irwin syah putra

35
PERANGKAT LIGHTNING DETECTOR DI STASIUN GEOFISIKA MATA IE BANDA ACEH LAPORAN KERJA PRAKTIK DILAKSANAKAN PADA: STASIUN GEOFISIKA (BMKG) MATA IE BANDA ACEH Jl. Mata Ie, Pos Perumnas Banda Aceh Oleh IRWIN SYAH PUTRA 0908002010005 JURUSAN FISIKA PROGRAM STUDI TEHNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARRUSSALAM, BANDA ACEH 2014

Upload: theriz86

Post on 18-Jan-2016

100 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

KOVER

TRANSCRIPT

Page 1: Irwin Syah Putra

PERANGKAT LIGHTNING DETECTOR

DI STASIUN GEOFISIKA MATA IE BANDA ACEH

LAPORAN KERJA PRAKTIK

DILAKSANAKAN PADA:

STASIUN GEOFISIKA (BMKG)

MATA IE BANDA ACEH Jl. Mata Ie, Pos Perumnas Banda Aceh

Oleh

IRWIN SYAH PUTRA

0908002010005

JURUSAN FISIKA

PROGRAM STUDI TEHNIK ELEKTRONIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARRUSSALAM, BANDA ACEH

2014

Page 2: Irwin Syah Putra

i

PENGESAHAN

LAPORAN KERJA PRAKTIK

PERANGKAT LIGHTNING DETECTOR

DI STASIUN GEOFISIKA MATA IE BANDA ACEH

DILAKSANAKAN PADA:

STASIUN GEOFISIKA (BMKG) MATA IE BANDA ACEH

Jl. Mata Ie, Pos Perumnas Banda Aceh

Oleh

Nama : Irwin Syah Putra

NIM : 0908002010005

Jurusan/Prodi : Fisika/ D-III Teknik Elektronika

Disetujui Oleh

Mengetahui

Koordinator KKP Jurusan/Prodi D-III Teknik Elektronika

Fakultas MIPA Unsyiah

Evi Yuvita M. Si

NIP. 197509202000122001

Telah diujiankan/ diseminarkan hari Rabu, 25 Juni 2014

Pembimbing Lapangan

Abdi Jihad A. Md

NIP. 198807262009111001

Pembimbing Jurusan

Nazli Ismail Ph.D

NIP. 197104212000031002

Page 3: Irwin Syah Putra

ii

KATA PENGANTAR

ن الرحيم بسم اهلل الرحم Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih karena

atas berkat rahmat dan karunia-Nya jualah Laporan Kuliah Kerja Praktik yang berjudul

Perangkat Lightning Detector di Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh ini dapat

terselesaikan. Dan tak lupa pula salawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan

kita Nabi besar Muhammad SAW, yang telah mengarahkan manusia kejalan hidup yang

benar.

Kuliah Kerja Praktik ini merupakan mata kuliah wajib bagi setiap mahasiswa yang

menjalankan studi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Syiah

Kuala Banda Aceh, khususnya pada jurusan Fisika. Hal ini dimaksudkan agar setiap

mahasiswa dapat mengimplementasikan langsung (ilmu teori) apa yang selama ini telah

didapat di bangku perkuliahan dengan keadaan dilapangan dan juga untuk menambah

bekal pengalaman yang berhubungan dengan ilmu Fisika Program Studi Teknik

Elektronika secara khusus.

Dalam pelaksanaan kerja praktik ini penulis mendapatkan banyak bantuan,

bimbingan serta wawasan baru yang sangat berharga yang belum didapatkan sebelumnya.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan doa dan dukungannya kepada

penulis selama ini. Disamping itu juga penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Hizir Sofyan sebagai Dekan Fakultas MIPA Unsyiah.

2. Bapak Nazli Ismail Ph.D sebagai Ketua Jurusan Fisika Fakultas MIPA Unsyiah

dan sebagai pembimbing Jurusan yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya

yang berguna dalam penulisan laporan KKP ini.

3. Bapak Suhrawardi Ilyas Ph.D sebagai Ketua Prodi D-III Teknik Elektronika

Fakultas MIPA Unsyiah.

4. Ibu Evi Yuvita M. Si sebagai Koordinator KKP D-III Teknik Elektronika Fakultas

MIPA Unsyiah.

5. Ibu Eridawati,SE sebagai Pimpinan pada STASIUN GEOFISIKA, BMKG Mata Ie

kota Banda Aceh.

6. Bapak Abdi Jihad A. Md sebagai pembimbing lapangan dari STASIUN

GEOFISIKA (BMKG) Mata Ie kota Banda Aceh.

Page 4: Irwin Syah Putra

iii

7. Seluruh karyawan pada STASIUN GEOFISIKA, BMKG Mata Ie kota Banda Aceh.

8. Seluruh rekan mahasiswa khususnya Jurusan Fisika Program studi D-III Teknik

Elektronika FMIPA Unsyiah yang telah banyak memberikan segala masukan dan

bantuan sehingga laporan ini dapat diselesaikan.

Sebagaimana peribahasa mengatakan bahwa tak ada gading yang tak retak, maka

demikian juga halnya dengan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan nya. Untuk

itulah kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan dari pembaca demi

melengkapi tulisan laporan ini, sehingga dapat berguna bagi pembaca dan khususnya bagi

penulis sendiri.

Banda Aceh, 20 Desember 2013

Penulis

Irwin Syah Putra

0908002010005

Page 5: Irwin Syah Putra

iv

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................ i

KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.................................................................................... 1

1.2. Tujuan Kerja Praktek .......................................................................... 3

1.3. Manfaat Kerja Praktek ........................................................................ 3

BABII PROFIL STASIUN GEOFISIKA MATA IE

2.1. Profil Stasiun Geofisika Mata Ie ........................................................ 4

2.2. Visi dan Misi Stasiun Geofisika Mata Ie ............................................ 5

2.2.1. Visi ......................................................................................... 5

2.2.2. Misi ......................................................................................... 5

2.3. Manajemen Struktur Organisasi Stasiun Geofisika Mata Ie .............. 5

2.4. Proses Kerja Secara Umum ................................................................ 6

2.5. Proses Kerja Bagian Operasional Di Stasiun Geofisika Mata Ie ....... 7

BAB III TINJAUAN PUSATAKA

3.1. Tempat Kegiatan ................................................................................ 8

3.2. Jadwal Kegiatan.................................................................................. 8

3.3. Metode Kegiatan ................................................................................ 9

BAB IV HASIL KEGIATAN DAN PEMBELAJARAN

4.1. Kegiatan Minggu Pertama .................................................................. 10

4.2. Kegiatan Minggu Kedua..................................................................... 10

4.3. Kegiatan Minggu Ketiga .................................................................... 10

4.4. Kegiatan Minggu Keempat ................................................................. 10

4.5. Pengertian Antena .............................................................................. 11

4.6. Pengertian Sensor ............................................................................... 11

4.7. Pengertian Amplifier .......................................................................... 13

Page 6: Irwin Syah Putra

v

4.8. Pengertian Display.............................................................................. 14

4.9. Proses Analisa Data Sambaran Petir ................................................. 15

4.10. Hasil Pengamatan dan Pembahasan ................................................... 20

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 24

5.2. Saran ................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 25

Page 7: Irwin Syah Putra

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Petir merupakan salah satu bentuk energi. Banyak peristiwa-peristiwa listrik

terjadi di seluruh alam ini, diantaranya adalah petir. Petir didefinisikan sebagai

pelepasan muatan listrik dengan arus yang cukup tinggi dan bersifat transient (singkat),

yang panjangnya diukur dalam kilometer. Sumber petir yang paling umum adalah

dengan adanya awan jenis Cumulonimbus (thundercloud: awan petir). Awan petir

terbentuk di atmosfer yang mengandung udara dingin dan padat di atas udara panas dan

lembab. Udara panas tersebut naik dengan cepat membentuk awan dan udara dingin

turun.

Petir dapat terjadi antara awan dengan awan, dalam awan itu sendiri, awan ke

udara, dan awan dengan tanah (bumi). Petir terjadi ketika awan bergerak terus menerus.

dan selama pergerakannya akan terus berinteraksi dengan awan lainnya sehingga

menyebabkan muatan negatif dan positif pada awan memisah. Muatan negatif akan

menempati salah satu sisi (atas atau bawah) dan muatan positif di sisi yang lain. Oleh

karena itu awan bisa mengandung muatan. Sedangkan disaat yang bersamaan bumi itu

selalu netral, sehingga terjadi perbedaan potensial antara awan dan bumi. Jika

perbedaan potensial itu cukup besar, akan terjadi proses pembuangan elektron agar

tercapai kesetimbangan. Proses pembuangan elektron inilah yang menyebabkan

perpindahan arus listrik yang terlihat sebagai kilatan cahaya di musim hujan. Besar

medan listrik minimal yang memungkinkan terpicunya petir adalah sekitar 1.000.000

volt/meter.

Petir yang sering terjadi adalah petir yang diakibatkan pelepasan muatan dari

awan ke tanah (cloud to ground) atau sebaliknya (ground to cloud). Petir awan ke tanah

adalah petir yang paling berbahaya dan merusak, kebanyakan berasal dari pusat muatan

yang lebih rendah dan mengalirkan muatan negatif ke tanah, walaupun kadang-kadang

bermuatan positif terutama pada musim dingin. Petir negatif cenderung menyambar

berulang-ulang dan bercabang-cabang seperti sebuah akar pohon, sedangkan petir

positif hanya menyambar sekali.

Page 8: Irwin Syah Putra

2

Indonesia terletak di daerah khatulistiwa beriklim tropis yang panas dan lembab.

mengakibatkan terjadinya hari guruh (IKL = Isokronik Level) yang sangat tinggi

dibanding daerah lainnya (100-200 hari per tahun) dan memiliki tingkat sambaran petir

yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara subtropis. Kerapatan sambaran petir di

Indonesia juga sangat besar yaitu 12km2/tahun yang berarti pada setiap bias area 1 km

2

berpotensi menerima sambaran petir sebanyak 12 kali setiap tahunnya. Energi yang

dihasilkan oleh satu sambaran petir mencapai 55 kWh.

Untuk menghitung jumlah petir dan sambaran dapat digunakan alat pendeteksi

petir yaitu Lightning Detektor. Cara kerja alat ini yaitu dengan menangkap frekuensi

dari arus petir, dimana pada saat petir menyambar maka frekuensi gelombang dari petir

tersebut yang berada pada lapisan ionosphere di tangkap oleh sensor dan diubah

kedalam bentuk data digital. Setelah ditampilkan dalam bentuk tampilan real-time,

selanjutnya tampilan data tersebut di-convert dalam bentuk database (xls, xml, kml,

kmz). Output data berupa tanggal kejadian petir, jenis atau tipe petir, jumlah petir dalam

15 menit ataupun 1 jam serta koordinat petir.

Untuk mengetahui lokasi penyebaran petir, digunakan SIG (Sistem Informasi

Geografis) untuk memetakannya. SIG dapat memberikan informasi lokasi, berkaitan

dengan suatu koordinat geografis (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk

diantaranya informasi datum dan proyeksi. Selain itu, SIG juga dapat memberikan

informasi deskriptif atau informasi non spacial, suatu lokasi yang memiliki beberapa

keterangan yang berkaitan dengannya misalnya kode pos, populasi, sebaran petir dan

lain sebagainya.

1.2. Tujuan Kerja Praktek

Kuliah Kerja Praktek memiliki beberapa tujuan:

1. Mengetahui dan memahami cara kerja sistem deteksi petir

2. Mengetahui aktivitas sambaran di Provinsi Aceh

3. Mengetahui aktivitas sambaran tertinggi dan terendah.

Page 9: Irwin Syah Putra

3

1.3. Manfaat Kerja Praktek

Dengan pelaksanaan Kerja Praktek diharapkan adanya penambahan ilmu,

wawasan, pengalaman serta keterampilan dalam hal ilmu terapan di lingkungan Stasiun

Geofisika Mata Ie tentang perangkat Lightning Detector. Dapat mengetahui dan

memahami cara kerja sistem deteksi petir serta mengetahui aktivitas sambaran di

Provinsi Aceh selama 1 bulan 18 November – 18 Desember 2013.

Page 10: Irwin Syah Putra

4

BAB II

PROFIL STASIUN GEOFISIKA MATA IE

2.1. Profil Stasiun Geofisika Mata Ie

Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh merupakan salah satu (UPT) sebagai

Unit Pelaksana Geofisika di Provinsi Aceh yang telah beroperasi sejak tahun 1979.

Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh dalamnya di bidang Geofisika bertugas,

diantara lain:

1. Pengamatan Geofisika.

2. Pengumpulan dan Penyebaran Data Geofisika.

3. Pengolahan dan Analisa Data Geofisika.

4. Pelayanan Jasa Geofisika.

5. Pemeliharaan/Perbaikan Peralatan.

6. Melaksanakan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan Geofisika

Stasiun Geofisika Mata Ie melaksanakan tugas pokok dan fungsi berdasarkan

struktur organisasi yang telah yang ditetapkan. Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh

dalam menunjang kegiatannya didukung beberapa peralatan seperti:

1. Seismograf SPS-3 Analog digunakan untuk pengamatan gempa bumi.

2. Seismograf SPS-3 Digital digunakan untuk pengamatan gempa bumi.

3. Ranet digunakan untuk peralatan komunikasi.

4. V-Sat digunakan untuk peralatan komunikasi.

5. Radio SSB digunakan untuk peralatan komunikasi.

6. Jisnet digunakan untuk perekam gempa bumi.

7. Lightning Detector digunakan untuk pengamatan petir/kilat.

2.2. Visi dan Misi Stasiun Geofisika Mata Ie

2.2.1. Visi

Visi Stasiun Geofisika Mata Ie adalah: Terwujudnya Stasiun Geofisika Mata Ie

yang tanggap dan mampu memberikan pelayanan Geofisika yang handal guna

mendukung keselamatan dan keberhasilan pembangunan nasional serta berperan aktif di

tingkat internasional.

Page 11: Irwin Syah Putra

5

2.2.2. Misi

Misi dari Stasiun Geofisika Mata Ie adalah:

1. Mengamati dan memahami fenomena Geofisika.

2. Menyediakan data dan informasi Geofisika yang handal dan tepercaya

3. Melaksanakan dan mematuhi kewajiban internasional dalam bidang Geofisika.

4. Mengoordinasikan dan memfasilitasi kegiatan di bidang Geofisika.

2.3. Manajemen Struktur Organisasi Stasiun Geofisika Mata Ie

Stasiun Geofisika Mata Ie yang berkedudukan di Banda Aceh, Provinsi Aceh

merupakan salah satu instansi Stasiun Geofisika kelas III yang melaksanakan tugas

pokok dan fungsi berdasarkan struktur organisasi yang telah ditetapkan. Adapun

struktur organisasi unit pelaksana teknis Geofisika di Stasiun Geofisika Banda Aceh

adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh

2.4. Proses Kerja Secara Umum

Kegiatan rutin utama yang dilakukan pada stasiun Geofisika Mata Ie adalah

menentukan parameter gempa dari gempa-gempa yang terjadi. Ketelitian dalam

penentuan parameter gempa tersebut akan menentukan kualitas informasi yang akan

disampaikan kepada masyarakat. Oleh karenanya usaha-usaha untuk meningkatkan

Page 12: Irwin Syah Putra

6

ketelitian penentuan parameter gempa akan sangat membantu tugas para pekerja dalam

memberikan informasi yang lebih akurat kepada masyarakat diantaranya adalah:

magnitudo (kekuatan gempa), origin time (waktu terjadinya gempa), epicenter (lokasi

gempa), dan kedalaman pusat gempa.

Peralatan yang digunakan di Stasiun Geofisika Mata Ie adalah seismograph

SPS-3 dan JISNET (japan indonesian seismic network), Parameter gempa bumi

ditentukan berdasarkan hasil pengolahan kedua alat tersebut dengan menggunakan

program SPS-3 untuk seismograph SPS-3 dan WGSN Plot untuk JISNET.

Selain melaksanakan pengamatan gempa bumi, stasiun Geofisika Mata Ie

Banda Aceh juga melakukan pengamatan petir dengan menggunakan lightning detector

yang dipasang sejak bulan November 2008. Data petir yang diperoleh/dihasilkan

merupakan jumlah kejadian sambaran petir pada alat tersebut setiap harinya.

2.5. Proses Kerja Bagian Operasional Di Stasiun Geofisika Mata Ie

Adapun proses kerja bagian operasional di Stasiun Geofisika Mata Ie adalah

menurut jadwal yang disusun oleh Kapoksi (kepala kelompok teknisi). Bagian

operasional bertugas dalam hal pengamatan gempa bumi, analisa gempa bumi,

pengiriman data gempa dan petir, pelayanan jasa Geofisika, sosialisasi dan publikasi,

dan perbaikan peralatan observasi. Bagian operasional melakukan aktivitasnya sesuai

dengan jadwal yang sudah diatur per shift setiap harinya, mulai hari senin sampai

minggu (24 jam).

Dalam satu hari dibagi ke dalam 4 shift yaitu operasional pagi (OP),

operasional siang (OS), operasional malam (OM), dan operasional tengah malam

(OTM). Dinas operasional pagi dimulai dari pukul 07.00 sampai 13.00 WIB, setelah itu

digantidengan dinas operasional siang dimulai pukul 13.00 sampai 19.00, kemudian

diganti dinas operasional malam mulai pukul 19.00 sampai pukul 00.00, selanjutnya

diganti dinas operasional tengah malam dimulai pukul 00.00 sampai pukul 07.00,

selanjutnya diganti lagi dengan dinas operasional pagi. Walaupun sudah diatur jadwal

dinas setiap harinya, para staff operasional tetap standby dan siaga kapan saja

diperlukan untuk kepentingan dinas. Dalam melaksanakan tugas, para staff operasional

diawasi oleh Kapoksi dan Kepala Stasiun Geofisika Mata Ie, kecuali hari minggu.

Tugas utama yang setiap hari dilakukan oleh dinas operasional adalah mengambil dan

Page 13: Irwin Syah Putra

7

mengganti kertas pias pada seismograph dan kemudian hasil rekamannya dianalisa dan

dicatat rekaman parameter gempa tersebut serta mencatat hasil pengamatan petir.

Disamping kegiatan rutin operasional, Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh

juga melaksanakan kegiatan sosialisasi tentang gempa, tsunami early warning system

(TEWS), juga kegiatan lainnya yang berkaitan dengan penyebaran informasi kegempaan

yang bekerja sama dengan instansi terkait di jajaran Pemda, pelajar dan mahasiswa serta

pihak NGO (non general organization).

Dalam rangka peningkatan SDM,para pengawai Stasiun Geofisika Mata Ie

banda aceh juga mengikuti berbagai pelatihan yang diadakan oleh BMKG pusat jakarta

maupun balai besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah I Medan serta

pelatihan yang dilaksanakan oleh intansi terkait di Wilayah Aceh.

Page 14: Irwin Syah Putra

8

BAB III

JADWAL DAN METODE KEGIATAN

3.1. Tempat Kegiatan

Kuliah kerja praktik ini dilakukan pada stasiun geofisika Mata Ie Banda Aceh.

KKP ini di laksanakan mulai dari tanggal 18 November 2013 sampai 18 Desember 2013

pada waktu dan hari kerja pegawai yaitu dari jam 08:00 WIB sampai dengan 15:00 WIB

dari hari senin sampai dengan jum’at. Selama KKP berlangsung mahasiswa bekerja

pada ruangan kerja operasional.

3.2. Jadwal Kegiatan

Tabel 3.1 Tabel Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Jadwal

Oktober November Desember Januari

1 Peninjauan lokasi KKP dan

Pembimbingan di Program Studi

2 Pengajuan berkas di Program Studi

3 Persetujuan di Program Studi

4 Persetujuan di Fakultas

5 Pengajuan surat ke Perusahaan

6 Proses persetujuan di Perusahaan

7 Surat Persetujuan dari Perusahaan

8 Pelaksanaan KKP

9 Pembimbingan di instansi

10 Penyusunan Laporan KKP

11 Seminar Hasil KKP

12 Revisi Laporan KKP

13 Pengumpulan Laporan KKP

3.3. Metode Kegiatan

Selama KKP mahasiswa mendapat bimbingan dan pembelajaran untuk

melakukan analisa, pengamatan serta perekapan data-data petir. Ruang lingkup kerja

mahasiswa hanyalah sebatas tentang pendeteksi petir. Data-data petir yang mahasiswa

proses adalah data petir sejak tanggal 18 November 2013 sampai dengan 18 Desember

2013. Bila terdapat masalah dalam analisa dan tugas-tugas KKP lainnya, mahasiswa

langsung menanyakan kepada pembimbing lapangan. Disaat kegiatan telah selesai,

mahasiswa melapor kepada pembimbing dan mengisi absen harian.

Page 15: Irwin Syah Putra

9

Dalam kegiatan KKP dalam ruang lingkup pendeteksi petir, ada beberapa alat

dan bahan yang digunakan. Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.2 Alat dan Bahan Lightning Detector

No Alat dan Bahan Jumlah

1. Antena lightning Detector 1 Unit

2. Sensor LD (Strorm Tracker) 1 Unit

3. Kabel UTP Secukupnya

4. Komputer 1 Set

5. Software Lightning Detector 2000 1 Unit

Page 16: Irwin Syah Putra

10

BAB IV

HASIL KEGIATAN DAN PEMBELAJARAN

4.1. Kegiatan pada Minggu Pertama

Pada minggu pertama, saya dihadapkan pada Pimpinan di Stasiun Geofisika untuk

mendapatkan pengarahan mengenai Kantor di Stasiun Geofisika (BMKG). Selanjutnya

setelah pengarahan tentang Kantor Stasiun Geofisika (BMKG) diberikan pengarahan

tentang peraturan kantor yang tidak boleh dilanggar. Pembimbing lapangan mengajukan

untuk melihat suasana ruangan serta mempelajari alat-alat yang ada di Stasiun Geofisika

mata ie Banda Aceh .

4.2. Kegiatan pada Minggu Kedua

Pada minggu kedua, kegiatan yang dilakukan praktikan KKP adalah mengikuti

pengenalan Seismometer dan JISNET sebagai sensor gempa. Selanjutnya mengikuti

pembelajaran cara menganalisa gempa. Pada minggu ini diharapkan praktikan KKP di

Kantor BMKG dapat memahami cara kerja dan analisa gempa yang mungkin dan dapat

terjadi di Aceh secara khusus dan Indonesia umumnya.

4.3. Kegiatan pada Minggu Ketiga

Pada minggu ketiga, kegiatan berlangsung di ruang lightning detector untuk

melakukan pembelajaran analisa data petir. Pada saat itu pembimbing lapangan

memberikan pengarahan untuk kesiapan kegiatan melakukan analisa data petir. Pada saat

melakukan analisa yang harus dikuasai adalah penggunaan hardware dan software

Lightning Detector. Setelah memahami penggunaan hadrware dan software Lightning

Detector praktikan bersama dengan pembimbing lapangan mengumpulkan data aktivitas

sambaran petir yang terjadi di provinsi Aceh. Setelah data terkumpul data dianalisa sesuai

ketentuan dan arahan dari pembimbing lapangan.

4.4. Kegiatan pada minggu keempat

Pada minggu keempat, melakukan konsultasi dengan pembimbing lapangan untuk

mempermudah dalam membuat laporan disamping itu juga membaca kembali referensi

tentang Lightning Detector selama berada di Kantor Stasion Geofisika (BMKG) Mata Ie

Banda Aceh.

Page 17: Irwin Syah Putra

11

4.5. Pengertian Antena

Dalam sejarah komunikasi, perkembangan teknik informasi tanpa menggunakan

kabel ditetapkan dengan nama antena. Antena berasal dari bahasa latin ”antena” yang

berarti tiang kapal layar. Dalam pengertian sederhana kata latin ini berarti juga “penyentuh

atau peraba” sehingga kalau dihubungkan dengan teknik komunikasi berarti bahwa antena

mempunyai tugas menyelusuri jejak gelombang elektromagnetik, hal ini jika antena

berfungsi sebagai penerima. Sedangkan jika sebagai pemancar maka tugas antena tersebut

adalah menghasilkan sinyal gelombang elektromagnetik (Sahren, 2013).

Antena dapat juga didefinisikan sebagai sebuah atau sekelompok konduktor yang

digunakan untuk memancarkan atau meneruskan gelombang elektromagnetik menuju

ruang bebas atau menangkap gelombang elektromegnetik dari ruang bebas. Energi listrik

dari pemancar dikonversi menjadi gelombang elektromagnetik dan oleh sebuah antena

yang kemudian gelombang tersebut dipancarkan menuju udara bebas. Pada penerima akhir

gelombang elektromagnetik dikonversi menjadi energi listrik dengan menggunakan antena.

Fungsi antena adalah untuk mengubah sinyal listrik menjadi sinyal elektromagnetik, lalu

meradiasikannya (Pelepasan energi elektromagnetik ke udara/ruang bebas). Dan

sebaliknya, antena juga dapat berfungsi untuk menerima sinyal elektromagnetik (Penerima

energy elektromagnetik dari ruang bebas) dan mengubahnya menjadi sinyal listrik.

4.6. Pengertian Sensor

Sensor adalah komponen yang digunakan untuk mendekteksi suatu besaran fisik

menjadi besaran listrik sehingga dapat dianalisa dengan rangkain listrik tertentu. Hampir

seluruh peralatan elektronik yang ada mempunyai sensor didalamnya. Pada saat ini, sensor

tersebut telah dibuat dengan ukuran angat kecil. Ukuran yang sangat kecil ini sangat

memudahkan pemakaian dan menghemat energi. Sensor merupakan bagian dari transduser

yang berfungsi untuk melakukan sensing atau merasakan dan menangkap adanya

perubahan energi eksternal yang akan masuk kebagian input dari transduser, sehingga

perubahan kapasitas energi yang ditangkap segera dikirim kepada bagian konvertor dari

transduser untuk dirubah menjadi energi listrik (Rusmandi, 2001:143).

Beberapa jenis sensor yang banyak digunakan dalam rangkain elektronika antara

lain Sensor cahaya, sensor suhu dan sensor tekanan.

Page 18: Irwin Syah Putra

12

Sensor cahaya adalah sensor yang membuat kita dapat melakukan pendeteksian

cahaya, terus melakukan perubahan terhadapnya jadi sinyal listrik dan dipakai dalam

sebuah rangkaian yang memakai cahaya sebagai pemicunya. Beberapa komponen yang

biasanya digunakan dalam rangkaian sensor cahaya diantaranya Light Dependent

Resistor/LDR, Photodiode/dioda foto, dan Photo Transistor/Foto Transistor. Prinsip kerja

Photoresistor/Foto Resistor pada dasarnya merupakan suatu resistor yang memiliki nilai

resistensi (ohm) bergantung pada sedikit banyaknya cahaya yang jatuh di permukaan

sensor tersebut. Cara kerja LDR adalah pada malam hari karena tidak terkena cahaya

menyebabkan resistensinya menjadi bertambah besar, sebaliknya resistensinya menjadi

kecil apabila kena cahaya pada siang hari. LDR pada umumnya berkombinasi dengan

sejumlah transistor hingga membentuk rangkaian lampu yang otomatis. Sangatlah

beruntung bagi kita karena untuk membaca nilai dari resistor cahaya tersebut, tidak

diperlukan suatu kode khusus.

Sensor suhu adalah komponen yang dipakai untuk merubah besaran panas jadi

listrik dan sangat gampang untuk di analisa besarannya. Pembuatan sensor ini bisa

memakai sejumlah metode, dimana salah satu caranya adalah dengan cara memakai

material yang terhadap suatu arus elektrik akan mengubah hambatannya tergantung dari

suhunya. Material logam apabila panasnya meningkat akan menyebabkan meningkat pula

besar hambatannya terhadap arus listrik. Logam bisa juga dibilang sebagai muatan positif

yang ada di dalam elektron, dimana elektron ini dapat bergerak bebas. Bila suhu meningkat

elektron-elektronnya menjadi bergetar, terus getarannya semakin bertambah besar sejalan

dengan bertambahnya suhu yang ada. Dalam kondisi besarnya getaran itu, membuat logam

memiliki nilai hambatan yang bertambah karena gerakan elektron yang terhambat.

Bahan semikonduktor memiliki sifat yang sebaliknya atas logam, yaitu nilai

hambatannya akan terus turun bila suhu bertambah besar. Kondisi ini disebabkan oleh

karena keadaan yang lebih tinggi suhunya menyebabkan elektron dari material ini jadi

pindah ke tingkatan yang teratas dan membuatnya bisa dengan bebas bergerak. Dengan

terus terjadinya pertambahan suhu, maka semakin bertambah pula elektron dari

semikonduktor ini yang bebas bergerak dan hasilnya adalah nilai hambatannya akan terus

berkurang.

Sensor tekanan adalah sensor untuk mengukur tekanan suatu zat. Tekanan (p)

adalah satuan fisika untuk menyatakan gaya (F) per satuan luas (A). Satuan tekanan sering

Page 19: Irwin Syah Putra

13

digunakan untuk mengukur kekuatan dari suatu cairan atau gas. Satuan tekanan dapat

dihubungkan dengan satuan volume (isi) dan suhu. Semakin tinggi tekanan di dalam suatu

tempat dengan isi yang sama, maka suhu akan semakin tinggi. Hal ini dapat digunakan

untuk menjelaskan mengapa suhu di pegunungan lebih rendah dari pada di dataran rendah,

karena di dataran rendah tekanan lebih tinggi. Akan tetapi pernyataan ini tidak selamanya

benar atau terkecuali untuk uap air, uap air jika tekanan ditingkatkan maka akan terjadi

perubahan dari gas kembali menjadi cair.

4.7. Pengertian Amplifier

Pengertian Amplifier adalah komponen elektronika yang dipakai untuk menguatkan

daya atau tenaga secara umum. Dalam penggunaannya, amplifier akan menguatkan signal

suara yaitu memperkuat signal arus I dan tegangan V listrik dari inputnya. Sedangkan

outpunya akan menjadi arus listrik dan tegangan yang lebih besar. Pengertian amplifier

sering di sebut dengan istilah Gain. Nilai dari gain yang dinyatakan sebagai fungsi penguat

frekunsi audio, Gain power amplifier antara 200 kali sampai 100 kali dari signal

output. Jadi gain merupakan hasil bagi dari daya di bagian output dengan daya di bagian

input dalam bentuk fungsi frekuensi. Ukuran gain biasannya memakai decible (dB)

(Rockavanka, 2013).

Dalam bagian pengertian amplifier pada proses penguatannya audio ini terbagi

menjadi dua kelompok bagian penting, yaitu bagian penguat signal tegangan (V) yang

kebanyakan menggunakan susunan transistor darlington, dan bagian penguat arus

susunannya transistor paralel. Masing-masing transistor berdaya besar dan menggunakan

sirip pendingin untuk membuang panas ke udara, sehingga pada saat ini banyak yang

menggunakan transistor simetris komplementer.

Power amplifier rakitan berfungsi sebagai penguat akhir dan preamplifier menuju

ke drive speaker. Pengertian amplifier pada umumnya terbagi menjadi 2, yaitu power

amplifier dan integrated amplifier. Power Amplifier adalah penguat akhir yang tidak sertai

dengan tone control (volume, bass, treble), sebaliknya integrated amplifier adalah penguat

akhir yang telah disertai dengan tone control.

Jenis-jenis Amplifier telah bervariasi seperti OTL, BTL dan OCL yang sudah sering

di gunakan di pasaran. Dan setiap jenis komponen dan pengertian amplifier tersebut

memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berikut kami jelaskan satu persatu:

Page 20: Irwin Syah Putra

14

1. OTL (Output Transformer Less = keluaran tanpa trafo), yaitu rangkaian amplifier

yang menggunakan elco sebagai ganti transformer, misalkan nilai 2200uf untuk

amplifier yang memiliki watt besar. Umumnya tegangan rangkaianamplifier ini

hanya + (positif) dan – (negatif / ground).

2. BTL (Bridge Transformator Less), yaitu rangkaian Amplifier OCL yang digabung

dengan metode Bridge (jembatan). Sehingga power outputnya menjadi 2 kali lipat

dari power Rangkaian Amplifier OCL.

3. OCL (Output Capacitor Less = keluaran tanpa kapasitor), yaitu rangkaian

amplifier yang memiliki skema rangkaian dari transistor/IC penguat final langsung

ke speaker output (tanpa pelantara apapun). Umumnya tegangan amplifier ini

simetris yaitu + (positif), 0 (nol), – (negatif).

4.8. Pengertian Display

Display merupakan bagian dari lingkungan yang perlu memberi informasi

kepada pekerja agar tugas-tugasnya menjadi lancar (Sutalaksana, 1979). Arti

informasi disini cukup luas, menyangkut semua rangsangan yang diterima oleh

indera manusia baik langsung maupun tidak langsung. Contoh dari display

diantaranya adalah jarum speedometer, keadaan jalan raya memberikan informasi langsung

ke mata, peta yang menggambarkan keadaan suatu kota. Jalan raya merupakan

contoh dari display langsung, karena kondisi lingkungan jalan bisa langsung diterima

oleh pengemudi. Jarum penunjuk speedometer merupakan contoh display tak

langsung karena kecepatan kendaraan diketahui secara tak langsung melalui jarum

speedometer sebagai pemberi atau perantara informasi (Sutalaksana, 1979).

Display merupakan suatu informasi kepada operator atau manusia dalam

bekerja agar terciptanya suatu lingkungan yang dapat dimana suatu operator

memahami suatu informasi dan dapat menyampaikannya dengan melihat dan dapat

pula mempelancar kerjanya dan dapat mengetahui dalam informasi tersebut sehingga

terwujudlah suatu informasi yang berkembang di perusahaan agar terciptanya suatu

peraturan atau informasi dalam bentuk sebuah display (Bridger, 1995 dalam Sofyan, 2012).

Page 21: Irwin Syah Putra

15

4.9. Proses Analisa Data Sambaran Petir

4.9.1. Lightning Detector

Alat pendeteksi petir pertama kali ditemukan oleh oleh Alexander Stepanovich

Popov pada tahun 1894, alat ini dinamakan lightning detector. Lightning detector adalah

suatu alat yang dapat mendeteksi petir dengan cara menangkap sinyal dengan frekuensi

radio (30Khz-30Ghz) melalui sensor lightning detector kemudian diteruskan ke amplifier

sebagai pengkondisi sinyal dan melalui sistem frekuensi dipisahkan range frekuensinya

sehingga dapat diketahui jenis petir yang ditangkap.

Tiga tipe dasar dari lightning detector yaitu :

1. Ground-based systems menggunakan beberapa detector antena yang dipasang tetap

pada suatu lokasi untuk mentukan jarak

2. Mobile sistem biasanya di atas sebuah pesawat yang bergerak.

3. Space-based systems Sistem pengamatan dari luar angkasa

Data yang didapatkan dari lightning detector kemudian ditampilkan di layar

monitor computer menggunakan aplikasi lightning detector 2000.

SENSOR LD

ANTENA

PETIR

Amplifier/Penguat Sinyal

Display LD2000

Gambar 4.1 Cara kerja Lightning Detector

Dari Gambar 4.1 dapat dijelaskan di saat ada sambaran petir yang masuk akan

dibaca oleh antena yang kemudian sensor akan membacanya sebagai frekuensi radio,

setelah sambaran dibaca oleh sensor kemudian frekuensi tersebut akan diubah menjadi data

digital oleh amplifier yang kemudian akan ditampilkan oleh unit komputer.

Page 22: Irwin Syah Putra

16

Ada beberapa prinsip detector petir sebagai berikut:

1. Sambaran petir diterjemahkan sensor sebagai suatu frekuensi tertentu. Jika terjadi

akan dihasilkan pulsa elektrik yang akan di tangkap oleh antena (sensor). Setiap

pulsa elektrik akan dianalisa dan ditentukan apakah merupakan petir atau bukan.

Jika tidak masuk kategori petir akan diterjemahkan sebagai noise.

2. Frekuensi dari pulsa elektrik tersebut diterjemahkan sebagai jenis-jenis petir. Hasil

terjemahan tersebut ditampilkan dalam sebuah numerik aplikasi LD 2000 yang

kemudian disimpan dalam data base petir pada LD 2000.

Kelemahan Lightning Detector berupa:

1. Menangkap sinyal lain sebagai petir (noise) dikarenakan menggunakan frekuensi

radio.

2. Dapat menangkap petir pada radius lebih dari ± 200 km, tetapi berdasarkan data

yang diperoleh bahwa petir pada radius lebih dari ± 100 km keakurang data

berkurang.

RF Signal Detected Antena

Sensor

Crossed Lopp Magnetic

Direction Finder

Amplitude Analisis

G P S

Speaker

C P UDisplay

UnitCF Card

PCI Serial DTE

Digitizer

Gambar 4.2 Skematik komunikasi data lighting detector

Gambar 4.2 di atas adalah skematik komunikasi data lightning detector yang

digunakan pada Stasiun Mata Ie Banda Aceh, dengan langkah-langkah proses data petir

sebagai berikut:

Page 23: Irwin Syah Putra

17

1. Sambaran petir yang dideteksi oleh antena melalui RF signal dectted kemudian

disalurkan oleh sensor.

2. Kemudian sensor merekam sinyal yang ditangkap oleh antenna dan kemudian

sinyal yang diterima tersebut diperoleh melalui:

a. Crossed loop magnetic direction finder yaitu yang terdiri dari 2 koil magnetik

dengan setting arah pada besar sudut tertentu satu dan lainnya. Sinyal

elektromagnetik yang diterima menyebabkan tegangan di koil-koil, rasio

tegangan. Induksi satu dengan lainya memberi informasi estimasi arah dari

sumber sinyal relative ke piranti atau alat deteksi kemudian masuk ke

amplitudo analisis.

b. Amplitud analisis berfungsi untuk memperkirakan estimasi jarak dengan prinsip

petir yang kuat menunjukkan lokasi dekat, petir yang sama dengan sinyal lemah

menunjukkan jarak lebih jauh setelah amplitude analisis selesai kemudian

sinyal tersebut masuk ke dalam modul GPS.

c. Modul GPS berfungsi untuk pewaktuan dan penerjemah lokasi dalam bentuk

lintang dan bujur dari sumber sambaran petir.

3. Selanjutnya sinyal tersebut masuk ke digitizer, dimana yang di dalam digitizer

tersebut terdapat modul ADC (analog digital conventer) yang berfungsi untuk

menerjemahkan sinyal-sinyal radio frekuensi analog ke bentuk sinyal

elektrik/digital agar dapat dibaca oleh unit komputer.

4. Untuk menyalurkan data yang diproses oleh digitizer ke CPU dapat digunakan

koneksi PCI atau serial DTE.

5. Selanjutnya data masuk ke CPU, dimana pada CPU data disimpan pada CF card

kemudian data ditampilkan pada unit display.

6. Unit display yang berfungsi untuk menampilkan data sinyal petir secara real time.

7. Selanjutnya speaker berfungsi sebagai pemberitahuan kepada operator bahwa telah

terjadi sambaran petir.

8. Sistem lightning detector ini memiliki dua sumber power yaitu satu sumber arus

AC yang disalurkan oleh PLN dan satu lagi yaitu baterai yang berfungsi sebagai

energi cadangan jika energi dari PLN terputus.

Proses sensor membedakan petir CG - dan CG + adalah CG – jenis petir

cenderung menyambar berulang-ulang seperti sebuah akar pohon, sensor LD 2000

Page 24: Irwin Syah Putra

18

mendeteksinya dengan menangkap frekuensi petir yang terjadi berulang-ulang dalam

waktu yang singkat tersebut dilokasi atau tempat yang sama Sedangkan jenis petir CG+

yang berupa kilatan atau petir yang terjadi. hanya menyambar sekali dan sensor akan

mendeteksi sebagai petir CG + .

Gambar 4.3 Tampilan utama software Lightning Detector

Keterangan gambar:

1. FLASF: Aktivitas kelistrikan yang merupakan/terdiri dari beberapa strokes,

ditandai dengan adanya kilatan petir.

2. STROKES: Aktivitas kelistrikan yang teridentifikasi sebagai kejadian petir

3. CG Flashes: Sebutan teknis dari ledakan sebagai petir

4. NOISE: adalah aktivitas kelistrikan yang tidak dapat diidentifikasikan sebagai

kejadian petir. Kebanyakan dihasilkan dari kegiatan manusia, diantaranya kegiatan

manusia menggunakan instrumen seperti radio transmiter, perangkat wireless.

5. IC: intercloud/intercloud strokes (sambaran petir yang terjadi di antara awan atau

di alam awan)

6. CID: Inercloud atau rata-rata puncak jumlah stroke CID

7. Energy: Energy diskalakan seolah-olah bahwa rata-rata energi setiap strokes adalah

1. Banyaknya storm (badai) dekat mempunyai nilai rasio energi lebih dari 1 yang

berarti nilai rasio energinya lebih dari 100%.

Page 25: Irwin Syah Putra

19

8. Energi ratio: perubahan nilai dari energi yang terkandung dalam sebuah sambaran

petir,ini sebuah pertanda akan adanya sebuah storm yang dekat. Energi ratio yang

lebih dari 150% adalah suatu kepastian dari storm yang dekat.

Pada layar lightning detector 2000, jenis petir disimbolkan dengan warna-warna yang

berbeda seperti ditunjukkan pada Gambar 4.4 di bawah ini.

Gambar 4.4 Rekaman petir

Keterangan :

1. Warna hijau tua menandakan petir jenis – CG

2. Warna hijau muda menandakan petir jenis +CG

3. Warna Jingga menandakan petir jenis – IC

4. Warna ungu menandakan petir jenis +IC

5. Angka kuning menunjukkan jumlah sambaran maksimum dan waktu kejadian.

A

D

C

B

Gambar 4.3 Tampilan layar lightning detector 2000

Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dijelaskan beberapa keterangan: (A) adalah

tampilan dimana data archieve akan dijalankan untuk melihat aktivitas sambaran petir

Page 26: Irwin Syah Putra

20

yang terjadi; (B) adalah tampilan jenis-jenis sambaran petir yang terjadi; (C) adalah

sambaran petir dalam kondisi keadaan selalu real time disaat data archieve dijalankan; dan

(D) adalah status dalam bentuk tulisan tentang aktivitas petir yang terjadi.

Data di atas ditampilkan dalam bentuk real time kemudian di convert

dalam bentuk database (xls, xml, kml, kmz) sehingga diperoleh output berupa:

1. Tanggal kejadian petir

2. Jenis atau tipe petir

3. Jumlah petir

4. Koordinat petir

Berikut tampilan data petir dalam format xls seperti gambar di bawah ini.

Gambar 4.5 Tampilan Data Petir

4.10. Hasil Data Dan Pengamatan

Hasil pengamatan petir dengan menggunakan lightning detector berupa data

jumlah petir jenis CG+ dan petir jenis CG- selama 1 bulan 18 November 2013 sampai

dengan 18 Desember 2013 di Provinsi Aceh. Adapun data-data yang diperoleh dari hasil

pengamatan ditunjukkan pada tabel 4.1 di bawah ini :

Page 27: Irwin Syah Putra

21

Tabel 4.1 Data hasil pengamatan petir selama 1 bulan 18 November 2013 sampai dengan

18 Desember 2013.

NO Tanggal CG Positive (+) CG Negative (-) Jumlah CG

1 18 November 2013 1468 7510 8978

2 19 November 2013 311 1144 1455

3 20 November 2013 184 892 1076

4 21 November 2013 29 92 121

5 22 November 2013 95 503 598

6 23 November 2013 437 1334 1771

7 24 November 2013 144 486 630

8 25 November 2013 118 377 495

9 26 November 2013 115 60 175

10 27 November 2013 331 126 457

11 28 November 2013 195 1084 1279

12 29 November 2013 1126 3761 4887

13 30 November 2013 711 1864 2575

14 1 Desember 2013 149 393 542

15 2 Desember 2013 192 422 614

16 3 Desember 2013 94 277 371

17 4 Desember 2013 48 260 308

18 5 Desember 2013 41 95 136

19 6 Desember 2013 124 406 530

20 7 Deember 2013 240 394 634

21 8 Desember 2013 127 741 868

22 9 Desember 2013 1 4 5

23 10 Desember 2013 47 198 245

24 11 Desember 2013 46 600 646

25 12 Desember 2013 114 845 959

26 13 Desember 2013 650 2546 3196

27 14 Desember 2013 32 219 251

28 15 Desember 2013 0 0 0

29 16 Desember 2013 0 12 12

30 17 Desember 2013 14 2 16

31 18 Desember 2013 79 54 133

TOTAL JUMLAH 7262 26701 33963

Pengamatan petir ini dilakukan pada 1 bulan 18 November 2013 sampai dengan 18

Desember 2013. Dalam pengamatan petir ini, yang diamati adalah Petir yang terjadi karena

ada perbedaan potensial antara awan dan bumi atau dengan awan lainnya . Data yang

didapatkan dari pengamatan petir kemudian diplot grafik agar diketahui jumlah petir

terbanyak pada 1 bulan 18 November 2013 sampai dengan 18 Desember 2013 dan

kemudian data tersebut dipetakan agar diketahui lokasi kejadian petir.

Page 28: Irwin Syah Putra

22

4.11. Jumlah petir

Berikut merupakan grafik jumlah petir CG+ dan CG- yang ditunjukkan pada Gambar di bawah ini :

Gambar 4.9 Grafik jumlah petir CG+ dan CG – pada bulan November 2013 sampai dengan Desember 2013.

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

CG Positive (+)

CG Negative (-)

Page 29: Irwin Syah Putra

23

Keterangan grafik :

1. Total sambaran tertinggi pada tanggal 18 November 2013 berjumlah 8.978, total

keseluruhannya dari tanggal 18 November sampai dengan 18 Desember 2013 di

Provinsi Aceh berjumlah 33.963 sambaran selama bulan November sampai dengan

Desember 2013.

2. Sambaran petir jenis CG+ tertinggi berjumlah 1.468 sambaran yang terjadi pada

tanggal 18 November 2013 dan sambaran petir jenis CG+ terendah berjumlah 1

sambaran terjadi pada tangga 9 Desember 2013 di Provinsi Aceh

3. Sambaran petir jenis CG- tertinggi berjumlah 7.510 sambaran, yang terjadi pada

tanggal 18 November 2013 dan sambaran petir jenis CG- terendah berjumlah 2

sambaran terjadi pada tanggal 17 Desember 2013 di Provinsi Aceh.

Page 30: Irwin Syah Putra

24

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil yang diperoleh selama Kuliah Kerja Praktek (KKP) berlangsung,

dapat diketahui bahwa Lightning Detector sangat berguna untuk pengamatan petir/kilat,

khususnya pada kantor stasiun geofisika Mata Ie, Banda Aceh, sehingga dapat diambil

beberapa laporan ini yaitu:

1. Pripsip kerja dari Lightning Detector adalah menangkap frekuensi sambaran

petir yang kemudian diubah menjadi sinyal digital untuk dapat dibaca oleh

perangkat komputer.

2. Total sambaran keseluruhan dari tanggal 18 November sampai dengan 18

Desember 2013 di Provinsi Aceh berjumlah 33.963 sambaran.

3. Sambaran petir jenis CG+ tertinggi berjumlah 1.468 sambaran yang terjadi

pada tanggal 18 November 2013 dan sambaran petir jenis CG+ terendah

berjumlah 1 sambaran terjadi pada tangga 9 Desember 2013 di Provinsi Aceh;

Sambaran petir jenis CG- tertinggi berjumlah 7.510 sambaran, yang terjadi

pada tanggal 18 November 2013 dan sambaran petir jenis CG- terendah

berjumlah 2 sambaran terjadi pada tanggal 17 Desember 2013 di Provinsi Aceh.

5.2. SARAN

Diharapkan untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan memperluas area

jangkauan deteksi sambaran petir, sebaiknya menambahkan sensor alat lightning

detector pada beberapa daerah lainnya sehingga data yang didapatkan mencakup

seluruh daerah Provinsi Aceh.

Page 31: Irwin Syah Putra

25

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto. 2008. Panduan Pelatihan Pengolahan Data Lightning Detector 2000 dengan

Surge TRAX & reTRAX, Jakarta.

Bayong, Tjasyono. 2003. Sains Atmosfer. Institut Teknologi Bandung (ITB).

Husni, M. 2003. Pengamatan petir di Indonesia. Badan Meteorologi Klimatologi dan

Geofisika (BMKG).

Rockavanka, Rama. 2013. Pengertian Amplifire. [Online] tersedia di:

http://rockabillyindo.blogspot.com/2013/01/pengertian-amplifier_24.html diakses

tanggal 20 Februari 2014.

Rusmandi, Dedy. 2001. Mengenal Komponen Elektronika, Bandung: Penerbit Pionir Jaya.

Sharen, Rein. 2013. Pengertian dan Jenis Antena Jaringan. [Online] tersedia di:

http://sahrenteck.blogspot.com/2013/10/pengertian-dan-jenis-antena-jaringan.html

diakses tanggal 20 Februari 2014.

Sofyan. 2012. Display atau Poster. [Online] tersedia di:

http://okesofyan.blogspot.com/2012/01/display-atau-poster.html diakses tanggal 20

Februari 2014.

Susanto, dkk. 1978. Pengantar Geofisika. Akademi Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.

Sutalaksana, Iftikar, Z. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: Jurusan Teknik Industri

Institut Teknologi Bandung.

Page 32: Irwin Syah Putra
Page 33: Irwin Syah Putra
Page 34: Irwin Syah Putra

LAMPIRAN 2

FOTO-FOTO KEGIATAN

Page 35: Irwin Syah Putra