jbptitbpp gdl hotmariara 26837 2 2007ta 1

Upload: nadanursetiyanti

Post on 12-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Hotmariara 26837 2 2007ta 1

    1/12

    3

    BAB 1

    TINJAUAN PUSTAKA

    Tinjauan pustaka dilakukan terhadap bawang tiwai meliputi tinjauan botani,

    penggunaan tradisional dan efek farmakologi, kandungan kimia, simplisia, metode

    ekstraksi, fraksinasi, pemurnian, karakterisasi dan identifikasi.

    Gambar 1.1 Bawang Tiwai (Eleutherine americana(Aubl.) Merr

    1.1 Tinjauan Botani

    Tinjauan botani meliputi klasifikasi botani, nama daerah, morfologi, penyebaran, dan

    budidaya tanaman.

    1.1.1 Klasifikasi Botani

    Bawang Tiwai diklasifikasikan kedalam divisi magnoliophyta, kelas magnoliopsida,

    anak kelas Lilidae, bangsa Liliales, suku Iridaceae, marga Eleutherine, jenisEleutherine

    americana (Aubl.) Merr, dan sinonim Eleutherine plicata Herb. dan Eleutherine

    palmifolia L.Merr (Backer, 1965).

    1.1.2 Nama Daerah

    Tumbuhan bawang tiwai secara umum dikenal dengan nama bawang kapal (Indonesia).

    Selain nama umum, tumbuhan bawang tiwai juga memiliki beberapa nama daerah yaitu

    babawangan beureum, bawang sabrang, bawang siyem (Sunda); brambang sabrang,

    luluwan sapi, teki sabrang (Jawa); bawang tiwai (Kalimantan) (Heyne, 1987; Kasahara,

    1995). Penyebaran tanaman bawang tiwai tidak hanya di Indonesia, oleh karena itu

    memiliki nama asing di beberapa negara seperti bebawang bara (Malaysia), ang chang,

    hongcong (Cina), hom daeng, bakongsa persia mala-bauang, rosa-sa-siam (Thailand),

    Hagusahis, ahos-ahos (Filipina) (Hartati,1983; Tang, 1992).

  • 7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Hotmariara 26837 2 2007ta 1

    2/12

    1.1.3 Morfologi Tanaman

    Tanamanbawang tiwaiberupaterna semusim yang merumpun sangat kuat. Tanaman ini

    merupakan rumpun-rumpun besar, dan memiliki tinggi 25-50 cm. Batang semu

    membentuk umbi berlapis. Umbi di bawah tanah bulat telur memanjang dan berwarna

    merah. Daun tunggal berbentuk pita, ujung dan pangkal runcing warna hijau rata. Bunga

    40 cm, bentuk silindris, kelopak terdiri dari dua daun kelopak, hijau kekuningan,

    mahkota terdiri dari empat daun mahkota, lepas, panjang 5 mm, putih, benang sari

    empat, kepala sari kuning, putik bentuk jarum, panjang 4 mm, putih kekuningan.

    Bunga terbukanya jam 5 sore dan tertutup jam 7 malam. Akar serabut berwarna coklat

    muda. (Backer, 1965; Heyne, 1987; Kasahara, 1995).

    1.1.4 Penyebaran

    Tanaman bawang tiwai berasal dari Amerika Selatan yang kemudian menyebar ke

    Afrika, Malaysia, Filipina, Kalimantan dan Jawa. Tanaman bawang tiwai merupakan

    tanaman liar, tetapi di pulau Jawa dipelihara sebagai tanaman hias, dibudidayakan dan

    dinaturalisasikan. Tanaman bawang tiwai dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian

    600 sampai 1500 m di atas permukaan laut. (Kasahara, 1995).

    1.1.5 Budidaya

    Tumbuhan bawang tiwai dapat ditemukan di pinggir jalan dan di dalam kebun teh, kina,

    dan karet (Backer, 1965). Tumbuhan bawang tiwai serupa dengan bawang-bawangan

    lain yang perbanyakannya secara vegetatif dengan umbi. Bawang tiwai dapat tumbuh

    dengan baik di daerah yang berhawa sejuk dan dingin seperti di pegunungan.

    1.2 Penggunaan Tradisional dan Efek Farmakologi

    Bagian umbi tanaman bawang tiwai secara tradisional dapat digunakan untuk mengobati

    sembelit, dan disuria (Kasahara, 1995). Untuk obat sembelit dipakai 50 gram umbi

    bawang tiwai segar, dicuci dan diparut, kemudian diperas dan disaring. Hasil saringan

    ditambah 1/2 gelas air matang panas kemudian diminum sehari dua kali 1/4 gelas pagi

    dan sore.

    1.3 Tinjauan Kimia

  • 7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Hotmariara 26837 2 2007ta 1

    3/12

    Tanaman bawang tiwai mengandung senyawa golongan kuinon, tanin, asam stearat, dan

    asam galat (Tang, 1992). Senyawa-senyawa yang sudah pernah ditemukan dan diisolasi

    antara lain elekanisin, eleuterol, isoeleuterol, eleuterin, isoeleuterin dan hongkonin

    (Hara, 1997; Zhengxiong, 1984).

    1.3.1 Kuinon

    Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor

    pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang terkonyugasi dengan dua

    ikatan rangkap karbon-karbon. Untuk tujuan identifikasi, kuinon dapat digolongkan

    menjadi empat kelompok yaitu benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon dan kuinon

    isoprenoid (Harborne, 1987). Senyawa turunan antrakuinon yang terkandung dalam

    umbi bawang tiwai yaitu senyawa eleuterinone, eleuterin, isoeleuterin, dan eleuterol.

    a b, c

    d

    d

    dGambar 1.1 Senyawa antrakuinon dalam umbi bawang tiwai : a. (+) Eleuterol,

    b. R1= CH3,R 2=H (+) Eleuterin, c. R1=H,R 2=CH3(-) Isoeleuterin,

    d. (-) Hongkonin.

  • 7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Hotmariara 26837 2 2007ta 1

    4/12

    Antrakuinon merupakan golongan senyawa kimia terbesar yang terdapat di dalam

    tanaman. Penggunaan secara luas adalah sebagai zat warna, sedangkan penggunaan

    sebagai obat terutama karena kerja katartiknya.

    1.3.2 Tanin

    Tanin merupakan suatu senyawa polifenol yang dapat berikatan dengan protein menjadi

    suatu kopolimer yang tidak larut dalam air. Salah satu fungsi tanin dalam tumbuhan

    adalah melindunginya dari hewan pemakan tanaman karena tanin dapat berikatan

    dengan protein dan enzim tanaman membentuk rasa sepat yang tidak disukai oleh

    hewan.

    Secara kimia tanin terbagi menjadi dua golongan yaitu tanin terkondensasi dan tanin

    terhidrolisis. Tanin terkondensasi secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan

    cara kondensasi katekin tunggal (atau galokatekin) yang membentuk senyawa dimer dan

    kemudian oligomer yang lebih tinggi. Ikatan karbon-karbon menghubungkan satu-

    satuan flavon dengan satuan berikutnya melalui ikatan 4-8 atau 6-8. Nama lain untuk

    tanin terkondensasi ialah proantosianidin karena bila direaksikan dengan asam panas,

    beberapa ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus dan dibebaskan monomer

    antosianidin.

    Tanin terhidrolisis terutama terdiri dari dua kelas yang paling sederhana depsida

    galoilglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh lima gugus

    ester galoil atau lebih. Pada jenis kedua, inti molekul berupa senyawa dimer asam galat

    yang juga berikatan dengan glukosa. Bila dihidrolisis elagitanin ini menghasilkan asam

    elagat (Harborne, 1987). Senyawa tanin yang terkandung dalam umbi bawang tiwai

    adalah aseritanin yang termasuk golongan tanin terhidrolisis (Hagerman, 2002).

  • 7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Hotmariara 26837 2 2007ta 1

    5/12

    Gambar 1.2 Aseritanin

    1.3.3 Glikosida

    Secara kimia, glikosida merupakan suatu senyawa gabungan antara glikon (komponen

    gula) dan aglikon (komponen bukan gula). Kedua komponen ini terikat oleh ikatan

    glikosidik. Ikatan glikosidik adalah gugus asetal dimana gugus hidroksil pada

    komponen gula terkondensasi dengan gugus hidroksil pada komponen bukan gula

    (aglikon), hidroksil sekunder terkondensasi dengan molekul gula sendiri membentuk

    cincin oksid. Komponen monosakarida yang paling sering ditemukan yaitu -D-glukosa

    namun terkadang ditemukan juga ramnosa, digitoksosa, dan simarosa. Ikatan antara

    komponen glikon dan aglikon disebut dengan ikatan glikosidik. Ikatan glikosidik

    bersifat stabil, namun dapat diputuskan dalam suasana asam kuat. Ikatan glikosidik

    dapat disintesis atau diurai dengan bantuan enzim glikosidase.

    Glikosidase merupakan enzim (senyawa protein) yang mengkatalisis reaksi

    pembentukan dan peruraian senyawa glikosida. Glikosidase bekerja pada ikatan

    glikosidik - atau -, tapi tidak pada kombinasi keduanya.

    1.3.4 Asam Stearat

    Asam stearat (C18) merupakan suatu asam jenuh terutama dalam lemak biji dari

    sejumlah suku tumbuhan. Rumus kimia asam stearat yaitu CH3(CH2)16CO2H. Asam

    lemak terdapat dalam tumbuhan terutama dalam bentuk terikat, teresterkan dengan

    gliserol. Lemak berguna sebagai cadangan energi bagi tumbuhan untuk digunakan pada

    saat perkecambahan (Harborne, 1987).

  • 7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Hotmariara 26837 2 2007ta 1

    6/12

    1.3.5 Asam Galat

    Asam galat terdapat dalam banyak tumbuhan berkayu, terikat sebagai galotanin, tetapi

    merupakan senyawa yang sangat reaktif. Senyawa ini lebih lazim terdapat pada ekstrak

    tumbuhan yang sudah dihidrolisis dalam suasana asam (Harborne, 1987).

    Gambar 1.3 Asam galat

    1.4 Simplisia

    Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami

    perubahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang

    dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani, simplisia

    pelikan atau mineral (DepKes RI, 1985).

    Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau

    eksudat tanaman. Sumber simplisia dapat dari tanaman liar atau tanaman budidaya.

    Tanaman liar kurang baik untuk dijadikan sumber simplisia dibandingkan tanaman

    budidaya karena mutu tanaman liar tidak tepat. Faktor faktor yang mempengaruhi

    mutu simplisia dan senyawa aktif kandungannya adalah jenis dan varietas tumbuhan,

    umur tumbuhan dan lingkungan tempat tumbuh.

    Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif yang terkandung didalamnya maka

    simplisia minimal harus memenuhi syarat bahan baku simplisia. Proses pembuatan

    simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia, cara pengepakan dan

    penyimpanan simplisia. Pada umumnya pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapanyaitu pengumpulan bahan, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi

    kering, pengepakan dan penyimpanan.

  • 7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Hotmariara 26837 2 2007ta 1

    7/12

    1.4.1 Pengumpulan Bahan

    Kadar senyawa aktif dalam sumber simplisia berbeda-beda bergantung pada bagian

    organ tanaman yang digunakan jenis dan varietas tumbuhan, umur tanaman, waktu

    panen dan lingkungan tempat tumbuh. Waktu panen yang tepat pada saat bagian

    tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.

    1.4.2 Sortasi Basah

    Proses sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran dan bahan asing dari

    bahan simplisia. Kotoran dan bahan asing tersebut seperti tanah, kerikil, rumput, dan

    daun kering. Tujuan dilakukan sortasi basah adalah untuk mengurangi jumlah mikroba

    awal simplisia.

    1.4.3 Pencucian

    Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lain yang melekat pada

    bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air bersih yang mengalir.

    Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif yang mudah larut dalam air mengalir

    dicuci sesingkat mungkin.

    1.4.4 Pemarutan dan Perajangan

    Pemarutan dan perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses

    pengeringan, pengepakan, dan penggilingan. Bahan simplisia yang baru diambil,

    dijemur dahulu dalam keadaan utuh selama satu hari dengan tujuan untuk mengurangi

    pewarnaan akibat reaksi antara bahan dengan pisau. Pemarutan dan perajangan dapat

    dilakukan dengan menggunakan pisau atau menggunakan mesin perajang khusus

    sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki. Irisan

    yang tipis akan mempercepat proses pengeringan tetapi irisan yang terlalu tipis akan

    menyebabkan berkurangnya atau menghilangnya senyawa aktif yang mudah menguap.

    Pemarutan dan perajangan dapat menyebabkan terbentuknya metabolit baru seperti pada

    bawang putih dan bawang merah.

    1.4.5 Fermentasi

    Fermentasi adalah konversi kimia karbohidrat menjadi alkohol atau asam. Fermentasi

    dilakukan untuk menginduksi peruraian ikatan glikosidik oleh glikosidase. Reaksi

  • 7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Hotmariara 26837 2 2007ta 1

    8/12

    biokimia yang terjadi adalah perubahan senyawa gula (glukosa, fruktosa, sukrosa)

    menjadi alkohol (etanol), karbondioksida, dan energi (FAO, 2007).

    1.4.5 Pengeringan

    Pengeringan bahan simplisia dilakukan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah

    rusak bila disimpan dalam waktu yang lama. Pengeringan bahan simplisia adalah proses

    pengurangan kandungan air dalam tanaman sehingga kapang dan jasad renik tidak dapat

    tumbuh. Selain itu pengeringan juga bertujuan untuk menghentikan reaksi enzimatik

    yang mungkin terjadi dan mengurangi zat berkhasiatnya. Metoda pengeringan ada dua

    macam yaitu pengeringan alamiah dan pengeringan buatan. Pengeringan alamiah dapat

    dilakukan dengan panas dari cahaya matahari langsung atau dengan cara diangin-

    anginkan dan tidak kena cahaya matahari langsung.

    Pengeringan buatan dapat dilakukan dengan mengalirkan udara panas pada bahan

    simplisia, udara panas dapat diperoleh dari lampu, kompor dan listrik. Suhu

    pengeringan yang baik adalah antara 30oC 90

    oC. Untuk bahan simplisia yang senyawa

    aktifnya tidak tahan panas sebaiknya dikeringkan pada suhu 30oC 45

    oC atau dengan

    pengeringan vakum. Suhu pengeringan tidak boleh terlalu tinggi karena dapat

    mengakibatkan perubahan kimia senyawa aktif yang dikandung oleh simplisia (Ditjen

    POM, 1985).

    1.4.6 Sortasi Kering

    Sortasi kering dilakukan untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian tanaman

    yang tidak diinginkan dan pengotor lain yang masih ada dan tertinggal dalam simplisia

    kering. Sortasi kering dilakukan dengan cara mekanik seperti sortasi basah.

    1.4.7 Pengepakan dan Penyimpanan

    Simplisia dapat rusak karena cahaya, oksigen, reaksi intern, dehidrasi, penyerapan air,

    pengotoran serangga, mikroba dan kapang. Penyebab kerusakan simplisia secara umum

    adalah air dan kelembaban. Oleh karena itu simplisia perlu disimpan dalam wadah yang

    melindungi simplisia dari cahaya matahari, kelembaban, cemaran mikroba, dan kapang,

    perusakan oleh serangga dan binatang pengerat. Wadah penyimpanan simplisia harus

    tidak beracun dan tidak beraksi secara kimia. Penyimpanan simplisia kering dapat

    dilakukan pada suhu kamar 15oC 30

    oC, pada tempat sejuk 5

    oC 15

    oC dan tempat

  • 7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Hotmariara 26837 2 2007ta 1

    9/12

    dingin 0oC 5

    oC. Simplisia yang sudah dibungkus disimpan pada gudang khusus

    dengan ventilasi yang cukup baik dan tidak bocor pada saat hujan (Ditjen POM, 1985).

    Parameter mutu simplisia menurut Materia Medika Indonesia adalah suatu simplisia

    harus memenuhi persyarat pemerian makroskopik, pemerian mikroskopik, penetapan

    kadar abu, penetapan kadar abu tidak larut asam, penetapan kadar abu larut air,

    penetapan kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, dan susut pengeringan (Ditjen

    POM, 1980).

    1.5 Ekstraksi

    Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstrak zat aktif dari

    simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai kemudian

    semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa

    diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. (Ditjen POM,

    1995).

    Ekstraksi atau penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang

    tidak dapat larut dengan pelarut cair. Kecepatan penyarian dipengaruhi oleh kecepatan

    difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan

    yang mengandung zat tersebut. Proses penyarian dapat dipisahkan menjadi pembuatan

    serbuk, pembasahan, penyarian dan pemekatan.

    Pelarut pengekstrak yang digunakan dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut

    yang optimal untuk menarik senyawa yang terdapat dalam simplisia. Syarat pelarut

    yang digunakan untuk mengekstraksi yaitu murah, mudah didapat, stabil secara fisik

    dan kimia, bersifat inert dengan senyawa yang ingin ditarik, tidak mudah menguap,

    tidak mudah terbakar, selektif terhadap zat yang ingin ditarik, aman, ramah lingkungan

    dan diperbolehkan oleh peraturan perundangan (Ditjen POM, 1986).

    Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dilakukan dengan cara panas atau

    cara dingin.

  • 7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Hotmariara 26837 2 2007ta 1

    10/12

    1.5.1 Cara Dingin

    Metode ekstraksi dengan cara dingin meliputi maserasi dan perkolasi. Metode ini cocok

    untuk senyawa yang tidak tahan panas.

    a. Maserasi

    Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia menggunakan pelarut pada temperatur

    kamar dengan pengocokan atau pengadukan beberapa kali. Proses ekstraksi berakhir

    pada saat tercapai keseimbangan konsentrasi zat aktif di dalam pelarut dan di dalam

    simplisia. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif

    yang mudah rusak karena pemanasan, mudah larut dalam penyarinya dan mengembang

    dalam cairan penyari. Keuntungan maserasi adalah sederhana dan mudah. Sedangkan

    kerugiannya adalah penyarian tidak berlangsung maksimal.

    b. Perkolasi

    Perkolasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut yang

    selalu baru dan dilakukan pada suhu ruang. Tahapan proses yang terjadi adalah tahap

    pengembangan bahan, tahap maserasi dan tahap perkolasi. Kelebihan perkolasi

    dibandingkan maserasi adalah zat aktif yang diperoleh lebih banyak sedangkan

    kerugiannya adalah memerlukan sangat banyak pelarut.

    1.5.2 Cara Panas

    Metode ekstraksi dengan cara panas meliputi ekstraksi bertahap menggunakan alat

    refluks, ekstraksi sinambung menggunakan alat Soxhlet, digesti, infus dan dekok.

    Keuntungan ekstraksi cara panas adalah zat aktif yang diperoleh lebih banyak karena

    dengan meningkatnya suhu maka kemampuan pelarut untuk mengekstraksi semakin

    meningkat. Tetapi metode ini memiliki kerugian yaitu hanya untuk senyawa yang tahan

    panas.

    a. Ekstaksi bertahap menggunakan alat refluks

    Ekstraksi menggunakan refluks adalah ekstraksi pada temperatur titik didih pelarut

    selama waktu tertentu. Jumlah pelarutnya terbatas dan relatif konstan dengan adanya

    pendingin balik. Pada umumnya dilakukan pengulangan proses sampai proses ekstraksi

    berlangsung sempurna.

  • 7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Hotmariara 26837 2 2007ta 1

    11/12

    b. Ekstraksi sinambung menggunakan alat Soxhlet

    Ekstraksi menggunakan alat Soxhlet adalah alat ekstraksi dengan menggunakan pelarut

    yang selalu baru sehingga ekstraksi terjadi secara sinambung. Jumlah pelarut yang

    digunakan relatif konstan dengan adanya pendingin.

    c. Digesti

    Digesti adalah ekstraksi dengan sistem perendaman pada temperatur 40oC 50

    oC dan

    biasanya disertai dengan pengadukan berkesinambungan.

    d. Infus

    Infus adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut air pada temperatur penangas air

    (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98oC)

    selama 15-20 menit.

    e. Dekok

    Dekok adalah ekstraksi simplisia dengan menggunakan pelarut air pada temperatur titik

    didih air selama 30 menit atau lebih (Ditjen POM, 2000).

    1.6 Pemantauan Ekstrak

    Pemantauan ekstrak adalah metode untuk pengamatan kualitatif dan kuantitatif

    senyawa-senyawa yang terkandung dalam ekstrak.

    1.6.1 Kromatografi Lapis Tipis

    Prinsip metode kromatografi lapis tipis adalah terjadinya adsorpsi senyawa oleh

    adsorben yang berupa lapisan, desorpsi senyawa oleh fase gerak sehingga senyawa

    lepas dari permukaan fase diam, dan pemisahan senyawa oleh cairan pengembang. Ada

    berbagai macam adsorben, misalnya silika gel, alumina, kiselgur dan selulosa. KLT

    biasanya digunakan untuk senyawa yang larut dalam lemak atau bersifat non polar.

    Keuntungan KLT adalah keserbagunaan dalam pemilihan pelarut, dapat menggunakan

    penampak bercak asam sulfat pekat yang bersifat korosif, kecepatan dan kepekaannya

    lebih besar dari kromatografi kertas. Sedang kelemahannya adalah keterulangan Rf-nya

    kecil dan pembuatan pelat yang relatif sulit. Kromatografi dapat digunakan untuk

    tujuan analisis kuantitatif dan kualitatif dan untuk tujuan preparatif. Macam-macam

  • 7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Hotmariara 26837 2 2007ta 1

    12/12

    pengembangannya adalah pengembangan tunggal, pengembangan dua dimensi,

    pengembangan landaian dan kokromatografi.

    1.6.2 Kromatografi Kertas

    Prinsip kromatografi kertas adalah partisi linarut antara lapisan cair tipis pada

    penyangga dan fase gerak yang membawa senyawa yang larut didalamnya ke arah atas

    dari kertas berdasarkan gaya kapiler dan adsorpsi. Kromatografi kertas digunakan untuk

    memisahkan senyawa-senyawa polar dan larut dalam air. Keuntungan kromatografi

    kertas adalah peralatan dan bahannya sederhana serta mudah dalam pengerjaannya.

    Sedang kelemahannya adalah waktu yang dibutuhkan lama, pelarut yang digunakan

    terbatas, dan tidak dapat menggunakan penampak bercak asam sulfat pekat yang

    bersifat korosif. Kromatografi kertas dapat digunakan untuk tujuan analisis kuantitatif

    dan kualitatif serta untuk tujuan preparatif. Kertas yang digunakan untuk penyangga

    bermacam-macam bergantung pada tujuannya, untuk tujuan preparatif kertas yang

    digunakan lebih lebar dan lebih tebal dari pada untuk tujuan analisis. Syarat pelarut

    yang digunakan adalah antarpelarut sebagai fase diam dan sebagai fase gerak saling

    bercampur satu sama lain dan memiliki kepolaran yang berbeda.

    1.7 Analisis Kandungan Metabolit

    Analisis dilakukan dengan spektrodensitometer (TLC Scanner) dan spektrofotometer

    ultraviolet.

    1.7.1 Spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak

    Spektrum serapan kandungan kimia dapat diukur dalam larutan yang sangat encer

    dengan pembanding blanko pelarut menggunakan spektrofotometer yang merekam

    otomatis. Senyawa tanwarna diukur pada panjang gelombang 200 - 400 nm, senyawa

    berwarna pada 200 700 nm. Pelarut yang banyak digunakan untuk spektrofotometri

    ultraviolet ialah etanol pro analisis, karena merupakan pelarut universal sehingga

    banyak golongan senyawa larut dalam pelarut tersebut.

    1.7.2 Spektrodensitometri

    Pengukuran dilakukan dengan cara membandingkan langsung ukuran dan intensitas

    warna bercak pada pelat KLT dengan bantuan fluoresensi sinar ultraviolet terhadap

    kuantitas tertentu senyawa pembanding.