kehidupan atau lakuan/tindakan (action). Kita jadi ingat misalnya pada
Ziarah (Iwan Simatupang) yang merupakan dramatisasi atau fisikalisasi dari ide
keterasingan kehidupan manusia, sebagaimana diperankan oleh profesor filsafat itu.
(c). Prosa fiksi memberikan warisan kultural.
Pelajaran sejarah dapat memberikan sebagian warisan kultural kepada mahasiswa;
demikian pula dengan pelajaran matematika, seni, dan musik. Para mahasiswa yang
mempelajari bahasa dan sastra akan memperoleh kontak dengan : impian-impian, harapan-
harapan, dan aspirasi-aspirasi, sebagai akar-akar dari kebudayaan. Prosa fiksi dapat
menstimulai imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya
dari warisan budaya bangsa.
Novel-novel yang terkenal seperti : Sitti Nurbaya, Salah Asuhan, Layar Terkembang
mengungkapkan impi-an-impian, harapan-harapan, aspirasi-aspirasi dari generasi yang
-
terdahulu yang seharusnya dihayati oleh generasi kini. Bagi bangsa Indonesia novel-novel
yang berlatar belakang perjuangan revolusi seperti Jalan Tak Ada Ujung, Perburuhan,
jelas merupakan buku novel yang berarti, sementara kita menyadari bahwa revolusi itu
sendiri adalah suatu tindakan heroisme yang mengagumkan dan memberikan kebanggaan.
(d). Prosa fiksi memberikan keseimbangan wawasan.
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-
pengalamannya dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesem-
patan untuk memilih respon-respon emosional atau rang-kaian aksi (action) yang mungkin
sangat berbeda daripa-da apa yang disajikan oleh kehidupan sendiri. Rangkaian aksi itu
sendiri mungkin tidak pernah ada dan tidak pernah terjadi di dalam kehidupan faktual.
Adanya semacam kaidah kemungkinan yang tidak mungkin dalam fiksi inilah yang
memungkinkan pembaca untuk dapat memperluas dan memperdalam persepsi dan
wawasannya tentang tokoh, hidup, dan kehidupan manusia. Dari banyak memperoleh
pengalaman sastra, pembaca akan terbentuk keseimbangan wawasannya, terutama dalam
menghadapi kenyataan-kenyataan di luar dirinya yang mungkin sangat berlainan dari
pribadinya. Seorang dokter yang dianggap memiliki status sosial tinggi, tetapi ternyata
mendatangi perempuan simpanannya walaupun dengan alasan-alasan psikologis, seperti
dikisahkan novel Belenggu, adalah contoh dari the probable impossibility. Tetapi justru
dari sinilah pembaca memperluas per-spektifnya tentang kehidupan manusia.
Kesanggupan sastra (fiksi) untuk menembus pikiran dan emosi seperti itu dapat
memberikan impaknya yang luar biasa. Beberapa novel kadang-kadang menyajikan suatu
wawasan atau pemikiran yang subtil, bahkan sampai kepada yang gila (Ingat beberapa
novelet Putu Wijaya).
4.2 Aspek ekstrinsik prosa fiksi.
Faktor sejarah dan lingkungan seringkali dapat dibuktikan ada kaitannya dengan sebuah
cipta sastra (fiksi). Dengan kata lain kekuatan-kekuatan di dalam masyarakat atau ling-
kungan itulah justru memiliki pengaruh yang kuat pada diciptakanya sebuah karya prosa
fiksi. Sehingga kejadian-kejadian yang bersamaan dalam proses pembuatan sebuah karya
prosa fiksi seringkali menjadi ide dan inspirasi dari pengarangnya.
-
1. HAKEKAT SENI RUPA.
Keutuhan manusia sebagai pribadi dapat dimungkinkan melalui pemahaman, penghayatan
dan meresapkan nilai-nilai yang terkandung dalam suatu karya seni rupa sebagai salah
satu bagian dari kebudayaan. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang dianugerahi
pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah memerlukan pranata budaya untuk
menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif
dalam kegiatan apresiatif.
Dalam kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan terhadap seni rupa seolah-olah
kita memasuki suatu alam rasa yang kasat mata. Seni rupa sebagai karya seni yang
nampak rupa seolah-olah hanya dapat dihayati dengan indra mata. Maka itu kadang-
kadang seni rupa itu disamakan dengan seni visual, yakni seni yang aktifitasnya erat
sangkut pautnya dengan visi indrawi (mata) Tetapi sebenarnya seni rupa itu lebih dari
yang hanya bersifat lahiriah semata, yakni lebih dalam lagi dan meliputi pula visi
bathiniah.
Seni rupa sebagai karya yang kasat mata, perwujudannya itu adalah merupakan wadah
pembabaran idea yang bersifat bathiniah Dalam mengadakan pendekatan terhadap seni
rupa seluruh pancaindra kita, khususnya penglihatan, perabaan dan perimbangan kita
terlibat dengan asyiknya terhadap bentuk seni rupa itu yang terdiri dari aneka warna, garis,
bidang, tekstur dan sebagainya yang bersifat lahiriah itu untuk seterusnya menguak alam
kesadaran jiwa kita untuk lebih jauh menghayati isi yang terbabar dalam karya seni rupa
itu serta idea yang melatar belakangi kehadirannya.
Maka itu dalam mengadakan pendekatan terhadap karya seni rupa kita tidak cukup hanya
bersimpati terhadap karya seni rupa itu, tetapi lebih dari itu yaitu secara empati (empathy).
Empati berasal dari kata Yunani yang berarti Terasa di dalam, sedangkan simpati yang
KONSEPSI BUDAYA DASAR DALAM SENI
RUPA
-
juga berasal dari kata Yunani berarti merasa dengan. Jadi dalam menghayati suatu karya
seni secara empati berarti kita menempatkan diri kita ke dalam karya seni itu.
Seorang pribadi yang berempati orang ini mencoba melihat dunia dari makhluk manusia
lain, melalui mata dari orang lain. Empati memerlukan keterlibatan, imajinasi, pengertian,
identifikasi dan interaksi. Dengan faktor-faktor tersebut maka kualitas empati lebih
meningkat
Dengan kesediaan kita mempelajari suatu karya seni secara empati, yaitu mencoba
memahami apa yang sebenarnya terbabar dalam karya seni itu, baik terhadap karya seni
yang berasal dari jaman lampau maupun dari masa kini dari daerah yang sama atau
berjauhan,berarti kita telah terbuka untuk memahaminya.
Memang, pada dasarnya manusia bersifat sukar memahami manusia lainnya, termasuk
bersifat sukar menerima karya seni bentuk-bentuk asing. Pemahaman terhadap karya seni
bentuk-bentuk asing seperti karya seni rupa prmitif atau karya seni rupa kuno, bahkan juga
terhadap karya seni rupa modern tidaklah mudah, Satu syarat yang masih dituntut oleh
seni modern yang bahkan merupakan ciri khasnya, ialah kreativitas. Dari sebuah perkataan
ini tercantumlah beberapa sifat yang merupakan gejala-gejalanya. Oleh karena itu untuk
menghindarkan istilah modern yang bermuka banyak itu tadi, ada yang menamai seni
modern itu dengan seni kreatif. Contoh, karya-karya seni rupa modern adalah karya-
karya seniman :
Paul Cezane, Paul Gauguin, .Vincent van Gogh, Pablo Picasso, Naum Gabo, Antoine
Pevsner, Ozcenfant, Marinelti, Mari Utrillo, Max Chagal, Henry Moor, Kandinsky
dan sebagainya.
Di Indonesia kita mengenal seniman pelukis dan pemahat modern antara lain:
Affandi, Popo Iskandar, Zaini, G. Sidharta, Klul, Cokot, Ida Bagus Nyana dan
sedcretan scniman muda lainnya
Karya-karya mereka (sebagian) dipajang di becrapa lempat scperti :Balai Scni Rupa Pusat
di Jakarta, Museum Affcndi di Yogyakarta, Museum bali di Dcnpasar, Museum Ralna
Warta di Ubud (Bali), Pusat Kcsenian Bali di Dcnpasar, Museum Sctcja Neka di Ubud
(Bali) dan di bebcrapa tempat kolcktor lainnya.
-
2. BEBERAPA GAYA, CORAK, ATAU ISME SENI RUPA.
Di muka telah di singgung, bahwa kclahiran karya-karya seni rupa yang berbeda-beda
pada liap-liap jaman dikarcnakan masing-masing jaman itu mcmiliki aliran-aliran pikiran
yang berbeda-beda. Masing-masing jaman mclahirkan karya-karya scni rupa dengan ciri-
cirinya masing-masing. Ada kalanya pada satu jaman lahir aliran-aliran pikiran yang
berbeda-beda, schingga melahirkan pula corak karya seni rupa yang berbeda.
Jadi yang dimaksud dengan gaya dalam seni rupa adalah corak atau isme yang
dikarenakan aliran-aliran pikiran yang mendorong alau mclatar belakangi kelahiran karya
scni rupa itu.
Karena adanya perbedaan-perbedaan konsepsi pikiran dari masing-masing jaman, maka
masing-masing jaman mclahirkan kcsenian yang mem-punyai ciri-ciri yang khusus.
Adanya bermacam gaya, corak atau isme.itu mempunyai pesona-pesona sendiri yang
khusus dan khas. Di samping itu, tiap-tiap aliran corak, gaya atau ismc itu mempunyai
tujuan tcrtcntu atau fungsi sendiri-sendiri. Atau tiap-tiap aliran itu mempunyai cita-cita
seni sendiri, sesuai dengan pikiran jamannya.
Karena cila-cita seni itu berbeda-beda, yang satu ke arah kemanusiaan, yang satunya kc
arah ke Tuhanan dan sebagainya, maka karya-karya seni itu memperlihatkan wujud yang
berbeda-beda. Namun demikian kesenian mempunyai aspek-aspek persamaan.
Kesenian Primitif
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa mutu suatu ciptaan terutama pada sifatnya yang
khas, yang tak ada pada ciptaan lain untuk mencari karya yang khas, unik dan tidak ada
duanya itu, maka orang menoleh ke masa seni primitif.
Kesenian primitif kesederhanaannya menimbulkan kesan yang mengagumkan. Kesenian
primitif tidak di buat atas dasar sadar artistik tctapi dibuat atas dasar sadar magis. Benda
yang dibuat tidak ditujukan sama sekali untuk benda seni yang menarik (artistik), tapi
sebagai benda sakti. Contoh : patung-patung suku Asmat dari Irian sungguh menarik
pesona seni orang-orang modern, meskipun karya-karya itu tidak memiliki keindahan
menurut pesona seni klasik.
Kita sering keliru menilai suatu karya seni dan menilai tidak dari karya scni itu sendiri
pada jamannya, melainkan dengan kriteria dari luar jaman karya scni itu. Biasanya kita
menggunakan ukuran masa kini atau masa klasik untuk menilai karya seni primitif. Gaya
klasik semula dimaksudkan ialah kesenian Yunani kuno.
Di Indonesia kesenian dan kesusastraan Hindhu dianggap klasik. Kadang-kadang
kesusastraan melayu juga di scbut klasik. Ciri-ciri seni klasik adalah tenang, harmonis,
symetris atau seimbang. Contoh: wayang kulit, patung dari jaman Hindhu dan sebagainya.
-
Lawan dari klasik ialah seni romantik, yang dengan sadar mengingkari keseimbangan
klasik, bentuk teratur dan tradisional. Sedangkan romantik menyampingkan realitas dan
mengikuti emosi, terutama cmosi yang dramatis dan tragis yang amat menarik. Para
scniman romantik mengubah ralitas dengan berdasarkan fantasinya dan selanjutnya
seolah-olah hidup di dalam impian.
Dengan demikian wajarlah para seniman romantik mencari obyek yang biasa merangsang
fantasi-fantasinya dan bisa memberi jalan untuk melahirkan rasa romantisnya. Pelukis
romantis Indonesia yang terkenal adalah Basuki Abdullah dengan buah karyanya yang
menawan penggemarnya.
Di Barat romantik berkembang pada bagian akhir abad ke 18 atau pada permulaan abad ke
19, bersamaan dengan aliran neo-klasik.
Neo-klasik adalah aliran yang berorientasi pada kcbcnaran dan kcindahan Recoco yang
berkembang di Perancis pada pertcngahan abad ke 18 (*).
Apabila gaya rococo mcncerminkan kehalusan dan pcrmainan cinta serta keingingan
menghias tanpa tujuan tertentu, maka gaya neo-klasik ialah suatu jawaban terhadap
kerinduan pada masa silam dari kcscnian negara tua. Ciri-cirinya:
1). mengagung-agungkan bentuk,
2). komposisi seimbang,
3). gerak tidak berlebih-lebihan,
4). warnanya dingin dan
5). obyek tentang sejarah dan mitologi
Contoh karya neo-klasik adalah karya-karya Jacques Louis David yang menunjukkan
adanya kemahiran dalam anatomi dan kctclitian dalam membuat lipatan-lipatan kain serta
penyusunan figur-figur secara scimbang.
Perbedaannya dengan corak Barok nampak jelas. Gaya Barok litik berat di scgala jurusan,
tidak ada kescimbangan synctris. Warna dan sinar kontras dan scrba bcrgcrak. Ukuran
tafril scrba besar. Sedangkan seni klasik, titik bcrat pada tengah-tengah lukisan, scimbang
dan symetris. Karya korcvoor dan Hcsscling adalah salah satu contoh gaya Barok yang
mempcrlihatkan bcrmacam-macam efck yang bcrgerak dengan kontras yang kuat sckali.
Sesudah gaya romantik, berturut-turut limbul realisme, impresionisme dan
ekspresionesme. Realisme dibedakan dengan naturalisme. Realisme tidak seperti halnya
romantik yang hanyut pada emosi individual, melainkan tingkah laku di dunia pada
umumnya. Jadi terletak pada arah kebenaran umum dalam hal ini kehidupan sosial. Di
-
Barat karya Daumier adalah contoh yang baik unluk gaya realisme. Dan di Indonesia kita
dapat menunjuk karya-karya Henk Ngantung yang menggambarkan kchidupan para petani
buruh dan nelayan dari tingkat kelompok sosial bawah.
3. ALIRAN SENI LUKIS
a. Surrealisme
Aliran untuk melukiskan suatu aktivitas jiwa manusia yakni aktivitas jiwa yang masih
dalani kcadaan bebas, yang belum terkekang oleh kaidah-kaidah logika, etika, estetika dan
scbagainya. Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk yang sering
ditemui di dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk mengabaikan bentuk secara keseluruhan
kemudian mengolah setiap bagian tertentu dari objek untuk menghasilkan sensasi tertentu
yang bisa dirasakan manusia tanpa harus mengerti bentuk aslinya.
Jadi surrealisme ini hendak melukiskan pcngalaman manusia secara scdalam-dalamnya.
Aliran ini lahir sejak terbitnya manifes yang di tulis oleh A. Breton (manifesto du
surrcalisme) pada tahun 1942 dan memuneak an-tara tahun 1934 1938. Karya-karya
yang tergolong surrealis adalah buah karya : Savador Dali, M. Chagall dan Paul Klce.
b. Kubisme
Adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap objek ke dalam bentuk-
bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi tertentu. Salah satu tokoh terkenal dari aliran
ini adalah Pablo Picasso . adalah nama bagi suatu aliran dalam scni lukis dan seni pahat
modern yang lahir pada tahun 1908. Aliran ini mula bcrtujuan untuk mempcrsahajakan
benda-benda menjadi bentuk-bentuk geomctris, kemudian lcbih bcrcorak dekoratif dan
non obyektif.
Penganjuran pcrtama adalah Pablo Picasso dan Brauquc. Karya Pablo Picasso yang
bcrgaya kubisme yang tcrkcnal adalah lukisannya yang bcrjudul Guernice (1937).
Sebenarnya lukisan ini kombinasi gaya ekspresionisme, surrealisme dan kubisme. Lukisan
ini adalah buah dari reaksi kemarahan Picasso atas pengeboman scmcna:mcna olch
angkatan udara Jerman atas Guernice yang sama sckali tidak dipertahankan secara milker.
c. Romantisme
Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern Indonesia. Lukisan dengan
aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya.
Pemandangan alam adalah objek yang sering diambil sebagai latar belakang lukisan.
Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan Belanda dan ditularkan
kepada pelukis pribumi untuk tujuan koleksi dan galeri di zaman kolonial. Salah satu
tokoh terkenal dari aliran ini adalah Raden Saleh
-
d. Ekspresionisme
Ekspressionisme adalah kecenderungan seorang seniman untuk mendistorsi kenyataan
dengan efek-efek emosional . Ekspresionisme bisa ditemukan di dalam karya lukisan ,
sastra , film , arsitetur , dan musik . Istilah emosi ini biasanya lebih menuju kepada jenis
emosi kemarahan dan depresi daripada emosi bahagia.
Pelukis Matthias Grnewald dan El Greco bisa disebut ekspresionis. seniman berusaha
mengungkapkan kesadaran jiwanya yang dalam terhadap obycknya. Jadi corak
cksprcsionismc ilu scsungguhnya mcnggambarkan bagaimana scsungguhnya pcrasaan
jiwanya tcrhadap obycknya, bukan lagi mcngambarkan kesan rasan luar dari sualu obyck.
Corak cksprcsionismc lcbih mcmcntingkan cksprcsi, yaitu pcrnyataan balhin yang sclalu
tumbuh karcna dorongan akan mcnjclmakan pcrasaan atau buah pikiran . Pada corak
ekspresionismc itu yang diutamakan adalah inti-sari atau hakekat, jadi soal di dalam
atau ada juga yang mcngatakan soal kejawaan.
Oleh karena yang diungkapkan soal kejiwaan, scdangkan jiwa itu scsuatu yang abstrak,
maka wujudnya ada kalanya abstrak. Corak eksporcsionismc inilah mcnjadi dasar scni
modern dengan bebcrapa cabangnya sepcrti: kubisme, fauvismc, purismc, futurismc,
dadaisme, sur-realisme, naif-primitifismc dan scbagainya.
e. Impresionisme
Impresionisme adalah suatu gerakan seni dari abad 19 yang dimulai dari Paris pada tahun
1860an . Nama ini awalnya dikutip dari lukisan Claude Monet , Impression, Sunrise
(Impression, soleil levant) . Kritikus Louis Leroy menggunakan kata ini sebagai sindiran
dalam artikelnya di Le Charivari .
Karakteristik utama lukisan impresionisme adalah kuatnya goresan kuas, warna-warna
cerah (bahkan banyak sekali pelukis impresionis yang mengharamkan warna hitam karena
dianggap bukan bagian dari cahaya), komposisi terbuka, penekanan pada kualitas
pencahayaan, subjek-subjek lukisan yang tidak terlalu menonjol, dan sudut pandang yang
tidak biasa. Impresionisme menjadi pelopor berkembangnya aliran-aliran seni modern lain
seperti Post-Impresionisme , Fauvisme , and Kubisme . Ia memiliki ciri khas:
Goresan kuas pendek dan tebal dengan gaya mirip sketsa, untuk memberikan
kemudahan pelukis menangkap esensi subjek daripada detailnya
Warna didapat dengan sesedikit mungkin pencampuran pigmen cat yang
digunakan. Diharapkan warna tercampur secara optis oleh retina .
Bayangan dibuat dengan mencampurkan warna komplementer (Hitam tidak
digunakan sebagai bayangan).
Cat tidak ditunggu kering untuk ditimpa dengan warna berikutnya.
Pengolahan sifat transparansi cat dihindari.
-
Meneliti sedetail mungkin sifat pantulan cahaya dari suatu objek untuk kemudian
diterapkan di dalam lukisan.
Dikerjakan di luar ruangan
Apabila warna yang diletakkan terpisah (berjajar) satu persatu yang mempertinggi
kecemerlangan warna terhadap yang lain. Hasilnya melahirkan efek-efek yang menggetar
pada mala pengamal. Contoh karya-karya impresionisme adalah karya-karya seniman :
Monet, Manet, Vincent van Gogh dan sebagainya. Di Indonesia karya Gusti Ngurah Gede
Pemecutan yang bergaya pointilismc adalah salah salu contoh gaya impresionismc.
f. Post-Impresionisme
Post-Impresionisme adalah suatu masa yang masih dipengaruhi sisa-sisa impresionisme.
Pada awal 1880 pelukis mulai mengeksplorasi sisi lain dari penggunaan warna, pola,
bentuk, dan garis yang sedikit berlawanan dari pencapaian impresionisme. Pelukis pada
era ini contohnya adalah Vincent Van Gogh , Paul Gauguin , Georges Seurat dan Henri de
Toulouse-Lautrec . Camille Pissarro , yang sebelumnya adalah seniman impresionis
kemudian mengembangkan gaya pointilisme . Monet meninggalkan kewajiban melukis di
luar ruangan. Paul Czanne , meskipun telah tiga kali terlibat dalam pameran impresionis,
kemudian mengembangkan gayanya tersendiri. Karya seluruh seniman ini meskipun tidak
lagi menganut aliran impresionisme namun masih mengandung unsur-unsur dasarnya.
g. Fauvisme
Fauvisme adalah suatu aliran dalam seni lukis yang berumur cukup pendek menjelang
dimulainya era seni rupa modern. Nama fauvisme berasal dari kata sindiran fauve
(binatang liar) oleh Louis Vauxcelles saat mengomentari pameran Salon dAutomne
dalam artikelnya untuk suplemen Gil Blas edisi 17 Oktober 1905, halaman 2. Kepopuleran
aliran ini dimulai dari Le Havre , Paris , hingga Bordeaux . Kematangan konsepnya
dicapai pada tahun 1906.
Fauvisme adalah aliran yang menghargai ekspresi dalam menangkap suasana yang hendak
dilukis. Tidak seperti karya impresionisme , pelukis fauvis berpendapat bahwa harmoni
warna yang tidak terpaut dengan kenyataan di alam justru akan lebih memperlihatkan
hubungan pribadi seniman dengan alam tersebut. Konsep dasar fauvisme bisa terlacak
pertama kali pada 1888 dari komentar Paul Gauguin kepada Paul Srusier :
Bagaimana kau menginterpretasikan pepohonan itu? Kuning, karena itu tambahkan
kuning . Lalu bayangannya terlihat agak biru, karena itu tambahkan ultramarine . Daun
yang kemerahan? Tambahkan saja vermillion .
Segala hal yang berhubungan dengan pengamatan secara objektif dan realistis, seperti
yang terjadi dalam lukisan naturalis , digantikan oleh pemahaman secara emosional dan
-
imajinatif. Sebagai hasilnya warna dan konsep ruang akan terasa bernuansa puitis. Warna-
warna yang dipakai jelas tidak lagi disesuaikan dengan warna di lapangan, tetapi
mengikuti keinginan pribadi pelukis.
Penggunaan garis dalam fauvisme disederhanakan sehingga pemirsa lukisan bisa
mendeteksi keberadaan garis yang jelas dan kuat. Akibatnya bentuk benda mudah dikenali
tanpa harus mempertimbangkan banyak detail .
adalah aliran dalam scni lukis yang bcrckspcrimcn dengan bcntuk. Karena kebebasannya
mcnggambarkan bentuk, maka oleh pelukis tradisional disebut pelukis liar bahasa
Pecrancis (fauvc = binatang liar), nama yang dikarang olch L. Fauxclles (1903). CIri-
cirinya: warnanya kuat, sapuan-sapuannya lebar bcrjejer berdampingan dan pinggiran
warna-war-nanya dilunakkan. Lahir dan berkembang pada tahun 1904 1909. Tokoh-
tokohnya : Matisse, Drain dan Vlaminch.
h. Realisme
Realisme di dalam seni rupa berarti usaha menampilkan subjek dalam suatu karya
sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari-hari tanpa tambahan embel-embel atau
interpretasi tertentu. Maknanya bisa pula mengacu kepada usaha dalam seni rupa unruk
memperlihatkan kebenaran, bahkan tanpa menyembunyikan hal yang buruk sekalipun.
Pembahasan realisme dalam seni rupa bisa pula mengacu kepada gerakan kebudayaan
yang bermula di Perancis pada pertengahan abad 19 . Namun karya dengan ide realisme
sebenarnya sudah ada pada 2400 SM yang ditemukan di kota Lothal , yang sekarang lebih
dikenal dengan nama India .
Dalam pengertian lebih luas, usaha realisme akan selalu terjadi setiap kali perupa berusaha
mengamati dan meniru bentuk-bentuk di alam secara akurat. Sebagai contoh, pelukis foto
di zaman renaisans , Giotto bisa dikategorikan sebagai perupa dengan karya realis, karena
karyanya telah dengan lebih baik meniru penampilan fisik dan volume benda lebih baik
daripada yang telah diusahakan sejak zaman Gothic .
Kejujuran dalam menampilkan setiap detail objek terlihat pula dari karya-karya
Rembrandt yang dikenal sebagai salah satu perupa realis terbaik. Kemudian pada abad 19,
sebuah kelompok di Perancis yang dikenal dengan nama Barbizon School memusatkan
pengamatan lebih dekat kepada alam, yag kemudian membuka jalan bagi berkembangnya
impresionisme . Di Inggris, kelompok Pre-Raphaelite Brotherhood menolak idealisme
pengikut Raphael yang kemudian membawa kepada pendekatan yang lebih intens
terhadap realisme.
-
i. Naturalisme
Naturalisme di dalam seni rupa adalah usaha menampilkan objek realistis dengan
penekanan seting alam. Hal ini merupakan pendalaman labih lanjut dari gerakan realisme
pada abad19 sebagai reaksi atas kemapanan romantisme . Salah satu perupa naturalisme di
Amerika adalah William Bliss Baker , yang lukisan pemandangannya dianggap lukisan
realis terbaik dari gerakan ini. Salahs atu bagian penting dari gerakan naturalis adalah
pandangan Darwinisme mengenai hidup dan kerusakan yang telah ditimbulkan manusia
terhadap alam.
j. Purisme,
Adalah aliran dalam seni lukis yang amat menyederhanakan elcmen-clemcn kontruksi dan
sangat membatasi pemakaian warna. Bahkan dikatakan, purisme adalah pcngolahan lcbih
lanjut tcrhdap kubisme. Tokoh-nya adalah Ozenfant.
k. Futurismc,
Suatu gcrakan sastra yang bcrcorak politik. Lahir olch scorang Italia F.T. Marinelti dengan
suatu manifes yang menganjurkan sifat sportif dan pro tcrhadap scgala apa yang dapat
memajukan tchnik dan keccpatan. Sebaliknya ia mencntang kepada apa yang masih
berhubungan dengan waktu lalu. Anti terhadap sctiap sikap yang bcrdasarkan filsafat atau
sikap hidup yang didapatkan secara intclcktualistis. Kchidupan seni rupa waktu itu sangat
dipengaruhi, scbagai rcaksi tcrhadap akademismc yang mundur waktu itu di Italia.
Lukisan-lukisan futurisme mcngulamakan gerak sehingga lahir macam-macam gcrak dari
suatu benda. Semuanya dilihat dari pangkal tolak motoris (gerak). Pelukis futuristik
melukiskan benda-benda tidak lagi dari suatu tempat tcrtcntu, tetapi mcngumpulkan
pecnangkapan kesan menjadi satu gambaran atau kombinasi, fragmen dari pengamatan
yang menggugah. Selanjutnya mereka melahirkan gerak dan kekuatan dan juga buah dan
suara dari pada warna dan garis. Mereka mclemparkan jauh-jauh prinsip pcrspektif.
l. Dadaisme,
Adalah suatu gerakan yang radikal sekali dikalangan pelukis dan pujangga-pujangga, yang
menentang segala macam kesenian yang telah diakui dan anli terhadap nilai-nilai
tradisional.