jbptitbpp gdl ahmadriyad 31204 4 2008ts 3

Upload: demianus-pangloli

Post on 14-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jaringan

TRANSCRIPT

  • 14

    BAB III

    PROSEDUR PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

    Tahapan-tahapan perancangan PML untuk robot manipulator 2-DOF dengan

    optimisasi algoritma genetika adalah sebagai berikut:

    1. pemodelan robot manipulator,

    2. perancangan PML untuk robot manipulator,

    3. perancangan algoritma genetika untuk optimisasi PML,

    4. dan perancangan perangkat keras PML.

    III.1 Pemodelan Robot Manipulator

    Ada dua tahapan dalam memodelkan sebuah robot manipulator, yaitu: model

    kinematika dan model dinamika. Kinematika robot adalah studi analitis

    pergerakan lengan robot terhadap sistem kerangka koordinat acuan yang

    diam/bergerak tanpa memperhatikan gaya yang menyebabkan pergerakan

    tersebut. Model kinematika merepresentasikan hubungan end-effector dalam

    ruang tiga dimensi dengan variabel sendi dalam ruang sendi. Persamaan

    kinematika maju mendeskripsikan posisi dan orientasi end-effector yang

    dinyatakan dalam posisi sendi. Sedangkan persamaan kinematika balik

    mendeskripsikan konfigurasi posisi sendi untuk menghasilkan posisi dan orientasi

    end-effector tertentu.

    Dinamika robot adalah formulasi matematis yang menggambarkan tingkah laku

    dinamis dari manipulator dengan memperhatikan gaya yang menyebabkan

    pergerakan tersebut. Persamaan dinamika maju digunakan untuk menghitung nilai

    posisi, kecepatan dan percepatan dari setiap sendi apabila diberikan gaya/torsi

    pada setiap sendi. Sedangkan persamaan dinamika mundur digunakan untuk

    menghitung nilai gaya/torsi setiap sendi apabila diberikan posisi, kecepatan dan

    percepatan dari setiap sendi. Dinamika robot ini digunakan untuk simulasi

    pergerakan lengan robot, perancangan strategi dan algoritma kendali agar lengan

    robot memenuhi tanggapan serta kinerja yang diinginkan, dan mengevaluasi

    perancangan kinematika dan struktur dari lengan robot.

  • 15

    Sistem robot secara garis besar terdiri dari sistem pengendali, elektronik dan

    mekanik. Dalam bentuk diagram blok dapat dinyatakan seperti dalam Gambar

    III.1 berikut ini.

    Gambar III.1. Diagram sistem robot.

    G(s) adalah persamaan matematika pengendali, sedangkan H(s) adalah persamaan

    untuk sistem robot secara fisik termasuk aktuator dan sistem elektroniknya.

    Komponen ri adalah masukan acuan yang dalam penerapannya dapat berupa

    posisi, kecepatan, dan percepatan. Dalam fungsi waktu, nilai masukan ini dapat

    bervariasi dan kontinyu yang membentuk suatu konfigurasi trayektori. Komponen

    e adalah nilai galat antara keluaran dan masukan acuan, sedangkan u adalah

    keluaran dari pengendali dan y adalah fungsi gerak robot yang diharapkan selalu

    sama dengan acuan yang didefinisikan pada masukan ri

    Jika masukan merupakan fungsi dari suatu kooridnat vektor posisi dan orientasi

    P(x,y,z) dan keluarannya adalah (1, 1,, n) dimana n adalah jumlah sendi atau DOF, maka Gambar III.1 dapat digambar ulang seperti yang terlihat pada

    Gambar III.2 berikut ini.

    Gambar III.2. Digram blok sistem pengendali robot.

  • 16

    Dalam Gambar III.2 di atas, keluaran yang diukur dari gerakan robot adalah

    dalam domain sudut dari sendi-sendi, baik sendi pada sistem tangan/kaki atau

    sudut dari perputaran roda jika robot tersebut adalah mobile robot. Sedangkan

    yang diperlukan oleh pengguna dalam pemrograman atau dalam pemetaan ruang

    kerja robot adalah posisi (ujung tangan atau titik tertentu pada bagian robot) yang

    dinyatakan sebagai koordinat 2D (kartesian) atau 3D. Dengan demikian perlu

    dilakukan transformasi koordinat antara ruang kartesian dengan ruang sendi/sudut

    ini. Pada Gambar III.2 dinyatakan sebagai kinematika balik dan kinematika maju.

    Kombinasi antara transformasi koordinat P ke dengan pengendali G(s) disebut sebagai pengendali kinematika. Masukannya berupa sinyal galat P, ep, sedangkan

    keluarannya adalah sinyal kemudi u untuk aktuator. Dalam konteks praktis, u

    adalah sinyal-sinyal analog dari DAC untuk seluruh aktuator robot.

    III.1.1 Kinematika Robot Manipulator

    A. Konsep Kinematika

    Dari Gambar III.2, pengendali dinyatakan sebagai pengendali kinemaik karena

    mengandung komponen transformasi ruang kartesian ke ruang sendi. Dengan

    demikian diperoleh keluaran pengendali u yang bekerja dalam ruang sendi, u(1, 1,, n). Sebaliknya, pengendali memerlukan umpan balik dalam bentuk koordinat karena acuan diberikan dalam bentuk koordinat. Penjelasan ini dapat

    diilustrasikan dalam Gambar III.3 berikut ini.

    Ruang kartesian/2D-3DP(x,y,z)

    Ruang sudut/sendi (r, )

    Kinematik balik

    Kinematik maju

    Gambar III.3 Transformasi kinematika maju dan kinematika balik.

  • 17

    Dari Gambar III.3 dapat diperoleh dua pernyataan mendasar, yaitu:

    Jika jari-jari r dan dari suatu struktur robot n-DOF diketahui, maka posisi P(x,y,z) dapat dihitung. Jika merupakan sebuah fungsi berdasarkan waktu (t), maka posisi dan orientasi P(t) dapat dihitung juga secara pasti. Transformasi koordinat ini dikenal sebagai kinematika maju.

    Jika posisi dan orientasi P(t) diketahui maka, (t) tidak langsung dapat dihitung tanpa mendefinisikan berapa DOF struktur robot itu. Jumlah

    sendi n dari n-DOF yang dapat dibuat untuk melaksanakan tugas sesuai

    dengan posisi dan orientasi P(t) itu dapat bernilai n=(m,m+1,

    m+2,,m+p) dimana m adalah jumlah sendi minimum dan p adalah

    jumlah sendi yang dapat ditambahkan. Robot berstruktur m-DOF disebut

    dengan robot nonredundant, sedang bila (m+p)-DOF maka disebut sebagai

    robot redundant. Transformasi ini dikenal sebagai kinematika balik.

    Dari pernyataan di atas nampak bahwa analisis kinematika maju adalah relatif

    sederhana dan mudah diimplementasikan. Di sisi lain, karena variabel-variabel

    bebas pada robot yang diperlukan dalam akusisi kendali adalah berupa variabel-

    variabel sendi (aktuator), sedang tugas yang didefinisikan hampir selalu dalam

    acuan koordinat kartesian, maka analisis kinematika balik lebih sering digunakan

    dan dikaji secara mendalam dalam dunia robotik.

    Jadi, kinematika dalam robotik adalah suatu bentuk pernyataan yang berisi tentang

    deskripsi matematik geometri dari suatu struktur robot. Dari persamaan

    kinematika dapat diperoleh hubungan antara konsep geometri ruang sendi pada

    robot dengan konsep koordinat yang biasa dipakai untuk menentukan kedudukan

    dari suatu obyek. Dengan model kinematika, programmer dapat menentukan

    konfigiurasi masukan acuan yang harus diumpanbalikan ke tiap aktuator agar

    robot dapat melakukan gerakan simultan (seluruh sendi) untuk mencapai posisi

    yang diinginkan. Sebaliknya, informasi kedudukan (sudut) yang dinyatakan oleh

    tiap sendi ketika robot sedang melakukan suatu pergerakan, dengan menggunakan

    analisis kinematika, programmer dapat menentukan dimana posisi ujung link atau

    bagian robot yang bergerak itu dalam koordinat ruang.

  • 18

    Model kinematika robot manipulator dapat ditentukan dengan menggunakan

    metoda Denavit-Hertenberg. Prinsip dasar metoda ini adalah melakukan

    transformasi koordinat antar dua link yang berdekatan. Hasilnya adalah suatu

    matrik (4x4) yang menyatakan sistem koordinat dari suatu link dengan link yang

    terhubung pada pangkalnya (link sebelumnya). Dalam konfigurasi serial, koodinat

    (ujung) link-1 dihitung berdasarkan sendi-0 atau sendi pada tubuh robot. Sistem

    koordinat link-2 dihitung berdasarkan posisi sendi-1 yang berada diujung link-1

    dengan mengasumsikan link-1 adalah basis gerakan link-2. Demikian seterusnya,

    link-3 dihitung berdasarkan link-2, hingga link ke-n dihitung berdasarkan link-(n-

    1). Dengan cara ini maka tiap langkah perhitungan atau transformasi hanya

    melibatkan sistem 1-DOF saja. Terakhir, posisi koordinat lengan atau posisi ujung

    robot/end-effector akan dapat diketahui.

    Gambar III.4 mengilustrasikan dua buah link yang terhubung secara serial.

    Konfigurasi hubungan dapat berupa sendi rotasi ataupun sendi translasi. Dalam

    hal ini, metoda Denavit-Hertenberg (DH) menggunakan 4 buah parameter, yaitu

    , , d dan a. Untuk robot n-DOF maka keempat parameter tersebut ditentukan hingga yang ke-n. Penjelasannya yaitu:

    o n adalah sudut putaran pada sumbu zn-1, o n adalah sudut putaran pada sumbu xn, o dn adalah translasi pada sumbu zn-1, dan o an adalah translasi pada sumbu xn.

    Dari Gambar III.4 dapat didefinisikan suatu matrik transformasi homogen yang

    mengandung unsur rotasi dan translasi, seperti dituliskan pada persamaan (3.1): n-1An = R(z, n)Ttrans(0,0,dn)Ttrans(an,0,0)R(x, an) ..(3.1)

  • 19

    Gambar III.4. Sambungan antar link dan parameternya.

    Untuk link dengan konsfigurasi sendi putaran, matrik transformasi A pada sendi

    ke-n adalah seperti yang terlihat pada persamaan (3.2).

    ....(3.2)....................

    1000cossin0

    sinsincoscoscossincossinsincossincos

    1

    =

    nnn

    nnnnnnn

    nnnnnnn

    nn

    daa

    A

    Untuk konfigurasi sendi gerak translasi, nilai a adalah 0 sehingga komponen

    cos=1 dan sin =0. Selanjutnya sin akan ditulis S, sedangkan cos akan ditulis C.

    Untuk robot manipulator yang memiliki n-sendi, hubungan rotasi dan translasi

    antara end-effector terhadap koordinat dasar dinyatakan dalam matrik link 0An

    yang ditentukan dengan menggunakan aturan perkalian rantai matrik transformasi

    homogen seperti yang terlihat pada persamaan (3.3) berikut ini. 0An = 0A11A2n-1An ...(3.3)

    Persamaan kinematika maju yang menyatakan posisi dan orientasi end-effector

    terhadap posisi sendi ditentukan dengan mendekomposisi matrik link 0An untuk

    menghasilkan vektor posisi end-effector 0Pn dan matrik orientasi end-effector 0Rn

    seperti yang terlihat pada persamaan (3.4) berikut ini.

  • 20

    ...(3.4).......................................................................................... 10

    000

    = nnn PRA

    Turunan pertama persamaan kinematika maju tersebut menghasilkan persamaan

    kinematika diferensial dan matrik Jacobian (JR) robot yang menyatakan

    hubungan antara kecepatan end-effector v terhadap kecepatan sendi q& seperti yang terlihat pada persamaan (3.5) berikut ini.

    .5)........(3.................................................................................................... qJv R &=

    [ ]( )

    ....(3.6)........................................ n jika

    0

    n jika x

    ...

    1-n

    1-n

    1-n0

    n0

    1-n

    =

    =

    =

    =

    pristmatic

    revolute

    zz

    PPz

    J

    JJJJ

    n

    n21R

    B. Model Kinematika Robot Polar 2-DOF

    Robot yang digunakan dalam perancangan sistem kendali ini adalah jenis robot

    polar 2-DOF. Berdasarkan metoda Denavit-Hertenberg, maka konfigurasi sistem

    koordinat sistem robot dapat dilihat pada Gambar III.5 dan parameter sistem

    koordinatnya dapat dilihat pada Table III.1.

    1

    2

    Gambar III.5. Konfigurasi sistem koordinat robot polar 2-DOF.

  • 21

    Tabel III.1. Parameter sistem koordinat robot polar 2-DOF.

    Parameter Sendi-n 1 2 n 1 2 dn l1 0 an 0 l2 n 90o 0o

    Variabel sendi dan turunannya yaitu posisi sendi, kecepatan sendi, dan percepatan

    sendi dinyatakan dalam bentuk vektor seperti yang terlihat pada persamaan (3.7)

    berikut ini.

    [ ] [ ] [ ] .(3.7).................................................. 212121 TTT &&&&&&&&& === qqq

    Posisi pusat koordinat n berdasarkan sistem koordinat dasar dinyatakan dalam

    bentuk vektor terlihat pada persamaan (3.8) berikut ini.

    [ ][ ] .....(3.8)............................................................

    00

    221212212

    1T

    T

    SllCSlCCll

    +==

    2

    1

    pp

    Pada pusat sistem koordinat n dari pusat sistem koordinat n-1 berdasarkan sistem

    koordinat dasar dinyatakan dalam bentuk vektor seperti pada persamaan (3.9)

    sebagai berikut.

    [ ][ ] 9).......(3.............................................................

    00

    22212212

    1T

    T

    SlCSlCCll

    ==

    2

    1

    pp

    Posisi pusat massa link-n berdasarkan sistem koordinat dasar dinyatakan dalam

    bentuk vektor seperti pada persamaan (3.10) sebagai berikut.

    [ ][ ] )10.3..(..................................................

    00

    2221

    121221

    21221

    121

    T

    T

    SllCSlCCll

    +==

    2

    1

    cc

    Posisi pusat massa link-n dari pusat sistem koordinat n-1 berdasarkan sistem

    koordinat dasar dinyatakan dalam bentuk vektor seperti pada persamaan (3.11)

    sebagai berikut.

    [ ][ ] )11.3..(..................................................

    00

    2221

    21221

    21221

    121

    T

    T

    SlCSlCCll

    ==

    2

    1

    cc

  • 22

    Berdasarkan persamaan (3.2) dan dengan menggunakan parameter sistem

    koordinat pada tabel III.1, maka diperoleh persamaan (3.12) berikut ini.

    ).....(3.12....................

    10000100

    00

    1000010

    0000

    2222

    2222

    21

    1

    11

    11

    10

    =

    = SlCS

    ClSC

    lCS

    SC

    AA

    Berdasarkan persamaan (3.3) dan persamaan (3.12) di atas, maka diperoleh

    persamaan (3.13) yang merupakan matrik transformasi robot polar 2-DOF.

    ....(3.13)..................................................

    10000 22122

    21212121

    21212121

    20

    +

    =

    SllCSCSlCSSCSCClSSCCC

    A

    Berdasarkan persamaan (3.6), matrik jacobian robot polar 2-DOF yang

    merepresentasikan hubungan kecepatan ujung lengan robot dengan kecepatan

    sendi, seperti diperlihatkan pada persamaan (3.14) berikut ini:

    ).....(3.14......................................................................

    01000

    1

    1

    22

    212212

    212212

    R

    =C

    SCl

    SSlCClSClCSl

    J

    Persamaan kinematika balik yang menyatakan posisi sendi terhadap posisi dan

    orientasi ujung lengan robot adalah:

    ....(3.15)................................................................................ tan

    tan

    2211

    2

    11

    +=

    =

    YXlZ

    XY

  • 23

    III.1.2 Dinamika Robot Manipulator

    A. Konsep Dinamika

    Robot secara fisik adalah suatu benda yang memiliki struktur tertentu dengan

    massa tertentu, sehingga dalam pergerakannya tunduk kepada hukum-hukum alam

    yang berkaitan dengan grafitasi dan atau massa/kelembaman. Jika robot berada di

    permukaan bumi, maka grafitasi dan massa akan mempengaruhi kualitas gerakan.

    Sedangkan bila robot berada di luar angkasa yang bebas grafitasi, maka massa

    saja yang dapat menimbulkan efek inersia/kelembaman. Setiap struktur dan massa

    yang berbeda akan memberikan efek inersia yang berbeda pula sehingga

    penanganan dalam pemberian torsi pada tiap sendi seharusnya berbeda pula.

    ),,( &&&

    Gambar III.6. Diagram model dinamika robot.

    Perhatikan kembali Gambar III.2 sebelumnya. Jika u adalah sinyal aktuasi pada

    aktuator motor DC-torsi, maka masukan pada model dinamika robot dapat

    dinyatakan sebagai torsi seperti yang terlihat pada persamaan (3.16), ).....(3.16.................................................................................................... aa Ki=

    Seperti yang diperlihatkan pada Gambar III.6, dengan ia adalah sinyal analog (arus

    motor) yang dikeluarkan oleh pengendali, dan Ka adalah konstanta motor. Karena

    torsi pada sendi akan menghasilkan gerakan, maka keluaran (dinamika) robot

    dapat dinyatakan memiliki 3 komponen yang menyatu dalam fenomena gerak

    rotasi tiap lengan sendi, yaitu sudut , kecepatan sudut & , dan percepatan sudut && . Gambar III.7 memperlihatkan skema kendali robotik berorientasi dinamika dengan penggambaran lebih detil tentang torsi yang dihasilkan oleh aktuator.

  • 24

    G(s)Transformasi

    koordinat P ke (Kinematika balik)

    Transformasi koordinat ke P

    (Kinematika maju)

    Pengendali

    ep+

    _H-1(s)Ka

    ia (ia1, ia2,,ian) ( 1, 2,, n) ),..,2,1(,, n &&&

    ),..,2,1(,, n &&&actact PP &,

    refref PP &,

    Gambar III.7. Diagram sistem kendali robot berorientasi dinamika.

    Jika keluaran sistem adalah ),..,2,1(,, n &&& dinyatakan sebagai q, maka torsi yang diberikan kepada sendi-sendi robot adalah seperti yang terlihat pada persamaan

    (3.17) berikut ini.

    17).......(3..................................................................................................... )(qf=

    Persamaan ini dikenal sebagai persamaan dinamika maju. Model dinamikanya

    dapat ditulis sebagai H(s). Sebaliknya, jika torsi diketahui (sebagai masukan), maka q akan diketahui dengan menggunakan dinamika balik. Model dinamikanya

    dinyatakan dengan H-1(s). Persamaannya adalah:

    .(3.18).................................................................................................... )(1 = fq

    Hubungan model matematik dinamika balik dan dinamika maju dapat

    diilustrasikan melalui Gambar III.8 berikut ini.

    ),..,2,1(,, n &&&

    Gambar III.8. Transformasi dinamika balik dan dinamika maju.

    Untuk memperoleh sistem kendali gerakan robot yang ideal, diperlukan sistem

    kendali yang menggabungkan antara kendali kinematika dan kendali dinamika.

  • 25

    Seperti lazimnya dalam persamaan matematika, solusi penyelesaian dengan

    memilih nilai variabel-variabel yang benar adalah diperlukan. Dengan pendekatan

    kendali dinamika maka sinyal aktuasi pengendali dapat lebih presisi dengan

    dimasukannya unsur perbaikan torsi yang sesuai dengan efek dinamika ketika

    robot bergerak. Jika kendali kinematika lebih berfungsi untuk menjaga kestabilan

    gerak, maka kendali dinamika lebih berfungsi untuk meningkatkan kekokohan

    terhadap gangguan yang dapat muncul selama operasi.

    B. Model Dinamika Robot Polar 2-DOF

    Dengan asumsi bahwa kedua link merupakan batang pipih homogen, maka tensor

    inersia link-n terhadap pusat massanya (persamaan (3.19)) dapat dinyatakan dalam

    sistem koordinat n berikut ini.

    ).....(3.19.................... 00

    00000

    00

    00000

    22212

    1

    22212

    12

    21112

    1

    21112

    1

    1

    =

    =

    lmlm

    lm

    lmII

    Tensor inersial link-n terhadap pusat massanya yang dinyatakan dalam sistem

    koordinat dasar ditentukan dengan menggunakan persamaan (3.20 ) berikut.

    ( ) ..(3.20).......................................................................................... n0nn00n TAIAI =

    Dengan melakukan substitusi persamaan (3.20), (3.19), dan (3.3), maka diperoleh

    persamaan (3.21):

    .21)........(3.................... 22221221

    2212

    122

    2111

    2211

    221112211

    21

    22

    21

    22212

    102

    ++

    =CCSSCSC

    CSSCSSCSSCSCSCCSSCSSSC

    lmI

    Kecepatan linier dan kecepatan sudut pusat massa link n dapat dinyatakan dalam

    kecepatan sendi dengan menggunakan persamaan (3.22) berikut:

    [ ]q0czv &3x1101 x= [ ]qz &1301 x0= ( )[ ]qpczczv

    1&

    12202 = xx

    .(3.22)

  • 26

    [ ]qz &102 z=

    Dengan melakukan substitusi, maka diperoleh persamaan (3.23):

    3.23).........(..............................

    0100

    010000

    0000000

    1

    1

    1

    2221

    21221

    21221

    21221

    21221

    1

    q q

    qv qv

    2

    2

    &&

    &&

    =

    =

    =

    =

    CS

    ClSSlCClSClCSl

    Energi kinetik link-n yang menyatakan gabungan energi kinetik translasi dan

    energi kinetik rotasi ditentukan dengan menggunakan persamaan (3.24) berikut:

    .(3.24)...................................................................... 0n2

    1n

    Tn2

    1n

    Tnnn mK Ivv +=

    Dengan melakukan substitusi persamaan (3.24), dan (3.23), maka diperoleh

    persamaan (3.25) yang merupakan energi kinetik untuk kedua sendi.

    ...(3.25)...................................................................... 0

    22

    2226

    121

    22

    2226

    12

    1

    && lmClmKK

    +==

    Energi kinetik robot polar 2-DOF merupakan penjumlahan energi kinetik seluruh

    link sebagai berikut:

    ).....(3.26...................................................................... 222226

    121

    22

    2226

    1 && lmClmK +=

    Energi potensial link-n ditentukan dengan menggunakan persamaan (3.27)

    berikut:

    .27)........(3.......................................................................................... ncgnn mP =

    Dengan melakukan substitusi persamaan (3.27) dan (3.11), maka diperoleh

    persamaan (3.28) yang merupakan energi potensial untuk kedua sendi robot.

    ..(3.28)................................................................................

    22221

    122

    1121

    1

    SglmglmPglmP

    +==

    Energi potensial robot polar 2-DOF merupakan penjumlahan energi potensial

    seluruh link seperti yang terlihat pada persamaan (3.29) sebagai berikut:

  • 27

    3.29).........(............................................................ 22221121121 SglmglmglmP ++=

    Fungsi lagrangian menyatakan selisih energi kinetik dengan energi potensial

    sebagai berikut:

    ...(3.30).................................................................................................... PKL =

    Dengan melakukan substitusi persamaan (3.30), (3.26) dan (3.29), maka diperoleh

    persamaan (3.31) yang merupakan fungsi lagrange robot polar 2-DOF.

    .31)........(3.................... 2222112112122

    2226

    121

    22

    2226

    1 SglmglmglmlmClmL += &&

    Persamaan (3.32) merupakan dinamika balik yang menyatakan torsi sendi

    terhadap percepatan sendi ditentukan dengan menggunakan persamaan

    Laggrange-Euler sebagai berikut:

    .(3.32).......................................................................................... nn

    n qL

    qL

    dtd

    = &

    Dengan melakukan substitusi persamaan (3.32), dan (3.31), maka diperoleh torsi

    untuk masing-masing sendi seperti yang terlihat pada persamaan (3.33).

    (3.33)..................................................

    222212

    1222223

    12

    2223

    12

    21222223

    21

    22

    2223

    11

    CglmCSlmlmCSlmClm

    L

    L

    ++==

    &&&&&&&

    III.1.3 Model Sistem Aktuator Motor DC

    Sistem penggerak yang digunakan dalam merancang robot manipulator adalah

    motor DC. Pada penelitian ini, motor DC yang digunakan adalah jenis tegangan

    armature terkendali. Untuk jenis ini, keluaran motor DC dikendalikan oleh

    tegangan armature, sementara arus medan dijaga konstan. Gambar III.9

    memperlihatkan diagram skematik modor DC yang digunakan.

  • 28

    Gambar III.9. Diagram skematik motor DC.

    Torsi yang bekerja pada shaft motor () berbanding lurus dengan arus armature dan konstanta motor DC, seperti yang terlihat pada persamaan (3.34).

    3.34).........(.......................................................................................... aaiK=

    Sementara persamaan (3.35) merupakan tegangan armature dari motor DC.

    ...(3.35)................................................................................ ba

    aaaa edtdiLRiV ++=

    dengan

    nKe Lmmbb

    == dan & , selanjutnya L ditulis menjadi Sehingga diperoleh persamaan (3.36) yang merupakan torsi yang bekerja pada

    shaft motor.

    .(3.36)................................................................................

    = La

    b

    a

    aa nR

    KRV

    K &

    Persamaan (3.37) merupakan torsi yang digunakan untuk menggerakan motor DC.

    mmmmm FJ &&& += .....(3.37)

    Torsi yang bekerja pada shaft motor adalah torsi yang digunakan untuk

    menggerakan sendi. Dengan menggunakan hukum kesetimbangan mekanik, torsi

    yang bekerja pada shaft motor dapat ditulis seperti yang terlihat pada persamaan

    (3.38) berikut ini. *Lm += .(3.38)

  • 29

    dengan *L adalah torsi sendi yang mengacu pada shaft motor. Dengan menggunakan persamaan dinamika sistem robot manipulator dan transmisi roda

    gigi, *L dapat ditulis seperti yang terlihat pada persamaan (3.39) berikut ini. LL n =* ...(3.39)

    dengan transmisi roda gigi adalah seperti yang terlihat pada persamaan (3.40).

    40).......(3..................................................................................................... L

    M

    NNn =

    NM adalah roda gigi yang terhubung dengan shaft motor, sedangkan NL adalah

    roda gigi yang terhubung dengan shaft sendi.

    III.1.4 Model Gabungan Manipulator dan Sistem Aktuator Motor DC

    Untuk memperoleh model sistem yang lengkap dari robot manipulator adalah

    dengan mensubstitusi persamaan (3.37), (3.38), (3.39) dan (3.40), maka diperoleh

    persamaan (3.41) yang merupakan persamaan dinamika balik untuk masing-

    masing sendi.

    )41.3(cos

    21cossin

    31

    33

    cossin32

    33cos

    222222

    22122

    22222

    2

    2222

    22

    2

    11

    12122

    22211

    1

    1222

    2221

    1

    LLm

    LLLLm

    Lm

    LLLLLmL

    glmnnF

    lmnn

    JlmnnF

    lmnn

    Jlmn

    ++++=

    ++=&&&&

    &&&&&

    dengan 1 dan 2 adalah torsi untuk sendi 1 dan sendi 2, m1 dan m2 adalah massa untuk masing-masing link, l1 dan l2 adalah panjang masing-masing link, Jm1 dan

    Jm2 adalah momen inersia motor Fm1 dan Fm2 adalah gaya gesek motor, L1 dan L2 adalah sudut pergerakan sendi dan n1 dan n2 adalah gear ratio masing-masing

    sendi.

    Dengan mensubstitusikan persamaan (3.36), dan (3.41), maka diperoleh

    11111 aL VBHD +=&& .....(3.42) 222222 aL VBGHD ++=&& .....(3.43)

  • 30

    dengan

    ( )

    1

    11

    212222211

    1

    1

    11

    111

    1

    1222

    2221

    1

    cossin32

    33cos

    a

    a

    LLLLLm

    a

    ba

    mL

    RKB

    lmnn

    FRnKKH

    nJlmnD

    =

    +

    +=

    +=

    &&&

    ( )

    2

    22

    22222

    2122

    22222

    2

    2

    22

    222

    2

    2222

    22

    2

    cos21

    cossin31

    33

    a

    a

    L

    LLLLm

    a

    ba

    m

    RKB

    glmnG

    lmnn

    FRnKKH

    nJlmnD

    =

    =

    +=

    +=

    &&

    Dipilih peubah status 24231211 ;;; LLLL xxxx && ==== . Dimana LL &dan adalah posisi dan kecepatan sendi manipulator. Sementara masukan kendalinya adalah

    2211 ; aa VuVu == dan keluaran yang diinginkan adalah 2211 ; LL yy == . Dari peubah status yang dipilih, maka diperoleh persamaan status non-linier robot

    manipulator 2 derajat kebebasan sebagai berikut:

    ( )

    +

    +=

    2

    1

    21

    2

    11

    1

    221

    2

    4

    11

    1

    2

    4

    3

    2

    1

    000000

    uu

    BD

    BD

    GHDx

    HDx

    xxxx

    &&&&

    ...(3.44)

    xy

    =01000001

    ....(3.45)

    Parameter fisik robot yang digunakan untuk masing-masig sendi adalah sebagai

    berikut:

    hambatan armature (Ra)=0.2 , konstanta proporsional (Kb)= 5,5 x 10-2 V.s/rad, konstanta torsi motor (Ka) =6 x 10-5 Nm/A, momen inersia motor (Jm) =10-5 kgm2,

  • 31

    koefisien gesekan motor (Fm)=0, gear ratio (n) = 0.1, massa sendi-1 (m1) = 3 kg, massa sendi-2 (m2) = 1.5 kg, panjang link-1 = 0.35 m, panjang link-2 = 0.5 m, gaya grafitasi = 9.8 kg m/s2.

    III.2 Perancangan PML untuk Robot Manipulator

    Pada penelitian ini, masukan acuannya berupa sudut putaran dan keluarannya pun

    berupa sudut putaran, sehingga tidak diperlukan transformasi untuk mengubah

    sudut putaran ke vektor posisi. Sistem kendali yang akan dirancang pada robot

    manipulator adalah PML. Konsep dasar pengendalian robot manipulator dengan

    PML diperlihatkan pada Gambar III.10 berikut ini.

    S

    C )(),(),()( tutxBtxftx +=&

    ),()),(( 1 txSftxSB

    ( ) f

    x y

    xr (acuan)

    xe

    +_

    +

    +

    ueq

    un

    u

    Gambar III.10 Konsep dasar PML pada robot manipulator.

    Tujuan pengendalian pada robot manipulator ini adalah membuat status keluaran

    ( 1x =posisi sendi-1) dan ( 3x =posisi sendi-2) mengikuti masukan acuan xr ( rx1 dan

    rx3 ), dan status lainnya (x2=kecepatan sendi-1) dan (x4=kecepatan sendi-2)

    menuju nol. Didefinsikan status galat dari sistem adalah seperti yang terlihat pada

  • 32

    persamaan (3.46) berikut ini.

    (3.46)....................................................................................................

    0

    0

    4

    33

    2

    11

    =

    xxx

    xxx

    er

    r

    dengan e adalah galat penjejakan status. Perancangan PML dimulai dengan

    merancang permukaan luncur untuk sistem yang akan dikendalikan. Berikut ini

    persamaan (3.47) dan (3.48) adalah permukaan luncur untuk sendi-1 dan sendi-2..

    ( ) ( )rr xxdtdxxS 111111 +=

    rxSxxS 112111 += ....(3.47) ( ) ( )rr xxdt

    dxxS 333322 +=

    rxSxxS 314321 += ....(3.48)

    Sehingga matrik permukaan luncur yang diperoleh adalah seperti yang terlihat

    pada persamaan (3.49) berikut:

    0, 100001

    2132

    11

    2

    1 >

    +

    = SS

    xSxS

    xS

    S

    r

    r ................................................(3.49)

    Dari persamaan (3.49) pemilihan S berkaitan dengan dinamika sistem yang akan

    mempengaruhi tanggapan sistem terhadap waktu. Dengan memilih S yang tepat,

    maka kutub-kutub pada matrik karakteristik sistem lingkar tertutup akan dapat

    disesuaikan dengan tujuan pengendalian.

    Dengan menggunakan syarat kondisi luncur 0=& , diperoleh masukan kendali ekivalen seperti yang dapat dilihat pada persamaan (2.8). Operasi matrik pada

    persamaan (2.8) akan diperoleh persamaan masukan kendali ekivalen seperti yang

    terlihat pada persamaan (3.50) sebagai berikut:

  • 33

    ( )

    ++

    +=

    21

    2

    221

    242

    11

    1

    11

    121

    BDGHDxS

    BDHDxS

    ueq .......................................................................(3.50)

    yang akan membawa status sistem menuju permukaan luncur.

    Selanjutnya dirancang masukan kendali tak kontinyu un yang akan menjaga status

    sistem tetap berada dalam permukaan luncur/dalam kondisi luncur. Pada

    perancangan masukan kendali tak kontinyu seperti yang dapat dilihat pada

    persamaan (2.9), dipilih parameter k (penguat pensaklaran) yang sesuai untuk

    meminimalisasi galat penjejakan dari tanggapan sistem. Dengan menjumlahkan

    masukan kendali tak kontinyu un dengan masukan kendali ekivalen ueq, maka

    diperoleh masukan kendali total yang akan diumpanbalikan ke plant

    III.3 Algoritma Genetika untuk Optimisasi

    Algoritma genetika bekerja untuk mencari parameter-parameter PML agar

    menghasilkan kinerja pengendali sesuai dengan yang diinginkan. Parameter-

    parameter yang akan dioptimisasi pemilihannya adalah penguat pensaklaran k

    dan konstanta permukaan luncur S. Agar dapat melakukan pemilihan parameter-

    parameter PML dengan algoritma genetika, dipilih R={k,S} sebagai sebuah

    kumpulan parameter dan mengkodekanya sebagai sebuah kromosom, kemudian

    pilih sebuah fungsi obyektif dan fungsi kepantasan yang digunakan untuk melacak

    sebuah solusi terbaik dalam ruang parameter tertentu. Fungsi obyektif yang dibuat

    harus merepresentasikan kebutuhan perancangan sistem kendali yang diinginkan,

    yaitu mempercepat tanggapan waktu dari keluran status x1 dan x3 (Tr) dan

    mengurangi galat penjejakan dari status x1 dan x3 (e) dan memperkecil amplitudo

    masukan kendali u (Umax). Fungsi obyektif didefinisikan pada persamaan (3.51).

    ( ) ( ) ( )2max32221 UcecTcF r ++= ........................................................................(3.51)

  • 34

    dimana c1, c2, c3 adalah konstanta-konstanta pengali untuk memperlihatkan

    prioritas optimisasi dari fungsi obyektif tersebut. Fungsi kepantasan dapat

    didefinisikan pada persamaan (3.52).

    11+= Ff ....................................................................................................(3.52)

    Fungsi obyektif perlu ditambah 1 untuk menghindari kesalahan program yang

    diakibatkan pembagian oleh 0. Seiring dengan mengecilnya fungsi obyektif,

    fungsi kepantasan akan bertambah besar sampai konvergen pada satu nilai

    tertentu. Hal ini merepresentasikan algoritma genetika bekerja dengan baik.

    Persamaan (3.53) dioperasikan untuk mencari nilai kepantasan tertinggi yang

    berelasi dengan solusi terbaik dalam algoritma genetika.

    ( ){ }RfMAX ................................................................................................(3.53)

    dimana R adalah sebuah kromosom yang merepresentasikan sebuah nilai tertentu

    yang berada pada ruang pelacakan P. Tiga operasi dasar algoritma genetika dapat

    diterapkan untuk memilih parameter-parameter {k, s1, s2} untuk meningkatkan

    indek kinerja PML dalam ruang pelacakan P. Jika kromosom dengan nilai

    kepantasan terbaik telah diperoleh, maka nilai kromosom tersebut dapat dipilih

    sebagai sebuah parameter penguat pensaklaran k dan konstanta permukaan luncur

    S dari PML.

    Secara umum prosedur pemilihan parameter PML dengan algoritma genetika

    dapat dirumuskan sebagai berikut:

    1. rumuskan parameter-parameter PML,

    2. buat polulasi awal dari kromosom secara random,

    3. kodekan masing-masing kromosom dalam populasi dan evaluasi kinerja

    dari tanggapan sistem,

    4. evaluasi nilai kepantasan (fitness) untuk masing-masing kromosom,

    5. reproduksi kromosom-kromosom tersebut berdasarkan nilai kepantasan

    yang telah dihitung pada tahap 4,

  • 35

    6. buat kromosom-kromosom baru dengan melakukan proses persilangan dan

    mutasi, dan mengganti kromosom yang lama dengan kromosom yang

    baru,

    7. ulangi tahap ke-3 sampai maksimum iterasi diperoleh atau nilai kepantasan

    konvergen pada satu nilai tertentu.

    Berikut ini Gambar III.11 merupakan diagram alir proses optimisasi parameter

    PML dengan menggunakan algoritma genetika.

  • 36

    Gambar III.11. Diagram alir tahapan optimisasi.

  • 37

    Kondisi-kondisi yang berkaitan dengan proses optimisasi ini adalah sebagai

    berikut:

    parameter fisik manipulator yang digunakan adalah jenis PUMA 560 yang sudah dimodifikasi,

    tidak melakukan penskalaan masukan kendali, tidak memperhatikan keluaran pengendali, apakah single action atau

    double action,

    tidak memodelkan kondisi offset dari amplifier yang ditemukan pada tahap realisasi.

    III.4 Realisasi Perancangan PML

    Dalam merealisasikan hasil perancangan PML ke dalam sebuah perangkat keras,

    diperlukan identifikasi kebutuhan perangkat keras yang akan digunakan untuk

    memudahkan dalam membuat skema pengendalian. Pada penelitian ini, karena

    penggerak robot yang digunakan adalah motor DC, maka dibutuhkan sebuah

    perangkat driver dan masukan sinyal dalam mengaktifkan perangkat driver

    tersebut. Hasil identifikasi perangkat keras dan melihat karakteristik PML dalam

    sebuah simulasi, maka diperoleh diagram blok realisasi perancangan PML seperti

    yang dapat dilihat pada Gambar III.12 di bawah ini.

    u

    S

    )(),(),()( tutxBtxftx +=&

    ),()),(( 1 txSftxSB

    ( ) f

    x

    xr (referensi)

    xe

    + _

    + +

    ueq

    un

    u (0-255)Convert/Scale

    PWM Driver Motor

    (PIC-Servo SC)

    PWM

    Pengendali(Personal Computer)

    Gambar III.12 Diagram blok realisasi PML.

  • 38

    Sinyal penggerak motor DC yang digunakan adalah sinyal PWM. Pada hasil

    perancangan PML, masukan kendali yang dihasilkan digunakan sebagai data

    untuk membangkitkan sinyal PWM. Sinyal PWM ini berfungsi untuk

    menggerakkan motor dalam hal ini manipulator ke posisi atau arah yang

    diinginkan. Sinyal PWM sendiri dibangkitkan oleh sebuah chip dalam hal ini PIC-

    Servo SC dengan duty cycle sesuai dengan data masukan kendali.

    Masukan kendali yang dihasilkan oleh PML pada perancangan yang sudah

    dilakukan sebelumnya, memiliki nilai yang sangat besar atau diluar batas data

    PWM yang diperbolehkan, yaitu 0 255. Data 0 merepresentasikan duty cycle

    0%, sedangkan 255 adalah 100%. Agar masukan kendali yang dihasilkan

    memiliki range 0-255, maka diperlukan penskala dan pengubah data masukan

    kendali menjadi data PWM.

    Pada penelitian ini, harus dicari masukan kendali maksimal yang dihasilkan oleh

    PML untuk model sistem yang sudah dioptimisasi dengan algoritma genetika. Hal

    ini digunakan untuk memudahkan dalam melakukan penskalaan bagi masukan

    kendali. Skala yang dibuat agar masukan kendali berada pada batas-batas data

    yang diperbolehkan oleh PWM adalah seperti yang dapat dilihat pada persamaan

    (3.54)

    ....(3.54)......................................................................

    )max(2550

    0)max(

    255

    '2

    1

    =

    uu

    u

    uu

    Untuk menghindari jika masukan kendali memiliki nilai yang sangat besar lagi,

    maka pada perancangan pengendali ini dibuat batasan-batasan agar masukan

    kendali masih berada pada batas-batas nilai PWM yang diperbolehkan. Persamaan

    (3.55) di bawah ini memperlihatkan nilai keluaran akhir masukan kendali sebagai

    data PWM pada PIC-servo SC.

    55).......(3......................................... limit]output ,)(min[ ' deadbanduabsPWM +=

  • 39

    Parameter deadband merupakan sebuah offset 8 bit (0 255) untuk

    mengkompensasi friksi statis atau daerah dead band pada amplifier. Sedangkan

    penskala keluaran PWM dibatasi dengan output limit (8 bit data) yang definisikan

    oleh pengguna. Sebagai contoh, jika menggunakan motor 12 V dan diberi catu

    daya 12 V maka output limit-nya adalah 255, sedangkan jika motor 12 V diberi

    catu daya 24 V maka output limit-nya adalah 255/2, atau 127.

    Realisasi perangkat keras yang dibuat dalam mengimpelentasikan PML adalah

    seperti yang dapat dilihat pada Gambar III.13 berikut ini.

    1

    2

    Gambar III.13 Diagram PML manipulator 2-DOF.

    Dari Gambar III.13 di atas, susunan PML untuk robot manipulator adalah sebagai

    berikut:

    1. joystik, Joystik berfungsi sebagai pengatur arah atau posisi dari manipulator.

    Joystik merepresentasikan nilai acuan posisi dari PML. Pergerakan joystik

    ini sama dengan pergerakan manipulator, yaitu mengangguk dan

    menggeleng. Data keluaran remote adalah berupa data enkoder yang

    merepresentasikan posisi dari joystik. Data enkoder dihitung oleh

  • 40

    perangkat PIC-servo dan dikirim ke PC sebagai data acuan oleh perangkat

    kendali.

    2. PIC-Servo SC, PIC-servo SC berfungsi sebagai pemberi data PWM pada driver motor DC

    dan pembaca enkoder dari remote dan manipulator. PIC-Servo SC sendiri

    merupakan solusi satu chip untuk implementasi kendali servo motor DC

    dengan balikan incremental encoder. PIC-Servo SC merupakan sebuah

    mikrokontroler PIC18F2331 yang telah diprogram dengan berbagai fitur,

    diantaranya pengendali PID, kendali posisi dan kecepatan dan sebuah

    antarmuka serial yang dapat terhubung dengan RS232, RS485 dan RS422.

    Selain dari itu dilengkapi dengan enkoder yang dapat berantarmuka

    dengan enkoder dari motor DC. Gambar III.14 merupakan skematik modul

    PIC-Servo yang digunakan dalam mengendalikan motor DC.

    Gambar III.14 Skematik modul PIC-Servo SC.

    Dalam mengirim paket data dan perintah ke PIC-servo SC untuk

    menggerakan atau menjalankan motor, digunakan komunikasi serial.

  • 41

    Koneksi antar modul jika menggunakan lebih dari satu modul

    diperlihatkan pada Gambar III.15 di bawah ini.

    Gambar III.15. Koneksi beberapa modul kendali.

    Masing-masing modul memiliki alamat yang unik yang diberikan secara

    dinamik oleh host. Paket perintah dikirim ke sebuah modul pengendali

    yang alamatnya sudah diinisialisasi oleh sebuah host dalam hal ini

    komputer. Jika paket perintah sudah diterima oleh modul, maka data status

    akan dikirim balik ke host. Kecepatan pengiriman data bawaan yang

    digunakan adalah 19.200 bit persecon tetapi dapat diubah sampai 230.400

    bit persecon. Protokol komunikasi yang digunakan adalah 8 bit paket data,

    1 start bit, 1 stop bit dan tidak menggunakan paritas. Paket perintah yang

    digunakan memiliki struktur sebagai berikut:

    byte header (selalu 0xAA),

    byte alamat modul (0 - 255),

    byte perintah,

    byte data tambahan (0 - 15 bytes),

    byte ceksum (8-bit).

    Sedangkat paket status memiliki struktur sebagai berikut:

    byte status,

    byte data status tambahan,

    byte ceksum.

    Berikut ini Tabel III.2 adalah kumpulan paket perintah yang dapat

    digunakan pada PIC-Servo SC.

  • 42

    Tabel III.2 Paket perintah PIC-Servo SC

    Paket perintah Kode Byte data Keterangan Reset position 0x0 0, 1 atau 5 Set atau clear 32 bit counter posisi Set address 0x1 2 Set alamat individual dan grup Define status 0x2 1 Mendefinsikan data mana seharusnya

    dikirim dalam setiap paket status Read status 0x3 1 Menyebabkan data status khusus dikirm

    balik hanya satu kali Load trayectory 0x4 1-14 Mengambil parameter motion trajectory

    untuk mode kecepatan dan profil trapezoidal

    Start motion 0x5 0 Mengeksekusi trayektori yang sudah diambil sebelumnya.

    Set gain 0x6 15 Set penguatan PID dan batasan operasi Stop motor 0x7 1 atau 5 Memberhentikan motor dengan empat

    mode pilihan I/O control 0x8 1 Set beberapa pilihan I/O Set homing 0x9 1 Set kondisi untuk mengambil posisi home Set baudrate 0xA 1 Set baudrate (hanya untuk group

    command) Clear bits 0xB 0 Clear status bit yang masih tersimpan bitsSave as home 0xC 0 Menyimpan posisi sekarang pada register

    posisi home Add path point 0xD 0-14 Menambahkan poin pada buffer path

    point untuk mode path control NoOp 0xE 0 Menyebabkan data status yang telah

    didefinisiakn akan dikembalikan Hard reset 0xF 0 atau 1 Reset pengednali kepada status power-up

    dengan pilihan menyimpan data pada EEPROM

    PIC_servo SC memiliki beberapa lapisan kendali yang dapat digunakan

    sesuai dengan kebutuhan. Lapisan-lapisan tersebut dapat dilihat pada

    Gambar III.16 berikut ini.

  • 43

    Gambar III.16 Lapisan kendali PIC-servo SC.

    Modus PWM

    Lapisan kendali PIC-Servo SC paling bawah adalah modus PWM. Pada

    modus PWM, PIC-Servo SC menerima data PWM dari luar dan

    memberikan sinyal PWM langsung ke amplifier. Modus PWM aktif atau

    bekerja pada saat catu daya mulai bekerja, dan modus profile dan servo

    tidak aktif, modus PWM juga bekerja ketika modus posisi berhenti aktibat

    kehilangan daya, galat posisi keluar batas yang ditetapkan, dan pada saat

    perintan stop motor bekerja.

    Modus Servo Posisi

    Lapisan berikutnya adalah modus servo posisi. Pada modus ini, PID

    bekerja menghitung nilai PWM untuk menggerakkan motor pada posisi

    yang diinginkan.

    Modus Kecepatan

    Pada modus kecepatan, selain putaran motor dapat bekerja pada kecepatan

    konstan juga putaran motor dapat berubah dari satu nilai kecepatan ke nilai

    kecepatan lain secara halus dengan nilai percepatan tertentu.

  • 44

    Modus Posisi Trapezoidal

    Pada modus ini, posisi tujuan, maksimum kecepatan dan percepatan dapat

    ditentukan oleh perancang. Ketika motor mulai bekerja, motor akan

    dipercepat sampai kecepatan maksimum kemudian tetap pada kecepatan

    konstan sampai posisi tujuan mendekat dan melakukan perlambatan

    sampai posisi tujuan tercapai.

    Modus Path Control

    Modus path control atau modus Coordinated Motion Control (CMC)

    merupakan modus khusus. Karena pada modus ini, host dapat dengan

    mudah mengkoordinasi pergerakan motor dari beberapa PIC-servo SC.

    Modus Masukan Arah dan Step

    Pada modus ini, motor bekerja pada modus stepper yaitu bergerak atau

    berputar berdasarkan urutan pulsa.

    3. PC, Komputer berfungsi sebagai host yang mengkoordinasi keseluruhan modul

    PIC-servo SC. Selain sebagai host, komputer berfungsi untuk

    mengimplementasikan pengendali modus luncur. Data posisi dari joystik

    dibaca oleh komputer dan dijadikan posisi acuan oleh PML untuk

    menghasilkan masukan kendali yang merepresentasikan nilai PWM.

    Sinyal PWM ini yang akan menggerakan manipulator untuk bergerak ke

    posisi acuan tersebut.

    4. manipulator 2-DOF. Manipulator 2-DOF merupakan plant yang akan dikendalikan

    pergerakannya menggunakan joystik.