jbptitbpp gdl ariefibrya 33982 3 2005ts 2

Upload: agus-arie-wibowo

Post on 24-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Jbptitbpp Gdl Ariefibrya 33982 3 2005ts 2

    1/24

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Perencanaan Bandara Udara

    Sistem bandar udara terdiri dari dua bagian yaitu sistem sisi udara (air side) dan sistem

    sisi darat (land side). Sistem air sidesuatu bandar udara terdiri dari : runway, taxiwaydan

    apron, seperti ditunjukkan pada Gambar II.1 berikut ini :

    Gambar II.1Air sidelapangan terbang

    Runway merupakan tempat pesawat udara untuk melakukan take off dan landing, oleh

    karena itu hal-hal yang perlu dipertimbangkan di dalam desain geometrik runwaymeliputi :

    ukuran panjang runway, lebar runway dan jarak penglihatan. Untuk perhitungan panjang

    runway, digunakan suatu standar yang disebut Aeroplane Reference Field Length (ARFL).

    ARFLadalah panjang runwayminimum yang dibutuhkan untuktake off (ICAO,1999). Setiap

    pesawat udara mempunyai ARFL yang berbeda yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya.

    Pesawat udara dengan jenis yang sama akan memerlukan panjang runwayyang berbeda kalau

    lokasi geografis, ketinggian dari muka laut, kondisi atmosfir dan runway tersebut berbeda.

    Taxiwayadalah jalur untuk pergerakan pesawat udara dari runwayke aprondan sebaliknya

    atau dari runway ke hanggar pemeliharaan. Taxiway diatur sedemikian sehingga pesawat

    udara yang baru saja landing tidak mengganggu pesawat udara lain yang sedang menuju

    runway. Bandar udara yang sibuk perlu dibuat parallel taxiway selain rapid exit taxiway.

    Taxiway harus bisa digunakan oleh pesawat udara untuk secepatnya keluar dari runway,

    sehingga runwaydapat digunakan landingoleh pesawat udara lain tanpa menunggu lama.

    3

  • 7/24/2019 Jbptitbpp Gdl Ariefibrya 33982 3 2005ts 2

    2/24

    4

    Apronmerupakan tempat pesawat udara parkir, menurunkan dan menaikkan penumpang,

    pengisian bahan bakar dan aircraft service seperti catering. Luas apron direncanakan

    berdasarkan berat dan jenis pesawat udara yang akan parkir di apronpada jam tersibuk (peak

    hour).

    II.2. Karakteristik Pesawat Terbang

    Karakteristik pesawat udara sangat menentukan desain perkerasan dan fasilitas suatu

    bandar udara. Karakteristik pesawat udara yang menjadi acuan dan pertimbangan desain

    suatu bandar udara meliputi : berat pesawat udara, dimensi pesawat udara, dan konfigurasi

    sumbu roda pesawat udara.

    II.2.1. Berat pesawat udara

    Berat atau bobot pesawat udara pada saat take offdan landingsangat penting diketahui

    karena bobot pesawat udara merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan panjang

    runway dan tebal struktur perkerasan. Beberapa macam bobot pesawat udara yang

    berhubungan dengan operasi penerbangan antara lain :

    Operating Weight Empty(OWE) yaitu bobot dasar pesawat, termasuk air crewdan semua

    peralatan yang diperlukan untuk penerbangan, tetapi tidak termasuk payloaddan bahan

    bakar.

    Pay Load yaitu meliputi bobot penumpang dan bagasinya, serta barang muatan seperti

    paket kiriman.

    Zero Fuel Weightadalah bobot pesawat udara tanpa bahan bakar (OWE+payloads)

    Maximum Ramp Weight adalah bobot pesawat udara (MTOW+fuel) pada saat

    menghidupkan mesin (start up) di apronhingga menuju ke runwaysebelumtake off

    Maximum Take Off Weight (MTOW) adalah bobot pesawat udara maksimum

    (OWE+fuel+reserve fuel+payloads) yang diijinkan pada saat take off.

    Maximum Landing Weight (MLW) adalah bobot pesawat udara (OWE+fuel+reserve

    fuel+payloads) yang diijinkan pada saat landing

    II.2.2 Dimensi pesawat udara

    Dimensi pesawat udara menentukan ukuran apron pesawat udara, lebar runway,

    taxiway,dan jarak antara runway dan taxiway. Dimensi pesawat udara meliputi wingspan,

    length, height, wheel base, wheel tread danturning radius.

  • 7/24/2019 Jbptitbpp Gdl Ariefibrya 33982 3 2005ts 2

    3/24

    5

    Wingspan adalah panjang sayap pesawat udara, diukur dari ujung sayap kiri sampai ujung

    sayap kanan.

    Length adalah panjang badan pesawat udara, diukur dari ujung hidung (nose) sampai

    ujung ekor (tail) pesawat udara. Height adalah tinggi pesawat udara, diukur dari permukaan perkerasan sampai bagian

    tertinggi dari pesawat udara (ekor).

    Wheel Baseadalah jarak antara as roda depan (nose gear) sampai as roda utama (main

    gear).

    Wheel Treadadalah jarak antara as roda utama kiri dan as roda utama kanan.

    Turning radius adalah jari-jari minimum yang bisa dicapai pesawat udara pada saat

    membelok di atas permukaan perkerasan.

    II.2.3. Konfigurasi roda pesawat udara

    Konfigurasi roda pesawat udara mempengaruhi penyaluran beban pesawat udara ke

    perkerasan. Berat pesawat udara didistribusikan ke perkerasan melalui roda depan atau roda

    hidung (nose gear) dan roda utama (main gear). Main gearmenerima hampir seluruh beban

    pesawat udara, 95 % berat pesawat udara dibebankan pada main gear, sedangkan sekitar 5 %

    sisanya diterima oleh nose gear(ICAO, 1983). Oleh karena itu main geardigunakan sebagaipedoman dalam menentukan tebal perencanaan perkerasan. Konfigurasi roda pesawat udara

    terdiri dari : roda tunggal (single wheel), roda ganda (dual wheel), roda tandem ganda (dual

    tandem) dan complex configuration (double dual tandem) (ICAO, 1983).

    Berbagai konfigurasi roda pesawat terbang ditunjukkan pada Gambar II.2 berikut ini :

    Single wheel

    0

    0..........................0

    Dual wheel

    00

    00........................00

    00

    00 00

    00 00

    Dual tandem wheel

  • 7/24/2019 Jbptitbpp Gdl Ariefibrya 33982 3 2005ts 2

    4/24

    6

    Complex configuration

    Pada B -747

    00

    00 00

    00 00

    00 00

    00 00

    SL1

    SL2

    Pada DC 10

    00

    00 00

    00 00

    00 00

    Single DualWheel Dual tandem

    Keterangan :

    S = Jarak antara pusat contact areaof dual wheels

    ST= Jarak antara pusat roda tandem

    SL1, SL2 = Jarak antara kaki (leg span)

    SD= Jarak antara pusat contact areadiagonal roda dengan persamaan SD= (S2+ST

    2)

    Gambar II.2 Konfigurasi roda pesawat udara

    Struktur perkerasan menerima beban pesawat udara seluas contact area roda

    pesawat udara terhadap perkerasan dengan radius of contact tergantung pada beban roda.

    Radius of contact ditulis dengan persamaan sebagai berikut (Horonjeff, 1975) :

    q

    Pa= ... (2.1)

    dimana : a = radius of contact

    P = total beban pada roda

    q= tekanan ban (tire pressure)(diasumsikan sama dengan contact pressure)

    ST

    SSD

  • 7/24/2019 Jbptitbpp Gdl Ariefibrya 33982 3 2005ts 2

    5/24

    7

    Contact Pressure= Gear load / ((Contact Area) x ( Number of Wheels)) . . (2.2)

    II.3. Struktur Perkerasan Kaku

    Struktur perkerasan kaku terdiri dari : tanah dasar, lapisan pondasi dan perkerasan kaku

    yang berfungsi untuk menahan beban pesawat udara. Material yang menjadi bagian dari

    struktur perkerasan harus didasarkan atas hasil pengujian di laboratorium.

    II.3.1 Tanah dasar

    Tanah dasar (subgrade) merupakan faktor yang terpenting dalam struktur perkerasan

    karena harus menahan beban-beban yang berada pada permukaan perkerasan. Fungsi

    perkerasan adalah untuk menyebarkan beban ke tanah dasar, sehingga makin besar

    kemampuan tanah dasar untuk memikul beban, tebal perkerasan yang dibutuhkan adalah

    semakin kecil.

    Subgrade harus dipadatkan agar diperoleh stabilitas daya dukung yang cukup dan

    seragam. Hasil pengujian daya dukung lapisan subgrade dinyatakan dengan California

    Bearing ratio(CBR) dan modulus reaksi tanah dasar (k). Modulus k dapat ditentukan dari

    pengujian pembebanan pelat (plate bearing test) dengan metoda pengujian AASHTO

    T222-81 untuk perkerasan lentur maupun kaku.

    Kekuatan daya dukung subgrade untuk perencanaan perkerasan lentur dinyatakan

    dengan nilai CBRsedangkan kekuatan daya dukungsubgradeuntuk perencanaan perkerasan

    kaku menggunakan nilai modulus reaksi tanah dasar k. Pendekatan nilai kdari berbagai jenis

    tanah ditunjukkan pada Tabel II.1.

    Tabel II.1 Nilai kterhadap bahan pondasi

    Keterangan mengenai bahan pondasi k

    Sangat jelek < 150

    Sedang sampai baik 200 250

    Sangat baik > 300

    (PCA, Engineering bulletin, 1973)

    Nilai k yang diperoleh dari pengujian di laboratorium merupakan perbandingan beban

    (MN/m2) dengan penurunan dari plate bearing (meter atau inch). Nilai k ditulis dengan

    satuan MN/m3atau pci (pound percubic inch).

  • 7/24/2019 Jbptitbpp Gdl Ariefibrya 33982 3 2005ts 2

    6/24

    8

    II.3.2 Lapisan pondasi bawah

    Lapisan pondasi bawah (sub-base) terdiri dari material kerikil (granular) dan batu

    pecah dengan gradasi baik. Lapisan sub-base berfungsi untuk mengatasi dan mengurangi

    terjadinya pumping, meningkatkan daya dukung lapisan subgrade sehingga harga k yang

    meningkat akan mengurangi ketebalan perkerasan yang diperlukan, dan menyediakan

    permukaan yang rata untuk pelat beton.

    Untuk meningkatkan nilai k pada perkerasan kaku dan lentur diperlukan stabilisasi

    lapisan sub-base. Perhitungan nilai k untuk stabilisasi lapisan sub-base dapat dilihat pada

    Gambar II.3 (ICAO, 1983).

    Gambar II.3 Pengaruh stabilisasi lapisansub-baseterhadapmodulus subgrade

    II.3.3 Perkerasan kaku

    Faktor-faktor yang menentukan tebal perkerasan kaku antara lain : jumlah

    keberangkatan tahunan pesawat udara (annual departure), umur desain (design life), jenis

    dan karakteristik pesawat udara serta kondisisubgradedan lapisansub-base.

    FAA memperbolehkan perubahan tebal perkerasan pada permukaan yang berbeda,

    antara lain : Pertama, tebal penuh Tdiperlukan di tempat yang akan digunakan oleh pesawat

    udara yang akanberangkat seperti apron, taxiway dan runway. Kedua, tebal perkerasan 0,9Tdiperlukan di jalur yang akan digunakan oleh pesawat udara yang landing, seperti belokan

  • 7/24/2019 Jbptitbpp Gdl Ariefibrya 33982 3 2005ts 2

    7/24

    9

    runway dengan kecepatan tinggi. Ketiga, tebal perkerasan 0,7T diperlukan di jalur yang

    jarang dilalui pesawat udara, seperti di tepi (edge), taxiwaydan runway.

    II.4 Beban Roda Tunggal Ekivalen (ESWL)

    Beban roda tunggal dapat dianggap ekivalen dengan beban roda banyak, konsep beban

    roda tunggal dikenal dengan istilah equivalent single wheel load (ESWL). Bidang kontak

    ESWLini sama dengan bidang kontak dari salah satu susunan roda banyak (multiple wheel).

    ESWLditetapkan sebagai beban pada roda tunggal yang menyebabkan nilai parameter yang

    sama.

    ESWLumumnya digunakan untuk keperluan desain/evaluasi struktur perkerasan pesawat

    udara. Secara umumESWLadalah beban roda tunggal ekivalen yang dapat mengakibatkan

    tegangan lentur (regangan atau lendutan) di dalam perkerasan yang besarnya sama dengan

    yang diakibatkan oleh beban yang sesungguhnya bekerja pada roda pesawat udara tertentu

    yang sedang beroperasi. Pada metoda ICAO,ESWLyang digunakan untuk perhitungan nilai

    ACNadalah beban roda tunggal ekivalen dengan tekanan roda standar 1,25 MPa pada kondisi

    tanah dasar standar (20, 40, 80 dan 150 MN/m3) dan tebal perkerasan model, sehingga

    tegangan lentur standar yang terjadi di dalam perkerasan adalah 2,75 MPa. NilaiESWLpada

    metoda ICAO diperoleh setengah kali nilaiACN(1/2ACN) pesawat udara (ICAO, 1983).

    II.5 Sifat-Sifat Beton

    Metoda ICAO menetapkan ketentuan untuk angka poisson () dan modulus elastis (E)

    yaitu untuk angka poissonadalah 0,15 dan Enormalnya sekitar 25.000 sampai 30.000 Mpa

    (ICAO,1983). Eadalah rasio dari tegangan normal tarik atau tekan terhadap regangan yang

    bersangkutan di bawah batas proporsional dari material. Prosedur pengujian nilai Edan

    beton dapat dibaca pada ASTM-C469 (1992). Data yang diperoleh dari hasil laboratorium

    pada pengujian nilaiE menggunakan persamaan rumus sebagai berikut :

    E = (S2-S1) / (2 0.000050) ... (2.3)

    dimana :

    S2 = tegangan menurut 40% dari beban pokok (ultimate load) atau nilai tegangan

    menurut umur dan berat beton

    S1 = tegangan menurut regangan tarik

    2 = regangan tarikAngka Poissondiperoleh dari persamaan rumus :

  • 7/24/2019 Jbptitbpp Gdl Ariefibrya 33982 3 2005ts 2

    8/24

    10

    = (t2 t1) / (t1 0.000050)... (2.4)

    dimana :

    =poissons ratio

    t2 = regangan tekan dari midheighttegangan S2

    t1= regangan tekan dari midheighttegangan S1

    Angkayang sering digunakan adalah 0,15 ((ICAO, 1983) dan (Yoder, 1975)).

    II.5.1 Kuat lentur (Flexural strength)

    Beban pesawat udara pada perkerasan kaku menghasilkan tegangan tekan (compressive

    stress) dan kuat lentur (flexural strength). Flexural strengthdiperoleh dari hasil pengujian

    modulus keruntuhan (modulus of rupture). Modulus of rupture diperoleh dari persamaan

    rumus :

    2bd

    PLMR= .....(2.5)

    dimana :

    MR =Modulus of rupturebeton MN/m2atau psi

    P = Beban maximum yang menghasilkan keruntuhan beton MN atau lb

    L = Panjang bentang antara dua tumpuan m atau inchi

    b = Lebar bentang contoh pada titik terjadi kehancuran beton

    d = Tebal bentang contoh pada titik terjadi kehancuran beton

    Prosedur pengujiannya bisa dibaca pada ASTM C-78. TestModulus of rupture dibuat pada

    beton dengan umur 7, 14, 28, dan 90 hari. Hasil test 90 hari dipilih oleh FAA dan PCA

    sebagai flexural strength desain untuk perkerasan kaku dalam perencanaan bandar udara.

    Flexural strengthberhubungan dengan umur beton, bila kita tidak punya hasil test flexural

    strengthumur 90 hari dianjurkan memakai 110% x hasil pengujian beton umur 28 hari untuk

    desain perkerasan kaku. Pengalaman menunjukkan bahwa beton dengan modulus of rupture

    600 psi (4,14 MN/m2) sampai 700 psi (4,83 MN/m2) pada umur 28 hari, akan menghasilkan

    perkerasan dengan biaya yang paling ekonomis (Yoder, 1975). Hubungan antara flexural

    strengthdan compressive stressyang biasa digunakan dalam desain perkerasan ditunjukkan

    pada persamaan rumus sebagai berikut.

    MR = K fc................... (2.6)

    dimana :

  • 7/24/2019 Jbptitbpp Gdl Ariefibrya 33982 3 2005ts 2

    9/24

    11

    MR = modulus of rupture(flexural strength)

    K = konstanta 8,10 atau 9,2 tergantung berbagai parameter

    Fc = kuat tekan beton (psi)

    Meskipun diberikan persamaan 2.6, desain perkerasan kaku harus berdasarkan hasil

    pengujian modulus of rupture.

    II.5.2 Penerapan konsep kelelahan (fatigue)

    Prosedur kelelahan (fatigue) yang dikembangkan oleh PCA diterapkan pada

    perencanaan dan evaluasi perkerasan Bandar udara yang melayani berbagai jenis pesawat

    udara dengan berbagai konfigurasi roda.

    Untuk mendapatkan working stressbiasanya modulus of rupturebeton dibagi dengan

    faktor keamanan (safety factor). Kerusakan beton akibat repetisi beban pesawat udara

    ditentukan oleh Stress Rasio yaitu perbandingan antara tegangan (stress) yang terjadi

    dengan modulus of rupture. Hubungan antara stress ratio dan repetisi beban ijin dapat dilihat

    pada Tabel II.2(NAASRA, 1987).

    Tabel II.2 Rasio Tegangan (stress) dan Pengulangan Beban ijin

    Stress Ratio* Pengulangan yang diperbolehkan Stress Ratio Pengulangan yang diperbolehkan

    0,51 400.000 0.69 2.5000.52 300.000 0.70 2.000

    0.53 240.000 0.71 1.500

    0.54 180.000 0.72 1.100

    0.55 130.000 0.73 850

    0.56 100.000 0.74 650

    0.57 75.000 0.75 490

    0.58 57.000 0.76 360

    0.59 42.000 0.77 270

    0.60 32.000 0.78 210

    0.61 24.000 0.79 160

    0.62 18.000 0.8 120

    0.63 14.000 0.81 90

    0.64 11.000 0.82 70

    0.65 8.000 0.83 50

    0.66 6.000 0.84 40

    0.67 4.500 0.85 30

    0.68 3.500

  • 7/24/2019 Jbptitbpp Gdl Ariefibrya 33982 3 2005ts 2

    10/24

    12

    Menurut PCA, penerapan fatigue digunakan antara lain : untuk volume lalu lintas

    pesawat udara campuran (mix traffic), evaluasi kapasitas perkerasan untuk melayani volume

    lalu lintas pesawat udara di masa depan atau kapasitas perkerasan untuk memikul sejumlah

    beban lebih (over load) dan evaluasi pengaruh pesawat udara di masa depan dengan berbagai

    konfigurasi roda. Darter dan Barenberg (1977) menuliskan hubungan antarastress ratiodan

    repetisi ijin ke dalam persamaan rumus (perkerasannya tidak dilakukan pemeliharaan)

    sebagai berikut :

    =

    c

    Lijin

    SN

    61,1761,16log ...(2.5)

    dimana :

    Nijin = Repetisi ijin

    =Flexural stress

    Sc =Modulus rupture

    Portland Cement Concretememberikan juga hubungan antara stress ratio dan repetisi ijin

    (perkerasannya tidak dilakukan pemeliharaan) dalam persamaan berikut ini :

    =

    c

    Lijin

    SN

    61,1761,17log . (2.6)

    sedangkan menurut Portland Cement Association (Packard dan Tayabji,1985), hubungan

    antarastress ratio dan repetisi ijindituliskan ke dalam persamaan rumus sebagai berikut :

    untuk: 55.090

    MR

    L

    =

    90

    077.12737.11)(logMR

    N Lijin

    55.045.0 90

  • 7/24/2019 Jbptitbpp Gdl Ariefibrya 33982 3 2005ts 2

    11/24

    13

    dijumlahkan. Bila jumlahnya < 100 % maka perkerasan tidak akan runtuh di akhir masa

    layannya, sebaliknya jika melebihi 100 % maka perkerasan akan runtuh. Rumus perhitungan

    total kerusakan retak lelah (fatigue) dituliskan sebagai berikut :

    total kerusakan retak lelah =( )( )

    %100**

    iijin

    itahunan

    i N

    Nn 100% .................... (2.10)

    dimana: i = masing-masing jenis pesawat udara

    n = masa layan rencana (tahun)

    Ntahunan = volume keberangkatan tahunan (pesawat udara/tahun)

    Nijin = jumlah repetisi beban yang diijinkan (pesawat udara)

    II.6 Tegangan di Dalam Perkerasan Kaku

    Tegangan di dalam perkerasan kaku terbagi atas tegangan akibat beban roda, akibat

    perbedaan temperatur dan kelembaban, dan tegangan akibat gesek. Tegangan yang terjadi di

    dalam beton tersebut akan mempengaruhi desain struktur perkerasan.

    II.6.1 Tegangan akibat beban roda

    Metoda untuk menentukan tegangan (stress) pada beton biasanya digunakan adalah

    metoda Wastergaard. Wastergaard menganggap bahwa slab beton yang terletak di atas

    subgrade akan elastis hanya pada arah vertikal saja. Penurunan subgrade yang terjadi

    ditunjukkan pada persamaan rumus :.

    =

    pk ........(2.11)

    dimana :

    k = modulussubgrade(MN/m3atau pci)

    p = beban (MN/m2)

    = lendutan pada slab beton (m)

    Analisa Wastergaard digunakan untuk mengevaluasi stress dan penurunan di dalam

    slab beton, akan tetapi tidak bisa digunakan untuk menentukan stress dan penurunan lapisan

    pondasi. Analisa Wastergaard pada perkerasan lapangan terbang adalah untuk menghitung

    stress dan penurunan pada bagian dalam slab beton dan bagian tepi slab beton atau padajoint.

    Untuk menentukan tegangan pada perkerasan kaku, digunakan gambar chartyang dibuat oleh

    Pickett dan Ray (Huang, 2004)

  • 7/24/2019 Jbptitbpp Gdl Ariefibrya 33982 3 2005ts 2

    12/24

    14

    II.6.2 Tegangan akibat perbedaan temperatur dan kelembaban

    Apabila permukaan di atas dan bawah pada beton mempunyai temperatur yang

    berbeda, pelat cenderung melenting atau melengkung yang dikenal dengan istilah tegangan

    tekuk (curling) dan lenting/lengkung (warping). Apabila pelat itu ringan dan dapat berubah

    bentuknya secara bebas, tidak akan terjadi tegangan lenting. Tegangan lenting ditimbulkan

    oleh perlawanan pelat (akibat beratnya) terhadap perubahan bentuk.

    Tegangan lenting juga dapat ditimbulkan oleh perbedaan kelembaban antara

    permukaan atas dan bawah. Karena permukaan atas cenderung lebih cepat kering daripada

    permukaan bawah, maka makin besar kelembaban makin besar kecenderung pelat untuk

    memanjang. Pada kenyataannya tegangan lenting jarang dijumpai, namun demikian untuk

    menghindari terjadinya tegangan lenting maka pengecoran beton tidak dibuat panjang tetapi

    memotong pengecoran pada jarak-jarak tertentu dengan menggunakanjoint.

    II.6.3 Tegangan akibat gesek

    Perubahan temperatur mempengaruhi perubahan panjang slab beton. Bila slab beton

    mengembang maka setengah panjang slab beton bergerak ke arah tepi, gerakannya dari

    tengah slab ke arah tepi bebas. Begitu sebaliknya pada waktu slab beton menyusut, gesekan

    antara pondasi dan slab beton akan menahan gerakan ini, maka timbul tegangan di dalam slab

    beton. Besarnya tegangan dalam beton akibat gaya gesek ditentukan dengan persamaan

    rumus :

    d

    WflTe

    24= .... (2.12)

    dimana : Te = tegangan akibat gaya gesek, psi

    W = berat slab dalam psf (pound square feet)

    f = koefisien rata-rata tahanansubgradedianggap 1,5

    L = panjang slab, ft

    d = tebal slab, in

    II.7 Joint

    Joint/sambungan dibuat pada perkerasan kaku, agar beton bisa mengembang dan

    menyusut (shrinkage) sehingga meringankan/mengurangi terjadinya tegangan lentur (flexural

    stress) akibat gesekan, perubahan temperatur dan perubahan kelembaban. Joint

    dikategorikan menurut fungsinya yaitu : expansion joint, construction jointdancontractionjoint.

  • 7/24/2019 Jbptitbpp Gdl Ariefibrya 33982 3 2005ts 2

    13/24

    15

    II.7.1 Expansion joint

    Sambungan jenis ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan pada pelat untuk

    mengembang akibat naiknya temperatur melampaui suhu pelaksanaan di lapangan, sehingga

    terhindar dari tegangan tekan tinggi (high compressive stress) yang bisa menyebabkan slab

    beton menjadi melengkung. U.S. Army Corp of Engineer menyarankan untuk membuat

    expansion jointjika tebal perkerasan kurang dari 250 mm (10 inchi) dan betonnya dicor pada

    musim dingin. Jika expansion joint harus dibuat maka dilengkapi dengan tulangan yang

    disebut dowel bar.

    II.7.2 Construction joint

    Terdapat dua macam bentukconstruction joint,yaitu memanjang dan melintang yang

    diuraikan sebagai berikut : Construction joint arah memanjang adalah terdapat pada tepi

    setiap jalur pengecoran yang menggunakan tie bar dengan jarak-jarak tertentu pada

    construction joint arah memanjang. Construction joint melintang adalah sambungan arah

    melintang yang diperlukan pada akhir pengecoran atau apabila pengecoran diperhitungkan

    akan berhenti selama setengah jam sambungan melintang. Construction jointarah melintang

    menggunakan dowelsebagai sambungan arah melintang

    II.7.3 Contraction joint

    Tegangan susut terjadi karena penyusutan (shrinkage) beton akibat perubahan

    temperatur kelembaban. Pada slab beton yang tidak dibuat contraction joint akan terjadi

    retakan secara randompada seluruh permukaan perkerasan. Contraction jointdibuat dengan

    membuat alur pada beton dengan alat potong beton (sawed groove) atau ketika mengadakan

    pengecoran.

    II.8 Metoda ICAO

    Perencanaan perkerasan kaku berdasarkan analisa wastergaard yaitu pembebanan di

    tengah (interior) slab beton. Pada tegangan akibat beban di bagian tepi (edge) dikurangi

    25 % untuk transfer beban (transfer load) melewati sambungan. Wastergaard menganalisa

    roda tunggal (single wheel), roda ganda (dual wheel) maupun roda double dual tandemhanya

    di bagian tepi sebagai tegangan maksimum.

    Keberangkatan tahunan (annual departure) berbagai tipe pesawat udara dibutuhkan

    untuk mendesain perkerasan. Informasi mengenai pengoperasian pesawat udara tersedia di

  • 7/24/2019 Jbptitbpp Gdl Ariefibrya 33982 3 2005ts 2

    14/24

    16

    perencanaan bandar udara (airport master plan), sistem perencanaan bandar udara nasional

    dan statistik aktivitas bandar udara dan FAA aktivitas lalu lintas udara.

    II.8.1. Keberangkatan tahunan ekivalen

    Perhitungan annual departureyang dimaksud adalah nilai annual departurepesawat

    udara desain (design aircraft) dan pesawat udara lainnya yang akan menggunakan bandar

    udara yang bersangkutan setelah dikonversi ke dalam annual departurepesawat udara desain.

    Proses pengkonversian nilai annual departureini mempertimbangkangross aircraftpesawat

    udara dan main gear type(ICAO, 1983).

    Perkiraan annual departure dari berbagai tipe pesawat udara menghasilkan jumlah

    pesawat udara dengan konfigurasi roda yang berbeda. Tipe pesawat udara yang

    menghasilkan tebal perkerasan terbesar adalah pesawat udara desainnya. Pesawat udara

    desain tidak perlu diambil dari pesawat udara terberat dalam perkiraan (ICAO,1983).

    Pesawat udara mempunyai tipe main gear dan berat yang berbeda, pengaruh dari

    konfigurasi roda dan berat pesawat udara harus dihitung dalam pesawat udara desain. Perlu

    diingat bahwa semua tipe pesawat udara dikonversikan ke tipe roda main gear yang sama

    dengan tipe roda pesawat udara desain karena tidak praktis untuk membuat kurva grafik

    setiap main gear type (ICAO, 1983). Faktor konversi yang digunakan untuk penyesuaian tipe

    roda pendaratan pesawat udara desain dapat dilihat pada Tabel II.3.

    Tabel II.3 Faktor-faktor untuk mengubah keberangkatan tahunan pesawat udara menjadi

    keberangkatan tahunan ekivalen pesawat udara desain

    Poros roda pendaratan

    utama pesawat sebenarnya

    Poros roda pendaratan utama

    pesawat desain

    Pengali untuk keberangkatan

    sebenarnya untuk mendapatkan

    keberangkatan ekivalen

    Roda Tunggal Roda GandaTandem Ganda

    0,80,5

    Roda Ganda Roda Tunggal

    Tandem Ganda

    1,3

    0,6

    Tandem Ganda Roda Tunggal

    Roda Ganda

    2,0

    1,7

    DoubleTandem Ganda Roda Ganda

    Tandem Ganda

    1,7

    1,0

    Sumber : ICAO Aerodrome Design Manual, 1983

  • 7/24/2019 Jbptitbpp Gdl Ariefibrya 33982 3 2005ts 2

    15/24

    17

    Setelah pesawat terbang dikelompokkan ke dalam konfigurasi roda pendaratan yang

    sesuai atau sama dengan pesawat udara desain, kemudian dikonversi ke keberangkatan

    tahunan ekivalen (equivalent annual departure) dengan menggunakan persamaan 2.13.

    2/1

    1

    221 loglog

    =W

    WxRR ........ (2.13)

    dimana : R1 = Keberangkatan tahunan ekivalen pesawat udara desain

    R2 = Keberangkatan tahunan yang dikonversi ke dalam main gear pesawat

    udara desain

    W1 = Beban roda pesawat udara desain

    W2 = Beban roda pesawat udara

    Beban roda W2 adalah 95 % dari gross weight pesawat udara diasumsikan ditumpu

    oleh main gear. Beban roda (W2) pesawat udara berbadan lebar diasumsikan memiliki berat

    300.000 lb pada perhitungan equivalent annual departures(ICAO,1983). Setelah equivalent

    annual departuresditentukan, desain harus diproses menggunakan kurva desain yang tepat

    untuk pesawat udara desain.

    II.8.2 CoveragePengaruhfatigueakibat repetitionbeban pesawat udara, dinyatakan dengan coverage.

    Untuk memperoleh nilai coverage adalah mengalikan annual departure dengan 20 dan

    membaginya dengan pass to coverage ratio (ICAO,1983). Pass to coverage ratio untuk

    berbagai tipe roda pesawat udara ditunjukkan pada Tabel II.4.

    Tabel II.4 Pass to coverage ratiountuk berbagai tipe roda

    Tipe roda / Jenis pesawat Rasio antara keberangkatan

    tahunan dengan coverage

    Roda tunggal 5,18

    Roda ganda 3,48

    Roda tandem ganda 3,68

    Pesawat B-747 3,70

    Pesawat DC 10-10 3,64

    Pesawat DC 10-30 3,38

    Pesawat L-1011 3,62

    Sumber : ICAO, Aerodrome (1983)

  • 7/24/2019 Jbptitbpp Gdl Ariefibrya 33982 3 2005ts 2

    16/24

    18

    II.8.3 Desain tebal perkerasan kaku landasan pesawat udara

    Desain perkerasan kaku menggunakan program komputer berdasarkan pada metoda

    ICAO. Metoda ICAO untuk desain perkerasan kaku menggunakan kurva desain. Kurva

    desain tersebut berdasarkan pada asumsi pembebanan di tepi slab beton dan hanya untuk

    tebal beton (ICAO, 1983). Tebal komponen struktur yang lain ditetapkan secara terpisah.

    Prosedur desain perkerasan kaku secara manual dengan menggunakan kurva desain

    pada metoda ICAO antara lain : concrete flexural strengthditetapkan menurut metoda

    pengujian ASTM C-78, normalnya 90 hariflexural strengthdigunakan untuk desain.

    Perencana dapat mengasumsikan 90 hari yang aman untuk umur beton sehingga akan

    menjadi 10 persen lebih tinggi daripada 28 hari umur beton. Nilaiflexural strengthbeton

    pada umur 28 hari dapat juga digunakan dengan mengalikan faktor 1,10 sampai 1,14.

    Modulus subgrade kpada sebuah cuaca yang konstan akan mendukung perkerasan dan

    material dari hasil pengujianplate bearing. Gross weightpesawat udara desain ditunjukkan

    pada setiap kurva desain dan dikelompokkan menurut sumbu main gear(single wheel, dual

    wheel, dual tandem), kecuali pesawat udara berbadan lebar, ditunjukkan pada kurva desain

    tersendiri. Faktor keamanan metoda ICAO adalah 1,36.

    II.8.4 Aircraft classification number (ACN)

    ICAO menggunakan nilai ACN dan PCN (pavement classification number) untuk

    melaporkan kekuatan perkerasan di bandar udara dan pesawat udara yang akan landing,

    dikenal dengan istilahACN/PCN. PCN menunjukkan bahwa sebuah pesawat udara dengan

    ACN yang sama atau lebih kecil dari PCN dapat beroperasi pada perkerasan tergantung

    batasan tire pressure(ICAO,1983).

    ACN adalah nilai yang menyatakan pengaruh sebuah pesawat udara ke perkerasan

    dengan kekuatansubgradestandard. NilaiACNdapat dihitung dengan menggunakan kurva

    desain atau persamaan analitis dan program komputer. Salah satu keuntungan utama adalah

    ACNhanya tergantung pada jenis pesawat udara dan kekuatan subgrade. PCNmerupakan

    nilai yang menyatakan daya dukung perkerasan untuk pengoperasian pesawat udara. PCN

    yang dilaporkan untuk pesawat terbang ringan yaitu pesawat udara yang memiliki MTOW

    (maksimum take off weight) kurang dari 5700 kg, dinyatakan dalam berat pesawat udara dan

    tire pressure. Untuk pesawat udara yang lebih besar, laporan PCN berisi tentang tipe

    perkerasan, kategori subgrade, kategori tire pressure, dan metoda evaluasi yang digunakan

    untuk mendapatkanPCN.

  • 7/24/2019 Jbptitbpp Gdl Ariefibrya 33982 3 2005ts 2

    17/24

    19

    ICAO memperbolehkan sedikit over loaddi perkerasan untuk pesawat udara dengan

    ACN yang sedikit lebih besar daripada PCN yang dilaporkan (ICAO, 1983). Hal ini

    memungkinkan manajemen bandar udara untuk memperkirakan kriteria operasional optimum

    untuk perkerasan di bandar udara dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti volume

    lalu lintas dan umur perkerasan (design life). Ketentuan dasar yang digunakan dalam

    penentuan nilaiACN adalah Kategorisubgradeyaitu dalam metodaACN-PCNnilaisubgrade

    standar untuk perkerasan beton ditetapkan sebagai nilai k yang dikategorikan berdasarkan :

    kekuatan tinggi (high strength)kadalah 150 MN/m3 dan mewakili semua nilai kdiatas 120

    MN/m3, kodenya A. Kekuatan menengah (medium strength) nilai kadalah 80 MN/m3dan

    mewakili nilaikantara 60 dan 120 MN/m3, kodenya B. Kekuatan rendah (low strength) nilai

    k adalah 40 MN/m3dan mewakili nilai k antara 25 dan 60 MN/m3, kodenya C. Kekuatan

    sangat rendah (ultra low strength) nilai k adalah 20 MN/m3 dan mewakili semua nilai k

    dibawah 25 MN/m3, kodenya D. Flexural stresspada perkerasan beton adalahflexural stress

    standar pada perkerasan beton yang ditetapkan dengan nilai adalah 2,75 Mpa. Flexural

    stressyang digunakan untuk desain atau evaluasi perkerasan tidak ada hubungannya dengan

    flexural stress yang ditetapkan. Pengaruh tire pressure tidak terlalu penting dibandingkan

    dengan beban pesawat udara dan jarak roda. Oleh karena itu, tire pressure dikategorikan

    sebagai berikut : tinggi (high), tekanan tanpa batas, kode W. Menengah (medium), tekanan

    dibatasi sampai 1,50 MPa, kode X. Rendah (low), tekanan dibatasi sampai 1,00 Mpa, kode

    Y. Sangat rendah (very low), tekanan dibatasi sampai 0,50 MPa, kode Z.

    Metoda evaluasi : Nilai ACN didefenisikan sama dengan dua kali ESWL yang dinyatakan

    dalam ribuan kilogram dan tire pressure ESWL diasumsi sama dengan 1,25 Mpa

    (ICAO,1983).

    II.9 Metoda FAA

    Perkerasan kaku untuk bandar udara terdiri dari slab beton yang diletakkan di atas

    lapisan sub-basedari batu pecah atau yang distabilisasi di atas tanah dasar yang dipadatkan.

    Sub-basetidak dibutuhkan pada kondisi tertentu. Pelat beton harus mencegah meresapnya air

    genangan dan memberikan daya dukung yang diperlukan untuk menerima beban pesawat

    udara. Sub-basememberikan daya dukung yang mantap dan merata untuk perkerasan beton.

    Perencanaan perkerasan didasarkan pada berat bruto (gross weight) pesawat udara

    desain dan menggunakan berat keberangkatan maksimum pesawat udara (maximum take off

    weight of the aircraft). Beban pesawat udara diasumsikan 95 % gross weightdipikul oleh

    roda pendaratan utama pesawat udara (main landing gear)dan 5 % dipikul oleh roda depan

  • 7/24/2019 Jbptitbpp Gdl Ariefibrya 33982 3 2005ts 2

    18/24

    20

    (nose gear), (ICAO,1983). Untukannual departuremelebihi 25.000, total tebal beton harus

    ditingkatkan berdasarkan Tabel II.5 di bawah ini.

    Tabel II.5 Tebal perkerasan untuk annual departure> 25.000

    Tingkat keberangkatan tahunan Persen dari 25000 tebaldeparture (%)

    50.000 104

    100.000 108

    150.000 110

    200.000 112

    Sumber : ICAO Aerodrome Design Manual, 1983

    Tipe dan geometri main landing gear pesawat udara menentukan bagaimana beban

    pesawat udara didistribusikan pada perkerasan. Penyaluran beban pesawat udara berupa

    gross weight pesawat udara tersebut tergantung pada dimensi roda, tipe roda, konfigurasi

    roda, contact area roda dan tekanan roda. Asumsi yang digunakan untuk berbagai tipe dan

    konfigurasi roda adalah : Pertama, pesawat udara beroda ganda (dual wheel), jarak antara

    dual wheeluntuk pesawat udara ringan adalah 20 inci (0,51 m) (jarak antara pusat roda) dan

    pesawat udara berat jaraknya antara pusat roda adalah 34 inci (0,86 m). Kedua, Pesawat

    udara beroda tandem ganda (dual tandem), jarak antara roda dual tandem untuk pesawat

    udara ringan adalah 20 inci (0,51 m) (jarak dual tandem) dan jarak tandem 45 inci (1,14 m).

    Untuk pesawat udara berat, jarak dual tandem 30 inci (0,76 m) dan jarak tandem 55 inci

    (1,40 m), untuk pesawat udara berbadan lebar seperti B-747, DC-10, dan L-1011

    diasumsikan sama dengan pesawat udara berat.

    Tekanan roda (tire pressure) pesawat udara bervariasi antara 75 200 psi (0,52 1,38

    MPa) tergantung pada konfigurasi roda dan gross weight pesawat udara. Tire pressure

    sedikit berpengaruh pada tegangan perkerasan selamagross weightpesawat udara meningkat,

    diasumsikan tekanan roda maksimum 200 psi (1,38 MPa) mungkin dilewati dengan aman

    jika parameter lain tidak meningkat (ICAO, 1983)

    Faktor keamanan metoda FAA berbeda dengan faktor kemanan metoda ICAO. Faktor

    keamanan metoda FAA ditunjukkan pada Tabel II.6 (Sumber : Yoder & Aerodrome, 1983)

    Tabel II.6 Faktor keamanan metoda FAA

    Annual Equivalent Departure of Critical Aircraft Factor of Safety

    1200 or less 1,75

    1200 to 3000 1,85

    3000 to 6000 1,90

    Greater than 6000 2,00

  • 7/24/2019 Jbptitbpp Gdl Ariefibrya 33982 3 2005ts 2

    19/24

    21

    Metoda perencanaan menurut FAA memperhitungkan umur rencana (design life) selama 20

    tahun tanpa pemeliharaan yang berarti, apabila tidak ada perubahan jenis pesawat udara yang

    harus dilayani. Kurva perencanaan perkerasan yang dibuat oleh FAA berdasarkan analisa

    pembebanan di interiorslab beton, analisanya menggunakan teori Watergaard.

    Langkah-langkah perencanaan metoda FAA sebagai berikut : Membuat forecast annual

    departure pesawat udara yang harus dilayani oleh perkerasan, menentukan main gear type

    untuk setiap jenis pesawat udara, menentukan pesawat udara desain dengan prosedur :

    Perkirakan harga k dari subgrade, atau subbase bila tersedia. Tentukan flexural strength

    beton, gunakan data-data :flexural strength, harga k,MTOWdan ramalan annual departure,

    sebagai bahan untuk menentukan tebal perkerasan yang diperoleh dari kurva desain yang

    sesuai dengan masing-masing tipe pesawat udara. Kurva desain ini digunakan untuk area

    yang dilalui pesawat udara melintasi joint dengan kecepatan rendah seperti pada ujung

    runway, holding bay, taxiwaydan apron. Bandingkan ketebalan yang diperoleh untuk setiap

    pesawat udara dengan ramalan lalu lintas. Pesawat udara desain adalah yang menghasilkan

    perkerasan yang paling tebal. Main gear type pesawat udara yang bukan pesawat desain,

    dikonversi ke main gear pesawat udara desain dengan menggunakan Tabel II.3. Hitung

    annual departure pesawat udara desain, kemudian menghitung total equivalent annual

    departure pada persamaan 2.13. Gunakan nilai :flexural strength, nilaik, MTOWpesawat

    udara desain dan total equivalent annual departure, sebagai data untuk menghitung

    perkerasan kaku dengan kurva desain yang sesuai.

    II.10 Metoda PCA

    Metoda perencanaan yang dibuat oleh PCA untuk merencanakan perkerasan kaku.

    didasarkan pada konsep kelelahan (fatigue). Metoda PCA juga digunakan untuk evaluasi

    kapasitas struktural ketebalan perkerasan kaku yang telah ditentukan. Flexural stressyang

    digunakan dalam prosedur perencanaan PCA adalah tegangan yang terjadi di interior slabbeton.

    Kurva rencana untuk berbagai tipe pesawat udara telah dibuat oleh PCA dan karena

    dasar pemikiran analisanya sama dengan FAA, maka bisa digunakan kurva-kurva dari FAA

    (Yoder, 1975). PCA telah membuat program komputer untuk kurva desain manual yang

    tidak tersedia pada jenis pesawat udara tertentu.

    Salah satu data penting yang harus ada dalam merencanakan perkerasan kaku adalahannual

    departuredanMTOWpesawat udara, sehingga bisa ditentukan working stressyang diijinkan

  • 7/24/2019 Jbptitbpp Gdl Ariefibrya 33982 3 2005ts 2

    20/24

    22

    pada kurva desain. Working stress adalah perbandingan modulus of rupture beton umur

    90 hari dengansafety factor.

    factorSafety

    MRstressWorking

    90= ...(2.14)

    Safety factor yang digunakan metoda PCA dapat dilihat pada Tabel II.7 di bawah ini

    (Yoder, 1975).

    Tabel II.7 Faktor keamanan metoda PCA

    Daerah perkerasan Angka keamanan

    Kritis : apron, taxiway, ujung landasan

    sampai jarak 300 m , lantai hangar

    1,7 2,0

    Non kritis : landasan bagian tengah, shoulder 1,4 1,7

    PCA menggunakan konsep kelelahan (fatigue) pada lalu lintas pesawat udara campuran

    (mix traffic) yang harus dilayani perkerasan. Untuk melihat apakah beton mengalami

    kerusakan akibat beban repetisi, harus ditentukan dulu stress ratio-nya. Pengujian fatigue

    pada beton menunjukkan, jika stress rasio < 0,51 maka beton itu dapat menerima beban

    repetisi sampai pengulangan yang tak terhingga. Akan tetapi bila stress ratio meningkat,

    beban repetisi ijin akan berkurang, lihat Tabel II.2.

    Load repetition factormemperlihatkan pengaruh distribusi lateral lalu lintas pesawat udara,

    pada runway dan taxiway. Load repetition factor dinyatakan dengan coverage pada

    persamaan 2.15 (Yoder, 1975).

    T

    wNDC

    12

    75,0= ..(2.15)

    dimana :

    C = Coverages

    D =Number of operations at full load

    N = Jumlah roda untuk satu main gear

    w = Lebar kontak area pada satu roda (in)

    T = Lebar lalu lintas (ft)

  • 7/24/2019 Jbptitbpp Gdl Ariefibrya 33982 3 2005ts 2

    21/24

    23

    Nilai load repetition factor untuk beberapa tipe pesawat udara menggunakan persamaan 2.15

    ditunjukkan pada Tabel II.8.

    Tabel II.8 Load repetition factoruntuk beberapa pesawat udara

    Load Repetition Factor

    Taxiway LandasanPesawat

    = 24 in = 48 in = 96 in = 192 in

    DC 3 0.12 0.07 0.05 0.03

    B-727 0.41 0.23 0.13 0.09

    DC 8 dan B 707 0.83 0.46 0.25 0.17

    B-747 0.58 0.38 0.33 0.28C5A 0.74 0.61 0.37 0.25

    B-2707 0.52 0.39 0.22 0.16

    Concorder 0.83 0.44 0.23 0.15

    DC-10-10 dan

    L1011

    0.57 0.40 0.22 0.12

    Future 1.33 0.84 0.44 0.24

    Sumber : Yoder E.J. dan Witczak M.W. (1975)

    Stress Ratiodihitung dengan persamaan rumus sebagai berikut :

    Stress Ratio = Flexural stress / MR rencana.. (2.16)

    MR rencana = MR 90 {1-(v / 100)}... (2.17)

    dimana :

    MR 90 = modulus of rupturebeton umur 90 hari, psi

    V = koefisien variasi yang bergantung pada kontrol pengecoran beton

    Tabel II.9 Variasi kekuatan beton

    Kontrol Pengecoran Koefisien Variasi (%)

    Sangat bagus < 10

    Bagus 10 15

    Lumayan 15 20

    Jelek > 20Sumber : Yoder E.J. dan Witczak M.W. (1975)

  • 7/24/2019 Jbptitbpp Gdl Ariefibrya 33982 3 2005ts 2

    22/24

    24

    Slab beton yang digunakan perkerasan kaku adalah bervariasi, slab beton yang pendek

    berkisar antara 20-25 ft (6,17,6 m) tanpa pembesian. Variasi panjang slab beton dapat

    dilihat pada Tabel II.10 (Yoder, 1975).

    Tabel II.10 Joint Spacing

    Beton sederhana Beton bertulang

    Metoda Tebal Beton (in) Memanjang

    (ft)

    Melintang (ft) Memanjang

    (ft)

    Melintang

    (ft)

    9 12,5 15 - -

    9 12 20 20 - -

    FAA

    12 25 25 - -

    12 12,5 max 15-20 12,5 max 30-40

    12 15

    Channelized

    traffic

    12,5 max 25-30 12,5 max 50

    PCA

    > 15 dan 12-15

    Nonchannelized

    traffic

    Varies 25-30 Varies 50

    Sumber : Yoder E.J. dan Witczak M.W. (1975)

    Perbedaan Metoda ICAO dengan FAA dan PCA diberikan di Tabel II.11 di bawah ini.

    Tabel II.11 Perbedaan Metoda ICAO, PCA dan FAA

    ICAO FAA PCA

    Perhitungan beban

    lalu lintas pesawat

    udara

    -Berdasarkan annual

    departure ekivalen

    - Berdasarkan annual

    departure ekivalen

    - Berdasarkan

    konsep fatigue

    Tegangan pada

    kurva desain

    - Working stress -Flexural strength - Working stress

    Desain perkerasan - Manual

    - Program PDILB

    - Manual - Manual

    - Program PDILB

    Faktor Keamanan Kritis : 1,36 Kritis : 1,75 - 2,0 Kritis : 1,7-2,0

    Non kritis :1,4-1,7

  • 7/24/2019 Jbptitbpp Gdl Ariefibrya 33982 3 2005ts 2

    23/24

    25

    II.11 Program Airfield

    Program Airfield (Kosasih, 2004) dikembangkan, berdasarkan pada program PDILB

    yang dikembangkan oleh RG. Packard dari Portland Cement Association (ICAO, 1983),

    sebagai program aplikasi windows dengan menggunakan bahasa pemrograman C++ dan

    dukungan database. Program ini didasarkan pada teori Westergaarduntuk beban di tengah

    pelat beton yang ditumpu oleh pondasi dense liquid. Program Airfield digunakan untuk

    mendesain dan mengevaluasi perkerasan di bandar udara, baik perkerasan lentur maupun

    perkerasan kaku.

    ProgramAirfieldmenyediakan sejumlah fasilitas penting yang dapat bermanfaat, baik untuk

    proses desain, maupun untuk proses analisis, struktur perkerasan landasan pesawat udara,

    yaitu:

    Dapat digunakan untuk perkerasan kaku dan perkerasan lentur; dimana untuk desain

    struktur perkerasan lentur, teori yang digunakan adalah teori CBR.

    Hasil perhitungan tegangan lentur maksimum yang dapat dimanfaatkan untuk membentuk

    kurva desain yang diperlukan dalam proses desain secara manual.

    Hasil perhitungan distribusi tegangan lentur yang memungkinkan proses desain dengan

    kriteria retak lelah dapat dilakukan.

    Perhitungan nilaiLRFyang juga diperlukan dalam proses desain secara manual.

    Perhitungan kontribusi dari setiap pesawat udara terhadap kerusakan struktur perkerasan,

    yang kemudian dapat digunakan untuk menentukan masa layan kritis, pesawat udara

    desain dan jalur desain kritis.

    Perhitungan nilai ACN/PCN yang diperlukan dalam pengoperasian bandar udara.

    Dalam programAirfield, pada prinsipnya terdiri dari 6 mode yaitu :

    Mode 1 : Mendesain Tebal - data input terdiri dari : ksubbase/subgrade, MTOW, tire

    pressure, akan diperoleh tegangan maksimum dan tebal rencana.

    Mode 2 : Evaluasi Perkerasan Perkerasan yang telah ada (existing pavement), data tebal

    perkerasan dan modulus subgradeyang diketahui, maka program akan memberikan tegangan

    maksimum pada kondisi beban tertentu dan radius relative stifness (l).

    Mode 3 : Membuat Kurva Desain Data dengan berbagai macam nilai l (radius relative

    stiffness) dan F (berhubungan nilai momen) akan memperbaiki kurva desain pada pesawat

    udara tertentu (specific aircraft).

  • 7/24/2019 Jbptitbpp Gdl Ariefibrya 33982 3 2005ts 2

    24/24

    26

    Mode 4 : Analisa Umum Data nilai l (radius relative stiffness) tertentu dengan berbagai

    macam putaran sudut (rotation angle) untuk mengetahui fungsi momen (properties of the

    moment function).

    Mode 5 : Mendesain Tebal Perkerasan untuk tegangan beton standar 2,75 MPa Data input

    berupa kekuatan tanah dasar k (subgrade) dan tegangan beton standar 2,75 MPa, maka

    program akan iterasi sehingga akan diperoleh tebal perkerasan yang dibutuhkan.

    Mode 6 : Mendesain Tebal dengan kategori standar nilai tanah dasarACN/PCN Data input

    berupa tanah dasar pada kategoriACN/PCNdan tegangan beton 2,75 MPa akan diperoleh

    nilaiACNdan tebal yang dibutuhkan.