inform concent thd kecemasan dan pengetahuan

Upload: rudi-mahardikaputra

Post on 14-Oct-2015

34 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • iPENGARUH INFORMED CONSENT TERHADAP

    KECEMASAN DAN PENGETAHUAN PADA PASIEN PRE

    OPERASI HERNIA DI RSUD KABUPATEN SRAGEN

    TESIS

    Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar S-2 Magester Kesehatan

    Program Studi Magester Kedokteran Keluarga

    Minat Utama

    Pendidikan Profesi Kesehatan

    Disusun Oleh:

    TAADI

    S.540907119

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2009

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Konsep pemasaran ini sudah mengalami perkembangan bersamaan dengan

    semakin majunya masyarakat dan teknologi. Kalau perusahaan ingin berhasil atau

    bahkan dapat hidup terus, ia harus dapat menanggapi cara-cara atau kebiasaan-

    kebiasaan dalam masyarakatnya. Faktor-faktor ekstern seperti ekologi, politik,

    hukum, ekonomi dan sebagainya dapat mempengaruhi program pemasaran

    perusahaan. Faktor ketidakpuasan konsumen juga termasuk didalamnya. Adapun

    sebab-sebab timbulnya ketidak-puasan konsumen tersebut karena tidak

    terpenuhinya harapan mereka. Jadi perusahaan tidak lagi berorientasi kepada

    pembeli saja, tetapi berorientasi kepada masyarakat atau manusia. Karena itu

    perusahaan berusaha memberikan kemakmuran kepada konsumen dan masyarakat

    untuk jangka panjang, maka konsep seperti ini disebut Konsep Pemasaran

    Masyarakat (Societal Marketing Concept) atau Konsep Pemasaran Baru.

    (Swastha, 2000:57).

    Badan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (BAPELKESMAS) Rumah Sakit

    Umum (RSU) Ngudi Waluyo Wlingi sebagai rumah sakit umum, menghadapi

    tantangan yang cukup berat, baik yang berasal dari lingkungan eksternal maupun

    internal. Faktor utama yang menghambat perkembangan BAPELKESMAS RSU

    Ngudi Waluyo Wlingi adalah Rumah Sakit Pemerintah, sehingga terkesan

    memiliki kualitas pelayanan yang kurang baik. Sedangkan faktor lain adalah krisis

    ekonomi yang berkepanjangan yang membawa dampak pada daya beli masyarakat

  • 2akan pentingnya kesehatan sehingga konsumen semakin selektif dalam

    menentukan jenis jasa yang akan dikonsumsinya.

    Hasil wawancara yang dilakukan pada 10 orang pasien rawat inap di

    BAPELKESMAS RSU Ngudi Waluyo Wlingi menunjukkan bahwa 4 pasien

    (40%) merasa pelayanan yang diberikan tidak memuaskan, sedangkan 6 pasien

    (60%) merasa pelayanan yang diberikan biasa-biasa saja dan tidak ada

    keistimewaan tertentu. Sedangkan hasil wawancara dengan pihak manajemen

    BAPELKESMAS RSU Ngudi Waluyo Wlingi menunjukkan bahwa kinerja

    yang ditunjukkan oleh karyawan tidak pernah memenuhi target, terutama pada

    target pendapatan yang telah ditetapkan, misalnya pada tahun 2007 pendapatan

    rumah sakit mencapai 95% dari target yang ditetapkan.

    Kinerja rumah sakit sebagai perusahaan penjual jasa maka sangat tergantung

    dengan pelayanan yang diberikan atau dengan istilah no service no business.

    Rumah sakit sebagai perusahaan penjual jasa tentunya sangat tergantung dengan

    kredibilitasnya di mata konsumen. Prinsip-prinsip kepuasan penjualan jasa yang

    meliputi reliability, responsiveness, tangible, emphaty dan assurance tidak akan

    berarti tanpa adanya interpersonal relationship management yang baik. Proses

    modifikasi ini tentunya membutuhkan personel-personel dengan kemampuan

    lebih agar output proses modifikasi ini sejalan dengan budaya lokal sehingga tidak

    terjadi perbenturan antara kepentingan konsumen dengan kepentingan perusahaan.

    Mengingat pentingnya pelayanan pada usaha jasa khususnya layanan

    BAPELKESMAS RSU Ngudi Waluyo Wlingi, dalam menjaring konsumen

    baru dan menciptakan loyalitas konsumen, maka penelitian ini mengambil judul:

  • 3Hubungan Kualitas Pelayanan dan Kinerja Perawat dengan Kepuasan

    Pasien di Badan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit Umum Ngudi

    Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka

    muncul beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

    1. Apakah kualitas pelayanan yang diberikan oleh perawat, menurut pasien sudah

    cukup baik ?

    2. Apakah pelayanan yang diberikan oleh perawat dapat menciptakan kepuasan

    pasien ?

    3. Apakah kinerja perawat dalam memberikan pelayanan, menurut atasan perawat,

    sudah cukup baik ?

    4. Apakah kinerja yang baik menurut atasan perawat dapat menciptakan kepuasan

    pasien ?

    5. Apakah kinerja perawat yang baik menurut atasan perawat dapat sejalan dengan

    kualitas layanan menurut pasien untuk menciptakan kepuasan pasien ?

    C. Pembatasan Masalah

    Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas maka

    perlu adanya pembatasan masalah. Masalah dalam penelitian ini selanjutnya akan

    dibatasi mengingat keterbatasan waktu, biaya dan tenaga. Dalam hal ini penulis

    menentukan ruang lingkup objek penelitian adalah kualitas pelayanan, kinerja

  • 4perawat dan kepuasan pasien, dan subyek penelitian adalah perawat pada ruang

    rawat inap di RSU Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar.

    D. Perumusan Masalah

    Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka dalam

    penelitian ini permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

    1. Apakah ada hubungan kualitas pelayanan dengan kepuasan pasien di Badan

    Pelayanan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit Umum Ngudi Waluyo

    Wlingi Kabupaten Blitar?

    2. Apakah ada hubungan kinerja perawat dengan kepuasan pasien di Badan

    Pelayanan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit Umum Ngudi Waluyo

    Wlingi Kabupaten Blitar?

    3. Apakah ada hubungan kualitas pelayanan dan kinerja perawat dengan

    kepuasan pasien di Badan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit

    Umum Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar?

    E. Tujuan Penelitian

    Dalam setiap penelitian pasti mempunyai tujuan yang akan dicapai.

    Dengan tujuan yang jelas tersebut akan mempermudah dalam melakukan

    penelitian. Adapun tujuan penelitian yang akan dicapai oleh peneliti adalah

    sebagai berikut:

  • 51. Tujuan Umum

    Mengetahui hubungan kualitas pelayanan dan kinerja perawat

    dengan kepuasan pasien di Badan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Rumah

    Sakit Umum Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar

    2. Tujuan Khusus

    a. Menganalisa ada hubungan kualitas pelayanan dengan kepuasan pasien

    di Badan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit Umum

    Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar.

    b. Menganalisa hubungan kinerja perawat dengan kepuasan pasien di

    Badan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit Umum Ngudi

    Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar.

    c. Menganalisa hubungan kualitas pelayanan dan kinerja perawat dengan

    kepuasan pasien di Badan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Rumah

    Sakit Umum Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar.

    F. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun

    praktis sebagai berikut :

    1. Manfaat Teoritis

    Diharapkan dapat sebagai bahan untuk membuktikan secara empiris

    mengenai Hubungan Kualitas Pelayanan dan Kinerja Perawat dengan Kepuasan

    Pasien.

  • 62. Manfaat Aplikatif

    Diharapkan dapat memberikan masukan kepada pengelola rumah sakit

    tentang :

    a. Kepuasan pasien

    b. Kondisi Kualitas Pelayanan menurut pasien

    c. Kinerja perawat

  • 7BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka

    1. Konsep Kepuasan Pasien

    Pelanggan memasuki situasi jual-beli dengan harapan-harapan tertentu.

    Pelanggan mempunyai angan-angan tentang perasaan yang ingin mereka

    rasakan ketika mereka menyelesaikan suatu transaksi atau ketika mereka

    menggunakan barang yang mereka beli maupun ketika menikmati pelayanan

    yang telah mereka bayar.

    Mencapai tingkat kepuasan pelanggan tertinggi adalah tujuan utama

    pemasaran. Pada kenyataannya, akhir-akhir ini banyak perhatian tercurah pada

    konsep kepuasan total, yang implikasinya adalah mencapai kepuasan

    sebagian saja tidaklah cukup untuk membuat pelanggan setia dan kembali lagi.

    Ketika pelanggan merasa puas akan pelayanan yang didapatkan pada saat

    proses transaksi dan juga puas akan barang atau jasa yang mereka dapatkan,

    besar kemungkinan mereka akan kembali lagi dan melakukan pembelian-

    pembelian yang lain dan juga akan merekomendasikan pada teman-teman dan

    keluarganya tentang perusahaan tersebut dan produk-produknya. Juga kecil

    kemungkinannya mereka berpaling ke pesaing-pesaing perusahaan.

    Mempertahankan kepuasan pelanggan dari waktu ke waktu akan membina

    hubungan yang baik dengan pelanggan. Hal ini dapat meningkatkan

    keuntungan perusahaan dalam jangka panjang.

  • 8Namun demikian, perusahaan harus berhati-hati agar tidak terjebak

    pada keyakinan bahwa pelanggan harus dipuaskan tak peduli berapapun

    biayanya. Tidak semua pelanggan memiliki nilai yang sama bagi Rumah

    Sakit. Beberapa pelanggan layak menerima perhatian dan pelayanan yang

    lebih dibandingkan pelanggan lain. Ada pelanggan yang tidak akan pernah

    memberikan umpan balik tak peduli berapa banyak perhatian yang kita

    berikan pada mereka, dan tak peduli berapa puasnya mereka. Dengan

    demikian, antusiasme tentang kepuasan pelanggan harus didukung oleh

    analisa-analisa yang tajam.

    Beberapa penulis memberikan definisi mengenai kepuasan pelanggan.

    Spreng et al. (1996) dalam Kotler (2006 : 110) menyatakan bahwa perasaan

    puas pelanggan timbul ketika konsumen membandingkan persepsi mereka

    mengenai kinerja produk atau jasa dengan harapan mereka. Tse and Wilson

    (1988) menyatakan kepuasan dan ketidakpuasan adalah respon pelanggan

    terhadap ketidaksesuaian (disconfirmation) yang dirasakan antara harapan

    sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang

    dirasakan setelah pemakaiannya. Lebih jauh lagi Tse and Wilson (1988)

    menguraikan dua variabel utama yang menentukan kepuasan pelanggan, yaitu

    expectations dan perceived performance. Apabila perceived performance

    melebihi expectations maka pelanggan akan puas, tetapi apabila sebaliknya

    maka pelanggan merasa tidak puas. Kotler and Keller (2006:136), menyatakan

    bahwa kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kekecewaan

    seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan

  • 9dibandingkan dengan harapannya. Dari beberapa uraian tersebut dapat

    diketahui bahwa kepuasan konsumen dihasilkan dari proses perbandingan

    antara kinerja yang dirasakan dengan harapannya, yang menghasilkan

    disconfirmation paradigm.

    Fornell et al. (1996) dalam dalam Tjiptono (2002 : 310) menyebutkan

    bahwa

    a. Kepuasan konsumen secara menyeluruh adalah hasil evaluasi dari pengalaman konsumsi sekarang yang berasal dari keandalan dan standarisasi pelayanan.

    b. Kepuasan konsumen secara menyeluruh adalah hasil perbandingan tingkat kepuasan dari usaha yang sejenis.

    c. Kepuasan konsumen secara menyeluruh diukur berdasarkan pengalaman dengan indikator harapan secara keseluruhan, harapan yang berhubungan dengan kebiasaan, dan harapan yang berhubungan dengan keterandalan jasa tersebut.

    Oliver and De Sarbo (1988 : 77) memandang tingkat kepuasan

    (satisfaction) timbul karena adanya suatu transaksi khusus antara produsen

    dengan konsumen yang merupakan kondisi psikologis yang dihasilkan ketika

    faktor emosi mendorong harapan (expectations) dan disesuaikan dengan

    pengalaman mengkonsumsi sebelumnya (perception). Selain itu menurut

    Zeithaml et al. (1996 : 54) kepuasan pelanggan merupakan perbandingan

    antara layanan yang diharapkan (expectations) dengan kinerja (perceived

    performnce).

    Selain teori expectacy disconfirmation model yang sudah dikenal,

    masih ada beberapa teori tentang kepuasan yakni equity theory dan atribution

    theory. Menurut teori equity, seseorang akan merasa puas bila rasio hasil

    (outcome) yang diperolehnya dibandingkan dengan input yang digunakan,

  • 10

    dirasakan fair atau adil. Dengan kata lain, kepuasan terjadi apabila konsumen

    merasakan bahwa rasio hasil terhadap inputnya (outcome) dibandingkan

    dengan input) proporsional terhadap rasio yang sama yang diperoleh orang

    lain (Oliver and De Sarbo, 1988), sedangkan atribution theory berasal dari

    teori Weiner (1971) yang dikembangkan oleh Oliver and De Sarbo (1988) dan

    Engel et al. (1990 : 232). Teori ini menyatakan bahwa ada tiga dimensi yang

    menentukan keberhasilan atau kegagalan outcome, sehingga dapat ditentukan

    apakah suatu pembelian memuaskan atau tidak memuaskan. Ketiga dimensi

    tersebut adalah:

    a. Stabilitas atau variabilitas. Apakah faktor penyebabnya sementara atau permanen.

    b. Locus of causality. Apakah penyebabnya berhubungan dengan konsumen (external atribution) atau dengan pemasar (internal atribution). Internal atribution seringkali dikaitkan dengan kemampuan dan usaha yang dilakukan oleh pemasar, sedangkan external atribution dihubungkan dengan berbagai teori seperti tingkat kesulitan suatu tugas (task difficulty) dan faktor keberuntungan.

    c. Controllability. Apakah penyebab tersebut berada dalam kendali ataukah dihambat oleh faktor luar yang tidak dapat dipengaruhi.

    Menurut Zheithaml and Bitner (2003:87) ada beberapa faktor yang

    mempengaruhi kepuasan pelanggan, antara lain:

    a. Fitur produk dan jasa. Kepuasan pelanggan terhadap produk atau jasa secara signifikan dipengaruhi oleh evaluasi pelanggan terhadap fitur produk atau jasa. Untuk jasa Rumah Sakit , fitur yang penting meliputi karyawan yang sangat membantu dan sopan, ruang transaksi yang nyaman, sarana pelayanan yang menyenangkan, dan sebagainya. Dalam melakukan studi kepuasan, banyak Rumah Sakit menggunakan kelompok fokus untuk menentukan fitur dan atribut penting dari jasa dan kemudian mengukur persepsi pelanggan terhadap fitur tersebut. Penelitian juga menunjukkan bahwa pelanggan jasa akan membuat trade-off antara fitur jasa yang berbeda (misalnya, tingkat harga dengan kualitas, atau dengan keramahan karyawan), tergantung pada tipe jasa yang dievaluasi dan tingkat kekritisan jasa.

  • 11

    b. Emosi pelanggan. Emosi juga dapat mempengaruhi persepsi pelanggan terhadap produk atau jasa. Emosi ini dapat stabil, seperti keadaan pikiran atau perasaan atau kepuasan hidup. Pikiran atau perasaan pelanggan (good mood atau bad mood) dapat mempengaruhi respon pelanggan terhadap jasa. Emosi spesifik juga dapat disebabkan oleh pengalaman konsumsi, yang mempengaruhi kepuasan pelanggan terhadap jasa. Emosi positif seperti perasaan bahagia, senang, gembira akan meningkatkan kepuasan pelanggan. Sebaliknya, emosi negatif seperti kesedihan, duka, penyesalan dan kemarahan dapat menurunkan tingkat kepuasan. Atribusi untuk keberhasilan atau kegagalan jasa.

    c. Atribusi penyebab yang dirasakan dari suatu peristiwa mempengaruhi persepsi dari kepuasan. Ketika pelanggan dikejutkan dengan hasil (jasa lebih baik atau lebih buruk dari yang diharapkan), pelanggan cenderung untuk melihat alasan, dan penilaian mereka terhadap alasan dapat mempengaruhi kepuasan. Misalnya, ketika nasabah gagal menarik uang dari ATM maka ia akan mencari alasan mengapa ATM tidak dapat berfungsi. Apabila tidak berfungsinya ATM disebabkan oleh matinya aliran listrik PLN maka hal ini tidak akan mempengaruhi kepuasannya terhadap bank tertentu.

    d. Persepsi terhadap kewajaran dan keadilan (equity and fairness). Kepuasan pelanggan juga dipengaruhi oleh persepsi pelanggan terhadap kewajaran dan keadilan. Pelanggan bertanya pada diri mereka: Apakah saya diperlakukan secara baik dibandingkan dengan pelanggan lain? Apakah pelanggan lain mendapat pelayanan yang lebih baik, harga yang lebih baik, atau kualitas jasa yang lebih baik? Apakah saya membayar dengan harga yang wajar untuk jasa yang saya beli? Dugaan mengenai equity dan fairness adalah penting bagi persepsi kepuasan pelanggan terhadap produk atau jasa.

    e. Pelanggan lain, keluarga, dan rekan kerja. Kepuasan pelanggan juga dipengaruhi oleh orang lain. Misalnya, kepuasan terhadap perjalanan liburan keluarga adalah fenomena yang dinamis, dipengaruhi oleh reaksi dan ekspresi oleh anggota keluarga selama liburan. Kemudian, apakah ekspresi kepuasan atau ketidakpuasan anggota keluarga terhadap perjalanan dipengaruhi oleh cerita yang diceritakan kembali diantara keluarga dan memori mengenai suatu peristiwa.

    Sedangkan menurut Garvin (dalam Kadir, 2001 : 127) faktor yang sering

    digunakan untuk mengevaluasi kepuasan terhadap suatu produk antara lain,

    meliputi:

    1) Kinerja (performance) karakteristik operasi pokok dari produk inti (core product ) yang dibeli.

    2) Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yakni karakteristik sekunder atau pelengkap

  • 12

    3) Kehandalan (reliability) yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kegagalan atau kerusakan dalam penggunaannya.

    4) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesifications), yaitu sejauhmana karakteristik desain operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

    5) Daya tahan (durability) yang berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan.

    6) Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, dan kemudahan penggunaan, serta penanganan keluhan yang memuaskan.

    7) Estetika, yakni daya tarik produk oleh panca indera.

    Kualitas yang dipersepsikan, yakni citra dan reputasi produk serta

    tanggungjawab perusahaan terhadapnya. Untuk jasa yang tidak berwujud

    (intangible), konsumen umumnya menggunakan atribut (Parasuraman et al.,

    dalam Zeithaml and Bitner, 2003:93) seperti berikut:

    1) Reliability, yakni kemampuan untuk melakukan pelayanan yang dijanjikan secara handal dan akurat.

    2) Responsiveness, yaitu keinginan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat kepada pelanggan.

    3) Assurance, yakni pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki karyawan

    4) Empathy, yakni perhatian, pelayanan pribadi yang diberikan kepada pelanggan.

    5) Tangible, meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, personalia, dan bahan tertulis.

    Para peneliti menyatakan bahwa atribut yang mempengaruhi kepuasan

    pelanggan disesuaikan dengan produknya. Misalnya, untuk produk mobil,

    atribut yang dipertimbangkan seperti, reliabilitas, serviceability, prestise,

    durability, functionality, dan mudah digunakan. Sementara untuk makanan

    yang dipertimbangkan misalnya rasa, kesegaran, aroma dan sebagainya

    (Zeithaml and Bitner, 2003 : 171).

  • 13

    a. Definisi Konsep Kepuasan

    Kepuasan konsumen adalah perasaan puas pelanggan timbul ketika

    konsumen membandingkan persepsi mereka mengenai kinerja produk atau

    jasa dengan harapan mereka yang merupakan respon pelanggan terhadap

    ketidaksesuaian (disconfirmation) yang dirasakan antara harapan sebelumnya

    (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah

    pemakaiannya

    b. Definisi Operasional Kepuasan Pasien

    Kepuasan Pasien yaitu perbedaan antara persepsi dan harapan pasien

    terhadap layanan yang diberikan. Indikator yang diukur adalah kepuasan

    pasien terhadap pelayanan secara umum dan kepuasan pasien terhadap

    pelayanan secara spesifik yaitu :

    1) Kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit.

    2) Kepuasan terhadap kehandalan rumah sakit

    3) Kepuasam terhadap kecepatan pelayanan

    2. Konsep Kualitas Pelayanan

    Difinisi kualitas pelayanan berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan

    dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi

    harapan pelanggan. Menurut Wyckof (dalam Lovelock, 1988:126) kualitas

    pelayanan adalah quality is the degree of excellence intended, and the control of

    variability in achieving that excellence, in meeting the custamers requirements.

    Sedangkan Berry (dalam Lovelock, 1988) mengemukakan bahwa kualitas

  • 14

    layanan merupakan : 1) Consumer perceiptions of service and actual experience

    with service. 2) Quality evaluations derive from the service process as well as the

    service out come.

    Berdasarkan beberapa difinisi tersebut terdapat kesamaan bahwa kualitas

    layanan merupakan ukuran penilaian menyeluruh dan perbandingan antara

    layanan yang diharapkan pelanggan dengan kinerja aktual yang diterima

    pelanggan.

    Parasuraman et. al (dalam Tjiptono,2003:32) mengemukakan model

    konseptual mengenai harapan pelanggan terhadap jasa sebagai-berikut:

    1. Enduring Service IntensifiersFaktor ini merupakan faktor yang bersifat stabil dan mendorong pelanggan untuk meningkatkan sensivitas terhadap jasa. Faktor ini meliputi harapan yang disebabkan oleh orang lain dan filosofi pribadi seseorang mengenai jasa.

    2. Personel needKebutuhan yang dirasakan seseorang mendasarkan kesejahteraannya juga sangat menentukan harapannya. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisik, sosial dan psikologis.

    3. Transitory service intensifiersFaktor ini merupakan faktor individual yang bersifat sementara yang meningkatkan sensitivitas pelanggan terhadap jasa.

    4. Perceived Service AlternativesMerupakan persepsi pelanggan terhadap tingkat atau derajad pelayanan perusahaan lain yang sejenis. Jika konsumen memiliki beberapa alternatif, maka harapannya terhadap jasa cenderung akan semakin besar.

    5. Self perceived roleFaktor ini adalah persepsi pelanggan tentang tingkat atau derajad keterlibatannya mempengaruhi jasa yang diterimanya.

    6. Situational factoreFaktor situasional terdiri atas segala kemungkinan yang bisa mempengaruhi kinerja jasa, yang berada di luar kendali penyedia jasa.

    7. ExpIisit service promisesFaktor ini merupakan pernyataan (secara personal atau non personal) oleh organisasi tentang jasanya kepada pelanggan. Janji ini bisa berupa iklan, personal selling, perjanjian atau komunikasi dengan karyawan organisasi.

  • 15

    8. Implicit service promisesFaktor ini menyangkut petunjuk yang berkaitan dengan jasa, yang memberikan kesimpulan bagi pelanggan tentang jasa yang bagaimana yang seharusnya dan yang akan diberikan.

    9. Rekomendasi/saran dan orang lainMerupakan pernyataan (secara personal atau non personal) yang disampaikan oleh orang lain selain organisasi kepada pelanggan.

    10. Pat experiencePengalaman masa lampau meliputi hal-hal yang telah dipelajari ataudiketahui pelanggan dan yang pernah diterimanya di masa lampau.

    Selain itu, Parasuraman, et.al (dalam Kotler,2005:135) mengidentifikasi

    lima gap yang menyebabkan kegagalan penyampaian jasa, yaitu:

    1. Gap antara harapan konsumen dan persepsi manajemen.

    2. Gap antara persepsi manajemen terhadap harapan konsumen dan

    spesifikasi kualitas.

    3. Gap antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa.

    4. Gap antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal

    5. Gap antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan.

    Kualitas harus dimulai dan kebutuhan pelanggan dan berakhir pada

    persepsi pelanggan. Hal itu berarti bahwa citra kualitas yang baik bukanlah

    berdasarkan sudut pandang atau persepsi penyedia jasa, melainkan berdasarkan

    sudut pandang atau persepsi pelanggan. Pasienlah yang mengkonsumsi dan

    menikmati jasa Rumah Sakit. Sehingga merekalah yang seharusnya menentukan

    kualitas pelayanan. Persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa merupakan penilaian

    menyeluruh atas keunggulan suatu jasa.

    Menurut Tjiptono (2003 : 33) pada prinsipnya, ada tiga kunci memberikan

    layanan pelanggan unggul:

    1. Kemampuan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan,

  • 16

    termasuk di dalamnya memahami tipe-tipe pelanggan.2. Pengembangan database yang lebih akurat, daripada pesaing

    (mencakup data kebutuhan dan keinginan setiap segmen pelanggan dan perubahan kondisi persaingan.

    3. Pemanfaatan informasi yang diperoleh dan riset pasar dalam suatu kerangka strategik.

    Kualitas total suatu jasa terdiri atas tiga komponen utama, Gronroos

    (dalam Tjiptono,2003:71) yaitu:

    1) Technical Quality yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas ouput (keluaran) pelayanan yang diterima pelanggan.

    2) Funcional quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas cara penyampaian suatu jasa.

    3) Corporate image, yaitu: profil, reputasi, citra umum dan daya tarik khusus suatu perusahaan.

    Berdasarkan komponen-komponen di atas dapat ditarik suatu kesimpulan

    bahwa output jasa dan cara penyampaiannya merupakan faktor -faktor yang

    dipergunakan untuk menilai kulitas jasa. Oleh karena pasien terlibat dalam suatu

    proses jasa, maka sering kali penentuan kualitas jasa menjadi sangat kompleks.

    Dalam membuat kerangka perencanaan strategis dan analisis harus

    memperhatikan dimensi-dimensi dan kualitas jasa. Ada delapan dimensi yang

    dikembangkan oleh Garvin (dalam Tjiptono, 2003 : 62):

    1. Kinerja (performance) karakteristik operasi pokok dari produk ini.2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (fealnes) yaitu karaktenistik

    sekunder atau pelengkap.3. Kehandalan (reliability) yaitu kemungkian kecil akan mengalami

    kerusakan atau gagal dipakai.4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specification) yaitu

    sejauh mana karaktenistik desain dan operasi memenuhi standart-standart yang telah ditetapkan sebelurnnya.

    5. Daya tahan (durability) berkaitan dengan berapa lama suatu produk dapat terus digunakan.

    6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi, serta penanganan keluhan yang memuaskan.

    7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indra.8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) yaitu citra dan reputasi

  • 17

    produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.

    Beberapa dimensi atau atribut yang harus diperhatikan dalam perbaikan

    kualitas jasa menurut Gaspersz (1997 : 46) adalah:

    a. Ketepatan waktu pelayanan, hal-hal yang perlu diperhatikan disini adalah berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu proses.

    b. Akurasi pelayanan, yang berkaitan dengan reliabilitas pelayanan dan bebas kesalahan-kesalahan.

    c. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan, terutama bagi mereka yang berinteraksi langsung dengan pelanggan eksternal.

    d. Tanggung jawab, berkaitan dengan penerimaan pesanan dan penanganan keluhan dan pelanggan eksternal.

    e. Kelengkapan, menyangkut lingkup pelayanan dan ketersediaan sarana pendukung serta pelayanan kompelementen lainnya.

    f. Kemudahan mendapatkan pelayanan, berkaitan dengan banyaknya outlet dan banyaknya fasilitas pendukung.

    g. Variasi model pelayanan, berkaitan dengan inovasi untuk memberikan pola-pola baru dalam pelayanan.

    h. Pelayanan pribadi, berkaitan dengan fleksibelitas penanganan permintaan khusus.

    i. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan, berkaitan dengan lokasi ruangan tempat pelayanan, kemudahan menjangkau, tempat parkir kendaraan, ketersediaan informasi.

    j. Atribut pendukung pelayanan lainnya, seperti lingkungan, kebersihan, ruang tunggu, fasilitas musik, AC dan lain - lainnya.

    Untuk mengukur kualitas layanan ada beberapa dimensi kualitas

    pelayanan dapat digunakan. Menurut Parasuraman dalam Jasfar (2005 : 24)

    terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi kualitas layanan:

    1. Bukti langsung (tangible) yaitu penampilan fisik, peralatan, personil dan materi komunikasi. Layanan ini meliputi fasilitas fisik, perlengkapan pegawai alat-alat atau perlengkapan yang dipergunakan untuk menyediakan layanan, representasi fisik dan layanan serta fasilitas-fasilitas layanan lainnya untuk keperluan layanan.

    2. Kehandalan (reliability) yaitu kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan terpercaya dan akurat. Hal ini berarti tingkat kehandalan di mata pelanggan, meliputi kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan, yang meliputi catatan transaksi yang lengkap, kredibilitas/bonafiditas/citra perusahaan dan daya tarik keunggulan kualitas pelayanan.

    3. Daya tanggap (responsiveness) yaitu kemauan untuk membantu

  • 18

    pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat. Reaksi, kesediaan dan sikap tanggap perusahaan kepada pelanggan terdiri dari keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan layanan dengan tanggap, misalnya pengiriman slip transaksi tepat waktu dan sebagainya.

    4. Jaminan (assurance) pengetahuan dan kesopanan karyawan dan kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan. Kemampuan perusahaan memberikan kepastian yang dapat menimbulkan rasa percaya diri pelanggan terhadap perusahaan, mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf.

    5. Empathy, kesediaan untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi langganan. Layanan sepenuh hati dari perusahaan kepada pelanggan berupa perhatian individual, komunikasi yang baik, perhatian individual, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian individu, dan memahami kebutuhan setiap pelanggannya.

    Secara konseptual model kualitas layanan (service quality) tampak pada

    gambar berikut:

    Gambar 1. Faktor-faktor Kualias Layanan

    Sumber : Cronin dan Taylor, 1992. Measuring Service Quality :Rexamination and Etension

    Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui 2 faktor utama yang

    mempengaruhi kaulitas jasa yaitu expected service dan perceived service Apabila

    jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang

    diharapkan (expected service) maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas

    yang ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang

  • 19

    diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik

    tidaknya kualitas pelayanan tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam

    memenuhi harapan pelanggan secara konsisten.

    Pakar lainnya Gronroos (dalam Tjiptono, 2003:57) menyatakan bahwa ada

    tiga kriteria pokok dalam menilai kualitas jasa yaitu: outcome related, process

    related dan image related criteria. Ketiga kriteria tersebut masih dapat dijabarkan

    menjadi enam unsur:

    1. Profesionalisme and skills,Kriteria pertama ini merupakan outcome related criteria, dimana pelanggan menyadari bahwa penyedia jasa, karyawan, sistem operasional dan sumber daya fisik, memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah pelanggan secara profesional.

    2. Aititude and behaviorKriteria ini adalah process related criteria, pelanggan merasa bahwa karyawan perusahaan manaruh perhatian terhadap mereka dan berusaha membantu dalam memecahkan masalah mereka secara spontan dan senag hati.

    3. Accessibllity and fleksibilityKriteria ini termasuk dalam process related criteria, pelanggan merasa bahwa penyedia jasa, lokasi, jam kerja, karyawan dan sistem opersional dirancang dan dioperasionalisasikan sedemikian rupa sehingga pelanggan dapat melakukan akses dengan mudah.

    4. ReIiability and trutsworthinessKriteria ini termasuk dalam process related criteria, pelanggan memahami bahwa apapun yang terjadi mereka bisa mempercayakan segala sesuatunya kepada penyedia jasa beserta karyawan dan sistemnya.

    5. RecoveryKriteria ini masuk dalam process related criteria, pelanggan menyadari bahwa bila ada kesalahan atau bila terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, maka penyedia jasa akan segera mengambil tindakan untuk mengendalikan situasi dan mencari pemecahan yang tepat.

    6. Reputation and dredibilityKriteria ini merupakan image related criteria, pelanggan meyakini bahwa operasi dan penyedia jasa dapat dipercaya dan memberikan nilai atau imbalan yang sesuai dengan pengorbanannya.

  • 20

    a. Definisi Konsep Kualitas Pelayanan

    Kualitas layanan merupakan ukuran penilaian menyeluruh dan

    perbandingan antara layanan yang diharapkan pelanggan dengan kinerja

    aktual yang diterima pelanggan, dalam bentuk upaya pemenuhan kebutuhan

    pelanggan dan dinilai berdasarkan persepsi pasien.

    b. Definisi Operasional Kualitas Pelayanan

    Kualitas pelayanan adalah ukuran penilaian menyeluruh dan

    perbandingan antara layanan yang diharapkan pelanggan dengan kinerja

    aktual yang diterima pelanggan. Parameter yang diukur adalah 5 dimensi

    kualitas layanan yaitu

    1) Bukti langsung (tangible) yaitu penampilan fisik, peralatan, personil dan

    materi komunikasi. Layanan ini meliputi fasilitas fisik, perlengkapan

    pegawai alat-alat atau perlengkapan yang dipergunakan untuk

    menyediakan layanan, representasi fisik dan layanan serta fasilitas-fasilitas

    layanan lainnya untuk keperluan layanan.

    2) Kehandalan (reliability) yaitu kemampuan untuk melaksanakan jasa yang

    dijanjikan dengan terpercaya dan akurat. Hal ini berarti tingkat kehandalan

    di mata pelanggan, meliputi kemampuan memberikan layanan yang

    dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.

    3) Daya tanggap (responsiveness) yaitu kemauan untuk membantu

    pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat.

    4) Jaminan (assurance) pengetahuan dan kesopanan karyawan dan

    kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan.

  • 21

    5) Empathy, kesediaan untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi

    langganan. Layanan sepenuh hati dari perusahaan kepada pelanggan

    berupa perhatian individual, komunikasi yang baik, perhatian individual,

    meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik,

    perhatian individu, dan memahami kebutuhan setiap pelanggannya.

    3. Konsep Kinerja Perawat

    Kinerja adalah permasalahan yang sangat penting dalam suatu organisasi

    untuk mengevaluasi kerja karyawan guna menentukan tingkat atribusi dalam suatu

    perusahaan/organisasi.

    Terdapat dua kategori dasar atribusi:

    1. Atribusi bersifat internal atau disponsional (dihubungkan dengan sifat-sifat

    orang).

    2. Atribusi bersifat eksternal atau situasional (yang dapat dihubungkan dengan

    lingkungan seseorang).

    Misalnya perilaku (dalam hal ini kinerja kerja) dapat ditelusuri hingga ke

    faktor-faktor spesifik seperti kemampuan, upaya, kesulitan, tugas atau nasib baik.

    Meskipun demikian sejumlah faktor yang lain dapat juga mempengaruhi kinerja

    kerja seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja.

    Kinerja dapat didefinisikan sebagai catatan-catatan hasil yang dihasilkan

    dari fungsi atau pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu

    tertentu (Bernardin dan Russel, 1993:74).

    Menurut Mulyadi dan Setyawan (2001 : 352 ) dalam menuju ke masa depan, perusahaan umumnya mendasarkan pada perencanaan tujuan yang hendak dicapai dimasa depan dengan perilaku yang diharapkan dari

  • 22

    keseluruhan personil dalam mewujudkan tujuan tersebut. Untuk mewujudkan tujuan perusahaan dengan perilaku yang diharapkan tersebut, perusahaan memerlukan sistem pengendalian.

    Sistem penghargaan berbasis kinerja merupakan salah satu alat

    pengendalian penting yang digunakan oleh organisasi untuk membangkitkan

    motivasi dalam diri personil dalam bertindak demi kepentingan terbaik organisasi.

    Penghargaan atas kinerja personil dilandasi oleh informasi yang dihasilkan dari

    penilaian atas kinerja personil.

    Kinerja individu merupakan dasar bagi kinerja organisasi. Oleh karena itu

    manajer harus memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai faktor-faktor

    yang mempengaruhi kinerja individu. Ada beberapa faktor yang mengenai kinerja

    individu dengan faktor-faktor tersebut maka kinerja antar individu akan berbeda.

    Kinerja karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Adkins

    (1979:58) terdapat beeberapa faktor pada empat kategori yaitu lingkungan, pasar

    perusahaan dan pekerja/karyawan. Ini dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini:

    Tabel 1. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

    Lingkungan Pasar Instansi Karyawan 1. Ekonomi2. Politik3. Kebudayaan4. Sodial5. Agama6. Teknologi

    1. Potensial2. Segmentasi3. Prospek4. Kompetisi

    1. Reputasi2. Sumber daya

    manusia3. Kemantapan

    manajemen4. Kemantapan

    teknologi5. Bentuk

    pelayanan

    1. Pengalaman.2. Pendidikan dan

    Pelatihan3. Ketrampilan

    teknis4. Komitmen 5. Usaha kualitatif6. Sikap dan tingkah

    laku individu

    Menurut Suyadi (1999:214), kebijakan kinerja suatu organisasi harus diprakarsai dan didukung oleh pimpinan organisasi bersangkutan, karena pemimpin organisasi berkepentingan untuk mengetahui seluruh

  • 23

    unit kerja dan karyawannya berfungsi menjalankan kegiatannya sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya menuju tujuan organisasi.

    Masalah evaluasi manajerial mungkin tidak akan mendapat perhatian besar

    apabila para manajer sama - sama berupaya menunjukkan kemampuan terbaiknya.

    Biasanya pada kebanyakan perusahaan, mempekerjakan manajer untuk

    menjalankan usahanya dan mendelegasikan wewenang pada mereka.

    Dengan demikian struktur organisasi memiliki peranan penting dalam

    mempengaruhi kinerja pada tingkat organisasi maupun tingkat cabang. Seseorang

    yang memegang posisi manajerial, diharapkan mampu menghasilkan suatu kinerja

    manajerial, karena berbeda dengan kinerja karyawan yang pada umumnya bersifat

    konkrit, sedangkan kinerja manajerial adalah bersifat abstrak dan kompleks.

    Menurut Mulyadi dan Setyawan ( 2001 : 352 ) dalam menuju ke masa depan, perusahaan umumnya mendasarkan pada perencanaan tujuan yang hendak dicapai dimasa depan dengan perilaku yang diharapkan dari keseluruhan personil dalam mewujudkan tujuan tersebut. Untuk mewujudkan tujuan perusahaan dengan perilaku yang diharapkan tersebut, perusahaan memerlukan sistem pengendalian.

    Sistem penghargaan berbasis kinerja merupakan salah satu alat

    pengendalian penting yang digunakan oleh organisasi untuk membangkitkan

    motivasi dalam diri personil dalam bertindak demi kepentingan terbaik organisasi.

    Penghargaan atas kinerja personil dilandasi oleh informasi yang dihasilkan dari

    penilaian atas kinerja personil.

    Menurut Mulyadi dan Setyawan ( 2001 : 353 ) tujuan utama penilaian

    kinerja adalah

    Untuk memotivasi personil dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi. Standar

  • 24

    perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam rencana strategis, program dan anggaran organisasi.

    Penilaian kinerja digunakan untuk menekan perilaku yang tidak

    semestinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang semestinya

    diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan,

    baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.

    a. Definisi Konsep Kinerja Perawat

    Menurut Mulyadi dan Setyawan ( 2001 : 353 ) tujuan utama

    penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personil dalam mencapai

    sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah

    ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang

    diinginkan oleh organisasi. Standar perilaku dapat berupa kebijakan

    manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam rencana strategis,

    program dan anggaran organisasi.

    b. Definisi Operasional Kinerja Perawat

    Kinerja Perawat adalah ukuran pencapaian target dalam

    memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien berdasarkan sudut

    pandang manajemen rumah sakit. Indikator yang diukur adalah

    a. Ketepatan terhadap penerapan standar operasi

    b. Kecepatan respon terhadap kebutuhan tindakan

    c. Ketepatan respon yang diberikan dan

    d. Kecepatan pelayanan.

  • 25

  • 26

    4. Hubungan Kualitas Pelayanan dan Kinerja Perawat dengan Kepuasan Pasien

    Day (dalam Tjiptono, 2003:158) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan

    adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidak sesuaian yang dirasakan antara

    harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang

    dirasakan setelah pemakaiannya.

    Menurut Kotler (2005:68) terdapat hubungan yang erat antara mutu

    produk dan pelayanan, kepuasan pelanggan dan profitabilitas perusahaan.

    Semakin tinggi tingkat kualitas menyebabkan semakin tingginya kepuasan

    pelanggan dan juga mendukung harga yang lebih tinggi serta (lebih sering) biaya

    yang rendah. Sedangkan menurut Tjiptono (2003:69) mutu mempunyai hubungan

    yang erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas memberikan suatu dorongan

    kepada pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan.

    Mutu layanan sendiri didefinisikan sebagai ukuran penilaian menyeluruh

    dan perbandingan antara layanan yang diharapkan pelanggan dengan kinerja

    aktual yang diterima pelanggan. Gronroos (dalam Tjiptono, 2003:85) menyatakan

    bahwa mutu layanan sangat dipengaruhi oleh kinerja karyawan, yaitu

    profesonalism and skills, pelanggan menyadari bahwa penyedia jasa, karyawan,

    sistem operasional dan sumber daya fisik, memiliki pengetahuan dan ketrampilan

    yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah pelanggan secara profesional.

    Profesionalism and skills merupakan bagian dari output kinerja yang

    diartikan sebagai hasil yang dihasilkan dari fungsi atau pekerjaan tertentu atau

    kegiatan selama suatu periode waktu tertentu (Bernardin dan Russel, 1993:76).

  • 27

    B. Kerangka Pikir

    Berdasarkan uraian dalam tinjauan pustaka maka dapat disusun kerangka

    pemikiran sebagai berikut :

    Keterangan :Diteliti

    Tidak diteliti

    Gambar 2. Kerangka Pikir

    C. Hipotesis

    Hipotesis yang dikembangkan berdasarkan kerangka pemikiran diatas

    adalah :

    Ada hubungan kualitas pelayanan dan kinerja perawat dengan kepuasan

    pasien di Badan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit Umum Ngudi

    Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar.

  • 28

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    1. Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap RSU Ngudi Waluyo

    Wlingi Kabupaten Blitar.

    Adapun alasan penulis mengambil lokasi tersebut, karena lokasi penelitian

    merupakan tempat kerja penulis dan merupakan rumah sakit daerah yang sedang

    berkembang sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kinerja

    perawat RSU Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar.

    2. Waktu Penelitian

    Waktu untuk mengadakan penelitian ini adalah mulai tanggal Juni 2008

    sampai dengan Januari 2008, dengan perincian kegiatan sebagai berikut :

    Tabel 2 : Jadwal Kegiatan Penelitian Tesis

    No. Kegiatan Waktu Pelaksanakan1. Pengajuan Judul Juni 20082. Penyusunan Pra Proposal Juli Agustus 20083. Persetujuan Pra Proposal Agustus 20084. Penyusunan Proposal Agustus 20085. Seminar Proposal Agustus 20086. Persetujuan Proposal September 20087. Penelitian dan penyusunan hasil September Desember 20088. Ujian Tesis Januari 20089. Revisi Ujian Januari 2008

    10. Pengumpulan Hasil Januari 2008

  • 29

    B. Metode Penelitian

    Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional asosiatif

    dengan pendekatan cross sectional, dimana peneliti melakukan observasi dan

    pengukuran variabel sesaat.

    C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

    1. Populasi

    Semua perawat pada ruang rawat inap di RSU Ngudi Waluyo Wlingi

    Kabupaten Blitar sejumlah 94 orang.

    2. Sampel

    Sebagian perawat dan pasien rawat inap di RSU Ngudi Waluyo

    Wlingi Kabupaten Blitar, dengan jumlah sampel adalah:

    n = 2.1 dN

    N

    = 205,0.941

    94

    = 76,11336032 76 orang

    3. Teknik Sampling

    Teknik sampling yang digunakan adalah Propotional Random

    Sampling yaitu proses pengambilan sampel secara acak dengan jumlah pada

    setiap ruangan diambil secara proposional. Proporsi pengambilan sampel

    disajikan dalam tabel 1 berikut ini :

  • 30

    Tabel 3 : Proporsi Pengambilan Sampel Pada Ruang Rawat Inap Bapekesmas RSUD Wlingi Kabupaten Blitar

    No. Nama RuanganJumlah

    PopulasiProporsi

    Jumlah Sampel

    1 Paviliun 14 11,47 112 Edelweis 13 10,65 113 Anggrek 13 10,65 114 Dahlia I 13 10,65 115 Dahlia II 11 9,00 96 Wijaya kusuma 12 9,01 97 Cempaka 6 4,91 58 Bogenvil 12 9,01 9

    Jumlah 94 76 76

    D. Variabel Penelitian

    1. Variabel independen :

    a) Kualitas Pelayanan (X1)

    1) Reliability (X1.1)

    2) Responsiveness (X1.2)

    3) Assurance (X1.3)

    4) Tangible (X1.4)

    5) Empathy (X1.5)

    b) Kinerja Perawat (X2)

    2. Variabel dependen : Kepuasan Pasien (Y)

    E. Teknik Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik sebagai

    berikut :

  • 31

    1. Komunikasi, baik komunikasi langsung maupun tidak langsung.

    a. Untuk komunikasi tidak langsung peneliti menggunakan instrument

    angket/ kuesioner.

    Kuesioner adalah seperangkat pertanyaan yang disusun untuk

    diajukan kepada responden. Kuesioner ini dimaksudkan untuk

    memperoleh informasi secara tertulis dari responden berkaitan dengan

    tujuan penelitian. Kuesioner untuk penelitian disajikan dalam lampiran

    4.

    b. Sedangkan komunikasi langsung dilakukan dengan cara wawancara/

    interview.

    Interview adalah suatu proses memperoleh informasi untuk tujuan

    penelitian dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung antara

    peneliti dengan responden maupun pihak yang terkait. Teknik ini

    digunakan untuk mencari data yang belum terjawab dalam angket atau

    jawaban yang masih diragukan. Pedoman wawancara bisa dilihat pada

    lampiran 4.

    Sebelum dilakukan penyebaran kuesioner dan wawancara

    dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas berikut ini :

    1) Validitas

    Uji ini digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam

    suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu

    variabel. Daftar ini pada umumnya mendukung suatu kelompok

  • 32

    variabel tertentu. Validitas suatu butir pertanyaan dapat dilihat pada

    hasil output SPSS.

    Menurut Bhuono Agung Nugroho ( 2005 : 68 ) bahwa dalam menilai

    kevalidan masing-masing butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai

    Corrected Item-Total Correlation masing-masing butir pertanyaan.

    Suatu butir pertanyaan dikatakan valid jika nilai r-hitung yang

    merupakan nilai dari Corrected Item-Total Correlation > r-tabel.

    Metode pengukuran yang digunakan yaitu Repeated Measure

    (berulang), artinya pengukuran dilakukan berulang sampai benar-

    benar valid.

    Uji coba kuesioner dilakukan pada 30 orang pasien di Ruang

    Anggrek dan 5 kepala ruangan rawat inap Bapelkesmas RSU Ngudi

    Waluyo Wlingi Blitar, diperoleh hasil seluruh pertanyaan instrument

    penelitian adalah valid.

    2) Reliabilitas

    Apabila suatu alat pengukuran telah dinyatakan valid, maka tahap

    berikutnya adalah mengukur reliabilitas dari alat atau kuesioner.

    Menurut Purbayu Budi Santoso ( 2005 : 251 ) reliabelitas adalah

    ukuran yang menunjukkan konsistensi dari alat ukur dalam megukur

    gejala yang sama dilain kesempatan. Jadi reliabelitas adalah ukuran

    yang menunjukkan kestabilan dalam mengukur. Kestabilan disini

    berarti kuesioner tersebut konsisten jika digunakan untuk mengukur

    konsep atau konstruk dari suatu kondisi ke kondisi yang lain.

  • 33

    Menurut Purbayu Budi Santoso ( 2005 : 251 ) dengan metode One

    Shot dilakukan dengan metode Cronbach Alpha lebih besar dari

    0,60. Dalam Uji Reliabelitas, demikian juga Bhuono Agung Nugroho

    ( 2005 : 72 ) menyatakan bahwa reliabelitas suatu konstruk variabel

    dikatakan baik jika memiliki Cronbach Alpha > 0,60. Lain halnya

    menurut A.Abu Hamid ( 1998 ) dalam Arif Pratista ( 2005 : 43 )

    menyatakan jika hendak mengambil keputusan-keputusan kelompok,

    maka variabel dikatakan reliable ( ajeg ) jika mempunyai koefisien

    relibelitas alpha sebesar 0,5 atau lebih. Dan untuk mengambil

    keputusan individu maka keajegan minimum yang diperbolehkan

    adalah sebesar 0,90.

    Uji coba kuesioner dilakukan pada 30 orang pasien di Ruang

    Anggrek Bapelkesmas RSU Ngudi Waluyo Wlingi Blitar, diperoleh

    hasil seluruh pertanyaan adalah reliabel.

    Hasil uji validitas dsn reliabilitas selengkapnya dapat dilihat dlam

    lampiran 5.

    F. Teknik Analisa Data

    1. Uji Prasyarat Analisis

    a. Normalitas Data

    Untuk melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji

    analisis statistik parametris, data yang akan diuji harus terdistribusi

    normal (Sugiyono, 2008 : 75). Pengujian normalitas menggunakan

  • 34

    metode kolmogorov smirnov dengan taraf signifikan 5%, sehingga

    kelompok data yang memiliki distribusi normal apabila nilai z hasil

    analisis < 1,96.

    b. Multikonearitas

    Multikonearitas adalah suatu keadaan yang menggambarkan adanya

    hubungan linear yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau

    semua variabel independen dari model yang diteliti

    (Damodar,1995:39)

    Cara untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas menurut Hair

    dkk (1995) yaitu dengan melihat besarnya nilai Variance Inflation

    Factor (VIF). Apabila nilai VIF berapa pada kisaran 0,10 sampai 10

    maka tidak terjadi multikolinearitas, sebaliknya jika tidak berada pada

    kisaran tersebut maka terjadi multikolinearitas. (Murtiyani,2001:72).

    c. Heteroskedastisitas

    Adalah varian tiap unsur disturbance uji, yang muncul dalam fungsi

    regresi itu bersifat homokedasitas yaitu semua gangguan memiliki

    varian yang sama. Model regresi yang baik tidak mempunyai

    heteroskedastisitas. Dengan adanya asumsi ini dapat dilakukan dengan

    menggunakan uji Spearman rank correlation. Korelasi ranking

    Spearman darat dihitung dengan formula :

    )1N(N

    d61r

    2

    2i

    s

  • 35

    Pengujian ini menggunakan distribusi t dengan membandingkan nilai t

    hitung dengan t tabel. Jika nilai t hitung lebih besar dari t tabel maka

    pengujian menolak hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak terdapat

    heteroskedasisitas pada model regresi. Nilai t hitung dapat ditentukan

    dengan formula:

    2s

    s

    r1

    2Nrt

    Dengan degree of freedom (d.f) = N-2

    Keterangan :

    rs = Korelasi rangking Spearmand1 = Selisih rangking standar deviasi (S) dan ranking nilai

    mutlak error (e). nilai e = Y - Y N = Banyaknya sampel t = t hitung (Algifari,1997)

    d. Autokorelasi

    Adalah korelasi antara anggota sampel yang diurutkan berdasarkan

    waktu. Penyimpangan asumsi ini biasanya muncul pada observasi

    yang menggunakan catatan seri. Konsekuensi adanya autokorelasi

    dalam suatu model regresi adalah varian sampel tidak dapat

    menggambarkan varian populasinya. Lebih jauh lagi, model regresi

    yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai varian

    dependen pada nilai variabel independen tertentu. Untuk mendiaknosis

    adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui

    pengujian terhadap nilai Durbin Watson (uji D). (Algifari, 1997:81).

  • 36

    2. Analisis Deskriptif

    Analisis yang digunakan untuk menghasilkan gambaran dari data

    yang telah terkumpul berdasarkan jawaban responden adalah melalui

    distribusi item dari masing-masiang variable. Penyajian data yang telah

    terkumpul pembahasannya secara deskriptif dilakukan dengan menggunakan

    tabel frekuensi.

    3. Teknik Analisis Regresi Linear

    Untuk mengetahui kuat pengaruh masing-masing variabel bebas

    terhadap variabel terikat, dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi

    liner berganda dalam persamaan sebagai berikut:

    Y= a + b1x11 + b2 x12 + b3 x13+ b4 x14+ b4 x15++ b4 x2

    Keterangan :

    Y = Kepuasan Pasienbn = Koefisien regresi peubah bebasXn = Peubah bebase = Kesalahan (error)a = Interception Point

    4. Uji Hipotesis

    a. Uji F merupakan pengujian yang mengukur seberapa besar hubungan

    variabel bebas (x1x2) secara bersama-samaa terhaadap variabel terikat

    (y).

    b. Uji t merupakan pengujian distribusi serangkaian sampel dengan suatu

    distribusi teoritis tertentu.

  • 37

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Lokasi Penelitian

    Berikut ini akan dijelaskan tentang hasil penelitian yang dilakukan

    di Bapelkesmas RSU Ngudi Waluyo Wlingi selama bulan September sampai

    dengan Oktober 2008 dengan jumlah responden 78 perawat sesuai dengan kriteria

    pengambilan sampel. Hasil penyajian data ini diperoleh rnelalui pengisian

    kueisoner oleh responden mengenai variabel Kualitas Layanan, Kinerja, dan

    Kepuasan Pasien. Gambaran umum Bapelkesmas RSU Ngudi Waluyo Wlingi

    Kabupaten Blitar adalah sebagai berikut :

    Rumah Sakit Umum Daerah Ngudi Waluyo Wlingi terletak di Jl. Dr.

    Sucipto no 5 Kecarnatan Wlingi Kabupaten Blitar. Rumah sakit tipe B

    terakreditasi yang menyediakan layanan kesehatan umum baik rawat inap maupun

    rawat jalan. Pelayanan rawat jalan meliputi poli umum, poli dalam, poli bedah,

    poli mata, poli paru, poli kulit dan kelamin, poli kandungan, poli anak. Sedangkan

    rawat inap terdiri dari bangsal anak, bangsal penyakit dalam ruang Dahlia I

    (MPKP) dan ruang Dahlia II, ruang ICU dan ruang ICCU (Wijaya Kusuma),

    ruang Cempaka, ruang Edelwais, ruang Flamboyan dan Bugenfile. Fasilitas lain

    yang disediakan rumah sakit antara lain unit radiology, unit laboratorium patologi

    klinik, dan kamar jenasah. Rumah sakit ini dipimpin oleh kepala badan dan

    dibantu oleh 3 kepala bidang dan 1 sekretaris.

  • 38

    B. Deskripsi Data Penelitian

    Data hasil penelitian yang disajikan dalam lampiran 6, kemudian dianalisis

    secara deskriptif dengan mencari rata-rata jawaban responden untuk setiap item

    pertanyaan. Hasilnya adalah sebagai berikut :

    1. Kualitas Layanan

    a. Dimensi Reliability

    Pada dimensi reliability rata-rata skor penilaian hasil jawaban responden

    adalah sebagai berikut :

    Tabel 4. Rata-Rata Skor Penilaian Jawaban Responden Pada Dimensi Reliability

    No Pertanyaan Skor rata-Rata

    1Kesesuaian pelayanan yang diberikan dengan harapan pasien 3,06

    2 Kepercayaan pasien pada rumah sakit 3,04

    3Kesesuaian dengan harapan pasien pada sebelum pasien pernah mendapat pelayanan 2,99

    4Kesesuaian dengan informasi yang diberikan 3,10

    5 Kebenaran diagnosa 3,05

    Berdasarkan tabel diatas dapat disusun diagram batang berikut ini :

    3,06

    3,04

    2,99

    3,1

    3,05

    2,92

    2,94

    2,962,98

    3

    3,02

    3,04

    3,063,08

    3,1

    3,12

    1 2 3 4 5

    Nomer Soal

    Rat

    a-R

    ata

    Sko

    r

    Gambar 3. Rata-rata skor untuk setiap nomer soal dalam dimensi reliability

  • 39

    Diagram batang dalam gambar 3 menunjukkan bahwa pada dimensi

    reliability, skor tertinggi pada kesesuaian pelayanan dengan informasi dan

    terendah pada kesesuaian dengan harapan pasien pada sebelum pasien

    pernah mendapat pelayanan.

    b. Dimensi Responsiveness

    Pada dimensi responsiveness rata-rata skor penilaian hasil jawaban

    responden adalah sebagai berikut :

    Tabel 5. Rata-Rata Skor Penilaian Jawaban Responden Pada Dimensi Responsiveness

    No Pertanyaan Skor rata-Rata1 Kelengkapan informasi 3,052 Kecepatan respon perawat 2,903 Keramahan dan kesabaran perawat 3,134 Kesiagaan perawat 3,005 Tanggung jawab perawat 3,03

    Berdasarkan tabel diatas maka dapat disusun diagram batang sebagai

    berikut :

    3,05

    2,9

    3,13

    33,03

    2,75

    2,8

    2,85

    2,9

    2,95

    3

    3,05

    3,1

    3,15

    6 7 8 9 10

    Nomer Soal

    Rat

    a-R

    ata

    Sko

    r

    Gambar 4. Rata-rata skor untuk setiap nomer soal dalam dimensi responsiveness

  • 40

    Berdasarkan gambar 4, nampak bahwa pada dimensi responsiveness, skor

    tertinggi pada keramahan dan kesabaran perawat, dan terendah pada

    kecepatan respon perawat.

    c. Dimensi Assurance

    Pada dimensi assurance rata-rata skor penilaian hasil jawaban responden

    adalah sebagai berikut :

    Tabel 6. Rata-Rata Skor Penilaian Jawaban Responden Pada DimensiAssurance

    No Pertanyaan Skor rata-Rata1 Kenyamanan rumah sakit 3,012 Kesantunan perawat 3,003 Kemampuan memberikan informasi 3,044 Perhatian pada pasien 3,145 Kepedulian perawat 3,00

    Berdasarkan tabel diatas dpat disusun diagram batang berikut ini :

    3,01 3

    3,04

    3,14

    3

    2,9

    2,95

    3

    3,05

    3,1

    3,15

    3,2

    11 12 13 14 15

    Nomer Soal

    Rat

    a-R

    ata

    Sko

    r

    Gambar 5. Rata-rata skor untuk setiap nomer soal dalam dimensi assurance

  • 41

    Berdasarkan gambar 5, nampak bahwa pada dimensi assurance, skor

    tertinggi pada perhatian pada pasien, dan terendah pada kepedulian dan

    kesantunan perawat.

    d. Dimensi Empathy

    Pada dimensi empathy rata-rata skor penilaian hasil jawaban responden

    adalah sebagai berikut :

    Tabel 7. Rata-Rata Skor Penilaian Jawaban Responden Pada Dimensi Empathy

    No Pertanyaan Skor rata-Rata1 Kesan yang diberikan pada pasien 2,952 Pemahaman pada kebutuhan pasien 3,093 Pengertian pada pasien dan keluarga 2,964 Sopan santun 3,145 Kepedulian perawat 3,09

    Berdasarkan tabel diatas dapat disusun diagram batang berikut ini :

    2,95

    3,09

    2,96

    3,14

    3,09

    2,85

    2,9

    2,95

    3

    3,05

    3,1

    3,15

    3,2

    16 17 18 19 20

    Nomer Soal

    Rat

    a-R

    ata

    Sko

    r

    Gambar 6. Rata-rata skor untuk setiap nomer soal dalam dimensi empathy

  • 42

    Berdasarkan gambar 6 nampak bahwa pada dimensi empathy, skor

    tertinggi pada sopan santun dan terendah pada penciptaan kesan kepada

    pasien dan keluarganya.

    e. Dimensi Tangible

    Pada dimensi tangible rata-rata skor penilaian hasil jawaban responden

    adalah sebagai berikut :

    Tabel 8. Rata-Rata Skor Penilaian Jawaban Responden Pada DimensiTangible

    No Pertanyaan Skor rata-Rata1 Kecanggihan peralatan 2,962 Kecukupan fasilitas 3,033 Profesionalisme perawat 3,08

    4Keseuaian peralatan dengan kebutuhan 2,99

    5 Sarana komunikasi 2,96

    Berdasarkan tabel diatas dapat disusun diagram batang berikut ini :

    2,96

    3,03

    3,08

    2,99

    2,96

    2,9

    2,92

    2,942,96

    2,98

    3

    3,02

    3,043,06

    3,08

    3,1

    21 22 23 24 25

    Nomer Soal

    Rat

    a-R

    ata

    Sko

    r

    Gambar 7. Rata-rata skor untuk setiap nomer soal dalam dimensi assurance

  • 43

    Berdasarkan gambar 7, nampak bahwa pada dimensi tangible, skor

    tertinggi pada profesionalisme perawat dan terendah pada penciptaan sarana

    komunikasi dan kecanggihan peralatan.

    2. Kinerja

    Rata-rata skor kinerja perawat berdasarkan hasil penilaian atasan perawat

    adalah sebagai berikut :

    Tabel 9. Rata-Rata Skor Penilaian Jawaban Responden Pada Kinerja Perawat

    No Pertanyaan Skor rata-Rata1 Kecepatan 3,052 Kepatuhan pada peraturan 2,993 Kompetensi 2,994 Kreatifitas 3,135 Kerja sama 3,09

    Berdasarkan tabel diatas dapat disusun diagram sebagai berikut :

    3,05

    2,99 2,99

    3,13

    3,09

    2,9

    2,95

    3

    3,05

    3,1

    3,15

    Kec

    epat

    an

    Kep

    atuh

    anpa

    dape

    ratu

    ran

    Kom

    pete

    nsi

    Kre

    atifi

    tas

    Ker

    ja s

    ama

    Nomer Soal

    Rat

    a-R

    ata

    Sko

    r

    Gambar 8. Rata-rata skor untuk setiap parameter penilaian kinerja

  • 44

    Berdasarkan gambar 8 nampak bahwa kinerja perawat, skor tertinggi pada

    kreatifitas dan terendah pada kompetensi dan kepatuhan pada peraturan di

    rumah sakit.

    3. Kepuasan Pasien

    Rata-rata skor kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan perawat

    adalah sebagai berikut :

    Tabel 10. Rata-Rata Skor Penilaian Jawaban Responden Pada Kepuasan pasien

    No Pertanyaan Skor rata-Rata

    1Kepuasan pada jasa pengobatan dan perawatan 3,05

    2Kepuasan pada keseluruhan jasa kesehatan yang diberikan rumah sakit 3,10

    3Kepuasan pada peralatan yang dimiliki oleh rumah sakit 3,04

    4 Kecepatan pelayanan 3,035 Ketepatan 2,976 Kepuasan pada pelayanan 2,99

    Berdasarkan tabel diatas dapat disusun diagram berikut ini :

    3,05

    3,1

    3,043,03

    2,972,99

    2,9

    2,95

    3

    3,05

    3,1

    3,15

    1 2 3 4 5 6

    Nomer Soal

    Ra

    ta-R

    ata

    Sk

    or

    Gambar 9. Rata-rata skor untuk setiap parameter kepuasan

  • 45

    Pada gambar 9 nampak bahwa kepuasan pasien, skor tertinggi pada jasa

    rumah secara keseluruhan dan terendah pada ketepatan.

    A. Uji Persyaratan Analisis

    1. Uji Normalitas

    Untuk melakukan uji hipotesis dengan menggunakan metode statistik

    parametris maka data yang digunakan harus terdistribusi normal. Hasil uji

    normalitas disajikan dalam lampiran 7. Normalitas data dapat diketahui dari uji

    Kolomogorov Smirnov yang hasilnya adalah sebagai berikut :

    Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Data dengan Menggunakan Metode Uji Kolomogorov Smirnov

    No. Variabel Z P-Value1. Reliability 0,140 0,0012. Responsiveness 0,176 0,0003. Assurance 0,166 0,0004. Empathy 0,177 0,0005. Tangible 0,159 0,0006. Kinerja 0,193 0,0007. Kepuasan 0,185 0,000

    Berdasarkan tabel 10, Z untuk variabel reliability, responsiveness, assurance,

    assurance, empathy, tangible, kinerja dan kepuasan kurang dari 1,96 yang. Hal

    ini berarti data seluruh variabel terdistribusi normal.

    2. Uji Multikolinearitas

    Untuk membuktikan bahwa antar variabel bebas dalam penelitian tidak

    memiliki hubungan yang bermakna (multikolinearitas) dapat dilakukan dengan

    menggunakan acuan nilai varian inflation factor (VIF), dengan ketentuan apabila

    nilai VIF berkisar antara 0,1 sampai dengan 10 maka multikolinearitas tidak

  • 46

    terjadi. Hasil analisis kolinearitas disajikan dalam lampiran 7, menunjukkan

    bahwa nilai VIF untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

    Tabel 12. Hasil Uji Kolinearitas Untuk Masing-Masing Variabel Bebas dalam Penelitian

    Statistik KolinearitasVariabel Bebas Tolerance VIFReliability ,791 1,264Responsiveness ,746 1,340Assurance ,744 1,345Empathy ,594 1,685Tangible ,696 1,437Kinerja ,604 1,656

    Berdasarkan tabel 11 nampak bahwa nilai VIF untuk seluruh variabel bebas

    penelitian dalam range 0,1 sampai dengan 10, yang berarti tidak terjadi

    multikolinearitas antara variabel bebas.

    3. Uji Heterokedasitas

    Uji heterokedasitas dilakukan dengan menggunakan analisis spearman rho

    antara variabel bebas dengan residual. Berdasarkan hasil uji pada lampiran 7

    menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas tidak memiliki hubungan yang

    signifikan dengan residual yang berarti varian data variabel yang dianalisa adalah

    homogen.

    4. Uji Autokorelasi

    Uji gejala autokorelasi dilakukan dengan melihat hasil Durbin Watson. Hasil

    Durbin-Watson (d) rata-rata d=2 dengan level signifikansi 0,05 (5%) dan k

    (regressor)=5 dan n (observasi)=78 diperoleh nilai dL=1,689; 4-dL= 2,311;

    dU=1,480; dan 4 dU=2,520. Dengan demikian D.W.U null hypothesis

  • 47

    didukung dengan kata lain tidak ada korelasi serial diantara disturbance terms,

    sehingga variabel tersebut independen (nonautokorelasi) atau dengan rumus r=1-

    d/2, maka r=0, sehingga tidak terjadi autokorelasi serial.

    B. Uji Hipotesis

    1. Persamaan Regresi

    Berdasarkan hasil analisis yang disajikan dalam lampiran 8, diperoleh

    persamaan sebagai berikut :

    Y = 4,39 + 0,21 X11 + 0,14 X12 + 0,08 X13 + 0,24 X14 + 0,20 X15 + 0,08 X2

    Keterangan :

    X11 = Reliability

    X12 = Responsiveness

    X13 = Assurance

    X14 = Empathy

    X15 = Tangible

    X2 = Kinerja

    Y = Kepuasan Pasien

    Berdasarkan persamaan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

    a. Jika seluruh variabel bebas bernilai 0 maka kepuasan pelanggan sebesar 4,39

    satuan.

    b. Jika variabel reliability meningkat 1 satuan dan variabel lainnya konstan

    maka variabel kepuasan akan bertambah sebesar 0,21. Hal ini berarti

    pengaruh yang diberikan oleh variabel reliability adalah positif.

  • 48

    c. Jika variabel responsiveness meningkat 1 satuan dan variabel lainnya

    konstan maka variabel kepuasan akan bertambah sebesar 0,14. Hal ini

    berarti pengaruh yang diberikan oleh variabel reliability adalah positif.

    d. Jika variabel assurance meningkat 1 satuan dan variabel lainnya konstan

    maka variabel kepuasan akan bertambah sebesar 0,08. Hal ini berarti

    pengaruh yang diberikan oleh variabel reliability adalah positif.

    e. Jika variabel empathy meningkat 1 satuan dan variabel lainnya konstan

    maka variabel kepuasan akan bertambah sebesar 0,25. Hal ini berarti

    pengaruh yang diberikan oleh variabel reliability adalah positif.

    f. Jika variabel kinerja meningkat 1 satuan dan variabel lainnya konstan maka

    variabel kepuasan akan bertambah sebesar 0,10. Hal ini berarti pengaruh

    yang diberikan oleh variabel reliability adalah positif.

    2. Koefisien Determinasi

    Besarnya kuat pengaruh seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat

    ditunjukkan oleh nilai R2. Berdasarkan hasil analisis dalam lampiran 8,

    besarnya nilai R2 adalah 0,782 atau 78,2%. Hal ini berarti faktor mutu layanan

    dan kinerja memberikan pengaruh kepada kepuasan pasien sebesar 78,2%,

    sedangkan 11,8% sisanya dipengaruhi oleh faktor diluar kualitas layanan dan

    kinerja perawat.

    3. Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Kinerja terhadap Kepuasan Pasien Secara Simultan

    Pengaruh secara bersama-sama kualitas pelayanan dan kinerja terhadap

    kepuasan pasien ditunjukkan oleh nilai F. Besarnya nilai F hasil perhitungan

    dalam lampiran 8 adalah 42,431. Sedangkan nilai F yang diperoleh dari tabel

  • 49

    (F Tabel atau harga kritis F), dengan parameter dk pembilang = 6 -1 -1 = 4 dan

    dk penyebut 78, untuk 5% diperoleh nilai F sebesar 2,48. Daerah penerimaan

    Ho adalah sebelah kiri harga kritis F, karena F hitung terletak disebelah kanan

    harga kritis F (Fhitung > F tabel) maka berada pada daerah penolakan Ho dan

    daerah penerimaan H1 yang berarti ada pengaruh yang signifikan

    4. Hubungan Kualitas Pelayanan dan Kinerja Perawat terhadap Kepuasan Pasien Secara Parsial

    d. Hubungan Kualitas Pelayanan pada Dimensi Reliabilitas terhadap Kepuasan

    Pasien

    Hipotesis pada pengujian ini adalah :

    Ho : Tidak ada hubungan Kualitas pelayanan pada dimensi reliabilitas

    terhadap kepuasan pasien.

    H1 : Ada hubungan Kualitas pelayanan pada dimensi reliabilitas

    terhadap kepuasan pasien.

    Ho akan diterima jika t hitung < t tabel, dan Ho akan ditolak jika t hitung

    lebih dari t tabel.

    Hasil analisis dalam lampiran 8 menunjukkan nilai t hitung sebesar 4,771.

    Karena t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada

    hubungan kualitas pelayanan pada dimensi reliabilitas terhadap kepuasan

    pasien.

    e. Hubungan Kualitas Pelayanan pada Dimensi Responsiveness terhadap

    Kepuasan Pasien

    Hipotesis pada pengujian ini adalah :

  • 50

    Ho : Tidak ada hubungan kualitas pelayanan pada dimensi

    responsiveness terhadap kepuasan pasien.

    H1 : Ada hubungan kualitas pelayanan pada dimensi responsiveness

    terhadap kepuasan pasien.

    Ho akan diterima jika t hitung < t tabel, dan Ho akan ditolak jika t hitung

    lebih dari t tabel. Besarnya nilai t tabel untuk pengujian 2 pihak dan 5%

    dengan n sebesar 78 diperoleh dari perhitungan pada lampiran 13.

    Hasil analisis dalam lampiran 8 menunjukkan nilai t hitung sebesar 2,485.

    Karena t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada

    hubungan kualitas layanan pada dimensi responsiveness terhadap kepuasan

    pasien.

    c. Hubungan Kualitas Pelayanan pada Dimensi Assurance terhadap Kepuasan

    Pasien

    Hipotesis pada pengujian ini adalah :

    Ho : Tidak ada hubungan Kualitas pelayanan pada dimensi assurance

    terhadap kepuasan pasien.

    H1 : Ada hubungan Kualitas pelayanan pada dimensi assurance

    terhadap kepuasan pasien.

    Ho akan diterima jika t hitung < t tabel, dan Ho akan ditolak jika t hitung

    lebih dari t tabel. Besarnya nilai t tabel untuk pengujian 2 pihak dan 5%

    dengan n sebesar 78 diperoleh dari perhitungan t untuk n = 60 sebesar 1,671

    dan t untuk n = 120 sebesar 1,658.

  • 51

    Hasil analisis dalam lampiran 8 menunjukkan nilai t hitung sebesar 1,635

    Karena t hitung < t tabel maka Ho diterima dan H1 ditolak, yang berarti

    tidak ada hubungan kualitas pelayanan pada dimensi assurance terhadap

    kepuasan pasien.

    d. Hubungan Kualitas Pelayanan pada Dimensi Empathy terhadap Kepuasan

    Pasien

    Hipotesis pada pengujian ini adalah :

    Ho : Tidak ada hubungan Kualitas pelayanan pada dimensi empathy

    terhadap kepuasan pasien.

    H1 : Ada hubungan Kualitas pelayanan pada dimensi empathy terhadap

    kepuasan pasien.

    Ho akan diterima jika t hitung < t tabel, dan Ho akan ditolak jika t hitung

    lebih dari t tabel. Besarnya nilai t tabel untuk pengujian 2 pihak dan 5%

    dengan n sebesar 78 diperoleh dari perhitungan t untuk n = 60 sebesar 1,671

    dan t untuk n = 120 sebesar 1,658.

    Hasil analisis dalam lampiran 8 menunjukkan nilai t hitung sebesar 2,252

    Karena t hitung > t tabel maka Ho diterima dan H1 ditolak, yang berarti ada

    hubungan kualitas pelayanan pada dimensi empathy terhadap kepuasan

    pasien.

    e. Hubungan Kualitas pelayanan pada Dimensi Tangible terhadap Kepuasan

    Pasien

    Hipotesis pada pengujian ini adalah :

  • 52

    Ho : Tidak ada hubungan kualitas pelayanan pada dimensi tangible

    terhadap kepuasan pasien.

    H1 : Ada hubungan kualitas pelayanan pada dimensi tangible terhadap

    kepuasan pasien.

    Ho akan diterima jika t hitung < t tabel, dan Ho akan ditolak jika t hitung

    lebih dari t tabel. Besarnya nilai t tabel untuk pengujian 2 pihak dan 5%

    dengan n sebesar 78 diperoleh dari perhitungan t untuk n = 60 sebesar 1,671

    dan t untuk n = 120 sebesar 1,658.

    Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan nilai t hitung sebesar 1,512

    Karena t hitung > t tabel maka Ho diterima dan H1 ditolak, yang berarti ada

    hubungan kualitas pelayanan pada dimensi tangible terhadap kepuasan

    pasien.

    E. Kesimpulan Pengujian Hipotesis

    Setelah melakukan uji hipotesis maka peneliti dapat mengambil

    kesimpulan sebagai berikut :

    1. Nilai t untuk seluruh dimensi kualitas layanan selain dimensi assurance

    lebih dari nilai t tabel (1,660) yaitu 4,771 untuk reliability, 2,485 untuk

    responsiveness, 4,852 untuk empathy dan 3,789 untuk tangible, yang

    berarti ada pengaruh terhadap kepuasan pasien. Sedangkan dimensi

    assurance memiliki nilai t kurang dari nilai t tabel yaitu 1,635 yang

    berarti tidak memiliki pengaruh terhadap kepuasan pasien.

  • 53

    2. Nilai t untuk kinerja perawat adalah 1,512, kurang dari t tabel (1,660)

    yang berarti kinerja perawat tidak memiliki pengaruh terhadap kepuasan

    pasien.

    3. Besarnya nilai F hasil perhitungan adalah 42,431 lebih dari nilai F tabel

    (2,48) yang berarti secara bersama-sama kualitas pelayanan dan kinerja

    memiliki pengaruh terhadap kepuasan pasien.

    F. Penafsiran Hasil Analisa Data

    Setelah dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis kemudian

    dilakukan pembahasan hasil analisis data. Pembahasan hasil analisis data

    sebagai berikut :

    1. Hubungan Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien

    Nilai t untuk seluruh dimensi kualitas layanan selain dimensi assurance

    lebih dari nilai t tabel (1,660) yaitu 4,771 untuk reliability, 2,485 untuk

    responsiveness, 4,852 untuk empathy dan 3,789 untuk tangible, yang berarti

    ada pengaruh terhadap kepuasan pasien. Sedangkan dimensi assurance

    memiliki nilai t kurang dari nilai t tabel yaitu 1,635 yang berarti tidak

    memiliki pengaruh terhadap kepuasan pasien. Pada uji hipotesis secara parsial

    diketahui bahwa dimensi assurance tidak memberikan pengaruh yang

    signifikan sedangkan pada dimensi lainnya pengaruhnya cukup signifikan.

    Hasil penelitian ini memberikan hasil, yaitu dimensi empathy

    dibandingkan dengan empat dimensi pelayanan lainnya memberikan hasil

    yang paling signifikan, dengan nilai t tertinggi dan nila B tertinggi.

  • 54

    Berdasarkan hasil tersebut maka sangat diperlukan upaya untuk meningkatkan

    pelayanan pada dimensi empathy ini, misalnya melalui kursus kepribadian

    untuk perawat. Sedangkan nilai yang paling menonjol dari dimensi empathy

    adalah pada sopan santun perawat, dan yang terendah adalah pada penciptaan

    kesan.

    Kondisi ini berarti nilai tambah (value added) dalam pelayanan rawat inap

    di Bapelkesmas RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar adalah pada

    sopan santun yang ditunjukkan oleh perawat. Sedangkan yang dapat

    merugikan adalah kurangnya upaya pencitraan rumah sakit kepada masyarakat

    dengan cara pemberian kesan yang baik dari perawat kepada pasien.

    Permasalahan ini menunjukkan bahwa walaupun memiliki kelebihan dalam

    sopan santun kepada pasien tetapi perawat kurang memperhatikan pencitraan

    pada dirinya, misalnya saja kerapian, baik pada diri perawat maupun pada

    lingkungan perawatan.

    Penelitian yang dilakukan oleh Hamsar (2005), menunjukkan bahwa pada

    Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan, dimensi mutu layanan yang

    paling berpengaruh terhadap kepuasan pasien adalah dimensi responsiveness.

    Hal ini menunjukkan bahwa pada dimensi mutu layanan yang berpengaruh

    pada kepuasan pasien pada yang memiliki latar belakang kultur yang berbeda,

    memberikan pengaruh yang berbeda, sehingga penekanan dari sebuah

    penerapan mutu layanan pada rumah sakit sebaiknya disesuaikan dengan

    mayoritas kultur masyarakat yang dilayaninya. Antara penelitian yang

    dilakukan oleh Hamsar (2005), dengan hasil penelitian ini menunjukkan

  • 55

    kesamaan yaitu seluruh dimensi mutu layanan memberikan pengaruh pada

    kepuasan pasien akan tetapi pada masyarakat di Medan Sumetera Utara, hal

    yang paling berpengaruh terhadap kepuasan adalah kecepatan respon,

    sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan pasien pada

    masyarakat Blitar Jawa Timur, kepuasan pasien lebih banyak ditimbulkan dari

    dimensi empathy.

    2. Hubungan Kinerja Terhadap Kepuasan Pasien

    Nilai t untuk kinerja perawat adalah 1,512, kurang dari t tabel (1,660) yang

    berarti kinerja perawat tidak memiliki pengaruh terhadap kepuasan pasien. Hal

    ini menunjukkan bahwa penilaian kinerja yang dilakukan oleh atasan perawat

    tidak memberikan kontribusi yang signifikan dalam menciptakan kepuasan

    pasien.

    Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kondisi ini, menurut Wijono

    (2007) pelayanan kesehatan memiliki ciri khas tersendiri karena memberikan

    pelayanan pada orang sakit, sehingga kekauan pada prosedur kadang kala

    malah menciptakan ketidakpuasan.

    Sebagai contohnya adalah untuk menunjukkan kinerja yang baik perawat

    secara disiplin mencoba untuk kunjungan kepada pasien, sesuai dengan aturan

    jam besuk, akan tetapi disisi lain ada beberapa keperluan pasien yang tidak

    dapat dipenuhi oleh pihak rumah sakit, dalam hal ini perawat. Kontradiksi ini

    menimbulkan ketidakpuasan pasien karena ada kebutuhan pasien yang

    seharusnya dapat terpenuhi oleh keluarganya akan tetapi terbatasi oleh jam

  • 56

    kunjung. Kondisi ini membutuhkan kreativitas perawat untuk mensikapi agar

    tidak terjadi ketdakpuasan pada pasien.

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Latief (2005) menunjukkan hal yang

    berbeda, yaitu peningkatan kinerja perawat dengan peningkatan mutu layanan

    dapat berjalan seiring untuk menciptakan kepuasan pasien.

    Hasil penelitian yang dilakukan memberikan perbedaan dengan penelitian

    terdahulu tersebut disebabkan dalam melakukan penilaian kinerja perawat

    atasan memiliki indikator yang berbeda dengan penilaian yang diberikan oleh

    pasien. Selain perbedaan indikator, perbedaan sudut pandang juga

    memberikan perbedaan penilaian, misalnya seorang atasan akan memberikan

    nilai plus jika perawat dapat melakukan pelayanan yang efektif, cepat dan

    tepat. Berbeda dengan keinginan pasien yang ingin berlama-lama untuk

    diperhatikan. Adanya dua kondisi yang kontradiktif ini membutuhkan sebuah

    kebijakan dari pihak rumah sakit yang dapat menjembatani antara kebutuhan

    pasien dengan kebutuhan kinerja perawat.

    3. Hubungan Kualitas Pelayanan dan Kinerja Terhadap Kepuasan Pasien

    Besarnya nilai F hasil perhitungan adalah 42,431 lebih dari nilai F tabel

    (2,48) yang berarti secara bersama-sama kualitas pelayanan dan kinerja

    memiliki pengaruh terhadap kepuasan pasien.

    Kualitas pelayanan dengan mengambil sudut pandang pasien mememiliki

    hubungan yang lebih kuat dengan kepuasan pasien dibandingkan dengan

    kinerja pelayanan menurut sudut pandang manajemen. Hal ini disebabkan

    karena parameter kualitas pelayanan menurut pasien sama dengan parameter

  • 57

    kepuasan pasien sehingga dapat berjalan seiring, sedangkan kinerja pelayanan

    menurut manajemen memiliki parameter yang berbeda dengan kepuasan

    pasien sehingga tidak dpat berjalan seiring.

    Penelitian yang dilakukan oleh Latief (2005) menunjukkan bahwa kinerja

    yang diukur dengan mempertimbangkan kepuasan pasien akan memberikan

    keuntungan dalam jangka panjang yang berupa loyalitas pasien.

    Perubahan konsep pelayanan yang selalu menilai hasil kerja bukan lagi

    berdasarkan hasil dari pelayanan akan tetapi cenderung pada bagaimana

    pelayanan diberikan dan mengutamakan nilai-nilai yang diberikan oleh

    konsumen nampaknya belum sepenuhnya dapat diadopsi oleh pihak

    manajemen Bapelkesmas RSU Ngudi Waluyo akibatnya terdapat perbedaan

    cara pandang dalam memberikan enilaian hasil kerja perawat menurut pasien

    dan menurut manajemen. Kondisi ini memerlukan suatu perubahan paradigma

    di tubuh manajemen rumah sakit, bukan lagi menilai hasil kerja perawat dari

    sudut pandang keuntungan yang diperoleh oleh rumah sakit akan tetapi pada

    kepuasan yang dirasakan oleh pasien, karena kepuasan pada pasien akan

    menciptakan loyalitas dan bermuara pada keuntungan bagi rumah sakit dalam

    jangka pendek dan jangka panjang, akan tetapi jika sudut pandangnya adalah

    keuntungan bagi rumah sakit dalam jangka pendek maka kadngkala harus

    mengalahkan kepuasan pasien yang berakibat pada hilangnya loyalitas yang

    akan merugikan rumah sakit dalam jangka panjang.

  • 58

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Hasil analisis data dan interpretasi hasil penelitian serta pembahasan, maka

    dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

    1. Ada pengaruh kualitas pelayanan pada dimensi reliability, responsiveness,

    tangible dan empathy terhadap kepuasan pasien rawat inap di Bapelkesmas

    RSU Ngudi Waluyo Wlingi Blitar. Sedangkan pada dimensi assurance tidak

    memiliki pengaruh terhadap kepuasan pasien.

    2. Pengaruh kinerja perawat terhadap kepuasan pasien rawat inap di

    Bapelkesmas RSU Ngudi Waluyo Wlingi Blitar adalah tidak signifikan.

    3. Secara bersama-sama kualitas pelayanan dan kinerja memiliki pengaruh

    terhadap kepuasan pasien.

    B. Implikasi

    Berdasarkan kesimpulan di atas maka implikasi yang dapat diberikan adalah

    sebagai berikut :

    1. Dengan adanya pengaruh kualitas pelayanan pada dimensi reliability,

    responsiveness, empathy dan tangible terhadap kepuasan pasien maka

    keempat dimensi tersebut memiliki peranan dalam menciptakan loyalitas

    pasien yang berarti dapat meningkatkan nilai ekonomis pelayanan rumah

  • 59

    sakit. Sedangkan dimensi assurance tidak memberikan dampak yang berarti

    dalam meningkatkan nilai ekonomis pelayanan rumah sakit.

    2. Kinerja perawat dipandang dari sudut pandang manajemen tidak memberikan

    pengaruh terhadap kepuasan pasien yang berarti kinerja perawat tidak dapat

    meningkatkan nilai ekonomis pelayanan rumah sakit signifikan.

    3. Secara bersama-sama kualitas pelayanan dan kinerja perawat memberikan

    kontribusi positif terhadap kepuasan pasien sehingga dengan melakukan

    peningkatan seluruh dimensi kualitas pelayanan dan kinerja perawat maka

    loyalitas pasien dapat tercapai dan akan menyebabkan peningkatan nilai

    ekonomis pelayanan rumah sakit.

    C. Saran

    1. Bagi manajemen rumah sakit diharapkan dapat meningkatkan kualitas

    pelayanan dengan mengutamakan pada dimensi reliability, responsiveness,

    empathy dan tangible.

    2. Bagi pihak manajemen rumah sakit diharapkan dapat melakukan perubahan

    sudut pandang penilaian kinerja perawat agar hasil penilaian kinerja perawat

    memiliki korelasi langsung terhadap kepuasan pasien.

    3. Kualitas pelayanan dan kinerja perawat secara bersama-sama memberikan

    dampak positif terhadap kepuasan pasien sehingga diperlukan upaya untuk

    meningkatkan kualitas pelayanan dan kinerja perawat dengan mengutamakan

    pemerataan pada seluruh pelayanan sehingga tidak timbul ketimpangan

    kualitas pelayanan yang berakibat pada ketimpangan pendapatan.

  • 60

    DAFTAR PUSTAKA

    Bernardin dan Russel, 2001. Human Resources Management, An Experimental Approach, International Edition. New York : McGraw-Hill.

    Cahyono, Bambang Tri. 1996. Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta : Penerbit IPWI.

    Gaspersz, V. 2002. Manajemen Kualitas : Penerapan Konsep VINCENT dalam. Manajemen Bisnis Total. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

    __________. 2001. Total Quality Management (TQM), Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

    Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.

    Hamsar, Adriana. 2005. Analisis Mutu Pelayanan Rawat Inap dan Hubungannya dengan Kepuasan Pasien Peserta Askes Plus di Rumah Sakit Permata Bunda Medan Tahun 2005. Medan : Univesitas Sumetera Utara.

    Joseph F. Hair JR. dkk. 1995. Multivariate Data Analysis. Jakarta :

    Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Control. Jilid I. Jakarta : Prenhallindo.

    Lovelock, C.H. 1988. Managing Service. New Jersey: Prentice Hall.

    Mulyadi dan Setyawan. 2001. Sistem Pengendalian Manajemen; Sistem melipatgandaan Kinerja. Jakarta : Salemba Empat.

    Parasuraman, et. al. 1988. Service Quality. New York : McGraw Hill.

    Ruky, S. Achmad, 2002. Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

    Suyadi , Prawirosentono. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta : BPFE.

    Swastha, Basu. 2000. Manajemen Pemasaran Modern, Edisi Kedelapan.Yogyakarta : Liberty.

    Tjiptono, F. 2003. Prinsip-prinsip Total Quality Service. Yogyakarta : Penerbit Andi.

  • 61

    Umar, Husein. 1997. Studi Kelayakan Bisnis: Manajemen, metode & Kasus. Jakarta : Penerbit Gramedia.

    Jurnal

    Assauri, Sofjan. 2003. Customer Service yang Baik Landasan Pencapaian Customer Satisfaction. Jakarta : Jurnal USAHAWAN NO. 01 TH XXXII JANUARI 2003. Hal 25 30.

    Chirac, Jain. 2005. Service Quality Dimensions and Customer Satisfaction : A Case Study in Indian Banks. Kanpur : Kanpur University Economic Journal.

    Hemmel IT. 2005. High Performing Organisations.

    Karesipana, Made. 2007. Pengaruh Motivasi Kerja Aparat Terhadap Kualitas Layanan Civil. Bandung : Jurnal Ekonomi Padjadjaran hal 26 27.

    Latief, Achmad. 2005. Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar: Pendekatan Analisis Voice Of Costumer (VOC). Makassar : Universitas Hasanuddin

    Marson, Brian. 2007. Citizen-Centred Service Measurement in Canada: From Research to Results. Madrid : OECD Jurnal. Hal 1 12.

    Masjrur, Ahmad Rajaul. 2008. Analisis Dimensi Penilaian Prestasi Kerja Karyawan Bank Syariah Mandiri Di Wilayah Jawa Timur. Surabaya : Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga. Hal 25 28.

    Rodhiah. 1997. PP 20 dalam dimensi budaya perusahaan. Jakarta : Jurnal Manajemen Usahawan Indonesia Nopember 1997. Hal Bonus 7 12.

  • 62

    JADWAL PENELITIAN

    Bulan Pelaksanakan

    No Kegiatan Juni Juli Agsts Sept Okt Nop Des Jan

    1 Informasi Penyelenggara

    2 Pengajuan Judul Tesis

    3 Penyusunan Pra Proposal

    4 Persetujuan Judul dan Pra Proposal

    5 Penyusunan Proposal

    6 Pengumpulan Proposal

    7 Seminar Proposal

    8 Revisi dan Persetujuan Proposal

    9 Penelitian dan Penyusunan Hasil Penelitian

    10 Pengumpulan Hasil Penelitian

    11 Pelaksanaan Ujian Tesis

    12 Revisi Ujian Tesis

    13 Pengumpulan Tesis

    Lampiran 1

  • 63

    INFORMED CONSENT

    NAMA : TAADINIM : 540907119

    Saya sebagai Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta akan melakukan penelitian dengan judul Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kinerja Perawat Dengan Kepuasan Pasien Di Badan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit Umum Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar .

    Adapun Tujuan Dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas pelayanan dan kinerja perawat dengan kepuasan pasien di Badan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit Umum Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar.

    Dalam hal ini saya mengharapkan saudara/saudari bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Dan mengenai identitas atau data akan dirahasiakan oleh peneliti.

    Demikian informasi penelitian ini saya buat. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

    Surakarta,......................20...Peneliti

    (Taadi)

    Lampiran 2

  • 64

    LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

    Judul : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kinerja Perawat Dengan Kepuasan Pasien Di Badan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit Umum Ngudi Waluyo WlingiKabupaten Blitar

    Peneliti : Taadi (NIM. 540907119).Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    Dosen Pembimbing : 1. Prof. Dr. dr. Didik T., MM, Mkes, PAK.2. Dr. Sri Haryati, M.Pd.

    Bahwa saya menyatakan bersedia berperan serta dal